• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

I WAYAN EKO RIAWAN

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Penelitian ini menggunakan posttest only control design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 2 Seputih Raman tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian ini dipilih dari lima kelas dengan teknik purposive sampling. Kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII D sebagai kelas konvensional. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa pemahaman konsep matematis siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi dari pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap I Wayan Eko Riawan yang biasa disapa Ko’ atau Eko dilahirkan di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman pada tanggal 15 Juli 1989. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak I Wayan Tarno dan Ibu Ni Wayan Murji.

Pendidikan yang ditempuh penulis berawal dari Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Buyut Baru Seputih Raman dan lulus pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Seputih Raman dan lulus pada tahun 2005. Setelah itu, melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Seputih Raman dan lulus pada tahun 2008.

(7)

Moto

“Hidup tidak menghadiahkan barang

sesuatupun kepada manusia tanpa bekerja

keras.”

(8)

P

ersembahan

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini

untuk orang-orang yang selalu berharga dalam hidupku

Ayah (I Wayan Tano) dan Ibuku tercinta (Ni Wayan Murji) yang telah

membesarkan, mendidik, mencurahkan kasih sayangnya, dan selalu mendoakan,

serta selalu ada dikala ku sedih dan senang dengan pengorbanan yang tulus

ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilanku.

Adikku yang telah memberikan dukungan dan semangatnya padaku.

Terimakasih untuk UYer, engkau telah mendukung, mendoakan, mendampingi

serta menemaniku disaat menghadapi semua ujian.

Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku,

dari kalian aku belajar memahami arti persaudaraan.

Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.

dan

(9)

ii SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan penyertaan-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014) adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Ibu Dra.Rini Asnawati, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing I atas kesediaannya memberikan bimbingan, ilmu yang berharga, saran, motivasi, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusu-nan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

(10)

iii 3. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung sekaligus pembahas yang telah memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 6. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S, selaku Rektor Universitas

Lam-pung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak I Made Widana S.Pd., selaku guru mitra atas kesediaannya menjadi mitra dalam penelitian di SMP Negeri 2 Seputih Raman serta seluruh siswa kelas VII A dan VII D yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini. 9. Ayahanda I Wayan Tarno, Ibunda Ni Wayan Murji, dan Adikku serta keluarga

besarku yang selalu menyayangi, mendoakan dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.

(11)

iv 11.Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2008 Kiki, Riko, Rico, Dedi, Deki, Mahardika, Radit, Persi, Lina, Anggek, Endah, dan Eka.Terima kasih atas persaudaraan, kebersamaan, dan semangat selama ini dan semuanya tetap semangat untuk menjadi guru yang terbaik.

12.Kakak tingkat 2006 sampai 2007 dan adik tingkat 2009 sampai 2013. Terimakasih atas kebersamaan kalian selama ini.

13.Keluarga KKN dan PPL Pekon Sriwungu Kecamatan Banyumas Kabupaten Prengsewu Semoga kekeluargaan dan silaturahim kita akan terus terjalin. 14.Pengurus Referensi P.MIPA dan Perpustakaan UNILA yang telah melayani

dalam peminjaman buku serta skripsi.

15.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis,

(12)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori... 8

1.Pembelajaran Kooperatif ... 8

2.Pembelajaran Kooperatif tipe TPS ... 11

3. Pemahaman Konsep Matematis ... 13

4. Pembelajaran Konvensional………. 16

B. Kerangka Pikir ... 17

C. Anggapan Dasar ... 18

(13)

vi III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 19

B. Desain Penelitian ... 20

C. Prosedur Penelitian ... 20

D. Data Penelitian ... 21

E. InstrumenPenelitian... 21

1. Validitas isi Instrumen……….... 22

2. Uji Reliabilitas Instrumen... 23

3. Tingkat Kesukaran... 24

4. Daya Pembeda... 26

F.Analisis Data ... 27

a. Uji Normalitas……… 27

b. Uji Homogenitas……… 29

c. Uji Hipotesis……….. 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

B. Pembahasan... 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 39

B. Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Data hasil belajar siswa kelas VII SMP N 2 Seputih Raman…………... 19

3.2 Desain Penelitian ... ….. 20

3.3 Pedoman Penskoran Indikator Pemahaman Konsep ... …… 23

3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas... 24

3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... ... 25

3.6 Tingkat Kesukaran Tes ... …… 25

3.7 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... …… 26

3.8 Daya Pembeda Tes………... 27

3.9 Rekapitulasi Uji Normalitas………... 28

3.10 Rekapitulasi Uji Homogenitas………... 30

4.1 Rekapitulasi Hasil Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... …… 32

4.2 Rekapitulasi Uji Hipotesis ... …… 33

4.3 Rekapitulasi Data Pencapaian Indikator Kelas Ekperimen ... …… 34

(15)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TPS ... ….45

A.2 Lembar Kerja Siswa ... ….77

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional………..107

A.4 Soal Latihan……….138

B. PERANGKAT TES B.1 Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep Matematis ... ...149

B.2 Post-Test. ... ...151

B.3 Kunci Jawaban dan Rubik Penskoran ... ...152

B.4 Form Penilaian Validitas Post-Test...155

C. ANALISISDATA C.1 Uji Reliabilitas Tes Uji Coba ... ...159

C.2 Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Tes Uji Coba ... ...161

C.3 Hasil Post-Test Kelas Eksperimen ... ...162

C.4 Hasil Post-TestKelas Kontrol………...163

C.5 Uji Normalitas Kelas Eksperimen………..164

C.6 Uji Normalitas Kelas Kontrol………...168

(16)
(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dirinya untuk mencapai kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, harus dikembangkan pembelajaran yang menuntut siswanya belajar lebih aktif, berpikir kritis dan tidak hanya berpedoman pada guru yang harus dimiliki peseta didik dan bisa diterapkan melalui pembelajaran matematika.

(18)

2 Pemahaman konsep matematis yang baik perlu dikembangkan agar siswa dapat memiliki kemampuan berfikir logis, kritis, dan kreatif.

Secara global, banyak siswa di Indonesia yang memiliki pemahaman konsep matematis yang masih rendah, terutama pada siswa setingkat SMP. Berdasarkan data Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), yaitu suatu organisasi internasional yang mengukur kemampuan matematika dan sains di berbagai negara dan dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Indonesia, diketahui bahwa 76,6% siswa setingkat SMP di Indonesia memiliki kemampuan matematika yang rendah. Kenyataan ini didukung oleh hasil studi

Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 (Mullis et al 2012) mempublikasikan hasil studi terbarunya yaitu rata-rata skor matematika Indonesia adalah 386, dari rata-rata skor internasional adalah 500. Pencapaian ini turun 11 poin dari rata-rata skor matematika Indonesia tahun 2007 yaitu 397. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa Indonesia masih rendah.

(19)

3 dan hukum-hukum matematika yang telah dipelajarinya melalui proses ilmiah. Jika hal ini tidak tercakup dalam proses pembelajaran dapat dipastikan penguasaan konsep matematika akan kurang dan akan menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa yang pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi persoalan yang telah disebutkan di atas adalah memilih suatu pendekatan, strategi, metode, atau model pembelajaran yang efektif dalam mengajarkan matematika kepada siswa, sehingga diharapkan konsep-konsep matematika yang telah disampaikan dapat dipahami oleh siswa dengan baik. Berdasarkan penjelasan di atas, dalam pembelajaran matematika di kelas diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami suatu konsep matematis.

Nurhadi (2004: 112) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang terfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran ini menekankan pada diskusi dan kerjasama dalam kelompok sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran ini juga membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, berpikir kritis, serta memberikan efek terhadap sikap menerima perbedaan antar individu.

(20)

4 pembelajaran ini mempunyai tiga tahapan dalam pelaksanaannya. Pada tahap pertama, siswa dituntut untuk berpikir (think) secara mandiri untuk memahami suatukonsep matematis. Tahap kedua, siswa berpasangan (pair) untuk mendiskusikan atau bertukar pikiran atas konsep matematis tersebut. Tahap terakhir, siswa dan pasangannya mempresentasikan (share) hasil diskusi di depan kelompok lain. Tipe pembelajaran ini dapat mendorong siswa untuk selalu aktif berpartisipasi, komunikatif, berpikir kritis dalam memahami konsep matematis.

Kesulitan dalam memahami konsep matematis juga dialami oleh siswa kelas VII SMP Negri 2 Seputih Raman. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika SMP Negri 2 Seputih Raman diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa hanya mampu mengerjakan soal latihan yang biasa diberikan oleh guru. Siswa mengalami kesulitan saat dihadapkan dengan soal yang menuntut kemampuan pemahaman konsep matematis. Kenyataan ini disebabkan oleh masih digunakannya paradigma pembelajaran lama yaitu pembelajaran konvensional.

(21)

5 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

”Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman?”

Dari rumusan masalah ini, diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

“Apakah pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan penelitian ini akan memberikan sumbangan terhadap perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait pemahaman konsep matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

2. Manfaat Praktis

(22)

6 a. Bagi guru, memberikan informasi tentang salah satu penerapan model

pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran matematika. b. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya

mening-katkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh adalah daya yang ditimbulkan dari sesuatu (orang, benda) yang dapat membentuk atau merubah watak. Pada penelitian ini akan dilihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tepe Think Pair Share terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Model pembelajaran Kooperatif tipe TPS dikatakan berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa apabila kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan tipe pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan suatu model pembelajaran kooperatif dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara berpikir dan komunikasi siswa. Siswa diberi kesempatan untuk berpikir

(think) atas pertanyaan atau masalah yang diberikan guru secara individu, berpasangan (pair) untuk berdiskusi, dan berbagi (share) dengan mem-presentasikan hasil diskusi di depan kelas.

(23)

7 dan siswa bersifat pasif. Pada pembelajaran ini guru menjelaskan materi, memberi contoh soal dan memberikan soal-soal untuk menguji kemampuan siswa.

4. Pemahaman konsep matematis siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika yang dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa setelah dilakukan tes. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

c. Menyajikan konsep matematis.

d. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

e. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

f. Memberi contoh dan non contoh.

g. Mengaplikasikan konsep.

(24)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Kooperatif

Suherman (2003: 260), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif menuntut siswa bekerja dalam sebuah kelompok kecil untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Pada pembelajaran ini siswa dibekali kemampuan untuk dapat bersosialisasi dengan baik, meningkatkan interaksi antar siswa serta hubungan yang saling menguntungkan diantara mereka.Pembelajaran ini siswa dituntut untuk saling bekerjasama dengan siswa lain, agar pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan harapan.

(25)

9 Lebih lanjut, Trianto (2010:60) mengungkapkan terdapat unsur-unsur penting dalam belajar kooperatif, antara lain yaitu:

1. Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.

2. Kedua, interaksi antar siswa yang semakin meningkat.Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa.

3. Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal; (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar

“membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompok.

Terkait dengan pembelajaran kooperatif, menurut Ibrahim (2000: 6) unsur-unsur dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut.

1. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka sehidup sepenanggungan.

2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

3. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan sama.

4. Siswa haruslah berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

(26)

10 7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi

yangditangani dalam kelompok kooperatif.

Lebih lanjut,Djamarah(2000:157) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan. Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif diantaranya adalah

1. Kelompok memiliki sumber yang lebih banyak dari pada individu.Pengetahuan dan pengalaman sekelompok orang jelas lebih banyak dari pengetahuan dan pengalaman seseorang.

2. Anggota kelompok sering diberi masukan dan motivasi dari anggota yang lain, yang berusaha agar sumbangan pikiran bermanfaat untuk keberhasilan kelompok.

3. Kelompok dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik.

4. Anggota kelompok memiliki ikatan yang kuat terhadap keputusan yang diambil melalui keterlibatannya dalam diskusi.

5. Partisipasi dalam diskusi akan meningkatkan saling pengertian antar individu dalam satu kelompok dan dalam kelompok yang lain.

(27)

11 2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Model Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dkk di Universitas Maryland. Menurut Nurhadi (2004:23) TPS merupakan struktur pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa.

Selanjutnya Lie (2004: 57) menyatakan bahwa TPS merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan model pembelajaran ini, yaitu mampu mengoptimalkan partisipasi siswa.

Uno dan Nurdin (2011: 119) menyatakan bahwa kegiatan guru dalam langkah-langkah penyelenggaraan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai berikut.

1. Membimbing/mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS secara mandiri (think)

2. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berpasangan (pair).

3. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berbagi (share).

(28)

12 permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau permasalahan secara mandiri untuk beberapa saat.Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan hasil pemikiran atau gagasannya. Guru memberi waktu untuk melakukan diskusi dengan pasangannya.Akhirnya guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas dengan mempresentasikan tentang apa yang telah mereka diskusikan dengan teman sekelompoknya di depan kelas. Siswa yang lainnya menanggapi apa yang dipresentasikan dengan seksama .

Berdasarkan pendapat diatas, langkah-langkah penerapan model pembelajaran tipe TPS dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1). Tahap Think (berpikir secara invidual)

Melalui tanda dari guru, siswa diberikan batasan waktu untuk berpikir sendiri mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan.Waktu harus ditentukan oleh guru yang dalam penentuannya guru harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang disuguhkan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.Siswa akan memiliki anggapan bahwa mungkin saja mereka mengemukakan jawaban yang salah, tapi harus dijelaskan oleh guru bahwa hal tersebut tidak apa-apa karena setiap siswa dapat mengemukakan jawaban berbeda.

2). Tahap Pair (berpasangan)

(29)

13

Thinkdalam bentuk lisan terhadap pasangannya.Tahap ini akan menumbuhkan kepercayaan diri siswa dalam berargumen untuk mempertahankan gagasannya ketika berdiskusi dengan pasangannya.

3). Tahap Share (berbagi)

Pada tahap akhir ini, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi hasil jawaban dengan keseluruhan kelas.Tahap akhir dari pembelajaran kooperatif tipe TPS ini memiliki beberapa keuntungan bagi siswa, diantaranya mereka dapat melihat kesamaan konsep matematis yang diungkapkan dengan cara yang berbeda.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan suatu model pembelajaran kooperatif dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara berpikir dan interaksi antara siswa.Tipe TPS diawali dengan prosesberfikir (think)yaitu siswa terlebih dahulu berfikir secara individu terhadap masalah yang disajikan oleh guru, selanjutnya berpasangan (pair) untuk berdiskusi, dan tahapan terakhir yaitu berbagi (share) dengan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas..

3. Pemahaman Konsep Matematis

(30)

14 maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi.

Sagala (2008: 71) berpendapat bahwa konsep merupakan buah pemikiran se-seorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahir-kan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui generalisasi dan berpikir abstrak. Pengertian konsep yang lain dikemukakan olehSagala (2008: 73) bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas obyek-obyek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut, sifat-sifat, atau ciri-ciri umum yang sama.

Soedjadi (2000: 14) menyatakan konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan obyek. Sebagai contoh, segitiga adalah nama dari suatu konsep abstrak dan bilangan asli adalah nama suatu konsep yang lebih kompleks karena terdiri dari beberapa konsep yang sederhana, yaitu bilangan satu, bilangan dua, dan seterusnya. Konsep berhubungan erat dengan definisi. Dengan adanya definisi, orang dapat membuat ilustrasi atau gambaran dari konsep yang didefinisikan, sehingga menjadi jelas apa yang dimaksud konsep.

(31)

15 memiliki hubungan-hubungan yang mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri umum yang sama.

Uno (2011: 124) berpendapat matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat hierarkis, yaitu suatu materi merupakan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.Oleh karena itu, pemahaman suatu konsep matematis sangat diperlukan siswa agar dapat memahami konsep matematis pada materi ajar berikutnya. Agar siswa dalam memahami suatu konsep, diperlukan contoh-contoh yang cukup, sehingga mampu mengetahui karakteristik konsep tersebut. Siswa perlu diberi contoh yang memenuhi rumusan yang diberikan.

Menurut Wardhani(2008: 10) menyatakan bahwa indikator pemahaman konsep matematis siswa adalah sebagai berikut.

a. Menyatakan ulang sebuah konsep.

b. Mengklasifikasian objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g. Mengaplikasikan konsep

(32)

16 materi matematika dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur secara efisien dan tepat, serta sesuai dengan indikator-indikator pemahaman konsep

4. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksud secara umum adalah pembelajaran yang diawali dengan cara menerangkan materi menggunakan metode ceramah, kemudian memberikan contoh-contoh soal latihan dan penyelesaiannya. Sumarno (2011) mengemukakan bahwa kegiatan yang lebih sering dilakukan di dalam pembelajaran konvensional adalah pemberian informasi (telling) daripada memperagakan (demonstaring) atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung (doing direct performance). Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Dalam hal ini, peran guru adalah menyiapkan dan memberikan pengetahuan atau informasi, sedangkan peran para siswa adalah menerima, menyimpan, dan melakukan aktivitas-aktivitas sesuai informasi yang diberikan.

Lebih lanjut, Sukandi (2003) berpendapat pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Disini terlihat bahwa pendekatan konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai

(33)

17 Berdasarkan uraian di atas disimpulan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dengan pola interaksi yang banyak didominasi oleh guru dan siswa bersifat pasif dalam pembelajaran di sekolah. Dalam penelitian ini pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran dengan pemberian materi oleh guru melalui ceramah, diskusi kelompok, dan pemberian tugas.

B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa terdiri dari satu variabel bebas, dan satu variabel terikat. Dalam hal ini, yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat dan menarik, dimana siswa dapat belajar secara aktif untuk dapat memahami konsep matematis dengan berbagai cara, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

(34)

18 kemampuan pemahaman konsep matematis siswa akan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Dari uraian di atas, diharapkan penerapan pembelajaran matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP N 2 Seputih Raman.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah

1. Semua siswa kelas VII semester genap SMP N 2 Seputih Raman tahun pelajaran 2013/2014 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kuri-kulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran diabaikan.

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis Penelitian.

Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman.

2. Hipotesis Kerja.

(35)

19

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Tahun Pelajaran 2013/2014.Berdasarkan hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa di SMP Negeri 2 Seputih Raman tidak ada kelas yang diunggulkan, kemampuan siswa antar kelas homogen. Hal ini terlihat pada rata-rata nilai tes semester ganjil SMP Negeri 2 Seputih Raman Tahun Pelajaran 3013/2014 seperti tertera pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Data hasil belajar siswa kelas VII SMP N 2 Seputih Raman

Sampel dalam penelitian ini dipilih dari lima kelas menggunakan teknik

Purposive Sampling.Kelas yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki rata-rata nilai kelas yang mendekati rata-rata nilai populasi, yaitu kelas VII A dengan jumlah siswa 30 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas VII D dengan jumlah siswa 30 orang sebagai kelas kontrol.

No Kelas Rata-rata Nilai

1 VII A 6,51

2 VII B 6,68

3 VII C 6,64

4 VII D 6,63

5 VII E 6,42

(36)

20 B. Desain Penelitian

Penelitian ini mengunakan desain post-test onlycontrolgroup designdengan kelompok pengendali tidak diacak sebagaimana dikemukakan Furchan (1982: 368) sebagai berikut:

Tabel 3.2. Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Pos-test

E X Y1

K C Y2

Keterangan:

E = kelas eksperimen

K = kelas pengendali atau kontrol

X = perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

C = perlakuan menggunakan pembelajaran konvensional Y1 = pemberian Post-test pada kelas eksperimen

Y2 = pemberian Post-test pada kelas kontrol

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut.

1. Melakukan observasi pada tanggal 12 November 2013 untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswa, karakteristik siswa serta cara mengajar guru matematika selama pembelajaran

(37)

21 3. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep matematis

sekaligus aturan penskorannya. 4. Melakukan validasi instrumen.

5. Melakukan uji coba instrumen pada tanggal 14 Maret 2014 di kelas VIIIA SMP Negeri 2 Seputih Raman.

6. Menganalisis data hasil uji coba instrumen.

7. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mulai tanggal 3 Maret sampai 2 April 2014.

8. Mengadakan post- test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 9. Menganalisis data dan membuat laporan

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, berupa nilai yang diperoleh dari tes pemahaman konsep matematis pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Tes diberikan sesudah pembelajaran (post-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, untuk melihat pengaruh model pembelajaran terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

E. Instrumen Penelitian

(38)

22 memperhatikan setiap indikator yang ingin dicapai. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik, yaitu validitas isi, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.

1. Validitas isi Instrumen

Validitas isi dari instrumen tespemahaman konsep matematis ini diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam instrument tes dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan dan indikator pemahaman konsep matematis siswa. Untuk mendapatkan perangkat tes yang valid dilakukan langkah-langkah berikut:

a. Membuat kisi-kisi soal tes pemahaman konsep matematis sesuai dengan kompetensi dasar, indikator pembelajaran, dan indikator pemahaman konsep matematis.

b. Membuat soal tes pemahaman konsep matematis berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan menyusun pemberian skor butir soal. Penyusunan pemberian skor butir soal tes pemahaman konsep matematis sesuai dengan pedoman penskoran seperti tertera pada tabel 3.3.

(39)

23 Menurut Yustisia (2011: 21) menyatakan pedoman penskoran tes kemampuan pemahaman konsep matematis disajikan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep

No Indikator Ketentuan Skor

1. Menyatakan ulang suatu konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah 1

c. Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya.

1

c. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

2

3 Memberi contoh dan noncontoh

a. Tidak menjawab 0

b. Memberi contoh dan noncontoh tetapi salah 1

c. Memberi contoh dan noncontoh dengan benar

2

4 Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika

a. Tidak menjawab 0

b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika tetapi salah

1

c. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika dengan benar

2

5 Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep tetapi salah

1

c. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep dengan benar

2

b. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tetapi salah

1

c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur dengan benar

2

7 Mengaplikasikan konsep a. Tidak menjawab 0

b. Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat 1

c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen penelitian adalah suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama. Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas instrumen ini didasarkan pada pendapat Sundayana (2014: 69)yang menyatakan bahwa untuk menghitung koefisien reliabilitas tes dapat digunakan rumus Alphayaitu sebagai berikut.

(40)

24 Keterangan:

11

r = koefisien reliabilitas tes

n = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

2

Si = jumlah varians skor dari tiap butir item

Si2 = varian total

Sundayana (2014, 70)menginterpretasikan koefisienreliabilitasdengan kriteriayang digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien realibilitas instrument tes diperoleh r11 =

0,79. Oleh karena itu, instrument tes kemampuan pemahaman konsep matematis tersebut memiliki realibilitas yang Tinggi.( Lampiran C.1 )

3. Tingkat Kesukaran (TK)

Sundayana (2014: 76) menyatakan tingkat kesukaran merupakan keberadaan suatu butir soal apakah dipandang sukar, sedang, atau mudah dalam mengerjakannya. Untuk menghitung nilai tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus:

Koefisien Reliabilitas (r) Interpretasi

(41)

25 Keterangan:

TK : nilai tingkat kesukaran suatu butir soal.

SA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah.

SB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah.

IA: jumlah skor ideal kelompok atas.

IB : jumlah skor ideal kelompok bawah.

Sundayana (2014: 77) menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal dengan kriteria indeks kesukaran sebagai berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran Nilai Interpretasi

TK = 0,00 Sangat sukar 0,00<TK≤ 0,30 Sukar 0,30<TK≤ 0,70 Sedang/Cukup

0,70 <TK<0,85 Mudah

TK = 1,00 Sangat mudah

Dalam penelitian ini, butir soal yang dipilih adalah soal dengan kategori tingkat kesukaran sedang atau sukar.Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh nilai tingkat kesukaran yang disajikan pada Tabel 3.6 sebagai berikut.

Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran Tes

Item Soal Nilai Tingkat Kesukaran Interpretasi

1 0,30 Sukar

2 0,31 Sedang

3 0,18 Sukar

4 0,33 Sedang

5 0,60 Sedang

Berdasarkan Tabel 3.6 tersebut, dapat diketahui bahwa untuk soal nomor 2, 4, dan

5 memiliki tingkat kesukaran dengan interpretasisedang dan untuk soal nomor 1

(42)

26 4. Daya Pembeda (DP)

Menurut Sundayana (2014: 76) daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah.Untuk menyatakan indeks daya pembeda ditentukan dengan rumus:

Keterangan :

DP : indeks daya pembeda satu butri soal tertentu

SA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

SB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Menurut Sundayana (2014: 77) indeks daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam tabel berikut :

Tabel 3.7 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Dalam penelitian ini digunakan butir soal dengan kategori daya pembeda Cukup.Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh nilai Daya Pembeda yang disajikan pada Tabel 3.8 sebagai berikut.

Nilai Interpretasi

DP≤ 0,00 Sangat buruk 0,10 <DP≤ 0,20 Buruk 0,20 <DP≤ 0,40 Cukup 0,40 <DP ≤ 0,70 Baik

0,70 <DP≤1,00 Sangat baik

IA SB SA

(43)

27 Tabel 3.8 Daya Pembeda Tes

Item Soal Nilai Daya Pembeda Interpretasi

1 0,30 Cukup

2 0,31 Cukup

3 0,31 Cukup

4 0,30 Cukup

5 0,31 Cukup

Dari tabel 3.7dapat diketahui bahwa semua soal tersebut memiliki daya pembeda

dengan kategori Cukup, sehingga dapat membedakan siswa yang berkemampuan

tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah.

F. Analisis Data

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda maka dilakukan post-test berupa tes kemampuan pemahaman konsep matematis.Analisis data post-test

dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah pembelajaran. Analisis data penelitian dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan. Sebelum pengujian hipotesis kemampuan pemahaman konsep matematis terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas data.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah datapemahaman konsep matematis sampel yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat Sudjana (2005 : 273) menyatakan langkah-langkah uji normalitas adalah

a) Hipotesis

(44)

28 H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

b) Taraf Signifikansi

E

= frekuensi yang diharapkan

k = banyaknya kelas interval d) Kriteria uji

Tabel 3.9 berikut menunjukan rekapitulasi perhitungan uji normalitas data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Perhitungan selengkapnya disajikan pada lampiran C.5 dan C.6.

Tabel 3.9Rekapitulasi Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman Konsep matematis siswa.

Kelas X2hitung X2tabel Keputusan Uji Keterangan Eksperimen 4,93 9,49 H0 diterima Normal

Kontrol 2,85 9,49 H0 diterima Normal

Berdasarkan tabel 3.9, dapat diketahui bahwa data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki

X2hitung<X2tabelpada taraf nyataα = 5%. Hal ini berarti H0 diterima, yaitu kedua

(45)

29 b. Uji Homogenitas

Untuk mengetahui apakah varians-varians dalam populasi tersebut homogen atau tidak, dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas varians dilakukan antara dua kelompok data, yaitu data pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran kooperatif tipe TPS dan pembelajaran konvensional. Uji homogenitas varians yang digunakan adalah uji F. Sudjana (2005: 273) menyatakan langkah-langkah uji homogenitas sebagai berikut.

a) Hipotesis

H0: σ12 = σ22 (varians data pemahaman konsep matematis siswa pada

model pembelajaran kooperatif tipe TPS sama dengan varians data pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional)

H1: σ12 ≠ σ22 (variansdata pemahaman konsep matematis siswa pada

model pembelajaran kooperatif tipe TPS tidak sama dengan varians data pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional)

b) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan α = 10% c) Statistik Uji

Untuk menguji hipotesis digunakan statistik:

�= � � � � �

(46)

30 d) Keputusan Uji

H0ditolak apabilaFhitung ≥ Ftabel, denganFtabeldiperoleh dari daftar distribusi F dengan peluang 1

2�untuk dk pembilang = n1 – 1 (varians terbesar) dan

dk penyebut = n2 – 1 (varians terkecil). Dalam hal lainnya H0

diterima(Sudjana,2005: 250)

Tabel 3.10 berikut menunjukan rekapitulasi perhitungan uji homogenitas data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Perhitungan selengkapnya disajikan pada lampiran C.7.

Tabel 3,10 Rekapitulasi Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis siswa.

Berdasarkan Tabel 3.10 dapat diketahui bahwa data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki

Fhitung< Ftabel pada taraf nyata α = 10% yang berarti H0 diterima. Jadi, varians

data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS sama dengan varians data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional.

c. Uji Hipotesis

(47)

31 uji kesamaan rata-rata, yaitu dilakukan dengan uji-t. Langkah-langkah uji t adalah sebagai berikut.

a) Hipotesis uji:

H0 :�1 =�2(rata-rata skor pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran kooperatif tipe TPS sama dengan rata-rata skor pemahaman konsep matematis siswapada pembelajaran konvensional).

H1:�1 > �2(rata-rata skor pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih dari rata-rata skor pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional).

b) Taraf signifikansi yang digunakanα = 5%. c) Statistika uji yang digunakan adalah:

ℎ� = � − �1 2 12 : varians skor pemahaman konsepkelas eksperimen 22 : varians skor pemahaman konsepkelas kontrol

(48)

39

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa SMP Negeri 2 Seputih Raman. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata skor pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi dibandingkan pada pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil kesimpulan dan penelitian, dikemukakan saran-saran sebagai berikut.

(49)

40 2. Peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai

(50)

41

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, M. Toha. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Undang- Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional )UU RI No. 20 tahun 2003. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif:

Jakarta: Rineka Cipta.

Duha, Adesnayanti K. 2012. Penerapan Model Think Pair Share terhadap Pemahaman Konsep. Tersedia (online): http://ejournal.unp.ac.id. Diakses pada tanggal 21 April 2014.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Usaha Nasional. Surabaya.

Ibrahim, M, Fida R, dan Ismono. 2000. Pembelajaran Koperatif. Surabaya: Unessa Press

Ismail. 2002. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.Jakarta: Grasindo.

Nurhadi.2004.Kurikulum 2004(Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sagala, Syaiful. 2008.Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alfabeta Sardiman A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo

Persada.

Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media

(51)

42 Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suherman, E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: FMIPA UPI

Sukandi, Ujang. 2003. Evaluasi pembelajaran. [Online]. Tersedia di http://Muhammadkholik.wordpress.com.(diakses tanggal 18 oktober 2013).

Sumarno, Alim. 2011. Model Pembelajaran Konvensional. [On line] Tersedia di http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/model-pembelajaran-konvensional.(diakses tanggal 27 oktober 2013)

Sundayana, Rostina. 2014. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana.

Uno, Hamzah B, dan Nurdin M. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Tabel
Tabel 3.1. Data hasil belajar siswa kelas VII SMP N 2 Seputih Raman
Tabel 3.2.  Desain Penelitian
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep
+5

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam form menu utama terdapat menu kelola arsip yang berfungsi untuk mengelola data pegawai dan data surat, pencarian berfungsi dalam pencarian arsip, dan

pandangan yang sama mengenai smartphone, yaitu sebagai media. komunikasi, pencari informasi, hiburan, dan untuk eksistensi diri

Maka jumlah plastik paling banyak yang bisa digunakan adalah sebanyak .... Sinta membeli kue bolu dan kue donat untuk sajian

Perhatikanlah salah satu akar yang sudah diketahui adalah berupa bilangan irasional(bilangan bentuk akar), maka salah satu akar yang lainpun juga akan berupa bilangan irasional

Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik yang signifikan, wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami perburukan gagal jantung sebelum

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Pokja ULP PB-24/POKJA SKPD09pada Pemerintah Kabupaten Banjar akan melaksanakan Pelelangan Umumdengan pascakualifikasi secara elektronik untuk paket pekerjaan pengadaan barang

Apabila yang hadir bukan direktur atau penerima kuasa yang namanya tercantum pada akta pendirian atau perubahan, maka POKJA berhak menolak dan perusahaan saudara