• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ALANIN AMINOTRANSFERASE (ALT) TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ALANIN AMINOTRANSFERASE (ALT) TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ALANIN AMINOTRANSFERASE (ALT) TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN

GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

Oleh

INEZ SARASWATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Jurusan Pendidikan Dokter Umum

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

INFLUENCE OF GIVING ETHANOL EXTRACT OF MANGOSTEEN RIND (Garcinia mangostana Linn.) TO ALANIN AMINOTRANSFERASE (ALT) ENZYME

ACTIVITY IN WHITE MALE RAT (Rattus novergicus) STRAIN SPRAGUE DAWLEY INDUCED RIFAMPICIN

By

Inez Saraswati

Tuberculosis (TB) is an important issue for the health and Indonesia was ranked 4th in the world. According to the WHO Global TB Report 2012, recorded some 294 732 cases of TB have been found and treated (preliminary data in May 2010). Rifampicin is one of the drugs used in tuberculosis treatment. However, the side effects of this drug is hepatotoxicity. Mangosteen rind contains a fairly high antioxidant compounds such as xanthones and anthocyanins. To prove this, it will be conducted to influence of giving ethanol extract of mangosteen rind to ALT enzyme activity on white male rats strain Sprague Dawley induced rifampicin.

This research is an experimental by post only control group design with sample of 25 male rats (Rattus norvegicus) strain Sprague Dawley aged 10-16 weeks for 14 days.

The result obtained that activity of ALT enzym on normal control group was average 27,60 U/L, while in the group given rifampicin that ALT enzyme activity is increase to 102,80 U/L. The average of ALT enzyme activity on others group which given ethanol extract of mangosteen rind with dose 20 mg/100gBB, 40 mg/100gBB and 80 mg/100gBB are 80,40 U/L, 64,20 U/L and 31,00 U/L. The results showed significant yield differences (p <0.05), this suggests that the ethanol extract of mangosteen rind has benefits in preventing an increase in ALT enzyme activity of white rats Sprague Dawley strain.

(3)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia

mangostana Linn.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ALANIN

AMINOTRANSFERASE (ALT) TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

Oleh

INEZ SARASWATI

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah penting bagi kesehatan dan Indonesia menduduki peringkat ke-4 di dunia. Menurut WHO dalam Global TB Report 2012, tercatat sejumlah 294.732 kasus TB telah ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010). Rifampisin adalah salah satu obat yang digunakan dalam pengobatan tuberkulosis. Namun, efek samping yang ditimbulkan diantaranya hepatotoksisitas. Kulit manggis mengandung senyawa antioksidan yang cukup tinggi seperti xanthone dan antosianin. Untuk membuktikan hal ini, maka akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit manggis terhadap aktivitas enzim ALT pada tikus putih yang diinduksi rifampisin.

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan post only control group design dengan sampel 25 tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley berumur 10-16 minggu selama 14 hari.

Hasil penelitian didapatkan aktivitas enzim ALT pada kelompok kontrol normal rerata sebesar 27,60 U/L, sedangkan pada kelompok yang diberikan rifampisin, aktivitas enzim ALT mengalami kenaikan menjadi sebesar 102,80 U/L. Kelompok tiga, empat dan lima yang diberi ekstrak etanol kulit manggis dosis 20 mg/100gBB, 40 mg/100gBB dan 80 mg/100gBB rata-rata aktivitas enzim ALT sebesar 80,40 U/L, 64,20 U/L dan 31,00 U/L. Hasil penelitian menunjukkan hasil perbedaan bermakna (p<0,05), hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol kulit manggis memiliki manfaat dalam mencegah peningkatan aktivitas enzim ALT tikus putih galur Sprague Dawley.

(4)
(5)
(6)

Halaman

(7)

6. Peringatan Penggunaan Rifampisin ... D.Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague Dawley ...

1. Klasifikasi Tikus Putih ... 2. Jenis Tikus Putih ... 3. Biologi Tikus Putih ... III. METODE PENELITIAN ...

A.Desain Penelitian ... B.Tempat dan Waktu ... C.Populasi dan Sampel ... D.Bahan dan Alat Penelitian ... E. Prosedur Penelitian ... F. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... G.Analisis Data ... H.Etika Penelitian ... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pengaruh xanthone dan antosianin terhadap radikal bebas akibat rifampisin ... 2. Kerangka konsep ... 3. Garcinia mangostana Linn ... 4. Diagram alur penelitian ... 5. Grafik aktivitas enzim ALT tiap kelompok ...

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan nutrisi kulit buah manggis per 100 gr ... 2. Data biologis tikus putih (Rattus norvegicus) ... 3. Definisi operasional variabel ... 4. Hasil pengukuran aktivitas enzim ALT ... 5. Hasil uji One Way ANOVA ... 6. Hasil uji Post Hoc LSD ...

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Uji Normalitas Distribusi Data Shapiro-Wilk Pada Kelompok Percobaan dengan Ekstrak Kulit Manggis

Uji One Way ANOVA untuk Mengetahui Ada atau Tidak Ada Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Aktivitas Enzim ALT Tikus Putih

Pemeriksaan ALT dengan Spektrofotometrik Dokumentasi Penelitian

Jurnal Skripsi

Surat Keterangan Penyerahan Jurnal Surat ethical clearance

(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk terapi anti tuberkulosis (TB), tetapi hepatotoksisitas yang dihasilkan dari penggunaan obat ini tetap menjadi masalah yang signifikan untuk pengobatan klinis. Rifampisin adalah makrosiklik antibiotik kompleks yang menghambat sintesis asam ribonukleat dalam berbagai mikroba patogen. Rifampisin memiliki efek bakterisida dan efek sterilisasi efektif melawan basil

Mycobacterium tuberculosis baik intraseluler dan ekstraseluler (Zhao, 2013).

(12)

merupakan tonggak pencapaian program pengendalian TB Nasional yang utama (Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, 2011).

Seiring dengan angka keberhasilan dari pengobatan TB, salah satu efek samping penggunaan rifampisin adalah hepatotoksisitas. Efek hepatotoksik dipengaruhi oleh dosis yang digunakan dan proses metabolisme obat. Penanda dini dari hepatotoksik adalah peningkatan enzim-enzim transaminase dalam serum yang terdiri dari aspartate amino transferase/serum glutamate oxaloacetate transaminase (AST/SGOT) yang disekresikan secara paralel dengan alanine amino transferase/serum glutamate pyruvate transaminase

(ALT/SGPT) yang merupakan penanda yang lebih spesifik untuk mendeteksi adanya kerusakan hepar (Prihatni et al., 2005). World Health Organization

tahun 2012 mengklasifikasikan hepatotoksik menjadi 4 gradasi. Grade I ditandai dengan peningkatan ALT 1,25-2,5× normal, grade II ALT meningkat 2,6-5× normal, grade III ALT meningkat 5,1-10× normal dan grade IV bila ALT meningkat >10× normal. Selain disebabkan drug induced hepatitis (DIH) akibat obat anti tuberkulosis (OAT), gangguan hepar pada penderita TB ditandai oleh kadar ALT dan AST yang meningkat.

(13)

dari kulit manggis yang mengandung antioksidan yang cukup tinggi seperti xanthone dan antosianin (Hartanto, 2011). Kemampuan antioksidan xanthone bahkan melebihi vitamin A, C dan E yang selama ini dikenal sebagai antioksidan paling efektif dalam melawan radikal bebas yang ada dalam tubuh. Berbagai penelitian menunjukkan, senyawa xanthone yang terdapat didalam kulit buah manggis memiliki sifat sebagai antidiabetes, antikanker, antiperadangan, antioksidan, meningkatkan kekebalan tubuh, antibakteri, antifungi serta pewarna alami telah dibuktikan oleh seorang peneliti di Jepang. Xanthone dapat menetralkan radikal bebas dan mencegah kerusakan sel β pankreas akibat radikal bebas (Jung et al., 2006).

Penelitian juga telah dilakukan oleh Nakatani et al. pada tahun 2004 terhadap mekanisme ekstrak kulit buah manggis dengan etanol 100%, 70% dan 40% diuji terhadap sintesa prostaglandin , pelepasan histamin serta peroksidase lipid. Ekstrak etanol 40% menunjukkan efek paling poten dalam menghambat peroksidase lipid, pelepasan histamin dan sintesa PG -siklooksigenase (COX).

(14)

B. Perumusan Masalah

Masih tingginya efek hepatotoksisitas akibat penggunaan obat antituberkulosis serta ekstrak kulit buah manggis yang terbukti memiliki antioksidan dan antiinflamasi menarik perhatian peneliti untuk meneliti,

1. Apakah ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) memiliki manfaat dalam mencegah terjadinya peningkatan aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin?

2. Apakah peningkatan dosis ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) memiliki manfaat dalam mencegah terjadinya peningkatan aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum

(15)

Tujuan khusus

1. Mengetahui manfaat ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana

Linn.) dalam mencegah terjadinya peningkatan aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin.

2. Mengetahui manfaat peningkatan dosis ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) dalam mencegah terjadinya peningkatan aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai efek ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap kerusakan hepar.

2. Bagi Peneliti

(16)

3. Bagi Masyarakat

Dapat menguatkan fakta bahwa kulit buah manggis berkhasiat sebagai antioksidan yang dapat mengatasi dampak pada hepar akibat penggunaan rifampisin sebagai pengobatan antituberkulosis, sehingga dapat menambahkan pengetahuan masyarakat. Penelitian ini juga dapat mendukung upaya pemerintah dalam hal pengembangan dan pemeliharaan tanaman berkhasiat obat.

4. Bagi Peneliti Lain

(17)

E. Kerangka Penelitian

1. Kerangka Teori

Rifampisin 85-90% dimetabolisme di hati dan metabolit aktifnya disekresikan melalui urin dan saluran cerna, bekerja secara sinergis dengan INH. Pada penderita dengan kelainan hepar akan ditemukan kadar serum hati yang lebih tinggi. Rifampisin akan menginduksi sistem enzim sitokrom P-450 yang akan terus berlangsung hingga 7-14 hari setelah obat dihentikan. Efek hepatotoksik dipengaruhi oleh dosis yang digunakan, dan proses metabolisme obat dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, lingkungan dalam lambung dan penyakit hati (Prihatni et al., 2005).

Langkah awal dalam mendeteksi kerusakan hati adalah suatu tes darah yang sederhana untuk menentukan keberadaan tertentu enzim hati dalam darah. Enzim-enzim tersebut normalnya terkandung dalam sel hati. Jika terjadi kerusakan hati, enzim-enzim ini masuk ke dalam aliran darah, meningkatkan kadar enzim dalam darah dan menandakan kerusakan hati (Akbar, 2007).

(18)

adanya kerusakan hepar, karena AST terdapat di miokardium, otot rangka, otak, dan ginjal (Prihatni et al., 2005).

(19)

Keterangan :

Gambar 1. Pengaruh xanthone dan antosianin terhadap radikal bebas akibat rifampisin (Nugroho, 2009; Jung et al., 2006; Weecharangsan et al., 2006;

Prabowo, 2012). (Garcinia mangostana Linn.)

Stress oksidatif

Perubahan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein di hati

(20)

2. Kerangka Konsep

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Gambar 2. Kerangka konsep

F. Hipotesis

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti merumuskan hipotesa sebagai berikut: Ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) memiliki manfaat dalam mencegah terjadinya peningkatan aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin.

Ekstrak Etanol Kulit Manggis

(Garcinia mangostana Linn.)

20 mg/100gBB

40 mg/100gBB

80 mg/100gBB

Mencegah Peningkatan

Aktivitas Enzim ALT

Tikus Putih Jantan Galur

Sprague Dawley yang

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Manggis (Garcinia mangostana)

1. Deskripsi Tanaman

Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan

tropis yang teduh di kawasan Asia tenggara, yaitu hutan belantara

Kalimantan Timur di Indonesia atau semenanjung Malaya. Tanaman ini

tumbuh subur pada daerah yang mendapat banyak sinar matahari,

kelembaban tinggi, serta musim kering yang pendek (untuk menstimulasi

perbungaan). Pada kondisi kering, diperlukan irigasi untuk menjaga

kelembapan tanah. Tanaman ini dapat ditanam hingga ketinggian 1000 m

di atas permukaan laut (20-40 ) di daerah tropis, namun biasanya

pertumbuhan maksimal berlangsung di daerah dataran rendah (Nugroho,

(22)

2. Taksonomi

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Guttiferanales Famili : Guttiferae

Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana L (Bahri et al., 2012).

(23)

3. Morfologi Tanaman Manggis

a) Batang

Tegak, kulit batang coklat memiliki getah kuning. b) Daun

Tunggal, posisi daun berhadapan atau bersilang berhadapan. Helai daun mengkilat di permukaan, permukaan atas hijau gelap dengan permukaan bawah hijau terang, berbentuk elips memanjang, ukuran 12-23 cm 4,5-10 cm, tangkai 1,5-2 cm. c) Bunga

Bunga betina 1-3 di ujung batang, susunan menggarpu, garis tengah 5-6 cm. Mempunyai 4 daun kelopak, dua daun kelopak yang terluar hijau kuning, dua yang terdalam lebih kecil bertepi merah, melengkung kuat, tumpul.

d) Buah

Bentuk bola tertekan, garis tengah 3,5-7 cm, ungu tua dengan kepala putik duduk (tetap), kelopak tetap, dinding buah tebal, berdaging, ungu, dengan getah kuning.

e) Biji

(24)

4. Kandungan Kimia

Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan dan memiliki bioaktifitas yang biasanya memiliki fungsi sebagai pelindung bagi tumbuhan terhadap serangan hama penyakit. Metabolit sekunder tumbuhan diklasifikasikan menjadi 4 kelompok utama yaitu, senyawa mengandung nitrogen, terpenoid, phenolic dan poliasetat (Nugroho, 2009).

(25)

Penelitian juga telah dilakukan oleh Nakatani et al. pada tahun 2004 terhadap mekanisme ekstrak kulit buah manggis dengan etanol 100%, 70% dan 40% diuji terhadap sintesa prostaglandin , pelepasan histamin serta peroksidase lipid. Ekstrak etanol 40% menunjukkan efek paling poten dalam menghambat peroksidase lipid, pelepasan histamin dan sintesa PG -sikloosigenase (COX).

Selanjutnya, Weecharangsan et al. pada tahun 2006 menindaklanjuti hasil penelitian tersebut dengan melakukan penelitian antioksidan dalam ekstrak kulit buah manggis dengan metode penangkapan radikal bebas 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 40% menunjukkan aktivitas poten antioksidan dengan hasil skrining didapatkan 8-hidroksikudraxanton, -mangostin, -mangostin dan smeathxanton A.

Total fenol 154,6 mg/gr

(26)

5. Aktivitas antioksidan

Antioksidan secara umum dapat didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi lipid. Sedangkan dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas. Senyawa dikatakan memiliki sifat antioksidatif bila senyawa tersebut mampu mendonasikan satu atau lebih elektron kepada senyawa prooksidan, kemudian mengubah senyawa oksidan menjadi senyawa yang stabil (Wu & Cederbaum, 2004).

Salah satu yang terlibat dalam pembentukan radikal bebas adalah oksigen (O2) yaitu Reactive Oxygen Species (ROS). Oksigen sangat penting bagi kehidupan manusia namun juga dapat bersifat toksik. Atom O2 adalah biradikal, yang berarti atom O2 mempunyai 2 elektron tunggal dalam orbital yang berbeda. Kedua elektron ini tidak dapat melintasi orbital yang sama karena memiliki putaran paralel, yakni berputar dengan arah yang sama (Wu & Cederbaum, 2004).

Sumber utama produksi ROS dalam sel adalah mitokondria karena sekitar 80%-90% O2 yang masuk digunakan oleh mitokondria untuk membentuk ROS. Sumber utama ROS yang lain adalah hepar karena mengandung banyak enzim sitokrom P450. Salah satu jenis molekul sitokrom P450 yang aktif memproduksi ROS adalah CYP2E1 (Wu & Cederbaum, 2004).

(27)

oleh beberapa faktor, antara lain adalah kurangnya antioksidan atau kelebihan produksi radikal bebas. Kondisi stres oksidatif yang berakibat pada kerusakan sel, dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan, dan dapat menimbulkan penyakit jantung, kanker, dan diabetes melitus (Wu & Cederbaum, 2004).

Wu dan Cederbaum pada tahun 2004 menyatakan bahwa senyawa fitokimia yang bersifat antioksidan aktif adalah karotenoid, polifenol, fitoestrogen, inhibitor protease, dan sulfida. Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa yang dimiliki tersebut berbeda jumlah dan posisinya. Polifenol alami merupakan golongan dari suatu senyawa metabolit sekunder tanaman, termasuk didalamnya adalah golongan tannin, flavonoid, katekin, xanthone, karotenoid.

(28)

radikal bebas menjadi berkurang. Serta xanthone dapat menetralkan

radikal bebas dan mencegah kerusakan sel β pankreas akibat radikal bebas

(Jung et al., 2006).

B. Hati

Hepar adalah organ terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang amat kompleks. Hepar mempunyai 2 aliran darah yaitu dari saluran cerna dan limpa melalui vena porta hepatis dari aorta melalui arteri hepatika (Guyton & Hall, 2008).

(29)

Fungsi hepar meliputi:

a) Penyaringan dan penyimpanan darah

b) Metabolisme karbohidrat, protein, lemak, hormon, dan zat-zat kimia asing

c) Pembentukan empedu d) Penyimpanan vitamin, dan

e) Pembentukan faktor koagulasi (Guyton & Hall, 2008).

Sebagian besar obat masuk melalui saluran pencernaan dan hepar terletak di antara permukaan absorptif dari saluran pencernaan dan organ target obat, dimana hepar berperan sentral dalam metabolisme obat. Sel hepar terus menerus terpapar dengan darah vena porta. Hepar mempunyai fungsi detoksifikasi sejumlah zat endogen dan eksogen. Fungsi detoksifikasi sangat penting dan dilakukan oleh enzim hepar melalui oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat-zat yang dapat berbahaya, dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif (Purnama, 2007; Guyton & Hall, 2008).

Agar dapat menembus membran sel intestinal sebagian besar obat bersifat lipofilik. Obat kemudian diubah lebih hidrofilik melalui proses biokimiawi di dalam hepatosit, menghasilkan produk-produk larut air yang diekskresi ke dalam urin atau empedu. Biotransformasi hepatik ini melibatkan jalur oksidatif utamanya melalui sistem enzim sitokrom P-450 (Purnama, 2007).

(30)

sitosol. Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan antara pembentukan enzim dengan penghancurannya. Walaupun keseimbangan antara penghancuran dengan pembentukan enzim, akan selalu dapat sedikit enzim yang keluar ke ruang ekstraseluler. Apabila terjadi kerusakan sel atau peningkatan permeabilitas membran sel, enzim akan banyak keluar ke ruang ekstraseluler dan dapat digunakan sebagai sarana untuk membuat diagnosis (Akbar, 2007).

Satuan aktivitas enzim telah terstandarisasi secara internasional. Satuan internasional (IU, dapat juga disebut Unit per Liter; U/L) suatu enzim adalah jumlah yang akan menganalisis transformasi 1µmol substrat per menit dalam kondisi standar berupa temperatur, pH optimal, dan konsentrasi substrat optimal. Aktivitas dilaporkan sebagai IU per liter (IU/L atau mIU/mL) (Sacher & McPherson, 2004).

(31)

Enzim- enzim tesebut adalah :

a) ALT (Alanin Aminotransferase)

Enzim ini mengkatalisis pemindahan satu gugus amino antara lain alanin dan asam ketoglutarat. Terdapat banyak di hepatosit dan konsentrasinya relatif rendah di jaringan lain. Kadar normal dalam darah 5-35 IU/L (Amirudin & Nella, 2006). ALT lebih sensitif dibandingkan AST (Sacher & McPherson, 2004). Aktivitas enzim ALT pada tikus putih

Sprague Dawley normalnya 17,5-30,2 U/L.

b) AST (Aspartat Aminotransferase)

Enzim ini berfungsi sebagai katalisator reaksi antara asam aspartat dan asam ketoglutarat. AST terdapat lebih banyak di miokardium dibandingkan di hati. Enzim ini juga terdapat di otot rangka, otak dan ginjal. Kadar normal dalam darah 10-40 IU/L. Meningkat tajam ketika terjadi perubahan infark miokardium. Enzim ini kurang spesifik untuk penyakit hati (Gaze, 2007). Pillchos et al. pada tahun 2004 mengatakan bahwa aktivitas enzim AST pada tikus putih Sprague Dawley normalnya 29,8-77 U/L.

(32)

demikian pula pada penyakit hati kronik difus maupun lokal (Podolsky & Isselbacher, 2008).

Podolsky dan Isselbacher pada tahun 2008 mengatakan bahwa ketika sel hati mengalami kerusakan, enzim tersebut berada dalam darah, sehingga dapat diukur peningkatan aktivitasnya. Hal ini disebabkan karena kerusakan pada struktur dan fungsi membran sel hati. Apabila kerusakan yang timbul oleh radang hati hanya kecil, aktivitas ALT lebih dini dan lebih cepat meningkat dari kadar AST. Kerja enzim transaminase:

Alanine + Ketoglutaric Pyruvit + Glutamic acid acid (ALT) acid acid

(33)

C. Rifampisin

Rifampisin adalah suatu derivat semisintetik rifampin B yang disebut rifampisin merupakan salah satu anggota kelompok antibiotik makrosiklik yang menghambat sintesis asam ribonukleat dalam berbagai mikroba patogen.rifampisin memiliki aksi bakterisidal dan efek sterilisasi ampuh melawan Mycobacterium tuberculosa di kedua lokasi intraseluler dan ekstraseluler. Rifampisin dianggap sebagai induktor kuat dari fungsi oksidatif campuran yang memiliki kontribusi terhadap hepatotoksisitas oleh INH. Rifampisin dapat menginduksi mediator inflamasi dan meningkatkan produksi sitokin yang diinduksi nitric oxide (NO) dan IL-8 dalam epitel sel hati. Berbagai bentuk sitokrom (CYP), seperti CYP1A1, CYP1A2 dan CYP2E1, terlibat dalam generasi radikal bebas dan rifampisin sebagai mediator generasi radikal bebas dapat berhubungan dengan perubahan dalam ekspresi CYPs (Zhao, 2013).

1. Farmakodinamik

(34)

2. Farmakokinetik

Farmakokinetik obat rifampisin adalah sebagai berikut:

1. Absorbsi

Rifampisin secara oral diabsorpsi dengan baik. Reabsorbsi rifampisin di usus sangat tinggi.

2. Distribusi

Rifampisin sangat lipofilik, dapat menembus sawar darah otak (bood-brain barrier) dengan baik. Difusi relatif dari darah ke dalam cairan serebrospinal adekuat dengan atau tanpa inflamasi. 3. Metabolisme

Rifampisin dimetabolisme melalui resirkulasi enterohepatik. Ikatan proteinnya 80%. Rifampisin sendiri dapat menginduksi oksidase fungsi campuran dalam hati, menyebabkan suatu pemendekan waktu paruh. Waktu paruh (T½) eliminasi rifampisin adalah 3-4 jam, waktu tersebut akan memanjang pada keadaan gagal hepar, dan gagal ginjal terminal menjadi 1,8-11 jam. Sedangkan waktu untuk mencapai kadar puncak, serum atau oral adalah 2-4 jam.

4. Ekskresi

(35)

3. Indikasi

Tuberkulosis, dalam kombinasi dengan obat lain. Infeksi Mycobacterium leprae, profilaksis meningitis meningococcal dan infeksi Haemophilus influenzae. Brucellosis, penyakit lengionnaires, endocarditis dan infeksi staphylococcus yang berat dalam kombinasi dengan obat lain.

4. Sediaan dan Dosis

Pada penggunaan lama dianjurkan untuk memantau fungsi hati secara periodik. Dosis pada TBC oral sehari 450-600 mg sekaligus tiap pagi sebelum makan, karena kecepatan dan kadar resorpsinya dihambat oleh isi lambung. Selalu dikombinasi dengan INH 300 mg. Obat ini mempunyai pKa 7,9. Dalam perdagangan sediaan oral rifampisin tersedia sebagai obat tunggal, dalam bentuk kombinasi tetap dengan isoniazid, serta dalam kombinasi tetap dengan isoniazid dan pirazinamid (Tjay & Rahardja, 2007).

5. Efek Samping

(36)

mungkin mengganggu respon antibodi. Rifampisin menginduksi enzim mikrosomal (misalnya, sitokrom P-450). Jadi obat ini dapat meningkatkan eliminasi antikoagulan dan kontrasepsi. Tambahan lagi, pemberian rifampisin dengan ketokonazol, siklosporin atau kloramfenikol menimbulkan menurunnya kadar serum dari obat tersebut secara bermakna. Rifampisin meningkatkan ekskresi metadon dalam urin, menurunkan konsentrasi metadon dalam plasma, dan dapat menimbulkan gejala putus obat dari metadon (Katzung, 2008).

6. Peringatan Penggunaan Rifampisin

(37)

D. Tikus Putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley

1. Klasifikasi Tikus Putih

Klasifikasi tikus putih adalah

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentai

Subordo : Odontoceti

Familia : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus (Natawidjaya, 1983).

2. Jenis Tikus Putih

Tikus putih (Rattus norvegicus) merupakan hewan pengerat dan sering digunakan sebagai hewan percobaan atau digunakan untuk penelitian, dikarenakan tikus merupakan hewan yang mewakili dari kelas mamalia, sehingga kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme biokimianya, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran darah dan ekskresi menyerupai manusia (Isroi, 2010).

(38)

banyak, lebih tenang dan ukurannya lebih besar daripada mencit. Tikus putih juga memiliki ciri-ciri : albino, kepala kecil dan ekor lebih panjang dibandingkan badannya, pertumbuhan cepat, tempramen baik, kemampuan laktasinya tinggi dan tahan terhadap perlakuan. Keuntungan utama tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley adalah ketenangan dan kemudahan penanganannya (Isroi, 2010).

3. Biologi Tikus Putih

(39)

Tabel 2. Data Biologis Tikus Putih (Rattus norvegicus)

galur Sprague Dawley

DATA BIOLOGI KETERANGAN

Lama hidup 2,5-3,5 tahun

Berat Badan

Newborn 5-6g

Pubertas 150-200g

Dewasa jantan 300-800g

Dewasa betina 200-400g

Reproduksi Kematangan seksual 65-110 hari

Siklus estrus 4-5 hari

Gestasi 20-22 hari

Penyapihan 21 hari

Fisiologi

Suhu tubuh 35,90-37,50 C

Denyut Jantung 250-600 kali/menit

Laju nafas 66-144 kali/menit

Tekanan darah diastolic 60-90 mmHg Tekanan darah sistol 75-120 mmHg Feses

Padat, berwarna coklat tua, bentuk memanjang dengan ujung membulat

Urin Jernih dan berwarna kuning

Konsumsi makan dan air Konsumsi makanan 15-30 g/hari atau 5-6

g/100Gbb

Konsumsi air 24-60 ml/hari atau 10-12

(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only control group design.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

(41)

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur

Sprague Dawley berumur 10-16 minggu dengan berat badan antara 100-150 gram yang diperoleh dari Laboratorium Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor. Sampel penelitian dipilih secara acak yang dibagi dalam 5 kelompok. Banyaknya jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Frederer (dalam Birawati, 2012).

Rumus Frederer:

Keterangan:

n = besar sampel dalam tiap kelompok t = banyaknya kelompok

Perhitungan jumlah minimal tikus yang digunakan dalam tiap kelompok:

(42)

Berdasarkan perhitungan tersebut, dalam percobaan ini digunakan sampel sebesar 5 ekor tikus putih untuk tiap kelompok, sehingga jumlah total sampel yang digunakan adalah 25 ekor. Satu kelompok berjumlah 5 ekor yang ditempatkan dalam satu kandang.

Kriteria inklusi:

1) Sehat (tidak tampak penampakan rambut kusam, rontok, atau botak, dan bergerak aktif)

2) Memiliki berat badan sekitar 100-150 gram 3) Berjenis kelamin jantan

4) Berusia sekitar 10-16 minggu.

Kriteria eksklusi:

1) Sakit (penampakan rambut kusam, rontok atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif)

2) Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% selama masa adaptasi di BPPV

3) Mati selama masa pemberian perlakuan.

D. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

(43)

mangostana Linn.) dengan dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB, dan 800 mg/kgBB.

2. Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: a) Kandang tikus putih

b) Neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 gr, untuk menimbang berat tikus

c) Sonde lambung d) Spuit 1 cc dan 3 cc

e) Handschoen

f) Tabung vacutainer non EDTA (Gel and Clot Activator) 3 ml g) Rak tabung vacutainer

h) Label dan pena i) Sentrifuse 4000 rpm j) Mikropipet 200 µL k) Tipp biru

(44)

E. Prosedur Penelitian

1. Adaptasi Tikus

Tikus putih sebanyak 25 ekor dilakukan pengelompokan dalam 5 kandang dimana masing-masing kandang terdiri dari 5 tikus. Sampel diadaptasikan di BPPV selama 7 hari. Kemudian dilakukan penimbangan dan penandaan untuk menentukan dosis. Selama masa adaptasi tikus diberi makan dan minum berupa pelet dan akuades.

2. Prosedur Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis

a) Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Manggis

Proses pembuatan ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) dalam penelitian ini menggunakan etanol sebagai pelarut. Penelitian ini menggunakan pelarut etanol 40 .

(45)

dengan Rotary evaporator pada suhu 40 sehingga akhirnya diperoleh ekstrak kental.

b) Cara Perhitungan Dosis Ekstrak Kulit Manggis

Dosis kulit manggis pada ekperimen ini adalah 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB, dan 800 mg/kgBB, dimana dosis tersebut mempengaruhi sel yang rusak (Nugroho, 2009).

Dosis untuk 100 gram tikus adalah 20 mg. Dalam penelitian ini kelompok kontrol normal dan kontrol negatif tidak diberikan ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.). Dosis pertama ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) diambil dari dosis normal tikus, sedangkan dosis kedua diambil dari hasil pengalian 2 dosis pertama dan dosis ketiga diambil dari hasil pengalian 4 dari dosis pertama atau 2 dari dosis kedua (Bahri et al., 2012).

1. Dosis untuk tiap tikus kelompok III 20 mg/100gBB

2. Dosis untuk tiap tikus kelompok IV 20 mg/gBB 40 mg/100gBB 3. Dosis untuk tiap tikus kelompok V

20 mg/gBB 80 mg/100gBB

Dosis tikus (100g) 200 mg/kgBB 100 gBB

(46)

Volume ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) diberikan secara oral sebanyak 1 ml yang merupakan volume yang boleh diberikan berdasarkan pada volume normal lambung tikus yaitu 3-5 ml. Jika volume ekstrak melebihi volume lambung, dapat berakibat dilatasi lambung secara akut yang dapat menyebabkan robeknya saluran cerna (Ngatidjan, 2006).

3. Prosedur Pemberian Dosis Rifampisin

Dosis rifampisin yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Dhulley & Naik pada tahun 1998 tentang modulasi toksisitas rifampisin pada tikus putih Sprague Dawley dengan induksi interferon yang diperoleh dari Aspergillus ochraceus didapatkan dosis 1 g/kgBB tikus per hari sudah dapat menginduksi peningkatan enzim sitokrom P-450, peroksidase lipid, aktivitas Super Oxide Dismutase (SOD), trombositopenia, anemia hemolitik, leukopenia transien dan peningkatan nucleated cell pada sumsum tulang belakang serta penurunan berat kelenjar thymus secara signifikan pada tikus.

Hal ini berarti berat tikus rerata sekitar 100 g atau 0,1 kg maka dosis perekor tikus sebesar :

(47)

Dosis rifampisin yang dipilih adalah rifampisin tablet sediaan 600 mg, hal ini dikarenakan pemberian peroral. Rifampisin tablet digerus dan dilarutkan dalam 6 ml aquadest.

Jadi, dalam 1 ml aquades terdapat 100 mg rifampisin. Volume yang diberikan pada setiap tikus adalah 1 ml.

4. Prosedur Penelitian

a) Pada penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan dalam 5 kelompok diadaptasikan di BPPV selama 7 hari sebelum diberi perlakuan.

b) Dilakukan pengukuran berat badan masing-masing tikus dan diberi tanda sesuai kelompoknya.

c) Kelompok I sebagai kontrol normal, hanya yang diberi aquades. Kelompok II sebagai kontrol patologis atau kontrol negatif diberikan rifampisin dengan dosis 100 mg/100gBB per tikus. Kelompok III, IV dan V diberikan induksi rifampisin sebesar

x

(48)

100 mg/100gBB per tikus. Kemudian selang 2 jam, kelompok III adalah kelompok perlakuan coba dengan pemberian dosis ekstrak etanol kulit manggis dengan dosis 20 mg/100gBB, kelompok IV dengan dosis ekstrak etanol kulit manggis sebanyak 40 mg/100gBB dan kelompok V dengan dosis ekstrak etanol kulit manggis sebanyak 80 mg/100gBB. Masing-masing diberikan secara peroral dengan spuit 1 cc bersonde tumpul selama 14 hari.

d) Setelah 14 hari, perlakuan diberhentikan. Tikus dikeluarkan dari kandang dan ditempat terpisah dengan tikus lainnya kemudian ditunggu beberapa saat untuk mengurangi penderitaan pada tikus akibat aktivitas antara lain: pemindahan, penanganan, gangguan antar kelompok, dan penghapusan berbagai tanda yang pernah diberikan. Setelah itu, tikus dianestesi dengan Ketamine-xylazine 75-100 mg/kg + 5-10 mg/kg secara IP kemudian tikus di euthanasia berdasarkan Institusional Animal Care and Use Committee (IACUC) menggunakan metode

(49)

cc, kemudian langsung dimasukkan ke dalam vacutainer SST(Yellow Top) yang sudah berisi Clot activator dan Inner separator.

e) Darah yang sudah berhasil didapatkan, dipusingkan selama 10-20 menit pada kecepatan 4000 rpm. Serum yang terbentuk dipisahkan dari endapan sel-sel darah dengan menggunakan mikropipet sebanyak 200 µL. Kemudian ditampung dalam capp sampel dan diletakkan pada rak untuk dilakukan pemeriksaan dengan alat Chemistry Autoanalyzer Diagnostic COBAS INTEGRA 400 plus.

f) Pengukuran aktivitas enzim ALT diperiksa menggunakan spektrofotometri 340 nm dengan metode

kinetik-International Federation of Clinical Chemistry (IFCC) dan pembacaan hasil secara otomatis oleh alat ini. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Serologi RSUD Abdul Moeloek. Prinsip kerja:

L alanine 2 oxoglutarate L glutamate pyruvate Pyruvate NADH H+ D –lactate NAD+

ALT

(50)

Interpretasi hasil pengamatan

Timbang berat badan tikus putih jantan galur Sprague Dawley

K1 K2 K3 K4 K5

Tikus di adaptasikan selama 7 hari

Tikus diberi perlakuan selama 14 hari

Cekok Cekok Cekok Rifampisin Rifampisin Rifampisin

100mg/hari 100 mg/hari 100 mg/hari

Cekok Cekok Cekok Cekok Cekok

Aquadest Rifampisin Kulit Manggis Kulit Manggis Kulit Manggis

100mg/hari 20 mg/100gBB 40 mg/100gBB 80 mg/100gBB

Setelah 14 hari perlakuan, tikus dianesthesia dan dieuthanasia

Dilakukan pengambilan darah tikus dan ditampung dengan tabung vacutainer

Pengukuran aktivitas enzim ALT di Laboratorium Serologi RSUDAM

Gambar 4. Diagram alur penelitian

(51)

F. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Identifikasi Variabel

a) Variabel independen : Ekstrak etanol kulit manggis

b) Variabel dependen : Aktivitas enzim ALT tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin.

2. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3. Definisi operasional variabel

Variabel Definisi Skala

Dosis ekstrak

Ekstrak etanol kulit manggis yang diberikan pada perlakuan berupa cairan yang diberikan per oral dengan menggunakan spuit 1 cc dan sonde tumpul dengan berbagai macam dosis yang berbeda pada tiap kelompok percobaan. Dosis ekstrak etanol kulit manggis terdiri dari 20 mg/100gBB, 40 mg/100gBB, dan 80 mg/100gBB.

Pengamatan terhadap aktivitas enzim ALT melalui serum pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin 100 mg per oral berupa ada tidaknya perbedaan aktivitas enzim ALT pada tikus putih jantan dengan kelompok kontrol normal yang tidak diberi perlakuan hanya diberi pelet dan air maupun kelompok kontrol negatif yang diberi rifampisin tanpa ekstrak etanol kulit manggis maupun kelompok perlakuan I, II, III yang diberi rifampsin dan ekstrak etanol kulit manggis selama 14 hari.

Numerik

(52)

G. Analisis Data

Seluruh data yang diperoleh dari kegiatan penelitian dicatat secara rinci dan sistematis, kemudian dianalisis dengan program komputer. Hasil penelitian dianalisis apakah memiliki distribusi normal atau tidak secara statistik dengan uji normalitas Shapiro-Wilk (p>0,05) karena jumlah

sampel ≤50. Kemudian, dilakukan uji Levene untuk mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data memiliki varians yang sama atau tidak. Jika varians data berdistribusi normal dan homogen, dilanjutkan dengan metode uji parametrik one way analysis of varian (ANOVA). Bila tidak memenuhi syarat uji parametrik, digunakan uji nonparametrik Kruskal-Wallis. Hipotesis dianggap bermakna bila p<0,05. Jika pada uji one way

ANOVA atau Kruskal-Wallis menghasilkan nilai p<0,05, maka dilanjutkan dengan melakukan analisis Post-Hoc Least Signifikan Difference (LSD) atau Mann-Whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok perlakuan.

H. ETIKA PENELITIAN

Penelitian ini telah diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lampung untuk mendapatkan etchical clearance, dengan menerapkan prinsip 3R dalam protokol penelitian, yaitu:

(53)

terdahulu maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh makhluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan.

2) Reduction, adalah pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang optimal. Dalam penelitian ini sampel dihitung berdasarkan rumus Frederer yaitu (n-1) (t-1) ≥ 15, dengan n adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok perlakuan.

3) Refinement, adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi, dengan prinsip dasar membebaskan hewan coba dalam beberapa kondisi:

a. Bebas dari rasa lapar dan haus, pada penelitian ini hewan coba diberikan pakan standar dan minum secara ad libitum. b. Bebas dari ketidak-nyamanan, pada penelitian hewan coba

ditempatkan di animal house dengan suhu terjaga 20-25°C, kemudian hewan coba terbagi menjadi 3-4 ekor tiap kandang. Animal house berada jauh dari gangguan bising dan aktivitas manusia serta kandang dijaga kebersihannya sehingga, mengurangi stress pada hewan coba.

(54)

menggunakan nasogastric tube dilakukan dengan mengurangi rasa nyeri sesedikit mungkin, dosis perlakuan diberikan berdasarkan pengalaman terdahulu maupun literatur yang telah ada.

Prosedur pengambilan sampel pada akhir penelitian telah dijelaskan dengan mempertimbangkan tindakan manusiawi dan anesthesia serta

(55)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin yaitu dapat mencegah peningkatan aktivitas enzim ALT.

2. Peningkatan dosis ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana

Linn.) meningkatkan manfaat dalam mencegah terjadinya peningkatan aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin.

B. Saran

(56)

a) Untuk Pemerintah

Memfasilitasi pemanfaatan dan pengembangan dalam penggunaan kulit manggis maupun daging buah manggis serta tanaman asli Indonesia lainnya sebagai pengobatan herbal.

b) Untuk Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Mengembangkan penelitian di bidang ilmu yang terkait dengan

agromedicine sehingga visi FK Unila dapat tercapai pada tahun 2025.

c) Untuk Peneliti Selanjutnya

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, N. 2007. Diagnostik Hepatitis Akut dan Kronis. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Jakarta.

American Veterinary Medical Association. 2013. Guidelines for Euthanasia of Animals. pp. 30, 38, 48.

https://www.avma.org/KB/Policies/Documents/euthanasia.pdf. (15 Desember 2013).

Amirudin, R dan Nella, S. 2006. Peran Radikal Bebas Pada Penyakit Hati Kronis. Diagnosticum. Prodia Diagnosticum Educational Service. Bandung.

Bahri, S., Sitorus, P., Pasaribu, F. 2012. Uji ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) terhadap penurunan kadar glukosa darah.

Journal of Pharmaceutics and Pharmacologi.Vol. 1(1):1-8.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. 2010. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/eng/agritek_teknologi.php. Diakses 28 September 2013.

Birawati, S. 2012. Pengaruh pemberian seduhan kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) terhadap gambaran histopatologi tubulus proksimal ginjal mencit jantan galur DD Webster. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Dahlan, S. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.

Dhuley, J.N and Naik, S.R. 1998. Modulation of rifampicin toxicity by 6 MFA, an interferon inducer obtained from fungus Aspergillus ochraceus.

Department of Pharmacology and Toxicology, Research Centre, Hindustan Antibiotics Limited, Pimpri. India. Pune-411 018.

(58)

Gaze, D.C. 2007. The role of existing and novel cardiac biomarkers for cardioprotection. Curr. Opin. Invest. Drugs. 8 (9): 711-7.

Guyton, A.C and Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 10. EGC. Jakarta.

Hartanto, S.B. 2011. Mengobati Kanker Dengan Manggis. Penerbit Second Hope. Yogyakarta. Hal. 24.

Hasyim, A dan Iswari, K. 2008. Manggis Kaya Antioksidan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

International Federation of Clinical Chemistry (IFCC). 2004. Photometric UV-test for Determination of Alanin Aminotransferase (GPT/ALAT) and Aspartat Aminotransferase (GOT/ASAT). Jakarta: Rajawali Nusindo.

Isroi. 2010. Biologi Rat (Rattus norvegicus). 10 September 2013.

Jung, A.H., Su, B.N., Keller, W.J., Mehta, R.G., and Kinghorn, A.D. 2006.

Clinical Validation of Mangosteen. Includes Scientific Papers, Research Papers, University Studies & Articles.

Katzung. 2008. Basic Clinical Pharmacology Edisi 9. Mc. Garw Hill. 635-640. Mardiana, L. 2011. Ramuan dan Khasiat Kulit Manggis. Penebar Swadaya.

Jakarta. Halaman 6.

Nakatani K., Nakahata N., Arakawa T., Yasuda H., Ohizumi Y. 2004. Inhibition of cyclooxygenase and prostaglandin E2 synthesis by gamma-mangostin, a xanthone derivative in mangosteen, in C6 rat glioma cells. Biochem Pharmacol. 63(1):73-79.

Natawidjaya, P. 1983. Mengenal Beberapa Binatang Di Alam Sekitarnya. Pustaka Dian. Jakarta.

Ngatidjan, P.S. 2006. Metode laboratorium dan Toksikologi. Bagian Farmakologi dan Toksikologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Nugroho, A.E. 2009. Dari Kulit Buah yang Terbuang hingga Menjadi Kandidat Sebuah Obat. Bagian Farmakologi dan Toksikologi. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

(59)

Pillchos C, Perrea D, Demorakou M, Preza A, Donta I. 2004. Management of carbon tetrachloride-induced acute liver injury in rats by syngeneic hepatocyte transplantation inspleen and peritoneal cavity. World Journals Gasroenterol 10: 2099- 2112.

Podolsky dan Isselbacher, 2008. Tes Diagnostik pada Penyakit Hati. Dalam:

Harisson Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13.Volume 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal: 1623-1624.

Prabowo, A.Y. Perbandingan pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan ekstrak daun ceplukan (Physalis angulata L) terhadap gambaran histopatologi hepar pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Prihatni D. Ida P. Idaningroem S. Coriejati R. 2005. Efek hepatotoksik tuberkulosis terhadap kadar aspatate aminotransferase dan alanin aminotransferase serum penderita tuberkulosis paru. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. Vol.12.No 1.Nov 2005:15. Purnama, B.P. 2007. Hepatotoksisitas Imbas Obat. In: Sudoyo, A.W.,

Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, K.M., Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. 4th ed. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta. 471-2.

Ridwan E. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan. J Indon Med Assoc. 63(3): 112-6.

Sacher, R.A dan McPherson, R.A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. EGC. Jakarta.

Soeryadi, J.N.S. 2013. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) Pengeringan Matahari Langsung dan Freeze Drying. Calyptra:Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.II No 1.

Sulistianto, D.E., Harini, M., Handajani, N.S. 2004. Pengaruh pemberian ekstrak mahkota dewa terhadap struktur histologis hepar tikus putih (Rattus norvegicus) setelah perlakuan dengan karbon tetraklorida (CCL4) secara oral. (Skripsi). Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Syarif, A., Estuningtya, A., Arif d.k.k. 2009. Farmakologi dan Terapi. Vol. 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.

(60)

Tostmann, A., Boeree, M.J., Aarnoutse, R.E., Lange, W.C.M., Ven, A.J.A.M., dan Dekhuijzen, R. 2007. Antituberculosis drug-induced hepatotoxicity: Concise up-to-date review. Journal of Gastroenterology and Hepatology, 23:192-202.

Universitas Lampung. 2006. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Weecharangsan, W., Opanasopit, P., Sukma, M., Ngawhirunpat, T., Sotanaphun, U., Siripong, P. 2006. Antioxidative and neuroprotective activities of extracts from the fruit hull of mangosteen (Garcinia mangostana Linn.).

Med Princ Pract. 15(4):281-287.

World Health Organization. 2012. Research guidelines for evaluating the safety and efficacy of herbal medicines. Manila: World Health Organization Regional Office for the Western Pacific.

Wu, D. and Cederbaum, W.I. 2004. Alcohol, oxidative stress, and free radical damage. Pubmed. 27(4):27-84.

Gambar

Gambar 1. Pengaruh xanthone dan antosianin terhadap radikal bebas akibat rifampisin (Nugroho, 2009; Jung et al., 2006; Weecharangsan et al., 2006; Prabowo, 2012)
Gambar 2. Kerangka konsep
Tabel 2.  Data Biologis Tikus Putih (Rattus norvegicus)  galur Sprague Dawley
Gambar 4. Diagram alur penelitian

Referensi

Dokumen terkait

SMU Barana’ tempat saya menjalankan masa remaja, terima kasih untuk segala ilmu dan didikan yang saya dapatkan, hal itu yang membuat saya. bertahan melalui sisa masa remaja

Berdasarkan senyawa-senyawa volatil yang teridentifikasi, terdapat korelasi antara senyawa – senyawa tersebut dengan karakter aroma yang telah dideskripsikan panelis pada FGD,

Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah “Diduga kinerja keuangan pada PT.(Persero) Angkasa Pura 1 Bandara Adi Soemarmo Solo cukup baik dilihat dari rasio keuangan yang

penelitian ini adalah berupa pendapat hukum tentang Hubungan Antara Motif Dengan Sanksi Pidana Bagi Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Keluarga yang diperoleh dari

Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa informan menjelaskan bahwa masih terdapat orang tua yang mengajukan perubahan akta kelahiran, jika dipahami secara

Pada pola usaha III didapat nilai switching value terhadap penurunan harga output dan penurunan produksi sebesar 15,56 persen, ini mengandung arti bahwa

mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood) berempati serta kemampuan bekerja sama. Kedua jenis intelegensi ini sangat diperlukan dalam proses pembelajaran

Untuk mengkaji hubungan ini maka perlu dilakukan penelitian yaitu “ Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Pola Komunikasi Organisasi Dengan Motivasi Kerja Guru