• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Karyawan Kilang Papan dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Karyawan Kilang Papan dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU KARYAWAN KILANG PAPAN DALAM PENGGUNAAN ALAT

PELINDUNG DIRI DI PT HIDUP BARU KOTA BINJAI TAHUN 2014

TESIS

Oleh

NETTY JOJOR ARITONANG 127032250

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU KARYAWAN KILANG PAPAN DALAM PENGGUNAAN ALAT

PELINDUNG DIRI DI PT HIDUP BARU KOTA BINJAI TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NETTY JOJOR ARITONANG 127032250/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)
(4)

Telah diuji pada

Pada Tanggal : 17 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc Anggota : 1. dr.Mhd. Makmur Sinaga, M.S

2. Dr. Ir. Gerry Silaban, MKes

(5)

PERNYATAAN

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU KARYAWAN KILANG PAPAN DALAM PENGGUNAAN ALAT

PELINDUNG DIRI DI PT HIDUP BARU KOTA BINJAI TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2014

(6)

ABSTRAK

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Penggunaan alat pelindung diri merupakan upaya untuk mengurangi terjadinya bahaya kesehatan dan kecelakaan kerja.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku karyawan kilang papan dalam penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014. Jenis penelitian ini analitik dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku karyawan kilang papan dalam penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai, April hingga Mei 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan kilang papan di PT Hidup Baru Kota Binjai yaitu sebanyak 43 karyawan dan sampel berjumlah 43 orang. Analisa data dengan Chi Square dan regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pengetahuan (p = 0,038) dan sikap karyawan (p = 0,026) kilang papan di PT Hidup Baru Kota Binjai terhadap penggunaan APD dan tidak ada pengaruh motivasi karyawan terhadap penggunaan APD. Sikap memiliki pengaruh yang dominan terhadap penggunaaan APD dengan

odds ratio (OR) 7,405 artinya karyawan yang memiliki sikap positif mempunyai peluang untuk menggunakan APD 7,405 kali lebih besar dibandingkan dengan karyawan yang sikapnya negatif.

Disarankan kepada manajemen pabrik kilang papan, PT Hidup Baru Kota Binjai untuk meningkatkan pengetahuan karyawan mengenai resiko pekerjaan, memberikan pelatihan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan dan menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung kesehatan dan keselamatan pekerja. Diharapkan agar para pekerja meningkatkan pengetahuan dan sikap atas keselamatan mereka disaat bekerja, dan berperilaku aman

(7)

ABSTRACT

Occupational health and safety is an attempt to guarantee safety and improve the health standard of workers by preventing them from accidence and illness caused by job, controlling danger in the job sites, and promoting health, medication, and rehabilitation. The use of personal protection equitment (PPE) is one of the efforts to decrease the incidence of health danger and job accidence.

The objective of the research is to analyze some factors which influenced the behavior of lumber mill workers in using personal protection equitment at PT Hidup Baru, Binjai, in May, 2014. Cross sectional design was used to analyze some factors which influenced the behavior of lumber mill workers in using personal protection equitment at PT Hidup Baru. The population was all 43 lumber mill workers. The data were analyzed by using chi square test and multiple logistic regression tests.

The result of the research showed that there was the influence of the workers’ knowledge (p = 0.038) and attitude (p = 0.026) at PT Hidup Baru, Binjai, on the use of personal protection equitment. The variable of attitude had the most dominant influence on the use of PPE at Odds Ratio (OR) of 7,405 which indicated that the workers who had positive attitude had the opportunity to use personal protection equitment 9.7,405 times than those who had negative attitude.

It is recommended that the management of the lumber mill, PT. Hidup Baru, Binjai, should improve the workers’ knowledge of the risk and provide facility of training about job health and safety for them and the workers improve their knowledge, attitude, and behavior about their job safety in their job.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan, yang senantiasa

melimpahkan rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini dengan judul “Analisa Faktor-faktor yang Memengaruhi

Perilaku Karyawan Kilang Papan dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014”.

Dalam penyelesaian tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,

bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M & H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawani Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara serta seluruh jajarannya yang telah

memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis mengikuti pendidikan.

4. Dr.Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

banyak membantu, mengarahkan serta meluangkan waktu serta pikiran dalam

(9)

5. dr.Mhd. Makmur Sinaga, M.S selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan serta arahan

kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

6. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes dan Ir. Kalsum, M.Kes, selaku Komisi Penguji Tesis

yang telah memberikan banyak masukan dan arahan demi kesempurnaan tesis ini.

7. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di

Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan kerja

Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara.

8. drg. Ngenaria, M.Kes, selaku Pudir I Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan,

yang selalu memberikan motivasi.

9. drg.Adriana Hamsar, M.Kes, selaku Kajur AKG, terima kasih atas motivasinya.

10.Teman-teman di Jurusan AKG dan Peminatan Kesehatan Kerja yang telah

bersedia menjadi teman berdiskusi dan memberikan masukan untuk penyelesaian

Tesis ini.

11.Amanda yang memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian demi menyelesaikan tesis ini.

12.Terima kasih yang tak terhingga yang tulus dan ikhlas kepada keluarga tercinta,

suami T. Hutabarat, anakk-anakku yaitu Tuty Damai Hendriyani H. Amd., Tety

Dwi Oktaviana H. S.S., Yenny Theresia Putri H. Am.Keb., dan Antony Marito H.

serta abangku T.Aritonang yang selalu memberikan semangat pada diri penulis

(10)

Penulis menyampaikan dari tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahan

serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan

kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga tesis ini dapat

bermanfaat.

Medan, Juli 2014 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Netty Jojor, dilahirkan pada tanggal 16 Oktober 1959 di

Medan, anak keempat dari tujuh bersaudara dari pasangan Alm BT. Aritonag dan

Alm R. br Galingging.

Pendidikan formal penulis mulai dari Sekolah Dasar di SDN 01 Kampung

Lalang tamat tahun 1973, Sekolah Menegah Pertama di SMPN Sunggal tamat tahun

1976, Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG) tamat tahun 1980, Sekolah D-III Biologi

IKIP Bandung tamat 1996, S-1 Biologi di Universitas Jambi tamat tahun 2002.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2012 dan menyelesaikan pendidikan tahun

2014.

Pada tahun 1982 penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Jambi

(12)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SKEMA ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Hipotesis ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Perilaku ... 11

2.1.1 Pengertian Perilaku ... 11

2.1.2 Jenis Perilaku ... 12

2.1.3 Domain Perilaku ... 12

2.1.4 Perilaku Kesehatan ... 16

2.1.5 Teori Perilaku Kesehatan ... 17

2.1.6 Perilaku Organisasi ... 19

2.1.7 Motivasi ... 20

2.2 Alat Pelindung Diri ... 21

2.2.1 Pengertian Alat Pelindung ... 21

2.2.2 Tujuan dan Manfaat dari Penggunaan APD ... 22

2.2.3 Kebijakan tentang APD ... 24

2.2.4 Jenis-Jenis APD ... 26

2.3 Landasan Teori ... 30

2.4 Kerangka Konsep ... 31

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.3 Populasi dan Sampel ... 32

3.3.1 Populasi ... 32

3.3.2 Sampel ... 32

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

(13)

3.4.2 Uji Validitas ... 33

3.4.3 Uji Reliabilitas ... 34

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 36

3.5.1 Variabel ... 36

3.5.2 Definisi Operasional ... 36

3.6 Metode Pengukuran ... 37

3.6.1 Pengukuran Variabel Independen ... 37

3.6.2 Pengukuran Variabel Dependen ... 39

3.7Metode Analisis Data ... 39

BAB 4 HASIL PENELITIAN41 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

4.2 Karakteristik Responden ... 41

4.3 Analisis Univariat ... 42

4.3.1 Pengetahuan Karyawan tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 42

4.3.2 Sikap Karyawan tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 44

4.3.3 Motivasi Karyawan tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 47

4.3.4 Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 48

4.4 Analisis Bivariat ... 49

4.4.1 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 49

4.4.2 Hubungan Sikap dengan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 50

4.4.3 Hubungan Motivasi dengan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 50

4.5 Analisis Multivariat ... 51

4.5.1 Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Hidup Baru Kota Binjai ... 52

BAB 5 PEMBAHASAN ... 54

5.1 Tindakan Penggunaan APD ... 54

5.2 Pengaruh Pengetahuan terhadap Tindakan Penggunaan APD ... 58

5.3 Pengaruh Sikap terhadap Tindakan Penggunaan APD ... 62

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

6.1 Kesimpulan ... 66

6.2 Saran ... 66

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel

Independen (Pengetahuan) ... 34

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel

Independen (Sikap) ... 35

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel

Independen (Motivasi) ... 35

Tabel 3.4 Aspek Pengukuran Variabel Independen ... 38

Tabel 3.5 Aspek Pengukuran Variabel Dependen... 39

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Karyawan Kilang Papan

di PT Hidup Baru Kota Binjai ... 42

Tabel 4.2 Karakteristik Pengetahuan Karyawan tentang

Penggunaan APD ... 43

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Karyawan Katagori tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Hidup Baru

Kota Binjai ... 44

Tabel 4.4 Karakteristik Sikap Karyawan tentang Penggunaan APD ... 45

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Karyawan Katagori tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Hidup Baru

Kota Binjai ... 47

Tabel 4.6 Karakteristik Motivasi Karyawan tentang Penggunaan APD ... 47

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Motivasi Karyawan Katagori tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Hidup Baru

Kota Binjai ... 48

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Hidup Baru Kota Binjai ... 48

Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Penggunaan Alat

(15)

Tabel 4.10 Hubungan Sikap dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri

di PT Hidup Baru Kota Binjai ... 50

Tabel 4.11 Hubungan Motivasi dengan Tindakan Penggunaan Alat

Pelindung Diri di PT Hidup Baru Kota Binjai ... 51

Tabel 4.12 Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap Penggunaan Alat

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Landasan Teori Perilaku Organisasi ... 30

(17)

ABSTRAK

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Penggunaan alat pelindung diri merupakan upaya untuk mengurangi terjadinya bahaya kesehatan dan kecelakaan kerja.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku karyawan kilang papan dalam penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014. Jenis penelitian ini analitik dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku karyawan kilang papan dalam penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai, April hingga Mei 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan kilang papan di PT Hidup Baru Kota Binjai yaitu sebanyak 43 karyawan dan sampel berjumlah 43 orang. Analisa data dengan Chi Square dan regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pengetahuan (p = 0,038) dan sikap karyawan (p = 0,026) kilang papan di PT Hidup Baru Kota Binjai terhadap penggunaan APD dan tidak ada pengaruh motivasi karyawan terhadap penggunaan APD. Sikap memiliki pengaruh yang dominan terhadap penggunaaan APD dengan

odds ratio (OR) 7,405 artinya karyawan yang memiliki sikap positif mempunyai peluang untuk menggunakan APD 7,405 kali lebih besar dibandingkan dengan karyawan yang sikapnya negatif.

Disarankan kepada manajemen pabrik kilang papan, PT Hidup Baru Kota Binjai untuk meningkatkan pengetahuan karyawan mengenai resiko pekerjaan, memberikan pelatihan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan dan menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung kesehatan dan keselamatan pekerja. Diharapkan agar para pekerja meningkatkan pengetahuan dan sikap atas keselamatan mereka disaat bekerja, dan berperilaku aman

(18)

ABSTRACT

Occupational health and safety is an attempt to guarantee safety and improve the health standard of workers by preventing them from accidence and illness caused by job, controlling danger in the job sites, and promoting health, medication, and rehabilitation. The use of personal protection equitment (PPE) is one of the efforts to decrease the incidence of health danger and job accidence.

The objective of the research is to analyze some factors which influenced the behavior of lumber mill workers in using personal protection equitment at PT Hidup Baru, Binjai, in May, 2014. Cross sectional design was used to analyze some factors which influenced the behavior of lumber mill workers in using personal protection equitment at PT Hidup Baru. The population was all 43 lumber mill workers. The data were analyzed by using chi square test and multiple logistic regression tests.

The result of the research showed that there was the influence of the workers’ knowledge (p = 0.038) and attitude (p = 0.026) at PT Hidup Baru, Binjai, on the use of personal protection equitment. The variable of attitude had the most dominant influence on the use of PPE at Odds Ratio (OR) of 7,405 which indicated that the workers who had positive attitude had the opportunity to use personal protection equitment 9.7,405 times than those who had negative attitude.

It is recommended that the management of the lumber mill, PT. Hidup Baru, Binjai, should improve the workers’ knowledge of the risk and provide facility of training about job health and safety for them and the workers improve their knowledge, attitude, and behavior about their job safety in their job.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan industri yang begitu pesat telah mendorong

makin meningkatnya penggunaan mesin, peralatan kerja dan bahan bahan kimia

dalam proses produksi dengan disertai tehnik dan tehnologi dari berbagai tingkatan di

segenap sektor. Kemajuan ilmu dan tehnologi tersebut di satu pihak akan

memberikan kemudahan dan meningkatkan produktivitas tetapi dilain pihak

cenderung akan menimbulkan risiko kecelakaan apabila tidak dibarengi dengan

peningkatan pengetahuan,dan ketrampilan pekerja. Kecelakaan dan sakit ditempat

kerja, membunuh dan memakan lebih banyak korban jika dibandingkan dengan

perang dunia (Suardi,R, 2007). Oleh karena itu saat ini ilmu kesehatan kerja semakin

berkembang.

Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi

kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat

di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja

kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik

fisik, mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan

perusahaan atau organisasi melalui usaha-usaha preventif, promotif, dan kuratif

(20)

Menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

dinyatakan ahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

manusia seutuhnya dan pemangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk

mewujudkan masyarakakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata baik materiil

maupun spiritual berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional tenaga kerja

mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan

pembangunan (Depnaker, 2003). Untuk mencapai pembangunan tersebut maka

diselenggarakanlah upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan, pengobatan penyakit, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit yang

diselenggarakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan melalui

penyelenggaraan upaya kesehatan kerja (Depkes, 2004).

Melalui upaya kesehatan kerja akan terwujud tenaga kerja yang sehat dan

produktif hingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan keluarganya serta

masyarakat yang luas. Tenaga kerja tidak saja diharapkan sehat dan produktif selama

masa kerjanya tetapi juga sesudahnya, sehingga ia dapat menjalani masa pensiun dan

hari tuanya tanpa diganggu oleh berbagai penyakit dan gangguan kesehatan yang

diakibatkan oleh pekerjaan maupun lingkungan kerja pada waktu masih aktif bekerja.

Oleh karena salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui Kesehatan dan

(21)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan

keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan

kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja,

promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi (KepMenkes-RI, 2010). Kesehatan

dan Keselamatan kerja juga merupakan promosi dan pemeliharaan tertinggi tingkat

fisik, mental dan kesejahteraan sosial, dimana ada pencegahan risiko mengalami

kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, ada perlindungan pekerja

dari resiko yang dapat merugikan kesehatan menempatkan dan memelihara pekerja

dalam lingkungan kerja yang disesuaikan dengan peralatan fisiologis yang tidak

membahayakan nyawa (Suma’mur, 2009). Secara implisit kesehatan kerja

mencangkup sebagai alat mencapai derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya,

yang terdiri dari pekerja informal dan formal, dan sebagai alat untuk meningkatkan

produksi yang berlandaskan kepada meningkatnya efisiensi dan produktivitas.

Kondisi Keselamatan dam Kesehatan Kerja (K3) dalam lingkungan kerja di

Indonesia cukup memprihatinkan sehingga angka kecelakaan kerja yang

mengakibatkan tenaga kerja mengalami cacat dan meninggal dunia cukup tinggi.

Berdasarkan data dari PT Jamsostek selama Tahun 2010, petugas setiap hari melayani

klaim asuransi kematian sebanyak 52 kasus dan kecelakaan kerja berupa jatuh dan

lainnya sebanyak 400 kasus dan jumlah itu meningkat setiap tahunnya. Hal ini

disebabkan karena faktor perilaki 31.776 kasus (32,06% dari total kasus), dan kondisi

(22)

Menurut International Labour Organization (ILO) tentang kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja di dunia tahun 2011 setiap harinya 6300 orang meninggal

akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja lebih dari 2,3 juta kematian per

tahun. 317 juta kecelakaan terjadi pada pekerjaan per tahun, yang mengakibatkan

banyak absen diperpanjang . Data dari ILO menyebutkan bahwa penyebab kematian

yang berhubungan dengan pekerjaan diantaranya adalah kanker (34%), kecelakaan

(25%), peyakit saluran pernapasan (21%), penyakit kardiovaskuler (15%) dan

lain-lain (5%). Di Indonesia data dari semester pertama tahun 2011, terdapat 48,515

kecelakaan kerja. Berdasarkan data Depnakertrans tahun 2010, jumlah kecelakaan

kerja yang terjadi di Indonesia sebanyak 98.711 kasus kecelakaan kerja yang terdiri

dari meninggal 1.965, cacat total sebanyak 31 kasus, cacat sebagian sebanyak 2.313

kasus, cacat fungsi sebanyak 3.662 kasus, dan yang mengalami sembuh sebanyak

78.722 kasus (ILO, 2011)

Sebesar 80-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian manusia. Selain

kelalaian saat bekerja faktor manusia yang lain yaitu perilaku penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD). Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia mempunyai peran

yang penting dalam rangka mengembangkan dan memajukan suatu industri. Oleh

sebab itu pekerja harus diberi perlindungan melalui usaha-usaha peningkatan dan

pencegahan. Sehingga semua industri, baik formal maupun informal diharapkan dapat

(23)

PT Hidup Baru adalah industri formal yang bergerak di bidang kilang papan.

Pada olahan produksinya memiliki potensi bahaya yaitu debu yang dihasilkan oleh

serpihan kayu yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi paru, serpihan kayu

yang dapat menyebabkan tertusuknya tangan hingga terluka, suara mesin yang bising

yang lama kelamaan dapat menggangu pendegaran para pekerja dan potensi bahaya

lainnya yaitu tertimpa balok kayu saat memindahkan kayu. Kondisi industri tersebut

dalam hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) masih sangat kurang memadai dan

juga kurang mendapatkan perhatian. Hal ini terlihat dari pihak manajemen yang

menyatakan bahwa terjadi hambatan dalam praktek Kesehatan dan keselamatan Kerja

di lingkungan industri ini. Hambatan yang terjadi disebabkan oleh para pekerjanya

sendiri yang tidak paham akan konsep kesehatan dan keselamatan kerja, sehingga

banyak pekerja yang mengabaikan kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri baik

melalui perilaku yang tidak aman ataupun tidak berusaha untuk mengantisipasi resiko

bahaya di saat mereka bekerja dengan menggunakan APD. Pemahaman pekerja

mengenai kesehatan dan keselamatan kerja yang rendah disebabkan karena pihak

manajemen tidak pernah melakukan pelatihan kepada pekerjanya. Pada kenyataanya

pekerja di industri formal skala kecil kurang mendapatkan perhatian dari instansi

terkait, kurang mendapatkan promosi dan pelayanan kesehatan yang memadai, tidak

sesuainya rancangan tempat kerja, kurang baiknya prosedur atau penggorganisasian

(24)

Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat

mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit

akibat kerja, Pada pekerja kilang salah satu resiko di tempat kerja adalah debu dari

serbuk kayu. debu adalah partikel yang merupakan salah satu faktor kimia yang ada

di tempat kerja (Meita 2012). Debu adalah partikel-partikel zat padat yang

disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis dari bahan-bahan organik

maupun anorganik. Akibat penumpukan debu yang tinggi di paru-paru dapat

menyebabkan kelainan dan kerusakan paru (Agus, 2011).

Kondisi lingkungan di tempat kilang papan memiliki resiko potensi bahaya

terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja. Resiko yang dapat dialami oleh pekerja

kilang antara lain tertimpa kayu saat memindahkan kayu, potensi terjadinya

kecelakaan kerja pada mesin pemotongan kayu, potensi debu dari serbuk kayu yang

dapat menyebabkan kerusakan paru. Suara mesin yang keras dan kontinu dapat

membuat gangguan pendengaran bisa terganggu. Beberapa para pekerja di kilang

papan juga mangalami gangguan batuk-batuk dan sesak nafas, pendengaran dari

beberapa pekarjapun sepertinya berkurang karena mereka baru bisa mendengar suara

temannya jika berteriak . Melihat tingginya risiko terhadap gangguan kesehatan pada

para pekerja kilang maka perlu dilaukan upaya-upaya pencegahan terhadap kejadian

penyakit atau traumatik akibat lingkungan kerja dan faktor manusianya yang salah,

(25)

Alat pelindung diri adalah suatu alat yang mempunyai kemempuan untuk

melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga

kerja dari bahaya di tempat kerja. Alat pelindung diri dipakai setelah usaha rekayasa

(engineering) dan cara kerja yang aman telah maksimun (Depnakertrans RI, 2004).

Penggunakan alat pelindung diri sangat dipengaruhi oleh motivasi pekerja. Pekerja

sering merasa remeh dan menganggap ringan potensi bahaya kerja yang ada di tempat

kerja. Perilaku demikian disebabkan karena kurangnya pengetahuan, sikap para

pekerja dalam menjaga dirinya dari potensi bahaya kesehatan dan kecelakaan kerja.

Banyak pekerja belum menyadari bahwa pentingnya keselamatan dan

kesehatan kerja dalam melaksanakan pekerjaan. Hal ini masih terlihat dari

banyaknya pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri dengan lengkap,

walaupun alat pelindung diri bukan satu-satunya sarana untuk menghindari

kecelakaan kerja, namun merupakan alternatif terakhir untuk menghindari bahaya

tersebut. Kecelakaan kerja dapat menimpa setiap orang dalam melakukan pekerjaan,

karena kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak

diinginkan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses

dalam suatu pekerjaan.

Perilaku kesehatan yang dikembangkan oleh Albert Bandura yang terkenal

dengan sebutan social cognitive theory menyatakan terdapat tiga faktor yang

memengaruhi perilaku kesehatan yaitu individu, faktor sosial dan lingkungan, dimana

satu sama lain saling menentukan. Perilaku Organisasi ataupun Perilaku kerja

(26)

Perilaku organisasi adalah yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok,

dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan

semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi. (Stephen P. Robbins, 2007).

Bekaitan dengan penggunaan APD, diharapkan penggunaan APD dapat dijadikan

sebagai perilaku para pekerja untuk membuatpara pekerja bekerja secara lebih efektif.

Dari survei pendahuluan yang dilakukan pada kilang papan di PT Hidup

Baru. Saat ini pihak manajemennya tidak menyediakan APD seperti masker, sarung

tangan, ear plug, maupun pakaian ganti dahulu pihak manajemen menyediakan alat

pelindung diri bagi pekerjanya seperti masker dan sarung tangan, akan tetapi banyak

pekerja yang tidak mau menggunakan, sehingga perusahaan tidak lagi menyediakan

APD. Sebagian kecil pekerja sudah memakai APD, walaupun APD yang mereka

gunakan masih belum lengkap ada yang hanya menggunakan masker saja ataupun

hanya menggunakan sarung tangan saja dan sebagian besar dari pekerja tersebut tidak

menggunakan APD, beberapa orang yang tidak menggunakan APD menyatakan

bahwa mereka sudah biasa melakukan pekerjaan tersebut, jadi tidak perlu takut saat

bekerja, dan penggunaan APD seperti masker atau sarung tangan mereka anggap

mengurangi rasa kenyamanan saat bekerja. Dari latar belakang di atas, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian analisa faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku karyawan kilang papan dalam penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup

(27)

1.2. Permasalahan

Penggunaan alat pelindung diri merupakan upaya untuk mengurangi

terjadinya bahaya kesehatan dan kecelakaan kerja, namun hasil observasi yang

dilakukan di lapangan masih banyak pekerja yang tidak menggunkan APD. Maka

peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku

karyawan kilang papan dalam tindakan penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup

Baru Kota Binjai Tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku karyawan kilang papan dalam tindakan penggunaan alat

pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh faktor-faktor tersebut pada

perilaku karyawan kilang papan dalam tindakan penggunaan alat pelindung diri di PT

Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Memberikan masukan bagi PT Hidup Baru Kota Binjai dalam meningkatkan

(28)

derajat kesehatan pekerja setinggi-tingginya sehingga dapat meningkatkan kualitas

produktivitas kerja.

b. Bagi kalangan akademik, penelitian ini tentunya bermanfaat sebagai kontribusi

untuk memperkaya khasanah keilmuan pada umumnya dan pengembangan

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang

bersangkutan. Manusia sebagai salah satu makluk hidup mempunyai bentangan yang

sangat luas, antara lain: berbicara, berjalan, menangis, tertawa, kuliah, menulis,

membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat

diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,

2007). Menurut Skinner, yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan

dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau

Stimulus Organisme Respon

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua:

1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup

(30)

persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (Overt Behavior)

Respon seseorang dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon seseorang

terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang

dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain

2.1.2 Jenis Perilaku

Menurut Notoatmodjo, 2010 perilaku dibagi menjadi dua bagian yaitu

1. Perilaku yang alami (Innate Bahavior)

Perilaku alami yaitu yang dibawa sejak organisme dilahirkan yang berupa reflex

dan insting

2. Perilaku Operan (Operant Behavior)

Perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar, sebagian

besar perilaku manusia adalah perilaku operan.

2.1.3 Domain Perilaku

Teori Bloom yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010) membedakan perilaku

dalam 3 domain perilaku yaitu : kognitif (cognitive), afektif (affective) dan

psikomotor (psychomotor). Untuk kepentingan pendidikan praktis, teori ini kemudian

dikembangkan menjadi 3 ranah perilaku yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

(31)

panca indra manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) Tingkat

pengetahuan di dalam domain kognitif (Notoatmodjo, 2010), tercakup dalam 6

tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima

b. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan suatu materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation), tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan kemampuan

(32)

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat lansung dilihat,

tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap

secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulus sosial. Newcomb salah seorang ahli psikososial dikutip

Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap

belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku

Menurut Allport dikutip Notoatmodjo (2007) sikap itu terdiri dari 3 komponen

pokok yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan

(33)

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,

yaitu:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima

ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Tindakan (practice)

Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk

bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu

(34)

seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan

penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia

akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai

baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

2.1.4 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan (health behaviour) adalah respon seseorang terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor

yang memengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman,

dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua

aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang

tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau

melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan,

dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Oleh sebab

itu perilaku kesehatan ini pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua yakni

(Notoatmodjo, 2010) :

1. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Oleh sebab itu perilaku

ini disebut perilaku sehat (healthy behaviour).

2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk

memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Oleh sebab itu

(35)

behaviour). Tempat pencarian kesembuhan ini adalah tempat atau fasilitas

pelayanan kesehatan seperti RS, puskesmas, poliklinik, dan lain-lain.

2.1.5 Teori Perilaku Kesehatan

Perilaku dan budaya kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu

faktor penting dalam meminilisasi terjadinya kecelakaan kerja. pada beberapa

penelitian yang dilakukan perilaku merupakan salah satu faktor penting yang dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. terdapat beberapa teori yang berhubungan

dengan teori yang berhubungan dengan perilaku tersebut antara lain:

1. Social Cognitive Theory

Social Cognitive Theory merupakan teori perilaku kesehatan yang dikembangkan

oleh Albert Bandura. Terdapat tiga faktor yang mempenagruhi perilaku kesehatan

yaitu faktor personal, faktor sosial, dan lingkungan, dimana satu sama lain saling

menentukan yang besrifat dinamis, berkesinambungan, dimana perubahan satu faktor

akan mempengaruhi perubahan pada dua faktor lainnya (Glanz, 2002).

Teori sosial kognitif digunakan untuk mengenal dan memprediksi perilaku

individu dan grup serta mengidenfikasi metode-metode yang tepat dalam mengubah

perilaku. Teori ini erat hubungannya dengan pembelajaran seseorang menjadi pribadi

yang lebih baik. Teori ini menjelaskan bahwa dalam belajar, pengetahuan,

pengalaman pribadi, karakteristik individu seperti (persepsi dan motivasi)

(36)

2. Teori Ramsey

Ramsey mengemukaakan bahwa perilaku kerja yang aman atau terjadinya

perilaku yang dapat menyebabkan kecelakaan, dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor

yaitu:

a. Pegamatan

Seseorang mengamati suatu bahaya yang mengancam. Bila seseorang tidak

mengamati atau salah mengamati adanya bahaya maka ia tidak akan

menampilakan perilaku kerja yang aman

b. Kognitif (pengetahuan)

Seseorang harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai potensi bahaya

sehingga ia dapat berperilaku kerja yang aman.

c. Pengambilan keputusan

Perilaku kerja seseorang akan aman jika ia memiliki keputusan untuk

menghindari walaupun yang bersangkutan telah melihat dan mengetahui bahwa

yang dihadapi tersebut merupakan suatu yang membahayakan.

d. Kemampuan

Perilaku seseoarang dalam bekerja akan aman jika ia memilki kemampuan

(37)

2.1.6 Perilaku Organisasi

Organisasi adalah sekumpulan orang yang bekerja bersama-sama untuk

mencapai tujuan tertentu. Organisasi, yang berbeda dari sekadar sekumpulan orang

karena mempunyai tujuan yang spesifik dan memiliki struktur yang lebih formal,

terbentuk bilamana beberapa orang bergabung, menjalankan dan mengkoordinasikan

tugas dan tanggung jawab untuk tujuan tertentu. Dapat dikatakan pula bahwa

organisasi sebagai usaha mendapatkan sumber daya dan memanfaatkannya,

diharapkan dengan cara yang efisien, untuk menghasilkan. Yang dimaksud dengan

perilaku organisasi adalah kegiatan-kegiatan dan proses yang digunakan oleh

anggota-anggota organisasi untuk melakukan hal itu.

Perilaku organisasi membahas seluruh kegiatan organisasi yang di dalamnya

terdapat, perilaku manusia, budaya, sosial dan sistem yang mendukung adanya organi

sasi

Perilaku unit terdiri dari pengetahuan, motivasi, kepribadian, emosi-emosi,

persepsi, pelatihan, keefektifan pemimpin, kepuasaan pekerjaan, pembuatan dan

sikap. Jika dikaitkan dengan penggunaan APD yang memiliki tujuan untuk mencapai

kesehatan dan keselamatan kerja maka dibutuhkan perilaku unit kerja yang sistematis. tersebut. Sehingga antara manusia dan organisasi dapat saling mempengaruhi.

Perilaku organisasi adalah bidang studi yang mempelajari pengaruh yang dimiliki

olehindividu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalam organisasi yang

bertujuan untuk meningkatkan efektifitas suatu organisasi. Sistem pengendalian

(38)

2.1.7 Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau

menggerakkan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan

potensi agar bekerja mencapai tujuan yang ditentukan (Malayu S.P Hasibuan, 2006).

Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku beraktifitas dalam

pencapaian tujuan. Motivasi ada karena adanya kebutuhan seseorang yang harus

segera mencapai tujuan. Motivasi adalah suatu perangsang keinginan (Want) dan

daya tertentu yang ingin dicapai. Tingkah laku seseorang dipengaruhi serta

dirangsang oleh keinginan, kebutuhan, tujuan dan kepuasannya. Rangsangan timbul

dari diri sendiri dan dari luar atau lingkungan. Rangsangan matariil dan non materiil

ini akan menciptakan motivasi yang mendorong orang bekerja atau beraktivitas untuk

memperoleh kebutuhan dan kepuasan dari kerjanya (Malayu S.P Hasibuan, 2006).

Oleh sebagian besar ahli, proses motivasi diarahkan untuk mencapai tujuan.

Tujuan atau hasil yang dicari karyawan dipandang sebagai kekuatan yang bisa

menarik orang. Memotivasi orang adalah proses manajemen untuk mempengaruhi

tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang

tergerak (Suarli dan Bahtiar, 2010). Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan

dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situasion). Motivasi terbentuk dar

sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahan. Motivasi

merupakan kondisi atau energy yang menggerakkan diri karyawan karyawan yang

(39)

positif terhadap situasi itulah yang memperkuat motivasi kerja untuk mencapai

kinerja maksimal.

Dari definisi motivasi diatas dapat ditarik sutu kesimpulan 3 faktor pokok

dalam motivasi adalah motivasi menjadi kekuatan pendorong bagi seseorang untuk

berperilaku tertentu adanya orientasi tertentu untuk tujuan tertentu dan adanya

kebutuhan pribadi. Jadi motivasi merupakan dorongan bagi seseorang berperilaku

tertentu untuk mencapai keinginannya sehingga tercapai kesesuaian antara kebutuhan

pribadi dengan tujuan organisasi. Kesesuaian akan dapat menimbulkan sinergi dalam

mencapai organisasi (Mitfah, 2003).

2.2 Alat Pelindung Diri

2.2.1 Pengertian Alat Pelindung

Alat pelindung diri perorangan adalah alat yang digunakan seseorang dalam

melakukan pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi dirinya dari sumber

bahaya tertentu, baik yang berasal dari pekerjaan dan berguna dalam usaha untuk

mencegah atau mengurangi kemungkinan cedera atau sakit. Alat pelindung diri

adalah suatu alat yang mempunyai kemempuan untuk melindungi seseorang dalam

pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja.

Alat pelindung diri dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dan cara kerja yang

aman telah maksimun (Depnakertrans RI, 2004)

Alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan-ketentuan

(40)

1. Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya

2. Berbobot ringan

3. Dapat dipakai secara fleksibel (tidak memedakan jenis kelamin)

4. Tidak menimbulakan bahaya tambahan

5. Tidak mudah rusak

6. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada

7. Pemeliharaan mudah

8. Penggantian suku cadang mudah

9. Tidak membetasi gerak

10. Rasa tidak nyaman tidak berlebihan

11. Bentuknya cukup menarik

Menurut Boediono yang mengutip anjuran ILO (1989), beberapa kriteria

dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis peralatan pelindung, ada dua hal yang

penting yaitu:

1. Apapun sifat bahayanya, peralatan pelindung harus memberikan perlindungan

terhadap bahaya tersebut

2. Peralatan pelindung tersebut harus ringan dipakinya dan awet dan membeuat rasa

kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan mobilitas, pengelihatan,

(41)

2.2.2 Tujuan dan Manfaat dari Penggunaan APD

Tujuan penggunaan APD adalah:

1. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa dan administrative tidak dapat

dilakukan dengan baik

2. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja

3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman

Manfaat pengunaan APD adalah:

1. Untuk melindungi seluruh/ sebagian tubuh terhadap kemungkinan adanya potensi

bahya / kecelakaan kerja

2. Mengurangi resiko akibat kecelakaan

Keuntungan penggunaan APD dapat dirasakan oleh tiga pihak yaitu perusahaan,

tenaga kerja, masyarakat dan pemerintah (Suma’mur 2009) :

1. Perusahaan

a. Meningkatkan keuntungan karena hasil produksi dapat terjamin baik jumlah

maupun mutunya

b. Penghematan biaya pengobatan serta pemeliharaan kesehtan para tenaga kerja

c. Menghindari terbuangnya jam kerja akibat absentisme tenaga kerja sehingga

dapat tercapai produktivitas yang tinggi dan dengan efisiensi yang optimal

2. Tenaga kerja

a. Menghindari diri dari resiko pekerjaan seperti kecelakaan kerja dan penyakit

(42)

b. Memberikan perbaikan kesejahteraan pada tenaga kerja sebagai akibat adanya

keuntungan perusahaan

3. Masyarakat dan pemerintah

a. Meningkatkan hasil produksi dan mengutamakan perekonomian negara dan

jaminan yang memuaskan bagi masyarakat

b. Menjamin kesejahteraan masyarakat tenaga kerja, berarti melindungi sebagian

penduduk Indonesia dan membantu usaha-usaha kesehatan pemerintah

c. Kesejahteraan tenaga kerja, berarti menjamin kesejahteraan keluarga secara

langsung

d. Merupakan suatu usaha kesehatan masyarakat yang akan membentu kearah

pembentukan masyarakat sejahtera

e. Kebiasaan hidup sehat diperusahaan akan membantu penerapannya dalam

pembinaan kesehatan masyarakat.

2.2.3 Kebijakan tentang APD

Undang-undang N0. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan pasal 108

menyatakan bahwa “setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan

atas : Keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusialaan, perlakuan yang sesuai

dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama”. Oleh karena itu upaya

perlindungan terhadap pekerja akan bahaya khususnya pada saat melaksanakan

(43)

Penggunaan APD di tempat kerja telah diatur pada Undang-Undang No. 1

Tahun 1970 antara lain:

1. Pasal 3 ayat 1 butir F menyatakan bahwa salah satu syarat-syarat keselamatan

kerja adalah dengan cara memberikan alat pelindung diri (APD) pada pekerja

2. Pasal 9 ayat 1 butir C menyatakan bahwa pengurus (perusahaan) diwajibkan

menunjukkan dan menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru tentang alat-alat

pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan

3. Pasal 12 butir B menyatakan bahwa tenaga kerja diwajibkan untuk memakai alat

pelindung diri (APD)

4. Pasal 12 butir E menyatakan bahwa pekerja boleh mengatakan keberatan apabila

alat pelindung diri yang diberikan diragukan tingkat keamanannya

5. Pasal 13 menyatakan barang siapa yang memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan

mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat pelindung diri yang

diwajibkan

6. Pasal 14 butir C meyatakan bahwa pengurus diwajibkan untuk menyediakan

secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja

yang berada di bawah pimpinanya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang

memasuki tempat kerja tersebut.

Kebijakan dalam bentuk sanksi dan pemberian penghargaan/ hadiah ternyata

mempunyai makna dalam meningkatkan motivasi berperilaku pekerja terutama dalam

(44)

2.2.4 Jenis-Jenis APD

Alat-alat proteksi diri beraneka ragam bentuknya. ada 8 jenis APD, dimana

penggolongannya berdasarkan bagian-bagian tubuh yang dilindunginya:

1. Alat pelindung Kepala

Alat ini terdiri dari alat pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan,

terbuat dari bahan yang kuat, tahan terhadap benturan, tusukan, api, air, dan listrik

tegangan rendah maupun tinggi. Pelindung kepala dapat pula dikombinasi dengan

tutup telinga. Penggunaan alat ini bertujuan untuk melindungi kepala dari bahaya

terbentur dengan benda tajam atau keras yang menyebabkan luka, tergores, terpotong,

tertusuk, terpukul oleh benda-benda jatuh, malayang dan meluncur, juga melindungi

kepala dari panas radiasi, api, percikan bahan-bahan kimia korosif dan mencegah

rambut rontok dengan bagian mesin yang berputar. Tenaga kerja wanita dengan

rambut yang panjang sering mengalami kecelakaan akibat rambutnya terjerat dalam

mesin yang berputar.

2. Alat Pelindung Mata

Kacamata pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari kemungkinan

kontak dengan bahaya karena percikan atau kemasukan debu-debu, gas-gas uap,

cairan korosif, partikel-partikel melayang, atau terkena radiasi gelombang

(45)

Ada lima tipe alat pelindung mata:

a. Spectacles

b. Eye Shields (kacamata tanpa pelindung samping)

c. Gogles (cup type dan box type)

d. Face screen

e. Visors

3. Alat Pelindung muka

Alat ini digunakan untuk melindungi wajah dari bahaya cedera dari percikan

api atau bahan berahaya lainnya pada saat bekerja seperti pada pengelasan. Bentuk

dari pelindung muka bermacam-macam, dapat berbentik helm las (helmet welding)

dan kedok las (handshield welding).

4. Alat Pelindung Kaki

Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa benda-benda

berat, percikan larutan asam dan basa yang korosif atau cairan yang panas, terinjak

benda-benda tajam dan terlindungi dari dermatitis/ eksim karena zat-zat kimia dan

kemungkinan tersandung atau tergelincir. Sepatu yang digunakan disesuaikan dengan

jenis resiko, seperti:

a. Pada industri ringan/ tempat kerja biasa

b. Sepatu pelindung (safety shoes) atau sepatu boot

c. Untuk mencegah tergelincir, dipakai sol anti slip luar dari karet alam atau

sintesik dengan bermotif timbul (permukaan kasar)

(46)

e. Terhadap bahaya listrik, sepatu seluruhnya harus dijahit atau direkat tidak

boleh menggunakan paku

f. Sepatu atau sandal yang berlandaskan kayu, baik dipakai pada tempat kerja

yang lembab, lantai panas.

g. Sepatu boot dari sintesis untuk pencegahan bahan-bahan kimia

h. Untuk bekerja dengan logam cair atau benda panas, ujung celana tidak

boleh dimasukkan ke dalam sepatu, karena cairan logam atau bahan panas

dapat masuk kedalam sepatu

5. Alat Pelindung Tangan

Alat pelindung tangan berfungsi melindungi tangan dan jari-jari dari api, panas

dingin, radiasi elektromagnetik dan radiasi mengion, listrik, bahan kimia, benturan

dari pukulan, luka, lecet dan infeksi. Bentuknya macam-macam antara lain:

a. Sarung tangan (gloves)

b. Mitten : sarung tangan dengan ibu jari terpisah sedang jari lain menjadi satu

c. Hand pad : melindungi telapak tangan

d. Sleeve: untuk pergelangan tangan sampai lengan, biasanya digabung

dengan sarung tangan

6. Alat Pelindung Telinga

Alat pelindung telinga terdiri dari dua jenis (ear plug) dan tutup telinga (ear muff):

a. Sumbat telingan

Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan

(47)

sumbat telinga adalah tidak tepat ukurannya dengan lubang telinga pemakai,

kadang-kadang lubang telinga kanan tidak sama dengan yang kiri

Sumbat telinga dapat terbuat dari karet, plastic keras, plastic lunak, lilin dan

kapas. Yang disenangi adalah jenis karet dan plastic lunak karena bisa

menyesuaikan bentuk dengan lubang teliga. Kemampuan atenuasi (daya

lindung) antara 25-30 dB. Bila ada kebocoran sedikit saja, dapat mengurangi

atenuasi kurang lebih 15dB.

b. Tutup Telinga

Tutup telinga ada beberapa jenis, antenuasinya pada frekuensi antara 280-400

Hz sampai 42dB (35-45 dB) dan untuk frekuensi biasa antara 25-30 dB. Untuk

keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat telinga

sehingga dapat antenuasi yang lebih tinggi, tapi tidak lebih dari 50 dB, karena

hantaran suara melelui tulang masih ada.

7. Alat Pelindung Tubuh

Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian tubuh yaitu

mulai dari dada sampai lutut dan overalls yang menutupi seluruh badan . pakaian

pelindung digunakan untuk melindungi pemakainnya dari percikan cairan, api,

larutan bahan-bahan kimia korosif dan oli, cuaca kerja (panas, dingin, lembab).

Pakaian pekeja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas

(tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak ada lipatan-lipatan yang mungkin

mendatangkan bahaya. pakaian kerja wanita sebaiknya menggunkana celana panjang,

(48)

2.3 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan untuk menganalisis perilaku pekerja terhadap

penggunaan APD adalah teori perilaku organisasi. Perilaku organisasi adalah tingkah

laku yang berusaha menjelaskan tindakan-tindakan manusia secara individu-individu

maupun kelompok di dalam organisasi. Perilaku organisasi pada analisis individual

terdiri pengetahuan, persepsi, motivasi, kepribadian, pelatihan, kepuasaan,

penghargaan kinerja, rancangan kerja dan tekanan kerja, perilaku organisasi ini akan

menjelaskan tindakan-tindakan manusia. Hal ini dapat dikatan bahwa perilaku

[image:48.612.113.505.362.565.2]

pekerja akan menjelaskan tindakan pekerja dalam penggunaan APD

Gambar 2.1. Landasan Teori Perilaku Organisasi Unit Individu:

1. Pengetahuan 2. Motivasi 3. Kepribadian 4. Emosi-emosi 5. Persepsi 6. Pelatihan

7. Keefektifan pemimpin 8. Kepuasaan Pekerjaan 9. Pembuatan keputusan

individual

10.Penghargaan kinerja 11.Ukuran sikap

Perilaku Organisasi

(49)

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan rumusan teori tersebut, maka penulis dapat merumuskan kerangka

penelitian serta variabel-variabel yang akan diteliti, seperti pada gambar berikut:

[image:49.612.122.519.199.315.2]

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Konsep utama penelitian ini adalah menganalisa pengaruh perilaku karyawan

kilang papan dalam penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan motivasi

sedangkan variabel dependen adalah tindakan penggunaan APD.

Perilaku Karyawan

Pengetahuan

Sikap

Motivasi

Tindakan Penggunaan

(50)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan

pendekatan desain cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana cara pengukuran

variabel bebas dan variabel terikat dalam waktu yang bersamaan, untuk menganalisa

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku karyawan kilang papan dalam tindakan

penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014. Penelitian

dilaksanakan mulai Mei 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh karyawan kilang papan di PT Hidup Baru

Kota Binjai yaitu sebanyak 43 karyawan.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, dalam penelitian ini besar sampel yang

(51)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara

secara terstruktur dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti untuk

diajukan dan diisi oleh karyawan kilang papan di PT Hidup Baru Kota Binjai yang

menjadi responden secara langsung.

3.4.1 Jenis Data

Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dengan

berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan lebih dahulu.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari PT Hidup Baru Kota Binjai. Data yang diperoleh

meliputi data jumlah karyawan yang bekerja pada Tahun 2014 dan juga mengenai

profil perusahaan.

3.4.2 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui validitas dilihat dari nilai corrected

item corelation dengan ketentuan jika nilai r corrected item total masing-masing item

> rtabel (=0,361 pada taraf signifikansi 5%, n = 30) maka item pertanyaan valid, dan

(52)

3.4.3 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya/diandalkan. Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran

atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali

dalam waktu yang berlainan. Teknik menghitung indeks reliabilitas dengan metode

Cronbach Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur lebih dari satu kali

[image:52.612.113.512.428.643.2]

pengukuran dengan ketentuan jika r Cronbach Alpha > rtabel

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Independen (Pengetahuan)

, dinyatakan reliabel dan

jika r Cronbach Alpha < r tabel, dinyatakan tidak reliabel (Riduwan, 2002; Nursalam,

2008). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di PT Kilang Somil (Kayu Papan) Hasil

uji validitas dan reabilitas kuesioner dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Variabel Nilai Corrected Item-Total

Status

Pengetahuan 1 0,850 Valid

Pengetahuan 2 0,527 Valid

Pengetahuan 3 0,820 Valid

Pengetahuan 4 0,800 Valid

Pengetahuan 5 0,800 Valid

Pengetahuan 6 0,591 Valid

Pengetahuan 7 0,634 Valid

Pengetahuan 6 0,609 Valid

Pengetahuan 9 0,427 Valid

Pengetahuan 10 0,630 Valid

Pengetahuan 11 0,753 Valid

Pengetahuan 12 0,720 Valid

Reliabilitas Cronbach’s Alpha = 0,924

Berdasarkan Tabel 3.1 di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel pengetahuan

(53)

cronbach alpha 0,924, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel

[image:53.612.113.525.217.409.2] [image:53.612.116.525.579.690.2]

pengetahuan valid dan reliabel

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Independen (Sikap)

Variabel Nilai Corrected Item-Total

Keterangan

Sikap 1 0,815 Valid

Sikap 2 0,497 Valid

Sikap 3 0,815 Valid

Sikap 4 0,807 Valid

Sikap 5 0,710 Valid

Sikap 6 0,843 Valid

Sikap 7 0,843 Valid

Sikap 8 0,759 Valid

Sikap 9 0,510 Valid

Reliabilitas Cronbach’s Alpha = 0,915

Berdasarkan Tabel 3.2 di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel sikap

sebanyak 9 pertanyaan mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel) dengan nilai

cronbach alpha 0,915 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel

sikap valid dan reliabel.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Independen (Motivasi)

Variabel Nilai Corrected Item-Total

Keterangan

Motivasi 1 0,794 Valid

Motivasi 2 0,789 Valid

Motivasi 3 0,687 Valid

Motivasi 4 0,853 Valid

Motivasi 5 0,573 Valid

(54)

Berdasarkan Tabel 3.2 di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel motivasi

sebanyak 5 pertanyaan mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel) dengan nilai

cronbach alpha 0,893 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel

motivasi valid dan reliabel.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan motivasi.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tindakan alat pelindung diri pada

karyawan kilang papan di PT Hidup Baru Kota Binjai.

3.5.2 Definisi Operasional

Untuk lebih mengarahkan dalam pembahasan penelitian ini, maka penulis

memberikan defenisi opersional yang meliputi:

1. Tindakan penggunaan alat pelindung diri adalah karyawan menggunakan alat

untuk melindungi dirinya dari sumber bahaya saat melakukan pekerjaannya

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh pekerja mengenai APD

(Alat Pelindung Diri)

3. Sikap adalah tanggapan pekerja terhadap segala sesuatu tentang pentingnya

penggunaan APD

(55)

3.6 Metode Pengukuran

Metode pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

3.6.1 Pengukuran Variabel Independen

1. Pengetahuan responden tentang penggunaan APD di ukur dengan menggunakan

kuesioner terdiri dari 12 pertanyaan, jika jawaban benar diberi skor 1 dan salah

diberi skor 0. Maka diperoleh skor terendah 0 dan skor tertinggi 12. Pengetahuan

dikatagorikan sebagai berikut:

0= Pengetahuan tinggi jika menjawab ≥ 60% pertanyaan dengan benar ( 7-12)

1= Pengetahuan rendah jika menjawab < 60% pertanyaan dengan benar (0-6)

Skala : Ordinal

2. Pengukuran sikap tentang penggunaan APD diukur dengan menggunakan

kuesioner terdiri dari 9 pertanyaan, jika jawaban sangat setuju diberi skor 4, setuju

diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1.

Maka diperoleh skor terendah 9 dan skor tertinggi 36. Sikap dikatagorikan sebagai

berikut:

0= Sikap Positif jika menjawab ≥ 60% pertanyaan dengan benar

(skor 25-36)

1= Sikap Negatif jika menjawab <60% pertanyaan dengan benar

(skor 9-24)

(56)

3. Motivasi

Pengukuran motivasi dengan menggunakan kuesioner terdiri dari 5 pertanyaan, jika

jawaban ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0. Maka diperoleh skor terendah 0 dan

skor tertinggi 1. Peraturan dikatagorikan sebagai berikut:

0= Ada jika menjawab ≥ 60% pertanyaan dengan benar (skor 3-5)

1= Tidak ada jika menjawab < 60% pertanyaan dengan benar (skor 0-2)

[image:56.612.110.531.329.658.2]

Skala : Ordinal

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Independen

Variabel Definisi

Operasional Dimensi Indikator

Pengukuran

Independen Skala

Perilaku Tingkah laku

karyawan

Pengetahun Pengertian APD

Manfaat APD Penggunaan APD Resiko tidak mengguna an APD

Tinggi ( 7-12) Rendah (0-6)

Ordinal

Sikap 1. Resiko di

tempat kerja 2. Resiko pekerjaan 3. Penggunaan APD 4. Interaksi pekerja dengan penggunaan APD Positif (25-36) Negatif (9-24) Ordinal Tingkah laku karyawan

Motivasi 1. Penyediaan

APD 2. Pemberian pelatihan 3. Pemberian sanksi atau penghargaan Ada (3-5) Tidak Ada (0-2)

(57)

3.6.2 Pengukuran Variabel Dependen

Pengukuran variabel dependen yaitu tindakan alat pelindung diri disusun

dalam 1 pertanyaan dengan pilihan jawaban sebanyak 2 butir, jika menjawab ya

diberi tanda 1, dan jika tidak menggunakan alat pelindung diri diberi tanda 0,

kemudian dikategorikan menjadi:

0= Menggunakan APD

1= Tidak Menggunakan APD (tidak menggunakan salah satu APD)

[image:57.612.109.524.360.550.2]

Skala: Nominal

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Dependen Variabel Definisi

Operasional

Dimensi Indikator Pengukuran Independen Skala Tindakan Alat Pelindung Diri Tindakan karyawan dalam menggunakan alat untuk melindungi dirinya dari sumber bahaya saat melakukan pekerjaannya Tindakan APD 1. Memberikan perlindungan dari bahaya

2. Berbobot ringan

3. Kualitas APD

a. Tidak

menimbulkan bahaya tambahan

b. Tidak mudah

rusak

c. Mudah

pemeliharannya

d. Tidak membatasi

gerak

Menggunakan Tidak

menggunakan

Nominal

3.7. Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan langkah selanjutnya adalah menganalisis hubungan

antar variabel bebas dengan variabel terikat, pada penelitian dengan menggunakan

program komputerisasi, kemudian dilakukananalisis data secara bertahap. Adapun

(58)

1. Analisis univariat yang merupakan analisis deskriptif untuk melihat distribusi

frekuensi pada tiap variabel (variabel bebas dan terikat)

2. Analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat secara sendiri-sendiri dengan menggunakan Chi-Squre pada taraf

kepercayaan 95% (p<0,05)..

3. Analisis multivariat untuk melihat pengaruh antara variabel bebas secara bersama

sama terhadap variabel terikat uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik

(59)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PT Hidup baru merupakan salah satu pabrik kilang papan yang berlokasi di

komplek bintang terang Desa Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

Serdang. Batas batas PT Hidup Baru adalah : Sebelah Utara berbatasan dengan Deli

Serdang, Sebelah Selatan berbatasan dengan Langkat, Sebelah Timur berbatasan

dengan Tanah Karo dan Sebelah Barat berbatasan dengan Aceh

4.2. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, karakteristik responden yang dilihat meliputi umur, jenis

kelamin dan pendidikan, pekerjaan, yang berjumlah 43 karyawan kilang pa

Gambar

Gambar 2.1. Landasan Teori Perilaku Organisasi
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1  Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Independen (Pengetahuan)
Tabel 3.2  Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Independen (Sikap)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Climatic mapping, which predicts the potential distribution of organisms in new areas and under future climates based on their responses to climate in their home range, has

Nama Lengkap : Jenis Kelamin : Alamat Rumah : Tampat/Tanggal Lahir : Alamat : No.

Manioc for consumption is the only perennial crop grown here. The initial fallow disappears at the be- ginning of the simulation and then reappears in year 12, to reach 11 ha at

Kolom dan baris di bagian atas tebal menunjukkan Z yakni deviasi nilai dari mean dalam satuan SD dan sebelah dalam menunjukkan luas daerah atau jumlah individu dalam persen.. Jika

New MM : Organisasi Setiap kegiatan, misalnya pendidikanan belum ada uraian bahwa dalam implementasinya dilakukan plan, do, check dan action5. New MM : Sistem

• Merupakan hipotesis alternatif yang hanya menyatakan perbedaan tanpa melihat apakah hal yang satu lebih tinggi/rendah dari hal yang

a) Mahasiswa yang pada akhir semester pertama belum dapat mencapai IPK=2,75 untuk delapan sks terbaik akan diberi peringatan, agar berusaha lebih giat studinya