• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PERJUDIAN MENGGUNAKAN PLAY STATION DI KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PERJUDIAN MENGGUNAKAN PLAY STATION DI KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PERJUDIAN MENGGUNAKAN PLAY STATION

DI KOTA BANDAR LAMPUNG oleh

ARRIZA ADIPATHY

Tindak pidana perjudian adalah suatu tindak pidana biasa yang mempunyai dampak serius dalam kelompok tindak pidana kesusilaan. Selain memberikan implikasi negatif bagi kehidupan ekonomi pelaku, tindak pidana ini juga berakibat menimbulkan tindak pidana lain dalam masyarakat. Peradilan Indonesia sebenarnya telah memiliki perangkat hukum yang mengatur tindak pidana perjudian. Tindak pidana perjudian diatur dalam Pasal 303 dan Pasal 303 bis KUHP. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian disebutkan bahwa semua perjudian dianggap sebagai kejahatan. Dalam penerapannya berdasar Pasal 303 bis Ayat (1) ke-2 KUHP tidaklah dilarang suatu permainan judi yang dilakukan dalam suatu tempat dengan tidak dapat dilihat dari jalan umum oleh orang-orang yang khusus diundang untuk itu. Perkara perjudian NO Pol .LP/ 322-A/ XI/ 2012/ SPK dalam perkara ini pemainan play station yang banyak dimainkan anak-anak disalah gunakan oleh orang dewasa. Disini orang dewasa memanfaatkan permainan play station sebagai alat untuk bermain judi. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimanakah upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana perjudian play station dan apa sajakah yang menjadi faktor penghambatnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Dalam penelitian ini responden yang diambil yaitu penyidik kepolisian dan hakim pengadilan negeri. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu cara menginterprestasikan data ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang tersusun secara sistematis sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang jawaban dari permasalahan.

(2)

Faktor-faktor penghambat dalam upaya penanggulangan tindak pidana perjudian menggunakan play station, yaitu hambatan yang berasal dari masyarakat seperti masyarakat tidak mau dijadikan saksi dalam perkara perjudian, sebagian masyarakat masih memandang bahwa perjudian adalah warisan dari nenek moyang yang

beranggapan perjudian adalah budaya. Dan hambatan yang berasal dari dalam tubuh polri yaitu aparat kepolisian yang terbatas, tidak adanya satuan khusus yang

menangani masalah perjudian, serta adanya oknum kepolisian yang menjadi back-up perjudian tersebut. Dan faktor penghambat lainnya berupa faktor hukumnya sendiri, faktor penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, faktor masyarakat, dan faktor budaya yang ada di masyarakat Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan kesimpulan yang di paparkan di atas penulis menyarankan kepada Polri khususnya anggota Polsek Sukarame untuk dapat meningkatkan profesionalisme personil dalam menjalankan tugasnya masing-masing, serta harus lebih mendekatkan diri dengan masyarakat supaya informasi yang disampaikan dapat diterima, sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik. Seperti tulisan yang tertera pada majalah polri “ Polri adalah bagian dari masyarakat. Polri adalah kawan bukan lawan, semua itu menuntut adanya syarat komunikasi yang terjalin baik diantara keduanya. Pembinaan lebih ditingkatkan serta dalam menjatuhkan hukuman pidana harus sesuai dengan perbuatannya sehingga dapat memberikan efek jera kepada pelaku tindak pidana perjudian.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 September 1989, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, buah hati dari pasangan Ayahanda Drs. Hi. Raden Andhy Herry Adipathy, M.M. dan Ibunda Dr. Ir. Hj. Kordiyana K Rangga, M.S.

(8)

Persembahanku

Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,

kupersembahkan skripsi ini kepada

Allah SWT. RAbbul Izzati, atas semua nikmat iman dan

Islam, atas limpahan rahmat dan karunia baik duka ataupun

bahagia, sehingga membuat penulis merasa bahwa

pertolongan Allah itu begitu dekat.

Persembahan khusus kepada Ayahanda ku tercinta Drs. Hi.

Raden Andhy Herry Adipathy, M.M dan Ibunda ku

tercinta Dr. Ir. Hj. Kordiyana Koiyim Rangga, M.S yang

selalu tiada henti mencurahkan do’

a untuk ananda dalam

banyaknya sujud, atas keutuhan kasih sayang yang

senantiasa memberi tanpa mengharap balasan.

Abangku Brigpol. Andriyan Adipathy, S.H. Kanjeng Sunan

Lidya Fransiscatama, S.E., M.M. Kakanda Asriko

Adipathy, S.Ti, Menak Idaman Tri Utami Solichah, S.P.,

M.IL dan Adikku Dina Arini Adipathy serta Resa Livia

Nica, S. Kep., M.Kes Yang senantiasa memberi semangat

dan do’a selama ini

Sahabat dan Teman seperjuangan

Yang selama ini memberikan do’a tulus dan dukungan

kepada penulis.

(9)

Moto

Jadilah orang yang selalu pintar merasakan, jangan menjadi orang yang selalu

merasa pintar”

(Adipathy_brother)

Kesuksesan bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba, melainkan akumulasi dari

langkah-langkah kecil yang positif dan dilakukan terus menerus

( Adipathy_brother)

“Semangat Manusia Tidak Akan Pernah Bisa dilumpuhkan,

Selama Manusia Tersebut Masih Bisa Bernafas, Selama Itu Pula Manusia Tersebut

Masih Bisa Mempunyai Impian Yang Akan Menjadi Kenyataan....

Jangan Pernah Menyerah, Te

ruslah Berusaha“

(10)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual... 7

E. Sistematika Penulisan... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Perjudian... 15

B. Upaya Kepolisian dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perjudian... 21

C. Faktor-Faktor Penghambat dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perjudian... 22

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah... 26

B. Sumber dan Jenis Data... 27

C. Penentuan Populasi dan Sampel... 28

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan data... 28

E. Analisis Data... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden... 31

(11)

1. Upaya Pencegahan ( Preventif )... 36 2. Upaya Penanggulangan ( Represif )... 40 C. Faktor Penghambat Upaya Kepolisian dalam Menanggulangi

Tindak Pidana Perjudian Play Station di Kota Bandar Lampung.. 56 V. PENUTUP

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepeda Allah yang memberikan nikmatnya serta ilmunya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sebuah skripsi yang berjudul “Upaya Kepolisian Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perjudian Menggunakan Play Station di Kota Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, maka dengan segenap kerendahan hati penulis menguncapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Heryadi, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati M., S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H. selaku dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

(13)

5. Ibu Dr. Hj. Erna Dewi, S.H., M.H selaku Pembahas I dan Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H. selaku Pembahas II yang telah memberikan masukan dan saran-saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak sekali berjasa dalam masa kuliah hingga penulis memperoleh gelar Sarjana Hukum.

7. Bapak Apriadi, Bapak Pendi, Ibu Sri, Ibu Yani, Bapak Andri Selaku Staf Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Ayahanda Drs. Hi. Raden Andhy Herry Adipathy, M.M. dan Ibunda Dr. Ir. Kordiyana K Rangga, M.S. yang senantiasa tiada bosan selalu memberikan dukungan, nasehat, kasih sayang dan doa yang tiada henti hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Abang ku Brigpol. Andriyan Adipathy, S.H. Kanjeng Sunan Lidya Friensiscatama, S.E., M.M. Kakak ku Asriko Adipathy, S.Ti. Serta Menak Indeman Tri Utami Solichah, S.P., M.IL yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan bantuannya selama penulis menempuh studi hingga menyelesaikan skripsi ini.

10.Adik ku tersayang Dina Arini Adipathy serta seseorang yang selalu setia mendampingi penulis hingga menyelesaikan skripsi ini Resa Livia Nica, S.Kep.,M. Kes. Naken ku tercinta Ratu Dhandiyan Adipathy dan Sultan Akbar Adipathy yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan bantuannya selama penulis menempuh studi hingga menyelesaikan skripsi ini.

(14)

hidupnya menjadi motifator yang sangat berarti selama penulis menempuh studi hingga menyelesaikan skripsi ini.

12.Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kakanda Ridwansyah Agung AD serta saudaraku Fredy Irawan, S.Kom atas dukungan, semangat dan motifasinya hingga selesainya skripsi ini.

13.Keluarga besar “Adipathy_Brother” yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah berperan dalam penyelesaian skripsi ini.

14.Sahabatku, Ariza Fauzan Dhani, S.H.,M.H. Aditya Safrial, S.H. Hafid Irawan,S.H. Age Saputra, S.E

15.Teman - teman seperjuangan Chandra Rizky, S.H., Arliyus Seprizal, S.H., dan seluruh Angkatan 2007 Fakultas Hukum Unila Terima kasih atas dukungannya.

16.Bapak Kompol. Hendriansyah, S.H selaku KAPOLSEK Sukarame yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.

17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah berperan dalam penyelesaian skripsi ini.

Sebagaimana manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan serta sulit untuk mencapai kesempurnaan, oleh karna itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah penulis harapkan dari semua pihak demi tercapainnya kesempurnaan skripsi ini. Semoga ALLAH S.W.T selalu memberikan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua.

Bandar Lampung, 02 Maret 2015 Penulis

(15)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tindak pidana perjudian merupakan suatu tindak pidana biasa yang mempunyai dampak serius dalam kelompok tindak pidana kesusilaan. Saat ini perjudian telah berkembang pada semua lapisan masyarakat, dari lapisan ekonomi bawah, menengah, sampai lapisan ekonomi atas dan semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu memperoleh hasil atau keuntungan yang berlipat ganda. Pada praktek perjudian kelas bawah banyak dilakukan secara sembunyi-sembunyi salah satunya seperti perjudian play station. Sebaliknya praktek perjudian kalangan atas dilakukan di tempat khusus serta memiliki surat izin dari pihak yang berwenang dengan keuntungan yang lebih besar.1

Upaya penegak hukum dalam menanggulangi tindak pidana dapat juga diartikan sebagai suatu usaha dan bagaimana langkah petugas penegak hukum atau setiap orang yang mempunyai kepentingan dalam menanggulangi suatu tindak pidana sesuai dengan kewenangan masing-masing menurut aturan hukum yang berlaku. Oleh sebab itu perjudian ini harus ditindak lebih, sesuai dengan hukum yang berlaku dan perjudian seperti ini dapat merusak citra lingkungan setempat.

Indonesia merupakan Negara hukum yang mempunyai norma-norma serta peraturan-peraturan hukum yang telah dibuat oleh pembentuk undang-undang

1

Sadjijono. 2006. Hukum Kepolisian, Perspektif Kedudukan dan Hubungannya dalam

(16)

2

yang harus ditaati dan dilaksanakan hanya melalui penegak atau aparat hukum dapat diwujudkan dalam kenyataan, dengan demikian dapat dikatakan penegak hukum sebagai suatu usaha yang dilakukan secara sadar oleh manusia. upaya penanggulangan tindak pidana adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah atau pandangan-pandangan menilai yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian hidup.2

Dengan demikian upaya penanggulangan tindak pidana merupakan sistem yang menyangkut penyerasian antara nilai dan kaidah serta prilaku nyata manusia. Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan bagi pelaku atau tindakan yang dianggap pantas dan seharusnya. Di dalam menganalsis masalah hukum, persoalannya tidak terlepas dan beroperasinya tiga sistem hukum yang

dikatakan oleh Lawrence M Friedman terdiri dari komponen „struktur, substansi,

dan kultur’. Komponen struktur adalah bagian-bagian yang bergerak dalam satu mekanisme, misalnya pengadilan. Komponen substansi merupakan hasil aktual yang ditertibkan oleh sistem hukum dan meliputi pula kaidah-kaidah hukum yang tidak tertulis. Sedangkan komponen kultur adalah nilai dan sikap yang mengikat sistem hukum itu secara bersama dan menghasilkan suatu bentuk dan penyelenggaraan hukum dalam budaya masyarakat secara keseluruhan. komponen kultur yang sangat penting dalam upaya penanggulangan tindak pidana. 3

2

Soerjono Soekanto.1986.Pengantar Penelitian Hukum. UI Press, Jakarta, hlm 5

3

Moh. Kemal Dermawan. 1994. Strategi Pencegahan Kejahatan. Bandung: Citra Aditya

(17)

3

Saat ini banyak orang mendirikan usaha rental play station, sebagai usaha kecil kecilan. Tapi banyak juga usaha rental play station yang disalah gunakan oleh pemilik rental play station itu sendiri. Usaha rental tersebut dapat dijadikan sebagai sarana perjudian, seperti permainan sepak bola yang sering sekali dimainkan untuk berjudi. Banyak pemilik usaha rental play station yang mengetahui usahanya dijadikan sebagai sarana perjudian, tetapi pemilik usaha rental play station ini tidak melarangnya melainkan membiarkan permainan judi itu terus berlangsung. Sebab apabila ia melarangnya, kemungkinan besar usaha rental play station nya tidak banyak orang yang menyewanya lagi. Usaha seperti ini jelas dilarang, sebab usaha seperti ini merupakan bentuk usaha yang salah, dan usaha ini melanggar hukum apabila dijadikan sebagai tempat bermain judi.

Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia mengkategorikan perjudian sebagai tindak pidana meskipun cenderung bersifat kondisional. Aturan hukum yang melarang perjudian sudah sangat jelas, tapi bisnis perjudian illegal di tanah air berkembang dengan pesat, karena upaya penanggulangan tindak pidana yang setengah hati dalam memberantas perjudian.

(18)

4

barulah turnamen sepak bola itu dimulai. Tetapi yang memainkan permainan sepak bola itu bukan orang yang memiliki team, melainkan komputer yang bermain. Jadi pemilik team hanya menonton sampai pertandingan turnamen itu selesai, dan siapa yang memenangkan turnamen tersebut. Barang siapa teamnya yang memenangkan turnamen, maka ialah yang mendapatkan taruhan uang itu. Dan mengambil uang yang telah dikumpulkan menjadi satu. Permainan ini merupakan suatu permainan yang dilarang oleh hukum, sebab mereka telah melakukuan permainan judi menggunakan play station.

Dasar hukum tindak pidana perjudian diatur dalam Pasal 303 KUHP dan Pasal 303 bis KUHP karena tindak pidana perjudian dilakukan lebih dari satu orang dikarenakan pula Pasal 55 KUHP, Undang-Undang Nomor. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban perjudian.

Dalam Undang-Undang Nomor. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian disebutkan dalam Pasal 1 bahwa semua tindak pidana perjudian termasuk kejahatan. Perjudian pada hakikatnya bertentangan dengan Agama, kesusilaan dan moral Pancasila serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasar Pasal 303 bis Ayat (1) ke-2 KUHP barangsiapa ikut serta main judi di jalan umum atau di pinggir jalan umum atau di tempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali ada izin dari penguasa yang berwenang yang telah memberi izin untuk mengadakan perjudian itu. Dalam perkara ini terbukti permainan judi play station tidak memiliki izin seperti yang tertera pada unsur-unsur tindak pidana

(19)

5

Permainan judi sangat banyak sekali macam dan bentuknya. Oleh sebab itu permainan judi sangat sulit untuk diberantas. Aparat penegak hukum pun sangat kesulitan dalam memberantas perjudian. Perkembangan jaman pun menjadi suatu alat bantu untuk membuat suatu permainan judi yang baru, sehingga banyak membuat orang dapat bermain dan mememilih bentuk permainan judi yang mereka inginkan. Bertahun tahun polisi berupaya memberantas perjudian, kini polisi banyak melirik usaha rental play station yang banyak dijadikan sebagai tempat bermain judi. Sebab usaha rental play station saat ini selain dijadikan sebagai rental juga dijadikan sebagai sarana bermain judi. Karena banyak permainan play station yang dapat dijadikan mereka untuk bermain judi, salah satunya permainan sepak bola. Seperti kejadian penangkapan perjudian play station di Polsek Sukarame yang dilakukan oleh beberapa warga pada saat melakukan perjudian play station. Serta bagaimanakah upaya penegak hukum dalam menanggulangi tindak pidana perjudani play station yang saat ini semakin marak terjadi di balik sebuah rental play station .

(20)

6

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan

a. Bagaimanakah upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana perjudian menggunakan play station di kota Bandar lampung ?

b.Apakah yang menjadi faktor penghambat dalam penanggulangan tindak pidana perjudian play station di kota Bandar lampung ?

2. Ruang lingkup

Dalam permasalahan tersebut diperlukan data, pembahasan dan analisa, maka dipandang perlu untuk memberikan suatu pembatasan ruang lingkup tentang upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana perjudian menggunakan play station di Kota Bandar Lampung. Perkara No. Pol. LP/322-A/XI/2012/SPK.

Penelitian dilakukan pada wilayah hukum Kepolisian Sektor Sukarame.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penulisan dalam skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana perjudian menggunakan play station di kota Bandar lampung.

b.Untuk mengetahui faktor penghambat pihak kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana perjudian menggunakan play station di kota Bandar lampung.

2.Kegunaan Penelitian

(21)

7

a. Secara Teoritis

Penulisan ini untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hukum yang berkaitan dengan proses penegakan hukum dan upaya kepolisian dalam menanggulangi perjudian menggunakan play station serta untuk menambah pengetahuan penulis pada khususnya dan pembaca penelitian ini pada umumnya.

b.Secara Praktis

Penulisan ini diharapkan dapat berguna dalam memecahkan berbagai permasalahan bagi pihak-pihak yang bersangkutan, khususnya bagi Kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana perjudian menggunakan play station di kota Bandar Lampung.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1.Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil-hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya mengadakan identifikasi terhadap dimensi yang dianggap relevan oleh peneliti.4

Upaya dalam menanggulangi tindak pidana pada hakekatnya merupakan bagian dari integral dari upaya perlindungan masyarakat (social defence) dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare).

Oleh karena itu upaya penanggulangan tindak pidana perjudian menggunakan play station yang dilakukan oleh Kepolisian Kota Bandar Lampung adalah:

4

(22)

8

1. Menggunakan Hukum Pidan (Penal)

Upaya refresif adalah segala tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum sesudah terjadinya kejahatan atau tindak pidana, termasuk upaya refresif adalah penyelidikan, penuntutan sampai dilakukannya pidana5.

Menurut G. P. Hoefnagel upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur penal lebih menitik beratkan kepada sifat refresif (penindasan/ pemberantasan/ penumpasan) sesudah kejahatan terjadi6.

Menurut Gene Kaseebaum penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana merupakan cara yang paling tua, setua peradaban manusia itu sendiri disebut sebagai older philosophy of crime control.7. Menurut Roeslan saleh, tiga alasan mengenai perlunya pidana dalam hukum pidana, adapun intinya sebagai berikut8:

a. Perlu tidaknya hukum pidana tidak terletak pada persoalan tujuan-tujuan yang hendak dicapai, tetapi terletak pada persoalan seberapa jauh untuk mencapai tujuan itu boleh menggunakan paksaan, persoalan bukan terletak pada hasil yang akan dicapai tetapi dalam pertimbangan antara dari hasil itu dan nilai dari batas-batas kebebasan pribadi masing-masing.

b. Ada usaha-usaha perbaikan atau perawatan yang tidak mempunyai bentuk sekali bagi yang terhukum dan sdisamping itu harus tetap ada suatu reaksi atau pelanggaran-pelanggaran norma yang telah dilakukan itu dan tidaklah dapat diberikan begitu saja.

5

Susanto, I.S. 1995. Kriminologi. Fakultas Hukum. Universitas Diponegoro hlm 118.

6

Barda Nawawi Arief. 1998. Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana.

PT. Citra Aditya Bakti. Bandung hlm 29

7

Barda Nawawi Arief. Op, Cit hlm 142

8

(23)

9

c. Pengaruh pidana atau hukum pidana bukan semata-mata ditunjukan kepada penjahat, tetapi juga untuk mempengaruhi orang yang tidak jahat yaitu warga masyarakat yang mentaati norma-norma pada masyarakat.

Apabila hukum pidana hendak digunakan dapat dilihat dalam hubungan keseluruhan politik kriminal atau social defence planning yang ini harus merupakan bagian integral dari rencana pembangunan nasional9. Politik kriminal menurut Marc adalah peraturan atau penyusunan secara nasional usaha-usaha pengendalian kejahatan oleh masyarakat. Tujuan akhir dari kebijakan kriminal adalah dari perlindungan masyarakat untuk mencapai tujuan utama yang sering disebut dengan berbagai istilah misalnya kebahagiaan warga masyarakat; kehidupan kultural yang sehat dan menyegarkan; kesejahteraan masyarakat; mencapai keseimbangan.

2. Non Penal

Sarana non penal biasa disebut sebagai upaya prefentif, yaitu upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga kemungkinan akan terjadinya kejahatan, merupakan upaya pencegahan, penangkalan, dan pengendalian sebelum kejahatan terjadi, maka sasaran utamanya adalah mengenai faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu antara lain berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi secara langsung atau tidak langsung menimbulkan kejahatan.

Usaha-usaha non penal misalnya penyantunan dan pendidikan sosial dalam rangka pengembangan tanggung jawab sosial warga masyarakat; penggarapan kesehatan

9

(24)

10

jiwa masyarakat melalui pendidikan moral, agama; peningkatan usaha-usaha kesejahteraan anak dan remaja; kegiatan patroli dan pengawasan lainnya secara kontinyu oleh polisi dan aparat keamanan lainnya. Usaha-usaha non penal memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu. Dengan demikian, dilihat dari politik kriminal secara keseluruhan kegiatan preventif yang non penal itu sebenarnya mempunyai kedudukan yang sangat strategis, memegang posisi kunci diintensifkan dan diefektifkan. Kegagalan dalam menggarap posisi strategis ini justru akan berakibat sangat fatal bagi usaha penanggulangan kejahatan. Oleh karena itu suatu kebijakan kriminal harus dapat mengintegrasikan dan mengharmonisasikan seluruh kegiatan preventif yang non penal itu ke dalam suatu sistem kegiatan negara yang teratur.

Tujuan utama dari sarana non penal adalah memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu. Penggunaan sarana non penal adalah merupakan upaya-upaya yang dapat dilakukan meliputi bidang yang sangat luas sekali di seluruh sektor kebijakan sosial.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diidentifikasikan bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan sebagai berikut:

a. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus menunjang tujuan (goal), kesejahteraan masyarakat (social welfare), dan perlindungan masyarakat (social defence).

(25)

11

sarana non penal karena bersifat preventif dan kebijakan penal mempunyai kelemahan karena bersifat refresif serta harus didukung dengan biaya tinggi. c. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan dengan sarana penal merupakan

penal policy” atau “Penal Law Enforcement Policy” yang fungsionalisasi/

operasionalisasinya melalui beberapa tahap: 1) Tahap formulasi (kebijakan legislatif). 2) Tahap aplikasi (kebijakan yudikatif). 3) Tahap eksekusi (kebijakan eksekutif).

Tiga arti penting mengenai kebijakan / politik kriminal, yaitu10:

a. Dalam arti sempit, ialah keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana;

b. Dalam arti luas, ialah keseluruhan fungsi dari aparatur penegak hukum, termasuk di dalamnya cara dari pengadilan dan polisi;

c. Dalam arti paling luas, ialah keseluruhan kebijakan yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi yang bertujuan untuk menegakkan norma-norma sentral dimasyarakat.

Dengan demikian, dapat diinterpretasikan pencegahan terhadap tindak pidana perjudian menggunakan play station dikota bandar lampung menyangkut penyerasian antara nilai-nilai dengan kaidan serta perilaku nyata manusia. Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku serta tindakan yang dianggap pantas dan seharusnya, yang bertujuan untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kehidupan yang damai, selaras,

10

(26)

12

serasi dan seimbang Diskresi merupakan pengambilan keputusan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan tetap berpegang tegung dengan peraturan.

Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam menanggulangi tindak pidana perjudian play station terdiri dari11 :

a. faktor aparat penegak hukum b. faktor sarana/ fasilitas

c. faktor masyarakat d. faktor budaya

2.Konseptual

Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan suatu konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dalam arti yang berkaitan dengan istilah yang ingin atau yang akan diteliti12

Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap pokok permasalahan dan pembahasan dalam skripsi ini, maka dibawah ini ada beberapa konsep yang bertujuan untuk menjelaskan istilah-istilah yang dapat dijadikan pegangan dalam memehami skripsi ini.

a. Upaya adalah suatu metode kepolisian atau penegak hukum13

b.Penanggulangan adalah pencegahan tindak pidana dalam hal ini khususnya pencegahan tindak pidana perjudian play station14

11

Soerjono Soekanto. Op, Cit. hlm 4

12

Soerjono Soekanto, Op,Cit. 1986 hlm 134

13

Kamus Besar Bahasa Indonesia hlm 174

14

Inu kencana. 2001. Sistem Pemerintahan Indonesia. Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam

(27)

13

c. Tindak pidana adalah suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan atas tindakannya.15

d.Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan suatu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak/belum pasti hasilnya.16

e. Play Station (PS) adalah alat permainaan video game yang dimana terdapat banyak sekali permainan. Seperti permainan Sepak Bola, Balap Motor dll.Saat ini play station udah mencapai evolusion ke tiga, (PS1, PS2, PS3) Oleh sebab itu pencandu permainan play station banyak sekali. Dari kalangan anak-anak sampai dengan orang dewasa. (Video Game Play Station)17

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini memuat uraian keseluruhan yang akan disajikan dengan tujuan agar pembaca dapat dengan mudah memahami dan memperoleh gambaran menyeluruh tentang skripsi ini, sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang penulisan skripsi ini, kemudian menarik permasalahan-permasalahan yang dianggap penting dan membatasi ruang lingkup

15

Sudarto, 1986. Hukum dan hukum pidana. Alumni, Bandung hlm 54

16

Kartini Kartono, 1981. Patologi Sosial I. Rajawali pers, Jakarta hlm 51

17

(28)

14

penulisan, juga memuat tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan

II. TINJAUAN PUSAKA

Bab ini merupakan pengantar pemahaman kepada pengertian-pengertian umum tentang pokok bahasan antara lain upaya kepolisian dalam menanggulangi dan pengertian penegakan hukum,pengertian tindak pidana dan penggolongan tindak pidana, pengertian perjudian dan sumber hukum tindak pidana perjudian, ekses perjudian.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini memuat mengenai penulisan yang meliputi pendekatan masalah yang merupakan penjelasan tentang bagaimanakah masalah yang akan dijawab tersebut (berkaitan dengan disiplin ilmu dan sudut pandang peneliti), sumber dan jenis data yang merupakan penjelasan tentang darimana data tersebut diperoleh, penentuan populasi dan sampel prosedur, pengumpulan data, serta analisis data yang diperoleh.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam hal ini penulis membahas tentang bagaimanakah Bagaimanakah upaya kepolisian atau penegak hukum terhadap tindak pidana perjudian play station di kota Bandar lampung dan apakah yang menjadi faktor penghambat dalam upaya penanggulangan perjudian play station di kota Bandar lampung.

V. PENUTUP

(29)

15

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tindak Pidana Perjudian 1. Pengertian Perjudian

Bila mengacu pada KUHP yang dimaksudkan dengan perjudian berdasarkan Pasal 303 Ayat (3) adalah :

“Tiap-tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapat

untung bergantung kepada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Disitu termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lainnya tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan

lainnya.”1

Dali Mutiara dalam menafsirkan KUHP menyatakan sebagai berikut :

Permainan judi harus diartikan dengan arti yang luas, juga termasuk segala peraturan tentang kalah menangnya suatu pacuan kuda atau lain-lain pertandingan, atau segala peraturan dalam perlombaan-perlombaan yang diadakan antara dua orang yang tidak ikut sendiri dalam perlombaan itu, misalnya totalisator, dan lain-lain.2

Adapun yang dimaksud dengan perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja : yaitu mempertaruhkan atau nilai yang dianggap bernilai, dengan menyadari

1

Abdulsyani. 1987, Sosiologi kriminalitas. Bandung: Remadja Karya hlm 193

2

(30)

16

adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak/belum pasti hasilnya. 3

2. Dasar Hukum Tindak Pidana Perjudian

Tindak pidana perjudian dalam hukum pidana positif diatur dalam Pasal 303 KUHP yang menyebutkan :

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang siapa tanpa mendapat izin :

a. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai pencarian atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu;

b. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan pada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak perduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata-cara’ c. Menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencaharian. (2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan

pencahariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian itu.

(3) Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapat untuk bergantung pada peruntungan belaka, juga karena permainannya lebih terlatih atau lebih mahir. Disitu termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.

Permainan judi dalam bahasa asingnya “hazardspel”. Bukan semua permainan

masuk “hazardspel”. Yang diartikan hazarspel yaitu (lihat ayat) tiap-tiap permainan yang mendasarkan pengharapan untuk menang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja, dan juga kalau pengharapannya jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemain. Yang masuk juga

3

(31)

17

hazardspel” ialah pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain

yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain itu juga segala pertaruhan yang lain-lain.4

Jenis-jenis perjudian (hazardspel) menurut R.Soesilo adalah main dadu, main selikuran, main jemeh, kodok-ulo, roulette, bakarat, kemping kekes, kocok, keplek, tombola, dll. Juga masuk katalisator pada pacuan kuda, pertandingan sepak bola play station dsb. Sedangkan yang bukan termasuk jenis perjudian adalah permainan yang biasa dipergunakan sebagai hiburan seperti domino, bridge (kartu), ceki, koah, dsb. 5

Berdasarkan Pasal 303 KUHP ialah :

a. Mengadakan atau memberi kesempatan main judi tersebut sebagai pencaharian. Jadi seorang bandar atau orang lain yang sebagai perusahaan membuka perjudian. Orang yang turut campur dalam hal ini juga dihukum. Disini tidak perlu perjudian ini ditempat umum atau untuk umum, meskipun ditempat yang tertutup atau kalangan yang tertutup sudah cukup apabila perjudian itu belum mendapat izin dari yang berwajib.

b.Sengaja mengadakan atau memberi kesempatan untuk main judi kepada umum. Disini tidak perlu sebagai mata pencaharian, tetapi harus ditempat umum atau yang dapat dikunjungi oleh umum. Inipun apabila telah ada izin dari yang berwajib tidak dihukum.

4

R. Soesilo, 1996. Kitab Undang-Undang acara pidana, Politea.Bogor hlm 222

5

(32)

18

c. Turut main judi sebagai pencaharian

Orang yang mengadakan permainan judi dihukum menurut pasal ini, maka orang-orang yang ikut serta pada permainan itu dikarenakan hukuman menurut Pasal 303 bis KUHP.

Pasal 303 KUHP menyebutkan :

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sepuluh juta rupiah :

1. Barangsiapa menggunakan kesempatan main judi yang diadakan dengan melanggar ketentuan Pasal 303;

2. Barang siapa ikut serta main judi di jalan umum atau dipinggir jalan umum atau ditempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali ada izin dari penguasa yang berwenang yang telah memberi izin untuk mengadakan perjudian itu.

(2) Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak ada pemidanaan yang menjadi tetap karena salah satu dari pelanggaran ini, dapat dikenakan pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling banyak lima belas juta rupiah.

Undang-Undang No.7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian dalam Pasal 1 menyatakan bahwa semua tindak pidana perjudian termasuk kejahaan. Perjudian pada hakikatnya bertentangan dengan agama, kesusilaan dan moral Pancasila serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.6

3. Dampak Tindak Pidana Perjudian

6

(33)

19

Sesungguhnya pada permulaannya macam-macam permainan itu sifatnya rekreatif belaka, dan sebagai penyalur bagi ketegangan akibat kerja berat sehari-hari. Namun kegiatan-kegiatan itu pada akhirnya disalah gunakan oleh orang dewasa untuk aktivitas perjudian dan taruhan. Kebiasaan berjudi mengkondisionirkan mental seseorang menjadi ceroboh, malas, mudah berspekulasi dan cepat mengambil resiko tanpa pertimbangan. Ekses lebih lanjut antara lain7

a. Mendorong orang untuk melakukan penggelapan uang kantor/dinas dan melakukan tindak pidana korupsi.

b.Energi dan pikiran menjadi berkurang, karena sehari-hari didera oleh nafsu judi dan kerakusan ingin menang dalam waktu pendek.

c. Badan menjadi lesu dan sakit-sakitan, karena kurang tidur, serta selalu dalam keadaan tegang tidak imbang.

d. Pikiran menjadi kacau, sebab selalu digoda oleh harapan-harapan menentu e. Pekerjaan menjadi terlantar, karena segenap minatnya tercurah pada keasyikan

berjudi.

f. Anak, istri dan rumah tangga tidak lagi diperhatikan.

g. Hatinya menjadi sangat rapuh, mudah tersinggung dan cepat marah, bahkan sering eksplosif meledak-ledak secara membabi buta.

h. Mentalnya terganggu dan menjadi sakit, sedang kepribadiannya menjadi sangat labil.

i. Orang menjadi terdorong melakukan perbuatan kriminal guna “mencari

modal” untuk pemuas nafsu judinya yang tidak terkendali itu. Orang mulai

berani mencuri, berbohong, menipu, mencopet, menjambret, menodong,

7

(34)

20

merampok, menggelapkan, memperkosa, dan membunuh untuk mendapatkan tambahan modal guna berjudi. Sebagai akibatnya angka kriminalitas naik dengna drastis dan keamanan kota serta daerah-daerah pinggiran menjadi sangat rawan dan tidak aman.

j. Ekonomi rakyat mengalami kegoncangan-kegoncangan karena orang bersikap spekulatif dan untung-untungan serta kurang serius dalam usaha kerjanya. k. Diseret oleh nafsu judi yang berlarut-larut, kuranglah iman kepada Tuhan sehingga mudah tergoda melakukan tindak susila. Jelas bahwa rakyat kecillah yang paling menderita ditimpa oleh ekses-ekses judi itu.

4. Perjudian

Play station merupakan alat permainaan video game yang dimana terdapat banyak sekali permainan seperti permainan Sepak Bola, Balap Motor dll.Saat ini play station udah mencapai evolusion ke tiga, (PS1, PS2, PS3) Oleh sebab itu pencandu permainan play station banyak sekali.Dari kalngan anak-anak sampai dengan orang dewasa. Tapi saat ini banyak orang memainkan Play station sebagai alat untuk bermain judi. Sebab mereka disini banyak yang mengadu keberuntungan, karena permainan judi play station bukan orang yang mengikuti judi play station ini yang memainkan, melainkan computer yang memainkan. Mereka hanya memilih team dan membayar setiap team yang ingin mengikuti judi play station ini. Setelah itu bandar membuat sistem turnamen. Dan memasukkan team yang telah dipilih, siapa yang memenangkan turnamen ialah pemenangnya. Jadi permainan judi play station ini sangat mudah, tidak menguras tenaga dan hanya mempertaruhkan keberuntungan saja.

(35)

21

Upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pada hakekatnya juga merupakan bagian dari usaha penegakan hukum (khususnya penegakan hukum pidana). Penanggulangan tindak pidana merupakan bagian dari upaya perlindungan masyarakat (social defence) dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare). Oleh karena itu upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana perjudian menggunakan play station yang dilakukan oleh Kepolisian Kota Bandar Lampung salah satunya upaya sarana Non Penal.

Sarana non penal biasa disebut sebagai upaya prefentif, yaitu upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga kemungkinan akan terjadinya tindak pidana, merupakan upaya pencegahan, penangkalan, dan pengendalian sebelum terjadinya tindak pidana, maka sasaran utamanya adalah mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana. Faktor-faktor tersebut antara lain berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi yang secara langsung atau tidak langsung menimbulkan suatu tindak pidana.

(36)

22

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat di artikan bahwa upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana harus menunjang tujuan (goal), kesejahteraan masyarakat (social welfare), dan perlindungan masyarakat (social defence).

Dengan demikian, dapat di interpretasikan upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana perjudian menyangkut penyerasian antara nilai-nilai dengan kaidah serta perilaku nyata manusia. Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku serta tindakan yang dianggap pantas dan seharusnya, yang bertujuan untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kehidupan yang damai, selaras, serasi dan seimbang.

B. Faktor-Faktor Penghambat dalam Menanggulangi Tindak Pidana Faktor yang mempengaruhi dan menentukan kualitas dalam penanggulangan tindak pidana, dapat berupa kualitas individual Sumber Daya Manusia (SDM), kualitas institusional atau struktur hukum (termasuk mekanisme tata kerja dan manajemen), kualitas sarana dan prasarana, kualitas perundang-undangan (substansi hukum), dan kualitas kondisi lingkungan (sistem sosial, ekonomi, politik, budaya, termasuk budaya hukum masyarakat

Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum dalam menanggulangi tindak pidana perjudian yaitu sebagai berikut8:

a. Faktor hukumnya sendiri;

b. Faktor penegakan hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum;

8

(37)

23

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

b. Faktor masyarakat, yakni faktor lingkungan dimana upaya tersebut berlaku atau diterapkan;

c. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan karsa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor di atas dapat dijadikan sebagai pedoman pihak Kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana perjudian menggunakan play station, dan akan dijabarkan sebagai berikut:

a. Faktor Hukum

Praktik penyelenggaraan penegakan hukum di lapangan sering kali terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal itu dikarenakan konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif. Suatu kebijakan atau tindakan yang tidak sepenuhnya berdasarkan hukum merupakan suatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan atau tindakan itu tidak bertentangan dengan hukum. Maka pada hakekatnya penyelenggaraan hukum bukan hanya mencakup “Law Enforcement” saja, akan tetapi juga

peace maintenance”, karena penyelenggara hukum sesungguhnya merupakan

proses penyerasian antara nilai-nilai, kaidah-kaidah dan pola perilaku nyata yang bertujuan untuk kedamaian.

b. Kepribadian atau Mentalitas Penegak Hukum

(38)

24

petugas yang menegaskan seperti, kepolisian, kejaksaan, dan hak adalah hal yang sangat penting karna sebaik apapun hukumnya kalau mentalitas aparat penegak hukumnya kurang baik, maka akan terjadi gangguan pada sistem penegakan hukum.

c. Fasilitas Pendukung

Fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan perangkat keras. Salah satu perangkat lunak adalah pendidikan ditambah minimnya penghasilan dan anggaran terhadap aparat penegak hukum, maka sering terjadi penyalahgunaan wewenang.

d. Taraf Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum Masyarakat

Setiap warga masyarakat atau kelompok, pasti mempunyai permasalahan hukum, seperti taraf kepatuhan hukum yang tinggi, sedang atau rendah. Sebagaimana diketahui, kesadaran hukum merupakan suatu proses yang mencakup pengetahuan hukum, sikap hukum, dan perilaku hukum.

e. Faktor Budaya dan Masyarakat

Budaya adalah hasil karya, cipta, dan karsa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Variasi-variasi kebudayaan yang sedemikian banyaknya dapat menimbulkan persepsi-persepsi tertentu terhadap penegakan hukum, oleh karena itu penegakan hukum harus disesuaikan dengan kondisi setempat. Budaya tertib hukum dalam kehidupan sehari-hari akan sangat berpengaruh dalam proses penegakan hukum di indonesia.

(39)

25

(40)

26

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Metode merupakan suatu bentuk cara yang digunakan dalam pelaksanaan suatu penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat memecahkan suatu permasalahan.1

Pendekatan Masalah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekaran yuridis normatif yaitu pendekatan dengan cara membaca literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan, asas-asas, serta bahan lain yang mempunyai huungan dengan penulisan skripsi ini.

a. Pendekatan Yuridis Normatif

Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan dengan cara menelaah kaidah-kaidah, norma-norma, aturan-aturan yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Pendekatan tersebut dimaksud untuk mengumpulkan berbagai macam peraturan perundang-undangan, teoti-teori dan literatur-literatur yang erat hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.

b. Pendekatan empiris (Sosiologis)

Pendekatan empiris (sosiologis) yaitu dengan meneliti dan mengumpulkan data primer yang diperoleh secara langsung melalui penelitian terhadap objek penelitian dengan cara observasi dan wawancara dengan responden atau

1

(41)

27

narasumber yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

B. Sumber dan Jenis Data

Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka2. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersumber pada dua jenis, yaitu : 1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil penelitian di lokasi penelitian dengan cara mencari dan mengumpulkan data atau keterangan sesungguhnya yang terjadi dalam praktik. Dalam hal ini data diperoleh dari berbagai pihak, diantaranya yaitu Penyidik Kepolisian Sektor Sukarame

2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka dan terdiri dari bahan hukum primer bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier3

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersumber dari hukum pidana positif, yaitu:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) 2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHP) 3. UU Nomor.7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian 4. UU Nomor. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

2

Soerjono Soekanto, Op,Cit.1986. hlm 5

3

(42)

28

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer seperti Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Nasional Tahun 2012, dan putusan pengadilan yang berkaitan dengan penelitian.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum rpimerdan sekunder seperti buku-buku, literatur, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

C. Populasi dan Sampel

Populasi yaitu sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang sama. Dalam skripsi ini yang dijadikan populasi adalah Penyidik Kepolisian Sektor Sukarame.

Penentuan sampel dan populasi yang akan diteliti menggunakan metode purposive sampling, yaitu menarikan sampel berdasarkan penunjukkan sesuai dengan

kewenangan atau kedudukan sample yang dianggap telah mewakili populasi dengan masalah yang akan diteliti. Berdasarkan metode pengambilan sample maka sample yang dijadikan responden adalah:

a. Penyidik Kepolisian Sektor Sukarame 2 (dua) orang b. Hakim Pengadilan Negeri Bandar lampung 2 (dua) orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Data

(43)

29

a. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan merupakan usaha untuk mendapatkan data primer dan dalam penelitian ini dilakukan wawancara terpimpin, yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam skripsi ini. Pertanyaan yang telah dipersiapkan diajukan kepada pihak-pihak yang bersangkutan dengan maksud untuk memperoleh data, tanggapan, dan jawaban dari responden.

b.Studi kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder. Dalam hal ini penulis melakukan serangkaian studi dokumen dengan cara membaca, mencatat, mengutip buku, serta menelaah peraturan hukum positif, dokumen hukum dan informasi lain yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam skripsi ini.

2. Prosedur Pengolahan Data

Data yang diperoleh baik dari studi lapangan maupun dari studi kepustakaan digunakan metode-metode antara lain :

a. Seleksi data yaitu data yang diperoleh dan diteliti mengenai kelengkapannya, kejelasan, kebenaran, sehingga terhindar dari kekurangan dan kesalahannya. b.Klasifikasi data yaitu menempatkan data-data menurut kelompok-kelompok

yang telah ditetapkan sesuai dengan pokok bahasan.

(44)

30

E. Analisis Data

(45)

63

V. PENUTUP

A. Simpulan

1. Upaya yang dilakukan pihak Kepolisian Sektor Sukarame dalam menanggulangi tindak pidana perjudian play station di Kota Bandar Lampung adalah dengan upaya pencegahan (Preventif), seperti melakukan penyuluhan hukum kepada masyarakat, membentuk tim khusus untuk memata-matai tempat yang sering dijadikan sebagai tempat perjudian play station, memperkuat keyakinan agama bagi setiap individu, dan melakukan patroli atau pengawasan terhadap warga masyarakat. Selain menggunakan upaya pencegahan (Prefentif), pihak Kepolisian Sektor Sukarame dalam menanggulangi tindak pidana perjudian play station juga menggunakan upaya penanggulangan (represif), seperti informasi dari masyarakat, penyelidikan dan penyidikan, penyergapan dan memberikan hukuman atau

menjatuhkan pidana pada pelanggar tindak pidana perjudian tersebut.

(46)

64

Hambatan yang berasal dari dalam tubuh kepolisian antara lain aparat kepolisian yang terbatas, tidak ada satuan khusus yang menangani masalah perjudian, dan adanya oknum kepolisian yang menjadi back-up perjudian tersebut. Serta faktor-faktor penghambat lainnya berupa Faktor hukumnya sendiri, faktor penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, faktor masyarakat, dan faktor budaya yang ada di masyarakat Kota Bandar Lampung.

B. Saran

1. Semestinya aparat kepolisian dalam upaya menanggulangi tindak pidana perjudian menggunakan play station di kota bandar lampung lebih dapat menanggani dan mengontrol kriminal secara efektif, cepat, terbuka,

manusiawi dan tanpa pandang bulu, sehingga tidak ada lagi kesempatan

untuk melakukan pelanggaran hukum (dalam hal ini tindak pidana

perjudian). Meningkatkan profesionalisme personil anggota Polri,

khususnya anggota Polsek Sukarame dalam menjalankan tugasnya

masing–masing. Menindak tegas bila ada aparat yang memback-up tindak

pidana perjudian yang terjadi di lapangan, serta peningkatan fasilitas aparat

kepolisian sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.

2. Semestinya masyarakat Kota Bandar Lampung yang mengetahui, melihat,

atau mendengar adanya tindak pidana perjudian untuk segera

menyampaikan kepada pihak kepolisian, dan diharapkan masyarakat

sadar bahwa perjudian adalah suatu kejahatan yang tidak ada untungnya bila

terus dilakukan. Perjudian selain merupakan larangan bagi tiap agama juga

(47)

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdulstani. 1987, Sosiologi kriminalitas. Bandung: Remadja Karya Burhan Asofa. 2002. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta

Barda Nawawi Arief. 1998. Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung

Inu kencana. 2001. Sistem Pemerintahan Indonesia. Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kartini Kartono, 1981. Patologi sosial I. Rajawali pers, jakarta

Lamintang, P.A.F. 1984, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung

Majalah Polri Edisi September 2013

Moeljatno. 1996. Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Jakarta: Bumi Aksara Moh. Kemal Dermawan. 1994. Strategi Pencegahan Kejahatan. Bandung:

Citra Aditya Bakti

Ninik Widiyanti dan Yulius Waskita. 1987. Kejahatan dalam masyarakat dan pencegahannya. Jakarta: Bima Aksara

Pudi Rahardi. 2007.Hukum Kepolisian (Profesionalisme Dan Reformasi Polri) Surabaya; Laksbang Mediatama Cetakan Ke I

SKM. Seputar Kota. Edisi 02 September 2013

Sadjijono. 2006. Hukum Kepolisian, Perspektif Kedudukan dan

Hubungannya dalam Hukum Administrasi. Yogyakarta: Laksbang

(48)

66

Shafrudin, 1998, Politik Hukum Pidana, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Soesilo, R. 1988, Kitab Undang-Undang Acara Pidana, Politeia, Bogor.

Soerjono Soekanto.1986.Pengantar Penelitian Hukum. UI Press, Jakarta. Susanto, I.S. 1995. Kriminologi. Fakultas Hukum. Universitas Diponegoro Sudarto, 1986. Hukum dan hukum pidana. Alumni, Bandung

UNDANG-UNDANG

• Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

• Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

• UU No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Guna mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi appendiktomi yang meliputi pengkajian, intervensi, implementasi, dan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah ekstrak daun kluwih dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah pada tikus putih yang

Sifat kimia yang memiliki pengaruh terhadap perbedaan vegetasi mangrove adalah nilai daya hantar listrik (DHL/EC), persentase kadar air lapang, persentase kejenuhan

Pers nasional adalah surat kabar dan majalah dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah bahkan bahasa Belanda yang ditujukan terutama bagi

syarikat di Jerman kerana mereka memberi bantuan modal kepada syarikat- syarikat tersebut... Kesan Revolusi Perindustrian.. KESAN EKONOMI..

kepala daerah untuk menghindari besarnya biaya penyelenggaraan pilkada Berapapun biaya yang akan di keluarkan, sangat penting bagi rakyat untuk memilih pemimpin

[r]

Dibandingkan pada tahun sebelumnya (2013), sumbangan PDRB Industri Kreatif mencapai Rp. 2,73 trilyun atau 11,73% dari total PDRB Ada fenomena baru dalam industri