EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIKA
(Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
(Skripsi)
Oleh DEVI AFRIANA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIKA
(Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh DEVI AFRIANA
Pembelajaran merupakan hal yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Salah satu upaya guru untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS. TPS merupakan suatu tipe pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menemukan konsep-konsep yang dipelajari secara individu dan kelompok. Aktivitas yang dilakukan siswa dalam pembelajaran TPS dapat mengembangkan pemahaman konsep matematika siswa secara optimal.
Devi Afriana
siswa yang diperoleh melalui observasi dan tes dengan menggunakan lembar observasi aktivitas dan instrumen tes.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh 79,41% siswa aktif dan 76,47% siswa tuntas belajar. Dari hasil uji proporsi, diperoleh persentase siswa aktif dan tuntas belajar lebih dari atau sama dengan 60%. Artinya, model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa.
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIKA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh DEVI AFRIANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Nama Mahasiswa : Devi Afriana Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021009
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Caswita, M.Si. Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. NIP 19671004 199303 1 004 NIP 19530308 198303 2 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Caswita, M.Si. _____________
Sekretaris : Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. _____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. _____________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Harapan Rejo, Kecamatan Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung pada tanggal 03 April 1989 sebagai anak
pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sukisno dan Ibu Sumarni.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis dimulai dari TK LKMD Harapan Rejo lulus pada tahun 1995, Sekolah Dasar ( SD ) Negeri 1 Harapan Rejo lulus pada tahun 2001, SMP Negeri 1 Seputih Agung lulus pada tahun 2004, dan SMA
Negeri 1 Seputih Agung lulus pada tahun 2007.
Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Non Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Non SPMB). Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP N 6 Bandar
Motto
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta
kasihku kepada:
Ayah dan Ibu (Sukisno dan Sumarni) yang telah membesarkan dan mendidikku, selalu memberiku semangat dan nasehat, serta mencurahkan doa dan kasih
sayangnya dengan pengorbanan yang tulus ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilanku.
Kakak- Andi Cahyono dan Adikku Fitri Atika Candra yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan.
Keluarga besarku yang selalu mendoakanku
Sahabat-sahabat seperjuanganku yang selalu memberikan motivasi untukku
Para pendidik yang dengan tulus dan sabar dalam mendidikku.
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ditinjau dari
Aktivitas dan Pemahaman Konsep Matematika (Studi pada Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Seputih Agung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)”.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, Pembimbing
Akade-mik, sekaligus Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan
bim-bingan, ilmu, dukungan, saran, kritik, dan motivasi, baik selama perkuliahan
maupun selama penyelesaian skripsi;
2. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan, dan saran, baik selama
perkuliahan maupun selama penyelesaian skripsi;
3. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Penguji Utama yang telah
membahas, memberikan masukan, saran, dan kritik, baik selama perkuliahan
iii
4. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan beserta jajaran staf Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
5. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pen-didikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan Universitas
Lampung;
6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
menyelesaikan studi;
7. Ibu Dra. Esti Handayani ,selaku Kepala SMP Negeri 1 Seputih Agung yang
telah memberikan izin penelitian;
8. Ibu Dra. Umi Raniyah, selaku guru mitra yang telah banyak memberikan
arahan dan masukan selama penelitian;
9. Ayahku Sukisno, Ibuku Sumarni,Adikku Fitri Atika Candra, Kakakku Andi
Cahyono dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu mendoakan,
mendukung, dan memberikan semangat;
10. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Pendidikan Matematika
Nonreguler atas persahabatan, kebersamaan, nasehat dan semangat selama
ini.
11. Teman-teman matematika reguler 2007, Kakak tingkat 2006, 2005, adik
tingkat 2008,2009, 2010, 2011 dan teman-teman P.MIPA (Fisika, Biologi,
Kimia).
12. Siswa-siswi SMP Negeri 1 Seputih Agung atas kerja samanya, terutama
kelas VII D.
13. Rekan- rekan PPL SMP Negeri 6 Bandar Lampung atas kebersamaan
14. Teman-teman kosan Ita, Rinda, Beti, Anjar, Mb Eka, Chik Lin yang selalu
mendukungkku.
15. Teman- teman SD, SMP dan SMA yang masih selalu mendukungku.
16. Pengurus Referensi P.MIPA dan Perpustakaan Unila.
17. Almamater yang telah mendewasakan penulis;
18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan
dengan pahala yang penuh berkah, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.
Bandar Lampung, November 2012
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I...PE
NDAHULUAN
A...Lata
r Belakang ... 1
B...Ru
musan Masalah ... 5
C...Tuj
uan Penelitian ... 5
D...Man
faat Penelitian ... 6
E...Rua
ng Lingkup Penelitian ... 6
II. ...TIN
JAUAN PUSTAKA
A...Kaji
1...Efe
ktivitas Pembelajaran... 8
2...Pem
belajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share... 10
vii
F...Instr
umen Penelitian ... 22
G...Ana
lisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 25
1...Ana
lisis Data ... 25
2...Pen
gujian Hipotesis ... 28
IV...HA
SIL DAN PEMBAHASAN
A...Hasi
l Penelitian ... 31
B...Pem
bahasan ... 32
V...KE
SIMPULAN DAN SARAN
A...Kesi
mpulan ... 36
B...Sara
n ... 37
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Hasil Nilai Ujian Tengah Semester Genap ... 19
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Devi Afriana NPM : 0743021009
Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengeta-huan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diter-bitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, November 2012 Yang Menyatakan
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan penting bagi bangsa Indonesia dalam
mengembangkan sumber daya manusia. Hal tersebut tercantum dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 yang menjelaskan
bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani
dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab.
Kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh kualitas pendidikan. Oleh sebab
itu, kualitas pendidikan harus diperhatikan dengan baik. Pemerintah telah
mela-kukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, antara lain
menyediakan sarana dan prasarana pendidikan, pembaharuan kurikulum dan
pe-ningkatan kualitas pendidik. Dengan upaya-upaya yang telah dilakukan
diha-rapkan kualitas pendidikan meningkat. Dalam pencapaian tujuan pendidikan
nasional, terdapat sejumlah mata pelajaran pokok dan pendukung diantaranya
adalah matematika. Hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan
2
disebutkan bahwa salah satu di antara mata pelajaran pokok yang diajarkan
kepada siswa adalah mata pelajaran matematika.
Matematika sebagai ilmu yang universal mempunyai peranan yang sangat penting
dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk itu,
matematika harus dipelajari dengan baik. Matematika merupakan salah satu
pelajaran pokok yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari taman
kanak-kanak, SD, SMP, SMA dan bahkan sampai perguruan tinggi. Sasaran dari
pendidikan matematika adalah siswa diharapkan mampu berpikir logis, kritis dan
sistematis. Hal ini mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan
bahwa salah satu Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan adalah
menun-jukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan
keputusan dan mampu menganalisis dan memecahkan masalah kompleks.
Dalam proses pendidikan di sekolah, hal yang paling utama adalah proses
pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta
didik dengan pendidik, dan peserta didik dengan sumber belajar yang terjadi
dalam suatu lingkungan belajar (UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003). Salah satu upaya yang harus dilakukan guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran adalah memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan model
pembe-lajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibrahim
(dalam Trianto, 2009) pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama siswa dan
siswa dalam kelompok kecil akan mendorong terciptanya komunikasi dan
interaksi edukatif. Interaksi yang dilakukan siswa berkaitan dengan aktivitas
belajar. Aktivitas belajar siswa memegang peranan penting dalam pembelajaran.
Aktivitas yang dilakukan dapat membantu siswa untuk menggali/menemukan
konsep secara mandiri atau berkelompok selama pembelajaran berlangsung.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat mengembangkan pemahaman konsep
siswa.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran kooperatif tipe TPS
menekankan pada kemampuan berpikir siswa. Dalam model pembelajaran TPS
siswa diberikan pertanyaan atau suatu permasalahan yang berhubungan dengan
materi pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau
permasalahan secara mandiri untuk beberapa saat. Setelah itu siswa diminta
berpasangan untuk berdiskusi dengan pasangannya. Kemudian beberapa
pasangan diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan siswa lain
menanggapi.
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki manfaat antara lain memberi
kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara mandiri sebelum berdiskusi
sehingga siswa akan siap saat berdiskusi, mudah diterapkan, interaksi lebih
mudah, dapat memotivasi siswa yang kurang tertarik pada pelajaran, saling
menghargai, dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa,
dan masing-masing kelompok terdiri dari 2 siswa sehingga tanggung jawab siswa
4
Model pembelajaran tipe TPS dapat diterapkan pada siswa yang tidak mempunyai
rasa percaya diri, kurang aktif dalam kerja kelompok, tidak aktif dalam
mengerjakan tugas, kurang bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan, dan
siswa yang kurang mampu mengembangkan kemampuan pada dirinya, seperti
tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan pendapat sehingga dengan
menerapkan model pembelajaran tipe TPS siswa dapat aktif dalam kerja
kelompok, siswa dapat bertanggungjawab atas tugas yang diberikan, siswa dapat
menumbuhkan rasa percaya diri dan siswa mempunyai keberanian untuk
mengungkapkan pendapat.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru matematika kelas VII SMPN
1 Seputih Agung diperoleh informasi bahwa pemahaman konsep matematika
siswa masih rendah. Hal tersebut terlihat dari hasil ujian tengah semester genap
tahun ajaran 2011/2012, persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan
mininal (KKM) 68 hanya 43,1%. Rendahnya pemahaman konsep matematika
siswa disebabkan oleh pembelajaran yang masih berpusat pada guru.
Pembelaja-ran dimulai dari guru menjelaskan materi pelajaPembelaja-ran di depan kelas, memberi
contoh soal, memberi latihan soal dan diakhiri dengan pemberian pekerjaan rumah
(PR). Setelah menjelaskan, siswa diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru
tetapi siswa masih merasa bingung apa yang harus ditanyakan karena siswa
kurang memahami konsep. Pada saat memberikan latihan soal, terkadang guru
membagi siswa kedalam kelompok untuk mendiskusikannya. Diskusi yang
dila-kukan siswa tidak berjalan dengan baik, karena banyak siswa yang pasif dan
hanya mengandalkan siswa yang lebih pintar. Siswa merasa kesulitan ketika guru
sebelumnya. Aktivitas yang dilakukan sebagian besar siswa pada saat diskusi
adalah mendengarkan penjelasan teman dan mencatat apa yang ditulis oleh teman,
sedangkan aktivitas lain yang terlihat adalah aktivitas yang tidak berhubungan
dengan proses pembelajaran. Akibatnya pada saat presentasi tidak semua siswa
bisa menyampaikan hasil diskusi.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran matematika ditinjau
dari aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1
Seputih Agung.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif diterapkan dalam
pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif diterapkan dalam
pembelajaran matematika ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2011/2012?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah , maka tujuan penelitian ini
6
1. Untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif TPS
dalam pembelajaran matematika ditinjau dari pemahaman konsep matematika
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2011/2012.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori dalam
pengembangan ilmu pengetahuan mengenai penggunaan model pembelajaran
yang efektif.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
tentang suatu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan dalam pembelajaran
untuk mencapai tujuan yang meliputi:
a. Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran TPS dikatakan efektif jika
b. Aspek hasil pembelajaran dilihat dari tes pemahaman konsep. Model
pembelajaran TPS dikatakan efektif jika persentase siswa yang tuntas lebih
dari atau sama dengan 60%.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah suatu tipe pada pembelajaran
kooperatif. TPS merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memproses informasi dengan
mengembangkan cara berfikir dan komunikasi. Siswa diberi kesempatan untuk
berpikir (Thinking) atas informasi yang diberikan guru, berpasangan (Pairing)
dengan teman sebangku untuk berdiskusi, dan berbagi (Sharing) dengan
seluruh kelas atas hasil diskusinya.
3. Aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan siswa
dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe
TPS sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa.
Indikator aktivitas belajar dalam penelitian ini meliputi mengerjakan LKS,
berdiskusi, mempresentasikan hasil diskusi, menjawab atau menanggapi pertanyaan,
bertanya atau menyatakan pendapat.
4. Pemahaman konsep matematika merupakan kemampuan siswa dalam
memahami materi pelajaran matematika yang ditunjukkan melalui hasil tes.
Indikator pemahaman konsep dalam penelitian ini meliputi menyatakan ulang
suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu,
menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu,
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Efektivitas Pembelajaran
Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti
mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan
dengan memberikan hasil yang memuaskan. Sutikno (2005: 7) mengemukakan
bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan
siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai
tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan dalam pembelajaran
matematika mencakup tujuan kognitif dan afektif. Tujuan kognitif berupa
kemampuan siswa dalam menguasai konsep matematika yang dapat dilihat dari
nilai tes pemahaman konsep dan aspek afektif dilihat dari aktivitas siswa saat
pembelajaran berlangsung.
Nasution (2002: 27) mengungkapkan bahwa belajar yang efektif hasilnya
merupakan pemahaman, pengetahuan dan wawasan. Dengan pemahaman,
pengetahuan dan wawasan yang diperoleh kemampuan siswa dalam menguasai
konsep matematika akan meningkat. Mulyasa (2006: 193) menyatakan bahwa
dan membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan
yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan
peserta didik dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Hamalik (2004: 171) menyatakan bahwa, “Pengajaran yang efektif adalah
pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
ak-tivitas sendiri.” Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan berakak-tivitas sendiri
diharapkan dapat membantu siswa dalam pembelajaran. Seluruh siswa harus
dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran
betul-betul kondusif, dan terarah pada tujuan dan pembentukkan kompetensi
siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2009:12) yang menerangkan
bahwa belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada
siswa.
Pembelajaran yang efektif apabila siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
Siswa dilibatkan dalam pencarian informasi atau pengetahuan, siswa tidak hanya
pasif menerima pengetahuan dari guru. Dengan keterlibatan siswa dalam mencari
pengetahuan diharapkan siswa mampu memahami konsep-konsep yang sedang
dipelajari dan dapat mengembangkan pengetahuan yang diperoleh sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah
tingkat keberhasilan dalam pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang diharapkan meliputi proses pembelajaran yang dilihat dari aktivitas siswa
selama pembelajaran yang berlangsung dan hasil pembelajaran yang dilihat dari
10
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dengan
mem-bentuk siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Sebagai anggota
kelom-pok, siswa bekerjasama untuk membantu dan memahami suatu bahan pelajaran
serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif
menghen-daki setiap anggota kelompok dapat menguasai bahan pelajaran secara
bersama-sama dengan kelompoknya. Jika salah satu anggota kelompok belum menguasai
bahan pelajaran maka kegiatan pembelajaran dianggap belum selesai. Belajar
dalam kelompok kecil mendorong terciptanya suatu kemungkinan yang lebih
besar untuk melakukan komunikasi, interaksi edukatif dua arah dan banyak arah
sehingga aktivitas yang dilakukan lebih merangsang siswa untuk memahami
konsep-konsep yang dipelajari sehingga akan mendapatkan hasil yang optimal.
Menurut Eggen and Kauchak (dalam Trianto, 2009:58), “Pembelajaran kooperatif
merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja
secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”. Pembelajaran kooperatif
dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit dan membantu
siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.
Johnson dan Johnson (dalam Trianto, 2009:60) mengungkapkan, “Ada empat
elemen dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu saling ketergantungan positif,
interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan menjalin
hubungan interpersonal”. Jadi tidak semua pembelajaran yang menggunakan
kerja kelompok merupakan pembelajaran kooperatif. Seperti yang diungkapkan
“Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat bermacam-macam tipe, diantaranya
adalah TPS. TPS dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari
Universitas Maryland pada tahun 1981. Metode ini memberi waktu kepada para
siswa untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain.
Menurut Nurhadi (2004:23), TPS merupakan struktur pembelajaran yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu
pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan
keterampilan siswa. TPS memiliki prosedur yang ditetapkan untuk memberi
waktu yang lebih banyak kepada siswa dalam berpikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain. Frank Lyman (dalam Trianto, 2009: 82)
mengemukakan bahwa:
“Guru memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya
jawab kelompok keseluruhan. Guru menggunakan langkah-langkah (fase) berikut: a. Langkah 1 : Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
b. Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.
c. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)
12
TPS dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru untuk mengajar matematika.
Siswa akan diberi suatu permasalahan matematika untuk dapat diselesaikan secara
mandiri terlebih dahulu. Setelah itu siswa akan berpasangan untuk berdiskusi.
Siswa akan lebih bersemangat dalam menyelesaikan setiap permasalahan
matematika karena permasalahan matematika yang ada dapat mereka diskusikan
bersama pasangannya dan saling berbagi ide sehingga setiap permasalahan
matematika yang umumnya dipandang sulit oleh para siswa terlihat lebih mudah.
Setiap pasangan terdiri dari siswa dengan kemampuan matematika bervariasi, ada
yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang paling lemah
di-harapkan sangat antusias dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran yang
ber-langsung dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa.
Dari uraian tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan model
pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa secara individu dan
kelompok sehingga model ini dapat diterapkan untuk mengoptimalkan aktivitas
dan pemahaman konsep matematika.
3. Aktivitas Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah
laku kearah yang lebih baik. Menurut Slameto (2003:78) ”Secara psikologis,
belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.
Selain itu George J.Mouly (dalam Trianto, 2009:9) menyatakan: “Belajar pada
dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dan pengalaman yang didapat sehingga
responnya menjadi lebih baik.
Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas yang dilakukan siswa selama
pem-belajaran. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan
baik. Sardiman (2004: 95) berpendapat bahwa ”belajar adalah berbuat, berbuat
untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau
tidak ada aktivitas”. Jika siswa berperan aktif dalam pembelajaran maka siswa
akan memahami konsep-konsep yang dipelajari sehingga pemahaman konsep
siswa akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2004:99)
bahwa:
“Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.”
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti
pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, Paul B. Diedrich (dalam Rohani,
2004: 8) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai
berikut.
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakap-an,
diskusi, musik, pidato.
14
5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan
yang dilakukan siswa selama pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembe-lajaran itu sendiri.
4. Pemahaman Konsep Matematika
Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan
sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari . Dalam kamus Besar Bahasa
Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu
rancangan. Sedangkan dalam matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang
memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi
pemahaman konsep merupakan penyerapan tentang suatu rancangan atau ide
abstrak.
Skemp (dalam Muaddab, 2010) membedakan pemahaman menjadi dua.
Pemahaman yang pertama, yaitu pemahaman instruksional (instructional
understanding) dimana siswa hanya sekedar tahu mengenai suatu konsep namun
belum memahami mengapa hal itu bisa terjadi. Siswa pada tahapan ini belum bisa
menerapkan hal tersebut pada keadaan baru. Pemahaman yang kedua, yaitu
pemahaman reliasional (relational understanding) dimana siswa telah memahami
menggunakan konsep dalam memecahkan masalah-masalah sesuai dengan kondisi
yang ada.
Pemahaman konsep merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran
matematika, karena dengan memahami konsep siswa dapat mengembangkan
kemampuan dan menerapkan konsep yang telah dipelajari untuk menyelesaikan
permasalahan sederhana sampai dengan yang kompleks. Menurut Syarifudin
(2009) penjabaran pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika
adalah sebagai berikut:
1. Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika.
2. Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep yang
bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.
3. Pembinaan ketrampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep yang bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.
Matematika merupakan disiplin ilmu yang meliputi fakta, konsep, operasi atau
relasi dan prinsip. Menurut pendapat Soedjadi (2000) terdapat beberapa definisi
matematika yaitu:
”1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.
2. Matematika adalah pengetahun tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat”.
Pembelajaran matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, dimana
konsep-konsep matematika tersusun secara terstruktur, logis, dan sistematis, mulai
16
memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain.
Soedjadi (2000) mengemukakan karakteristik matematika, yakni ”memiliki objek
kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki
simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan konsisten
dalam sistemnya”. Pemahaman akan karakteristik-karakteristik matematika dapat
membantu siswa dalam mempelajari materi-materi yang diajarkan, bukan hanya
sebagai hafalan, tetapi siswa akan lebih mengerti tentang konsep materi pelajaran
itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep
matematika merupakan kemampuan siswa dalam menerjemahkan dan
menyimpulkan suatu konsep matematika.
Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas nomor 506/C/Kep/PP/2004
tanggal 11 November tentang penilaian, diuraikan bahwa indikator siswa
memahami konsep matematika adalah:
a. Menyatakan ulang suatu konsep.
b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.
c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
B. Kerangka Pikir
Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TPS ditinjau
dari aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1
hal ini, yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran kooperatif tipe
TPS (X), serta variabel terikatnya adalah aktivitas belajar (Y1) dan pemahaman
konsep matematika (Y2).
Dalam pembelajaran terdapat interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa. Interaksi ini akan melibatkan siswa untuk berperan aktif sehingga
akan mempermudah siswa dalam memahami konsep yang sedang dipelajari.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa untuk
berinteraksi satu sama lain adalah model pembelajaran tipe TPS.
Model pembelajaran TPS dapat merangsang aktivitas siswa untuk berpikir secara
mandiri, berdiskusi dengan pasangan dan merangsang keberanian siswa untuk
mengemukakan pendapat di depan kelas. Dalam pembelajaran kooperatif tipe
TPS siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematika
melalui masalah-masalah yang diberikan dalam bentuk LKS yang harus
dikerjakan secara mandiri. Pada saat diskusi siswa diarahkan untuk dapat
berkomunikasi, kerja sama, saling menghagai dan saling berbagi ilmu. Hal ini
akan membantu siswa untuk membandingkan ide-ide yang diperoleh secara
mandiri dan membimbing siswa dalam pengambilan keputusan. Pada saat
presentasi siswa dilatih untuk mengemukakan pendapat dan berbagi informasi di
depan kelas. Hasil diskusi dengan pasangan dipertanggungjawabkan, setiap siswa
harus menguasai materi yang disampaikan. Selain itu akan dikembangkan sikap
saling menghargai pendapat siswa yang lain.
Model pembelajaran tipe TPS dapat mengembangkan kemampuan pemahaman
18
untuk melakukan aktivitas dengan siswa lain yang melibatkan proses menemukan
konsep sendiri, berdiskusi memecahkan masalah, bertukar pikiran dan informasi,
baik dengan teman dalam kelompok/pasangan maupun kelompok lain, sehingga
siswa akan mudah memahami konsep-konsep matematika yang diberikan.
Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif dalam
pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep
matematika.
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif diterapkan dalam
pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif diterapkan dalam
III. METODE PENELITIAN
A.Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Seputih Agung. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Agung
sebanyak 248 siswa terdistribusi pada 7 kelas. Tingkat kemampuan matematika
siswa heterogen dan antar kelas homogen dengan hasil nilai ujian tengah semester
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Hasil Nilai Ujian Tengah Semester Genap
Kelas Jumlah Siswa Presentase Siswa Tuntas
Belajar
VII A 36 47,2%
VII B 35 42,8%
VII C 36 41,6%
VII D 34 44,1%
VII E 36 44,4%
VII F 35 40%
VIIG 36 41,6%
Persentase siswa kelas VII yang tuntas = 43,1%
Pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Random Sampling yakni
memilih kelas sampel yang memiliki kemampuan relatif sama dan diperoleh kelas
20
B.Desain Penelitian
Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas (model pembelajaran kooperatif TPS)
dan dua variabel terikat (aktivitas belajar dan pemahaman konsep matematika).
Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen menggunakan desain one shot
case study yaitu meneliti dengan satu kelas eksperimen dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif TPS dan pada pertemuan terakhir diberikan
posttest.
C.Langkah penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
a. Observasi sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas
yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama
pembelajaran.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Lampiran A. 1).
c. Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (Lampiran A. 2).
d. Menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa.
e. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep beserta
aturan penskorannya (Lampiran B. 4).
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
Guru membuka kegiatan pembelajaran dan menyampaikan tujuan
pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1) Mengkondisikan sisiwa dalam kelompok.
2) Guru membagikan LKS kepada masing-masing siswa, setiap siswa
berfikir secara mandiri mengerjakan LKS (tahap Think).
3) Siswa berdiskusi dengan pasangannya dan guru membimbing apabila
ada pasangan yang mengalami kesulitan (tahap Pair).
4) Perwakilan dari kelompok mempresentasikan atau berbagi hasil
diskusinya dan siswa yang lain menanggapi presentasi (tahap
Sharing),
5) Guru memandu jalannya diskusi dan menyempurnakan hasil diskusi.
c. Kegiatan Penutup
1) Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari materi
yang telah dipelajari.
2) Guru memberikan PR dan menginformasikan materi yang akan
di-bahas pada pertemuan berikutnya.
3. Analisis Data
4. Penyusunan Laporan
D.Data Penelitian
Data dalam penelitian ini meliputi data aktivitas belajar siswa diperoleh dari
22
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS dan data pemahaman
konsep matematika siswa diperoleh dari nilai tes untuk pokok bahasan Bangun
Datar Segiempat pada pertemuan terakhir setelah mengikuti pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS (Lampiran C. 6).
E.Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui observasi dan tes.
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa. Observasi
dilakukan oleh satu observer untuk mengamati aktivitas siswa selama
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif TPS.
2. Tes
Tes dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data skor pemahaman
konsep matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif TPS yang dilakukan pada akhir pokok bahasan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar Observasi
Instrumen yang digunakan untuk observasi berupa lembar observasi yang diisi
berlangsung (Lampiran C. 2). Pedoman penskoran lembar observasi aktivitas
belajar siswa adalah sebagai berikut:
Siswa mendapat skor 1 jika melakukan aktivitas yang relevan dengan
kegi-atan pembelajaran.
Siswa mendapat skor 0 jika tidak melakukan aktivitas.
2. Instrumen tes
Instrumen tes berupa soal pemahaman konsep berbentuk uraian yang
diguna-kan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang
diberi-kan. Instrumen tes dalam suatu penelitian harus memenuhi dua syarat penting
yaitu valid dan reliabel, sehingga dalam pembuatan instrumen tes harus
dilaku-kan uji validitas dan uji reliabilitas agar instrumen tes tersebut dapat dikatadilaku-kan
baik (Sukardi, 2003).
a. Validitas
Dalam penelitian ini validitas instrumen tes yang digunakan adalah validitas
isi. Validitas isi merupakan validitas yang ditinjau dari kesesuaian isi tes
dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Validitas ini dapat digunakan untuk
mengetahui apakah isi dari tes tersebut sudah mewakili dari keseluruhan materi
yang telah dipelajari. Jadi validitas isi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah validitas isi suatu soal pemahaman konsep. Validitas isi dari suatu soal
pemahaman konsep dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang
terkandung dalam soal pemahaman konsep dengan tujuan instruksional khusus
24
diketahui apakah hal-hal yang terdapat pada tujuan instruksional khusus sudah
dapat mewakili secara nyata pada soal pemahaman konsep atau belum.
Langkah-langkah untuk mendapatkan validitas isi adalah sebagai berikut:
1. Membuat kisi-kisi soal pemahaman konsep (Lampiran B. 1)
2. Membuat soal pemahaman konsep berdasarkan kisi-kisi (Lampiran B. 2).
3. Mengkonsultasikan kisi-kisi soal pemahaman konsep dan soal pemahaman
konsep kepada ahli (guru mitra).
Berdasarkan penilaian guru mitra, soal pemahaman konsep telah sesuai dengan
kompetensi dasar dan indikator yang telah diukur sehingga soal tersebut
dikatakan valid (Lampiran B. 3). Setelah itu, soal diuji coba dan langkah
selanjutnya menganalisis hasil uji coba untuk diteliti kualitasnya.
b. Reliabilitas Tes
Reliabilitas diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk
mengetahui tingkat keterandalan suatu soal. Suatu soal dikatakan reliabel jika
hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan soal tersebut berulang
kali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama
atau sifatnya ajeg (stabil). Untuk menentukan koefisien reliabilitas instrumen
keterangan :
r11 = koefisien reliabilitas tes
n = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
= jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
= varian total
Menurut Sudijono, tes dikatakan reliabilitas jika r11 lebih dari 0,70. Dari hasil
uji reliabilitas diperoleh bahwa soal memiliki realibilitas 0,76 (Lampiran C. 1)
sehingga soal dapat digunakan untuk mengumpulkan data.
G.Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif TPS efektif pada
pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep
matematika siswa kelas VII SMP N 1 Seputih Agung tahun pelajaran 2011/2012,
maka dilakukan analisis data dan pengujian hipotesis terhadap aktivitas dan
pemahaman konsep matematika.
1. Analisis Data
a. Data Aktivitas Belajar Siswa
Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar
siswa ditunjukkan dengan jumlah skor yang diperoleh siswa tersebut. Dari jumlah
skor tersebut, dihitung persentasi skornya dengan menggunakan rumus:
26
Keterangan :
Aj = persentase skor aktivitas siswa ke j
6
1
i ij
A = jumlah skor aktivitas yang diperoleh siswa j dalam enam pertemuan
n = skor maksimal dalam enam pertemuan
Siswa dikatakan aktif apabila persentase skor aktivitas belajar yang diperoleh
siswa minimal 60% dari jumlah seluruh aktivitas yang dilakukan (30 aktivitas)
dalam enam pertemuan atau minimal 18 aktivitas belajar yang relevan.
Untuk analisis data aktivitas belajar siswa digunakan uji normalitas. Uji
normalitas dilakukan untuk melihat apakah data penelitian berasal dari populasi
yang berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah
sebagai berikut:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat (dalam Sudjana, 2005:273) yaitu:
Keterangan:
X2 = harga Chi-kuadrat
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi harapan
Kriteria uji : terima H0 jika
2hitung
2tabel dengan taraf nyata 5%.Dari data yang diperoleh selama penelitian, siswa yang aktif dalam pembelajaran
berjumlah 27 siswa. Dari hasil analisis data aktivitas belajar siswa dengan
menggunakan uji normalitas, diperoleh nilai
2hitung= 7,23 dan untuk taraf nyataα = 5% diperoleh
2tabel = 7,81 sehingga
2hitung<
2tabel. Hal ini menunjukkanbahwa data aktivitas belajar siswa berdistribusi normal (Lampiran C. 4).
b. Data Pemahaman Konsep Matematika
Aspek hasil pembelajaran dilihat dari tes pemahaman konsep matematika yang
ditunjukkan dengan nilai siswa yang diperoleh dari tes. Berdasarkan hasil
perhitungan nilai posttest yang diberikan pada akhir pembelajaran dan dilakukan
sebanyak satu kali, diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 91 dan nilai terendah
adalah 33. Analisis data pemahaman konsep matematika siswa dilakukan
menggunakan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data
penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa dari 34 siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif TPS terdapat 26 siswa
tuntas belajar. Dari hasil analisis data pemahaman konsep matematika siswa
dengan uji normalitas, diperoleh nilai
2hitung= 5,90 dan untuk taraf nyata α =5% diperoleh
2tabel = 7,81 sehingga
2hitung<
2tabel. Hal ini menunjukkanbahwa data pemahaman konsep matematika siswa berdistribusi normal
28
2. Pengujian Hipotesis
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
dikatakan efektif jika 60% siswa aktif melakukan aktivitas yang relevan
dengan pembelajaran dan 60% siswa mencapai kriteria ketuntasan belajar yang
dapat dilihat dari hasil tes pemahaman konsep matematika siswa.
Dari hasil analisis data aktivitas belajar siswa dan data pemahaman konsep
matematika diperoleh populasi yang berdistribusi normal sehingga pengujian
hipotesis dilakukan dengan uji proporsi menggunakan uji-z.
a. Pengujian hipotesis aktivitas belajar siwsa
Rumusan hipotesis data aktivitas belajar siswa untuk uji ini sebagai berikut:
H0 : < 0,60 (proporsi siswa aktif < 0,60)
H1 : ≥ 0,60 (proporsi siswa aktif ≥ 0.60)
Statistik yang digunakan dalam uji ini (dalam Sudjana, 2005:233) adalah:
n
Kriteria uji: tolak H0 jika dengan taraf nyata 5%. Nilai
z diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang (0,5 – α).
Berdasarkan hasil analisis data aktivitas belajar siswa dengan uji proporsi,
di-peroleh zhitung = 2,37 dan z0,5 = 1,64 Sehingga zhitung > z0,5
(Lampiran C. 5). Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa aktif lebih dari
atau sama dengan 60%.
b. Pengujian Hipotesis Data Pemahaman Konsep Matematika
Rumusan hipotesis data pemahaman konsep matematika untuk uji ini sebagai
berikut:
H0 : < 0,60 (proporsi siswa tuntas belajar < 0,60)
H1 : ≥ 0,60 (proporsi siswa tuntas belajar ≥ 0,60)
Statistik yang digunakan dalam uji ini (dalam Sudjana, 2005: 233) adalah:
n
0,60 : proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan
Kriteria uji: tolak H0 jika dengan taraf nyata 5%. Nilai
30
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis data pemahaman konsep matematika siswa
dengan uji proporsi, diperoleh zhitung = 1,90 dan z0,5 = 1,64 sehingga zhitung >
5 , 0
z (Lampiran C. 8). Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa tuntas
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2004. Peraturan Tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP
No. 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004. Ditjen Dikdasmen
Depdiknas. Jakarta.
Hamalik, Oemar . 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta
Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.
Grasindo. Jakarta.
Muaddab, Hafis. 2010. Pemahaman Siswa. (on line). Tersedia:
http://hafismuaddab.wordpress.com/ 2010/01/13/pemahaman-siswa/.
(Tanggal 14 Juli 2012).
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Nasution, S. 2002. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Bumi Aksara. Jakarta.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Sardiman, AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Bumi
Aksara. Jakarta.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Depdiknas. Jakarta
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung
Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.
Syaifudin. 2009. Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika. (on line).
Tersedia: http://syarifartikel.blogspot.com/2009/01/langkah-langkah-pembelajaran-matematika_11.html (Tanggal 14 Juni 2012).
Tim Penyusun. 2008. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional)
2003. Asa Mandiri. Jakarta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana.