ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU KARYAWAN KILANG PAPAN DALAM PENGGUNAAN ALAT
PELINDUNG DIRI DI PT HIDUP BARU KOTA BINJAI TAHUN 2014
TESIS
Oleh
NETTY JOJOR ARITONANG 127032250
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU KARYAWAN KILANG PAPAN DALAM PENGGUNAAN ALAT
PELINDUNG DIRI DI PT HIDUP BARU KOTA BINJAI TAHUN 2014
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
NETTY JOJOR ARITONANG 127032250/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Telah diuji pada
Pada Tanggal : 17 Juli 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc Anggota : 1. dr.Mhd. Makmur Sinaga, M.S
2. Dr. Ir. Gerry Silaban, MKes
PERNYATAAN
ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU KARYAWAN KILANG PAPAN DALAM PENGGUNAAN ALAT
PELINDUNG DIRI DI PT HIDUP BARU KOTA BINJAI TAHUN 2014
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2014
ABSTRAK
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Penggunaan alat pelindung diri merupakan upaya untuk mengurangi terjadinya bahaya kesehatan dan kecelakaan kerja.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku karyawan kilang papan dalam penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014. Jenis penelitian ini analitik dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku karyawan kilang papan dalam penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai, April hingga Mei 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan kilang papan di PT Hidup Baru Kota Binjai yaitu sebanyak 43 karyawan dan sampel berjumlah 43 orang. Analisa data dengan Chi Square dan regresi logistik berganda.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pengetahuan (p = 0,038) dan sikap karyawan (p = 0,026) kilang papan di PT Hidup Baru Kota Binjai terhadap penggunaan APD dan tidak ada pengaruh motivasi karyawan terhadap penggunaan APD. Sikap memiliki pengaruh yang dominan terhadap penggunaaan APD dengan
odds ratio (OR) 7,405 artinya karyawan yang memiliki sikap positif mempunyai peluang untuk menggunakan APD 7,405 kali lebih besar dibandingkan dengan karyawan yang sikapnya negatif.
Disarankan kepada manajemen pabrik kilang papan, PT Hidup Baru Kota Binjai untuk meningkatkan pengetahuan karyawan mengenai resiko pekerjaan, memberikan pelatihan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan dan menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung kesehatan dan keselamatan pekerja. Diharapkan agar para pekerja meningkatkan pengetahuan dan sikap atas keselamatan mereka disaat bekerja, dan berperilaku aman
ABSTRACT
Occupational health and safety is an attempt to guarantee safety and improve the health standard of workers by preventing them from accidence and illness caused by job, controlling danger in the job sites, and promoting health, medication, and rehabilitation. The use of personal protection equitment (PPE) is one of the efforts to decrease the incidence of health danger and job accidence.
The objective of the research is to analyze some factors which influenced the behavior of lumber mill workers in using personal protection equitment at PT Hidup Baru, Binjai, in May, 2014. Cross sectional design was used to analyze some factors which influenced the behavior of lumber mill workers in using personal protection equitment at PT Hidup Baru. The population was all 43 lumber mill workers. The data were analyzed by using chi square test and multiple logistic regression tests.
The result of the research showed that there was the influence of the workers’ knowledge (p = 0.038) and attitude (p = 0.026) at PT Hidup Baru, Binjai, on the use of personal protection equitment. The variable of attitude had the most dominant influence on the use of PPE at Odds Ratio (OR) of 7,405 which indicated that the workers who had positive attitude had the opportunity to use personal protection equitment 9.7,405 times than those who had negative attitude.
It is recommended that the management of the lumber mill, PT. Hidup Baru, Binjai, should improve the workers’ knowledge of the risk and provide facility of training about job health and safety for them and the workers improve their knowledge, attitude, and behavior about their job safety in their job.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan, yang senantiasa
melimpahkan rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini dengan judul “Analisa Faktor-faktor yang Memengaruhi
Perilaku Karyawan Kilang Papan dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014”.
Dalam penyelesaian tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,
bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M & H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Evawani Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara serta seluruh jajarannya yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis mengikuti pendidikan.
4. Dr.Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
banyak membantu, mengarahkan serta meluangkan waktu serta pikiran dalam
5. dr.Mhd. Makmur Sinaga, M.S selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan serta arahan
kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
6. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes dan Ir. Kalsum, M.Kes, selaku Komisi Penguji Tesis
yang telah memberikan banyak masukan dan arahan demi kesempurnaan tesis ini.
7. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di
Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan kerja
Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara.
8. drg. Ngenaria, M.Kes, selaku Pudir I Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan,
yang selalu memberikan motivasi.
9. drg.Adriana Hamsar, M.Kes, selaku Kajur AKG, terima kasih atas motivasinya.
10.Teman-teman di Jurusan AKG dan Peminatan Kesehatan Kerja yang telah
bersedia menjadi teman berdiskusi dan memberikan masukan untuk penyelesaian
Tesis ini.
11.Amanda yang memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian demi menyelesaikan tesis ini.
12.Terima kasih yang tak terhingga yang tulus dan ikhlas kepada keluarga tercinta,
suami T. Hutabarat, anakk-anakku yaitu Tuty Damai Hendriyani H. Amd., Tety
Dwi Oktaviana H. S.S., Yenny Theresia Putri H. Am.Keb., dan Antony Marito H.
serta abangku T.Aritonang yang selalu memberikan semangat pada diri penulis
Penulis menyampaikan dari tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahan
serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan
kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat.
Medan, Juli 2014 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Netty Jojor, dilahirkan pada tanggal 16 Oktober 1959 di
Medan, anak keempat dari tujuh bersaudara dari pasangan Alm BT. Aritonag dan
Alm R. br Galingging.
Pendidikan formal penulis mulai dari Sekolah Dasar di SDN 01 Kampung
Lalang tamat tahun 1973, Sekolah Menegah Pertama di SMPN Sunggal tamat tahun
1976, Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG) tamat tahun 1980, Sekolah D-III Biologi
IKIP Bandung tamat 1996, S-1 Biologi di Universitas Jambi tamat tahun 2002.
Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2012 dan menyelesaikan pendidikan tahun
2014.
Pada tahun 1982 penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Jambi
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
PRAKATA ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR SKEMA ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Hipotesis ... 9
1.5. Manfaat Penelitian ... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Perilaku ... 11
2.1.1 Pengertian Perilaku ... 11
2.1.2 Jenis Perilaku ... 12
2.1.3 Domain Perilaku ... 12
2.1.4 Perilaku Kesehatan ... 16
2.1.5 Teori Perilaku Kesehatan ... 17
2.1.6 Perilaku Organisasi ... 19
2.1.7 Motivasi ... 20
2.2 Alat Pelindung Diri ... 21
2.2.1 Pengertian Alat Pelindung ... 21
2.2.2 Tujuan dan Manfaat dari Penggunaan APD ... 22
2.2.3 Kebijakan tentang APD ... 24
2.2.4 Jenis-Jenis APD ... 26
2.3 Landasan Teori ... 30
2.4 Kerangka Konsep ... 31
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 32
3.1 Jenis Penelitian ... 32
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
3.3 Populasi dan Sampel ... 32
3.3.1 Populasi ... 32
3.3.2 Sampel ... 32
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33
3.4.2 Uji Validitas ... 33
3.4.3 Uji Reliabilitas ... 34
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 36
3.5.1 Variabel ... 36
3.5.2 Definisi Operasional ... 36
3.6 Metode Pengukuran ... 37
3.6.1 Pengukuran Variabel Independen ... 37
3.6.2 Pengukuran Variabel Dependen ... 39
3.7Metode Analisis Data ... 39
BAB 4 HASIL PENELITIAN41 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41
4.2 Karakteristik Responden ... 41
4.3 Analisis Univariat ... 42
4.3.1 Pengetahuan Karyawan tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 42
4.3.2 Sikap Karyawan tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 44
4.3.3 Motivasi Karyawan tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 47
4.3.4 Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 48
4.4 Analisis Bivariat ... 49
4.4.1 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 49
4.4.2 Hubungan Sikap dengan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 50
4.4.3 Hubungan Motivasi dengan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 50
4.5 Analisis Multivariat ... 51
4.5.1 Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Hidup Baru Kota Binjai ... 52
BAB 5 PEMBAHASAN ... 54
5.1 Tindakan Penggunaan APD ... 54
5.2 Pengaruh Pengetahuan terhadap Tindakan Penggunaan APD ... 58
5.3 Pengaruh Sikap terhadap Tindakan Penggunaan APD ... 62
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
6.1 Kesimpulan ... 66
6.2 Saran ... 66
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel
Independen (Pengetahuan) ... 34
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel
Independen (Sikap) ... 35
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel
Independen (Motivasi) ... 35
Tabel 3.4 Aspek Pengukuran Variabel Independen ... 38
Tabel 3.5 Aspek Pengukuran Variabel Dependen... 39
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Karyawan Kilang Papan
di PT Hidup Baru Kota Binjai ... 42
Tabel 4.2 Karakteristik Pengetahuan Karyawan tentang
Penggunaan APD ... 43
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Karyawan Katagori tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Hidup Baru
Kota Binjai ... 44
Tabel 4.4 Karakteristik Sikap Karyawan tentang Penggunaan APD ... 45
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Karyawan Katagori tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Hidup Baru
Kota Binjai ... 47
Tabel 4.6 Karakteristik Motivasi Karyawan tentang Penggunaan APD ... 47
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Motivasi Karyawan Katagori tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Hidup Baru
Kota Binjai ... 48
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Hidup Baru Kota Binjai ... 48
Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Penggunaan Alat
Tabel 4.10 Hubungan Sikap dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri
di PT Hidup Baru Kota Binjai ... 50
Tabel 4.11 Hubungan Motivasi dengan Tindakan Penggunaan Alat
Pelindung Diri di PT Hidup Baru Kota Binjai ... 51
Tabel 4.12 Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap Penggunaan Alat
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Landasan Teori Perilaku Organisasi ... 30
ABSTRAK
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Penggunaan alat pelindung diri merupakan upaya untuk mengurangi terjadinya bahaya kesehatan dan kecelakaan kerja.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku karyawan kilang papan dalam penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014. Jenis penelitian ini analitik dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku karyawan kilang papan dalam penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai, April hingga Mei 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan kilang papan di PT Hidup Baru Kota Binjai yaitu sebanyak 43 karyawan dan sampel berjumlah 43 orang. Analisa data dengan Chi Square dan regresi logistik berganda.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pengetahuan (p = 0,038) dan sikap karyawan (p = 0,026) kilang papan di PT Hidup Baru Kota Binjai terhadap penggunaan APD dan tidak ada pengaruh motivasi karyawan terhadap penggunaan APD. Sikap memiliki pengaruh yang dominan terhadap penggunaaan APD dengan
odds ratio (OR) 7,405 artinya karyawan yang memiliki sikap positif mempunyai peluang untuk menggunakan APD 7,405 kali lebih besar dibandingkan dengan karyawan yang sikapnya negatif.
Disarankan kepada manajemen pabrik kilang papan, PT Hidup Baru Kota Binjai untuk meningkatkan pengetahuan karyawan mengenai resiko pekerjaan, memberikan pelatihan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan dan menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung kesehatan dan keselamatan pekerja. Diharapkan agar para pekerja meningkatkan pengetahuan dan sikap atas keselamatan mereka disaat bekerja, dan berperilaku aman
ABSTRACT
Occupational health and safety is an attempt to guarantee safety and improve the health standard of workers by preventing them from accidence and illness caused by job, controlling danger in the job sites, and promoting health, medication, and rehabilitation. The use of personal protection equitment (PPE) is one of the efforts to decrease the incidence of health danger and job accidence.
The objective of the research is to analyze some factors which influenced the behavior of lumber mill workers in using personal protection equitment at PT Hidup Baru, Binjai, in May, 2014. Cross sectional design was used to analyze some factors which influenced the behavior of lumber mill workers in using personal protection equitment at PT Hidup Baru. The population was all 43 lumber mill workers. The data were analyzed by using chi square test and multiple logistic regression tests.
The result of the research showed that there was the influence of the workers’ knowledge (p = 0.038) and attitude (p = 0.026) at PT Hidup Baru, Binjai, on the use of personal protection equitment. The variable of attitude had the most dominant influence on the use of PPE at Odds Ratio (OR) of 7,405 which indicated that the workers who had positive attitude had the opportunity to use personal protection equitment 9.7,405 times than those who had negative attitude.
It is recommended that the management of the lumber mill, PT. Hidup Baru, Binjai, should improve the workers’ knowledge of the risk and provide facility of training about job health and safety for them and the workers improve their knowledge, attitude, and behavior about their job safety in their job.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan industri yang begitu pesat telah mendorong
makin meningkatnya penggunaan mesin, peralatan kerja dan bahan bahan kimia
dalam proses produksi dengan disertai tehnik dan tehnologi dari berbagai tingkatan di
segenap sektor. Kemajuan ilmu dan tehnologi tersebut di satu pihak akan
memberikan kemudahan dan meningkatkan produktivitas tetapi dilain pihak
cenderung akan menimbulkan risiko kecelakaan apabila tidak dibarengi dengan
peningkatan pengetahuan,dan ketrampilan pekerja. Kecelakaan dan sakit ditempat
kerja, membunuh dan memakan lebih banyak korban jika dibandingkan dengan
perang dunia (Suardi,R, 2007). Oleh karena itu saat ini ilmu kesehatan kerja semakin
berkembang.
Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi
kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat
di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja
kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik
fisik, mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan
perusahaan atau organisasi melalui usaha-usaha preventif, promotif, dan kuratif
Menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
dinyatakan ahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan
manusia seutuhnya dan pemangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk
mewujudkan masyarakakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata baik materiil
maupun spiritual berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional tenaga kerja
mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan
pembangunan (Depnaker, 2003). Untuk mencapai pembangunan tersebut maka
diselenggarakanlah upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit yang
diselenggarakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan melalui
penyelenggaraan upaya kesehatan kerja (Depkes, 2004).
Melalui upaya kesehatan kerja akan terwujud tenaga kerja yang sehat dan
produktif hingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan keluarganya serta
masyarakat yang luas. Tenaga kerja tidak saja diharapkan sehat dan produktif selama
masa kerjanya tetapi juga sesudahnya, sehingga ia dapat menjalani masa pensiun dan
hari tuanya tanpa diganggu oleh berbagai penyakit dan gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh pekerjaan maupun lingkungan kerja pada waktu masih aktif bekerja.
Oleh karena salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui Kesehatan dan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan
kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi (KepMenkes-RI, 2010). Kesehatan
dan Keselamatan kerja juga merupakan promosi dan pemeliharaan tertinggi tingkat
fisik, mental dan kesejahteraan sosial, dimana ada pencegahan risiko mengalami
kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, ada perlindungan pekerja
dari resiko yang dapat merugikan kesehatan menempatkan dan memelihara pekerja
dalam lingkungan kerja yang disesuaikan dengan peralatan fisiologis yang tidak
membahayakan nyawa (Suma’mur, 2009). Secara implisit kesehatan kerja
mencangkup sebagai alat mencapai derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya,
yang terdiri dari pekerja informal dan formal, dan sebagai alat untuk meningkatkan
produksi yang berlandaskan kepada meningkatnya efisiensi dan produktivitas.
Kondisi Keselamatan dam Kesehatan Kerja (K3) dalam lingkungan kerja di
Indonesia cukup memprihatinkan sehingga angka kecelakaan kerja yang
mengakibatkan tenaga kerja mengalami cacat dan meninggal dunia cukup tinggi.
Berdasarkan data dari PT Jamsostek selama Tahun 2010, petugas setiap hari melayani
klaim asuransi kematian sebanyak 52 kasus dan kecelakaan kerja berupa jatuh dan
lainnya sebanyak 400 kasus dan jumlah itu meningkat setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan karena faktor perilaki 31.776 kasus (32,06% dari total kasus), dan kondisi
Menurut International Labour Organization (ILO) tentang kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja di dunia tahun 2011 setiap harinya 6300 orang meninggal
akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja lebih dari 2,3 juta kematian per
tahun. 317 juta kecelakaan terjadi pada pekerjaan per tahun, yang mengakibatkan
banyak absen diperpanjang . Data dari ILO menyebutkan bahwa penyebab kematian
yang berhubungan dengan pekerjaan diantaranya adalah kanker (34%), kecelakaan
(25%), peyakit saluran pernapasan (21%), penyakit kardiovaskuler (15%) dan
lain-lain (5%). Di Indonesia data dari semester pertama tahun 2011, terdapat 48,515
kecelakaan kerja. Berdasarkan data Depnakertrans tahun 2010, jumlah kecelakaan
kerja yang terjadi di Indonesia sebanyak 98.711 kasus kecelakaan kerja yang terdiri
dari meninggal 1.965, cacat total sebanyak 31 kasus, cacat sebagian sebanyak 2.313
kasus, cacat fungsi sebanyak 3.662 kasus, dan yang mengalami sembuh sebanyak
78.722 kasus (ILO, 2011)
Sebesar 80-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian manusia. Selain
kelalaian saat bekerja faktor manusia yang lain yaitu perilaku penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD). Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia mempunyai peran
yang penting dalam rangka mengembangkan dan memajukan suatu industri. Oleh
sebab itu pekerja harus diberi perlindungan melalui usaha-usaha peningkatan dan
pencegahan. Sehingga semua industri, baik formal maupun informal diharapkan dapat
PT Hidup Baru adalah industri formal yang bergerak di bidang kilang papan.
Pada olahan produksinya memiliki potensi bahaya yaitu debu yang dihasilkan oleh
serpihan kayu yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi paru, serpihan kayu
yang dapat menyebabkan tertusuknya tangan hingga terluka, suara mesin yang bising
yang lama kelamaan dapat menggangu pendegaran para pekerja dan potensi bahaya
lainnya yaitu tertimpa balok kayu saat memindahkan kayu. Kondisi industri tersebut
dalam hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) masih sangat kurang memadai dan
juga kurang mendapatkan perhatian. Hal ini terlihat dari pihak manajemen yang
menyatakan bahwa terjadi hambatan dalam praktek Kesehatan dan keselamatan Kerja
di lingkungan industri ini. Hambatan yang terjadi disebabkan oleh para pekerjanya
sendiri yang tidak paham akan konsep kesehatan dan keselamatan kerja, sehingga
banyak pekerja yang mengabaikan kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri baik
melalui perilaku yang tidak aman ataupun tidak berusaha untuk mengantisipasi resiko
bahaya di saat mereka bekerja dengan menggunakan APD. Pemahaman pekerja
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja yang rendah disebabkan karena pihak
manajemen tidak pernah melakukan pelatihan kepada pekerjanya. Pada kenyataanya
pekerja di industri formal skala kecil kurang mendapatkan perhatian dari instansi
terkait, kurang mendapatkan promosi dan pelayanan kesehatan yang memadai, tidak
sesuainya rancangan tempat kerja, kurang baiknya prosedur atau penggorganisasian
Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja, Pada pekerja kilang salah satu resiko di tempat kerja adalah debu dari
serbuk kayu. debu adalah partikel yang merupakan salah satu faktor kimia yang ada
di tempat kerja (Meita 2012). Debu adalah partikel-partikel zat padat yang
disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis dari bahan-bahan organik
maupun anorganik. Akibat penumpukan debu yang tinggi di paru-paru dapat
menyebabkan kelainan dan kerusakan paru (Agus, 2011).
Kondisi lingkungan di tempat kilang papan memiliki resiko potensi bahaya
terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja. Resiko yang dapat dialami oleh pekerja
kilang antara lain tertimpa kayu saat memindahkan kayu, potensi terjadinya
kecelakaan kerja pada mesin pemotongan kayu, potensi debu dari serbuk kayu yang
dapat menyebabkan kerusakan paru. Suara mesin yang keras dan kontinu dapat
membuat gangguan pendengaran bisa terganggu. Beberapa para pekerja di kilang
papan juga mangalami gangguan batuk-batuk dan sesak nafas, pendengaran dari
beberapa pekarjapun sepertinya berkurang karena mereka baru bisa mendengar suara
temannya jika berteriak . Melihat tingginya risiko terhadap gangguan kesehatan pada
para pekerja kilang maka perlu dilaukan upaya-upaya pencegahan terhadap kejadian
penyakit atau traumatik akibat lingkungan kerja dan faktor manusianya yang salah,
Alat pelindung diri adalah suatu alat yang mempunyai kemempuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga
kerja dari bahaya di tempat kerja. Alat pelindung diri dipakai setelah usaha rekayasa
(engineering) dan cara kerja yang aman telah maksimun (Depnakertrans RI, 2004).
Penggunakan alat pelindung diri sangat dipengaruhi oleh motivasi pekerja. Pekerja
sering merasa remeh dan menganggap ringan potensi bahaya kerja yang ada di tempat
kerja. Perilaku demikian disebabkan karena kurangnya pengetahuan, sikap para
pekerja dalam menjaga dirinya dari potensi bahaya kesehatan dan kecelakaan kerja.
Banyak pekerja belum menyadari bahwa pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja dalam melaksanakan pekerjaan. Hal ini masih terlihat dari
banyaknya pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri dengan lengkap,
walaupun alat pelindung diri bukan satu-satunya sarana untuk menghindari
kecelakaan kerja, namun merupakan alternatif terakhir untuk menghindari bahaya
tersebut. Kecelakaan kerja dapat menimpa setiap orang dalam melakukan pekerjaan,
karena kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses
dalam suatu pekerjaan.
Perilaku kesehatan yang dikembangkan oleh Albert Bandura yang terkenal
dengan sebutan social cognitive theory menyatakan terdapat tiga faktor yang
memengaruhi perilaku kesehatan yaitu individu, faktor sosial dan lingkungan, dimana
satu sama lain saling menentukan. Perilaku Organisasi ataupun Perilaku kerja
Perilaku organisasi adalah yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok,
dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan
semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi. (Stephen P. Robbins, 2007).
Bekaitan dengan penggunaan APD, diharapkan penggunaan APD dapat dijadikan
sebagai perilaku para pekerja untuk membuatpara pekerja bekerja secara lebih efektif.
Dari survei pendahuluan yang dilakukan pada kilang papan di PT Hidup
Baru. Saat ini pihak manajemennya tidak menyediakan APD seperti masker, sarung
tangan, ear plug, maupun pakaian ganti dahulu pihak manajemen menyediakan alat
pelindung diri bagi pekerjanya seperti masker dan sarung tangan, akan tetapi banyak
pekerja yang tidak mau menggunakan, sehingga perusahaan tidak lagi menyediakan
APD. Sebagian kecil pekerja sudah memakai APD, walaupun APD yang mereka
gunakan masih belum lengkap ada yang hanya menggunakan masker saja ataupun
hanya menggunakan sarung tangan saja dan sebagian besar dari pekerja tersebut tidak
menggunakan APD, beberapa orang yang tidak menggunakan APD menyatakan
bahwa mereka sudah biasa melakukan pekerjaan tersebut, jadi tidak perlu takut saat
bekerja, dan penggunaan APD seperti masker atau sarung tangan mereka anggap
mengurangi rasa kenyamanan saat bekerja. Dari latar belakang di atas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian analisa faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku karyawan kilang papan dalam penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup
1.2. Permasalahan
Penggunaan alat pelindung diri merupakan upaya untuk mengurangi
terjadinya bahaya kesehatan dan kecelakaan kerja, namun hasil observasi yang
dilakukan di lapangan masih banyak pekerja yang tidak menggunkan APD. Maka
peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku
karyawan kilang papan dalam tindakan penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup
Baru Kota Binjai Tahun 2014.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku karyawan kilang papan dalam tindakan penggunaan alat
pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014.
1.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh faktor-faktor tersebut pada
perilaku karyawan kilang papan dalam tindakan penggunaan alat pelindung diri di PT
Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Memberikan masukan bagi PT Hidup Baru Kota Binjai dalam meningkatkan
derajat kesehatan pekerja setinggi-tingginya sehingga dapat meningkatkan kualitas
produktivitas kerja.
b. Bagi kalangan akademik, penelitian ini tentunya bermanfaat sebagai kontribusi
untuk memperkaya khasanah keilmuan pada umumnya dan pengembangan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
2.1.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Manusia sebagai salah satu makluk hidup mempunyai bentangan yang
sangat luas, antara lain: berbicara, berjalan, menangis, tertawa, kuliah, menulis,
membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,
2007). Menurut Skinner, yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan
dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus Organisme Respon
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua:
1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (Overt Behavior)
Respon seseorang dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon seseorang
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain
2.1.2 Jenis Perilaku
Menurut Notoatmodjo, 2010 perilaku dibagi menjadi dua bagian yaitu
1. Perilaku yang alami (Innate Bahavior)
Perilaku alami yaitu yang dibawa sejak organisme dilahirkan yang berupa reflex
dan insting
2. Perilaku Operan (Operant Behavior)
Perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar, sebagian
besar perilaku manusia adalah perilaku operan.
2.1.3 Domain Perilaku
Teori Bloom yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010) membedakan perilaku
dalam 3 domain perilaku yaitu : kognitif (cognitive), afektif (affective) dan
psikomotor (psychomotor). Untuk kepentingan pendidikan praktis, teori ini kemudian
dikembangkan menjadi 3 ranah perilaku yaitu :
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
panca indra manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) Tingkat
pengetahuan di dalam domain kognitif (Notoatmodjo, 2010), tercakup dalam 6
tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima
b. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan suatu materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation), tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan kemampuan
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat lansung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Newcomb salah seorang ahli psikososial dikutip
Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku
Menurut Allport dikutip Notoatmodjo (2007) sikap itu terdiri dari 3 komponen
pokok yaitu:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
yaitu:
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima
ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Tindakan (practice)
Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu
seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan
penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia
akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai
baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
2.1.4 Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan (health behaviour) adalah respon seseorang terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor
yang memengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman,
dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua
aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang
tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau
melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan,
dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Oleh sebab
itu perilaku kesehatan ini pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua yakni
(Notoatmodjo, 2010) :
1. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Oleh sebab itu perilaku
ini disebut perilaku sehat (healthy behaviour).
2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk
memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Oleh sebab itu
behaviour). Tempat pencarian kesembuhan ini adalah tempat atau fasilitas
pelayanan kesehatan seperti RS, puskesmas, poliklinik, dan lain-lain.
2.1.5 Teori Perilaku Kesehatan
Perilaku dan budaya kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu
faktor penting dalam meminilisasi terjadinya kecelakaan kerja. pada beberapa
penelitian yang dilakukan perilaku merupakan salah satu faktor penting yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. terdapat beberapa teori yang berhubungan
dengan teori yang berhubungan dengan perilaku tersebut antara lain:
1. Social Cognitive Theory
Social Cognitive Theory merupakan teori perilaku kesehatan yang dikembangkan
oleh Albert Bandura. Terdapat tiga faktor yang mempenagruhi perilaku kesehatan
yaitu faktor personal, faktor sosial, dan lingkungan, dimana satu sama lain saling
menentukan yang besrifat dinamis, berkesinambungan, dimana perubahan satu faktor
akan mempengaruhi perubahan pada dua faktor lainnya (Glanz, 2002).
Teori sosial kognitif digunakan untuk mengenal dan memprediksi perilaku
individu dan grup serta mengidenfikasi metode-metode yang tepat dalam mengubah
perilaku. Teori ini erat hubungannya dengan pembelajaran seseorang menjadi pribadi
yang lebih baik. Teori ini menjelaskan bahwa dalam belajar, pengetahuan,
pengalaman pribadi, karakteristik individu seperti (persepsi dan motivasi)
2. Teori Ramsey
Ramsey mengemukaakan bahwa perilaku kerja yang aman atau terjadinya
perilaku yang dapat menyebabkan kecelakaan, dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor
yaitu:
a. Pegamatan
Seseorang mengamati suatu bahaya yang mengancam. Bila seseorang tidak
mengamati atau salah mengamati adanya bahaya maka ia tidak akan
menampilakan perilaku kerja yang aman
b. Kognitif (pengetahuan)
Seseorang harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai potensi bahaya
sehingga ia dapat berperilaku kerja yang aman.
c. Pengambilan keputusan
Perilaku kerja seseorang akan aman jika ia memiliki keputusan untuk
menghindari walaupun yang bersangkutan telah melihat dan mengetahui bahwa
yang dihadapi tersebut merupakan suatu yang membahayakan.
d. Kemampuan
Perilaku seseoarang dalam bekerja akan aman jika ia memilki kemampuan
2.1.6 Perilaku Organisasi
Organisasi adalah sekumpulan orang yang bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu. Organisasi, yang berbeda dari sekadar sekumpulan orang
karena mempunyai tujuan yang spesifik dan memiliki struktur yang lebih formal,
terbentuk bilamana beberapa orang bergabung, menjalankan dan mengkoordinasikan
tugas dan tanggung jawab untuk tujuan tertentu. Dapat dikatakan pula bahwa
organisasi sebagai usaha mendapatkan sumber daya dan memanfaatkannya,
diharapkan dengan cara yang efisien, untuk menghasilkan. Yang dimaksud dengan
perilaku organisasi adalah kegiatan-kegiatan dan proses yang digunakan oleh
anggota-anggota organisasi untuk melakukan hal itu.
Perilaku organisasi membahas seluruh kegiatan organisasi yang di dalamnya
terdapat, perilaku manusia, budaya, sosial dan sistem yang mendukung adanya organi
sasi
Perilaku unit terdiri dari pengetahuan, motivasi, kepribadian, emosi-emosi,
persepsi, pelatihan, keefektifan pemimpin, kepuasaan pekerjaan, pembuatan dan
sikap. Jika dikaitkan dengan penggunaan APD yang memiliki tujuan untuk mencapai
kesehatan dan keselamatan kerja maka dibutuhkan perilaku unit kerja yang sistematis. tersebut. Sehingga antara manusia dan organisasi dapat saling mempengaruhi.
Perilaku organisasi adalah bidang studi yang mempelajari pengaruh yang dimiliki
olehindividu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalam organisasi yang
bertujuan untuk meningkatkan efektifitas suatu organisasi. Sistem pengendalian
2.1.7 Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau
menggerakkan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan
potensi agar bekerja mencapai tujuan yang ditentukan (Malayu S.P Hasibuan, 2006).
Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku beraktifitas dalam
pencapaian tujuan. Motivasi ada karena adanya kebutuhan seseorang yang harus
segera mencapai tujuan. Motivasi adalah suatu perangsang keinginan (Want) dan
daya tertentu yang ingin dicapai. Tingkah laku seseorang dipengaruhi serta
dirangsang oleh keinginan, kebutuhan, tujuan dan kepuasannya. Rangsangan timbul
dari diri sendiri dan dari luar atau lingkungan. Rangsangan matariil dan non materiil
ini akan menciptakan motivasi yang mendorong orang bekerja atau beraktivitas untuk
memperoleh kebutuhan dan kepuasan dari kerjanya (Malayu S.P Hasibuan, 2006).
Oleh sebagian besar ahli, proses motivasi diarahkan untuk mencapai tujuan.
Tujuan atau hasil yang dicari karyawan dipandang sebagai kekuatan yang bisa
menarik orang. Memotivasi orang adalah proses manajemen untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang
tergerak (Suarli dan Bahtiar, 2010). Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan
dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situasion). Motivasi terbentuk dar
sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahan. Motivasi
merupakan kondisi atau energy yang menggerakkan diri karyawan karyawan yang
positif terhadap situasi itulah yang memperkuat motivasi kerja untuk mencapai
kinerja maksimal.
Dari definisi motivasi diatas dapat ditarik sutu kesimpulan 3 faktor pokok
dalam motivasi adalah motivasi menjadi kekuatan pendorong bagi seseorang untuk
berperilaku tertentu adanya orientasi tertentu untuk tujuan tertentu dan adanya
kebutuhan pribadi. Jadi motivasi merupakan dorongan bagi seseorang berperilaku
tertentu untuk mencapai keinginannya sehingga tercapai kesesuaian antara kebutuhan
pribadi dengan tujuan organisasi. Kesesuaian akan dapat menimbulkan sinergi dalam
mencapai organisasi (Mitfah, 2003).
2.2 Alat Pelindung Diri
2.2.1 Pengertian Alat Pelindung
Alat pelindung diri perorangan adalah alat yang digunakan seseorang dalam
melakukan pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi dirinya dari sumber
bahaya tertentu, baik yang berasal dari pekerjaan dan berguna dalam usaha untuk
mencegah atau mengurangi kemungkinan cedera atau sakit. Alat pelindung diri
adalah suatu alat yang mempunyai kemempuan untuk melindungi seseorang dalam
pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja.
Alat pelindung diri dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dan cara kerja yang
aman telah maksimun (Depnakertrans RI, 2004)
Alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan-ketentuan
1. Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya
2. Berbobot ringan
3. Dapat dipakai secara fleksibel (tidak memedakan jenis kelamin)
4. Tidak menimbulakan bahaya tambahan
5. Tidak mudah rusak
6. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada
7. Pemeliharaan mudah
8. Penggantian suku cadang mudah
9. Tidak membetasi gerak
10. Rasa tidak nyaman tidak berlebihan
11. Bentuknya cukup menarik
Menurut Boediono yang mengutip anjuran ILO (1989), beberapa kriteria
dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis peralatan pelindung, ada dua hal yang
penting yaitu:
1. Apapun sifat bahayanya, peralatan pelindung harus memberikan perlindungan
terhadap bahaya tersebut
2. Peralatan pelindung tersebut harus ringan dipakinya dan awet dan membeuat rasa
kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan mobilitas, pengelihatan,
2.2.2 Tujuan dan Manfaat dari Penggunaan APD
Tujuan penggunaan APD adalah:
1. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa dan administrative tidak dapat
dilakukan dengan baik
2. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman
Manfaat pengunaan APD adalah:
1. Untuk melindungi seluruh/ sebagian tubuh terhadap kemungkinan adanya potensi
bahya / kecelakaan kerja
2. Mengurangi resiko akibat kecelakaan
Keuntungan penggunaan APD dapat dirasakan oleh tiga pihak yaitu perusahaan,
tenaga kerja, masyarakat dan pemerintah (Suma’mur 2009) :
1. Perusahaan
a. Meningkatkan keuntungan karena hasil produksi dapat terjamin baik jumlah
maupun mutunya
b. Penghematan biaya pengobatan serta pemeliharaan kesehtan para tenaga kerja
c. Menghindari terbuangnya jam kerja akibat absentisme tenaga kerja sehingga
dapat tercapai produktivitas yang tinggi dan dengan efisiensi yang optimal
2. Tenaga kerja
a. Menghindari diri dari resiko pekerjaan seperti kecelakaan kerja dan penyakit
b. Memberikan perbaikan kesejahteraan pada tenaga kerja sebagai akibat adanya
keuntungan perusahaan
3. Masyarakat dan pemerintah
a. Meningkatkan hasil produksi dan mengutamakan perekonomian negara dan
jaminan yang memuaskan bagi masyarakat
b. Menjamin kesejahteraan masyarakat tenaga kerja, berarti melindungi sebagian
penduduk Indonesia dan membantu usaha-usaha kesehatan pemerintah
c. Kesejahteraan tenaga kerja, berarti menjamin kesejahteraan keluarga secara
langsung
d. Merupakan suatu usaha kesehatan masyarakat yang akan membentu kearah
pembentukan masyarakat sejahtera
e. Kebiasaan hidup sehat diperusahaan akan membantu penerapannya dalam
pembinaan kesehatan masyarakat.
2.2.3 Kebijakan tentang APD
Undang-undang N0. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan pasal 108
menyatakan bahwa “setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas : Keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusialaan, perlakuan yang sesuai
dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama”. Oleh karena itu upaya
perlindungan terhadap pekerja akan bahaya khususnya pada saat melaksanakan
Penggunaan APD di tempat kerja telah diatur pada Undang-Undang No. 1
Tahun 1970 antara lain:
1. Pasal 3 ayat 1 butir F menyatakan bahwa salah satu syarat-syarat keselamatan
kerja adalah dengan cara memberikan alat pelindung diri (APD) pada pekerja
2. Pasal 9 ayat 1 butir C menyatakan bahwa pengurus (perusahaan) diwajibkan
menunjukkan dan menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru tentang alat-alat
pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
3. Pasal 12 butir B menyatakan bahwa tenaga kerja diwajibkan untuk memakai alat
pelindung diri (APD)
4. Pasal 12 butir E menyatakan bahwa pekerja boleh mengatakan keberatan apabila
alat pelindung diri yang diberikan diragukan tingkat keamanannya
5. Pasal 13 menyatakan barang siapa yang memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan
mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat pelindung diri yang
diwajibkan
6. Pasal 14 butir C meyatakan bahwa pengurus diwajibkan untuk menyediakan
secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja
yang berada di bawah pimpinanya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut.
Kebijakan dalam bentuk sanksi dan pemberian penghargaan/ hadiah ternyata
mempunyai makna dalam meningkatkan motivasi berperilaku pekerja terutama dalam
2.2.4 Jenis-Jenis APD
Alat-alat proteksi diri beraneka ragam bentuknya. ada 8 jenis APD, dimana
penggolongannya berdasarkan bagian-bagian tubuh yang dilindunginya:
1. Alat pelindung Kepala
Alat ini terdiri dari alat pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan,
terbuat dari bahan yang kuat, tahan terhadap benturan, tusukan, api, air, dan listrik
tegangan rendah maupun tinggi. Pelindung kepala dapat pula dikombinasi dengan
tutup telinga. Penggunaan alat ini bertujuan untuk melindungi kepala dari bahaya
terbentur dengan benda tajam atau keras yang menyebabkan luka, tergores, terpotong,
tertusuk, terpukul oleh benda-benda jatuh, malayang dan meluncur, juga melindungi
kepala dari panas radiasi, api, percikan bahan-bahan kimia korosif dan mencegah
rambut rontok dengan bagian mesin yang berputar. Tenaga kerja wanita dengan
rambut yang panjang sering mengalami kecelakaan akibat rambutnya terjerat dalam
mesin yang berputar.
2. Alat Pelindung Mata
Kacamata pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari kemungkinan
kontak dengan bahaya karena percikan atau kemasukan debu-debu, gas-gas uap,
cairan korosif, partikel-partikel melayang, atau terkena radiasi gelombang
Ada lima tipe alat pelindung mata:
a. Spectacles
b. Eye Shields (kacamata tanpa pelindung samping)
c. Gogles (cup type dan box type)
d. Face screen
e. Visors
3. Alat Pelindung muka
Alat ini digunakan untuk melindungi wajah dari bahaya cedera dari percikan
api atau bahan berahaya lainnya pada saat bekerja seperti pada pengelasan. Bentuk
dari pelindung muka bermacam-macam, dapat berbentik helm las (helmet welding)
dan kedok las (handshield welding).
4. Alat Pelindung Kaki
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa benda-benda
berat, percikan larutan asam dan basa yang korosif atau cairan yang panas, terinjak
benda-benda tajam dan terlindungi dari dermatitis/ eksim karena zat-zat kimia dan
kemungkinan tersandung atau tergelincir. Sepatu yang digunakan disesuaikan dengan
jenis resiko, seperti:
a. Pada industri ringan/ tempat kerja biasa
b. Sepatu pelindung (safety shoes) atau sepatu boot
c. Untuk mencegah tergelincir, dipakai sol anti slip luar dari karet alam atau
sintesik dengan bermotif timbul (permukaan kasar)
e. Terhadap bahaya listrik, sepatu seluruhnya harus dijahit atau direkat tidak
boleh menggunakan paku
f. Sepatu atau sandal yang berlandaskan kayu, baik dipakai pada tempat kerja
yang lembab, lantai panas.
g. Sepatu boot dari sintesis untuk pencegahan bahan-bahan kimia
h. Untuk bekerja dengan logam cair atau benda panas, ujung celana tidak
boleh dimasukkan ke dalam sepatu, karena cairan logam atau bahan panas
dapat masuk kedalam sepatu
5. Alat Pelindung Tangan
Alat pelindung tangan berfungsi melindungi tangan dan jari-jari dari api, panas
dingin, radiasi elektromagnetik dan radiasi mengion, listrik, bahan kimia, benturan
dari pukulan, luka, lecet dan infeksi. Bentuknya macam-macam antara lain:
a. Sarung tangan (gloves)
b. Mitten : sarung tangan dengan ibu jari terpisah sedang jari lain menjadi satu
c. Hand pad : melindungi telapak tangan
d. Sleeve: untuk pergelangan tangan sampai lengan, biasanya digabung
dengan sarung tangan
6. Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga terdiri dari dua jenis (ear plug) dan tutup telinga (ear muff):
a. Sumbat telingan
Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan
sumbat telinga adalah tidak tepat ukurannya dengan lubang telinga pemakai,
kadang-kadang lubang telinga kanan tidak sama dengan yang kiri
Sumbat telinga dapat terbuat dari karet, plastic keras, plastic lunak, lilin dan
kapas. Yang disenangi adalah jenis karet dan plastic lunak karena bisa
menyesuaikan bentuk dengan lubang teliga. Kemampuan atenuasi (daya
lindung) antara 25-30 dB. Bila ada kebocoran sedikit saja, dapat mengurangi
atenuasi kurang lebih 15dB.
b. Tutup Telinga
Tutup telinga ada beberapa jenis, antenuasinya pada frekuensi antara 280-400
Hz sampai 42dB (35-45 dB) dan untuk frekuensi biasa antara 25-30 dB. Untuk
keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat telinga
sehingga dapat antenuasi yang lebih tinggi, tapi tidak lebih dari 50 dB, karena
hantaran suara melelui tulang masih ada.
7. Alat Pelindung Tubuh
Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian tubuh yaitu
mulai dari dada sampai lutut dan overalls yang menutupi seluruh badan . pakaian
pelindung digunakan untuk melindungi pemakainnya dari percikan cairan, api,
larutan bahan-bahan kimia korosif dan oli, cuaca kerja (panas, dingin, lembab).
Pakaian pekeja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas
(tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak ada lipatan-lipatan yang mungkin
mendatangkan bahaya. pakaian kerja wanita sebaiknya menggunkana celana panjang,
2.3 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan untuk menganalisis perilaku pekerja terhadap
penggunaan APD adalah teori perilaku organisasi. Perilaku organisasi adalah tingkah
laku yang berusaha menjelaskan tindakan-tindakan manusia secara individu-individu
maupun kelompok di dalam organisasi. Perilaku organisasi pada analisis individual
terdiri pengetahuan, persepsi, motivasi, kepribadian, pelatihan, kepuasaan,
penghargaan kinerja, rancangan kerja dan tekanan kerja, perilaku organisasi ini akan
menjelaskan tindakan-tindakan manusia. Hal ini dapat dikatan bahwa perilaku
[image:48.612.113.505.362.565.2]pekerja akan menjelaskan tindakan pekerja dalam penggunaan APD
Gambar 2.1. Landasan Teori Perilaku Organisasi Unit Individu:
1. Pengetahuan 2. Motivasi 3. Kepribadian 4. Emosi-emosi 5. Persepsi 6. Pelatihan
7. Keefektifan pemimpin 8. Kepuasaan Pekerjaan 9. Pembuatan keputusan
individual
10.Penghargaan kinerja 11.Ukuran sikap
Perilaku Organisasi
2.4 Kerangka Konsep
Berdasarkan rumusan teori tersebut, maka penulis dapat merumuskan kerangka
penelitian serta variabel-variabel yang akan diteliti, seperti pada gambar berikut:
[image:49.612.122.519.199.315.2]Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Konsep utama penelitian ini adalah menganalisa pengaruh perilaku karyawan
kilang papan dalam penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan motivasi
sedangkan variabel dependen adalah tindakan penggunaan APD.
Perilaku Karyawan
Pengetahuan
Sikap
Motivasi
Tindakan Penggunaan
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan
pendekatan desain cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana cara pengukuran
variabel bebas dan variabel terikat dalam waktu yang bersamaan, untuk menganalisa
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku karyawan kilang papan dalam tindakan
penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014. Penelitian
dilaksanakan mulai Mei 2014.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh karyawan kilang papan di PT Hidup Baru
Kota Binjai yaitu sebanyak 43 karyawan.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, dalam penelitian ini besar sampel yang
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara
secara terstruktur dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti untuk
diajukan dan diisi oleh karyawan kilang papan di PT Hidup Baru Kota Binjai yang
menjadi responden secara langsung.
3.4.1 Jenis Data
Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
1. Data primer
Data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dengan
berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan lebih dahulu.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari PT Hidup Baru Kota Binjai. Data yang diperoleh
meliputi data jumlah karyawan yang bekerja pada Tahun 2014 dan juga mengenai
profil perusahaan.
3.4.2 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui validitas dilihat dari nilai corrected
item corelation dengan ketentuan jika nilai r corrected item total masing-masing item
> rtabel (=0,361 pada taraf signifikansi 5%, n = 30) maka item pertanyaan valid, dan
3.4.3 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya/diandalkan. Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran
atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali
dalam waktu yang berlainan. Teknik menghitung indeks reliabilitas dengan metode
Cronbach Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur lebih dari satu kali
[image:52.612.113.512.428.643.2]pengukuran dengan ketentuan jika r Cronbach Alpha > rtabel
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Independen (Pengetahuan)
, dinyatakan reliabel dan
jika r Cronbach Alpha < r tabel, dinyatakan tidak reliabel (Riduwan, 2002; Nursalam,
2008). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di PT Kilang Somil (Kayu Papan) Hasil
uji validitas dan reabilitas kuesioner dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Variabel Nilai Corrected Item-Total
Status
Pengetahuan 1 0,850 Valid
Pengetahuan 2 0,527 Valid
Pengetahuan 3 0,820 Valid
Pengetahuan 4 0,800 Valid
Pengetahuan 5 0,800 Valid
Pengetahuan 6 0,591 Valid
Pengetahuan 7 0,634 Valid
Pengetahuan 6 0,609 Valid
Pengetahuan 9 0,427 Valid
Pengetahuan 10 0,630 Valid
Pengetahuan 11 0,753 Valid
Pengetahuan 12 0,720 Valid
Reliabilitas Cronbach’s Alpha = 0,924
Berdasarkan Tabel 3.1 di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel pengetahuan
cronbach alpha 0,924, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel
[image:53.612.113.525.217.409.2] [image:53.612.116.525.579.690.2]pengetahuan valid dan reliabel
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Independen (Sikap)
Variabel Nilai Corrected Item-Total
Keterangan
Sikap 1 0,815 Valid
Sikap 2 0,497 Valid
Sikap 3 0,815 Valid
Sikap 4 0,807 Valid
Sikap 5 0,710 Valid
Sikap 6 0,843 Valid
Sikap 7 0,843 Valid
Sikap 8 0,759 Valid
Sikap 9 0,510 Valid
Reliabilitas Cronbach’s Alpha = 0,915
Berdasarkan Tabel 3.2 di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel sikap
sebanyak 9 pertanyaan mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel) dengan nilai
cronbach alpha 0,915 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel
sikap valid dan reliabel.
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Independen (Motivasi)
Variabel Nilai Corrected Item-Total
Keterangan
Motivasi 1 0,794 Valid
Motivasi 2 0,789 Valid
Motivasi 3 0,687 Valid
Motivasi 4 0,853 Valid
Motivasi 5 0,573 Valid
Berdasarkan Tabel 3.2 di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel motivasi
sebanyak 5 pertanyaan mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel) dengan nilai
cronbach alpha 0,893 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel
motivasi valid dan reliabel.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan motivasi.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tindakan alat pelindung diri pada
karyawan kilang papan di PT Hidup Baru Kota Binjai.
3.5.2 Definisi Operasional
Untuk lebih mengarahkan dalam pembahasan penelitian ini, maka penulis
memberikan defenisi opersional yang meliputi:
1. Tindakan penggunaan alat pelindung diri adalah karyawan menggunakan alat
untuk melindungi dirinya dari sumber bahaya saat melakukan pekerjaannya
2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh pekerja mengenai APD
(Alat Pelindung Diri)
3. Sikap adalah tanggapan pekerja terhadap segala sesuatu tentang pentingnya
penggunaan APD
3.6 Metode Pengukuran
Metode pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
3.6.1 Pengukuran Variabel Independen
1. Pengetahuan responden tentang penggunaan APD di ukur dengan menggunakan
kuesioner terdiri dari 12 pertanyaan, jika jawaban benar diberi skor 1 dan salah
diberi skor 0. Maka diperoleh skor terendah 0 dan skor tertinggi 12. Pengetahuan
dikatagorikan sebagai berikut:
0= Pengetahuan tinggi jika menjawab ≥ 60% pertanyaan dengan benar ( 7-12)
1= Pengetahuan rendah jika menjawab < 60% pertanyaan dengan benar (0-6)
Skala : Ordinal
2. Pengukuran sikap tentang penggunaan APD diukur dengan menggunakan
kuesioner terdiri dari 9 pertanyaan, jika jawaban sangat setuju diberi skor 4, setuju
diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1.
Maka diperoleh skor terendah 9 dan skor tertinggi 36. Sikap dikatagorikan sebagai
berikut:
0= Sikap Positif jika menjawab ≥ 60% pertanyaan dengan benar
(skor 25-36)
1= Sikap Negatif jika menjawab <60% pertanyaan dengan benar
(skor 9-24)
3. Motivasi
Pengukuran motivasi dengan menggunakan kuesioner terdiri dari 5 pertanyaan, jika
jawaban ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0. Maka diperoleh skor terendah 0 dan
skor tertinggi 1. Peraturan dikatagorikan sebagai berikut:
0= Ada jika menjawab ≥ 60% pertanyaan dengan benar (skor 3-5)
1= Tidak ada jika menjawab < 60% pertanyaan dengan benar (skor 0-2)
[image:56.612.110.531.329.658.2]Skala : Ordinal
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Independen
Variabel Definisi
Operasional Dimensi Indikator
Pengukuran
Independen Skala
Perilaku Tingkah laku
karyawan
Pengetahun Pengertian APD
Manfaat APD Penggunaan APD Resiko tidak mengguna an APD
Tinggi ( 7-12) Rendah (0-6)
Ordinal
Sikap 1. Resiko di
tempat kerja 2. Resiko pekerjaan 3. Penggunaan APD 4. Interaksi pekerja dengan penggunaan APD Positif (25-36) Negatif (9-24) Ordinal Tingkah laku karyawan
Motivasi 1. Penyediaan
APD 2. Pemberian pelatihan 3. Pemberian sanksi atau penghargaan Ada (3-5) Tidak Ada (0-2)
3.6.2 Pengukuran Variabel Dependen
Pengukuran variabel dependen yaitu tindakan alat pelindung diri disusun
dalam 1 pertanyaan dengan pilihan jawaban sebanyak 2 butir, jika menjawab ya
diberi tanda 1, dan jika tidak menggunakan alat pelindung diri diberi tanda 0,
kemudian dikategorikan menjadi:
0= Menggunakan APD
1= Tidak Menggunakan APD (tidak menggunakan salah satu APD)
[image:57.612.109.524.360.550.2]Skala: Nominal
Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Dependen Variabel Definisi
Operasional
Dimensi Indikator Pengukuran Independen Skala Tindakan Alat Pelindung Diri Tindakan karyawan dalam menggunakan alat untuk melindungi dirinya dari sumber bahaya saat melakukan pekerjaannya Tindakan APD 1. Memberikan perlindungan dari bahaya
2. Berbobot ringan
3. Kualitas APD
a. Tidak
menimbulkan bahaya tambahan
b. Tidak mudah
rusak
c. Mudah
pemeliharannya
d. Tidak membatasi
gerak
Menggunakan Tidak
menggunakan
Nominal
3.7. Metode Analisis Data
Setelah data dikumpulkan langkah selanjutnya adalah menganalisis hubungan
antar variabel bebas dengan variabel terikat, pada penelitian dengan menggunakan
program komputerisasi, kemudian dilakukananalisis data secara bertahap. Adapun
1. Analisis univariat yang merupakan analisis deskriptif untuk melihat distribusi
frekuensi pada tiap variabel (variabel bebas dan terikat)
2. Analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat secara sendiri-sendiri dengan menggunakan Chi-Squre pada taraf
kepercayaan 95% (p<0,05)..
3. Analisis multivariat untuk melihat pengaruh antara variabel bebas secara bersama
sama terhadap variabel terikat uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
PT Hidup baru merupakan salah satu pabrik kilang papan yang berlokasi di
komplek bintang terang Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang. Batas batas PT Hidup Baru adalah : Sebelah Utara berbatasan dengan Deli
Serdang, Sebelah Selatan berbatasan dengan Langkat, Sebelah Timur berbatasan
dengan Tanah Karo dan Sebelah Barat berbatasan dengan Aceh
4.2. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, karakteristik responden yang dilihat meliputi umur, jenis
kelamin dan pendidikan, pekerjaan, yang berjumlah 43 karyawan kilang pa