• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hak Cipta Terhadap Hasil Karya Lagu atau Musik Menurut UU No 28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi pada Beberapa Band di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perlindungan Hak Cipta Terhadap Hasil Karya Lagu atau Musik Menurut UU No 28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi pada Beberapa Band di Kota Medan)"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP HASIL KARYA LAGU atau MUSIK MENURUT UU NO 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

(Studi pada Beberapa Band di Kota Medan)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

EVIARTYNA S.C. SITUMORANG 110200532

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP HASIL KARYA LAGU atau MUSIK MENURUT UU NO 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

(Studi pada Beberapa Band di Kota Medan) SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

EVIARTYNA S.C. SITUMORANG 110200532

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr. HASIM PURBA, SH., M.Hum NIP.196603031985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr.OK.SAIDIN, SH.,M.Hum AFLAH, S.H.,M.Hum

NIP :196202131990031002 NIP:197005192002212001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRAK

Eviartyna S.C. Situmorang 1) Dr.OK.Saidin, SH, M.Hum **)

Aflah, SH, M.Hum ***)

Seni merupakan bagian dari kehidupan manusia yang perlindungan nya termasuk dalam aturan Hak Kekayaan Intelektual. Hak Cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual dan merupakan perangkat hukum yang memberikan perlindungan termasuk bagi karya musik atau lagu serta memberikan pengaturan bagi penggunaanya. Perlindungan terhadap hak cipta diatur dalam UU NO. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dalam suatu karya cipta melekat dua hak, yaitu hak ekonomi yaitu hak eksklusif yang di berikan kepada pencipta untuk memperoleh manfaat ekonomi dari karya ciptaannya dan hak moral adalah hak pengakuan terhadap hasil karya ciptaanya yang bersifat abadi. Industri musik atau lagu saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan menjadi komoditi industri yang bernilai tinggi. Hal ini yang menyebabkan banyaknya

terjadi pelanggaran di bidang lagu atau musik. Skripsi yang berjudul “Perlindungan Hak

Cipta Terhadap Hasil Karya Lagu atau Musik Menurut UU No 28 Tahun 2014 Tentang

Hak Cipta (Studi pada Beberapa Band di Kota Medan)” ini mengangkat tentang bentuk pelanggaran terhadap hak cipta di bidang lagu atau musik, perlindungan hukum terhadap hak ekonomi pencipta lagu dan pemegang hak terkait dan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pencipta lagu dan pemegang hak terkait terhadap pelanggaran hak cipta.

Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif yaitu jenis penelitian yang dilakukan secara tidak langsung terhadap objek yang diteliti dengan mengandalkan data dan informasi tentang hukum. Penelitian yuridis empiris yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diteliti melalui pengumpulan fakta, gagasan atau pendapat melalui kuisioner yang disebarkan kepada 30 anak band di Kota Medan. Skripsi ini bersifat deskriptif yang menyajikan, menggambarkan dan memaparkan mengenai gejala-gejala dan fakta-fakta yang terjadi di masyarakat.

Hasil penelitian dalam skripsi ini dapat diketahui bahwa hampir semua anak band di Kota Medan mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran Hak Cipta baik yang berupa pelanggaran hak moral dan hak ekonomi.Pada kenyataannya pelanggaran terhadap hak cipta masih banyak terjadi karena pelaksanaan Undang-Undang Hak Cipta yang dirasakan oleh anak band di Kota Medan masih belum terlaksana dengan baik dan benar serta kurangnya pemahaman akan pentingnya Hak Cipta. Fungsi Lembaga Manajemen Kolektif sebagai badan hukum yang dibentuk untuk melindungi hak ekonomi pencipta dan pemegang hak terkait dianggap belum memiliki andil yang besar. Upaya yang dapat dilakukan terhadap pelanggaran hak cipta adalah dengan upaya preventif dan juga upaya represif. Agar upaya tersebut dapat tercapai diharapkan pemerintah dan juga masyarakat berperan penting untuk mencegah dan mengatasi pelanggaran terhadap Hak Cipta. Kata Kunci : Perlindungan Hak Cipta , Hak Kekayaan Intelektual

1) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ** )Dosen Pembimbing I

***)

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasih dan karuni-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Skripsi ini merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Didorong dengan kenyataan ini,

maka akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini dengan judul :

“PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP HASIL KARYA LAGU atau MUSIK MENURUT UU NO 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA (Studi pada Beberapa Band di Kota Medan)”

Skripsi ini membahas tentang penerapan perlindungan hak cipta terhadap hasik karya lagu atau musik sesuai dengan ketentuan UU NO.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang ada di Indonesia khususnya di Kota Medan. Semoga

skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi masyarakat yang berkepentingan pada umumnya.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, namun dengan lapang hati penulis selalu menerima kritik, saran maupun masukan yang bersifat mendidik dan membangun dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(5)

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan I. 3. Syafruddin Hasibuan, SH.,MH.,DFM, selaku Wakil Dekan II.

4. Dr. OK. Saidin, SH.,M.Hum, selaku Wakil Dekan III sekaligus Dosen

Pembimbing I yang telah memberikan waktu, tenaga, dan arahannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan.

6. Ibu Aflah,S.H., M.Hum , selaku Dosen Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, arahan, dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum , selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan selama penulis berada dalam perkuliahan, serta seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang dengan dedikasinya dan pengabdiannya telah mendidik penulis selama menjadi Mahasiswa, dan Staff Administrasi yang telah membantu dalam pengurusan selama perkuliahan.

8. Teristimewa kepada Ayah dan Ibu saya Bapak Polmer Situmorang dan Ibu Ileven Simanjuntak yang selalu mendoakan, menyayangi, mengajari dan

mengasihi saya dengan sepenuh hati.

9. Terima kasih kepada kedua abang penulis Pranton Situmorang dan Nicholas Situmorang, yang selalu mendoakan, mendukung dan

(6)

10.Kepada sahabat-sahabat yang sangat penulis sayangi: Juliana, Pretty Angelina, Agnes Crista Siagian, Rosmei Yosephine, Irna Ariga Putri , Nio Romario. Terima kasih atas persahabatan kita, dorongan, doa, tangis dan

tawa, dan kesetiaannya baik dalam susah maupun senang.

11.Kepada sahabat sedari dulu di kampus yang sangat penulis sayangi

Christin Tobing dan Stephanie Situmorang. Terimakasih buat semua ketulusan, tangis dan tawanya.

12.Kepada sahabat Rika Anggita, Novi Sihaloho dan Mutiara Rizki yang

selalu ada dan sangat banyak membantu penulis selama perkuliahan dan saat penulisan skripsi ini,

13.Seluruh teman-teman terkhususnya Grup F Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang spesial di hati penulis dan seluruh teman-teman stambuk 2011 yang tidak dapat dituliskan satu persatu namanya di dalam

kata pengantar ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. 14.Kepada seluruh teman teman panitia natal khususnya panitia acara :

Tulus,Imel,Tika,Guntur,Tung Asido, Holly,Alex

15.Kepada seluruh teman-teman Charity Secret

16. Kepada seluruh teman teman anak band yang sudah berpartisipasi

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih buat kerjasamanya

17.Kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis selama ini,

(7)

Atas semua dukungan tersebut, kiranya Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmatNya dan balasan yang berlipat ganda.

Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput

dari kekurangan dan ketidaksempurnaan layaknya pribahasa tidak ada gading yang tidak retak, begitu pulalah skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun

guna menuju tulisan kearah yang lebih baik.

Penulis juga berharap kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperluas

cakrawala dan pengetahuan kita semua.

Medan, Juli 2015 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI………... v

ABSTRAK………... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belaka g………... 1

B. Permasalahan... 12

C. Tujuan Penelitian………... 12

D. Manfaat Penelitian………... 13

E. Metode Penelitian... 13

F. Sistematika Penulisan... 16

G. Keaslian Penulisan... 18

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL... 20

A. P e gertia Hak Kekayaa I telektual...……… 20

B. R uang Lingkup Hak Kekayaa I telektual…... 26

C. S istem Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual... 30

BAB III TINJAUAN UMUM HAK CIPTA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA ... 36

(9)

B. H

ak Cipta dan Hak-Hak yang Terkait dengan Hak Cipta... 45

C. H ak-Hak yang Tercakup dalam Hak Cipta... 53

D. P embatasan Hak Cipta... 59

E. P endaftaran serta Masa Berlaku Hak Cipta dan Hak Terkait... 62

BAB IV TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN HAK CIPTA PADA HASIL KARYA LAGU ATAU MUSIK... 68

A. L agu atau Musik sebagai Ciptaan yang Dilindungi... 68

B. B entuk-Bentuk Pelanggaran dan Ganti Rugi terhadap Pelanggaran Hak Cipta di Bidang Lagu atau Musik... 74

C. P erlindungan Hak Ekonomi Pencipta Lagu dan Pemegang Hak Terkait Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta... 84

(10)

ABSTRAK

Eviartyna S.C. Situmorang 1) Dr.OK.Saidin, SH, M.Hum **)

Aflah, SH, M.Hum ***)

Seni merupakan bagian dari kehidupan manusia yang perlindungan nya termasuk dalam aturan Hak Kekayaan Intelektual. Hak Cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual dan merupakan perangkat hukum yang memberikan perlindungan termasuk bagi karya musik atau lagu serta memberikan pengaturan bagi penggunaanya. Perlindungan terhadap hak cipta diatur dalam UU NO. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dalam suatu karya cipta melekat dua hak, yaitu hak ekonomi yaitu hak eksklusif yang di berikan kepada pencipta untuk memperoleh manfaat ekonomi dari karya ciptaannya dan hak moral adalah hak pengakuan terhadap hasil karya ciptaanya yang bersifat abadi. Industri musik atau lagu saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan menjadi komoditi industri yang bernilai tinggi. Hal ini yang menyebabkan banyaknya

terjadi pelanggaran di bidang lagu atau musik. Skripsi yang berjudul “Perlindungan Hak

Cipta Terhadap Hasil Karya Lagu atau Musik Menurut UU No 28 Tahun 2014 Tentang

Hak Cipta (Studi pada Beberapa Band di Kota Medan)” ini mengangkat tentang bentuk pelanggaran terhadap hak cipta di bidang lagu atau musik, perlindungan hukum terhadap hak ekonomi pencipta lagu dan pemegang hak terkait dan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pencipta lagu dan pemegang hak terkait terhadap pelanggaran hak cipta.

Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif yaitu jenis penelitian yang dilakukan secara tidak langsung terhadap objek yang diteliti dengan mengandalkan data dan informasi tentang hukum. Penelitian yuridis empiris yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diteliti melalui pengumpulan fakta, gagasan atau pendapat melalui kuisioner yang disebarkan kepada 30 anak band di Kota Medan. Skripsi ini bersifat deskriptif yang menyajikan, menggambarkan dan memaparkan mengenai gejala-gejala dan fakta-fakta yang terjadi di masyarakat.

Hasil penelitian dalam skripsi ini dapat diketahui bahwa hampir semua anak band di Kota Medan mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran Hak Cipta baik yang berupa pelanggaran hak moral dan hak ekonomi.Pada kenyataannya pelanggaran terhadap hak cipta masih banyak terjadi karena pelaksanaan Undang-Undang Hak Cipta yang dirasakan oleh anak band di Kota Medan masih belum terlaksana dengan baik dan benar serta kurangnya pemahaman akan pentingnya Hak Cipta. Fungsi Lembaga Manajemen Kolektif sebagai badan hukum yang dibentuk untuk melindungi hak ekonomi pencipta dan pemegang hak terkait dianggap belum memiliki andil yang besar. Upaya yang dapat dilakukan terhadap pelanggaran hak cipta adalah dengan upaya preventif dan juga upaya represif. Agar upaya tersebut dapat tercapai diharapkan pemerintah dan juga masyarakat berperan penting untuk mencegah dan mengatasi pelanggaran terhadap Hak Cipta. Kata Kunci : Perlindungan Hak Cipta , Hak Kekayaan Intelektual

1) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ** )Dosen Pembimbing I

***)

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dan seni adalah dua hal yang sangat erat terkait satu sama lain. Dalam kehidupannya manusia tidak pernah terlepas dari seni. Seni adalah

ungkapan batin manusia berupa ide ataupun gagasan yang diwujudkan dalam sebuah karya. Bentuk karya tersebut dapat berwujud rupa, suara maupun gerakan. Seni juga dapat berwujud benda yang memiliki nilai keindahan di dalamya baik

penglihatan maupun pendengaran.

Menurut penjelasan pada alinea pertama Undang-Undang NO.19 Tahun

2002 tentang Hak Cipta, Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya. Hal itu sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa, dan agama yang secara keseluruhan

merupakan potensi nasional yang perlu dilindungi. Kekayaan seni dan budaya itu merupakan salah satu sumber dari karya intelektual yang dapat dan perlu

dilindungi oleh undang-undang. Kekayaan itu tidak semata-mata untuk seni dan budaya itu sendiri, tetapi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan di bidang perdagangan dan industri yang melibatkan para Penciptanya. Dengan

demikian, kekayaan seni dan budaya yang dilindungi itu dapat meningkatkan kesejahteraan tidak hanya bagi para Penciptanya saja, tetapi juga bagi bangsa dan

Negara.

(12)

atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar. Hasil kerjanya itu berupa benda immaterial. Benda tidak berwujud, misalnya karya cipta lagu. Untuk menciptakan

alunan nada (irama) diperlukan pekerjaan otak.2

Seorang pencipta berhak untuk mendapatkan penghargaan atas kemampuan intelektualnya. Inilah yang menjadi dasar dari konsepsi Hak

Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Right). Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut HKI merupakan hak yang lahir karena hasil kreativitas

intelektual manusia. Pada hasil kreativitas intelektual itu melekat dua hak, yaitu hak ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi adalah hak eksklusif yang diberikan

kepada pencipta untuk memperoleh manfaat ekonomi dari karya ciptaannya, dan hak moral adalah hak pengakuan terhadap hasil karya ciptaanya yang bersifat

abadi.

Zaman modern seperti sekarang ini perkembangan di bidang perdagangan, industri, dan investasi telah sedemikian pesat, sehingga memerlukan peningkatan

perlindungan bagi Pencipta dan Pemilik Hak Terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas. Pencipta dan Pemegang hak terkait memerlukan perlindungan karena tidak semua orang dapat mampu melahirkan dan

mewujudkan suatu karya seni dari hasil pemikiranya dan perasaannya sendiri. Hanya orang yang mampu menghasilkan ciptaan yang bersifat khas dan pribadilah

yang dapat memperoleh hak eksklusif oleh Hak Kekayaan Intelektual.

(13)

Secara historis, Hak Kekayaan Intelektual pertama kali diUndang-Undangkan di Venice, Italia dimana terdapat masalah yang menyangkut tentang paten pada tahun 1470. Caxton, Galileo dan Guttenberg tercatat sebagai

penemu-penemu yang muncul dimasa itu dan mempunyai hak monopoli atas penemu-penemuan mereka. Awalnya, hak monopoli tersebut diberikan langsung kepada penerbit

untuk menjual karya cetak. Saat peraturan hukum tentang copyright mulai diundangkan pada tahun 1710 dengan Statute of Anne di Inggris, hak monopoli tersebut diberikan ke pengarang, bukan penerbit. Peraturan tersebut juga

mencakup perlindungan kepada konsumen yang menjamin bahwa penerbit tidak dapat mengatur penggunaan karya cetak tersebut setelah transaksi jual beli

berlangsung. Selain itu, peraturan tersebut juga mengatur masa berlaku hak

eksklusif bagi pemegang copyright, yaitu selama 28 tahun, yang kemudian setelah

itu karya tersebut menjadi milik umum.3

Hak monopoli yang dimaksud di sini adalah hak eksklusif atas suatu temuan atau hasil karya seseorang, sehingga haknya bisa dilindungi dari

penjiplakan atau pencurian ide oleh orang lain. Hukum-hukum tentang paten tersebut kemudian diadopsi oleh kerajaan Inggris di jaman TUDOR tahun 1500-an d1500-an kemudi1500-an lahir hukum mengenai paten pertama di Inggris yaitu Statute of

Monopolies (1623). Amerika Serikat baru mempunyai Undang-Undang paten

tahun 1791. Upaya harmonisasi dalam bidang Hak Kekayaan Intelektual pertama

kali terjadi tahun 1883 dengan lahirnya Paris Convention untuk masalah paten,

(14)

merek dagang dan desain. Kemudian Berne Convention 1886 untuk masalah copyright atau hak cipta.4

Dua konvensi ini menjadi tonggak awal penyelarasan dan pengaturan hak

kekayaan intelektual secara lebih terstruktur dan kompleks seperti masalah hak paten, merek dagang dan desain industri sampai dengan masalah hak cipta suatu ide dan sebuah karya yang sudah jadi. Untuk menangani dan mengurus hal hal

yang berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual dibentuklah lembaga internasional yang diberi nama World Intellectual Property Organization

(WIPO).5

Permasalahan Hak Kekayaan Intelektual telah masuk kedalam Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi

Perdagangan Dunia) yang salah satu bagiannya adalah perumusan mengenai aspek-aspek perdagangan Hak Kekayaan Intelektual yang dikenal sebagai

Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan

tentang Aspek-Aspek Dagang dan Hak-hak Kekayaan Intelektual) atau TRIP‟s

Agreement tahun 1994. Perjanjian TRIP‟s di maksudkan untuk menyeragamkan

perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (asing) di suatu Negara.6

Hak Kekayaan Intelektual bukan merupakan suatu hal yang baru dalam

sistem hukum di Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, pengakuan terhadap karya intelektual sudah ada, tetapi hanya berupa pengakuan secara

4 http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/135803-T%2027985-Tarik%20menarik-Metodologi.pdf , diakses pada tanggal 25 Mei 2015 Pukul 11.08

5 Ibid.

(15)

moral dan etika. Tidak ada peraturan dan norma secara tertulis terhadap suatu karya intelektual.

Seiring dengan berkembangnya zaman, dunia semakin lama semakin

sempit. Teknologi komunikasi telah menciptakan kemudahan dalam berinteraksi antarmanusia tanpa kendala jarak dan waktu. Melalui media radio, televisi, dan kemudian internet, orang bisa menyaksikan kejadian yang terjadi dibelahan bumi

lain. Pertukaran tradisi, kebiasaan, dan adat istiadat antar Negara berlangsung dengan cepat. Gaya hidup, fashion, perkawinan antara ras satu dengan ras yang

lain kemudian menciptakan kebudayaan baru yang disebut budaya modern. Indonesia sebagai bagian dari dunia juga tidak bisa lepas dari adanya pengaruh

budaya modern. Budaya modern inilah yang mendorong lahirnya perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual di Indonesia.7

Perlindungan hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, diatur

dengan berbagai peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang NO. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menggantikan Undang-Undang No 19 Tahun

2002, Undang-Undang NO. 14 Tahun 2001 tentang Paten, Undang-Undang NO. 15 Tahun 2001 tentang Merek, dan perundang-undangan HKI lainnya seperti Undang-Undang NO. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman,

Undang-Undang NO. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, Undang-Undang NO. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

Dalam Undang-Undang Hak Cipta pada alinea pertama penjelasan,

menyebutkan bahwa di tingkat Internasional, Indonesia telah ikut serta menjadi

(16)

anggota dalam Agreement Establishing the World Trade Organization

(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan tentang Aspek-Aspek

Dagang Hak Kekayaan Intelektual) yang selanjutnya disebut TRIP‟s, melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Selain itu, Indonesia juga telah

meratifikasi Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works

(Konvensi Bern tentang Pelindungan Karya Seni dan Sastra) melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan World Intellectual Property Organization

Copyright Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO) yang selanjutnya disebut WCT,

melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997, serta World Intellectual

Property Organization Performances and Phonograms Treaty (Perjanjian

Karya-Karya Pertunjukan dan Karya-Karya-Karya-Karya Fonogram WIPO) yang selanjutnya disebut

WPPT, melalui Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2004.

Secara garis besar, Hak Kekayaan Intelektual dibagi menjadi dua, hak cipta dan hak kekayaan industri. Hak cipta terdiri dari ilmu pengetahuan, seni dan

sastra. Hak kekayaan industri terdiri dari paten, merek, desain industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST), rahasia dagang dan perlindungan varietas tanaman. Hak cipta, paten, merek, desain industri, Desain Tata Letak Sirkuit

Terpadu (DTLST) dan rahasia dagang berada dibawah Departemen Hukum dan HAM (Depkumham) sedangkan varietas tanaman berada di bawah Departemen

Pertanian.8

8

(17)

Hak Cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang memiliki ruang lingkup objek dilindungi paling luas, karena mencakup ilmu pengetahuan, seni dan sastra (art and literary) yang didalamnya mencakup pula

program komputer.

Perkembangan ekonomi kreatif adalah salah satu andalan Indonesia dan Negara lain di dunia untuk meningkatkan perekonomian negara. Perkembangan

pesat teknologi informasi dan komunikasi mengharuskan adanya pembaruan Undang-Undang Hak Cipta, mengingat Hak Cipta menjadi hal terpenting dari

ekonomi kreatif nasional. Melalui Undang-Undang Hak Cipta yang memenuhi unsur perlindungan dan pengembangan ekonomi kreatif ini maka diharapkan

kontribusi sektor Hak Cipta dan Hak Terkait bagi perekonomian negara dapat lebih optimal.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi salah

satu variabel dalam Undang-Undang tentang Hak Cipta mengingat teknologi informasi dan komunikasi disatu sisi memiliki peran strategis dalam

pengembangan Hak Cipta. Di sisi lain dapat pula menjadi alat untuk melakukan pelanggaran hukum di bidang Hak Cipta. Pengaturan yang proporsional sangat diperlukan agar fungsi positif dapat dioptimalkan dan dampak negatifnya dapat

diminimalkan.

Menurut Pasal 1 Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dinyatakan bahwa “Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara

(18)

bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Hak Cipta tidak hanya melindungi hak pencipta saja namun juga

memberikan perlindungan terhadap hak kepada Pelaku pertunjukan, Produser rekaman dan juga lembaga penyiaran. Ide dasar sistem hak cipta adalah untuk melindungi wujud hasil karya yamg lahir dari kemampuan intelektual manusia

yang merupakan endapan perasaannya. Hak cipta merupakan hak kebendaan yang bersifat absolut dimana sebagai hak absolut maka hak itu pada dasarnya dapat

dipertahankan terhadap siapapun, dan yang memegang hak tersebut dapat menuntut tiap pelanggaran yang dilakukan oleh pihak manapun juga9.

Ciptaan yang dilindungi dalam Hak Cipta meliputi ciptaan dalam bidang

ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Menurut Pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Hak Cipta, terdiri atas:

a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya;

b. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

d. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,

kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; g. Karya seni terapan;

h. Karya arsitektur; i. Peta;

j. Karya seni batik atau seni motif lain; k. Karya fotografi;

l. Potret;

m. Karya sinematografi;

(19)

n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;

p. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya;

q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli;

r. Permainan video; dan s. Program Komputer.

Seluruh hasil karya diatas tidak dapat di lindungi oleh hak cipta apabila belum ada wujud nyata dari hasil karya tersebut, serta setiap ide, metode, konsep,

prinsip walaupun telah dinyatakan ataupun juga alat, benda ataupun sebuah produk yang diciptakan untuk kebutuhan manusia yang berdasarkan bentuknya

memiliki kegunaan dan fungsi tertentu.

Musik dan lagu adalah bagian dari suatu karya cipta yang termasuk ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta. Secara etimologi musik dan lagu memiliki

perbedaan arti.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia musik merupakan ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal

untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan

kesinambungan sedangkan lagu merupakan ragam suara yang berirama (dalam

bercakap-cakap, bernyanyi, membaca, dan lain lain.), atau nyanyian.10

Pekembangan seni musik di Indonesia sudah tergolong tua. Pada waktu

orang Hindu datang ke Jawa pada abad ke-4, mereka telah menemukan bermacam-macam alat musik. Pada relief candi Borobudur terdapat alat-alat

(20)

musik lokal maupun yang di import dari India. Bahwa seni musik di Jawa sejak dulu telah mendapat suatu penghargaan tinggi dapat disimpulkan dari banyaknya gambar alat musik dalam relief-relief dari zaman itu dan dari naskah-naskah kuno

yang tidak jarang bertuliskan nama alat musik.11

Industri musik atau lagu saat ini tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Karena didorong oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, karya lagu atau musik telah menjadi komoditi inidustri yang bernilai tinggi, baik secara estetis maupun ekonomis. Teknologi elektronik, di samping

mampu meningkatkan nilai estetika karya lagu atau musik melalui alat-alat musik elektrik, juga mempermudah orang dalam menikmati lagu dan music melalui

kaset dan CD (Compact Disk). Melalui perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, seperti radio, televisi, internet, dan lain-lain, karya lagu dan musik telah

menyebar luas melampaui batas ruang dan waktu12

Pengaturan perlindungan Ciptaan musik di Indonesia adalah sejak berlakunya Auteurswet 1912 (stb. 1912 NO.600) 23 September 1912 pada masa

pemerintahan Hindia-Belanda. Setelah Indonesia merdeka dan Undang-Undang Hak Cipta bersifat nasional dibentuk pertama kali tahun 1982, yang mengalami perubahan beberapa kali. Ciptaan musik tetap tercantum sebagai ciptaan yang

dilindungi oleh hak cipta.13

Dalam Konvensi Bern (Bern Convention for the Protection of Literary and Artistic Works), diresmikan pada 9 September 1886 di Bern, ibukota Switzerland

11

http://sejarahmu5ik.blogspot.com/2012/11/sejarah-musik.html, di akses pada tanggal 30 Mei 2015 Pukul 20.06

12 Otto Hasibuan, Op. Cit, Hal. 14. 13

(21)

dan telah direvisi dan disempurnakan beberapa kali, telah dimasukkan karya musik sebagai salah satu ciptaan yang dilindungi. Sesudah itu, Negara-negara didunia, baik yang menjadi anggota konvensi Bern maupun yang bukan anggota

memberikan perlindungan kepada hak pencipta karya musik.14

Musik dan lagu dapat diciptakan oleh siapa saja tanpa memandang asal, golongan, umur atau apapun juga. Seperti yang kita ketahui Medan sebagai salah

satu kota seni juga banyak menghasilkan grup-grup band lokal dengan berbagai jenis musik baik itu musik klasik, musik tradisional, musik popular seperti musik

jazz, blues, gospel, pop, rock dan lain sebagainya.

Band-band lokal di kota Medan muncul dari berbagai kalangan baik itu pelajar, mahasiswa bahkan orang dewasa. Namun tidak semua dari mereka

mengetahui tentang hak cipta dan hak hak yang melekat didalamnya. Pengetahuan yang sedikit tentang hak cipta inilah yang dapat merugikan pencipta dan

pemegang hak terkait khususnya band lokal kota Medan.

Dalam Perkembangannya terdapat suatu fenomena dalam industri musik di Indonesia yakni plagiat ataupun penjiplakan yang dapat merugikan pencipta dan

memberikan keuntungan bagi orang yang melakukan penjiplakan tersebut. Penjiplakan ini hanyalah salah satu dari fenomena pelanggaran yang terjadi di

bidang hak cipta untuk itulah terhadap hak cipta yang telah memenuhi syarat peaturan perundang undangan perlu dilakukan pendaftaran hak cipta baik itu

terhadap lagu atau musik maupun hasil karya cipta lainnya.

14

(22)

Pendaftaran adalah kegiatan pemeriksaan dan pencatatan setiap HKI oleh pejabat pendaftaran dalam buku daftar berdasarkan permohonan pemilik untuk tujuan memperoleh kepastian status kepemilikan dan perlindungan hukum. Bukti

dari pendaftaran adalah diberikannya sertifikat HKI. Melalui proses pendaftaran HKI akan mendapatkan pengakuan. Namun demikian, untuk hak cipta tidak

diharuskan melakukan pendaftaran karena hak cipta dapat diperoleh melalui pengakuan hak. Ciptaan yang didaftarkan akan memperoleh kepastian hukum dan perlindungan hukum, tetapi ciptaan yang tidak didaftarkan tetap dilindungi

asalkan pencipta dapat membuktikan bahwa dialah pencipta yang sebenarnya bila ada pihak lain yang mengakui ciptaan tersebut.15

Suatu ciptaan tidak bisa didaftarkan apabila ciptaan-ciptaan itu tidak original, diluar dari ilmu pengetahuan, seni dan sastra dan ciptaan yang masih berupa ide, dan ciptaan yang sudah merupakan milik umum. Undang-Undang Hak

cipta adalah dasar atau payung hukum bagi pencipta dan pemegang hak terkait dalam melindungi hasil ciptaannya.

B. PERMASALAHAN

1. Bagaimana bentuk pelanggaran terhadap hak cipta di bidang lagu atau musik?

15

(23)

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak ekonomi pencipta lagu dan pemegang hak terkait menurut hukum hak cipta di Indonesia?

3. Bagaimana bentuk upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pencipta lagu dan pemegang hak terkait terhadap pelanggaran hak

cipta?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran terhadap hak cipta di bidang lagu atau musik.

2. Untuk mengetahui sejauh mana pelindungan hukum terhadap

hak ekonomi pencipta lagu dan pemegang hak terkait menurut hukum hak cipta di Indonesia.

3. Untuk mengetahui upaya hukum apa yang dapat dilakukan oleh Pencipta lagu dan pemegang hak terkait terhadap pelanggaran

hasil karya cipta musik atau lagu buatan mereka.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Manfaat teoritis, Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi bahan pemikiran untuk menambah pengetahuan hukum tentang hak cipta serta khususnya tentang hak cipta lagu atau musik

(24)

perlindungan hak cipta terhadap hasil karya lagu atau musik serta dapat menjadi sumber pengetahuan bagi pencipta musik atau lagu untuk dapat memperoleh hak yang seharusnya diterima.

E. METODE PENELITIAN

Metode penelitian hukum adalah prosedur atau cara yang dilakukan

dalam melakukan penelitian hukum.16

Dalam penulisan skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Ada dua jenis penelitian hukum yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian

hukum empiris. Hal tersebut sesuai dengan yang di kemukakan Soerjono Soekanto bahwa:

“Penelitian hukum itu berdasarkan tujuannya terdiri atas yang pertama, Penelitian

hukum normative, yang mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi

hukum, penelitian sejarah hukum, dan penelitian perbandingan hukum.Kedua, Penelitian hukum sosiologis atau empiris, yang mencakup, penelitian terhadap

identifikasi hukum dan penelitian efektivitas hukum.”17

16

M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, Jakarta, PT. RajaGrafindo

Persada, 2007, hal. 22

(25)

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan jenis penelitian hukum normatif yaitu sebuah bentuk atau jenis penelitian yang dilakukan secara tidak langsung terhadap objek yang diteliti dengan

mengandalkan data dan informasi tentang hukum, baik bahan hukum pimer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier.

Penulis juga melakukan penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang

dilakukan secara langsung terhadap objek yang diteliti dengan mengandalkan data khusus melalui pengumpulan fakta, gagasan atau pendapat dari sejumlah orang

atau masyarakat yang kemudian data ini dipergunakan untuk menguji kebenaran dari suatu peraturan perundang-undangan, teori dan konsep melaui kenyataan di

dalam praktek.

2. Jenis data dan bahan hukum

Dalam penelitian hukum terdapat dua jenis data yang di perlukan.Jenis

data yang pertama adalah data primer dan data kedua yaitu data sekunder.18

Sepanjang yang hendak di teliti adalah perilaku hukum dari warga masyarakat, maka warga masyarakat harus di teliti secara langsung, sehingga

yang di pergunakan adalah data primer atau data dasar. Dalam penelitian hukum, di pergunakan pula data sekunder, dari sudut kekuatan mengikatnya di golongkan

dalam :

1. Bahan Hukum Primer :

a. Norma atau kaedah dasar b. Peraturan dasar

18

(26)

c. Peraturan perundang-undangan d. Traktat

2. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelesan mengenai

bahan hukum primer, misalnya rancangan Undang-Undang, hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya.

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan seterusnya.19

Pada skripsi ini menggunakan bahan hukum baik primer, sekunder

maupun bahan tersier. Bahan hukum primer yang di gunakan antara lain peraturan

perundang-undangan yang mengenai perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dan Hak Cipta misalnya Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Bahan Hukum sekundernya meliputi

jurnal, makalah dan hasil penelitian dan karya dari kalangan hukum lainnya. Bahan hukum tersier dari kamus serta ensiklopedia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penulisan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan

data sebagai berikut :

a. Dalam penelitian Hukum Normatif dilakukan dengan studi pustaka

terhadap bahan hukum primer, sekunder dan tersier, yaitu dapat dilakukan dengan membaca, mendengar maupun penelurusan di internet.

19

(27)

b. Dalam penelitian Hukum Empiris dapat di lakukan dengan 3 teknik yaitu wawancara, kuesioner dan observasi.20

Penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan penelitian Hukum

normative dengan cara melakukan studi kepustakaan serta penelitian hukum empiris dengan menggunakan kuesioner dan observasi pada 30 anak band di kota

Medan.

4. Analisa

Analisa pendekatan penelitian ini menggunakan jenis pendekatan

kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan mendasarkan pada data-data yang dinyatakan responden secara lisan atau tulisan, dan juga

perilakunya yang nyata, diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh21

Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data22

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibuat secara teliti, sistematis, tegas dan jelas agar memberikan

kemudahan dalam membaca, memahami makna dan dapat pula memperoleh manfaatnya serta dapat di jadikan bahan pemikiran dari yang membaca skripsi ini.

Keseluruhan penulisan skripsi ini merupakan satu kesatuan yang sangat berhubungan antara satu dengan yang lainnya yang menjadi suatu bahan pertimbangan keilmuan. Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah :

20

Fajar Mukti dan Achmad Yulianto, Op.Cit, Hal. 168-170. 21 Soerjono Soekanto , Op.Cit, Hal. 52

(28)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang dipilihnya penulisan judul skripsi ini serta uraian permasalahan

yang akan diteliti berdasarkan latar belakang yang sudah penulis uraikan dilanjutkan dengan tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan serta keaslian penulisan

dari skripsi ini.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Pada bab II penulis membahas pengertian hak kekayaan intelektual

menurut hukum dan menurut peraturan perundang-undangan, selanjutnya menjelaskan mengenai ruang lingkup hak kekayaan intelektual dan sistem pendaftaran hak kekayaan intelektual

menurut peraturan perundang undangan.

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

Dalam bab ini penulis menjabarkan tentang pengertian hak cipta dan filosofi hak cipta, pengaturan hak cipta di Indonesia dan hak

hak yang terkait dengan hak cipta. Pada bab ini penulis juga membahas mengenai hak hak apa saja yang tercakup dalam hak

(29)

BAB IV : TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN HAK CIPTA PADA HASIL KARYA LAGU ATAU MUSIK

Pada bab ini penulis membahas mengenai penelitian yang

dilakukan guna mendukung penulisan skripsi ini yaitu membahas syarat musik dan lagu yang dapat dilindungi, bentuk-bentuk pelanggaran dari karya cipta serta ganti rugi terhadap pelanggaran

tersebut dan perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap hak ekonomi pencipta lagu serta pemegang hak terkait dan apa saja

upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pencipta dan pemegang hak terkait apabila tejadi pelanggaran hak cipta menurut

Undang-Undang NO.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

a. Bab V : Penutup

Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan

diperoleh berdasarkan uraian dan penjelasan secara keseluruhan dari bab-bab terdahulu. Sedangkan saran-saran merupakan usul dari

penulis terhadap topik yang dibahas

G. Keaslian Penulisan

Skripsi yang berjudul Perlindungan Hak Cipta Terhadap Hasil Karya Lagu

atau Musik Menurut Undang-Undang NO. 28 Tahun 2014 (studi pada Beberapa Band di Kota Medan), merupakan hasil karya dan ide penulis sendiri tanpa ada

(30)

dari berbagai pihak. Dalam penulisan skrispsi ini dituangkan segala pemikiran dan pendapat penulis dengan kelayakan dan menjamin skripsi ini belum ada yang menulis sebelumnya.Serta sesuai surat bebas pustaka yang sudah di keluarkan

Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara yang menunjukan bahwa tidak ada judul skripsi yang sama dengan skripsi penulis.

Adapun judul yang mirip dengan penulisan skripsi ini ialah:

Nama Penulis : Widya Tresna Sinambela

Judul Skripsi : Perlindungan Hukum atas Hak Cipta Karya Musik dan Lagu

(Putusan Pengadilan Niaga No. 02/Hak Cipta/2005/PN.Niaga/Mdn)

(31)

BAB 2

TINJAUAN UMUM HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

A. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual

Hak kekayaan intelektual adalah suatu sistem yang melekat pada tata

kehidupan modern. Istilah Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan terjemahan dari istilah Intellectual Property Rights (Bahasa Inggris) dalam sistem hukum Anglo Saxon. Sedangkan istilah Hak Atas Milik Intelektual (HaKI) merupakan

terjemahan dari istilah Intellectuele Eigendomsrecht (BahasaBelanda) dalam sistem hukum Kontinental.23

HKI atau juga dikenal dengan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) merupakan terjemahan atas istilah Intellectual Property Right (IPR). Istilah tersebut terdiri dari tiga kata kunci, yaitu Hak, Kekayaan, dan Intelektual.

Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun dijual. Adapun Kekayaan Intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil

produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur, dan seterusnya. Terakhir, Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) merupakan hak-hak (wewenang/kekuasaan) untuk berbuat

sesuatu atas kekayaan intelektual tersebut, yang diatur oleh norma-norma atau hukum-hukum yang berlaku.24

23 Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia , Bandung , Pustaka Bani Quraisy, 2004, Hal. 1.

24

(32)

Pertama kalinya yakni pada tanggal 20 Maret 1883 di Paris, Perancis, Negara-negara didunia berhasil menyepakati perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual yang bersifat internasional, yakni dengan disahkannya Paris

Convention or the Protection of Industrial Property (dinamakan pula dengan

Paris Union atau Paris Convention). Pada Prinsipnya, Paris Convention ini

mengatur tentang perlindungan hak milik perindustrian yang meliputi hak

penemuan atau paten (inventions atau patents), model dan rancang bangun (utility models), desain industri (industrial design), merek dagang (trademarks), merek

jasa (service mark), dan persaingan curang (unfair competition). Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1886 menyusul kesepakatan perlindungan hak cipta yakni

dengan disahkannya Bern Convention for the Protection of Literay and Artistic Works. Pada dasarnya yang diatur dalam The Bern Convention ini menyangkut

karya kesusasteraan dan kesenian (literary and artistic works) yang meliputi pula

semua karya yang dihasilkan dalam bidang kesusasteraan, kesenian, dan ilmu pengetahuan.25

Hak kekayaan intelektual merupakan konsep yang relatif baru bagi sebagian besar Negara, terutama negara berkembang. Pada ujung abad ke 20 dan awal abad ke 21 tercapai kesepakatan Negara-negara untuk mengangkat konsep

hak kekayaan intelektual kearah kesepakatan bersama dalam wujud Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO Agreement).26

Sebelum terbentuknya WTO masalah hak kekayaan intelektual dalam dimensi internasional berada dibawah administrasi World Intellectual Property

25 Otto Hasibuan., Op.Cit, Hal. 22-23.

(33)

Organization (WIPO). Pembentukannya dilakukan pada tanggal 14 Juli 1967 di

Stockholm berdasarkan Convention Establishing the World Intellectual Property

Organizations.27

Salah satu bagian dari Agreement Establishing the World Trade

Organization adalah perumusn mengenai aspek-aspek perdagangan hak kekayaan

intelektual yang dikenal sebagai Agreement on Trade Related Aspects of

Intellectual Property Rights atau TRIP‟s greement tahun 1994. Perjanjian

TRIP‟s dimaksudkan untuk menyeragamkan perlindungan hak kekayaan

intelektual (asing) di suatu negara.28

Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hal yang baru dalam sistem hukum di Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat pengakuan terhadap karya

intelektual sudah ada, tetapi hanya berupa pengakuan secara moral dan etika. Masyarakat Indonesia pada dasarnya merupakan suatu komunitas yang komunal

dengan tingkat kebersamaan yang tinggi, sehingga ha-hak individu meskipun ada masih kalah oleh kepentingan bersama. Hak-hak individu tetap dihormati, tetapi

pengaturannya sebatas pada aturan dan norma yang tidak tertulis.29

Namun sejak Indonesia meratifikasi Paris Convention pada tahun 1979 dengan diubahnya Keputusan Presiden NO.24 Tahun 1979 dengan Keputusan

Presiden NO. 15 tahun 1997. Indonesia telah ikut serta sebagai Negara anggota WTO sehingga harus tunduk pada ketentuan WTO yang mencakup Perjanjian TRIPs. Pembentukan TRIPs sebagai instrument hukum pengelolaan hak kekayaan

intelektual dunia sebenarnya tidak lepas pelaksanaan Uruguay Round tahun 1990.

27 Ibid., Hal. 6

28 Otto hasibuan., Op.Cit, Hal. 24. 29

(34)

Kanada sebagai salah satu anggota General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) secara formal mengusulkan pembentukan suatu badan perdagangan

internasional. Usul ini ditanggapi positif oleh anggota GATT.30

The Agreement on Trade-Related Aspect of Intellectual Property Rights

(TRIPS) adalah salah satu perjanjian multilateral terpenting berkaitan dengan hak

kekayaan intelektual, Agreement ini mulai berlaku 1 Januari 1995, Indonesia

telah meratifikasinya dan berkewajiban melaksanakah dan berlaku sejak tahun 2000. Indonesia meratifikasi TRIP,s melalui Undang-Undang NO. 7 tahun 1994,

dan sebagai konsekuensi keikutsertaannya, maka Indonesia berkewajiban mengharmoniskan sistem hukum Hak Kekayaan Intelektualnya sesuai dengan

standard- standard yang ditetapkan TRIPs.31

Dalam pengertian luasnya intellectual property meliputi32:

1) Karya karya kesusasteraan, kesenian dan ilmu pengetahuan (literary,

artistic and scientific works).

2) Pertunjukan oleh para artis, kaset dan penyiaran audio visual

(performances of performing artist, phonograms and broadcasts).

3) Penemuan teknologi dalam semua bidang usaha manusia (invention in all

fields of human endeavor).

4) Penemuan ilmiah (scientific discoveries). 5) Penemuan industri (scientific design).

30

Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar, Edisi revisi ke-4, , Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2005, Hal. 48.

31 http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-412-bab2new.pdf, diakses pada tanggal 17 April 2015 Pukul 20:18

32

(35)

6) Merek dagang, nama usaha dan penentuan komersial (trademarks, service marks, and commercial names and designations).

7) Perlindungan terhadap persaingan tidak sehat (protection against unfair

competition).

8) Segala hak yang timbul dari kemauan intelektualitas manusia di bidang

industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau kesenian (all other resulting from intellectual activity in industrial, scientific, literary or

artistic fields).

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual memberikan pengertian bahwa hak kekayaan intelektual, atau disingkat “HKI” atau akronim “HaKI”,

adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu

produk atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya Hak kekayaan

intelektual adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu

kreativitas intelektual. Obyek yang diatur dalam Hak kekayaan intelektual adalah

karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.33

Secara substantif, pengertian Hak kekayaan intelektual dapat di

deskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan

intelektual manusia. Hak kekayaan intelektual dikategorikan sebagai hak atas kekayaan mengingat Hak kekayaan intelektual berupa; pengetahuan, seni, sastra,

teknologi dimana dalam mewujudkannya membutuhkan tenaga, waktu, biaya dan pikiran. Adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya intelektual tersebut menjadi memiliki nilai. Apabila ditambah dengan manfaat ekonomi yang melekat

33Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual,

(36)

nmenumbuhkan konsepsi kekayaan (property) terhadap karya-karya intelektual tadi34

Menurut OK. Saidin, Hak Kekayaan Intelektual itu adalah hak kebendaan,

hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar.Hasil Kerjanya itu berupa benda immaterial. Benda tidak berwujud. Misalnya karya cipta lagu. Untuk menciptakan

alunan nada (irama) diperlukan pekerjaan otak. Hasil kerja otak itu kemudian dirumuskan sebagai intelektualitas. Tidak semua orang mampu mempekerjakan

otak secara maksimal. Hanya orang yang m mpu mempekerjakan otaknya sajalah yang mampu menghasilkian hak kebendaan yang di sebut sebagai intellectual

property rights35

Dari pendapat tersebut dapat kita ketahui bahwa didalam hak kekayaan intelektual melekat hak kebendaan. Menurut sistem hukum perdata, hukum

mengenai harta kekayaan meliputi hukum kebendaan dan hukum perikatan. Intelectual Property Rights merupakan kebendaan inmmateriil yang juga menjadi

obyek hak milik sebagaimana diatur dalam hukum kebendaan.

Terdapat tiga jenis benda yang dapat dijadikan kekayaan atau hak milik yaitu36 :

a. Benda bergerak seperti emas , perak, kopi, teh, alat elektronik, peralatan

telekomunikasi dan sebagainya

b. Benda tidak bergerak seperti tanah, rumah, toko dan pabrik

34Budi Agus Riswandi dan M.Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Jakarta, Pt.RajaGrafindo Persada, 2004, Hal.31.

35 Ok.Saidin, Op.Cit, Hal.9.

(37)

c. Benda tidak berwujud seperti paten, merek dan hak cipta

Dalam Burgerlijk Wetboek (BW) pengaturan tentang benda diatur dalam buku II. Istilah zaak (benda) dipakai dalam dua arti yaitu pertama dalam arti

barang yang berwujud yang kedua dalam bagian dari harta kekayaan. Merujuk pada ketentuan dalam Pasal 499 KUHPerdata disebutkan bahwa menurut paham

Undang-Undang yang dinamakan kebendaan ialah tiap tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai hak milik. Dan jenis-jenis benda pada Pasal 503 yakni

kebendaan adalah berwujud dan tidak berwujud.

Berdasarkan ketentuan Pasal 499 KUH Perdata tersebut benda tak berwujud itu disebut hak. Hal ini sejalan dengan pendapat Abdulkadir

Muhammad yang mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan barang

(tangilable good) adalah benda material yang ada wujudnya karena dapat dilihat dan diraba, misalnya kendaraan, sedangkan yang dimaksud dengan hak

(intangible good) adalah benda immaterial yang ada, tidak ada wujudnya karena tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya Hak kekayaan intelektual.37

Baik benda berwujud maupun tidak berwujud (hak) dapat menjadi objek hak . Hak atas benda berwujud disebut hak absolut atas suatu benda, sedangkan hak atas benda tak berwujud disebut hak absolut atas suatu hak, dalam hal ini

adalah Hak kekayaan intelektual.38

B. Ruang Lingkup Hak Kekayaan Intelektual

37

Abdulkadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1994, Hal. 75.

38

(38)

Secara garis besar, Hak Kekayaan Intelektual dibagi menjadi dua bagian yaitu39:

1) Hak Cipta dan Hak-hak yang terkait dengan Hak Cipta

Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Hak Terkait pada hak cipta adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta yang merupakan hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan,

produser fonogram, atau lembaga Penyiaran. Pengaturan hukum tentang Hak Cipta saat ini terdapat dalam Undang-Undang NO. 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta.

2) Hak Kekayaan Industri terdiri dari40 : 1. Paten

Pengaturan paten terdapat dalam Undang-Undang NO. 14 Tahun 2001 tentang Paten. Paten adalah Hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada investor

atas hasil investasinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri investasinya tersebut untuk memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

2. Merek

Pengaturan Merek terdapat dalam Undang-Undang NO. 15 Tahun 2001 tentang Merek. Merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf- huruf,

angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki

39 Much.Nurachmad, Op.Cit, Hal.22. 40

(39)

daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu

dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.Merek sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

Merek meliputi merek dagang dan merek jasa.

3. Desain Industri

Desain Industri diatur secara khusus dalam Undang-Undang NO. 31 Tahun 2000

tentang Desain Industri yang selanjutnya disebut UUDI. Dalam UUDI yang

dimaksud dengan Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi,

atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi

serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. Hak Desain Industri adalah hak eksklusif yang

diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada Pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan

persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.

4. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST)

Pengaturan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST) terdapat dalam

Undang-Undang NO. 31 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST). Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen

(40)

dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada

Pendesain atas hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan

hak tersebut.

5. Rahasia Dagang

Pengaturan Rahasia dagang terdapat dalam Undang-Undang NO. 30 Tahun 2000

tentang Rahasia Dagang. Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena

berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.Hak Rahasia Dagang adalah hak atas rahasia dagang yang timbul

berdasarkan Undang-Undang ini.

6. Perlindungan Varietas Tanaman

Pengaturan Perlindungan Varietas Tanaman terdapat dalam Undang-Undang NO.

31 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman. Perlindungan Varietas Tanaman yang selanjutnya disingkat PVT, adalah perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah dan

pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan

(41)

persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakannya selama waktu tertentu.

Pengelompokan Hak Kekayaan Intelektual

Sumber : Much. Nuracchmad, Segala tentang Haki Indonesia, Jogjakarta, Buku

Biru, 2012, Hal.22

Hak Cipta, Paten, Merek, Desain Industri, DesainTata Letak Sirkuit

Terpadu (DTLST), dan Rahasia Dagang berada dibawah Departemen Hukum dan HAM (Depkumham) sedangkan Perlindungan Varietas Tanaman berada dibawah

Departemen Pertanian.41

41

Ibid., Hal.22

Hak cipta

Hak Kekayaan Intelektual

1. Paten 2. Merek

3. Desain Industri 4. Rahasia Dagang 5. Desain Tata

Letak Sirkuit Terpadu

6. Perlindungan varietas tanaman Hak Kekayaan

(42)

C. Sistem Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual

Pendaftaran adalah kegiatan pemeriksaan dan pencatatan setiap Hak kekayaan intelektual oleh pejabat pendaftaran dalam buku daftar berdasarkan

permohonan pemilik untuk tujuan memperoleh kepastian status kepemilikan dan perlindungan hukum. Bukti dari pendaftaran adalah diberikannya sertifikat HKI.

Melalui proses pendaftaran Hak kekayaan intelektual akan mendapatkan pengakuan. Namun demikian, untuk hak cipta tidak diharuskan melakukan pendaftaran karena hak cipta dapat diperoleh melalui pengakuan hak. Ciptaan

yang didaftarkan akan memperoleh kepastian hukum dan perlindungan hukum, tetapi ciptaan yang tidak didaftarkan tetap dilindungi asalkan pencipta dapat

membuktikan bahwa dialah pencipta yang sebenarnya bila ada pihak lain yang mengakui ciptaan tersebut.

Ada 2 (dua) cara sistem pendaftaran Hak kekayaan intelektual yaitu42;

1. Sistem Konstitutif atau first to file system ; bahwa Hak kekayaan intelektual seseorang hanya dapat diakui oleh hukum bila didaftarkan sistem ini dianut oleh

Undang-Undang paten, Undang-Undang merek, Undang-Undang desain industri, Undang-Undang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Undang-Undang Varietas Tanaman

2 Sistem Deklaratif atau First to use system ; bahwa perlindungan hukum

diberikan kepada pemegang atau pemakai pertama dari Hak kekayaan intelektual. Apabila pihak lain yang mengaku sebagai pihak yang berhak atas suatu Hak

kekayaan intelektual, maka pemegang/ pemakai pertama harus membuktikan

(43)

bahwa dialah sebagai pemakai pertama yang berhak atas hak kekayaan intelektual tersebut. Pada sitem ini tidak mewajibkan pendaftaran akan tetapi pendaftaran merupakan bentuk perlindungan yang dapat memberikan kepastian hukum. Sistem

ini dianut oleh Undang-Undang Hak Cipta dan juga Undang-Undang Rahasia Dagang.

Hak kekayaan intelektual pada dasarnya harus didaftarkan dan

masing-masing bidang Hak kekayaan intelektual memiliki syarat dan tata cara yang berbeda. Berikut adalah sistem pendaftaran masing masing Hak kekayaan

intelektual :

1. Hak Cipta

Sistem pendaftaran hak cipta menganut sistem deklaratif atau sistem first

to use yang dapat dilihat pada Pasal 64 Undang-Undang NO.28 Tahun 2014 yang

menyatakan bahwa Pencatatan Ciptaan dan produk Hak Terkait bukan merupakan

syarat untuk mendapatkan Hak Cipta dan Hak Terkait. Hal ini berarti suatu cipta, baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar tetaplah dilindungi.

2. Paten

Permohonan paten diajukan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual oleh pemohon hanya untuk satu invensi atau beberapa invensi yang

merupakan satu-kesatuan invensi. Satu kesatuan invensi merupakan beberapa invensi yang baru dan masih memiliki keterkaitan langkah inventif yang erat.

Apabila permohonan paten diajukan oleh

pemohon yang bukan inventor, maka permohonan yang diajukan tersebut harus

(44)

Sistem paten yang diterapkan di Indonesia menganut sistem first to file, dalam Pasal 34 Undang-Undang NO. 14 Tahun 2001 tentang Paten disebutkan “Apabila untuk satu invensi yang sama ternyata diajukan lebih dari satu

permohonan paten oleh pemohon yang berbeda, hanya permohonan yang diajukan pertama atau terlebih dahulu yang dapat diterima”.

Sistem first to file adalah suatu sistem pemberian paten yang menganut

mekanisme bahwa seseorang yang pertama kali mengajukan permohonan

dianggap sebagai pemegang paten, bila semua persyaratannya dipenuhi.

3. Merek

Pada umumnya, negara-negara dengan sistem hukum Civil Law,termasuk Indonesia, menganut sistem First to file dalam memberikan hak merek.

Berdasarkan sistem First to file tersebut, pemilik merek, termasuk merek terkenal, harus mendaftarkan mereknya di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

untuk memperoleh hak eksklusif atas mereknya dan perlindungan hukum. Hak eksklusif tidak dapat diperoleh pemilik merek hanya dengan menunjukan

bukti-bukti bahwa ia adalah pemakai pertama merek tersebut di Indonesia. First to file system berarti bahwa pihak yang pertama kali mengajukan permohonan

pendaftaran diberi prioritas untuk mendapatkan pendaftaran merek dan diakui

sebagai pemilik merek yang sah43.

Prinsip ini diatur pada Pasal 3 Undang-Undang NO. 15 tahun 2001 tentang

Merek yang menentukan bahwa Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum

(45)

Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya

4. Rahasia Dagang

Dalam Pasal 1 Undang-Undang NO. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang memberikan pengertian bahwa rahasia dagang adalah informasi yang

tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/bisnis mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh

pemilik rahasia dagang.

Usaha dan jerih payah penemu serta nilai ekonomis atau komersial dari suatu informasi itu merupakan syarat suatu informasi dapat dinyatakan sebagai

rahasia dagang. Ukuran yang diterapkan adalah sampai sejauh mana usaha atau dana yang dikeluarkan untuk mengembangkan dan menjaga informasi itu. Hal ini akan menunjukkan tingkat upaya perusahaan itu dalam menemukan informasi

tersebut. Hal ini pun akan menjadi salah satu bukti bahwa dia adalah penemu sebenarnya dan bukan memperolehnya dari inventor lain secara illegal. Seseorang

yang menyatakan sebagai pemilik rahasia dagang juga harus dapat membuktikan bahwa informasi itu merupakan bagian dari hasil pemikirannya dan menunjukkan upaya untuk menjaga kerahasiaannya itu, karena informasi itu memang

benar-benar memiliki nilai dalam aktivitas perdagangan yang dilakukannya.44

44Tommi Ricky, Perlindungan Hukum Rahasia Dagang,

(46)

5. Desain Industri

Hak desain industri akan diperoleh dengan mengajukan permohonan pendaftaran secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal

Hak Kekayaan Intelektual dengan membayar sejumlah biaya tertentu.

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual tidak akan memberikan hak desain industri apabila tidak ada permohonan atau pendaftaran dari pengrajin atau

pendesain, ini didasarkan pada Pasal 10 Undang-Undang NO.31 Tahun 2001 tentang Desain Industri yang mengatakan : “Hak Desain Industri diberikan atas dasar Permohonan”.

6. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST)

Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu hanya akan diperoleh atas dasar

permohonan pendaftaran. Permohonan tersebut diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia ke Direktorat Jenderal dengan membayar biaya pendaftaran dan

ditandatangani oleh Pemohon atau Kuasanya. Pengaturan tentang sistem First to file pada Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dapat dilihat dalam Pasal 9

Undang-Undang NO. 30 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang menyatakan bahwa “Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan atas dasar

Permohonan”

7. Perlindungan Varietas Tanaman

Perlindungan Varietas Tanaman yang selanjutnya disingkat PVT, dalam Pasal 1 angka 1 memberikan pengertian yaitu perlindungan khusus yang diberikan

(47)

dilakukan oleh Kantor PerlindunganVarietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman.

Perlindungan varietas tanaman menganut sistem kostitutif. Setiap

permohonan hak PVT hanya dapat diajukan untuk satu varietas. Pemulia tanaman yang selanjutnya disebut pemulia, adalah orang yang melaksanakan pemuliaan tanaman. Dalam Pasal 8 ayat 3 disebutkan bahwa jika suatu varietas dihasilkan

berdasarkan perjanjian kerja, maka pihak yang memberi pekerjaan itu adalah pemegang hak PVT, dan jika suatu varietas dihasilkan berdasarkan pesanan, maka

pihak yang memberi pesanan itu menjadi pemegang hak PVT, kecuali

diperjanjikan lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pemulia sama

(48)

BAB 3

TINJAUAN UMUM HAK CIPTA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

A. Pengertian dan Filosofi Hak Cipta 1. Pengertian Hak Cipta

Hak Cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang memiliki ruang lingkup objek dilindungi paling luas, karena mencakup ilmu pengetahuan, seni dan sastra (art and literary) yang di dalamnya mencakup pula

program komputer. Perkembangan ekonomi kreatif yang menjadi salah satu andalan Indonesia dan berbagai negara dan berkembang pesatnya teknologi

informasi dan komunikasi mengharuskan adanya pembaruan Undang-Undang Hak Cipta, mengingat Hak Cipta menjadi basis terpenting dari ekonomi kreatif nasional. Dengan Undang-Undang Hak Cipta yang memenuhi unsur perlindungan

dan pengembangan ekonomi kreatif ini maka diharapkan kontribusi sektor Hak Cipta dan Hak Terkait bagi perekonomian negara dapat lebih optimal.

Pasca Indonesia meratifikasi Persetujuan Pendirian Organisasi

Perdagangan Dunia (Agreement the Establishing World Trade Organization) melalui Undang-Undang NO. 7 Tahun 1994, maka Indonesia terikat dan

diwajibkan untuk mengharmonisasi hukumnya yang terkait dengan persetujuan ini. Salah satu hukum yang terkena dampak harmonisasi ini adalah Hak Cipta.45

Hak cipta sendiri secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta, kata “Hak” yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah suatu kewenangan

45

(49)

yang diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak.46

Sedangkan kata “Cipta” atau ciptaan tertuju pada hasil karya manusia

dengan menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan, imajinasi dan

pengalaman. Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta berkaitan erat dengan

intelektual manusia47

Istilah Copyright (Hak Cipta) pertama kali dikemukakan dalam Berne Convention yang diadakan tahun 1886. Dalam Berne Convention, diatur mengenai

perlindungan atas karya karya yang dilindungi dan menegaskan bahwa ide saja tidak dapat dilindungi sampai ide tersebut menjadi kenyataan.48

Istilah hak cipta diusulkan pertama kalinya oleh Moh.Syah pada kongres

kebudayaan di Bandung tahun 1951 (yang kemudian diterima oleh kongres tersebut) sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dianggap kurang luas

cakupan pengertiannya. Istilah hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda Auteurs Rechts. Di nyatakan kurang luas karena istilah

hak pengarang itu memberikan kesan penyempitan arti seolah olh yang dicakup oleh hak pengarang hanyalah hak dari para pengarang saja yang ada sangkut pautnya dengan karang mengarang. Sedangkan istilah hak cipta itu lebih luas dan

ia mencakup juga tentang karang mengarang.49

46

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2002, Hal. 323.

47 Ibid., Hal.210.

48Achmad Zen Umar, Op.Cit., Hal.45 49

(50)

Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Universal Copyright Convention dalam Pasal V menyatakan bahwa hak cipta meliputi hak tunggal si pencipta untuk membuat,

menerbitkan dan member kuasa untuk membuat terjemahan dari karya yang dilindungi perjanjian ini50.

Dalam Auteurswet 1912 Pasal 1 diatur bahwa : “Hak Cipta adalah hak

tunggal dari Pencipta atau hak dari yang mendapat hak tersebut, atas hasil Ciptaannya dalarn lapangan kesusastraan, pengetahuan dan kesenian, untuk

mengumumkan dan memperbanyak dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh Undang-Undang51.

Undang-Undang No 28 tahun 2014 Hak Cipta yang selanjunya disebut

Undang-Undang Hak Cipta dalam Pasal 1 angka 1 memberi pengertian bahwa:

“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”

Hak eksklusif yang dimaksud adalah hak yang semata-mata diperuntukan bagi pemegangnya, sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak

tersebut tanpa izin pemegangnya.

50

Pengertian Hak Cipta :Hak Ekonomi dan Hak Moral,

http://everythingaboutvanrush88.blogspot.com/2015/05/pengertian-hak-cipta-hak-ekonomi-dan.html, diakses pada tanggal 10 Mei 2015 Pukul 18.:07

Gambar

NO Tabel. 3 Pertanyaan
Tabel.4
Tabel.5
Tabel.6 Tanggapan Responden tentang Kerugian terhadap Pelanggaran Suatu Karya Cipta.
+4

Referensi

Dokumen terkait

A reliable and efficient feature detector is a crucial component for various computer vision applications, such as object tracking, image matching and registration, optical

Menerima baik dan menyetujui serta mengesahkan laporan keuangan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik

Recently, various indoor positioning methods, such as Wi-Fi, Bluetooth low energy (BLE), visible light communication, Japan’s indoor messaging system, ultra-wide band (UWB),

Generally, it first generates a grid-based occupancy likelihood map based on all previous scans, and then applies the scan-to-map matching to find the optimal rigid-body

Sesuai ketentuan Pasal 12 ayat 9 Anggaran Dasar Perseroan, pemanggilan Rapat akan dilakukan dengan cara memasang iklan sedikitnya dalam 1 (satu) surat kabarharian berbahasa

This study analyses the underestimation of tree and shrub heights for different airborne laser scanner systems and point cloud distribution within the

“Adanya post reply yang tercampur jadi satu dengan post reply dengan topik berbeda ini, jadi ya tidak dapat terlihat secara benar mengenai partisipan yang memasang thread dan

1) Penataran dan pelatihan dengan tujuan memperluaskan wawasan profesi guru dan keilmuan para guru. 2) Program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang dilaksanakan seminggu