BUDAYA ORGANISASI PADA PEMERINTAHAN GAMPONG BIREUEN MEUNASAH CAPA
SKRI PS I
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Strata Satu (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
O l e h :
M U H A M M A D A K B A R P R I B A D I 0 7 0 9 0 3 0 5 0
D E P A R T E M E N I L M U A D M I N I S T R A S I N E G A R A F A K U L T A S I L M U S O S I A L D A N I L M U P O L I T I K
U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A M E D A N
A B S T R A K S I
BUDAYA ORGANISASI PEMERINTAHAN GAMPONG BIREUEN MEUNASAH CAPA UTARA
Nama : Muhammad Akbar Pribadi NIM : 070903050
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin NST M. Si
Dikeluarkannya Qanun Nomor 5 tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai implementasi dari UU no 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Gampong kemudian dilihat sebagai kesatuan masyarakat hukum dan adat dalam struktur kekuasaan terendah dan mempunyai wilayah kekuasaan sendiri serta memiliki kekayaan atau sumber pendapatan sendiri pula. Sebagai bentuk kearifan budaya masyarakat Aceh, gampong memiliki sistem nilai tersendiri yang tercermin dalam budaya organisasinya. Pemerintahan Gampong adalah wujud dari bersatunya nilai adat dan agama dalam suatu system pemerintahan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Budaya Organisasi Pemerintahan Gampong Bireuen Meunasah Capa dan untuk mengetahui peran Budaya Organisasi dalam memajukan Gampong Bireuen Meunasah Capa. Selain melihat budaya organisasi pada pemerintahan gampong secara utuh, penelitian ini juga mencoba mengungkapkan kemajuan gampong dengan diterapkan sistem pemerintahan gampong.
Metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah studi deskriptif dengan memusatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai suatu fenomena. Penelitian ini menggunakan format desain deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan,meringkaskan berbagai fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Melalui pendekatan kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan, ditelaah, kemudian . Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah budaya organisasi pada pemerintahan gampong Bireuen Meunasah Capa.
Hasilnya secara organisasi Pemerintahan Gampong adalah organisasi yang kompleks dan sangat maju. Nilai-nilai adat dan agama yang menjadi dasar dari Pemerintahan Gampong membuat Pemerintahan Gampong cukup mampu menjadi sebuah organisasi yang memiliki keseimbangan. Melalui lembaga-lembaga yang ada serta sokongan dana dari pemerintah provinsi melalui progam Bantuan Keuangan Peumakmue Gampong (BKPG), Pemerintahan Gampong mampu mempercepat pembangunan Gampong (desa), karena nilai-nilai adat dan agama yang ada di dalamnya mampu menjadi alat pemersatu.
K A T A P E N G A N T A R
Bismillahir r ahm a nir r ahiim ,
Segala Puji Bagi Allah SWT Sang Maha Pencipta. Atas Karunia dan Nikmat yang diberikan,
sehingga Kehidupan Alam Jagat Raya ini masih dapat dirasakan, dilihat dan dinikmati oleh
penulis. Rasa syukur tak terhingga kepada Sang Maha Penyayang atas nikmat hidup, umur dan
amanah yang diberikan di dunia ini serta shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada Baginda
Rasulullah, Muhammad SAW, pembawa pesan mulia bagi umat manusia dan pembawa rahmat
bagi seluruh alam beserta keluarga dan para sahabat beliau yang telah bahu membahu membawa
umat manusia ke alam tercerahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :
“BUDAYA ORGANISASI PEMERINTAHAN GAMPONG BIREUEN MEUNASAH CAPA UTARA”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan guna memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari
dorongan berbagai pihak, baik berupa dorongan moral maupun bantuan materiil. Semangat,
dukungan, dari berbagai pihak ini membuat penulis harus menyelesaikan skripsi ini sesegera
mungkin. Terutama bagi orang yang melahirkan dan membesarkan penulis hingga saat ini,
pendidik mulai dari dalam kandungan hingga penulis dewasa seperti saat ini. Beliau adalah
Ibunda Romaniar dan Ayahanda Sabaruddin T yang dengan segenap hati telah membesarkan
dan mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis. Begitu juga kepada kakak-kakak penulis
Muhammad Akmal Pribadi, Riska Amelia dan Rauya Fitri yang selama ini menjadi tempat
penulis untuk berbagi di dalam keluarga.
Selama mengerjakan skripsi ini, dimulai dari awal hingga penyelesaiannya, penulis
banyak mendapatkan kemudahan dan kontribusi berkat pihak-pihak lain, baik langsung maupun
tidak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Melalui kata pengantar ini, ucapan terima kasih
penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si dan selaku Ketua Departemen dan
pembimbing penulis yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP Selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara
FISIP USU.
4. Para Dosen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah
SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.
5. Para Staf Pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara dan Bagian Pendidikan
Departemen Ilmu Administrasi Negara, kepada Kak Mega dan Kak Dian yang telah
banyak membantu memberikan kemudahan dalam urusan administrasi.
6. Kepada seluruh staf Pemerintahan Gampong Meunasah Capa, terutama kepada Keuchik
Zainal Bahryus yang telah memberi kemudahan bagi penulis saat menyusun penelitian.
Selanjutnya kepada Imam Gampong Tgk. Sofian Suri dan Ketua Tuha Peut H. Ibrahim
penulis ucapkan kepada seluruh masyarakat gampong Bireuen Meunasah Capa yang ikut
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini
7. Kepada Camat Kota Juang bapak Dahlan SE yang telah memudahkan penulis dalam
memperoleh data-data untuk menyempurnakan penelitian penulis.
8. Kepada semua rekan-rekan baik senioren maupun junior yang telah membantu penulis
meyelesaikan studi di FISIP USU.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal alamin.
Med an , J uli 201 3
P enul is
D A F T A R I S I
ABSTRAKSI i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Perumusan Masalah 7
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.4 Manfaat Penelitian 7
1.5 Kerangka Konseptual 8
1.6 Definisi konsep 9
1.7 Sistematika Penulisan 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budaya Organisasi 11
2.1.1 Budaya 11
2.1.2 Organisasi 12
2.1.3 Budaya Organisasi 14
2.1.4 Karakteristik Budaya Organisasi 17
2.1.5 Fungsi Budaya Organisasi 19
2.2 Gampong 20
2.2.1 Desa 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian 25
3.2 Lokasi Penelitian 25
3.3 Subjek dan Informan Penelitian 26
3.4 Teknik Pengumpulan Data 26
3.5 Teknik Analisis Data 28
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Kabupaten Bireuen 29
4.1.1 Kabupaten Bireuen 29
4.2 Kecamatan Kota Juang 31
4.2.1 Monografi Kecamatan Kota Juang 31
4.3 Gampong Bireuen Meunasah Capa 36
4.3.1 Profil Gampong Bireuen Meunasah Capa 36
4.3.2 Monografi Gampong Bireuen Meunasah Capa 37
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Keterbatasan Penelitian 39
5.2 Kerangka Penyajian 39
5.3 Karakteristik Informan 40
5.4 Pembahasan 41
6.1 Kesimpulan 57
6.2 Saran 59
D A F T A R T A B E L
Tabel 4.1 Penduduk Menurut Umur
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kemukiman, Gampong,Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kemukiman, Gampong,Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Gampong Bireuen Meunasah Capa Menurut Kelompok Umur
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Gampong Bireuen Meunasah Capa Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 5.1 Karakteristik Informan Utama
Tabel 5.2 Karakteristik Informan Kunci
D A F T A R G A M B A R
A B S T R A K S I
BUDAYA ORGANISASI PEMERINTAHAN GAMPONG BIREUEN MEUNASAH CAPA UTARA
Nama : Muhammad Akbar Pribadi NIM : 070903050
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin NST M. Si
Dikeluarkannya Qanun Nomor 5 tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai implementasi dari UU no 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Gampong kemudian dilihat sebagai kesatuan masyarakat hukum dan adat dalam struktur kekuasaan terendah dan mempunyai wilayah kekuasaan sendiri serta memiliki kekayaan atau sumber pendapatan sendiri pula. Sebagai bentuk kearifan budaya masyarakat Aceh, gampong memiliki sistem nilai tersendiri yang tercermin dalam budaya organisasinya. Pemerintahan Gampong adalah wujud dari bersatunya nilai adat dan agama dalam suatu system pemerintahan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Budaya Organisasi Pemerintahan Gampong Bireuen Meunasah Capa dan untuk mengetahui peran Budaya Organisasi dalam memajukan Gampong Bireuen Meunasah Capa. Selain melihat budaya organisasi pada pemerintahan gampong secara utuh, penelitian ini juga mencoba mengungkapkan kemajuan gampong dengan diterapkan sistem pemerintahan gampong.
Metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah studi deskriptif dengan memusatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai suatu fenomena. Penelitian ini menggunakan format desain deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan,meringkaskan berbagai fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Melalui pendekatan kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan, ditelaah, kemudian . Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah budaya organisasi pada pemerintahan gampong Bireuen Meunasah Capa.
Hasilnya secara organisasi Pemerintahan Gampong adalah organisasi yang kompleks dan sangat maju. Nilai-nilai adat dan agama yang menjadi dasar dari Pemerintahan Gampong membuat Pemerintahan Gampong cukup mampu menjadi sebuah organisasi yang memiliki keseimbangan. Melalui lembaga-lembaga yang ada serta sokongan dana dari pemerintah provinsi melalui progam Bantuan Keuangan Peumakmue Gampong (BKPG), Pemerintahan Gampong mampu mempercepat pembangunan Gampong (desa), karena nilai-nilai adat dan agama yang ada di dalamnya mampu menjadi alat pemersatu.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Otonomi daerah merupakan hal yang sangat menarik bila kita amati perkembangannya
dalam sistem pemerintahan di Indonesia, karena sejak para pendiri negara (founding leaders)
menyusun format negara, konsep otonomi daerah telah diakomodasikan di dalam UUD
khususnya Pasal 18 UUD 1945 dengan dilakukannya pembagian daerah Indonesia atas daerah
besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang,
dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara
dan hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa
Selain itu melalui Pasal 18 UUD 1845 pemerintah juga mengakui dan menghormati
adanya kesatuan masyarakat adat yang menjalankan aktifitas tradisionalnya selama tidak
bertentangan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Kausar AS:(dalam Jurnal Otonomi Daerah, Vol. VII,No.3, Agustus-September
2007)
Indonesia sebagai Negara Bangsa (nation state),mewadahi banyak keragaman budaya yang tumbuh di dalam masyarakat. Setiap keragaman budaya yang tumbuh di Indonesia terbentuk melalui proses sejarah yang sangat panjang yang kemudian melembaga dan diyakini oleh masyarakatnya. Termasuk didalamnya adalah lembaga-lembaga yang berupa institusi pemerintahan yang bercorak khusus di setiap daerah. Oleh karena itu UUD 1945 sebagai konstitusi NKRI mengakui keberadaan dan menghormati satuan-satuan Pemerintahan Daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa
Hal ini sesuai dengan yang telah dikemukakan oleh Bagir Manan, bahwa otonomi luas
harus lebih diarahkan pada pengertian kemandirian, yaitu kemandirian untuk secara bebas
mengurus rumah tangganya sendiri, menurut prinsip umum pemerintahan atau negara
Kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat tersebut membuat beberapa
pemerintah daerah tetap mempertahankan corak lokal kedaerahannya. Salah satunya adalah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sejarah panjang keberadaan masyarakat Aceh di bumi
nusantara, memperlihatkan bahwa kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di daerah
Aceh telah mampu menata kehidupan kemasyarakatan yang unik, egaliter dan
berkesinambungan dalam menyikapi kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Sebuah falsafah kehidupan bermasyarakat telah menjadi pegangan umum masyarakat
Aceh, yakni “Adat bak po teumeureuhom, Hukom bak Syiah Kuala, Qanun bak Putro Phang,
Reusam bak Laksamana“ yang bila diartikan “ Adat dari Sultan (pemimpin), Hukum dari
Ulama, Peraturan dari Putri Pahang (mahkamah Rakyat), Diplomasi dan etika dari Panglima”.
Hal ini masih dapat diartikulasikan dalam persfpektif modern bernegara serta mengatur
pemerintahan yang demokratis dan bertanggung jawab dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Falsafah tersebut merupakan suatu visi sebagai wujud dari adanya sinergisitas antara
kehidupan masyarakat dengan adat dan agama. Keinginan masyarakat Aceh untuk menjalankan
syariat Islam di Aceh merupakan bagian dari identitas budaya masyarakat Aceh menunjukkan
bahwa adat dan agama merupakan satu kesatuan dalam kehidupan manyarakat Aceh yang
menjadi dasar bagi struktur kekeluargaan dan hubungan dengan sosialnya.
Dengan dikeluarkannya Qanun Nomor 5 tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong
dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, paradigma itupun kemudian berubah. Gampong
kemudian dilihat sebagai kesatuan masyarakat hukum dan adat dalam struktur kekuasaan
terendah dan mempunyai wilayah kekuasaan sendiri serta memiliki kekayaan atau sumber
Dalam Pasal 1 (6) Qanun Nomor 5 tahun 2003 disebutkan : ”Gampong atau nama lain,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung
berada di bawah Mukim atau nama lain yang menempati wilayah tertentu, yang dipimpin oleh
Keuchik atau nama lain dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri.”
Sementara itu dalam Pasal 10 Qanun Nomor 5 tahun 2003 disebutkan bahwa pemerintah
Gampong terdiri dari Keuchik dan Imeum Meunasah beserta Perangkat Gampong. Dalam Pasal
11 Qanun Nomor 5 tahun 2003 dijelaskan pula bahwa Keuchik adalah Kepala Badan Eksekutif
Gampong dalam penyelenggaraan Pemerintahan Gampong.
Dalam Pemerintahan Gampong, bidang eksekutif Gampong dilaksanakan oleh Keuchik
dan Teungku Imuem Meunasah dengan urusan yang berbeda. Di gampong, Pimpinan
Keagamaan itu adalah Teungku Imuem Meunasah. Namun demikian, dalam Gampong posisi
Imuem Meunasah setara dengan Keuchik walau masing-masing memiliki urusan yang berbeda.
Imam gampong menyangkut dengan keagamaan, ketua tuhapet menyangkut dengan urusan
gampong dan adat-istiadat, kemudian keuchik itu mengangkut dengan pemerintahan.
Begitu juga dengan bidang legislatif. Dalam Gampong secara tegas dibatasi bahwa unsur
legislatif adalah di luar badan eksekutif. Ini sejalan dengan Pasal 1 (7) Qanun Nomor 5 tahun
2003 yang menyebutkan bahwa Tuha Peuet Gampong atau nama lain adalah Badan Perwakilan
Gampong yang terdiri dari unsur ulama, tokoh adat, pemuka masyarakat dan cerdik pandai yang
ada di Gampong. Jadi, Tuha Peut Gampong biasanya dipilih dari berbagai unsur. Unsur
pemerintahan diambil biasanya orang yang sudah menjabat sebagai Keuchik atau orang yang
sudah pernah terlibat dalam Pemerintahan Gampong.
Demikian halnya dengan pertanggungjawaban. Dalam kepemimpinan Keuchik,
dilaksanakan melalui Tuha Peut. Dan pemilihan Keuchik dan Tuhapet juga dilaksakan secara
oleh masyarat gampong.
Apabila dilihat sebagai sebuah organisasi pemerintahan maka pemerintah Gampong bisa
dikatakan sebagai organisasi pemerintahan yang sangat maju. Fungsi eksekutif dan legislatif
berlangsung dengan sangat baik dan sistematis. Setiap lembaga yang dibentuk menjalankan
fungsi dan perannya dengan baik dan mendapat dukungan penuh dari masyarakat.
Kenyataan itu mempertegas bahwa nilai yang terkandung dalam kearifan lokal
masyarakat aceh tersebut menciptakan suatu budaya organisasi dimaksudkan agar birokrasi
pemerintah Gampong lebih mampu memberikan pelayanan publik secara efektif dan efisien
kepada masyarakat/warga Gampong. Seperti uraian Suryono (dalam Jurnal Administrasi Negara,
2001 : 53), bahwa birokrasi harus mampu dan mau melakukan transformasi diri dari birokrasi
yang kinerjanya kaku (rigid) menjadi organisasi birokrasi yang strukturnya lebih desentralisasi,
inovatif, fleksibel dan responsif.
Peneyerapan nilai-nilai kearifan lokal tersebut diharapkan akan lebih mudah
mengantisipasi kebetuhan dan kepentingan yang diperlukan oleh masyarakat, sehingga dengan
cepat birokrasi pemerintah desa dapat menyediakan pelayanannya sesuai dengan harapan
masyarakat sebagai pelangganrya. Meskipun juga yang perlu diperhatikan adalah kualitas dan
kuantitas dari aparat pemerintah desa itu sendiri, yakni aparatur pemerintah desa harus
mempunyai kemampuan (capabelity), memiliki loyalitas kepentingan (competency), dan
memiliki keterkaitan kepentingan (consistency atau coherency).
Dengan sistem Pemerintahan Gampong, sistem demokrasi dari bawah (bottom-up)
benar-benar dapat dilaksanakan, misalnya dalam penyusunan Rusam (peraturan Gampong).
(pemerintah desa) kemudian disodorkan kepada Tuha Puet Gampong untuk diadakan rapat
membahas rancangan tersebut. Pengambilan keputusan terhadap materi dalam peraturan
Gampong tersebut didasarkan pada aspirasi dankebutuhan masyarakat yang telah ditampung oleh
anggota Tuha Peut Gampong sebagai wewenang dan tanggung jawabnya.
Adanya semangat demokrasi dalam hal ini menunjukkan demokratisasi telah merambah
segi kehidupan di Gampong sesuai dengan semangat reformasi dan Otonomi Khusus. Bahwa
demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan yang ditata dan diorganisir berdasarkan
prinsip-prinsip kedaulatan rakyat (popular sovereignity), kesamaan politik (political equality),
konsultasi atau dialog dengan rakyat (popular consultation), dan berdasarkan pada aturan suara
mayoritas (Ranny dalam Thoha, 2003 : 99).
Menurut Muklir dan M. Akmal (Dosen FISIP Universitas Malikussaleh) dalam
penelitiannya mengenai ”Demokratisasi Pemerintahan Gampong Dalam mendukung Otonomi
Khusus Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam” adapun Dampak Positif dari dilaksanakannya
Pemerintahan Gampong ini Pertama, Meningkatkan responsivitas aparatur pemerintah
gampong. Kedua, meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan gampong. Dan
ketiga,Transparansi penyelenggaraan pemerintahan gampong.
Kolaborasi adat dan agama yang ada di masyarakat Aceh tidak bisa dilepaskan baik
aspek politik maupun sosial kemasyarakatan. Salah satu yang menjadi ciri identitas masyarakat
Aceh ialah relasi antara raja, adat, dan ulama yang begitu kuat serta terdapat pembagian
kekuasaan yang terstruktur antara ketiganya. Menurut Antony Reid, masyarakat Aceh dibentuk
Adat Istiadat dan Agama telah menjadi nilai yang mengisi sendi-sendi organisasi
pemerintahan Gampong di Aceh. Nilai tersebut menjadi suatu budaya organisasi tersendiri yang
membuat Pemerintahan Gampong menjadi unik dan demokratis. Dalam hal ini peneliti ingin
meneliti sejauh mana Budaya organisasi tersebut berperan dalam memajukan Gampong itu
sendiri.
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas maka penulis terarik untuk
meneliti Budaya Organisasi pada Pemerintahan Gampong di Gampong Bireuen Meunasah
Capa.”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas maka penulis merumuskan
masalah penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Budaya Organisasi pada Pemerintahan
Gampong di Gampong Bireuen Meunasah Capa?”
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Budaya Organisasi pada Pemerintahan Gampong Bireuen Meunasah
Capa.
2. Untuk mengetahui peran Budaya Organisasi dalam memajukan Gampong Bireuen
Meunasah Capa.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Secara Ilmiah, untuk menambah khasanah ilmiah dan sumbangan bagi pengembangan
teori-teori dalam ilmu Administrasi Negara khususnya dalam kaitannya dengan bentuk
pemerintahan desa dan Budaya Organisasi.
2. Secara Akademis, sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berfikir ilmiah dan menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah dan
menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai syarat untuk menyelesaikan
studi Strata-1 di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan masukan
yang positif bagi pihak yang terkait dalam penelitian ini.
1.5. Definisi Konseptual
Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan
menggenaralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin
mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai
untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Adapun konsep yang diteliti adalah
Budaya Organisasi dalam suatu Pemerintahan Gampong.
Budaya organisasi adalah pokok penyelesaian masalah- masalah eksternal dan internal
yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian
mewariskan kepada anggota- anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami,
memikirkan, dan merasakan terhadap masalah- masalah terkait.
Budaya Organisasi juga adalah perangkat sistem nilai- nilai ( values ), keyakinan-
berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota organisasi sebagai pedoman perilaku dan
pemecahan masalah- masalah organisasi.
1.6. Kerangka Konsep
Gambar I.1 Skema Kerangka Konsep OTONOMI KHUSUS
BUDAYA ORGANISASI
1. KEUCHIK
2. IMAM MEUNASAH
3. LEMBAGA TUHA
PEUT
4. LEMBAGA TUHA
LAPAN
5. SIDANG REUSAM
GAMPONG
6. KENDURI
7. DANA PEUMAKMUE
GAMPONG
ADAT ISTIADAT AGAMA
1.7. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, kerangka konseptual, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan mengenai teori-teori, yang berkaitan dengan Budaya Organisasi dan
pemerintahan dengan peninjauan dari berbagai pustaka.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, Informan, tekhnik pengumpulan
data, dan tekhnik analisis data.
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian yang relevan dengan studi penelitian
yakni gambaran umum dan data monografi Gampong Bireuen Meunasah Capa.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdiri dari penyajian data; analisa data; dan pembahasan hasil penelitian atau
interpretasi dari data-data yang ada..
BAB VI PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budaya Organisasi
2.1.1 Budaya
Budaya berasal dari kata buddayyah (bahasa Sanskerta) yang artiuya budi (hati nurani)
dan akal (intelegensi). Suatu bangsa dikatakan berbudaya tinggi dapat dilihat dari tingginya budi
dan akal para warganya, dalam bentuk keanekaragaman hasil budayanya (keindahan seni tari,
seni patung, seni bangunan, Serta kemajuan ilmu dan teknologinya).
Berikut ini adalah pendapat para ahli mengenai budaya: (dalam Moeljono,2003:16)
1. Budaya adalah sebagai gabungan kompleks asumsi, tingkah laku, cerita, mitos,metafora,
dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi organisasi
masyarakat tertentu (Stonner).
2. Budaya adalah suatu pola, semua susunan baik materi maupun perilaku yang sudah
diadopsi masyarakat sebagai suatu cara tradisional dalam memecahkan masalah-masalah
para anggotanya. Budaya didalamnya juga termasuk cara yang telah diorganisasi,
kepercayaan, norma, nilai-nilai budaya implisit, serta premis-premis yang mendasar dan
mengandung suatu perintah (Kretch).
Sedangkan pendapat yang lain yaitu: (dalam Pabundu Tika 2006:2)
1. Budaya mempunyai pengertian teknografis yang luas meliputi ilmu pengetahuan,
keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan berbagai kemampuan dan kebiasaan
2. Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan dan dikembangkan
oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal
dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu
diajarkan/diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami,
memikirkan, dan merasakan terkait dengan masalah-masalah tersebut (Schein).
Dari defenisi budaya di atas, dapat diketahui bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam
budaya terdiri dari ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat,
perilaku/kebiasaan (norma) masyarakat, asumsi-asumsi dasar, system nilai,
pembelajaran/pewarisan masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal serta cara
mengatasinya.
3.1.2. Organisasi
Perkataan organisasi berasal dari bahasa Yunani yaitu organon yang berarti alat, bagian.
anggota atau bagian badan. Sedangkan kata “organisasi” itu mempunyai dua pengertian umum.
Pengertian pertama menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional, seperti organisasi
perusahaan, rumah sakit, perwakilan pemerintah atau suatu perkumpulan olahraga. Pengertian
kedua berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai suatu cara dalam mana kegiatan
organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar tujuan organisasi dapat
tercapai dengan efisien.
Beberapa ahli mendefenisikan organisasi sebagai: (dalam Malayu 2003:1 1)
1. Organisasi dapat diartikan sebagai proses penentuan dan pengelompokan pekerjaan yang
maksud untuk memungkinkan orang-orang bekerja sama secara efektif dalam mencapai
tujuan (Louis A. Allen).
2. Organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari
sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organiasi hanya
merupakan alat dan wadah saja (Malayu Hasibuan).
3. Organisasi adalah pola keadaan di mana sejumlah orang banyak, sangat banyak mempunyai
teman berhubungau langsung dengan semua yang lain, dan menangani tugas-tllgas yang
kompleks, menghubungkan mereka sendiri satu sama lain dengan sadar, penentuan dan
pencapaian yang sistematis dari tujuan-tujuan yang saling disetujui (John m. Pfifner dan
Frank P. Sherwood).
Sedangkan menurut L. F. Urwick (dalam Winardi 2003:13) bahwa organisasi-organisasi
lebih dari hanya alat untuk menciptakan barang-barang dan menyelenggarakan jasa-jasa.
Organisasi menciptakan kerangka, dimana banyak diantara kita melaksanakan proses kehidupan.
Sehubungan dengan organisasi-organisasi menimbulkan pengaruh besar atas perilaku kita.
Sehingga organisasi dapat disimpulkan sebagai kerja sama antara dua orang atau lebih
dalam kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu, yang tidak
mungkin dilaksanakan oleh individu-individu yang bertindak secara sendiri-sendiri, dimana
tujuan organisasi tersebut diarahkan pada penciptaan barang-barang dan menyelenggarakan
jasa-jasa.
3.1.3. Budaya Organisasi
Jika orang-orang bergabung dalam sebuah organisasi, mereka membawa nilai-nilai dan
cukup membantu individu yang bersangkutan untuk sukses dalam organisasi. Yang bersangkutan
perlu belajar bagaimana organisasi tersebut melakukan kegiatannya. Biasanya diberikan training
untuk merestrukturisasikan cara berpikir. Mereka diajarkan untuk berpikir dan bertindak sepeni
yang dikehendaki organisasi.
Budaya organisasi memberikan ketegasan dan mencerminkan spesifikasi suatu organisasi
sehingga berbeda dengan organisasi lain. Budaya organisasi melingkupi sehiruh pola perilaku
anggota organisasi dan menjadi pegangan bagi setiap individu dalam berinteraksi, baik di dalam
ruang lingkup internal maupun ketika berinteraksi dengan lingkungan eksternal.
Oleh karena itu menurut Schein, secara komprehensif budaya organisasi didefenisikan
sebagai pola asumsi dasar bersama yang dipelajari oleh kelompok dalam suatu organisasi sebagai
alat untuk memecahkan masalah terhadap penyesuaian faktor eksternal dan integrasi faktor
internal, dan telah terbukti sah, dan oleh karenanya diajarkan kepada para anggota organisasi
yang baru sebagai cara yang benar untuk mempersepsikan, memikirkan dan merasakan dalam
kaitannya dengan masalah-masalah yang dihadapi. Hal ini cukup bemilai dan, oleh karenanya
pantasdiajarkan kepada para anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi, beipikir,
dan berperasaan dalam hubungannya dengan problem-problem tersebut (dalam Hessel Nogi
2005:15)
Defenisi tersebut terlalu kompleks sehingga menurut Robbins, budaya organisasi cukup
didefenisikan sebagai sebuah persepsi ummm yang dipegang teguh oleh para anggota organisasi
dan menjadi sebuah sistem yang me-miliki kebersamaan pengerrian (2005:53l).
Robbins (2002:279) juga menjelaskan bahwa budaya organisasi menyangkut bagaimana
menyukainya atau tidak, karena para anggota menyerap budaya organisasi berdasarkan dari apa
yang mereka lihat atau dengar di dalam organisasi. Dan anggota organisasi cenderung
mempersepsikan sama tentang budaya dalam organisasi tersebut meskipun mereka berasal dari
latar belakang yang berbeda ataupun bekerja pada tingkat-tingkat yang berlainan dalam
organisasi tersebut.
Sehingga budaya organisasi dapat disimpulkan sebagai nilai-nilai yang menjadi pegangan
sumber daya manusia dalam menjalankan kewajibannya dan juga perilakunya di dalam suatu
organisasi.
Menurut Schein budaya organisasi memiliki 3(tiga) tingkat yaitu: (dalam Stonner
1996:183)
1. Artifak (artifact) adalah hal-hal yang ada bersama untuk menentukan budaya dan
mengungkapkan apa sebenarnya budaya itu kepada mereka yang memperhatikan budaya.
Artifak termasuk produk, jasa dan bahkan pola tingkah laku dari anggota sebuah
organisasi.
2. Nilai-nilai yang didukung (espoused values) adalah alasan yang diberikan oleh sebuah
organisasi untuk mendukung caranya melakukan sesuatu.
3. Asumsi dasar (basic assumption) adalah keyakinan yang dianggap sudah ada oleh
anggota suatu organisasi.Budaya menetapkan caa yang tepat untuk melakukan sesuatu di
sebuah organisasim seringkali lewat asumsi yang diucapkan.
Oleh karena itu budaya organisasi akan menentukan apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh para anggota organisasi; menentukan batas-batas normatif perilaku anggota
menentukan gaya manajerial yang dapat diterima oleh para anggota organisasi; menentukan
cara-cara kerja yang tepat, dan sebagainya. Secara spesifik peran penting yang dimainkan oleh
budaya organisasi (birokrasi) adalah membantu menciptakan rasa memiliki terhadap organisas
menciptakan jati diri para anggota organisasi; menciptakan keterikatan emosion antam organisasi
dan pekerja yang terhbat didalamnya; membantu menciptakz stabilitas organisasi sebagai sistem
sosial; dan menemukan pola pedoman perilals sebagai hasil dari norma-norma kebiasaan yang
terbentuk dalam keseharian
Begitu kuatnya pengaruh budaya organisasi (birokrasi) terhadap perilaku para anggota
organisasi, maka budaya organisasi (birokrasi) mampu menetapkan tapal batas untuk
membedakan organisasi (birokrasi) lain; mampu membentuk identitas organisasi dan identitas
kepribadian anggota organisasi daripada komitmen yang bersifat kepentingan individu; mampu
meningkatkan kemantapan keterikatan sistem sosial; dan mampu beriimgsi sebagai mekanisme
pembuatan makna dan simbol-simbol kendali perilaku para anggota organisasi.
2.1.4 Karakteristik Budaya Organisasi
Menurut Robbins terdapat 10 karakteristik yang apabila dicampur dan dicocokkan akan
menjadi budaya organisasi. Kesepuluh karakteristik budaya organisasi tersebut sebagai berikut (
Tika, 2006-10) :
1. Inisiatif Individual
Adalah tingkat tanggung jawab, kebebasan atau indepedensi yang dipunyai tiap individu
dalam mengemukakan pendapat. Inisitif individu tersebut harus dihargai oleh kelompok atau
pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan
2. Toleransi terhadap tindakan beresiko
Dalam budaya organisasi perlu ditekankan, sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk
dapat bertindak agresif, inovatif, dan mengambil resiko. Suatu budaya organisasi dikatakan
baik, apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota/ para pegawai untuk dapat
bertindak agresif dan inovatif untuk memajukan organisasi serta berani mengambil resiko
terhadap apa yang telah dilakukannya.
3. Pengarahan
Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi dapat menciptakan dengan jelas
sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam
visi, misi, dan tujuan organisasi. Kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
4. Integrasi
Integrasi dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi dapat mendorong unit- unit organisasi
untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unit- unit organisasi dalam
bekerja dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.
5. Dukungan Manajemen
Dukungan Manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat memberikan
komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan
6. Kontrol
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan- peraturan atau norma- norma yang berlaku
dalam suatu organisasi. Untuk itu diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawasan (
atasan langsung ) yang dapat digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku
peagwai dalam suatu organisasi.
Identitas dimaksudkan sejauh mana para anggota suatu organisasi dapat mengidentifikasikan
dirinya sebagai satu kesatuan dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu
atau keahlian profesional tertentu.
8. Sistem imbalan
Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan ( seperti kenaikan gaji, promosi,
dan sebagainya ) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya didasarkan atas
senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya.
9. Toleransi terhadap konflik
Sejauh mana para anggota didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering terjadi dalam suatu organisasi.
10.Pola komunikasi
Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal. Kadang-kadang
hirarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola komunikasi antara atasan dan
bawahan atau antarkaryawan itu sendiri.
2.1.5 Fungsi Budaya Organisasi
Ada beberapa pendapat mengenai fungsi budaya organisasi, antara lain: (dalam Pabundu Tika
2006: 13)
1. Menurut Robbins yaitu sebagai berikut:
a. Berperan menetapkan batasan.
c. Mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas daripada kepentingan
individual seseorang.
d. Meningkatkan stabilitas sosial karena merupakan perekat sosial yang membantu
mempersatukan organisasi.
e. Sebagai mekanisme kontrol dan menjadi rasional yang memandu dan membentuk
sikap serta perilalcu para karyawan.
2. Parsons dan Marton mengemukakan bahwa fungsi budaya organisasi adalah
memecahkan masalah-masalah pokok dalam proses survival suatu kelompok dan
adaptasinya terhadap lingkungan eksternal serta proses integrasi internal.
Dari beberapa fungsi utama budaya organisasi tersebut, dapat kita lihat bahwa budaya
organisasi memiliki peranan besar dalam kemajuan organisasi. Tanpa adanya Budaya Organisasi,
maka suatu organiasi tidak akan bertahan lama.
2.2 Gampong
2.2.1 Pengertian Desa
Secara etimologis istilah atau perkataan “desa” berasal dari bahasa Sansekerta yang
berarti “tanah air, tanah asal atau tanah kelahiran” (Soeparmo, 1977:15). Selain itu defenisi yang
dikemukakan oleh Kartohadikoesoemo (1984:16) tentang desa sebagai suatu kesatuan hukum,
dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Desa menurut Eko (2007) dapat dibedakan menjadi dua makna, yaitu tempat (place) dan sebagai
ruang (space). Sebagai tempat (place), desa memiliki wilayah, kekuasaan, tata pemerintahan, tata
ruang, sumberdaya lokal, identitas lokal dan komunitas. Desa pada mulanya terbentuk karena
mengurus pengelolaan sumberdaya lokal seperti kebun, sungai, tanah, hutan, dan sebagainya
yang diperuntukkan untuk kesejahteraan masyarakat komunal. Atas dasar inilah kemudian
konstitusi dan regulasi negara memberikan pengakuan atas keberadaan masyarakat adat atau
desa.
2.2.2 Pengertian Pemerintahan Gampong
Pemerintahan desa di Aceh disebut gampong. Gampong merupaka struktur masyarakat di
Aceh yang terkecil yang berada di bawah Mukim. Penyelenggaraan pemerintah gampong
merupakan hal yang sangat mendasar sebagai cerminan dari adat yang berlaku di Aceh. Sesuai
dengan yang disebutkan dalam Qanun Prov. NAD Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan
Gampong dalam Prov. NAD, dalam Penjelasannya mengupayakan agar gampong mampu
melaksanakan 4 keistimewaan Aceh ditingkat gampong yaitu; penyelenggaraan kehidupan
beragama, kehidupan adat, pendidikan dan peran ulama dalam penerapan kebijakan daerah.
Struktur masyarakat di Aceh dari yang terkecil sampai yang terbesar adalah sebagai
berikut :
1. Gampong (desa)
2. Mukim (kumpulan desa-desa)
3. Daerah Ulee balang (distrik)
4. Daerah Sagoe (kumpulan beberapa mukim)
5. Kesultanan
Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh Pemerintahan
Desa di Aceh disebut gampong. Gampong adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempumyai
menempati wilayah tertentu, yang pimpin oleh Keuchik atau nama lain yang berhak
melaksanakan rumah tangganya sendiri. Terdapat tiga unsur pimpinan gampong yaitu Keuchik,
Teungku Meunasah dan Tuha Peut, akan tetapi dalam menjalankan kekuasaan lebur menjadi satu
dan dijalankan oleh Keuchik.
Terdapat gabungan gampong-gampong yang disebut Mukim di kepalai oleh Imam
Mukim. Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Prov. NAD yang terdiri atas
gabungan beberapa gampong yang mempunyai batas-batas wilayah tertentu dan harta kekayaan
sendiri, berkedudukan langsung di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Imam mukim. Jabatan
ini dipegang secara turun temurun. Karena di Aceh masyarakat pedesaannya kuat dipengaruhi
agama Islam maka peranan Teungku Meunasah di gampong sangat berpengaruh. Biasanya
pemerintahan desa tersebut dilaksanakan oleh Imeum, Keuchik dan Teungku Meunasah
bersama-sama dengan majelis urueng tuha.
Gampong dalam arti phisik merupakan sebuah kesatuan wilayah yang meliputi tempat
hunian, blang, padang dan hutan. Dalam arti hukum, gampong merupakan Persekutuan
Masyarakat Hukum Adat yang bersifat territorial. Sedangkan kampong merupakan tempat
hunian berbagai belah yang meliputi wilayah tempat hunian, padang, persawahan dan hutan.
Belah di Aceh Tengah merupakan persekutuan masyarakat hukum adat. Persekutuan hukumnya
bersifat geanologis (hubungan darah).
Pemerintahan di tingkat gampong terdiri dari beberapa pejabat, yaitu :
a) Keuchik gampong (kepala desa). Keuchik gampong berkewajiban :
1. Menjaga ketertiban, keamanan dan adat dalam desanya
2. Menjalankan perintah atasan
4. Menjalankan tugas sosial kemasyarakatan yang dikemas dalam istilah keureuja udep
dan keureja mate
5. Ikut serta dala setiap peristiwa hukum seperti ; transaksi tanah, perkawinan
dan lain-lain
6. Memberi keadilan di dalam perselisihan-perselisihan
b) Teungku Imam Meunasah. Merupakan pimpinan di bidang keagamaan, mulai dari
mengaji Al Qur’an dan menanamkan dasar-dasar ketauhidan, memimpin berbagai
upacara keagamaan dan memberi nasehat-nasehat spritual bagi Keuchik gampong
apabila diperlukan.
c) Tuha Peut. Adalah dewan orang tua yang mempunyai pengetahuan yang luas tentang
adat dan agama. Tuha peut ini terdiri dari Keuchik gampong, Imam meunasah dan kepala
jurong (kepala lorong)
d) Tuha lapan. Adalah dewan tertinggi di tingkat gampong yang terdiri dari; tuha peut, guree semebeut (guru-guru ngaji), para cerdik pandai dan tokoh-tokoh pemuda.
Dalam Qanun Pemerintah Aceh Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pemerintahn Gampong,
Tuha Peut Gampong disebutkan Tuha Peut Gampong yang terdiri atas unsur-unsur pemuka
agama di gampong, tokoh-tokoh masyarakat termasuk dari pemuda dan perempuan,
pemuka-pemuka adat dan para cerdik pandai/cendikiawan yang ada dalam gampong. Tuha Peut
Gampong merupakan Badan Perwakilan Gampong yang merupakan wahana untuk mewujudkan
demokratisasi, keterbukaan dan partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan pemerintah gampong.
Tuha Peut Gampong berkedudukan sejajar dan menjadi mitra kerja dalam system
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Burhan Bungin dalam bukunya Penelitian
Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya (2007: 68) bahwa
format desain deskriptif kualitatif banyak memiliki kesamaan dengan desain deskriptif
kuantitatif, yakni dalam bentuknya yang masih dipengaruhi oleh tradisi kuantitatif, terutama
dalam menempatkan teori pada data yang diperolehnya.
Penelitian sosial dengan menggunakan format desain deskrptif kualitatif bertujuan untuk
menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena
realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik
realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang
kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu.
Format deskriptif kualitatif pada umumnya dilakukan pada penelitian yang memusatkan
diri pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai Budaya Organisasi Pada Pemerintahan gampong Bireuen Meunasah
Capa ini dilaksanakan di Gampong Bireuen Meunasah Capa Kecamatan Kota Juang Kabupaten
3.3. Penentuan Objek dan Informan Penelitian
Objek penelitian kualitatif adalah objek penelitian yang fokus dan lokus penelitiannya
tidak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara konkret tergambarkan dalam
rumusan masalah penelitian. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang memahami
informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian
(Bungin, 2007: 76).
Informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu (1) informan kunci (key informan)
merupakan orang yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan
dalam penelitian; (2) informan utama merupakan orang yang terlibat secara langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti; (3) informan tambahan merupakan orang yang dapat memberikan
informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti (Suyanto,
2005 : 171-172).
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Budaya Organisasi pada
Pemerintah Gampong Bireuen Meunasah Capa. Sedangkan informan penelitiannya adalah
informan kunci yakni Keuchik Gampong Bireuen Meunasah Capa; informan utama yakni Imuem
Gampong dan Ketua Tuha Peut Gampong Bireuen Meunasah Capa Utara ; informan tambahan
yakni orang-orang yang yang memiliki pengalaman sesuai dengan permasalahan penelitian dan
memiliki peran tertentu seperti: masyarakat dan pimpinan kecamatan
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu penelitian
Teknik Pengumpulan Data Primer merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
menggunakan instrument sebagai berikut :
a) Wawancara Mendalam merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
memberikan pertayaan secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan suatu
tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Metode wawancara ini ditujukan
untuk informan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya oleh si peneliti.
b) Pengamatan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung
objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk
melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik
penelitian.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Teknik Pengumpulan Data Sekunder merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui pengumpulan bahan keputusan yang dapat mendukung data primer. Teknik
pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrument sebagai berikut:
a) Studi Dokumen merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang
relevan dengan objek penelitian.
b) Studi Kepustakaan merupakan pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya
ilmiah serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan
masalah yang akan diteliti.
Maleong mendefenisikan analisis data sebagai proses pengorganisasian dan pengurutan
data ke dalam pola, kategori, dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Kriyantono, 2007: 165). Penelitian
ini menggunakan teknik analisis kualitatif yang merupakan pengukuran dengan menggunakan
data nominal yang menyangkut klasifikasi atau kategorisasi sejumlah variabel ke dalam beberapa
sub kelas nominal. Melalui pendekatan kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan diambil
kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum kemudian disajikan dalam bentuk
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Kabupaten Bireuen
4.1.1 Sejarah dan Profil Kabupaten Bireuen
Nama Daerah : Kabupaten Bireuen
Letak : 4°.54’- 5°.21’ LU dan 96°.20’.97°.21’ BT
Luas : 1.901,21 Km2
Batas – Batas Daerah
- Sebelah Utara : Selat Malaka
- Sebelah Selatan : Kabupaten Bener Meriah
- Sebelah Timur : Kabupaten Aceh Utara
- Sebelah Barat : Kabupaten Pidie Jaya
Banyaknya Gampong : 609
Banyaknya Gamp. Persiapan : 0
Banyaknya Kelurahan : 0
Banyaknya Kemukiman : 75
Banyaknya Kecamatan : 17
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bireuen
Kerajaan-kerjaan kecil di Aceh tempo dulu termasuk Jeumpa mengalami pasang surut.
Apalagi setelah kehadiran Portugis ke Malaka pada tahun 1511 M yang disusul dengan
kedatangan Belanda. Secara de facto Belanda menguasai Aceh pada tahun 1904, yaitu ketika
Kemudian dengan Surat Keputusan Vander Guevernement General Van Nederland Indie
tanggal 7 September 1934, Aceh dibagi menjadi enam Afdeeling (kabupaten) yang dipimpin
oleh seorang Asisten Residen. Salah satunya adalah Afdeeling Noord Kust van Aceh (Kabupaten
Aceh Utara) yang dibagi dalam tiga Onder Afdeeling (kewedanan).
Kewedanan dikepalai oleh seorang Countroleur (wedana) yaitu: Onder Afdeeling Bireuen
(kini Kabupaten Bireuen), Onder Afdeeling Lhokseumawe (Kini Kota Lhokseumawe) dan Onder
Afdeeling Lhoksukon (Kini jadi Ibu Kota Aceh Utara). Selain Onder Afdeeling tersebut, terdapat
juga beberapa daerah Ulee Balang (Zelf Bestuur) yang dapat memerintah sendiri terhadap daerah
dan rakyatnya, yaitu Ulee Balang Keureutoe, Geureugok, Jeumpa dan Peusangan yang diketuai
oleh Ampon Chik.
Pada masa pendudukan Jepang istilah Afdeeling diganti dengan Bun, Onder Afdeeling
diganti dengan Gun, Zelf Bestuur disebut Sun. Sedangkan mukim disebut Kun dan gampong
disebut Kumi.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Aceh Utara disebut Luhak, yang dikepalai
oleh Kepala Luhak sampai tahun 1949. Kemudian, setelah Belanda mengakui kedaulatan
Indonesia melalui Konferensi Meja Bundar pada 27 Desember 1949, dibentuklah Negara
Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan beberapa negara bagian. Salah satunya adalah Negara
Bagian Sumatera Timur, Aceh dan Sumatera Utara tergabung didalamnya dalam Provinsi
Sumatera Utara.
Kemudian melalui Undang-Undang Darurat nomor 7 tahun 1956 tentang pembentukan
daerah otonom setingkap kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, maka dibentuklah Daerah
tidak puas masyarakat Aceh. Para tokoh Aceh menuntut agar Aceh berdiri sendiri sebagai sebuah
provinsi. Hal ini juga yang kemudian memicu terjadinya pemberontakan Darul Islam/Tentara
Islam Indonesia (DI/TII) pada tahun 1953.
Pemberontakan ini baru padam setelah keluarnya Keputusan Perdana Menteri Republik
Indonesia Nomor 1/Missi/1957 tentang pembentukan Provinsi daerah Istimewa Aceh dan Aceh
Utara sebagai salah satu daerah Tingkat dua, Bireuen masuk dalam wilayah Kabupaten Aceh
Utara.
Baru pada tahun 2000 Bireuen menjadi Kabupaten tersendiri setelah lepas dari Aceh
Utara selaku Kabupaten induk, pada 12 Oktober 1999, melalui Undang Undang Nomor 48.
4.2. Kecamatan Kota Juang
4.2.1. Monografi Kecamatan Kota juang A. BIDANG PEMERINTAHAN :
I. UMUM
1. NAMA KECAMATAN : KOTA JUANG
2. IBU KOTA KECAMATAN : BIREUEN
3. L U A S : 32,04 KM2
4. JUMLAH MUKIM : 4
5. JUMLAH GAMPONG : 23
6. JUMLAH DUSON : 79
7. BATAS KECAMATAN
- UTARA DENGAN : KEC. KUALA
- SELATAN DENGAN : KEC. JULI
- BARAT DENGAN : KEC. JEUMPA
- TIMUR DENGAN : KEC. PEUSANGAN
II. KEPENDUDUKAN
NO KELOMPOK UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 0 BULAN - 11 BULAN 483 526 1.009
2 1 TAHUN - 4 TAHUN 1.653 1.725 3.378
3 5 TAHUN - 9 TAHUN 1.991 2.031 4.022
4 10 TAHUN - 14 TAHUN 1.911 2.168 4.079
5 15 TAHUN - 19 TAHUN 1.997 2.173 4.170
6 20 TAHUN - 24 TAHUN 2.164 2.119 4.283
7 25 TAHUN - 29 TAHUN 2.013 2.144 4.157
8 30 TAHUN - 34 TAHUN 2.043 2.069 4.112
9 35 TAHUN - 39 TAHUN 2.112 2.077 4.189
10 40 TAHUN - 44 TAHUN 1.744 1.774 3.518
11 45 TAHUN - 49 TAHUN 1.393 1.486 2.879
12 50 TAHUN - 54 TAHUN 1.226 1.511 2.737
13 55 TAHUN - 59 TAHUN 1.155 1.335 2.490
14 60 TAHUN KEATAS 945 1.075 2.020
JUMLAH 22.830 24.213 47.43
Sumber: Kota Juang Dalam Angka 2011
Tabel 4.2 : Jumlah Penduduk Menurut Kemukiman, Gampong,Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin
N
O KEMUKIMAN NAMA GAMPONG
J U M L A H
KK LK PR PDD
K
1 BIREUEN BANDAR BIREUEN 977 1.637 1.738 3.375
BIREUEN MNS. BLANG 667 1.277 1.272 2.549
BIREUEN MNS. CAPA 897 2.029 2.623 4.652
BIREUEN MNS. DAYAH 833 1.859 1.790 3.649
BIREUEN MNS. TGK
DIGADONG 607 1.005 1.010 2.015
BIREUEN MNS. REULEUT 555 1.306 1.367 2.673
2 GEUDONG GEUDONG-GEUDONG 825 1.636 1.672 3.308
GEUDONG ALUE 230 568 620 1.188
PULO KITON 489 1.164 867 2.031
GAMPONG BARO 362 783 1.057 1.840
LHOK AWE TEUNGOH 325 896 950 1.846
PULO ARA 891 1.814 2.109 3.923
3 COT KEUPULA BUKET TEUKUH 174 365 420 785
BLANG REULING 102 232 277 509
BLANG TINGKEUM 110 284 236 520
[image:40.612.66.548.68.313.2]COT PEUTEK 84 168 185 353
UTEUEN REUTOH 115 299 290 589
4 GEULANGGANG COT GAPU 318 658 712 1.370
RAYA GEULANGGANG
TEUNGOH 1.178 1.626 1.886 3.512
GEULANGGANG KULAM 357 878 900 1.778
GEULANGGANG
GAMPONG 681 1.691 1.563 3.254
GEULANGGANG BARO 210 489 480 969
JUMLAH 11.074 22.830 24.213 47.43
[image:41.612.66.476.70.229.2]Sumber: Kota Juang Dalam Angka 2011
Tabel 4.3 : Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kemukiman, Gampong,Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin
N
O KEMUKIMAN NAMA GAMPONG
J U M L A H
KK LK PR PDDK
1 BIREUEN BANDAR BIREUEN 74 139 167 306
BIREUEN MNS. BLANG 352 705 732 1.437
BIREUEN MNS. CAPA 367 787 782 1.569
BIREUEN MNS. DAYAH 384 976 1.043 2.019
BIREUEN MNS. TGK
DIGADONG 178 404 422 826
BIREUEN MNS. REULEUT 383 870 905 1.775
2 GEUDONG GEUDONG-GEUDONG 581 1.207 1.307 2.514
GEUDONG ALUE 157 358 311 669
PULO KITON 406 857 893 1.750
GAMPONG BARO 362 631 652 1.283
LHOK AWE TEUNGOH 261 597 575 1.172
PULO ARA 880 1.232 1.240 2.472
3 COT KEUPULA BUKET TEUKUH 114 242 283 525
BLANG REULING 102 199 249 448
BLANG TINGKEUM 103 241 235 476
COT JRAT 87 167 187 354
COT PEUTEK 82 157 169 326
UTEUEN REUTOH 115 220 231 451
4 GEULANGGANG COT GAPU 131 293 347 640
RAYA GEULANGGANG
GEULANGGANG KULAM 172 424 383 807
GEULANGGANG
GAMPONG 277 570 613 1.183
GEULANGGANG BARO 105 222 243 465
JUMLAH 5.844 12.145 12.947 25.092
Sumber: Kota Juang Dalam Angka 2011
1. JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA:
- ISLAM : 46.152 ORANG
- KRISTEN : 422 ORANG
- HINDU : 327 ORANG
- BUDHA : 142 ORANG
2. JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN :
- TIDAK / BELUM SEKOLAH : 6.685 ORANG
- TIDAK TAMAT SD : 6.582 ORANG
- TAMAT SD : 2.007 ORANG
- S L T P : 9.855 ORANG
- S L T A : 14.782 ORANG
- SARJANA MUDA ( D. III ) : 425 ORANG
- SARJANA ( S.1 ) : 706 ORANG
- MASTER ( S.2 ) : 53 ORANG
- DOKTOR ( S.3 ) : 1 ORANG
3. JUMLAH PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN :
- PERTANIAN : 8.753 ORANG
- PETERNAKAN : 121 ORANG
- PERIKANAN : 17 ORANG
- NELAYAN : - ORANG
- PERTAMBANGAN/PLN/PDAM/GAS : 245 ORANG
- INDUSTRI : 372 ORANG
- KONSTRUKSI / TUKANG : 289 ORANG
- PERDAGANGAN : 5.529 ORANG
- JASA KEUANGAN : 322 ORANG
- P N S : 2.188 ORANG
- TNI / POLRI : 295 ORANG
- JASA PERORANGAN LAINNYA : 1.254 ORANG
- TIDAK / BELUM BEKERJA : 7.866 ORANG
B. BIDANG PEMBANGUNAN
I. AGAMA
1. SARANA PERIBADATAN :
- JUMLAH MESJID : 8 UNIT
- JUMLAH MEUNASAH/ MUSHALLA : 33 UNIT
- JUMLAH GEREJA : 1 UNIT
- JUMLAH VIHARA : 1 UNIT
2. SARANA PENDIDIKAN :
- JUMLAH PLAY GRUP : 2 UNIT
- JUMLAH TK / TPA : 13 UNIT
- JUMLAH SD : 21 UNIT
- JUMLAH MIN : 1 UNIT
- JUMLAH SLTP : 5 UNIT
- JUMLAH MTsN NEGERI : 1 UNIT
- JUMLAH SLTA : 4 UNIT
- JUMLAH MAN : 1 UNIT
- JUMLAH SMK : 3 UNIT
- JUMLAH SPK : 1 UNIT
3. SARANA KESEHATAN :
- JUMLAH RSUD : 1 UNIT
- JUMLAH RSU SWASTA : 2 UNIT
- JUMLAH KLINIK UMUM : 2 UNIT
- JUMLAH PUSKESMAS : 1 UNIT
- JUMLAH PUSTU : 2 UNIT
- JUMLAH KLINIK BERSALIN : 2 UNIT
4. SARANA PENDIDIKAN KHUSUS :
- JUMLAH BALAI PENGAJIAN : 40 UNIT
- JUMLAH PANTI ASUHAN : 1 UNIT
- JUMLAH SDLB : 1 UNIT
- JUMLAH SMP-LB : 1 UNIT
5. SARANA OLAH RAGA :
- GEDUNG OLAH RAGA (GOR) : - UNIT
- STADION : 1 UNIT
- LAPANGAN BOLA KAKI : 8 UNIT
- LAPANGAN BOLA VOLLY : 18 UNIT
- LAPANGAN BOLA BASKET : 3 UNIT
- LAPANGAN BULU TANGKIS : 40 UNIT
-
LAPANGAN TENNIS : 3 UNIT4.3. Gampong Bireuen Meunasah Capa
4.3.1 Profil Gampong Bireuen Meunasah Capa
Gampong Bireuen Meunasah Capa Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen
mempunyai wilayah 42 kilometer persegi dan jumlah penduduk 4652 jiwa dengan batas-batas
wilayah: sebelah utara bebatasan dengan Jl. Mayjen. T Hamzah Bendahara, sebelah timur
berbatasan dengan Gampong Bireuen Meunasah TGK. Di Gadong, sebelah selatan berbatasan
dengan Gampong Pulo Ara, sebelah barat berbatasan dengan Gampng Bireuen Meunasah Dayah/
Bireuen Meunasah Blang. Dan gampong Bireuen Meunasah Capa juga memiliki cakupan
dusun-dusun sebanyak 3 dusun, yaitu; Dusun Capa Teungoh, Dusun KOMMES, Dusun Capa
Utara.
Gampong Bireuen meunasah Capa Saat ini dipimpin Oleh Keuchik Zainal Bahryus,
Ma.Pd, Sekretaris Gampong Abd. Rahman S.H. Sebagian besar penduduk di Gampong ini
bermata pencaharian di bidang perdagangan dan jasa.
4.3.2 Monografi Gampong Bireuen Meunasah Capa A. Kependudukan
- Jumlah Penduduk : 4652 jiwa
- Laki-Laki : 2029 jiwa
- Perempuan : 2623 jiwa
- Jumlah KK : 897 KK
- Jumlah Pemilih : 2201 jiwa
- Jumlah Rumah Tangga Miskin : 75 unit
- Janda : 57 jiwa
- Jumlah Yatim Piatu : 7 jiwa
[image:45.612.99.511.507.626.2]- Mantan Combatan GAM : 5 jiwa
Tabel 4.4 : Jumlah Penduduk Gampong Bireuen Meunasah Capa Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
0 – 10 tahun 284 309 593
11 – 20 tahun 412 561 973
21 – 30 tahun 433 486 919
31 – 40 tahun 362 465 827
41 – 50 tahun 300 445 745
51 tahun keatas 238 357 595
TOTAL 2029 2923 4652
Tabel 4.5 : Jumlah Penduduk Gampong Bireuen Meunasah Capa Menurut Tingkat Pendidikan
JENJANG PENDIDIKAN JUMLAH
Tidak Tamat SD sederajat 175
SD sederajat 1127
SLTP 1677
SLTA 1296
Perguruan Tinggi 225
TOTAL 4652
B. Pembangunan
1.
Sarana Peribadatan
-
Jumlah Mesjid
: 1 Unit
-
Jumlah Meunasah
: 2 Unit
-
Jumlah Mushalla
: 2 Unit
2.
Sarana Pendidikan
-
Sekolah TK
: 4 Unit
-
Sekolah Playgroup
: 2 Unit
-
Balai Pengajian
: 4 Unit
-
Sekolah SD
: - Unit
-
SekolahSLTP
: 1 Unit
-
Sekolah SLTA
: 1 Unit
-
Perguruan Tinggi
: 1 Unit
3.
Sarana Kesehatan
-
Puskesmas
: - Unit
-
Rumah Medis
: 3 Unit
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian mengenai Budaya Organisasi Pada Pemerintahan gampong Bireuen Meunasah
Capa ini dilaksanakan di Gampong Bireuen Meunasah Capa Kecamatan Kota Juang Kabupaten
Bireuen Nanggroe Aceh Darussalam.
Sedangkan informan penelitiannya adalah informan kunci yakni Keuchik Gampong
Bireuen Meunasah Capa; informan utama yakni Imuem Gampong dan Ketua Tuha Peut
Gampong Bireuen Meunasah Capa Utara ; informan tambahan yakni orang-orang yang yang
memiliki pengalaman sesuai dengan permasalahan penelitian dan memiliki peran tertentu seperti:
masyarakat dan pimpinan kecamatan
Adapun yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah :
1. Adanya ketidaktepatan informan dalam menjawab pertanyaan dari peneliti. Hal ini
disebabkan karena kurang pahamnya informan terhadap pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti.
2. Penelitian kulitatif ini merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan oleh penulis.
5.2 Kerangka Penyajian
Penelitian kualitatif ini menggunakan metode wawancara. Wawancara diperuntukkan
kepada seluruh informan yang terlah ditentukan sebelumnya. Hasil penelitian ini akan diolah dan
dibandingkan dengan teori dari studi kepustakaan untuk melihat perbedaan antara hasil survey
(Content Analysis) dengan mengelompokkan data yang telah terkumpul menurut kategori yang
sama dan sesuai dengan topik, tujuan, dan pertanyaan penelitian. Hasil wawancara akan
disajikan dalam bentuk narasi dengan mengelompokkan menurut klasifikasi tujuan dan kategori
tertentu.
[image:49.612.90.515.261.347.2]5.3 Karakteristik Informan
Tabel 5.1 : Karakteristik Informan Kunci No. Informan Jenis
Kelamin Usia (Tahun) Pendidikan Terakhir Jabatan/Golongan
1. Informan 1 Laki-Laki 63 SMA Keuchik Gampong Bireuen Meunasah
Capa
Tabel 5.2 : Karakteristik Informan Utama No. Informan Jenis
Kelamin Usia (Tahun) Pendidikan Terakhir Jabatan/Golongan
1. Informan 2 Laki-Laki 42 SMA Imam Gampong
[image:49.612.97.510.532.642.2]2. Informan 3 Laki-Laki 65 SMA Ketua Tuha Peut
Tabel 5.3 : Karakteristik Informan Tambahan No. Informan Usia
(Tahun) Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir Pekerjaan
1. Informan 4 54 Laki-Laki S1 Camat
2. Informan 5 61 Laki-Laki S1 Ketua Tuha lapan
3. Informan 6 43 Laki-Laki S1 Masyarakat
Dari tabel karakteristik informan di atas diketahui bahwa yang menjadi informan
informan utama, dan 3 orang lagi informan tambahan. Dari 6 orang tersebut memiliki usia
rata-rata 40 tahun keatas.
Keseluruhan informan penelitian ini kebetulan adalah laki-laki.Dilihat dari tingkat
pendidikan dari 6 orang informan secara keseluruhan tiga orangyang tamat SMA dan tiga orang
Sarjana. Pendidikan yang diperoleh para informan sangat mempengaruhi kualitas informasi yang
diberikannya dalam penelitian ini.
Berikut ini klasifikasi data informan penelitian :
1. Informan Kunci : Keuchik gampong Bireuen Meunasah Capa.
2. Informan Utama : Ketua Tuha peut dan Imam Meunasah.
3. Informan Tambahan : Camat Kota Juang, Ketua Tuha lapan, dan satu orag warga
masyarakat.
5.4 Pembahasan
1. Keuchik Sebagai Lembaga Eksekutif Gampong
Keuchik adalah Kepala Badan Eksekutif Gampong dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Gampong dengan masa jabatan selama 5 tahun. Dengan sistem Pemerintahan Gampong, sistem
demokrasi dari bawah (bottom-up) benar-benar dapat dilaksanakan dengan Keuchik sebagai
pelaksana pemerintahan. Bersama dengan Tuha peut Keuchik juga menyusun Reusam atau
peraturan gampong.
Dalam Pemerintahan Gampong, bidang eksekutif Gampong dilaksanakan oleh Keuchik
dan Teungku Imuem Meunasah dengan urusan yang berbeda. Di gampong, Pimpinan
Imuem Meunasah setara dengan Keuchik walau masing-masing memiliki urusan yang berbeda.
Keuchik Gampong Bireuen Meunasah Capa, Zainal Bahryus, juga mengatakan:
“…Imam gampong menyangkut dengan keagamaan,kemudian keuchik itu mengangkut dengan pemerintahan.Keuchik dan Imum Meunasah setara dalam gampong,tapi berbeda dalam masalah bidang yang di urus” (Informan 1).
Keuchik sebagai pimpinan Gampong juga bertanggiung jawab untuk membina dan
memajukan perekonomian masyarakat serta memelihara kelestarian lingkungan hidup Gampong.
”..Keuchik adalah pemimpin Gampong yang bertanggung jawab atas kondisi ekonomi masyarakat dan keberlangsungan lingkungan hidup,hal ini mengenai pemeliharaan lingkungan Gampong” (Informan 4).
“Keuchik adalah orang yang dipercaya oleh masyarakat gampong sebagai pemimpin Gampong” (Informan 6).
Keuchik sebagai pimpinan masyarakat Gampong adalah sosok kharismatis yang dipilih
langsung oleh masyarakat gampong. Sehingga keuchik sebagai pimpinan gampong dipandang
sebagai orang yang bijak. Hal ini tampak dari peranan keuchik yang bersama Imum Meunasah
menjadi Hakim apabila ada persoalan di antara masyarakat. Sepereti yang dismapaikan oleh
Ismuhar S.K.M:
Pada akhir masa jabatannya Keuchik akan melaporkan pertanggung jawabannya kepada
Imam mukim. Untuk pemilihan Keuchik baru selanjutnya adalah wewenang Tuha peut untuk
melakukan proses pemilihan, mulai dari pembentukan panitia sampai pada pemilihan.
“…Seorang Keuchik di akhir masa jabatannya menyampaikan laporan pertanggung jawaban dihadapan para Tuha Peut untuk kemudian di demisionerkan dan dibentuk panitia pemilihan keuchik baru” (Informan 3).
Seorang Keuchik kehilangan wewenang dan tanggung jawabnya apabila meninggal
dunia, mengajukan permohonan berhenti atas permintaan sendiri, berakhir masa jabatan dan
telah dilantik Keuchik baru, tidak lagi memenuhi syarat, mengalami krisis kepercayaan publik
yang luas akibat kasus-kasus yang melibatkan tanggung jawabnya dan keterangannya atas kasus
itu ditolak oleh Tuha Peuet Gampong.
2. Imam Meunasah sebagai penyelenggara Hukum Syariat Islam
Dalam sistem pemerintahan gampong terdapat pejabat yang bertanggung jawab untuk
menjaga nilai-nilai adat dan agama di dalam kehidupan gampong. Wewenang utama Imam
Gampong sebagai penjaga nilai adalah menegakkan hukum syariat islam di lingkungan
Gampong. Adapun tugas dan tanggung jawab Imam gampong adalah:
mengkoordinasikan pelaksanaan zakat, infaq, dan shadaqah melalui Baitul Mal Gampong” (Informan 2).
“…Menyusun dan menyampaikan rencana kerja di bidang keagamaan dan Syari’at Islam kepada Tuha Peut Gampong melalui Keuchik. Mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan-kegiatan guru pengajian dan kegiatan balai pengajian pada tingkat Gampong. Menjadi anggota Peradilan Adat dalam rapat-rapat adat pada tingkat Gampong.Menjadi penasehat pada acara nikah, talak dan rujuk.” (Informan 6).
Apabila terjadi pelanggaran terhadap hukum syariat islam maka pelaku pelanggaran akan
dihadapkan kepada Imam Gampong untuk diselesaikan sebelum di arahkan kepada Wilayatul
Hisbah ( Polisi syariat).
“…Imam gampong ini merupakan orang yang menegakkan syariat islam di gampong. Setiap persoalan mengenai agama dan adat makan imam gampong adalah pejabat yang menjalankannya. Apabila ada penduduk gampong yang melanggar syariat dia akan dihadapkan dengan imam gampong sebelum ke pejabat yang lebih tinggi yaitu polisi syariat” (Informan 5).
Di gampong Bireuen Meunasah Capa sendiri, Imam gampong sudah menjalankan tugas
dan wewenangnya dengan baik. Imam gampong menjadi garda terdepan dalam menegakkan
syariat dan menjalankan Surau gampong (meunasah) sebagai pusat kegiatan keagamaan
gampong. Semua permasalahan keagamaan seperti pengelolaan baitul mal gampong,
penyantunan dan pemeliharaan terhadap anak yatim dan fakir miskin.