• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) PADA SISWA KELAS VIII SMP KARTIKATAMA METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) PADA SISWA KELAS VIII SMP KARTIKATAMA METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN

TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) PADA SISWA KELAS VIII SMP KARTIKATAMA METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh Lailiyah

Abstrak: Penelitian komparatif hasil belajar IPS terpadu pada kemampuan pengetahuan, kemampuan sikap sosial, dan kemampuan keterampilan berbicara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan two stay two stray (ts-ts). Belajar merupakan perubahan perilaku dari segi kemampuan pengetahuan, kemampuan sikap dan kemampuan

keterampilan yang terjadi dalam diri siswa akibat adanya interaksi sehingga dapat diketahui hasil belajarnya sebagai hasil akhir dari proses pembelajaran yang dicapai oleh siswa di sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu dan uji hipotesis menggunakan analisis multivariate of varian. Berdasarkan analisis data diperoleh: 1) Rata-rata hasil belajar siswa pada

kemampuan pengetahuan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

pembelajaranya menggunakan model kooperatif tipe talking stick (Fhitung > Ftabel / 9,658 > 3,15). 2) Rata-rata hasil belajar siswa pada kemampuan sikap sosial yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe talking stick lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajaranya menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray (Fhitung > Ftabel / 11,356 > 3,15). 3) Rata-rata hasil belajar siswa pada kemampuan keterampilan berbicara yang pembelajarannya

menggunakan model kooperatif tipe talking stick lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajaranya menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray (Fhitung > Ftabel / 15,938 > 3,15).

(2)
(3)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN

TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) PADA SISWA KELAS VIII SMP KARTIKATAMA METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

LAILIYAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Teknik Pelaksanaan Model Pembelajaran TSTS ... 21

2. Kerangka Pikir ... 30

3. Desain Penelitian ... 32

4. Hasil Post-Test Kemampuan Pengetahuan Kelas Eksperimen ... 67

5. Hasil Kemampuan Sikap Sosial Kelas Eksperimen ... 69

6. Hasil Kemampuan Keterampilan Berbicara Kelas Eksperimen ... 70

7. Hasil Post-Test Kemampuan Pengetahuan Kelas Kontrol ... 72

8. Hasil Kemampuan Sikap Sosial Kelas Kontrol ... 74

9. Hasil Kemampuan Keterampilan Berbicara Kelas Kontrol ... 75

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen/ VIII A (Model Pembelajaran Talking Stick)

2. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol/VIII B (Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray)

3. Silabus

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol 6. Kisi-kisi Hasil Belajar

7. Soal dan Kunci Jawaban Pre Test dan Post Test

8. Lembar Penilaian Kemampuan Sikap Sosial dan Kemampuan Keterampilan Berbicara

9. Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen 10.Pembagian Kelompok Kelas Kontrol 11.Hasil Uji Validitas Instrumen

12.Hasil Uji Reliabilitas Instrumen 13.Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal 14.Hasil Uji Daya Beda Soal

15.Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen 16.Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Kontrol

17.Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 18.Uji Homogenitas dan Uji MANOVA

Surat Penelitian Pendahuluan Surat Izin Penelitian

Surat Balasan Penelitian

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai Ujian Mid Semester Mata Pelajaran IPS Terpadu Siswa Kelas

VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 2

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 18

3. Penelitian yang Relevan ... 22

4. Definisi Operasional Variabel ... 40

5. Kisi-kisi Soal Post Test Kemampuan Pengetahuan ... 40

6. Kisi-Kisi Kemampuan Skap Sosial ... 41

7. Kisi-kisi Kemampuan Keterampilan Berbicara ... 42

8. Interpretasi Koofisien Korelasi ... 46

9. Keadaan Gedung SMP Kartikatama Metro... 54

10.Fasilitas Belajar SMP Kartikatama Metro ... 55

11.Jumlah Tenaga Kerja dan Staf TU SMP KartikatamaMetro ... 56

12.Data Tingkat Pendidikan Guru SMP Kartikatama Metro ... 56

13.Daftar Nama Guru SMP Kartikatama Metro ... 57

14.Distribusi Frekuensi hasil Post Test Kelas Eksperimen ... 66

15.Distribusi Frekuensi hasil Kemampuan Sikap Kelas Eksperimen ... 67

16.Distribusi Frekuensi hasil Kemampuan keterampilan Kelas Eksp ... 69

17.Distribusi Frekuensi hasil Post Test Kelas Kontrol ... 71

18.Distribusi Frekuensi hasil Kemampuan Sikap Kontrol ... 73

19.Distribusi Frekuensi hasil Kemampuan keterampilan Kontrol ... 74

20.Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 77

21.Hasil Uji Normalitas Sampel Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 80

22.Hasil Uji Homogenitas Varians Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 81

23.Hasil Uji Homogenitas matriks varian/covarian ... 81

24.Analisis Manova ... 82

25.Tests of Between-Subjects Effects ... 84

(7)
(8)
(9)

Moto

“Baik di mata manusia tidak menjamin baik pula di mata-Nya”

(Lailiyah)

“Akan sulit jika dibayangkan namun terasa lebih mudah jika dijalankan”

(Istiqomah)

“Membaca Al-Qur’an adalah obat penenang hati paling mujarab”

(Lailiyah)

“Sukses adalah pencapaian sesuatu yang telah direncanakan sehingga menghasilkan suatu perubahan

tertentu baik pada dirinya ataupun lingkungannya”

(Hengki Yuliansyah)

“Cinta adalah kekuatan terbesar yang dimiliki setiap orang sejak lahir, maka kenalilah cintamu sebelum dia

menaklukan hatimu”

(10)
(11)

Alhamdulillah Hirobbil Alamin....Segala puji hanya kehadirat Allah SWT. Rabb semesta alam atas izin dan

ridho-Nya, hingga selesai sudah karya sederhanaku.

Kupersembahkan dengan tulus kepada:

Kedua orang tua tercinta yang penuh dengan kesabaran dalam menbesarkan dan mendidikku, do’a, serta semangat untuku meraih cita-cita dan ridho-Nya. Semoga

Allah SWT. selalu memberikan kemulyaan di dunia dan di akhirat.

Mbakku Arni, Mas Touhit, Adek Isti, Ayu Wulandari dan keluarga besarku yang selalu memberikan motivasi,

semangat dan do’a untuk kesuksesanku.

Mbah tersayang yang g’ pernah bosan ngasih siraman rohani buat cucumu yang masih sering lupa akan

kewajibannya.

Para pendidik yang ku hormati

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kelurahan Banding Agung,

Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat pada tanggal 04 November 1993 dengan nama lengkap Lailiyah, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, putri dari pasangan Bapak Sudarno dan Ibu Ngaziah.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. SDN 1 Banding Agung Lampung Barat diselesaikan pada tahun 2005 2. SMP Negeri 2 Suoh Lampung Barat diselesaikan pada tahun 2008 3. SMA Bustanul Ulum Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2011

(13)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji hanya bagi-Nya. Rabb semesta alam

yang tiada henti memberikan hidayah dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skipsi yang berjudul “Studi

Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dan Two Stay Two Stray (TS-TS) pada Siswa Kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015”. Shalawat beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Uswatun Khasanah kita

Rasulullah Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.

Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu dalam penyelesaian tugas skripsi ini.

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Abdurrahman, M. Si, selaku Wakil Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Dr. Muhammad, M.Hum., selaku Wakil Dekan III FKIP Unila. 5. Bapak Drs. Zulkarnain,M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

(14)

dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa. 8. Bapak Dr. Hi. Edy Purnomo, M.Pd selaku penguji.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

10. Bapak Sutarno, S.Pd.,M.Pd. Selaku Kepala Sekolah SMP Kartikatama Metro dan Ibu Ermawati, S.Pd. sebagai guru mata pelajaran IPS Terpadu SMP kartikatama Metro.

11. Ayah dan Ibu tersayang, terimakasih telah mendidikku menjadi putri kecil yang selalu tersenyum meskipun terkadang air mata menyapa, doa, kasih sayang, dan semua pengorbananmu tiada pernah bisa dinilai dari segi apapun. Semoga kelak Allah SWT menyediakan jannah-Nya untuk Ayah dan Ibu. Amin Ya Rabbal A’lamiin.

12. Mbak Arni, Mas Touhit, Dek Isti imut, Ponakan Ayu Wulandari serta seluruh keluarga besar tercinta, terima kasih atas support, do’a, perhatian, kasih sayang, motivasi, dan pengorbanannya selama ini, selalu menjagaku sepanjang umur ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya untuk kalian. Amin Ya Rabbal A’lamiin.

(15)

14. Untuk teman-teman seperjuanganku Economic Education ’11, Adik dan Kakak Tingkat Program Studi Pendidikan Ekonomi, terimakasih atas do’a dan kebersamaannya selama ini.

15. Keluarga besar KSR PMI (Korps Sukarela Palang Merah Indonesia) Unit Unila, terimakasih telah mendidikku dan berbagi akan indahnya suatu proses. 16. Teman-teman KKN-KT Pekon Hujung (Andre, Oka, Sandi, Nana, Ani, Fiya,

Vita, Sekar dan Hasna) bersama kalian menambah coretan indah diaryku. 17. Keluarga Besar Kosan (Meilani, Tutut, Tata, Ica) kebersamaan singkat ini

akan menambah catatan dan menghabiskan tinta warna, semoga silaturahim kita tetap terjaga.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang hati dan ucapan terimakasih. Namun demikian, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis,

(16)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN RIWAYAT HIDUP HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO

SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian ... 8

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN DIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... ... 10

1. Hasil Belajar ... 10

2. Belajar ... 12

3. Pembelajaran Kooperatif ... 15

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick ... 18

5. Model Pembelajaran kooperatif Tipe Two Stay Two Stray ... 19

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

C. Kerangka Pikir ... 25

(17)

1. Desain Penelitian ... 32

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 38

E. Kisi-Kisi Instrumen ... 40

3. Uji Homogenitas Matriks Varian/covarian ... 49

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 50

1. Analisis Manova ... 50

2. Pengujian Hipotesis ... 51

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 53

1. Sejarah Berdirinya SMP Kartikatama Metro ... 53

2. Keadaan Gedung SMP Kartikatama Metro ... 54

3. Keadaan Guru dan Karyawan SMP Kartikatama Metro ... 55

4. Visi SMP Kartikatama Metro ... 58

5. Misi SMP Kartikatama Metro ... 58

6. Tujuan SMP Kartikatama Metro ... 60

7. Proses Belajar Mengajar ... 62

B. Implementasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran ... 62

C. Deskripsi Data ... 65

1. Deskripsi Data Kelas Eksperimen ... 65

2. Deskripsi Data Kelas Kontrol ... 71

D. Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .... 76

E. Uji Persyaratan Analisis Data ... 79

1. Uji Normalitas ... 79

(18)

1. Analisis Manova ... 82 2. Pengujian Hipotesis ... 85 G. Pembahasan ... 88

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .. ... 94 B. Saran ... . ... 95

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat mengakibatkan persaingan di berbagai aspek kehidupan. Era persaingan global saat ini mendorong pendidikan menjadi salah satu aspek penting dalam meningkatkan sumberdaya manusia guna mendukung pembangunan bangsa, melalui pendidikan dapat dilahirkan generasi-generasi yang cerdas, berakhlak dan terampil sebagai salah satu modal untuk membuat perubahan yang lebih baik. Upaya yang harus dilakukan dalam menyikapi era persaingan global salah satunya adalah dengan mengoptimalkan kualitas pendidikan yang ada.

(20)

peran lembaga pendidikan formal sebagai sarana untuk mengoptimalkan kualitas peserta didik yang meliputi kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Salah satu upaya dalam pencapaian kemampuan tersebut melalui pembelajaran IPS Terpadu, salah satu mata pelajaran yang menitikberatkan pada nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

SMP Kartikatama Metro adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki tugas dalam mengoptimalkan kualitas sumberdaya manusia.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan terkait kualitas kemampuan peserta didik yaitu kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Permasalahan pada kemampuan pengetahuan terlihat pada pencapaian hasil belajar yang diperoleh siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro pada mata pelajaran IPS Terpadu, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Mid Semester Mata Pelajaran IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015

No Kelas Interval Nilai Jumlah

Siswa <78 ≥78

1 VIII.A 17 13 30

2 VIII.B 22 10 32

3 VIII.C 23 7 30

4 VIII.D 20 12 32

5 VIII.E 15 13 28

6 VIII.F 24 7 30

Jumlah

Siswa 120 62 182

Persentase (%) 65,9 34,1 100 Sumber: Guru mata pelajaran IPS Tepadu SMP Kartikatama Metro

(21)

Menurut Djamarah (2006: 128) apabila persentase siswa tuntas belajar kurang dari 65%, maka persentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut masih tergolong rendah. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015 belum dapat menguasai pelajaran secara optimal.

Berdasarkan observasi awal dan wawancara diketahui beberapa permasalahan pada kemampuan sikap sosial siswa terutama pada mata pelajaran IPS Terpadu. Hal ini terlihat sebagian siswa masih menyontek dalam mengerjakan ujian atau tugas. Siswa terkadang belum bisa menerima risiko dari tindakan yang dilakukan pada saat proses belajar mengajar. Ketika diskusi masih ada beberapa siswa tidak menerima kesepakatan yang berbeda dengan pendapatnya. Keaktifan dalam kerja kelompok dan mendahulukan kepentingan kelompok juga masih belum terlihat, sebagian besar siswa pasif dan mengutamakan kepentingan sendiri pada saat proses pembelajaran. Hal ini dapat diartikan bahwa hasil belajar siswa pada kemampuan sikap belum optimal seperti sikap jujur, tanggungjawab, toleransi dan gotong royong atau kerjasama.

(22)

suara kurang sesuai dengan pesan yang disampaikan, penggunaan tata bahasa dan pemilihan kosa kata juga terkadang masih kurang tepat. Aktivitas belajar seperti ini membuktikan bahwa hasil belajar pada kemampuan keterampilan siswa dalam berbicara atau komunikasi lisan masih belum optimal.

Rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro pada mata pelajaran IPS Terpadu baik dari segi kemampuan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan diduga salah satu penyebabnya adalah penggunaan model pembelajaran yang kurang sesuai, masih menggunakan model ceramah dan diskusi sederhana yang tidak dikombinasikan dengan model mengajar lainnya sehingga mengakibatkan kurang kondusifnya situasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Memilih model pembelajaran yang tepat adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning dengan harapan akan mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa.

Sesuai pendapat Majid (2014: 172) bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dengan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai dengan enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

(23)

Model pembelajaran kooperatif ini diharapkan dapat diterapkan oleh guru untuk membantu peserta didik agar dapat memahami pelajaran lebih mudah dan menyenangkan. Namun setiap model pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, langkah-langkah pelaksanaanya juga memiliki perbedaan. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran talking stick dan two stay two stray (TS-TS). Model ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggungjawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi (Huda, 2013: 207). Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran ini dapat diterapkan pada siswa SMP Kartikatama Metro dan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa, demikian pula dengan model pembelajaran talking stick. Talking stick merupakan model pembelajarn kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab

pertanyaan dari guru (Huda, 2013: 224).

Berdasarkan uraian di atas, kedua model pembelajaran tersebut menitikberatkan kepada aktivitas siswa. Melalui kedua model tersebut diharapkan dapat

(24)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dan Two Stay Two Stray Pada Siswa Kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun

Pelajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut.

1. Hasil belajar siswa pada kemampuan pengetahuan masih tergolong rendah. 2. Hasil belajar siswa pada kemampuan sikap sosial terutama sikap jujur,

tanggungjawab, toleransi dan gotong royong masih belum optimal. 3. Hasil belajar siswa pada kemampuan keterampilan abstrak terutama pada

keterampilan berbicara atau komunikasi lisan masih belum optimal. 4. Kegiatan pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered) dan

kurangnya variasi model pembelajaran yang diterapkan sehingga siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

(25)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Apakah rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada kemampuan

pengetahuan siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe talking stick? 2. Apakah rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada kemampuan sikap sosial

siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe talking stick lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray?

3. Apakah rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada kemampuan

keterampilan berbicara siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe talking stick lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan two stay two stray dalam pencapaian hasil belajar IPS Terpadu siswa pada kemampuan pengetahuan.

(26)

3. Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan two stay two stray dalam pencapaian hasil belajar IPS Terpadu siswa pada kemampuan keterampilan.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat teoritis

a) Menyajikan informasi dan sumbangan pemikiran tentang alternatif strategi pembelajaran yang menekankan pada penerapan model

pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu siswa. b) Untuk melengkapi dan memperkaya khasanah keilmuan serta teori yang

telah diperoleh sebelumnya. 2. Manfaat praktis

a) Bagi sekolah dan guru, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat bagi perbaikan mutu pembelajaran dan

sumbangan pemikiran tentang alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu.

b) Bagi siswa, sebagai tambahan wawasan untuk meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran yang melibatkan siswa secara lebih optimal. c) Bagi peneliti sebagai bentuk praktik dan pengabdian terhadap ilmu yang

(27)

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah model pembelajaran talking stick, model

pembelajaran two stay two stray dan hasil belajar IPS Terpadu (kemampuan pengetahuan, kemampuan sikap sosial dan kemampuan keterampilan berbicara).

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan VIII B semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

3. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kartikatama Metro. 4. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini adalah pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. 5. Ruang lingkup ilmu

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan berakhirnya proses belajar”. Dari pendapat tersebut dapat

diartikan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir dari proses pembelajaran yang dicapai oleh siswa di sekolah. Besarnya tingkat keberhasilan yang dicapai dapat diketahui dari hasil belajar tersebut. Hal ini dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan yang ada pada siswa. Menurut Sani (2014: 204-205) Perubahan tersebut dapat diketahui melalui penilaian kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

(29)

dijadikan tolak ukur keberhasilan dalam proses pembelajaran, baik pada kemampuan pengetahuan, kemampuan sikap dan kemampuan keterampilan.

a. Kemampuan pengetahuan (kognitif)

Menurut Yamin (2007: 2) kemampuan kognitif adalah merangsang kemampuan berfikir, kemampuan memperoleh pengetahuan, kemampuan yang berkaitan dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan,

pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan pengetahuan siswa telah tercapai jika siswa mampu mengenal, mengetahui, memahami, mengkonsep, menentukan dan menalar materi-materi pada saat proses pembelajaran dilaksanakan.

b. Kemampuan sikap (afektif)

Menurut Yamin (2007: 9) kemampuan afektif yaitu kemampuan yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat, penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan sikap merupakan salah satu domain penting dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal jika siswa mampu mengontrol masalah emosi, perasaan dan sikap dalam menerima atau menolak sesuatu pada saat proses pembelajaran berlangsung.

c. Kemampuan keterampilan (psikomotorik)

(30)

yang berkaitan dengan gerakan fisik, seperti: kegiatan praktik,

demonstrasi dari sebuah materi pelajaran. Sesuai pendapat tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran tanpa kemampuan psikomotorik tidak akan berhasil sesuai harapan karena kemampuan psikomotorik mempengaruhi gerakan fisik siswa dan kemampuan ini mendorong siswa untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran sehingga belajar menjadi kegiatan yang menyenangkan. Hal ini sesuai pendapat Uno (2012: 193-194) sebagaimana telah dikemukakan, yang menunjukan bahwa performa terampil berasal dari rantai unit-unit stimulus response.

2. Belajar

Belajar pada dasarnya adalah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif (Majid, 2014: 63). Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku dari segi kemampuan pengetahuan, kemampuan sikap dan kemampuan keterampilan yang terjadi dalam diri siswa akibat adanya interaksi. Hasil perubahan-perubahan tersebut diharapkan tidak terhenti di satu titik saja tetapi ada tindaklanjut dari siswa agar manfaatnya dapat dirasakan oleh diri sendiri dan lingkungan atau masyarakat.

(31)

pengalaman dan latihan yang lebih banyak dibandingkan siswa lain berarti siswa tersebut telah melakukan proses belajar lebih banyak atau belajar aktif yang nantinya akan mempengaruhi hasil belajar. Belajar aktif adalah suatu usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam dirinya. Dalam proses pembelajaran terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan,

pengetahuan dan keterampilan siswa, baik dalam ranah kognitif,

psikomotorik dan afektif (Yamin, 2007: 82). Teori belajar yang mendukung penelitian ini adalah teori belajar aliran behaviorisme, kognitivisme dan humanisme.

a. Teori behaviorisme

Teori behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Teori ini memandang kehidupan individu seperti halnya molekul-molekul. Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini yaitu:

1) mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil 2) bersifat mekanistis

3) menekankan peranan lingkungan

4) mementingkan pembentukan reaksi atau respon 5) menekankan pentingnya latihan.

Sagala (syaodih sukmadinata, 2010: 42).

(32)

pendapat Watson (Budiningsih, 2005: 22) bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkahlaku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Teori tersebut menjadi salah satu pendukung dalam penelitian ini karena berkaitan erat dengan variabel yang digunakan oleh peneliti yaitu model pembelajaran talking stick, hasil belajar pada

kemampuan sikap sosial dan kemampuan keterampilan berbicara atau komunikasi lisan.

b. Teori kognitivisme

Teori belajar menurut Ausubel (Budiningsih, 2005: 43) bahwa belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif. Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui bahwa belajar merupakan kegiatan-kegiatan yang

(33)

c. Teori humanisme

Menurut teori ini tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami

lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Bloom dan Krathwohl (Budiningsih, 2005: 78) yang membagi tujuan belajar menjadi 3 kawasan yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.

Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui bahwa belajar merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa untuk mencapai hasil belajar. Siswa tidak hanya mengetahui dan memahami sebuah materi dalam

pembelajaran tetapi juga mengalami proses belajar yang melibatkan secara keseluruhan kemampuan yang dimiliki siswa, yaitu kemampuan

pengetahuan, kemampuan sikap dan kemampuan keterampilan. Teori ini menjadi landasan dalam penelitian karena tujuan penelitian adalah mengetahui dan membandingkan hasil belajar siswa secara keseluruhan yaitu hasil belajar pada kemampuan pengetahuan, kemampuan sikap sosial dan kemampuan keterampilan berbicara pada pelajaran IPS Terpadu.

3. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian pembelajaran kooperatif

(34)

adalah pembelajaran yang dilakukan bersama – sama untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi.

Menurut Majid (2014: 172) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dengan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai dengan enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan partisipasi dan keaktivan siswa dalam proses belajar mengajar. Strategi pembelajaran yang menekankan kerjasama ini akan menimbulkan lebih banyak komunikasi dan interaksi antara siswa dalam satu kelompok maupun antar kelompok sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa baik pada kemampuan pengetahuan, kemampuan sikap maupun kemampuan keterampilan.

b. Tujuan pembelajaran kooperatif

Menurut Majid (2014: 173) pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut.

1) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.

2) Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang.

3) Mengembangkan keterampilan sosial siswa antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan idea tau pendapat, bekerja dalam kelompok.

(35)

siswa kelas VIII A dan VIII B SMP Kartikatama Metro Tahun

2014/2015. Setelah siswa melakukan eksperimen ini diharapkan mampu mengorganisir tiga ranah kemampuannya yaitu kemampuan pengetahuan, kemampuan sikap dan kemampuan keterampilan.

c. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif

Menurut Majid (2014: 173) pembelajaran kooperatif mempunyai ciri/ karakteristik sebagai berikut:

1) siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar, 2) kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah,

3) bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda,

4) penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Berdasarkan karakteristik tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif lebih baik dibandingkan dengan belajar invidu. Dalam

pembelajaran kooperatif siswa mampu menuntaskan materi belajarnya dan mampu berinteraksi dengan baik karena kelompok dibentuk berdasarkan kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda.

d. Strategi pembelajaran kooperatif

Proses belajar mengajar memerlukan strategi yang sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat pembelajaran berlangsung.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok-kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, terdapat hal penting dalam strategi pembelajarn yang telah ditetapkan yaitu:

1) adanya peserta didik dalam kelompok 2) adanya aturan main

(36)

5) evaluasi proses komplek (Majid, 2014: 174).

e. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Tabel 2.Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase-Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memyiapkan siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan menyiapkan siswa belajar

Fase II

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase III

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase IV

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

Fase V Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase VI

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

4. Model pembelajaran talking stick

Talking stick merupakan model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari meteri

pokoknya. Pembelajaran talking stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.

Menurut Huda (2014: 225) sintak metode talking stick adalah sebagai berikut.

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya + 20 cm. 2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

(37)

4) Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa menutup isi bacaan.

5) Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

6) Guru memberi kesimpulan.

7) Guru melakukan evaluasi atau penilaian. 8) Guru menutup pembelajaran.

Peneliti menerapkan langkah-langkah pembelajaran sesuai tahapan di atas tetapi ada sedikit modifikasi yaitu menambahkan lagu di sini senang di sana senang versi bahasa arab dan bahasa inggris. Pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa sudah mengetahui lagu apa yang akan digunakan, ketika tongkat berputar siswa sambil bernyanyi lagu di sini senang di sana senang. Pembelajaran dengan modifikasi seperti ini dapat membuat proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dan siswa menjadi lebih aktif sehingga hasil belajar diharapkan juga akan meningkat. Kemudian Huda (2013: 227-228) mengemukakan bahwa metode ini bermanfaat karena ia mampu menguji kesiapan siswa, melatih

keterampilan mereka dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan cepat, dan mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apapun.

5. Model pembelajaran two stay two stray

Model two stay two stray adalah pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan

(38)

Sintak metode two stay two stray dapat dilihat pada rincian tahap-tahap berikut ini.

1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap

kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena pembelajaran kooperatif tipe TS-TS bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan (peer tutoring) dan saling

mendukung.

2) Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-bersama dengan anggota kelompok masing-masing. 3) Siswa bekerjasama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang.

Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.

4) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kekelompok lain.

5) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain.

6) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

7) Kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. 8) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. (Huda, 2013: 207-208).

(39)

Gambar 1.Teknik Pelaksanaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray.

Keterangan:

Siswa B dan C bertugas mencari informasi artikel yang tidak dibahas oleh kelompoknya dan berbagi hasil diskusi dengan kelompok yang dikunjungi. Siswa A dan D bertugas memberikan informasi mengenai artikel yang telah dibahas oleh kelompoknya kepada tamu yang berkunjung. Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan menurut (Lie, 2002: 60-61) kelebihan dari model two stay – two stray adalah sebagai berikut. 2) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.

3) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna. 4) Lebih berorientasi pada keaktifan.

5) Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya. 6) Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.

7) Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan. 8) Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar,

sedangkan kekurangan dari model two stay – two stray adalah sebagai berikut. 1. Membutuhkan waktu yang lama.

2. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.

3. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga). 4. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

(40)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan digunakan sebagai pembanding dalam melakukan kajian penelitian. Penelitian relevan yang dijadikan pembanding dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Penelitian yang Relevan

No. Penulis Judul Kesimpulan 1 Subrotun hasil belajar pada mata pelajaran akuntansi siswa kelas XI Ak 1 di SMK Negeri 1 Turen

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode two stay two stray (TS-TS), dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan, dan hasil belajar siswa. Persentase skor rata-rata kemampuan bertanya siswa meningkat sebesar 10,47%, dari 71,6% pada siklus I menjadi 82,07% pada siklus II, sedangkan persentase skor rata-rata kemampuan menjawab pertanyaan siswa mengalami

peningkatan sebesar 5,36%, dari 78,75% pada siklus I menjadi 84,11%. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan, persentase rata-rata nilai siswa meningkat dari 81,58% pada siklus I, pada siklus II menjadi 89,39% atau meningkat sebesar 7,81%. Lingkaran di Kelas VIII SMP

1.Tidak ada perbedaan signifikan antara kemampuan awal (pretes) siswa kelas eksperimen A (45,72) dengan siswa kelas eksperimen B (42,78) pada pokok bahasan lingkaran di kelas VIII SMP Muhammadiyah 16 Medan (t hit < t tab yaitu 1,227 < 2,00) 2.Hasil belajar matematika siswa yang

diajarkan dengan model

(41)

Muhammadiyah 16 Lubuk Pakam

diajarkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (74,56) pada pokok bahasan lingkaran di kelas VIII SMP Muhammadiyah 16 Lubuk Pakam (thitung > ttabel yaitu 4,460 > 2,00) dengan besarnya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TSTS terhadap hasil belajar matematika siswa sebesar 12,1% dibandingkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD 3 Ayu Magnet Melalui Penerapan Model Pembelajaran Tipe two stay two stray

Pada tahap pra tindakan,nilai rata-rata yang dicapai siswa sebesar 62,5 dengan ketuntasan klasikal 28% atau sekitar 7 siswa yang mempunyai nilai di atas KKM (75). Setelah diadakan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 71,38 dengan ketuntasan klasikal mencapai 72% atau 18 siswa mendapat nilai di atas KKM (75) Namun, karena indikator kinerja pada penelitian ini yaitu ketuntasan 85% belum tercapai, maka dilanjutkan tindakan pada siklus II. kolaborasi think pair share-talking stick untuk

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di kelas X AK 1 SMK Muhammadiyah 3 Singosari

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode

pembelajaran kolaborasi think pair share-talking stick dapat

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di kelas X Ak 1 SMK Muhammadiyah 3 Singosari.

Peningkatan keaktifan siswa tampak dari perubahan perilaku siswa setelah dilakukan tindakan. Siswa menjadi percaya diri dalam menjawab pertanyaan maupun mengemukakan pendapatnya. Siswa mulai terlatih untuk menyelesaikan tugasnya secara individu terlebih dahulu. Jika siswa menemukan kesulitan, siswa bertanya kepada guru ataupun

mendiskusikannya dengan temannya. Siswa juga tampak lebih antusias dan lebih bersemangat ketika tahap Share dilakukan seperti permainan

(42)

diiringi musik. Begitu pula hasil belajar siswa setelah pelaksanaan siklus II, 86,8% dari 38 siswa atau sebanyak 33 siswa telah tuntas belajar. Hasil ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil post test yang dilakukan dilakukan di akhir tindakan I, yaitu sebesar 60,53% dari 38 siswa teknik talking stick untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi prisma dan limas kelas VIII-a SMP Negeri 20 Malang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa

mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase aktivitas belajar siswa. Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah 75% dari banyaknya siswa kelas VIII-A SMP Negeri 20 Malang harus mencapai minimal 70% dari semua aspek aktivitas belajar siswa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa

meningkat dari siklus I yang hanya mencapai 19,44% atau 7 siswa yang aktif, menjadi 83,33% atau 30 siswa aktif pada siklus II.

6 Deka Haryan Dini (2014)

Penerapan model pembelajaran think pair share dan talking stick

meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Taman Siswa (Taman Madya) tahun ajaran 2013-2014

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran think pair share dan talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari hasil pada siklus I pada aspek kognitif sebesar 57% (pre test) dan 63% (post test), sedangkan pada aspek afektif yaitu 61%.

Sedangkan dalam siklus II pada aspek kognitif sebesar 72% (pre test) dan 81% (post test) pada aspek afektif yaitu 85%.

(43)

kemampuan afektif siswa melalui bertanya dan dan menjawab. Penelitian Abdul Rasyid pada tahun 2012 menunjukan bahwa hasil belajar pada kemampuan kognitif dengan menggunakan model pembelajaran two stay two stray lebih tinggi dibandingkan dengan model STAD. Ayu Setyani pada tahun 2013 melakukan penelitian dengan hasil yang relatif sama bahwa penerapan model pembelajaran two stay two stray dapat meningkatan hasil belajar pada kemampuan kognitif siswa. Sedangkan penerapan model pembelajaran talking stick dapat

meningkatkan keaktivan dan hasil belajar siswa seperti penelitian yang dilakukan oleh saudara Heni Dyah Pratiwi pada tahun 2013 sedangkan penggunaan model pembelajaran two stay two stray dan talking stick secara kolaborasi atau

bersamaan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

C. Kerangka Pikir

Tingkat keberhasilan dalam suatu kegiatan dipengaruhi oleh pelaksanaan atau proses kegiatan tersebut. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi. Penerapan model pembelajaran yang tepat menunjang

(44)

student centered. Kedua model tersebut sama-sama memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih aktif dan berpatisipasi dalam proses pembelajaran. Siswa dapat mengembangkan potensi yang dimiliki tanpa harus menunggu informasi yang yang diberikan oleh guru saja sehingga proses pembelajaran menjadi

menyenangkan dan interaktif.

Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah penerapan model

pembelajaran talking stick dan model pembelajaran two stay two stray sedangkan variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS Terpadu pada kemampuan pengetahuan, kemampuan sikap sosial, dan kemampuan keterampilan berbicara siswa melalui kedua model pembelajaran tersebut.

1. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada kemampuan pengetahuan siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe talking stick

(45)

kelebihan model two stay two stray kecenderungan siswa menjadi lebih bermakna.

Pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray menuntut siswa untuk dapat berperan aktif terhadap setiap tahap – tahap yang dijalani ketika proses pembelajaran berlangsung sehingga pembelajaran lebih didominasi oleh aktivitas siswa. Model pembelajaran ini dimulai dari guru membagi

kelompok. Setiap kelompok dapat dibagi sebanyak 4-5 orang siswa. Setelah itu guru menjelaskan sedikit materi dan tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan. Model ini memberi kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Sehingga siswa akan mendapat referensi pendapat yang banyak, bukan hanya dari teman dalam kelompoknya melainkan dari hampir sebagian siswa lainnya. Dengan demikian setiap kelompok dapat dengan mudah mengambil kesimpulan dari materi yang didapat dari kelompok lain. Setelah itu setiap kelompok dapat

mempresentasikan kesimpulan yang didapat dari diskusi yang telah dilakukan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ayu setyani (2013) bahwa model pembelajaran two stay two stray dapat meningkatkan pemahaman terhadap suatu konsep.

2. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada kemampuan sikap sosial siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe talking stick lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya

menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray

(46)

wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokoknya. Kegiatan ini diulang terus menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru (Huda, 2013: 224). Penerapan model talking stick ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, kecerdasan, persahabatan atau minat yang berbeda.

Hasil belajar IPS Terpadu pada kemampuan sikap sosial siswa yang

pembelajarannya menggunakan talking stick lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajaranya menggunakan model two stay two stray. Hal ini diduga karena siswa yang pembelajarannya menggunakan talking stick lebih sering menerima stimulus dan response melalui pertanyaan-pertanyaan spontan, sebelum diberi pertanyaan siswa berdiskusi terlebih dahulu bersama kelompoknya dan saling bertukar pengetahuan atau pengalaman agar semua teman dalam kelompoknya bisa menjawab ketika diberi pertanyaan oleh guru, sehingga cenderung terjadi interaksi dan kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan pendapat Watson (Budiningsih, 2005: 22) bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkahlaku yang dapat diamati

(47)

3. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada kemampuan keterampilan bicara siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe talking stick lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray

Penerapan model pembelajaran tipe talking stick dan model pembelajaran two stay two stray sama-sama dapat meningkatkan hasil belajar pada kemampuan keterampilan berbicara tetapi lebih tinggi siswa yang pembelajaranya

menggunakan model pembelajaran tipe talking stick. Hal ini diduga bahwa aktivitas belajar dengan menggunakan model pembelajaran talking stick membuat siswa terbiasa berbicara di depan teman-temannya. Dalam proses pembelajaran ini siswa sering menjawab pertanyaan-pertanyaan secara spontan dalam situasi apapun dan tema apapun, secara tidak langsung siswa melakukan latihan yang berulang-ulang dalam setiap proses pembelajaran sehingga siswa lebih mandiri dalam proses pembelajaran. Namun siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran two stay two stray hanya terbiasa menyampaikan apa yang telah direncanakan dan dialami. Hal ini sesuai dengan pendapat Dzamarah dan Zain (2006: 12) belajar merupakan proses perubahan berkat pengalaman dan latihan.

(48)

Gambar 2. Kerangka Pikir

D. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada kemampuan pengetahuan siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe talking stick.

2. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada kemampuan sikap sosial siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe talking stick lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray.

3. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada kemampuan keterampilan berbicara siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe talking stick lebih tinggi dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray.

(49)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono 2013: 3). Metode penelitian digunakan untuk menentukan data penelitian, menemukan dan mengembangkan suatu pengetahuan, menguji dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Berdasarkan bidangnya, penelitian ini

tergolong bidang akademis dengan metode eksperimen dan pendekatan komparatif. Menurut Sugiyono (2013: 107) penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

(50)

perlakuan yang berbeda yakni penerapan model pembelajaran talking stick pada kelas eksperimen dan penerapan model pembelajaran two stay - two stray pada kelas kontrol.

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental semu (Quasi experimental design) dengan pola treatment by level design. Quasi

experimental design merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan (Sugiyono, 2012: 114). Eksperimental semu diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen. Penelitian ini menggunakan teknik random sampling untuk menentukan sampel, pada penelitian ini, kelas VIII A menggunakan model pembelajaran talking stick sebagai kelas kontrol dan kelas VIII B melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran two stay - two stray sebagai kelas eksperimen. Dalam kedua kelas tersebut, siswa memiliki nilai belajar yang tergolong variatif terdapat siswa yang medapat nilai tinggi dan mendapat nilai rendah pada MID semester dalam pelajaran IPS Terpadu. Desain penelitian digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3. Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Post Test

Eksperimen X1 O1

Kontrol X2 O2

Keterangan: X1 : pembelajaran IPS Terpadu dengan model TSTS X2 : pembelajaran IPS Terpadu dengan model talking stick O1 : kelas eksperimen diberi post-test

(51)

2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu pra penelitian dan

pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut.

a. Pra penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian adalah sebagai berikut. 1) Melakukan observasi pendahuluan ke sekolah yang akan diteliti untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah dan kelas yang akan di tetapkan sebagai populasi dan sampel penelitian.

2) Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan teknik cluster random sampling.

3) Melakukan observasi dan wawancara dengan guru untuk mendapatkan informasi mengenai sistem pembelajaran yang diterapkan di kelas yang akan diteliti tersebut.

4) Membuat perangkat pembelajaran di antaranya silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar kerja kelompok (LKK).

b. Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian ini akan menerapkan model pembelajaran talking stick untuk kelas kontrol dan model pembelajaran two stay - two stray untuk kelas eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan. Langkah-langkah pembelajaranya adalah sebagai berikut. 1) Kelas eksperimen (talking stick).

(52)

b) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjang 20 cm.

c) Guru menyampaikan materi pokok yang akan di pelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

d) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana. e) Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan

mempelajari isinya, guru mempersilakan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.

f) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota

kelompok yang memegang tongkat tersebut menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

g) Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.

h) Guru memberikan kesimpulan.

i) Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.

j) Guru menutup pembelajaran.

2) Kelas kontrol ( two stay - two stray)

a) Guru membentuk kelompok kecil, tiap-tiap kelompok terdiri dari 4 siswa.

(53)

c) Pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. d) Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah

yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu.

e) Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan

melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

f) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya.

g) Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi.

h) Evaluasi. i) Penutup.

(54)

mengetahui hasil belajar pada kemampuan keterampilan berbicara peneliti menggunakan penilaian tes praktik berbicara atau komunikasi lisan. Setelah data yang di butuhkan di dapat, kemudian peneliti melakukan pengujian hipotesis dan langkah yang terakhir adalah menarik kesimpulan dari hasil penelitian.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2012: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP

Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015 berjumlah 183 siswa yang terdiri dari kelas VIII A sebanyak 30 siswa, kelas VIII B sebanyak 32 siswa, kelas VIII C sebanyak 30 siswa, kelas VIII D sebanyak 32 siswa, kelas VIII E sebanyak 28 siswa dan kelas VIII F sebanyak 30 siswa.

2. Sampel

(55)

menggunakan model pembelajaran two stay two stray. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 62 siswa yang tersebar ke dalam dua kelas yaitu kelas VIII B sebanyak 32 siswa dan kelas VIII A sebanyak 30 siswa.

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 60), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).

1. Variabel bebas (independent)

Variabel bebas atau yang sering disebut sebagai variabel stimulus atau prediktor yang dilambangkan dengan X adalah variabel penelitian yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran talking stick dan

modelpembelajaran two stay - two stray.

2. Variabel terikat

(56)

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

1. Definisi konseptual a) Talking stick

Talking stick adalah model pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat, menjawab pertanyaan dari guru setelah selesai mempelajari materi pokoknya. Aktivitas ini dilakukan berulang kali sampai semua siswa dalam kelompo-kelompok kecil mendapat gilirannya.

b) Two stay - two stray

Model pembelajaran two stay – two stray adalah model pembelajaran kooperatif dengan adanya pembagian tugas dalam kelompok, yaitu dua siswa bertugas sebagai tamu untuk mencari informasi dari kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap berada dalam kelompoknya untuk

memberikan informasi kepada tamunya dari kelompok lain. Jika mereka telah selesai melaksanakan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah itu siswa yang bertugas menjadi tamu atau yang menerima tamu mendiskusikan dan membahas hasil kerja mereka.

c) Hasil belajar (Y)

Hasil belajar merupakan ukuran tercapainya tujuan pembelajaran melalui proses belajar yang telah dilalui siswa. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3)

menyatakan: “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

(57)

dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar”.

2. Definisi Operasional Variabel

Mendefinisikan secara operasional suatu konsep sehingga dapat diukur, dicapai dengan melihat pada dimensi tingkah laku atau properti yang ditunjukan oleh konsep, dan mengkategorikan hal tersebut menjadi elemen yang dapat diamati dan diukur (Sudjarwo, 2009: 174).

1. Hasil belajar IPS Terpadu merupakan hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh proses belajar yang telah dilalui dan terlihat adanya peningkatan pada kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan. 2. Model pembelajaran talking stick merupakan suatu tipe pembelajaran

kooperatif yang menggunakan alat seperti tongkat untuk menunjuk siswa yang akan diberi pertanyaan dan siswa yang terkena akan menjawab soal tersebut.

3. Model pembelajaran two stay – two stray adalah pembelajaran

kooperatif dengan adanya pembagian tugas dalam kelompok, yaitu dua siswa bertugas sebagai tamu untuk mencari informasi dari kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap berada dalam kelompoknya untuk

(58)

Tabel 4. Definisi Operasional Variabel

Variabel Indikator Pengukuran

Variabel

Hasil Tes formatif IPS Terpadu.

Hasil tes formatif dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe two stay –two stray.

Hasil tes formatif dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick.

Tingkat

E. Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrument variabel Y (lampiran 6) melalui post test untuk mengetahui kemampuan pengetahuan dalam bentuk soal pertanyaan pilihan ganda dengan lima jawaban yang diberi penilaian 1 apabila menjawab dengan benar dan diberi 0 jika menjawab salah, menggunakan penilaian observasi dan antar teman untuk mengetahui kemampuan sikap sosial, dan peneliti menggunakan tes praktik untuk mengetahui kemampuan keterampilan berbicara atau komunikasi lisan dengan panduan observasi dan penilaian secara rating scale.

Tabel 5. Kisi-kisi Soal Post-Test Kemampuan Pengetahuan

Tema Materi indikator Penilaian Aspek

(59)

3. Mendeskripsikan

4. Memberi contoh bentuk-bentuk

5. Mengenal kualitas penduduk

C2, C2 16, 17

6. Memberjkan contoh kualitas penduduk

9. Mengenal tekad sumpah pemuda

11. Mengenal indeks pembangunan

Kisi-kisi instrumen kemampuan sikap sosial dan keterampilan berbicara menggunakan lembar observasi dan penilaian antar teman.

Tabel 6. Kisi-kisi Kemampuan Sikap Sosial No Sikap Sosial

(KI 2)

Deskripsi Indikator Skala

1 Jujur Perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan

1.Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan

2.Tidak menjadi plagiat

(mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) 3.Membuat laporan berdasarkan data atau

informasi apa adanya

(60)

2 Tanggungja

1.Melaksanakan tugas individu dengan baik

2.Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan

3.Mengembalikan barang yang dipinjam

3 Toleransi Sikap dan dan keyakinan

1.Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya

2.Dapat mememaafkan kesalahan orang lain 3.Mampu dan mau bekerja sama dengan siapa

pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan

4 Gotong royong

Bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas.

1. Aktif dalam kerja kelompok 2. Memusatkan perhatian pada tujuan

kelompok

3. Mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan teman kelompok

Tabel 7. Kisi-kisi Kemampuan Keterampilan Berbicara

No Keterampilan Indikator skala

1

Berbicara /komunikasi

lisan

1. Lancar dalam menyampaikan tema/ topik pembahasan

Rating scale 2. Berbicara secara jelas dan mudah dimengerti (kejelasan

vocal)

3. Intonasi suara sesuai dengan pesan yang disampaikan (ketepatan intonasi)

4. Menggunakan pilihan kosa kata yang tepat (ketepatan pilihan kata /diksi)

(61)

F. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data penelitian ini berupa data kuantitatif dengan skala pengukuran interval, yaitu penguasaan materi IPS Terpadu yang diperoleh dari nilai post test pada kemampuan pengetahuan, kemampuan sikap sosial siswa diperoleh dari penilaian observasi dan antar teman sedangkan kemampuan keterampilan berbicara siswa diperoleh dari penilaian tes praktik berbicara atau komunikasi lisan pada saat pembelajaran berlangsung.

2. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini sebagai berikut.

a) Observasi

Observasi digunakan pada saat penelitian pendahuluan, penilaian kemampuan sikap sosial siswa dan tes peraktik untuk mengetahui kemampuan keterampilan berbicara atau komuniasi lisan.

b) Dokumentasi

(62)

c) Teknik Tes

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa pada kemampuan pengetahuan dan kemampuan keterampilan berbicara atau komunikasi lisan. Pada kemampuan pengetahuan menggunakan tes soal pilihan ganda, terdiri dari 30 soal dengan 5 jawaban yaitu A, B, C, D, E, setiap soalnya memiliki bobot 1 hingga skor tertinggi adalah 30. Skor untuk jawaban yang benar adalah 1 dan skor untuk jawaban salah adalah 0. Pada kemampuan keterampilan menggunakan tes praktik berbicara atau komunikasi lisan sesuai dengan indikator penilaian yang sudah ditentukan.

G. Uji Persyaratan Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas berarti instrumen keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan maupun mengukur apa yang akan diukur (sugiyono, 2012: 167). Suatu alat ukur yang dinyatakan valid jika alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang diukur. Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus koefisien korelasi biseral.

t t p SD

M

M

q p

Keterangan:

pbi =koefisien korelasi biserial

Mp =rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

Mt= rerata skor total

St= standar deviasi dari skor total

(63)

q = proporsi siswa yang menjawab salah (Arikunto, 2010: 79)

Dengan kriteria pengujian jika harga rhitung rtabel dengan =0,05 maka alat ukur tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya apabila rhitung rtabel maka alat ukur tersebut dinyatakan tidak valid.

Hasil perhitungan uji validitas soal post test dari 35 item soal terdapat 30 item valid (nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 25, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35) dan 5 item tidak valid (nomor 20, 23, 24, 26, 30) butir soal yang tidak valid tidak digunakan, untuk lebih jelasnya terdapat pada lampiran 11.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberi hasil yang tetap. Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama. Penelitian ini menggunakan rumus KR-20 dari Kuder dan Richardson untuk menguji tingkat reliabilitas.

( )

Keterangan:

r11 = reliabilitas internal seluruh instrumen n = jumlah item dalam instrumenM t = means skor total

(64)

Tabel 8. Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan Antara 0,800 sampai dengan 1,00

Antara 0,600 sampai dengan 0,79 Antara 0,400 sampai dengan 0,59 Antara 0,200 sampai denan 0,39 Antara 0,00 sampai dengan 0,19

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah Suharsimi Arikunto (2006: 276)

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan excel diperoleh uji realibilitas soal tes sangat tinggi yaitu 0,912 (lampiran 12).

3. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Untuk menguji taraf kesukaran soal tes yang digunakan dalam penelitian ini digunakan rumus:

P = JS

B

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes

Menurut Arikunto (2007: 210) klasifikasi kesukaran: - Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar - Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang - Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

Gambar

Tabel 1. Hasil Mid Semester Mata Pelajaran IPS Terpadu Siswa Kelas VIII
Tabel 2.Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Gambar 1.Teknik Pelaksanaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray.
Tabel 3. Hasil Penelitian yang Relevan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal itu dikarenakan perpustakaan juga berfungsi sebagai salah satu pusat informasi, sumber informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian

Dengan demikian ciri dari pertanyaan atau penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah: (1) ada tantangan dalam materi tugas atau soal, (2) masalah tidak dapat diselesaikan

To obtain topographic and bathymetric data three instruments were used, including Geodetic Station, Total Station and Unmanned Aerial Vehicles (UAV)/Drone.. To

Tujuan pe nelitian adalah mempelajari perilaku ekonomi rumahtangga petani kedelai di Indonesia dengan menggunakan model ekonomi rumahtangga, khususnya dampak kebijakan terhadap

Dalam beberapa kondisi, auditor internal mungkin ingin melakukan audit komprehensif atas suatu operasi mungkin audit pertama kali untuk suatu operasi membutuhkn audit untuk

Scanned by CamScanner... Scanned

Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk meneliti bagaimana keefektifan penggunaan metode imaginative learning dibantu dengan media gambar pada pembelajaran kaiwa pada

(3) To find out whether or not learning motivation and vocabulary knowledge simultaneously has a positive correlation with students’ reading competence of the