• Tidak ada hasil yang ditemukan

Woman international migration, land occupation and gender equality research in paddy Rice Field Village community West Java

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Woman international migration, land occupation and gender equality research in paddy Rice Field Village community West Java"

Copied!
235
0
0

Teks penuh

(1)

i

MIGRASI INTERNASIONAL PEREMPUAN,

PENGUASAAN LAHAN DAN KESETARAAN GENDER :

Kajian Di Komunitas Desa Sawah Jawa Barat

MUHAMMAD ZID

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ii Pernyataan Mengenai Disertasi

dan Sumber Informasi

Dengan ini saya menyatakan disertasiMigrasi Internasional Perempuan, Penguasaan Lahan dan Kesetaraan Gender. Kajian Di Komunitas Desa Sawah

Jawa Barat adalah merupakan karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing

dan belum diajukan dalam bentuk apapun ke Perguruan Tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar putaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, April 2012

Muhammad Zid

(3)

iii ABSTRACT

MUHAMMAD ZID. Woman International Migration, Land Occupation and Gender Equality.Research in Paddy Rice Field Village Community West Java.Under the Direction of EKAWATI SRI WAHYUNI, LALA M. KOLOPAKING, and ENDRIATMO SOETARTO.

International migration of female labors from villages of West Java to Middle Eastern countries, especially to Saudi Arabia, is caused by a combination of lack of job opportunity, lack of land ownership, poverty, the opening of opportunity to work abroad with relatively simple requirement, and much higher wages than it is in Indonesia.

The objective of the research is to analyze the linkage between international migration of female labors, land ownership and gender equality in West Java. Paradigm used in this research is Post-Positivism which combines quantitative and qualitative methods. The research is conducted in two villages in two regencies. Data is obtained through in-depth interviews and Focus Group Discussion with ex-migrants, migrants on leave, and newly ex-ex-migrants, and also with key informants, such as sponsors/middlemen of labor service company (PJTKI), village elites, and traditional, religious, educational and women leaders. Number of respondents is 134 people.The results suggestthatinternationalmigrationof womenfrom both villages is a form ofsurvivalandcopingstrategies of poor rural households who are landless farmers.West Javan rural women, by working as domestic workers abroad, are able to save their family‟s economy, and therefore, have a “strong” position in their communities.There are twotypes ofmigrant familiesin utilizingremittance: (1) those who use itforvariousproductiveandlong-term needs, such as purchasingof land(dry land and paddy rice field), businesscapital, and for continuingeducationof family members, and (2) Families who spendthe money forconsumptive purposes, such as buyingvarioushousehold goods and clothes and for family recreation. Expenses other than the needs forproduction and consumption are expenditures for charities for social, religious and national causes.These charities have become a sort of recognition to the rise of thesocialstatusof migrantwomenin theircommunities.Rationalreasons for buying land are: (1)provisionof daily meals; (2) preparationtobuilda house; (3) businesscapital; (4) saving for the future; (5) for not tobecomefarm labors; (6) as reservefor the event of ngamumule-mulasara; and (7)the cost of educationof family members.The implicationsofruralland occupationbymigrantwomenare: a more equalgenderrelations, the beginning of emancipation citizenshipand a formation processtowards theestablishment ofthe existence ofwoman. The existenceof woman changesgenderrelations to become moreequalat rural family, household andcommunity levels. This is partlyvisiblein form ofdivision of laborbetweenman andwomanin familiesandhouseholds that is nolonger rigidly basedongender.

Key words: migration, international, women migrant workers, rural land, gender.

(4)

iv MUHAMMAD ZID. Migrasi Internasional Perempuan, Penguasaan Lahan dan Kesetaraan Gender: Kajian Di Komunitas Desa Sawah Jawa Barat. Dibimbing oleh: EKAWATI SRI WAHYUNI (Ketua), LALA M. KOLOPAKING (Anggota), ENDRIATMO SOETARTO (Anggota).

Migrasi tenaga kerja internasional perempuan dari pedesaan Jawa Barat ke negara-negara Timur Tengah khususnya Negara Arab Saudi merupakan tindakan rasional individu untuk bisa keluar dari berbagai kesulitan hidup yang di alami rumahtangga miskin di pedesaan. Berbagai kesulitan tersebut antara lain ; kurangnya lapangan kerja, rendahnya pemilikan lahan pertanian, dan kemiskinan.Di pihak lain, terbukanya peluang bekerja di luar negeri dengan persyaratan yang relatif mudah, dukungan keluarga, mudahnya networking, dan upah yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan upah di Indonesia menjadi daya tarik sekaligus konsepsi rasional perempuan pedesaan untuk melakukan migrasi menjadi tenaga kerja internasional sebagai pembantu rumahtangga (PRT). Dilatari oleh kondisi tersebut, maka tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui keterkaitan antara migrasi internasional perempuan, penguasaan lahan dan kesetaraan gender di pedesaaan Jawa Barat.

Penelitianini secara khusus mendalami dan fokus kepada: (1) rasionalitas bermigrasi perempuan pedesaan khususnya dari Desa Panyingkiran dan Desa Ciherang; (2) keterkaitan antara migrasi internasional perempuan dengan penguasaan lahan di pedesaan; (3) penggunaan remitan yang dihasilkan migran internasional perempuan pedesaan, termasuk yang dialoksikan dalam lahan pertanian dan non-pertanian;(4) penguasaan lahan terhadap prosespembentukan relasi gender dan menguatnya posisi perempuan pada aras keluarga, rumahtangga, dan komunitas pedesaan Jawa Barat.

Paradigma yang digunakan adalah Post-Positivisme dengan memadukan metode kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilakukan di Desa Panyingkiran Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang, dan Desa Ciherang Kecamatan Pasawahan Kabupaten Purwakarta. Kedua desa secara purposive dipilih karena merupakan desa yang paling banyak memiliki perempuan yang bekerja sebagai PRT di luar negeri, khususnya di Arab Saudi. Data diperoleh melalui survey, wawancara mendalam dan Focus Grup Discussion (FGD) dengan eks-migran, migran yang sedang cuti, dan habis kontrak kerja. Wawancara juga dilakukan dengan informan kunci yaitu sponsor/calo PJTKI, elite desa seperti; aparat desa, tokoh adat, tokoh agama, pendidik, tokoh perempuan. Adapun keseluruhan responden dalam penelitian ini sebanyak 134 orang.

(5)

v

pedesaan.Kedua, rendahnya aksesibilitas perempuan pada sektor non pertanian menandakan tidak terserapnya mereka di sektor tersebut.. Ketiga, kurangnya pekerjaan di pedesaan terutama jika sedang tidak musim bertani, mendorong penduduk untuk bekerja di luar sektor pertanian. Keempat, pendidikan yang rendah serta keterampilan yang kurang, menjadikan migran perempuan asal Desa Panyingkiran dan Ciherang hanya terserap ke dalam pekerjaan rendah yang dikategorikan sebagai – dirty, dangerous and difficulty(3 D) sebagai pekerjaan yang sudah tidak diminati lagi oleh pekerja lokal di negara tujuan bekerja.

Negara Arab Saudi masih menjadi tujuan utama bekerja penduduk Desa Panyingkiran dan Ciherang. Beberapa alasannya adalah; kemudahan persyaratan bekerja; banyaknya sponsor/calo PJTKI yang mengkhususkan pengiriman tenaga kerja ke Arab Saudi; dan keinginan - sebagian - migranuntuk bisa melaksanakan ibadah rukun Haji. Gelombang migran perempuan dari Desa Panyingkiran dan Ciherang dikelompokkan ke dalam tiga periodisasi, yaitu: (1) migran perintis atau ngabaladah, adalah mereka yang berangkat pada era tahun 1980-1990-an; (2) migran pengikut atau nuturkeun, migran yang berangkat pada tahun 1990-2000-an; dan (3) migran penerus atau neruskeun, yaitu mereka yang berangkat semenjak tahun 2000- sekarang.

Perempuan pedesaan Jawa Barat yang sering dikonstruksikan sebagai tipe

”awewe jiga dulang tinande”, ”pondok lengkahna” dengan bekerja sebagai PRT di Negara Arab Saudi, mampu menyelamatkan ekonomi keluarga dan memiliki posisi

yang ”kuat” dalam komunitasnya. Mereka mampu bertransformasi menjadi perempuan yang mampu keluar dari kesulitan yang dihadapi keluarga, meski untuk itu harus ditebus dengan berbagai pengorbanan yang cukup besar. Dalam terminologi masyarakat Sunda, tipe perempuan ini ”ngindung ka waktu, mibapa ka jaman”, alias bisa mengikuti perubahan dan tuntutan jaman.

Rasionalitas migran, dorongan dan dukungan keluarga, peran jaringan (sponsor/calo), pertemanan sesama migran di daerah asal dan di negara tujuan bekerja, serta keinginan yang kuat untuk mengatasi kemiskinan menjadi faktor yang determinan dalam mempengaruhi keputusan untuk memilih bekerja ke luar negeri. Pertama, rasionalitas migran berupa keinginan untuk memperbaiki kehidupan sosial-ekonomi keluarga.Kedua, dorongan dan dukungan keluarga atau kerabat migran sebagai sub sistem sosial ditingkat lokal, memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan untuk melakukan migrasi bagi perempuan pedesaan.Ketiga, jaringan migrasi internasional memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan migrasi perempuan pedesaan. Migran perempuan di kedua desa lebih memilih sponsor atau calo PJTKI yang berasal dari daerah yang sama, hal ini karena terbangunnya trust berupa “jaminan rasa aman” ketika menghadapi masalah selama bekerja di luar negeri. Keempat, basis ekonomi keluarga migran perempuan yang cenderung menguat sebagai akibat penguasaan asset sumberdaya – tanah darat dan sawah – setidaknya telah memunculkan pembentukan kearah perubahan relasi gender pada aras keluarga, rumahtangga dan komunitas pedesaan.

(6)

vi

panjang antara lain:modal berusaha yang terkait dengan pertanian dan non-pertanian; membeli lahan - tanah darat, sawah -, modal berusaha, melanjutkan pendidikan anggota keluarga. Tipe kedua adalahmangpang meungpeung alias aji mumpung dalam memanfaatkan uang kiriman anggota keluarga yang bekerja di luar negeri. Keluarga tipe ini banyak membelanjakan uang kiriman untuk kebutuhan yang bersifat konsumtif seperti membeli berbagai perabotan rumah tangga, membeli pakaian, rekreasi keluarga. Pengeluaran lain diluar kebutuhan yang bersifat konsumtif, produktif adalah pengeluaran yang bersifat sosial-keagamaan, berupa sambungan, berbagai sumbangan acara keagamaan, dan kenegaraan. Jenis sambungan dan sumbangan ini menjadi semacam pengakuan terhadap menguatnya status sosial migran perempuan pada komunitasnya.

Migran yang mampu membeli lahan – berupa tanah darat dan sawah – memiliki alasan rasional bahwa lahan: (1) bekal makan sehari-hari; (2)persipan untuk membangun rumah; (3) modal berusaha; (4) saving masa depan; (5) agar tidak menjadi buruh tani; (6) bekal untuk acara ngamumule-mulasara; dan (7) biaya pendidikan anggota keluarga.

Penguasaan lahan oleh migran internasional perempuan di Desa Panyingkiran dan Ciherang setidaknya telah mengantarkan kepada kebaruan kajian migrasi. Hal ini karena beberapa alasan. Pertama, lahan merupakan faktor produksi penting di pedesaan menjadi instrumen komodifikasi atas lahan.Kedua, penguasaan migran perempuan atas lahan menjadi indikasi bahwa telah terjadi gejala dinamika agraria di pedesaan dan mengubah peta ekonomi pedesaan. Ketiga, munculnya penguasaaan lahan oleh migran perempuan dapat dijadikan parameter nyata telah terjadinya proses pembentukan kekuasaan yang berimbang antara laki-laki dan perempuan yang kemudian membangun prestise, status sosial di masyarakat.

Implikasi dari penguasaan lahan pedesaan oleh migran perempuan adalah mulai hidupnya kewargaan emansipatif dan peluang tumbuhnya proses pembentukan kearah eksistensi perempuan. „Kedirian‟ ini bisa mengubah peta relasi gender yang terjadi pada aras rumah tangga dan komunitas pedesaan. Selain itu, implikasi dari penguasaan lahan juga menjadi penanda bahwa telah terjadi komodifikasi terhadap lahan.Kedua,perubahan yang terjadi akibat penguasaan lahan oleh perempuan terutama berkaitan erat dengan pola hubungan dan struktur kesempatan kerja di pedesaan pada sektor pertanian dan non-pertanian.

(7)

vii

pemerintah dalam menangani tenaga kerja di luar negeri bisa memiliki efek negatif terhadap pencitraan pemerintah Indonesia di forum internasional.

(8)

viii

@ Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan lain

suatu masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(9)

ix MIGRASI INTERNASIONAL PEREMPUAN, PENGUASAAN LAHAN DAN

KESETARAAN GENDER

Kajian Di Komunitas Desa Sawah Jawa Barat

Oleh : Muhammad Zid NRP. I 363 07 0011

Disertasi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Doktor Pada Program Studi Sosiologi Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)

x

Penguji Luar Komisi :

Ujian Tertutup : Prof. Dr. Aida Vitayala Hubeis (Dosen dan Guru Besar Dept. Sains Komunikasi danPengembanganMasyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB)

Dr. Satyawan Sunito(Dosen Dept. Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB)

Ujian Terbuka : Prof. Dr. Aida Vitayala Hubeis (Dosen dan Guru Besar Dept. Sains Komunikasi danPengembanganMasyarakat Fakultas

Ekologi Manusia IPB)

Dr. Lisna Yoeliani Poeloengan

(11)

xi

Judul Disertasi :MIGRASI INTERNASIONAL PEREMPUAN, PENGUASAAN LAHAN DAN KESETARAAN GENDER: Kajian Di

Komunitas Desa Sawah Jawa Barat

Nama : Muhammad Zid

NRP : I. 363070011

Program Studi : Sosiologi Pedesaan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ekawati Sri Wahyuni, MS

Ketua

Dr. Lala M. Kolopaking, MS Prof. Dr. Endriatmo Soetarto, MA

Anggota Anggota

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Sosiologi Pedesaan (SPD)

Dr. Ir. Arya H. Dharmawan. M.Sc.Agr Dr. Dahrul Syah. M.Sc.Agr

(12)

xii PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata‟alla, Tuhan

Yang Maha Pemilik segala ilmu pengetahuan yang tidak terbatas, karena berkat

rakhmat dan hidayah-Nya, disertasi ini dapat diselesaikan. Penelitian dengan judul

”Migrasi Internasional Perempuan, Penguasaan Lahan Dan Kesetaraan Gender: Kajian Di Komunitas Desa Sawah Jawa Barat, dilaksanakan dalam rentang waktu

cukup lama yaitu sejak bulan Maret 2009 sampai bulan Oktober 2011.

Penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab

itu penulis menghaturkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang tinggi

terutama kepada Ibu Dr. Ekawati Sri Wahyuni, MS, sebagai ketua komisi

pembimbing, Bapak Dr. Lala M. Kolopaking, MS dan Bapak Prof. Dr. Endriatmo

Soetarto, MA sebagai anggota komisi atas bimbingannya sejak penyusunan proposal

sampai selesainya disertasi ini. Allah telah memberikan guru-guru terbaik kepada

penulis, dari mereka penulis mengetahui makna belajar dan bekerja keras, cerdas,

serta ikhlas. Semoga Allah memberikan balasan berlipat ganda atas jerih payah

membimbing penulis selama studi di IPB.

Kepada Bapak Dr. Arya Hadi Dharmawan. M.Sc.Agr sebagai Ketua Program

Studi Sosiologi Pedesaan Sekolah Pascasarjana IPB yang sejak awal banyak memberi

motivasi kepada mahasiswa agar cepat menyelesaikan studi. Semua Dosen Program

Studi Sosiologi Pedesaan: Dr. Felix Sitorus, MS, Dr. Rilus A. Kinseng, MA, Dr. Titik

Sumarti, MS, Dr. Djuara P. Lubis, MS, Dr. Soeryo Adiwibowo, MS, Dr. Arief Satria,

M.Si, Dr. Satyawan Sunito, Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS. Dr. Saharudin, Staf

Administrasi Prodi Sosiologi Pedesaan dan KPM, Angra Irena Bonar, Hetti, dan Teh

Susi terimakasih banyak membantu administrasi akademik.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Rektor, PR I, PR

II Universitas Negeri Jakarta yang telah memberi ijin studi lanjut di IPB, juga kepada

Bapak Drs. Komarudin. M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial sekaligus mitra

(13)

xiii

Drs. H. Warnadi, M.Si, Drs. Sucahyanto. M.Si, H. Muzani, Dipl-Eng. M.Si, Drs.

H.M. Muchtar. M.Si, Dra. Asma „Irma Setianingsih. M.Si yang masing-masing sebagai mantan dan Ketua Jurusan Geografi FIS UNJ. Dra. Evy Clara. M.Si, sebagai

Ketua Jurusan Sosiologi FIS UNJ. Dukungan moral dari Bapak dan Ibu Anggota

Senat Fakultas Ilmu Sosial dan Universitas Negeri Jakarta, wabil khusus kepada Ibu

Prof. Dr. Suriani, Prof. Diana Nomida, Prof Dr. Tuti Nuriah Erwin, Prof. Dr.

Nadiroh, terimakasih atas dorongan untuk menyelesaikan studi.

Semua teman dosen di Jurusan Geografi FIS UNJ yang tidak mungkin penulis

sebutkan satu persatu, terimakasih atas pengertian dan dukungannya, juga teman tim

dosen muda yang tergabung dalam tim mata kuliah yang diampu penulis yaitu

Geografi Pedesaan, Pengantar Sosiologi, Biogeografi, PKL Geografi Sosial-Ekonomi

Pemetaan, dan Sosiologi Pedesaan, yaitu Aris Munandar. S.Pd. M.Si, Ode Sofyan

Hardi. S.Pd. M.Si. M.Pd,Ilham B. Mataburu. S.Si. M.Si,. Juga kepada Mahasiswa

Geografi Angkatan 2007, 2009, dan 2010 yang mengambil Mata Kuliah Geografi

Pedesaan, atas kesediaannya membantu mengumpulkan data di Desa Panyingkiran

dan Ciherang. Saudara Tarmiji Al Khudri S.Pd, dan M. Tulodo, S.Pd, terimakasih

sudah mengkoordinir turun lapang. Teman-teman di Jurusan Sejarah, Sosiologi, Ilmu

Sosial Politik, Ilmu Agama Islam. Demikian halnya kepada Bapak Zulkarnaen. S.Pd.

M.Pd, Amin. S.Pd. M.Si sebagai Dekan dan Wakil Dekan FKIP UNISMA, Ketua

Jurusan Geografi, teman-teman dosen Jurusan Geografi dan Penjaskes UNISMA

Bekasi.

Satu orang teman yang sejak pertama kenal sembilan belas tahun yang lalu

yaitu Drs. H. Budiaman. M.Si dan Ibu Hj. Arenarita Peni Andaryati, S.Pd,

menjadikan persahabatan kami menjadi persaudaraan antar dua keluarga.

Terimakasih Kang Budi atas semangat, kelucuan dan ketulusannya.

Pak M. Kusnaedi sebagai Kepala Desa beserta aparat Desa Panyingkiran, Pak

Rukmawijaya beserta staf Desa Ciherang, juga kepada pejuang keluarga di kedua

(14)

xiv “Nagri Arab”. Respek saya kepada responden utama saya yaitu Hj. Mas, Hj. Odh, Hj. Asyh, Hj. Bad, ITA, N.Yt dan Hajah-hajah lainnya. Selama penelitian dan “mondok -moek”di kedua desa, penulis menginap di rumah “Teh Haji Uyum-Kang Dede” di Panyingkiran, dan Kang Yayu di Ciherang, mereka keluarga migran yang tabah dan

ulet, terimakasih atas penerimaan dan bantuannya.

Dr. Djaja Hendra-UWM-Jogjakarta partner diskusi dan jalan pagi keliling

kampus, Dr.Sofyan Sjaf-FEMA IPB,Dr. Imam Mujahidin Fahmid, UNHAS-Makasar,

merupakan teman satu kelas di Sosiologi Pedesaan Angkatan 2007, partner diskusi

yang mencerahkan meskipun kadangkala menjengkelkan. Semoga pertemanan yang

unik dan dinamik terus berlanjut. Juga teman-teman SPD Angkatan 2004, 2005,

2006, 2008, 2009, 2010, 2011 yang sudah jadi doktor atau masih berjuang meraihnya,

semoga tetap semangat. Teman-teman Mahasiswa S3 IPB Angkatan 2007 di kelas

Falsafah Sains dan Bahasa Inggris; Dr. Karnan-UNRAM, Dr. Isni

Nurruhwati-UNPAD, Dr. Efriyaldi-UNRI, Dr. Supriyadi-UNHAS, Dr. Indah-Universitas Trisakti,

Dr. Agus Dinas Pertanian-Kaltim, Dr. Suryana-Dinas Peternakan Kalsel.

Prof. Dr. H.M. Hasan (Alm) sosok ilmuwan kebapakan, seorang pendidik

yang sesuai antara ucapan dan perbuatannya adalah orang pertama yang memberi

kesempatan penulis untuk jadi PNS di IKIP (UNJ) Jakarta, dan selalu memompakan

semangat agar tidak pernah berhenti Tolabul ‟Ilmu. Untuk guru/ustad sejak SD/Madrasah, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi, merekalah yang menunjukkan

jalan terang kehidupan yang lurus menuju Ridho Illahi. Semoga Allah SWT

membalas amal baik Ibu/Bapak semua.

”Indung tungguling rahayu hirup, Bapa tangkaling darajat bagja”, adalah ungkapan yang paling tepat dan mulia untuk Almarhumah Ema Djuhariyah Binti

Ustara, dan Almarhum Bapak Fattah Bin Madhamin, dua orang paling penulis

sayangi dan banggakan. Ema, sosok perempuan lembut yang dengan berbagai

kekuatannya membantu mencari nafkah keluarga. Bapak adalah figur pendidik,

(15)

xv

kerja keras mereka, keluarga petani dari desa nun jauh di Pesisir Banten Selatan,

mampu menyekolahkan sebagian anak-anaknya ke jenjang perguruan tinggi. Bagi

mereka saya mengucapkan do‟a tulus pada Allah: ”Allahumagfirli Wali-walidayya Warhamhuma Kama Robbayani Shaghira”.

Kakak penulis yaitu Teh Iyot, Teh Yuyum, Teh Esah, Teh Emut (alm), Teh

Tini,S.Pd, Teh Eem, kedua adik yaitu Dra. Hj. Uum. M.Si, dan si Bucu Iroh

Rohayati. S.Sos. M.Si, mereka para perempuan hebat, pejuang keluarga dan simpul

”kanyaah jeung kadeudeuh”. Keponakan tercinta; A Agi-Teh Anna, Alit, Dik-dik, Kakang, Ayang, Neng Sinar, De Reja, Didi-Ihat, Teh Eni-Edi, Ade-Piah, Peri, Endi,

Yayah, Ilih, Yuda, Aa, Eno, Eneng, kalian generasi penerus keluarga besar kita,

jangan pernah memutuskan silaturahim, dan tetap di jalan yang di Ridhoi Allah.

Keluarga besar di Malang: Ibu Hj. Masyita-Bapak H. Syarif Idris (Alm), Yuk

Tuti-Mas Bambang (Alm), Yuk Nunik-Mas Hadi, Mas Totok-Mbak Upi, Mas

Heru-Mbak Tri, Mas Iyung (Alm), Pipit-Susi, Eri-Mas Triastono dan Ilin-Teges beserta

anak-anaknya, terimakasih atas pengertian dan dorongannya.

Terakhir, kepada Istriku tercinta Dra. Dian Andriani, tempat hati berlabuh,

curahan suka dan duka, tanpa dia disertasi ini tidak pernah akan terwujud. Keempat

permata hati keluarga: Neng Vidya Nurrul Fathia (SMT V FISIP UNDIP), M.

Ichlasul Ilman Pahlevi Bakti (Kls 8 SMPN 1 Kota Bekasi), Raihansyah Bagja

Pamungkas (Kls 5 SD N 6 Margahayu Kota Bekasi), dan si Bungsu M. Zaki

Satianagara (Kelas 2 SD N 6 Margahayu Kota Bekasi), Semoga Allah SWT

menjadikan kalian anak yang solehah/soleh, dan jadi penerang bagi keluarga, agama

serta masyarakat. Kepada Allah Subhanahu Wata‟ala jualah kita berserah dan berpasrah diri.

Bogor, April 2012

(16)

xvi RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Panggarangan Kabupaten Lebak-Banten, pada tanggal

12 April 1963 sebagai anak ketujuh - satu-satunya laki-laki- dari sembilan bersaudara

pasangan Fattah Bin Madhamin (Alm) dengan Djuhariyah Binti Ustara (Alm).

Pendidikan dasar ditamatkan di SD Negeri Panggarangan 4 pada tahun 1975, SMP

PGRI Panggarangan tamat pada tahun 1979, SMA Negeri I Rangkasbitung, tamat

tahun 1983, kesemuanya di Kabupaten Lebak-Banten. Pendidikan Sarjana di tempuh

di Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP (sekarang UPI) Bandung, tahun

1983-1988. Pada tahun 1997-2000 menempuh program Magister pada Program Studi

Sosiologi Pedesaan Institut Pertanian Bogor (IPB), kemudian pada tahun 2007-2012

melanjutkan pendidikan program Doktor di Program Studi Sosiologi Pedesaan IPB,

keduanya dengan dukungan dana BPPS-DIKTI, Kemendikbud Republik Indonesia.

Selama menempuh S3, Alhamdulillah dua kali mendapat penghargaan Dekan

Sekolah Pascasarjana IPB atas perolehan IPK 4.

Sejak tahun 1993-sekarang bekerja sebagai dosen di Jurusan Geografi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan membantu mengajar di

Jurusan Sosiologi, dan Jurusan PIPS di Universitas yang sama. Sejak tahun

1988-sekarang menjadi dosen Luar Biasa di Jurusan Pendidikan Geografi FKIP UNISMA

Bekasi. Mata kuliah yang diampu di kedua perguruan tinggi tersebut adalah

Pengantar Sosiologi, Dasar-dasar Geografi, Sosiologi Pedesaan, Geografi Pedesaan,

Biogeografi, dan PKL Sosial Ekonomi Pemetaan. Pernah menjabat Sekretaris Jurusan

dan Ketua Jurusan Geografi FIS UNJ tahun 2001-2007, Sekretaris KKN-LPM UNJ,

tahun 2000-2001, Ketua Jurusan Pend. Geografi FKIP UNISMA Bekasi tahun

1993-1996. Saat ini menjadi anggota Senat UNJ, dan anggota Senat merangkap sekretaris

Senat Fakultas Ilmu Sosial UNJ.Organisasi profesi yang diikuti penulis adalah

anggota Ikatan Geograf Indonesia (IGI), anggota Asian Population Association

(APA), Anggota Asian Rural Sociology (ARA).

Selama mengikuti program doktor menulis beberapa makalah untuk seminar

(17)

xvii

Kemiskinan dan Penguasaan Lahan di Pedesaan Kabupaten Karawang dan

Purwakarta-Jawa Barat”. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional dan Kongres Ikatan Geograf Indonesia (IGI) di Universitas Pendidikan Ganesha

(Undhiksa) Singaraja-Bali pada tanggal 11-12 Nopember 2011; “Pendekatan Sustainable Livelihood System dengan Social Capital Dalam Pembangunan

Pedesaan” Seminar Nasional dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Geograf

Indonesia (PIT IGI) di Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Surabaya. Tgl 11-12 Sesember 2010 di Surabaya. “Eksistensi Dan Peranserta Perempuan Buruh Nelayan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga”. Proceding “International Seminar on Education, Women, and Sport” Universitas Negeri Jakarta-Kemenag PPA-Komite Olimpiade Indonesia- Persatuan Karyawan

Pulau Pinang. Jakarta 21 Desember 2009.

Beberapa tulisan dimuat dalam Jurnal, di antaranya; ”Belajar dari Panyingkiran dan Ciherang: Antara Resiko dan Manfaat Migran Internasional

Perempuan dari Pedesaan” (Jurnal WARTA DEMOGRAFI. Tahun 40. No 2. 2010 FE UI); ”Migrasi Internasional Perempuan Dan Penguasaan Lahan Pedesaan di Jawa Barat: Antara Resiko dan Penggunaan Remitan” (Jurnal MIMBAR DEMOKRASI Jurusan ISP FIS UNJ. Vol. 12 No. 1, edisi April 2012; ”Migrasi Tenaga Kerja Internasional Perempuan dan Penguasaan Lahan Pedesaan: Kasus Tipe Komunitas

Desa Sawah di Jawa Barat” (Jurnal Ilmiah FORUM PASCASARJANA IPB, akan diterbitkan pada Vol. 35 No.3, Juli 2012); ”Migrasi Internasional Dan Diaspora” (Jurnal SPATIAL Vol 7. No 2. Okt 2009. Jurusan Geografi FIS UNJ); ”Migrasi Tenaga Kerja Perempuan Indonesia di Luar Negeri: Menyoal Antara Teori dan

Praktek” (Jurnal REGION Vol 2. No 4 Maret 2011FKIP UNISMA); “Sistem Perekonomian Masyarakat Pedesaan: Mencoba Keluar Dari Hegemoni Globalisasi

Melalui Perspektif Modal Sosial” (Jurnal Ilmiah MIMBAR DEMOKRASI. Vol.8

Nomor 2. April. 2009. Jurusan ISP FIS UNJ); “Potret Buram Buruh Kontrak Jawa

-Deli di Sumatra”.(Jurnal LONTAR Vol.5 No. 1.Jan-Juli 2008. Jurusan Sejarah FIS

(18)

xviii

Cikahuripan-Cisolok Sukabumi” (Jurnal SOSIALITA Vol.9.No.1, Juni 2011. FIS UNJ).

Berkat dukungan penuh Ketua Komisi Pembimbing disertasi, dua artikel yang

merupakan bagian dari disertasi penulis diterima untuk dipresentasikan secara lisan

dalam XIII-World Congress of Rural Sociology (WCRS) di Lisbon-Portugal, tgl 29

Juli- 4 Agustus 2012 dan sesi presentasi-poster pada Asian Population Asociation 2nd

(19)

xix DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... xxiii

DAFTAR BOKS ... xxvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxvii

I. PENDAHULUAN ……… 1

1.1.Latar Belakang ………... 1

1.2. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 5

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

1.4. Novelty ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Teoritisasi Migrasi Internasional ... 9

2.2. Migrasi Internasional: Antara Tindakan Rasional Weber-Coleman, Embedded-Granovetter ... 11

2.3. Gender, Pembagian Peran Dalam Rumahtangga dan Akses Tarhadap Lahan ... 15

2.3.1.Gender Sebagai Konstruksi Sosial ... 15

2.3.2.Pembagian Peran Dalam Keluarga ... 18

2.3.3.Gender Dan Akses Perempuan Terhadap Lahan ... 23

2.4. Migrasi Internasional: Dari Narasi Struktur Agraria Ke Penguasaan Lahan ... 27

2.5.Penelusuran Terhadap Penelitian Sejenis dan Posisi Peneliti .... 30

(20)

xx

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 36

3.1.Paradigma Penelitian ... 36

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.3. Pendekatan Penelitian ... 39

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5. Unit Analisis dan Analisis Data ... 45

IV. SETING SOSIAL EKONOMI DAN KARAKTERISTIK MIGRAN PEREMPUAN DESA PANYINGKIRAN-CIHERANG.... 49

4.1.Kabupaten Karawang – Purwakarta: Representasi Kultur Sunda Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat ... 49

4.2.Kondisi Sosio-Geografis dan KependudukanDesa Panyingkiran – Ciherang... 54

4.2.1. Desa Panyingkiran... 54

4.2.2. Desa Ciherang... 62

4.3. Penguasaan Lahan Desa Panyingkiran-Ciherang: Potret Ketimpangan dan Kemiskinan ... 66

4.4. Sejarah Migrasi dan Kondisi Migran Desa Panyingkiran-Ciherang.. 72

4.4.1. Antara Migran Perintis-Pengikut-Penerus... 74

4.4.2. Pendidikan dan Keterampilan Migran Perempuan Desa Panyingkiran-Ciherang... 82

4.5.Negara Tujuan bekerja dan Dinamika Jumlah Migran ... 86

4.6.Magnet Nagri Arab:Lain Kapok Kalah Beuki Gawok ... 96

4.7. Memudarnya Norma dan Melemahnya Peran Agama ... 100

4.8. Ikhtisar ... 111

V. MIGRASI INTERNASIONAL PEREMPUAN DAN PENGUASAAN LAHAN PEDESAAN ... 115

5.1. Rasionalitas dan Makna Lahan ... 115

(21)

xxi

5.3. Lahan dan Tradisi Ngamumule-Mulasara ... 149

5.4. Ikhtisar... 151

VI. MIGRASI INTERNASIONAL PEREMPUAN DAN KESETARAAN GENDER ... 154

6.1. Migrasi dan Perubahan Peran Dalam Rumahtangga... 154

6.2. Pergeseran Beberapa Fungsi Sosialisasi-Internalisasi Keluarga: Membanding Keluarga Migran-Non Migran... 164

6.2.1. Keluarga Migran... 165

6.2.2. Keluarga Non-Migran... 168

6.3. Rapuhnya Ikatan Keluarga: Resiko Pilihan Bekerja ... 171

6.4. Ikhtisar ... 175

VII. SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 179

7.1. Simpulan Tataran Empirik ... 179

7.2.Simpulan Tataran Teoritik ... 180

7.3. Rekomendasi ... ... 181

(22)

xxii DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

2.1. Keterkaitan Antara Teori Sosio-Migrasi Internasional ... 14

2.2. Akses Perempuan Pedesaan Terhadap Sumberdaya... 26

2.3. Penelitian Sejenis dan Posisi Peneliti... 32

3.1. Rincian Dan Jumlah Responden ... 42

3.2. Responden Berdasarkan Pendidikan ... 43

3.3. Responden Berdasarkan Kelompok Umur ... 43

3.4. Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 43

3.5. Responden Berdasarkan Pengalaman Bekerja ... 44

3.6. Keterkaitan Antara Pokok-Isu Penelitian Dengan Jenis-Teknik-Analisis.. 48

4.1. Negara Tujuan Bekerja Migran ... 53

4.2. Kondisi Sosio-Geografis Desa Panyingkiran-Ciherang ... 54

4.3. Penduduk Usia Produktif Desa Panyingkiran... 60

4.4. Lembaga Pendidikan, Guru, dan Siswa... 62

4.5. Komposisi Jumlah Penduduk dan KK Desa Ciherang ... 64

4.6. Mobilitas Penduduk Desa Ciherang... 65

4.7. Komposisi Penggunaan Lahan Desa Ciherang ... 65

4.8. Pendidikan Yang Ditamatkan Penduduk Desa Ciherang ... 66

4.9. Pemilik Tanah Guntai Desa Panyingkiran... 69

4.10. Komposisi Jenis Mata Pencaharian ... 70

4.11. Perbedaan Antara Migran Generasi Perintis, Pengikut dan Penerus.... 75

4.12. Pendidikan Migran Perempuan Asal Desa Panyingkiran-Ciherang.... 84

4.13. Keterkaitan Antara Seting Sosial Ekonomi Pedesaan Dengan Dorongan Melakukan Migrasi Internasional dari Desa Panyingkiran-Ciherang. 87

(23)

xxiii

4.15. Jumlah Tenaga Kerja Kabupaten Karawang yang Bekerja Di Luar

Negeri Tahun 2007-2010 ... 91

4.16. Sebaran Migran Perempuan Desa Ciherang Berdasarkan Negara Tujuan .. 92

4.17. Pemberangkatan TKI Perempuan Kab. Purwakarta Tahun 2008-2010 ... 93

4.18. Sikap Yang Dihadapi Migran Waktu Pertama Bekerja ... 108

4.19. Masalah Yang Sering Dialami di Tempat Bekerja ... 108

4.20. Keterkaitan Antara Seting Sosial Ekonomi dengan dorongan

Melakukan Migrasi ... 113

5.1. Pemanfaatan Tanah Darat oleh Keluarga Migran ... ... 118

5.2. Alasan Pembelian Lahan Bagi Migran... 120

5.3. Penguasaan Lahan oleh Migran Perempuan Desa Panyingkiran-Ciherang.. 128

5.4. Pemanfaatan Remitan Hasil Bekerja di Arab ... 141

5.5. Bentuk Penyelewengan Suami Migran Dan Cara Penyelesaian ... 144

5.6. Pola Pemanfaatan Remitan Tipe Keluarga Rikrik-Gemi... 146

6.1. Pembagian Peran Dalam Rumahtangga Migran ... 155

6.2. Pengambilan Keputusan Pada Rumahtangga Migran Perempuan ... 157

6.3. Perbedaan Dalam Menjalankan Fungsi Keluarga Antara Keluarga

Non-Migran Dengan Migran ... 165

(24)

xxiv DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

2.1. Alur Pikir Studi... 35

2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ...58

4.3 Perekonomian Non-Pertanian Desa Panyingkiran... 59

4.4. Pemilik Lahan Pertanian Desa Panyingkiran tahun 2010... ... 68

4.5 Alur Pengiriman Migran Perempuan Dari Desa Panyingkiran-Ciherang 81

4.6. Penempatan TKI di Luar Negeri ... 87

4.7. Negara Tujuan Bekerja Migran Perempuan Indonesia ... 89

4.8. Negara Tujuan Bekerja Migran Perempuan Indonesia ... 90

5.1 Pembelian Lahan Oleh Migran Perempuan Desa

Panyingkiran-Ciherang... 116

5.2 Jumlah Pembelian Tanah Darat Oleh Migran Perempuan... 117

5.3 Pembelian Tanah Sawah oleh Migran Perempuan Desa

(25)

xxv DAFTAR BOKS

No. Teks Halaman

1. Para Petani Tunakisma dan Optimalisasi Lahan Pertanian ... ... 71

2. Pergeseran The Bread Winner ... 163

(26)

xxvi DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Tahun Keberangkatan Migran, Pembelian Lahan ... 191

2. Pembelian Lahan Dengan Rentang Waktu 5 Tahunan... 195

3. Masa Kerja Migran Per-2 tahun... ... 198

4. Pendidikan Yang Bisa Ditamatkan Anggota Keluarga Migran... 201

5. Foto-foto Kegiatan Penelitian ... 204

(27)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Migrasi tenaga kerja internasional yang dilakukan perempuan dari Desa Panyingkiran

dan Desa Ciherang-Jawa Barat sudah berlangsung sejak tahun 1980-an, mereka bekerja pulang

pergi ke Negara-negara Timur Tengah, khususnya ke Negara Arab Saudi. Secara

sosiologismigrasi internasional bisa dimaknai sebagai salah satu tindakan rasional individu

sebagai strategi dalam menghadapi kesulitan hidup yang dihadapi rumahtanggamasyarakat

pedesaan. Dihadapkan kepada berbagai kesulitan hidup, setiap individu dan rumahtangga dari

berbagai lapisan sosial akan memiliki strategi yang berbeda pula. Upaya untuk bisa keluar dari

berbagai kesulitan penghidupan tersebut oleh Ellis (2000), Owusu (2007), Wahyuni (2000), dee

Haan (2000) disebut sebagai ”survival strategy” dan ”coping strategy” yang bisa diartikan sebagai suatu strategi nafkah yang dilakukan sebuah rumahtangga miskin atau “wirang” (Kolopaking, 2000)ketika menghadapi kesulitan ekonomi. Tindakan ekonomi ini disengaja oleh

rumahtangga untuk memuaskan sebagian besar kebutuhan dasar, paling tidak pada level yang

minimum, sesuai dengan norma sosial dan budaya masyarakat.

Lebih rinci Ellis (2000) menjelaskan bahwa strategi yang dilakukan rumahtangga untuk

bisa bertahan hidup dan meningkatkan standar hidup antara lain berupa: (1) meningkatkan

produktivitas lahan seperti intensifikasi dan ekstensifikasi pada lahan pertanian; (2) pembagian

tugas untuk mencari nafkah antara suami, istri, dan anak; (3) menjalin kerjasama dengan anggota

komunitas dalam upaya mempertahankan jaminan sosial masyarakat; (4) menjalin hubungan

patron-klien; (5) melakukan migrasi untuk bekerja, baik di kota maupun menjadi tenaga kerja ke

luar negeri. Bagi rumahtangga yang memiliki keterbatasan akses dan lahan pertanian, salah satu

strategi yang banyak dilakukan anggota keluarga adalah melakukan pilihan terakhir yaitu dengan

cara mengirim salah seorang anggota keluarga, biasanya anak perempuan yang belum kawin atau

istri untuk menjadi tenaga kerja internasional ke luar negeri.

Kesempatan untuk bekerja di luar negeri terbuka untuk laki-laki dan perempuan seiring

dengan banyaknya permintaan dari negara-negara maju dan kaya di kawasan Asia Pasifik dan

Timur Tengah, tetapi peluang pekerjaan paling besar adalah sebagai tenaga pembantu

rumahtangga (PRT) yang diisi oleh perempuan muda, baik yang berstatus belum menikah

maupun sudah menikah. Tenaga kerja internasional yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah

(28)

Ciherang Kecamatan Pasawahan Kabupaten Purwakarta, yaitu dua desa yang sejak tahun

1980-an b1980-anyak mengirim tenaga kerja terutama perempu1980-an ke negara kawas1980-an Timur Tengah

khususnya Arab Saudi. Negara Arab Saudi menjadi tujuan tradisional utama migran perempuan

dari Jawa Barat, karena merupakan negara awal tujuan tenaga kerja Indonesia, juga karena

terdapat Kota Mekah yang merupakan tujuan ibadah haji Umat Islam. Bagi masyarakat Jawa

Barat (etnis Sunda) yang kuat pemahaman agama Islamnya (secara tradisional) melakukan

ibadah haji atau umroh selain menjalankan kewajiban salahsatu rukun Islam yang kelima, juga

memiliki prestise luar biasa dan penting bagi status sosial individu atau keluarga dalam

masyarakat. Atas dasar paparan tersebut, maka fokus dalam penelitian ini adalah migran

perempuan yang bekerja di Negara Timur Tengah, khususnya mereka yang pernah bekerja di

Negara Arab Saudi.

Fakta empiris membuktikan bahwa migrasi internasional didominasi oleh kaum

perempuan pedesaan atau apa yang dinamakan feminisasi migrasi, padahal selama ini perempuan

seringkali dipersepsikan sebagai kaum yang lemah, tidak berdaya, bekerja pada ranah

reproduktif-domestik, dan apabila bekerja pun seringkali dianggap sebagai pencari nafkah

tambahan keluarga(the second bread winner). Terlebih perempuan dari etnis Sunda yang selama

ini dipersepsikan sebagai “pondok lengkahna; awewe kudu jiga dulang tinande”, yang secara harfiah berarti perempuan memiliki keterbatasan dalam melangkah atau bergerak jika

dibandingkan dengan laki, perempuan juga harus bersikap menerima pemberian dari

laki-laki yang menjadi suaminya.Persepsi yang cenderung memarjinalkan perempuan tersebut saat ini

sudah tidak tepat lagi, karena dalam tataran realita, banyak perempuan yang justru menjadi

pencari nafkah utama (the bread winner), dan menjadi “penyelamat” ekonomi keluarga, salah satunya dengan cara menjadi migran internasional.

Bekerja di luar negeri dalam waktu yang cukup lama memerlukan keberanian luar biasa,

keputusannya selain atas pertimbangan rasional individu migran (Weber, 1964), Coleman

(1992), juga melibatkan persetujuan dan dukungan anggota keluarga (Massey, 1990b). Bagi

perempuan yang sudah menikah, kepergian ke luar negeri bertambah berat karena mereka

mempunyai peran sebagai istri dan ibu rumahtangga yang secara sosiologis dan agama dituntut

kehadirannya dalam rumahtangga. Dalam pemikiran sosiologi ekonomi klasik dari Weber

(29)

choice theory)1tindakan aktor untuk memutuskan bekerja keluar negeri didasarkan kepada

pertimbangan rasional individu. Artinya bahwa tindakan perempuan untuk melakukan migrasi ke

luar negeri mengarah pada satu tujuan yaitu memperbaiki kondisi ekonomi keluarga, dan tujuan

itu ditentukan juga oleh nilai atau pilihan (preference) yang dipilih dengan pertimbangan

rasional. Dalam pemaknaan Weber (1964), dan Coleman (1992) peran individu sebagai aktor

sangat penting karena untuk menafsirkan masyarakat harus didasarkan kepada pola-pola

tindakan bermakna dari anggota-anggotanya yaitu individu, kehidupan sosial juga tidak memiliki

entitasnya sendiri-sendiri tetapi meliputi strategi yang disusun oleh individu-individu yang

bertindak rasional dengan memperhitungkan tindakan-tindakan individu yang lain. Keputusan

tindakan rasional migran perempuan untuk bekerja di luar negeri selain karena terbatasnya

lapangan pekerjaan, ketiadaan akses pemilikan lahan, keinginan untuk memperbaiki status sosial

ekonomi, dalam prakteknya paling tidak dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu: (1) selalu

memperhatikan pertimbangan dan persetujuan keluarga; (2) keberhasilan migran sebelumnya;

dan (3) informasi sertanetworking yang terbentuk.

Melalui pendekatan kausalitas kumulatif (cumulative causation), Massey (1990b)

memandang bahwa terbentuknya jaringan migrasi melalui model pelembagaan migrasi

internasional yang berkelanjutan merupakan suatu cara untuk mengembangkan aktivitas migrasi

secara lebih progresif. Menurut Massey (1990b) paling kurang terdapatenam faktor

potensialyang secara kumulatif dapat dipengaruhi oleh aktivitas migrasi internasional yang

terjadi. Keenam faktor tersebut adalah: (1) distribusi pendapatan; (2) distribusi lahan; (3)

organisasi pertanian; (4) kebudayaan; (5) distribusi regional dari modal manusia; dan (6)

perubahan-pelabelan sosial. Apa yang dikonsepsikan Massey dalam konteks ini secara substantif

menjadi relevan untuk menganalisis migrasi perempuan pedesaan di Jawa Barat, yang menjadi

fokus dalam penelitian ini.

1

Akar dari tradisi teori pilihan rasional berasal dari pemikiran ekonomi neo-klasik yaitu pemikiran

utilitarianisme dari Adam Smith dan Max Weber. Pandangannya adalah bahwa pengambilan dan penetapan sebuah keputusan tentang suatu tindakan akan melibatkan sejumlah pilihan masuk akal (rational choice) yang bisa diambil setelah mempertimbangkan kehadiran sejumlah faktor lain. Dalam rangka memproduksi sebuah tindakan, seorang individu dapat memanipulasi, memanfaatkan ataupun sekedar mempertimbangkan kehadirannya. Dalam perspektif sosiologi yang lebih baru, teori pilihan rasional diusung oleh James S. Coleman (1992) dalam Ritzer (2007:391),

(30)

Kepulangan migran ke daerah asal dengan membawa remitan mampu memperbaiki

kondisi ekonomi keluarga dan komunitas masyarakat sekitar. Secara empiris berbagai studi yang

pernah dilakukan membuktikanhal tersebut. Penelitian Mantra (1998; 2000, 2001) menemukan

bahwa migrasi internasional tenaga kerja perempuan ke Arab Saudi di Kabupaten Cilacap dan

Bawean, memiliki dampak positif antara lain meningkatkan ekonomi keluarga, berubahnya

perilaku konsumsi keluarga, terjadinya mobilitas sosial melalui perubahan status sosial ekonomi

keluarga migran. Aktivitas migrasi juga secara tidak langsung ikut mempengaruhi terjadinya

perubahan-perubahan perilaku masyarakat yang ditandai dengan perubahan perilaku konsumsi

dan berkembangnya kehidupan ekonomi di sekitar daerah migran, seperti yang ditemukan

Kolopaking (2000) di Banyumas dan Sukabumi. Penelitian Wulan (2010) di Purwokerto,

Wonosobo, dan Cianjur, menunjukkan bahwa migrasi internasional buruh migran perempuan

(BMP) secara ekonomi meningkatkan kesejahteraan keluarga migran juga meningkatkan

keberdayaan perempuan migran melalui remitan sosial yang dimiliki mereka.

Pemanfaatan remitan yang dihasilkan selain untuk pemenuhan berbagai kebutuhan dasar

keluarga, sebagian ada yang digunakan untuk berbagai pemenuhan kebutuhan yang bersifat

produktif seperti modal berusaha dan bekerja, membeli lahan – tanah darat dan sawah – biaya pendidikan anggota keluarga. Ketertarikan migran untuk memanfaatkan remitan kepada lahan

karena pertimbangan bahwa lahan sebagai sumber daya, bagi penduduk pedesaan yang bermata

pencaharian sebagai petani, memiliki nilai ekonomi, dan sekaligus nilai sosi0-religius yang

tinggi ditengah berbagai pengaruh kapitalisme yang berimplikasi kepada deagrarianization,

depeasantization, derulalization (Soetarto, 2012). Pun demikian, bagi masyarakat pedesaan di

Jawa Barat, lahan juga memiliki sisi historis dan politik yang mendalam karena lahan

mengkategorisasi struktur sosial masyarakat, bahkan menjadi penyebab ketimpangan di

masyarakat pedesaan. Bagi keluarga migran, mampu membeli lahan merupakan salah satu

strategi untuk bisa memperbaiki ekonomi rumahtangga sekaligus meningkatkan status sosial.

Dalam jangka panjang, penguasaan lahan merupakan salah satu upaya untuk bisa berhenti dari

ketergantungan menjadi buruh tenaga kerja internasional atau apa yang dinamakan yo-yo

migration2(Margolis, 1994).

2

Maxine L. Margolis dalam bukunya berjudul:” An ethnography of Brazilian Imigrants In New York City”. 1994, menjelaskan bahwa “yo-yo migration refers by migrant, come closer to “commuting” than to “migrating”, some

returnes become”shuttle migrants” or “cultural commuter” who move back and forth between home and host

(31)

Pertautan antara migrasi tenaga kerja internasional perempuan dengan penguasaan lahan

pedesaan dan kesetaraan gender yang terjadi di Indonesia merupakan penanda baru dalam studi

migrasi internasional kontemporer, khususnya dalam kasus di Jawa Barat. Penelitian ini

memperoleh signifikansinya karena secara khusus mendalami dan fokus kepada: (1) rasionalitas

bermigrasi dari perempuan pedesaan Jawa Barat; (2) pola pemanfaatan remitan yang dihasilkan

migran tenaga kerja internasional perempuan pedesaan Jawa Barat, termasuk yang dialokasikan

dalam pembelian lahan berupa tanah darat dan tanah sawah;(3) rasionalitas dan makna lahan

bagi migran perempuan beserta keluarganya; dan (4) implikasi penguasaan lahan terhadap

kesetaraan gender, khususnya dalam pembagian peran dan pengambilan keputusan pada aras

keluarga dan rumahtangga di pedesaan Jawa Barat yang masih dominan dengan nilai-nilai

patriarkhi3.

1.2. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berbagai kesulitan hidup seperti terbatasnya pekerjaan di pedesaan, kurangnya akses

terhadap lahan pertanian, bagi sebagian keluarga miskin di pedesaan antara lain direspon dengan

cara mengirim anggota rumahtangga untuk menjadi tenaga kerja internasional di luar negeri, dan

bagi masyarakat pedesaan Jawa Barat termasuk dari Desa Panyingkiran dan Ciherang, Negara

Arab Saudi sampai saat ini menjadi pilihan utama untuk bekerja.

Bekerja sebagai pembantu rumahtangga (PRT) di luar negeri banyak dipilih oleh

perempuan dari pedesaan sebagai sebuah tindakan rasional ekonomi dengan harapan bisa

menghasilkan upah berupa remitan yang bisa digunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan

hidup keluarga dan rumahtangga migran di daerah asal. Melalui remitan yang dihasilkan

diharapkan mampu mencukupi berbagai kebutuhan dasar yang bersifat konsumtif, sampai

pemenuhan berbagai kebutuhan yang bersifat produktif seperti membeli lahan – tanah darat dan sawah -, modal bekerja dan berusaha, membiayai upacara kematian, dan membiayai pendidikan

3

(32)

anggota keluarga. Pada kenyataannya, kemampuan migran perempuan untuk meningkatkan

kesejahteraan keluarga baru bisa terwujud ketika mereka bulak-balik (yoyo-migration) pergi ke

luar negeri beberapa kali.

Bagi migran perempuan yang berstatus sebagai ibu rumahtangga, memilih bekerja di luar

negeri terpaksa harus meninggalkan berbagai peran yang menjadi tanggungjawabnya yang

dituntut baik secara sosial maupun keagamaan. Migrasi internasional perempuan juga

berimplikasi terhadap relasi gender antara lain perubahan peranan dan pengambilan keputusan

yang terjadi dalam keluarga, rumahtangga maupun komunitas pedesaan. Berdasarkan rumusan

masalah tersebut, maka yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah:

1. Apa rasionalitas migran perempuan dari pedesaan bekerja di luar negeri?

2. Bagaimana rasionalitas dan makna penguasaan lahan bagi migran perempuan dan

keluarganya pada komunitas pedesaan?

3. Bagaimana relasi gender khususnya pembagian peran dan pengambilan keputusan yang

terjadi dalam keluarga dan rumahtangga migran perempuan?

1.3.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah seperti yang diungkapkan dalam latar belakang masalah,

tujuan yang akan dicapai penelitian ini ialah: (1) mengetahui rasionalitas yang mempengaruhi

migran perempuan untuk bekerja di luar negeri; (2) menganalisis keterkaitan antara pemanfaatan

remitan yang dihasilkan migran internasional perempuan dengan penguasaan lahan; (3)

menganalisis rasionalitas dan makna penguasaan lahan bagi migran perempuan dan keluarganya

pada komunitas pedesaan; dan (4) menganalisis bagaimana migrasi internasional perempuan dan

kesetaraan gender, khususnya dalam perubahan peran dan pengambilan keputusan dalam

keluarga dan rumahtangga migran dan dibandingkan dengan keluarga dan rumahtangga

non-migran.

Sebagai sebuah penelitian, signifikansi atau kegunaan penelitian ini mencakup pada

tataran akademis dan praktis.

a. Secara akademis, penelitian ini mensintesis arah baru studi migrasi dalam perspektif

penguasaan lahan dan kesetaraan gender pada aras kerluarga, rumahtangga pada komunitas

(33)

b. Tujuan praktis dari penelitian diharapkan menjadi bahan masukan kepada pihak-pihak yang

terkait dengan ketenaga kerjaan internasional perempuan serta kaitannya dengan penguasaan

lahan dan relasi gender pada masyarakat pedesaan. Informasi ini penting, karena

permasalahan tenaga kerja perempuan yang bekerja di luar negeri sampai saat ini masih

menjadi permasalahan yang kompleks dan belum ada jalan keluar yang tepat, termasuk

penanganan migran kembali atau eks-migran yang memiliki berbagai potensi berupa remitan

sosial yang belum banyak dimanfaatkan.

c. Sebagai bahan rujukanaktual arah penelitian berikutnya yang terkait dengan gerak penduduk,

khususnya migrasi tenaga kerja internasional perempuan pedesaan serta kaitannya dengan

penguasaan lahan dan kesetaraan gender di pedesaan.

1.4. Novelty

Penelitian dengan topik migrasi perempuan internasional yang sudah dilakukan

umumnya mengkaji penggunaan remitan ekonomi, remitan sosial, serta pengaruhnya terhadap

kesejahteraan keluarga dan masyarakat sekitar, pembangunan daerah, serta dampak negatif yang

ditimbulkan. Penelitian yang secara spesifik mendalami migrasi internasional perempuan di Jawa

Barat dan pengaruhnya terhadap penguasaan lahan oleh perempuan serta peran gender pada aras

keluarga, rumahtangga dan komunitas pedesaan di Jawa Barat merupakan suatu topik yang baru.

Kebaruan penelitian ini adalah, pertamabahwa migran perempuan dari Desa Panyingkiran dan

Ciherang Jawa Barat sebagian masih tertarik untuk membelanjakan remitan yang dihasilkan ke

dalam bentuk lahan, dengan cara membeli tanah darat, dan sawah ditengah semakin meluruhnya

deagrarianization, depeasantization dan derulalizationsebagai pengaruh langsung dan tidak

langsung kapitalisme yang masuk ke pelosok pedesaan di berbagai negara berkembang termasuk

pedesaan di Jawa Barat. Hal ini menunjukkan bahwa secara aksiologis, penguasaan lahan yang

dilakukan oleh migran dan eks-migran perempuan memunculkan dinamika agraris di pedesaan

dan mengubah peta perekonomian pedesaan. Kedua, penguasaan lahan oleh perempuan menjadi

parameter nyata bahwa telah terjadi proses pembentukkan kekuasaan yang berimbang antara

laki-laki dan perempuan yang mengarah kepada kesetaraan gender di tengah masyarakat

pedesaan Jawa Barat yang masih dominan nilai budaya patriarkhi, dimana perempuan masih

sering dipersepsikan sebagai individu yang memiliki keterbatasan dalam berbagai aktivitas

(34)

second bread winner. Ketiga, penguasaan lahan oleh perempuan di pedesaan mampu

meningkatkan status sosial keluarga pelaku migran pada komunitas pedesaanyang masih

menempatkan lahan sebagai salahsatu indikator ekonomi dalam menentukan status sosial

(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan dipaparkan teoretisasi migrasi internasional dari beberapa ahli

migrasi yang meliputi pengertian, migrasi dari perspektif peneliti coba pertautkan dengan

ekonomi rasional-Weber, Coleman, embedded-Granovetter, dan cumulative causation-Massey.

Bagian lain mengungkap gender dan pembagian peran dalam rumahtangga, migrasi

internasional: dari narasi struktur agrarian ke penguasaan lahan, penelusuran terhadap penelitian

sejenis dan posisi peneliti dalam penelitian migrasi internasional. Bagian terakhir dipaparkan

mengenai alur pemikiran studi.

2.1. Teoretisasi Migrasi Internasional

Migrasi merupakan fenomena yang telah berlangsung lama mengikuti perjalanan

peradaban manusia4. Perpindahan penduduk dari negara asal ke negara tujuan terjadi hampir di

seluruh belahan dunia, jumlah yang terus meningkatdengan berbagai alasan seperti alasan

ekonomi, situasi politik di dalam negeri yang tidak menentu dan alasan bencana alam.

Migrasi internasional didefinisikan sebagai suatu bentuk mobilitas penduduk yang

melampaui batas-batas wilayah negara dan budaya (Zlotnik, 1998; Appleyard, 1989;Haris,

2003). Pengertian yang lebih luas dikemukakan Lee (1992); Bogue (1969); Bedford(1981)dalam

Haris (2002) yang mendefinisikan migrasi internasional sebagai suatu aktivitas perpindahan

penduduk yang mencakup aspek perubahan tempat tinggal, tujuan migrasi maupun

keinginan-keinginan menetap atau tidak menetap di daerah tujuan.Berdasarkan konteks pelaku atau migran,

PBB mendefinisikan bahwa migran internasional adalah seseorang yang tinggal di luar negara

asal tempat tinggalnya selama periode sekurang-kurangnya satu tahun. PBB menaksir bahwa

pada tahun 2005 ada sekitar 200 juta migran internasional di seluruh dunia, termasuk sekitar 9

juta di antaranya pengungsi (Kosser, 2009).

Pada awalnya, teori migrasi dipahami dalam konteks ekonomi, misalnya Lewis (1986),

Fei dan Ranis (1961) yang menganggap bahwa migrasi sebagai ”equilibrium mechanism”yaitu keseimbangan antara sektor subsisten dengan sektor modern di negara berkembang dan negara

maju.Dalam pandangan teori neoklasik ekonomi makro5, Wood (1982), berpendapat bahwa

4

Melalui pendekatan historis, Pigay (2005: 12-16) menguraikan sejarah migrasi manusia yang berjalan seiring peradaban di berbagai belahan bumi.

5

(36)

perpindahan tenaga kerja terjadi dari negara yang mengalami surplus tenaga kerja tetapi

kekurangan kapital menuju negara yang kekurangan tenaga kerja tetapi memiliki surplus kapital.

Teorineoklasik ekonomi mikro berpendapatbahwa migran potensial, selalu mempertimbangkan

‟cost and benefit‟ dari setiap perpindahan ke daerah tujuan yang memiliki potensi lebih besar dibandingkan dengan daerah asal migran (Massey, 1993; Kuper dan Kuper, 2000).Todaro (1998)

menyatakan migrasi merupakan suatu proses yang sangat selektif mempengaruhi setiap individu

dengan ciri-ciri ekonomi, sosial, pendidikan dan demografi tertentu, maka pengaruhnya terhadap

faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi dari masing-masing individu juga bervariasi. Selektifitas

dalam menentukan pergi atau tidaknya individu meninggalkan daerah asal bermula dari

pemikiran rasional dengan memperhitungkan biaya costdan benefit yang akan diperoleh dengan

kepergian tersebut, termasuk memperhitungkan kemungkinan berbagai resiko yang akan

dihadapi individu pelaku migran.

Faktor yang melatarbelakangi migrasi tenaga kerja ke daerah tujuan adalah faktor makro

yang lebih dikenal dengan daya tarik (pull factor) dari daerah tujuan dan daya dorong (push

factor) dari daerah asal (Lee, 1995), Piore (1979)6. Seseorang melakukan mobilitas disebabkan

oleh adanya motivasi tertentu, ketimpangan perkembangan ekonomi antar daerah, secara rasional

akan mendorong penduduk untuk melakukan mobilitas, dengan harapan di daerah baru akan

perpindahan tenaga kerja, dan migrasi tidak akan terjadi bila perbedaan tersebut tidak ada; (3) aliran internasional sumberdaya manusia sebagai modal – yaitu berupa pekerja dengan tingkat keterampilan tinggi - melakukan respon dan pola migrasi yang unik dan berbeda yang mungkin bersifat berlawanan dengan tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan; (4) Pasar tenaga kerja adalah mekanisme utama, di mana aliran internasional tenaga kerja didorong, pasar jenis lain tidak punya efek penting terhadap migrasi internasional. Secara lengkap, Wood, Charles H. 1982. membagi teori migrasi internasional menjadi tiga perspektif, yaitu: (1) neoklasik (equilibrium); (2) historis-struktural; dan (3) perspektif alternatif yang memposisikan rumahtangga sebagai unit analisis.

6

(37)

memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik.Lewis, (1986); Ranis & Fei(1961);

Todaro(1979); Titus, (1985); dan Lee, (1992).

Pendekatan The new economics of migration of theory dari Massey (1993) menganggap

bahwa migrasi sebagai pilihan keluarga,merupakan salah satu cara mengurangi resikoyang

dilakukan keluarga. Kepala keluarga akan membiayai perjalanan anggota keluarga yang

melakukanmigrasi dan biaya hidup selama dia mencari pekerjaan, dan migran mempunyai

komitmen untuk mengirim remitan kepada keluarga. Pandangan Massey sejalan dengan Ellis

(2000) dan Owusu (2007) bahwa migrasi – internal maupun internasional - merupakan salah satu cara yang biasa dilakukan keluarga miskin di pedesaan sebagai bentuk survival strategy dan

coping strategy disamping pilihan yang lainnya.

Massey (1990b) dalam teori cumulative causation mengemukakan bahwa migrasi

internasional merupakan akumulasi berbagai faktor yang mendorong setiap keputusan migrasi

dalam konteks sosial migrasi. Beberapa faktor yang penting dalam menghubungkan umpan-balik

antara perilaku individu dalam melakukan migrasi dan struktur masyarakat. Paling tidak terdapat

enam faktor potensial yang secara kumulatif dapat dipengaruhi oleh aktivitas migrasi

internasional yang terjadi, yaitu: (1) distribusi pendapatan; (2) distribusi lahan; (3) organisasi

produksi pertanian; (4) kebudayaan; (5) distribusi regional dari sumberdaya manusia; dan (6)

perubahan sosial.Teori cumulative causation dalam penelitian ini dijadikan dasar untuk

mengungkapkan bagaimana migrasi internasional perempuan dari pedesaan mempengaruhi

penguasaan lahan dan peran perempuan dalam pengambilan keputusan pada aras rumahtangga di

komunitas pedesaan Jawa Barat. Penguasaan lahan oleh migran perempuan akan terjadi ketika

mereka bekerja dalam waktu yang cukup lama dan harus bolak-balik ke luar negeri atau apa

yang dikonsepsikan sebagai bentuk yo-yo migration(Margolis, 1994).

2.2.Migrasi Internasional: Antara Tindakan Rasional-Weber; Coleman dan Embedded-Granovetter.

Keterkaitan antara migrasi internasional perempuan pedesaan sebagai sebuah tindakan

rasional dari individu mendapat tempat dalam pemikiran Weber mengenai tindakan ekonomi

yang rasional (rational action). Tindakan aktor sesungguhnya tidak hanya sekedar

(38)

(2003)7 sebagi “fenomena yang relevan secara ekonomi” dan “fenomena yang dikondisikan

secara ekonomi”.Menurut Coleman (1992) individu selalu bertindak sangat rasional. Hal ini karena setiap individu atau aktor memiliki kepentingan, dimana mereka mengontrol sumberdaya

dan persaingan tetapi mereka kekurangan sesuatu karena tidak dapat secara penuh mengontrol

sumberdaya dan persaingan tersebut untuk memenuhi kepentingannya. Itulah sebabnya,

individu/aktor kemudian melakukan pertukaran sumberdaya yang dimilikinya. Dalam konteks

migran perempuan, sumberdaya yang mereka miliki hanya berupa tenaga kasar yang siap

“dijual” kepada negara-negara yang membutuhkan dengan berbagai resiko yang harus dihadapi. Keterbatasan sumberdaya yang dapat dipertukarkan oleh migran perempuan

menyebabkan bentuk pertukaran yang tidak seimbang, artinya migran perempuan harus

mengelurakan energy lebih sedangkan imbalan dari pertukaran yang diperoleh berupa upah atas

kerja keras mereka dihargai jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan resiko kerja. Kondisi ini

diakibatkan antara lain lain pendidikan dan keterampilan migran perempuan yang rendah

sehingga posisi tawar mereka sangat lemah. Namun demikian, upah yang diterima migran

perempuan jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan upah di Indonesia untuk jenis

pekerjaan yang sama.

Jika ahli ekonomi lebih menekankan kepada tindakan ekonomi murni, berupa tindakan

yang secara eksklusif didorong oleh kepentingan dan rasional “harapan terhadap nilai kegunaan”

(utility), maka sosiologi ekonomi tradisi Weberian mempelajari tindakan ekonomi yang

berorientasi sosial, yaitu suatu tindakan yang didorong oleh kepentingan ekonomi dan

diorientasikan pada aktor lain berdasarkan pertimbangan yang bukan motif ekonomi

semata-mata tetapi bisa dipengaruhi juga habits, berupa kebiasaan-kebiasaan, tradisi, dan emosi atau

perasaan. Menurut Weber, ketiga aspek tersebut adalah faktor penggerak ekonomi terpenting

dari individu dalam kegiatan ekonomi. Di sini terdapat titik temu antara tindakan rasionalnya

instrument dan rasionalitas yang berorientasi nilai dari Weber dengan tindakan migran

7

(39)

perempuan untuk bekerja sebagai PRT ke luar negeri. Kondisi ini didasarkan kepada

pertimbangan bahwa tindakan bekerja ke luar negeri, selain didasari motif ekonomi, juga

terdapat keinginan lain yang bersifat non-ekonomi seperti meningkatkan status sosial keluarga.

Weber membagi tindakan individu selalu dalam konteks sosial, artinya bahwa tindakan sosial

bisa dipahami sebabagai verstehen atau pemahaman subyektif untuk memahami secara valid

mengenai arti-arti subyektif suatu tindakan sosial dari individu (Weber, dalam Lawang, 1988).

Weber membagi tindakan menjadi empat macam yaitu: (1) rasionalitas instrumental

(zweckrationalitat); (2) rasionalitas yang berorientasi nilai (wertrationalitat); (3)

tradisional/non-rasional; dan (4) afektif.

Tindakan migran perempuan sebagai aktor yang memiliki berbagai keinginan yang

bersifat ekonomi maupun pertimbangan lain yang bersifat non-ekonomi oleh Granovetter

dikatakan sebagai tindakan yang embedded atau terlekat dalam relasi sosial dan struktur jaringan

sosial. Pada bagian inilah secara teoritis terdapat asosiasi yang erat antara sosiologi, ekonomi dan

kependudukan sebagai suatu sintesa baru yang secara ontologis dan epistemologis keilmuan

melahirkan suatu sintesa baru berupa ilmu sekaligus kajian sosiologi migrasi.

Granovetter mendasarkan teoriembedded mengenai organisasi pada tiga asumsi klasik

sosiologi, yaitu: (1) upaya untuk meraih tujuan ekonomi seringkali dibarengi oleh tujuan

non-ekonomi seperti sosiabilitas, persetujuan, status dan kekuasaan; (2) tindakan non-ekonomi (seperti

tindakan lainnya) disituasikan secara sosial, dan tidak dapat dijelaskan oleh semata-mata

motif-motif individu; ini terlekat dalam jaringan-jaringan yang sedang berjalan, dari relasi-relasi

personal, dan bukan dilakukan oleh aktor-aktor yang terfragmentasi; (3) institusi-institusi

ekonomi tidak muncul secara otomatis dalam beberapa bentuk yang menjadi tak dapat dihindari

oleh situasi-situasi eksternal, tetapi menjadi “terkonstruksi secara sosial” (Granovetter, 1992). Tindakan migran perempuan untuk memutuskan bekerja sebagai PRT di luar negeri

sebenarnya merupakan titik temu antara tindakan individu sebagai aktor yang rasional sekaligus

merefleksikan tindakan yang embedded kepada relasi dan struktur sosial. Keinginan untuk

memperbaiki ekonomi rumahtangga, keinginan untuk merubah status sosial melalui jalan

(40)

Penjelasan mengenai keterkaitan antara teori sosiologi dan ekonomi yang diusung Weber,

Coleman, Swedberg, Granovetter dengan Massey mengenai dorongan dan tindakan individu

dalam melakukan migrasi internasional, dijelaskan dalam tabel 2.1. dibawah ini.

Sebuah tindakan rasional perempuan bertindak dan mengambil keputusan pergi bekerja

ke luar negeri yang merupakan coping dan survival strategypada aras mikro dan meso dengan

keinginan-keinginannya untuk bisa berhasil secara ekonomi, dan embedded secara sosial untuk

mendapat pengakuan berupa naiknya status sosial dari warga komunitas dimana migran

perempuan berasal. Dengan demikian, secara teoritis terdapat relasi yang kuat antara nilai-nilai

rasional ekonomi dengan struktur sosial dimana individu sebagai aktor dalam memutuskan

kepergian ke luar negeri.

Tabel 2.1. Keterkaitan Antara Teori Sosio-Migrasi Internasional

(41)

Massey (1990b;

2.3. Gender, Pembagian Peran Dalam Rumahtangga dan Akses Terhadap Lahan

2.3.1. Gender Sebagai Konstruksi Sosial

Mengacu kepada Instruksi Presiden No 9/2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam

Pembangunan Nasional, pengertian gender adalah konsep yang mengacu pada peran-peran dan

tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh

keadaan sosial dan budaya masyarakat.Gender adalah relasi sosial antara laki-laki dan

perempuan yang merupakan hasil pembelajaran sosial budaya yang membedakan peran, fungsi

dan tanggung jawab yang diemban oleh seorang perempuan dan laki-laki sebagai hasil

konstruksi sosial budaya. Pembedaan peran, fungsi dan tanggungjawab yang berbasis pada

relasi gender seperti ini dapat mengalami perubahan dan berbeda wilayah atau

antar-daerah, antar-negara, antar-suku bangsa dan antar-bangsa yang dapat dipengaruhi oleh faktor

sosial, budaya, ekonomi, politik, agama dan negara (Hubeis, 2008). Mengacu kepada pengertian

gender tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah kesetaraan gender adalah terdapat relasi yang

setara antara laki-laki dan perempuan berupa kondisi untuk memperoleh kesempatan dan

hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik,

ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamana nasional, dan kesamaan dalam menikmati

hasil pembangunan.

Mosse, (1996); Djohani, (1996) menjelaskan bahwa secara sederhana, gender dapat

diartikan sebagai pembagian peran, kedudukan, dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang

ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan karakteristik perempuan dan laki-laki yang dibentuk

oleh norma-norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Gender dibedakan

Gambar

Tabel 2.1. Keterkaitan Antara Teori Sosio-Migrasi Internasional
Tabel 2.3. Penelitian Sejenis dan Posisi Peneliti
Gambar 2.1. Alur Pemikiran Studi
Tabel 3.2. Responden Berdasarkan Pendidikan yang Ditamatkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara pada anak setelah. menggunakan media gambar di

Sama-Bajau, Bajo, Indonesian Bajo, baun Same, phonology, pre-nasalization, gemination, vowel length, epenthesis, aphaeresis, demarcative glottal stop,

Oleh karena itu, untuk merealisasikan tujuan pendidikan tersebut agar berjalan dengan efektif dan efisien maka dibutuhkan pengelolaan manajemen yang baik terutama

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SMA “X” Kabupaten Aceh Tenggara, yaitu sebesar 94,9% memiliki intention kuat untuk tidak

Alasan penggunaan metode ini karena dapat memberikan hasil yang akurat yang didapatkan dari perhitungan berdasarkan bobot gejala yang dipilih pengguna, mampu

[r]

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas V SDN Inpres Toropot Kecamatan Bokan Kepulauan Kabupaten Banggai Laut,