RESPON KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS
PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP KONSENTRASI
GARAM NaCl SECARA IN VITRO
S K R I P S I
OLEH :
JUMARIHOT ST OPS 040307037
BDP-PEMULIAAN TANAMAN
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RESPON KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS
PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP KONSENTRASI
GARAM NaCl SECARA IN VITRO
S K R I P S I
Oleh:
JUMARIHOT ST OPS 040307037
BDP-PEMULIAAN TANAMAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh : Disetujui Oleh :
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
( Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS ) ( Ir. Syafruddin Ilyas NIP : 131 415 963 NIP : 131 639 805
)
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRACT
JUMARIHOT ST OPS: Security Response of Some Rice Varieties to Salt NaCl concentration of In Vitro, supervised by ROSMAYATI and SYAFRUDDIN ILYAS.
Increasing rice production can be overcome by way of expansion of area planted on land that can not be planted with rice as land with a high salt content by using rice varieties tolerant of salinity. The experiment was conducted at Tissue Culture Laboratory of Agriculture Faculty USU, Medan. This study was started in September 2009 to February 2010 using a completely randomized factorial design with two factors: the salt concentration of NaCl (0, 1500, 3000, 4500, and 6000 ppm) and rice varieties (Cisadane, Ciherang, Sarinah, Mendawak, IR 64 and Bestari). Parameters observed high plantlet, root length, leaf number, root weight, total weight and visual observation.
Results showed that treatment significantly affected the concentration of salts high plantlet, root length, leaf number, total weight and weight of roots, while varieties had significant effect on plantlet height, root length, leaf number, total weight and root weight. Interaction of salt and varieties had significant effect on plantlet height, weight and total root weight but no significant effect on root length and number of leaves.
ABSTRAK
JUMARIHOT ST OPS: Respons Ketahanan Beberapa Varietas Padi terhadap Konsentrasi Garam NaCl Secara In Vitro, dibimbing oleh
ROSMAYATI dan SYAFRUDDIN ILYAS.
Peningkatan produksi padi dapat diatasi dengan cara perluasan areal penanaman pada lahan yang tidak dapat ditanami padi seperti lahan dengan kandungan garam cukup tinggi dengan menggunakan varietas-varietas padi yang tahan salinitas. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2009 sampai dengan Februari 2010 menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor yaitu konsentrasi garam NaCl (0, 1500, 3000, 4500, dan 6000 ppm) dan varietas padi (cisadane, ciherang, sarinah, mendawak, IR 64 dan Bestari). Parameter yang diamati tinggi planlet, panjang akar, jumlah daun, berat akar, berat toatal dan pengamatan visual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi garam berpengaruh nyata terhadap tinggi planlet, panjang akar, jumlah daun, berat total dan berat akar sedangkan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi planlet, panjang akar, jumlah daun, berat total dan berat akar. Interaksi garam dan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi planlet, berat total dan berat akar tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar dan jumlah daun
RIWAYAT HIDUP
Jumarihot ST OPS, lahir pada tanggal 04 Oktober 1986 di Naga Kisar,
Kecamatan Pantai Cermin, Provinsi Sumatera Utara, anak ke-2 dari 2 bersaudara,
putera dari ayahanda Alm. J. Ompusunggu dan ibunda T. Tampubolon.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini adalah
Pendidikan Dasar di SD Negeri 106841 Pematang Pulau, lulus tahun 1997,
Pendidikan Menengah Pertama di SLTP Swasta Katolik Cinta Kasih Tebing
Tinggi lulus tahun 2000, Pendidikan Menengah Atas di SMU Negeri 1 Tebing
Tinggi lulus tahun 2003 dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2004 melalui Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi
Pemuliaan Tanaman.
Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) periode Juni 2008 sampai
Juli 2008 di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Silau Dunia, Kabupaten
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “ Respons Ketahanan Beberapa Varietas Padi
(Oryza sativa L.) terhadap Konsentrasi Garam NaCl Secara In Vitro ” yang
merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Rosmayati MS.
selaku komisi ketua pembimbing dan Ir. Syafruddin Ilyas selaku anggota komisi
pembimbing yang telah memberikan masukan dan kepercayaannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Mei 2010
Panjang Akar (cm) ... 25
Jumlah Daun (helai) ... 25
Berat Total Planlet (g) ... 25
Berat Akar Planlet (g) ... 25
Pengamatan Visual ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 26
Tinggi Planlet (cm) ... 26
Panjang Akar (cm) ... 27
Jumlah Daun (helai) ... 29
Berat Total Planlet (g) ... 31
Berat Akar Planlet (g) ... 32
Pengamatan Visual ... 34
Pembahasan ... 36
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 41
Saran ... 41
DAFTAR TABEL
1. Rataan tinggi planlet pada perlakuan garam dan varietas ... 24
2. Rataan panjang akar pada perlakuan garam dan varietas ... 25
3. Rataan jumlah daun pada perlakuan garam dan varietas ... 27
4. Rataan berat total planlet pada perlakuan garam dan varietas ... 28
5. Rataan berat akar planlet pada perlakuan garam dan varietas ... 30
DAFTAR GAMBAR
1. Hubungan antara tinggi planlet dengan interaksi antara
garam dan varietas ... 25
2. Hubungan antara panjang akar dengan garam ... 26
3. Hubungan antara panjang akar dengan varietas padi ... 26
4. Hubungan antara jumlah daun dengan garam ... 27
5. Hubungan antara jumlah daun dengan varietas padi... 28
6. Hubungan antara berat total planlet dengan interaksi antara garam dan varietas ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
1. Deksripsi Varietas Padi ... 42
2. Bagan penelitian ... 48
3. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 49
4. Data Pengamatan Tinggi Planlet (cm) ... 50
5. Sidik Ragam Tinggi Planlet ... 50
6. Data Pengamatan Panjang Akar (cm) ... 51
7. Sidik Ragam Panjang Akar ... 51
8. Data Pengamatan Jumlah Daun (Helai) ... 52
9. Sidik Ragam Jumlah Daun ... 52
10.Data Pengamatan Berat Total (g) ... 53
11.Sidik Ragam Berat Total ... 53
12.Data Pengamatan Berat Akar (g) ... 54
13.Sidik Ragam Berat Akar ... 54
14.Dokumentasi Penelitian ... 55
ABSTRACT
JUMARIHOT ST OPS: Security Response of Some Rice Varieties to Salt NaCl concentration of In Vitro, supervised by ROSMAYATI and SYAFRUDDIN ILYAS.
Increasing rice production can be overcome by way of expansion of area planted on land that can not be planted with rice as land with a high salt content by using rice varieties tolerant of salinity. The experiment was conducted at Tissue Culture Laboratory of Agriculture Faculty USU, Medan. This study was started in September 2009 to February 2010 using a completely randomized factorial design with two factors: the salt concentration of NaCl (0, 1500, 3000, 4500, and 6000 ppm) and rice varieties (Cisadane, Ciherang, Sarinah, Mendawak, IR 64 and Bestari). Parameters observed high plantlet, root length, leaf number, root weight, total weight and visual observation.
Results showed that treatment significantly affected the concentration of salts high plantlet, root length, leaf number, total weight and weight of roots, while varieties had significant effect on plantlet height, root length, leaf number, total weight and root weight. Interaction of salt and varieties had significant effect on plantlet height, weight and total root weight but no significant effect on root length and number of leaves.
ABSTRAK
JUMARIHOT ST OPS: Respons Ketahanan Beberapa Varietas Padi terhadap Konsentrasi Garam NaCl Secara In Vitro, dibimbing oleh
ROSMAYATI dan SYAFRUDDIN ILYAS.
Peningkatan produksi padi dapat diatasi dengan cara perluasan areal penanaman pada lahan yang tidak dapat ditanami padi seperti lahan dengan kandungan garam cukup tinggi dengan menggunakan varietas-varietas padi yang tahan salinitas. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2009 sampai dengan Februari 2010 menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor yaitu konsentrasi garam NaCl (0, 1500, 3000, 4500, dan 6000 ppm) dan varietas padi (cisadane, ciherang, sarinah, mendawak, IR 64 dan Bestari). Parameter yang diamati tinggi planlet, panjang akar, jumlah daun, berat akar, berat toatal dan pengamatan visual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi garam berpengaruh nyata terhadap tinggi planlet, panjang akar, jumlah daun, berat total dan berat akar sedangkan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi planlet, panjang akar, jumlah daun, berat total dan berat akar. Interaksi garam dan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi planlet, berat total dan berat akar tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar dan jumlah daun
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang
diperdagangkan di dunia) diikuti
beras nasional pada tahun 2009 sebesar 63.23 juta ton (Purna, dkk., 2010). Pada
tahun yang sama produksi padi sebesar 64.398.890 ton dengan luas panen
12.883.576 ha a). Dengan demikian, Indonesia dapat
berswasembada beras, tetapi kesempatan Indonesia untuk ekspor beras sangat
kecil. Sebab, kenaikan produksi tersebut diperkirakan hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan penduduk pada tahun 2010 yang diperkirakan meningkat
1,2%bc).
Produksi padi yang tidak dapat mencapai tujuan ekspor disebabkan karena
beberapa hal, antara lain perubahan iklim seperti gejala el nino
yang relatif kecil-kecil sehingga sulit berproduksi secara optimal ketersediaan
benih unggul, kompetisi lahan antara petani dengan kebutuhan pembangunan
dibidang lain. Kendala tersebut mengakibatkan semakin sempitnya areal pertanian
khususnya pertanaman padi. Perluasan lahan melalui percetakan sawah,
pemanfaatan lahan marginal seperti lahan rawa dan pasang surut (lahan salin),
hingga intensifikasi usahatani padi, menjadi program pembangunan yang
Pemanfaatan lahan marginal, seperti lahan pasang surut, belum
diupayakan secara optimal untuk memenuhi dan mempertahankan kebutuhan
pangan nasional. Areal pasang surut di Indonesia diperkirakan mencapai 20.11
juta ha, dengan 0.44 juta ha lahan salin yang merupakan salah satu lahan
marginal yang dapat berpotensi menjadi areal persawahan. Dengan pengelolaan
yang baik potensi produksi padi lahan pasang surut dapat mencapai 5 ton/ha
(Alihamsyah et al, 2001 dalam Sudana, 2005)
Dalam pengembangan padi di lahan marginal, seperti lahan salin akan
mengalami cekaman abiotik yang sangat mempengaruhi produktivitas dan kualitas
tanaman. Pertumbuhan akar, batang dan luas daun berkurang karena cekaman garam,
yaitu; ketidak-seimbangan metabolik yang disebabkan oleh keracunan ion, cekaman
osmotik dan kekurangan hara (Sembiring dan Gani, 2010).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini
adalah dengan mengurangi terjadinya intrusi air garam dan mengusahakan
serta menanam varietas toleran salinitas. Berbagai teknik pengujian untuk
mengidentifikasi toleransi varietas telah digunakan dan cukup banyak varietas
yang telah ditemukan (Departemen Pertanian, 1983).
Menurut Suprayono dan Setyono (1997), metode seleksi untuk memilih
varietas toleran dapat dilakukan di lapang atau di laboratorium. Untuk
mengetahui pertumbuhan benih pada kondisi yang sebenarnya dapat dilakukan
pada fase perkecambahan, dengan menganalisis viabilitas benih. Viabilitas
benih pada kondisi suboptimum dapat dideteksi dan dilakukan di rumah kaca
atau di laboratorium dengan mengecambahkan benih pada media yang dapat
dikontrol dan praktis seperti kertas, pasir atau media tanam lain. Pada budidaya
hujan yang deras, tiupan angin yang kencang, suhu yang terlalu rendah/tinggi,
intensitas matahari yang berlebihan sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
Teknik in vitro merupakan metoda yang efektif dan efisien untuk
perbanyakan tanaman dalam kondisi lingkungan aseptik dan dapat dikendalikan.
Dengan cara in vitro, diharapkan dapat memberi solusi varietas yang tahan,
toleransi ataupun peka terhadap salinitas. Misalnya dengan kultur meristem yang
ditujukan untuk membantu perkecambahan dan diharapkan dapat
mempertahankan integritasnya dan tumbuh menjadi tanaman lengkap.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
ketahanan beberapa varietas padi terhadap salinitas secara in vitro. Penelitian
menggunakan varietas padi yang tahan, toleransi dan yang peka terhadap salinitas.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat toleransi beberapa varietas padi (Oryza sativa
L.) yang diberi beberapa konsentrasi garam NaCl secara in vitro.
Hipotesa Penelitian
1. Ada pengaruh tingkat konsentrasi garam terhadap pertumbuhan
perkecambahan padi
2. Ada perbedaan tingkat toleransi beberapa varietas padi terhadap konsentrasi
garam
3. Ada interaksi antara konsentrasi garam dengan varietas terhadap tingkat
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana
di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan ( taksonomi ) diklasifikasikan
ke dalam Divisio Spermatophyta, dengan Sub divisio Angiospermae, termasuk ke
dalam kelas Monocotyledoneae, Ordo adalah Poales, Famili adalah Graminae,
Genus adalah Oryza Linn, dan Speciesnya adalah Oryza sativa L (Grist, 1960).
Tumbuhan padi (Oryza sativa L.) termasuk golongan tumbuhan Graminae
dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tanaman padi membentuk
rumpun dengan anakannya, biasanya anakan akan tumbuh pada dasar batang.
Pembentukan anakan terjadi secara tersusun yaitu pada batang pokok atau batang
batang utama akan tumbuh anakan pertama, anakan kedua tumbuh pada batang
bawah anakan pertama, anakan ketiga tumbuh pada buku pertama pada batang
anakan kedua dan seterusnya. Semua anakan memiliki bentuk yang serupa dan
membentuk perakaran sendiri (Luh, 1991).
Batang padi tersusun dari rangkaian ruas – ruas dan diantara ruas yang
satu dengan ruas yang lainnya dipisahkan oleh satu buku. Ruas batang padi
didalamnya berongga dan bentuknya bulat, dari atas ke bawah ruas buku itu
semakin pendek. Ruas yang terpendek terdapat dibagian bawah dari batang dan
ruas – ruas ini praktis tidak dapat dibedakan sebagai ruas – ruas yang berdiri
sendiri. Sumbu utama dari batang dibedakan dari bagian pertumbuhan meristem
Pada buku bagian bawah dari ruas tanaman padi tumbuh daun pelepah
yang membalut ruas sampai buku bagian atas. Tepat pada buku bagian atas ujumg
dari daun pelepah memperlihatkan percabangan dimana cabang yang terpendek
menjadi ligula (lidah) daun, dan bagian yamg terpanjang dan terbesar menjadi
daun kelopak yang memiliki bagian auricle pada sebelah kiri dan kanan. Daun
kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang paling atas dari batang disebut
daun bendera. Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligula dan daun
bendera, di situlah timbul ruas yang menjadi bulir (Siregar, 1981).
Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga.
Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang diatas. Jumlah benang sari ada 6
buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua
kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala
putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu
(Departemen Pertanian, 1983).
Pada dasar bunga terdapat lodicula (daun bunga yang telah berubah
bentuknya). Lodicula berfungsi mengatur dalam pembuahan palea, pada waktu
berbunga ia menghisap air dari bakal buah, sehingga mengembang.
Pengembangan ini mendorong lemma dan palea terpisah dan terbuka
(Hasyim, 2000).
Anakan mulai terbentuk sejak umur 10 hari dan mencapai maksimum pada
umur 50 - 60 hari sesudah tanam. Anakan yang terbentuk pada stadia
pertumbuhan biasanya tidak produktif. Setelah mencapai pertumbuhan yang
maksimum, jumlah anakan padi akan berkurang, sehingga anakan produktifnya
persaingan unsur hara antar anakan sehingga sebagian dari batang/anakan tidak
dapat bersaing dan mati. Kalau tidak mati, maka malai yang dihasilkan kecil dan
terlalu terlambat pemasakannya dari malai-malai lainnya dan pada waktu panen
bulir-bulir hanya berisi separuh. Juga karena persaingan karbohidrat, antar anakan
yang saling terlindung, sehingga tidak semua memperoleh cahaya matahari untuk
membuat makanannya (Grist, 1960).
Buah padi yang sehari-hari kita sebut biji padi atau bulir/gabah,
sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea.
Buah ini terjadi setelah selesai penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea
serta bagian lain akan membentuk sekam atau kulit gabah
(Departemen Pertanian, 1983).
Dinding bakal buah terdiri dari tiga bagian yaitu bagian paling luar disebut
epicarpium, bagian yang tengah disebut mesocarpium dan bagian yang dalam
disebut endocarpium. Biji sebagian besar ditempati oleh endosperm yang
mengandung zat tepung dan sebagian ditempati oleh meristem (lembaga) yang
terletak dibagian sentral yakni dibagian lemma (Departemen Pertanian, 1983).
Secara umum padi dikatakan sudah siap panen bila butir gabah yang
menguning sudah mencapai sekitar 80 % dan tangkainya sudah menunduk.
Tangkai padi merunduk karena sarat dengan butir gabah bernas. Untuk lebih
memastikan padi sudah siap panen adalah dengan cara menekan butir gabah.
Bila butirannya sudah keras berisi maka saat itu paling tepat untuk dipanen
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman padi tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45O LU - 45O LS
dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan empat bulan
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau
lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun
sekitar 1500 – 2000 mm
Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur dan
kelembaban yang optimal pada waktu pembungaan sangat baik untuk proses
pembuahan dan sebaliknya temperatur tinggi dan kelembaban rendah akan
menggangu proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal
ini terjadi akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang juga rendah pada
waktu bunting dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan
tepung sari (Luh, 1991).
Tanah
Tanah yang baik untuk pertumbuhan padi adalah tanah sawah yang
kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan
diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada
tanah yang ketebalan lapisan atasnya 18 – 22 cm dengan pH 4 – 7
Tidak semua jenis tanah cocok untuk areal persawahan. Hal ini dikarenakan tidak
semua jenis tanah dapat dijadikan lahan tergenang air. Padahal dalam sistem tanah
sawah, lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi
sepanjang musim tanam. Oleh karena itu, jenis tanah yang sulit menahan air
(tanah dengan kandungan pasir tinggi) kurang cocok dijadikan lahan persawahan.
Sebaliknya, tanah yang sulit dilewati air (tanah dengan kandungan lempung
tinggi) cocok dijadikan lahan persawahan. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan
tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang
berkaitan dengan kondisi hidrologi, porisitas tanah yang rendah dan tingkat
keasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta kanopinas modifikasi sistem
alam oleh kegiatan manusia (Suprayono dan Setyono, 1997).
Padi sawah menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18 -
22 cm. Keasaman tanah antara pH 4,0 - 7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan
mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan
pH 8,1 - 8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami penggenangan, tanah
sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah
sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan tanah sawah yang
memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus
Salinitas
Kadar garam maupun jenisnya selalu berada dalam jumlah yang bervariasi
di dalam tanah maupun di dalam air. Pengaruh garam terhadap pertumbuhan
tanaman antara lain :
1. Kadar garam diatas ambang toleran.
Dengan peningkatan kadar garam maka pertumbuhan ataupun produksi
tanaman akan semakin jelek.
2. Macam garam.
Jenis garam dalam tanah yaitu : Klorida (NaCl, CaCl, KCl), Nitrat (NaNO,
Ca(NO3)2), Sulfat (Na2(SO4)2, K2SO4). Garam yang mengandung Na yang
tinggi berpengaruh jelek terhadap tanaman, tetapi garam yang mengandung K
dan Ca yang tinggi lebih baik bagi tanaman.
(Fitter dan Hay, 1992).
Bahaya salinitas dan sodifikasi mungkin tidak hanya terbatas pada
tanah-tanah di daerah beriklim agak kering. Bahaya salinitas tentunya agak berkurang
dengan adanya iklim basah. Namun demikian, dalam jangka waktu
bertahun-tahun dapat diperkirakan terjadinya penurunan kualitas air akibat penggunaan
pupuk dalam jumlah tinggi dan dalam kondisi tidak adanya sistem drainase yang
memadai (Salisbury dan Ross, 1995).
Beberapa proses fisiologis dan biokimia terlibat dalam mekanisme
toleransi dan adaptasi tanaman terhadap salinitas. Sebagai contoh, cekaman garam
menginduksi akumulasi senyawa organik spesifik di dalam sitosol sel yang dapat
Cl dalam sitoplama melalui ekskluasi Na dan Cl ke lingkungan eksternal (media
tumbuh) dan kompartementasi ke dalam vakuola atau mentranslokasi Na dan Cl
ke jaringan-jaringan lain (Yuniati, 2004).
Diferensiasi sel pada tahap perkembangan jaringan primer sangat
memerlukan karbohidrat untuk penebalan dinding sel epidermis batang dan
perkembangan akar maupun batang. Pembelahan sel-sel inisial di daerah meristem
sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, hormon dan lingkungan. Salinitas (larutan
NaCl) pada perkecambahan mempengaruhi sintesis hormon IAA. Berkurangnya
IAA menyebabkan proses pembelahan dan perkembangan sel terhambat sehingga
jaringan yang terbentuk sedikit (Gardner dkk, 1991).
Penurunan jumlah air menyebabkan sel kehilangan turgor sehingga
terdapat kecenderungan bagi plamalema untuk lepas dari dinding sel
(plasmolisis). Pada proses pemanjangan sel, tanaman memerlukan keseimbangan
air yang sesuai karena kekuatan pemanjangan sel merupakan akibat dari tekanan
turgor (Sari dkk, 2006).
Adanya air akan meningkatkan turgor dinding sel yang mengakibatkan
dinding sel mengalami peregangan sehingga ikatan antara dinding sel melemah.
Hal inilah yang mendorong dinding dan membran sel bertambah besar, sehhingga
minimnya ketersediaan air akan menghambat pertumbuhan tanaman.
Terbatasnya bahan organik juga menghambat pertumbuhan tanaman
(Salisbury dan Ross, 1995).
Proses diferensiasi sel pada tahap perkembangan jaringan primer sangat
memerlukan karbohidrat untuk penebalan dinding sel epidermis batang dan
ketidakseimbangan ion pada jaringan tanaman sehingga proses metabolisme
terganggu dan pertumbuhan tinggi tanaman menurun (Gardner dkk,1991).
Cekaman garam akan menyebabkan berkurangnya sintesis hormon yang
memacu pertumbuhan dan meningkatnya kandungan hormon ABA yang
menghambat pertumbuhan (Hastuti dkk., 2000). IAA merupakan hormon yang
merangsang pembelahan, pemanjangan dan perbesaran sel. Adanya salinitas yang
tinggi menyebabkan berkurangnya asam amino seperti triptofan yang diperlukan
dalam sintesis hormon IAA sehingga konsentrasi hormon IAA menurun.
Penurunan hormon IAA akan menghambat pertumbuhan tanaman (Sari dkk,
2006). Pessarakli (1993) menyatakan bahwa tingkat stress garam yang berlebihan
akan menurunkan IAA pada tanaman yang sensitif terhadap garam
Penurunan stomata pada daun akan memotong suplai CO2 ke sel-sel
mesofil sehingga fotosintesis terhambat dan fotosintat yang terbentuk sedikit.
Pada awal perkembangan daun, fotosintat ditahan untuk mengembangkan daun
secara cepat. Setelah daun berkembang penuh dengan kandungan pati yang tinggi
maka fotosintat akan ditranslokasi ke daun-daun yang lebih muda. Sehingga
ketersediaan sejumlah asimilat sangat mempengaruhi pembentukan daun
(Fitter dan Hay, 1992).
Salinitas mempengaruhi proses fisiologis yang berbeda-beda. Pelebaran
daun terhambat oleh cekaman salinitas karena berkurangnya tekanan turgor sel.
Berkurangnya pelebaran daun dapat berakibat berkurangnya fotosintesisis maupun
produktivitas (Yuniati, 2004).
Ada dua alasan yang mungkin mendasari terjadinya pengurangan
tekanan turgor untuk pertumbuhan sel karena potensial osmotik media tumbuh
lebih rendah dibanding potensial osmotik di dalam sel, sedangkan alasan kedua
adalah kematian sel (Yuniati, 2004).
Adanya garam-garam berpengaruh terhadap penurunan kemampuan
tanaman dalam mengabsorpsi air sehingga jumlah air sel tanaman semakin
berkurang dan dapat menaikkan tittik layu tanaman (Hakim, 1986).
Adanya NaCl mengakibatkan peningkatan transpirasi. Peningkatan laju
transpirasi akan menurunkan jumlah air tanaman sehingga tanaman menjadi layu.
Hal inilah yang menyebabkan berat tanaman menurun. Salinitas yang tinggi
menyebabkan ketidakseimbangan proses respirasi dan fotosintesis. Apabila
respirasi lebih besar dari pada fotosintesis maka berat kering tanaman semakin
berkurang. (Pangaribuan, 2001).
Varietas
Varietas adalah kelompok tanaman dalam jenis atau spesies tertentu yang
dapat dibedakan dari kelompok lain berdasarkan suatu sifat atau sifat-sifat tertentu
(Nurhayati, 2005).
Pada umumnya tanaman memiliki perbedaan fenotip dan genotip yang
sama. Perbedaan varietas cukup besar mempengaruhi perbedaan sifat dalam
tanaman. Keragaman penampilan tanaman terjadi akibat sifat dalam tanaman
(genetik) atau perbedaan lingkungan kedua-duanya. Perbedaan susunan genetik
merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program
genetik merupakan suatu untaian susunan genetik yang akan diekspresikan pada
pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman dan
akhirnya menghasilkan keragaman pertumbuhan (Sitompul dan Guritno, 1995).
Varietas-varietas baru (unggul) ditemukan melalui seleksi galur atau
persilangan (crossing), diharapkan sifat-sifat baru yang akan dihasilkan dapat
dipertanggungjawabkan, baik dalam hal produksi, umur produksi, maupun daya
tahan terhadap hama dan penyakit. Varietas-varietas ini diharapkan sesuai dengan
keadaan tempat yang akan ditanami. (Andrianto dan Indarto, 2004)
Menggunakan varietas unggul merupakan salah satu upaya yang mudah
dan murah untuk meningkatkan produksi tanaman. Mudah karena teknologinya
tidak rumit, hanya mengganti varietas lokal dengan varietas yang lebih unggul dan
murah karena tidak memerlukan tambahan biaya produksi. Tersedianya varietas
unggul yang beragam sangat penting artinya guna menjadi banyak pilihan bagi
petani baik untuk pergiliran varietas antar musim, mencegah petani menanam satu
varietas terus-menerus, mencegah timbulnya serangan hama dan penyakit, dan
menjadi pilihan petani sesuai kondisi lahan. Pengenalan atau identifikasi varietas
unggul adalah suatu teknik untuk menentukan apakah yang dihadapi tersebut
adalah benar varietas unggul yang dimaksudkan. Pelaksanaannya dapat dilakukan
dengan mempergunakan alat pegangan berupa deskripsi varietas (Gani, 2000).
Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu
lingkungan untuk mendapatkan genotif unggul pada lingkungan tersebut. Pada
umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap
genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam
Program pemuliaan tanaman di Indonesia didasarkan atas petimbangan
untuk mendapatkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, memiliki mutu
yang baik serta mempunyai sifat-sifat unggul lainnya seperti toleran terhadap
kekeringan, lahan masam, salinitas tinggi, tahan rebah, hama dan penyakit.
Kombinasi teknik seleksi dengan iradiasi secara in vitro telah terbukti dapat
lebih efektif dan efisien untuk mendapatkan keragaman genetik yang inginkan.
Dalam hal ini, iradiasi akan meningkatkan keragaman genetik populasi sel
somatik, melalui seleksi menggunakan metode tertentu akan menyingkirkan
mutasi yang tidak diinginkan sehingga populasi somaklon yang dihasilkan sesuai
dengan yang diinginkan (Allard, 1960).
Keunggulan Teknik In Vitro
Strategi untuk menanggulangi permasalahan pada lahan marjinal adalah
memanfaatkan tanaman yang toleran terhadap cekaman lingkungan (Marschner,
1995). Upaya meningkatkan pertumbuhan tanaman dan menetralisir pengaruh
buruk Na+ semakin penting untuk peningkatan pertumbuhan tanaman, khususnya
budidaya tanaman padi pada lahan dengan kadar garam tinggi. Metode seleksi
secara in vitro atau konvensional dapat dilakukan untuk mendapatkan varietas
yang tahan, toleransi ataupun peka terhadap cekaman lingkungan tertentu.
Teknik in vitro dilakukan agar dapat membedakan varietas tanaman yang
toleran dan peka terhadap salinitas dengan konsentrasi garam yang digunakan
bervariasi (Hayuningtyas, 2010). Menurut Anthoni (2006) dalam Riffiani (2010),
NaCl sangat mempengaruhi salinitas air laut, karena konsentrasinya paling
vitro, konsentrasi NaCl yang bervariasi sebagai perlakuan dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan.
Teknik in vitro merupakan metoda untuk perbanyakan tanaman secara
cepat dan efisien (Riyadi dan Tahardi, 2009). Cestellanos et al. (2008) dalam
Riyadi dan Tahardi (2009), bibit yang dihasilkan secara in vitro bersifat klonal
dan memiliki kejaguran yang lebih tinggi dibandingkan dengan bibit asal biji,
setek, sambungan ataupun okulasi. Kondisi lingkungan in vitro yang aseptik dapat
dikendalikan sesuai dengan kebutuhan bahan tanaman (misalnya; cahaya, unsur
hara, air). Tanaman hasil percobaan secara in vitro tidak dapat ditanam langsung
ke lapangan, namun harus melalui tahap aklimatisasi.
Pada pengujian varietas yang dilakukan secara konvensional pada kondisi
in situ (kondisi alami), bibit (tanaman) akan menghasilkan keragaman yang tinggi
akibat adanya pengaruh lingkungan yang sulit untuk dikendalikan, seperti
terjadinya limpasan air laut melalui aliran sungai yang masuk ke areal sawah saat
percobaan (Utama, dkk., 2009). Kebutuhan benih pada percobaan secara
konvensional akan lebih banyak dibandingkan secara in vitro. Kendala lain yang
dihadapi pada pengujian secara konvensional adalah waktu yang diperlukan cukup
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan
September 2009 sampai dengan Februari 2010.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah bagian meristem
padi (varietas Cisadane, Ciherang, IR 64, Mendawak, Bestari dan Sarinah), garam
dapur NaCl, bahan penyusun media MS, deterjen, larutan benlate, akuades steril,
NaOH, HCl, bacto agar, betadine, Clorox, Tween 20, alkohol.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminar air flow,
autoklaf, timbangan analitik, rak kultur, pengguncang (shacker), hot plate dengan
pengaduk magnetik, erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, labu takar, cawan petri,
pipet, pinset, batang pengaduk, handsprayer, thermometer, timer (alat pengatur
lama penyinaran), lampu bunsen, pH meter, sarung tangan, baju laboratorium,
masker, kertas saring, kertas sampul, aluminium foil, tisu, label, botol kultur.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan 2 faktor :
Faktor I : Konsentrasi garam NaCl (G):
G0 = tanpa pemberian garam NaCl (Kontrol)
G2 = garam NaCl 3000 ppm
G3 = garam NaCl 4500 ppm
G4 = garam NaCl 6000 ppm
Faktor II : Varietas padi (V):
V1 = Cisadane (tahan) V2 = Ciherang (peka)
V3 = Sarinah V4 = Mendawak
V5 = Ir 64 V6 = Bestari
Diperoleh 30 kombinasi perlakuan yaitu :
G0V1 G0V2 G0V3 G0V4 G0V5 G0V6 G1V1 G1V2 G1V3 G1V4 G1V5 G1V6 G2V1 G2V2 G2V3 G2V4 G2V5 G2V6
G3V1 G3V2 G3V3 G3V4 G3V5 G3V6
G4V1 G4V2 G4V3 G4V4 G4V5 G4V6
Jumlah ulangan = 5 ulangan
Jumlah seluruh botol atau plot = 150 botol
Jumlah tanaman/botol = 2 tanaman
Jumlah seluruh planlet = 300 planlet
Model linier yang digunakan adalah :
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Keterangan :
i = 0, 1, 2, 3, 4 (perlakuan konsentrasi garam)
j = 1, 2, 3, 4, 5, 6 (perlakuan varietas)
k = 1, 2, 3, 4, 5 (ulangan)
µ = Nilai tengah
αi = Pengaruh faktor konsentrasi garam NaCl pada taraf ke-i
βj = Pengaruh varietas ke-j
(αβ)ij = Pengaruh interaksi faktor konsentrasi garam NaCl pada taraf ke-i dan faktor varietas ke-j.
εijk = Efek dari faktor konsentrasi garam NaCl pada taraf ke-i dan faktor varietas ke-j pada ulangan ke-k.
Data diolah dengan analisis sidik ragam, dan bila perlakuan berpengaruh
nyata terhadap parameter yang diamati maka dilanjutkan dengan Uji Jarak
PELAKSANAAN PENELITIAN
Sterilisasi Alat-Alat
Sebelum semua alat-alat seperti botol kultur, cawan petri, gelas piala, gelas
kultur, erlenmeyer, pinset, pisau, scapel, spatula dan alat-alat gelas lainnya
terlebih dahulu direndam dalam deterjen dan dicuci bersih dengan air, selanjutnya
dikeringkan dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C dengan tekanan 17,5
psi selama 60 menit. Sarung tangan dapat disterilkan dengan menggunakan
alkohol 96 %.
Pembuatan Media
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media MS padat
dengan penambahan garam dengan konsentrasi sesuai dengan perlakuan. Tahap
pertama dalam pembuatan media adalah membuat larutan stok bahan kimia hara
makro, hara mikro, larutan ion, sukrosa, dan myo-inositol ditimbang sesuai
kebutuhan. Unsur hara makro, sukrosa dan myo-inositol dimasukan kedalam
beaker glass yang telah berisis akuades, lalu dipanaskan diatas hot plate dengan
menggunakan magnetic stirrer sebagai pengaduk. Kemudian ditambahkan larutan
stok hara mikro, iron dan vitamin sesuai dengan kebutuhan. Kemudian larutan
ditempatkan menjadi 500 ml. Lalu larutan dibagi empat bagian sehingga
masing-masing menjadi 125 ml. Setiap bagian diberi garam sesuai dengan perlakuan dan
larutan ditepatkan menjadi 250 ml. Keasaman diukur dengan menggunakan pH
meter. pH yang dikehendaki adalah 5,8. Larutan HCl dan NaOH 0,1 N digunakan
Tepung agar sebanyak 2 g ditambahkan ke dalam setiap perlakuan sesuai
dengan kebutuhan, lalu dipanaskan diatas piring pemanas dengan pengaduk
magnetic sampai larutan menjadi bening (semua agar telah larut). Media siap
dipindahkan ke dalam tabung kultur steril dan dibagi sesuai dengan banyak
ulangan serta jumlah sampel. Kemudian botol kultur tersebut ditutup dengan
aluminium foil dan diberi label sesuai dengan perlakuan. Media dalam botol
tersebut disterilisasikan di dalam autoklaf dengan tekanan 17,5 psi, suhu 1210C
selama 15 menit. Selanjutnya dapat disimpan dalam ruang kultur sebelum
digunakan.
Persiapan bahan
Bahan tanaman berupa padi yang digunakan terlebih dahulu
dikecambahkan selama dua hari agar meristem mulai diisolasi. Sebelumnya padi
direndam dalam deterjen 3 g/l akuades selama 30 menit setelah itu dibilas dengan
akuades steril sebanyak tiga kali. Selanjutnya direndam dalam larutan benlate 2
g/l selama 15 menit dan dibilas dengan akuades steril tiga kali, kemudian padi
disterilkan dengan alkohol 70 %, larutan Clorox 10 % selama 10 menit, larutan
Clorox 20 % selama 10 menit, dan direndam dalam larutan betadine 10 % selama
5 menit. Pada setiap tahap sterilisasi padi dibilas sebanyak tiga kali.
Kapas steril dimasukkan kedalam botol kultur bersih dan dibasahi dengan
akuades steril sampai kapas lembab, kemudian botol kultur yang berisi kapas
ditutup dengan aluminium foil dan disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 1210C
dalam botol kultur. Padi dibiarkan berkecambah pada suhu kamar 280 selama 1
hari.
Penanaman Eksplan
Eksplan yang akan ditanam berasal dari meristem padi yang telah berumur
2 hari. Isolasi bagian meristem dilakukan secara aseptik di laminar air flow
dimana bagian meristem dipisahkan + sepertiga bagian dari biji secara hati-hati.
Eksplan meristem kemudian dibilas pada larutan betadine sebanyak tiga kali dan
dikeringkan diatas kertas saring steril pada cawan petri. Eksplan meristem siap
ditanam dalam media MS dengan memakai pinset steril dengan mengarahkan
mulut botol ke lampu Bunsen. Setiap botol diisi dua eksplan meristem lalu ditutup
dengan aluminium foil.
Pemeliharaan Eksplan
Botol-botol yang berisi eksplan dan telah ditutup dengan aluminium foil
diletakkan pada rak kultur sesuai dengan bagan penelitian diruang kultur. Suhu
ruangan kultur diatur 250C-280C, dengan penyinaran lampu fluorencent (neon)
dengan intensitas cahaya 1000 lux dan panjang penyinaran 16 jam/hari. Ruangan
kultur diusahakan bebas dari bakteri dan jamur.
Pengamatan Parameter Tinggi Planlet (cm)
Tinggi planlet diukur dengan menggunakan kertas millimeter yang diukur
dari pangkal tanaman hingga titik tumbuh tanaman dilakukan pada akhir
Panjang akar (cm)
Panjang akar dihitung dari leher akar (akar sekunder) hingga ujung akar
pada setiap eksplan yang dilakukan pada akhir penelitian.
Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung dari daun yang terbentuk (daun semu) yang telah
terbuka sempurna dari setiap eksplan yang dilakukan pada akhir penelitian.
Berat akar Planlet (g)
Berat akar planlet dihitung dengan menimbang semua akar yang terbentuk
dan dilakukan pada akhir penelitian.
Berat total Planlet (g)
Berat total planlet dihitung dengan menimbang seluruh eksplan yang ada.
Pengamatan Visual
Data diambil dengan mengamati seluruh bagian eksplan yang dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan garam
berpengaruh nyata terhadap tinggi planlet, panjang akar, jumlah daun, berat total
planlet dan berat akar planlet sedangkan varietas berpengaruh nyata terhadap
tinggi planlet, panjang akar, jumlah daun, berat total planlet dan berat akar planlet.
Interaksi garam dan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi planlet, berat total
planlet dan berat akar planlet.
Tinggi Plantlet (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi planlet dapat dilihat pada
Lampiran 4. Rataan tinggi planlet pada perlakuan garam dan varietas dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan tinggi planlet pada perlakuan garam dan varietas
Garam
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5 %.
Tabel 1 menunjukkan bahwa garam berpengaruh nyata terhadap tinggi
planlet dimana perlakuan G0 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Tabel 1
juga menunjukkan bahwa V1 berbeda nyata dengan varietas lainnya terhadap
tinggi planlet. Interaksi antara garam dan varietas menunjukkan pengaruh nyata
kombinasi perlakuan lainnya. Hubungan antara tinggi planlet dengan interaksi
antara garam dan varietas dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hubungan antara tinggi planlet dengan interaksi antara garam dan varietas
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi garam
dalam media maka tinggi planlet semakin menurun pada semua varietas kecuali
varietas mendawak yang mengalami peningkatan tinggi planlet secara kuadratik.
Panjang Akar (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam panjang akar dapat dilihat pada
Lampiran 6. Rataan panjang akar pada perlakuan garam dan varietas dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan panjang akar pada perlakuan garam dan varietas
Garam Varietas Rataan
V1 V2 V3 V4 V5 V6
G0 2.81 1.68 1.58 1.58 1.69 1.62 1.83 a
G1 2.21 1.64 1.50 1.74 1.13 1.37 1.60 ab
G2 1.58 1.04 1.60 1.16 1.20 1.12 1.28 c
G3 1.67 1.29 1.26 1.30 1.54 1.04 1.35 bc
G4 1.10 1.04 0.92 1.17 1.23 1.04 1.08 c
Tabel 2 menunjukkan bahwa garam berpengaruh nyata terhadap panjang
akar dimana perlakuan G0 berbeda tidak nyata dengan perlakuan G1 namun
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya; V1 berbeda nyata dengan varietas
lainnya terhadap panjang akar. Interaksi antara garam dan varietas menunjukkan
pengaruh tidak nyata terhadap panjang akar. Hubungan antara panjang akar
dengan konsentrasi garam dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan antara panjang akar dengan konsentrasi garam
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi garam
dalam media maka panjang akar semakin menurun.
Hubungan panjang akar dengan varietas padi dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar diatas dapat dilihat bahwa panjang akar tertinggi pada varietas
cisadane (1,87 cm) dan panjang akar terendah pada varietas bestari (1,24 cm).
Jumlah Daun (helai)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah daun dapat dilihat pada
Lampiran 8. Rataan jumlah daun pada perlakuan garam dan varietas dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3.Rataan jumlah daun pada perlakuan konsentrasi garam dan varietas
Garam Varietas Rataan
V1 V2 V3 V4 V5 V6
G0 4.00 2.10 2.70 2.40 2.50 2.70 2.73a
G1 2.30 2.00 2.40 1.70 2.10 1.80 2.05b
G2 2.20 1.50 1.60 2.20 1.50 1.60 1.77bc
G3 1.50 1.30 1.50 1.70 1.50 1.30 1.47c
G4 1.60 1.20 2.10 2.00 1.30 1.30 1.58c
Rataan 2.32 a 1.62 b 2.06 ab 2.00 ab 1.78 b 1.74 b
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5 %.
Tabel 3 menunjukkan bahwa garam berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun dimana perlakuan G0 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Tabel 3 juga
menunjukkan bahwa V1 tidak berbeda nyata dengan V3 dan V4 namun berbeda
nyata dengan varietas lainnya terhadap jumlah daun. Interaksi antara garam dan
varietas menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun. Hubungan
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi garam
dalam media maka jumlah daun semakin menurun.
Hubungan jumlah daun dengan varietas padi dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Hubungan antara jumlah daun dengan varietas padi
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa jumlah daun tertinggi pada varietas
cisadane yaitu 2,32 helai dan panjang akar terendah pada varietas ciherang
(1,62 helai).
Berat Total Planlet(g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam berat total planlet dapat dilihat
pada Lampiran 10. Rataan berat total planlet pada perlakuan garam dan varietas
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan berat total planlet pada perlakuan garam dan varietas
Garam Varietas Rataan
V1 V2 V3 V4 V5 V6
G0 0.13 a 0.07 b 0.06 bc 0.02 ij 0.05 cde 0.06 bcd 0.06 a
G1 0.06 bc 0.03 fghij 0.05 cdef 0.05 bcd 0.05 cdefg 0.03 efghij 0.04 b
G2 0.05 cdef 0.04 defghij 0.04 cdefgh 0.05 bcd 0.04 cdefghi 0.02 hij 0.04 b
G3 0.02 hij 0.01 j 0.02 ij 0.03 efghij 0.02 ij 0.01 j 0.02 c
G4 0.03 ghij 0.01 j 0.02 ij 0.03 ghij 0.02 ij 0.02 ij 0.02 c
Rataan 0.06 a 0.03 bc 0.04 b 0.04 bc 0.03 bc 0.03 c
Tabel 4 menunjukkan bahwa garam berpengaruh nyata terhadap berat total
planlet dimana perlakuan G0 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Tabel 4
juga menunjukkan bahwa V1 berbeda nyata dengan varietas lainnya terhadap
berat total planlet. Interaksi antara garam dan varietas menunjukkan pengaruh
nyata terhadap berat total planlet dimana perlakuan kombinasi G0V1 berbeda
nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya. Hubungan antara berat total planlet
dengan interaksi antara garam dan varietas dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Hubungan antara berat total planlet dengan interaksi antara garam dan varietas
Gambar diatas memperlihatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi garam
maka berat total planlet semakin menurun pada semua varietas kecuali varietas
mendawak yang mengalami peningkatan berat total planlet secara kuadratik.
Berat Akar Planlet (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam berat akar planlet dapat dilihat
pada Lampiran 1. Rataan berat akar planlet pada perlakuan garam dan varietas
Tabel 5. Rataan berat akar planlet pada perlakuan garam dan varietas
Garam
Varietas Rataan
V1 V2 V3 V4 V5 V6
G0 0.023a 0.014 b 0.012 bcde 0.006 efghi 0.013 bcd 0.012 bcd 0.013a
G1 0.014bc 0.009 bcdefgh 0.013 bcd 0.014 bc 0.012 bcde 0.009 cdefgh 0.012ab
G2 0.013bc 0.010 bcdefg 0.011 bcdef 0.014 b 0.009 bcdefgh 0.009 bcdefgh 0.011b
G3 0.009 bcdefgh 0.005 fghi 0.007 defghi 0.008 cdefghi 0.005 ghi 0.004 hi 0.006c
G4 0.009 bcdefgh 0.003 i 0.005 ghi 0.006 fghi 0.005 ghi 0.004 hi 0.005c
Rataan 0.014 a 0.008 b 0.009 b 0.010 b 0.009 b 0.008 b
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5 %.
Tabel 5 menunjukkan bahwa garam berpengaruh nyata terhadap berat akar
planlet dimana perlakuan G0 tidak berbeda nyata dengan G1 namun berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya. Tabel 5 juga menunjukkan bahwa V1 berbeda nyata
dengan varietas lainnya terhadap berat akar planlet. Interaksi antara garam dan
varietas menunjukkan pengaruh nyata terhadap berat akar dimana perlakuan
G0V1 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hubungan antara berat akar
planlet dengan interaksi antara garam dan varietas dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Hubungan antara berat akar planlet dengan interaksi antara garam dan varietas
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi garam
dalam media maka berat akar planlet semakin menurun pada semua varietas
Pengamatan Visual
Data diambil dengan mengamati seluruh bagian eksplan yang dilakukan
pada akhir penelitian. Pengamatan visual pada perlakuan garam dan varietas dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengamatan visual pada perlakuan garam dan varietas
Perlakuan Ulangan
II IV V
G0V1 daunnya berwarna hijau daunnya berwarna hijau daunnya berwarna kehijauan G0V2 daunnya berwarna hijau daunnya berwarna hijau daunnya berwarna kehijauan
G0V3 sampel pertama daunnya berwarna
hijau dan lainnya kuning daunnya berwarna kehijauan
daunnya berwarna kekuningan
G0V4 daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kuning daunnya berwarna kuning G0V5 daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kehijauan daunnya berwarna kehijauan
G0V6 daunnya berwarna agak kekuningan daunnya berwarna kehijauan daunnya berwarna kekuningan
G1V1 daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kekuningan
G1V2 sampel pertama daunnya berwarna
kekuningan dan yang lainnya hijau daunnya berwarna kekuningan
daunnya berwarna kekuningan
G1V3 daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kehijauan daunnya berwarna agak kekuningan
G1V4 daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kehijauan daunnya berwarna kekuningan
G1V5 daunnya berwarna agak hijau daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kehijauan
G1V6 daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kekuningan
G2V1 daunnya berwarna hijau daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kehijauan
G2V2 daunnya berwarna hijau daunnya berwarna kehijauan daunnya berwarna agak kehijauan
G2V3 daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kehijauan daunnya berwarna kekuningan
G2V4 daunnya berwarna hijau daunnya berwarna kehijauan daunnya berwarna kehijauan G2V5 daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kehijauan G2V6 daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kehijauan daunnya berwarna kehijauan G3V1 daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kehijauan daunnya berwarna kehijauan G3V2 daunnya berwarna kehijauan daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kuning G3V3 daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kehijauan G3V4 daunnya berwarna hijau daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kehijauan
G3V5 daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kekuningan
G3V6 daunnya berwarna kuning daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kuning G4V1 daunnya berwarna kehijauan daunnya berwarna kehijauan daunnya berwarna kehijauan G4V2 daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kuning daunnya berwarna kuning
G4V3 daunnya berwarna agak kekuningan daunnya berwarna kekuningan daunnya berwarna kekuningan
G4V4 daunnya berwarna kehijauan daunnya berwarna kehijauan daunnya berwarna kehijauan
G4V5 daunnya berwarna kuning daunnya berwarna kuning daunnya berwarna kekuningan
Pembahasan
Analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan garam
berpengaruh nyata terhadap tinggi planlet, panjang akar, jumlah daun, berat total
dan berat akar. Tinggi planlet, panjang akar, jumlah daun, berat total dan berat
akar pada perlakuan garam memperlihatkan adanya penurunan pertumbuhan
dengan semakin meningkatnya konsentrasi garam dalam media.
Analisis data secara statistik juga menunjukkan adanya perbedaan nyata
antar beberapa varietas padi terhadap tinggi planlet, panjang akar, jumlah daun,
berat total dan berat akar. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan
mekanisme dari beberapa varietas padi tersebut terhadap salinitas.
Yuniati (2004) menyatakan beberapa proses fisiologis dan biokimia terlibat dalam
mekanisme toleransi dan adaptasi tanaman terhadap salinitas. Sebagai contoh,
cekaman garam menginduksi akumulasi senyawa organik spesifik di dalam sitosol
sel yang dapat bertindak sebagai osmoregulator, tanaman juga dapat mencegah
akumulai Na dan Cl dalam sitoplama melalui ekskluasi Na dan Cl ke lingkungan
eksternal (media tumbuh) dan kompartementasi ke dalam vakuola atau
mentranslokasi Na dan Cl ke jaringan-jaringan lain.
Interaksi garam dan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi planlet,
berat total dan berat akar planlet. Tinggi planlet, berat total dan berat akar pada
perlakuan garam dan varietas memperlihatkan adanya penurunan pertumbuhan
masing-masing varietas dengan semakin meningkatnya konsentrasi garam dalam
media.
Penurunan tinggi, jumlah daun dan panjang akar disebabkan adanya
tanaman semakin berkurang sehingga proses metabolisme terhambat. Penurunan
jumlah air menyebabkan penurunan fotosintesis sehingga ketersediaan karbohidrat
menurun. Karbohidrat sangat diperlukan untuk proses awal pembentukan jaringan
seperti akar, batang dan daun, sehingga penurunan karbohidrat menyebabkan
pembentukan jaringan tanaman terhambat. Gardner, dkk (1991) menyatakan
bahwa proses diferensiasi sel pada tahap perkembangan jaringan primer sangat
memerlukan karbohidrat untuk penebalan dinding sel epidermis batang dan
perkembangan akar maupun batang. Pembelahan sel-sel inisial di daerah meristem
sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, hormon dan lingkungan. Perlakuan larutan
NaCl juga mempengaruhi sintesis hormon IAA. Berkurangnya IAA menyebabkan
proses pembelahan dan perkembangan sel terhambat sehingga jaringan yang
terbentuk sedikit.
Penurunan tinggi tanaman diakibatkan terbatasnya persediaan air dan
bahan organik dalam jaringan. Sari, dkk (2006) menyatakan bahwa penurunan
jumlah air menyebabkan sel kehilangan turgor sehingga terdapat kecenderungan
bagi plamalema untuk lepas dari dinding sel (plasmolisis). Pada proses
pemanjangan sel, tanaman memerlukan keseimbangan air yang sesuai karena
kekuatan pemanjangan sel merupakan akibat dari tekanan turgor. Salisbury dan
Ross (1995) menyatakan bahwa adanya air akan meningkatkan turgor dinding sel
yang mengakibatkan dinding sel mengalami peregangan sehingga ikatan antara
dinding sel melemah. Hal inilah yang mendorong dinding dan membran sel
bertambah besar, sehhingga minimnya ketersediaan air akan menghambat
pertumbuhan tanaman. Terbatasnya bahan organik juga menghambat
diferensiasi sel pada tahap perkembangan jaringan primer sangat memerlukan
karbohidrat untuk penebalan dinding sel epidermis batang dan perkembangan akar
maupun batang. Perlakuan NaCl menyebabkan ketidakseimbangan ion pada
jaringan tanaman sehingga proses metabolisme terganggu dan pertumbuhan tinggi
tanaman menurun. Sari, dkk (2006) menyatakan pula bahwa cekaman garam akan
menyebabkan berkurangnya sintesis hormon yang memacu pertumbuhan dan
meningkatnya hormon yang menghambat pertumbuhan. IAA merupakan hormon
yang merangsang pembelahan, pemanjangan dan perbesaran sel. Adanya salinitas
yang tinggi menyebabkan berkurangnya asalm amino seperti triptofan yang
diperlukan dalam sintesis hormon IAA sehingga konsentrasi hormon IAA
menurun. Penurunan hormon IAA akan menghambat pertumbuhan tanaman.
Pessarakli (1993) menyatakan bahwa tingkat stress garam yang berlebihan akan
menurunkan IAA pada tanaman yang sensitif terhadap garam. Hastuti dkk (2000)
menyatakan bahwa kandungan hormon ABA meningkat pada kondisi stres. ABA
mempunyai peranan antagonis dengan hormon IAA yaitu menghambat
pertumbuhan.
Penurunan jumlah daun diakibatkan berkurangnya ketersediaan air dan
unsur hara pada tanaman menyebabkan penurunan turgor sel sehingga stomata
menutup. Fitter dan Hay (1992) menyatakan bahwa penurunan stomata pada daun
akan memotong suplai CO2 ke sel-sel mesofil sehingga fotosintesis terhambat dan
fotosintat yang terbentuk sedikit. Pada awal perkembangan daun, fotosintat
ditahan untuk mengembangkan daun secara cepat. Setelah daun berkembang
penuh dengan kandungan pati yang tinggi maka fotosintat akan ditranslokasi ke
mempengaruhi pembentukan daun. Yuniati (2004) menyatakan bahwa salinitas
mempengaruhi proses fisiologis yang berbeda-beda. Pelebaran daun terhambat
oleh cekaman salinitas karena berkurangnya tekanan turgor sel. Berkurangnya
pelebaran daun dapat berakibat berkurangnya fotosintesisis maupun produktivitas.
Konsentrasi NaCl yang tinggi sangat mengurangi pertumbuhan, baik tunas
maupun akar. Meskipun keracunan NaCl lebih terlihat pada pucuk, tetapi terjadi
pengurangan panjang akar akibat perlakuan. Yuniati (2004) menyatakan bahwa
hal tersebut disebabkan karena sel-sel meristem akar sensitif terhadap garam
sementara aktivitas mitosis sel-sel tersebut sangat tinggi untuk pertumbuhan akar.
Ada dua alasan yang mungkin mendasari terjadinya pengurangan pertumbuhan
akar dalam kondisi cekaman garam. Yang pertama adalah hilangnya tekanan
turgor untuk pertumbuhan sel karena potensial osmotik media tumbuh lebih
rendah dibanding potensial osmotik di dalam sel, sedangkan alasan kedua adalah
kematian sel.
Penurunan berat tanaman diakibat adanya larutan NaCl pada media
tumbuh yang menyebabkan kepekatan larutan media lebih sehingga jumlah air
yang masuk ke akar tanaman semakin berkurang. Hakim (1986) menyatakan
bahwa adanya garam-garam berpengaruh terhadap penurunan kemampuan
tanaman dalam mengabsorpsi air sehingga jumlah air sel tanaman semakin
berkurang dan dapat menaikkan tittik layu tanaman. Pangaribuan (2001)
menyatakan pula bahwa adanya NaCl mengakibatkan peningkatan transpirasi.
Peningkatan laju transpirasi akan menurunkan jumlah air tanaman sehingga
Varietas Mendawak merupakan varietas tahan yang memperlihatkan
peningkatan pertumbuhan secara kuadratik hingga tingkat konsentrasi garam 3000
ppm. Peningkatan pertumbuhan tersebut diindikatorkan melalui parameter tinggi
planlet (cm), berat total planlet (g) dan berat akar planlet (g). Namun, penurunan
terjadi pada konsentrasi garam yang lebih tinggi yakni pada 4500 ppm dan 6000
ppm seperti pada varietas yang lainnya. Pertumbuhan yang menurun ini
diakibatkan oleh penyerapan air yang terhambat (Hakim, 1986), keracunan garam
(Yuniati, 2004) dan defisiensi hara karena terlalu tingginya konsentrasi garam.
Varietas Cisadane merupakan kelompok tanaman tahan yang memiliki
sifat-sifat tertentu (Nurhayati, 2005), dan memperlihatkan pertumbuhan tinggi
planlet (13.33 cm), panjang akar (1.87 cm), berat total planlet (0.06 g) dan berat
akar planlet (0.014 g) yang tertinggi jika dibandingkan dengan varietas lainnya.
Pengamatan visual pada varietas Cisadane memperlihatkan sebagian besar daun
berwarna hijau, yang menandakan bahwa varietas ini dapat tetap bertahan hidup.
Hal ini diakibatkan adanya mekanisme adaptasi varietas tersebut terhadap
cekaman garam yang diberikan. Pernyataan tersebut didukung oleh Yuniati
(2004), bahwa beberapa proses fisiologis dan biokimia dalam mekanisme adaptasi
tanaman terhadap salinitas adalah cekaman garam menginduksi akumulasi
senyawa organik spesifik di dalam sitosol sel yang dapat bertindak sebagai
osmoregulator, tanaman juga dapat mencegah akumulai Na dan Cl dalam
sitoplama melalui ekskluasi Na dan Cl ke lingkungan eksternal (media tumbuh)
dan kompartementasi ke dalam vakuola atau mentranslokasi Na dan Cl ke
Varietas Ciherang sebagai varietas peka memperlihatkan warna daun yang
kuning pada konsentrasi garam yang rendah sekalipun (1500 ppm) dan
pertumbuhan yang rendah dibandingkan dengan varietas tahan (Varietas
Cisadane). Pengamatan ini memperlihatkan bahwa varietas ini tidak
memperlihatkan mekanisme adaptasi terhadap cekaman garam yang diberikan dan
mengalami pertumbuhan yang terhambat. Respon pertumbuhan yang
diperlihatkan oleh varietas ini merupakan respon genotif terhadap faktor
lingkungan yang memiliki kadar garam tinggi yang terlihat dalam penampilan
fenotipik dari tanaman bersangkutan (Darliah dkk, 2001).
Varietas Bestari memiliki pertumbuhan tinggi planlet, panjang akar,
jumlah daun dan berat akar planlet yang sangat rendah, demikian juga dengan
varietas Sarinah dan Ir 64. Dengan cara in vitro, didapatkan bahwa ketiga varietas
ini tidak memiliki perbedaan tingkat toleransi terhadap cekaman garam yang
diberikan. Pertumbuhan yang sangat terhambat pada ketiga varietas ini,
disebabkan oleh kadar garam tinggi yang mengganggu proses fisiologi tanaman,
seperti yang dinyatakan oleh Pangaribuan (2001) bahwa salinitas yang tinggi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Garam NaCl berpengaruh nyata menurunkan tinggi planlet, panjang akar,
jumlah daun, berat total planlet dan berat akar planlet
2. Varietas Cisadane memiliki tinggi planlet, panjang akar, berat total planlet
dan berat akar planlet yang tertinggi.
3. Varietas Mendawak adalah varietas tahan terhadap cekaman garam 3000 ppm
dengan tinggi, berat total dan berat akar planlet yang mengalami peningkatan
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan konsentrasi garam yang lebih
bervariasi.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan varietas lain.
DAFTAR PUSTAKA
Alihamsayah, T., D. Nazemi, Mukhlis, I. Khairullah, H.D. Noor, M. Sarwani, H. Sutikno Y., Rina, F.N. Saleh, dan S. Abussamad. 2001. Empat Puluh Tahun Balitra: Perkembangan dan Program Penelitian Kedepan. Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa, Banjarbaru.
Allard, R. W. 1960. Pemuliaan Tanaman. Diterjemahkan oleh Manna. Rineka Cipta. Jakarta.
Andoko, A ., 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Cetakan-I. Penebar Swadaya, Jakarta. BALITPANG, 1989. Padi. Edisi ke-2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Andrianto, T. T. dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta.
Anthoni, F.J. 2006. The Chemical Composition of Seawater. Dikutip dari:
Pusat Statistik. 2010a. Tanaman Pangan. Dikutip dari
b. 2010 Indonesia Kembali Swasembada Beras.
Dikutip dar 2010.
c
dari
Cestellanos, M., Power, B. dan Davery, M. 2008. Tissue Culture Technologies For Micropropagation, In Vitro Regeneration And Genetic Improvement Of Poinsettia. Jurnal Propagation on Ornamental Plants. Volume 8 (4). 173-185pp.
Darliah, I. Suprihatin, D. P. Devries, W. Handayati, T. Hermawati dan Sutater, 2001. variabilitas Genetik, Heritabilitas, dan Penampilan Fenotipik 18 Klon Mawar Cipanas. Zuriat 3 No.11.
Departemen Pertanian, 1983. Pedoman Bercocok Tanam Padi Palawija Sayur – sayuran. Departemen Pertanian Satuan Pengendali BIMAS. Jakarta.
Gani, J. A., 2000. Kedelai Varietas Unggul Baru. Penerbit Instlasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram, Mataram.
Hayuningtyas, R.D. 2010. Metode Uji Toleransi Padi (Oryza sativa L.) Terhadap Salinitas Pada Stadia Perkecambahan. [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta.
Grist D.H., 1960. Rice. Formerly Agricultural Economist, Colonial Agricultural Service, Malaya. Longmans, Green and Co Ltd. London.
Hakim, 1986. Fisiologi Tanaman. Bhrata Karya Aksara. Jakarta.
Hastuti, E.D., E. Prihastanti dan R.B. Hastuti. Fsisiologi Tumbuhan. 2000. Fakultas MIPA. UNDIP. Semarang.
Beras. Tanggal akses 19 Juli 2010.
01 Februari 2008.
01 Februari 2008.
Luh, B.S., 1991. Rice Production, Volume I. Published by Van Nostrand Reinhold, New York.
Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition Of Higher Plants. Acad-Press.
Nurhayati, T. K., 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Eska Media, Jakarta.
Pangaribuan, N 2001. Hardening dalam Upaya Mengatasi Efek Salin pada Tanaman Bayam (Amaranthus sp). http.//www.ut.ac.id/imst/nurmala/ hardening.htm.
Pessarakli, M. 1993. Handbook of Plant and Crop Stress. Marcel Dekker Inc. New York.
Purna, I., Hamidi dan Elis. Persediaan Akhir Beras Nasional Tahun 2009 dan Peluang Crude Palm Oil (CPO) Indonesia. 2010. Dikutip dari:
Riffiani, R. 2010. Isolasi Bakteri Pendegradasi Phenanthrene dari Batanta-Salawati Raja Ampat Papua. Jurnal Biologi Indonesia. Volume 6(2). 153-161pp. Dikutip dari:
Riyadi, I. dan Tahardi, J.S. 2009. Perbanyakan in vitro Tanaman Kina (Cinchona
ledgeriana Moens) Melalui Tunas Aksiler Dan Apikal. Jurnal Menara
Perkebunan. Volume 77(1). 36-46 pp.
Salisbury, F.B dan C.W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Alih bahasa; Diah R. Lukman dan Sumaryono. ITB Press. Bandung.
Sari, H.C., S. Darmanti dan E.D. Hastuti. 2006. Pertumbuhan Jahe Emprit (Zingiber officinale Var. Rubrum) pada Media Tanam Pasir dengan Salinitas yang Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. XIV, No.2, Oktober 2006
Sembiring, H. dan Gani. A. 2010 Adaptasi Varietas Padi Pada Tanah Terkena Tsunami. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Jakarta.
Sitompul, S.M dan B. Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM-Press, Yogyakarta.
Siregar, H., 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya, Bogor.
Sudana, W. 2005. Potensi dan Prospek Lahan Rawa Sbagai Sumber Produksi Pertanian. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 3 (2). 141-151 pp. Dikutip dari Tanggal akses 19 Juli 2010.
Sukasmono, M., Suhawijaya dan Supartoyono, A.L. 1980. Setek Sambungan Kina Hasil Pengujian Di Lapangan. Warta BPTK., Volume 6 (1 dan 2). 105-109pp.
Suprayono dan A. Setyono, 1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi. Cetakan-I. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tarigan, H. 2003. Dilema Pangan Beras Indonesia. Dikutip dari:
Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE
Nomor seleksi : B2484B-PN-28-3-MR-1 Asal persilangan : Pelita I-1/B2388
Golongan : Cere, kadang-kadang berbulu Umur tanaman : 135 - 140 hari
Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau terhadap wereng coklat biotipe 3, Tahan terhadap hawar daun bakteri , Rentan terhadap blas dan hawar pelepah, Rentan terhadap virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput
CIHERANG
Kelompok : Padi Sawah
Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41--3-1
Asal Persilangan :IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131-3- 1///IR64 ////IR64
Golongan : Cere
Umur Tanaman : 116-125 hari Bentuk Tanaman : Tegak Tinggi Tanaman : 107-115 cm Anakan Produktif : 14-17 batang Warna Kaki : Hijau Warna
dan penyakit :wereng coklat biotipe 2 dan 3 Ketahanan Terhadap, Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain III dan IV Anjuran : -Cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan
ketinggian di bawah 500 m dpl.
Pemulia : -
Teknisi : -Tarjat T, Z. A. Simanullang,., E. Sumadi dan Aan A. Daradjat