A. Temuan Penelitian
1. Implementasi Seritifikasi (x) Guru di Jawa Barat
Untuk mengetahui implementasi sertifikasi guru di Jawa Barat, secara statistik dilakukan penghitungan kecenderungan atau rerata data penelitian pada masing-masing variabel. Mengukur kecenderungan umum skor responden dari masing-masing variabel dilakukan dengan menggunakan Weighted Means Scores (WMS) yaitu:
Keterangan :
X
= Nilai rata-rata yang dicari
X = Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban dikali bobot untuk setiap alternatif kategori)
N = Jumlah responden
Contoh perhitungan untuk item no 1 dengan menggunakan rumus diatas adalah:
X = (4.21)+(3.74)+(2.16)+(1.0) X = 84+222+32+0
X = 338
N = 21+74+16+0 N = 111
04 , 3 111 338 N X X
Jadi untuk item no. 1 memiliki skor kecenderungan sebesar 3.04. Dengan melihat tabel konsultasi hasil perhitungan WMS (tabel 4.4). Hal ini berarti bahwa kecenderungan jawaban responden pada no. 1 variabel X ada pada kategori baik. Hasil perhitungan rata-rata skor responden mengenai sertifikasi guru dengan menggunakan rumus WMS dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.1
Kecenderungan umum skor responden pada variabel “sertifikasi guru”
INDIKATOR
NO ITEM
KATEGORI JAWABAN
JUMLAH RATA
RATA
KATE-GORI
4 3 2 1
F X F X F X F X F X
Tujuan dan
Manfaat
Sertifikasi
1 21 84 74 222 16 32 0 0 111 338 3.04 Baik
2 75 300 8 24 28 56 0 0 111 380 3.42
Sangat baik 3 30 120 65 195 15 30 1 1 111 346 3.11 Baik
4 66 264 23 69 22 44 0 0 111 377 3.39
Sangat baik 5 28 112 70 210 11 22 1 1 111 345 3.10 Baik
Rata-rata sub indikator 3.21 Baik
Pola
Sertifikasi
6 12 48 71 213 27 54 1 1 111 316 2.84 Baik
7 22 88 78 234 11 22 0 0 111 344 3.09 Baik
8 22 88 54 162 34 68 1 1 111 319 2.87 Baik
Rata-rata sub indikator 2.93 Baik
INDIKATOR
NO ITEM
KATEGORI JAWABAN
JUMLAH RATA
RATA
KATE-GORI
4 3 2 1
F X F X F X F X F X
prosedur 10 36 144 62 186 12 24 1 1 111 355 3.19 Baik
11 53 212 53 159 5 10 1 1 111 382 3.44
Sangat baik 12 20 80 82 246 9 18 0 0 111 344 3.09 Baik
13 9 36 93 279 9 18 0 0 111 333 3.00 Baik
14 8 32 70 210 28 56 5 5 111 303 2.72 Baik
15 11 44 76 228 23 46 1 1 111 319 2.87 Baik
16 36 144 46 138 13 26 16 16 111 324 2.91 Baik
17 68 272 14 42 13 26 16 16 111 416 3.74
Sangat baik 18 19 76 37 111 4 8 51 51 111 246 2.22 Baik
19 19 76 64 192 16 32 12 12 111 312 2.81 Baik
Rata-rata sub indikator 2.97 Baik
Rata-rata keseluruhan indikator 3.03 Baik
mereka ikuti. Secara temuan per masing-masing sub variabel adalah sebagai berikut:
Pemahaman para guru terhadap tujuan dan manfaat sertifikasi dikategorikan baik dengan skor sebesar 3,21. Hal ini menggambarkan bahwa guru-guru yang disertifikasi pada tahun 2007 dan 2008 memiliki pemahaman yang baik terhadap tujuan dan manfaat sertifikasi guru yang mereka ikuti. Secara proses, para guru memiliki banyak cara dalam mencari dan menggali informasi mengenai tujuan dan manfaat sertifikasi, yaitu melalui buku panduan sertikasi guru yang disediakan ecara online oleh konsorsium sertifikasi guru, seminar-seminar, sosialisasi dari dinas pendidikan, informasi dari mulut ke mulut, dan sebagainya.
Pada sub variabel pola-pola sertifikasi yang diikuti oleh guru kondisinya menunjukkan baik dengan rerata skor sebesar 2,93. Kondisi ini menunjukkan bahwa guru-guru memahami dan mengalami pola sertfikasi yang dirasakan oleh guru yang bersangkutan baik.
Pada komponen mekanisme/prosedur yang dipahami dan dialami oleh guru menunjukkan bahwa mekanisme/prosedur yang dipahami dan dialami oleh mereka selama mengikuti program sertifikasi guru dikategorikan baik.
memahami dan mengalami berbagai komponen tersebut ketika mereka melaksanakan program sertifikasi guru.
2. Gambaran Profesionalisme Guru SMP di Jawa Barat
untuk mengetahui gambaran profesionalisme guru SMP dilakukan pengukuran kecenderungan (rata-rata) umum skor responden dari masing-masing variabel dengan menggunakan Weighted Means Scores (WMS) yaitu:
Keterangan :
X
= Nilai rata-rata yang dicari
X = Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban dikali bobot untuk setiap alternatif kategori)
N = Jumlah responden
Contoh perhitungan untuk item no 1 dengan menggunakan rumus diatas adalah:
X = (4.86) + (3.22) + (2.3) + (1.0) X = 344 + 66 + 6 + 0
X = 416
N = 86 + 22 + 3 + 0 N = 111
74 , 3 111 416 N
X X
Jadi untuk item no. 1 memiliki skor kecenderungan sebesar 3.74. Dengan melihat tabel konsultasi hasil perhitungan WMS (tabel 3.7). hal ini berarti bahwa kecenderungan jawaban responden pada no. 1 variabel Y ada pada kategori kategori sangat baik. Artinya Profesionalisme Guru dalam melaksanakan asumsi mutu (fokus pada pelanggan) ada pada kategori sangat baik. Hasil perhitungan rata-rata skor responden mengenai Profesionalisme Guru dengan menggunakan rumus WMS dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.2
Kecenderungan umum skor responden pada variabel Profesionalisme Guru
INDIKATOR
NO
ITE
M
KATEGORI JAWABAN
JUMLAH
RATA-RATA
KATEGORI
4 3 2 1
F X F X F X F X F X
PENGABDIAN
INDIKATOR
NO
ITE
M
KATEGORI JAWABAN
JUMLAH
RATA-RATA
KATEGORI
4 3 2 1
F X F X F X F X F X
13 30 120 30 90 46 92 5 5 111 307 2.76 Baik 14 3 12 9 27 73 146 26 26 111 211 1.90 Cukup baik 15 65 260 40 120 5 10 1 1 111 391 3.52 Sangat baik 16 65 260 39 117 7 14 0 0 111 391 3.52 Sangat baik 17 22 88 43 129 42 84 4 4 111 305 2.74 Baik 18 50 200 41 123 13 26 7 7 111 356 3.20 Baik 19 46 184 46 138 17 34 2 2 111 358 3.22 Baik 20 68 272 31 93 9 18 3 3 111 386 3.47 Sangat baik 21 76 304 20 60 14 28 1 1 111 393 3.54 Sangat baik 22 89 356 20 60 1 2 1 1 111 419 3.77 Sangat baik
Rata-rata sub indikator 3.29 Baik
KEWAJIBAN SOSIAL
INDIKATOR
NO
ITE
M
KATEGORI JAWABAN
JUMLAH
RATA-RATA
KATEGORI
4 3 2 1
F X F X F X F X F X
36 61 244 45 135 5 10 0 0 111 389 3.50 Sangat baik 37 67 268 38 114 6 12 0 0 111 394 3.54 Sangat baik 38 70 280 28 84 13 26 0 0 111 390 3.51 Sangat baik 39 57 228 45 135 8 16 1 1 111 380 3.42 Sangat baik
Rata-rata sub indikator 3.18 Baik
KEMANDIRIAN
40 53 212 44 132 13 26 1 1 111 371 3.34 Sangat baik 41 30 120 28 76 23 46 30 30 111 272 2.45 Cukup baik 42 47 188 37 111 16 32 11 11 111 342 3.08 Baik 43 29 116 39 117 41 82 2 2 111 317 2.85 Baik 44 40 160 52 156 19 38 0 0 111 354 3.18 Baik 45 16 64 39 117 55 110 1 1 111 267 2.40 Cukup baik 46 93 372 15 45 1 2 0 0 111 419 3.77 Sangat baik
Rata-rata sub indikator 3.01 Baik
KEYAKINAN TERHADAP
PROFESI
INDIKATOR
NO
ITE
M
KATEGORI JAWABAN
JUMLAH
RATA-RATA
KATEGORI
4 3 2 1
F X F X F X F X F X
58 30 120 36 108 40 80 5 5 111 313 2.81 Baik 59 51 204 50 150 10 20 0 0 111 374 3.36 Sangat baik 60 47 188 53 159 9 18 2 2 111 367 3.30 Sangat baik 61 53 212 51 153 6 12 1 1 111 378 3.43 Sangat baik 62 69 276 36 108 6 12 0 0 111 396 3.56 Sangat baik 63 74 296 28 84 8 16 1 1 111 397 3.57 Sangat baik
Rata-rata sub indikator 3.24 Baik
HUBUNGAN DENGAN SESAMA
PROFESI
64 78 312 18 54 4 8 11 11 111 385 3.46 Sangat baik 65 92 368 19 57 0 0 0 0 111 425 3.82 Sangat baik 66 45 180 55 165 10 20 1 1 111 366 3.29 Sangat baik 67 53 212 47 141 7 14 1 1 111 368 3.31 Sangat baik 68 72 288 28 84 8 16 1 1 111 389 3.50 Sangat baik 69 87 348 23 69 1 2 0 0 111 419 3.77 Sangat baik 70 50 200 44 132 15 30 2 2 111 364 3.27 Sangat baik 71 25 100 42 126 32 64 12 12 111 302 2.72 Baik 72 59 236 40 120 11 22 1 1 111 379 3.41 Sangat baik 73 75 300 21 63 12 24 3 3 111 390 3.51 Sangat baik Rata-rata sub indikator 3.40 Sangat Baik Rata-rata keseluruhan indikator 3.22 Baik
social, kemandirian, dan keyakinan terhadap profesi guru-guru yang menjadi responden penelitian dikategorikan baik.
Sub variabel pengabdian kondisinya baik dengan capaian skor sebesar 3, 29. Hal ini menunjukkan bahwa semangat pengabdian pada guru-guru dikategorikan baik, walaupun kondisi kerja belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
Sub variabel kewajiban sosial berada dalam ketegori baik dengan capai skor 3,18. Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru yang menjadi responden penelitian memandang profesinya sebagai bagian penting dalam sebuah masyarakat.
Sub variabel kemandirian menunjukkan kondisi baik dengan capaian skor sebesar 3,01. Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru yang dijadikan responden penelitian memandang profesi guru sebagai sebuah profesi yang harus memiliki kemandirian dalam pembuatan keputusan terkait dengan apa yang harus dilakukannya dengan klien (peserta didik) yang dilayaninya.
Sub variabel keyakinan terhadap profesi menunjukkan kondisi baik dengan capaian skor sebesar 3, 24. Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru yang dijadikan responden penelitian memiliki keyakinan bahwa dirinya memiliki hak dan kelayakan untuk memutuskan berbagai hal yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan dalam pelaksanaan profesinya sebagai guru SMP.
3. Gambaran variabel Mutu Pembelajaran pada SMP di Jawa Barat
untuk mengetahui sejauhmana mutu pembelajaran yang dikelola oleh guru-guru yang telah mengikuti dan lulus program sertifikasi guru, maka perlu diadakan pengukuran kecenderungan umum skor responden dari masing-masing variabel dengan menggunakan Weighted Means Scores (WMS) yaitu:
Keterangan :
X
= Nilai rata-rata yang dicari
X = Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban dikali bobot untuk setiap alternatif kategori)
N = Jumlah responden
Contoh perhitungan untuk item no 1 dengan menggunakan rumus diatas adalah:
X = (4.35) + (3.42) + (2.27) + (1.7) X = 140 + 126 + 54 + 7
X = 327
N = 35 + 42 + 27 + 7 N = 111
94 , 2 111 327 N
X X
Jadi untuk item no. 1 memiliki skor kecenderungan sebesar 3.74. Dengan melihat tabel konsultasi hasil perhitungan WMS (tabel 3.7). hal ini
berarti bahwa kecenderungan jawaban responden pada no. 1 variabel Y ada pada kategori kategori sangat baik. Hasil perhitungan rata-rata skor responden mengenai Profesionalisme Guru dengan menggunakan rumus WMS dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.3
Kecenderungan umum skor responden pada variabel Mutu Pembelajaran
INDIKATOR
NO ITE M
KATEGORI JAWABAN
JUMLAH RAT
ARA TA
KATEGORI
4 3 2 1
F X F X F X F X F X
Mutu input
1 35 140 42 126 27 54 7 7 111 327 2.94 Baik
2 33 132 63 189 14 28 1 1 111 350 3.15 Baik
3 43 172 59 177 8 16 1 1 111 366 3.29 Sangat baik
4 81 324 28 84 2 4 0 0 111 412 3.71 Sangat baik
5 56 224 42 126 13 26 0 0 111 376 3.38 Baik
6 47 188 40 120 21 42 3 3 111 353 3.18 Baik
7 49 196 46 138 13 26 3 3 111 363 3.27 Sangat baik
8 46 184 49 147 13 26 3 3 111 360 3.24 Baik
9 49 196 46 138 15 30 1 1 111 365 3.28 Sangat baik
10 56 224 45 135 10 20 0 0 111 379 3.41 Sangat baik
11 81 324 23 69 5 10 2 2 111 405 3.64 Sangat baik
12 75 300 28 84 7 14 1 1 111 399 3.59 Sangat baik
13 38 152 42 126 25 50 6 6 111 334 3.00 Baik
Rata-rata sub indikator 3.31 Sangat baik
Mutu proses
INDIKATOR
NO ITE M
KATEGORI JAWABAN
JUMLAH RAT
ARA TA
KATEGORI
4 3 2 1
F X F X F X F X F X
17 78 312 27 81 4 8 2 2 111 403 3.63 Sangat baik 18 14 56 20 60 64 128 13 13 111 257 2.31 Cukup baik 19 25 100 60 180 26 52 0 0 111 332 2.99 Baik
20 32 128 61 183 18 36 0 0 111 347 3.12 Baik
21 49 196 35 105 18 36 9 9 111 346 3.11 Baik
22 51 204 49 147 10 20 1 1 111 372 3.35 Sangat baik
23 78 312 33 99 0 0 0 0 111 411 3.70 Sangat baik 24 65 260 39 117 7 14 0 0 111 391 3.52 Sangat baik
25 60 240 47 141 3 6 1 1 111 388 3.49 Sangat baik
26 51 204 44 132 15 30 1 1 111 367 3.30 Sangat baik
27 47 188 50 150 14 28 0 0 111 366 3.29 Sangat baik
28 48 192 54 162 9 18 0 0 111 372 3.35 Sangat baik
29 39 156 54 162 17 34 1 1 111 353 3.18 Baik
Rata-rata sub indikator 3.32 Sangat baik
Mutu output
30 24 96 66 198 20 40 1 1 111 335 3.01 Baik
31 5 20 13 39 32 64 61 61 111 184 1.65 Rendah 32 3 12 1 3 20 40 87 87 111 142 1.27 Rendah 33 3 12 0 0 8 16 100 100 111 128 1.15 Rendah 34 3 12 1 3 8 16 99 99 111 130 1.17 Rendah
35 7 28 12 36 34 68 58 58 111 190 1.71 Rendah 36 2 8 3 9 10 20 96 96 111 133 1.19 Rendah
37 2 8 2 6 6 12 101 101 111 127 1.14 Rendah
Rata-rata sub indikator 1.53 Rendah
Temuan secara umum mengenai mutu pembelajaran menunjukkan kondisi baik dengan capai skor sebesar 2,72. Kondisi ini dilihat dari mutu input, mutu proses, dan mutu ouput pembelajaran. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa karakteristik kebermutuan pembelajaran sebagai bagian dari layanan profesi bagi seorang guru memiliki kesesuaian dengan harapan-harapan penyelenggaran pendidikan dan berbagai pihak terkait. Secara rinci dapat dilihat capaian untuk masing-masing sub variabel penelitian.
Sub variabel mutu input menunjukkan kondisi sangat baik dengan capaian skor sebesar 3,31. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik kebermutuan pembelajaran yang dilihat dari dokumen persiapan pembelajaran (silabus dan RPP) oleh guru dilakukan sebagaimana semestinya. Dalam hal ini guru menyusun silabus dan RPP sebelum memberikan layanan KBM.
Sub variabel mutu proses menujukkan kondisi sangat baik dengan capaian skor sebesar 3,32. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik kebermutuan yang dilihat dari efektifitas proses pembelajaran terjadi pada kelas-kelas yang diampu oleh guru-guru yang dijadikan responden penelitian.
Kondisi umum menunjukkan input dan proses yang baik, namun manakala dilihat pada output atau hasil ternyata kondisinya rendah. hal ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang memperngaruhi mutu hasil pembelajaran baik akademik maupun non akademik selain karakteristik guru.
4. Pengubahan Skor Mentah menjadi Skor Baku
Langkah selanjutnya untuk menguji hipotesis penelitian, maka dilakukan terlebih dahulu uji normalitas data. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah statistik yang digunakan menggunakan statistik parametrik atau statistik non parametrik. Untuk sampai pada hal tersebut, maka langkah awal yang harus dilakukan adalah mengubah skor mentah menjadi skor baku.
a. Variabel Sertifikasi Guru
Skor mentah angket variabel X
57 61 55 66 61 65 54 48 62 61 54 50 49 66 63 62 58 60 60 55
Skor mentah tersebut diubah menjadi skor baku dengan cara-cara: 1. Menentukan range (R)
R = Skor tertinggi – skor terendah = 71 - 41 = 30 2. Menentukan banyak kelas
BK = 1 + 3.3 log n = 1 + 33 log 111= 7.74 dibulatkan menjadi 8 3. Menentukan Kelas Interval
KI = R/BK= 30/8 = 3.75 dibulatkan menjadi 4 4. Membuat tabel distribusi frekuensi
Tabel 5. 4
Tabel distribusi frekuensi variable X
KI F X X² FX FX²
41 – 44 4 42.5 1806.25 170 7225 45 – 48 9 46.5 2162.25 418.5 19460.25 49 – 52 16 50.5 2550.25 808 40804 53 – 56 14 54.5 2970.25 763 41583.5 57 – 60 31 58.5 3422.25 1813.5 106089.8 61 – 64 22 62.5 3906.25 1375 85937.5 65 – 68 13 66.5 4422.25 864.5 57489.25 69 – 72 2 70.5 4970.25 141 9940.5
5. Mencari rata-rata (Mean)
Fi FiXi X
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka diperoleh nilai rata-rata sebesar : 57.13, dibulatkan menjadi 6 6. Mencari Simpangan baku (S) dengan rumus
)
1
(
)
(
2 2N
N
FiX
FiXi
n
s
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka diperoleh nilai simpangan baku sebesar : 6.531, dibulatkan menjadi 6.
7. Mengubah skor mentah menjadi skor baku
S
X
Xi
Ti
50
10
(
)
Contoh item no 1
6
)
13
.
57
50
(
10
50
Ti
6
13
.
7
10
50
Ti
) 21 . 1 ( 10 50 TiDengan menggunakan rumus dan prosedur yang sama. skor mentah variabel X diubah menjadi skor baku sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
38 41 59 50 64 53 51 56 48 64 53 38 48 23 63 58 56 51 38 33 63
53 54 54 46 66 29 63 36 53 58 53 54 50 73 43 53 64 58 28 24 50 54 51 46 73 46 58 59 33 58 51 54 29 48 50 64 56 48 41 34 54 38 39 56 56 33 54 51 24 39 39 54 41 36 59 50 56 48 53 48 36 61 41 64 63 53 56 29 50 31 50 56 46 64 56 63 44 34 58 56 44 38 36 64 59 58 51 54 54 46
b. Variabel Profesionalisme Guru
Skor Mentah Variabel Y1
224 270 241 214 224 266 264 238 232 250 240 270 231 206 261 208 250 264 222 235 250
226 244 197 209 231 260 264 250 233 225 209 253 194 197 227 236 273 241 255 215 248 236 200 224 256 232 270 243 235 257 226 249 199 224 261 251 279 236 248 248 251 160 208 224 245 240 277 273 246 262
Skor mentah tersebut diubah menjadi skor baku dengan cara-cara:
1. Menentukan range (R)
R = Skor tertinggi – skor terendah = 279 – 160 = 119
2. Menentukan banyak kelas
BK = 1 + 3.3 log n = 1 + 33 log 111= 7.74 dibulatkan menjadi 8 3. Menentukan Kelas Interval
KI = R/BK= 119 / 8 = 14.875 dibulatkan menjadi 15 4. Membuat tabel distribusi frekuensi
Tabel 5.5.
Tabel distribusi frekuensi variable Y1
KI F X X² FX FX²
160 – 174 2 167 27889 334 55778
175 – 189 0 182 33124 0 0
250 – 264 27 257 66049 6939 1783323 265 – 279 11 272 73984 2992 813824
∑ 111 1756 394892 26427 6346989
5. Mencari rata-rata (Mean)
Fi FiXi X
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka diperoleh nilai rata-rata sebesar : 238,13, dibulatkan menjadi 238 6. Mencari Simpangan baku (S) dengan rumus
)
1
(
)
(
2 2N
N
FiX
FiXi
n
s
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka diperoleh nilai simpangan baku sebesar : 22,75, dibulatkan menjadi 23
7. Mengubah skor mentah menjadi skor baku
S
X
Xi
Ti
50
10
(
)
Contoh item no 1
23
)
238
224
(
10
50
Ti
23 ) 14 ( 10 50 TiDengan menggunakan rumus dan prosedur yang sama. skor mentah variabel Y1 diubah menjadi skor baku sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut:
44 64 51 39 44 62 61 50 48 55 51 64 46 36 60 37 55 61 43 49 55
65 56 50 45 43 53 51 45 55 47 41 56 54 50 21 54 60 60 46 50 33 57 38 64 48 61 57 60 47 50 35 65 46 33 45 46 57 54 39 63 45 52 32 37 47 59 61 55 47 44 37 56 30 32 45 49 65 51 57 40 54 49 33 44 58 47 64 52 48 58 44 54 33 44 60 55 68 49 54 54 55 16 37 44 52 51 67 65 65 60
c. Variabel Mutu Pembelajaran
Skor Mentah Variabel Y2
103 114 114 95 101 121 125 110 113 116 106 112 106 104 97 106 133 105 71 110 112
106 139 97 93 105 108 121 120 106 111 84 116 97 100 124 108 125 109 121 108 111 113 97 102 118 104 125 93 107 109 92 124 96 101 123 120 127 107 111 120 110 74 107 101 118 118 125 108 109 123
Skor mentah tersebut diubah menjadi skor baku dengan cara-cara:
1. Menentukan range (R)
R = Skor tertinggi – skor terendah = 143 – 71 = 72
2. Menentukan banyak kelas
BK = 1 + 3.3 log n = 1 + 33 log 111= 7.74 dibulatkan menjadi 8 3. Menentukan Kelas Interval
KI = R/BK= 72 / 8 = 9
4. Membuat tabel distribusi frekuensi Tabel 5.6
Tabel distribusi frekuensi Variabel Y2
KI F X X² FX FX²
71 – 79 3 75 5625 225 16875
80 – 88 3 84 7056 252 21168
89 – 97 13 93 8649 1209 112347
125 – 133 6 129 16641 774 99846
134 – 142 1 138 19044 138 19044
143 - 151 1 147 21609 147 21609
∑ 111 999 115749 12078 1332144
5. Mencari rata-rata (Mean)
Fi FiXi X
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka diperoleh nilai rata-rata sebesar : 108,712, dibulatkan menjadi 109
6. Mencari Simpangan baku (S) dengan rumus
)
1
(
)
(
22
N
N
FiX
FiXi
n
s
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka diperoleh nilai simpangan baku sebesar : 12,338, dibulatkan menjadi 12
7. Mengubah skor mentah menjadi skor baku
S
X
Xi
Ti
50
10
(
)
Contoh item no 1
12 ) 6 ( 10 50 Ti
Ti= 45
Dengan menggunakan rumus dan prosedur yang sama. skor mentah variabel Y2 diubah menjadi skor baku sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
45 54 54 38 43 60 63 51 53 55 47 52 47 46 40 47 70 46 18 51 52
51 57 46 43 41 56 51 20 46 54 45 56 45 43 26 55 54 59 47 50 36 57 52 55 50 78 44 57 47 52 40 56 52 27 50 42 44 56 35 54 47 75 40 36 46 49 60 59 47 52 29 55 40 42 62 49 63 50 60 49 52 53 40 44 57 46 63 36 48 50 35 62 39 43 61 59 65 48 52 59 51 20 48 43 57 57 63 49 50 61
5. Uji Normalitas Distribusi Data
a. Uji Normalitas distribusi variabel X (Sertifikasi Guru)
Distribusi skor baku variabel X
53 54 54 46 66 29 63 36 53 58 53 54 50 73 43 53 64 58 28 24 50 54 51 46 73 46 58 59 33 58 51 54 29 48 50 64 56 48 41 34 54 38 39 56 56 33 54 51 24 39 39 54 41 36 59 50 56 48 53 48 36 61 41 64 63 53 56 29 50 31 50 56 46 64 56 63 44 34 58 56 44 38 36 64 59 58 51 54 54 46
Pengujian normalitas distribusi. ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan rentang (R)
R = skor tertinggi – skor terendah R = 73 – 23 = 50
2. Menentukan banyak kelas
BK = 1 + 3.3 log n = 1 + 33 log 111= 7.74 dibulatkan menjadi 8
3. Menentukan kelas interval
KI = R/BK = 50 / 8 = 6.25 dibulatkan menjadi 6
4. Membuat tabel distribusi frekuensi
Tabel 5.7
Tabel bantu penghitungan normalitas data variable X
23 – 28 4 25.5 650.25 102 2601 29 – 34 9 31.5 992.25 283.5 8930.25 35 – 40 12 37.5 1406.25 450 16875 41 – 46 12 43.5 1892.25 522 22707 47 – 52 20 59.5 3540.25 1190 70805 53 – 58 34 55.5 3080.25 1887 104728.5 59 – 64 17 61.5 3782.25 1045.5 64298.25 65 – 70 1 67.5 4556.25 67.5 67.5 71 – 76 2 73.5 5402.25 147 294
∑ 111 455.5 25302.25 5694.5 291306.5
5. Mencari rata-rata (mean)
Fi FiXi X
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka diperoleh nilai rata-rata sebesar : 49,60, dibulatkan menjadi 50
6. Mencari Simpangan baku (S) dengan rumus
)
1
(
)
(
22
N
N
FiX
FiXi
n
s
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka diperoleh nilai simpangan baku sebesar : 10,89, dibulatkan menjadi 11
Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
1. Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas skor kanan interval 2. Mencari harga Z untuk batas. dengan rumus:
S X Bk
z
_
3. Mencari daftar O – Z dari daftar F
4. Mencari luas tiap interval. dengan cara menyelisihkan luas O – Z kelas interval yang berlawanan (tidak sejenis)
5. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan mengkalikan tiap kelas interval dengan n.
6. Mencari fo. yaitu frekuensi hasil penelitian
7. Membuat tabel harga-harga untuk uji normalitas seperti berikut ini:
Tabel 5.8
Harga-harga untuk uji normalitas
Batas
kelas
Z untuk
Batas
Kelas
Luas 0-Z
Luas tiap
Kelas Interval
f(e) fo
Chi
kuadrat
22.5 - 2.50 0.4938 0.0194 2.15 4 1.59
28.5 - 1.95 0.4744 0.0552 6.13 9 8.23
34.5 - 1.40 0.4192 0.1141 12.66 12 0.03
40.5 - 0.86 0.3051 0.1796 19.93 12 3.15
52.5 0.22 0.0871 0.1923 21.35 34 7.49
58.5 0.77 0.2794 0.1272 14.12 17 0.58
64.5 1.32 0.4066 0.062 6.88 1 5.02
70.5 1.86 0.4686 0.0234 2.59 2 0.13
76.5 2.41 0.4920
χ
2Hitung
111 26.85
Dari tabel perhitungan diperoleh chi-kuadrat hitung sebesar 57.3. Sedangkan berdasarkan tabel dengan dk = (k-1) = 6 - 1 = 5 dan taraf signifikasi 0.05 diperoleh harga chi kuadrat tabel sebesar 11.070. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa χ²hitung (26,85) > χ²tabel (12.592). Hal ini
menunjukkan bahwa variabel X berdistribusi tidak normal. Sehingga perhitungan selanjutnya dilakukan dengan statistik non-parametrik.
b. Uji Normalitas distribusi variabel Profesionalisme Guru (Y1)
Distribusi Skor Baku Variabel Y1
44 64 51 39 44 62 61 50 48 55 51 64 46 36 60 37 55 61 43 49 55
45 52 32 37 47 59 61 55 47 44 37 56 30 32 45 49 65 51 57 40 54 49 33 44 58 47 64 52 48 58 44 54 33 44 60 55 68 49 54 54 55 16 37 44 52 51 67 65 65 60
Pengujian normalitas distribusi. ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan rentang (R)
R = skor tertinggi – skor terendah R = 68 – 16 = 52
2. Menentukan banyak kelas
BK = 1 + 3.3 log n = 1 + 33 log 111= 7.74 dibulatkan menjadi 8 3. Menentukan kelas interval
KI = R/BK = 52/8 = 6.5 = 6 4. Membuat tabel distribusi frekuensi
Tabel 5. 9
Tabel bantu penghitungan normalitas data variable Y1
KI F X X² FX FX²
16 – 21 2 18.5 342.25 37 684.5
22 – 27 0 24.5 600.25 0 0
KI F X X² FX FX²
40 – 45 16 42.5 1806.25 680 28900 46 – 51 26 48.5 2352.25 1261 61158.5 52 – 57 26 54.5 2970.25 1417 77226.5 58 – 63 14 60.5 3660.25 847 51243.5 64 - 69 11 66.5 4422.25 731.5 48644.75
∑ 111 382.5 18416.25 5515.5 286359.8
5. Mencari rata-rata (mean)
Fi FiXi X
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka diperoleh nilai rata-rata sebesar : 50
6. Mencari Simpangan baku (S) dengan rumus
)
1
(
)
(
22
N
N
FiX
FiXi
n
s
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka diperoleh nilai simpangan baku sebesar : 10,09, dibulatkan menjadi 10 Setelah diperoleh harga X dan S. selanjutnya disusun daftar nilai untuk mengetes kenormalan distribusi data:
Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
S X Bk
z
_
3. Mencari daftar O - Z dari daftar F
4. Mencari luas tiap interval. dengan cara menyelisihkan luas O - Z kelas interval yang berlawanan (tidak sejenis)
5. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan mengkalikan tiap kelas interval dengan n.
6. Mencari fo. yaitu frekuensi hasil penelitian
[image:31.595.122.528.430.738.2]7. Membuat tabel harga-harga untuk uji normalitas seperti berikut ini:
Tabel 5. 10
harga-harga untuk uji normalitas
Batas
kelas
Z untuk
Batas
Kelas
Luas 0-Z
Luas tiap
Kelas Interval
f(e) fo
Chi
kuadrat
15.5 - 3.45 0.4997 0.0019 0.21 2 15.25
21.5 - 2.85 0.4978 0.01 1.11 0 1.23
27.5 - 2.25 0.4878 0.0373 4.14 7 1.97
33.5 - 1.65 0.4505 0.0974 10.81 9 0.30 39.5 - 1.05 0.3531 0.5267 58.46 16 30.83 45.5 - 0.45 0.1736 0.114 12.65 26 14.08
51.5 0.15 0.0596 0.2138 23.73 26 0.21
63.5 1.35 0.4115 0.0629 6.98 11 2.31 69.5 1.95 0.4744
χ
2hitung
111 33.46
Dari tabel perhitungan diperoleh chi-kuadrathitung sebesar 33,46.
Sedangkan berdasarkan tabel dengan dk = (k-1) = 6 - 1 = 5 dan taraf signifikasi 0.05 diperoleh harga chi kuadrattabel sebesar 11,070. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa χ²hitung (33.46) > χ²tabel (11.070). hal
ini menunjukkan bahwa variabel Y1 berdistribusi tidak normal.
Sehingga perhitungan selanjutnya dilakukan dengan statistik nonparametrik.
c. Uji Normalitas distribusi variabel Mutu Pembelajaran (Y2)
Distribusi Skor Baku Variabel Y2
45 54 54 38 43 60 63 51 53 55 47 52 47 46 40 47 70 46 18 51 52
52 53 40 44 57 46 63 36 48 50 35 62 39 43 61 59 65 48 52 59 51 20 48 43 57 57 63 49 50 61
Pengujian normalitas distribusi. ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan rentang (R)
R = skor tertinggi – skor terendah R = 78 – 18 = 60
2. Menentukan banyak kelas
BK = 1 + 3.3 log n = 1 + 33 log 111= 7.74 dibulatkan menjadi 8 3. Menentukan kelas interval
[image:33.595.175.486.113.200.2]KI = R/BK = 60/8 = 7.5 = 7 4. Membuat tabel distribusi frekuensi
Tabel 5. 11
Tabel bantu penghitungan normalitas data variable Y2
KI F X X² FX FX²
18 – 24 3 21 441 63 1323
25 – 31 3 28 784 84 2352
32 – 38 6 35 1225 210 7350
[image:33.595.182.509.555.756.2]KI F X X² FX FX²
60 – 66 12 63 3969 756 47628
67 – 73 1 70 4900 70 70
74 – 78 2 76 5776 152 304
∑ 111 440 24396 5493 267101
5. Mencari rata-rata (mean)
Fi FiXi X
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka diperoleh nilai rata-rata sebesar : 49.38 dibulatkan = 49
6. Mencari Simpangan baku (S) dengan rumus
)
1
(
)
(
22
N
N
FiX
FiXi
n
s
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka diperoleh nilai simpangan baku sebesar : 10,21, dibulatkan menjadi 10 Setelah diperoleh harga X dan S. selanjutnya disusun daftar nilai untuk mengetes kenormalan distribusi data:
Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
1. Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas skor kanan interval 2. Mencari harga Z untuk batas. dengan rumus:
S X Bk
z
3. Mencari daftar O - Z dari daftar F
4. Mencari luas tiap interval. dengan cara menyelisihkan luas O - Z kelas interval yang berlawanan (tidak sejenis)
5. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan mengkalikan tiap kelas interval dengan n.
6. Mencari fo. yaitu frekuensi hasil penelitian
[image:35.595.129.521.358.732.2]7. Membuat tabel harga-harga untuk uji normalitas seperti berikut ini: Tabel 5.12
Harga-harga untuk uji normalitas
Batas
kelas
Z untuk
Batas
Kelas
Luas 0-Z
Luas tiap
Kelas Interval
f(e) fo
Chi
kuadrat
17.5 - 3.15 0.4992 0.0063 0.69 3 7.73
24.5 - 2.45 0.4929 0.033 3.66 3 0.11
31.5 - 1.75 0.4599 0.1068 11.85 6 2.88 38.5 - 1.05 0.3531 0.2163 24.00 20 0.66 45.5 - 0.35 0.1368 0.2736 30.36 38 1.92
52.5 0.35 0.1368 0.2163 24.00 26 0.16
59.5 1.05 0.3531 0.1068 11.85 12 0.0018
66.5 1.75 0.4599 0.033 3.66 1 1.93
73.5 2.45 0.4929 0.0055 0.61 2 3.16
χ
2hitung
111 18.55
Dari tabel perhitungan diperoleh chi-kuadrathitung sebesar 18,55.
Sedangkan berdasarkan tabel dengan dk = (k-1) = 7 - 1 = 6 dan taraf signifikasi 0.05 diperoleh harga chi kuadrattabel sebesar 12,592. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa χ²hitung (18,55) > χ²tabel (12,592). Hal ini
menunjukkan bahwa variabel Y2 berdistribusi tidak normal. Sehingga perhitungan selanjutnya dilakukan dengan statistik non-parametrik.
Berdasarkan hasil penghitungan pada variable X, Y1, dan Y2 dengan
hasil distribusi data tidak normal. Maka pengujian hipotesis selanjutnya menggunakan statistik non-parametrik.
6. Uji Hipotesis
Proses pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab besar atau kecilnya pengaruh dari variabel X terhadap variabel Y1, variable X terhadap Y2
dan variable Y1 terhadap Y2. Pengujian hipotesis juga digunakan mengetahui
apakah hipotesis yang dirumuskan diterima atau ditolak. Adapun hipotesis yang penulis ajukkan dalam penelitian ini adalah :
Hipotesis 1: sertifikasi guru berkontribusi terhadap profesionalisme guru.
Hipotesis 2: sertifikasi guru berkontribusi terhadap mutu pembelajaran.
a. Hasil analisis Korelasi
Untuk mencari koefisien korelasi yaitu keterhubungan antara variabel X dengan variabel Y1 dan variabel Y2 digunakan rumus korelasi
[image:37.595.113.542.382.588.2]Spearman Rank (rho). Penggunaan rumus ini dikarenakan data berdistribusi tidak normal. Perhitungan korelasi Spearman Rank menggunakan bantuan Program SPSS.17.0 for windows dengan hasil perhitungan sebagai berikut:
Tabel 5.13
Hasil penghitungan korelasi variable X terhadap Y1
Correlations
SERTIFIKASI
GURU
PROFESIONALISME
GURU
Spearman's rho SERTIFIKASI GURU Correlation Coefficient 1.000 .189*
Sig. (2-tailed) . .047
N 111 111
PROFESIONALISME
GURU
Correlation Coefficient .189* 1.000
Sig. (2-tailed) .047 .
N 111 111
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel 5.14
Hasil penghitungan korelasi variable X terhadap Y2
Correlations
SERTIFIKASI
GURU
MUTU
PEMBELAJARAN
Spearman's rho SERTIFIKASI
GURU
Correlation Coefficient 1.000 .192*
Sig. (2-tailed) . .044
N 111 111
MUTU
PEMBELAJARAN
Correlation Coefficient .192* 1.000
Sig. (2-tailed) .044 .
N 111 111
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
[image:38.595.115.536.547.745.2]Angka korelasi antara variable sertifikasi guru dengan mutu pembelajaran sebesar 0,192.
Tabel 5.15
Hasil penghitungan korelasi variable Y1 terhadap Y2
Correlations
PROFESIONALISME GURU
MUTU PEMBELAJARAN
Spearman's rho
PROFESIONALISME GURU
Correlation
Coefficient 1.000 .754(**)
Sig. (2-tailed) . .000
N 111 111
MUTU
PEMBELAJARAN
Correlation
Coefficient .754(**) 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
Angka korelasi variable profesionalisme guru terhadap mutu pembelajaran menunjukkan nilai sebesar 0,754. Untuk mengetahui, apakah angka korelasi itu kuat atau rendah, peneliti selanjutnya menafsirkan besarnya koefisien korelasi dengan klasifikasi yang diperoleh dari Sugiono (2007:257) sebagai berikut:
Tabel 5. 16
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi menurut Sugiono
Interval
Koefisien Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199 Sangat rendah 0.20 – 0.399 Rendah 0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat 0.80 – 1.000 Sangat kuat
Berdasarkan perhitungan korelasi antara variabel X terhadap Y1,
variabel X terhadap Y2 dan Y1 terhadap Y2 dengan program SPSS.17.0 for
windows diperoleh nilai koefisien korelasi untuk variabel X dan Y1 sebesar
0,189. Nilai koefisien korelasi variabel X terhadap Y2 sebesar 0,192. Dan
koefisien korelasi Y1 terhadap Y2 sebesar 0,754.
Apabila hasil penghitungan korelasi tersebut dikonsultasikan atau dibandingkan dengan pedoman interpretasi koefisien korelasi dari Sugiono berada pada kategori sangat rendah, kecuali korelasi antara variable Y1
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Gambaran Sertifikasi bagi guru-guru SMP di Jawa Barat
Berdasarkan hasil uji kecenderungan penelitian yang dihitung melalui uji kecenderungan didapatkan hasil rata-rata skor sebesar 3,03 dengan kategori baik. Kategori baik dilihat dari kondisi guru dalam memahami tujuan dan manfat program sertifikasi bagi profesi keguruan, pola seperti apa yang diikuti guru untuk sampai pada dinyatakan sebagai guru professional (lulus program sertifikasi), dan seperti tingkat pemahaman dan pengalaman guru dalam menjalani prosedur atau tahap demi tahap pelaksanaan program sertifikasi.
Program sertifikasi sebagai program yang dikategorikan spektakuler bagi profesi guru menyita banyak perhatian guru, terutama dengan kesejahteraan yang akan diterima oleh guru manakala ia telah lulus sertifikasi. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang No. 74 tahun 2008 Bab III mengenai ―hak‖ pasal 15 yang menyatakan :
(1) Tunjangan profesi diberikan kepada Guru yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki satu atau lebih Sertifikat Pendidik yang telah diberi satu nomor registrasi Guru oleh Departemen;
b. memenuhi beban kerja sebagai Guru;
c. mengajar sebagai Guru mata pelajaran dan/atau Guru kelas pada satuan pendidikan yang sesuai dengan peruntukan Sertifikat Pendidik yang dimilikinya;
d. terdaftar pada Departemen sebagai Guru Tetap; e. berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun; dan
f. tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi selain satuan pendidikan tempat bertugas.
Lebih lanjut Pasal 17, khususnya ayat (1) yang mengungkapkan:
(1) Guru Tetap pemegang Sertifikat Pendidik berhak mendapatkan tunjangan profesi apabila mengajar di satuan pendidikan yang rasio minimal jumlah peserta didik terhadap Gurunya sebagai berikut:
c. untuk MI atau yang sederajat 15:1; d. untuk SMP atau yang sederajat 20:1; e. untuk MTs atau yang sederajat 15:1; f. untuk SMA atau yang sederajat 20:1; g. untuk MA atau yang sederajat 15:1; h. untuk SMK atau yang sederajat 15:1; dan i. untuk MAK atau yang sederajat 12:1.
Dalam buku Pedoman Penyaluran Tunjangan Profesi Guru (2009:5) disebutkan dengan jelas bahwa yang dimaksud dengan tunjangan profesi guru adalah :
Tunjangan profesi adalah tunjangan yang diberikan kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya. Guru yang dimaksud adalah guru PNS dan guru bukan PNS yang diangkat oleh pemerintah, pemerintah daerah atau yayasan/masyarakat penyelenggara pendidikan baik yang mengajar di sekolah negeri maupun sekolah swasta.
Berdasarkan buku pedoman tersebut, guru yang telah lulus sertifikasi akan mendapatkan tunjangan profesi baik guru yang berstatus PNS maupun Non-PNS. Besaran tunjangan yang akan diterimanya sebesar satu kali gaji pokok. Hal sebagaimana dikemukakan lebih lanjut dalam buku Pedoman Penyaluran Tunjangan Profesi Guru (2009:5):
Bagi guru PNS besaran tunjangan profesi adalah setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok. Bagi guru bukan PNS, tunjangan profesi
diberikan setara dengan gaji pokok PNS sesuai dengan penetapan ―in
-passing‖ jabatan fungsional guru yang bersangkutan seperti yang
diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 47 tahun 2007.
sertifikasi guru yang pada akhirnya akan menjadikan guru yang bersangkutan lebih sejahtera.
Lebih jauh, banyak media yang memfasilitasi guru untuk memahami mengenai program sertifikasi ini baik itu melalui buku pedoman sertifikasi guru, sosialisasi program sertifikasi dari dinas pendidikan kab./kota, Sosialiasi dari pengawas, sosialisasi dari berbagai LSM, dan sebagainya.
Sedangkan untuk pengalaman guru dalam mengikuti proses sertifikasi ditemukan dalam kondisi baik menunjukkan bahwa guru melakukan semua tahapan yang dipersyaratkan dalam program sertifikasi guru.
Perlu menjadi catatan khusus, bahwa kategori baik dalam penelitian ini bukan dilihat dari evaluasi program sertifikasi, tetapi lebih kepada sejauhmana guru memahami dan mengalami proses sertifikasi guru dalam jabatan melalui penilaian portofolio.
Dilihat dari berbagai hal yang harus dipersiapkan oleh guru untuk program sertifikasi guru melalui penilaian portofolio, guru memiliki kejelasan mengenai apa, berapa, dan bagaimana syarat-syarat tersebut dapat dipenuhi oleh yang bersangkutan. Buku 4 mengenai Petunjuk Teknis Sertifikasi Guru Untuk Guru tahun 2009 secara jelas menjelaskan berbagai hal terkait dengan apa yang harus dilakukan oleh guru untuk mengikuti program sertifikasi.
2. Gambaran Profesionalisme Guru-Guru SMP yang Telah Lulus Program Sertifikasi di Jawa Barat
Berdasarkan penghitungan Weighted mean scored (WMS) didapatkan sekor rata-rata sebesar 3,22 dengan kategori baik. Kategori baik dilihat dari kondisi guru-guru SMP yang diteliti, mereka memiliki rasa pengabdian yang melekat dengan dirinya, tanggungjawab sosial yang memandang profesi guru sebagai komponen penting di masyarakat, pandangan tentang kemandirian profesi guru dalam membuat keputusan mengenai apa yang harus dilakukannya, keyakinan guru-guru terhadap profesi bahwa yang berhak memberikan penilaian terhadap dirinya adalah yang mewakili profesinya, dan pandangan guru terhadap pentingnya organisasi profesi dalam pengembangan layanan professional.
mewujudkan keunggulan tersebut, secara operasional hal ini disebut pengabdian yang merupakan ciri profesionalisme.
Profesionalisme guru merupakan sikap guru terhadap profesinya, kewajiban sosial adalah bagian dari sikap yang mewujudkan profesionalisme. Artinya sikap-sikap yang dimunculkan oleh guru ketika menjalankan aktivitas profesinya harus memberikan pengaruh terhadap kehidupan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya. Semisal pandangan guru tentang pentingnya profesi keguruan bagi peserta didik, sikap ini dapat terindikasi dari semangat kerja yang ditunjukkan oleh guru kepada peserta didik dan masyarakat sekolah akan senantiasa berdampak kepada perilaku sosial peserta didik dan masyarakat sekolah.
Anggapan guru mengenai profesinya yang menuntut rasa tanggung jawab yang tinggi merupakan ciri dari profesionalisme yang akan mengarah kepada terbentuknya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah dan gurunya.
Pembentukan profesionalisme didasari oleh sejauhmana para professional menjaga nama baik profesinya. Oleh karenanya keyakinan terhadap profesi yang merupakan rasa bangga terhadap profesi yang disandangnya merupakan bagian dari terpenting dalam profesionalisme guru.
kelompok atau organisasi oleh karena itu pemahaman kode etik dalam menjalin hubungan profesi harus manjadi acuan dalam bekerja sama.
Dari paparan hasil penelitian di atas, guru-guru SMP yang diteliti dapat dikategorikan sebagai guru-guru yang mampu menyikapi profesinya dengan sangat baik hal ini terbukti dengan anggapan-anggapan dan sikap-sikap yang selalu dimunculkan oleh guru dalam setiap aktivitas kerjanya terindikasi sebagai nilai-nilai profesionalisme.
David H. Maister (1998 : 23) memberikan definisi profesionalisme, bahwa profesionalisme adalah terutama masalah sikap, bukan seperangkat kompetensi. Seorang profesional sejati adalah seorang teknisi yang peduli. Dalam konteks aplikasi sikap (profesionalisme) tersebut, Sergiovanni (Bennan Zhang, online:
http://www.ied.edu.hk/fesym/2A03-005%20Full%20paper.pdf p.7) secara tegas mengungkapkan:
Knowledge and understanding are not enough. Teachers also are expected to put their knowledge to work — to demonstrate that they can do the job. Still, demonstrating knowledge is a fairly low-level competency. Most teachers are competent enough and clever enough to come up with the right teaching performance when the supervisor is around. The proof of the pudding is whether they will do the job of their own free will and on a sustained basis.
Peningkatan kompetensi atas dorongan komitmen diri diharapkan akan mampu meningkatkan keefektifan kinerjanya di sekolah. Komitmen untuk meningkatkan kefektifan kinerja sangat berkaitan dengan pencapaian tujuan program, yaitu program pembelajaran yang diharapkan mampu menghasilkan output dan outcome yang mencapai standar. Jika guru memiliki komitmen untuk mengembangkan kompetensi diri secara terus menerus, maka proses-proses perencanaan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian program pembelajaran diyakini akan dapat dilakukan sesuai dengan tuntutan kekinian
Lebih jauh, Hall. R (Muhammad, Rifqi. 2008:3). Mengembangkan konsep profesionalisme dari level individu meliputi lima dimensi, yaitu :
a. Pengabdian pada profesi (dedication), yang tercermin dalam dedikasi profesional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan diri secara total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan hidup dan bukan sekedar sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penyerahan diri secara total merupakan komitmen pribadi dan sebagai kompensasi utama yang diharapkan adalah kepuasan rohani dan kemudian kepuasan material.
b. Kewajiban Sosial (Social obligation), yaitu pandangan tentang pentingnya paran profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat atau pun oleh profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
c. Kemandirian (Autonomy demands), yaitu suatu pandangan bahwa seorang professional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa ada tekanan dari pihak yang lain.
e. Hubungan dengan sesama profesi (Professional community affiliation), berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesinya.
3. Gambaran Mutu Pembelajaran Pada Kelas-Kelas yang Dibina oleh Guru yang Telah Lulus Program Sertifikasi di Jawa Barat
Hasil penghitungan terhadap variable mutu pembelajaran dengan menggunakan WMS menghasilkan skor sebesar 2,75 dengan kategori baik. Hal ini dilihat dari mutu input, mutu proses, dan mutu oputput pembelajaran. Dari ketiga sub variable, hanya sub variable ketiga (mutu output) yang kondisnya rendah. Mutu output terdiri dari mutu akademik dan non akademik.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak selalu input dan proses yang baik akan menghasilkan output yang baik pula. Mengapa demikian? Keberbutuan hasil pembelajaran memiliki sejumlah komponen yang terkait, bukan saja komponen guru, yakni komponen karakteristik siswa itu sendiri, fasilitas, kondisi keluarga peserta didik, dan sebagainya.
Mutu input pembelajaran yang dilihat dari mutu silabus dan mutu RPP yang menunjukkan kondisi yang baik. Hal ini mengindikasikan bahwa guru-guru yang diteliti telah membuat silabus dan RPP sebagai bagian dari tugasnya.
Dalam hal ini guru-guru yang diteliti melaksanakan fase-fase tersebut dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
[image:48.595.179.508.388.715.2]Kerangka pengembangan mutu pembelajaran merupakan kondisi yang sistemik. Artinya untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang baik, maka mutu input dan mutu proses pun harus dijaga. Penjagaan mutu merupakan upaya penjaminan mutu pendidikan merupakan tanggungjawab kepala sekolah dan pengawas sekolah. Keduanya memiliki kewenangan secara secara fungsional. Michelle Rhee (2009) mengungkapkan sebuah kerangka kegiatan belajar mengajar yang mengarah pada ―good teaching‖ sebagai berikut:
Menurut Rhee, dalam perencanaan KBM guru harus merencanakan dua hal, yaitu pengajaran (didefinisikan sebagai proses fasilitasi peserta didik untuk belajar) dan lingkungan belajar anak. Proses pengajaran yang harus dilakukan oleh guru menurut Rhee harus memenuhi Sembilan hal berikut: 1) Focus students on lesson objectives
2) Deliver content clearly
3) Engage all students in learning
4) Target multiple learning styles
5) Check and respond to the students understanding
6) Maximize instructional time
7) Invest student in their learning
8) Interact positively and respectfully with students
9) Reinforce positive behavior, redirect off-task behavior, and de-escelate
challenging behavior.
4. Dampak Program Sertifikasi Terhadap Profesionalisme Guru dan Mutu Pembelajaran di Jawa Barat
Analisis terhadap dampak program sertifikasi guru terhadap profesionalise guru dan mutu pembelajaran dilakukan melalui pengujian hubungan diantara kedua variable. Jika hubungannya kuat, kemudian dilanjutkan pada pengujian kontribusi, tetapi jika hubungannya lemah maka pengujian selanjutnya tidak dilakukan.
Hipotesis 1: sertifikasi guru berkontribusi terhadap profesionalisme guru.
Hipotesis 2: sertifikasi guru berkontribusi terhadap mutu pembelajaran.
Hipotesis 3: profesionalisme guru berkontribusi terhadap mutu pembelajaran.
Hasil pengujian hipotesis 1 dan 2 menunjukkan korelasi yang rendah. Korelasi masing-masing variable menunjukkan rxy sebesar 0,189 sedangkan rxy2 sebesar 0, 192. Capaian angka tersebut ada dalam kategori sangat rendah. Karenanya koefisien determinasi tidak bermakna. Sedangkan korelasi antara variable profesionalisme guru dengan mutu pembelajaran dikategorikan tinggi dengan capaian sekor sebesar 0,754 (kuat). Apabila dihitung kepada kontribusi variable y1 ke y2 mencapai 75,4% mutu pembelajaran dipengaruhi oleh profesionalisme guru.
Temuan pada pengujian hipotesis satu menunjukkan kondisi yang berbeda dengan asumsi pengambil kebijakan bahwa program sertifikasi akan meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan. Kondisi ini lebih jauh dianalisis dengan melakukan wawacara kepada guru-guru dan pengawas sekolah mengenai pengalaman para guru dan pengawas setelah proses sertifikasi selesai.
sertifikasi dan mengasumsikan bahwa sertifikasi adalah suatu kondisi final dari profesi keguruan. Apabila diperbandingkan, guru-guru sebelum sertifikasi sering mengikuti pengembangan kemampuan melalui berbagai pelatihan, workshop dan seminar, namun setelah sertifikasi dan dinyatakan lulus mereka cenderung tidak mengikuti lagi kegiatan-kegiatan tersebut.
Lebih jauh, alokasi dana tunjangan profesi yang diterima guru-guru sedikit sekali proporsinya yang digunakan untuk pengembangan profesi, bahkan kecenderungannya tidak digunakan untuk pengembangan profesi guru lebih lanjut. Para guru lebih banyak mengalokasikan dana tunjangan profesinya untuk pemenuhan sandang, pangan dan papan, seperti pembelian tanah, rehab rumah, pembelian kendaraan bermotor, ditabung di bank, dan sebagainya.
Apabila ditelusuri hal tersebut, maka dampak program sertifikasi terhadap profesionalisme dan mutu pembelajaran hanya dialami oleh sebagian kecil guru-guru yang diteliti. I Wayan Santyasa (online: http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/DIMENSI_DIMENSI_TEORETIS
.pdf) mengungkapkan:
dapat meningkatkan profesionalismenya secara mandiri. Dimensi-dimensi teoretis tersebut berperan sebagai fasilitas dan pijakan bagi guru untuk meningkatkan komitmen dan kesadaran berbasis refleksi diri dalam rangka meningkatkan profesionalismenya.
Menjawab pertanyaan mengenai apakah ada jaminan ketika seorang guru lulus sertifikasi hal tersebut akan meningkatkan mutu pendidikan, Eko Putro Widoyoko (2008:5) mengungkapkan:
Pertama dan sekaligus yang utama, sertifikasi merupakan sarana atau instrument untuk mencapai suatu tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Perlu ada kesadaran dan pemahaman dari semua pihak bahwa sertifikasi adalah sarana untuk menuju mutu. Sertifkasi bukan tujuan itu sendiri. Kesadaran dan pemahaman ini akan melahirkan aktivitas yang benar, bahwa apapun yang dilakukan adalah untuk mencapai mutu. Kalau seorang guru kembali masuk kampus untuk kualifikasi, maka belajar kembali untuk mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dan keterampilan, sehingga mendapatkan ijazah S-1. Ijazah S-1 bukan tujuan yang harus dicapai dengan segala cara, termasuk cara yang tidak benar melainkan konsekuensi dari telah belajar dan telah mendapatkan ilmu dan keterampilan baru. Demikian pula kalau guru mengikuti uji sertifikasi, tujuan utama bukan untuk mendapatkan tunjangan profesi, melainkan untuk dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan dalam standar kemampuan guru. Tunjangan profesi adalah konsekuensi logis yang menyertai adanya kemampuan yang dimaksud. Dengan menyadari hal ini maka guru tidak akan mencari jalan lain guna memperoleh sertifikat profesi kecuali mempersiapkan diri dengan belajar yang benar untuk menghadapi uji sertifikasi.
Dalam konteks tersebut, maka kemungkinan terjadi salah persepsi pada guru-guru SMP yang telah lulus sertifikasi guru tahun 2007 dan 2008. Dimana mereka menganggap bahwa sertifikasi sebagai final dari profesi guru, sehingga apa yang mereka lakukan setelah itu tidak banyak berubah menjadi lebih baik, bahkan menurun.