ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DITINJAU DARI PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)
Oleh
LINA WIDIATAMI
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran TPS ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII
SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 262 siswa dan terdistribusi dalam 7 kelas. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIB
yang diambil secara acak. Desain penelitian ini adalah one group posttest only design. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pemahaman konsep matematis berupa esai. Berdasarkan hasil analisis data, persentase siswa
yang memahami konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS tidak lebih dari 65%. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif
tipe TPS tidak efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS SISWA
(Studi Pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)
(Skripsi)
Oleh
LINA WIDIATAMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 7
1. Hakikat Belajar ... 7
2. Efektivitas Pembelajaran ... 8
3. Hakikat Matematika ... 9
4. Pembelajaran Matematika ... 10
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 13
6. Pemahaman Konsep Matematis ... 16
B. Kerangka Pikir ... 18
C. Anggapan Dasar ... 20
D. Hipotesis Penelitian ... 21
III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 21
B. Desain Penelitian ... 22
vi
D. Data Penelitian ... 23
E. Teknik Pengumpulan Data ... 23
F. Instrumen Penelitian ... 24
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 27
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 30
B. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 31
C. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep ... 32
D. Pencapaian Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Siswa... 33
E. Pembahasan ... 35
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 40
B. Saran ... 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A.Perangkat Pembelajaran
A.1 Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 45
A.2 Lembar Kerja Siswa ... 83
B.Perangkat Tes B.1 Kisi-Kisi Soal-Soal Posttest ... 115
B.2 Soal Posttest... ... 116
B.3 Kunci Jawaban Posttest ... 118
B.4 Form Validasi Instrumen ... 120
B.5 Lembar Penilaian Diri ... 122
C.Analisis Data C.1 Tabel Analisis Tes Uji Coba ... 126
C.2 Data Post Test ... 127
C.3 Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis ... 128
C.4 Uji Hipotesis Penelitian... 132
C.5 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis... 134
C.6 Ketercapaian prilaku berkarakter dan keterampilan siswa... 137
C.7 Ketercapaian prilaku berkarakter dan keterampilan siswa... 138
D. Lain-lain
D.1 Surat izin penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Rata-rata Nilai Mid Semester Matematika Semester Ganjil ... 22 3.3 Kriteria Penskoran Pemahaman Konsep Matematis ... 24
4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis ... 30 4.1 Skor Tertinggi, Skor Terendah, Rata-rata Skor dan Simpangan
Baku Post-test Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 31 4.2 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Pada Kelas Eksperimen ... 32
4.3 Ketercapaian Perilaku Berkarakter Siswa Kelas Eksperimen
Pertemuan ke-2 ... 33 4.4. Ketercapaian Perilaku Berkarakter Siswa Kelas Eksperimen
MOTO
“Saya percaya bahwa rencana Allah
Lebih indah dari apa yang hambanya bayangkan”
“Saya berjalan Mengikuti apa kata hati dan lebih mengikuti pendapat yang lebih
baik bagi saya
”
“yang terbaik akan selalu mengindahkan”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil ’Alamin…
Terucap syukur kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya, Dengan kerendahan hati dan rasa sayang yang tulus,
kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini untuk :
Ayah dan Ibunda ku tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh cinta kasih dan kesabaran. Terimakasih atas lantunan do’a
dan untaian nasehat yang terucap, atas harapan dan kepercayaan yang tak pernah pudar,
atas peluh yang tercucur, atas semua yang tak mungkin terbalaskan, engkaulah
penguat dalam rapuhku.
Oom dan uncu tercinta yang telah mendidikku dengan penuh keikhlasan, mengantarkanku hingga sampai saat ini. Tanpa itu semua aku bukanlah siapa-siapa, mungkin tak terbalaskan olehku. Terimakasih atas lantunan do’a dan untaian nasehat yang terucap,
atas harapan dan kepercayaan yang tak pernah pudar, engkaulah penopang hidupku
kakak-adikku tersayang “ajo, minak, kakang, atu, yobi” dan “sissi”
yang turut mendo’akan dan memberi dukungan kepadaku, Kebahagiaan kalian adalah semangat dan motivasiku.
Teman-teman seperjuangan
Sahabat-sahabatku yang selalu menjadi penyemangat bagiku.
Para pengajar dan pembimbing yang ku hormati
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Penengahan Kecamatan Negri Agung, Kabupaten Way
Kanan, Provinsi Lampung pada tanggal 18 Agustus 1988. Penulis adalah anak kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Ciknang dan Ibu Kosmawati
Pendidikan formal yang ditempuh penulis berawal dari Sekolah Dasar di SD
Negeri 1 sunsang dan lulus tahun 2001. Selanjutnya Sekolah Menengah Pertama di Pilial 5 Kotabaru dan lulus tahun 2004. Sekolah Menengah Atas di SMA
Negeri 1 Negri Agung hingga tahun 2007.
Melalui jalur Ujian Mandiri (UM) penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tahun 2008. Pada tahun 2011 penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Adi Luhur Kecamatan Panca Jaya Mesuji dan pada tahun yang sama penulis melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Panca Jaya.
ii SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang ber-judul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS Ditinjau dari
Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi Pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung, atas kesediaannya memberikan sumbangan pemikiran,
saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi 3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika, sekaligus Selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya
iii 4. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya
memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran, baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi;
5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik, sekaligus selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran, baik selama perkuliahan maupun
selama penyusunan skripsi;
6. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Pembahas atas kesediaannya
memberikan sumbangan pemikiran, saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi;
7. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menye-lesaikan studi;
8. Ibu Lista Dora, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 20 Bandar Lampung
beserta Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan izin dan kemudahan selama penelitian.;
9. Ibu Nurlena, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arahan
dan masukan selama penelitian, serta murid-murid kelas VIIA dan VIIB SMP Negeri 20 Bandar Lampung atas partisipasinya dalam penelitian ini;
10.Ayah, Ibu, Uncu ,Om dan kakak-adik tercinta: Ajo, Minak, Kakang, Atu, Yobi dan Sissi serta keluarga besarku yang selalu menyayangi, mendoakan, dan selalu memberikan dukungan untuk keberhasilanku. Terima kasih untuk
lautan kasih sayang, kesabaran, dan pengertian yang sudah diberikan;
11. Trio yang telah memberikan dukungan dan do’a untuk keberhasilanku
iv 12.Sahabat-sahabatku : (Dewi, Nope, Helda, Eka, Amel, Martina, Evi, Ferny,
Meta, dan Ayu; Kost Raflesia: Makcik, Mba nina, Mba wayan, intan, citra, mumun, dan iin) yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi.
Terimakasih atas Pelajaran yang sangat berharga dan mendewasakan. Semoga persahabatan dan kebersamaan kita selalu terjalin dalam indahnya tali persaudaraan;
13.Teman-teman seperjuangan angkatan 2008 Mandiri: Adi, Agita, Amel, Andika, Antoni, Asep, Cici, Dedi, Decky, Dewi, Dila, Dwi, Eka, Elva, Endah,
Evi, Ferny, Fepy, Kahepi, Kiki, Helda, Made, Martina, Meta, Mulyanah, Neliyan, Nia, Persi, Qori, Qurrota Ayuni, Radit, Ratna, Reza, Rico, Riko,
Rini, Savitri, Siska, Sri Aryanti, Tutik, Wayan eko, dan Yeni. Terima kasih untuk persahabatan dan kebersamaannya selama ini.
14.Teman-teman KKN & PPL SMP 2 Panca Jaya Mesuji : Trio, Shoffa, Ratih,
Radit ,Vidi, Edi Bb, Edi, Irdi, Sumantri, Intan, Inggrit, Ana, Reni, Zona, Ari, Warlan, , dan Ernia atas kebersamaan selama 3 bulan yang luar biasa;
15.Teman-teman angkatan 2008 Reguler, kakak-kakakku angkatan 2007 dan
2006, teman-teman dan adik-adikku angkatan 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013 atas kebersamaannya.
16.Almamater yang telah mendewasakanku;
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandarlampung, September 2014 Penulis,
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa dan
mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan. Pendidikan mengarahkan manusia untuk membangun kehidupan masa kini untuk membangun dasar bagi
kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan dan lebih bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan mempunyai peranan penting bagi manusia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi yang baik, mempunyai etika,
produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini tercantum dalam Peraturan
menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 68 tahun 2013 tentang kurikulum 2013 yang menyatakan bahwa:
Kurikulum bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.
(Permendikbud: 2013).
Mengingat pentingnya peranan pendidikan, maka perlu adanya upaya dari pemerintah, lembaga dan masyarakat yang peduli untuk meningkatkan kualitas
2
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran dan cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Untuk mencapai suatu pendidikan yang baik perlu adanya pembelajaran yang
merupakan unsur utama. Pembelajaran merupakan interaksi pendidik dengan peserta didik, kemudian peserta didik dengan materi pembelajaran. Interaksi
belajar akan ada jika terjadi penyampaian dari guru ke siswa dengan adanya materi pembelajaran didalamnya, sehingga diperlukan suatu strategi pembelajaran yang menghasilkan perubahan terhadap peserta didik sehingga lebih aktif dalam
proses belajar.
Proses pembelajaran merupakan langkah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik dan sangat mempengaruhi perkembangan peserta didik.
Jika proses pembelajaran berjalan dengan baik maka peserta didik akan merasa nyaman dan aktif selama proses pembelajaran. Sebaliknya, jika proses pembelajaran yang monoton maka cendrung membuat peserta didik menjadi
bosan dan pasif. Oleh karena itu, proses pembelajaran perlu dilakukan secara optimal pada semua mata pelajaran, termasuk dalam pembelajaran matematika.
Matematika memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan.
Menurut Susilo (Sugiman, 2006: 1) dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini tidak bisa kita pungkiri bahwa matematika memegang
3
matematika pada tingkat kesukaran yang lebih tinggi diperlukan penguasaan
materi tertentu sebagai pengetahuan prasyarat, salah satunya yaitu dengan memiliki pemahaman konsep yang baik dengan tujuan mempermudah siwa dalam
memahami materi selanjutnya.
Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa masih kurang baik. Berdasarkan wawancara terhadap beberapa
guru SMP di Provinsi Lampung, dapat terlihat beberapa permasalahan dalam pembelajaran matematika pada siswa SMP salah satunya SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang masih mendapat pembelajaran yang hanya berupa penjelasan
antara lain keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum tampak, siswa jarang mengajukan pertanyaan walaupun guru sering meminta agar siswa
bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas atau kurang paham, kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas.
Model pembelajaran yang hanya menjelaskan didepan kelas pada umumnya diterapkan guru SMP dalam pembelajaran matematika menyebabkan rendahnya
kemampuan pemahaman konsep siswa dan mengabaikan sifat sosial dari belajar matematika itu sendiri. Kenyataan ini menjadi tugas besar bagi seorang guru
matematika untuk terus melakukan perbaikan agar terjadi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Salah satu perbaikan yang harus lakukan oleh guru adalah dalam pemilihan model pembelajaran. Guru sebaiknya
4
berkomunikasi dengan sesama temannya untuk membangun pengetahuan dari
aktivitas belajar kelompok.
Agar proses pembelajaran memenuhi hal-hal di atas diperlukan suatu kondisi yang
memungkinkan siswa aktif, lebih bebas mengemukakan pendapat, saling membantu dan berbagi pendapat dengan teman, serta bersama-sama menye-lesaikan masalah untuk memperoleh pengetahuan baru. Kondisi yang
memung-kinkan munculnya hal-hal tersebut yaitu belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang disebut pembelajaran kooperatif. Ismail (2003:18)
mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif yaitu belajar dengan teman, tatap muka antar teman, mendengarkan diantara anggota, belajar dari teman sendiri didalam kelompok, belajar dalam kelompok kecil, produktif
berbicara atau mengeluarkan pendapat, siswa membuat keputusan dan siswa aktif. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe TPS, yang
membantu siswa untuk memahami konsep-konsep materi pelajaran.
Dengan demikian saya memilih model pembelajaran kooperatif untuk melakukan
penelitian tentang “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
peneli-tian ini : “apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif
ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 20
Bandar Lampung?”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektifitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ditinjau dari pemahaman konsep matematis
siswa SMP Negeri 20 Bandar Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis
2. Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait pemahaman konsep
matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. 3. Manfaat Praktis
Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain :
6
b. Bagi guru, dapat menjadi alternatif dalam menggunakan model
pembelajaran yang efektif dilihat dari penguasaan konsep matematis siswa.
c. Bagi kepala sekolah, diharapkan dengan penelitian ini memperoleh imformasi sebagai masukan dalam upaya pembinaan para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain :
1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dalam pembelajaran untuk mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan. Pembelajaran dikatakan
efektif bila fersentase siswa yang tuntas lebih dari 65%. 2. Model pembelajaran TPS ( Think Pair Share )
Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan suatu model pembelajaran kooperatif dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara
berpikir dan komunikasi siswa. Siswa diberi kesempatan untuk berpikir (Think) atas pertanyaan atau masalah yang diberikan guru secara individu,
berpasangan (Pair) untuk berdiskusi dan berbagi (Share) dengan
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
3. Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami
konsep materi pelajaran matematika tentang persamaan dan pertidaksamaan linear satu variable. Kemampuan siswa dalam pengusaan materi pelajaran
7
dapat lebih mudah memahami materi selanjutnya dalam pembelajaran
matematika pemahaman konsep yang dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa setelah melakukan tes pemahaman konsep dengan menggunakan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Belajar
Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari proses belajar, karena dengan belajar pengetahuan seseorang akan terus bertambah. Menurut Syah (2002:89),
belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Oleh
karena itu, tanpa proses belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.
Menurut Djaafar (2001:82), belajar adalah suatu perilaku aktif dari pembelajaran itu sendiri sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Aktivitas belajar sendiri menghasilkan perubahan berupa sesuatu yang baru, baik yang segera nampak atau
tersembunyi atau penyempurnaan terhadap sesuatu yang pernah dipelajari. Perubahan yang bersifat konstan itu dapat meliputi perubahan pengetahuan,
keterampilan maupun nilai sikap. Teori Vygotsky dalam Slavin (2000:17), belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi
dan pengalaman hasil interaksi antar siswa, proses membangun makna tersebut dilakukan sendiri oleh siswa dan dimantapkan bersama orang lain.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
8
adanya interaksi antar siswa maupun dengan lingkungannya karena adanya suatu
usaha sehingga menghasilkan pengetahuan dan pemahaman terhadap informasi yang diberikan kepada peserta didik kemudian diterima dan digunakan sehingga
bermanfaat.
2. Efektivitas pembelajaran
Menurut Uno (2011:29), pada dasarnya efektivitas ditunjukkan untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta
didik. Untuk mengukur efektivitas dari suatu tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan menentukan seberapa jauh konsep-konsep yang telah dipelajari dapat dipindahkan ke dalam mata pelajaran selanjutnya atau penerapan secara
praktis dalam kehidupan sehari-hari. Artinya bahwa untuk mengukur pembelajaran efektif matematika dapat dilakukan dengan menentukan seberapa
jauh konsep matematika yang sudah dipelajari siswa dapat digunakan oleh siswa itu sendiri dalam memecahkan suatu masalah.
Mulyasa (2006:193) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru dan membentuk kompetensi peserta didik,
serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Sementara Sutikno (2005:32) mengungkapkan bahwa efektivitas pembelajaran
berarti kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Simanjuntak dalam Arifin (2010 juga
9
diinginkan tercapai. Dengan demikian, efektivitas pembelajaran merupakan suatu
ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu pembelajaran sehingga erat kaitannya dengan ketuntasan belajar siswa.
Ketuntasan belajar merupakan kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan
minimal yang ditetapkan di sekolah. Menurut Trianto (2010:241) berdasarkan ketentuan KTSP, penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh
masing-masing sekolah yang dikenal dengan kriteria ketuntasan minimal dengan berpedoman pada tiga pertimbangan, yaitu kemampuan setiap peserta didik yang berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah yang berbeda-beda dan daya
dukung setiap sekolah yang berbeda-beda. Ketuntasan belajar siswa yang sesuai dengan KKM pelajaran matematika di sekolah mencakup semua kemampuan
matematika siswa, termasuk pemahaman konsep siswa.
3. Hakikat Matematika
Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika (dalam bahasa inggris: mathematics) berasal dari perkataan latin mathematica
yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti “relating to learning”. Perkataan ini mempunyai akar kata mathema yang berarti know
ledge (pengetahuan).
Pengertian tentang matematika yang diungkapkan dalam Soedjadi (2000:11),
yaitu:
10
berhubungan dengan bilangan; (4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk; (5) Matemati-ka adalah pengetahuan tentang struktur yang logik; (6) MatematiMatemati-ka adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Menurut James dalam Suherman, dkk (2003:16) matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga
bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Dari pengertian dan karakter matematika diatas, dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan ilmu sebagai sarana berpikir yang meliputi penalaran logik, bilangan, kalkulasi dan fakta-fakta kuantitatif yang terorganisir secara
sistematik.
4. Pembelajaran Matematika
Dalam lingkup sekolah, aktivitas untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan
proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran.
Menurut Kimble dan Garmezy (Thobroni dan Mustofa, 2011:18) “pembelajaran
adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik
yang diulang-ulang”. Dalam proses pembelajaran, peserta didik dilibatkan secara aktif untuk mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan
masalah dan menyimpulkan suatu masalah.
Selain itu, Dimyati dan Mujiono (2002:157) menyatakan ”Pembelajaran sebagai proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap”. Sedangkan pembelajaran
11
didik yang berisi berbagai kegiatan yang bertujuan agar terjadi belajar
(perubahan tingkah laku) pada diri peserta didik.
Menurut Muhaimin (Riyanto,2010:131)“pembelajaran adalah upaya
membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien”.
Pendapat ini sesuai dengan pendapat Komalasari (2010:3) bahwa :
Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/ pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Suherman, dkk (2003:8), menyatakan bahwa pembelajaran adalah upaya penataan
lingkungan yang memberi bantuan agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Mulyasa (2002:100), berpendapat bahwa pembelajaran pada
hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perbedaan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran akan terjadi suatu interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka mencapai
tujuannya, guru memberikan informasi berupa pengetahuan kepada siswa sedangkan siswa mempunyai tujuan untuk memahami dan menguasai materi yang
diajarkan oleh guru. Interaksi antara guru dan siswa tersebut merupakan proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru perlu memilih dan
menggunakan strategi, pendekatan, metode dan teknik yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Siswa dibawa
12
dalam hal ini kreativitas guru amat penting untuk mengembangkan model-model
pembelajaran yang secara khusus cocok dengan kelas yang dibinanya termasuk sarana dan prasarana yang mendukung terjadinya optimalisasi interaksi semua
unsur pembelajaran.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan serangkaian proses kegiatan dalam mempelajari
konsep-konsep matematika dan struktur-struktur matematika yang melibatkan guru dan siswa dalam usaha mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Dengan demikian guru perlu memperhatikan setiap perubahan pada siswa, rasa ingin tahu siswa untuk mencapai suatu tujuan, sehingga siswa perlu dibiasakan
untuk diberi kesempatan bertanya dan mengemukakan berpendapat. Saat ini terdapat banyak sekali model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam sebuah
kelas. Salah satu model pembelajaran yang mungkin dapat diterapkan dan dikembangkan adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning.
5. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan membentuk
siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang saling berpasangan. Dalam kelompok ini siswa dipilih dengan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dari segi budaya, jenis kelamin dan kemampuan akademiknya. Sebagai anggota
13
Menurut Baharuddin dan Nur (2008:128)
Pembelajaran kooperatif adalah strategi yang digunakan untuk proses belajar dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikan dengan siswa lainnya tentang problem yang dihadapi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Karli dan Sri (2002:70) yang menyatakan bahwa
model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di
antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini, siswa merupakan
bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.
Ada beberapa alasan dipilihnya interaksi kooperatif dalam proses pembelajaran, diantaranya menurut Johnson (Abdurrahman, 2003:124), adalah sebagai berikut: Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai
pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Berbagai pengaruh positif tersebut adalah:
a. meningkatkan prestasi belajar; b. meningkatkan retensi;
c. lebih dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi; d. lebih dapat mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik;
e. lebih sesuai untuk meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen; f. meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah;
g. meningkatkan sikap anak yang positif terhadap guru; h. meningkatkan harga diri anak;
i. meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan j. meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.
Salah satu model pembelajaran yang yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
14
Pembelajaran ini tidak hanya merangsang aktivitas siswa untuk berfikir dan
mendiskusikan hasil pemikirannya dengan teman, tetapi juga merangsang keberanian siswa untuk mengemukakan pendapatnya di depan kelas. Model Pada
pembelajaran ini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari satu pasang siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif dan waktu tunggu. Pendekatan khusus ini
mula-mula dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Strategi ini menantang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi
perlu dilakukan di dalam setting seluruh kelompok. Menurut Sriudin (2011) [online], model pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki prosedur yang
ditetapkan secara eksplisit, yaitu:
a. Berpikir (Thinking). Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diberi waktu untuk memahami sendiri masalah yang dihadapi. Merenungkan langkah-langkah apa yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
b. Berpasangan (Pairing). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain
untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban atau menyatukan pendapat mereka sehingga didapatkan solusi terbaik.
c. Berbagi (Share). Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Hal ini
15
Manfaat dengan menerapkan TPS dalam pembelajara menurut Nurhadi (2004:66)
menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa yang dapat meningkatkan penguasaan
akademik dan keterampilan siswa. Manfaat menurut Lie (Sahrudin, 2011) mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai berikut:
a. Akan meningkatkan partisipasi siswa; b. Cocok untuk tugas sederhana;
c. Lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok;
d. Interaksi lebih mudah;
e. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompok.
Hal yang sama diungkapkan Kagan (Fadholi, 2010) menyatakan manfaat TPS sebagai berikut:
a. Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain.
b. Para guru juga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan
jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.
6. Pemahaman Konsep Matematis.
Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Dalam
kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sadiman (2008:42) yang menyatakan bahwa
“pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan
pikiran”. Oleh sebab itu, belajar harus mengerti secara makna dan filosofinya,
maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya. Rusman (2010:139) menyatakan
16
memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran yang didapat melalui
perhatian”.
Menurut Soedjadi (2000:14) “konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan
untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan obyek”. Sebagai
contoh, segitiga adalah nama dari suatu konsep abstrak dan bilangan asli adalah nama suatu konsep yang lebih kompleks karena terdiri dari beberapa konsep yang
sederhana, yaitu bilangan satu, bilangan dua dan seterusnya. Menurut Winkel
(2000:44) “konsep dapat diartikan sebagai suatu sistem satuan arti yang mewakili
sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama”. Konsep matematika disusun secara berurutan sehingga konsep sebelumnya akan digunakan untuk
mempelajari konsep selanjutnya. Misalnya konsep operasi bentuk aljabar diajarkan terlebih dahulu daripada konsep persamaan dan pertidaksamaan linear. Hal ini karena untuk mencari persamaan dan pertidaksamaan linear berbentuk
aljabar sehingga konsep operasi bentuk aljabar akan digunakan untuk menyelesaikan persamaan dan pertidaksamaan linear. Pemahaman terhadap konsep materi prasyarat sangat penting karena apabila siswa menguasai konsep
materi prasyarat maka siswa akan mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya.
Penilaian perkembangan siswa terhadap pemahaman konsep matematika dicantumkan dalam beberapa indikator sebagai hasil belajar matematika. Berikut ini indikator siswa yang memahami suatu konsep berdasarkan penjelasan teknis
Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004:
1. menyatakan ulang sebuah konsep;
17
konsepnya);
3. memberi contoh dan non-contoh dari konsep;
4. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; 5. mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep; 6. mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah; dan
7. menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika adalah pengusaan materi pelajaran ,kemampuan siswa dalam
berpikir, memahami definisi, pengertian, ciri khusus, dan isi dari materi matematika dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur secara
efisien dan berani bertindak dengan tepat sehinggga siswa dapat lebih mudah memahami materi selanjutnya dalam pembelajaran matematika. Konsep
matematika harus diajarkan secara berurutan, karena pembelajaran matematika tidak dapat dilakukan secara acak tetapi harus tahap demi tahap, dimulai dengan pemahaman ide dan konsep yang sederhana sampai ke tahap yang lebih kompleks.
Pemahaman konsep materi prasyarat sangat penting untuk memahami konsep selanjutnya.
B. Kerangka Pikir
Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam pengusaan materi pelajaran ,kemampuan siswa dalam
berpikir, memahami definisi, pengertian, ciri khusus, isi dari materi matematika dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur secara efisien serta
berani bertindak dengan tepat sehinggga siswa dapat lebih mudah memahami materi selanjutnya dalam pembelajaran matematika. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran matematika yang
18
Model pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa. Guru tidak lagi sebagai
satu-satunya sumber pembelajaran dan banyak bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk belajar secara mandiri dalam kelompok. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan untuk membantu siswa
dalam memahami konsep adalah model pembelajaran koperatif tipe TPS. Pembelajaran dengan model TPS adalah pembelajaran yang merangsang aktivitas
siswa untuk berfikir dan mendiskusikan hasil pemikirannya dengan teman dan juga merangsang keberanian siswa untuk mengemukakan pendapatnya di depan kelas.
Pembelajaran kooperatif tipe TPS menekankan kepada siswa untuk bekerjasama dengan pasangannya dan saling membantu dalam memecahkan masalah bersama. Didalam pelaksanaan TPS terdapat tiga unsur penting yaitu berpikir, berpasangan
dan berbagi. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk
didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe TPS juga diharapkan dapat memperbaiki rasa
percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi di dalam kelas.
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang memiliki tiga tahap penting yakni thinking, pairing dan sharing, sangat cocok diterapkan untuk membangun
19
pemahamannya sendiri terhadap materi yang disampaikan guru serta memikirkan
langkah-langkah dalam menyelesaikan pertanyaan yang diberikan, sehingga pada saat tahap berikutnya, yaitu pairing, siswa tidak hanya berdiskusi saja tetapi
mereka sudah memiliki pemahaman sendiri yang bisa didiskusikan dengan pasangannya. Pada tahap pairing, siswa mengungkapkan dan mendiskusikan ide-ide yang sudah dipikirkan sebelumnya dengan pasangannya, pada tahap ini siswa
saling memperbaiki jika ada pemahaman yang keliru. Pada tahap akhir yaitu tahap sharing, siswa berbagi dengan seluruh anggota kelas, mengambil
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari secara bersama-sama sehingga akan lebih mempekuat pemahaman tentang konsep materi yang telah diajarkan.
Dengan mengikuti ketiga tahap model pembelajaran kooperatif tipe TPS, diharapkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa akan lebih baik, karena seluruh siswa yang terdapat dikelas dituntut untuk berpikir secara individu
kemudian secara berpasangan, siswa berulang kali memikirkan jawaban atau permasalahan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa.
C. Anggapan Dasar
Penelitian ini memiliki anggapan dasar:
1. Seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
20
D. Hipotesis
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014, terdiri dari 262 siswa yang terdistribusi dalam 7 kelas dari kelas VIIA - VIIG dengan nilai rata-rata
65,43. Kemampuan siswa relatif sama terlihat dari data nilai mid semester siswa yang tertera pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Distribusi Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung TP 2013/2014.
No Kelas Banyak siswa Rata-rata nilai mid semester ganjil
1 VII A 38 64,25
2 VII B 36 67,18
3 VII C 36 64,10
4 VII D 38 64,06
5 VII E 36 67,09
6 VII F 38 64,35
7 VII G 36 67,03
Nilai rata-rata populasi 65,43
Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara acak, dengan tekhnik random sampling, sehingga diperoleh satu kelas yaitu kelas VII-B yang berjumlah
22
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan adalah one group posttest only design, yaitu meneliti pada
satu kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran TPS dan di akhir pertemuan diberikan posttest untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment karena peneliti tidak dapat mengendalikan semua variabel yang mungkin berpengaruh terhadap variabel yang diteliti. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Budiyono
(2003:82) bahwa tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Variabel yang diukur di dalam
penelitian ini adalah pemahaman konsep matematika siswa.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dikelompokan menjadi dua tahap, yaitu tahap persiapan dan
tahap pelaksanaan. Pada tahap persiapan meliputi:
1. Identifikasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika di Provinsi
Lampung. Identifikasi masalah dilakukan dengan mewawancarai beberapa
gu-ru matematika SMP di Provinsi Lampung. Dari hasil wawancara dapat
disim-pulkan bahwa secara umum siswa SMP belum memiliki kemampuan
pemahaman konsep yang kurang baik.
2. Pemilihan populasi penelitian yang dapat mewakili kondisi kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa SMP di Provinsi Lampung, yaitu seluruh
23
3. Pemilihan sampel penelitian yang dilakukan dengan mengambil satu dari tujuh
kelas secara acak, dan terpilihlah kelas VII-B sebagai kelas eksperimen.
4. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa
(LKS) untuk delapan kali pertemuan. LKS diberikan kepada masing-masing
siswa di kelas VII-B ketika pembelajaran memasuki tahap thinking.
5. Membuat instrumen penelitian yang terlebih dahulu dibuat kisi-kisi yang sesuai
dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan pemahaman konsep
matematis beserta penyelesaian dan aturan penskorannya. Tersusunlah
instrumen tes yang terdiri dari 6 soal dan akan digunakan sebagai ujicoba
insrumen dan posttest di kelas VIIC dan VII-B.
6. Uji validitas instrumen tes kepada guru matematika kelas VII SMPN 20 Bandar
Lampung. Setelah dinyatakan valid, instrumen tes kemudian diujikan pada
siswa kelas VII-C SMPN 20 Bandar Lampung yang selanjutnya dihitung
reliabilitas.
7. Setelah dilakukan analisis uji instrumen, soal dinyatakan memiliki nilai uji
yang valid dan reliabilitas yang baik. Oleh karena itu, soal tersebut dipakai
dalam pengambilan data penelitian.
Selanjutnya pada tahap pelaksanaan meliputi:
1. Pemberian uji coba pada kelas VII-C untuk mengetahui kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa.
2. Melakukan pembelajaran di kelas VII-B dengan menerapkan model
pembe-lajaran kooperatif tipe TPS. Urutan pembepembe-lajaran yang dilakukan di kelas VII
24
a. Kegiatan Awal
1) Apersepsi untuk menggali materi kemampuan prasyarat siswa
mengenai materi yang akan dibahas melalui tanya jawab.
2) Memberi pengarahan tentang prosedur pelaksanaan pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
3) Mengarahkan siswa untuk duduk berpasangan.
b. Kegiatan Inti
1) Guru menyampaikan sekilas materi ajar.
2) Guru membagikan LKS kepada setiap siswa. Siswa mengerjakan LKS
secara individu. (Tahap think)
3) Siswa berdiskusi dengan pasangannya masing-masing. Setiap siswa
mengutarakan hasil pemikiran individunya pada tahap awal sehingga
didapatkan jawaban yang merupakan hasil diskusi kelompok
(pasangan). Guru memantau jalannya diskusi kelompok. (Tahap pair)
4) Guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya, kelompok yang lain menganggapi. (Tahap share)
5) Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan hasil diskusi.
c.Kegiatan penutup
1) Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
yang diperoleh.
2) Guru menginformasikan materi untuk pertemuan selanjutnya.
3) Pemberian posttest dipertemuan kesembilan pada kelas VII-B
untuk melihat pemahaman konsep matematis akhir siswa.
25
9. Menganalisis data.
10. Membuat kesimpulan.
C. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep pada materi persamaan linear satu variabel, aritmatika sosial dan perbandingan yang dilaksanakan setelah
siswa mendapatkan perlakuan menggunakan pembelajaran model TPS.
D. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes berupa post test, yang dilakukan setelah pembelajaran. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa dalam memahami konsep yang dibahas dalam pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pemahaman konsep berbentuk uraian pada materi persamaan linear satu variabel, aritmatika
sosial dan perbandingan. Penyusunan instrumen tes dimulai dengan menyusun kisi-kisi tes didasarkan pada kompetensi dasar dan indikator yang telah dipilih, dan diakhiri menyusun instrumen tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Skor
26
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep
No Indikator Ketentuan Skor
1. Menyatakan ulang sebuah konsep
a. Tidak menjawab 0
b. Menyatakan ulang sebuah konsep tetapi
salah 1-2
c. Menyatakan ulang sebuah konsep
dengan benar 3
b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya
1-2
c. Mengklasifikasi objek menurut sifat
tertentu sesuai dengan konsepnya 3
3.
Memberi contoh dan non contoh dari konsep
a. Tidak menjawab 0
b. Memberi contoh dan non contoh tetapi
salah 1-2
c. Memberi contoh dan non contoh
dengan benar 3
b. Menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematis tetapi salah 1-2 c. Menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematis dengan benar 3
5.
b. Mengembangkan syarat perlu atau
cukup dari suatu konsep tetapi salah 1-2 c. Mengembangkan syarat perlu atau
cukup dari suatu konsep dengan benar 3
6.
memilih prose-dur tetapi salah 1-2 c. Menggunakan, memanfaatkan, dan
memilih prose-dur dengan benar 3
7.
b. Mengaplikasi konsep atau algoritma ke
pemecahan masalah tetapi tidak tepat 1-2 c. Mengaplikasi konsep atau algoritma ke
pemecahan masalah dengan tepat 3
27
memenuhi kriteria valid dan reliabel. Setelah perangkat instrumen tes tersusun dilakukan uji validitas isi.
a) Validitas
Validitas isi dari tes pemahaman konsep matematika ini dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam instrumen tes pemahaman
konsep matematika dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan asumsi bahwa guru matematika kelas VII SMP Negeri 20 Bandar
Lampung mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka penilaian terhadap kesesuaian butir tes dengan indikator pembelajaran dilakukan oleh guru tersebut.
Penilaian terhadap kesesuaian isi instrumen tes dengan kisi-kisi instrumen tes
yang diukur dilakukan dengan menggunakan daftar check list ( ) oleh guru. Setelah dikonsultasikan, diperoleh bahwa seluruh instrumen tes telah sesuai
dengan kisi-kisi tes yang akan diukur serta bahasa yang digunakan telah sesuai dengan kemampuan bahasa siswa (Lampiran B.4)
b.) Reliabilitas Tes
Setelah dinyatakan valid, maka instrument tes diujicobakan. Pengujicobaan
instrumen dilakukan pada kelas VII-B setelah menempuh atau mempelajari materi. Setelah dilakukan uji coba, langkah selanjutnya adalah menganalisis data hasil uji coba untuk mengetahui reliabilitas tes. Reliabilitas tes digunakan untuk
menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya. Hal ini sesuai dengan pernyataaan Budiyono (2003:65) bahwa suatu instrumen disebut reliabel apabila
28
dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang baik apabila instrumen yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur.
Pengukuran koefisien reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha dalam Sudijono (2008:208), yaitu:
Lebih lanjut Sudijono menjelaskan bahwa dalam pemberian interpretasi terhadap
koefisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya menggunakan ketentuan, yaitu
apabila r11 ≥ 0,70 berarti instrumen tes memiliki reliabilitas yang baik. Setelah
menghitung reliabilitas instrumen tes, diperoleh nilair11= 0,80 (Lampiran C.2)
sehingga instrumen tes tersebut memiliki reliabilitas yang baik. F. Teknik Analisis Data
Data yang dianalisis adalah nilai tes pemahaman konsep matematika siswa. Dari nilai tersebut siswa dikatakan telah memahami konsep matematis bila mencapai
kriteria ketuntasan mimimal (KKM 67). Selanjutnya, model pembelajaran
29
lebih dari 65%. Pengujian pencapaian kriteria efektivitas dilakukan analisis data dengan prosedur sebagai berikut.
a) Uji Normalitas
Menurut Sudjana (2005:273), uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data keadaan awal populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis
untuk uji ini adalah:
H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:
∑
Dengan:
X2 = harga Chi-kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapan k = banyaknya kelas interval
Kriteria pengujian, jika x2hitung x2tabel dengan dk = k – 3, maka data berasal dari
kelompok data yang berdistribusi normal. Dari perhitungan data yang telah
dilakukan diperoleh = 2,399 dan = 7,81. Hal ini menunjukan
bahwa pada kelas eksperimen maka data kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran TPS berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
30
b) Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis di atas, dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus
statistik sebagai berikut :
1. Jika diketahui data pemahaman konsep matematis siswa berdistribusi normal
dilakukan uji proporsi. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut.
H0 :
= (persentase siswa tuntas belajar = 65 % )H1 :
(persentase siswa tuntas belajar 65 % )Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:
√
Keterangan:
x = banyaknya siswa tuntas belajar
n = jumlah sampel
0,65 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan
Kriteria uji: tolak H0 jika zhitung ≥ z0,5 dengan taraf nyata 5%. Harga z0,5
dipilih dari daftar normal baku dengan peluang (0,5–α). (Sudjana, 2005: 235).
Dengan diketahui z hitung < z tabel, yang berarti terima H0. Dengan demikian
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran koopertif tipe TPS tidak efektif pada pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini
diketahui dari pencapaian persentase ketuntasan belajar siswa tidak mencapai yang telah ditetapkan yaitu 65%.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Kepada guru untuk mempertimbangkan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran dan mendengarkan pendapat siswa dalam
menentukan anggota kelompok, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa guna mencapai persentase ketuntasan belajar yang ditargetkan.
2. Skripsi ini menjadikan bahan referensi penelitian lanjut atau penelitian serupa sebagai pengembangan dari penelitian ini dengan menggunakan
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmad, Zainal Arifin. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia.
Arifin. 2010. Meningkat Pemahaman Konsep Menghitung Volume Kubus dan Balok Melalui Representasi Enaktif, Ikonik, dan Simbolit Pada Siswa Kelas V A SD Negeri 8 Mandonga Kota Kendari. (Online) Tersedia:
http://arifin-penelitian.blogspot.com/2010/05/meningkatkan-pemahaman-konsep.html (Diakses 27 Februari 2013).
Baharuddin dan Nur, Esa. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Aruzzmedia.
Budiyono .2003. Desain Penelitian. Jakarta.
Dimyati, dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta. Djaafar. 2001. Kontribusi strategi pembelajaran terhadap hasil belajar. Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004; Standar Kompetensi Mata Pelajaran Mate-matika SMP dan MTS. Depdiknas. Jakarta.
Fadholi, Arifjan. 2010. Metode Think-Pair-Share (TPS).[Online]
Tersedia:http://ariffadoli.blogspot.com/2011/09/metode-tps-think-pair-share.html/
Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta Karli dan Sri. 2002. Implementasi kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Bina Media Informas.
Karli dan Sri. 2002. Implementasi kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Bina Media Informas.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis.Bandung:PT.RemajaRosdakarya. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. 2004. Pembelajaran Konstekstual (Cooperatif Learning di Ruang ruangKelas). Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Permendikbud. 2013. Kurikulum 2013; Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTS. Permendikbud. Jakarta..
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas. Jakarta: Kencana.
Rohman, Abdul. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think- Pair-Share (TPS)terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak diterbitkan.
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Sadiman A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grafindo Persada
Sahrudin. Model Pembelajaran Think Pair Share. Jan.2011.http:// s1pgsd. blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-think-pair-share.html.
Slavin, Robert. 2000. Educational Psycologi: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Sriudin. 2011. Model Pembelajaran Think Pair and Share. [online]. Tersedia: http://www.sriudin.com/2011/07/model-pembelajaran-think-pair-share.html. (20 November 2011).
Sudijono, Anas. 2001. PengantarEvaluasiPendidikan. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tasito. Edisi keenam
Sugiman. 2006. Pendekatan Matematika Realistik pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama. Makalah lokakarya pengembangan model-model pembelajaran matematika sekolah di Universitas Negeri Yogyakarta pada tanggal 14 Otober 2006.
Suherman. 2003. Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Edisi revisi. Bandung: jurusan pendidikan matematika fmipa upi.
Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres: Mataram.
Syah, Muhibin. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Thobroni, Moh., Arif Mustofa. 2011. Belajar Dan Pembelajaran. Jogjakarta: Arruzz Media.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Winkel, I. R. 2000. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT.