• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA LAGU TERHADAP PELANGGARAN MELALUI DOWNLOAD PADA WEBSITE PENYEDIA LAGU GRATIS TESIS OLEH JOVEN ANDIS HAMDANI /HK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA LAGU TERHADAP PELANGGARAN MELALUI DOWNLOAD PADA WEBSITE PENYEDIA LAGU GRATIS TESIS OLEH JOVEN ANDIS HAMDANI /HK"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

OLEH

JOVEN ANDIS HAMDANI 107005068/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(2)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum

dalam Program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH

JOVEN ANDIS HAMDANI 107005068/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(3)
(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum

Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi A., SH., CN., M.Hum 2. Dr. O.K. Saidin, SH., M.Hum

3. Dr. Hasim Purba, SH., M.Hum 4. Dr. Agusmidah, SH., M.Hum

(5)

i

Tahun 2014 Tentang Hak Cipta berdasarkan Pasal 40 ayat (1) UUHC adalah ciptaan lagu atau musik. Hak Cipta akan menyentuh berbagai aspek seperti aspek teknologi, industri, sosial, budaya dan berbagai aspek lainnya. Namun aspek yang terpenting jika dihubungkan dengan perlindungan bagi karya intelektual adalah aspek hukum.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: pertama, Bagaimana perlindungan hukum yang diberikan kepada pemegang hak cipta lagu terhadap pelanggaran melalui download pada website penyedia lagu gratis? Bagaimana pertanggungjawaban pihak penyedia jasa download lagu gratis terhadap pelanggaran hak cipta pada website? Bagaimana sanksi terhadap pelanggaran melalui download pada website penyedia lagu gratis?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Alasannya didasarkan pada paradigma hubungan dinamis antara teori, konsep-konsep dan data yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada data yang dikumpulkan.

Kesimpulan yang diperoleh bahwa Perlindungan terhadap HKI pada dasarnya adalah memberikan hak monopoli, dan dengan hak monopoli ini, pemilik HKI dapat menikmati manfaat ekonomi dari kekayaan intelektual yang didapatnya. Pertanggungjawaban hukum adalah pelaku yang secara langsung melakukan pelanggaran hak cipta (direct infringement).

Sanksi terhadap pelanggaran Hak Cipta Lagu dikenakan tindak pidana berarti suatu pelanggaran terhadap Hak Cipta seseorang yang hasil karyanya diperbanyak atau digandakan tanpa seijin dari penciptanya yang memiliki Hak Cipta memenuhi unsur tindak pidana apabila jika konsumen dimaksud membelinya dalam jumlah besar.

Saran yang diharapkan adalah: agar Pemerintah sebaiknya mengambil langkah yang serius dalam menangani masalah pelanggaran hak cipta lagu khususnya masalah ilegal downloading, mengingat kondisi masyarakat Indonesia yang semakin pintar mengikuti perkembangan kecanggihan teknologi yang ada. Pencipta lagu atau pemegang hak atas lagu sebaiknya melakukan pendaftaran atas ciptaannya meskipun pendaftaran dalam hak cipta tidak bersifat wajib, hal ini dilakukan demi mencapai keadaan yang kondusif dalam penanganan pelanggaran hak cipta. Pengaturan terhadap sanksi pelanggaran Hak Cipta lagu baik dari sanksi pidana dan perdata maupun secara administratif harus dipertegas dan dijelaskan agar dalam rangka untuk mengantisipasi munculnya sengketa sebagai konsekwensi diberlakukannya perlindungan hukum HKI di wilayah Indonesia.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Hak Cipta Lagu, Pelanggaran Melalui Download Pada Website, Penyedia Lagu Gratis

(6)

ii

intellectual property (Intellectual Property). One of the creations protected by Law No. 28 of 2014 concerning copyrights based on Article 40 paragraph (1) of the UUHC is the creation of songs or music. Copyright will touch on various aspects such as technological, industrial, social, cultural and various other aspects. But the most important aspect if related to the protection of intellectual work is the legal aspect.

The problems in this study are: first, how is the legal protection given to song copyright holders against violations through downloads on the website of free song providers? How is the responsibility of the provider of a free song download service for copyright infringement on the website? How about sanctions for violations through downloads on the website of the free song provider?

The method used in this study is normative legal research that is research that refers to the norms and legal principles contained in legislation and court decisions. The reason is based on the paradigm of dynamic relationships between theories, concepts and data which is feedback or a constant modification of theories and concepts based on data collected.

The conclusion obtained that the protection of IPR is basically giving a monopoly right, and with this monopoly right, the owner of the IPR can enjoy the economic benefits of the intellectual property he gets. Legal liability is the perpetrator who directly infringes copyright (direct infringement). Sanctions for violations of Song Copyright imposed by a criminal offense means an infringement of the Copyright of someone whose work is reproduced or duplicated without the permission of the creator who owns the Copyright meets the element of criminal offense if if the intended consumer buys it in large quantities.

The expected suggestion is: that the Government should take a serious step in dealing with the issue of song copyright infringement, especially the problem of illegal downloading, given the condition of the people of Indonesia who are increasingly smart to follow the development of technological sophistication. Song creators or rights holders of songs should register their works even though registration in copyright is not mandatory, this is done in order to achieve conditions that are conducive in handling copyright infringement. Arrangements for sanctions for violations of song copyright both from criminal and civil sanctions and administratively must be clarified and explained so that in order to anticipate the emergence of disputes as a consequence of the implementation of IPR legal protection in the territory of Indonesia.

Key words : Legal Protection, Song Copywriting, Violations Through Downloading On Website, Free Song Provider Corruption Criminal Forfeiture, and Criminal Forfeiture

(7)

iii

penulis dapat menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Magister Hukum (M.H) di Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Sumatera Utara dengan judul penelitian yaitu, ”PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA LAGU TERHADAP PELANGGARAN MELALUI DOWNLOAD PADA WEBSITE PENYEDIA LAGU GRATIS”

Sehubungan dengan ini dengan kerendahan hati yang tulus dan ikhlas, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, CTM (K), Sp.A (K)

2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr.

Runtung, SH, M.Hum, yang juga sebagai Pembimbing I yang telah banyak memberikan petunjuk serta saran yang bermanfaat dan sangat mendukung dalam penyelesaian Tesis ini

3. Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

4. Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Hukum Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum

5. Dr. T. Keizerina Devi A., SH, CN, M.Hum, selaku Komisi Pembimbing II yang telah banyak berupaya memberikan koreksi sehingga menjadi sempurna.

Selain itu juga telah banyak memberikan bimbingan, dorongan dan motivasi kepada penulis selama penelitian berlangsung hingga studi ini dapat selesai tepat waktu

6. Dr. O.K. Saidin, SH, M.Hum, selaku anggota Komisi Pembimbing III yang telah memberikan motivasi, bimbingan, petunjuk dan saran yang sangat bermanfaat bagi saya dalam menyelesaikan penelitian Tesis ini,

(8)

iv

8. Bapak/ Ibu dosen pengajar pada Program Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa menyumbangkan Ilmunya yang sangat berarti bagi masa depan saya,

9. Staf Administrasi Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, yang telah memberikan bantuan dalam informasi mengenai perkuliahan,

10. Dalam kesempatan ini, dengan penuh sukacita, Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Ibunda tercinta Intes Nurliana, S.H., M.Kn, atas segala jerih payah dan pengorbanannya yang tiada terhingga dalam mengasuh, mendidik, membimbing Peneliti sejak lahir, serta senantiasa mengiringi Penulis dan keluarga dengan doa yang tiada putus. Dan kepada saudara-saudara terkasih, adik-adik tersayang, atas segala dukungan moril yang diberikan, Peneliti mengucapkan terima kasih

11. Seorang sahabat hati, Rivina Candralia, S.S, yang selalu memberikan dorongan, motivasi dan doa demi untuk menyelesaikan studi ini;

12. Teman-teman seperjuangan pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, serta saudara-saudara, family dan handai toulan yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Demikianlah sebagai kata pengantar, mudah-mudahan penelitian ini memberi manfaat bagi semua pihak dalam menambah dan memperkaya wawasan Ilmu Pengetahuan. Khusus kepada penulis, mudah-mudahan dapat memadukan dan mengimplementasikan ilmu serta mampu menjawab tantangan atas perkembangan hukum yang ada dalam maasyarakat.

Peneliti menyadari pula, bahwa substansi Tesis ini tidak luput dari berbagai kekhilafan, kekurangan dan kesalahan, dan tidak akan sempurna tanpa bantuan,

(9)

v

bermanfaat bagi semua pihak, sehingga Ilmu yang telah diperoleh dapat dipergunakan untuk kepentingan bangsa.

Medan, 15 Januari 2016.

Penulis,

Joven Andis Hamdani

(10)

vi

Tempat/Tanggal Lahir : Binjai, 10 Agustus 1988 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Budha

Jabatan/ Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jalan Kalimantan No. 16-A Kelurahan Pandau Hulu I, Kecamatan Medan Kota Kota Medan

II. PENDIDIKAN

(1995 – 2000) Sekolah Dasar Budi Murni – 3 Medan;

(2000 – 2003) Sekolah Menengah Pertama Budi Murni – 3 Medan;

(2003 – 2006) Sekolah Menengah Atas Methodist-2 Medan;

(2006 – 2010) Strata Satu (S1) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(11)

vii

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Keaslian Penelitian ... 12

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional ... 13

1. Kerangka Teori ... 13

2. Landasan Konsepsional... 18

G. Metode Penelitian... 24

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 25

2. Sumber Data ... 25

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 26

4. Analisis Data ... 26

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM YANG DIBERIKAN KEPADA PEMEGANG HAK CIPTA LAGU ... 28

A. Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Cipta Lagu .... 28

B. Pengaturan Hak Cipta Di Indonesia ... 36

C. Pemegang Hak Cipta ... 43

D. Pemegang Hak Cipta Atas Lagu yang Sudah Direkam Dalam Karya Rekaman ... 48

(12)

viii

B. Download Lagu yang Legal ... 71

C. Ilegal Downloading ... 74

D. Tanggung Jawab Pihak Penyedia Jasa Download Lagu Gratis yang Illegal ... 81

BAB IV SANKSI ADMINISTRATIF PIDANA DAN PERDATA TERHADAP PELANGGARAN MELALUI DOWNLOAD PADA WEBSITE PENYEDIA LAGU GRATIS ... 89

A. Sanksi Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Lagu ... 89

B. Ketentuan Pidana ... 98

C. Penggunaan Website Dalam Internet ... 102

D. Media Download Melalui Internet ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111

(13)

1

Pembangunan Nasional Indonesia adalah bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dalam suatu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu pemenuhan kebutuhan rohani dalam masyarakat yang modern sekarang ini adalah sarana hiburan, termasuk di dalamnya musik atau lagu. Pada tingkat kehidupan masyarakat seperti sekarang ini lagu atau musik bukan lagi sekedar sarana hiburan yang hanya habis setelah dinikmati tanpa memberikan dampak apapun bagi pencipta maupun penikmatnya. Lebih dari itu musik atau lagu sekarang ini telah mampu menampakkan diri sebagai potensi ekonomi yang memiliki dampak sosial bahkan politik bagi suatu negara. Dari segi ekonomi, hak cipta lagu atau musik pada perwujudannya telah kian membuktikan kemampuannya untuk memberikan berbagai kemungkinan finansial yang tidak terbatas sifatnya, karena tidak bisa ditentukan berapa banyak yang menggunakan lagu untuk kepentingan komersil yang bukan merupakan ciptaannya sendiri.

Dahulu informasi dapat diperoleh melalui media seperti koran maupun teknologi elektronik seperti televisi dan saluran telekomunikasi seperti telepon.

Perkembangan zaman dengan hadirnya internet ini dapat dirasakan lebih cepat dalam kehidupan, informasi yang terjadi antara yang satu dengan yang lain dapat diakses begitu cepat sehingga dunia seakan tanpa batas. Internet sekarang saat ini seperti kebutuhan masyarakat. Peranan telekomunikasi menjadi penting sebagai

(14)

tuntutan aktivitas dunia modern yang serba cepat dan mendunia. Merambah kepada dunia pendidikan, perdagangan.1

Selain membawa banyak manfaat terkadang internet juga justru mempunyai dampak negatif seperti kepada bidang perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) khususnya hak cipta lagu yang dapat dengan mudah diunduh melalui media internet. Para pengguna internet dengan bebas dan leluasa mengambil lagu yang tersedia di situs-situs penyedia layanan download kemudian diunduh dan disimpan dalam bentuk digital tanpa memperhatikan perlindungan hak cipta lagu tersebut yaitu hak moral dan tentunya hak ekonomi yang jelas merugikan pencipta.

Perkembangan teknologi informasi semakin hari dirasakan kian semakin meningkat. Dunia dirasakan seperti tanpa batas dikarenakan informasi yang terjadi antara negara dapat diketahui di negara lain dalam waktu yang cukup singkat. Arus pertukaran informasi yang yang berkembang semakin cepat, hal ini dikarenakan teknologi informasi yang semakin canggih seperti internet dapat memudahkan para penggunanya.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi salah satu variabel dalam Undang-Undang tentang Hak Cipta ini, mengingat teknologi informasi dan komunikasi di satu sisi memiliki peranstrategik dalam pengembangan Hak Cipta, tetapi di sisi lain juga menjadi alat untuk pelanggaran hukum dibidang ini. Pengaturan yang proporsional sangat diperlukan, agar fungsi positif dapat dioptimalkan dandampak negatifnya dapat diminimalkan.2

1Ok. Saidin.,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2010), hal. 519.

2Penjelasan Undang-undang No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, alenia kedua

(15)

Perkembangan teknologi yang semakin meningkat dari hari ke hari juga membawa konsekuensi terhadap pembajakan hak cipta lagu. Pembajakan lagu dengan bentuk kepingan VCD, CD atau DVD sudah beralih kepada media internet.

Pembajakan melalui media internet ini lebih murah bahkan dapat dibilang gratis (free). Musik yang ada atau yang diinginkan oleh pengguna internet dapat diunduh (download)3 secara mudah dan gratis tanpa membayar royalti. Situs-situs yang tersedia di internet untuk mengunduh lagu cukup banyak jumlahnya, seperti : www.4shared.com,www.warungmp3.com,www.youtube.com,

www.gudanglagu.com dan masih banyak lagi.

Keikutsertaan Indonesia menjadi anggota dalam Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO) yang meliputi juga Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual Property Right (TRIPs) mewajibkan Indonesia meratifikasi ketentuan HAKI dalam sistem perundang-undangan nasional yaitu melalui Undang-undang (UU) Nomor 7 tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia).

Selain itu, Indonesia telah meratifikasi Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi Bern tentang Pelindungan Karya Seni dan Sastra) melalui Keputusan Presiden Nomor 18Tahun 1997 dan World Intellectual Property Organization Copyright Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO)yang selanjutnya disebut WCT, melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997, serta

3Mengunduh dan Menggugah:http://www.Mengunduh_dan_mengunggah.com,diakses tanggal 10 Januari 2015: Unduh (bahasa Inggris: download) dan unggah (bahasa Inggris: upload) dalam teknologi informasi komunikasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses transfer berkas pemindahan data elektronik antara dua komputer atau sistem serupa lainnya.

(16)

World Intellectual Property Organization Performances and Phonograms Treaty (Perjanjian Karya-Karya Pertunjukan dan Karya-Karya Fonogram WIPO) yang selanjutnya disebut WPPT, melalui Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2004.4

Seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi di masa sekarang ini, dunia seni yang berupa lagu, musik maupun film juga mengalami perkembangan yang signifikan. Pada gilirannya, akan melahirkan konsepsi perlindungan hukum atas kekayaan intelektual (Intellectual Property). Salah satu ciptaan yang dilindungi oleh Undang-undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta berdasarkan Pasal 40 ayat (1) UUHC adalah ciptaan lagu atau musik (huruf d). Karya lagu atau musik adalah ciptaan utuh yang terdiri dari unsur lagu atau melodi, syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya, dalam arti bahwa lagu atau musik tersebut merupakan suatu kesatuan karya cipta.5

Hasil karya cipta yang dilindungi bermacam-macam sebagaimana yang diatur dalam Pasal 12 Ayat (1) UUHC. Dimana salah satunya di bidang seni yaitu lagu atau musik dengan atau tanpa teks yang dinyatakan dalam Pasal 12 Ayat (1) huruf d. Penjelasan UUHC menyatakan lagu atau musik (selanjutnya disebut lagu) dalam UU ini diartikan sebagai karya yang bersifat utuh, sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi syair atau lirik, dan aransemennya termasuk notasi. Utuh yang dimaksud dalam penjelasan tersebut adalah lagu atau musik tersebut merupakan satu kesatuan karya cipta.

Dalam Pasal 40 ayat (1) butir d UUHC, ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup lagu atau

4Penjelasan Undang-undang No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, alenia ketujuh

5Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013. Volume I Nomor 1, hal 1

(17)

musik dengan atau tanpa teks (salah satunya). Dalam kasus, berarti ciptaan yang dilindungi meliputi lagu-lagu yang diunduh oleh pengunduh.

Selain itu perlindungan hukum terhadap lagu di internet juga diatur di dalam UU Informasi Transaksi Elektronik (ITE), dimana Pasal 32 Ayat (2) menyatakan :

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apapun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak.”

Dimana ancaman hukumannya diatur di dalam Pasal 48 Ayat (2) UU ITE :

“Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).”

Namun, perlu diperhatikan bahwa menurut Pasal 25 UU ITE, Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian, ketika suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik mengandung Hak Kekayaan Intelektual (HKI), maka ketentuan yang mengatur mengenai pelanggaran terhadapnya adalah ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang HKI, bukan UU ITE. Hal ini sesuai dengan asas hukum Lex specialis derogate lex generali, yang artinya peraturan atau UU yang bersifat

(18)

khusus mengesampingkan peraturan atau UU yang umum.6 Dengan demikian, walaupun UU ITE mengatur juga mengenai perlindungan hukum hak cipta tetapi lebih tepat digunakan UUHC sebagai dasar hukumnya.

Mudahnya mengakses situs-situs tersebut keuntungan justru diperoleh terhadap pengguna internet yang ingin memiliki lagu tanpa membeli untuk kepentingan sendiri bukan kepada penciptanya yang berhak atas hak royalti, bahkan dapat memberikan keuntungan kepada pihak-pihak tertentu seperti konter handphone misalnya dengan maraknya media penyimpanan lagu di handphone yang menyediakan fitur atau aplikasi pemutar musik. Disini keuntungan komersial justru diperoleh dari konter handphone yang menawarkan jasa untuk melakukan pengisian lagu ke handphone yang file musiknya diperoleh dari mengunduh dari internet.

Royalti merupakan pembayaran sebagai bentuk penghargaan atas penggunaan hasil karya cipta musi dan lagu yang dipergunakan untuk keperluan komersial. Undang-Undang Hak Cipta memang tidak memberikan defenisi mengenai royalti, namun Pasal 80 UUHC menyebutkan bahwa:7

(1) Kecuali di perjanjikan lain, pemegang Hak Cipta atau pemilik Hak Terkait berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian tertulis untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 23 ayat (2), Pasal 24 ayat (2), dan Pasal 25 ayat (2).

6Unduh Lagu: Pakai UU-ITE atau UU Hak Cipta?,

http://healourmusic.or.id/2011/08/unduh-lagu-pakai-uu-ite-atau-uu-hak-cipta/, diakses tanggal 18 Januari 2015.

7Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013. Volume I Nomor 1, hal 4

(19)

(2) Perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama jangka waktu tertentu dan tidak melebihi masa berlaku Hak Cipta dan Hak Terkait.

(3) Kecuali diperjanjikan lain, pelaksanaan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan kewajiban penerima Lisensi untuk memberikan Royalti kepada Pemegang Hak Cipta atau pemilik Hak Terkait selama jangka waktu Lisensi.

(4) Penentuan besaran Royalti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan tata cara pemberian Royalti dilakukan berdasarkan perjanjian Lisensi antara Pemegang Hak Cipta atau pemilik Hak Terkait dan penerima Lisensi.

(5) Besaran Royalti dalam perjanjian Lisensi harus ditetapkan berdasarkan kelaziman praktik yang berlaku dan memenuhi unsur keadilan.

Royalti diberikan kepada pencipta lagu, musisi, dan penyanyi dan dipotong biaya administrasi yang berkaitan dengan penagihan royalti kepada Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) yang besarnya berkisar 22-28 % (dua puluh dua sampai dua puluh delapan persen) dari jumlah pendapatan yang diperoleh. Royalti didistribusikan setiap tahunnya kepada para pemegang hak cipta Indonesia maupun asing yang telah memberikan kuasanya kepada YKCI, sehingga dalam hal ini YKCI hanya mengurusi lagu-lagu yang telah didaftarkan kepadanya dan semua musisi atau pencipta karya musik dapat bergabung dengan YKCI. Royalti harus dibayar karena lagu adalah suatu karya intelektual manusia yang mendapat perlindungan hukum. Jika pihak lain ingin menggunakan, sepatutnya minta izin kepada sipemilik

(20)

Hak Cipta. Pembayaran royalti merupakan konsekuensi dari menggunakan karya cipta orang lain.

Undang-undang No 28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta berdasarkan Pasal 89 Untuk pengelolaan Royalti Hak Cipta bidang lagu dan/atau musik dibentuk 2 (dua) Lembaga Manajemen Kolektif nasional yang masing-masing merepresentasikan keterwakilan sebagai berikut:

a. kepentingan Pencipta; dan

b. kepentingan pemilik Hak Terkait.

Kedua Lembaga Manajemen Kolektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki kewenangan untuk menarik, menghimpun, dan mendistribusikan Royalti dari Pengguna yang bersifat komersial. Untuk melakukan penghimpunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kedua Lembaga Manajemen Kolektif wajib melakukan koordinasi dan menetapkan besaran Royalti yang menjadi hak masing- masing Lembaga Manajemen Kolektif dimaksud sesuai dengan kelaziman dalam praktik berdasarkan keadilan. Ketentuan mengenai pedoman penetapan besaran Royalti ditetapkan oleh Lembaga Manajemen Kolektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan disahkan oleh Menteri.

Hak Cipta akan menyentuh berbagai aspek seperti aspek teknologi, industri, sosial, budaya dan berbagai aspek lainnya. Namun aspek yang terpenting jika dihubungkan dengan perlindungan bagi karya intelektual adalah aspek hukum.

Hukum diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang timbul berkaitan dengan Hak Cipta tersebut. Hukum harus dapat memberikan perlindungan bagi karya intelektual, sehingga mampu mengembangkan daya kreasi

(21)

masyarakat yang pada akhirnya bermuara pada tujuan berhasilnya perlindungan Hak Cipta.

Pelanggaran atas hak cipta lagu atau musik tidak terlepas dari beberapa faktor di antaranya sikap masyarakat yang kurang menghargai sebuah karya cipta, sikap dan keinginan untuk memperoleh keuntungan dagang dengan cara cepat dan mudah, belum cukup terbinanya kesamaan pengertian, sikap dan tindakan dari pencipta dalam melindungi hak-haknya dan belum cukup terbinanya kesamaan pengertian, sikap dan tindakan aparat penegak hukum dalam menghadapi pelanggaran Hak Cipta.8

Hak cipta di bidang seni baik berupa lagu, musik ataupun film merupakan salah satu bagian dari Hak Cipta yang seyogyanya mendapat perlindungan hukum.

Hak Cipta sebagai bagian dari HKI memiliki sifat yang spesifik yaitu adanya penghargaan, pengakuan, perlindungan hukum dan mempunyai nilai ekonomi.

Sebuah lagu yang telah tercipta pada dasarnya adalah sebuah karya intelektual pencipta sebagai perwujudan kualitas rasa dan kemampuan ciptanya. Menurut Harsono Adisumarto yang mengutip pendapat Soeharto mengungkapkan bahwa lagu atau musik terdiri dari unsur-unsur melodi, lirik dan aransemen. Melodi adalah rangkaian dari sejumlah nada yang berbunyi atau dibunyikan secara berurutan; lirik adalah kata-kata atau syair untuk dinyanyikan; dan aransemen adalah karya tambahan yang disusun sebagai hiasan terhadap komposisi tertentu yang sudah ada sebelumnya agar dapat disajikan lebih menarik.9

8Linda agustina,“Perlindungan hukum pencipta lagu terhadap website penyedia jasa download lagu gratis dalam median internet” (Makasar:UNHAS, 2012), hal 3- 4

9Harsono Adisumarto, Hak Milik Intelektual Khususnya Hak Cipta, (Jakarta: Akademika Presindo, 1990), hal 15

(22)

Pelanggaran hak cipta lagu yang saat ini menjadi perhatian bukan lagi pembajakan melalui media kaset CD ataupun DVD, melainkan melalui perkembangan teknologi yang sangat akrab dengan kehidupan masyarakat yaitu internet. Pelanggaran hak cipta di jaringan internet baik itu berupa download lagu atau video clips saat ini sangat memprihatinkan. Pelanggaran hak cipta atas lagu melalui media internet dalam hal ini illegal downloading, saat ini masih hangat diperbincangkan. Dikarenakan langkah pemerintah untuk memblokir beberapa situs yang menyediakan jasa download lagu secara gratis saat ini masih dapat dipergunakan oleh khalayak masyarakat. Hal ini tentu saja menimbulkan pemikiran bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah belum mencapai titik maksimal untuk menangani masalah illegal downloading ini, sehingga tidak menghargai hasil karya cipta anak bangsa.10

Perlindungan hukum hak cipta ini menganut sistem deklaratif yaitu sejak diumumkan tanpa harus melakukan pendaftaran yang memberikan perlindungan terhadap pencipta atau pemegang pertama HAKI. Hak cipta ini dilindungi berbeda dengan pengaturan di bidang HAKI lainnya yang menganut sistem konstitutif yang memerlukan pendaftaran terlebih dahulu sebelumnya kemudian baru dilindungi seperti HAKI di bidang Merek dan Paten.

Perlindungan terhadap HaKI sama pentingnya dengan perlindungan kepentingan hukum dan ekonomi, terutama dalam pandangan internasional karena selanjutnya pertikaian HaKI sudah tidak lagi menjadi masalah teknis hukum, tetapi juga menyangkut pertikaian bisnis untuk meraih keuntungan.11

10Linda agustina, Op Cit, hal 4

11Suyud Margono,“Hak Kekayaan Intelektual Komentar atas Undang-undang Rahasia Dagang. Desain Industrti, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu”, CV. Novindo, (Jakarta:Pustaka Mandiri, 2001), hal. 9

(23)

Bertitik tolak dari hal tersebut, maka timbul keinginan untuk mengadakan penelitian yang lebih konprehensif dan mendalam dalam rangka penyusunan.

Kondisi inilah yang menarik untuk dikaji dalam bentuk tulisan tesis yang berjudul:

“PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA LAGU TERHADAP PELANGGARAN MELALUI DOWNLOAD PADA WEBSITE PENYEDIA LAGU GRATIS”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perlindungan hukum yang diberikan kepada pemegang hak cipta lagu terhadap pelanggaran melalui download pada website penyedia lagu gratis?

2. Bagaimana pertanggungjawaban pihak penyedia jasa download lagu gratis terhadap pelanggaran hak cipta pada website?

3. Bagaimana sanksi terhadap pelanggaran melalui download pada website penyedia lagu gratis?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa perlindungan hukum yang diberikan kepada pemegang hak cipta lagu terhadap pelanggaran melalui download pada website penyedia lagu gratis.

(24)

2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban perlindungan hukum yang diberikan kepada pemegang hak cipta lagu terhadap pelanggaran melalui download pada website penyedia lagu gratis.

3. Untuk mengetahui sanksi terhadap pelanggaran melalui download pada website penyedia lagu gratis.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat membuka wawasan dan paradigma berfikir dalam memahami dan mendalami permasalahan perlindungan hukumyang diberikan kepada pemegang hak cipta lagu terhadap pelanggaran melalui download pada website penyedia lagu gratis

2. Secara Praktis

Penelitian ini secara praktis sebagai bahan masukan bagi pemegang hak cipta lagu terhadap pelanggaran melalui download pada website penyedia lagu gratis. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi dan praktisi dalam hal perlindungan hukum.

E. Keaslian Penelitian

Adapun judul tulisan ini adalah perlindungan hukum hak cipta lagu terhadap pelanggaran melalui download pada website penyedia lagu gratis. Judul tesis ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan mahasiswa hukum Universitas Sumatera Utara, karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif, dan terbuka. Dengan demikian ini keaslian tesis ini dapat

(25)

dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka untuk kritikan- kritikan yang sifatnya membangun terkait dengan topik dan permasalahan dalam penelitian ini.

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional 1. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan berpikir yang digunakan untuk mencari pemecahan suatu masalah. Setiap penelitian membutuhkan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan dan membahas masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari mana masalah tersebut diamati.12

Kerangka teori adalah bagian penting dalam penelitian, dengan adanya kerangka teori akan memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan, asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis yang menjadi landasan, acuan dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian.

Teori yang berkaitan dengan hak kekayaan intelektual adalah teori hukum alam yang dikemukakan oleh John Locke (1632-1704) sebagai tokoh pembela hukum alam. Locke mengajarkan bahwa pada dasarnya setiap orang itu dilahirkan sama dan sejak lahir telah mewarisi hak-hak tertentu (certain rights). Hak hak itulah yang kemudian dikenal dengan hak-hak ilmiah.13 Locke dalam teorinya tentang hak

12Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press, 2003), hal. 39-40.

13Wahyu Sasongko., Indikasi Geografis Studi Tentang Kesiapan Indonesia Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Produk Nasional. (Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2012), hal. 16.

(26)

milik mengatakan bahwa hak milik yang dimiliki seorang manusia terhadap benda telah ada sejak manusia lahir. Benda disini diartikan baik itu benda berwujud maupun benda tidak berwujud (hak milik intelektual).14

Dengan demikian, teori hukum alam yang dikemukakan oleh Jhon Locke di atas, bahwa hak milik intektual merupakan hak-hak ilmiah yang dimiliki oleh manusia. Untuk itu hak-hak tersebut harus diberikan perlindungan menurut ketentuan hukum, sehingga hak-hak itu tetap melekat pada manusia sebagai penciptanya.

Meskipun terdapat teori tentang hak kekayaan intelektual, hingga kini belum ada definisi tunggal yang disepakati di seluruh dunia tentang apakah yang dimaksud dengan hak kekayaan intelektual. Hal ini disebabkan pengertian dari hak kekayaan intelektual sulit untuk didefinisikan dalam satu kalimat sederhana yang dengan tepat dapat menggambarkan tentang pengertian dari hak kekayaan intelektual secara menyeluruh.15

Masing-masing Negara memiliki definisi tentang kekayaan intelektual.

Definisi hak kekayaan intelektual di berbagai Negara sangat dipengaruhi oleh politik hukum dan standar perlindungan hukum yang diterapkan di masing-masing Negara. Di samping itu, ada beberapa faktor yang juga berperan dalam menciptakan adanya perbedaan baik dalam mendefinisikan hak kekayaan intelektual maupun dalam menentukan standar perlindungan atas hak kekayaan di berbagai Negara.

Faktor-faktor tersebut selanjutnya akan diuraikan satu demi satu berikut ini:16

14Syafrinaldi., Hak milik Intelektual Dan Globalisasi. (Riau:UIR Press, 2006), hal. 14.

15Linda Agustina, Ibid, hal 10

16Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2012), hal 16

(27)

a. Faktor sistem hukum

Terminologi hukum “kekayaan intelektual” sebagai bagian dari suatu sistem hukum erat berkaitan dengan politik hukum (law policy), kepentingan ekonomi, kepentingan social, dan bahkan dengan sejarah hukum serta pandangan hidup dan budaya hukum dari suatu Negara. McKeough dan Stewart percaya bahwa faktor- faktor tersebut merupakan salah satu penyebab mengapa tiap-tiap Negara memiliki definisi kekayaan intelektual dan standar perlindungan hukum yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, bagaimana suatu Negara mendefinisikan hak kekayaan intelektual dan bagaimana standar perlindungan atas hak kekayaan intelektual diberikan di suatu Negara tidak terlepas dari sistem hukum, politik hukum, dan kepentingan ekonomi suatu Negara. Misalnya, Negara-negara common law seperti Amerika Serikat, Inggris, ataupun Australia mendefinisikan hak kekayaan intelektual sebagai hak perorangan (personal property) yang bersifat individualistik. Definisi tersebut tidak terlepas dari sejarah hukum hak milik di Negara-negara common law yang sangat kental dipengaruhi oleh pemikiran John Locke pada abad ke-18 yang berprinsip bahwa manusia memiliki hak untuk merdeka, hidup sejahtera, dan berhak atas seluruh hasil jerih payahnya.

Menurut Hayyanul Haq, sesungguhnya teori yang menjadi dasar pengembangan Intellectual Property Rights adalah berasal dari teori John Locke yang inti ajarannya adalah sebagai berikut: 1) Tuhan telah menciptakan seluruh alam semesta ini untuk semua manusia; 2) Tuhan menciptaan manusia dengan segala potensi yang melekat dalam dirinya untuk bisa survive (mempertahankan diri); 3) setiap manusia berhak untuk melakukan intervensi atas alam guna

(28)

mempertahankan survivetasnya; 4) setiap manusia berhak atas hasil-hasil yang diperoleh dari setiap interaksi antar personal-personal yang ada; 5) hak personal itu tidak bisa diberikan atau dicabut oleh siapapun; 6) setiap orang harus menghormati hak itu sebagai hak personal.17

Khusus di bidang kekayaan intelektual, pembentukan hukum hak kekayaan intelektual sangat sarat dengan pesan sponsor dari industri-industri besar, seperti perusahaan perfilman, industri farmasi, dan industri piranti lunak komputer dan industri penerbit buku yang memperoleh keuntungan ekonomi dari mengeksploitasi hak kekayaan intelektual.

b. Faktor sifat dinamis hak kekayaan intelektual

Kesulitan membakukan suatu definisi tunggal dari hak kekayaan intelektual juga terjadi disebabkan sifat dinamis dari hak kekayaan intelektual itu sendiri. Sifat dinamis dari hak kekayaan intelektual tercermin dari adanya berbagai revisi yang telah dilakukan atas konvensi internasional hak kekayaan intelektual yang pernah berlaku guna disesuaikan dengan tuntutan perkembangan yang terjadi di masyarakat.

Semula Berne Convention hanya melindungi karya-karya tulis, gambar, atau lukisan. Namun, sejalan dengan perkembangan teknologi, cakupan perlindungan atas hak cipta juga diperluas terhadap sinematografi, fotografi dan koreografi.

Perubahan ini mengindikasikan bahwa selain bersifat dinamis, hak kekayaan intelektual juga berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Reynolds

17Hasbir Paserangi, Hak Kekayaan Intelektual, Perlindungan Hukum Hak Cipta Perangkat Lunak Program Komputer Dalam Hubungannya Dengan Prinsip-Prinsip Dalam TRIPs Di Indonesia, (Jakarta Selatan: Rabbani Press, 2011), hal168

(29)

dan Stoianoff telah memprediksikan bahwa :18“There is no real limit to what might be characterized as intellectual property in the future.”

Oleh karena itu, tidak ada definisi yang baku dengan tepat dapat menggambarkan secara menyeluruh tentang pengertian dari hak kekayaan intelektual. Dengan demikian, definisi hak kekayaan intelektual tidak perlu dibakukan, tetapi cukup dipahami sebagai sekumpulan hak dengan berbagai nama dan karakter yang timbul dari suatu kegiatan yang melibatkan kegiatan intelektual manusia (mental labour) yang diwujudkan sebagai karya baru dan orisinal, yang memiliki daya pembeda dan bernilai ekonomis. Secara sederhana Pearson dan Miller membuat definisi hak kekayaan intelektual sebagai berikut:19“The subject matter of intellectual property is, in general terms, the product of thought creativity and intellectual effort.”

Secara substantif, pengertian HKI dapat dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. HKI dikategorikan sebagai hak atas kekayaan mengingat HKI pada akhirnya menghasilkan karya-karya intelektual berupa; pengetahuan, seni, sastra, teknologi, di mana dalam mewujudkannya membutuhkan pengorbanan tenaga, waktu, biaya dan pikiran.20

Hak kekayaan intelektual itu adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio.21 Hasil kerjanya itu berupa benda immaterial atau benda tidak berwujud. Misalnya, sebuah karya cipta lagu.

18Hillary Pearson dan Clifford Miller, Commercial Exploitation of Intellectual Property, (London: Blackstone Press Limited, 1990), hal. 118.

19Jill McKeough, Khaty Bowrey, Philip Griffith, Intellectual Property in Australia, (Sydney:Butterworths, 1997), hal 58.

20Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 31

21OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),(Jakarta: Rajawali Pers, 2010),hal 9.

(30)

Untuk menciptakan alunan nada (irama) diperlukan pekerjaan otak. Hasil kerja otak itu kemudian dirumuskan sebagai intelektualitas. Ketika irama lagu tadi tercipta berdasarkan hasil kerja otak, ia dirumuskan sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual berbeda misalnya dengan hasil kerja fisik, petani mencangkul, menanam, menghasilkan buah-buahan. Buah-buahan tadi adalah hak milik juga tapi hak milik materil atau hak milik atas benda berwujud.

Jika ditelusuri lebih jauh, hak kekayaan intelektual sebenarnya merupakan bagian dari benda, yaitu benda tidak berwujud (benda Immateril).22 Benda dalam kerangka hukum perdata dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori salah satu di antara kategori itu, adalah pengelompokan benda ke dalam klasifikasi benda berwujud dan benda tidak berwujud. Untuk hal ini dapatlah dilihat batasan benda yang dikemukakan oleh pasal 499 KUH Perdata, yang berbunyi: menurut paham undang-undang yang dimaksud dengan benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik.23

2. Landasan Konsepsional

Berdasarkan judul yang merupakan suatu syarat dalam penelitian dan agar tidak terjadinya kesalahpahaman dalam materi penulisan tesis ini, maka judul harus ditegaskan dan diartikan. Judul yang dikemukakan adalah : perlindungan hukum hak cipta lagu terhadap pelanggaran melalui download pada website penyedia lagu gratis.

22Ibid, hal. 11

23R.Soebekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta:Pradya Paramita, 1996), hal. 155

(31)

Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefenisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

Perlindungan terhadap masyarakat mempunyai banyak dimensi yang salah satunya adalah perlindungan hukum. Perlindungan hukum bagi setiap Warga Negara Indonesia tanpa terkecuali, dapat ditemukan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945), untuk itu setiap produk yang dihasilkan oleh legislatif harus senantiasa mampu memberikan jaminan perlindungan hukum bagi semua orang, bahkan harus mampu menangkap aspirasi- aspirasi hukum dan keadilan yang berkembang dimasyarakat. Hal tersebut, dapat dilihat dari ketentuan yang mengatur tentang adanya persamaan kedudukan hukum bagi setiap Warga Negara Indonesia tanpa terkecuali.

Ada beberapa pendapat yang dapat dikutip sebagai suatu patokan mengenai perlindungan hukum, yaitu :

a. Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.24

b. Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan

24Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia, (Jakarta : Kompas, 2003), hal. 121.

(32)

ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.25

c. Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama manusia.26

d. Menurut Hetty Hasanah, perlindungan hukum yaitu merupakan segala upaya yang dapat menjamin adanya kepastian hukum, sehingga dapat memberikan perlindungan hukum kepada pihak-pihak yang bersangkutan atau yang melakukan tindakan hukum.27

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :28

a. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang- undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta

25Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta : Magister Ilmu Hukum ProgramPascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004), hal. 3

26Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Surakarta :Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003), hal. 14.

27Hetty Hasanah, Perlindungan Konsumen dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen atasKendaraan Bermotor dengan Fidusia, (http//jurnal.unikom.ac.id/vol3/perlindungan.html, 2004), diakses tanggal 16Januari 2015

28Agnes Vira Ardian, prospek perlindungan hukum hak kekayaan intelektual dalam kesenian tradisional di indonesia(Semarang: Program Magister Ilmu HukumProgram PascasarjanaUniversitas Diponegoro, 2008), hal 28

(33)

memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu kewajiban.

b. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.

Salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah memberikan perlindungan (pengayoman) kepada masyarakat. Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum.29 Sehingga dalam penulisan ini, perlindungan hukum diberi batasan sebagai suatu upaya yang dilakukan dibidang hukum dengan maksud dan tujuan memberikan jaminan perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual hasil karya cipta demi mewujudkan kepastian hukum.

Perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI) pada dasarnya mempunyai urgensi tersendiri. Urgensinya, bahwa seluruh hasil karya intelektual akan dapat dilindungi. Arti kata dilindungi disini akan berkorelasi pada tiga tujuan hukum, yakni; Pertama, kepastian hukum artinya dengan dilindunginya HKI akan sangat jelas siapa sesungguhnya pemilik atas hasil karya intelektual (HKI); Kedua, kemanfaatan, mengadung arti bahwa dengan HKI dilindungi maka akan ada manfaat yang akan diperoleh terutama bagi pihak yang melakukan perlindungan itu sendiri, misalnya; dapat memberikan lisensi bagi pihak yang memegang hak atas

29Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum dalam Konteks Ke-Indonesia-an, (Bandung:Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Katholik Parahyangan, 2004), hal. 112.

(34)

HKI dengan manfaat berupa pembayaran royalti (royalty payment); dan Ketiga, keadilan, adalah dapat memberikan kesejahteraan bagi pihak pemegang khususnya dalam wujud peningkatan pendapatan dan bagi negara dapat menaikan devisa negara.

HKI dalam tataran konseptual dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yakni: hak cipta dan hak-hak terkait lainnya serta hak milik perindustrian. Namun demikian, dalam beberapa konvensi internasional ada beberapa perbedaan dalam pembagian HKI. Berdasarkan Konvensi Pendirian WIPO ditetapkan di Stockholm pada tanggal 14 Juli 1967 dalam Article 2 (viii) menetapkan bahwa Hak Kekayaan Intelektual akan meliputi hak-hak yang berhubungan dengan:

1. Literary, artistic and scientific works;

2. Performance of performing artists, phonograms, and broadcasts;

3. Inventions in all fields of human endeavor;

4. Scientific discoveries;

5. Industrial designs;

6. Trademarks, service marks, and commercial names and designations;

7. Protection against unfair competition.

Hak cipta lagu merupakan gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Ragam nada atau suara yang berirama disebut juga dengan lagu. Lagu dapat dinyanyikan secara sendiri (solo), berdua (duet), bertiga (trio) atau dalam beramai-ramai (koor). Syair dalam lagu biasanya berbentuk puisi berirama,

(35)

namun ada juga yang bersifat keagamaan ataupun prosa bebas. Lagu dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sesuai dengan kriteria yang digunakan.30

Musik atau Lagu adalah sebagai karya yang bersifat utuh, sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi, syair atau lirik dan aransemennya termasuk notasi.

Sedangkan yang dimaksud dengan utuh adalah bahwa lagu atau musik tersebut merupakan suatu kesatuan karya cipta.31

Menurut Hartaris Andijaning Tyas, bahwa yang dimaksud dengan hak cipta lagu adalah melodi yang dapat dinyanyikan dengan syair atau lirik.32 Lagu merupakan hasil dari suatu karya di bidang seni musik. Seni musik merupakan salah satu media yang banyak digunakan sebagai ungkapan perasaan (berekspresi) melalui media suara. Media suara manusia disebut musik vokal, sedangkan melalui media alat musik (instrument) disebut musik instrumental. Beberapa macam warna suara yang diatur dan disusun akan mewujudkan sebuah komposisi suara yang dapat menghanyutkan rasa perasaan dan menggetarkan batin hati manusia.33

Download adalah istilah yang sering kita sebut ketika mengakses di internet, baik di rumah kita sendiri atau dari Cyber@ccess. Download adalah langkah untuk mengambil sesuatu (gambar, dokumen, surat, dll.) ke dalam bentuk file dari Internet atau Internet.34

Website adalah sebuah cara untuk menampilkan diri di internet. Website dapat diibaratkan sebagai sebuah tempat di internet, siapa saja di dunia ini dapat

30Linda Agustina, Ibid, hal 51-52

31Penjelasan Pasal 12 ayat (1) huruf (d) Undang-Undang Hak Cipta No. 19 tahun 2002

32Hataris Andijaning Tyas, Seni Musik, , (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), hal. 100

33Arlo Kartono(et.al), Kreasi Seni Budaya, (Jakarta:Ganeca Exact, 2007), hal. 28

34http://teknikinformatika-esti.blogspot/2011/01/pengertian-download-dan-upload.html, diakses tanggal 6 Mei 2015

(36)

mengunjunginya, kapan saja mereka dapat mengetahui tentang semua hal, memberi pertanyaan dan masukan, atau bahkan mengetahui dan membeli sebuah produk.

Penyedia jasa download merupakan layanan informasi atau permintaan kita kepada server-server Internet Service Provider disingkat (ISP) adalah perusahaan atau badan yang menyediakan jasa sambungan internet dan jasa lainnya yang berhubungan. Mereka menyediakan jasa seperti hubungan ke internet, pendaftaran nama domain, dan hosting. ISP ini mempunyai jaringan baik secara domestik maupun internasional sehingga pelanggan atau pengguna dari sambungan yang disediakan oleh ISP dapat terhubung ke jaringan internet global. Jaringan di sini berupa media transmisi yang dapat mengalirkan data yang dapat berupa kabel (modem, sewa kabel, dan jalur lebar), radio, maupun VSAT. Maka tak diragukan lagi pengiriman dan penerimaan informasi melalui internet tanpa membayar.35 G. Metode Penelitian

Metode penelitian berisikan uraian tentang metode atau cara penelitian yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi. Metode penelitian ini berfungsi sebagai pedoman dan landasan tata cara dalam melakukan operasional penelitian untuk menulis suatu karya ilmiah yang peneliti lakukan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang tidak membutuhkan populasi dan sampel.36 Adapun beberapa langkah yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah :

35https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Situs_web&action=edit&section=19, diakses tanggal 8 September 2015

36Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal. 105.

(37)

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif tersebut mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat.37 Penelitian yuridis normatif atau penelitian hukum normatif yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan disebut juga penelitian hukum kepustakaan.38

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi obyek penelitian.39 Deskriptif analitis, merupakan metode yang dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang sering terjadi atau berlangsung yang tujuannya agar dapat memberikan data seteliti mungkin mengenai obyek penelitian sehingga mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal, kemudian dianalisis berdasarkan teori hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.40

2. Sumber Data

Adapun data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research) bertujuan untuk mendapatkan konsep-konsep, teori-teori, dan informasi- informasi serta pemikiran konseptual dari peneliti pendahulu baik berupa peraturan

37Ibid, hal. 105.

38Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1994, Cet. Ke-5), hal. 9.

39Ibid, hal. 105.

40Ibid, hal. 223.

(38)

perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya. Data sekunder penelitian yang digunakan terdiri dari :41

a. Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang terdapat pada berbagai perangkat hukum atau perundang-undangan.

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku teks, jurnal-jurnal, pendapat sarjana dan hasil-hasil penelitian.

c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Berkenaan data yang digunakan hanya data sekunder, jadi teknik yang dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research), studi ini dilakukan dengan menggunakan alat pengumpulan data yang ada, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi yang baik berupa buku, karangan ilmiah, peraturan perundang-undangan dan bahan tertulis lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu dengan cara mencari, mempelajari, dan mencatat serta menginterpretasikan hal-hal yang berkaitan dengan obyek penelitian.42

4. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

41Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya : Bayumedia, 2006), hal. 192.

42Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1994, Cet. Ke-5), hal. 225.

(39)

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.43 Analisis data yang dipergunakan adalah analisis data kualitatif, yaitu proses penyusunan, mengkatagorikan data kualitatif, mencari pola atau tema dengan maksud memahami maknanya. Data terutama diperoleh dari bahan pustaka dimana pengolahan, analisis dan konstruksi datanya dilaksanakan dengan cara penelitian yang menggunakan metode kualitatif yang merupakan suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif serta komparatif.

Penelitian ini melakukan kegiatan inventarisasi bahan-bahan hukum sekaligus juga mengidentifikasikan berbagai peraturan di bidang HKI khususnya mengenai hak cipta. Di sini ditentukan pengkategorisasian ke dalam sistematisasi ketentuan peraturan perundang-undangan hak cipta. Metode analisis data dilakukan dengan cara, data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif. Kesimpulan yang diambil dengan menggunakan cara berpikir deduktif yaitu cara berpikir yang mendasar kepada hal-hal yang bersifat umum dan kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus sesuai dengan pokok permasalahan tersebut.44

Setelah analisis data selesai, maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti.45 Dari hasil tersebut kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

43Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1991), hal.103.

44Surakhmad Winarno, Metode dan Tekhnik dalam bukunya, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tekhnik, (Bandung : Tarsito, 1994), hal. 17

45H.B. Sutopo, Metodologi Penelitian Hukum Kualitatif Bagian II, (Surakarta : UNS Press, 1998), hal. 37

(40)

BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM YANG DIBERIKAN KEPADA PEMEGANG HAK CIPTA LAGU

A. Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Hak Cipta Lagu

Dalam Undang-Undang Hak Cipta Indonesia telah diatur tentang penegakan hukum hak cipta yang menetapkan perbuatan apa saja yang disebut sebagai tindak pidana hak cipta dan hak terkait. Demikian pula dalam Undang-Undang Hak Cipta telah diatur tentang tuntutan hak keperdataan yang dapat diajukan dalam bentuk gugatan ke pengadilan niaga ataupun bentuk-bentuk tindakan hukum lainnya yang bertujuan untuk mencegah berlanjutnya suatu pelanggaran hak cipta.

Saat ini, pelanggaran hak cipta banyak dilakukan di media internet sebagai konsekuensi logis dari adanya penemuan baru di bidang teknologi perekaman dan penyimpanan, seperti memory card atau flash disk. Kemajuan teknologi penyimpanan telah mempermudah pengguna untuk merekam atau mengopi suatu ciptaan dalam jumlah besar yang tampil di media internet dengan mudah dan biaya murah bahkan gratis.

Beberapa terobosan di bidang hukum Informasi dan teknologi telah dilakukan untuk mengantisipasi makin meluasnya pelanggaran hak cipta maupun tindak pidana lainnya yang dilakukan melalui media internet. Dalam Undang- Undang Hak Cipta sendiri ada beberapa pasal yang mengatur tentang perbuatan pelanggaran hak cipta yang berkaitan dengan perlindungan suatu ciptaan yang ada di internet. Sedangkan di luar Undang-Undang Hak Cipta ada Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang disebut- sebut sebagai cyber law Indonesia yang pertama.

28

(41)

Memperhatikan berbagai kasus pelanggaran HKI yang terjadi dewasa ini, tersirat bahwa hukum seakan tidak lagi mampu menjadi penghalang atau pencegah terjadinya pelanggaran. Selain motif ekonomi, fenomena ini tampaknya juga dilatarbelakangi oleh kemudahan dan keuntungan yang ditawarkan oleh teknologi yang tidak sebanding dengan ancaman hukum yang ditentukan.46

Illegal downloading dalam hal ini merupakan pelanggaran hak kekayaan intelektual, di mana difokuskan terhadap banyaknya pelanggaran hak cipta lagu yang terjadi di internet dengan jalan mengambil (download) lagu secara gratis tanpa izin atau sepengetahuan dari pencipta lagu yang sebenarnya. Ketika musik di- download tanpa izin pemilik Hak Cipta maka sesungguhnya yang terjadi adalah pelanggaran dan ada sanksi yang harusnya diterapkan untuk itu. Dalam Pasal 112 Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ditentukan bahwa setiap orang yang dengan sengaja tanpa hak melakukan pelanggaran terhadap Hak Cipta dikenakan sanksi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

Pengaturan terhadap pelanggaran Hak Cipta tidak hanya diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, tetapi juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Dalam Pasal 25 Undang-Undang ITE ditentukan : "Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan".

46Hasbir Paserangi, Analisis Aspek Sosiologi Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Lagu di Makassar, (Makassar:Univ Hasanuddin, 2002), hal. 68.

(42)

Pelanggaran atas hak tersebut ditegaskan dalam Pasal 32 ayat (1) Jo. Pasal 48 ayat (1) UU ITE dengan sanksi pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah).

Namun pada kenyataannya yang terjadi adalah Pemerintah khususnya pihak Kementrian Komunikasi dan Informatika hanya mampu mengambil langkah pemblokiran, yang kemudian langkah tersebut juga tidak mengurangi adanya pelanggaran hak cipta yang terjadi di Indonesia. Selain langkah pemblokiran, langkah lain yang dilakukan oleh pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika yakni sosialisasi tentang ”stop illegal downloading”. Namun hal itu juga tidak memberikan perubahan yang signifikan.47

Meskipun pihak Kementrian Komunikasi dan Informatika telah melakukan pemblokiran beberapa situs ilegal di Indonesia. Patut disadari bahwa masyarakat Indonesia adalah manusia-manusia yang pintar yang telah terbawa arus canggihnya teknologi, sehingga ketika situs yang satu telah diblokir atau di tutup oleh pemerintah, maka situs-situs yang lain pun akan bermunculan mengikuti perkembangan kecanggihan teknologi yang ada.48

Konsep perlindungan terhadap HKI pada dasarnya adalah memberikan hak monopoli, dan dengan hak monopoli ini, pemilik HKI dapat menikmati manfaat ekonomi dari kekayaan intelektual yang didapatnya. Perlu diakui bahwa konsep HKI yang kita anut berasal dari Barat, yaitu konsep yang didasarkan atas kemampuan individual dalam melakukan kegiatan untuk menghasilkan temuan

47 www.kominfo.go.id

48www.kominfo.go.id

(43)

(invention). Pemberian hak monopoli kepada individu dan perusahaan ini, sering bertentangan dengan kepentingan publik. Dimasukannya masalah HKI kedalam bagian dari GATT melalui TRIPs, menambah kesenjangan dalam pemanfaatan kekayaan intelektual antara negara maju dan negara industri baru/berkembang.49

HKI dibangun di atas landasan “kepentingan ekonomi”, hukum tentang property (intellectual property). HKI identik dengan komersialisasi karya intelektual sebagai suatu property. Perlindungan HKI menjadi tidak relevan apabila tidak dikaitkan dengan proses atau kegiatan komersialisasi HKI itu sendiri. Hal ini makin jelas dengan munculnya istilah “Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights” (TRIPs), dalam kaitannya dengan masalah perdagangan internasional dan menjadi sebuah icon penting dalam pembicaraan tentang karya intelektual manusia. Ini pun berarti bahwa HKIlebih menjadi domainnya GATT- WTO, ketimbang WIPO. Karakter dasar HKI semacam itulah yang diadopsi ke dalam perundang-undangan Indonesia. Dapat dikatakan bahwa pembentukan hukum HKI di Indonesia merupakan transplantasi hukum asing ke dalam sistem hukum Indonesia.

Hak cipta atas ciptaan yang penciptanya tidak diketahui, maka negaralah yang berhak memegang hak cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah, dan benda budaya nasional lainnya tersebut. Negara memegang hak cipta atas folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan

49Rahardi Ramelan, Ekspresi Kebuyaan Tradisional dalam Globalisasi, Perlindungan HKI atauPengakuan, (www.leapidea.com, 2007).

Referensi

Dokumen terkait

Upaya hukum yang dapat dilakukan seorang Pencipta ketika hak-haknya dilanggar dengan melakukan mediasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa, gugatan ganti rugi,

Pembajakan film bisa terjadi tidak hanya diakibatkan dari buruknya segi penegakan hukumnya saja yang setengah-setengah. Sebagai tindakan antisipasi seharusnya juga ada

Pasal 9 ayat (1) UUHC menjelaskan bahwa hak ekonomi dari pemilik hak cipta adalah berupa mengumumkan, mengkomunikasikan, menggandakan dan menyewakan karya. Hak

Upaya yang bisa dilakukan oleh Perpustakaan Perguruan Tinggi memang tidak bisa menjadi "single fighter" dalam upaya penegakan hukum hak cipta ini, namun Perpustakaan

(2) Perlindungan hukum yang diberikan pemerintah kepada pencipta lagu atau pemegang hak saat ini dilakukan dengan dua cara, pertama adalah pemblokiran situs yang dianggap

Upaya yang bisa dilakukan oleh Perpustakaan Perguruan Tinggi memang tidak bisa menjadi "single fighter" dalam upaya penegakan hukum hak cipta ini, namun Perpustakaan

Upaya Hukum yang dapat Dilakukan Pencipta atau Pemegang Hak Cipta Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Undang-Undang Hak Cipta telah mengatur langkah-langkah hukum yang dapat ditempuh oleh

Makalah ini membahas tentang penegakan hukum terhadap pelanggaran hak cipta atas pembajakan musik atau lagu, yang bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum yang kuat terhadap Hak Cipta agar para pencipta seni dan sastra maupun musik terdorong untuk membuat karya-karya