PENGARUH HOLDING TIME TERHADAP KEKERUHAN PADA SAMPEL AIR SUNGAI BABURA DENGAN METODE TURBIDIMETRI
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya
DIAN ASHARI 072401012
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
PENGARUH HOLDING TIME TERHADAP KEKERUHAN PADA
SAMPEL AIR SUNGAI BABURA DENGAN METODE
TURBIDIMETRI
KARYA ILMIAH
DIAN ASHARI
072401012
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
Judul : PENGARUH HOLDING TIME TERHADAP
Ketua Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing
Dr. Rumondang Bulan Nst, MS. Dr. Yuniarti Yusak, MS.
NIP. 195408301985032001 NIP.130809726
PERNYATAAN
PENGARUH HOLDING TIME TERHADAP KEKERUHAN PADA
SAMPEL AIR SUNGAI BABURA DENGAN MEODE
TURBIDIMETRI
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri,kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, juni 2010
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis memilih judul PENGARUH HOLDING TIME TERHADAP
KEKERUHAN PADA SAMPEL AIR SUNGAI BABURA DENGAN METODE TURBIDIMETRI yang merupakn salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Diploma III Kimia Analis.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, pengarahan, bantuan, dan saran serta kritik dari banyak pihak. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Yuniarti Yusak MS., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS., selaku ketua Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Ibu Dr. Marpongathun. M.Sc., selaku ketua Program Studi Kimia Analis
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
4. Orang tua tercinta Dibri Pasaribu dan Haswidawati yang telah mendidik,
mendo’akan, dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.
5. Buat saudara-saudara ku yang telah memberikan dukungan yang begitu besar
kepada penulis.
6. Staf dan karyawan di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Medan yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
7. Buat teman-teman PKL ku Nena Fitriani, Zuhriatin Thaiyyibah, dan Yudha
Setiawan yang selalu member semangat kepada penulis
8. Buat teman-teman ku Khoirotun Najiha dan Maulida Ulfatmi yang telah
membantu penulis dalam terjemahan buku.
9. Buat teman-teman satu kos ku Andre Adhe Putra, Firmansya Ginting,
Trisaputra Ramadani dan Azwinata yang tekah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis
10.Buat teman-temanku Andika Putra, Rosidi Tarigan, Ardiansyah Tanjung,
Ardiansyah Hasibuan dan Aswin Syahputra Mawan yang telah memberikan semangat dan dukungan terhadap penulis.
11.Serta seluruh teman-teman mahasiswa Kimia Analis stambuk 2007 yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar karya ilmiah ini dapat lebih sempurna lagi. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umunya dan penulis pada khususnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan. April 2010
PENGARUH HOLDING TIME TERHADAP KEKERUHAN PADA SAMPEL AIR SUNGAI BABURA DENGAN METODE TURBIDIMETRI
ABSTRAK
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap oleh bahan - bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (mislnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Dalam hal ini, saya membahas tentang pengaruh holding time terhadap kekeruhan, dalam percobaan ini menunjukkan sangat mempengaruhi masa holding time terhadap kekeruhan. Dimana masa holding time pada sampel kekeruhan maksimum selama 48 jam (2 hari).
HOLDING TIME INFLUENCE TO TURBIDITY AT SAMPLE IRRIGATE BABURA RIVER WITH TURBIDIMETRY METHOD
ABSTRACT
DAFTAR ISI
BAB 2 Tinjauan Pustaka
5
2.1 Air
5
2.2 Kualitas Air untuk Kehidupan
7
2.2.1 Kualitas secara Fisik
8
2.2.2 Kualitas Air secara Kimia
9
2.2.3 Kualitas Air secara Biologis
9
2.3 Pencemaran Air
10
2.4 Sumber Pencemaran Air
10
2.4.1 Domestik
11
2.4.2 Nondomestik
11
2.4.3 Limbah Organik Menyebabkan Kurangnya Oksigen
Terlarut
12
2.4.4 Pencemaran Bahan Kimia Inorganik
12
2.4.5 Pencemaran Bahan Kimia Organik
12
2.4.6 Sedimen dan Bahan Tersuspensi
13
2.4.7 Substansi Radioaktif
13
2.5 Teknologi Pembersih Air
14
2.5.1 Cara Sederhana
14
2.5.2 Cara Saringan Pasir Lambat
15
2.5.3 Cara Koagulasi
15
2.5.4 Cara Penghilangan “Tai-Peureu”
15
2.5.5 Biofilter
16
2.6 Turbidimetri
BAB 3 Metodologi Percobaan
BAB 4 Hasil dan Pembahasan
22
4.1 Hasil
22
4.2 Pembahasan
22
BAB 5 Kesimpulan dan Saran
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Wadah yang dibutuhkan, Teknik Pengamanan (Persiapan),
Dan Holding Time (Masa Penyimpanan) yang diharuskan
Pada Sampel
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Turbidimeter 2100 N
28
PENGARUH HOLDING TIME TERHADAP KEKERUHAN PADA SAMPEL AIR SUNGAI BABURA DENGAN METODE TURBIDIMETRI
ABSTRAK
HOLDING TIME INFLUENCE TO TURBIDITY AT SAMPLE IRRIGATE BABURA RIVER WITH TURBIDIMETRY METHOD
ABSTRACT
Turbidity define the water optic determined based on amount of lihgts absorbed by materials in water. Turbidity caused by organic and inorganic materials which suspended and solved (such as mud and smooth sand), also organic and inorganic materials which in form of plankton and other microorganism. In this case, I study about holding time influence to turbidity, on trial this show very influencing a period of holding time to turbidity. Where a period of holding time at maximum turbidity sample 48 hours (2 day).
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan
cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standart tertentu, saat ini
menjadi barang yang mahal karena air banyak yang sudah tercemar oleh
bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga,
limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. (Wardhana, 1995)
Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat
digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan pencemaran
air. Karena kebutuhan mahkluk hidupnakan air sangat bervariasi, maka batas
pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda. Sebagai contoh, air kali
dipegunungan belum tercemar tidak dapat digunakan langsung sebagai air minum
karena belum memenuhi persyaratan untuk dikategorikan sebagai air minum.
Kekeruhan menunjukkan sifat optis air, yang mengakibatkan pembiasan cahaya
kedalam air. Kekeruhan membatasi masuknya cahaya ke dalam air. Kekeruhan ini
terjadi karena adanya bahan yang terapung, dan terurainya zat tertentu, seperti bahan
organik, jasad renik, lumpur tanah liat dan benda lain yang melayang atau terapung
sangat halus sekali. Semakin keruh air, semakin tinggi daya hantar listriknya dan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di
dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik
dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain.
Kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit turbiditas, yang setara dengan 1
mg/liter SiO2. Peralatan yang pertama kali di gunakan untuk mengukur turbiditas atau
ekeruhan adalah Jackson Candler Turbidimeter, yang dikalibrasi dengan silika.
Kemudian, Jackson Candler Turbidimeter dijadikan sebagai alat baku atau standart
bagi pengukuran kekeruhan. Satu unit turbiditas Jackson Candler Turbidimeter
dinyatakan dengan satuan 1 JTU. Pengukuran kekeruhan dengan ,enggunakan Jackson
Candler Turbidimeter bersifat visual, yaitu membandingkan air sampel dengan air
standart.
Selain dengan menggunakan Jackson Candler Turbidimeter, kekeruhan sering
diukur dengan metode Nephelometrick. Pada metode ini, sumber cahaya dilewatkan
pada sampel dan ntensitas cahaya yang dipantulkan oleh oleh bahan-bahan penyebab
kekeruhan diukur dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan
standart. Satuan kekeruhan yang diukur dengan metode Nephelometric adalah NTU
(Nephelometric Turbidity Unit). Satuan JTU dan NTU sebenarnya tidak dapat saling
mengonversi, akan tetapi Sawyer dan McCarty (1978) mengemukakan bahwa 40 NTU
setara dengan 40 JTU. (Hefni Effendi, 2003)
Bahan buangan industri yang berbentuk padat kalau tidak dapat larut sempurna
akan mengendap di dasar sungai dan yang dapat larut sebagian akan menjadi koloidal.
Endapan sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air bersama-sama
dengan koloidal. Endapan dan koloidal yang melayang di dalam air akan menghalangi
masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air. Padahal sinar matahari sangat
diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan proses fotosintesis. Karena tidak
ada sinar matahari maka proses fotosintesis tidak dapat berlangsung. Akibatnya,
kehidupan mikroorganisme jadi terganggu. (Wardhana, 1995)
Kekeruhan pada perairan yang tergenang (lentik), misalnya danau, lebih
banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel
halus, sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan
oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang berupa lapisan
permukaan tanah yang terbaawa oleh aliran air pada saat hujan. Kekeruhan yang
tinggi dapat mengakibatkan terganggunya system osmoregulasi, misalnya pernafasan
dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya kedalam
air. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan
mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air. (Hefni Effendi, 2003)
1.2Permasalahan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di
dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang
dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Tingginya nilai
kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas
desinfeksi pada proses penjernihan air. Dengan demikian apakah ada pengaruh
penyimpanan sampel air sungai Babura Medan terhadap kekeruhan dan apakah aman
untuk digunakan oleh masyarakat yang ada disekitarnya.
1.3Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan sampel air sungai pada suhu
4o C terhadap kekeruhan (turbitity).
1.4Manfaat
Adapun manfaat penulisan tugas akhir ini adalah :
- Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang hasil analisa
kekeruhan yang terdapat pada air sungai Babura Medan.
- Untuk memberikan informasi kepada Badan Lingkungan Hidup (BLH)
tentang kada luarsanya sampel.
- Untuk mengetahui apakah air sungai Babura layak untuk digunakan untuk
kebutahan sehari-hari bagi masyarakat yang tinggal disekitar sungai
Babura.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahkluk hidup
yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi
mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan
pada segneap pengguna air. (Hefni Effendi, 2003)
Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal,
bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat
dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Misalnya,
walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih
dan bebas dari pencemaran, air hujan yang turun di atasnya selalu mengandung
bahan-bahan terlarut, seperti CO2, O2 dan N2 serta bahan-bahan tersuspensi misalnya debu
dan partikel-partikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfir. (Kristanto,2002)
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas
air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik,
dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain
menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,
kerusakan, dan bahaya bagi semua mahkluk hidup yang bergantung pada sumber daya
air. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan dan perlindungan sumber daya air secara
seksama. (Hefni Effendi, 2003)
Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan
global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan
tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan,
maka air tersebut sudah tercemar. Pengolahan tanah yang kurang baik akan dapat
menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan. Dengan
demikian banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air ini, yang akhirnya akan
bermuara ke lautan, menyebabkan pencemaran pantai dan laut sekitarnya.
(Darmono,2001)
Pengolahan sumber daya air sangat penting, agar dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan
yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air, mencakup
kualitas fisika, kimia dan biologi. Namun, sebelum melangkah pada tahap
pengelolaan, diperlukan pemahaman yang baik tentang terminology, karateristik, dan
interkoneksi parameter kualitas-kualitas air. (Hefni Effendi, 2003)
2.2 Kualitas Air Untuk Kehidupan
Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat
atau bahan pencemar terdapat di dalam air, tetapi air tersebut tetap dapat diguakan
sesuai dengan kriterianya.
Menurut peruntukannya, air pada sumber air dapat dikategorikan menjadi
empat golongan, yaitu:
• Golaongan A, yaitu air yang dapat digunakan segai air minum secara langsung tanpa diolah terlebih dahulu.
• Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah
sebagai air minum dan keperluan rumah tangga lainnya.
• Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
• Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan
dapat digunakan untuk usaha perkotaan, industry, dan listrik tenaga air.
(Kristanto, 2002)
Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO) maupun badan setempat
(Departemen Kesehatan) serta ketentuan/peraturan lain yang berlaku seperti APHA
(American Public Health Association), layak idaknya air untuk kehidupan manusia
ditentukan berdasarkan persyaratan secara fisik, secara kimia, dan secara biologis.
• Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya gahan-bahan organik dan
anorganik, seperti lumpur dan buangan dari permkiman tertentu yang
menyebabkan air air sungai menjadi keruh. Air yang mengandung kekeruhan
tinggi akan mengalami kesulitan kalau diproses untuk sumber air bersih.
Kesulitannya antara lain dalam proses penyaringan.
• Warna
Warna air berubah bergantung kepada warna buangan yang memasuki badan
air. (Unus, 2005)
Warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan
terganggunya proses fotosintesis. Untuk kepentingan keindahan, warna air
sebaiknya tidak melebihi 15 PtCo. Sumber air untuk kepentingan air minum
sebaiknya memiliki nilai warna antara 5-50 PtCo. (Hefni Effendi, 2003)
• Temperatur
Kenaikan temperature atau suhu di dalam badan air, dapat menyebabkan
penurunan kadar oksigen terlarut (DO atau Dissolved Oxygen) air. (Unus
Suriawira, 2005)
Naiknya suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut:
- Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air
- Meningkatkan kecepatan reaksi kimia.
- Mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya.
- Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya
mungkin akan mati. (Kristanto, 2002)
• Bau dan Rasa
Bau dan Rasa yang terdapat di dalam air baku apat dihasilkan oleh kehadiran
organisme seperti mikroalga dan bakteri. Dari segi estetika, air yang berbau,
apalagi bau busuk sperti bau teller yang membusuk (oleh H2S misalnya),
ataupun air yang berasa secara alami, tidak dikehendaki dan tidak dibenarkan
oleh peraturan dan ketentuan yang berlaku.(Unus Suriawira, 2005)
2.2.2 Kualitas Air secara Kimia
Kualitas air secara kimia meliputi sebagai berikut:
• Nilai pH
• Kandungan senyawa kimia dalam air
Contohnya: Logam berat seperti Hg (air raksa) dan Pb (timbal) merupakan zat
kimia berbahaya jika masuk kedalam air.
• Kandungan residu atau sisa.
Misalnya: residu pestisida, deterjen, kandungan senyawa toksik atau racun,
dan sebagainya.
2.2.3 Kualitas Air Secara Biologis
Kualitas secara biologis, khususnya secar mikrobiologis, ditentukan oleh
banyak parameter yaitu:
• Parameter Mikroba Pencemar
• Patogen
2.3 Pencemaran Air
Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal,
bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat
dalam bentuk murni, namun buakan berarti bahwa semua air sudah tercemar.
Misalnya, walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara
yang bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan yang turun di atasnya selalu
mengandung bahan-bahan terlarut, seperti CO2; O2; dan N2, serta bahan-bahan
tersuspensi misalnya debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa air hujan dari
atmosfir. (Kristanto, 2002)
Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang
dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat. Pencemar memasuki badan air
dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah, limpasan (run off) pertanian,
limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah industry, dan lain-lain. (Hefni
Effendi, 2003)
2.4 Sumber Pencemaran Air
Sumber pencemar (polutan) dapat berupa suatu lokasi tertentu (point source)
atau tak tentu/tersebar (non-point/diffuse source). Sumber pencemar point source
misalnya knalpot mobil, cerobong asap pabrik, dan saluran limbah industri.
Pencemaran yang berasal dari point source bersifat lokal. Efek yang ditimbulkan dapat
ditentukan berdasarkan karateristik spesial kualitas air. Volume pencemar dari point
source biasanya relatife tetap. Sumber pencemaran non-point source dapat berupa
point source dalam jumlah yang banyak. Misalnya: Limpasan dari daerah pertanian
yang mengandung pestisida dan pupuk, limpasan dari daerah pemukiman (domestik),
dan limpasan dari daerah perkotaan. (Hefni Effendi, 2003)
2.4.1 Domestik
Limbah domestik adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi,
kakus, dapur, tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotek, rumah sakit,
rumah makan dan sebagainya yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri atas zat
organic baik berupa padat atau cair, bahan berbahaya, dan beracun (B3), garam
terlarut, lemak, dan bakteri terutama fekal coli, jasad pathogen, dan parasit.
2.4.2 Nondomestik
Limbah nondomestik sangat bervariasi, terlebih-lebih untuk limbah industry.
Limbah pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas tanaman yang bersifat
organis, bahan pemberantas hama dan penyakit (pestisida), bahan pupuk yang
mengandung nitrogen, posfor, sulfur, mineral (K,Ca) dan sebagainya. (Satrawijaya;
1991)
Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen dalam air ialah limbah organik
yang terbuang dalam air. Limbah organic akan mengalami degradasi dan dekomposisi
oleh bakteri aerob (menggunakan oksigen dalam air), sehingga lama-kelamaan
oksigen yang terlarut dalam air akan sangat berkurang. Dalam kondisi berkurangnya
oksigen tersebut hanya spesies organisme tertentu saja yang dapat hidup.
2.4.4 Pencemar Bahan Kimia Inorganik
Bahan kimia inorganik seperti asam, garam dan bahan toksik logam seperti Pb,
Cd, Hg dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan air tidak enak untuk diminum. Di
samping dapat menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan organisme
lainnya, pencemaran bahan tersebut juga dapat menurunkan produksi tanaman pangan
dan merusak peralatan yang dilalui air tersebut (karena bersifat korosif).
2.4.5 Pencemar Bahan Kimia organik
Bahan kimia organik seperti minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih,
deterjen dan masih banyak lagi bahan organic terlarut yang digunakan oleh manusia
yang dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun organisme lainnya.
2.4.6 Sedimen dan Bahan Tersuspensi
Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah, dan bahan kimia
inorganic dan organic menjadi bentuk bahan tersuspensi di dalam air, sehingga bahan
tersebut menjadi penyebab polusi tertinggi dalam air. Kebanyakan sungai dan daerah
aliran sungai selalu membawa endapan lumpur yang disebabkan erosi alamiah dari
pinggir sungai. Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam air, sehingga
mengurangi kemampuan ikan dan organisme air lainnya memperoleh makanan,
mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis, pakan ikan menjadi tertutup lumpur,
insang ikan kerang tertutup oleh sedimen dan akan mengakumulasi bahan beracun
seperti pestisida dan senyawa logam.
2.4.7 Substansi Radioaktif
Radioaktif yang terlarut dalam air akan dapat mengalami “amplikasi biologi”
(kadarnya berlipat) dalam system rantai pakan. Radiasi yang terionisasi dari isotop
tersebut dapat menyebabkan mutasi DNA pada mahkluk hidup sehingga
mengakibatkan gangguan reproduksi, kanker, dan kerusakan genetik. (Darmono;
2001)
Berbagai macam kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini apabila tidak
disertai dengan program pengolahan limbah yang baik akan memungkinkan terjadinya
pencemaran air, baik secara langsung maupun tidak langsung. Erat kaitannya dengan
masalah indikator pencemaran air ikut menentukan bagaimana indikator tersebut
terjadi. Komponen pencemaran air tersebut dikelompokkan sebagai berikut:
- Bahan buangan organik
- Bahan buangan anorganik
- Bahan buangan olahan bahan makanan
- Bahan buangan cairan berminyak
- Bahan buangan zat kimia
- Bahan buangan berupa panas (Wardhana, 1995)
2.5 Teknologi Pembersihan Air
Pengolahan air baku (air alami) menjadi bersih dapat dilakukan dalam
beberapa cara:
2.5.1 Cara Sederhana
Cara yang sangat sederhana yang banyak dijumpai dipedesaan ialah air yang
terkumpul sebelum disalurkan kejamban atau tempat lainnya yang memerlukan,
ditampung terlebih dahulu di dalam sebuah bak penampung. Penampungan
dimaksudkan agar bahan-bahan yang menyebabkan air tersebut keruh, misalnya oleh
lumpur dan sebagainya akan terendapkan terlebih dahulu di dalam bak tersebut.
Dengan begitu air yang dialirkan ke jamban, sudah jernih karena lumpurnya sudah
mengendap. Tentu saja bak penampungan ini tidak akan dibiarkan begitu untuk waktu
yang lama karena cepat atau lambat endapannya akan banyak serta kemungkinan akan
menyumbat saluran atau aka terbawa air lagi. Oleh karena itu, dalam waktu-waktu
tertentu endapannya harus dibuang/dikeluarkan.
2.5.2 Cara Saringan Pasir Lambat
Saringan pasir lambat sangat efisien untuk menghilangkan kekeruhan dalam
air, baik kekeruhan yang diakibatkan oleh bahan-bahan dalam suspense yang mudah
mengendap maupun bahan-bahan dalam bentuk koloidial. Selain itu, pasir lambat juga
sangat efektif untuk pemisahan bakteri dari dalam air.
2.5.3 Cara Koagulasi
Kekeruhan air yang banyak dijumpai pada air permukaan, seperti air
permukaan, seperti air sungai atau air saluran irigasi ada yang dapat dihilangkan
dengan cara pengendapan dan penyaringan secara langsung dan ada yang tidak dapat
dihilangkan dengan kedua cara tersebut disebabkan oleh partikel-paartikel koloid yang
hanya dapat diendapkan dengan proses koagulasi kimiawi.
2.5.4 Cara Penghilangan “Tai-peureu”
Besi dalam bentuk ion Fe++ sangat mudah larut di dalam air. Oksigen terlarut
di dalam air akan mengoksidasi Fe++ menjadi Fe(OH)3 yang merupakan endapan,
sehingga akan mengakibatkan kekeruhan dalam air yang berwarna merah karat. Selain
itu, untuk ion mangan (dalam bentuk Mn++), oksidasi Mn++ oleh oksigen yang terlarut
akan menghasilkan endapan hitam yang berakumulasi di dalam system distribusi yang
2.5.5 Biofilter
Kemampuan sekelompok mikroba seperti bakteri dan jamur dalam
menguraikan benda-benda organic dan anorganik yang terdapat dalam air buangan ,
sudah diketahui dan dimanfaatkan sejak lama. Kehadiran secara buatan dari kelompok
mikroba tersebut, terdapat pada tempat atau bejana pengolah air buangan, seperti
dalam bentuk kolam oksidasi, kolam stabilasi, trickling filter. (Unus , 2005)
2.6. Turbidimetri
Beberapa senyawa yang tak dapat larut, dalam jumlah sedikit, dapat disiapkan
dalam keadaan agregasi sedemikian sehingga diperoleh suspensi yang sedang-sedang
stabilnya. Sifat-sifat dari setiap suspensinya akan berbeda-beda menurut
konsentrasinya fase-terdisfersinya. Bila cahaya dilewatkan melalui suspensi itu,
sebagian dari energy radiasi yang jatuh di disipasi (dihamburkan) dengan penyerapan
(absorpsi), pemantulan (refleksi), sementara sisanya ditransmisi (diteruskan).
Pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisikan sebagai fungsi dari konsentrasi
fase-terdisfersi adalah dasar dari analisa turbidimetri. Bila suspensi dipandang dengan
sudut tegak lurus terhadap arah cahaya yang jatuh, system Nampak opalesen
(berpendar seperti mutiara) disebabkan oleh pantulan cahaya dari partikel-partikel
suspensi itu (efek tyndall). Cahaya dipantulkan tak beraturan dan membaur, sehingga
istilah cahaya-baur ini (dengan sudut tegak lurus terhadap arah jatuh cahaya jatuh)
sebagai fungsi konsentrasi fase-terdisfersinya adalah dasar dari analisis nefalometri
(Gr nefhele= awan). Analisis nefelometri adalah paling peka untuk suspensi-suspensi
yang sangat encer (>100 mg per liter). Teknik-teknik untuk analisis turbidimetri dan
analisis nefalometri masing-masing menyerupai analisis filter fotometri dan fluometri.
Membuat kalibrasi dianjurkan dalam penerapan-penerapan nefalometri dan
turbidimetri, karena hubungan antara sifat-sifat optis suspensi dan konsentrasi fase
terdisfersinya paling jauh adalah semi-empiris. Agar kekabutan atau kekeruhan
(turbidity) itu dapat diulang penyiapannya haruslah seksama mungkin. Endapan harus
sangat halus, sehingga tidak cepat mengendap. Intensitas cahaya baur bergantung pada
banyaknya dan ukuran partikel-partikel dalam suspensi, dan asalkan ukuran rata-rata
dari partikel dalam suspensi, dan asalkan ukuran rata-rata dari
partikel-partikel itu cukup dapat diulang, aplikasi secara analitik adalah dimungkinkan.
Kondisi-kondisi berikut hendaknya dikendalikan dengan hati-hati untuk
menghasilkan suspensi dengan sifat-sifat yang cukup seragam:
1. Konsentrasi-konsentrasi kedua ion yang bergabung (bersenyawa) yang
menghasilkan endapan, maupun rasio dari konsetrasi-konsentrasinya dalam
larutan-larutan yang dicampurkan.
2. Cara, urut-urutan, dan laju pencampuran.
3. Banyaknya garam-garam dan zat-zat lain yang ada serta, terutama
koloid-koloid pelindung (gelatin, gom arab dan sebagainya).
4. Temperatur.
Kolorimeter-kolorimeter visual dan fotoelektrik dapat digunakan sebagai
turbidimeter. Filter biru biasanya menghasilkan kepekaan yang lebih besar. Sebuah
cahaya yang ditransmisikan oleh suatu larutan yamg keruh umumnya tak mengikuti
hokum Beer-Lambert dengan tepat (Vogel, 1994)
Turbiditas merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan
sebagai perbandingan cahaya yang yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba.
Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika
kondisi-kondisi lainnya konstan. Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan
dalam tiga golongan, yaitu pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang
dihamburkan terhadap intensitas cahaya yang datang; pengukuran perbandingan
cahaya yang diteruskan terhadap cahaya yang datang; pengukuran efek ekstingsi, yaitu
kedalam di mana cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan lapisan yang keruh.
Instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam
instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedangkan pada Nefalometer,
intensitas cahaya diukur dengan larutan standart. Turbidimeter meliputi pengukuran
cahaya yang diteruskan. Turbiditas berbanding lurus terhadap konsentrasi dan
ketebalan, tetapi turbiditas tergantung juga pada warna. Untuk partikel yang lebih
kecil, rasio tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding
terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya.
Prinsip spektroskopi absorpsi dapat digunakan pada turbidimeter dan
nefalometer. Untuk turbidimeter, absorpsi akibat partikel yang tersuspensi diukur
sedangkan pada nefalometer, hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur.
Meskipun presisi merode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis, sedang
akurasi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel. Setiap instrumen
spektroskopi absorpsi dapat digunakan untuk turbidimeter, sedang nefalometer
memerlukan reseptor pada sudut 90o terhadap lintasan cahaya. Metode nefalometer
kurang sering digunakan pada analisis anorganik. Pada konsentrasi leih tinggi,
absorpsi berpariasi secara linear terhadap konsentrasi, sedangkan pada konsentrasi
lebih rendah untuk sistem koloid Te dan SnCl2, tembaga ferosianida dan
sulfida-sulfida logam berat tidak demikian halnya. Kelarutan zat tersuspensi seharusnya kecil.
Suatu gelatin pelidung koloid biasanya digunakan untuk membentuk suatu dispersi
koloid yang seragam dan stabil. (Khopkhar, 1984)
Hamburan Tyndall adalah hamburan radiasi elektromagnetik oleh molekul atau
partikel yang teragregasi dalam bentuk suspensi atau koloid yang partikel-partikelnya
lebih besar dari ukuran molekul. Sifat hamburan Tyndall ini adalah frekuensi dan
panjang gelombang sama dengan sumber radiasi. Hubungan Tyndall dimanfaatkan
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Persiapan Sampel
Sampel yang dipergunakan adalah sampel dari air sungai Babura Medan
dengan menggunakan botol plastic tanpa gelumbung udara di dalamnya dan disimpan
pada suhu 4oC.
3.2 Alat – alat
- Turbidimeter Laboratorium model 2100 AN
- Kuvet Phyrex
- Tissue
- Beaker glass Phyrex
3.3 Bahan – bahan
- Air Sungai Babura
3.4 Prosedur
- Dihidupkan alat Turbidimeter dengan menekan switch on di belakang alat,
layar akan menunjukkan angka 2100 AN
- Didiamkan sampai panjang gelombang konstan antara 0,025 sampai 0,029
NTU
- Diisi kuvet dengan air sampel sampai tanda batas
- Dibersihkan kuvet dengan tissue sampai kering dan bersih
- Diletakkan kuvet sampel kedalam tempat sampel kemudian ditutup
- Dicatat angka yang tertera dilayar setelah angka konstan
- Diisi format ketidak sesuaian jika nilai pengukur an yang diperoleh melebihi
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHSAN
4.1 Hasil
Data penentuan kekeruhan pada air sungai Babura
Hari
Hasil
⋌ Kekeruhan (NTU)
0 0,029 18,2 NTU
1 0,029 18,9 NTU
2 0,029 20,0 NTU
3 0,029 20,3 NTU
4 0,029 19,3 NTU
5 0,029 18,1 NTU
6 0,029 17,9 NTU
4.2 Pembahasan
Dari analisa yang dilakukan terhadap air sungai Babura Medan diperoleh nilai
kekeruhan yang cukup tinggi pada analisa hari k-3 yaitu 20,3 NTU. Hal ini disebabkan
karena masa holding time (lama penyimpanan) sampel telah habis pada hari ke-3,
masa holding time yang dicantumkan pada tabel selama 48 jam (2 hari).
Pada analisa hari ke-6 diperoleh nilai kekeruhan yang cukup rendah yaitu 17,9
NTU. Hal ini dikarenakan partikel-partikel yang ada dalam air telah menempel pada
wadah (tempat penyimpanan sampel) sehingga nilainya berkurag sangat drastis.
Kekeruhan tidak merupakan sifat dari air yang sangat membahayakan, tetapi
satu hal yang harus dipertimbangkan karna sifat optiknya tersebut membuatnya tidak
disenangi oleh masyarakat.
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pengaruh holding time
terhadap kekeruhan (turbidity) sangatlah berpengaruh maka dianjurkan pada Badan
Lingkungan Hidup (BLH) di daerah manapun supaya analisa kekeruhan (turbidity)
tidak lewat dari masa holding time karena dapat mengurangi ketelitian dalam
menganalisa.
Waktu pengawetan sampel paling lambat 1 hari, karena setelah satu hari dapat
terjadi flokulasi sendiri dari zat- zat tersuspensi tanpa pembubuhan flokulan, sehingga
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap air sungai Babura Medan
menunujukkan bahwa masa holding time pada kekeruhan sangat mempemgaruhi nilai
kekeruhannya yang disimpan pada suhu 4oC dan maksimum penyimpanan sampel
selama 48 jam (2 hari) yaitu pada hari ke-3 hasil kekeruhannya mencapai 20,3 NTU.
Dan air sungai ini tidak layak digunakan sebagai air minum karena tingkat
kekeruhannya melewati batas yang telah ditentukan yaitu 5 NTU sesuai peraturan
pemerintah republik Indonesia nomor 20 Tahun 1990.
5.2 Saran
- Disarankan kepada masyarakat yang berada pada aliran air sungai Babura
Medan supaya menjaga kelestariannya dan tidak mengkonsumsi air sungai
tersebut karena mempunyai nilai kekeruhan yang sangat tinggi.
- Disarankan kepada Badan Lingkungan Hidup (BLH) di daerah manapun agar
menganalis sampel turbidity tidak lewat dari masa holding timenya.
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta : UI-Press.
Heffni, E. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta : Kanisius.
Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Khopkar, S.M. 1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.
Mulja, M. 1995. Analisis Instrumental. Bandung : ITB-Press.
Sastrawijaya, A.T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Suriawiria, U. 2005. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung :
P.T Alumni.
Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Wardhana, W.A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Edisi Revisi. Yogyakarta :
LAMPIRAN
Tabel 2.1 Wadah yang dibutuhkan, Teknik Pengmanan (persiapan) dan holding
time (lama penyimpanan) yang diharuskan pada sampel
Parameter Wadah2
Pengamanan
Hydrogen Ion (pH) P,G None required Analyze
Immediatelly
Temperature P,G None Requred Analyze
Gambar 2.1 Turbidimeter 2100 N