• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Aromaterapi Terhadap Penurunan Kelelahan Kerja di Rumah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Aromaterapi Terhadap Penurunan Kelelahan Kerja di Rumah"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP PENURUNAN

KELELAHAN KERJA DI RUMAH MODE WIDURI

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

O L E H

RIANA OCTHAVIANY

101301079

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP PENURUNAN KELELAHAN KERJA DI RUMAH MODE WIDURI

Dipersiapkan dan disusun oleh :

RIANA OCTHAVIANY

101301079

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 19 Mei 2014

Mengesahkan

Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, psikolog

NIP. 195301311980032001

Tim Penguji

1. Cherly Kemala Ulfa, M.Psi, psikolog Penguji I

(3)

Pengaruh Aromaterapi Terhadap Penurunan Kelelahan Kerja di Rumah Mode Widuri

Riana Octhaviany & Cherly Kemala Ulfa

Abstrak

Salah satu yang dapat mempengaruhi kesuksesan sebuah organisasi atau

perusahaan adalah kondisi pekerja. Kondisi yang sering dialami oleh pekerja

adalah kelelahan. Kelelahan ini merupakan kondisi pelemahan fisik, motivasi, dan

kegiatan apabila ia mengeluarkan energi setelah melakukan suatu aktivitas

tertentu yang disebabkan oleh pekerjaan yang bertumpuk dan monoton. Salah satu

cara yang bisa digunakan untuk menurunkan kelelahan adalah dengan

memberikan aromaterapi secara inhalasi setelah jam kerja. Tujuan penelitian ini

adalah untuk melihat pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja.

Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain eksperimen.

Desain eksperimen yang digunakan adalah one group pretest-posttest design.

Subjek penelitian adalah seluruh pekerja yang ada di Rumah Mode Widuri yaitu

sebanyak 18 pekerja. Sedangkan teknik pengambilan sampelnya yaitu whole

sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala kelelahan kerja dan

dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji wilcoxon. Hasil analisis

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah

pemberian aromaterapi (M1= 39.06, M2= 34.44, p=0.000). Hal ini menunjukkan

bahwa aromaterapi berpengaruh terhadap penurunan kelelahan pekerja.

(4)

The Effect of Aromatherapy to Decrease of Fatigue in Rumah Mode Widuri Riana Octhaviany & Cherly Kemala Ulfa

Abstract

One that can affect the success of an organization or company is worker

conditions. The conditions that often perceived is fatigue. Fatigue is a condition of

physical weakness, motivation, and activity if worker expend energy after doing

an activity that caused the work initiative. One way that can be used to decrease

fatigue is to provide aromatherapy by inhalation after work. The purpose of this

research was to observe the effect of aromatherapy to decrease fatigue. The

method of this research is quantitative experimental design. Experimental design

of this research is one group pretest-posttest. Subjek in the research were all of the

worker on Rumah Mode Widuri that is 18 workers. While the sampling technique

is the whole sampling. Data collection measured using a scale of fatigue and

analysed with wilcoxon test. The analysis showed that there were significant

differences between before and after treatment (M1= 39.06, M2= 34.44, p=

0.000). The results of this research indicate that there is an aromatherapy effect of

the reduction in fatigue.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga saya dapat menyelesaikan

skripsi saya. Saya sangat bersyukur atas apa yang telah diberikan kepada saya,

sehingga saya bisa kuat melewati ini semua.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah

mendorong dan membimbing saya, baik dari waktu, kesempatan, tenaga, ide-ide,

maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya ingin

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Irmawaty, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Cherly Kemala Ulfa, M. Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing

yang telah dengan sabar membimbing saya untuk menyelesaikan

penelitia ini.

3. Ibu Sri Supriyantini, M.Si, psikolog selaku dosen pembimbing

akademik saya di semester akhir yang telah memberikan saya semangat

untuk dapat mengerjakan skripsi ini.

4. Ibu Lili Garliah, M.Si., psi. yang pernah menjadi dosen pembimbing

akademik saya selama 6 semester. Terimakasih bu atas dukungan dan

nasehat yang membuat saya mampu menyelesaikan kuliah dan skripsi

(6)

5. Ibu Dr. Emmy Mariatin, M.A, Phd., Psikolog selaku dosen penguji I

yang telah memberikan waktu untuk dapat memberikan masukan

terhadap penelitian saya agar lebih sempurna.

6. Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi., Psikolog selaku dosen penguji II yang telah

memberikan kritik dan saran yang sangat berguna untuk

menyempurnakan penelitian ini.

7. Segenap pengajar di fakultas Psikologi USU, yang telah memberikan

saya banyak pengetahuan, terutama pendidikan yang sangat berkualitas.

8. ayah,Ibu, Dek Tasya, dn Kak Ala yang terus memberikan saya doa,

semangat dan segala yang saya butuhkan demi penyelesaian penelitian

ini.

9. Pemilik usaha Rumah Mode Widuri, Ibu Kus dan Kak Ade yang telah

memberikan saya kesempatan dan tempat untuk melakukan penelitian.

10. Seluruh pekerja yang ada di Rumah Mode Widuri atas partisipasinya

dalam penelitian ini.

11. Deepraj Kaur yang merupakan teman seperjuangan di perkuliahan

yang terus memberikan saya kata-kata penyemangat dan selalu

memotivasi saya dalam menyelesaikan penelitian ini. Teman dari awal

hingga akhir perkuliahan yang sangat memotivasi.

12. Nia yang selalu menjadikan saya “diary never end” dan melibatkan

saya di segala hal. Vida teman 10tahun yang setia dan selalu ada.

(7)

penyemangat yang memberikan saya pelajaran bagaiman cara berbagi

waktu antara kalian dan skripsi ini.

13. Lydia Agustina Siregar, Cassia Divina, Tresyagati, Anisah Gayatri,

Indah Kartika, Ade Yunika, Eva Violesia Bangun, Lyliana Sari, dan

seluruh teman angkatan 2010 Fakultas Psikologi Sumatera Utara yang

telah mendukung saya dalam pengerjaan dan penyelesaian penelitian

ini.

14. Kak Atik ku sayang, i love you.

15. Secara khusus, kepada orang-orang yang selalu melihat saya dari sisi

buruk dan orang-orang yang tidak menyukai saya. Terimakasih karena

kalian, saya dapat menyelesaikan penelitian ini.

16. Semua pihak yang telah membantu saya dalam proses pengerjaan

skripsi saya.

Saya berharap semoga skripsi saya dapat menjadi sumbangan pengetahuan

yang berharga di kemudian hari dan dapat diterapkan di dunia kerja, khususnya di

bagian Psikologi Industri dan Organisasi, Ergonomi. Saya sangat menyadari

bahwa saya masih terdapat banyak kekurangan, dan saya berharap agar kiranya di

masa depan dapat dilakukan penelitian yang jauh lebih baik.

Medan, 19 Mei 2014

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. ABSTRACT………..……….. KATA PENGANTAR.……..………..………….. DAFTAR ISI….………....……….... DAFTAR TABEL ……….………… LEMBAR PENYATAAN ………..

BAB I PENDAHULUAN………...………... 1. Latar Belakang Masalah………..…………

2. Perumusan Masalah………...

3. Tujuan Penelitian………...………….

4. Manfaat Penelitian………...…...

5. Sistematika Penulisan………..…

BAB II LANDASAN TEORI…………..……….………..…………..………… 1. Kelelahan………..………...

1.1. Definisi Kelelahan……….

1.2. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja...

1.3. Gejala Kelelahan...

1.4. Macam Kelelahan...

(9)

1.6. Pengukuran Kelelahan...

2. Aromaterapi……….………..……….

2.1. Definisi Aromaterapi...

2.2. Jenis-Jenis dan Khasiat Aromaterapi...

2.3. Manfaat Aromaterapi...

2.4. Cara Penggunaan Aromaterapi...

2.5. Cara Kerja Aromaterapi Melalui Inhalasi………....…....

3. Dinamika Aromaterapi Terhadap Kelelahan…..…………...………...

4. Hipotesa Penelitian………..………...………

BAB III METODE PENELITIAN………….,,.………..……..………... 1. Rancangan Penelitian……….……….…

2. Identifikasi Variabel Penelitian………..….…………....

3. Definisi Operasional. ………..………..……….

4. Populasi………..……….…...

5. Metode Pengumpulan Data………..………….…….……...

6. Uji Instrumen Penelitian………..………...

7. Prosedur Pelaksanaan Penelitian………..………..

7.1. Tahap Persiapan………..………..

7.2. Tahap Pelaksanaan………..……….

7.3. Tahap Pengolahan………..………..

(10)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN……….. 1. Analisa Data………..…..

2. Hasil Uji Analisa Data………..………..

3. Pembahasan………..………...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..……….. 1. Kesimpulan………..

2. Saran………....………....

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Aitem‐Aitem Skala Kelelahan Kerja Sebelum Uji Coba………,,,………... Tabel 2. Distribusi Aitem‐Aitem Skala Kelelahan Kerja Setelah Uji

Coba………...………,,,…………... Tabel 3. Rancangan Prosedur Pelaksanaan Penelitian ……….... Tabel 4. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan

(12)
(13)

Pengaruh Aromaterapi Terhadap Penurunan Kelelahan Kerja di Rumah Mode Widuri

Riana Octhaviany & Cherly Kemala Ulfa

Abstrak

Salah satu yang dapat mempengaruhi kesuksesan sebuah organisasi atau

perusahaan adalah kondisi pekerja. Kondisi yang sering dialami oleh pekerja

adalah kelelahan. Kelelahan ini merupakan kondisi pelemahan fisik, motivasi, dan

kegiatan apabila ia mengeluarkan energi setelah melakukan suatu aktivitas

tertentu yang disebabkan oleh pekerjaan yang bertumpuk dan monoton. Salah satu

cara yang bisa digunakan untuk menurunkan kelelahan adalah dengan

memberikan aromaterapi secara inhalasi setelah jam kerja. Tujuan penelitian ini

adalah untuk melihat pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja.

Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain eksperimen.

Desain eksperimen yang digunakan adalah one group pretest-posttest design.

Subjek penelitian adalah seluruh pekerja yang ada di Rumah Mode Widuri yaitu

sebanyak 18 pekerja. Sedangkan teknik pengambilan sampelnya yaitu whole

sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala kelelahan kerja dan

dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji wilcoxon. Hasil analisis

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah

pemberian aromaterapi (M1= 39.06, M2= 34.44, p=0.000). Hal ini menunjukkan

bahwa aromaterapi berpengaruh terhadap penurunan kelelahan pekerja.

(14)

The Effect of Aromatherapy to Decrease of Fatigue in Rumah Mode Widuri Riana Octhaviany & Cherly Kemala Ulfa

Abstract

One that can affect the success of an organization or company is worker

conditions. The conditions that often perceived is fatigue. Fatigue is a condition of

physical weakness, motivation, and activity if worker expend energy after doing

an activity that caused the work initiative. One way that can be used to decrease

fatigue is to provide aromatherapy by inhalation after work. The purpose of this

research was to observe the effect of aromatherapy to decrease fatigue. The

method of this research is quantitative experimental design. Experimental design

of this research is one group pretest-posttest. Subjek in the research were all of the

worker on Rumah Mode Widuri that is 18 workers. While the sampling technique

is the whole sampling. Data collection measured using a scale of fatigue and

analysed with wilcoxon test. The analysis showed that there were significant

differences between before and after treatment (M1= 39.06, M2= 34.44, p=

0.000). The results of this research indicate that there is an aromatherapy effect of

the reduction in fatigue.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Organisasi atau perusahaan merupakan sebuah tempat dimana pekerja

merupakan salah satu bagian penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan.

Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan

dan kaki secara terorganisasi. Penggunaan tenaga ini berbeda menurut sifat-sifat

dari pekerjaan itu sendiri. Walaupun demikian, penjelasan kualitatif dari proses

bekerja adalah sama yaitu bertambahnya aktivitas persyarafan, menegangnya

otot-otot, meningkatnya peredaran darah ke dalam organ-organ yang dibutuhkan dalam

bekerja, dan meningkatnya kebutuhan terhadap tenaga. Keadaan tersebut tidak

dapat dilakukan terus menerus karena dapat menimbulkan kelelahan pada

pekerjaan mereka yang akan berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan

ketahanan tubuh (Margreth, 2002).

Suma’mur (1994) mengemukakan, pekerjaan ialah suatu aktivitas rutin

bagi tenaga kerja yang melaksanakannya. Dalam aktivitas tersebut tenaga kerja

memerlukan energi yang harus disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan perlu

keharmonisan faktor lingkungan seperti: fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan

psikologi untuk mempengaruhi jasmani dan rohaninya. Agar seseorang tenaga

kerja dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerjanya maka perlu

(16)

Selye (1992) mengatakan kelelahan akan terjadi apabila kemampuan

seseorang dalam pekerjaannya sudah menurun dan adaptasi terhadap stres juga

terbatas. Apabila kelelahan tersebut dialaminya berkepanjangan dan tidak adanya

penanganan yang serius, maka akan mengakibatkan kelelahan kronis yang dapat

mempengaruhi organ tubuh lainnya sehingga orang tersebut akan menjadi sakit.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kartono (1986) yang mengatakan bahwa

setiap individu yang melakukan pekerjaan pasti mengalami kelelahan dan itu

berbeda bagi setiap individu walaupun pekerjaan tersebut dilakukan dalam

keadaan duduk. Menjahit merupakan salah satu pekerjaan yang dilakukan dengan

posisi duduk yang bersifat statis dan repetitive sehingga mengalami sikap kerja

yang monoton. Mereka juga mengalami kelelahan psikologis ketika harus

menyelesaikan jahitan yang diperintahkan oleh pemilik dan harus menghadapi

pelanggan yang merasa kurang puas dengan hasil jahitan yang menyebabkan

harus memperbaiki lagi jahitan tersebut. Penjahit juga mengeluh mengalami sakit

pinggang, punggung, dan bagian mata merupakan gejala-gejala kelelahan kerja.

Semua kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan kerja.

Kelelahan adalah suatu keadaan yang dirasakan oleh manusia apabila ia

mengeluarkan energi setelah melakukan suatu aktivitas tertentu (Marwan, 1979).

Last (1992) dalam Nasution (1998) mengemukakan bahwa kelelahan adalah suatu

proses yang merupakan hasil perubahan secara fisiologis, psikologis dan mekanis

yang terjadi karena melakukan kerja. Hal yang hampir serupa juga dikemukakan

(17)

pelaksanaan dan kegiatan yang tidak menarik, monoton dan berulang-ulang

(repetitif).

Menurut Bartley dan Chute dalam Fitrihana (2004) kelelahan kerja dapat

mengakibatkan menurunnya prestasi kerja, bada terasa tidak enak, serta

menurunnya semangat kerja. Selain itu, kelelahan kerja dapt berdampak terhadap

menurunnya konsentrasi kerja, sehingga bisa menyebabkan seseorang melakukan

kesalahan kerja. Apabila hal ini terjadi, pada akhirnya dapat menimbulkan

kecelakaan kerja. Kelelahan merupakan suatu keadaan atau kondisi yang harus

mendapat perhatian lebih. Survei di negara maju melaporkan bahwa antara

10-50% masyarakat pekerja mengalami kelelahan kerja. Kelelahan dialami oleh 25%

dari seluruh pekerja wanita dan 20% dari seluruh pekerja pria. Dengan prevalensi

kelelahan sekitar 20% diantara pasien yang datang membutuhkan pelayanan

kesehatan. Hasil subjective self rating test dari Industrial Fatigue Research

Comittee (IRFC) dengan kuisioner yang dapat mengukur tingkat kelelahan kerja

secara subjektif diketahui 70% pekerja penjahit di wilayah Ketapang Cipondoh

Tangerang mengalami kelelahan kerja secara subjektif dan 30% pekerja penjahit

di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tidak mengalami kelelahan kerja secara

subjektif (Umyati, 2010).

Suma’mur (1989) mengemukakan, jenis-jenis kelelahan ialah: (1)

kelelahan mental (psikis) yaitu kelelahan yang mempengaruhi pikiran dan

perasaan seperti yang disebabkan oleh pekerjaan yang berulang (repetitive) dan

stres, (2) kelelahan otot (fisik) yaitu kelelahan yang mempengaruhi organ-organ

(18)

menggunakan otot terus-menerus, (3) kelelahan umum ialah gabungan antara

kelelahan mental (psikis) dengan kelelahan otot/fisik.

Kelelahan tidak hanya berasal dari keadaan fisik seorang pekerja,

melainkan keadaan psikologis. Green (1992) menambahkan bahwa kelelahan

psikologis yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor psikologis seperti:

konflik-konflik mental, monotoni pekerjaan, bekerja karena keadaan terpaksa, dan

pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk. Seperti misalnya pada pekerja di usaha

konveksi. Sistem pekerjaan dimana mereka harus duduk satu harian selama lebih

kurang 8 hingga 9 jam membuat mereka sering mengalami kelelahan baik fisik

maupun psikologis. Tuntutan pekerjaan yang menumpuk dan pekerjaan yang

monoton dan berulang-ulang tersebut membuat mereka merasa lelah. Namun,

semua pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja yang akan menurunkan

kinerja serta menambah tingkat kesalahan kerja (Nurmianto, 2003).

Kelelahan yang dirasakan oleh pekerja memiliki penyebab-penyebab dan

salah satu tokoh yang mengemukakan adalah Siswanto dalam Ambar (2006). Ia

mengatakan bahwa faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan

pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi kerja

dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan; faktor

psikologis, misalnya rasa tanggung jawab dan khawatir yang berlebihan, serta

konflik yang kronis/menahun; lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan

kerja serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja; status

kesehatan (penyakit) dan status gizi; dan pekerjaan/ lingkungan kerja yang

(19)

Kelelahan dapat diatasi dengan berbagai cara. Winter (1983), Green

(1992), Suma’mur (1994), Setyawati (1994), Payne (1995), Silaban (1996),

Nasution (1998), Jhonson & Tulin (2001) dalam Laurina (2002) mengemukakan

beberapa cara untuk mengatasi kelelahan yaitu: dengan pemberian waktu istirahat,

pengaturan shift kerja, memberi waktu libur, rekreasi, penyuluhan cara kerja yang

efektif dan efisien, penerapan ergonomi, organisasi proses produksi yang tepat,

lingkungan kerja yang tidak membosankan, dekorasi ruangan yang lembut,

pencahayaan yang adekuat, suhu ruangan yang nyaman, jauh dari kebisingan,

pemberi musik pengiring kerja, olahraga yang teratur, nutrisi yang tepat, relaksasi,

ataupun pemberian insentif/penggajian yang tepat.

Salah satu dari teknik-teknik diatas yang bisa digunakan untuk mengatasi

kelelahan adalah dengan relaksasi. Menurut pendapat Cormier dalam Abimanyu

dan Manrihu (1996) relaksasi merupakan usaha untuk mengajari seseorang untuk

relaks dengan menjadikan orang itu sadar tentang perasaan-perasaan tegang.

Menurut Thantawy (1997), relaksasi adalah teknik mengatasi

kekhawatiran/kecemasan atau stres melalui pengendoran otot-otot dan syaraf.

Relaksasi merupakan kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental manusia dan

berbagai manfaat yang dapat ditimbulkan dari relaksasi adalah mampu

meningkatkan kesehatan secara umum dengan memperlancar proses metabolisme

tubuh, menurunkan tingkat agresifitas dan perilaku-perilaku buruk dari dampak

stres, mampu meningkatkan rasa harga diri dan keyakinan diri, pola pikir menjadi

lebih matang, mampu mempermudah dalam mengendalikan diri, dapat

(20)

Benson (dalam Price.S & Price. L, 1997) mengatakan bahwa respon

relaksasi dapat dipicu lewat banyak cara, termasuk membaca, mendengarkan

musik yang disenangi, sifat kontemplasi dan tentu saja, aromaterapi. Senada

dengan ini, Mackinnon (2004) memperkuat pernyataan Benson bahwa manfaat

aromaterapi adalah untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologis sehingga

menjadi lebih baik dengan menggunakan minyak esensial. Selain itu, manfaat

aromaterapi dipercaya dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot

yang tegang (carminative) setelah lelah beraktivitas (Dewi dalam penelitian

Aromaterapi Lavender sebagai Media Relaksasi). Oleh karena itu, salah satu cara

relaksasi yang dapat dilakukan untuk menurunkan kelelahan ialah dengan

pemberian aromaterapi.

Aromaterapi itu sendiri berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi.

Aroma berarti bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Jadi

aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan

bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum dan

enak yang disebut dengan minyak atsiri (Agusta, 2000).

Koensoemardiyah (2009) mengatakan, aromaterapi merupakan suatu

metode yang menggunakan minyak atsiri sebagai komponen utama untuk

meningkatkan kesehatan fisik dan juga mempengaruhi kesehatan emosi seseorang.

Salah satu manfaat dari pemberian aromaterapi adalah untuk menurunkan kadar

stres dan kelelahan pada seseorang. Perpaduan jenis minyak atsiri berupa minyak

(21)

suasana relaks dan keseimbangan emosional sehingga tercipta suasana tenteram

dan bahagia.

Agusta (2000) mengatakan bahwa aktivitas tubuh yang mencapai kapasitas

maksimum dapat menimbulkan kelelahan pada otot maupun mental. Untuk

mengembalikan kesegaran tersebut diperlukan minyak atsiri yang dapat

melemaskan otot, menyegarkan pikiran, dan meningkatkan energi dalam tubuh

dengan menggunakan beberapa jenis minyak atsiri seperti minyak lemon, minyak

lavender, dan minyak clary sage.

Dalam penggunaannya, aromaterapi dapat diberikan melalui beberapa

cara, antara lain: inhalasi, berendam, pijat, dan kompres. Dari keempat cara

tersebut yang merupakan cara tertua, termudah, dan tercepat untuk diaplikasikan

adalah aromaterapi inhalasi (Bharkatiya, 2008). Inhalasi merupakan salah satu

cara yang diperkenalkan dalam penggunaan metode terapi aroma yang paling

simpel, cepat, serta merupakan metode yang paling tua dalam penggunaan

aromaterapi (Buckle, 2003). Bau-bauan dari aromaterapi yang dilakukan dengan

cara inhalasi akan masuk ke hidung dan berhubungan dengan silia (bulu hidung).

Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi impuls listrik yang dipancarkan

ke otak dan mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana

hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran (Tara, 2005).

Sehingga dari penjelasan diatas peneliti ingin mengetahui lebih lanjut

(22)

2. PERUMUSAN MASALAH

a. Apakah ada pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja

di Rumah Mode Widuri?

b. Seberapa besar penurunan kelelahan kerja setelah diberikan

aromaterapi di Rumah Mode Widuri?

3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aromaterapi

terhadap penurunan kelelahan kerja di Rumah Mode Widuri dan seberapa besar

pengaruh aromaterapi tersebut terhadap penurunan kelelahan kerja di Rumah

Mode Widuri.

4. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian ini ialah:

a. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memperluas pengetahuan

dan khasanah mengenai pengaruh aromaterapi terhadap kelelahan

kerja.

b. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan

(23)

pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja, sehingga

pekerja dapat merasakan manfaat aromaterapi. Selain itu, bagi peneliti

untuk dapat lebih mengetahui pengaruh aromaterapi terhadap

penurunan kelelahan. Bagi peneliti lain dapat dijadikan referensi dalam

melakukan kajian atau penelitian dengan pokok permasalahan yang

sama serta sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan langsung dengan penelitian ini.

5. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB I : Pendahuluan

Bab I ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, perumusan

masalah, tujuan penilitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Bab II ini berisikan uraian landasan teori yang mendasari masalah yang

menjadi objek penelitian, meliputi landasan teori kelelahan kerja dan juga

aromaterapi. Selain itu, pada bab II ini juga akan memuat tentang hipotesa

penelitian.

(24)

Bab III ini berisikan metode yang akan digunakan dalam penelitian yang

terdiri dari variabel penelitian, definisi operasional dari variabel penelitian,

populasi, sampel yang digunakan, teknik pengambilan sampel, metode

pengambilan data, uji validitas, uji daya beda dan reliabilitas alat ukur,

metode analisa data, dan juga hasil uji coba alat ukur yang digunakan

dalam penelitian.

BAB IV : Hasil Analisis Data

Bab IV ini meliputi analisa data dan pembahasan yang berisi uraian

singkat hasil penelitian, interpretasi data dan pembahasan.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. KELELAHAN

1.1. Definisi Kelelahan

Kelelahan memiliki definisi yang berbeda-beda menurut beberapa ahli,

tetapi semuanya berakibat kepada kehilangan efisiensi dan pengurangan kapasitas

kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004). Suma’mur (1989) mengemukakan,

kelelahan secara umum ialah gabungan antara kelelahan mental (psikis) yang

mempengaruhi pikiran dan perasaan seperti yang disebabkan oleh pekerjaan yang

berulang (repetitive) serta stres, dan kelelahan otot/fisik yang mempengaruhi

organ-organ tubuh seperti yang disebabkan oleh kerja berat atau sewaktu bekerja

dengan menggunakan otot terus-menerus. Grandjean (1992) menyebutkan

kelelahan dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot yang

merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot dan kelelahan umum yang

merupakan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan karena

intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status

kesehatan, dan keadaan gizi. Last (1992) dalam Nasution (1998) mengemukakan

bahwa kelelahan adalah proses yang merupakan hasil dari perubahan secara

fisiologis, psikologis dan mekanis yang terjadi karena melakukan kerja. Tarwaka,

(26)

mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut

sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.

1.2. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja

Tarwaka (2004) mengatakan bahwa kelelahan dapat disebabkan oleh

berbagai faktor, seperti monotoni, kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang tidak

sesuai dengan antropometri pemakaiannya, stasiun kerja yang tidak ergonomis,

sikap paksa dan pengaturan waktu kerja-istirahat yang tidak tepat yang

keseluruhan ini biasa terjadi pada akhir jam kerja.

Grandjean dalam Tarwaka, Solichul, dan Sudiajeng.L (2004) menjelaskan

bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan

untuk memelihara kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan

diluar tekanan. Adapun faktor-faktor penyebab kelelahan tersebut, yaitu:

a. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental

b. Lingkungan

c. Circadian rhythm

d. Problem fisik

e. Kenyerian dan kondisi kesehatan, dan

f. Nutrisi

Kondisi kerja yang berulang-ulang (repetitive) dapat menimbulkan

suasana monoton yang berakumulasi menjadi rasa bosan, dimana rasa bosan itu

(27)

waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries) yaitu

nyeri otot, tulang, dan tendon yang diakibatkan karena jenis pekerjaan yang

bersifat berulang atau repetitive. Suasana kerja dengan otot statis dapat

menyebabkan aliran darah menurun, sehingga asam laktat terakumulasi dan

merngakibatkan kelelahan otot lokal (Eko Nurmianto, 2004).

Faktor psikologis juga memainkan peranan besar dalam menimbulkan

kelelahan. Seringkali pekerja-pekerja tidak mengerjakan apapun juga, tetapi

mereka merasa lelah (Suma’mur P.K., 1996). Sebabnya ialah adanya tanggung

jawab, kecemasan dan konflik. Anoraga (2009) mengemukakan bahwa kelelahan

pada umumnya ditimbulkan oleh pelaksanaan dan kegiatan yang tidak menarik,

monoton dan berulang-ulang (repetitif). Green (1992) menambahkan bahwa

kelelahan dapat juga disebabkan oleh faktor psikologis seperti: konflik-konflik

mental, monotomi pekerjaan, bekerja karena keadaan terpaksa, dan pekerjaan

yang bertumpuk-tumpuk.

1.3. Gejala Kelelahan

Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subyekif

dan obyektif antara lain : perasaan lesu, ngantuk dan pusing, tidak / berkurangnya

konsentrasi, berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat,

tidak ada/berkurangnya gairah untuk bekerja, menurunnya kinerja jasmani dan

rohani (A.M. Sugeng Budiono, 2003).

Gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang ada hubungannya dengan

(28)

1) Pelemahan kegiatan ditandai dengan gejala: perasaan berat di kepala,

badan merasa lelah, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran,

mengantuk, merasa ada beban pada mata, kaku dan canggung dalam

gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, dan merasa ingin berbaring.

2) Pelemahan motivasi ditandai dengan gejala: lelah berbicara, menjadi

gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian

terhadap sesuatu/memusatkan perhatian, cenderung untuk lupa, tidak tekun

dalam pekerjaannya, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak

dapat mengontrol sikap, dan tidak dapat tekun dalam bekerja.

3) Pelemahan fisik ditandai dengan gejala: sakit kepala, kekakuan di bahu,

merasa nyeri di punggung, merasa pernapasan tertekan, tremor pada

anggota badan, merasa kurang sehat, haus, suara serak, spasme dari

kelopak mata, dan merasa pening.

1.4. Macam Kelelahan

Menurut Suma’mur P.K. (1996), kelelahan dapat dibedakan menjadi 2

macam:

1.Kelelahan Umum

Gejala utama kelelahan umum adalah perasaan letih yang luar biasa dan

terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena timbulnya

gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik

maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa ngantuk (A.M. Sugeng

(29)

berbagai kondisi antara lain kelelahan visual, kelelahan seluruh tubuh, kelelahan

mental, kelelahan urat saraf, stres, dan perasaan malas bekerja (Eko Nurmianto,

2003). Sebab–sebab kelelahan umum adalah monotoni, intensitas dan lamanya

kerja, mental dan fisik, keadaan lingkungan, sebab–sebab mental seperti tanggung

jawab, kekhawatiran dan konflik serta penyakit. Pengaruh-pengaruh ini

berkumpul di dalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur P.K.,

1996).

2.Kelelahan Otot

Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui

fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan gejala yang

ditunjukan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada

makin rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan

sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti: melemahnya kemampuan

tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam

melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya.

Gejala Kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar atau

external signs (AM Sugeng Budiono, 2003)

Derajat beratnya beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori

yang dikonsumsi, akan tetapi juga bergantung pada jumlah otot yang terlibat pada

pembebanan otot statis. Sejumlah konsumsi energi tertentu akan lebih berat jika

hanya ditunjang oleh sejumlah kecil otot relative terhadap sejumlah besar otot

(30)

sehingga asam laktat terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot lokal. Di

samping itu juga dikarenakan beban otot yang tidak merata pada sejumlah

jaringan tertentu yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja seseorang (Eko

Nurmianto, 2003).

1.5. Cara Mengurangi Kelelahan

Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada

keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja, misalnya dengan pengaturan

jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat. Selain itu, penerapan

ergonomi juga sangat membantu, monotoni dan tegangan dapat dikurangi dengan

penggunaan warna serta dekorasi pada lingkungan kerja. Demikian pula

organisasi proses produksi yang tepat, selanjutnya usaha ditujukan kepada

kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang baik (Suma’mur

P.K., 1996).

Winter (1983), Green (1992), Suma’mur (1994), Setyawati (1994), Payne

(1995), Silaban (1996), Nasution (1998), Jhonson & Tulin (2001) dalam Laurina

(2002) mengemukakan beberapa cara untuk mengatasi kelelahan yaitu: dengan

pemberian waktu istirahat, pengaturan shift kerja, memberi waktu libur, rekreasi,

penyuluhan cara kerja yang efektif dan efisien, penerapan ergonomi, organisasi

proses produksi yang tepat, lingkungan kerja yang tidak membosankan, dekorasi

ruangan yang lembut, pencahayaan yang adekuat, suhu ruangan yang nyaman,

jauh dari kebisingan, pemberi musik pengiring kerja, olahraga yang teratur, nutri

(31)

A.M. Sugeng Budiono, 2003 menyebutkan bahwa untuk mencegah dan

mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja

disarankan agar:

1) Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk

2) Merubah metode kerja menjadi lebih efisien dan efektif

3) Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang memenuhi

standar ergonomi

4) Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang tenaga kerja

5) Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman

bagi tenaga kerja

6) Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik

7) Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan

manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi.

Serta di tambahkan oleh Nurmianto (2004) dengan memberikan waktu

istirahat yang cukup.

Menurut Tarwaka, Solichul, dan Sudiajeng.L (2004), cara mengatasi

kelelahan, yaitu:

a. Menyesuaikan kapasitas kerja fisik

b. Menyesuaikan kapasitas kerja mental

c. Meredesain stasiun kerja ergonomis

d. Sikap kerja alamiah

(32)

f. Bekerja lebih bervariasi

g. Meredesain lingkungan kerja

h. Mereorganisasi kerja

i. Memperhatikan kebutuhan kalori seimbang

j. Beristirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan

1.6. Pengukuran Kelelahan

Menurut Grandjean (1992) dalam Tarwaka, Solichul, dan Sudiajeng.L

(2004), metode pengukuran kelelahan dapat dikelompokkan ke dalam beberapa

kelompok sebagai berikut:

1.6.1. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan

Kualitas output dalam metode ini digambarkan sebagai jumlah proses

kerja atau proses operasi yang dilakukan oleh setiap unit. Sedangkan kuantitas

output nya ialah frekuensi kecelakaan, kerusakan produk, atau penolakan produk

dapat menggambarkan terjadinya kelelahan. Namun faktor ini bukanlah

merupakan faktor penyebab karena masih banyak faktor yang harus

dipertimbangkan kembali seperti, target produksi, faktor sosial, dan perilaku

psikologis dalam bekerja.

1.6.2. Uji psiko-motor (psychomotor test)

Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah

(33)

reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu

saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Ini dapat dilakukan dengan

menggunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan.

Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan

pada proses faal syaraf dan otot.

1.6.3. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)

Kondisi yang lelah, membuat kemampuan tenaga kerja untuk melihat

kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang

diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Metode ini juga dapat digunakan untuk

menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.

1.6.4. Perasaan kelelahan subjektif (subjective feelings of fatigue)

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengukur kelelahan adalah

dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan mengenai gejala-gejala atau

perasaan-perasaan yang secara subjektif dirasakan oleh responden. Metode

pengukuran kelelahan yang dapat digunakan adalah kuesioner yang dikeluarkan

oleh Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang yang disebut dengan

Subjective Self Rating Test (SSRT) dimana berisi sejumlah pertanyaan yang

berhubungan dengan gejala-gejala kelelahan. Ini merupakan salah satu kuisioner

yang dapat untuk mengukur kelelahan subjektif yang dibuat tahun 1967.

Kuesioner ini terdiri dari 30 gejala kelelahan yang disusun dalam bentuk daftar

(34)

aitem kedua pelemahan motifasi dan 10 aitem ketiga mengindikasikan kelelahan

fisik, yang terdiri dari:

1) Perasaan berat di kepala 16) Mudah lupa

2) Lelah seluruh badan 17) Kepercayaan diri berkurang

3) Berat di kaki 18) Merasa cemas

4) Menguap 19) Sulit mengontrol sikap

5) Pikiran kacau 20) Tidak tekun dalam pekerjaan

6) Mengantuk 21) Sakit di kepala

7) Ada beban pada mata 22) Kaku di bahu

8) Gerakan canggung dan kaku 23) Nyeri di punggung

9) Berdiri tidak stabil 24) Sesak nafas

10)Ingin berbaring 25) Haus

11)Susah berfikir 26) Suara serak

12)Lelah untuk berbicara 27) Merasa pening

13)Gugup 28) Spasme di kelopak mata

14)Tidak berkonsentrasi 29) Tremor pada anggota badan

15)Sulit memusatkan perhatian 30) Merasa kurang sehat

1.6.5. Uji mental

Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat

digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan.

(35)

ini merupakan alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian, dan

konsentrasi seseorang. Namun demikian, alat tes ini lebih tepat digunakan untuk

mengukur kelelahan akibat aktivitas atau pekerjaan yang lebih bersifat mental.

2. AROMATERAPI

2.1. Definisi Aromaterapi

Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi. Aroma berarti

bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Jadi aromaterapi adalah

salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan bau-bauan yang

umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum dan enak yang

disebut dengan minyak atsiri (Agusta, 2000). Hal serupa juga diutarakan oleh

Watt & Janca (2008) yang menyebutkan bahwa aromaterapi adalah terapi yang

menggunakan minyak esensial yang dinilai dapat membantu mengurangi bahkan

mengatasi gangguan psikologis dan gangguan rasa nyaman seperti cemas, depresi,

dan nyeri. Selain itu, Koensoemardiyah (2009) mengatakan aromaterapi

merupakan suatu metode yang menggunakan minyak atsiri sebagai komponen

utama untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juga mempengaruhi kesehatan

emosi seseorang. Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau

sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan,

membangkitkan semangat, menyegarkan serta membangkitkan jiwa raga

(36)

2.2. Jenis-Jenis dan Khasiat Aromaterapi

Koensoemardiyah (2009) dan Agusta (2000) mengatakan bahwa ada

banyak jenis-jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai minyak atsiri untuk

aromaterapi. Beberapa diantaranya yang dapat menurunkan tingkat kelelahan

kerja, yaitu:

1. Akar wangi. Berkhasiat untuk melemaskan dan menyegarkan pikiran

dan tubuh, meningkatkan sirkulasi darah, menenangkan, menstabilkan emosi, dan

membantu mengatasi stres.

2. Lavender. Berfungsi untuk meringankan nyeri otot dan sakit kepala,

membangkitkan kesehatan, menurunkan ketegangan, stres, kejang otot, serta dapat

digunakan untuk meningkatkan imunitas.

3. Cengkih. Bermanfaat untuk meringankan nyeri, otot dan atritis,

mengatasi kegelisahan mental, menyehatkan dan memperkuat ingatan.

4. Mawar. Bermanfaat untuk memperbaiki kondisi kulit, meringankan

stres, serta antidepresan.

5. Merica hitam. Bermanfaat untuk menyembuhkan infeksi, meningkatkan

sirkulasi darah, menghangatkan otot yang kejang dan sendi yang kaku, serta

meningkatkan energi.

6. Clary sage. Bermanfaat untuk melemaskan otot, menurunkan stres,

menimbulkan perasaan tenang dan senang, dan salah satu relaksan yang sangat

(37)

7. Jahe. Bermanfaat untuk menghilangkan radang sendi, rematik, dan sakit

pada otot.

8. Jasmin. Bermanfaat untuk menghilangkan ketegangan, kegelisahan, dan

dapat membentuk perasaan optimis, senang dan bahagia, serta menghilangkan

kelesuan.

9. Jeruk nipis. Bersifat sebagai pembangkit tenaga dan dapat menjernihkan

pikiran.

10. Jinten manis. Bermanfaat untuk menimbulkan perasaan senang dan

gembira sehingga cocok digunakan untuk relaksasi atau melemaskan dan

menyeimbangkan emosi.

11. Kayu manis. Bermanfaat untuk menghangatkan dan menyembuhkan

otot yang kejang dan juga mengurangi nyeri sendi.

12. Kenanga. Bermanfaat sangat kuat untuk merelaksasi badan dan pikiran

serta menurunkan tekanan darah.

2.3. Manfaat Aromaterapi

Aroma yang terkandung dalam minyak esensial dapat menimbulkan rasa

tenang akan merangsang daerah di otak untuk memulihkan daya ingat,

(38)

aromaterapi adalah bahwa ia bekerja pada tingkat sel dan fisik dan juga dalam

emosional, intelektual, spiritual, dan estetika hidup (Primadiati, 2002).

Jaelani (2009) juga menegaskan bahwa salah satu efektivitas kandungan

kimia dalam minyak esensial dapat mempengaruhi aktivitas fungsi kerja otak

melalui sistem saraf yang berhubungan dengan indera penciuman. Respon ini

akan merangsang peningkatan aktivitas neutrotransmiter, yaitu berkaitan dengan

pemulihan kondisi psikologis (seperti emosi, perasaan, pikiran, dan keinginan).

Salah satu manfaat dari pemberian aromaterapi adalah untuk menurunkan

kadar stres dan kelelahan pada seseorang. Perpaduan jenis minyak atsiri berupa

minyak lavender, minyak bergamot, dan minyak geraminium rose dapat

menimbulkan suasana relaks dan keseimbangan emosional sehingga tercipta

suasana tenteram dan bahagia (Koensoemardiyah, 2009).

Agusta (2000) menyebutkan bahwa aromaterapi dapat bermanfaat untuk

mengatasi berbagai masalah fisik seperti pegal, sakit kepala, diabetes, kelelahan,

rematik, migrain, radang sendi, dan sebagainya. Selain itu, masalah mental dan

psikologis seperti aprodisiak, depresi, stres, dan insomnia juga dapat di atasi

dengan pemberian aromaterapi.

Menurut Schilcher (dalam Price.S & Price.L, 1997), minyak esensial

memiliki kemampuan antiinflamasi, antiseptik, perangsang selera makan,

karminatif, koleretik, perangsang sirkulasi, deodoran, ekspektoran, hiperemik,

insektisida, sedatif, pengatur keseimbangan, dan penghasil energi. Benson (dalam

(39)

banyak cara, termasuk membaca, mendengarkan musik yang disenangi, dan tentu

saja, aromaterapi.

Manfaat Aromaterapi yang menggunakan minyak lavender dipercaya

dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang

(carminative) setelah lelah beraktivitas. Bau-bauan dapat memberikan peringatan

pada kita akan adanya bahaya dan juga dapat memberikan efek relaksasi. Tubuh

dikatakan dalam keadaan relaksasi apabila otot-otot di tubuh kita dalam keadaan

tidak tegang. Bagi orang yang sehari-harinya melaksanakan berbagai kesibukan

dengan tingkat kelelahan dan stres yang tinggi serta kurangnya waktu yang dapat

digunakan untuk beristirahat dan berwisata, aromaterapi dengan menggunakan

teknik inhalasi aroma minyak lavender dapat diterapkan selain karena

manfaat-manfaat aromaterapi lavender yang sangat sesuai dengan kebutuhan, waktu yang

diperlukan untuk melakukan teknik tersebut juga tidak banyak (Dewi dalam

penelitian Aromaterapi Lavender sebagai Media Relaksasi).

2.4. Cara Penggunaan Aromaterapi

Terapi aroma dapat digunakan dalam beberapa cara yaitu melalui:

a. Inhalasi

Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan

metode terapi aroma yang paling simpel dan cepat. Inhalasi juga merupakan

(40)

luar tubuh ke dalam tubuh dengan satu tahap mudah melewati paru-paru dan

dialirkan ke pembuluh darah melalui alveoli (Buckle, 2003).

Inhalasi sama dengan penciuman, dimana dapat dengan mudah

merangsang olfactory setiap kali bernafas dan tidak akan mengganggu pernafasan

normal apabila mencium bau yang berbeda dari minyak esensial

(Alexander,2001). Aroma dapat memberikan efek yang cepat dan kadang hanya

dengan memikirkan baunya dapat memberikan bau yang nyata. Bau cepat

memberikan efek terhadap fisik maupun psikologis (Buckle, 2003).

Cara inhalasi biasanya diperuntukkan untuk individu, yaitu dengan

menggunakan cara inhalasi langsung. Namun, cara inhalasi juga dapat digunakan

secara bersamaan. Metode ini disebut inhalasi tidak langsung. Adapun cara

penggunaan aromaterapi secara langsung menurut Buckle (2003), yaitu:

1) Tissue, dengan meneteskan 1-5 tetes minyak esensial kemudian dihirup

5-10 menit oleh individu.

2) Steam, dengan menambahkan1-5 tetes minyak esensial kedalam alat steam

atau penguapan yang telah diisi air dan digunakan selama sekitar 10 menit.

Selain penggunaan aromaterapi secara langsung, pemberian aromaterapi

secara tidak langsung juga dapat dilakukan menurut Departement of Health

(2007), yaitu dengan cara:

1) Menambahkan 1-5 tetes minyak esensial ke dalam alat pemanas yang telah

berisi air, kemudian letakkan di tempat yang aman. Ini dapat berfungsi

(41)

2) Menambahkan 2-5 tetes minyak aromaterapi dalam vaporizer dengan

20mL air untuk dapat menghasilkan uap air yang ditempatkan diatas

peralatan listrik sebagai alat penguap.

b. Pijat

Teknik pijat merupakan teknik yang paling umum. Melalui pemijatan,

daya penyembuhan yang terkandung oleh minyak esensial bisa menembus melalui

kulit dan dibawa ke dalam tubuh, mempengaruhi jaringan internal dan

organ-organ tubuh. Minyak esensial baru dapat digunakan setelah dilarutkan dengan

minyak dasar karena minyak esensial sangat berbahaya bila diaplikasikan

langsung ke kulit dalam bentuk minyak yang murni (Departement of Health,

2007). Terapi aroma yang digunakan dengan cara pijat, merupakan cara yang

digemari. Dalam penggunaannya dibutuhkan 2 tetes minyak esensial ditambah

1mL minyak pijat (Hutasoit, 2002).

c. Kompres

Penggunaan terapi aroma melalui kompres hanya memerlukan sedikit

minyak aromaterapi. Kompres hangat dengan minyak terapi aroma dapat

digunakan untuk menurunkan nyeri punggung dan nyeri perut (Depratement of

(42)

d. Berendam

Berendam merupakan cara lain yang dapat digunakan dengan aromaterapi.

Dengan cara ini, efek minyak esensial yang diteteskan ke dalam air hangat akan

membuai perasaan, menghilangkan pegal-pegal, dan juga memberikan efek

merangsang (Hadibroto & Alam, 2001). Minyak esensial yang dibutuhkan untuk

berendam ialah sekitar 5-8 tetes minyak esensial yang telah dipilih (Hutasoid,

2002).

Dari berbagai cara tersebut, cara yang tertua, termudah, dan tercepat yang

dapat diaplikasikan adalah aromaterapi inhalasi (Bharkatiya dkk, 2008).

2.5. Cara Kerja Aromaterapi Melalui Inhalasi

Menurut Dr. Alan Huck, bau berpengaruh langsung terhadap otak

manusia, mirip narkotika. Ternyata hidung kita memiliki kemampuan untuk

membedakan lebih dari 100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi kita dan

itu terjadi tanpa kita sadari. Bau-bauan tersebut masuk ke hidung dan

berhubungan dengan silia. Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi

impuls listrik yang dipancarkan ke otak dan mempengaruhi bagian otak yang

berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran (Tara,

2005).

Buckle (2003) menjelaskan bahwa saat minyak esensial dihirup, molekul

bau yang terkandung dalam minyak esensial lavender diterima oleh olfactory

ephitelium. Setelah diterima di olfactory ephitelium, molekul bau ditransmisikan

(43)

Pada tempat ini, berbagai sel neuron mengubah bau tersebut dan

menghantarkannya ke susunan saraf pusat (SSP) yang selanjutnya dihantarkan

menuju sistem limbik otak.

Sistem limbik otak merupakan tempat penyimpanan memori, pengaturan

suasana hati, emosi senang, marah, kepribadian, orientasi seksual, dan tingkah

laku. Pada sistem limbik, molekul bau akan dihantarkan menuju hipothalamus

untuk diterjemahkan. Di hipothalamus, seluruh unsur pada minyak esensial

merangsang hipothalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor

(CRF). Proses selanjutnya yaitu CRF merangsang kelenjar pituitary untuk

meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga produksi

enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar pituitary juga menghasilkan

endorphin sebagai neurotransmiter yang mempengaruhi suasana hati menjadi

rileks (Buckle, 2003).

Selain itu, kandungan linalool asetat sebagai komposisi utama dalam

minyak esensial lavender dinilai mampu mengendurkan dan melemaskan sistem

kerja saraf dan otot-otot yang tegang dengan cara menurunkan kerja dari saraf

simpatis saat seseorang mengalami kecemasan (Rahayu dkk, 2007). Saraf simpatis

yang membawa serabut saraf vasokonstriksor akan mengalami penurunan kinerja

saat linalool asetat masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi. Kondisi ini juga

mengakibatkan menurunnya produksi epinefrin yang dikeluarkan oleh

ujung-ujung saraf vasokonstriksor sehingga gejala kecemasan mengalami penurunan

(44)

3. DINAMIKA AROMATERAPI TERHADAP KELELAHAN

Kelelahan merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor

penyebab yang mendatangkan ketegangan (stres) yang dialami oleh tubuh

manusia. Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai menurunnya

efisiensi, performansi kerja dan berkurangnya kekuatan / ketahanan fisik tubuh

untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto,2000). Kelelahan

kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output menurun, dan kondisi fisiologis

yang dihasilkan dari aktivitas terus menerus (Anastesi, 1993). Perasaan adanya

kelelahan juga ditandai dengan berbagai kondisi antara lain kelelahan visual,

kelelahan seluruh tubuh, kelelahan mental, kelelahan urat saraf, perasaan malas

bekerja, dan stres (Eko Nurmianto, 2003). Stres cukup berpengaruh terhadap

kelelahan individu yang dapat dilihat dari reaksi emosional (mudah marah dan

emosi tidak terkontrol), reaksi perubahan kebiasaan (merokok atau menggunakan

obat-obatan terlarang), dan perubahan fisiologis. Perubahan fisiologis akibat stres

seperti menegangnya otot dibagian kepala dan leher, susah tidur (insomnia),

menurunnya daya tahan tubuh, jantung, dan gangguan fisiologis lainnya

(Tarwaka, 2004). Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap

individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan

kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelelahan adalah

dengan relaksasi. Relaksasi juga merupakan salah satu strategi yang dapat

digunakan untuk mengurangi dampak stres terhadap kelelahan (Lahey, 2007).

(45)

relaksasi merupakan usaha untuk mengajari seseorang untuk relaks dengan

menjadikan orang itu sadar tentang perasaan-perasaan tegang. Salah satu cara

relaksasi yang dapat dilakukan ialah dengan pemberian aromaterapi. Benson

(dalam Price.S & Price. L, 1997) mengatakan bahwa respon relaksasi dapat dipicu

lewat banyak cara, salah satunya dengan aromaterapi. Senada dengan itu,

Mackinnon (2004) mengatakan bahwa manfaat aromaterapi adalah untuk

meningkatkan keadaan fisik dan psikologis sehingga menjadi lebih baik dengan

menggunakan minyak esensial. Selain itu, manfaat Aromaterapi dipercaya dapat

memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang (carminative)

setelah lelah beraktivitas (Dewi dalam penelitian Aromaterapi Lavender sebagai

Media Relaksasi).

Koensoemardiyah (2009) mengatakan, aromaterapi merupakan suatu

metode yang menggunakan minyak atsiri sebagai komponen utama untuk

meningkatkan kesehatan fisik dan juga mempengaruhi kesehatan emosi seseorang.

Sejalan dengan ini, penelitian Matsumoto yang berjudul “Does lavender

aromatherapy alleviate premenstrual emotional symptoms?” didapat hasil bahwa

ternyata aromaterapi lavender terbukti menunjukkan adanya potensi sebagai terapi

untuk menurunkan symptom emosi.

Penelitian lainnya adalah dari Ferguson, dkk (2012) yang berjudul “effect

of lavender aromatherapy on acute stressed horses”. Hasil dari penelitian ini

adalah bahwa secara signifikan aromaterapi lavender dapat menurunkan HR

(detak jantung) setelah adanya respon stres pada seseorang. Hal ini sesuai dengan

(46)

stres dan kelelahan pada seseorang. Agusta (2000) mengatakan bahwa aktivitas

tubuh yang mencapai kapasitas maksimum dapat menimbulkan kelelahan pada

otot maupun mental. Untuk mengembalikan kesegaran tersebut diperlukan minyak

asiri yang dapat melemaskan otot, menyegarkan pikiran, dan meningkatkan energi

dalam tubuh. Chien, dkk (2012) melakukan penelitian yang berjudul “the effect of

lavender aromatherapy on autonomic nervous system in midlife women with

insomnia” dan mendapatkan hasil bahwa aromaterapi lavender dapat

meningkatkan kualitas tidur. Dimana tidur merupakan cara untuk dapat

memulihkan kondisi setelah lelah beraktivitas.

Dalam penggunaannya, aromaterapi dapat diberikan melalui beberapa

cara, antara lain inhalasi, berendam, pijat, dan kompres. Dari keempat cara

tersebut, cara yang tertua, termudah, dan tercepat diaplikasikan adalah

aromaterapi inhalasi (Bharkatiya, 2008). Inhalasi merupakan salah satu cara yang

diperkenalkan dalam penggunaan metode terapi aroma yang paling simpel, cepat,

serta merupakan metode yang paling tua dalam penggunaan aromaterapi (Buckle,

2003). Bau-bauan dari aromaterapi yang dilakukan dengan cara inhalasi akan

masuk ke hidung dan berhubungan dengan silia. Reseptor di silia mengubah bau

tersebut menjadi impuls listrik yang dipancarkan ke otak dan mempengaruhi

bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan

(47)

4. HIPOTESA

Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada pengaruh aromaterapi terhadap

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. JENIS PENELITIAN

Metode eksperimental merupakan metode yang akan digunakan dalam

penelitian ini. Hal ini dikarenakan penelitian eksperimen sesuai dengan tujuan

penelitian. Tujuan metode penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki

kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu

atau lebih kelompok eksperimental satu atau lebih perlakuan dan membandingkan

hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi

perlakuan atau mendeteksi sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan

dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien

korelasi (Suryabrata, 2003). Desain ekperimen yang digunakan adalah Quasi

Experiment, yaitu suatu desain eksperimen yang memungkinkan peneliti

mengendalikan variabel sebanyak mungkin dari situasi yang ada (Kasiram, 2008).

One group pre test-post test design ini digunakan dikarenakan pengukuran awal

dan setelah pemberian perlakuan hanya dikenakan pada satu kelompok saja.

Skema : O X O

RANCANGAN EKSPERIMEN

KELOMPOK PRE TEST TREATMENT POST TEST

(49)

Keterangan : T1 = pre test (sebelum perlakuan)

X = treatment (perlakuan)

T3 = post test (setelah perlakuan)

2. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel yang terlibat dalam penelitian ini meliputi :

a. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja.

b. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah aromaterapi.

c. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah intensitas kerja, sarapan pagi,

dan kondisi kesehatan pekerja.

3. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Definisi Operasional Kelelahan Kerja

Kelelahan adalah suatu keadaan yang dirasakan pekerja yang

ditandai dengan gejala-gejala, badan merasa lelah, kaki merasa berat,

menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, merasa ada beban pada mata,

canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, merasa ingin

berbaring, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat

mempunyai perhatian terhadap sesuatu/memusatkan perhatian, cenderung

(50)

terhadap sesuatu, sakit kepala, merasa nyeri di punggung, merasa

pernapasan tertekan, spasme dari kelopak mata, dan merasa pening.

Kesemua gejala kelelahan ini dapat diukur dengan skala pengukuran

kelelahan yang terdiri dari 20 daftar pertanyaan. Semakin tinggi skor skala

pengukuran tersebut menandakan semakin lelah kondisi pekerja dan

sebaliknya, semakin rendah skor pengukuran kelelahan menandakan

semakin tidak lelah kondisi pekerja.

b. Definisi Operasional Aromaterapi

Aromaterapi adalah aroma lavender yang dipercaya dapat

berfungsi untuk menurunkan kelelahan pekerja yang dilakukan melalui

cara inhalasi (pernafasan) dengan menggunakan tisu yang telah di teteskan

2 tetes minyak esensial beraroma lavender dan kemudian dihirup sebanyak

3 kali dalam waktu 5 menit oleh pekerja di akhir jam kerja.

c. Definisi Operasional Intensitas Kerja

Intensitas kerja adalah waktu yang digunakan pekerja untuk

melakukan aktivitas (kerja) yaitu selama 8 jam yang dimulai dari pukul 9

pagi hingga pukul 6 sore dengan istirahat selama 1 jam antara pukul 1

(51)

d. Definisi Operasional Sarapan Pagi

Sarapan pagi adalah makanan yang diberikan kepada pekerja

sebelum mereka memulai aktivitas bekerja mereka. Sarapan tersebut di

bagikan kepada mereka di Rumah Mode Widuri yang terdiri dari 3 jenis

kue dan segelas teh manis panas.

e. Definisi Operasional Kondisi Kesehatan Pekerja

Kondisi kesehatan pekerja adalah keadaan yang sedang dialami

oleh pekerja saat treatment atau perlakuan akan diberikan. Kondisi yang

dimaksud adalah gangguan penciuman yang akan dapat menghambat

kelancaran dari treatment. Gangguan tersebut seperti flu atau sinusitis. Hal

ini dapat dilakukan dengan bertanya secara personal kepada seluruh

pekerja yang akan dijadikan sampel penelitian.

4. POPULASI

Populasi merupakan keseluruhan individu yang akan diselidiki dan

mempunyai minimal satu sifat atau ciri–ciri yang sama dan untuk siapa kenyataan

yang diperoleh dari subjek penelitian hendak digeneralisasikan (Hadi, 2000).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang ada di

(52)

5. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan skala yang berbentuk skala likert dengan beberapa pilihan, yaitu SS

(sangat sering) dengan diberi nilai 4, S (sering) dengan diberi nilai 3, K

(kadang-kadang) yang diberi nilai 2, TP (tidak pernah) yang diberi nilai 1. Tinggi

rendahnya skor menunjukkan tinggi rendahnya kelelahan kerja yang dimiliki

pekerja. Skor diperoleh dengan cara menyebarkan skala kepada pekerja yang

berisi daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa

sehingga subjek penelitian dapat mengisi skala tersebut dengan mudah.

Skala Kelelahan Kerja

Skala ini disusun berdasarkan dimensi dan indikator kelelahan kerja

menurut Suma’mur (1996). yaitu : pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, dan

pelemahan fisik. Skala ini berbentuk skala Likert dengan beberapa pilihan, yaitu

SS (sangat sering) dengan diberi nilai 4, S (sering) dengan diberi nilai 3, K

(kadang-kadang) yang diberi nilai 2, TP (tidak pernah) yang diberi nilai 1. Tinggi

rendahnya skor menunjukkan tinggi rendahnya kelelahan kerja yang dimiliki

karyawan. Dimana semakin tinggi skor nilai menunjukkan tingginya kelelahan

kerja yang dimiliki pekerja, sebaliknya rendahnya skor menunjukkan rendahnya

(53)

Tabel 1. Distribusi AitemAitem Skala Kelelahan Kerja Sebelum Uji Coba

No Aspek Kelelahan Kerja

Indikator Kelelahan

Kerja Aitem Total (%)

1 Pelemahan Kegiatan

• perasaan berat di

kepala

• badan merasa lelah

• kaki merasa berat

• menguap

• kaku dan canggung

(54)

• tidak dapat

berkon-• tidak tekun dalam

pekerjaannya

• tidak dapat tekun

dalam bekerja.

3 Pelemahan Fisik

(55)

tertekan

• tremor pada anggota

badan

• merasa kurang sehat

• haus

• suara serak

• spasme dari kelopak

mata

• merasa pening.

Total 30 30 30 100

Tabel 2. Distribusi AitemAitem Skala Kelelahan Kerja Setelah Uji Coba

No. Aspek Indikator Kelelahan Kerja Jumlah

Aitem (%)

Merasa ada beban pada mata

Kaku dan canggung dalam

gerakan

(56)

Merasa ingin berbaring

3. Pelemahan fisik

Sakit kepala

5 25

Merasa nyeri dipunggung

Merasa pernapasan tertekan

Spasme dari kelopak mata

Merasa pening

20 20 100

6. UJI INSTRUMEN PENELITIAN

Jenis alat ukur dalam penelitian ini digunakan untuk mengolah data yang

didapat dari lapangan. Penelitian ini menggunakan koefisien korelasi dengan

analisi regresi yang dapat diperoleh melalui analisa data dengan menggunakan

(57)

a. Validitas Alat Ukur

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan dan apabila dapat mengungkapkan data

dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2002). Menurut Sugiyono

(2007), penelitian yang valid artinya bila terdapat kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Penelitian ini menggunakan content validity dan face validity. Menurut

Gregory (2000) content validity (validitas isi) menunjukkan sejauhmana

pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili

secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut.

Artinya tes mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau

yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Untuk mengetahui apakah tes itu

valid atau tidak, validitas ini ditegakkan pada langkah telaah dan revisi butir

pernyataan berdasar pendapat para penelaah (professional judgement)

(Suryabrata, 2008), dalam hal ini professional judgement yang digunakan yaitu

dosen pembimbing untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau

mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara

proporsional. Ebel (dalam Nazir, 1988) menyebutkan bahwa face validity

(validitas muka) adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam

mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.

Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka

(58)

b. Reliabilitas Alat Ukur

Arikunto (2002) menyebutkan bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu

pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat ukur pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan test-retest reliability yaitu menguji reabilitas tes akhir. Pendekatan

ulang, test retest ini dilakukan dengan cara memberikan tes yang dicari

reliabilitasnya kepada sekelompok subjek, kemudian selang beberapa waktu tes

itu akan diberikan kembali kepada subjek yang sama. Untuk mengetahui

reliabilitas tes, peneliti menggunakan rumus Spearman Brown dan diolah dengan

komputer program SPSS versi 17.0 for Windows. Batasan penerimaan reliabilitas

dianggap memuaskan apabila koefisiennya mencapai minimal 0,5 (Azwar, 2003).

7. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap, yaitu tahap persiapan,

pelaksanaan dan tahap akhir (pengolahan data).

Tabel 3. Rancangan Prosedur Pelaksanaan Penelitian

No. Tahapan Kegiatan

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah

menentukan materi-materi yang akan dikaji,

(59)

validasi instrumen pada ahli terutama dosen,

melakukan uji coba alat ukur, menganalisa alat

ukur, merevisi alat ukur, mengunjungi beberapa

tempat usaha jahit guna melihat karakteristik yang

sesuai untuk dijadikan tempat penelitian.

menentukan tempat yang paling sesuai dengan

tujuan penelitian, membicarakan perihal izin

penelitian kepada pemilik usaha sekaligus

meminta informasi yang berguna untuk

mendukung penelitian kepada pemilik usaha,

mengurus surat izin untuk melakukan penelitian di

tempat usaha jahit kepada Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara, memberikan surat

izin kepada usaha jahit “RUMAH MODE

WIDURI” dan membicarakan maksud serta tujuan

penelitian ini kepada pemilik usaha, menetapkan

subjek untuk dijadikan sampel penelitian, dan

mengontrol hal-hal yang dapat mempengaruhi

hasil ataupun jalannya penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan

penelitian kepada para sampel penelitian perihal

berapa lama waktu yang diperlukan dalam

melakukan penelitian ini, bagaimana proses yang

Gambar

Tabel 1. Distribusi Aitem‐Aitem Skala Kelelahan Kerja Sebelum Uji Coba
Tabel 2. Distribusi Aitem‐Aitem Skala Kelelahan Kerja Setelah Uji Coba
Tabel 3. Rancangan Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Gambaran Umum Subjek
+3

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan kelelahan kerja perawat, karena hasil

Pekerjaan seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak terlepas dari pengaturan jam kerja di suatu rumah sakit yang lebih dikenal dengan istilah shift

customer dan akan menimbulkan masalah bagi rumah sakit karena dapat menghambat laju kinerja perawat (Djojodibroto, seperti yang dikutip dalam

Pekerjaan yang saya lakukan terkait dengan apa yang saya anggap penting dalam kehidupan saya.. Hampir setiap hari saya tidak sabar untuk segera pergi ke

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan proposal skripsi yang berjudul ”Pengaruh Pemberian

penelitian menunjukkan ada pengaruh masase kaki dan aroma terapi sereh terhadap penurunan insomnia pada lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Pajang Surakarta yaitu pre

Sedangkan untuk mengetahui pengaruh aroma terapi lavender terhadap insomnia pada lanjut usia di panti Werdha Guna Budi Bhakti Medan, digunakan uji statistik

8 Insentif yang saya terima sesuai dengan beban pekerjaan yang saya lakukan. 9 Saya memperoleh promosi jabatan atas prestasi