PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP PENURUNAN
KELELAHAN KERJA DI RUMAH MODE WIDURI
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
O L E H
RIANA OCTHAVIANY
101301079
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP PENURUNAN KELELAHAN KERJA DI RUMAH MODE WIDURI
Dipersiapkan dan disusun oleh :
RIANA OCTHAVIANY
101301079
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 19 Mei 2014
Mengesahkan
Dekan Fakultas Psikologi
Prof. Dr. Irmawati, psikolog
NIP. 195301311980032001
Tim Penguji
1. Cherly Kemala Ulfa, M.Psi, psikolog Penguji I
Pengaruh Aromaterapi Terhadap Penurunan Kelelahan Kerja di Rumah Mode Widuri
Riana Octhaviany & Cherly Kemala Ulfa
Abstrak
Salah satu yang dapat mempengaruhi kesuksesan sebuah organisasi atau
perusahaan adalah kondisi pekerja. Kondisi yang sering dialami oleh pekerja
adalah kelelahan. Kelelahan ini merupakan kondisi pelemahan fisik, motivasi, dan
kegiatan apabila ia mengeluarkan energi setelah melakukan suatu aktivitas
tertentu yang disebabkan oleh pekerjaan yang bertumpuk dan monoton. Salah satu
cara yang bisa digunakan untuk menurunkan kelelahan adalah dengan
memberikan aromaterapi secara inhalasi setelah jam kerja. Tujuan penelitian ini
adalah untuk melihat pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja.
Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain eksperimen.
Desain eksperimen yang digunakan adalah one group pretest-posttest design.
Subjek penelitian adalah seluruh pekerja yang ada di Rumah Mode Widuri yaitu
sebanyak 18 pekerja. Sedangkan teknik pengambilan sampelnya yaitu whole
sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala kelelahan kerja dan
dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji wilcoxon. Hasil analisis
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah
pemberian aromaterapi (M1= 39.06, M2= 34.44, p=0.000). Hal ini menunjukkan
bahwa aromaterapi berpengaruh terhadap penurunan kelelahan pekerja.
The Effect of Aromatherapy to Decrease of Fatigue in Rumah Mode Widuri Riana Octhaviany & Cherly Kemala Ulfa
Abstract
One that can affect the success of an organization or company is worker
conditions. The conditions that often perceived is fatigue. Fatigue is a condition of
physical weakness, motivation, and activity if worker expend energy after doing
an activity that caused the work initiative. One way that can be used to decrease
fatigue is to provide aromatherapy by inhalation after work. The purpose of this
research was to observe the effect of aromatherapy to decrease fatigue. The
method of this research is quantitative experimental design. Experimental design
of this research is one group pretest-posttest. Subjek in the research were all of the
worker on Rumah Mode Widuri that is 18 workers. While the sampling technique
is the whole sampling. Data collection measured using a scale of fatigue and
analysed with wilcoxon test. The analysis showed that there were significant
differences between before and after treatment (M1= 39.06, M2= 34.44, p=
0.000). The results of this research indicate that there is an aromatherapy effect of
the reduction in fatigue.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi saya. Saya sangat bersyukur atas apa yang telah diberikan kepada saya,
sehingga saya bisa kuat melewati ini semua.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
mendorong dan membimbing saya, baik dari waktu, kesempatan, tenaga, ide-ide,
maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Irmawaty, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Cherly Kemala Ulfa, M. Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing
yang telah dengan sabar membimbing saya untuk menyelesaikan
penelitia ini.
3. Ibu Sri Supriyantini, M.Si, psikolog selaku dosen pembimbing
akademik saya di semester akhir yang telah memberikan saya semangat
untuk dapat mengerjakan skripsi ini.
4. Ibu Lili Garliah, M.Si., psi. yang pernah menjadi dosen pembimbing
akademik saya selama 6 semester. Terimakasih bu atas dukungan dan
nasehat yang membuat saya mampu menyelesaikan kuliah dan skripsi
5. Ibu Dr. Emmy Mariatin, M.A, Phd., Psikolog selaku dosen penguji I
yang telah memberikan waktu untuk dapat memberikan masukan
terhadap penelitian saya agar lebih sempurna.
6. Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi., Psikolog selaku dosen penguji II yang telah
memberikan kritik dan saran yang sangat berguna untuk
menyempurnakan penelitian ini.
7. Segenap pengajar di fakultas Psikologi USU, yang telah memberikan
saya banyak pengetahuan, terutama pendidikan yang sangat berkualitas.
8. ayah,Ibu, Dek Tasya, dn Kak Ala yang terus memberikan saya doa,
semangat dan segala yang saya butuhkan demi penyelesaian penelitian
ini.
9. Pemilik usaha Rumah Mode Widuri, Ibu Kus dan Kak Ade yang telah
memberikan saya kesempatan dan tempat untuk melakukan penelitian.
10. Seluruh pekerja yang ada di Rumah Mode Widuri atas partisipasinya
dalam penelitian ini.
11. Deepraj Kaur yang merupakan teman seperjuangan di perkuliahan
yang terus memberikan saya kata-kata penyemangat dan selalu
memotivasi saya dalam menyelesaikan penelitian ini. Teman dari awal
hingga akhir perkuliahan yang sangat memotivasi.
12. Nia yang selalu menjadikan saya “diary never end” dan melibatkan
saya di segala hal. Vida teman 10tahun yang setia dan selalu ada.
penyemangat yang memberikan saya pelajaran bagaiman cara berbagi
waktu antara kalian dan skripsi ini.
13. Lydia Agustina Siregar, Cassia Divina, Tresyagati, Anisah Gayatri,
Indah Kartika, Ade Yunika, Eva Violesia Bangun, Lyliana Sari, dan
seluruh teman angkatan 2010 Fakultas Psikologi Sumatera Utara yang
telah mendukung saya dalam pengerjaan dan penyelesaian penelitian
ini.
14. Kak Atik ku sayang, i love you.
15. Secara khusus, kepada orang-orang yang selalu melihat saya dari sisi
buruk dan orang-orang yang tidak menyukai saya. Terimakasih karena
kalian, saya dapat menyelesaikan penelitian ini.
16. Semua pihak yang telah membantu saya dalam proses pengerjaan
skripsi saya.
Saya berharap semoga skripsi saya dapat menjadi sumbangan pengetahuan
yang berharga di kemudian hari dan dapat diterapkan di dunia kerja, khususnya di
bagian Psikologi Industri dan Organisasi, Ergonomi. Saya sangat menyadari
bahwa saya masih terdapat banyak kekurangan, dan saya berharap agar kiranya di
masa depan dapat dilakukan penelitian yang jauh lebih baik.
Medan, 19 Mei 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK……….. ABSTRACT………..……….. KATA PENGANTAR.……..………..………….. DAFTAR ISI….………....……….... DAFTAR TABEL ……….………… LEMBAR PENYATAAN ………..
BAB I PENDAHULUAN………...………... 1. Latar Belakang Masalah………..…………
2. Perumusan Masalah………...
3. Tujuan Penelitian………...………….
4. Manfaat Penelitian………...…...
5. Sistematika Penulisan………..…
BAB II LANDASAN TEORI…………..……….………..…………..………… 1. Kelelahan………..………...
1.1. Definisi Kelelahan……….
1.2. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja...
1.3. Gejala Kelelahan...
1.4. Macam Kelelahan...
1.6. Pengukuran Kelelahan...
2. Aromaterapi……….………..……….
2.1. Definisi Aromaterapi...
2.2. Jenis-Jenis dan Khasiat Aromaterapi...
2.3. Manfaat Aromaterapi...
2.4. Cara Penggunaan Aromaterapi...
2.5. Cara Kerja Aromaterapi Melalui Inhalasi………....…....
3. Dinamika Aromaterapi Terhadap Kelelahan…..…………...………...
4. Hipotesa Penelitian………..………...………
BAB III METODE PENELITIAN………….,,.………..……..………... 1. Rancangan Penelitian……….……….…
2. Identifikasi Variabel Penelitian………..….…………....
3. Definisi Operasional. ………..………..……….
4. Populasi………..……….…...
5. Metode Pengumpulan Data………..………….…….……...
6. Uji Instrumen Penelitian………..………...
7. Prosedur Pelaksanaan Penelitian………..………..
7.1. Tahap Persiapan………..………..
7.2. Tahap Pelaksanaan………..……….
7.3. Tahap Pengolahan………..………..
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN……….. 1. Analisa Data………..…..
2. Hasil Uji Analisa Data………..………..
3. Pembahasan………..………...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..……….. 1. Kesimpulan………..
2. Saran………....………....
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Aitem‐Aitem Skala Kelelahan Kerja Sebelum Uji Coba………,,,………... Tabel 2. Distribusi Aitem‐Aitem Skala Kelelahan Kerja Setelah Uji
Coba………...………,,,…………... Tabel 3. Rancangan Prosedur Pelaksanaan Penelitian ……….... Tabel 4. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan
Pengaruh Aromaterapi Terhadap Penurunan Kelelahan Kerja di Rumah Mode Widuri
Riana Octhaviany & Cherly Kemala Ulfa
Abstrak
Salah satu yang dapat mempengaruhi kesuksesan sebuah organisasi atau
perusahaan adalah kondisi pekerja. Kondisi yang sering dialami oleh pekerja
adalah kelelahan. Kelelahan ini merupakan kondisi pelemahan fisik, motivasi, dan
kegiatan apabila ia mengeluarkan energi setelah melakukan suatu aktivitas
tertentu yang disebabkan oleh pekerjaan yang bertumpuk dan monoton. Salah satu
cara yang bisa digunakan untuk menurunkan kelelahan adalah dengan
memberikan aromaterapi secara inhalasi setelah jam kerja. Tujuan penelitian ini
adalah untuk melihat pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja.
Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain eksperimen.
Desain eksperimen yang digunakan adalah one group pretest-posttest design.
Subjek penelitian adalah seluruh pekerja yang ada di Rumah Mode Widuri yaitu
sebanyak 18 pekerja. Sedangkan teknik pengambilan sampelnya yaitu whole
sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala kelelahan kerja dan
dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji wilcoxon. Hasil analisis
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah
pemberian aromaterapi (M1= 39.06, M2= 34.44, p=0.000). Hal ini menunjukkan
bahwa aromaterapi berpengaruh terhadap penurunan kelelahan pekerja.
The Effect of Aromatherapy to Decrease of Fatigue in Rumah Mode Widuri Riana Octhaviany & Cherly Kemala Ulfa
Abstract
One that can affect the success of an organization or company is worker
conditions. The conditions that often perceived is fatigue. Fatigue is a condition of
physical weakness, motivation, and activity if worker expend energy after doing
an activity that caused the work initiative. One way that can be used to decrease
fatigue is to provide aromatherapy by inhalation after work. The purpose of this
research was to observe the effect of aromatherapy to decrease fatigue. The
method of this research is quantitative experimental design. Experimental design
of this research is one group pretest-posttest. Subjek in the research were all of the
worker on Rumah Mode Widuri that is 18 workers. While the sampling technique
is the whole sampling. Data collection measured using a scale of fatigue and
analysed with wilcoxon test. The analysis showed that there were significant
differences between before and after treatment (M1= 39.06, M2= 34.44, p=
0.000). The results of this research indicate that there is an aromatherapy effect of
the reduction in fatigue.
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Organisasi atau perusahaan merupakan sebuah tempat dimana pekerja
merupakan salah satu bagian penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan.
Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan
dan kaki secara terorganisasi. Penggunaan tenaga ini berbeda menurut sifat-sifat
dari pekerjaan itu sendiri. Walaupun demikian, penjelasan kualitatif dari proses
bekerja adalah sama yaitu bertambahnya aktivitas persyarafan, menegangnya
otot-otot, meningkatnya peredaran darah ke dalam organ-organ yang dibutuhkan dalam
bekerja, dan meningkatnya kebutuhan terhadap tenaga. Keadaan tersebut tidak
dapat dilakukan terus menerus karena dapat menimbulkan kelelahan pada
pekerjaan mereka yang akan berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan
ketahanan tubuh (Margreth, 2002).
Suma’mur (1994) mengemukakan, pekerjaan ialah suatu aktivitas rutin
bagi tenaga kerja yang melaksanakannya. Dalam aktivitas tersebut tenaga kerja
memerlukan energi yang harus disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan perlu
keharmonisan faktor lingkungan seperti: fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan
psikologi untuk mempengaruhi jasmani dan rohaninya. Agar seseorang tenaga
kerja dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerjanya maka perlu
Selye (1992) mengatakan kelelahan akan terjadi apabila kemampuan
seseorang dalam pekerjaannya sudah menurun dan adaptasi terhadap stres juga
terbatas. Apabila kelelahan tersebut dialaminya berkepanjangan dan tidak adanya
penanganan yang serius, maka akan mengakibatkan kelelahan kronis yang dapat
mempengaruhi organ tubuh lainnya sehingga orang tersebut akan menjadi sakit.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kartono (1986) yang mengatakan bahwa
setiap individu yang melakukan pekerjaan pasti mengalami kelelahan dan itu
berbeda bagi setiap individu walaupun pekerjaan tersebut dilakukan dalam
keadaan duduk. Menjahit merupakan salah satu pekerjaan yang dilakukan dengan
posisi duduk yang bersifat statis dan repetitive sehingga mengalami sikap kerja
yang monoton. Mereka juga mengalami kelelahan psikologis ketika harus
menyelesaikan jahitan yang diperintahkan oleh pemilik dan harus menghadapi
pelanggan yang merasa kurang puas dengan hasil jahitan yang menyebabkan
harus memperbaiki lagi jahitan tersebut. Penjahit juga mengeluh mengalami sakit
pinggang, punggung, dan bagian mata merupakan gejala-gejala kelelahan kerja.
Semua kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan kerja.
Kelelahan adalah suatu keadaan yang dirasakan oleh manusia apabila ia
mengeluarkan energi setelah melakukan suatu aktivitas tertentu (Marwan, 1979).
Last (1992) dalam Nasution (1998) mengemukakan bahwa kelelahan adalah suatu
proses yang merupakan hasil perubahan secara fisiologis, psikologis dan mekanis
yang terjadi karena melakukan kerja. Hal yang hampir serupa juga dikemukakan
pelaksanaan dan kegiatan yang tidak menarik, monoton dan berulang-ulang
(repetitif).
Menurut Bartley dan Chute dalam Fitrihana (2004) kelelahan kerja dapat
mengakibatkan menurunnya prestasi kerja, bada terasa tidak enak, serta
menurunnya semangat kerja. Selain itu, kelelahan kerja dapt berdampak terhadap
menurunnya konsentrasi kerja, sehingga bisa menyebabkan seseorang melakukan
kesalahan kerja. Apabila hal ini terjadi, pada akhirnya dapat menimbulkan
kecelakaan kerja. Kelelahan merupakan suatu keadaan atau kondisi yang harus
mendapat perhatian lebih. Survei di negara maju melaporkan bahwa antara
10-50% masyarakat pekerja mengalami kelelahan kerja. Kelelahan dialami oleh 25%
dari seluruh pekerja wanita dan 20% dari seluruh pekerja pria. Dengan prevalensi
kelelahan sekitar 20% diantara pasien yang datang membutuhkan pelayanan
kesehatan. Hasil subjective self rating test dari Industrial Fatigue Research
Comittee (IRFC) dengan kuisioner yang dapat mengukur tingkat kelelahan kerja
secara subjektif diketahui 70% pekerja penjahit di wilayah Ketapang Cipondoh
Tangerang mengalami kelelahan kerja secara subjektif dan 30% pekerja penjahit
di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tidak mengalami kelelahan kerja secara
subjektif (Umyati, 2010).
Suma’mur (1989) mengemukakan, jenis-jenis kelelahan ialah: (1)
kelelahan mental (psikis) yaitu kelelahan yang mempengaruhi pikiran dan
perasaan seperti yang disebabkan oleh pekerjaan yang berulang (repetitive) dan
stres, (2) kelelahan otot (fisik) yaitu kelelahan yang mempengaruhi organ-organ
menggunakan otot terus-menerus, (3) kelelahan umum ialah gabungan antara
kelelahan mental (psikis) dengan kelelahan otot/fisik.
Kelelahan tidak hanya berasal dari keadaan fisik seorang pekerja,
melainkan keadaan psikologis. Green (1992) menambahkan bahwa kelelahan
psikologis yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor psikologis seperti:
konflik-konflik mental, monotoni pekerjaan, bekerja karena keadaan terpaksa, dan
pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk. Seperti misalnya pada pekerja di usaha
konveksi. Sistem pekerjaan dimana mereka harus duduk satu harian selama lebih
kurang 8 hingga 9 jam membuat mereka sering mengalami kelelahan baik fisik
maupun psikologis. Tuntutan pekerjaan yang menumpuk dan pekerjaan yang
monoton dan berulang-ulang tersebut membuat mereka merasa lelah. Namun,
semua pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja yang akan menurunkan
kinerja serta menambah tingkat kesalahan kerja (Nurmianto, 2003).
Kelelahan yang dirasakan oleh pekerja memiliki penyebab-penyebab dan
salah satu tokoh yang mengemukakan adalah Siswanto dalam Ambar (2006). Ia
mengatakan bahwa faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan
pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi kerja
dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan; faktor
psikologis, misalnya rasa tanggung jawab dan khawatir yang berlebihan, serta
konflik yang kronis/menahun; lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan
kerja serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja; status
kesehatan (penyakit) dan status gizi; dan pekerjaan/ lingkungan kerja yang
Kelelahan dapat diatasi dengan berbagai cara. Winter (1983), Green
(1992), Suma’mur (1994), Setyawati (1994), Payne (1995), Silaban (1996),
Nasution (1998), Jhonson & Tulin (2001) dalam Laurina (2002) mengemukakan
beberapa cara untuk mengatasi kelelahan yaitu: dengan pemberian waktu istirahat,
pengaturan shift kerja, memberi waktu libur, rekreasi, penyuluhan cara kerja yang
efektif dan efisien, penerapan ergonomi, organisasi proses produksi yang tepat,
lingkungan kerja yang tidak membosankan, dekorasi ruangan yang lembut,
pencahayaan yang adekuat, suhu ruangan yang nyaman, jauh dari kebisingan,
pemberi musik pengiring kerja, olahraga yang teratur, nutrisi yang tepat, relaksasi,
ataupun pemberian insentif/penggajian yang tepat.
Salah satu dari teknik-teknik diatas yang bisa digunakan untuk mengatasi
kelelahan adalah dengan relaksasi. Menurut pendapat Cormier dalam Abimanyu
dan Manrihu (1996) relaksasi merupakan usaha untuk mengajari seseorang untuk
relaks dengan menjadikan orang itu sadar tentang perasaan-perasaan tegang.
Menurut Thantawy (1997), relaksasi adalah teknik mengatasi
kekhawatiran/kecemasan atau stres melalui pengendoran otot-otot dan syaraf.
Relaksasi merupakan kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental manusia dan
berbagai manfaat yang dapat ditimbulkan dari relaksasi adalah mampu
meningkatkan kesehatan secara umum dengan memperlancar proses metabolisme
tubuh, menurunkan tingkat agresifitas dan perilaku-perilaku buruk dari dampak
stres, mampu meningkatkan rasa harga diri dan keyakinan diri, pola pikir menjadi
lebih matang, mampu mempermudah dalam mengendalikan diri, dapat
Benson (dalam Price.S & Price. L, 1997) mengatakan bahwa respon
relaksasi dapat dipicu lewat banyak cara, termasuk membaca, mendengarkan
musik yang disenangi, sifat kontemplasi dan tentu saja, aromaterapi. Senada
dengan ini, Mackinnon (2004) memperkuat pernyataan Benson bahwa manfaat
aromaterapi adalah untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologis sehingga
menjadi lebih baik dengan menggunakan minyak esensial. Selain itu, manfaat
aromaterapi dipercaya dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot
yang tegang (carminative) setelah lelah beraktivitas (Dewi dalam penelitian
Aromaterapi Lavender sebagai Media Relaksasi). Oleh karena itu, salah satu cara
relaksasi yang dapat dilakukan untuk menurunkan kelelahan ialah dengan
pemberian aromaterapi.
Aromaterapi itu sendiri berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi.
Aroma berarti bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Jadi
aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan
bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum dan
enak yang disebut dengan minyak atsiri (Agusta, 2000).
Koensoemardiyah (2009) mengatakan, aromaterapi merupakan suatu
metode yang menggunakan minyak atsiri sebagai komponen utama untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan juga mempengaruhi kesehatan emosi seseorang.
Salah satu manfaat dari pemberian aromaterapi adalah untuk menurunkan kadar
stres dan kelelahan pada seseorang. Perpaduan jenis minyak atsiri berupa minyak
suasana relaks dan keseimbangan emosional sehingga tercipta suasana tenteram
dan bahagia.
Agusta (2000) mengatakan bahwa aktivitas tubuh yang mencapai kapasitas
maksimum dapat menimbulkan kelelahan pada otot maupun mental. Untuk
mengembalikan kesegaran tersebut diperlukan minyak atsiri yang dapat
melemaskan otot, menyegarkan pikiran, dan meningkatkan energi dalam tubuh
dengan menggunakan beberapa jenis minyak atsiri seperti minyak lemon, minyak
lavender, dan minyak clary sage.
Dalam penggunaannya, aromaterapi dapat diberikan melalui beberapa
cara, antara lain: inhalasi, berendam, pijat, dan kompres. Dari keempat cara
tersebut yang merupakan cara tertua, termudah, dan tercepat untuk diaplikasikan
adalah aromaterapi inhalasi (Bharkatiya, 2008). Inhalasi merupakan salah satu
cara yang diperkenalkan dalam penggunaan metode terapi aroma yang paling
simpel, cepat, serta merupakan metode yang paling tua dalam penggunaan
aromaterapi (Buckle, 2003). Bau-bauan dari aromaterapi yang dilakukan dengan
cara inhalasi akan masuk ke hidung dan berhubungan dengan silia (bulu hidung).
Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi impuls listrik yang dipancarkan
ke otak dan mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana
hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran (Tara, 2005).
Sehingga dari penjelasan diatas peneliti ingin mengetahui lebih lanjut
2. PERUMUSAN MASALAH
a. Apakah ada pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja
di Rumah Mode Widuri?
b. Seberapa besar penurunan kelelahan kerja setelah diberikan
aromaterapi di Rumah Mode Widuri?
3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aromaterapi
terhadap penurunan kelelahan kerja di Rumah Mode Widuri dan seberapa besar
pengaruh aromaterapi tersebut terhadap penurunan kelelahan kerja di Rumah
Mode Widuri.
4. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini ialah:
a. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memperluas pengetahuan
dan khasanah mengenai pengaruh aromaterapi terhadap kelelahan
kerja.
b. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan
pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja, sehingga
pekerja dapat merasakan manfaat aromaterapi. Selain itu, bagi peneliti
untuk dapat lebih mengetahui pengaruh aromaterapi terhadap
penurunan kelelahan. Bagi peneliti lain dapat dijadikan referensi dalam
melakukan kajian atau penelitian dengan pokok permasalahan yang
sama serta sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan langsung dengan penelitian ini.
5. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
BAB I : Pendahuluan
Bab I ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penilitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab II ini berisikan uraian landasan teori yang mendasari masalah yang
menjadi objek penelitian, meliputi landasan teori kelelahan kerja dan juga
aromaterapi. Selain itu, pada bab II ini juga akan memuat tentang hipotesa
penelitian.
Bab III ini berisikan metode yang akan digunakan dalam penelitian yang
terdiri dari variabel penelitian, definisi operasional dari variabel penelitian,
populasi, sampel yang digunakan, teknik pengambilan sampel, metode
pengambilan data, uji validitas, uji daya beda dan reliabilitas alat ukur,
metode analisa data, dan juga hasil uji coba alat ukur yang digunakan
dalam penelitian.
BAB IV : Hasil Analisis Data
Bab IV ini meliputi analisa data dan pembahasan yang berisi uraian
singkat hasil penelitian, interpretasi data dan pembahasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KELELAHAN
1.1. Definisi Kelelahan
Kelelahan memiliki definisi yang berbeda-beda menurut beberapa ahli,
tetapi semuanya berakibat kepada kehilangan efisiensi dan pengurangan kapasitas
kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004). Suma’mur (1989) mengemukakan,
kelelahan secara umum ialah gabungan antara kelelahan mental (psikis) yang
mempengaruhi pikiran dan perasaan seperti yang disebabkan oleh pekerjaan yang
berulang (repetitive) serta stres, dan kelelahan otot/fisik yang mempengaruhi
organ-organ tubuh seperti yang disebabkan oleh kerja berat atau sewaktu bekerja
dengan menggunakan otot terus-menerus. Grandjean (1992) menyebutkan
kelelahan dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot yang
merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot dan kelelahan umum yang
merupakan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan karena
intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status
kesehatan, dan keadaan gizi. Last (1992) dalam Nasution (1998) mengemukakan
bahwa kelelahan adalah proses yang merupakan hasil dari perubahan secara
fisiologis, psikologis dan mekanis yang terjadi karena melakukan kerja. Tarwaka,
mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut
sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
1.2. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja
Tarwaka (2004) mengatakan bahwa kelelahan dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, seperti monotoni, kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang tidak
sesuai dengan antropometri pemakaiannya, stasiun kerja yang tidak ergonomis,
sikap paksa dan pengaturan waktu kerja-istirahat yang tidak tepat yang
keseluruhan ini biasa terjadi pada akhir jam kerja.
Grandjean dalam Tarwaka, Solichul, dan Sudiajeng.L (2004) menjelaskan
bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan
untuk memelihara kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan
diluar tekanan. Adapun faktor-faktor penyebab kelelahan tersebut, yaitu:
a. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental
b. Lingkungan
c. Circadian rhythm
d. Problem fisik
e. Kenyerian dan kondisi kesehatan, dan
f. Nutrisi
Kondisi kerja yang berulang-ulang (repetitive) dapat menimbulkan
suasana monoton yang berakumulasi menjadi rasa bosan, dimana rasa bosan itu
waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries) yaitu
nyeri otot, tulang, dan tendon yang diakibatkan karena jenis pekerjaan yang
bersifat berulang atau repetitive. Suasana kerja dengan otot statis dapat
menyebabkan aliran darah menurun, sehingga asam laktat terakumulasi dan
merngakibatkan kelelahan otot lokal (Eko Nurmianto, 2004).
Faktor psikologis juga memainkan peranan besar dalam menimbulkan
kelelahan. Seringkali pekerja-pekerja tidak mengerjakan apapun juga, tetapi
mereka merasa lelah (Suma’mur P.K., 1996). Sebabnya ialah adanya tanggung
jawab, kecemasan dan konflik. Anoraga (2009) mengemukakan bahwa kelelahan
pada umumnya ditimbulkan oleh pelaksanaan dan kegiatan yang tidak menarik,
monoton dan berulang-ulang (repetitif). Green (1992) menambahkan bahwa
kelelahan dapat juga disebabkan oleh faktor psikologis seperti: konflik-konflik
mental, monotomi pekerjaan, bekerja karena keadaan terpaksa, dan pekerjaan
yang bertumpuk-tumpuk.
1.3. Gejala Kelelahan
Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subyekif
dan obyektif antara lain : perasaan lesu, ngantuk dan pusing, tidak / berkurangnya
konsentrasi, berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat,
tidak ada/berkurangnya gairah untuk bekerja, menurunnya kinerja jasmani dan
rohani (A.M. Sugeng Budiono, 2003).
Gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang ada hubungannya dengan
1) Pelemahan kegiatan ditandai dengan gejala: perasaan berat di kepala,
badan merasa lelah, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran,
mengantuk, merasa ada beban pada mata, kaku dan canggung dalam
gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, dan merasa ingin berbaring.
2) Pelemahan motivasi ditandai dengan gejala: lelah berbicara, menjadi
gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian
terhadap sesuatu/memusatkan perhatian, cenderung untuk lupa, tidak tekun
dalam pekerjaannya, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak
dapat mengontrol sikap, dan tidak dapat tekun dalam bekerja.
3) Pelemahan fisik ditandai dengan gejala: sakit kepala, kekakuan di bahu,
merasa nyeri di punggung, merasa pernapasan tertekan, tremor pada
anggota badan, merasa kurang sehat, haus, suara serak, spasme dari
kelopak mata, dan merasa pening.
1.4. Macam Kelelahan
Menurut Suma’mur P.K. (1996), kelelahan dapat dibedakan menjadi 2
macam:
1.Kelelahan Umum
Gejala utama kelelahan umum adalah perasaan letih yang luar biasa dan
terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena timbulnya
gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik
maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa ngantuk (A.M. Sugeng
berbagai kondisi antara lain kelelahan visual, kelelahan seluruh tubuh, kelelahan
mental, kelelahan urat saraf, stres, dan perasaan malas bekerja (Eko Nurmianto,
2003). Sebab–sebab kelelahan umum adalah monotoni, intensitas dan lamanya
kerja, mental dan fisik, keadaan lingkungan, sebab–sebab mental seperti tanggung
jawab, kekhawatiran dan konflik serta penyakit. Pengaruh-pengaruh ini
berkumpul di dalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur P.K.,
1996).
2.Kelelahan Otot
Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui
fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan gejala yang
ditunjukan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada
makin rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan
sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti: melemahnya kemampuan
tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam
melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya.
Gejala Kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar atau
external signs (AM Sugeng Budiono, 2003)
Derajat beratnya beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori
yang dikonsumsi, akan tetapi juga bergantung pada jumlah otot yang terlibat pada
pembebanan otot statis. Sejumlah konsumsi energi tertentu akan lebih berat jika
hanya ditunjang oleh sejumlah kecil otot relative terhadap sejumlah besar otot
sehingga asam laktat terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot lokal. Di
samping itu juga dikarenakan beban otot yang tidak merata pada sejumlah
jaringan tertentu yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja seseorang (Eko
Nurmianto, 2003).
1.5. Cara Mengurangi Kelelahan
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada
keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja, misalnya dengan pengaturan
jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat. Selain itu, penerapan
ergonomi juga sangat membantu, monotoni dan tegangan dapat dikurangi dengan
penggunaan warna serta dekorasi pada lingkungan kerja. Demikian pula
organisasi proses produksi yang tepat, selanjutnya usaha ditujukan kepada
kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang baik (Suma’mur
P.K., 1996).
Winter (1983), Green (1992), Suma’mur (1994), Setyawati (1994), Payne
(1995), Silaban (1996), Nasution (1998), Jhonson & Tulin (2001) dalam Laurina
(2002) mengemukakan beberapa cara untuk mengatasi kelelahan yaitu: dengan
pemberian waktu istirahat, pengaturan shift kerja, memberi waktu libur, rekreasi,
penyuluhan cara kerja yang efektif dan efisien, penerapan ergonomi, organisasi
proses produksi yang tepat, lingkungan kerja yang tidak membosankan, dekorasi
ruangan yang lembut, pencahayaan yang adekuat, suhu ruangan yang nyaman,
jauh dari kebisingan, pemberi musik pengiring kerja, olahraga yang teratur, nutri
A.M. Sugeng Budiono, 2003 menyebutkan bahwa untuk mencegah dan
mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja
disarankan agar:
1) Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk
2) Merubah metode kerja menjadi lebih efisien dan efektif
3) Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang memenuhi
standar ergonomi
4) Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang tenaga kerja
5) Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman
bagi tenaga kerja
6) Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik
7) Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan
manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi.
Serta di tambahkan oleh Nurmianto (2004) dengan memberikan waktu
istirahat yang cukup.
Menurut Tarwaka, Solichul, dan Sudiajeng.L (2004), cara mengatasi
kelelahan, yaitu:
a. Menyesuaikan kapasitas kerja fisik
b. Menyesuaikan kapasitas kerja mental
c. Meredesain stasiun kerja ergonomis
d. Sikap kerja alamiah
f. Bekerja lebih bervariasi
g. Meredesain lingkungan kerja
h. Mereorganisasi kerja
i. Memperhatikan kebutuhan kalori seimbang
j. Beristirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan
1.6. Pengukuran Kelelahan
Menurut Grandjean (1992) dalam Tarwaka, Solichul, dan Sudiajeng.L
(2004), metode pengukuran kelelahan dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
kelompok sebagai berikut:
1.6.1. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan
Kualitas output dalam metode ini digambarkan sebagai jumlah proses
kerja atau proses operasi yang dilakukan oleh setiap unit. Sedangkan kuantitas
output nya ialah frekuensi kecelakaan, kerusakan produk, atau penolakan produk
dapat menggambarkan terjadinya kelelahan. Namun faktor ini bukanlah
merupakan faktor penyebab karena masih banyak faktor yang harus
dipertimbangkan kembali seperti, target produksi, faktor sosial, dan perilaku
psikologis dalam bekerja.
1.6.2. Uji psiko-motor (psychomotor test)
Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah
reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu
saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Ini dapat dilakukan dengan
menggunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan.
Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan
pada proses faal syaraf dan otot.
1.6.3. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)
Kondisi yang lelah, membuat kemampuan tenaga kerja untuk melihat
kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang
diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Metode ini juga dapat digunakan untuk
menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.
1.6.4. Perasaan kelelahan subjektif (subjective feelings of fatigue)
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengukur kelelahan adalah
dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan mengenai gejala-gejala atau
perasaan-perasaan yang secara subjektif dirasakan oleh responden. Metode
pengukuran kelelahan yang dapat digunakan adalah kuesioner yang dikeluarkan
oleh Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang yang disebut dengan
Subjective Self Rating Test (SSRT) dimana berisi sejumlah pertanyaan yang
berhubungan dengan gejala-gejala kelelahan. Ini merupakan salah satu kuisioner
yang dapat untuk mengukur kelelahan subjektif yang dibuat tahun 1967.
Kuesioner ini terdiri dari 30 gejala kelelahan yang disusun dalam bentuk daftar
aitem kedua pelemahan motifasi dan 10 aitem ketiga mengindikasikan kelelahan
fisik, yang terdiri dari:
1) Perasaan berat di kepala 16) Mudah lupa
2) Lelah seluruh badan 17) Kepercayaan diri berkurang
3) Berat di kaki 18) Merasa cemas
4) Menguap 19) Sulit mengontrol sikap
5) Pikiran kacau 20) Tidak tekun dalam pekerjaan
6) Mengantuk 21) Sakit di kepala
7) Ada beban pada mata 22) Kaku di bahu
8) Gerakan canggung dan kaku 23) Nyeri di punggung
9) Berdiri tidak stabil 24) Sesak nafas
10)Ingin berbaring 25) Haus
11)Susah berfikir 26) Suara serak
12)Lelah untuk berbicara 27) Merasa pening
13)Gugup 28) Spasme di kelopak mata
14)Tidak berkonsentrasi 29) Tremor pada anggota badan
15)Sulit memusatkan perhatian 30) Merasa kurang sehat
1.6.5. Uji mental
Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat
digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan.
ini merupakan alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian, dan
konsentrasi seseorang. Namun demikian, alat tes ini lebih tepat digunakan untuk
mengukur kelelahan akibat aktivitas atau pekerjaan yang lebih bersifat mental.
2. AROMATERAPI
2.1. Definisi Aromaterapi
Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi. Aroma berarti
bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Jadi aromaterapi adalah
salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan bau-bauan yang
umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum dan enak yang
disebut dengan minyak atsiri (Agusta, 2000). Hal serupa juga diutarakan oleh
Watt & Janca (2008) yang menyebutkan bahwa aromaterapi adalah terapi yang
menggunakan minyak esensial yang dinilai dapat membantu mengurangi bahkan
mengatasi gangguan psikologis dan gangguan rasa nyaman seperti cemas, depresi,
dan nyeri. Selain itu, Koensoemardiyah (2009) mengatakan aromaterapi
merupakan suatu metode yang menggunakan minyak atsiri sebagai komponen
utama untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juga mempengaruhi kesehatan
emosi seseorang. Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau
sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan,
membangkitkan semangat, menyegarkan serta membangkitkan jiwa raga
2.2. Jenis-Jenis dan Khasiat Aromaterapi
Koensoemardiyah (2009) dan Agusta (2000) mengatakan bahwa ada
banyak jenis-jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai minyak atsiri untuk
aromaterapi. Beberapa diantaranya yang dapat menurunkan tingkat kelelahan
kerja, yaitu:
1. Akar wangi. Berkhasiat untuk melemaskan dan menyegarkan pikiran
dan tubuh, meningkatkan sirkulasi darah, menenangkan, menstabilkan emosi, dan
membantu mengatasi stres.
2. Lavender. Berfungsi untuk meringankan nyeri otot dan sakit kepala,
membangkitkan kesehatan, menurunkan ketegangan, stres, kejang otot, serta dapat
digunakan untuk meningkatkan imunitas.
3. Cengkih. Bermanfaat untuk meringankan nyeri, otot dan atritis,
mengatasi kegelisahan mental, menyehatkan dan memperkuat ingatan.
4. Mawar. Bermanfaat untuk memperbaiki kondisi kulit, meringankan
stres, serta antidepresan.
5. Merica hitam. Bermanfaat untuk menyembuhkan infeksi, meningkatkan
sirkulasi darah, menghangatkan otot yang kejang dan sendi yang kaku, serta
meningkatkan energi.
6. Clary sage. Bermanfaat untuk melemaskan otot, menurunkan stres,
menimbulkan perasaan tenang dan senang, dan salah satu relaksan yang sangat
7. Jahe. Bermanfaat untuk menghilangkan radang sendi, rematik, dan sakit
pada otot.
8. Jasmin. Bermanfaat untuk menghilangkan ketegangan, kegelisahan, dan
dapat membentuk perasaan optimis, senang dan bahagia, serta menghilangkan
kelesuan.
9. Jeruk nipis. Bersifat sebagai pembangkit tenaga dan dapat menjernihkan
pikiran.
10. Jinten manis. Bermanfaat untuk menimbulkan perasaan senang dan
gembira sehingga cocok digunakan untuk relaksasi atau melemaskan dan
menyeimbangkan emosi.
11. Kayu manis. Bermanfaat untuk menghangatkan dan menyembuhkan
otot yang kejang dan juga mengurangi nyeri sendi.
12. Kenanga. Bermanfaat sangat kuat untuk merelaksasi badan dan pikiran
serta menurunkan tekanan darah.
2.3. Manfaat Aromaterapi
Aroma yang terkandung dalam minyak esensial dapat menimbulkan rasa
tenang akan merangsang daerah di otak untuk memulihkan daya ingat,
aromaterapi adalah bahwa ia bekerja pada tingkat sel dan fisik dan juga dalam
emosional, intelektual, spiritual, dan estetika hidup (Primadiati, 2002).
Jaelani (2009) juga menegaskan bahwa salah satu efektivitas kandungan
kimia dalam minyak esensial dapat mempengaruhi aktivitas fungsi kerja otak
melalui sistem saraf yang berhubungan dengan indera penciuman. Respon ini
akan merangsang peningkatan aktivitas neutrotransmiter, yaitu berkaitan dengan
pemulihan kondisi psikologis (seperti emosi, perasaan, pikiran, dan keinginan).
Salah satu manfaat dari pemberian aromaterapi adalah untuk menurunkan
kadar stres dan kelelahan pada seseorang. Perpaduan jenis minyak atsiri berupa
minyak lavender, minyak bergamot, dan minyak geraminium rose dapat
menimbulkan suasana relaks dan keseimbangan emosional sehingga tercipta
suasana tenteram dan bahagia (Koensoemardiyah, 2009).
Agusta (2000) menyebutkan bahwa aromaterapi dapat bermanfaat untuk
mengatasi berbagai masalah fisik seperti pegal, sakit kepala, diabetes, kelelahan,
rematik, migrain, radang sendi, dan sebagainya. Selain itu, masalah mental dan
psikologis seperti aprodisiak, depresi, stres, dan insomnia juga dapat di atasi
dengan pemberian aromaterapi.
Menurut Schilcher (dalam Price.S & Price.L, 1997), minyak esensial
memiliki kemampuan antiinflamasi, antiseptik, perangsang selera makan,
karminatif, koleretik, perangsang sirkulasi, deodoran, ekspektoran, hiperemik,
insektisida, sedatif, pengatur keseimbangan, dan penghasil energi. Benson (dalam
banyak cara, termasuk membaca, mendengarkan musik yang disenangi, dan tentu
saja, aromaterapi.
Manfaat Aromaterapi yang menggunakan minyak lavender dipercaya
dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang
(carminative) setelah lelah beraktivitas. Bau-bauan dapat memberikan peringatan
pada kita akan adanya bahaya dan juga dapat memberikan efek relaksasi. Tubuh
dikatakan dalam keadaan relaksasi apabila otot-otot di tubuh kita dalam keadaan
tidak tegang. Bagi orang yang sehari-harinya melaksanakan berbagai kesibukan
dengan tingkat kelelahan dan stres yang tinggi serta kurangnya waktu yang dapat
digunakan untuk beristirahat dan berwisata, aromaterapi dengan menggunakan
teknik inhalasi aroma minyak lavender dapat diterapkan selain karena
manfaat-manfaat aromaterapi lavender yang sangat sesuai dengan kebutuhan, waktu yang
diperlukan untuk melakukan teknik tersebut juga tidak banyak (Dewi dalam
penelitian Aromaterapi Lavender sebagai Media Relaksasi).
2.4. Cara Penggunaan Aromaterapi
Terapi aroma dapat digunakan dalam beberapa cara yaitu melalui:
a. Inhalasi
Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan
metode terapi aroma yang paling simpel dan cepat. Inhalasi juga merupakan
luar tubuh ke dalam tubuh dengan satu tahap mudah melewati paru-paru dan
dialirkan ke pembuluh darah melalui alveoli (Buckle, 2003).
Inhalasi sama dengan penciuman, dimana dapat dengan mudah
merangsang olfactory setiap kali bernafas dan tidak akan mengganggu pernafasan
normal apabila mencium bau yang berbeda dari minyak esensial
(Alexander,2001). Aroma dapat memberikan efek yang cepat dan kadang hanya
dengan memikirkan baunya dapat memberikan bau yang nyata. Bau cepat
memberikan efek terhadap fisik maupun psikologis (Buckle, 2003).
Cara inhalasi biasanya diperuntukkan untuk individu, yaitu dengan
menggunakan cara inhalasi langsung. Namun, cara inhalasi juga dapat digunakan
secara bersamaan. Metode ini disebut inhalasi tidak langsung. Adapun cara
penggunaan aromaterapi secara langsung menurut Buckle (2003), yaitu:
1) Tissue, dengan meneteskan 1-5 tetes minyak esensial kemudian dihirup
5-10 menit oleh individu.
2) Steam, dengan menambahkan1-5 tetes minyak esensial kedalam alat steam
atau penguapan yang telah diisi air dan digunakan selama sekitar 10 menit.
Selain penggunaan aromaterapi secara langsung, pemberian aromaterapi
secara tidak langsung juga dapat dilakukan menurut Departement of Health
(2007), yaitu dengan cara:
1) Menambahkan 1-5 tetes minyak esensial ke dalam alat pemanas yang telah
berisi air, kemudian letakkan di tempat yang aman. Ini dapat berfungsi
2) Menambahkan 2-5 tetes minyak aromaterapi dalam vaporizer dengan
20mL air untuk dapat menghasilkan uap air yang ditempatkan diatas
peralatan listrik sebagai alat penguap.
b. Pijat
Teknik pijat merupakan teknik yang paling umum. Melalui pemijatan,
daya penyembuhan yang terkandung oleh minyak esensial bisa menembus melalui
kulit dan dibawa ke dalam tubuh, mempengaruhi jaringan internal dan
organ-organ tubuh. Minyak esensial baru dapat digunakan setelah dilarutkan dengan
minyak dasar karena minyak esensial sangat berbahaya bila diaplikasikan
langsung ke kulit dalam bentuk minyak yang murni (Departement of Health,
2007). Terapi aroma yang digunakan dengan cara pijat, merupakan cara yang
digemari. Dalam penggunaannya dibutuhkan 2 tetes minyak esensial ditambah
1mL minyak pijat (Hutasoit, 2002).
c. Kompres
Penggunaan terapi aroma melalui kompres hanya memerlukan sedikit
minyak aromaterapi. Kompres hangat dengan minyak terapi aroma dapat
digunakan untuk menurunkan nyeri punggung dan nyeri perut (Depratement of
d. Berendam
Berendam merupakan cara lain yang dapat digunakan dengan aromaterapi.
Dengan cara ini, efek minyak esensial yang diteteskan ke dalam air hangat akan
membuai perasaan, menghilangkan pegal-pegal, dan juga memberikan efek
merangsang (Hadibroto & Alam, 2001). Minyak esensial yang dibutuhkan untuk
berendam ialah sekitar 5-8 tetes minyak esensial yang telah dipilih (Hutasoid,
2002).
Dari berbagai cara tersebut, cara yang tertua, termudah, dan tercepat yang
dapat diaplikasikan adalah aromaterapi inhalasi (Bharkatiya dkk, 2008).
2.5. Cara Kerja Aromaterapi Melalui Inhalasi
Menurut Dr. Alan Huck, bau berpengaruh langsung terhadap otak
manusia, mirip narkotika. Ternyata hidung kita memiliki kemampuan untuk
membedakan lebih dari 100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi kita dan
itu terjadi tanpa kita sadari. Bau-bauan tersebut masuk ke hidung dan
berhubungan dengan silia. Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi
impuls listrik yang dipancarkan ke otak dan mempengaruhi bagian otak yang
berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran (Tara,
2005).
Buckle (2003) menjelaskan bahwa saat minyak esensial dihirup, molekul
bau yang terkandung dalam minyak esensial lavender diterima oleh olfactory
ephitelium. Setelah diterima di olfactory ephitelium, molekul bau ditransmisikan
Pada tempat ini, berbagai sel neuron mengubah bau tersebut dan
menghantarkannya ke susunan saraf pusat (SSP) yang selanjutnya dihantarkan
menuju sistem limbik otak.
Sistem limbik otak merupakan tempat penyimpanan memori, pengaturan
suasana hati, emosi senang, marah, kepribadian, orientasi seksual, dan tingkah
laku. Pada sistem limbik, molekul bau akan dihantarkan menuju hipothalamus
untuk diterjemahkan. Di hipothalamus, seluruh unsur pada minyak esensial
merangsang hipothalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor
(CRF). Proses selanjutnya yaitu CRF merangsang kelenjar pituitary untuk
meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga produksi
enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar pituitary juga menghasilkan
endorphin sebagai neurotransmiter yang mempengaruhi suasana hati menjadi
rileks (Buckle, 2003).
Selain itu, kandungan linalool asetat sebagai komposisi utama dalam
minyak esensial lavender dinilai mampu mengendurkan dan melemaskan sistem
kerja saraf dan otot-otot yang tegang dengan cara menurunkan kerja dari saraf
simpatis saat seseorang mengalami kecemasan (Rahayu dkk, 2007). Saraf simpatis
yang membawa serabut saraf vasokonstriksor akan mengalami penurunan kinerja
saat linalool asetat masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi. Kondisi ini juga
mengakibatkan menurunnya produksi epinefrin yang dikeluarkan oleh
ujung-ujung saraf vasokonstriksor sehingga gejala kecemasan mengalami penurunan
3. DINAMIKA AROMATERAPI TERHADAP KELELAHAN
Kelelahan merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor
penyebab yang mendatangkan ketegangan (stres) yang dialami oleh tubuh
manusia. Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai menurunnya
efisiensi, performansi kerja dan berkurangnya kekuatan / ketahanan fisik tubuh
untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto,2000). Kelelahan
kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output menurun, dan kondisi fisiologis
yang dihasilkan dari aktivitas terus menerus (Anastesi, 1993). Perasaan adanya
kelelahan juga ditandai dengan berbagai kondisi antara lain kelelahan visual,
kelelahan seluruh tubuh, kelelahan mental, kelelahan urat saraf, perasaan malas
bekerja, dan stres (Eko Nurmianto, 2003). Stres cukup berpengaruh terhadap
kelelahan individu yang dapat dilihat dari reaksi emosional (mudah marah dan
emosi tidak terkontrol), reaksi perubahan kebiasaan (merokok atau menggunakan
obat-obatan terlarang), dan perubahan fisiologis. Perubahan fisiologis akibat stres
seperti menegangnya otot dibagian kepala dan leher, susah tidur (insomnia),
menurunnya daya tahan tubuh, jantung, dan gangguan fisiologis lainnya
(Tarwaka, 2004). Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap
individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan
kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelelahan adalah
dengan relaksasi. Relaksasi juga merupakan salah satu strategi yang dapat
digunakan untuk mengurangi dampak stres terhadap kelelahan (Lahey, 2007).
relaksasi merupakan usaha untuk mengajari seseorang untuk relaks dengan
menjadikan orang itu sadar tentang perasaan-perasaan tegang. Salah satu cara
relaksasi yang dapat dilakukan ialah dengan pemberian aromaterapi. Benson
(dalam Price.S & Price. L, 1997) mengatakan bahwa respon relaksasi dapat dipicu
lewat banyak cara, salah satunya dengan aromaterapi. Senada dengan itu,
Mackinnon (2004) mengatakan bahwa manfaat aromaterapi adalah untuk
meningkatkan keadaan fisik dan psikologis sehingga menjadi lebih baik dengan
menggunakan minyak esensial. Selain itu, manfaat Aromaterapi dipercaya dapat
memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang (carminative)
setelah lelah beraktivitas (Dewi dalam penelitian Aromaterapi Lavender sebagai
Media Relaksasi).
Koensoemardiyah (2009) mengatakan, aromaterapi merupakan suatu
metode yang menggunakan minyak atsiri sebagai komponen utama untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan juga mempengaruhi kesehatan emosi seseorang.
Sejalan dengan ini, penelitian Matsumoto yang berjudul “Does lavender
aromatherapy alleviate premenstrual emotional symptoms?” didapat hasil bahwa
ternyata aromaterapi lavender terbukti menunjukkan adanya potensi sebagai terapi
untuk menurunkan symptom emosi.
Penelitian lainnya adalah dari Ferguson, dkk (2012) yang berjudul “effect
of lavender aromatherapy on acute stressed horses”. Hasil dari penelitian ini
adalah bahwa secara signifikan aromaterapi lavender dapat menurunkan HR
(detak jantung) setelah adanya respon stres pada seseorang. Hal ini sesuai dengan
stres dan kelelahan pada seseorang. Agusta (2000) mengatakan bahwa aktivitas
tubuh yang mencapai kapasitas maksimum dapat menimbulkan kelelahan pada
otot maupun mental. Untuk mengembalikan kesegaran tersebut diperlukan minyak
asiri yang dapat melemaskan otot, menyegarkan pikiran, dan meningkatkan energi
dalam tubuh. Chien, dkk (2012) melakukan penelitian yang berjudul “the effect of
lavender aromatherapy on autonomic nervous system in midlife women with
insomnia” dan mendapatkan hasil bahwa aromaterapi lavender dapat
meningkatkan kualitas tidur. Dimana tidur merupakan cara untuk dapat
memulihkan kondisi setelah lelah beraktivitas.
Dalam penggunaannya, aromaterapi dapat diberikan melalui beberapa
cara, antara lain inhalasi, berendam, pijat, dan kompres. Dari keempat cara
tersebut, cara yang tertua, termudah, dan tercepat diaplikasikan adalah
aromaterapi inhalasi (Bharkatiya, 2008). Inhalasi merupakan salah satu cara yang
diperkenalkan dalam penggunaan metode terapi aroma yang paling simpel, cepat,
serta merupakan metode yang paling tua dalam penggunaan aromaterapi (Buckle,
2003). Bau-bauan dari aromaterapi yang dilakukan dengan cara inhalasi akan
masuk ke hidung dan berhubungan dengan silia. Reseptor di silia mengubah bau
tersebut menjadi impuls listrik yang dipancarkan ke otak dan mempengaruhi
bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan
4. HIPOTESA
Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada pengaruh aromaterapi terhadap
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. JENIS PENELITIAN
Metode eksperimental merupakan metode yang akan digunakan dalam
penelitian ini. Hal ini dikarenakan penelitian eksperimen sesuai dengan tujuan
penelitian. Tujuan metode penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki
kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu
atau lebih kelompok eksperimental satu atau lebih perlakuan dan membandingkan
hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi
perlakuan atau mendeteksi sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan
dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien
korelasi (Suryabrata, 2003). Desain ekperimen yang digunakan adalah Quasi
Experiment, yaitu suatu desain eksperimen yang memungkinkan peneliti
mengendalikan variabel sebanyak mungkin dari situasi yang ada (Kasiram, 2008).
One group pre test-post test design ini digunakan dikarenakan pengukuran awal
dan setelah pemberian perlakuan hanya dikenakan pada satu kelompok saja.
Skema : O X O
RANCANGAN EKSPERIMEN
KELOMPOK PRE TEST TREATMENT POST TEST
Keterangan : T1 = pre test (sebelum perlakuan)
X = treatment (perlakuan)
T3 = post test (setelah perlakuan)
2. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang terlibat dalam penelitian ini meliputi :
a. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja.
b. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah aromaterapi.
c. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah intensitas kerja, sarapan pagi,
dan kondisi kesehatan pekerja.
3. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Definisi Operasional Kelelahan Kerja
Kelelahan adalah suatu keadaan yang dirasakan pekerja yang
ditandai dengan gejala-gejala, badan merasa lelah, kaki merasa berat,
menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, merasa ada beban pada mata,
canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, merasa ingin
berbaring, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat
mempunyai perhatian terhadap sesuatu/memusatkan perhatian, cenderung
terhadap sesuatu, sakit kepala, merasa nyeri di punggung, merasa
pernapasan tertekan, spasme dari kelopak mata, dan merasa pening.
Kesemua gejala kelelahan ini dapat diukur dengan skala pengukuran
kelelahan yang terdiri dari 20 daftar pertanyaan. Semakin tinggi skor skala
pengukuran tersebut menandakan semakin lelah kondisi pekerja dan
sebaliknya, semakin rendah skor pengukuran kelelahan menandakan
semakin tidak lelah kondisi pekerja.
b. Definisi Operasional Aromaterapi
Aromaterapi adalah aroma lavender yang dipercaya dapat
berfungsi untuk menurunkan kelelahan pekerja yang dilakukan melalui
cara inhalasi (pernafasan) dengan menggunakan tisu yang telah di teteskan
2 tetes minyak esensial beraroma lavender dan kemudian dihirup sebanyak
3 kali dalam waktu 5 menit oleh pekerja di akhir jam kerja.
c. Definisi Operasional Intensitas Kerja
Intensitas kerja adalah waktu yang digunakan pekerja untuk
melakukan aktivitas (kerja) yaitu selama 8 jam yang dimulai dari pukul 9
pagi hingga pukul 6 sore dengan istirahat selama 1 jam antara pukul 1
d. Definisi Operasional Sarapan Pagi
Sarapan pagi adalah makanan yang diberikan kepada pekerja
sebelum mereka memulai aktivitas bekerja mereka. Sarapan tersebut di
bagikan kepada mereka di Rumah Mode Widuri yang terdiri dari 3 jenis
kue dan segelas teh manis panas.
e. Definisi Operasional Kondisi Kesehatan Pekerja
Kondisi kesehatan pekerja adalah keadaan yang sedang dialami
oleh pekerja saat treatment atau perlakuan akan diberikan. Kondisi yang
dimaksud adalah gangguan penciuman yang akan dapat menghambat
kelancaran dari treatment. Gangguan tersebut seperti flu atau sinusitis. Hal
ini dapat dilakukan dengan bertanya secara personal kepada seluruh
pekerja yang akan dijadikan sampel penelitian.
4. POPULASI
Populasi merupakan keseluruhan individu yang akan diselidiki dan
mempunyai minimal satu sifat atau ciri–ciri yang sama dan untuk siapa kenyataan
yang diperoleh dari subjek penelitian hendak digeneralisasikan (Hadi, 2000).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang ada di
5. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan skala yang berbentuk skala likert dengan beberapa pilihan, yaitu SS
(sangat sering) dengan diberi nilai 4, S (sering) dengan diberi nilai 3, K
(kadang-kadang) yang diberi nilai 2, TP (tidak pernah) yang diberi nilai 1. Tinggi
rendahnya skor menunjukkan tinggi rendahnya kelelahan kerja yang dimiliki
pekerja. Skor diperoleh dengan cara menyebarkan skala kepada pekerja yang
berisi daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa
sehingga subjek penelitian dapat mengisi skala tersebut dengan mudah.
Skala Kelelahan Kerja
Skala ini disusun berdasarkan dimensi dan indikator kelelahan kerja
menurut Suma’mur (1996). yaitu : pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, dan
pelemahan fisik. Skala ini berbentuk skala Likert dengan beberapa pilihan, yaitu
SS (sangat sering) dengan diberi nilai 4, S (sering) dengan diberi nilai 3, K
(kadang-kadang) yang diberi nilai 2, TP (tidak pernah) yang diberi nilai 1. Tinggi
rendahnya skor menunjukkan tinggi rendahnya kelelahan kerja yang dimiliki
karyawan. Dimana semakin tinggi skor nilai menunjukkan tingginya kelelahan
kerja yang dimiliki pekerja, sebaliknya rendahnya skor menunjukkan rendahnya
Tabel 1. Distribusi Aitem‐Aitem Skala Kelelahan Kerja Sebelum Uji Coba
No Aspek Kelelahan Kerja
Indikator Kelelahan
Kerja Aitem Total (%)
1 Pelemahan Kegiatan
• perasaan berat di
kepala
• badan merasa lelah
• kaki merasa berat
• menguap
• kaku dan canggung
• tidak dapat
berkon-• tidak tekun dalam
pekerjaannya
• tidak dapat tekun
dalam bekerja.
3 Pelemahan Fisik
tertekan
• tremor pada anggota
badan
• merasa kurang sehat
• haus
• suara serak
• spasme dari kelopak
mata
• merasa pening.
Total 30 30 30 100
Tabel 2. Distribusi Aitem‐Aitem Skala Kelelahan Kerja Setelah Uji Coba
No. Aspek Indikator Kelelahan Kerja Jumlah
Aitem (%)
Merasa ada beban pada mata
Kaku dan canggung dalam
gerakan
Merasa ingin berbaring
3. Pelemahan fisik
Sakit kepala
5 25
Merasa nyeri dipunggung
Merasa pernapasan tertekan
Spasme dari kelopak mata
Merasa pening
20 20 100
6. UJI INSTRUMEN PENELITIAN
Jenis alat ukur dalam penelitian ini digunakan untuk mengolah data yang
didapat dari lapangan. Penelitian ini menggunakan koefisien korelasi dengan
analisi regresi yang dapat diperoleh melalui analisa data dengan menggunakan
a. Validitas Alat Ukur
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan dan apabila dapat mengungkapkan data
dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2002). Menurut Sugiyono
(2007), penelitian yang valid artinya bila terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan content validity dan face validity. Menurut
Gregory (2000) content validity (validitas isi) menunjukkan sejauhmana
pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili
secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut.
Artinya tes mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau
yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Untuk mengetahui apakah tes itu
valid atau tidak, validitas ini ditegakkan pada langkah telaah dan revisi butir
pernyataan berdasar pendapat para penelaah (professional judgement)
(Suryabrata, 2008), dalam hal ini professional judgement yang digunakan yaitu
dosen pembimbing untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau
mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara
proporsional. Ebel (dalam Nazir, 1988) menyebutkan bahwa face validity
(validitas muka) adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam
mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.
Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka
b. Reliabilitas Alat Ukur
Arikunto (2002) menyebutkan bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu
pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat ukur pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan test-retest reliability yaitu menguji reabilitas tes akhir. Pendekatan
ulang, test retest ini dilakukan dengan cara memberikan tes yang dicari
reliabilitasnya kepada sekelompok subjek, kemudian selang beberapa waktu tes
itu akan diberikan kembali kepada subjek yang sama. Untuk mengetahui
reliabilitas tes, peneliti menggunakan rumus Spearman Brown dan diolah dengan
komputer program SPSS versi 17.0 for Windows. Batasan penerimaan reliabilitas
dianggap memuaskan apabila koefisiennya mencapai minimal 0,5 (Azwar, 2003).
7. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap, yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan dan tahap akhir (pengolahan data).
Tabel 3. Rancangan Prosedur Pelaksanaan Penelitian
No. Tahapan Kegiatan
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah
menentukan materi-materi yang akan dikaji,
validasi instrumen pada ahli terutama dosen,
melakukan uji coba alat ukur, menganalisa alat
ukur, merevisi alat ukur, mengunjungi beberapa
tempat usaha jahit guna melihat karakteristik yang
sesuai untuk dijadikan tempat penelitian.
menentukan tempat yang paling sesuai dengan
tujuan penelitian, membicarakan perihal izin
penelitian kepada pemilik usaha sekaligus
meminta informasi yang berguna untuk
mendukung penelitian kepada pemilik usaha,
mengurus surat izin untuk melakukan penelitian di
tempat usaha jahit kepada Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara, memberikan surat
izin kepada usaha jahit “RUMAH MODE
WIDURI” dan membicarakan maksud serta tujuan
penelitian ini kepada pemilik usaha, menetapkan
subjek untuk dijadikan sampel penelitian, dan
mengontrol hal-hal yang dapat mempengaruhi
hasil ataupun jalannya penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
penelitian kepada para sampel penelitian perihal
berapa lama waktu yang diperlukan dalam
melakukan penelitian ini, bagaimana proses yang