PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA LANSIA
DI KELURAHAN LOSUNGBATU
KECAMATAN PADANGSIDEMPUAN UTARA
KOTA PADANGSIDEMPUAN
Skripsi
OlehEri wahyuni siregar 111121071
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
Judul : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Lansia di Kelurahan Losung Batu Kecamatan Padangsidempuan Utara Kota Padangsidempuan
Nama Mahasiswa : Eri Wahyuni Siregar
NIM : 111121071
Jurusan : S1 Keperawatan Ekstensi (S.Kep)
Tahun : 2013
ABSTRAK
Perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia strategi yang dapat ditempuh oleh lansia agar dapat menerapkan cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan. Kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat terlihat dari kebersihan diri lansia, lingkungan yang kotor dan pola makan yang tidak teratur. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana gambaran perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) lansia di Kelurahan Losung Batu Kecamatan Padangsidempuan Utara Kota Padangsidempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2012. Metode penelitian adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Kelurahan Losung Batu yang berjumlah 130 orang, dengan jumlah sampel 57 responden yang diambil dengan menggunakan tekhnik pengambilan Purposive Sampling. Uji realibilitas dilakukan pada 10 orang sampel dengan nilai cronbach’s alpha 0,711. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia dengan kategori baik sebanyak 17 responden (29,8%), 35 responden (61,4%) memperlihatkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kategori cukup, dan 5 responden (8,8%) yang menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kategori kurang. Diharapkan keluarga lansia agar senantiasa menanamkan nilai-nilai PHBS kepada para lansia untuk mencegahnya datangnya penyakit dan juga melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan sekaligus memberikan informasi seputar PHBS.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Perilaku hidup Bersih dan Sehat pada Lansia di kelurahan losung Batu
Padangsidempuan Utara”.
Shalawat beriring salam tidak lupa pula penulis panjatkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke
alam yang berilmu pengetahuan sebagaimana yang kita rasakan pada saat sekarang
ini.
Skripsi disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Keperawatan di Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan Skripsi ini
penulis banyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat adanya
bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah
menyediakan waktu serta dengan penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan
arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan di fakultas
4. Ibu Sri Eka Wahyuni S.Kep, Ns, M.Kep dan Ibu Lutfiani S.Kep, Ns, M.Kes selaku
penguji I dan II yang telah memberikan arahan, motivasi dan masukan sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
5. Dewan Dosen beserta staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
6. Teristimewa buat Ayahanda dan Ibunda serta anggota keluarga lainnya yang telah
banyak memberikan do’a, nasehat, materi dan dorongan moril sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman Sejawat angkatan 2011 yang selalu memberikan bantuan, motivasi,
partisipasi, dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini dimasa yang akan datang.
Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu dalam
lindungan serta limpahan rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis berharap
mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
khususnya.
Medan, februari 2013
DAFTAR ISI
2.2.3 Perilaku Kesehatan Lingkungan ... 16
4.2 Populasi dan Sampel ... 32
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
4.4 Pertimbangan Etik ... 33
4.5 Instrumen Penelitian ... 34
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35
4.7 Pengumpulan Data ... 36
4.8 Analisa Data ... 37
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
5.1 Hasil penelitian ……….. .. 38
5.1.1 Deskripsi Data Demografi Responden ... 38
5.1.2 Prilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Lansia ... 39
5.2 Pembahasan ……… . 41
5.2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Lansia ... 5.2.2 Data Demografi Responden ... 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
6.1 Kesimpulan ………. . 48
6.2 Saran ……… 48
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1. Kerangka Penelitian perilaku hidup bersih dan
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada lansia……… ... 31 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Data Demografi
Responden di Kelurahan Losung Batu………. 39 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Lampiran 2. Instrumen Penelitian
Lampiran 3. Taksasi Dana
Lampiran 4. Jadwal Tentative Penelitian
Lampiran 5. Lembar Kegiatan Bimbingan Skripsi
Lampiran 6. Lembar Surat Survey Awal dari Fakultas Keperawatan
Lampiran 7. Lembar Surat Pengambilan Data dari Fakultas Keperawatan Lampiran 8. Lembar Surat Pengambilan Data Uji Realibel dari Kelurahan
Sitamiang
Lampiran 9. Lembar Pemberian Izin Selesai Penelitian dari Kelurahan Losung Batu
Judul : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Lansia di Kelurahan Losung Batu Kecamatan Padangsidempuan Utara Kota Padangsidempuan
Nama Mahasiswa : Eri Wahyuni Siregar
NIM : 111121071
Jurusan : S1 Keperawatan Ekstensi (S.Kep)
Tahun : 2013
ABSTRAK
Perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia strategi yang dapat ditempuh oleh lansia agar dapat menerapkan cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan. Kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat terlihat dari kebersihan diri lansia, lingkungan yang kotor dan pola makan yang tidak teratur. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana gambaran perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) lansia di Kelurahan Losung Batu Kecamatan Padangsidempuan Utara Kota Padangsidempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2012. Metode penelitian adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Kelurahan Losung Batu yang berjumlah 130 orang, dengan jumlah sampel 57 responden yang diambil dengan menggunakan tekhnik pengambilan Purposive Sampling. Uji realibilitas dilakukan pada 10 orang sampel dengan nilai cronbach’s alpha 0,711. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia dengan kategori baik sebanyak 17 responden (29,8%), 35 responden (61,4%) memperlihatkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kategori cukup, dan 5 responden (8,8%) yang menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kategori kurang. Diharapkan keluarga lansia agar senantiasa menanamkan nilai-nilai PHBS kepada para lansia untuk mencegahnya datangnya penyakit dan juga melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan sekaligus memberikan informasi seputar PHBS.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua individu
mengikuti pola perkembangan dengan pasti dan dapat diramalkan. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan dan tidak dapat diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan
memberikan pengaruh terhadap tahap-tahap selanjutnya. Salah satu tahap yang akan dilalui oleh individu tersebut adalah masa lanjut usia atau lansia (Hurlock,
1999).
Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas.Di seluruh dunia penduduk Lansia (usia 60 keatas) tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya.
Diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil prediksi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77 persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34
persen pada tahun 2020. Selain itu, Kesejahteraan Lanjut Usia mengamanatkan bahwa program dan kegiatan pembangunan kesejahteraan sosial harus berorientasi
kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan
semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit. Dengan demikian, peningkatan jumlah penduduk lanjut usia menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan. Bila
permasalahan tersebut tidak diantisipasi dari sekarang, maka tidak menutup kemungkinan bahwa proses pembangunan akan mengalami berbagai hambatan.
Penduduk Lanjut usia dua tahun terakhir di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009 (U.S. Census
Bureau,International Data Base, 2009) jumlah ini termasuk terbesar keempat setelah China, India dan Jepang. Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk
lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia. Badan Pusat Statistik (BPS, 2009).
Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk
mendukung pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dengan keputusan Menteri Kesehatan No.131/ Menkes SK/ II/2004dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem Pemberdayaan
Masyarakat. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan untuk mendukungupaya peningkatan perilaku sehat ditetapkan Visi Nasional Promosi
melaksanakan program Promosi Kesehatan di Daerah telah ditetapkan Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah dengan Keputusan menteri Kesehatan RI No.1114/Menkes/SK/VIII/2005 (Dinkes, 2005).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatan (Dinkes, 2010).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan bahwa praktik PHBS di Indonesia masih rendah yaitu 38,7%, dibandingkan dengan target
Nasional sampai tahun 2010 sebesar 65,0%. Data Riskesdas menunjukkan sebanyak 22 provinsi mempunyai prevalensi PHBS di bawah prevalensi nasional,
diantaranya yaitu Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung Kepulauan Riau, dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang paling rendah pencapaiannya, yaitu sebesar 36,8% (Depkes, 2008).
Menurut Budihardja (2004), berdasarkan beberapa survei di Dinas Kesehatan, masyarakat yang berperilaku hidup sehat masih kurang dari 10%. Kurangnya
lingkungan sehingga memudahkan terjadinya penularan penyakit.
Pemerataan pembangunan yang berwawasan kesehatan tentunya mencakup semua golongan masyarakat, baik kelompok anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Hasil survei awal yang dilakukan pada beberapa lansia yang ada di
kelurahan Losung Batu menunjukkan kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat, hal tersebut terlihat dari kebersihan diri lansia,lingkungan yang kotor dan pola
makan yang tidak teratur. Hal inilah yang menyebabkan perlu dilakukan penelitian dilihat dari ruang lingkup masyarakat kelompok lansia tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa penting untuk meneliti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Lansia di Kelurahan Losung Batu
Kecamatan Padangsidempuan Utara Kota Padangsidempuan. 1.2 Tujuan Penelitian
Mengetahui bagaimana gambaran perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
lansia di Kelurahan Losung Batu Kecamatan Padangsidempuan Utara Kota Padangsidempuan.
1.3 Pertanyaan Peneliti
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan dalam pengembangan keperawatan khususnya keperawatan gerontik. Serta
memberikan gambaran perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia di Kelurahan Losung Batu.
1.4.2 Praktek keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diintegrasikan dalam pembelajaran keperawatan komunitas, khususnya keperawatan gerontik tentang perilaku hidup
bersih dan sehat pada lansia, sehingga fakta ini dapat dikembangkan dalam praktek belajar lapangan keperawatan komunitas.
1.4.3 Bagi peneliti selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku 2.1.1. Pengertian perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Berdasarkan kedua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan
perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia
hidup dan beraktifitas.
2. Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi karena
memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program
baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai
Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
itu berperilaku ada empat alasan pokok, yaitu : 1. Pemikiran dan perasaan
Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap
dan lain-lain.
2. Orang penting sebagai referensi
Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan lakukan cenderung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi seperti: guru, kepala suku dan lain-lain.
3. Sumber-sumber daya
Sumber daya yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya: waktu, uang,
tenaga kerja, ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.
4. Kebudayaan
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan.
Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.
Perilaku dapat dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan
2.1.2 Bentuk-bentuk Perilaku
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi membagi Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
2.1.2.1. Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,dan ini terjadi setelah melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Notoadmodjo (1993), Pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu :
1. Tahu (Know)
Diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tabu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, mendefinisikan, dan mengatakan.
2. Pemahaman (Comprehension)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dalam
konteks atau situasi lain. Misalnya adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian dan dapat menggunakan prinsip-
prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus-kasus yang diberikan. 4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang
telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang ada.
2.1.2.2. Perilaku dalam Bentuk Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yag bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo,1993)
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok, yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).
A.Menurut Notoatmodjo Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yaitu : 1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya: Sikap orang terhadap lingkungan dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang
lingkungan.
2. Merespon (Responding)
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan
tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
B. Menurut Purwanto (1990) ciri-ciri sikap adalah :
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini
membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis, seperti : lapar, haus atau kebutuhan akan istirahat.
2. Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang, bila terdapat keadaan-keadaan dari syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek, dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau
berubah senantiasa.
kumpulan dari hal-hal tersebut.
5. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan- pengetahuan yang dimiliki orang.
C. Fungsi sikap dibagi menjadi 4 (empat) golongan, yakni :
1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat
communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama.
2. Sebagai alat pengukur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil
atau binatang pada umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan, tetapi pada
orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi, antara perangsang dan
reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu
sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan- keinginan pada orang itu dan
sebagainya.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu
pengalaman yang berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh
manusia tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana-mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih. 4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang.
Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu, dengan melihat sikap-sikap pada objek
tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi, sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap seseorang, maka kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap
orang tersebut dan dengan mengetahui keadaan sikap itu maka kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut diubah dan bagaimana cara
mengubah sikap tersebut (Purwanto,1999). 2.1.2.3. Perilaku dalam Bentuk Tindakan
Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmojo, 1993).
A. Tindakan terdiri dari 4 (empat) tingkatan, yaitu : 1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2. Respon Terpimpin (Guided Response)
3. Faktor-faktor Pendukung (Reinforcing Factors)
Adalah faktor-faktor ini meliputi: faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, undang- undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang
terkait dengan kesehatan.
2.2. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2.2.1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga oleh karena itu kesehatan perlu dijaga,
dipelihara, dan ditingkatkan oleh setiap rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak. Rumah tangga sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan
melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat (depkes, 2007).
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah salah satu strategi yang dapat
ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada keluarga, yang artinya harus ada komunikasi antar
sektor terkait untuk memfasilitasi kegiatan PHBS di keluarga agar dijalankan
secara efektif (Machfoedz, 2005).
2.2.2. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Program PHBS merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dan dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya
(Notoatmodjo, 2007).
2.2.3. Perilaku Kesehatan Lingkungan
Seseorang dapat merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya
sehingga tidak kesehatan sendiri, keluarga atau masyarakat. Misalnya, bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Becker, (1979) yang dikutip oleh Notoatmodjo, (2007) membuat klasifikasi tentang perilaku hidup sehat ini yaitu sebagai berikut:
kuantitas dalam artijumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh
(tidak kurang, tetapi juga tidak lebih).
2. Olah raga yang teratur mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga. Dengan
sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
3. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Namun kenyataannya, kebiasaan merokok ini khususnya di Indonesia seolah sudah membudaya hampir 50% penduduk
Indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari hasil penelitian, sekitar 15% remaja telah merokok.
4. Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan akibat penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu istirahat jadi
berkurang. Hal ini juga membahayakan kesehatan.
5. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, lebih sebagai
akibat tuntutan hidup yang keras seperti diatas. Kecenderungan stres meningkat pada setiap orang. Stres tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar stres tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Kita harus dapat
mengendalikan stres atau mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan yang positip.
dengan lingkungan dan sebagainya.
2.2.4. Indikator PHBS
Menurut Depkes RI (2002) menetapkan indikator yang ditetapkan pada program PHBS berdasarkan area / wilayah, ada tiga bagian yaitu sebagai berikut:
Ditetapkan 3 indikator, yaitu:
a. Persentase penduduk tidak merokok.
b. Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan. c. Persentase penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga.
Alasan dipilihnya ke tiga indikator tersebut berdasarkan issue global dan
regional, seperti merokok telah menjadi issue global, karena selain mengakibatkan penyakit seperti jantung, kanker paru-paru juga. Pola makan yang buruk akan
berakibat buruk pada semua golongan umur, Kurang aktifitas fisik dan olah raga mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu, apabila berlangsung lama akan menyebabkan berbagai penyakit, seperti jantung, paru-paru, dan lain-lain (Depkes
RI, 2002).
2.2.5. Menajemen PHBS
Menurut Depkes RI (2002), manajemen PHBS adalah penerapan keempat proses manajemen pada umumnya ke dalam model pengkajian dan penindaklanjutan berikut ini:
a. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang Pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat kesejahteraan.
derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin tinggi.
b. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan, dimana dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat
kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan. Misalnya, seseorang menderita diare karena minum air yang tidak dimasak, seseorang
membuang sampah sembarangan karena tidak adanya fasilitas tong sampah c. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang langsung
atau tidak mempengaruhi derajat kesehatan.
d. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Faktor
perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup merupakan pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti trend yang berlaku dalam kelompok sebayanya,
ataupun hanya untuk meniru dari tokoh idolanya. Misalnya, seseorang yang mengidolakan aktor atau artis yang tidak merokok. Dengan demikian suatu
rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Depkes RI, 2002).
2.2.6 Sasaran PHBS
Dalam program PHBS ini diarahkan pada sasaran utama sasaran utama yaitu PHBS Tatanan Rumah Tangga yaitu seluruh anggota keluarga yaitu
amatan/Puskesmas dan Kabupaten/Kota sehat. (Depkes RI, 2006).
Menurut Tarigan (2004), sasaran PHBS pada lansia yang kurang baik akan menimbulkan berbagai penyakit. Dengan demikian untuk mengurangi prevalensi dampak buruk tersebut, maka perlu diterapkan sasaran PHBS dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kebersihan Kulit
Memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan kebiasaan berikut ini : a. Mandi dua kali sehari
b. Mandi pakai sabun
c. Menjaga kebersihan pakaian d. Menjaga kebersihan lingkungan
2. Kebersihan Rambut
Menurut Irianto (2009) untuk selalu memelihara rambut dan kulit kepala
dan kesan cantik serta tidak berbau apek, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Memberhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang kurangnnya dua kali seminggu
b. Mencuci rambut dengan shampo/bahan pencuci rambut lain
c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri
3. Kebersihan Gigi
a. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap habis makan
b. Memakai sikat gigi sendiri
c. Menghindari makanan yang merusak gigi
d. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi
e. Memeriksakan gigi secara rutin
4. Kebersihan Tangan, kaki dan kuku
Menurut Odang (1995) yang dikutip oleh Hadijah 2007, menyatakan bahwa dalam menghindari penyakit akibat kuku yang kotor maka perlu diperhatikanhal berikut :
a. Membersihkan tangan sebelum makan b. Memotong kuku secara teratur
c. Membersihkan lingkungan d. Mencuci kaki sebelum tidur.
5. Kebiasaan Berolah Raga
Menurut (Irianto, 2007) olah raga yang teratur mencakup kualitas gerakan dan kuantitas dalam arti dan frekuensi yang digunakan untuk berolah raga.
Dengan demikian akan menentukan status kesehatan seseorang. Dorongan berolah raga secara teratur dapat memelihara jantung, peredaran darah dan frekuensi nadi. Macam-macam olah raga dapat kita lakukan antara lain bersepeda, lari, berenang
dan senam.
6. Kebiasaan Tidur yang Cukup
susunan saraf serta tubuh terpelihara agar tetap segar dan sehat. Tidur yang sehat
merupakan kebutuhan penting yang dibutuhkan setiap hari. Tidur yang sehat apabila lingkungan tempat tidur udaranya bersih, suasana tenang dan cahaya lampu remang-remang (tidak silau) serta kondisi tubuh yang nyaman. Misalnya,
tungkai diletakkan agak tinggi agar memperlancar peredaran darah pada anggota gerak bawah.
7. Gizi dan Menu Seimbang
Menurut (Tarigan, 2004), keadaan gizi setiap individu merupakan faktor yang amat penting karena zat gizi zat kehidupan yang esensial bagi pertumbuhan
dan perkembangan manusia sepanjang hayatnya. Gizi seimbang adalah satu faktor percepatan pada pertumbuhan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, aktif dan
produktif. Sebaliknya, kekurangan gizi pada lansia akan mengakibatkan lemahnya kemampuan motorik, cepat lelah dan sakit-sakitan.
2.2.7Tujuan PHBS
Tujuan Umum dari PHBS adalah meningkatnya rumah tangga sehat di Desa, kabupaten/kota diseluruh indonesia, dan tujuan khususnya untuk
meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan anggota rumah tangga untuk melakukan PHBS serta berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat (Depkes, 2007).
2.2.8. Manfaat PHBS
Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat antara lain :
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah
kesehatan
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
d. Masyarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber
masyarakat (UKBM) seperti posyandu,jaminan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), kelompok pemakai air, ambulans desa dan lain- lain
(Dinkes, 2008)
2.3. Konsep lansia 2.3.1 Pengertian Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Budi Anna Keeliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1996 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah sesorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Menurut World Health Organization (WHO) (1988) pengelompokan lansia terdiri dari Middle Age disebut juga sebagai pra lansia yang berumur 45-59 tahun. Ederly lansia yang berumur 60-74 tahun, Old age yaitu lansia berumur 75-90
tahun, Very Old lansia yang berumur diatas 90 tahun.
Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti
rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan ancaman
orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi
yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono, 2000). 2.3.2. Batasan Lansia
Organisasi Kesehatan Dunia berpendapat bahwa lanjut usia meliputi usia
pertengahan yakni kelompok usia 46 – 59 tahun. Lanjut usia yakni antara usia 60-74 tahun. Usia lanjut tua yaitu antara 75-90 tahun, Menurut Undang-Undang
No.13 1998 lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Sedangkan menurut Prof.Dr.Koesoemoto Setyonegara pengelompokan lanjut usia sebagai berikut usia dewasa muda 18 atau 20-25 tahun. Usia dewasa penuh atau
maturitas 25-60 atau 65 tahun. Lanjut usia lebih dari 65 atau 70 tahun. terbagi untuk 75 -80 tahun, dan lebih dari 80 tahun.
2.3.3 Ciri-ciri Lansia
Menurut Hurlock (1999), periode lansia sama dengan seperti periode lainnya dalam rentang kehidupan seseorang, ditandai dengan perubahan fisik dan
psikologistertentu. Efek-efek tersebut menentukan, apakah pria atau wanita lansia akan melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk. Adapun ciri-ciri lansia
adalah :
a. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran yang terjadi pada lansia berupa kemunduran fisik dan juga
mental. Kemuduran tersebut sebagian datang dari faktor fisik dan sebagian lagi dari faktor psikologis. Penyebab kemunduran fisik merupakan suatu perubahan
sendiri, orang lain, pekerjaan, dan kehidupan pada umumnya.
b. Perbedaan individual pada efek menua
Individu menjadi tua secara berbeda karena mereka mempunyai sifat bawaan yang berbeda, sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan yang berbeda,
serta pola hidup yang berbeda. Perbedaan terlihat diantara individu-individu yang mempunyai jenis kelamin yang sama, dan semakin nyata bila pria
dibandingkan dengan wanita karena menua terjadi dengan laju yang berbeda pada masing-masing jenis kelamin. Bila perbedaan perbedaan itu bertambah sesuai usia, perbedaan-perbedaan tersebut akan membuat individu bereaksi
secara berbeda terhadap situasi yang sama.
c. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda
Arti usia tua itu sendiri kabur dan tidak jelas serta tidak dapat dibatasi pada anak muda, maka individu cenderung menilai tua itu dalam hal penampilan dan
kegiatan fisik. Banyak individu lansia melakukan segala apa yang dapat disembunyikan atau disamarkan menyangkut tanda-tanda penuaan fisik
denganmemakai pakaian yang biasa dipakai orang muda dan berpura-pura mempunyai tenaga muda. Inilah cara lansia untuk menutupi dari dan membuat ilusi bahwa lansia belum berusia lanjut.
d. Berbagai stereotipe lansia.
Banyak stereotipe lansia dan banyak pula kepercayaan tradisional tentang
sebagai usia yang tidak menyenangkan, diberi tanda sebagai orang yang tidak
menyenangkan oleh berbagai media massa. Pendapat klise masyarakat tentang lansia adalah pria dan wanita yang keadaan fisik dan mentalnya loyo sering pikun, jalan membungkuk, dan sulit hidup bersama orang lain.
e. Sikap sosial terhadap lansia
Pendapat klise tentang lansia mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap
sosial terhadap lansia. kebanyakan pendapat klise lansia tersebut tidak menyenangkan, sehingga sikap sosial tampaknya cenderung menjadi tidak menyenangkan
f. Lansia mempunyai status kelompok-minoritas
Status lansia dalam kelompok-minoritas adalah suatu yang dalam berapa hal mengecualikan lansia untuk tidak berinteraksi dengan kelompok lainnya, dan memberi sedikit kekuasaan atau bahkan tidak memperoleh kekuasaan apapun.
Status kelompok minoritas ini terutama terjadi sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap individu lansia dan pendapat klise yang
tidak menyenangkan tentang mereka. g. Menua membutuhkan perubahan peran.
Pengaruh kebudayan dewasa ini, dimana efisiensi kekuatan, kecepatan dan
kemenarikan bentuk fisik sangat dihargai, mengakibatkan lansia sering dianggap tidak ada gunanya lagi. Lansia tidak dapat bersaing dengan
h. Penyesuaian yang buruk merupakan ciri-ciri lanjut usia.
Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi individu lansia, tampak dalam cara orang memperlakukan lansia, maka tidak heran lagi kalau banyak individu lansia mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan. Hal ini
cenderung diwujudkan dalam bentuk perilaku yang buruk. Lansia yang pada masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung untuk semakin jahat
ketimbang mereka yang dalam menyesuaikan diri pada masa lalunya mudah dan menyenangkan.
i. Keinginan menjadi muda kembali sangat kuat pada lansia. Status
kelompok-minoritas yang dikenakan pada individu lansia secara alami telah membangkit keinginan untuk tetap mudah selama mungkin dan ingin dipermudah apabila
tanda-tanda menua tampak. Berbagai cara-cara kuno, obat yang manjur untuk segala penyakit, zat kimia, tukang sihir dan ilmu gaib digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Kemudian timbul orang-orang yang bisa membuat
orang tetap awet muda, yang dipercaya mempunyai kekuatan magis untuk mengubah lansia menjadi muda lagi.
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian menurut Setiadi (2007) adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang akan diteliti. Sesuai dengan tujuan dan pemikiran peneliti yaitu mendapatkan
gambaran tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada lansia di Kelurahan Losung Batu Padangsidempuan Utara.
Variabel adalah karakteristik yang diamati yang memiliki variasi nilai dan
merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya (Setiadi, 2007).
Lansia
Perilaku PHBS : 1. Kebersihan kulit 2. Kebersihan rambut 3. Kebersihan gigi
4. Kebersihan tangan,kaki dan kuku 5. Kebiasaan berolahraga
3.2.Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana cara menentukan variabel dan mengukur suatu variabel.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data (Nursalam, 2003). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang
bertujuan untuk mengetahui gambaran penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia di Kelurahan Losung Batu Kecamatan Padangsidempuan Utara Kota
Padangsidempuan.
4.2 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Kelurahan Losung Batu
Padangsidempuan Utara yang diperoleh dari kelurahan yaitu berjumlah 130 orang (2009).
2. Sampel
Notoatmodjo (2010), mengatakan bahwa sampel adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili keseluruhan populasi. Peneliti menggunakan tekhnik pengambilan Purposive Sampling, yaitu
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Berusia ≥ 60 tahun 2. Sehat jasmani
3. Tinggal bersama keluarga
4. Bersedia menjadi responden
Berdasarkan populasi penelitian maka sampel yang didapat adalah sebagai
berikut : n = N
1+ N (d)2 n = 130
1+ 130 (10%)2 n = 56,5 n = 57 (dibulatkan)
Keterangan :
n : Besar sampel
N : Besar populasi
d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (10-20%)
4.3. Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Losung Batu Kecamatan Padangsidempuan Utara Kota padangsidempuan. Penelitian ini dilakukan pada
Juni - November 2012. Adapun alasan memilih lokasi karena di kelurahan ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia. Selain itu lokasi tempat penelitian ini dekat dengan tempat tinggal peneliti
4.4. Pertimbangan Etik
Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan izin kepada institusi
pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan permohonan izin kepada kantor kelurahan Losung Batu, tempat penelitian
dilakukan. Setelah mendapat izin persetujuan kemudian melakukan penelitian dengan menekankan pertimbangan etik yang meliputi :
a. Informed concent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang di isi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila responden menolak maka peneliti tidak bisa memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
b. Anonimity (tanpa nama )
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden
pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup dengan memberi kode berupa angka pada masing-masing lembaran tersebut.
c. Confidentiality
Kerahasiaan responden akan dijamin oleh peneliti, hanya sekelompok data tersebut yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil dari penelitian
(Hidayat, 2007).
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk
kelamin, suku, agama, pendidikan dan pekerjaan. Pada bagian kedua, tentang
pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia terdiri dari kebersihan kulit (1-3), kebersihan rambut (4-6), kebersihan gigi (7-9), kebersihan tangan kaki dan kuku (10-13), kebiasaan berolahraga (14-16), kebiasaan tidur yang cukup
(17-19) dan gizi menu seimbang (20-22). Pada kuesioner terdiri dari 22 pernyataan. Untuk menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap komponen dengan
menggunakan skala Likert (Arikunto, 2002), yaitu skor pernyataan dengan jawaban “Sering=4”, “kadang-kadang=3”, jarang=2 dan “Tidak pernah=1”. Perilaku lansia terhadap perilaku hidup bersih dan sehat dikategorikan “Baik :
67-88”, “Cukup :45-66”, dan “Kurang:22-44”.
4.6. Validitas dan Reliabilitas instrument
Instrument penelitian dibuat oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Uji validitas
kuesioner penelitian ini dilakukan dengan validitas isi. Validitas isi sebuah instrumen adalah validitas yang merujuk sejauh mana instrumen penelitian
tersebut memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu (Setiadi, 2007).
Validitas isi instrumen penelitian ini dilakukan hanya atas dasar
pertimbangan peneliti dalam makna juga mengandung unsure subjektif tetapi mengacu pada isi yang dikehendaki. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan
tersebut, kalimat pernyataan dalam kuesioner disusun kembali dengan bahasa
yang lebih efektif dan dengan item-item pertanyaan yang akan mengukur sasaran yang ingin diukur sesuai dengan tinjauan dan kerangka konsep.
Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen maka dilakukan uji
reliabilitas. Uji reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi,
2007). Uji reliabilitas instrumen ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan alat ukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali bila digunakan beberapa kali
pada kelompok subjek yang sama (Azwar, 2003). Uji reliabilitas penelitian ini dilakukan terhadap responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian.
Kemudian jawaban dari responden diolah dengan bantuan komputer. Pada penelitian ini dilakukan uji reliabilitas pada 10 responden dan diperoleh reliabilitas dengan nilai cronbach’s alpha 0,711. Bila dilakukan uji reliabilitas
diperoleh nilai cronbach’s alpha 0,70, maka instrumen dinyatakan realibel (polit & Hungler ,1999).
4.7. Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan kemudian mengirimkan permohonan
izin ketempat penelitian Kelurahan Losung Batu. Setelah mendapat izin ketempat penelitian, peneliti kemudian menyebar kuesioner dengan cara mendatangi rumah
calon responden untuk berpartisipasi, responden diminta untuk menandatangani
lembar persetujuan menjadi responden. Jika calon responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati hak responden tersebut. Setelah kuesioner diisi, kuesioner tersebut dikumpulkan kembali dan diperiksa
kelengkapannya. Apabila ada yang belum lengkap maka kuesioner tersebut dilengkapi pada saat itu juga.
4.8. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data kembali dengan memeriksa kuesioner apakah data dan jawaban sudah lengkap dan benar (editing).
Kemudian data diberi kode (coding) berupa angka untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan keputusan
yang dimasukkan kedalam bentuk tabel. Entry data dilakukan menggunakan teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer guna
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian perilaku hidup
bersih dan sehat pada lansia melalui proses pengumpulan data dari tanggal 04 Oktober sampai 14 Oktober 2012 dengan jumlah responden 57 orang di
Kelurahan Losung Batu. Penyajian data hasil penelitian meliputi data demografi responden dan perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia.
5.1.1. Deskripsi Data Demografi Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden berada pada rentang umur 60-90 tahun, persentase tertinggi berada pada rentang umur 60-74 tahun sebanyak
39 orang (68,4%) sedangkan pada rentang 75-90 sebanyak 18 orang (31,6%) Berdasarkan jenis kelamin responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31 orang (54,4%), sedangkan perempuan sebanyak 26 orang (45,6%). Agama
responden adalah beragama Islam sebanyak 53 orang (93%), sedangkan yang beragama Kristen sebanyak 4 orang (7%). Suku responden terdiri dari suku Batak
adalah suku tertinggi sebanyak 48 orang (84,2%), suku Jawa 6 orang (10,5%), suku Nias 2 orang (3,5%), sedangkan suku Padang sebanyak 1 orang (1,8%). Mayoritas pendidikan terakhir responden SD sebanyak 26 orang (45,6%), SMP
sebanyak 8 orang (14%), SMU sebanyak 22 orang (38,6%), dan perguruan tinggi 1 orang (1,8%). Pekerjaan responden wiraswasta sebanyak 21 orang (36,8%),
distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden dapat
dilihat pada tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Data Demografi Responden di Kelurahan Losung Batu (n=57)
No. Data Demografi Responden Frekuensi Persentase
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat
dengan kategori kurang. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.2 di bawah
ini.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia di Kelurahan Losung Batu Padangsidempuan (n=57)
PHBS Frekuensi Persentase
Baik
Dari data hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan
untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia di Kelurahan Losung Batu Kecamatan Padangsidempuan Utara Kota Padangsidempuan.
5.2.1. Perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia 1. Kebersihan Kulit
Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku memelihara kebersihan kulit dengan kategori baik (66,7%). Menurut (Tarigan, 2004) memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan kebiasaan
berikut ini : mandi dua kali sehari, mandi pakai sabun, menjaga kebersihan pakaian menjaga kebersihan lingkungan. Hal ini dapat disimpulkan lansia dapat
memelihara kebersihan kulit dengan baik.. Kebersihan kulit mencerminkan kesadaran seseorang terhadap pentingnya arti kebersihan kulit dan kerapihan dalam berpakaian. Dalam hal ini lansia perlu tetap diperhatikan agar penampilan
membersihkan kulit dapat dilakukan dengan cara mandi setiap hari secara teratur,
paling sedikit dua kali sehari (Bandiyah, 2009). 2. Kebersihan rambut
Berdasarkan perkembangan fisiologis pertumbuhan rambut, terjadi
beberapa perubahan pada lansia yaitu kulit kepala dan rambut menjadi kering, rambut berwarna putih, rontok dan tidak mengkilap serta mudah patah dan rapuh
(maryam, 2008). Pada penelitian ini didapatkan perilaku dalam memelihara kebersihan rambut dengan persentase tertinggi terdapat pada kategori kurang yaitu sebanyak 52,6%. Hal ini sejalan dengan teori (Potter, 2005) yang mengatakan
bahwa perawatan rambut merupakan salah satu komponen dari perawatan kebersihan diri sehingga bila perawatan rambut tidak terpenuhi akan
mempengaruhi kebersihan diri seseorang. Perawatan rambut yang baik harus dilakukan rutin untuk memenuhi kebutuhan kebersihan rambut.. Rambut yang tidak disisir mungkin karena kurangnya minat, depresi atau ketidakmampuan fisik
untuk merawat rambut. Rambut yang tidak dibersihkan akan menjadi kotor karena debu dan kotoran yang lain akan melekat di rambut dan kulit kepala.
3. Kebersihan gigi
Pada penelitian ini didapatkan kebersihan gigi tertinggi pada kategori kurang sebanyak 33 orang (57,9%). Lansia di Kelurahan Losung Batu dari
penampilan lansia sendiri kebanyakan mereka tampak kurang melakukan perawatan diri., banyak yang merokok, mulut dan bibir kelihatan biru, gigi
mereka sebagian sudah ada yang ompong. Namun berbeda pada sebagian lansia
yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yang baik, mereka kelihatan lebih bersih dan rapi, tetapi mereka juga mengatakan jarang sikat gigi karena malas dan jika malam hari sering makan dan minum kopi. Perawatan gigi merupakan salah satu
perawatan diri yang harus dilaksanakan oleh lansia. Jika perawatan ini tidak baik dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan lansia
(Hegner, 2003).
4. Kebersihan, tangan, kaki dan kuku
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 57 responden
melaksanakan kebersihan pada tangan, kaki dan kuku dengan kategori cukup yaitu sebanyak 26 orang (45,6%) . Menurut (Hadijah, 2007) menyatakan bahwa dalam
menghindari penyakit akibat kuku yang kotor maka perlu diperhatikan Membersihkan tangan sebelum makan, memotong kuku secara teratur, membersihkan lingkungan dan mencuci kaki sebelum tidur. Teori ini sejalan
dengan hasil penelitian kurangnya perhatian para lansia dalam memelihara kebersihan kaki, tangan, dan, kuku dapat menimbulkan gampang terserang
penyakit.
5. Kebiasaan berolahraga
Berdasarkan hasil penelitian dari 57 responden didapatkan frekuensi tertinggi
terdapat pada kategori kurang yaitu sebanyak 32 orang (56,1%). Menurut (Irianto, 2007) olah raga yang teratur mencakup kualitas gerakan dan kuantitas dalam arti
menunjukkan kurangnya para lansia untuk melaksanakan kebiasaan berolahraga.
Olahraga yang teratur dapat menurunkan resiko terserang penyakit degeneratif, oleh karena itu lanjut usia dianjurkan untuk berolahraga yang ringan tapi teratur.
Jenis olahraga yang bisa dilakukan oleh lanjut usia antara lain berenang, berjalan kaki, bersepeda santai dan senam lanjut usia.
6. Kebiasaan tidur yang cukup
Berdasarkan hasil penelitian dari 57 responden didapatkan frekuensi tertinggi pada kategori cukup yaitu sebesar 30 orang (52,6%). Menurut (Irianto, 2007)
Tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk memulihkan tenaga. Dengan tidur yang cukup, kemampuan dan keterampilan akan meningkat, sebab susunan saraf serta tubuh terpelihara agar tetap segar dan sehat. Tidur yang sehat
merupakan kebutuhan penting yang dibutuhkan setiap hari. Tidur yang sehat apabila lingkungan tempat tidur udaranya bersih, suasana tenang dan cahaya
lampu remang-remang (tidak silau) serta kondisi tubuh yang nyaman. Sejalan dengan hasil penelitian kebiasaan tidur yg cukup mempengaruhi kesehatan lansia.
7. Gizi dan menu seimbang
Berdasarkan hasil penlitian menunjukkan bahwa persentase tertinggi terdapat pada kategori baik yaitu sebanyak 32 orang (56,1%). Menurut (Tarigan,
2004) Gizi seimbang adalah satu faktor percepatan pada pertumbuhan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, aktif dan produktif. Sebaliknya, kekurangan gizi pada lansia akan mengakibatkan lemahnya kemampuan motorik, cepat lelah dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat pada
lansia berdasarkan sasaran PHBS dengan persentse tertinggi dengan kategori baik yaitu kebersihan Kulit (66,7%) dan gizi dan menu seimbang (56,1%), kemudian kategori cukup yaitu Kebersihan tangan, kaki dan kuku (45,6%) dan kebiasaan
tidur yang cukup (52,6%). Sedangkan persentase terendah dengan kategori kurang yaitu kebersihan gigi (57,9%), diikuti kebersihan berolahraga (56,1%),
kebersihan rambut (52,6%) Dimana keseluruhan faktor ini sangat mendukung para lansia untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Hasil penelitian tentang perilaku hidup bersih menunjukkan bahwa responden
berperilaku baik sebanyak 14 responden (24,6%), cukup adalah sebanyak 38 responden (66,7%), dan kurang yaitu 5 responden (8,8%). Hal ini menunjukkan
lansia di kelurahan Losung Batu belum sepenuhnya melaksanakan PHBS, Pengetahuan lansia tentang PHBS sangat minim sehingga cara masyarakat dalam menyikapi masalah masih belum sesuai dengan yang diharapkan ditandai dengan
masih banyak lansia yang rambutnya belum bersih dan baik, serta kebersihan gigi yang tidak terlalu diperhatikan. Salah satu upaya yang dilakukan peneliti berupa
penkes kepada para lansia agar mulai membiasakan hidup bersih dan sehat. Pendidikan kesehatan adalah suata upaya atau kegiatan untuk menciptakan
perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui baimana cara
memeliahara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya
5.2.2. Data Demografi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di kelurahan Losung Batu Padangsidempuan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada rentang umur 60-74 tahun (68,4%), laki-laki (54,4%),
beragama Islam (93%). Mayoritas adalah suku Batak (84,2%), Mayoritas responden berpendidikan terakhir SD (45,6%), dan dengan mayoritas pekerjaan
responden adalah wiraswasta (36,8%)
Hasil penelitian pada data demografi seluruh responden dalam penelitian ini umumnya berada pada rentang 60-74 tahun (68,6%). Soejono (2000)
menyatakan bahwa pada rentang umur 60 keatas akan terlihat perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai
memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut, belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan
peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicinta yang kemungkinan akan membuat ia menjadi stres yang kemudian akan
menurunkan perhatiannya untuk merawat dirinya dan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan penelitian ini di dapatkan mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki (54,4%). Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan
Losung Batu proporsi lansia laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
Berdasarkan data hasil penelitian mayoritas responden beragama Islam
bereaksi, berperilaku, dan perilaku hidup sehat. Ajaran agama juga umumnya
mengajarkan pemeluknya untuk melakukan hal yang baik dan melarang hal-hal yang tidak baik. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan ha-hal-hal yang baik dan penting dalam kehidupan sehari-hari.( Sunaryo, 2004)
Suku adalah kelompok tertentu yang memiliki kesamaan latar belakang lebih lanjut dijelaskan bahwa pengertian suku bangsa atau kelompok etnik
merupakan orang yang memiliki latar belakang budaya, bahasa, kebiasaan, gaya hidup, dan ciri-ciri fisik yang sama. Dalam penelitian ini mayoritas suku responden adalah suku Batak (84,2%).
Berdasarkan penelitian ini mayoritas responden pada tingkat pendidikan SD (45,6%). Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan secara umum merupakan salah satu upaya yang
direncanakan untuk menciptakan perilaku seseorang menjadi kondusif dalam mengatasi masalah. Tingkat pendidikan berpengaruh pada perubahan sikap dan
perilaku hidup sehat. Semakin tinggi pendidikan maka lansia semakin paham dan menerima keseluruhan perubahan fisik dan psikososial yang terjadi pada lansia.
Berdasarkan data demografi mayoritas responden memiliki pekerjaan
sebagai wiraswasta (36,8%). Dalam hubungan bidang pekerjaan pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial dengan orang lain, setiap orang harus dapat
tentang perilaku hidup bersih dan sehatnya dibandingkan dengan orang yang
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Lansia di Kelurahan Losung batu Padangsidempuan maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Pelaksanaan Perilaku hidup bersih dan sehat dari 57 responden, 66,7% diantaranya melaksanakan PHBS dengan kategori cukup, 24,6% melaksanakan
PHBS dengan kategori Baik dan 8,8% melaksanakan PHBS dengan kategori Kurang.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian skripsi, penulis ingin memberikan berbagai saran yang diharapkan dapat menjadi masukan dan berguna bagi masyarakat luas.
1. Bagi keluarga lansia
Keluarga lansia agar senantiasa menanamkan nilai-nilai PHBS kepada para lansia
2.Bagi Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi praktek keperawatan tentang pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia dalam meningkatkan kinerja profesional keperawatan komunitas.
3. Bagi pendidikan keperawatan
Peran perawat dalam memberikan informasi sangat penting terutama kepada para lansia agar menambah pengetahuan dan pemahaman tentang perilaku
hidup bersih dan sehat.
4.Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dilakukan sebagai data awal bagi peneliti yang
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, Saifuddin. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bandiyah, Siti. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:Nuha Medika
BPS. (2009). Lansia di Indonesia. dari
tanggal 15 juni 2012
Budihardja. (2004). Perilaku Hidup Sehat Masyarakat Kurang,
Depertemen Kesehatan RI, (2002). Panduan Menajemen PHBS Menuju kabupaten/kota Sehat. Jakarta : Depkes RI
Depertemen Kesehatan RI, (2006). Perilaku hidup Bersih dan Sehat. Jakarta : Depkes RI
Depertemen Kesehatan RI, (2007). Rumah Tangga Sehat dengan perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Profil kesehatan Indonesia
2007. Di akses dari http
Depkes R.I. (2008). ProfilKesehatan Indonesia. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2010, Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
Dinkes. ( 2008 ). Pedoman PembinaanProgram Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga, Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Hadijah, S 2008. Pengetahuan Sikap dan Tindakan Tentang Sanitasi Perumahan Masyarakat Suku Laut Di Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau Pada Tahun 2007. Skripsi FKM USU Medan
Hegner, B. R. (2003). Asisten keperawatan: suatu pendekatan proses keperawatan. Jakarta: EGC
Hidayat, A.A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Jakarta: Salemba Medika
Hurlock. B, Elisabeth. (1999). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Bandung . Airlangga
Irianto, K. ( 2007). Gizi dan pola hidup. Yrama widya, Bandung Keliat, B.A. (1999). Proses keperawatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta : EGC
Machfoedz, I. (2005). Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya
Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo, S. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu PerilakuKesehatan,Yogyakarta : Andi offset
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo,S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Nursalam. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetak ke dua Edisi Revisi.
Jakarta. Rineka Cipta
Polit & Hungler. (1999). Nursing research principles and methodes, Philadelphia: J.B. Lippincot Company
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Tarigan M, (2004). Penerapan Indikator Perilaku hidup Bersih dan Sehat dalam Tatanan Rumah tangga di Wilayah Kerja Puskesmas rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi tahun 2004. SkripsiFKM USU
UU RI no 13. 1998. Kesejahteraan Lanjut Usia. Jakarta : Lembaran Negara RI No. 165.
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA LANSIA DI KELURAHAN LOSUNG BATU
Saya yang bernama Eri Wahyuni Siregar Nim 111121071 adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara jalur B. Saat ini saya sedang melakukan penelitian, penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Untuk keperluan tersebut dan agar tercapainya tujuan dari penelitian ini, saya selaku peneliti mengharapkan partisipasi saudara sebagai responden dalam penelitian ini. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas saudara. Informasi yang saya dapatkan dari saudara hanya akan digunakan dalam penelitian ini dan sebagai bukti shahih dalam penelitian.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela. Apabila saudara tidak menginginkan menjadi responden dalam penelitian saya, saudara berhak menolak dan tidak ikut serta dalam penelitian ini. Apabila saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian saya, maka saudara dipersilahkan menandatangani formulir dibawah ini.
Peneliti Tanda Tangan : (Eri Wahyuni Siregar) Tanggal :