• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT-SILIKA PADA SUHU SINTERING 1200 oC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT-SILIKA PADA SUHU SINTERING 1200 oC"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT-SILIKA PADA SUHU SINTERING 1200 oC

Oleh

IRENE LUCKY OKTAVIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

i

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik komposit hidroksiapatit-silika amorf 5% sintering 1200 °C selama 3 jam. HAp diperoleh dari bahan dasar

tulang sapi menggunakan metode solid state reaction dengan perlakuan suhu kalsinasi 800 °C selama 5 jam serta silika amorf yang diperoleh dari bahan dasar

sekam padi dengan perlakuan suhu kalsinasi 700 °C selama 3 jam dan

hidroksiapatit tanpa pencampuran di kalsinasi 1200 °C selama 3 jam. Selanjutnya

dilakukan pengkompositan serbuk HA dan SiO₂ dengan perlakuan suhu sintering 1200 °C selama 3 jam, kemudian dikarakterisasi. Hasil analisis menggunakan

FTIR, XRD menunjukkan terdapat gugus-gugus yang menandakan terbentuknya CO32ˉ (karbonat), PO43ˉ (fosfat), Si-O-Si (silika). Perlakuan termal dan distribusi silika yang diberikan menyebabkan beberapa gugus fosfat dan OH hilang dan membentuk fasa kalsium fosfat silikat. Komposit HA-SiO₂ menunjukkan adanya 3 fasa yang terbentuk yaitu kalsium fosfat silikat (Ca5(PO4) SiO4), TCP (Ca3(PO4)2), dan hidroksiapatit (Ca (PO ) (OH)). Berdasakan analisis menggunakan SEM-EDS terlihat komposisi yang mengindikasikan terbentuknya kalsium posfat silikat (Ca (PO ) SiO ), yaitu unsur Ca, P, O, dan Si. Morfologi sampel komposit hidroksiapatit-silika amorf menunjukkan butiran tersebar merata dan ukuran butir homogen pada setiap permukaan sampel.

(3)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT-SILIKA PADA SUHU SINTERING 1200 oC

(Skripsi)

Oleh

IRENE LUCKY OKTAVIA

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

2.1. (a) tulang femur, (b) bagian dalam tulang femur ... 8

2.2. Struktur kima HA ... 9

2.3. (a) Skematik sampel polikristalin (b) Mikrostruktur ditunjukkan melalui mikroskop optic ... 10

2.4. Radiologi dari HA (kiri) dan xenograft tulang sapi (kanan) ... 17

2.5. Planetary Ball Mill ... 20

3.1. Diagram alir penelitian ... 34

4.1. Pola spektrum FTIR hidroksiapatit kontrol 800 °C ... 36

4.2. Pola spektrum FTIR silika (SiO) 700 °C ... 37

4.3. Pola spektrum FTIR hidroksiapatit 1200 °C ... 39

4.4. Pola spektrum FTIR komposit hidroksiapatit-silika 5% 1200 °C ... 40

4.5. Pola spektrum FTIR hasil penggabungan hidroksiapatit kontrol 800 °C, Hidroksiapatit 1200 °C, dan komposit hidroksiapatit-silika 5% 1200 °C ... 42

4.6. Pola difraksi sinar-x (a) silika (SiO₂) 700 °C dan (b) hidroksiapatit kontrol 800 °C ... 44

4.7. Pola difraksi sinar-x (a) hidroksiapatit 1200 °C, (b) komposit hidroksiapatit-silika 5% 1200 °C ... 46

(5)

ix

4.9. Hasil karakterisasi EDS (a) hidroksiapatit kalsinasi 800 °C, (b) silika

kalsinasi 700 °C ... 52

4.10. Struktur mikro perbesaran 5000x (a) hidroksiapatit 1200 °C

(b) komposit hidroksiapati-silika 5% sintering 1200 °C ... 53

4.11. Hasil karakterisasi EDS (a) hidroksiapatit 1200 °C

(6)

xiii DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

SANWACANA ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Batasan Masalah ... 4

D.Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Komposisi Dasar Tulang Sapi ... 7

B.Hydroxyapatite (HA) ... 8

(7)

xiv

D.Sintesis Hidroksiapatit ... 10

E. Biokeramik Sebagai Pengganti Tulang (Bone Substitute) ... 12

F. Komposit ... 14

G.Biokompatibilitas ... 15

H.Keramik Silika dari Sekam Padi ... 17

I. Planetary Ball Mill ... 19

J. Aplikasi ... 20

K.Karakterisasi Material Komposit Biokeramik Hidroksiapatit (HA) ... 21

1. Fourier Transform Infra Red (FTIR) ... 22

2. X-Ray Difraction (XRD ... 23

3. Scanning Electron Microscopy (SEM) ... 23

III. METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

B.Alat dan Bahan Penelitian ... 25

C.Prosedur Penelitian ... 26

1. Prosedur Preparasi Tulang Sapi ... 26

2. Prosedur Silika Sekam Padi ... 27

3. Prosedur komposit hidroksiapatit-silika 5% ... 27

D.Preparasi Bahan Dasar ... 28

1. Tulang Sapi ... 28

2. Sekam Padi ... 29

E. Perendaman Sampel pada Larutan ... 29

F. Proses Sol-Gel ... 30

G.Preparasi Karakterisasi ... 30

1. FTIR (Fourier Transform Infra Red) ... 30

2. XRD (X-Ray Diffraction) ... 31

3. SEM (Scanning Electron Microscopy) ... 32

H.Diagram Alir ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Analisis Karakterisasi Gugus Fungsional dengan FTIR ... 35

B.Hasil Analisis Karakterisasi Struktur dengan XRD ... 43

(8)

x

DAFTAR TABEL

Tabel halaman 4.1. Puncak spektra gugus fungsi hidroksiapatit kontrol 800 °C ... 37

4.2. Puncak spektra gugus fungsi silika (SiO₂) 700 °C ... 38

4.3. Puncak spektra gugus fungsi hidroksiapatit 1200 °C ... 40

4.4. Puncak spektra gugus fungsi komposit hidroksiapatit-silika 5%

1200°C ... 42

4.5. Interprestasi (pencocokkan) data penelitian yang diperoleh dengan

data standar PDF hidrosiapatit kontrol kalsinasi 800 ºC ... 45

4.6. Interprestasi (pencocokkan) data peneitian yang diperoleh dengan

data standarPDF sampel hidroksiapatit 1200 °C ... 48

4.7. Interprestasi (pencocokkan) data yang diperoleh dengan data standar

(9)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

kesehatan dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit-Silika pada Suhu

Sintering 1200 oC”. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar S1 dan juga melatih mahasiswa untuk

berpikir cerdas kan kreatif dalam menulis karya ilmiah.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.

Bandar Lampung, 4 Januari 2016 Penulis,

(10)
(11)

viii MOTTO

“Yakin, percaya dengan iman, dan jangan putus harapan”

“Kasih yang tulus tidak pernah menilai hasilnya, melainkan hanya memberi (Jhonny Sanjaya)”

“Satu-satunya yang harus kita takuti adalah ketakutan itu sendiri (Franklin D.Rosevelt)”

(12)

ix

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan dan rasa syukur kepada ALLAH SWT, kupersembahkan karya ku ini kepada:

“ Tata dan Ibu tersayang (Irham MD dan Helna Haddad) yang telah memberikan kasih sayang, dukungan materi, doa, serta motivator terbesar

dalan hidupku”

“Kakak-kakak ku tercinta (Irwan Ardiyansyah, Irvan Dedi Sajaya, Irjhon Aprizal, dan Iriance Novika Putra)”

“All my great family and friends”

(13)
(14)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Irene Lucky Oktavia, dilahirkan di Tanjung Karang Bandar Lampung-Lampung pada tanggal 25 Oktober 1992 dari pasangan berbahagia Bapak Irham MD dan Ibu Helna Haddad sebagai anak ke lima dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Kaliawi pada tahun 2004, melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 7 Bandar Lampung tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Liwa Lampung Barat pada tahun 2010. Melalui jalur SBMPTN penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung tahun 2010.

(15)

xi

SANWACANA

Penulisan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang tulus membantu, membimbing dan mendoakan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tuaku Irham MD dan Helna Haddad serta kakak-kakakku tercinta Iwan, Dedi, Ijal, Pika yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun pemikiran yang senantiasa mendoakanku sehingga mendapatkan yang terbaik dalam hidup.

2. Dra. Dwi Asmi, M.Si, Ph.D sebagai pembimbing pertama yang tulus mengajari dan baik serta membantu penulis dalam penelitian, membimbing dan memberikan pemahaman.

3. Drs. Ediman Ginting, M.Si selaku pembimbing kedua yang membimbing dan memberi masukan penulisan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Drs. Pulung Karo-karo, M.Si. selaku pembahas yang telah banyak memberikan masukan dan koreksi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bambang Joko Suroto, S.Si, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang selalu memperhatikan anak bimbingannya.

6. Dr. Yanti Yulianti, M.Si selaku ketua jurusan fisika FMIPA UNILA

7. Arif Surtono, S.Si, M.Si, M.Eng selaku sekretaris jurusan FMIPA UNILA yang telah baik memperhatikan dan membantu dalam proses penyelasaian pengisian KRS.

(16)

xii

9. Teman terdekat dan sahabat terbaikku Jhonny Sanjaya terimakasih atas semua kasih, dukungan, bantuan, pengertian, pemahaman, kebersamaan, semangat dan mengajariku pemikiran yang lebih dewasa, semoga kita selalu sukses. 10. Adikku Jefry Wijaya terimakasih atas semua kasih, kebersamaan serta selalu

berbagi, menghibur, dan membantu menyelesaikan skripsi.

11. Umi dan Pak Ami serta adik-adikku Zakki, Attar, Naila, terimakasih atas bantuan, kebaikan, kebersamaan, dan kasih yang kalian berikan.

12. Mama Jhonny dan Asuk terimakasih telah membantu serta berbagi dan memberikan kasihnya.

13. Sahabat terbaik: Wahyu Nugroho, Rudi Haryanto, Amir Hamzah, Charlie V, Galang Ramadhan, terimakasih atas semua yang telah kalian berikan, semoga kita selalu sukses dan bisa terus berkumpul.

14. Sahabatku: Fransisca Regina Aurora, Dionanita, Agung Kartika Putra, terimakasih atas semua yang telah kalian berikan, semoga kita selalu sukses dan bisa terus berkumpul.

15. Teman sepenelitian Helrita, Anisa, Desty, Ayu, Ulil, Laras, Ika. terimakasih atas kerjasama, dan bantuannya selama penelitian

16. Teman-teman Fisika 2010: Meta, Fina, Njo, Ita, Yupi, ST, Uci, Alvi, Tika, Ulum, Dapot, Putri, Lidiya dll terimakasih untuk kebersamaan selama ini. 17. Teman-teman Fisika 2011: Umi, Nindy, Shella, Ratna, Ditta, Edo, Sum, Putri

dll terimakasih untuk kebersamaan selama ini.

18. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga atas segala bantuan, doa, motivasi, dan dukungan menjadi yang terbaik untuk penulis. Penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi semuanya.

Bandar Lampung, 4 Januari 2016 Penulis

(17)
(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatnya kebutuhan bahan rehabilitas dalam bidang kedokteran terutama

bagian tulang dan gigi disebabkan oleh meningkatnya kasus patah tulang dan

kerusakan gigi. Sehingga memicu berbagai upaya untuk mencari alternatif yang

baik menggantikan struktur jaringan tulang yang rusak tanpa menimbulkan efek

yang negatif serta terjangkau masyarakat. Bahan tulang pengganti tradisional yang

sudah umum seperti autografts, allogratfs dan xenogratfts, tidak tahan lama dan

dapat menyebabkan resiko infeksi dan pengurangan kekebalan tubuh, sehingga

mempengaruhi kualitas tulang pengganti tersebut (Mondal et al, 2010). Sebagai

alternatif ada berbagai bahan sintetik komposit yaitu biokeramik, polimer atau

logam (Ylinen, 2006)

Bahan biokeramik telah berhasil digunakan untuk memperbaiki, merekonstruksi,

dan mengganti bagian yang sakit atau bagian tubuh yang rusak terutama tulang

dibandingkan dengan polimer atau logam (Kusrini dan Sontang, 2012). Bahan

biokeramik tidak bersifat beracun, memiliki biokompatibilitas, dan ikatan tulang

(19)

2

digunakan sebagai penguat komponen komposit, dengan menggabungkan kedua

sifat material menjadi material baru yang memiliki sifat mekanis dan

biokompatibel. Bahan biokeramik yang biasa digunakan dalam bidang rehabilitasi

jaringan adalah hidroksiapatit.

Hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2 (HA) yaitu senyawa mineral apatit yang

mempunyai struktur heksagonal. HA merupakan fase kristal dari senyawa kalsium

fosfat yang paling stabil dibawah kondisi fisiologi normal (Windarti dan Astuti

2006). Hidroksiapatit adalah unsur anorganik alami yang berasal dari tulang yang

dimanfaatkan untuk regenerasi tulang, memperbaiki, mengisi, menambahkan dan

merekonstruksi jaringan tulang yang telah rusak dan juga merekontruksi didalam

jaringan lunak (Miao et al, 2004).

Hidroksiapatit dapat diperoleh dengan mensintesis dari beberapa sumber yang ada

di alam seperti tulang ikan, tulang sapi (Fahimah dkk, 2014), cangkang kerang,

cangkang telur (Mahreni, 2012), dan koral (Gravel et al, 2006). Hidroksiapatit yang diperoleh dari bahan dasar tulang sapi memiliki keefektifan lebih tinggi di

bandingkan dari bahan dasar pembuatan hidroksiapatit yang lain (Kusumawardini,

2012). Berbagai teknik telah coba di kembangkan untuk sitesis hidroksiapatit

diantaranya metode kering, metode basah, reaksi hidrotermal dan sol gel (Suryadi,

2011).

Material hidroksiapatit baik untuk transpalansi tulang karena bersifat bioaktif

(20)

3

penerima (biokompatibel) dan mempunyai karakter yang dapat menyatu dan

membentuk dengan ikatan tulang manusia atau matriksnya (bioaktif) (Vallet et al,

2005) dan merangsang pertumbuhan tulang baru di sekitar jaringan. Namun jika

hidroksiapatit digunakan sendiri, hidroksiapatit tidak memiliki kekuatan mekanik

(mechanical strength) dan tidak tahan terhadap tekanan. Untuk itu perlu dibuat

suatu penggabungan material mengandung hidroksiapatit sehingga memiliki

kekuatan mekanik yang hampir sama dengan kekuatan mekanik tulang serta tahan

terhadap tekanan.

Material yang paling memungkinkan untuk memenuhi kriteria tersebut adalah

suatu komposit. Material komposit ini harus tetap stabil pada saat kontak dengan

cairan tubuh dan larutan berair lainnya (Windarti dan Astuti, 2006). Komposit

merupakan penggabungan dua macam bahan yang mempunyai sifat berbeda

menjadi satu material baru dengan sifat yang berbeda pula sehingga dengan tujuan

dapat mengatur komposisi material komposit yang diinginkan dari material

pembentuknya (Sari dkk, 2011). Penelitian sebelumnya, Nakata et al, (2009), mengatakan bahwa silika yang dicampurkan pada hidroksiapatit dapat

meningkatkan sifat matriks, biokatif dan pembentukan tulang. Selain silika,

keramik yang digunakan untuk implan biologis adalah Al2O3, dan ZrO2 (Ylinen,

2006). Silika dari sekam padi yang diektraksi dengan metode sol-gel memiliki

kemurnian tinggi, homogen, serat, butiran halus, dan lebih reaktif (Nayak dan

(21)

4

Pada penelitian ini menggunakan bahan dasar hidroksiapatit tulang sapi dan silika

sekam padi. Penggabungan kedua sifat material hidroksiapatit (HA) sebagai

pengikat dan SiO2 sebagai penguat menjadi komposit sehingga menjadi material

baru dengan sifat yang diingikan memiliki kekuatan mekanik serta tahan terhadap

tekanan. Dari penelitian penggabungan kedua sifat material penambahan silika

5% terhadap hidroksiapatit dengan karakterisasi bahan meliputi X-Ray Diffraction

(XRD), Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan Scanning Electron

Microscopy-Energy Disversive Spectrometer (SEM-EDS).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

a. Bagaimana pengaruh penambahan 5% berat silika sekam padi terhadap

gugus fungsional komposit biokeramik hidroksiapatit menggunakan bahan

dasar tulang sapi dengan teknik FTIR?

b. Bagaimana pengaruh penambahan 5% berat silika sekam padi terhadap

mikrostruktur komposit biokeramik hidroksiapatit menggunakan bahan

dasar tulang sapi dengan teknik SEM?

c. Bagaimana pengaruh penambahan 5% berat silika sekam padi terhadap

struktur kristal komposit biokeramik hidroksiapatit yang menggunakan

bahan dasar tulang sapi dengan teknik XRD?

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini dilakukan pengujian dan pengamatan dengan batasan masalah

(22)

5

a. Bahan pembuatan komposit hidroksiapatit-silika menggunakan bahan dasar

dari tulang sapi dan sekam padi.

b. Bahan komposit yang digunakan 5% silika sekam padi menggunakan

metode sol-gel.

c. Karakterisasi yang digunakan meliputi FTIR, SEM-EDS dan XRD.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan 5% silika

sekam padi sebagai bahan pembuatan komposit biokeramik hidroksiapatit

meliputi:

a. Mempreparasi bahan komposit hidroksiapatit menggunakan bahan dasar

limbah tulang sapi dangan campuran silika sekam padi.

b. Mengetahui pengaruh penambahan 5% silika sekam padi terhadap gugus

fungsional komposit hidroksiapatit menggunakan bahan dasar tulang sapi

dengan FTIR.

c. Mengetahui pengaruh penambahan 5% silika sekam padi terhadap

mikrostruktur komposit hidroksiapatit menggunakan bahan dasar dari tulang

sapi dengan SEM-EDS.

d. Mengetahui pengaruh penambahan 5% silika sekam padi terhadap struktur

kristal komposit hidroksiapatit menggunakan bahan dasar tulang sapi dengan

(23)

6

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Dapat mempreparasi dan mengetahui gugus fungsi, mikrostruktur dan

struktur kristal komposit hidroksiapatit-silika 5% menggunakan bahan dasar

tulang sapi dan sekam padi.

b. Menjadi salah satu sumber bahan bagi peneliti-peneliti lainnya yang

membahas komposit hidroksiapatit-silika terkhusus dari bahan dasar tulang

sapi dan sekam padi.

c. Mempermudah pengerjaan penelitian berikutnya yang ingin meneruskan

mengenai komposit hidroksiapatit-silika dari bahan baku tulang sapi dengan

metode yang sama.

d. Menjadi bahan acuan bagi peneliti lainnya untuk mempermudah memahami

preparasi dan karakterisasi komposit hidroksiapatit-silika dari bahan dasar

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab II menjelaskan tentang beberapa konsep dasar teori yang mendukung topik

penelitian. Pembahasan dimulai dengan penjelasan mengenai komposisi dasar

tulang sapi, hidroksiapatit, mikrostruktur hidroksiapatit, sintesis hidroksiapatit,

biokeramik sebagai pengganti tulang (bone substitute), komposit, biokompatibilitas, keramik silika dari sekam padi, plenetary ball mill, aplikasi, dan karakterisasi komposit biokramik hidroksiapatit.

A. Komposisi Dasar Tulang Sapi

Tulang merupakan jaringan kuat pembentuk kerangka tubuh manusia dengan

jaringan kompleks yang berfungsi sebagai sistem penggerak dan pelindung organ

tubuh seperti otak, jantung, dan paru-paru (Matsumoto et al, 2011). Tulang

memiliki sifat keras, kuat, dan kaku (Ooi et al, 2007). Tulang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kompak yang disebut tulang kortikal dan bagian spongi yang

disebut tulang trabekula (Guo, 2001).

Tulang terdiri dari organik dan anorganik. Pada prinsipnya tulang sapi dengan

tulang lainnya memiliki struktur yang sama yaitu terbagi menjadi bagian epiphysis

(25)

8

hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2 dan 7% �-tricalcium phosphate (Ca3(PO4)2, �

-TCP (Ooi et al, 2007 ; Ylinen, 2006).

Gambar 2.1 (a) tulang femur, (b) bagian dalam tulang femur

Komposisi kimia tulang sapi terdiri dari zat anorganik berupa Ca, P, O, H, Na dan

Mg, dimana gabungan reaksi kimia unsur-unsur Ca, P, O, H merupakan senyawa

apatite mineral sedangkan Na dan Mg merupakan komponen zat anorganik

tambahan penyusun tulang sapi dengan suhu titik lebur tulang sapi sebesar 1227

oK (Sontang, 2000). Tulang sapi mengandung Ca

3(PO4)2 58,30%, Ca Co3 7,07%,

Mg3(PO4)2 2,09%, CaF2 1,96%, kolagen 4,62% (Perwitasari, 2008).

B. Hydroxyapatite (HA)

Hidroksiapatit (HA) adalah senyawa polikristalin kalsium fosfat (Ylinen, 2006)

dengan rumus molekul Ca10(PO4)6(OH)2 merupakan mineral apatit yang

(26)

9

Hidroksiapatit digunakan sebagai material pengganti tulang dan gigi manusia

(Darjito dkk, 2014). Karena HA merupakan material penyusun tulang dengan

60-70% berat tulang kering. HA murni adalah Ca5(PO4)3(OH) namun biasa ditulis

Ca10(PO4)6(OH)2 untuk menunjukkan bahwa unit kristalnya terdiri dari dua

molekul.

Gambar 2.2 Struktur kima HA (Ylinen, 2006)

Apatit merupakan istilah pada senyawa mineral. Apatit berasal dari kata yunani “

απαταω” (apato) yang berarti “rekayasa atau untuk menipu” (Ylinen, 2006).

Hidroksiapatit telah teruji sebagai tulang buatan karena memilki kemiripan

dengan tulang alami meskipun tidak semirip dengan unsur pokok organik seperti

kolagen dan polisakarida (Park, 2008). Hidroksiapatit merupakan unsur anorganik

alami berasal dari tulang yang dapat dimanfaatkan sebagai regenerasi tulang,

memperbaiki, mengisi, memperluas, dan merekontruksi jaringan tulang (Wahdah

dkk, 2014). Karena HA memiliki sifat biokompatibel yang sangat baik terhadap

tubuh manusia yang mengandung kalsium fosfat dalam jaringan keras pada tubuh

manusia (Dahlan dkk, 2009). Mineral HA sebagai komponen utama tulang

merupakan kalsium fosfat yang paling stabil dibawah kondisi fisiologi normal.

Material ini baik untuk transplantasi tulang karena dapat berikatan kuat dengan

tulang, membentuk lapisan pada permukaan jaringan tulang dan mempercepat

(27)

10

C. Mikrostruktur Hydroxyapatite (HA)

Padatan kristalin ada dalam keadaan kristal tunggal atau polikristalin. Kristal

tunggal adalah suatu padatan yang susunan atom-atomnya berulang dan periodik

sempurna, sampai seluruh spesimen semuanya tanpa gangguan. Suatu padatan

polikristalin tersusun dari kumpulan banyak kristal-kristal tunggal yang disebut

grain, pemisah grain satu dengan yang lain dengan luasan yang tidak teratur yang disebut grain boundearies (batas grain). Pertumbuhan grain terjadi setelah HA

mengalami sintering (Berezhnaya et al, 2008), pada proses pertumbuhan grain bagian yang signifikan adalah mengecilnya pori-pori dianatara grain (Volceanov,

et al, 2006) sehingga terjadi penambahan ukuran grain.

Gambar 2.3 (a) Skematik sampel polikristalin (b) Mikrostruktur ditunjukkan melalui mikroskop optic (Barsoum, 2005).

D. Sintesis Hidroksiapatit

Hidroksiapatit dapat disintesis dari beberapa sumber di alam seperti tulang sapi,

tulang babi, tulang ikan (barakat et al, 2009) koral (Gravel et al, 2006), cangkang

telur (Sari dkk 2004), cumu-cumi, gipsum alam, dan kalsit (Darjito, 2014).

Beberapa metode telah dipergunakan untuk mensintesis HA melalui solid state

(28)

11

pengendapan adalah metode yang paling banyak dipergunakan untuk sintesis HA,

karena teknik ini dapat mensintesis HA dalam jumlah besar tanpa menggunakan

pelarut-pelarut organik dengan biaya yang terjangkau (Oliveira, 2004). Sintesis

menggunakan metode sol-gel adalah sebuah metode efektif untuk sintesis HA

fasa-nano. Material HA yang disintesis dengan proses sol-gel efisien untuk

meningkatkan kontak dan stabilitas pada antarmuka alami/buatan di dalam

lingkungan in vitro dan juga di dalam tubuh (in vivo) (Suryadi, 2011).

 Preparasi Hydroxyapatite (HA)

Ada 3 cara untuk preparasi HA yaitu: (1) metode wet chemical (presipitasi atau

pengendapan dan hidrolisis) pada suhu yang relatif rendah; (2) metode

hidrotermal menggunakan suhu tinggi dan tekanan tinggi dalam larutan encer, dan

(3) metode reaksi solid-state reaction konvensional (proses basah dan kering) (Shackelford, 2005).

Proses wet-chemical sebagai berikut:

1. Menggunakan presipitasi dari campuran larutan encer atau hidrolisis kalsium

phosphat.

2. Dipreparasi dengan presipitasi dibawah kondisi dasar dan disentering pada 950

oC hingga 1100 oC .

3. Serbuk yang dipreparasi umumnya mengkristal buruk, tak homogen dalam

komposisi dan terbentuk tidak teratur, memiliki luas permukaan tinggi dan

ukuran partikel halus.

Proses Hydrothermal sebagai berikut:

(29)

12

2. Dilakukan pada suhu dan tekanan yang relatif tinggi, sistemnya tertutup. Suhu

dan tekanan dapat bervariasi dalam range 80 oC hingga 400 oC dan tekanan

hingga 100 Mpa atau lebih.

3. Serbuk yang dihasilkan terkristal baik, namun pada HA masih kukurangan

kalsium.

Proses solid-state reaction sebagai berikut:

1. Metode ini lebih populer dimasyarakat. Ada 2 proses teknik dalam

penggrindingan yaitu basah dan kering.

2. Proses basah menghasilkan serbuk yang lebih halus, lebih homogen dan lebih

reaktif dari pada proses kering.

3. sintering dilakukan umumnya pada suhu diatas 1100 oC (Shackelford, 2005).

E. Biokeramik Sebagai Pengganti Tulang (Bone Substitute)

Keramik adalah material logam dan nonlogam yang memiliki ikatan ionik dan

ikatan kovalen. Sedangkan Bio-Keramik adalah produk yang terbuat dari berbagai

jenis keramik yang dicampur dengan oksida mineral seperti silika, aluminium

oksida, dan sebagainya (Putra, 2009). Bahan biokeramik telah berhasil digunakan

untuk memperbaiki, merekonstruksi, dan mengganti bagian yang sakit atau bagian

tubuh yang rusak terutama tulang dan gigi. Bahan biokeramik memiliki

biokompatibilitas dan ikatan tulang atau sifat regenerasi tulang yang baik (Miao et

al, 2004). Sifat biokeramik antara lain tidak beracun, tidak mengandung zat

karsinogenik, tidak menyebabkan alergi, dan radang. Biokeramik yang paling

(30)

13

yang terkandung pada tulang, gigi, dan tendon. Kalsium fosfat merupakan

kandungan senyawa anorganik yang paling penting pada jaringan keras manusia

yang memiliki 69% kalsium fosfat dari berat tulang (Lavernia & Schoenung,

1991). Selain itu biokeramik juga digunakan sebagai penguat komponen komposit

dengan menggabungkan kedua sifat material menjadi material baru yang memiliki

sifat mekanis dan biokompatibilitas yang baik dan apabila diimplankan tidak

menunjukkan reaksi penolakan yang di anggap benda asing oleh tubuh.

Biokeramik dapat diklasifikasikan karena memiliki sifat sebagai berikut :

1. Bioaktif keramik

Memiliki stabilitaas kimia yang tinggi dalam tubuh dan ketika diimplankan

pada tulang yang hidup maka tulang tersebut akan melebur dan menyatu pada

jaringan tulang tersebut.

2. Bioinert keramik

Tidak meyebabkan perubahan dalam tubuh, baik dari segi fisik maupun

kimia.

3. Bioresorable

Material akan diserap dalam tubuh dan membentuk jaringan tulang yang baru

pada jaringan tulang (Ylinen, 2006).

Pengganti tulang buatan baru untuk sementara atau implan permanen telah

dikembangkan yaitu logam, polimer, dan keramik untuk digunakan dalam

biomaterial. Tiga logam umum yang digunakan sebagai bahan implan adalah baja,

cobalt, dan titanium. Tetapi tidak satupun dari logam tersebut dapat memberikan

(31)

14

memiliki kekuatan mekanik yang tinggi dan telah dikembangkan sebagai

pengganti jaringan keras dalam aplikasi medis karena bioaktivitas baik serta

osteoinduktivitas dan karakteristik biodegradasi (Nayak et al, 2010). Berbagai komposit keramik yaitu termasuk campuran-campuran seperti silika (SiO2) dan

alumina (Al2O3) yang memiliki kemurnian tinggi serta mampu menunjukkan

biokompatibilitas yang baik dan ketahanan tinggi. Keramik yang digunakan untuk

implan biologis ada tiga jenis antara lain :

1. Keramik oksida seperti Alumunium Oksida Al2O3 dan Zirkonium Oksida

ZrO2.

2. Kalsium fosfat yang mengandung keramik seperti silika, dan

3. Keramik kalsium fosfat seperti tri-kaslium fosfat (TCP), Hidroksiapatit (HA)

dan BCP (Heimke dan Gross, 1980 ; Jarcho, 1981).

F. Komposit

Komposit adalah material yang terbentuk dari dua macam atau lebih material yang

dipadukan dalam skala makroskopis. Sifat yang dimiliki bahan komposit

merupakan paduan dari sifat-sifat dan bahan-bahan penyusunnya. Secara umum,

komposit tersusun atas 2 bagian utama, yaitu:

a. Matriks, merupakan dasaran untuk merekatkan, melindungi filler (pengisi) dari

gangguan eksternal. Matriks yang biasa digunakan adalah: karbon, gelas,

Kevlar.

b. Filler (pengisi), merupakan penguat dari matriks, kekuatan bahan komposit

(32)

15

pada suatu matriks. Filler yang sering digunakan antara lain: aramid, hidroksiapatit, karbon, dll.

Komposit dibagi menjadi 3 jenis, jika diklasifikasikan berdasarkan matriks

penyusunnya, yaitu antara lain:

a. MMC (Metal Matriks Composite), yang menggunakan matriks dari material

logam.

b. CMC (Ceramic Matriks Composite), yang menggunakan matriks dari material

keramik.

c. PMC (Polymer Matriks Composite), yang menggunakan matriks dari material

polimer.

Hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) adalah salah satu jenis biokeramik inert berpori

dan berbentuk seperti jarum-jarum (Vlack, 2004). Dalam komposit hidroksiapatit

dengan silika, hidroksiapatit bertindak sebagai filler (pengisi) dan silika sebagai

matriks. Manfaat utama dari penggunaan komposit hidroksiapatit adalah

mendapatkan kombinasi sifat kekuatan serta kekakuan tinggi dan berat jenis yang

ringan. Dengan memilih kombinasi material serat dan matriks yang tepat, dapat

membuat suatu material komposit dengan sifat yang tepat sama dengan kebutuhan

sifat untuk suatu struktur tertentu dan tujuan tertentu pula.

G. Biokompatibilitas

Biokompatibilitas adalah kemampuan dari material untuk tidak menimbulkan

(33)

16

2007). Sifat bioresorbsi menunjukkan tingkat kemampuan suatu material untuk

dapat terserap/larut/melebur dengan lingkungan resipien. Dalam konteks material

sebagai pengganti tulang, sifat bioresorbsi menunjukkan kemampuan material

tersebut untuk dapat terserap oleh jaringan tulang resipien akibat aktivitas selular

dan/atau pengaruh lingkungan biologis tubuh (Ylinen, 2006).

Salah satu indikasi dalam penerapannya pada bidang ortopedi, suatu material

implan dikatakan teresorbsi adalah ketika batas antara material implan dan tulang

induk menghilang sehingga implan tersebut dapat dikatakan menyatu dengan

tulang induknya, seperti pada gambar 4. di bawah yang memperlihatkan hasil uji

biokompatibilitas secara in vivo pada kelinci yang dilakukan BPPT pada tahun 2007. Pada gambar tersebut tampak bahwa pada waktu pengamatan selama 3

minggu batas antara implan HA dengan tulang induk masih sangat tegas. Berbeda

halnya dengan xenograft, batas antara implan dan tulang induk sudah mulai tersamar yang mengindikasi sudah terjadinya proses bioresorbsi. Pada minggu ke

6, batas antara HA dan tulang induk juga masih jelas terlihat meskipun tidak

setegas minggu ke 3, sementara pada xenograft batas itu sudah ampir hilang. Hasil

(34)

17

Gambar 2.4 Radiologi dari HA (kiri) dan xenograft tulang sapi (kanan) yang memperlihatkan bahwa xenograft lebih bioresorbable dibandingkan HA.

Bioresorbsi suatu material implan merupakan hal penting karena adanya

kemampuan ini maka tidak diperlukan lagi operasi kedua untuk peleasan implan.

Jadi resorbsi ini harus dicapai agar resipien mampu mengadakan pertumbuhan

pada tempat yang mengalami defek. Sementara itu implan tersebut bertindak

sebagai scaffold yang mengalami resorbsi secara parsial sehingga mampu

mempertahankan integritas mekanik hingga jaringan baru yang terbentuk

memiliki kekuatan yang cukup untuk.

H. Keramik Silika dari Sekam Padi

Sekam padi memiliki kandungan silika 20%, sehingga dapat dijadikan bahan baku

yang berharga untuk produksi silika untuk aplikasi seperti pemisahan, adsorbsi,

katalis dan isolasi termal (Jullaphan et al, 2009 ; Li et al, 2011). Penggunaan sekam padi sebagai sumber silika untuk produksi nano komposit dengan proses

(35)

18

Salah satu metoda dalam pembuatan nanopartikel silika, SiO2 adalah metoda

sol-gel. Metoda sol-gel merupakan metoda yang paling banyak dilakukan. Hal ini

disebabkan karena beberapa keunggulannya, antara lain: proses berlangsung pada

temperatur rendah, prosesnya relatif lebih mudah, bisa diaplikasikan dalam segala

kondisi (versatile), menghasilkan produk dengan kemurnian dan kehomogenan

yang tinggi. Proses sol gel dapat didefinisikan sebagai proses pembentukan

senyawa anorganik melalui reaksi kimia dalam larutan pada suhu rendah, dimana

dalam proses tersebut terjadi perubahan fasa dari suspensi koloid (sol) membentuk

fasa cair kontinyu (gel) (Zawrah et al, 2009).

Silika gel merupakan salah satu bahan anorganik yang memiliki kelebihan sifat,

yaitu memiliki kestabilan tinggi terhadap pengaruh mekanik, temperatur, dan

kondisi keasaman (Sriyanti dkk, 2005). Silika gel tergolong sebagai silika

amorphous yang terdiri dari partikel-partikel dalam bentuk polimer (SiO2). Atom Si pada silika gel berikatan kovalen terhadap empat atom O dalam susunan

tetrahedral. Setiap atom O tersebut berikatan kovalen dengan atom Si yang lain

membentuk gugus fungsional siloksan (-Si-O-Si-) dan silanol (-Si-OH). Pada

umumnya panjang ikatan Si-O ± 0,16 nm dan sudut ikatan Si-O-Si sekitar 1480

(Brinker dan Scherer, 1990)

Silika gel umumnya disintesis dengan cara presipitasi larutan silikat dan sol

silikat. Pori-pori silika gel tergantung pada kondisi preparasinya pada rata-rata

berdiameter 7.103-1,8.103 Å sedangkan luas permukaan silika gel antara 450-530

(36)

19

biasanya akan bertambah dengan kenaikan ukuran pori-pori silika gel. Adanya

gugus aktif dan sifat-sifat fisik silika gel tersebut maka silika gel secara umum

sering digunakan sebagai adsorben, desikan dan pengisi pada kromatografi

(sebagai fase diam) (Ishizaki, 1998). Silika gel murni dengan adanya gugus

silanol dan siloksan telah dilaporkan dapat mengabsorbsi ion logam keras seperti

Na+, Mg2+, Ca2+, dan Fe2+ (Cestari, 2000).

Silika merupakan bahan kimia yang pemanfaatan aplikasinya sangat luas mulai

bidang elektronik, mekanis, medis, seni, hingga bidang-bidang lainnya (Harsono,

2002). Keramik dalam aplikasi biomedis digunakan sebagai komposit karena

bioaktivitas sangat baik serta osteoinduktivitas dan karakteristik biodegradasi.

Apabila di implankan pada tulang keramik tidak menunjukkan tosisitas lokal dan

sistemik, peradangan, bahkan tidak menolak dan tidak dianggap sebagai benda

asing pada tubuh. Keuntungan dari keramik adalah memiliki kekuatan mekanik,

serta bioaktivas yang sangat mirip dengan tulang alami (Nayak, 2010).

I. Planetary Ball Mill

Planetary ball mill adalah ball mill dengan skala kecil yang digunakan di dalam laboratorium dan digunakan untuk mereduksi ukuran baik dengan penggilingan

secara kering dan basah. Pencampuran, homogenisasi dari bahan kimia, tanah, dan

(37)

20

Planetary ball mill terdiri dari bola giling dan wadah penggilingan. Bola giling berfungsi sebagai penghancur, sehingga material pembentuk bola giling harus

memiliki kekerasan yang tinggi agar tidak terjadi kontaminasi saat terjadi

benturan dan gesekan antara serbuk, bola dan wadah penggilingan. Ukuran bola

yang digunakan dalam proses pereduksi mempengaruhi efisiensi serta bentuk aktif

serbuk setelah dilakukan proses milling. Penggunaan bola yang besar

memungkinkan adanya kontaminan yang semakin besar dan bagian bola yang

menumbuk serbuk akan semakin kecil luasnya. Selain itu penggunaan bola besar

akan mempercepat kenaikan temperatur.

Wadah penggiling merupakan media yang digunakan untuk menahan gerakan

bola-bola giling dan ketika proses penggilingan berlangsung. Akibat yang

ditimbulkan dari proses penahanan gerak bola-bola giling tersebut adalah

terjadinya benturan antara bola giling, serbuk dan wadah penggilingan sehingga

menyebabkan terjadinya proses penghancuran serbuk secara berulang-ulang

(Rachmania, 2012).

Gambar 2.5 Planetary Ball Mill.

J. Aplikasi

Fungsi HA dalam aplikasi biomedis sangat ditentukan oleh kesamaan dalam

(38)

21

mineral dalam enemel, dentin, dan tulang (Nather, 2012). Sifat hidroksiapatit

sangat mirip dengan komponen organ-organ tertentu dari tubuh manusia seperti

tulang dan gigi. Meluasnya penggunaan HA untuk aplikasi biomedis tulang dalam

kaki palsu yang di dasarkan pada analogi struktural dan kelemban dengan biologi

tulang yang hidup (Ylinen, 2006). Tulang dan gigi mengandung komponen

mineral HA yang menyangga mayoritas beban in vivo (dalam tubuh). Jaringan otot keras juga mengandung fasa mineral yang mirip dengan keramik

hydroxyapatite. Tulang (berpori) banyak digunakan untuk membuat implan.

Teknik jaringan sering didefinisikan sebagai teknik penerapan dan ilmu

kedokteran untuk desain, sintesis, memodifikasi, pertumbuhan, dan regenerasi

jaringan hidup. Sejumlah bahan implan berdasarkan kalsium hidroksiapatit,

kalsium fosfat, keramik fosfat, bio-glass dan komposit telah diterapkan. Implan

telah digunakan dalam ortopdi bedah saraf dan kedokteran gigi (Habib dan Alam,

2012). Bahan implan dapat menunjukkan afinitas dan aktifitas biologis untuk

jaringan sekitarnya ketika pada saat ditanamkan (Sargolzaei et al, 2006).

K. Karakterisasi Material Komposit Biokeramik Hidroksiapatit (HA)

Beberapa teknik karakterisasi digunakan unutk mengetahui karakteristik dari

material yang dihasilkan pada penelitian ini antara lain Fourier Transform Infra

Red (FTIR), X-Ray Diffractometer (XRD), dan Scanning Electron Microscopy

(39)

22

1. Fourier Transform Infra Red (FTIR)

Konsep dari teknik pengujian ini adalah memberikan radiasi kepada sampel

sehingga nantinya akan diketahui perilaku sampel tersebut terhadap radiasi yang

diberikan, apakah radiasi tersebut ada yang diserap atau dilewatkan. Metode FTIR

merupakan bagian dari metode pengujian berbasis serapan spektroskopi tujuannya

adalah untuk mengetahui seberapa baik sebuah sampel menyerap cahaya pada tiap

panjang gelombang. Pada FTIR, sampel disinari dengan sebuah berkas cahaya

sekaligus yang mengandung banyak frekuensi cahaya berbeda, dan mengukur

berapa banyak berkas cahaya tersebut yang diserap oleh sampel dan digunakan

untuk mengidentifikasi gugus fungsi dari komposit biokramik hidroksiapatit yang

diperoleh.

Analisa sampel pada spektroskopi FTIR diawali dengan dipancarkannya sinar

infra merah dari sumber benda hitam. Sinar tersebut melaju dan melawati celah

yang mengontrol jumlah energi yang disediakan untuk sampe. Sinar akan masuk

kedalam interferometer, yang mengijinkan beberapa panjang gelombnag untuk

lewat dan memblokir yang lainnya berdasarkan interferensi gelombang. Sinar

tersebut kemudian memasuki ruang sampel, dimana sinar ditransmisikan keluar

atau dipantulkan kembali bergantung pada tipe analisis yang diselesaikan. Setelah

itu sinar tersebut masuk kedektetor untuk di analisa akhir. Hasil keluaran diolah

menjadi sinyal digital berupa interferogram dan dikirimkan ke komputer.

(40)

23

2. X-Ray Diffraction (XRD)

X-Ray Diffraction (XRD) digunakan untuk melihat pola difraksi dan kristalin

komposit biokramik hidroksiapatit. XRD merupakan suatu metode yang

berdasarkan pada sifat-sifat difraksi sinar X, yakni hamburan dengan panjang

gelombang saat melewati kisi kristal dengan sudut datang θ dan jarak antar

bidang kristal sebesar d. Data yang diperoleh dari metode XRD adalah sudut

hamburan (sudut Bragg) dan intensitas cahaya difraksi. XRD dapat digunakan

untuk menentukan fasa kristal, parameter kisi, derajat kritalinitas, dan fasa yang

terdapat dalam suatu sampel. Metode XRD dapat memberikan informasi secara

kuanttatif tentang komposisi fasa-fasa yang terdapat dalam suatu sampel.

3. Scanning Electron Microscopy (SEM)

Struktur mikroskopik diamati menggunakan SEM, prinsip kerjanya yaitu dengan

memindai permukaan dari material. Ketika elektron berenergi tinggi menumbuk

spesimen, elektron tersebut akan dihamburkan oleh atom dari spesimen.

Hamburan elektron menyebabkan perubahan arah hambatan elektron dibawah

permukaan spesimen. Interaksi yang terjadi antara berkas elektron hanya terjadi

pada volum tertentu di bawah permukaan spesimen. Dari interaksi tersebut

dihasilkan apa yang disebut dengan Secondary Electron (SE) dan Backscattered Electron (BSE) yang nantinya dipergunakan sebagai sumber sinyal untuk

membentuk gambar.

Prinsip kerja SEM mirip dengan mikroskop optik, hanya saja berbeda dalam

(41)

24

yang didesain khusus berfungsi sebagai lensa. Energi elektron biasanya 100 keV,

yang menghasilkan panjang gelombang kira-kira 0,04 nm. Spesimen sasaran

sangat tipis agar berkas yang dihantarkan tidak diperlambat atau dihamburkan

(42)

25

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Universitas Lampung, dengan uji karakterisasi yang dilakukan di Laboratorium

Material UIN Jakarta, Laboratorium Material ITS Surabaya dan Lembaga

Pembinaan dan Pengembangan Potensi Generasi Muda (LP3GM) Bandung.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain oven, pressure cooker, kompor listrik, neraca digital, magnetic stirrer, ball mill, mortal dan pastel, cawan, beaker glass, erlenmeyer, gelas ukur, corong, pipet tetes, saringan, kertas

saring, alumunium foil, cetakan, pellet, furnace, Fourier Transform Infra Red (FTIR), Scanning Electron Microscop-Energy Disversive Spectrometer

(SEM-EDS) dan X-Ray Diffractions (XRD). Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tulang sapi, sekam padi, aquades, ethanol, KOH, HCl,

(43)

26

C. Prosedur Penelitian

1. Prosedur Preparasi Tulang Sapi

Untuk memperoleh hidroksiapatit berbahan dasar tulang sapi digunakan prosedur

sebagai berikut:

1. Membersihkan tulang sapi dengan air secara berulang-ulang.

2. Mengeringkan tulang sapi dengan oven pada suhu 100 selama 3 jam.

3. Merebus tulang sapi dalam pressure cooker selama 8 jam, dengan ketentuan setiap 2 jam sekali dilakukan penambahan air pada garis batas alat.

4. Mengeringkan tulang sapi dengan oven suhu 150 selama 2 jam.

5. Merendam tulang sapi menggunakan larutan HCl 1 N selama 24 jam.

6. Meniriskan dan mengeringkan tulang sapi dengan oven suhu 100 selama 3

jam, kemudian mencuci bersih dengan aquades.

7. Merendam kembali menggunakan larutan NaOH 1 N selama 24 jam dan

membersihkan tulang sapi menggunakan aquades.

8. Meniriskan dan mengeringkan kembali tulang sapi dengan oven suhu

100 selama 3 jam

9. Menggerus tulang sapi selama3 jam.

10.Mealakukan ball mill pada tulang sapi dengan menambahkan etanol selama 2

jam (aging)

11.Mengoven tulang sapi 100 °C selama 2 jam dan menggerus selama 1 menit

2. Prosedur Silika Sekam Padi

Untuk memperoleh silika dari bahan dasar sekam padi digunakan metode sol-gel

(44)

27

1. Membersihkan sekam padi dari kotoran seperti batang dan daun.

2. Merendam sekam padi, sekam yang mengapung dibuang dan sekam yang

mengendap diambil.

3. Membersihkan sekam padi dengan air biasa secara berulang ulang.

4. mengeringkan sekam padi dibawah sinar matahari

5. Merendam sekam padi dengan menggunakan air panas selama 15 menit.

6. Mengeringkan sekam padi dibawah sinar matahari hingga mengering

kemudian mengeringkan kembali menggunakan oven pada suhu 110

selama 2 jam.

7. Mengekstraksi sekam padi dengan mencampurkan larutan KOH 5% kedalam

sekam padi dan dipanaskan selama 1 jam (aging).

8. Mengubah sol menjadi gel dengan memberi larutan HCl 10% sedikit demi

sedikit hingga sol berubah menjadi gel coklat (aging).

9. Memutihkan gel coklat menggunakan pemutih (aging)

10. Mengoven gel putih 100 °C selama 8 jam hingga mengering dan berbentuk

padatan silika berwarna putih.

11. Menggerus silika padatan selama 3 jam hingga menjadi serbuk silika

3. Prosedur komposit hidroksiapatit-silika 5%.

Berikut adalah prosedur yang digunakan untuk komposit hidroksiapatit-silika 5%.

1. Mencampur serbuk hidroksiapatit dan serbuk silika dengan perbandingan 5%

silika kedalam larutan etanol

2. Menstirrer sampel selama 3 jam dan di (aging).

(45)

28

4. Mengoven endapan sampel 100 selama 2 jam.

5. Menggerus sampel selama 1 jam.

6. Membakar sampel dengan menggunakan furnace pada suhu 1200 dengan

waktu tahan 3 jam.

7. Mengkarakterisasi sampel menggunakan FTIR, XRD, dan SEM-EDS.

D. Preparasi Bahan Dasar

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang sapi dan sekam padi,

berikut adalah preparasi bahan dasar yang dilakukan pada penelitian ini.

1. Tulang sapi

Tulang sapi yang digunakan adalah tulang sapi yang masih dalam kondisi baik,

bukan tulang sapi yang sudah terlalu lama. Tulang sapi yang digunakan masih

berbentuk bongkahan-bongkahan, kotor dan masih adanya sisa-sisa daging yang

menempel pada tulang. Untuk mendapatkan sampel yang diinginkan sehingga

perlu dilakukan preparasi bahan terlebih dahulu. Preparasi bahan dimulai dengan

pemotongan tulang sapi kecil-kecil dari bentuk semula berupa bongkahan.

Kemudian memilih bentuk dan struktur potongan tulang yang bagus sebagai

bahan penelitian karena menentukan banyak atau sedikitnya kandungan kalsium,

dalam hal ini dipilihlah jenis tulang kortikal. Selanjutnya membersihkan sisa-sisa

daging yang masih melekat pada tulang dan mencuci berulang-ulang

(46)

29

2. Sekam padi

Sekam padi yang digunakan adalah sekam padi yang masih dalam kondisi baik,

tidak terlalu lama sehingga tidak dalam kondisi busuk. Hal ini dapat dilihat dari

warna dan bentuknya yang masih terlihat baru. Sekam padi yang baru diambil dari

pabrik penggilingan umumnya masih bercampur dengan kotoran-kotoran sisa

penggilingan seperti tanah, daun bahkan batang jerami itu sendiri, sehingga untuk

mendapatkan sampel yang diinginkan perlu dilakukan preparasi bahan terlebih

dahulu. Preparasi dimulai dengan merendam, membuang sekam yang mengapung

mengambil sekam yang mengendap. Mencuci sekam padi hingga benar bersih,

ditiriskan dan menjemur sekam dibawah sinar matahari. Sekam padi yang sudah

kering direndam di air panas selama 15 menit, sekam yang mengapung dibuang

dan mengendap diambil lalu sekam dijemur kembali dibawah sinar matahari

hingga mengering dan dioven selama 2 jam.

E. Perendaman Sampel pada Larutan

Perendam yang dilakukan dengan menggunakan larutan HCl 1 N selama 24 jam

bertujuan untuk menghilangkan kandungan pengotor pada tulang sapi. Lalu

meniriskan hasil rendaman dan mengeringkan kembali menggunakan oven pada

suhu 100 selama 3 jam. Berikutnya mencuci bersih mengguanakan aquades.

Tahap selanjutnya perendaman menggunakan larutan NaOH dengan perlakuan

yang sama yaitu merendam tulang sapi hasil perendaman HCl selama 24 jam yang

bertujuan menetralkan kandungan HCl yang masih melekat pada tulang sapi.

Kemudian mengeringkan kembali menggunakan oven pada suhu yang sama yakni

(47)

30

F. Proses Sol-Gel

Proses ini sekam padi di ekstraksi dengan mencampurkan larutan KOH kedalam

sekam padi dan dipanaskan selama 1 jam (aging). Proses sol menjadi gel

menggunakan larutan HCl dengan memberi larutan HCl sedikit demi sedikit

kedalam sol hingga berubah menjadi gel coklat. Memutihkan gel coklat menjadi

gel berwarna putih dengan menggunakan pemutih. Pengovenan gel putih sleama 8

jam dengan suhu 100 oC hingga mengering dan berbentuk silika padatan berwarna

putih dan digerus selama 3 jam hingga menjadi serbuk silika.

G. Preparasi Karakterisasi

Dari bahan yang sudah diperoleh, selanjutnya dilakukan pencampuran 95 gram

hidroksiapatit dengan 5 gram silika kedalam larutan etanol dengan menggunakan

stirrer selama 3 jam, dioven 100oC selama 2 jam dan digerus selama 1 jam. Pada tahap akhir dilakukan uji karakterisasi yang meliputi karakterisasi FTIR,

SEM-EDS, dan XRD.

1. FTIR (Fourier Transform Infra Red)

Karakterisasi menggunakan FTIR (Fourier Transform Infra Red) dilakukan untuk

mengetahui gugus fungsi bahan hidroksiapatit. Langkah-langkah yang dilakukan

dalam proses FTIR adalah:

1. Menimbang sampel halus sebanyak ± 0,1 gram.

2. Menimbang sampel padat (bebas air) dengan massa ± 1% dari berat KBr.

3. Mencampur KBr dan sampel kedalam mortal dan mengaduk hingga

(48)

31

4. Menyiapkan cetakan pellet, mencuci bagian sampel, base dan tablet frame

dengan kloroform.

5. Memasukkan sampel KBr yang telah dicampur dengan set cetakan pellet.

6. Menghubungkan dengan pompa vakum untuk meminimalkan kadar air.

7. Meletakkan cetakan pompa hidrolik dan memberikan tekanan sebesar ± 8

gauge.

8. Menghidupkan pompa vakum selama 15 menit.

9. Mematikan pompa vakum, kemudian menurunkan tekanan dalam cetakan

dengan cara membuka keran udara.

10. Melepaskan pellet KBr yang telah terbentuk dan menempatkan pellet KBr pada tablet holder.

11. Menghidupkan alat dengan mengalirkan sumber arus listrik, alat

interferometer dan komputer.

2. XRD (X-Ray Diffraction)

Karakterisasi menggunakan XRD (X-Ray Diffraction) dilakukan untuk

mengetahui struktur kristal bahan hidroksiapatit. Langkah-langkah yang dilakukan

dalam proses XRD adalah:

1. Menyiapkan sampel yang akan dianalisis, kemudian merekatkannya pada

kaca dan memasang pada tempatnya berupa lempeng tipis berbentuk persegi

panjang (sampel holder) dengan lilin perekat.

2. Memasang sampel yang telah disimpan pada sampel holder kemudian

(49)

32

3. Memasukkan parameter pengukuran pada software pengukuran melalui

computer pengontrol, yaitu meliputi penentuan scan mode, penentuan rentang

sudut, kecepatan scan cuplikan, member nama cuplikan dan member

nomorurut fille data.

4. Mengoperasikan alat difraktometer dengan perintah “start” pada menu komputer, dimana sinar-X akan meradia sisa mpel yang terpancar dari target

Cu dengan panjang gelombang 1,5406 Å.

5. Melihat hasil difraksi pada computer dan intensitas difraksi pada sudut 2

tertentu dapat dicetak oleh mesin printer.

6. Mengambil sampel setelah pengukuran cuplikan selesai.

7. Data yang terekam berupa sudut difraksi (2 ), besarnya intensitas (I), dan

waktu pencatatan perlangkah (t).

8. Setelah data diperoleh analisis kualitatif dengan menggunakan search match

analisys yaitu membandingkan data yang diperoleh dengan data standar (PDF = Power Diffraction File).

3. SEM (Scanning Electron Microscopy)

Karakterisasi SEM dilakukan untuk mengetahui mikrostruktur hidroksiapatit.

Langkah-langkah dalam proses SEM adalah:

1. Memasukkan sampel yang akan dianalisa ke vacum column, dimana udara

akan dipompa keluar untuk menciptakan kondisi vakum. Kondisi vakum ini

diperlukan agar tidak ada molekul gas yang dapat mengganggu jalannya

(50)

33

2. Elektron ditembakkan dan akan melewati berbagai lensa yang ada menuju

kesatu titik di sampel.

3. Sinar electron tersebut akan dipantulkan kedetektor lalu ke amplifier untuk

memperkuat signal sebelum masuk ke computer untuk menampilkan gambar

atau image yang diinginkan.

H. Diagram Alir

Adapun diagram alir penelitian preparasi dan karakterisasi komposit

hidroksiapatit-silika 5% yang berbahan dasar tulang sapi dan sekam padi dapat

(51)

34

Mencampur serbuk hidroksiapatit dan 5% serbuk silika

(52)

56

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian karakteristik komposit BHAp-SiO₂ dari

sintesis HA berbahan dasar tulang sapi dengan metode solid state reaction dan

SiO₂ berbahan dasar sekam padi dengan metode sol gel dapat dilihat dari hasil

analisis fungsional, mikrostruktur, dan fasa, maka didapat kesimpulan seagai

berikut :

1. Hasil analisis FTIR kompsit hidroksiapatit-silika amorf 5% sintering 1200 °C

hasil sintesis memiliki gugus fungsi yang mengindikasikasikan terbentuknya

Ca (PO ) SiO , yakni gugus OHˉ, CO32ˉ, PO43ˉ dan SiO2.

2. Hasil analisis struktur mikro menggunakan SEM menunjukkan sampel

komposit hidroksiapatit-silika amorf 5% sintering 1200 °C memiliki ukuran

butir yang lebih homogen, tersebar merata dan ukuran partikel yang sama.

3. Hasil FTIR, XRD menunjukkan pengaruh komposit terhadap perubahan fasa

yang terjadi akibat subtitusi dari silika amorf dan perlakuan termal yang

diberikan menyebabkan beberapa gugus fosfat dan OH hilang untuk menjaga

keseimbangan muatan hidroksiapatit dan membentuk fasa kalsium fosfat

(53)

57

4. Hasil analisis komposisi unsur dan senyawa dengan menggunakan EDS

menunjukkan komposit hidroksiapatit-silika amorf 5% terdiri dari unsur Si dalam bentuk senyawa SiO2, Unsur Ca dalam bentuk senyawa CaO, Unsur P

dalam bentuk senyawa P2O5.

B.Saran

Pada penelitian lebih lanjut disarankan agar:

1. Untuk mengetahui komposisi terbaik komposit hidroksiapatit dan silika

disarankan agar penelitian selanjutnya menggunakan komposisi

hidroksiapatit dan silika yang berbeda yaitu 15%, 20%.atau 30%.

2. Melakukan uji sifat fisis dan mekanik pada komposit hidroksiapatit untuk

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Barakat, N.A.M. Khil M.S. Sheikh F.A. Omran A.M. Kim H.Y. 2009. Extraction of Pure Natural Hydroxyapatite from the Bovine Bone Bio Waste by Three Different Methods. Materials Processing Technology. Vol. 209. pp. 3408-3415.

Barezhnaya, A. 2008. Solid-Phase Interaction In The Hydroxyapatite/Titanium Heterostructures Upon High-Temperature Aneling In Air and Argon. Inorganic Materials. Vol. 44, No. 11, pp. 1214-1217.

Barsoum,M.W. 2005. Fundamentals Ceramics. John Wiley. New York

Brinker, C.J. and Scherer G.W. 1990. The Physics and Chemistry of Sol-Gel Processing. Sol-Gel Science. pp. 839-880.

Darjito, Arum C.D. dan Sri W. 2014. Sintesis Biokeramik Hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2 dari Limbah Tulang Sapi Menggunakan Metode Sol-Gel. Kimia Student Journal. Vol. 1, No. 2, pp. 203-209.

Fahimah, A. Diniyah W. Sri W. Mohammad M.K. 2014. Pengaruh Perbandingan Massa a:P Terhadap Sintesis Hidroksiapatit Tulang Sapi dengan Metode Kering. Kimia Student Journal. Vol. 1, No. 2, pp. 196-202.

George, S. 2001. Infrared and Raman Characteristic Group Frequencies: Tables and Charts. Canada: Wiley.

Habib, F.S. Alam N. Zahra M. Irfan W. Iqbal. 2012. Synthesis Route and Characterization of Hydroxyapatite Powder Prepared from Waste Egg Shells. Pakistan Institute of Technology for Minerals and Advanced Engineering Materials PCSIR Lab. Complex Lahore. Pakistan

Heimke, G and Gross P. 1980. Ceramic Implant Materials. Medical & Biology Engineering. Vol.18, pp. 503–510.

(55)

Jullaphan, O. Witoon T. Chareonpanich M. 2009. Synthesis of Mixed-Phase Uniformly Infiltrated SBA-3-Like in SBA-15 Bimodal Mesoporous Silica From Rice Husk Ash. Materials Letters.Vol. 63, pp. 1303-1306.

Kim, M. Yoon S.K. Choi E. Gil B. 2008. Comparison of The Adsorbent Performance Between Rice Hull Ash and Rice Hull Silica Gel According to Their Structural Differences. Food Science and Technology. Vol. 41, pp. 701706.

Kim, S.R. Leeb J.H. Kim Y.T. Riu D.H. Jung S.J. Lee Y.J. Chung S.C. Kim Y.H. 2002. Synthesis of Si, Mg Substituted Hydroxyapatites and Their Sintering Behaviors. Biomaterials. Vol. 24, pp.1389–1398.

Kusrini, E dan Sontang M. 2012. Characterization of X-Ray Diffraction and Electron Spin Resonance. Physical and Chemistry. Vol. 81, pp. 118-125.

Lavernia, C.J.M. and Schoenung. 1991. Calcium Phosphate Ceramics as Bone Substitute. Ceramic Bulletin. Vol. 70, No. 1, pp. 53-62.

Li, D.W. Chen D.Y. Zhu X.F. 2011. Reduction in Time Required for Synthesis of High Specific Surface Area Silica from Pyrolized Rice Husk by Precipitation at Low PH. Bioresource Technology. Vol. 102, pp. 7001-7003.

Lin, P. and Groot K. 1994. Better Bioactive Ceramics Through Sol-Gel Process. Journal of Sol-Gel Science and Technology. Vol. 3, No. 3, pp 797-801.

Maachou, H. 2008. Characterization and In Vitro Bioactivity of Chitosan/Hydroxyapatite Composite Membrane Prepared by Freeze-Gelation Method. Ceramics International. Vol. 22, No. 1, pp. 16-27.

Matsumoto, T.J. Sang H. Takuya I. Takayosi N. Takuya M. Satosi I. 2011. Zirconia-Hydroxyapatite Composite Material With Micro Porous Structure. Dental Materials. Vol. 27, pp. 205-212.

Mollazadeh, S.J. Javadpour A. Khavandi. 2007. In Situ Synthesis and Characterization of Nano-Size Hydroxyapatite in Poly (Vinyl Alcohol) Matrix. Ceramics International. Vol. 33, pp 1579-1583.

Mondal, S. Biswanath M. Apurba d. Sudit S. Mukhopadhay. 2010. Studies of Processing and Characerization of Hydroxyapatite Biomaterials from Different Bio Wastes. Journal of Minerals and Materias Characterization and engineering. Vol. 11, No. 1, pp. 55-67.

(56)

Nayak, J.P. 2010. Preparation and Characterization of Bioactive Silica-based Ceramics derived from Rice Husk Ash. India: National Institute of Technology Rourkela.

Nayak, J.P and J. Bera. 2010. Effect of Sintering Temperature on Mechanical Behavoir and Bioactivity of Sol-Gel Synthesized Bioglass-Ceramics Using Rice Husk Ash as a Silica Source. Applied Surface Science. Vol. 257, pp. 458-462.

Ooi, C.Y. Hamdi M. Ramesh S. 2007. Properties of Hidroxyapatite Produced By Annealing of Bovine Bone. Ceramics International. Vol. 33, pp. 1171-1177.

Park, J. 2008. Properties Characterizations, and Aplications. Springer. New York.

Perwitasari, D.C. 2008. Hidrolisis Tulang Sapi Menggunakan HCl Untuk Pembuatan Gelatin. Makalah Seminar Nasional Soebardjo Brotohardjono.

Pijarn, N. Jaroenworaluck A. Sunsaneeyametha W. Stevens R. 2010. Synthesis and Characterization of Nanosized-Silica Gels Formed Under Contolled Conditions. Powder Technology. No. 203, pp. 462-468.

Qu, Y.N. Tian Y.M. Zou B. Zhang J. Zheng Y.H. Wang I.I. Li Y. Rong C.G. Wang Z.C. 2010. A Novel Mesoporous Lignin/Silica Hybrid from Rice Husk Produced by a Sol-Gel Method. Bioresource Technology. Vol. 101, pp. 8402-8405.

Rachmania, A.P. 2012. Preparasi Hidroksiapatit dari Tulang Sapi dengan Metode Kombinasi Ultrasonik dan Spray Drying. Tesis. Depok: Universitas Indonesia.

Sari, Y.W. Maddu A. Dahlan K. Fajriyah H.I. Dewi S.U. Soejoko D.S. 2011. In Situ Synthesis of Composite of Calcium Phosphate Carbonate-Polyglycolide. Jurnal Nanosains dan Nanoteknologi. Vol. 1, No. 2, pp. 63-66.

Shackelford, J.F. 2005. Advanced Ceramics: Bioceramics. Gordon and Breach Publisers, New Jessey. New York.

Sheeraz, N. Zulkifli C. Rahman I.A. Mohamad D. Husein A. 2013. A Green Sol-Gel Route The Synthesis of Structurally Controlled Silica Perticles From Rice Husk For Dental Comosite Filler. Ceramics International. Vol. 39, pp. 4559-4567.

(57)

Suryadi. 2011. Sintesis dan Karakterisasi Biomaterial Hidroksipatit dengan ProsesPengendapan Kimia Basah. Tesis. Depok: Universitas Indonesia. Wahdah, I. Sri W. Darjito. 2014. Sintesis Hidroksiapatit dari Tulang Sapi dengan

Metode Basah-Pengendapan. Kimia Student Journal. Vol.1, No. 1, pp. 92-97.

Windarti, T dan Astuti Y. 2006. Pengaruh Konsentrasi Ca2+ dan (PO4)3- pada Pembentukan Hidroksiapatit di dalam Matrik Selulosa Material. Kimia Student. Vol. 9, No. 3, pp. 1-4.

Vlack, L. H. 2004. Elemen-Elemen Ilmu dan Rekayasa Material. Jakarta: Erlangga

Ylinen, P. 2006. Applications of Coralline Hidroxyapatite with Bioresorbable Containment and Reinforcement as Bonegraft Substitute. Academic dissertation. Medical Faculty of the University of Helsinki.

Zaragoza, D.L. Guzman E.T.R. Gutierrez L.R.R. 2009. Surface and Physicochemical Characterization of Phosphates Vivianit, Fe2(PO4)3 and Hydroxyapatite Ca5(PO4)3(OH). Journal of Minerals and Materials Characterization and Engineering. Vol. 8, No. 8, pp 591-609.

Gambar

Gambar 2.2 Struktur kima HA (Ylinen, 2006)
Gambar 2.3 (a) Skematik sampel polikristalin (b) Mikrostruktur ditunjukkan    melalui mikroskop optic (Barsoum, 2005)
Gambar 2.4 Radiologi dari HA (kiri) dan xenograft tulang sapi (kanan) yang memperlihatkan bahwa xenograft lebih bioresorbable dibandingkan HA
Gambar 6. Diagram alir penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, pembahasan dibatasi pada pengaruh penambahan molekul silika sekam padi terhadap pembuatan komposit titania silika berdasarkan keadaan struktur dan

Dari potensi silika yang dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan bahan baku material dan berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, maka mendorong gagasan pembuatan

a) Dapat mensintesis dan mengetahui gugus fungsi, mikrostruktur, struktur kristal, dan ketahanan termal pembuatan biokeramik menggunakan bahan dasar dari tulang sapi

Silika yang diperoleh dari sekam padi diekstraksi dengan natrium hidroksida diikuti dengan pengendapan kembali menggunakan asam klorida untuk memperoleh silika mesopori dan

Difraktogramabusekampadi (ASP) tersajipadaGambar 1.Berdasarkan Gambar 1 memperlihatkan bahwa silika dalam abu sekam padi memiliki struktur amorf dibuktikan dengan adanya puncak yang

Silika yang terakumulasi di dalam makhluk hidup baik hewan atau tumbuhan memiliki sifat amorf, berbeda dengan silika yang tidak berasal dari makhluk hidup seperti batuan dan debu

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah reaksi padatan (solid state method) yaitu dengan cara mereaksikan padatan silika dari abu sekam padi dengan grafit pensil 2B pada..

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan silika terbaik dari abu sekam padi dengan mengkaji pengaruh suhu pembakaran 700°C, 750°C dan 800°C dan waktu pembakaran 3; 3,5; 4 dan 4,5 jam