• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

TESIS

Oleh

SANDHIYANING WAHYU ARIFANI

077011086/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA ATAS LAGU

YANG TIDAK DIKETAHUI PENCIPTANYA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SANDHIYANING WAHYU ARIFANI 077011086/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

2009

Telah diuji pada Tanggal : 24 Juli 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MHum

(4)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

4. Notaris Syafnil Gani, SH, MHum

Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK

CIPTA ATAS LAGU YANG TIDAK DIKETAHUI PENCIPTANYA

Nama Mahasiswa : Sandhiyaning Wahyu Arifani Nomor Pokok : 077011086

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH,MS,CN) Ketua

(Prof.Dr.Runtung Sitepu,SH, MHum) (Dr.T.Keizerina Devi A,SH,CN,MHum)

Anggota Anggota

Ketua Program, Direktur,

(5)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Tanggal lulus : 24 Juli 2009

ABSTRAK

Di Indonesia, perlindungan hak cipta ini mulai di suarakan pada dekade Tahun 1960, yang dilanjutkan dengan kajian-kajian pada Tahun 1970-an. Indonesia menerbitkan peraturan yang mengatur hak cipta ini pada Tahun 1982 yaitu dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta. Sebagai gambaran akan pentingnya pendaftaran hak cipta ini, dapat di lihat dari persoalan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Malaysia dalam persoalan kepemilikan dan hak cipta atas lagu Rasa Sayange. Dimana pemerintah Malaysia menjadikan lagu Rasa Sayange, lagu resmi Malaysia Truly Asia untuk promosi pariwisata Malaysia dan hal ini telah memicu polemik antara kedua negara serumpun tersebut.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian hukum normatif yaitu suatu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ronald Dworkin menyebut metode penelitian normatif juga sebagai penelitian doktrinal atau doctrinal research, yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun hukum sebagai law as it is

decided by the judge through judicial proces.

Kebijakan untuk menentukan pemegang hak cipta atas lagu yang tidak diketahui penciptanya menurut Undang-undang hak cipta di Indonesia dilakukan oleh Negara, dimana Negara memegang hak cipta itu secara terus menerus berdasarkan Pasal 11 ayat (3) Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta. Hak cipta itu dipegang oleh negara dan menjadi milik bersama. Masa perlindungan adalah tanpa jangka waktu atau tak terbatas, dimana negara yang memegang hak cipta secara terus menerus. Di Indonesia, jangka waktu perlindungan hak cipta secara umum adalah sepanjang hidup penciptanya ditambah 50 tahun atau 50 tahun setelah pertama kali diumumkan atau dipublikasikan. Hal ini di lakukan mengingat perkembangan di bidang perdagangan, industri, dan investasi telah sedemikian pesat, sehingga memerlukan peningkatan perlindungan bagi Pencipta dan Pemilik Hak Terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas. Upaya yang ditempuh untuk penegakan hukum terhadap pelanggaran terhadap Hak Cipta atas lagu yang tidak diketahui penciptanya adalah dengan melakukan penegakan hukum berdasarkan Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 Tentang hak cipta di Indonesia, Pada Bab XII diatur bahwa, penegakan hukum atas hak cipta dilakukan oleh pemegang hak cipta dalam hukum perdata, namun ada pula sisi hukum pidana.

(6)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

ABSTRACT

In Indonesia, the protection on copy right commencing to sound since 1960 decade, then continued the study with interpretation of 1970s. The Indonesian Government published a rule regulating this copy right in 1982 by enactment a Law No.6 of 1982 concerning Copy Right. The indication how essential registering this c op y ri gh t c an b e s e e n in a ma tt e r b et we e n t h e I nd on e s ia n g o v e rn m en t wi t h Malaysian ruling in the case of the property and the copy right upon the Rase Sayange Song, which by the Malaysia authority held Rasa Sayange Song as an official Malaysia Truly Asia in promoting Malaysian tourism and this point has triggered a polemic between both countries.

This study conducted in a normative law research method namely a research relies on a law norms found in the regulations rule and the adjudication, and this is truly relevance to the opinion of Ronald Dworkin point out a normative research method also as a doctrinal research, means a. research analyzing and recognize law as it written in the book, or point law as it is decided by the judge through judicial process.

A policy to determine the holder of copy right upon a song with unknown composer refers to the Law of Copy Right inIndonesia conducted by State, where the state hold the copy right continuously based Article 11 Verse (3) of Regulations No.19 of 2002 regarding the Copy Right. The copy is held by the state and held it jointly ownership. The protection period is an unlimited time, means the state hold the copy right continuously. In Indonesia, the period time for protection to copy right in generally is a long as lif e the composer added another 50 years or 50 years following the first time announced or published out. To adopt this point refers to the development and progress on trades, industry, and investment go running rapidly, so require an improvement protection to the composer and the possession the right related but always keep attention public interest in whole. An effort to hold up with law enforcement on any violating to the Copy Right upon unknown the composer is by conducting a law enforcement refers to The Regulations No.19 of 2002 Regarding The Copy Right in Indonesia, it is noted on Chapter XII is regulated that, the law enforcement upon copy right shall be held by the possession of copy right in civil law, but there is found the criminal law side.

(7)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang

Kuasa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, maka tesis ini telah dapat diselesaikan

dengan judul ”PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA ATAS

LAGU YANG TIDAK DIKETAHUI PENCIPTANYA”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam

menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan tesis ini telah banyak mendapat

bantuan dari berbagai pihak.

Terima kasih yang mendalam dan tulus saya ucapkan secara khusus kepada

yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS,

CN selaku Ketua Komisi Pembimbing serta Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MHum dan Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum masing-masing selaku

anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan pengarahan, nasehat serta

bimbingan kepada saya, dalam penulisan tesis ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada

Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM dan Bapak Notaris Syafnil Gani, SH,

MHum selaku dosen yang selama ini telah membimbing dan membina penulis dan

pada kesempatan ini dipercayakan menjadi dosen penguji sekaligus sebagai panitia

(8)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Selanjutnya ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan

kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Kenotariatan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof.Dr.Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH, MS, CN, dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi

Azwar, SH, CN, M.Hum selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Magister

Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Guru Besar dan Staf Pengajar diantaranya Bapak Prof.

Dr M. Solly Lubis, SH, Prof. Dr. Tan Kamello, Prof. Dr. Syafruddin Kalo,

SH,MHum, Ibu Hj. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn, Dr. Pendastaren Tarigan,

SH, MS, Prof. Dr.Budiman Ginting, SH, MHum, dan lain lain serta para

karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara diantaranya Ibu Fatimah, SH, Mbak Sari, Mbak Lisa,

Mbak Afni, Mas Adi, Mas Rizal dan lain-lain yang telah banyak membantu dalam

penulisan ini dari awal hingga selesai.

5. Rekan-rekan serta teman-temanku tercinta di Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara di Program Magister Kenotariatan yang selalu memberikan

(9)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini dalam rangka untuk

menyelesaikan studi.

Secara khusus, penulis menghaturkan sembah dan sujud dan ucapan terima

kasih yang tak terhingga, kepada yang tercinta Ayahanda dan Ibunda yang telah

bersusah payah melahirkan, membesarkan dengan penuh pengorbanan, kesabaran,

ketulusan dan kasih sayang, serta memberikan doa restu, sehingga penulis dapat

melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan,

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara serta tidak lupa juga penulis

ucapkan terima kasih kepada suamiku tersayang serta anak-anak yang selama ini

memberikan dukungan dan perhatiannya.

Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan

kepada penulis, mendapat rahmat dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan kebaikan,

kesehatan, kesejahteraan dan rejeki yang melimpah kepada kita semua.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat

kepada semua pihak, terutama kepada penulis dan kalangan yang mengembangkan

ilmu hukum, khususnya dalam bidang ilmu Kenotariatan.

Medan, 24 Juli 2009

Penulis,

(10)
(11)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Sandhiyaning Wahyu Arifani, SH

Tempat Tanggal Lahir : Semarang, 23 September 1977

II. ORANG TUA

Nama Ayah : (Alm) Sjamsul Arief

Nama Ibu : Sri Mudji Nurhayati

III. PEKERJAAN

Wiraswasta

IV. PENDIDIKAN

1. SD : SD Dauh Puri Denpasar

2. SMP : SMPN IV Mojokerto

3. SMA : SMAN I Semarang

4. S – 1 : Fakultas Hukum Universitas Muslim Nusantara (UMN)

Al-Waslyah Medan

(12)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Keaslian Penelitian ... 9

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 10

1. Kerangka Teori ... 10

2. Konsepsi ... 17

G. Metode Penelitian ... 21

BAB II : PELAKSANAAN UNTUK MENENTUKAN PEMEGANG HAK CIPTA ATAS LAGU YANG TIDAK DIKETAHUI PENCIPTANYA DI INDONESIA ... 27

A. Pengertian Hak Cipta ... 27

B. Perbedaan Antara Hak Cipta dan Hak Paten ... 34

(13)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

D. Pengertian Folklor dan Lagu Modern Yang Tidak Diketahui

Penciptanya ... 43

E. Mencari Batasan Atas Pengertian Folklor ... 44

F. Mencari Mekanisme Yang Terbaik Agar Negara Dapat Menjalankan Hak Ciptanya Atas Folklor Secara Optimal ... 47

G. Negara Sebagai Pemegang Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya ... 49

BAB III : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA ATAS LAGU YANG TIDAK DIKETAHUI PENCIPTANYA ... 55

A. Peranan Yayasan Karya Cipta Indonesia Dalam Melindungi Hak Cipta Lagu ... 55

B. Sengketa Lagu Rasa Sayange ... 59

C. Sejarah Lagu Rasa Sayange... 62

D. Belajar Dari Kasus Sengketa Hak Cipta Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya ... 64

E. Berbagai Pendapat Tentang Hak Cipta Lagu Rasa Sayange ... 71

F. Perlindungan dan Penegakan Hukum Atas Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya ... 78

BAB IV : UPAYA YANG DITEMPUH UNTUK PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA ATAS LAGU YANG TIDAK DIKETAHUI PENCIPTANYA ... 81

A. Persoalan Hak Cipta Lagu dan Pembayaran Royalti ... 81

B. Indonesia Masuk Daftar Hitam Pelanggaran Hak Cipta ... 91

(14)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

D. Pemerintah Efektifkan Sosialisasi Pentingnya Pendaftaran

Hak Cipta ... 97

E. Penyelesaian Kasus Lagu Laksamana Raja Di Laut ... 110

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 116

(15)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

”Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta,

untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya”,1

”Di Indonesia, perlindungan hak cipta ini mulai di suarakan pada dekade

tahun 1960 yang dilanjutkan dengan kajian-kajian pada dekade 1970-an. Indonesia yang timbul secara otomatis,

setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Hak khusus atau Exclusive Rights, mengandung hak ekonomi atau economic

rights, yaitu hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak

terkait dan hak moral atau moral rights, yaitu hak pencipta atau ahli warisnya, untuk

menggugat seseorang, yang tanpa persetujuannya meniadakan nama pencipta, yang

tercantum dalam ciptaan, mencantumkan nama pencipta dalam ciptaannya dan

mengubah isi ciptaan. Hal ini menunjukkan hubungan antara pencipta dengan karya

ciptaanya.

1

(16)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

menerbitkan peraturan yang mengatur hak cipta ini pada tahun 1982 yaitu dengan

terbitnya Undang-Undang Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta”.2

Kemunculan undang-undang hak cipta ini, dari hari ke hari kian dianggap penting, sehingga secara terus menerus disempurnakan. Terbitnya Undang-undang Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta membuka wawasan dan kesadaran bangsa untuk memberikan perlindungan-perlindungan yang berkait dengan hak cipta, sehingga tahun 1987 terbit Undang-undang Nomor 7 tahun 1987, Undang-Undang Nomor 12 tahun 1997 dan terakhir Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002.

3

2

Susilo Halim, Pengaturan Hak Cipta di Indonesia, (Jakarta, Penerbit : LP3S, Cetakan ke I, 2006), halaman 2.

3

Ibid, halaman 3.

Undang-undang hak cipta ini tidak berdiri sendiri, namun mendapat dukungan

aturan pelaksanaannya antara lain :

1. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 7 tahun 1989 tentang Hak Cipta.

2. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 1 tahun 1989 tentang Penerjemahan dan atau perbanyak ciptaan untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian dan pengembangan.

3. Keputusan Presiden R.I. Nomor 17 tahun 1988 tentang pengesahan persetujuan mengenai perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman suara antara negara Republik Indonesia dengan masyarakat Eropa.

4. Keputusan Presiden R.I. Nomor 25 tahun 1989 tentang pengesahan persetujuan mengenai perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman suara antara negara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat.

5. Keputusan Presiden R.I. Nomor 38 tahun 1993 tentang pengesahan persetujuan mengenai perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman suara antara negara Republik Indonesia dengan Australia. 6. Keputusan Presiden R.I. Nomor 56 tahun 1994 tentang pengesahan persetujuan

mengenai perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman suara antara negara Republik Indonesia dengan Inggris.

(17)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

8. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.04-PW. 07.03 tahun 1988 tentang penyidik hak cipta.

9. Surat edaran menteri kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.PW. 07.03 tahun 1990 tentang kewenangan menyidik tindak pidana hak cipta. 4

12. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai dan karya lain dari hasil pengalih-wujudan.

Pemerintah Indonesia melalui pasal 12, Undang-Undang Nomor 19 tahun

2002 mengakui dan melindungi antara lain :

1. Buku, Program Komputer, Perwajahan karya tulis yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis

2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain sejenis.

3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks.

5. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomim. 6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar seni ukir, seni

kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolose dan seni terapan. 7. Arsitektur.

Pengakuan ini dibarengi dengan pembatasan hak cipta sebagaimana diatur

dalam Pasal 15 Undang-undang hak cipta dengan syarat mencantumkan sumbernya,

baik untuk keperluan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan

laporan, penulisan kritik dan tinjauan suatu masalah dengan ketentuan tidak

merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta. Hal ini juga berlaku untuk

4

Ibid, halaman 4.

5

(18)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

kepentingan pembelaan, ceramah pendidikan, pertunjukan gratis, perbanyakan non

komersial dan lain sebagainya

Kesadaran dalam mendaftarkan hak cipta ini semakin mendapat sambutan positif di Indonesia, terbukti dalam Pendaftaran Hak Cipta Batik di Indonesia. Pemerintah Kabupaten Pemkab Indramayu telah mendaftarkan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau hak cipta motif batik Indramayu.Langkah ini merupakan terobosan baru dan bisa dibilang merupakan yang pertama terjadi di Indonesia. Pasalnya, motif batik tradisional Indonesia yang tidak diketahui lagi penciptanya dan sudah menjadi milik masyarakat atau public

domain didaftarkan ke Ditjen HAKI Departemen Kehakiman guna

mendapatkan perlindungan hukum6

Beberapa kelompok di Indonesia tidak bisa menerima lagu itu digunakan untuk promosi pariwisata Malaysia. Pemusik Maluku, misalnya, menilai tindakan Malaysia menggunakan lagu itu untuk promosi pariwisata menarik turis tidak tepat. Malaysia dituding telah mengambil hasil karya pemusik Indonesia, yang berasal dari daerah Maluku untuk kepentingan promosinya, karena lagu tersebut diyakini berasal dari Maluku. Malaysia pun berdalih bahwa lagu tersebut adalah milik masyarakat Melayu. Bahkan, Dubes Malaysia Dato Zainal Abidin Zain seperti dikutip beberapa media di Jakarta mengatakan sebelum Indonesia dan Malaysia merdeka lagu tersebut sudah ada.

.

Sebagai gambaran akan pentingnya pendaftaran hak cipta ini, dapat di lihat

dari persoalan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Malaysia dalam

persoalan lagu Rasa Sayange. Dimana pemerintah Malaysia menjadikan lagu Rasa

Sayange, lagu resmi Malaysia Truly Asia untuk promosi pariwisata Malaysia dan hal

ini telah memicu polemik antara kedua negara serumpun tersebut.

7

6

Dedi, 50 Motif Batik Indramayu Miliki Hak Cipta, (Indramayu, Penerbit : Indonesian Batik New Agree Gator, Cetakan ke II, 2007), halaman 1.

7

(19)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Oleh karena itu sangat perlu sekali diselidiki dari mana sebenarnya asal lagu

Rasa Sayange itu, Kalau memang benar dari Maluku atau dari Indonesia maka

diperlukan bukti-bukti yang kuat bahwa lagu tersebut memang benar dari Maluku

atau dari Indonesia. Tanpa ada bukti bahwa lagu tersebut berasal dari Indonesia atau

Maluku, maka klaim Indonesia atas lagu tersebut akan menjadi lemah. Karena kita

yang mengklaim lagu Rasa Sayange berasal dari Indonesia, maka kita pulalah yang

berkewajiban untuk membuktikannya, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Nomor 19 tahun 2002 Tentang Hak Cipta.

Bila terbukti ada pencipta lagu itu, hal tersebut tidak akan menjadi masalah.

yang menjadi pertanyaan adalah lagu tersebut disebut-sebut tidak diketahui

penciptanya alias NN atau no name. Masyarakat Maluku mengaku bahwa lagu

tersebut berasal dari daerah itu, maka harus ada bukti yang mendukungnya. Bukti itu

bisa didapat dengan menelusuri siapa penciptanya, ahli warisnya atau kapan pertama

kali lagu itu diumumkan.

Bila tidak bisa dibuktikan lagu tersebut milik masyarakat Maluku atau

Indonesia, klaim itu akan menjadi lemah. Ditinjau dari aspek Undang-undang Hak

Cipta, bila lagu tersebut tidak diketahui siapa penciptanya, maka negaralah yang

memegang hak ciptanya. Pasal 11 Ayat (3) Undang-undang Hak Cipta menyebutkan

bahwa, Jika suatu ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui penciptanya dan atau

penerbitnya, negara memegang hak cipta atas ciptaan tersebut untuk kepentingan

(20)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Logikanya, Pemerintah Malaysia seharusnya lebih dahulu meminta izin kepada Pemerintah Indonesia, melalui Departemen Pariwisata dan Budaya atau instansi lain, yang berkompeten untuk menggunakannya, jika memang lagu tersebut berasal dari Indonesia. Yang perlu dilakukan sekarang adalah, mencari dan mengumpulkan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung argumen bahwa lagu tersebut memang berasal dari Indonesia atau dari daerah Maluku.8

Bila sudah ditemukan buktinya, perlu lagi dilihat masa berlaku atau perlindungan hukum atas lagu tersebut sudah berakhir atau masih berlaku. Bila masa berlaku hak cipta tersebut sudah berakhir, karya ciptaan itu akan menjadi public domain, siapa saja bisa menggunakan lagu tersebut. Masa berlaku hak cipta, menurut Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 tahun 2002, adalah selama hidup penciptanya dan terus berlangsung hingga 50 tahun setelah penciptanya meninggal.9

Dampak positif timbulnya klaim masyarakat Indonesia atau Maluku atas lagu Rasa Sayange, yang digunakan untuk promosi pariwisata Malaysia ada juga hikmahnya. Kasus itu hendaknya menjadi pelajaran bagi pemerintah, terutama Departemen Pariwisata dan Budaya untuk segera melakukan inventarisasi karya cipta budaya bangsa seperti lagu-lagu yang tidak diketahui penciptanya, hikayat, dongeng, legenda dan lain-lain. Karya-karya budaya bangsa itu hendaknya dihimpun dan dibukukan, sehingga bila timbul perselisihan dikemudian hari, maka akan lebih mudah untuk pembuktiannya.10

Menurut Ansori Sinungan, Direktur Hak Cipta Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM, kasus itu menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mulai sadar akan pentingnya perlindungan tehadap hak cipta. Selama ini, menurut Ansori, banyak pencipta lagu merasa senang lagu mereka dinyanyikan orang lain, bahkan sampai di Malaysia tanpa izin dari penciptanya. Padahal, hak pencipta itu dilindungi oleh Undang-undang.11

Ansori Sinungan menyarankan kepada pemerintah untuk segera mengumpulkan bukti-bukti untuk mendukung klaim bahwa lagu Rasa Sayange itu berasal dari Indonesia. Bila Indonesia memiliki bukti kuat, katanya, Malaysia bisa saja

Agus Suyatno, Indonesia Segera Inventarisasi Karya Cipta Anak Bangsa, (Jakarta, Penerbit : Pelita, Cetkaan ke II, 2005), halaman 5.

11

(21)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

digugat untuk menghentikan penggunaan lagu tersebut untuk kepentingan promosi pariwisata negara tetangga itu.12

Bila tidak bisa membuktikan lagu tersebut berasal dari Indonesia, menurutnya, klaim terhadap lagu itu akan menjadi lemah. Dia menjelaskan bahwa masa berlaku hak cipta itu ada aturannya dalam undang-undang. Bila masa berlaku suatu hak cipta sudah berakhir, karya itu akan menjadi milik umum, siapa saja bisa menggunakannya. Masa berlaku lagu-lagu karya Sebastian Bach, misalnya sudah berakhir, siapa saja bisa menggunakannya karena sudah menjadi public domain, kata Ansori.13

Direktur Hak Cipta Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI, Ansori Sinungan mengatakan, tergantung dari bukti yang dimiliki. Jika Indonesia menuntut Malaysia menggunakan Undang-undang Hak Cipta, katanya, Malaysia akan bertanya siapa pencipta lagu Rasa Sayange, jika tidak diketahui penciptanya, dasar tuntutannya sangat lemah. Kasus itu, menurutnya, hendaknya menjadi pelajaran bagi para seniman untuk melindungi hasil karya cipta mereka, sehingga tidak mudah diambil oleh orang lain. Dia menyarankan kepada para seniman supaya mendaftarkan hasil karya cipta mereka ke Direktorat Hak Cipta, Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM.14

Satu hal yang jelas bahwa munculnya polemik lagu Rasa Sayange itu telah

menyadarkan Bangsa Indonesia akan pentingnya perlindungan hukum hak atas

kekayaan intelektual seperti hak cipta, paten, merek, desain industri dan lain lain,

karena HaKI bisa memberikan kemakmuran dan kesejahteraan kepada pemiliknya. Pendaftaran karya cipta, memang tidak wajib karena perlindungan hukum atas

karya cipta itu otomatis berlaku pada saat pertama kali diumumkan kepada publik.

Pendaftaran karya cipta, diperlukan sebagai bukti di pengadilan bila terjadi sengketa

di kemudian hari. Bila pencipta memiliki sertifikat pendaftaran karya cipta,

pembuktiannya di pengadilan akan lebih mudah.

(22)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Berdasarkan hal tersebut, di atas maka untuk meneliti lebih lanjut tentang Hak

Cipta Lagu yang tidak di ketahui penciptanya ini, dengan judul ”Perlindungan

Hukum Terhadap Hak Cipta atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya”, untuk

mengkaji dan menelitinya lebih detail, sehingga dengan demikian, akan terjawab

kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan yang terdapat di dalam penelitian ini.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan untuk menentukan pemegang Hak Cipta atas Lagu

yang tidak diketahui penciptanya menurut Undang-undang Hak Cipta di

Indonesia ?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap Hak Cipta atas Lagu yang tidak

diketahui penciptanya menurut Undang-undang Hak Cipta di Indonesia ?

3. Upaya apakah yang ditempuh untuk penegakan Hukum terhadap pelanggaran

terhadap Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui penciptanya ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan untuk menentukan pemegang Hak Cipta atas

Lagu yang tidak diketahui penciptanya menurut Undang-undang Hak Cipta di

(23)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap Hak Cipta atas Lagu yang

tidak diketahui penciptanya menurut Undang-undang Hak Cipta di

Indonesia ?

3. Untuk upaya yang ditempuh untuk penegakan Hukum terhadap pelanggaran

terhadap Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui penciptanya ?

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Secara teoritis, diharapkan dengan adanya pembahasan mengenai

perlindungan hukum terhadap Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui

penciptanya, dengan melakukan penelitian tentang Hak Cipta atas Lagu yang

tidak diketahui penciptanya dalam penelitian ini, maka pembaca serta calon

peneliti lain, akan semakin mengetahui tentang pendaftaran hak cipta

khususnya dalam hal Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui penciptanya.

2. Secara Praktis

Secara praktis, pembahasan dalam tesis ini diharapkan dapat menjadi

masukan bagi kalangan praktisi yang bergerak dan mempunyai minat dalam

bidang Hak Cipta atas Lagu di Indonesia, khususnya atas lagu yang tidak di

ketahui penciptanya.

(24)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Guna menghindari terjadinya duplikasi terhadap penelitian di dalam masalah

yang sama, maka peneliti melakukan tentang ”Perlindungan Hukum Terhadap Hak

Cipta atas Lagu yang Tidak di Ketahui Penciptanya”.

Demikian pula berdasarkan pemeriksaan terhadap hasil-hasil penelitian yang

berkaitan dengan hal diatas, maka ternyata penelitian ini belum pernah dilakukan

oleh peneliti lain dalam judul dan permasalahan yang sama.

Sehingga hal ini perlu dibahas dan diteliti lebih lanjut, yang akan bermanfaat

bagi keaneka-ragaman pendatataran serta perlindungan hukum terhadap Hak Cipta

atas Lagu yang tidak diketahui penciptanya, sehingga hal ini merupakan sesuatu

yang baru dan dengan demikian maka penelitian ini adalah asli serta dapat

dipertanggung jawabkan secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

”Undang-undang Hak Cipta menganut prinsip bahwa pencipta mempunyai

hak eksklusif untuk melaksanakan ciptaaannya, artinya dalam kurun waktu tertentu

pencipta mempunyai hak untuk melaksanakan sendiri ciptaannya atau memberi izin

kepada orang lain untuk melaksanakan ciptaannya itu”.15

15

(25)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Dari prinsip hak eksklusif tersebut, maka pihak lain yang ingin ikut

melaksanakan ciptaan dan mengambil manfaat ekonomi dari ciptaan itu, harus

mendapatkan izin dari pencipta yang bersangkutan.

Hak cipta pada dasarnya adalah hak milik perorangan yang tidak berwujud

dan timbul karena kemampuan intelektual manusia. Sebagai hak milik, hak cipta

dapat pula dialihkan oleh penciptanya atau yang berhak atas ciptaan itu. Hak Cipta

dapat dialihkan kepada perorangan atau kepada badan hukum. Salah satu cara

pengalihan hak cipta dikenal dengan nama lisensi hak cipta atau lebih dikenal dengan

nama perjanjian lisensi.

”Untuk membuat perjanjian lisensi maka pengalihan hak cipta harus

dituangkan dalam bentuk Akta Notaris. Hal ini mengingat begitu luasnya aspek yang

terjangkau oleh hak cipta sebagai hak, sehingga jika dibuat dalam bentuk akte notaris

dapat ditentukan secara jelas dan tegas ruang lingkup pengalihan hak yang diberikan”. 16

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya; atau memberikan izin untuk itu

dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku”.

”Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk:

17

Berbeda dengan hak merek dan hak paten yang bersifat konstitutif, hak cipta

bersifat deklaratif. Artinya, pencipta atau penerima hak mendapatkan perlindungan

16

Ibid, halaman1.

17

(26)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

hukum seketika setelah suatu ciptaan dilahirkan. Dengan kata lain, hak cipta tidak

perlu didaftarkan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HAKI).

Namun, ciptaan dapat didaftarkan dan dicatat dalam Daftar Umum Ciptaan di Ditjen

HAKI tanpa dikenakan biaya sama sekali.

Ada dua subyek hak cipta, yaitu :

1. Pemilik hak cipta (pencipta), adalah seorang atau beberapa orang secara

bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan

pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan dalam

bentuk yang khas dan bersifat pribadi;

2. Pemegang hak cipta, yaitu : a. Pemilik hak cipta (pencipta);

b. Pihak yang menerima hak cipta dari pencipta; atau

c. Pihak lain yang menerima lebih lanjut hak cipta dari pihak yang menerima hak cipta tersebut;

d. Badan hukum;

e. Negara, atas karya peninggalan prasejarah, sejarah, benda budaya nasional lainnya, foklor atau seni tradisional daerah, hasil kebudayaan yang menjadi milik bersama, dan ciptaan yang tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum diterbitkan.18

1. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis lain;

Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keaslian dalam

lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.

Ciptaan yang dilindungi berupa:

2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;

18

(27)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

5. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantonim;

6. Seni rupa dalam segala bentuk, seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;

7. Arsitektur; 8. Peta; 9. Seni batik; 10.Fotografi; 11.Sinematografi; 19

Jangka waktu berlakunya hak cipta dibagi atas :

1. Berlaku seumur hidup pencipta ditambah 50 tahun sesudah meninggal dunia :

a. Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis,

b. Drama atau drama musikal, tari, koreografi,

c. Segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung,

d. Seni batik,

e. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks,

f. Arsitektur,

g. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan jenis lain,

h. Alat peraga,

i. Peta,

j. Terjemahan, tafsir, saduran dan bunga rampai;

2. Berlaku 50 tahun sejak pertama kali diumumkan :

a. Program komputer,

b. Sinematografi,

c. Fotografi,

d. Database, dan

e. Karya hasil pengalihwujudan;

f. Badan hukum yang memegang atau memiliki ciptaan pada angka 1 dan angka 2.

3. Berlaku 50 tahun sejak pertama kali diterbitkan, yaitu :

a. perwajahan karya tulis, dan

b. Penerbit yang memegang hak cipta atas ciptaan yang tidak diketahui

penciptanya atau hanya tertera nama samaran penciptanya;

19

(28)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

4. Berlaku 50 tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali diketahui umum, yaitu

negara memegang atau melaksanakan hak cipta atas ciptaan yang tidak diketahui siapa peciptanya dan belum diterbitkan serta ciptaan yang telah diterbitkan tanpa diketahui penciptanya atau penerbitnya.

5. Tanpa jangka waktu atau tak terbatas, yaitu negara yang memegang hak cipta atas

foklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama.

6. 1 Januari tahun berikutnya setelah ciptaan diumumkan, diketahui oleh umum atau

penciptanya meninggal dunia untuk ciptaan yang dilindungi selama 50 tahun atau selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia

Hak cipta dapat beralih atau dialihkan kepada pihak lain melalui:

a. Pewarisan;

b. Hibah;

c. Wasiat

d. Perjanjian tertulis; atau

Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, misalnya pengalihan karena putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap. 20

Kebijakan dan pengaturan Hak Cipta di Indonesia, dimulai diatur dengan

kebijakan pemerintah pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan Pemegang hak cipta berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan

surat perjanjian lisensi untuk mengumumkan atau memperbanyak atau menyewakan

ciptaan dengan jangka waktu tertentu. Lisensi berlaku untuk seluruh wilayah

Indonesia. Dalam perjanjian tersebut, bisa diatur mengenai pemberian royalti kepada

pemegang hak cipta dengan berpedoman kepada kesepakatan organisasi profesi.

Perjanjian lisensi wajib dicatatkan di Direktorat Jenderal HAKI agar mempunyai

akibat hukum terhadap pihak ketiga.

20

(29)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Indonesia keluar dari Konvensi Bern agar para intelektual Indonesia bisa

memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karsa bangsa asing tanpa harus membayar

royalti.

Pada tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak

cipta berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 tahun 1912 dan

menetapkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang

merupakan undang-undang hak cipta yang pertama di Indonesia. Undang-undang

tersebut kemudian diubah dengan undang Nomor 7 tahun 1987,

Undang-undang Nomor 12 tahun 1997, dan pada akhirnya dengan Undang-Undang-undang Nomor 19

tahun 2002 yang kini berlaku.

Perubahan undang-undang tersebut juga tak lepas dari peran Indonesia dalam

pergaulan antarnegara. Pada tahun 1994, pemerintah meratifikasi pembentukan

Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization – WTO, yang

mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Propertyrights -

TRIPs atau Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual.

Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk Undang-undang Nomor 7 tahun 1994.

Pada tahun 1997, pemerintah meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui Keputusan

Presiden Nomor 18 tahun 1997 dan juga meratifikasi World Intellectual Property

Organization Copyrights Treaty atau Perjanjian Hak Cipta WIPO melalui Keputusan

(30)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Hak-hak yang tercakup dalam hak cipta, beberapa hak eksklusif yang

umumnya diberikan kepada pemegang hak cipta adalah hak untuk, membuat salinan

atau reproduksi pihak lain.

Yang dimaksud ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut (termasuk, pada

umumnya, salinan elektronik), mengimpor dan mengekspor ciptaan, menciptakan

karya turunan atau derivatif atas ciptaan atau mengadaptasi ciptaan, menampilkan

atau memamerkan ciptaan di depan umum, menjual atau mengalihkan hak eksklusif

tersebut kepada orang atau dengan "hak eksklusif" dalam hal ini adalah bahwa hanya

pemegang hak ciptalah yang bebas melaksanakan hak cipta tersebut, sementara orang

atau pihak lain dilarang melaksanakan hak cipta tersebut tanpa persetujuan pemegang

hak cipta.

Konsep tersebut juga berlaku di Indonesia. Di Indonesia, hak eksklusif

pemegang hak cipta termasuk, kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi,

mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan,

mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam,

dan mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun.

Selain itu, dalam hukum yang berlaku di Indonesia diatur pula "hak terkait",

yang berkaitan dengan hak cipta dan juga merupakan hak eksklusif, yang dimiliki

oleh pelaku karya seni atau yaitu pemusik, aktor, penari, dan sebagainya, produser

(31)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

dokumentasi kegiatan seni yang dilakukan, direkam, atau disiarkan oleh mereka

masing-masing sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 Pasal 1 butir

9–12 dan bab VII. Sebagai contoh, seorang penyanyi berhak melarang pihak lain

memperbanyak rekaman suara nyanyiannya.

Hak-hak eksklusif yang tercakup dalam hak cipta tersebut dapat dialihkan,

misalnya dengan pewarisan atau perjanjian tertulis sesuai dengan Undang-undang

Nomor 19 tahun 2002 Pasal 3 dan 4. Pemilik hak cipta dapat pula mengizinkan pihak

lain melakukan hak eksklusifnya tersebut dengan lisensi, dengan persyaratan tertentu

sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 bab V.

Banyak negara mengakui adanya hak moral yang dimiliki pencipta suatu

ciptaan, sesuai penggunaan Persetujuan TRIPs WTO yang secara inter alia juga

mensyaratkan penerapan bagian-bagian relevan Konvensi Bern. Secara umum, hak

moral mencakup hak agar ciptaan tidak diubah atau dirusak tanpa persetujuan, dan

hak untuk diakui sebagai pencipta ciptaan tersebut.

Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep "hak ekonomi" dan "hak

moral". Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan,

sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang

dalam hal ini seni, rekaman, siaran yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa

pun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan. Contoh pelaksanaan hak

(32)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

atas ciptaan tersebut sudah dijual untuk dimanfaatkan pihak lain. Hak moral diatur

dalam Pasal 24 - 26 Undang-undang Hak Cipta.

2. Konsepsi

Agar tidak terjadi perbedaan pengertian tentang konsep-konsep yang

dipergunakan dalam penelitian ini, maka perlu diuraikan pengertian-pengertian

konsep yang dipakai, yaitu sebagai berikut :

Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu

dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas

inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi,

kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas

dan bersifat pribadi.

Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya

dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.

Pemegang Hak Cipta adalah pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak

yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut

hak dari pihak yang menerima hak tersebut.

Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran,

(33)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

internet, atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca,

didengar, atau dilihat orang lain.

Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu ciptaan, baik secara

keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan

bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalih wujudkan secara permanen

atau temporer.

Potret adalah gambar dari wajah orang yang digambarkan, baik bersama

bagian tubuh lainnya ataupun tidak, yang diciptakan dengan cara dan alat apa pun.

Program komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam bentuk

bahasa, kode, skema, ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan dengan

media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat komputer

bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang

khusus, termasuk persiapan dalam merancang instruksi-instruksi tersebut.

Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta, yaitu hak eksklusif

bagi pelaku untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya; bagi Produser

Rekaman Suara untuk memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau

rekaman bunyinya; dan bagi lembaga penyiaran untuk membuat, memperbanyak,

atau menyiarkan karya siarannya.

Pelaku adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang

menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan,

mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya musik, drama, tari, sastra, folklor,

(34)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Produser Rekaman Suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali

merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau

perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu pertunjukan maupun perekaman suara

atau perekaman bunyi lainnya.

Lembaga penyiaran adalah organisasi penyelenggara siaran yang berbentuk

badan hukum, yang melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan

menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik.

Permohonan adalah permohonan pendaftaran ciptaan yang diajukan oleh pemohon

kepada Direktorat Jenderal.

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang

Hak Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak

ciptaannya atau produk hak terkaitnya dengan persyaratan tertentu.

Kuasa adalah konsultan Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana diatur dalam

ketentuan Undang-undang ini. Menteri adalah Menteri yang membawahkan

departemen yang salah satu lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi

pembinaan di bidang Hak Kekayaan Intelektual, termasuk Hak Cipta.

Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang

(35)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Hak Cipta, suatu hal khusus untuk mengumumkan atau memperbanyak

ciptaannya memberi izin tanpa mengurangi pembatasan-pembatasan menurut

peraturan perundangan yang berlaku.

Yang dimaksud dengan Pencipta adalah:

a. Seorang atau beberapa orang bersama-sama lahirkan suatu ciptaan

b. Orang yang merancang suatu ciptaan

c. Membuat karya cipta.

Pemegang Hak Cipta adalah pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, orang yang

menerima hak dari Pencipta, atau orang lain yang menerima lebih lanjut hak dari

orang tersebut. Ciptaan adalah hasil setiap karya dalam bentuk yang khas menunjuk

keasliannya dalam lapangan ilmu, seni dan sastra. Pendaftaran ciptaan tidak

merupakan suatu kewajiban untuk mendaftarkan Hak Cipta.

Surat pendaftaran ciptaan dapat dijadikan sebagai alat bukti, jika terjadi

sengketa. Pelaku adalah aktor, penyanyi dan lain lain, mempermainkan karyanya.

Produser Rekaman Suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam

atau memiliki prakarsa tersebut.

Kantor Hak Cipta adalah suatu organisasi di lingkungan departemen yang

melaksanakan tugas dan kewenangan di bidang hak cipta. Hak cipta dapat dialihkan

sebagian atau seluruhnya: pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian yang harus dilakukan

(36)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif terutama untuk mengkaji

peraturan Perundang-undangan dan Putusan Pengadilan. Metode penelitian hukum

normatif adalah penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat

dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Ronald Dworkin menyebut metode penelitian

normatif juga sebagai penelitian doktrinal atau doctrinal research, yaitu suatu

penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book,

maupun hukum sebagai law as it is decided by the judge through judicial process.21

21

Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, Makalah Disampaikan Pada Dialog Interaktif Tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Penelitian Hukum Pada Makalah Akreditasi Fakultas Hukum USU Tanggal 18 Februari 2003, hal.1.

Sedikitnya ada tiga alasan penggunaan penelitian hukum normatif yang

bersifat kualitatif.

Pertama, analisis kualitatif didasarkan pada paradigma hubungan dinamis

antara teori, konsep-konsep dan data yang merupakan umpan balik atau modifikasi

yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada data yang dikumpulkan.

Kedua, data yang akan dianalisis beraneka ragam, memiliki sifat dasar yang

(37)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Ketiga, sifat dasar data yang akan dianalisis dalam penelitian adalah bersifat

menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang integral holistic, dimana hal itu

menunjukkan adanya keanekaragaman data serta memerlukan informasi yang

mendalam atau indepth information.22

2. Teknik Pengumpulan Data

Sebagai Penelitian hukum normatif, teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk

mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan

penelitian terdahulu yang berhubungan dengan objek telaahan penelitian ini yang

dapat berupa peraturan perundang-undangan, buku, tulisan ilmiah dan karya-karya

ilmiah lainnya.

Sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah Undang-undang Nomor

Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Penelitian kepustakaan (library research) dalam penelitian ini ditekankan pada

pengambilan data sekunder yang dilakukan dengan menghimpun bahan-bahan yang

antara lain adalah sebagai berikut :

1. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 7 tahun 1989 tentang Hak Cipta.

22

(38)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

2. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 1 tahun 1989 tentang Penerjemahan dan atau

perbanyak ciptaan untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian

dan pengembangan.

3. Keputusan Presiden R.I. Nomor 17 tahun 1988 tentang pengesahan persetujuan

mengenai perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya

rekaman suara antara negara Republik Indonesia dengan masyarakat Eropa.

4. Keputusan Presiden R.I. Nomor 25 tahun 1989 tentang pengesahan persetujuan

mengenai perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya

rekaman suara antara negara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat.

5. Keputusan Presiden R.I. Nomor 38 Tahun 1993 tentang pengesahan persetujuan

mengenai perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya

rekaman suara antara negara Republik Indonesia dengan Australia.

6. Keputusan Presiden R.I. Nomor 56 tahun 1994 tentang pengesahan persetujuan

mengenai perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya

rekaman suara antara negara Republik Indonesia dengan Inggris.

7. Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.HC.03.01 tahun

1987 tentang pendaftaran ciptaan.

8. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.04-PW.07.03 tahun

(39)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

9. Surat edaran menteri kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.PW.07.03

tahun 1990 tentang kewenangan menyidik tindak pidana hak cipta.yang

berhubungan dengan obyek penelitian adalah merupakan bahan hukum primer.

Sedangkan bahan-bahan lain yang dipergunakan di dalam penelitian akhir ini

adalah data yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa

hasil penelitian para ahli, hasil karya ilmiah, buku-buku ilmiah, ceramah atau pidato

yang berhubungan dengan penelitian ini adalah merupakan bahan hukum sekunder.

Penelitian ini juga mempergunakan bahan hukum tertier, yang terdiri, kamus

hukum, kamus ekonomi, kamus bahasa Inggris, Indonesia, Belanda dan artikel-artikel

lainnya baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, baik yang berdasarkan civil

law maupun common law yang bertujuan untuk mendukung bahan hukum primer dan

sekunder.

3. Analisis Data

Semua data yang diperoleh dari bahan pustaka serta data yang diperoleh di

lapangan dianalisa secara kualitatif. Metode analisa yang dipakai adalah metode

deduktif. Melalui metode deduktif, data sekunder yang telah diuraikan dalam tinjauan

pustaka secara komparatif akan dijadikan pedoman dan dilihat pelaksanaannya dalam

melihat perlindungan hukum terhadap Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui

(40)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisa dengan cara ”kwalitatif,

selanjutnya dilakukan proses pengolahan data. Setelah selesai pengolahan data baru

ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif.”23

Sesuai dengan sifat penelitiannya, maka analisis data dilakukan dengan

pengelompokkan terhadap bahan-bahan hukum tertulis yang sejenis untuk

kepentingan analisis, sedangkan evaluasi dilakukan terhadap data dengan pendekatan Kegiatan analisis dimulai dengan dilakukan pemeriksaan terhadap data yang

terkumpul baik melalui wawancara yang dilakukan, inventarisasi karya ilmiah,

peraturan Perundang-undangan, yang berkaitan dengan judul penelitian baik media

cetak dan laporan-laporan hasil penelitian lainnya untuk mendukung studi

kepustakaan. Kemudian baik data primer maupun data sekunder dilakukan analisis

penelitian secara kuantitatif dan untuk membahas lebih mendalam dilakukan secara

kualitatif. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat menjawab segala

permasalahan hukum yang ada dalam tesis ini.

Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian.

Penelitian ini akan dimulai dengan mengidentifikasi hukum positif dibidang hak cipta

khususnya dalam hal perlindungan hukum terhadap Hak Cipta atas Lagu yang tidak

diketahui penciptanya.

23

(41)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

kualitatif, yakni data yang sudah ada dikumpulkan, dipilah-pilah dan dilakukan

pengolahannya.

Setelah dipilah dan diolah lalu dianalisis secara logis dan sistematis dengan

menggunakan metode deduktif dan induktif. Dengan demikian diharapkan penelitian

yang dilakukan dapat menghasilkan kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan

(42)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

BAB II

PELAKSANAAN UNTUK MENENTUKAN PEMEGANG HAK

CIPTA ATAU LAGU YANG TIDAK DIKETAHUI

PENCIPTANYA DI INDONESIA

A. Pengertian Hak Cipta

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan

budaya yang sangat kaya. Hal itu sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa,

dan agama yang secara keseluruhan merupakan potensi nasional yang perlu

dilindungi. Kekayaan seni dan budaya itu merupakan salah satu sumber dari karya

intelektual yang dapat dan perlu dilindungi oleh undang-undang.

Kekayaan itu tidak semata-mata untuk seni dan budaya itu sendiri, tetapi

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan di bidang perdagangan dan

industri yang melibatkan para penciptanya. Dengan demikian, kekayaan seni dan

budaya yang dilindungi itu dapat meningkatkan kesejahteraan tidak hanya bagi para

penciptanya saja, tetapi juga bagi bangsa dan negara.

Indonesia telah ikut serta dalam pergaulan masyarakat dunia dengan menjadi anggota dalam Agreement Establishing the World Trade Organization atau Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights atau Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual, selanjutnya disebut TRIPs, melalui Undang-undang Nomor : 7 tahun 1994. Selain itu, Indonesia juga meratifikasi Berne Convention for the Protection of

Artistic and Literary Works atau Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya

Seni dan Sastra melalui Keputusan Presiden Nomor 18 tahun 1997 dan World

(43)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Intellectual Property Organization Copyrights Treaty atau Perjanjian Hak

Cipta WIPO, selanjutnya disebut WCT, melalui Keputusan Presiden Nomor 19 tahun 1997. 24

Dari beberapa konvensi di bidang Hak Kekayaan Intelektual yang disebut di atas, masih terdapat beberapa ketentuan yang sudah sepatutnya dimanfaatkan. Selain itu, kita perlu menegaskan dan memilah kedudukan Hak Cipta di satu pihak dan Hak Terkait di lain pihak dalam rangka memberikan perlindungan bagi karya intelektual yang bersangkutan secara lebih jelas. Dengan memperhatikan hal-hal di atas dipandang perlu untuk mengganti Undang-undang Hak Cipta dengan yang baru. Hal itu disadari karena kekayaan seni dan budaya, serta pengembangan kemampuan intelektual masyarakat Indonesia memerlukan perlindungan hukum yang memadai agar terdapat iklim persaingan usaha yang sehat yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional.

Saat ini Indonesia telah memiliki Undang-undang Nomor 6 tahun 1982

tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 tahun

1987 dan terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 12 tahun 1997 yang

selanjutnya disebut Undang-undang Hak Cipta.

Walaupun perubahan itu telah memuat beberapa penyesuaian Pasal yang

sesuai dengan TRIPs, namun masih terdapat beberapa hal yang perlu disempurnakan

untuk memberi perlindungan bagi karya-karya intelektual di bidang Hak Cipta,

termasuk upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektual yang berasal dari

keanekaragaman seni dan budaya tersebut di atas.

25

Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi economic rights dan hak moral moral

rights. Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan

24

Bambang Margono, Hak Cipta dan Keikutsertaan Indonesia, (Jakarta, Penerbit : Media Indonesia, Edisi 8 April 2008), halaman 8.

25

(44)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

serta produk hak terkait. Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau

pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun, walaupun hak

cipta atau hak terkait telah dialihkan.

Perlindungan Hak Cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan karena karya

cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi dan menunjukkan keaslian

sebagai ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreativitas, atau keahlian

sehingga ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar.

Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk: mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya; atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berbeda dengan hak merek dan hak paten yang bersifat konstitutif, hak cipta bersifat deklaratif. Artinya, pencipta atau penerima hak mendapatkan perlindungan hukum seketika setelah suatu ciptaan dilahirkan. Dengan kata lain, hak cipta tidak perlu didaftarkan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI). Namun, ciptaan dapat didaftarkan dan dicatat dalam Daftar Umum Ciptaan di Ditjen HKI tanpa dikenakan biaya sama sekali.26

Subyek hak cipta, terdiri atas dua subyek hak cipta, yaitu, pemilik hak cipta

atau pencipta, adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas

inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi,

26

(45)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan

bersifat pribadi.

Pemegang hak cipta, yaitu, pemilik hak cipta atau pencipta, pihak yang menerima hak

cipta dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak cipta dari pihak

yang menerima hak cipta tersebut.

Badan Hukum Negara, atas karya peninggalan prasejarah, sejarah, benda

budaya nasional lainnya, foklor, hasil kebudayaan yang menjadi milik bersama, dan

ciptaan yang tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum diterbitkan.

Pengertian Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keaslian dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra. Ciptaan yang dilindungi berupa, Buku, program komputer, pamflet, perwajahan lay out karya tulis yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis lain. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantonim. Seni rupa dalam segala bentuk, seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan. Arsitektur, Peta, Seni batik, Fotografi, Sinematografi, Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalih-wujudan.27

27

Lihat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, Tentang Hak Cipta Pasal 12.

Ciptaan yang dilarang untuk diumumkan atau disebar luaskan apabila

bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah di bidang agama, kebijaksanaan

pemerintahan di bidang pertahanan dan keamanan Negara, kesusilaan, dan ketertiban

umum.

Pelarangan oleh pemerintah ini dilakukan setelah mendengar pertimbangan

(46)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Hak terkait adalah hak eksklusif bagi pelaku, untuk memperbanyak atau

menyiarkan pertunjukannya dan untuk memberikan izin atau melarang pihak lain

yang tanpa persetujuannya melakukan hal itu. Produser, rekaman suara untuk

memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya dan

untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya

melakukan hal itu; dan lembaga penyiaran, untuk membuat, memperbanyak, atau

menyiarkan karya siarannya dan untuk memberikan izin atau melarang pihak lain

yang tanpa persetujuannya melakukan hal itu.

Yang dimaksud dengan pelaku di atas, yaitu: Aktor, Penyanyi, Pemusik,

Penari, atau mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan,

menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya

musik, drama, tari, sastra, foklor, atau karya seni lainnya.

Hak moral adalah hak pencipta atau ahli warisnya untuk menuntut pemegang

hak cipta supaya nama pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaannya.

Hak cipta atas potret, guna memperbanyak atau mengumumkan suatu ciptaan,

pemegang hak cipta atas potret harus, mendapatkan izin sebelumnya dari orang yang

dipotret; atau izin ahli warisnya dalam jangka waktu sepuluh tahun.

(47)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Berlaku 50 tahun sejak pertama kali diumumkan, program komputer, sinematografi, fotografi, database, dan karya hasil pengalih-wujudan, badan hukum yang memegang atau memiliki ciptaan pada angka 1 dan angka 2. Berlaku 50 tahun sejak pertama kali diterbitkan, yaitu: perwajahan karya tulis, dan Penerbit yang memegang hak cipta atas ciptaan yang tidak diketahui penciptanya atau hanya tertera nama samaran penciptanya. Berlaku 50 tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali diketahui umum, yaitu negara memegang atau melaksanakan hak cipta atas ciptaan yang tidak diketahui siapa peciptanya dan belum diterbitkan serta ciptaan yang telah diterbitkan tanpa diketahui penciptanya atau penerbitnya.28

28

Lihat Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. Pasal 29 Tentang Masa Berlaku Hak Cipta.

Tanpa jangka waktu atau tak terbatas, yaitu negara yang memegang hak cipta

atas foklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama. 1 Januari tahun

berikutnya setelah ciptaan diumumkan, diketahui oleh umum atau penciptanya

meninggal dunia untuk ciptaan yang dilindungi selama 50 tahun atau selama hidup

pencipta dan terus berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia.

Hak cipta dapat beralih atau dialihkan kepada pihak lain melalui, pewarisan,

hibah, wasiat, perjanjian tertulis atau Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh

peraturan perundang-undangan, misalnya pengalihan karena putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pemegang hak cipta berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan

surat perjanjian lisensi untuk mengumumkan atau memperbanyak atau menyewakan

ciptaan dengan jangka waktu tertentu. Lisensi berlaku untuk seluruh wilaya

(48)

Sandhiyaning Wahyu Arifani : Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, 2009.

Dalam perjanjian tersebut, bisa diatur mengenai pemberian royalti kepada

pemegang hak cipta dengan berpedoman kepada kesepakatan organisasi profesi.

Perjanjian lisensi wajib dicatatkan di Ditjen HKI agar mempunyai akibat hukum

terhadap pihak ketiga.

Permohonan pendaftaran ciptaan diajukan dengan cara mengisi formulir yang

disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap dua, pemohon

wajib melampirkan, surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui kuasa,

contoh ciptaan dengan ketentuan sebagai berikut ; buku dan karya tulis lainnya: dua

buah yang telah dijilid dengan edisi terbaik.

Apabila suatu buku berisi foto seseorang harus dilampirkan surat tidak keberatan dari orang yang difoto atau ahli warisnya, program komputer: dua buah disket disertai buku petunjuk pengoperasian dari program komputer tersebut. CD/ VCD/ DVD dua buah disertai dengan uraian ciptaannya, alat peraga: satu buah disertai dengan buku petunjuknya, lagu: 10 buah berupa notasi dan atau syair; drama: dua buah naskah tertulis atau rekamannya. Tari atau koreografi, 10 buah gambar atau dua buah rekamannya. Pewayangan: dua buah naskah tertulis atau rekamannya. Pantomims, 10 buah gambar atau dua buah rekamannya. Karya Pertunjukan: dua buah rekamannya, karya siaran, dua buah rekamannya. Seni lukis, seni motif, seni batik, seni kaligrafi, logo dan gambar masing-masing 10 lembar berupa foto. Seni ukir, seni pahat, seni patung, seni kerajinan tangan dan kolase: masing-masing 10 lembar berupa foto. Arsitektur: satu buah gambar arsitektur, peta, satu buah, fotografi 10 lembar, sinematografi dua buah rekamannya, terjemahan dua buah naskah yang disertai izin dari pemegang hak cipta, tafsir, saduran dan bunga rampai dua buah naskah, salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopinya yang dilegalisasi notaris, apabila pemohon badan hukum; fotokopi kartu tanda penduduk, dan bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp. 75.000 atau ciptaan berupa program komputer sebesar Rp.150.000.29

29

Referensi

Dokumen terkait

� 0 ; Tidak ada perbedaan kreativitas antara kelas ekperimen dengan kelas kontrol..

Hal ini didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukan bakteri Gram positif lebih rentan terhadap zat aktif dalam ekstrak dibandingkan bakteri Gram

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil uji dari uji pengaruh yang timbulkan dengan adanya komite audit, kualitas audit, kepemilikan

mempengaruhi aktivitas biologisnya atau distribusi polimorfnya." (Monograf IARC tentang evaluasi risiko bahan kimia karsinogenik terhadap manusia, Silika, debu silikat dan

Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang banyak sekali selama saya kuliah

Penafsiran dari realitas menuju teks yang dimaksud dalam tulisan ini adalah proses penafsiran al-Qur’a > n yang diawali dengan memperhatikan semangat zamannya atau

Dalam praktek peradilan pidana tradisi berpikir yang progresif ini perlu terus didorong, agar benar-benar menjadi budaya hukum dikalangan hakim dalam menangani perkara

Didalam program tersebut mengacu pada kode barang, yang apabila user salah memasukkan kode tersebut otomatis barang yang akan diinput tidak dapat tampil. Jadi para user