• Tidak ada hasil yang ditemukan

The communication behaviors of members of the house of representatives commission IV of the republic of indonesia in hearings with the ministry of agriculture in 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The communication behaviors of members of the house of representatives commission IV of the republic of indonesia in hearings with the ministry of agriculture in 2010"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU KOMUNIKASI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KOMISI IV DALAM RAPAT

DENGAR PENDAPAT DENGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

TAHUN 2010

DISERTASI

HALOMOAN HARAHAP

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Perilaku Komunikasi Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Kementerian Pertanian Tahun 2010 adalah benar hasil karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk

manapun. Bahan rujukan atau sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang telah diterbitkan ataupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Juli 2012

(3)
(4)

HALOMOAN HARAHAP. The Communication Behaviors of Members of the House of Representatives Commission IV of the Republic of Indonesia in Hearings with the Ministry of Agriculture in 2010. Advisors: S. SARWITITI S. AGUNG (Chairman), BASITA GINTING SUGIHEN (Member) and DARWIS S. GANI (Member)

A hearing (RDP) is a means of communication between the House of Representatives of the Republic of Indonesia (DPR-RI) with the government. Through RDP, the House members can deliver the aspirations of the people and influence the government to prepare a development program tailored to the interests of the people, especially in the fields of agriculture, fisheries, marine, forestry, and food, which Commission IV actually deals with. So far, the communication behaviors of the House members with the government in RDP not much has been known. Therefore, this research attempted to focus its study on the communication behaviors of the members of the House of Representatives Commission IV of the Republic of Indonesia in hearings with the Ministry of Agriculture in 2010. The research objectives were to describe the interest content of messages and the methods of communication presentation of the members of the House of Representatives Commission IV in RDP. The study used a content analysis method. The research materials were the minutes of RDP in 2010 by carrying out a census. There were two major research variables, namely communication behaviors and characteristics. Communication variables were operationalized into dimensions of message content and delivery method. Characteristic variables were limited to gender, age, religion, educational level, job type of initial employment and term of office period. The analysis units of the study were separately defined in statements. Prior to the study, a reliability test was conducted. The data processing used descriptive statistics and correlation test of Kendall's tau -b. The research results showed that in terms of gender the members of the House of Representatives Commission IV were dominated by males with a dominant age group of 41-60 years. Undergraduate education (Strata 1) was the educational background of most of the House members. The initial occupation of most of the House members was an entrepreneur. Most members of the Commission IV have one period of office term. The types of RDP information were dominantly related to the government. The message interest content was more people-oriented interest. The messages conveyed mostly discussed problem substances and problem-solving orientations. In the meantime, the types of reasons were mostly about symptoms accompanied by narrative evidence. The method of presenting communication mostly used clear sentences which were less critical and assertive. The characteristics were not related to the content of messages and ways to present communication.

(5)

RINGKASAN

HALOMOAN HARAHAP. Perilaku Komunikasi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Komisi IV dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Kementerian Pertanian Tahun 2010. Komisi Pembimbing: SARWITITI S. AGUNG (Ketua), BASITA GINTING SUGIHEN (Anggota) dan DARWIS S. GANI (Anggota)

Rapat Dengar Pendapat (RDP) adalah sarana komunikasi antara Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) dengan pemerintah. Melalui RDP, anggota DPR-RI dapat menyampaikan aspirasi rakyat dan mempengaruhi pemerintah agar menyusun program pembangunan yang sesuai kepentingan rakyat. Perilaku komunikasi anggota DPR-RI dalam RDP sangat penting untuk mempengaruhi pemerintah. Sejauh ini belum banyak diketahui bagaimana perilaku komunikasi anggota DPR-RI dalam RDP dengan pemerintah. Komisi IV badan kelengkapan DPR-RI yang membidangi pertanian, perikanan, kelautan, kehutanan, dan pangan. Karenaa itu, penelitian ini menggkaji 1) Informasi apa yang dibicarakan anggota DPR-RI sewaktu mengadakan RDP dengan pemerintah? 2) Kepentingan siapa yang mereka suarakan? 3) Bagaimana perilaku komunikasi anggota DPR-RI dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan 1) Jenis agenda RDP antara DPR-RI komisi IV dengan Kementerian Petanian tahun 2010. 2) Muatan kepentingan pesan komunikasi anggota DPR-RI komisi IV dalam RDP dengan Kementerian Pertanian tahun 2010. 3) Perilaku komunikasi anggota DPR-RI komisi IV dalam RDP dengan Kementerian Pertanian tahun 2010.

Penelitian Perilaku Komunikasi Anggota DPR-RI komisi IV dalam RDP dengan Kementerian Pertanian tahun 2010 menggunakan metode penelitian analisis isi. Sebagai bahan penelitian ditetapkan notulensi RDP antara DPR-RI komisi IV dengan Kementerian Pertanian tahun 2010 dengan melakukan sensus. Terdapat dua variabel mayor penelitian, perilaku komunikasi dan karakeristik. Variabel perilaku komunikasi dioperasionalkan menjadi dimensi isi pesan dan cara penyajian. Dimensi isi pesan diuraikan menjadi kategori muatan kepentingan, kesesuaian tema, orientasi, jenis alasan dan bentuk bukti. Sedangkan dimensi cara penyajian diuraikan menjadi kategori kejelasan kalimat, sikap kritis, dan bentuk penyampaian. Variabel karakteristik dibatasi pada jenis kelamin, umur, agama, tingkat pendidikan, fraksi, jenis pekerjaan awal dan masa bakti. Variabel karakteristik diduga berhubungan dengan variabel perilaku komunikasi. Penelitian menetapkan individu dalam pernyataan sebagai unit analisis.

Sebelum pelaksanaan penelitian, dilakukan uji reliabilitas kategori dengan menggunakan 3 orang ahli. Hasil pengujian dihitung reliabilitas dengan menggunakan rumus Holsti dan diperoleh nilai reliabilitas di atas nilai kritis (r = >0,70). Hasil penelitian diolah menggunakan statistik deskriptif dan uji korelasi Kendall’s tau-b.

(6)
(7)

©Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh

(8)

PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KOMISI

IV DALAM RAPAT DENGAR PENDAPAT DENGAN

KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2010

HALOMOAN HARAHAP

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi/Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Penguji Luar Komisi :

Ujian Tertutup : 1. Dr. Udi Rusadi, MS.

(Dosen Komunikasi Program Pascasarjana Universitas Indonesia)

2. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS.

(Ketua Program Doktor Komunikasi

Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB) Ujian Terbuka : 1. Prof. Dr. Ir. Sjafri Mangkuprawira

(Dosen Program Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesan IPB)

2. Dr. Udi Rusadi, MS.

(10)
(11)

xiii

Alhamdulillahi robbil alamin, akhirnya disertasi ini dapat selesai sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Penelitian ini dilaksanakan selama April 2011 – Desember 2011 atas naskah Rapat Dengar Pendapat antara Anggota Komisi IV DPR-RI dengan Kementerian Pertanian 2010 dengan judul Perilaku Komunikasi Anggota DPR-RI Komisi IV dalam Rapat Dengar Pendapat dengan

Kementerian Pertanian Tahun 2010.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Ketua Komisi Pembimbing, Ibu Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MSi., dan Anggota Komisi Pembimbing: Bapak Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, MA dan Bapak Prof. Dr. Darwis S. Gani, MA, yang dengan ikhlas dan sabar, meluangkan waktu memberikan arahan, bimbingan, dan masukan serta membagikan pengetahuannya kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan disertasi ini.

Dalam kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ayahanda Maklum Harahap (alm) dan Ibunda Nurmawan Pohan (alm) yang

telah memelihara, merawat, dan membesarkan penulis dengan tulus dan ikhlas tanpa mengeluh serta tiada hentinya untuk berdoa bagi keberhasilan penulis selama hidup mereka.

2. Kepada Istriku Dra. Suwatiningsih dan anak-anakku tersayang, Rizal Zulfadli Harahap, Muhammad Iqbal Harahap, dan Ahmad Alwi Arif Harahap yang telah banyak mendoakan serta memberi dukungan baik pikiran, tenaga agar penulis cepat selesai. Semoga Allah S.W.T. memberi keberkahan kepada keluarga kita selamanya. Amin!

3. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB, Ketua Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, dan Ketua Program Studi/Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan (KMP), Sekretariat KMP, Ibu Lia, Sekretariat PPL, Ibu Desy beserta staf lainnya yang dengan keramahan dan ketulusannya telah memberikan layanan administrasi yang sangat berarti.

(12)

xiv

Dr. Ir. Sjafri Mangkuprawira, Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis, Prof. Dr. Ir. Musa S. Hubeis, Prof. Dr. Ign. Djoko Susanto SKM., Dr. Makmun Sarma, dan Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi. Ir. Hadiyanto, MS yang telah memberikan berbagai dukungan dalam bentuk fasilitas dan layanan kuliah selama penulis menjalani proses belajar pada program S3 di KMP IPB.

5. Kepada Abang Drs. M. Jamiluddin Ritonga, MS. dan keluarga yang telah banyak memberi bantuan baik pemikiran, tenaga, dan dukungan moral kepada penulis selama ini. Semoga Abang dan keluarga mendapat berkah dari Allah. S.W.T. Amin!

6. Kepada Pimpinan dan Anggota Komisi IV DPR-RI 2009-2014, Pimpinan dan staf Sekretariat Jenderal DPR-RI, staf Sekretariat Komisi IV DPR-RI, Pejabat Pengelola Informasi Publik DPR-RI, Humas DPR-RI dan staf khususnya, Bang Budiman di Litbang DPR-RI, dan Ibu Indah yang telah memberi banyak bantuan dalam penelitian di DPR-RI.

7. Kepada Pimpinan Universitas Esa Unggul Jakarta yang telah banyak memberi dukungan kepada penulis selama mengikuti program S3 di IPB. 8. Kepada Bapak Dekan Dr. Indrawadi Tamin, M, Sc., rekan-rekan dosen dan

staf di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul Jakarta yang selalu memberikan dukungan, memotivasi dan mengingatkan penulis agar cepat selesai.

9. Kepada Bapak Dr. James Pardede, MM., Direktur Kemitraan Komunikasi, Bapak Gun Gun Siswadi, Bapak Waluyo, Abdullah, Dikdik Sadaka, Ibu Katmi, dan teman-teman lainnya di Direktorat Kemitraan Komunikasi, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI yang telah banyak memberikan dukungan selama ini.

(13)

xv

rekan seperjuangan di KMP angkatan 2007, 2008, dan 2009 terimakasih atas kesediaanya untuk berbagi selama penulis mengikuti kuliah.

12. Kepada Bang Hasyim Purnama, Bang Arifin Saleh, Bang Rahman, Pak Lukman, kelompok pengajian malam minggu yang telah men-do’a-kan dan memberikan dukungan kepada keluarga penulis.

13. Kepada keluarga besar penulis di Jakarta, Depok, dan Pargarutan khususnya Adik-adik, Adek Ipar, Keponakan, yang telah urut memotivasi penulis agar cepat selesai.

14. Kepada teman-teman dan pihak lain yang belum sempat penulis sebutkan. Bantuan kalian semua sangat berarti bagi penulis. Penulis menyadari tanpa bantuan banyak pihak tidak akan mampu menyelesaikan tugas ini. Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat ridho dan berkah dari Allah S.W.T. Amin.

Disertasi ini belum sempurna, karena penulis adalah manusia yang banyak kelemahan. Penulis masih berharap kritik dan saran agar disertasi ini lebih sempurna.

(14)
(15)

xvii

Penulis dilahirkan di Pargarutan, Padangsidempuan, Sumatera Utara 22 Oktober 1963 sebagai anak kedua dari delapan orang bersaudarra dari pasangan Maklum Harahap (alm) dan Nurmawan Pohan (alm). Penulis menikah dengan Dra. Suwatiningsih dan dikaruniai tiga orang putra yaitu Rizal Zulfadli Harahap, Muhammad Iqbal Harahap, dan Ahmad Alwi Arif Harahap.

Tahun 1982 melanjutkan sekolah ke Sekolah Tinggi Publisistik Jakarta. Tahun 1985 memperoleh gelar Bachelor of Art bidang publisistik. Tahun 1988 lulus sarjana Ilmu Hubungan Masyarakat dan Periklanan dari Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta. Tahun 1994 memperoleh gelar Magister Sain dari Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Institut Pertanian Bogor. Tahun 2008 melanjutkan pendidikan pada Program Doktor di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dalam bidang Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.

Tahun 1988-1999 dosen tetap IISIP Jakarta dan terakhir menjabat sebagai Kepala Biro Administrasi Akademik IISIP Jakarta tahun 1998-1999. Tahun 2002- sekarang sebagai dosen tetap di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul Jakarta. Jabatan sebagai Ketua Program Studi Ilmu Periklanan tahun 2002-2003, Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Masyarakat tahun 2002- 2010, Wakil Dekan Bidang Akademik tahun 2003 – 2008 dan Ketua Program Studi Ilmu Jurnalistik tahun 2008-2010.

Kegiatan mengajar lainnya jadi dosen tidak tetap di Universitas Paramadina, Universitas Pelita Harapan, Universitas Budi Luhur, dan Sekolah Tinggi Ekonomi Nusantara.

(16)
(17)

xix

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Komunikasi ……… 36

Penelitian Terdahulu dan State of the Art ……… 38

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ……… 45

Kerangka Pemikiran ………. 45

(18)

xx

METODOLOGI PENELITAN ……… 47

Disain Penelitian ……… 47

Bahan Penelitian dan Priode ……… 48

Definisi Kategori dan Operasionalisasi Variabel ………..………….. 49

Definisi Kategori ……… 49

Validitas dan Reliabilitas Kategori ……… 59

Validitas ……… 59

Badan Akuntabilitas Keuangan Negara ……… 75

Panitia Khusus ……… 76

Komisi ……… 77

Komisi IV DPR RI ……… 82

Karakteristik Anggota DPR-RI Komisi IV ………. 82

Jenis kelamin ……… 82

Umur ……… 83

Agama ……… 84

Tingkat Pendidikan ……… 85

(19)

xxi

Perilaku Komunikasi berdasarkan Jenis Kelamin ……….. 96

Perilaku Komunikasi berdasarkan Kelomok Umur ……….. 97

Perilaku Komunikasi berdasarkan Agama ……….. 98

Perilaku Komunikasi berdasarkan Tingkat Pendidikan ……….. 99

Perilaku Komunikasi berdasarkan Fraksi ……….. 100

Perilaku Komunikasi berdasarkan Jenis Pekerjaan Awal ……….. 103

Perilaku Komunikasi berdasarkan Masa Bakti ……….. 104

Isi Pesan Komunikasi ……….. 108

Hubungan Karakteristik dengan Perilaku Komunikasi ……….. 122

Retorika Rapat Dengar Pendapat ……….. 124

Drama Komunikasi Politik ……….. 128

Hubungan Legislatif dengan Eksekutif ……….. 132

(20)

xxii

Efisiensi ……….. 148

Retorika ………….……….. 148

Deskripsi .……….. 148

Terima ……….. 149

Pasrah ………. 149

Ego Kelembagaan ...………….……….. 149

KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 151

Kesimpulan ……….. 151

Saran ……….. 153

DAFTAR PUSTAKA ………. 155

(21)

xxiii

DAFTAR TABEL

halaman 1. Operasionalisasi variabel karakteristik ……… 57 2. Sebaran anggota DPR-RI 2009-2014 berdasarkan fraksi …..….……. 64 3. Sebaran anggota DPR-RI 2009-2014 berdasarkan tingkat pendidikan .… 68 4. Bidang kerja komisi DPR-RI 2009-2014 dan lembaga mitra kerjanya … 79 5. Sebaran anggota DPR-RI komisi IV berdasarkan jenis kelamin .……... 82 6. Sebaran anggota DPR-RI komisi IV berdasarkan kelompok umur ... 83 7. Sebaran anggota DPR-RI komisi IV berdasarkan agama …... 84 8. Sebaran anggota DPR-RI komisi IV berdasarkan tingkat pendidikan….... 84 9. Sebaran anggota DPR-RI komisi IV berdasarkan fraksi …... 85 10. Sebaran anggota DPR-RI komisi IV berdasarkan jenis pekerjaan awal ... 86 11. Sebaran anggota DPR-RI komisi IV berdasarkan masa bakti …….…... 87 12. Sebaran perilaku komunikasi, jumlah paragraf, dan jumlah kalimat

berdasarkan agenda rapat …..……… 92 13. Rataan waktu setiap perilaku komunikasi berdasarkan agenda rapat …….. 93 14. Sebaran tingkat kehadiran dan tingkat partisipasi anggota DPR-RI

komisi IV dalam RDP ….………... 95 15. Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam

setiap agenda RDP yang dibedakan berdasarkan jenis

kelamin ……… 96

16. Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam setiap

jenis agenda RDP yang dibedakan berdasarkan kelompok umur……... 97 17. Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam

setiap jenis agenda RDP yang dibedakan berdasarkan agama…………... 98 18. Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam

setiap jenis agenda RDP dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan …. 99 19. Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam setiap

jenis agenda RDP dibedakan menurut fraksi ……… 100 20. Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam setiap

jenis agenda RDP dibedakan berdasarkan jenis pekerjaan awal ………. 103 21. Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam setiap

jenis agenda RDP dibedakan berdasarkan masa bakti ………….. 105 22. Sebaran pesan berdasarkan muatan kepentingan ……….. 108 23. Sebaran isi pesan berdasarkan kesesuaian tema ……..………. 110 24. Sebaran isi pesan berdasarkan orientasi ………..…………. 112 25. Sebaran isi pesan berdasarkan jenis alasan ……….. 114 26. Sebaran isi pesan berdasarkan bentuk bukti ……….. 116 27. Sebaran cara penyajian dibedakan berdasarkan

kejelasan kalimat ………... 117

28. Sebaran cara penyajian dibedakan berdasarkan sikap kritis …………. 118 29. Sebaran cara penyajian dibedakan berdasarkan bentuk penyampaian… 120

30. Keeratan hubungan antara karakteristik dengan perilaku komunikasi.... 123

31. Sebaran jumlah Peraturan Menteri Pertanian berdasarkan tahun ….….. 134 32. Peraturan Menteri Pertanian tahun 2009 -2012 yang berkaitan

(22)
(23)

xxv

DAFTAR GAMBAR

halaman 1. Proses Komunikasi Retorika ……… 24 2. Kerangka Pemikiran dan Hubungan Variabel Penelitian ……… 46 3. Model Komunikasi RDP Komisi DPR-RI dengan

Kementerian ……… 142

(24)
(25)

xxvii

DAFTAR LAMPIRAN

(26)
(27)

PENDAHULUAN

Latarbelakang

Sejak Indonesia merdeka, pembangunan bidang pertanian sudah menjadi salah satu prioritas pemerintah. Prioritas pembangunan petanian tetap menjadi penting karena tenaga kerja sektor pertanian sekarang masih dominan, sekitar 42,76 persen. Sementara sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen, (BPS 2009). Sektor pertanian tetap penting diperhatikan karena pertanian juga merupakan penyedia bahan pangan. Sedangkan kecukupan pangan adalah faktor penting suatu ketahanan negara. Faktor lain yang menjadikan bidang pertanian perlu mendapat perhatian adalah, selama krisis ekonomi tahun 1997 dan 1998, sektor pertanian yang paling tidak terpengaruh (Subejo 2005).

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah banyak merumuskan kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan pertanian. Program intensifikasi dan ekstensifikasi di bidang pertanian terus digalakkan. Intensifikasi bidang pertanian seperti teknologi pertanian telah dikembangkan, penemuan dan penyediaan bibit unggul, pembangunan irigasi, bantuan pupuk, pengolahan pasca panen, pemberian penyuluhan pertanian. Ekstensifikasi dengan pembukaan lahan-lahan baru di luar pulau Jawa telah digalakkan.

Program pembangunan di bidang pertanian bertujuan agar sektor pertanian berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat, (Apriyantono 2006).

(28)

Merumuskan pembangunan yang mengedepankan kepentingan rakyat, pemerintah perlu menjalin komunikasi dengan rakyat. Rakyat diajak berbicara tentang apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Dari hasil pembicaraan dengan rakyat yang dijadikan bahan untuk merumuskan program pembangunan. Program pembangunan yang telah dirumuskan kemudian dikomunikasikan kembali kepada masyarakat agar tercipta dukungan, (Lionberger & Gwin 1982; CIAT 1974).

Dalam mengaktualisasikan peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, pemerintah telah menyediakan mekanisme menampung aspirasi masyarakat melalui Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI).

Setiap 3 bulan sekali, Anggota DPR-RI melakukan reses. Reses secara formal dilakukan anggota DPR-RI dengan sebutan kunjungan kerja ke daerah. Secara informal anggota DPR-RI melakukan reses ke konstituen masing-masing. Dalam kunjungan kerja tersebut, anggota DPR-RI mengadakan komunikasi dengan pemerintah setempat dan masyarakat untuk mengetahui keadaan program pembangunan berjalan. Sementara dalam reses informal ini, anggota DPR-RI mengunjungi konstituen masing-masing berusaha untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang menjadi permasalahan masyarakat. Masukan informasi dari konstituen inilah yang sering dinamakan aspirasi.

Seringnya demonstrasi di depan gedung DPR-MPR Jakarta suatu indikasi Anggota DPR-RI belum sepenuhnya menyuarakan dan memperjuangkan kepentingan rakyat. Sebagaimana dikemukakan Puriantha (2008) bila masyarakat merasa aspirasi mereka kurang diperhatikan anggota DPR-RI, rakyat memilih saluran komunikasi politik seperti demonstrasi atau unjuk rasa. Demontrasi dan unjuk rasa suatu indikasi bahwa saluran komunikasi politik formal terjadi kurang berfungsi, terjadi kemandegan.

(29)

Sebagai agen perubahan, anggota DPR-RI dapat juga berperan sebagai

gatekeeper yang menyaring informasi yang perlu disampaikan agar kebijakan yang disusun pemerintah berpihak pada kesejahteraan rakyat. Sebagaimana dikemukakan oleh Lewin (1947) Gatekeeper adalah penjaga gerbang, yaitu orang yang memutuskan apa saja yang boleh melewati gerbang yang dijaganya. Dalam sistem politik penjaga gerbang adalah individu atau lembaga yang mengontrol pengaruh politik dengan mengatur arus informasi dari dan ke pusat kekuasaan. Gatekeeper ada di banyak pekerjaan, peran mereka dapat memberi gambaran dan mempengaruhi pemahaman masyarakat terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka.

Sebagai lembaga perwakilan rakyat, anggota DPR-RI memperjuangkan kepentingan masyarakat Indonesia yang sangat pluralis. DPR-RI memperjuangkan kepentingan rakyat petani, kepentingan rakyat pedagang, kepentingan rakyat nelayan, dan kepentingan rakyat lainnya. Sehubungan dengan itu, DPR-RI membentuk komisi-komisi sebagai alat kelengkapan DPR-RI agar dapat bekerja dengan maksimal.

Komisi dalam melaksanakan tugasnya, mengadakan rapat kerja dengan Presiden yang dapat diwakili oleh Menteri, mengadakan rapat dengar pendapat dengan pejabat pemerintah yang mewakili intansinya, mengadakan rapat dengar pendapat umum, mengadakan kunjungan kerja dalam masa reses. (DPR-RI 2010).

DPR-RI tahun 2009-2014 membentuk sebelas komisi yang mengurusi semua permasalahan dan kepentingan pemerintahan. Komisi IV DPR-RI khusus mengurusi bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan. Bidang ini menyangkut kepentingan sebagian besar rakyat Indonesia. Karena rakyat Indonesia lebih dominan adalah petani dan nelayan. Secara politis bidang ini yang memiliki jumlah konstituen paling banyak karena itu, sangat wajar bila kepentingannya didahulukan.

(30)

Permasalahan

Anggota DPR-RI priode 2009 – 2014 sudah bekerja lebih kurang 1 tahun pada akhir tahun 2010 dan sudah sering melakukan reses. Sudah semestinya banyak informasi yang diserap, dihimpun, dan diagendakan untuk masukan terhadap kebijakan pemerintah bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan. Karena hasil reses merupakan bahan untuk acara Rapat Dengar Pendapat dengan istansi pemerintah terkait.

Menurut pemberitaan media massa akhir Juli 2010, hasil reses anggota DPR-RI banyak yang ’nihil’, (Suara Pembaruan, 30 Juli 2010). Artinya anggota RI tidak mencari masukan berupa permasalahan masyarakat. Anggota DPR-RI tidak memaksimalkan kesempatan berkomunikasi dengan masyarakat untuk mencari masukan atau menampung aspirasi. Anggota DPR-RI melakukan reses sekedar menjalankan tugas dan menghabiskan anggaran besar. Hasil reses tidak banyak aspirasi masyarakat yang mereka peroleh yang dapat dijadikan masukan dalam penyusunan program pemerintah.

Beberapa anggota DPR-RI enggan melakukan kunjungan ke daerah konstituennya karena takut ditagih janji yang disampaikan semasa kampanye pemilihan legislatif (Gunadjar 2009). Kalau tidak karena kewajiban, beberapa anggota DPR-RI enggan berkunjung ke daerah pemilihannya.

Menurut pengalaman Jamiluddin Ritonga1, “Konstituen sekarang sudah pintar, setiap ada anggota dewan yang berkunjung masyarakat langsung menyodorkan proposal bantuan dana bagi kegiatan mereka”. Gejala ini disebabkan oleh banyak janji politik anggota legislatif yang tidak terealisasi. Masyarakat berpendapat, lebih baik minta uang untuk pembiayaan kegiatan instan

kalau ada anggota DPR yang berkunjung. Cara ini lebih cepat daripada menunggu realisasi janji politik.

Gejala ini menunjukkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap anggota DPR-RI akan membawa aspirasi dan kepentingan rakyat. Sesuai dengan jajak pendapat harian Kompas pada kolom Barometer menunjukkan 54,6% masyarakat sangat percaya terhadap kapasitas dan kemampuan anggota dewan. Namun hanya 42,5% yang percaya bahwa anggota dewan berpihak kepada

(31)

kepentingan rakyat. Proporsi yang lebih rendah, yaitu 34,6% percaya anggota dewan berpihak menyuarakan aspirasi kelompok yang terpinggirkan, (Renstra DPR-RI 2010-2014).

Hasil penelitian Emrus (2009) menunjukkan hanya sedikit perhatian komunikator politik (baca anggota DPR-RI) terhadap kepentingan masyarakat konstituen dan lebih banyak perhatian mereka terhadap kepentingan partai dan kepentingan fraksinya. Setiap keputusan yang diambil dalam rapat-rapat pembahasan rancangan Undang Undang banyak dipengaruhi oleh kepentingan subyektivitas mereka sebagai pribadi dan anggota partai.

Informasi tersebut memberikan gambaran bahwa anggota DPR-RI belum sepenuhnya memperjuangkan kepentingan rakyat. Timbul pertanyaan:

1. Apa saja yang dibicarakan oleh anggota DPR-RI ketika mengadakan RDP dengan pemerintah?

2. Kepentingan siapa yang mereka suarakan?

3. Bagaimana perilaku komunikasi mereka selama RDP dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah?

Idealnya anggota DPR-RI Komisi IV membawa aspirasi dan kepentingan ril masyarakat petani dan menjadikan masukan dalam program pemerintah. Anggota DPR-RI Komisi IV menggunakan segala kompetensi yang dimilikinya mempengaruhi pemerintah agar menyusun program pembangunan yang menjawab kepentingan rakyat tersebut.

Kompetensi yang dimaksud adalah, legalitas kekuasaan politik yang dimiliki, latar belakang partai politik pendukungnya, kemampuan intelektualitas, dan kemampuan retorika dalam menyampaikan pendapat, (De Landtsheer 2006).

Latarbelakang partai dan besarnya jumlah anggota menjadi kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah. Jumlah anggota partai yang besar ini, berperan bila pengambilan keputusan harus diambil berdasarkan suara terbanyak (voting). Latarbelakang partai pendukung pemerintah atau koalisi juga dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah.

(32)

dan pengalaman pada umumnya dapat membuat seseorang semakin mampu melakukan analisis dan semakin kritis (Lowery & DeFleur 1995).

Sedangkan kompetensi retoris adalah kemampuan anggota DPR-RI dalam memilih pesan, memilih argumentasi dan cara menyampaikannya sewaktu berkomunikasi dengan pemerintah agar pendapatnya diterima. Kemampuan retoris dalam komunikasi politik sangat penting agar dapat mempengaruhi tujuan politik mudah terwujud.

Menurut pengamatan peneliti bulan November - Desember 2010, komisi IV telah mengadakan beberapa kali rapat dengar pendapat dengan instansi pemerintah terkait seperti Bulog, Kementerian Pertanian, Kementerian Perikanan dan Kelautan, dan Kementerian Kehutanan. Peneliti telah mengikuti rapat terbuka antara Komisi IV dengan Bulog serta Panja Komisi IV tentang RUU Pencegahan dan Pemberantasan Pembalakan Liar. Dalam rapat tersebut, anggota DPR-RI Komisi IV telah mengedepankan kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

Dalam rapat dengar pendapat antara Bulog dengan Komisi IV tanggal 31 November 2010, Anggota DPR-RI menggunakan bahasa yang lugas dan tegas agar Bulog wajib menyediakan stok beras 1,2 ton/bulan sepanjang tahun. Bulog harus mendahulukan beras dalam negeri sebelum melakukan impor. Harga dasar gabah agar ditinjau kembali supaya tidak merugikan petani. Karena petani merasa harga gabah mereka cukup rendah. Bulog harus menyeimbangkan fungsi sosial dan bisnisnya.

Rapat Pansus RUU Pencegahan dan Pemberantasan Pembalakan Liar (P3L) tanggal 31 November 2010 juga mengindikasikan bahwa anggota Komisi IV DPR-RI telah memperjuangkan kepentingan rakyat. Karena para anggota Komisi IV DPR-RI sepakat menjadikan para pembalak liar masuk kateri extra-ordinary crime. Karena pelaku pembalakan liar telah merugikan negara dan masyarakat dengan dampak yang luar biasa. Sehubungan dengan itu, DPR-RI komisi IV menyusun Panitia Khusus untuk merumuskan undang-undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Pembalakan Liar.

(33)

kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Untuk itu perlu penelitian lebih seksama terhadap isi komunikasi yang telah dilakukan oleh Komisi IV dalam memperjuangkan kepentingan rakyat sewaktu rapat dengan mitra kerjanya dari pemerintah.

Penelitian terdahulu tentang perilaku komunikasi anggota DPR atau DPRD sudah beberapa kali dilakukan (Kusumastuti 2004; Jauhari 2004; Hanida 2007; Marie & Venderbergen 2008; Murni 2009; Emrus 2009 dan Rusfian 2010). Namun penelitian yang ada belum banyak mengungkap perilaku komunikasi yang fokus pada muatan kepentingan pesan dan cara berkomunikasi anggota DPR dalam rapat dengar pendapat. Penelitian terdahulu juga belum mengungkap kemampuan retoris anggota DPR dalam rapat dengar pendapat.

Memperhatikan gejala-gejala di atas peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut dengan permasalahan pokok “Bagaimana perilaku komunikasi anggota Komisi IV DPR-RI dalam rapat dengar pendapat dengan kementerian pertanian tahun 2010?” Dengan judul penelitian Perilaku Komunikasi Anggota DPR-RI Komisi IV dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Kementerian

Pertanian Tahun 2010.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku komunikasi anggota DPR-RI komisi IV DPR-RI dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Kementerian Pertanian tahun 2010. Deskripsi perilaku komunikasi yang dimaksud adalah menggambarkan:

1. Jenis agenda RDP antara DPR-RI komisi IV dengan Kementerian Pertanian tahun 2010.

2. Muatan kepentingan pesan komunikasi anggota DPR-RI komisi IV dalam RDP dengan Kementerian Pertanian tahun 2010

3. Perilaku komunikasi anggota DPR-RI komisi IV dalam RDP dengan Kementerian Pertanian tahun 2010.

(34)

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan dalam pengembangan Ilmu komunikasi politik pembangunan pertanian dan perdesan. Secara spesifik kegunaan penelitian ini dapat dibagi menjadi :

Kegunaan Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam membangun sistem komunikasi politik dalam RDP. Temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk melihat muatan dan strategi komunikasi politik antara legislatif dan pemerintah dalam perumusan kebijakan politik

b. Hasil penelitian ini dapat juga digunakan sebagai masukan dalam membangun sistem komunikasi pembangunan. Temuan penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan dalam melihat kelancaran arus informasi pembangunan dari pemerintah ke masyarakat dan sebaliknya dari masyarakat kepada pemerintah.

c. Hasil penelitian ini dapat menjadi verifikasi teori retorika dan speech act

dalam menganalisis perilaku komunikasi melalui dokumen. Verifikasi teori retorika khususnya ethos dan logos dalam menganalisis pesan melalui dokumen. Verifikasi teori speech act teori dalam rapat.

Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para anggota DPR-RI, partai politik atau pengambil kebijakan dalam menyusun sistem komunikasi dalam rapat yang lebih efektif.

b. Hasil penelitian ini dapat juga dijadikan rujukan dalam menyusun sistem komunikasi politik dalam perumusan kebijakan politik dan pembangunan khususnya yang berhubungan dengan mekanisme hubungan DPR-RI dengan Kementerian dalam pemerintahan Indonesia.

(35)

Kebaruan Penelitian

Penelitian perilaku komunikasi, khususnya aplikasi teori retorika dan

speech act melalui naskah belum banyak dilakukan. Penelitian perilaku komunikasi yang sudah beberapa dilakukan adalah dengan menggunakan metode survey dan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode content analysis yang dapat memberi implikasi pengembangan strategi komunikasi dalam rapat dan verifikasi teori retorika dan teori speech act.

Keterbatasan Penelitian

(36)
(37)

TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi Pembangunan

Pembangunan dapat diartikan proses berkelanjutan agar setiap individu mendapatkan kesempatan memilih dan mengembangkan kepercayaan diri agar dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengabaikan kebutuhan generasi yang akan dating (Norton et.al 2006). Pembangunan adalah memanfaatkan sumberdaya yang ada secara bijaksana agar dapat meningkatkan kesejahteraan baik sekarang maupun yang akan datang. Pembangunan dapat dilakukan dalam segala bidang kehidupan, pertanian, ekonomi, politik dan lain-lain.

Sehubungan dengan itu, perlu langkah yang sangat hati-hati dalam memilih dan menyusun strategi pembangunan yang dapat menciptakan pembangunan yang berkesinambungan (sustainable). Pembangunan harus menjamin tercapainya kesejahteraan hidup sekarang dan kehidupan generasi yang akan datang. Menurut Norton (2004) pembangunan yang berkesinambungan memiliki 5 prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu: economic sustainability; social sustainability; fiscal sustainability; institutional sustainability and environmental

sustainability.

Pembangunan yang menjamin keberlanjutan ekonomi masyarakat yaitu pembangunan yang menjamin pertumbuhan ekonomi bukan menjadikan ekonomi masyarakat menjadi surut. Keberlanjutan sosial yaitu pembangunan yang menjamin kelangsungan kehidupan dan sistem sosial bukan yang menghilangkan kehidupan dan sistem sosial. Keberlanjutan fiskal artinya pembangunan yang menjamin keberlangsungan pemasukan fiskal bukan meniadakan pemasukan kas negara. Keberlanjutan institusi artinya pembangunan yang menjamin tumbuh dan berperannya berkembangnya kelembagaan bukan yang memandulkan peran kelembagaan. Keberlanjutan lingkungan artinya pembangunan yang tetap memelihara keserasian lingkungan bukan yang merusak lingkungan.

(38)

mendinamisasi gerak pembangunan. Komunikasi dapat berperan meningkatkan kesadaran, pengetahuan, pemahaman, sikap, dan kemampuan sehingga tercipta partisipasi dalam pembangunan yang pada gilirannya tercipta kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat secara berkesinambungan (Effendy 2005).

Komunikasi harus menjadi bagian strategis yang perlu dicantumkan dalam setiap perencanaan pembangunan. Komunikasi yang membuka peluang bagi partisipatif seluruh elemen masyarakat. Komunikasi pembangunan ini harus mengedepankan sikap aspiratif, konsultatif dan relationship. Karena pembangunan tidak akan berjalan dengan optimal tanpa adanya hubungan sinergis antara elemen pembangunan. Fungsi komunikasi pembangunan adalah sebagai katalisator, fasilitator, dan penghubung/mediator yang bebas antara rakyat dengan para penentu kebijakan dalam pembangunan. Komunikasi pembangunan merupakan proses penyebaran informasi, penerangan, pendidikan dan keterampilan, rekayasa sosial dan perubahan perilaku agar tercipta partisipasi seluruh elemen masyarakat dalam pembangunan (Dilla 2007).

Komunikasi Politik

Pembangunan yang partisipatif dari berbagai elemen pembangunan akan dapat tercipta bila kebijakan politik yang dirumuskan mampu menampung berbagai kepentingan masing-masing pihak. Tujuan ini akan mudah terwujud apabila sistem politik yang ada memberi ruang terciptanya komunikasi politik yang aspiratif. Sebagaimana dikemukakan oleh Esser & Pfetsch (2004), komunikasi politik adalah suatu mekanisme yang berpusat pada kegiatan bagaimana mengartikulasikan, menyatukan, menghasilkan, dan mengimplementasikan kebijakan yang dirumuskan dari penyatuan berbagai kepentingan.

(39)

melibatkan pertukaran informasi di antara individu-individu yang satu dengan kelompok-kelompoknya pada semua tingkat masyarakat.

Pertukaran informasi antara sistem politik yang berjalan lancar dan dinamis dapat menciptakan iklim politik yang sehat dan melahirkan kebijakan publik. Menurut Deutsch (2002) pertukaran informasi yang relevan dalam sistem politik harus dinamis sehingga tercipta kebijakan yang ditujukan untuk kepentingan umum. Sesuai dengan pendapat Nimmo (2004) komunikasi dapat dipandang sebagai politik, jika pesan yang dibawa itu berusaha untuk mempengaruhi proses pembuatan yang menghasilkan kebijaksanaan publik. Komunikasi politik sebagai kegiatan politik yang benar-benar mempertimbangkan segala konsekuensi kebaikan yang mengatur tingkah laku pelaku politik dalam keadaan yang bertentangan agar terjadi keselarasan kepentingan politik.

Sementara McQuail (2005) berpendapat, komunikasi politik lebih banyak ditemukan dalam masa kampanye. Komunikasi politik dalam kampanye dilakukan secara priodik dan intensif dengan menggunakan media massa oleh kandidat atau partai yang sedang bertarung pada pemilihan. Para kandidat menyampaikan janji-janji politik kepada pemilih bahwa dirinya akan memperjuangkan kepentingan masyarakat pemilihnya. Dalam pertarungan antara kandidat tadi, dapat ditemukan bentuk komunikasi politik berupa pemberitaan-pemberitaan positif atau negatif tentang aktor politik atau partai.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi politik adalah proses pertukaran informasi antara sistem politik di dalam masyarakat dalam usaha menyelaraskan berbagai kepentingan untuk merumuskan kebijakan publik. Kepentingan-kepentingan tersebut antara lain kepentingan kepentingan partai politik, kepentingan golongan, kepentingan masyarakat, dan kepentingan pribadi.

(40)

Setiap proses politik dalam sebuah sistem politik baik infra struktur maupun supra struktur politik memerlukan fungsi komunikasi. Komunikasi menjadi penyaluran informasi berupa aspirasi dari masyarakat kepada pemerintah dalam perumusan kebijakan maupu informasi rencana atau kebijakan pemerintah kepada masyarakat.

Sastroadmodjo (1995) berpendapat, fungsi komunikasi politik ada dua. Pertama adalah fungsi struktur politik yaitu menyerap berbagai aspirasi, pandangan-pandangan dan gagasan-gagasan yang berkembang dalam masyarakat dan menyalurkan sebagai bahan dalam penentuan kebijaksanaan. Kedua merupakan fungsi penyebarluasan rencana-rencana atau kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah kepada rakyat. Dengan demikian fungsi komunikasi politik menciptakan arus informasi timbal balik dari rakyat kepada pemerintah dan dari pemerintah kepada rakyat.

Arti pentingnya komunikasi politik sangat dirasakan oleh banyak pihak dalam pemerintahan. Lancarnya komunikasi politik penting bagi masyarakat untuk mengetahui sejauhmana keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan. Masyarakat dapat mengetahui sejauhmana kebijakan pemerintah mewujudkan cita-cita perjuangan seluruh rakyat. (Newman 1999). Oleh karena itu tuntutan dan harapan terhadap berperannya fungsi komunikasi lembaga perwakilan rakyat sangat diperlukan oleh seluruh rakyat.

Berperannya komunikasi politik dalam sistem pemerintahan perlu didukung oleh kecepatan dan akurasi informasi. Sebagaimana dikemukakan Norris (dalam Esser & Pfetsch 2004) policy maker need accurate information about citizen, to respond to public concerns, to deliver effective services meeting

real human needs and also in democracies to maximize popular electroral

support to be returned office.

(41)

Untuk dapat mengetahui secara benar aspirasi atau keinginan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, maka para wakil rakyat harus bermitra dengan masyarakat mengadakan dan melaksanakan mekanisme komunikasi politik secara teratur, Bracht ( dalam Rice dan Atkin 2001). Wakil rakyat mempunyai kewajiban berkomunikasi dengan rakyat. Seperti dikemukakan Cipto (1995) anggota parlemen menghubungi para pemilih mendengar keluhan mereka lalu menyalurkan keluhan-keluhan dan kehendak-kehendak pemilih serta menyuarakan kepentingan mereka dalam sidang-sidang di parlemen maupun dalam bentuk pernyataan-pernyataan politik kepada pemerintah.

Dalam menjaring aspirasi konstituen kepekaan dan keperdulian anggota legislatif terhadap konstituen sangat penting. Kepekaan dan keperdulian tersebut dapat terlihat pada kegiatan komunikasi dan upaya membuka berbagai saluran komunikasi dengan masyarakat. Saluran komunikasi seperti komunikasi personal melalui reses, komunikasi kelompok dan melalui media massa perlu dimaksimalkan dalam nampung dan menjaring apa yang menjadi kepentingan masyarakat. Bila langkah ini dilakukan secara optimal, dapat diduga kandungan komunikasi antara legislatif dengan pemerintah banyak memuat kepentingan rakyat. Pada gilirannya, kebijakan pembangunan yang dirumuskan berpihak kepada kepentingan rakyat.

Menurut Swanson (dalam Esser & Pfetsch 2004) kualitas suatu negara dan demokrasi dapat dari kualitas komunikasi politik yang dipertunjukkan. Sejauhmana aspirasi rakyat mendapat tempat dalam kebijakan pemeritah yang berkuasa. Artinya kepentingan rakyat harus dijaring dalam perumusan kebijakan pemeritah. Bila aspirasi rakyat tidak mendapat tempat dalam kebijakan pemerintah, maka pemerintahan tersebut dekat dengan tirani.

(42)

memiliki kepentingan kekuasaan dapat merumuskan kebijakan yang berpihak pada kepentingan masyarakat.

Hasil pengamalan di beberapa negara berkembang menunjukkan, aktivitas komunikasi antara anggota legilslatif dengan konstituennya berbeda berdasarkan waktu (Swanson (dalam Esser & Pfetsch 2004). Semakin dekat waktu pemilihan anggota legislatif, komunikasi dilakukan semakin sering dan semakin intens. Menjelang waktu pemilu legislatif, calon legislatif menunjukkan peningkatan keperdulian terhadap kepentingan konstituen. Anggota legislatif gencar dan intens mengunjungi konstituen agar dipilih kembali pada priode berikutnya. Setelah pemilu legislatif selesai, frekuensi komunikasi dan intensitas komunikasi semakin menurun. Sebagaimana disinyalir bahwa anggota legislatif banyak melupakan konstituennya setelah pemilu. Bahkan ada kecenderungan anggota legislatif enggan bertemu dengan konstituen karena takut dituntut janji-janji semasa proses kampanye pemilu legislatif.

Komunikasi Dalam Rapat

Rapat adalah pertemuan beberapa orang atau kelompok untuk membicarakan suatu hal. Para ahli komunikasi mengelompokkan rapat dalam bidang komunikasi kelompok. Sebagaimana dikemukakan Golberg & Larson (1985) komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukan lebih dari dua orang untuk tujuan tertentu. Komunikasi kelompok banyak ditemui pada organisasi atau kelompok diskusi atau rapat. Kelompok terbentuk dapat disebabkan oleh adanya tujuan yang sama atau untuk memecahkan masalah bersama.

(43)

Penelitian perilaku komunikasi kelompok banyak menyoroti pemilihan topik pembicaraan, gaya berbicara, kejelasan pesan yang disampaikan, kepentingan, benyaknya informasi, daya provokasi, arah pendapat, orientasi atau motif berkomunikasi, frekuensi berkomunikasi, panjang informasi dan jumlah waktu (Goldberg & Larson 1985; Berger 2000).

Anggota kelompok diskusi mendengar dan bertanya antara sesama anggota. Anggota kelompok belajar dari anggota kelompok lain tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana bersikap, dan bagaimana membangun rasa saling percaya di antara mereka. Pendapat mereka kadang mendukung dan menolak pendapat anggota lainnya.

Efektivitas kelompok banyak ditentukan oleh faktor-faktor personal dari anggotanya seperti konsep diri, motivasi, dan kompetensi komunikasi (Anderson & Martin 1995; Gudykunst 2003). Sementara menurut Van Mierlo & Ad Kleingeld (2010) efektivitas kelompok dalam mencapai tujuannya dipengaruhi oleh kejelasan tujuan yang akan dicapai.

Rapat kelompok banyak dilangsungkan dalam petemuan tatap muka untuk membahas suatu persoalan. Komunikasi dalam rapat dilakukan dengan komunikasi langsung tatap muda. Antara peserta dapat menyampaikan pesan dan langsung mendapat tanggapan dari peserta lain. Komunikasi rapat dapat dikategorikan sebagai komunikasi ujaran (speech act).

Perilaku Komunikasi

Sebagai makhluk sosial manusia harus berinteraksi dengan manusia lainnya. Melalui komunikasi setiap individu dapat berinteraksi, bertukar informasi atau pendapat sehingga dapat bekerjasama. Komunikasi merupakan darahnya interaksi sosial. Melalui komunikasi perilaku orang lain dalam interaksi sosial dapat dipahami dan terciptanya kerjasama. Karena dalam komunikasi terjadi pertukaran simbol-sombol yang memiliki arti, (Kashima, Klein & Clark dalam

Fiedler 2007).

(44)

central interest those behavioral situations in which a source transmits a message

to receiver(s) with conscious intent to affect the later’s behavior. Sementara Shannon dan Weaver mendefinisikan komunikasi mengatakan, communication include(s) all the procedures by which one mind may affect another. This, of

course, involves not only written and oral speech.

Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah proses pengiriman pesan dari satu pihak kepada pihak lain yang bertujuan untuk memperngaruhinya..

Sedangkan pengertian perilaku adalah tindakan atau perbuatan seseorang. Menggambarkan perilaku tidak lepas dari kaitan antara kognisi, afeksi, dan konasi Namun menurut aliran teori belajar (learning theory), perilaku lebih ditekankan pada aspek tindakan berulang yang dapat diamati, dipelajari, dan diramalkan secara obyektif, (Bandura 1997). Sangat berbeda dengan konsep tindakan (action) yang bersifat kontekstual, unik dan tidak dapat diramalkan. Karena yang dimaksud perilaku dalam penelitian ini adalah tindakan atau perbuatan yang diaktualisasikan, ditampilan, dan dapat diamati.

Bila dikaitkan antara konsep perilaku dan komunikasi, maka dapat disimpulkan perilaku komunikasi merupakan tindakan atau perbuatan yang ditampilkan seseorang sewaktu menerima atau menyampaikan pesan komunikasi yang dapat diamati.

Penelitian komunikasi yang mempelajari strategi komunikasi banyak digolongkan pada tradisi Rethorical. Karena dalam retorika, tema penelitian yang menarik perhatian adalah bagaimana cara berkomunikasi agar efektif yang meliputi pembicara, pesan dan audiens (Litlejohn & Foss 2008; Griffin 2006). Retorika menekankan cara bagaimana berkomunikasi dan memilih argumentasi agar audiens mengikuti keinginan pembicara.

Retorika

(45)

retorika menekankan bagaimana menyusun strategi komunikasi agar dapat menguasai audiens , ( Stacks et.al 1991; Dillard 2010). Menurut Aristoteles, dalam retorika yang perlu diperhatikan ada tiga faktor yaitu etiket (ethos),

emosional (pathos), dan logika (logos).

Ethos atau etiket berhubungan dengan karakter pembicara termasuk kredibilitas di mata khalayak. Pathos berhubungan dengan kemampuan komunikasi pembicara untuk menarik perhatian dan membawa perasaan emosional audiens . Sedangkan logos atau logika berhubungan dengan kemampuan pembicara memilih dan menyusun argumentasi dalam pesan komunikasi yang disampaikan.

Ethos

Faktor ethos yang meningkatkan efektivitias persuasi adalah kredibilitas pembicara atau komunikator, (Stracks et.al 1991). Kredibilitas pembicara atau kominikator meliputi “„good’ man, or a„credible’ speaker or a „ charismatic’ leader” (Burgoon 1974); kualitas inteligensi pembicara, kejujuran, goodwill

(Griffin 2006). Sementara menurut Petty & Cacioppo, (1981) Tan (1981) seorang sumber atau komunikator memiliki daya persuasi yang baik apabila memiliki unsur credibility, trustworthiness, attractiveness, and power. Sedangkan Berlo (1960) menggunakan istilah knowledge.

Ethos komunikator dari penjelasan para ahli di atas menunjuk pada suatu nilai bahwa komunikator dipandang kredibel, ahli, dapat dipercaya dan berwibawa, kharismatik atau berpengaruh dalam melakukan komunikasi.

Nilai seorang komunikator yang kredibel, ahli, dapat dipercaya, dan berwibawa, atau memiliki pengaruh terdapat pada persepsi audiens nya. Penilaian

audiens lah yang banyak menentukan seseorang komunikator kredibel, ahli, menarik, dapat dipercaya atau memiliki pengaruh. Seorang profesor di bidang pertanian dapat saja dinilai oleh petani tidak kredibel dan tidak menarik sewaktu professor berkunjung ke desa, karena tidak dikenal oleh petani.

Dalam penelitian komunikasi yang menggunakan analisis isi, faktor ethos

(46)

gabungan keduanya yang telah direkam. Dalam memudahkan analisis isi tentang faktor ethos diperlukan dokumen komunikasi yang merekam perilaku komunikasi komunikator.

Pathos

Faktor pathos adalah kemampuan komunikator untuk menyajikan komunikasi yang menarik (Stacks et. al 1991). Kemampuan menarik perhatian dan emosional audiens oleh Reardon (1987) digunakan istilah competence dan Berlo (1960) menggunakan istilah communication skills.

Kompetensi atau kemampuan juga menjadi faktor penunjang dalam perilaku komunikasi. Kompetensi yang dimaksud adalah keahlian untuk melakukan sesuatu. Misalnya keahlian melakukan komunikasi, kemampuan berbahasa, kemampuan menggunakan istilah, kemampuan mengemukakan pendapat dan lain-lain, (Anderson and Martin 1995)..

Rubin, et.al (2004) berpendapat tentang kemampuan komunikasi.

Comunicative competence is ability to choose available communicative behavior

to accomplish one’s own interpersonal goals during an encounter while

maintaining the face and line of fellow interactants within the constraints of the

situation.

Kemampuan seseorang untuk melakukan komunikasi interpersonal secara efektif dengan memanfaatkan situasi dan berbagai faktor penting yang tersedia agar tujuan komunikasi tercapai. Kemampuan komunikasi tersebut memperhitungkan kemampuan audiens , merumuskan tujuan, memilih media yang tepat, pemilihan lambang, mengetahui faktor-faktor yang membuat komunikasi efektif, dan mengetahui indikasi komunikasi yang efektif.

(47)

Anderson & Martin 1995). Kompetensi komunikasi antara lain ditunjang oleh pendidikan dan pengalaman seseorang.

Kompetensi komunikasi tersebut akan tergambar pada perilaku komunikasi, misalnya kemampuan memilih dan menyusun argumen, kejelasan pesan yang disampaikan dan cara menyampaikan. Kompetensi komunikasi akan mempengaruhi efektivitas komunikasi. Kompetensi komunikasi dapat dilihat dari kemampuan memilih isi pesan, menyusun pesan dan cara menyampaikan kepada orang lain sehingga komunikasi tersebut dapat dipergunakan dalam menyelesaikan masalah.

Selanjunya perilaku komunikasi juga dipengaruhi oleh motivasi atau orientasi. Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau yang menggerakkan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal (Koswara 1989; Hasibuan 2003; Robbin & Coulters 2007).

Menurut Pace & Faules (2006) eori motivasi menjelaskan bagaimana seseorang menafsirkan lingkungan mereka sejauhmana dapat memenuhi harapan. Sementara Pace & Faules (2006) mengatakan seseorang termotivasi bila mereka percaya bahwa tindakan mereka akan menghasilkan hasil yang dinginkan, bahwa hasil mempunyai nilai positif bagi mereka, dan bahwa usaha yang mereka curahkan akan mencapai hasil.

Menurut Rubin, et.al (1995) ada 6 jenis motif seseorang untuk berkomunikasi, yaitu kesenangan (pleasure is for fun), keperdulian (affection is carring), pelarian (escape is the filling of time to avoid other behaviors), relaksasi (relaxation is an unwinding dimension), mengontrol kekuasaan (control concern power), dan menjalin hubungan (inclusion is sharing of feelings and avoiding loneliness).

(48)

Logos

Faktor logos adalah kemampuan memilih dan menyusun argumen pesan yang disampaikan sehigga audiens menerima isi pesan, (Stacks et.al 1991).

Logos mengkaji tentang susunan argumentasi dalam pesan komunikasi. Ada lima aturan yang menjadi perhatian logos dalam pesan retorika atau persuasi, yaitu

invention, arrangement, style, delivery, and memory. (Aristoteles dalam Griffin 2006; Litlejohn & Foss 2008).

Invention yang dimaksud adalah kemampuan komunikator menemukan argumentasi sesuai dengan topik yang dibicarakan. Komunikator dapat menemukan alasan yang tepat dan sesuai dengan topik pembicaraan yang sedang dilakukan.

Arrangement artinya menyusun pesan sehinga mudah dipahami. Ada dua faktor penting dalam penyusunan pesan agar mudah dipahami, yaitu subyek atau pokok kalimat dan prediket atau kata kerja. Arrangement merupakan sistematika penyusunan pesan agar mudah dipahami oleh lawan bicara, misalnya menggunakan istilah baku.

Style artinya memilih metaphora dalam pesan yang membuat pendengar mudah memahami pesan yang disampaikan. Metaphora dapat diartikan sebagai ilustrasi atau gambaran pendukung pesan seperti contoh atau realitas lainnya sehingga pendengar mendapat gambaran yang lebih jelas.

Memory artinya pembicara memiliki kapasitas dan perbendaharaan istilah yang tepat dan cukup untuk mengungkapkan pesan yang dimaksudkan. Kemampuan untuk memilih istilah yang tepat dari perbendaharaan kata yang dimiliki sehingga orang mudah memahaminya.

Delivery artinya penyajian pesan komunikasi yang menarik. Penyajian atau penyampaian pesan yaitu memilih bentuk kalimat yang tepat untuk maksud tertentu. Penyajian yang menarik adalah yang tampak alami atau sesuai dengan kebiasaan. Penyajian yang tampak direkayasa akan dicurigai oleh audiens .

(49)

Akurasi artinya, pembicara hendaknya memilih kata yang tepat untuk maksud yang tertentu. Supaya tidak memiliki arti yang samar, pembicara perlu memilih kata yang paling tepat bila perlu ditambahkan definisinya. Kesederhanaan artinya, gunakanlah kata-kata yang banyak dimengerti orang awam. Lebih khusus lagi, gunakan kata-kata yang pendek dan konkrit sehingga makna dapat ditangkap langsung dengan jelas.

Pengulangan artinya, kemukakanlah gagasan anda lebih dari satu kali untuk memberikan penekanan akan pentingnya gagasan tersebut. Pengulangan akan lebih penting bila komunikasi dilakukan dengan lisan. Karena komunikasi lisan pesan yang disampaikan cepat hilang. Koherensi atinya, gunakan bahasa yang dapat membuat hubungan antara gagasan menjadi jelas dan mudah dipahami.

Dari pendapat tersebut, pada prinsipnya saling melengkapi dalam praktek retorika atau persuasi. Aristoteles lebih general menjelaskan aturan dalam retorika mulai dari ide, penggunaan bahasa, dan teknik penyajian. Sementara Malik dan Iriantara lebih menyoroti penggunaan bahasa dan penekanan pada gagasan yang perlu diulang dalam retorika atau persuasi. Dengan demikian logos merupakan keahlian pelaku komunikasi menggunakan bahasa dan argumen yang dikandung oleh pesan yang disampaikan.

Dalam penelitian ini aplikasi retorika (ethos, pathos, dan logos) dapat dipelajari dari pesan yang disampaikan. Retorika dapat dilihat pada pesan komunikasi yang tersurat atau telah disampaikan kepada pihak lain. Analisis pesan komunikasi yang tersurat dapat dilakukan dengan penelitian analisis isi (content analysis) untuk menggambarkan isi dan cara penyampaiannya.

Riset Pesan Komunikasi

(50)

kuantitatif. Tradisi rethorical mengkaji komunikasi langsung di depan publik yang bertujuan untuk mempengaruhi publik dengan pendekatan kuantitatif. Tradisi semiotics mengkaji komunikasi dari pemaknaan symbol-simbol komunikasi dengan pendekatan kualitatif. Tradisi socio-cultural mengkaji komunikasi dari faktor-faktor nilai budaya dengan pendekatan kualitatif. Tradisi

critical mengkaji komunikasi dengan paradirga kritis dengan pendekatan kualitatif. Tradisi phenomenological mengkaji komunikasi dengan paradigma fenomenologi dengan pendekatan kualitatif.

Tradisi penelitian retorika mengkaji perilaku komunikasi langsung di depan publik untuk mempengaruhi pendengar memerlukan strategi komunikasi. Pembicara membutuhkan kemampuan memilih pesan, argumen dan menyampaikannya sehinga pesannya layak didengarkan, dipercaya, dan diikuti khalayak (Ruben 1992; Stacks et.al 1991). Teori retorika memang telah lama dirumuskan, tetapi masih relevan untuk dipelajari hingga saat ini. Teori dan praktek rerotika banyak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam komunikasi politik.

Proses komunikasi dalam retorika, menurut Aristoteles dapat digambarkan sebagai berikut (Ruben 1992):

Dari bagan tersebut dapat diketahui tiga unsur komunikasi, yaitu pembicara, pesan dan penerima. Dilihat dari konsep yang terdapat pada bagan maka riset yang tepat digunakan adalah riset tentang sumber yang disebut control analysis, riset tentang pesan yang dikenal dengan content analysis, riset tentang khalayak yang disebut audiens research. Penelitian ini fokus pada usaha untuk mendeskripsikan pesan komunikasi menggunakan content analysis.

Deskripsi tentang strategi retorika pada kesempatan ini menitikberatkan pada unsur isi komunikasi dan cara penyajiaan. Isi komunikasi adalah gambaran isi permasalahan pesan yang disampaikan serta tendensi kepentingan yang menyertainya. Sedangkan cara penyajian adalah teknik yang digunakan dalam mengkomunikasikan pesan tersebut untuk mencapai tujuannya.

Speaker Argument Speech Listener(s)

(51)

Strategi Komunikasi

Menurut Luknanto & la Motta (2003), strategi adalah: “The science and art” untuk memanfaatkan faktor-faktor lingkungan eksternal secara terpadu dengan faktor-faktor lingkungan internal untuk mencapai tujuan lembaga. Strategi adalah kiat untuk mencapai tujuan.

Strategi menurut Rossenberg (1992), “Strategy, Guidelines for making

directional decisions that influence an organizations long run performance.” Strategy Planning:(1)”Basic by type of planning by which a firm formulates its

long range goals and select activities for achieving those goals. Decisions include

whether to enter a new untapped market or to dominate small segment of existing

market by replacing competitors or by satisfying an unmet desire (2)”The process of developing a long range plan designed to match the organization’s strenghths

and weakness as with the threat and opportunities its environment”

Menurut Smith (1999) strategy : the science of planning and directing military operations; a plann or action based on this; mskill in managing or

planning, esp. By using stratagems. Stratagems: a trick or plann for deceiving an

anamy an war, any trick or scheme.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi adalah keputusan terbaik yang dipilih dan dirumuskan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Strategi komunikasi yang dimaksud adalah pemilihan isi pesan dan cara penyampaian pesan yang dilakukan agar audiens bersedia menuruti apa yang dianjurkan pelaku komunikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Wells, et,al (1989) bagaimana memilih isi dan penyampaian suatu pesan merupakan suatu strategi komunikasi. Karena dengan memilih isi dan cara penyampaian tertentu, tujuan komunikasi lebih mudah tercapai.

(52)

what to say dan how to say (Wells, et.al 1989; Burton 1990: Durianto, dkk 2003).

Pertama, para pembuat pesan memilih informasi apa yang akan disampaikan (what to say). Dalam what to say pembuat pesan memilih informasi yang penting untuk diketahui dan mendapat perhatian audiens. Sedangkan langkah kedua adalah menyusun cara penyajian (how to say) dalam tahap ini pembuat pesan memilih cara penyajian agar audiens terperdaya oleh pesan pesan yang disampaikan. Berlo (1960) mengemukakan dalam menyusun pesan komunikasi salah satu hal yang penting diperhatikan adalah message content, message treatment and message structure. Message content adalah isi atau substansi permasalahan yang dikandung pesan, misalnya seni, politik, dan pertanian. Message treatment adalah bagaimana cara komunikator dan menyampaikannnya, misalnya kejelasan kalimat dan bentuk penyampaian.

Message structure adalah bagaimana komunikator menyusun bagian awal, tengah dan akhir agar pesan lebih efektif.

Isi Pesan Komunikasi

Menurut Brignall (1999) isi pesan komunikasi adalah subject matter yang dikandung oleh pesan tersebut. Sedangkan menurut Farlex (2012),

message content - is about subject matter, content, substance communication - something that is communicated by or to or between people or groups.

Isi komunikasi adalah sesuatu kandungan yang terdapat dalam pesan komunikasi. Kandungan tersebut adalah persoalan yang sedang dikomunikasikan seperti masalah ekonomi, masalah pertanian, masalah perindustrian. Dalam penelitian ini, isi komunikasi yang dimaksud adalah isi atau bidang masalah yang dibicarakan. Misalnya bidang politik, ekonomi, olahraga, dan lain-lain. Isi komunikasi adalah kandungan pesan yang akan disampaikan. Dalam kandungan pesan terdapat muatan kepentingan, kesesuaian tema, orientasi, jenis alasan dan bentuk bukti.

Muatan Kepentingan

(53)

tersebut. Michael (2004) mengatakan melalui pesan, seseorang dapat mengetahui maksud atau apa kandungan kepentingan dari pesan tersebut.

Muatan komunikasi menggambarkan kepentingan pihak mana yang dikandung oleh pesan tersebut. Muatan kepentingan tersebut dalam konteks komunikasi politik dapat dikelompokkan menjadi kepentingan masyarakat/konstituen, kepentingan pemerintah dan kepentingan partai atau pribadi.

a. Suatu pertanyaan/pertanyaan dikatakan memuat kepentingan masyarakat apabila pernyataan/pertanyaan/ tersebut mengandung kepentingan masyarakat umum atau konstituen yang berkaitan dengan persoalan-persoalan pertanian. b. Suatu pernyataan/pertanyaan dikatakan memuat kepentingan pemerintah

apabila pernyataan/pertanyaan/ tersebut mendukung kebijakan kepentingan pemerintah dalam bidang pertanian.

c. Suatu pernyataan/pertanyaan dikatakan memuat kepentingan partai atau pribadi apabila pernyataan/pertanyaan/ tersebut mengatas-namakan kepentingan pribadi atau partainya.

Kesesuaian Tema

David M. Berg melakukan pengamatan terhadap 124 diskusi dan 39 kelompok dari berbagai profesi lalu menganalisis isi diskusi yang berlangsung. Berg menemukan ada empat kategori tema diskusi, yaitu:

(1) Tema substantif (substantive themes), yaitu tema yang topiknya ada kaitannya dengan tugas kelompok.

(2) Tema prosedural (procedural themes), yaitu tema yang memberi perhatian pada bagaimana diskusi harus berkembang, diatur, diubah atau dikoreksi. (3) Tema yang tidak relevan (irrelevant themes), yaitu tema yang tidak ada

kaitannya baik secara substantive maupun procedural dengan tugas kelompok. (4) Gangguan-gangguan (disruption) yaitu kejadian-kejadian yang mengganggu

tema-tema yang sedang didiskusikan, misalnya kalau dua anggota atau lebih berbicara pada waktu yang bersamaan, (Goldberg & Larson 1985).

Gambar

Gambar 2 Kerangka Pemikiran dan Hubungan Variabel Penelitian.
Tabel 1. Operasionalisasi variabel karakteristik
Tabel 2 Sebaran anggota DPR-RI 2009-2014 berdasarkan fraksi (dalam  persen)
Tabel 4 Bidang kerja komisi DPR-RI 2009-2014 dan  lembaga mitra kerjanya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dahrendorf menekankan gagasan bahwa individu berbeda dalam hal apakah materi kesejahteraan mereka, tingkat otoritas, dan aspek lain dari status mereka konsisten atau tidak

TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus ”, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi D3 Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Alhamdulillah Hirobbil Alamin Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, rizqi dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Mengingat bahwa secara rata-rata tingkat efisiensi teknis yang dicapai oleh para pembudidaya ikan kerapu telah cukup tinggi dan didukung oleh kenyataan dari hasil

Analisis Kemampuan, Kreativitas, dan Kesulitan Siswa-Siswi Kelas XA SMA BOPKRI BANGUNTAPAN dalam Mengerjakan Soal Trigonometri Tipe Open-Ended.. Skripsi,Program Studi

hasil peninjauan lapangan, serta keterangan lainnya harus dituangkan dalam Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP) yang ditandatangani oleh anggota Pokja ULP dan minimal 1

 Hasil dari kompilasi perintah DDL berupa kumpulan tabel yang disimpan dalam file khusus yaitu Kamus Data (Data Dictionary).  Data Dictionary ini akan selalu diakses dalam

2017 telah melaksanakan pembukaan file dokumen penawaran terhadap calon penyedia melalui website Lpse Polda Sumsel (www.lpse.sumsel.polri.go.id).