• Tidak ada hasil yang ditemukan

INCREASING STUDENTS’ INTEREST AND LEARNING OUTCOMES BY USING THE AUDIO VISUAL MEDIA ON CIVIC EDUCATION AT THE FIRST YEAR OF SECOND ACCOUNTING CLASS OF SMK N 1 METRO IN THE ACADEMIC YEAR OF 2012/2013 PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEMANFA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INCREASING STUDENTS’ INTEREST AND LEARNING OUTCOMES BY USING THE AUDIO VISUAL MEDIA ON CIVIC EDUCATION AT THE FIRST YEAR OF SECOND ACCOUNTING CLASS OF SMK N 1 METRO IN THE ACADEMIC YEAR OF 2012/2013 PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEMANFA"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

INCREASING STUDENTS’ INTEREST AND LEARNING OUTCOMES BY USING THE AUDIO VISUAL MEDIA ON CIVIC EDUCATION AT THE FIRST YEAR OF SECOND ACCOUNTING CLASS OF SMK N 1

METRO IN THE ACADEMIC YEAR OF 2012/2013

By

FITRIANINGSIH

The purpose of this research is to describe the students’ interest and learning outcomes on Civic Education through audio visual learning media at the first year of second accounting class of SMK N 1 Metro. The type of the research is Action Research (PTK) done at SMK N 1 Metro by collaborative and participatory. The subject of the research is the teacher as the researcher and all the first year of second accounting class students consist of 30 students. The object of the research is all process in applying the audio visual learning media, the research is done into three cycles consist of planning, doing, observing and reflecting.

The result of the research shows that thereis an increasing of students’ interest and learning outcomes by using the audio visual media on civic education shows that after applying it, there is an increasing of students’ interest and learning outcomes shown by the average of increasing in percentage on the students’ studying interest on the first cycle through the observation data is 36,6 %, on the second cycle is 63,3 % and 100 % on the last cycle. For the increase the students’ interest and learning outcomes by written test is 56,67 % on the first cycle, 76,6 % on the second cycle and 83,3 % on the last cycle.

(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan minat dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn melalui media pembelajaran audio-visual di SMKN 1 Metro kelas x akuntansi 2. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di SMKN 1 Metro secara kolaboratif dan partisipatif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru sebagai peneliti dan seluruh siswa kelas X akuntansi 2 di SMKN 1 Metro yang berjumlah 30 siswa. Objek penelitian ini adalah keseluruhan proses pada penerapan media pembelajaran audio visual. Penelitian dilakukan dalam tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan minat dan hasil belajar siswa dengan memanfaatkan media pembelajaran audio-visual dalam mata pelajaran PKn menunjukkan bahwa setelah diterapkan pembelajaran PKn dengan memanfaatkan media pembelajaran audio-visual terjadi peningkatan minat dan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata persentase pada indikator minat belajar siswa (on task) di siklus pertama melalui data observasi sebesar 36,6 %, peningkatan minat belajar di siklus kedua melalui data observasi sebesar 63,3 %, dan peningkatan minat belajar siswa di siklus ketiga melalui data observasi sebesar 100 %. Untuk peningkatan hasil belajar siswa melalui test tertulis di siklus pertama mencapai 56,67 %, peningkatan hasil belajar siswa melalui test tertulis di siklus kedua mencapai 76,6 % dan peningkatan hasil belajar siswa melaui test tertulis di siklus ketiga mencapai 83,3 %.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Simbarwaringin kecamatan Trimurjo Lampung Tengah pada tanggal 6 Agustus 1981 sebagai anak pertama dari lima bersaudara pasangan bapak Suratmin dan Ibu Rustiati

Riwayat pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Simbarwaringin pada tahun 1992, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Trimurjo pada tahun 1995, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Metro pada tahun 1998. Pada tahun 2004 penulis berhasil menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Pendikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Lampung.

Pada tahun 2006 penulis diangkat menjadi pegawai negeri sipil di SMK Negeri 1 Banjit Way Kanan kemudian tahun 2008 alih tugas di pemerintahan kota Metro dan ditempatkan di SMK Negeri 1 Metro hingga sekarang.

Pada tanggal 20 Juni 2007 penulis menikah dengan Alek Destrio dan dikaruniai dua orang putra yang bernama Cessario Farrel yang lahir pada tanggal 6 Mei 2008 dan Attar Felix Favian yang lahir pada tanggal 5 November 2010.

(8)

MOTO

“ Kadang keberhasilan baru akan tiba setelah kesulitan dialami. Maka jangan menyerah dalam menggapai keberhasilan walau kesulitan menghadang “

(9)

Kupersembahkan karyaku ini untuk suamiku tercinta Alek Destrio dan anak-anakku tersayang

(10)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Magister Pendidikan IPS pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Dalam penyelesaian tesis ini, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan, untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S, Rektor Universitas Lampung. 2. Bapak Prof. Dr. Hi. Sudjarwo, M.S, selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Prof. Dr. Hi. Sudjarwo, M.S, selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Hi. Pargito, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan IPS.

(11)

waktu dan kesabaran yang diberikan.

8. Bapak Dr. Edy Purnomo, M.Pd, selaku Pembahas Utama yang membantu dalam perbaikan tesis ini. Terima kasih atas saran dan masukan yang membangun.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Pasca Sarjana Pendidikan IPS FKIP Unila. 10. Ibu Kepala SMK Negeri 1 Metro.

11. Kedua Ibundaku, Ibu Rustiati dan Ibu Tuti Kundariyati dan Ayahandaku Bapak Suratmin yang selalu memberikan doa pada penulis selama menempuh pendidikan ini.

12. Keluargaku teruntuk suami dan anak-anakku yang selalu memberi doa, semangat, dan keikhlasan pada penulis selama menempuh pendidikan ini. 13. Rekan-rekan angkatan 2010 Pasca Sarjana Pendidikan IPS , Rina, Ika,

Hesti,Yuyun, mba Lina, Anto, Mas Agus, Pak Arif, Pak Edi, Bu Maryani, dan semua yang tak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan karuniaNya dan membalas budi baik dari semua pihak yang telah berjasa kepada penulis.

Bandar Lampung, 23 April 2013

(12)

DAFTAR ISI

1.6 Kegunaan Penelitian... 9

1.7 Ruang Lingkup Penelitian... 10

1.8 Ruang Lingkup Keilmuan... ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar... 15

2.1.1 Teori Belajar Konstruktivisme... 15

2.2 Minat... ... 18

2.2.1 Cara Meningkatkan Minat... 22

2.2.2 Macam-macam Minat... 23

2.2.3 Aspek-aspek Minat... 24

2.3 Hasil Belajar... 27

2.3.1 Pengertian Hasil Belajar... 27

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 29

2.4 Pendidikan Kewarganegaraan... 29

2.4.1 Tujuan... ... 31

2.4.2 Visi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.. 31

2.4.3 Misi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.. 31

2.4.4 Ruang Lingkup... ... 32

2.4.5 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di dalam Ilmu Pendidikan Sosial... 33

2.4.6 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan... 35

2.5 Media Pembelajaran... 38

2.5.1 Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran... 39

2.5.2 Fungsi Media Pembelajaran... 41

2.6 Media Audio Visual ... 41

(13)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian... ... 49

3.2 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas... ... 49

3.2.1 Perencanaan... ... 50

3.2.2 Pelaksanaan Tindakan... 50

3.2.3 Observasi... 51

3.2.4 Refleksi... ... 51

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian... ... 54

3.4 Subjek dan Objek Penelitian... ... 54

3.4.1 Subjek Penelitian... 54

3.4.2 Objek Penelitian... 54

3.5 Operasional Penelitian Tindakan... ... 55

3.5.1 Pembelajaran Menggunakan Media Audio Visual.... 55

3.5.2 Minat Belajar Siswa... ... 58

3.5.3 Hasil Belajar... 59

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 59

3.7 Interprestasi Data... ... 62

3.8 Teknik Analisa Data... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Wilayah Penelitian... 65

(14)

4.2.4.1 Tiap Siklus... ... 127 4.2.4.2 Pembahasan Antar Siklus... 131 4.2.4.3 Pembahasan Indikator Minat Belajar Siswa 134 4.2.4.4 Temuan Penulis... 137 4.2.4.5 Acuan Teori Belajar Penggunaan Media

Audio Visual dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa... 138 4.3.4.6 Argumen Penulis... ... 141 4.3.4.7 Keterbatasan Penelitian... ... 142 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Hasil observasi Minat Belajar Siswa Pra Tindakan Berdasarkan

Indikator Pengamatan Tahun 2012... 4

1.2 Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X A2 pada Uji Blok I Mata Pelajaran PKn Semester 1 SMK Negeri 1 Metro... 5

3.1 Kategori Pembelajaran media audio-visual ... 56

3.2 Persentase Minat Belajar Siswa... 59

4.6 Hasil Observasi terhadap Indikator Minat Belajar Siswa di siklus Pertama... 85

4.7 Penilaian Rencana Pembelajaran di Siklus Pertama... 86

4.8 Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran di Siklus 1... 87

4.9 Hasil Penilaian IPKG 1 dan IPKG 2 di Siklus Pertama... 88

4.10 Hasil Belajar Siswa di Siklus Pertama... 89

4.11 Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran di Siklus Pertama... 90

4.12 Hasil Observasi terhadap Minat Indikator Belajar Siswa di siklus Pertama... 91

4.13 Hasil Observasi terhadap Minat Belajar Siswa di Siklus Kedua... 100

4.14 Hasil Observasi Terhadap Indikator Minat Belajar Siswa di Siklus Kedua ... 102

4.15 Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Siklus Kedua... 103

4.16 Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran di Siklus kedua... 104

4.17 Hasil Penilaian IPKG 1 dan IPKG 2 di Siklus Kedua... 105

4.18 Hasil Belajar Siswa di Siklus Kedua... 106

4.19 Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran di Siklus kedua... 108

4.20 Hasil Observasi terhadap Indikator Minat Belajar Siswa di Siklus 1 dan siklus 2... 108

4.21 perbandingan hasil belajar siswa... 109

4.22 Minat Belajar Siswa di Siklus Ketiga... 118

4.23 Hasil Observasi terhadap Indikator Minat Belajar Siswa di siklus Ketiga... 120

4.24 Penilaian Rencana Pembelajaran di Siklus Ketiga... 121

4.25 Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran di Siklus Ketiga... 122

(16)
(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Dimensi Materi PKn ... 36

2. Prosedur Siklus Penelitian Tindakan ... 53

3. Tahapan Penggunaan Media Audio Visual... ... 57

4. Persentase Minat Belajar Siswa Siklus Pertama... 84

5. Suasana Belajar Siklus Pertama... 85

6. Bagan Persentase IPKG 1 dan IPKG 2 di Siklus Pertama... 89

7. Persentase Minat Belajar Siswa di Siklus Kedua ... 101

8. Suasana Belajar Siklus Kedua... 101

9. Bagan Persentase IPKG 1 dan IPKG 2 di Siklus Kedua... ... 106

10. Persentase Minat Belajar Siswa di Siklus Ketiga... 119

11. Suasana Pembelajaran pada Siklus Ketiga... 120

12.Bagan Persentase IPKG 1 dan IPKG 2 di Siklus Ketiga... ... 124

13.Minat Belajar Siswa dan Hasil Belajar Siklus 1-3... 131

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

(19)

Dari hasil wawancara dengan salah seorang siswa, pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas memang kurang menarik dan siswa kurang berminat sehingga timbul kebosanan dari dalam diri siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, hal tersebut mengakibatkan siswa membuat aktifitas sendiri-sendiri seperti mengobrol, bermain handphone, mengerjakan pelajaran lain bahkan kadang ada yang tidur saat guru menerangkan materi pelajaran. Penelitipun merasakan hal tersebut, saat menyampaikan materi pelajaran khususnya dikelas X Akuntansi 2 (X A2) karena jadwal mata pelajaran PKn pada kelas tersebut ada pada jam terakhir yaitu jam ke-7 sampai jam ke-8, pada saat guru menerangkan materi pelajaran hanya beberapa siswa yang menyimak penjelasan guru sedangkan siswa yang lain asik dengan aktivitasnya sendiri, dampak dari hal tersebut adalah banyaknya hasil belajar siswa yang di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Melihat permasalahan tersebut, peneliti berusaha untuk memperbaiki pembelajaran PKn pada kelas X A2 karena pada keseluruhan kelas X jurusan akuntansi, yang paling kurang proses pembelajaran PKn nya adalah dikelas X A2. Peneliti yang juga berperan sebagai guru mencari metode lain dalam menyampaikan materi pelajaran PKn agar siswa kelas X A2 lebih memiliki minat dalam mengikuti pembelajaran PKn, sehingga dapat memberikan dampak yang baik terhadap hasil belajar siswa.

(20)

pelaksanaan pembelajaran. Penggunaan media audio visual (film) dikarenakan media tersebut belum pernah diterapkan oleh guru PKn lainnya yang kesemuanya berjumlah 3 (tiga) orang guru pada setiap semua jenjang kelas yang diampunya.

Minat belajar rendah ditunjukkan dengan indikasi siswa kurang memperhatikan guru dan hasil belajar PKn yang rata-rata rendah. Penggunaan media pembelajaran audio-visual diharapakan menjadi salah satu alternatif media pembelajaran yang dapat membantu pendidik untuk memfasilitasi proses belajar siswa. Media tersebut diharapkan dapat menggugah perasaan, emosi dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa sehingga akan menimbulkan sikap dan minat siswa terhadap materi pelajaran. Menurut Meyer dalam Asyar (2011:28) seseorang akan belajar lebih baik dari media teks dan gambar ketimbang media teks saja.

Menurut Ghazali ( Susilo, 2005:73) untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

(21)

langsung dalam Liquid Crystal Display (LCD) secara tahap demi tahap dan seolah-olah dihadapkan dengan objek yang nyata serta dalam proses pembelajarannya dapat memberi peluang siswa untuk belajar mandiri.

Siswa kelas X A2 terindikasi tidak mengikuti pelajaran PKn dengan baik. Minat siswa untuk mengikuti pelajaran PKn sangat rendah, respon dan keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapat, ide, atau gagasan masih kurang serta siswa masih malu, takut, dan kurang percaya diri jika harus menjawab pertanyaan yang diajukan guru atau harus maju ke depan kelas, sehingga guru harus menunjuk siswa sebagai upaya untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.

Hasil observasi pra tindakan yang dilaksanakan peneliti pada 03 oktober 2012 terhadap minat belajar siswa berdasarkan indikator pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1 Hasil observasi Minat Belajar Siswa Pra Tindakan Berdasarkan Indikator Pengamatan Tahun 2012

No Indikator minat belajar Persentase (%) Kriteria

1. Perhatian 58,88 Cukup baik

2. Kemauan 36,66 Kurang baik

3. Kebutuhan 41,10 Cukup baik

4. Perasaan senang 32,22 Kurang baik

5. Rasa ingin tahu 13,33 Sangat kurang baik

6. Keaktifan siswa 16,66 Sangat kurang baik

Sumber : hasil data pra penelitian, 2012

(22)

indikator kemauan memperoleh skor 36,66 % tergolong dalam kriteria kurang baik, indikator kebutuhan memperoleh skor 41,10 % tergolong dalam kriteria cukup baik, indikator perasaan senang memperoleh skor 32,22 % tergolong dalam kriteria kurang baik, indikator rasa ingin tahu memperoleh skor 13,33 % tergolong dalam kriteria sangat kurang baik, indikator keaktifan siswa memperoleh skor 16,66 % tergolong dalam kriteria sangat kurang baik.

Persentase nilai uji blok yang dilakukan pada 10 oktober 2012 dapat dilihat pada Tabel berikut

Tabel 1.2 Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X A2 pada Uji Blok I Mata Pelajaran PKn Semester 1 SMK Negeri 1 Metro T.P. 2011/2012 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Nilai Siswa (%)

Di

3.2 Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan,

Sumber : Dokumen Guru PKn Kelas X

(23)

ketuntasan belajar. Adapun kriteria ketuntasan minimal kopetensi dasar uji blok 1 pada mata pelajaran PKn kelas X A2 pada SMK Negeri 1 Metro adalah 70,00.

Hal ini membuktikan bahwa masih rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran PKn mempengaruhi hasil belajar mereka, untuk mengatasi rendahnya minat belajar siswa diperlukan perubahan dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara membuat pembelajaran PKn menjadi lebih menarik yang pada akhirnya diharapkan dapat mengubah minat belajar siswa.

Melihat permasalahan di SMK Negeri 1 Metro khususnya di kelas X A2, peneliti berpendapat penerapan media pembelajaran audio-visual sebagai upaya memperbaiki minat belajar siswa pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn khususnya pada kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM yang menjadi materi ujicoba peneliti. Penggunaan media tersebut diharapkan dapat mengubah pandangan mereka sebagai mata pelajaran yang membosankan karena harus mendengarkan ceramah dan menghafal menjadi mata pelajaran yang menyenangkan. Pada awal pembelajaran siswa di suguhkan dengan gambar-gambar yang bersuara atau film yang berhubungan dengan pembelajaran PKn melalui LCD siswa menjadi tertarik.

(24)

kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari PKn.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut 1. Guru masih mendominasi dalam penyampaian materi pelajaran di depan kelas,

sedangkan siswa kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran PKn. 2. Minat belajar siswa kelas X A2 SMK Negeri 1 Metro dalam pembelajaran PKn

kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM masih kurang baik.

3. Hasil belajar PKn siswa kelas X A2 SMK Negeri 1 Metro masih rendah.

1.3 Pembatasan Masalah

(25)

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah penggunaan media audio- visual menggunakan film dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran PKn kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM pada siswa kelas X A2 SMK Negeri 1 Metro.

2. Apakah penggunaan media audio-visual (film) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM pada siswa SMK Negeri 1 Metro kelas X A2.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah

1. Mendeskripsikan minat belajar siswa dalam mata pelajaran PKn kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM melalui media pembelajaran audio-visual ( film) di SMK Negeri 1 Metro kelas X A2.

(26)

1.6Kegunaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini mempunyai kegunaan secara teoritis dan secara praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan kawasan IPS dan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta memperluas kajian pendidikan IPS yang dapat menjadi rujukan dalam peningkatan kualitas pembelajaran di lapangan secara langsung.

Secara praktis, penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut

1. Bagi peneliti, yaitu dapat melengkapi atau memperluas khasanah teori yang sudah diperoleh melalui penelitian sebelumnya, memberi peluang untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang hal yang sama dengan menggunakan teori-teori lainnya yang belum digunakan dalam penelitian ini.

2. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran tentang alternatif media pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran PKn kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM

3. Bagi siswa, dapat memperbaiki minat belajar dalam pembelajaran PKn kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM

(27)

1.7Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut 1. Ruang lingkup objek penelitian

Objek penelitian ini adalah keseluruhan proses pada penerapan media pembelajaran audio-visual menggunakan film

2. Ruang lingkup subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X A 2 SMK Negeri 1 Metro 3. Ruang lingkup tempat penelitian

Adapun ruang lingkup tempat penelitian adalah SMK Negeri 1 Metro 4. Ruang lingkup waktu penelitian

Waktu penelitian pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013

1.8Ruang Lingkup Keilmuan

(28)

diajarkan secara terpisah, dengan memperhatikan keterkaitannya, sehingga IPS tetap dapat dipahami dengan baik.

Menurut rumusan National Council for the Social Studies (NCSS) dalam Maryani (2011:13) Tujuan Pendidikan IPS sebagai berikut :

1. Menjadikan warga yang partisipatif dan bertanggung jawab;

2. Memberikan pengetahuan dan pengalaman hidup karena mereka adalah bagian dari petualangan hidup manusia dalam perspektif ruang dan waktu; 3. Mengembangkan berfikir kritis dari pemahaman sejarah, geografi,

ekonomi, politik dan lembaga sosial, tradisi dan nilai-nilai masyarakat dan negara sebagai ekspresi kesatuan dari keberagaman;

4. Meningkatkan pemahaman tentang hidup bersama sebagai satu kesatuan dan keberagaman sejarah kehidupan manusia di dunia;

5. Mengembangkan sikap kritis dan analitis dalam mengkaji kondisi manusia.

Untuk mencapai tujuan pendidikan IPS, maka dalam pembelajaran pendidikan IPS diterapkan dengan 5 tradisi pendidikan IPS, sebagai berikut :

1. IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (social studies as citizenship transmission)

IPS sebagai program pendidikan pelestarian kebudayaan suatu bangsa, pendidikan nilai-nilai idealistic dan manusia. Tujuan instruksional citizenship transmission menyiapkan warga negara yang baik dengan pengetahuan dan apresiasi terhadap nenek moyangnya (sejarah bangsa).

(29)

kemasan pengetahuan sosial yang telah dipertimbangkan secara psikologis untuk kepentingan pendidikan.

3. IPS sebagai pendidikan reflektif (social studies as reflective inquiry)

Pendidikan reflektif bukan sekedar mengajarkan disiplin ilmu pengetahuan dan pemindahan nilai secara akumulatif, tetapi kurikulum sekolah harus mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan minat siswa. Siswa hendaknya tidak sekedar menghafal materi pelajaran, tetapi siswa bisa mendapat pengalaman-pengalaman edukatif dalam proses pembelajaran pendidikan IPS.

4. IPS sebagai kritik kehidupan sosial (social studies as social criticism)

Pendidikan IPS sebagai media pengembangan kritisme siswa. Pendidikan IPS mengutamakan pengembangan kemampuan pengetahuan dan memupuk keberanian mengemukakan pendapat atau argument. Untuk itu pendidikan IPS harus dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis dengan berbagai metode pemecahan masalah.

5. IPS sebagai pengembangan pribadi seseorang (social studies as personal development of the individual)

(30)

jati diri yang mampu hidup di tengah masyarakat dengan damai, dan dapat menjadi contoh teladan serta memberikan kelebihannya pada orang lain.

Mata pelajaran PKn pada hakikatnya merupakan suatu wahana yang berfungsi melestarikan nilai luhur Pancasila, mengembangkan dan membina manusia Indonesia seutuhnya serta membina pengalaman dan kesadaran warga negara untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warganegara yang mampu diandalkan oleh bangsa dan negara.

Pendidikan IPS yang merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu sosial antara lain sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, dan Antropologi. Menurut NCSS, kajian ilmu IPS terdapat 10 tema utama yang berfungsi sebagai pengatur alur kurikulum IPS di setiap tingkat satuan pendidikan, kesepuluh tema tersebut terdiri dari: (1) budaya, (2) waktu, kontinuitas dan perubahan, (3) orang, tempat dan lingkungan, (4) individu, pengembangan dan identitas, (5) individu, kelompok dan lembaga, (6) kekuasaan, wewenang dan pemerintahan, (7) produksi, distribusi dan konsumsi, (8) sain, teknologi dan masyarakat (9) koneksi global, (10) cita-cita dan praktik warga negara.

(31)
(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar

Ada banyak teori belajar yang terkait dengan kegiatan belajar dan pembelajaran, dalam penelitian ini akan menggunakan teori belajar yang relevan dalam meningkatkan minat belajar siswa yaitu teori belajar konstruktivisme.

2.1.1 Teori Belajar Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran konstuktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan siswa untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing (Lapono 2010 : 25).

(33)

mengadaptasi sendiri informasi, dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang dimiliki masing-masing. Terjadinya pergeseran peranan guru dalam pembelajaran konstruktivisme tentunya membawa dampak tertentu, misalnya guru merasa beban mengajarnya menjadi ringan kerana membiarkan siswa untuk belajar sendiri. Hal ini tidak perlu terjadi karena perspektif konstruktivisme dalam pembelajaran di sekolah menitikberatkan pada pengalaman pendidikan yang dirancang untuk membantu siswa menguasai ilmu pengetahuan.

Herpratiwi (2009 : 71) teori belajar konstruktivis (construktivist theories of

learning) menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

(34)

Herpratiwi (2009:85-86) menyatakan implementasi belajar konstruktivisme adalah sebagai berikut.

a. belajar harus menjadi suatu proses aktif. Menjaga siswa tetap aktif melakukan aktivitas yang bermakna menghasilkan proses tingkat tinggi, yang memfasilitasi penciptaan makna personal.

b. Siswa mengkonstruksi pengetahuan sendiri bukan hanya menerima apa yang diberi oleh instruktur. Konstruksi pengetahuan difasilitasi oleh pembelajaran yang interaktif, karena siswa harus mengambil inisiatif untuk berinteraksi dengan siswa lain dan dengan instruktur, dan karena agenda belajar dikontrol oleh siswa sendiri.

c. Bekerja dengan siswa lain memberi siswa pengalaman kehidupan nyata melalui kerja kelompok, dan memungkinkan mereka, menggunakan keterampilan meta-kognitif mereka.

d. Siswa harus diberi kontrol proses belajar. Harus ada bentuk bimbingan penemuan dimana siswa dibiarkan untuk menentukan keputusan terhadap tujuan belajar, tetapi dengan bimbingan instruktur.

e. Siswa harus diberi waktu dan kesempatan untuk refleksi. Pada saat belajar siswa perlu merefleksi dan menginternalisasi informasi.

f. Belajar harus dibuat bermakna bagi siswa. Materi belajar harus memasukkan contoh-contoh yang berhubungan dengan siswa sehingga mereka dapat menerima informasi yang diberikan.

g. Belajar harus interaktif dan mengangkat belajar ke tingkat yang lebih tinggi dan kehadiran sosial, dan membantu mengembangkan makna personal. Siswa menerima materi pelajaran melalui teknologi, memproses informasi dan kemudian mempersonalisasi dan mengkontekstualisasi informasi tersebut.

Joice dan Weil (2009: 13-14) memaparkan tentang gagasan-gagasan yang menjadi intisari dari konstruktivisme adalah:

(35)

2. bekerja sejak lahir. Anak mempelajari kebudayaan dan berbagai keragaman lain yang ada dalam keluarga dan lingkungan masyarakat kelahirannya sejak mereka masih balita. Informasi baru yang kita peroleh terbentuk sebagai kerangka berfikir dan rancangan kuat dari konstruksi gagasan yang telah ada sebelumnya.

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka.

2.2 Minat

Hurlock dalam Meitasari Tjandrasa (1993:114) menyebutkan bahwa minat merupakan suatu sumber motivasi yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan yang dipilihnya, bila mereka melihat sesuatu yang lebih bermanfaat, mereka ingin memperoleh kepuasaan dan mereka berminat pada hal tersebut. Jika kemudian kepuasan berkurang maka minatnya menjadi kurang pula. Siswa yang mempunyai minat terhadap suatu kegiatan, baik minat itu berupa permainan atau berupa pekerjaan, maka mereka berusaha lebih keras untuk belajar, dibandingkan siswa yang kurang berminat.

(36)

ini, jika seseorang menaruh minat terhadap sesuatu, maka seseorang itu akan lebih lama untuk mengingat dan mengikuti kegiatan tersebut bahkan pengalaman seseorang terhadap suatu kegiatan selalu menimbulkan hasil yang sesuai harapan, maka minat seseorang itu akan semakin meningkat.

Sukardi (1994:61) menjelaskan minat merupakan suatu kesukaan, gambaran atau kesenangan akan sesuatu. Minat akan mengidentifikasi terhadap orang, benda atau aktifitas lainnya. Minat adalah penting dalam pengambilan pilihan terhadap suatu jabatan tertentu. Dalam satu hal seseorang akan merasa puas dengan suatu pekerjaan jika aktifitas kerja menarik hati.

Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu yang dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut.

(37)

Mengembangkan minat siswa terhadap mata pelajaran PKn pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa bahwa hasil dari pengalaman akan membawa kemajuan pada dirinya kemungkinan besar ia akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya

Minat juga merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau tidak dirasakan atau keinginan hal tertentu. Minat dapat diartikan kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu. Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman.

(38)

Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian, minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa. Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat sekali. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian secara kontinyu baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut.

(39)

Hilgrard (Susilo 2005:73) memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity

or content”.

Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Jika terdapat siswa yang kurang minat belajar dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan yang dipelajari itu.

2.2.1Cara Meningkatkan Minat

Nasution (1982:85) menyatakan bahwa minat dapat ditingkatkan dengan cara : 1. Bangkitkan suatu kebutuhan, kebutuhan untuk menghargai keindahan,

untuk mendapatkan penghargaan dan sebagainya. 2. Hubungan dan masa lampau.

3. Beri kesempatan untuk mendapatkan yang terbaik.

4. Gunakan berbagai bentuk belajar seperti diskusi, kerja kelompok, membaca, demonstrasi dan sebagainya.

(40)

semakin tinggi minat seseorang akan semakin tinggi kesadaran untuk belajar mendapatkan nilai tertinggi atau prestasi yang diharapkan.

2.2.2 Macam-Macam Minat

Minat dapat dibagi berdasarkan timbul, arah dan cara mengungkapkannya.

a. Berdasarkan timbulnya minat dapat dibedakan menjadi minat primitif dan minat kultural.

Minat primitif : “ Minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan enak atau nyaman dan seks”.

Minat kultural atau minat sosial : “Minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya keinginan untuk memiliki hobi, kekayaan dan lain-lain”. b. Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi minat instrinsik

dan minat ekstrinsik.

Minat intrinsik : “minat yang langsung berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, ia merupakan minat yang asli dan mendasar. Sebagai contoh, seorang belajar karena memang senang membaca bukan karena ingin dipuji”.

Minat ekstrinsik: “ minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut. Misalnya, seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas atau lulus ujian”.

c. Berdasarkan cara mengungkapkannya, minat dapat dibedakan menjadi empat yaitu : expressed interest, manifest interest, tested interest dan inventoried interest.

1). Expressed Interest (minat yang diekspresikan)

(41)

2). Manifest Interest (minat yang diwujudkan)

“Minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subyek atau dengan mengetahui hobinya”.

3). Tested Interest

“Minat yang diungkapkan dengan cara menyimpulkan dari jawaban hasil tes obyektif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu obyek biasanya menunjukkan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut”.

4). Inventoried Interest

“Minat yang diungkapkan dengan menggunakan alat-alat yang sudah distandarkan, dimana biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada subyek apakah ia senang atau tidak senang terhadap sejumlah obyek yang ditanyakan”. (Shaleh dan Wahab, 2004:263-265).

Dari konsep di atas, dapat diketahui perkembangan minat siswa dari rasa senang pada pelajaran yang diikutinya, dalam aplikasinya siswa akan senang mengerjakan tugas yang terkait dengan pelajaran tersebut.

2.2.3 Aspek-Aspek Minat

Hurlock dalam Meitasari Tjandrasa (1993:116) membagi minat dalam dua aspek yaitu: aspek kognitif dan aspek afektif. Dalam aspek ini nantinya akan diketahui indikator peningkatan minat siswa dalam belajar Aqidah Akhlak. Adapun Aspek tersebut akan dijelaskan sebagai berikut

a. Aspek kognitif

(42)

minat anak terhadap mata pelajaran tertentu. Seorang siswa akan menganggap kelas adalah tempat yang menyenangkan untuk belajar, jika mereka dapat menemukan suasana yang tidak membosankan, misalnya dengan menemukan hal-hal yang baru, baik strategi pembelajaran maupun wawasan yang dipelajari, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu yang terus menerus. Untuk mengetahui minat seorang siswa terhadap sesuatu yang disukai maka seorang siswa akan terus mencari tahu sesuatau yang terkait dengan minatnya.

1). Kebutuhan akan informasi

Siswa akan berminat terhadap pelajaran, jika dalam diri siswa merasa butuh terhadap tersebut, karena siswa secara sadar beranggapan bahwa sebuah materi bermanfaat dan penting bagi kehidupan sehari-hari. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut siswa akan memperhatikan hal-hal yang disampaikan oleh pengajar. Maka siswa akan berusaha menggali sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan apa yang disukainya.

2). Rasa ingin tahu

(43)

b. Aspek afektif

Aspek afektif minat berkembang dari pengalaman pribadi yang berasal dari lingkungan keluarga maupun sekolah. Lingkungan belajar akan lebih berpengaruh kepada suasana belajar di kelas maupun di luar. Dalam pembelajaran di kelas tentunya dipengaruhi oleh interaksi guru dan siswa, kondisi kelas yang aktif dan menyenangkan akan membangkitkan minat siswa dalam belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut L. Crow & A. Crow (1989:302-303) lingkungan belajar siswa yang terkait dengan keaktifan siswa akan berpengaruh pada arah berfikir seseorang barulah dapat terpengaruh jika minat seseorang dipengaruhi oleh situasi yang ditemuinya, dan pada gilirannya tingkah laku (sikap) seseorang terpengaruh oleh pengalaman indra dan kesadaran yang bersifat tanggapan sehingga memungkinkan berubahnya hubungan antara gagasan dan proses pemikiran ketika hal ini dialami dan diekspresikan. Perasaan senang terhadap obyek yang diminati tentunya akan berpengaruh pada fikir sehingga mendorong rasa aktif dalam lingkungan.

(44)

Minat yang tumbuh pada siswa terhadap sebuah mata pelajaran tentunya dipengaruhi oleh lingkungan baik dari materi yang disajikan atua cara penyampaian materi. Dengan demikian seorang guru selalu dituntut untuk membuat pola-pola kreatif dalam pembelajaran sehingga menimbulkan minat terhadap siswa untuk belajar.

Berdasarkan kajian teori tersebut indikator minat dalam penelitian ini ada 6 (enam) yaitu perhatian, kemauan, kebutuhan, perasaan senang, rasa ingin tahu dan keaktifan siswa.

2.3 Hasil Belajar

2.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Hamalik (2006:30) hasil belajar adalah

“bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250-251) hasil belajar merupakan

“tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar”.

(45)

Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam (Sudjana 2004 : 22) membagi 3 (tiga) macam hasil belajar mengajar sebagai berikut :

1. Keterampilan dan kebiasaan, 2. Pengetahuan dan pengarahan, 3. Sikap dan cita-cita

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil dari belajar adalah sebagai berikut :

1. Perubahan yang terjadi secara sadar.

2. Maksudnya adalah bahwa individu yang menyadari dan merasakan telah terjadi adanya perubahan yang terjadi pada dirinya.

3. Perubahan yang terjadi relatif lama. Perubahan yang terjadi akibat belajar atau hasil belajar yang bersifat menetap atau permanen, maksudnya adalah bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

4. Perubahan yang terjadi mencakup seluruh aspek tingkah laku.

(46)

2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dipengaruhi dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa. Menurut Slameto (2003:54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut

1. Faktor-faktor Internal

a. Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh).

b. Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, bakat, motif, kematangan dan kesiapan).

c. Kelelahan

2. Faktor-faktor Eksternal

a. Keluarga ( cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan ).

b. Sekolah yaitu metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

c. Masyarakat ( kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

2.4 Pendidikan Kewarganegaraan

(47)

seyogyanya melaksanakan hak dan kewajibannya secara sadar dan penuh tanggung jawab.

Dari pengertian diatas dapat ditangkap dengan jelas bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan termasuk kategori kedalam social studies tradisi citizenship transmission dengan nilai dan moral yang bersumber dari budaya

indonesia sebagai muatannya yang pada gilirannya diharapkan akan dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat. Dan mata pelajaran PKn merupakan suatu mata pelajaran yang membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan warganegara dengan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara yang bertujuan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia agar menjadi warganegara yang mampu diandalkan oleh bangsa dan negara .

(48)

2.4.1 Tujuan

Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan Nomor 23 Tahun 2006, Mata Pelajaran PKn bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama bangsa-bangsa lain.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pencaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

2.4.2 Visi mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan

mewujudkan proses pendidikan yang integral di sekolah untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian warganegara yang cerdas, partisipatif dan bertanggung jawab yang pada giliranya akan menjadib landasan untuk berkembangnya masyarakat Indonesia dan demokratis (Tim Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2006).

2.4.3 Misi Mata Pelajaran Pendidikan kewarganegaraan

Menurut Budimansyah (2010:117) dilihat dari fungsinya mata pelajaran PKn memiliki 3 (tiga) misi besar yaitu

1. Conservation Education yaitu mengembangkan dan melestari kan nilai luhur Pancasila;

2. Social and Moral Development yakni membina dan mengembangkan

siswa yang sadar akan hak dan kewajibannya, taat pada peraturan yang berlaku serta berbudi pekerti luhur

(49)

2.4.4 Ruang Lingkup

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi : hidup rukun dalam perbedaan, cinta

lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi : tertib dalam kehidu pan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional

3. Hak asasi manusia meliputi : hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM

4. Kebutuhan warga negara meliputi : hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara

(50)

6. Kekuasan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi

7. Pancasila meliputi : kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka 8. Globalisasi meliputi : globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

2.4.5 Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Di Dalam Ilmu Pendidikan Sosial

PKn merupakan salah satu dari cabang-cabang ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dan dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari cabang-cabang ilmu sosial. Lima tradisi Pendidikan IPS yakni citizenship tranmission, saat ini sudah berkembang menjadi tiga aspek PKn (citizenship education), yakni aspek akademis, aspek kurikuler, dan aspek sosial budaya.

(51)

disiplin ilmu lain yang relevan, dan mempunyai implikasi kebermanfatan terhadap instrumentasi dan praksis pendidikan setiap warga negara dalam konteks sistem

pendidikan nasional .

Salah satu masalah yang terkait dengan penerapan esensi pendidikan IPS contohnya mata pelajaran kewarganegaraan adalah memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme dan munculnya arogansi kesukuan dan golongan

yang merusak sendi-sendi demokratisasi.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme dalam memperjuangkan jati diri bangsa Indonesia dalam persaingan

global dan memudarnya integrasi nasional, maka diperlukan sosialisasi hasil kajian esensi PKn dan sosialisasi bagaimana pembelajarannya agar mampu memperkuat revitalisasi nasionalisme Indonesia menuju character and nation

building sebagai tumpuan harapan pendidikan masa depan. Juga dapat

(52)

2.4.6 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Kondisi Pembelajaran PKn di Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK) a. Karakteristik Mata Pelajaran PKn

Pendidikan di Indonesia dilaksanakan untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam arti luas pendidikan adalah upaya pengembangan potensi warga negara pada tiga aspek yaitu pandangan hidup, sikap hidup dan kecakapan hidup. Upaya mengembangkan ketiga aspek tersebut, dapat dirancang secara sistematis melalui mata pelajaran tertentu. Khusus yang berkaitan dengan masalah nasionalisme, hukum, konstitusi, politik, hak asasi manusia, demokrasi dan etika bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mata pelajaran tersebut adalah PKn (Civic Education).

Komponen – komponen utama Civic Education yang bermutu diajukan oleh Center for Civic Education pada Tahun 1994 dalam The National Standards for

Civics and Government yaitu: pengetahuan kewarganegaraan(civic knowledge), Kecakapan kewarganegaraan (civic skill), dan watak / karakter kewarganegaraan (civic dispotitions). Sejalan dengan hal

(53)

b. Dimensi Materi PKn

Paradigma baru PKn menerapkan pola pikir baru dengan hasil belajar yang dimiliki siswa, hal ini dijelaskan pada gambar berikut:

Civic Knowledge

Civic skill Civic Values

Gambar 1 : Dimensi Materi Pendidikan Kewarganegaraan Sumber: Depdiknas (2003 : 2)

(54)

Dijelaskan pula bahwa seorang warga negara perlu memiliki pengetahuan yang baik tentang kewarganegaraan terlebih dahulu, terutama pengetahuan bidang politik, hukum, dan moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selanjutnya seorang warga negara perlu memilki keterampilan secara intelektual dan partisipatif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada akhirnya, hasil belajar berupa pengetahuan dan keterampilan itu akan membentuk suatu watak atau karakter yang mapan, sehingga menjadi sikap dan kebiasaan hidup sehari-hari yang mencerminkan warga negara yang baik, dengan memperlihatkan sikap religius, toleran, jujur, adil, demokratis, menghargai perbedaan, menghormati hukum, menghormati HAM, memiliki semangat kebangsaan, rasa kesetiakawanan.

Pengetahuan kewarganegaraan merupakan materi substansi yang harus diketahui oleh warga negara berkaitan dengan politik, hukum, moral dan pengembangan kecakapan. Oleh karena itu mata pelajaran PKn merupakan bidang kajian antar disiplin, menggunakan pendekatan isomeristik yang tercermin dari ruang lingkup materi pengetahuan kewarganegaraan yang meliputi : persatuan dan kesatuan, norma hukum dan peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warganegara, konstitusi negara, kekuasaan dan politik, Pancasila, dan globalisasi.

(55)

siswa membuat pertimbangan yang luas dan penuh nalar tentang tentang hakekat kehidupan bermasyarakat

2.5 Media Pembelajaran

Dalam Sanaky (2011:3). Media pembelajaran adalah

sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan. Pembelajaran adalah proses komunikasi antar pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan.

Santosa dalam Arsyad (2010:4-5) mengemukakan beberapa pengertian media : 1. Media adalah semua bentuk perantara yang digunakan orang sebagai

penyebar ide atau gagasan tersebut sampai pada penerima.

2. Media pendidikan adalah media yang penggunaanya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran, dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu pengajar dan belajar.

Gerlach & Ely (1971) dalam Asyar (2011:7) media pembelajaran memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dalam pembelajaran, sehingga bentuknya bisa berupa perangkat keras (hardware), seperti komputer, televisi, projektor, dan perangkat lunak (software) yang digunakan pada perangkat keras itu.

(56)

Of Education and Communication Technology (AECT) di Amerika, membatasi

media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. National Education Association (NEA), mengatakan “media” adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio-visual serta peralatan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan media pengajaran merupakan wahana panyalur atau wadah pesan pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran di samping dapat menarik perhatian siswa, maka pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap mata pelajaran.

2.5.1 Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran 2.5.1.1 Tujuan Media Pembelajaran

Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran, adalah sebagai berikut

a. Mempermudah proses pembelajaran di kelas b. Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran

c. Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar, dan d. Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran. Sanaky

(2011:4)

2.5.1.2 Manfaat Media Pembelajaran

(57)

a. Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar

b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik

c. Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melaluipenuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga

d. Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. Sanaky (2011:4)

Selain itu manfaat media pembelajaran bagi pengajar dan pembelajar, sebagai berikut

1) Manfaat media pembelajaran bagi pengajar, yaitu a) Memberikan pedoman, arah untukmencapai tujuan b) Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik c) Memberikan kerangka sistematis mengajar dengan baik d) Memudahkan kendali pengajar terhadap materi pembelajaran e) Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pelajaran f) Membangkitkan rasa percayadiri seorang pengajar, dan

g) Meningkatkan kualitas pengajaran.

2) Manfaat media pembelajaran bagi pembelajar, yaitu: a) Meningkatkan motivasi belajar pembelajar

b) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar

c) Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan pembelajar untuk belajar

d) Memberikan inti informasi, pokok-pokok, secara sistematik sehingga memudahkan pembelajar untuk belajar

e) Merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis f) Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan, dan

g) Pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran.

(58)

2.5.2 Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan 1. Menghadirkan obyek sebenarnya dan obyek yang langka,

2. Membuat duplikasi dari obyek yang sebenarnya, 3. Membuat konsep abstrak ke konsep konkret, 4. Memberi kesamaan persepsi,

5. Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak, 6. Menyajikan ulang informasi secara konsisten, dan

7. Memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai dan menarik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Sanaky (2011 : 6)

2.6 Media Audio-Visual

2.6.1 Pengertian Media Audio-Visual

Asyar (2011: 73) menyatakan bahwa media audio-visual dapat menampilkan unsur gambar (visual) dan suara (audio) secara bersaman pada saat mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media audio-visual terbagi dua macam, yakni: (1) Audio-visual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti video kaset; dan (2) Audio-visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal darisumber yang berbeda. Misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsur suaranya berasal dari tape recorder.

(59)

2.6.2 Kegunaan Media Audio-Visual

Dalam Rukiyah (2010) disebutkan bahwa Belajar dengan menggunkan audio- visual banyak sekali manfaatnya, karena dengan menggunakan audio- visual

dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak, mengesankan, lebih jelas dan kongkrit. Disamping itu media audio- visual mempunyai potensi pokok menurut Idger Dale sebagai berikut:

1. Memberikan dasar-dasar kongkrit untuk berfikir. 2. Membuat pelajaran lebih menarik.

3. Memungkinkan hasil belajar lebih tahan lama. 4. Memberikan pengalaman-pengalaman yang nyata. 5. Mengembangkan keteraturan dan kontinuitas berfikir.

6. Dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak diperoleh dengan cara lain membuat kegiatan belajar lebih mendalam efisien dan beraneka ragam.

7. Media audio visual dapat dilakukan berulang-ulang.

2.6.3. Macam-macam Media Audio-Visual

Klasifikasi bentuk media audio-visual dan manfaat dari masing-masing klasifikasi media audio-visual tersebut.

1. Film Gerak Bersuara

(60)

2. Video

Video maupun media film memiliki banyak kemiripan dalam segi karakteristiknya dan kelemahannya. Yakni mengatasi keterbatasan jarak dan waktu dan sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang. Kelemahannya adalah sama-sama menekankan pentingnya materi dari prses pengembangan materi tersebut.

Dalam upaya pemanfaatan video dalam proses pembelajaran, hendaknya kita memperhatikan beberapa hal berikut :

a. Program video harus dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran. Salah satu contohnya adalah apakah media vidio untuk tujuan kognitif dapat diguakan untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi.

b. Guru harus mengenal program video yang ada dan memahami manfaatnya bagi pelajaran.

c. Sesudah program video di putar, harus diadakan diskusi agar siswa memahami bagaimana mencari pemecahan masalah dan menjawab pertanyaan.

d. Perlu diadakan tes agar mampu mengukur berapa banyak informasi yang mereka tangkap dari program video tersebut.

3. Televisi

(61)

memberikan kejadian-kejadian yang sebenarnya pada saat suatu peristiwa terjadi dengan disertai dengan komentar dari penyiarnya.

4. Media Televisi Terbuka

Media televisi terbuka adalah media audio-visual gerak yang penyampaian pesannya melalui pancaran gelombang elektromagnitik dari satu stasiun, kemudian pesan tadi diterima oleh pemirsa melalui pesawat televisi.

5. Media Televisi Siaran Terbatas (TVST)

TVST atau CCTV adalah media audio-visual gerak yang penyampaian pesannya didistribusikan melalui kabel (bukan TV kabel). Dengan perkata lain, kamera televisi mengambil suatu objek di studio, misalnya guru yang sedang mengajar, kemudian hasil pengambilan tadi didistribusikan melalui kabel-kabel ke pesawat televisi yang ada di ruangan-ruangan kelas.

Kelebihan televisi siaran terbatas ini dibandingkan dengan televisi terbuka diantaranya adalah komunikasi dapat dilakukan secara dua arah (hubungan antara studio dan kelas dilakukan melalui intercom), kebutuhan pembelajaran dapat lebih diperhatikan dan terkontrol. Sedangkan kelemahannya adalah jangkauannya relatif terbatas.

6. Multimedia

(62)

kelompok ahli menerangkan kembali ke kelompok asal. Kesalahan terutama terjadi pada materi pembelajaran yang bersifat abstrak.

Disamping itu, waktu yang diperlukan untuk proses pembelajaran menjadi relatif lebih lama. Seringkali waktu pembelajaran habis sebelum cakupan materi terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu diperlukan suatu alternatif untuk menyempurnakan pendekatan pembelajaran ini. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan multimedia pembelajaran, CD interaktif yang berisikan materi-materi pembelejaran dianggap cukup memadai untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul pada proses pembelajaran.

Keuntungan pembelajaran interaktif berbasis multimedia antara lain :

1. Media dapat membuat materi pembelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit, sehingga mudah diterima pembelajar,

2. Media dapat mengatasi kendala ruang dan waktu pembelajar yang belum memahami materi dapat mengulang materi tersebut di rumah sama persis dengan yang dibahas dalam kelompok.

3. Informasi pembelajar yang disajikan dengan media yang tepat akan memberikan kesan yang mendalam pada diri pembelajar.

4. Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan dapat merangsang berbagai macam perkembangan kecerdasan.

(63)

7. Komputer

Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan respon yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh pembelajar. Lebih dari itu, komputer memiliki kemampuan menyimpan dan memanipulasi informasi sesuai dengan kebutuhan. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah memungkinkan komputer memuat dan menayangkan beragam bentuk media di dalamnya.. Sajian multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan suara dalam sebuah tampilan yang terintegrasi. Dengan tampilan yang dapat mengombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan, komputer dapat dirancang dan digunakan sebagai media pembelajaran efektif untuk mempelajari dan mengajarkan materi pembelajaran yang relevan misalnya rancangan grafis dan animasi.

2.6.4. Tahapan Penggunaan Media Audio-Visual

Dalam menggunakan media audio- visual kita harus memperhatikan langkah-langkah ataupun tahapan dalam penyajian media audio-visual. Tahapan penting dalam penyajian media audio- visual sebagai berikut :

a. Persiapan

(64)

1) Sebelum membuat software dari media audio-visual, kita harus memperhatikan tujuan apa yang harus dicapai dalam proses belajar mengajar.

2) Setelah tujuan ditetapkan, buatlah rencana tentang pelajaran yang akan disampaikan. Kemudian buatlah media audio visual pada software yang telah ditetapkan.

3) Setelah media tersebut di buat, berlatihlah untuk menggunakannya. Kita tidak akan dapat menerangkan sesuatu dengan media apapun secara lancar dan efektif tanpa mencobanya terlebih dahulu. Sering terjadi hal-hal yang kurang menyenangkan karena orang yang menggunakan media tersebut gugup atau kikuk karena tidak berlatih lebih dahulu.

4) Hal yang harus diperhatikan adalah memperhatikan dimana tempat yang akan digunakan untuk menggunakan media tersebut. Kita harus memeriksa apakah ruangan tersebut mempunyai aliran listrik yang memadai serta bagaimana posisi dari siswa dan guru.

b. Penyajian

(65)

c. Penerapan

Suatu pelajaran atau informasi tidak ada artinya kalau seorang siswa tidak dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak selalu mudah mendapat umpan balik dari siswa. Setelah mempertunjukkan media audio-visual, dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan singkat yang sederhana untuk membantu memantapkan hal-hal penting tentang materi yang diajarkan dalam ingatan siswa. Dapat pula dilakukan diskusi untuk menjawab soal-soal.

d. Kelanjutan

(66)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian disini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, dalam rangka memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Kesimpulannya adalah suatu kajian kritis-reflektif dan sistematis terhadap pembelajaran melalui tindakan tertentu yang dilakukan secara berulang-ulang (siklus) sampai ditemukan tindakan yang tepat (ideal) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Pargito, 2011 : 19-20). Tindakan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn.

3.2 Prosedur Penelitian Tindakan

(67)

melakukan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai perbaikan tercapai atau ada temuan tindakan yang tepat berdasar kriteria keberhasilan tertentu ( Pargito, 2011 : 40 ) Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai berikut :

3.2.1 Perencanaan

Pada tahap perencanaan diawali dengan merancang tindakan yang akan dilakukan antara lain;

1) Menyusun silabus dan RPP sesuai tindakan yang akan diajarkan 2) Menyiapkan media pembelajaran (film) yang akan digunakan

3) Membuat skenario tindakan (desain tindakan pembelajaran PKn menggunakan media audio- visual)

4) Mempersiapkan lembar observas, minat belajar siswa. 5) Menyiapkan lembar kegiatan siswa

6) Menyusun dan mempersiapkan soal-soal kuis

3.2.2 Pelaksanaan Tindakan

(68)

3.2.3 Observasi

Observasi (pengamatan) merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan.

Proses pengamatan mengamati aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran di kelas. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta berupa catatan lapangan. Proses tindakan, pengaruh tindakan yang disengaja maupun tidak disengaja , situasi tempat tindakan, dan kendala-kendala tindakan semua dicatat dalam kegiatan observasi yang terencana dan fleksibel.

Adapun kegiatan pengamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut

1. Peneliti dan dibantu kolaborator mengamati jalannya proses pembelajaran 2. Peneliti dan dibantu kolaborator mengamati dan mencatat aktivitas siswa

yang berhubungan dengan minat belajar yang dimiliki

3. Peneliti menilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan pekerjaan bersama kelompoknya.

4. Peneliti menilai hasil laporan yang telah dikerjakan siswa dalam kelompok. 5. Mencatat kondisi kelas yang terkait dengan pembelajaran yang diteliti. 6. Mencatat data pendukung lain yang ada hubungannya dengan yang diteliti.

3.2.4. Refleksi

Gambar

Gambaran Umum dan Lokasi................. ..................
Tabel 1.1  Hasil observasi Minat Belajar Siswa Pra Tindakan Berdasarkan   Indikator Pengamatan Tahun 2012
Tabel 1.2 Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X A2 pada Uji Blok I   Mata  Pelajaran PKn Semester 1 SMK Negeri 1 Metro T.P
Gambar 1 : Dimensi Materi Pendidikan Kewarganegaraan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus maka peneliti membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery

Penambahan serat ampok, nanopartikel seng oksida, polimer PVA, dan EG diharapkan dapat memperbaiki kelemahan dari biodegradable foam berbasis tapioka sehingga

Sehubungan dengan Pelaksanaan Seleksi Umum Pekerjaan Manajemen Konstruksi Pembangunan.. Gedung A Kantor Pemerintah Kota Batu (Tahap II) TA

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa jika suatu tanah mengandung banyak pori total maka nilai infiltrasi akan besar karena banyaknya ruang pori akan

Hasil dari penelitian adalah penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa sesuai dengan

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar lompat tinggi menggunakan alat bantu pembelajaran pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Karangpule

Applcatve model whch replace slkworms wth fattenng two beef cattle was used by farmers who possess a land of mulberry plants to rase one box of slkworm.. The descrptve data can be

[r]