• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIKA

(Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh DEVI AFRIANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIKA

(Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh DEVI AFRIANA

Pembelajaran merupakan hal yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Salah satu upaya guru untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS. TPS merupakan suatu tipe pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menemukan konsep-konsep yang dipelajari secara individu dan kelompok. Aktivitas yang dilakukan siswa dalam pembelajaran TPS dapat mengembangkan pemahaman konsep matematika siswa secara optimal.

(3)

Devi Afriana

siswa yang diperoleh melalui observasi dan tes dengan menggunakan lembar observasi aktivitas dan instrumen tes.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh 79,41% siswa aktif dan 76,47% siswa tuntas belajar. Dari hasil uji proporsi, diperoleh persentase siswa aktif dan tuntas belajar lebih dari atau sama dengan 60%. Artinya, model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa.

(4)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIKA

(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh DEVI AFRIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Devi Afriana Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021009

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Caswita, M.Si. Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. NIP 19671004 199303 1 004 NIP 19530308 198303 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Caswita, M.Si. _____________

Sekretaris : Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. _____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Harapan Rejo, Kecamatan Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung pada tanggal 03 April 1989 sebagai anak

pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sukisno dan Ibu Sumarni.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis dimulai dari TK LKMD Harapan Rejo lulus pada tahun 1995, Sekolah Dasar ( SD ) Negeri 1 Harapan Rejo lulus pada tahun 2001, SMP Negeri 1 Seputih Agung lulus pada tahun 2004, dan SMA

Negeri 1 Seputih Agung lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Non Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Non SPMB). Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP N 6 Bandar

(8)

Motto

(9)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta

kasihku kepada:

Ayah dan Ibu (Sukisno dan Sumarni) yang telah membesarkan dan mendidikku, selalu memberiku semangat dan nasehat, serta mencurahkan doa dan kasih

sayangnya dengan pengorbanan yang tulus ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilanku.

Kakak- Andi Cahyono dan Adikku Fitri Atika Candra yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan.

Keluarga besarku yang selalu mendoakanku

Sahabat-sahabat seperjuanganku yang selalu memberikan motivasi untukku

Para pendidik yang dengan tulus dan sabar dalam mendidikku.

(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ditinjau dari

Aktivitas dan Pemahaman Konsep Matematika (Studi pada Siswa Kelas VII

SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)”.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, Pembimbing

Akade-mik, sekaligus Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan

bim-bingan, ilmu, dukungan, saran, kritik, dan motivasi, baik selama perkuliahan

maupun selama penyelesaian skripsi;

2. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan, dan saran, baik selama

perkuliahan maupun selama penyelesaian skripsi;

3. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Penguji Utama yang telah

membahas, memberikan masukan, saran, dan kritik, baik selama perkuliahan

(11)

iii

4. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan beserta jajaran staf Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pen-didikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan Universitas

Lampung;

6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

menyelesaikan studi;

7. Ibu Dra. Esti Handayani ,selaku Kepala SMP Negeri 1 Seputih Agung yang

telah memberikan izin penelitian;

8. Ibu Dra. Umi Raniyah, selaku guru mitra yang telah banyak memberikan

arahan dan masukan selama penelitian;

9. Ayahku Sukisno, Ibuku Sumarni,Adikku Fitri Atika Candra, Kakakku Andi

Cahyono dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu mendoakan,

mendukung, dan memberikan semangat;

10. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Pendidikan Matematika

Nonreguler atas persahabatan, kebersamaan, nasehat dan semangat selama

ini.

11. Teman-teman matematika reguler 2007, Kakak tingkat 2006, 2005, adik

tingkat 2008,2009, 2010, 2011 dan teman-teman P.MIPA (Fisika, Biologi,

Kimia).

12. Siswa-siswi SMP Negeri 1 Seputih Agung atas kerja samanya, terutama

kelas VII D.

13. Rekan- rekan PPL SMP Negeri 6 Bandar Lampung atas kebersamaan

(12)

14. Teman-teman kosan Ita, Rinda, Beti, Anjar, Mb Eka, Chik Lin yang selalu

mendukungkku.

15. Teman- teman SD, SMP dan SMA yang masih selalu mendukungku.

16. Pengurus Referensi P.MIPA dan Perpustakaan Unila.

17. Almamater yang telah mendewasakan penulis;

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan

dengan pahala yang penuh berkah, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, November 2012

Penulis

(13)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I...PE

NDAHULUAN

A...Lata

r Belakang ... 1

B...Ru

musan Masalah ... 5

C...Tuj

uan Penelitian ... 5

D...Man

faat Penelitian ... 6

E...Rua

ng Lingkup Penelitian ... 6

II. ...TIN

JAUAN PUSTAKA

A...Kaji

(14)

1...Efe

ktivitas Pembelajaran... 8

2...Pem

belajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share... 10

(15)

vii

F...Instr

umen Penelitian ... 22

G...Ana

lisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 25

1...Ana

lisis Data ... 25

2...Pen

gujian Hipotesis ... 28

IV...HA

SIL DAN PEMBAHASAN

A...Hasi

l Penelitian ... 31

B...Pem

bahasan ... 32

V...KE

SIMPULAN DAN SARAN

A...Kesi

mpulan ... 36

B...Sara

n ... 37

DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Hasil Nilai Ujian Tengah Semester Genap ... 19

(17)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Devi Afriana NPM : 0743021009

Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengeta-huan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diter-bitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, November 2012 Yang Menyatakan

(18)

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan penting bagi bangsa Indonesia dalam

mengembangkan sumber daya manusia. Hal tersebut tercantum dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 yang menjelaskan

bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani

dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab.

Kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh kualitas pendidikan. Oleh sebab

itu, kualitas pendidikan harus diperhatikan dengan baik. Pemerintah telah

mela-kukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, antara lain

menyediakan sarana dan prasarana pendidikan, pembaharuan kurikulum dan

pe-ningkatan kualitas pendidik. Dengan upaya-upaya yang telah dilakukan

diha-rapkan kualitas pendidikan meningkat. Dalam pencapaian tujuan pendidikan

nasional, terdapat sejumlah mata pelajaran pokok dan pendukung diantaranya

adalah matematika. Hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan

(19)

2

disebutkan bahwa salah satu di antara mata pelajaran pokok yang diajarkan

kepada siswa adalah mata pelajaran matematika.

Matematika sebagai ilmu yang universal mempunyai peranan yang sangat penting

dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk itu,

matematika harus dipelajari dengan baik. Matematika merupakan salah satu

pelajaran pokok yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari taman

kanak-kanak, SD, SMP, SMA dan bahkan sampai perguruan tinggi. Sasaran dari

pendidikan matematika adalah siswa diharapkan mampu berpikir logis, kritis dan

sistematis. Hal ini mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 23

Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan

bahwa salah satu Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan adalah

menun-jukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan

keputusan dan mampu menganalisis dan memecahkan masalah kompleks.

Dalam proses pendidikan di sekolah, hal yang paling utama adalah proses

pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta

didik dengan pendidik, dan peserta didik dengan sumber belajar yang terjadi

dalam suatu lingkungan belajar (UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003). Salah satu upaya yang harus dilakukan guru untuk mencapai tujuan

pembelajaran adalah memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai

dengan kemampuan siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan model

pembe-lajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibrahim

(dalam Trianto, 2009) pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama siswa dan

(20)

siswa dalam kelompok kecil akan mendorong terciptanya komunikasi dan

interaksi edukatif. Interaksi yang dilakukan siswa berkaitan dengan aktivitas

belajar. Aktivitas belajar siswa memegang peranan penting dalam pembelajaran.

Aktivitas yang dilakukan dapat membantu siswa untuk menggali/menemukan

konsep secara mandiri atau berkelompok selama pembelajaran berlangsung.

Keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat mengembangkan pemahaman konsep

siswa.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran kooperatif tipe TPS

menekankan pada kemampuan berpikir siswa. Dalam model pembelajaran TPS

siswa diberikan pertanyaan atau suatu permasalahan yang berhubungan dengan

materi pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau

permasalahan secara mandiri untuk beberapa saat. Setelah itu siswa diminta

berpasangan untuk berdiskusi dengan pasangannya. Kemudian beberapa

pasangan diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan siswa lain

menanggapi.

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki manfaat antara lain memberi

kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara mandiri sebelum berdiskusi

sehingga siswa akan siap saat berdiskusi, mudah diterapkan, interaksi lebih

mudah, dapat memotivasi siswa yang kurang tertarik pada pelajaran, saling

menghargai, dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa,

dan masing-masing kelompok terdiri dari 2 siswa sehingga tanggung jawab siswa

(21)

4

Model pembelajaran tipe TPS dapat diterapkan pada siswa yang tidak mempunyai

rasa percaya diri, kurang aktif dalam kerja kelompok, tidak aktif dalam

mengerjakan tugas, kurang bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan, dan

siswa yang kurang mampu mengembangkan kemampuan pada dirinya, seperti

tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan pendapat sehingga dengan

menerapkan model pembelajaran tipe TPS siswa dapat aktif dalam kerja

kelompok, siswa dapat bertanggungjawab atas tugas yang diberikan, siswa dapat

menumbuhkan rasa percaya diri dan siswa mempunyai keberanian untuk

mengungkapkan pendapat.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru matematika kelas VII SMPN

1 Seputih Agung diperoleh informasi bahwa pemahaman konsep matematika

siswa masih rendah. Hal tersebut terlihat dari hasil ujian tengah semester genap

tahun ajaran 2011/2012, persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan

mininal (KKM) 68 hanya 43,1%. Rendahnya pemahaman konsep matematika

siswa disebabkan oleh pembelajaran yang masih berpusat pada guru.

Pembelaja-ran dimulai dari guru menjelaskan materi pelajaPembelaja-ran di depan kelas, memberi

contoh soal, memberi latihan soal dan diakhiri dengan pemberian pekerjaan rumah

(PR). Setelah menjelaskan, siswa diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru

tetapi siswa masih merasa bingung apa yang harus ditanyakan karena siswa

kurang memahami konsep. Pada saat memberikan latihan soal, terkadang guru

membagi siswa kedalam kelompok untuk mendiskusikannya. Diskusi yang

dila-kukan siswa tidak berjalan dengan baik, karena banyak siswa yang pasif dan

hanya mengandalkan siswa yang lebih pintar. Siswa merasa kesulitan ketika guru

(22)

sebelumnya. Aktivitas yang dilakukan sebagian besar siswa pada saat diskusi

adalah mendengarkan penjelasan teman dan mencatat apa yang ditulis oleh teman,

sedangkan aktivitas lain yang terlihat adalah aktivitas yang tidak berhubungan

dengan proses pembelajaran. Akibatnya pada saat presentasi tidak semua siswa

bisa menyampaikan hasil diskusi.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran matematika ditinjau

dari aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1

Seputih Agung.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif diterapkan dalam

pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa kelas VII SMP

Negeri 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2011/2012?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif diterapkan dalam

pembelajaran matematika ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa

kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2011/2012?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah , maka tujuan penelitian ini

(23)

6

1. Untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

TPS dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa kelas

VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif TPS

dalam pembelajaran matematika ditinjau dari pemahaman konsep matematika

siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2011/2012.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori dalam

pengembangan ilmu pengetahuan mengenai penggunaan model pembelajaran

yang efektif.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

tentang suatu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk

meningkatkan pemahaman konsep siswa.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan dalam pembelajaran

untuk mencapai tujuan yang meliputi:

a. Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas siswa selama

pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran TPS dikatakan efektif jika

(24)

b. Aspek hasil pembelajaran dilihat dari tes pemahaman konsep. Model

pembelajaran TPS dikatakan efektif jika persentase siswa yang tuntas lebih

dari atau sama dengan 60%.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah suatu tipe pada pembelajaran

kooperatif. TPS merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memproses informasi dengan

mengembangkan cara berfikir dan komunikasi. Siswa diberi kesempatan untuk

berpikir (Thinking) atas informasi yang diberikan guru, berpasangan (Pairing)

dengan teman sebangku untuk berdiskusi, dan berbagi (Sharing) dengan

seluruh kelas atas hasil diskusinya.

3. Aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan siswa

dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe

TPS sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa.

Indikator aktivitas belajar dalam penelitian ini meliputi mengerjakan LKS,

berdiskusi, mempresentasikan hasil diskusi, menjawab atau menanggapi pertanyaan,

bertanya atau menyatakan pendapat.

4. Pemahaman konsep matematika merupakan kemampuan siswa dalam

memahami materi pelajaran matematika yang ditunjukkan melalui hasil tes.

Indikator pemahaman konsep dalam penelitian ini meliputi menyatakan ulang

suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu,

menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu,

(25)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Efektivitas Pembelajaran

Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti

mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

dengan memberikan hasil yang memuaskan. Sutikno (2005: 7) mengemukakan

bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan

siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai

tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan dalam pembelajaran

matematika mencakup tujuan kognitif dan afektif. Tujuan kognitif berupa

kemampuan siswa dalam menguasai konsep matematika yang dapat dilihat dari

nilai tes pemahaman konsep dan aspek afektif dilihat dari aktivitas siswa saat

pembelajaran berlangsung.

Nasution (2002: 27) mengungkapkan bahwa belajar yang efektif hasilnya

merupakan pemahaman, pengetahuan dan wawasan. Dengan pemahaman,

pengetahuan dan wawasan yang diperoleh kemampuan siswa dalam menguasai

konsep matematika akan meningkat. Mulyasa (2006: 193) menyatakan bahwa

(26)

dan membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan

yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan

peserta didik dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

Hamalik (2004: 171) menyatakan bahwa, “Pengajaran yang efektif adalah

pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan

ak-tivitas sendiri.” Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan berakak-tivitas sendiri

diharapkan dapat membantu siswa dalam pembelajaran. Seluruh siswa harus

dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran

betul-betul kondusif, dan terarah pada tujuan dan pembentukkan kompetensi

siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2009:12) yang menerangkan

bahwa belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada

siswa.

Pembelajaran yang efektif apabila siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

Siswa dilibatkan dalam pencarian informasi atau pengetahuan, siswa tidak hanya

pasif menerima pengetahuan dari guru. Dengan keterlibatan siswa dalam mencari

pengetahuan diharapkan siswa mampu memahami konsep-konsep yang sedang

dipelajari dan dapat mengembangkan pengetahuan yang diperoleh sehingga tujuan

pembelajaran tercapai.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah

tingkat keberhasilan dalam pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang diharapkan meliputi proses pembelajaran yang dilihat dari aktivitas siswa

selama pembelajaran yang berlangsung dan hasil pembelajaran yang dilihat dari

(27)

10

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dengan

mem-bentuk siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Sebagai anggota

kelom-pok, siswa bekerjasama untuk membantu dan memahami suatu bahan pelajaran

serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif

menghen-daki setiap anggota kelompok dapat menguasai bahan pelajaran secara

bersama-sama dengan kelompoknya. Jika salah satu anggota kelompok belum menguasai

bahan pelajaran maka kegiatan pembelajaran dianggap belum selesai. Belajar

dalam kelompok kecil mendorong terciptanya suatu kemungkinan yang lebih

besar untuk melakukan komunikasi, interaksi edukatif dua arah dan banyak arah

sehingga aktivitas yang dilakukan lebih merangsang siswa untuk memahami

konsep-konsep yang dipelajari sehingga akan mendapatkan hasil yang optimal.

Menurut Eggen and Kauchak (dalam Trianto, 2009:58), “Pembelajaran kooperatif

merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja

secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”. Pembelajaran kooperatif

dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit dan membantu

siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.

Johnson dan Johnson (dalam Trianto, 2009:60) mengungkapkan, “Ada empat

elemen dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu saling ketergantungan positif,

interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan menjalin

hubungan interpersonal”. Jadi tidak semua pembelajaran yang menggunakan

kerja kelompok merupakan pembelajaran kooperatif. Seperti yang diungkapkan

(28)

“Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat bermacam-macam tipe, diantaranya

adalah TPS. TPS dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari

Universitas Maryland pada tahun 1981. Metode ini memberi waktu kepada para

siswa untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain.

Menurut Nurhadi (2004:23), TPS merupakan struktur pembelajaran yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu

pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan

keterampilan siswa. TPS memiliki prosedur yang ditetapkan untuk memberi

waktu yang lebih banyak kepada siswa dalam berpikir, menjawab, dan saling

membantu satu sama lain. Frank Lyman (dalam Trianto, 2009: 82)

mengemukakan bahwa:

“Guru memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya

jawab kelompok keseluruhan. Guru menggunakan langkah-langkah (fase) berikut: a. Langkah 1 : Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

b. Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)

Selanjutnya Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.

c. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)

(29)

12

TPS dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru untuk mengajar matematika.

Siswa akan diberi suatu permasalahan matematika untuk dapat diselesaikan secara

mandiri terlebih dahulu. Setelah itu siswa akan berpasangan untuk berdiskusi.

Siswa akan lebih bersemangat dalam menyelesaikan setiap permasalahan

matematika karena permasalahan matematika yang ada dapat mereka diskusikan

bersama pasangannya dan saling berbagi ide sehingga setiap permasalahan

matematika yang umumnya dipandang sulit oleh para siswa terlihat lebih mudah.

Setiap pasangan terdiri dari siswa dengan kemampuan matematika bervariasi, ada

yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang paling lemah

di-harapkan sangat antusias dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran yang

ber-langsung dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa.

Dari uraian tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan model

pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa secara individu dan

kelompok sehingga model ini dapat diterapkan untuk mengoptimalkan aktivitas

dan pemahaman konsep matematika.

3. Aktivitas Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah

laku kearah yang lebih baik. Menurut Slameto (2003:78) ”Secara psikologis,

belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil

dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.

Selain itu George J.Mouly (dalam Trianto, 2009:9) menyatakan: “Belajar pada

dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya

(30)

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya dan pengalaman yang didapat sehingga

responnya menjadi lebih baik.

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas yang dilakukan siswa selama

pem-belajaran. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan

baik. Sardiman (2004: 95) berpendapat bahwa ”belajar adalah berbuat, berbuat

untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau

tidak ada aktivitas”. Jika siswa berperan aktif dalam pembelajaran maka siswa

akan memahami konsep-konsep yang dipelajari sehingga pemahaman konsep

siswa akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2004:99)

bahwa:

“Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.”

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti

pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, Paul B. Diedrich (dalam Rohani,

2004: 8) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai

berikut.

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakap-an,

diskusi, musik, pidato.

(31)

14

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan

yang dilakukan siswa selama pembelajaran yang sesuai dengan tujuan

pembe-lajaran itu sendiri.

4. Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan

sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari . Dalam kamus Besar Bahasa

Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu

rancangan. Sedangkan dalam matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang

memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi

pemahaman konsep merupakan penyerapan tentang suatu rancangan atau ide

abstrak.

Skemp (dalam Muaddab, 2010) membedakan pemahaman menjadi dua.

Pemahaman yang pertama, yaitu pemahaman instruksional (instructional

understanding) dimana siswa hanya sekedar tahu mengenai suatu konsep namun

belum memahami mengapa hal itu bisa terjadi. Siswa pada tahapan ini belum bisa

menerapkan hal tersebut pada keadaan baru. Pemahaman yang kedua, yaitu

pemahaman reliasional (relational understanding) dimana siswa telah memahami

(32)

menggunakan konsep dalam memecahkan masalah-masalah sesuai dengan kondisi

yang ada.

Pemahaman konsep merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran

matematika, karena dengan memahami konsep siswa dapat mengembangkan

kemampuan dan menerapkan konsep yang telah dipelajari untuk menyelesaikan

permasalahan sederhana sampai dengan yang kompleks. Menurut Syarifudin

(2009) penjabaran pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika

adalah sebagai berikut:

1. Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika.

2. Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep yang

bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.

3. Pembinaan ketrampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep yang bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.

Matematika merupakan disiplin ilmu yang meliputi fakta, konsep, operasi atau

relasi dan prinsip. Menurut pendapat Soedjadi (2000) terdapat beberapa definisi

matematika yaitu:

”1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

2. Matematika adalah pengetahun tentang bilangan dan kalkulasi.

3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.

4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan

masalah tentang ruang dan bentuk.

5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat”.

Pembelajaran matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, dimana

konsep-konsep matematika tersusun secara terstruktur, logis, dan sistematis, mulai

(33)

16

memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain.

Soedjadi (2000) mengemukakan karakteristik matematika, yakni ”memiliki objek

kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki

simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan konsisten

dalam sistemnya”. Pemahaman akan karakteristik-karakteristik matematika dapat

membantu siswa dalam mempelajari materi-materi yang diajarkan, bukan hanya

sebagai hafalan, tetapi siswa akan lebih mengerti tentang konsep materi pelajaran

itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep

matematika merupakan kemampuan siswa dalam menerjemahkan dan

menyimpulkan suatu konsep matematika.

Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas nomor 506/C/Kep/PP/2004

tanggal 11 November tentang penilaian, diuraikan bahwa indikator siswa

memahami konsep matematika adalah:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TPS ditinjau

dari aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1

(34)

hal ini, yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran kooperatif tipe

TPS (X), serta variabel terikatnya adalah aktivitas belajar (Y1) dan pemahaman

konsep matematika (Y2).

Dalam pembelajaran terdapat interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa

dengan siswa. Interaksi ini akan melibatkan siswa untuk berperan aktif sehingga

akan mempermudah siswa dalam memahami konsep yang sedang dipelajari.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa untuk

berinteraksi satu sama lain adalah model pembelajaran tipe TPS.

Model pembelajaran TPS dapat merangsang aktivitas siswa untuk berpikir secara

mandiri, berdiskusi dengan pasangan dan merangsang keberanian siswa untuk

mengemukakan pendapat di depan kelas. Dalam pembelajaran kooperatif tipe

TPS siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematika

melalui masalah-masalah yang diberikan dalam bentuk LKS yang harus

dikerjakan secara mandiri. Pada saat diskusi siswa diarahkan untuk dapat

berkomunikasi, kerja sama, saling menghagai dan saling berbagi ilmu. Hal ini

akan membantu siswa untuk membandingkan ide-ide yang diperoleh secara

mandiri dan membimbing siswa dalam pengambilan keputusan. Pada saat

presentasi siswa dilatih untuk mengemukakan pendapat dan berbagi informasi di

depan kelas. Hasil diskusi dengan pasangan dipertanggungjawabkan, setiap siswa

harus menguasai materi yang disampaikan. Selain itu akan dikembangkan sikap

saling menghargai pendapat siswa yang lain.

Model pembelajaran tipe TPS dapat mengembangkan kemampuan pemahaman

(35)

18

untuk melakukan aktivitas dengan siswa lain yang melibatkan proses menemukan

konsep sendiri, berdiskusi memecahkan masalah, bertukar pikiran dan informasi,

baik dengan teman dalam kelompok/pasangan maupun kelompok lain, sehingga

siswa akan mudah memahami konsep-konsep matematika yang diberikan.

Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif dalam

pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep

matematika.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif diterapkan dalam

pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif diterapkan dalam

(36)

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Seputih Agung. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung

sebanyak 248 siswa terdistribusi pada 7 kelas. Tingkat kemampuan matematika

siswa heterogen dan antar kelas homogen dengan hasil nilai ujian tengah semester

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Hasil Nilai Ujian Tengah Semester Genap

Kelas Jumlah Siswa Presentase Siswa Tuntas

Belajar

VII A 36 47,2%

VII B 35 42,8%

VII C 36 41,6%

VII D 34 44,1%

VII E 36 44,4%

VII F 35 40%

VIIG 36 41,6%

Persentase siswa kelas VII yang tuntas = 43,1%

Pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Random Sampling yakni

memilih kelas sampel yang memiliki kemampuan relatif sama dan diperoleh kelas

(37)

20

B.Desain Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas (model pembelajaran kooperatif TPS)

dan dua variabel terikat (aktivitas belajar dan pemahaman konsep matematika).

Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen menggunakan desain one shot

case study yaitu meneliti dengan satu kelas eksperimen dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif TPS dan pada pertemuan terakhir diberikan

posttest.

C.Langkah penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

a. Observasi sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas

yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama

pembelajaran.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan

pembelajaran kooperatif tipe TPS (Lampiran A. 1).

c. Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (Lampiran A. 2).

d. Menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa.

e. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep beserta

aturan penskorannya (Lampiran B. 4).

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(38)

a. Kegiatan Awal

Guru membuka kegiatan pembelajaran dan menyampaikan tujuan

pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1) Mengkondisikan sisiwa dalam kelompok.

2) Guru membagikan LKS kepada masing-masing siswa, setiap siswa

berfikir secara mandiri mengerjakan LKS (tahap Think).

3) Siswa berdiskusi dengan pasangannya dan guru membimbing apabila

ada pasangan yang mengalami kesulitan (tahap Pair).

4) Perwakilan dari kelompok mempresentasikan atau berbagi hasil

diskusinya dan siswa yang lain menanggapi presentasi (tahap

Sharing),

5) Guru memandu jalannya diskusi dan menyempurnakan hasil diskusi.

c. Kegiatan Penutup

1) Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari materi

yang telah dipelajari.

2) Guru memberikan PR dan menginformasikan materi yang akan

di-bahas pada pertemuan berikutnya.

3. Analisis Data

4. Penyusunan Laporan

D.Data Penelitian

Data dalam penelitian ini meliputi data aktivitas belajar siswa diperoleh dari

(39)

22

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS dan data pemahaman

konsep matematika siswa diperoleh dari nilai tes untuk pokok bahasan Bangun

Datar Segiempat pada pertemuan terakhir setelah mengikuti pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS (Lampiran C. 6).

E.Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui observasi dan tes.

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa. Observasi

dilakukan oleh satu observer untuk mengamati aktivitas siswa selama

pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif TPS.

2. Tes

Tes dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data skor pemahaman

konsep matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif TPS yang dilakukan pada akhir pokok bahasan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar Observasi

Instrumen yang digunakan untuk observasi berupa lembar observasi yang diisi

(40)

berlangsung (Lampiran C. 2). Pedoman penskoran lembar observasi aktivitas

belajar siswa adalah sebagai berikut:

 Siswa mendapat skor 1 jika melakukan aktivitas yang relevan dengan

kegi-atan pembelajaran.

 Siswa mendapat skor 0 jika tidak melakukan aktivitas.

2. Instrumen tes

Instrumen tes berupa soal pemahaman konsep berbentuk uraian yang

diguna-kan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang

diberi-kan. Instrumen tes dalam suatu penelitian harus memenuhi dua syarat penting

yaitu valid dan reliabel, sehingga dalam pembuatan instrumen tes harus

dilaku-kan uji validitas dan uji reliabilitas agar instrumen tes tersebut dapat dikatadilaku-kan

baik (Sukardi, 2003).

a. Validitas

Dalam penelitian ini validitas instrumen tes yang digunakan adalah validitas

isi. Validitas isi merupakan validitas yang ditinjau dari kesesuaian isi tes

dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Validitas ini dapat digunakan untuk

mengetahui apakah isi dari tes tersebut sudah mewakili dari keseluruhan materi

yang telah dipelajari. Jadi validitas isi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah validitas isi suatu soal pemahaman konsep. Validitas isi dari suatu soal

pemahaman konsep dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang

terkandung dalam soal pemahaman konsep dengan tujuan instruksional khusus

(41)

24

diketahui apakah hal-hal yang terdapat pada tujuan instruksional khusus sudah

dapat mewakili secara nyata pada soal pemahaman konsep atau belum.

Langkah-langkah untuk mendapatkan validitas isi adalah sebagai berikut:

1. Membuat kisi-kisi soal pemahaman konsep (Lampiran B. 1)

2. Membuat soal pemahaman konsep berdasarkan kisi-kisi (Lampiran B. 2).

3. Mengkonsultasikan kisi-kisi soal pemahaman konsep dan soal pemahaman

konsep kepada ahli (guru mitra).

Berdasarkan penilaian guru mitra, soal pemahaman konsep telah sesuai dengan

kompetensi dasar dan indikator yang telah diukur sehingga soal tersebut

dikatakan valid (Lampiran B. 3). Setelah itu, soal diuji coba dan langkah

selanjutnya menganalisis hasil uji coba untuk diteliti kualitasnya.

b. Reliabilitas Tes

Reliabilitas diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk

mengetahui tingkat keterandalan suatu soal. Suatu soal dikatakan reliabel jika

hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan soal tersebut berulang

kali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama

atau sifatnya ajeg (stabil). Untuk menentukan koefisien reliabilitas instrumen

(42)

keterangan :

r11 = koefisien reliabilitas tes

n = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

= jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item

= varian total

Menurut Sudijono, tes dikatakan reliabilitas jika r11 lebih dari 0,70. Dari hasil

uji reliabilitas diperoleh bahwa soal memiliki realibilitas 0,76 (Lampiran C. 1)

sehingga soal dapat digunakan untuk mengumpulkan data.

G.Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif TPS efektif pada

pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep

matematika siswa kelas VII SMP N 1 Seputih Agung tahun pelajaran 2011/2012,

maka dilakukan analisis data dan pengujian hipotesis terhadap aktivitas dan

pemahaman konsep matematika.

1. Analisis Data

a. Data Aktivitas Belajar Siswa

Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar

siswa ditunjukkan dengan jumlah skor yang diperoleh siswa tersebut. Dari jumlah

skor tersebut, dihitung persentasi skornya dengan menggunakan rumus:

(43)

26

Keterangan :

Aj = persentase skor aktivitas siswa ke j

6

1

i ij

A = jumlah skor aktivitas yang diperoleh siswa j dalam enam pertemuan

n = skor maksimal dalam enam pertemuan

Siswa dikatakan aktif apabila persentase skor aktivitas belajar yang diperoleh

siswa minimal 60% dari jumlah seluruh aktivitas yang dilakukan (30 aktivitas)

dalam enam pertemuan atau minimal 18 aktivitas belajar yang relevan.

Untuk analisis data aktivitas belajar siswa digunakan uji normalitas. Uji

normalitas dilakukan untuk melihat apakah data penelitian berasal dari populasi

yang berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah

sebagai berikut:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat (dalam Sudjana, 2005:273) yaitu:

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat

Oi = frekuensi observasi

Ei = frekuensi harapan

(44)

Kriteria uji : terima H0 jika

2hitung

2tabel dengan taraf nyata 5%.

Dari data yang diperoleh selama penelitian, siswa yang aktif dalam pembelajaran

berjumlah 27 siswa. Dari hasil analisis data aktivitas belajar siswa dengan

menggunakan uji normalitas, diperoleh nilai

2hitung= 7,23 dan untuk taraf nyata

α = 5% diperoleh

2tabel = 7,81 sehingga

2hitung<

2tabel. Hal ini menunjukkan

bahwa data aktivitas belajar siswa berdistribusi normal (Lampiran C. 4).

b. Data Pemahaman Konsep Matematika

Aspek hasil pembelajaran dilihat dari tes pemahaman konsep matematika yang

ditunjukkan dengan nilai siswa yang diperoleh dari tes. Berdasarkan hasil

perhitungan nilai posttest yang diberikan pada akhir pembelajaran dan dilakukan

sebanyak satu kali, diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 91 dan nilai terendah

adalah 33. Analisis data pemahaman konsep matematika siswa dilakukan

menggunakan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data

penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.

Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa dari 34 siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif TPS terdapat 26 siswa

tuntas belajar. Dari hasil analisis data pemahaman konsep matematika siswa

dengan uji normalitas, diperoleh nilai

2hitung= 5,90 dan untuk taraf nyata α =

5% diperoleh

2tabel = 7,81 sehingga

2hitung<

2tabel. Hal ini menunjukkan

bahwa data pemahaman konsep matematika siswa berdistribusi normal

(45)

28

2. Pengujian Hipotesis

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

dikatakan efektif jika 60% siswa aktif melakukan aktivitas yang relevan

dengan pembelajaran dan 60% siswa mencapai kriteria ketuntasan belajar yang

dapat dilihat dari hasil tes pemahaman konsep matematika siswa.

Dari hasil analisis data aktivitas belajar siswa dan data pemahaman konsep

matematika diperoleh populasi yang berdistribusi normal sehingga pengujian

hipotesis dilakukan dengan uji proporsi menggunakan uji-z.

a. Pengujian hipotesis aktivitas belajar siwsa

Rumusan hipotesis data aktivitas belajar siswa untuk uji ini sebagai berikut:

H0 :  < 0,60 (proporsi siswa aktif < 0,60)

H1 :  ≥ 0,60 (proporsi siswa aktif ≥ 0.60)

Statistik yang digunakan dalam uji ini (dalam Sudjana, 2005:233) adalah:

n

(46)

Kriteria uji: tolak H0 jika dengan taraf nyata 5%. Nilai

z diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang (0,5 – α).

Berdasarkan hasil analisis data aktivitas belajar siswa dengan uji proporsi,

di-peroleh zhitung = 2,37 dan z0,5  = 1,64 Sehingga zhitung > z0,5 

(Lampiran C. 5). Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa aktif lebih dari

atau sama dengan 60%.

b. Pengujian Hipotesis Data Pemahaman Konsep Matematika

Rumusan hipotesis data pemahaman konsep matematika untuk uji ini sebagai

berikut:

H0 :  < 0,60 (proporsi siswa tuntas belajar < 0,60)

H1 :  ≥ 0,60 (proporsi siswa tuntas belajar ≥ 0,60)

Statistik yang digunakan dalam uji ini (dalam Sudjana, 2005: 233) adalah:

n

0,60 : proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: tolak H0 jika dengan taraf nyata 5%. Nilai

(47)

30

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis data pemahaman konsep matematika siswa

dengan uji proporsi, diperoleh zhitung = 1,90 dan z0,5  = 1,64 sehingga zhitung >

  5 , 0

z (Lampiran C. 8). Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa tuntas

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2004. Peraturan Tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP

No. 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004. Ditjen Dikdasmen

Depdiknas. Jakarta.

Hamalik, Oemar . 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.

Grasindo. Jakarta.

Muaddab, Hafis. 2010. Pemahaman Siswa. (on line). Tersedia:

http://hafismuaddab.wordpress.com/ 2010/01/13/pemahaman-siswa/.

(Tanggal 14 Juli 2012).

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Nasution, S. 2002. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Bumi Aksara. Jakarta.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia

Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta

Sardiman, AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Bumi

Aksara. Jakarta.

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Depdiknas. Jakarta

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung

(49)

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.

Syaifudin. 2009. Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika. (on line).

Tersedia: http://syarifartikel.blogspot.com/2009/01/langkah-langkah-pembelajaran-matematika_11.html (Tanggal 14 Juni 2012).

Tim Penyusun. 2008. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional)

2003. Asa Mandiri. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana.

Gambar

Tabel 3.1 Hasil Nilai Ujian Tengah Semester Genap

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik yang signifikan, wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami perburukan gagal jantung sebelum

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

mobilitas dalam masyarak.at, baik vertikal maupun horizontal serta salah satu instrumen untuk memberantas ke1uiskinan. Atas dasar pemikiran inilah maka penulis ingin

Di dalam form menu utama terdapat menu kelola arsip yang berfungsi untuk mengelola data pegawai dan data surat, pencarian berfungsi dalam pencarian arsip, dan

Maka jumlah plastik paling banyak yang bisa digunakan adalah sebanyak .... Sinta membeli kue bolu dan kue donat untuk sajian

Perhatikanlah salah satu akar yang sudah diketahui adalah berupa bilangan irasional(bilangan bentuk akar), maka salah satu akar yang lainpun juga akan berupa bilangan irasional

Pengecoran sentrifugal juga memiliki beberapa kekurangan seperti, distribusi ketebalan dan kepadatan yang tidak merata, segregasi dan struktur yang tidak homogen