PERILAKU REMAJA PUTRI DALAM PERAWATAN
KEBERSIHAN ALAT KELAMIN PADA SAAT
MENSTRUASI DI SMP NEGERI 3
PULAU RAKYAT KABUPATEN
ASAHAN TAHUN 2010
SKRIPSI
OlehMaya Ardani 091121004
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT atas
berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “ Perilaku Remaja Dalam Perawatan Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat
Menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2010” yang
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan, Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku
Pembantu dekan I.
2. Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns selaku Dosen pembimbing I, Ibu Jenny Purba
S.Kp, MNS selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu
dan memberikan masukan serta bimbingan dengan penuh kesabaran demi
kesempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Siti Saidah Nst, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku penguji yang telah
memberikan arahan dan masukan kepada penulis.
4. Orang tua Ayahanda Sugimin dan Ibunda Nurbaiti. Terima kasih atas
segala pengorbanan dan perjuangan kalian, setiap tetesan keringat telah
menjadikan motivasi dan dorongan kuat dalam menggapai kesuksesan
5. Terima kasih juga kepada abang saya Deddy Wahyudi S.Kom dan adik
saya Donny Noveri atas dukungan, semangat yang selalu kalian berikan.
Buat yang ku sayang Deddy Syahputra, ST.
6. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaikku
serta teman-teman Fakultas Keperawatan 09 Jalur B semoga persahabatan
ini selalu terjalin selamanya.
Semoga ALLAH SWT selalu mencurahkan berkah dan anugerah kepada
semua pihak yang telah membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan pengetahuan keperawatan.
Medan, Januari 2011
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1
2. Pertanyaan Penelitian ... 4
3. Tujuan Penelitian ... 5
4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJUAAN PUSTAKA 1. Perilaku ... 7
1.1Pengertian Perilaku... 7
1.2Domain Perilaku ... 9
3.2 Tahap-Tahap Perkembangan Remaja ... 21
3.3 Remaja dan Ciri Khasnya ... 22
3. Menstruasi ... 23
3.1 Pengertian Menstruasi ... 23
3.2 Proses Terjadi Menstruasi ... 23
3.3 Siklus Menstruasi ... 24
3.4 Durasi Perdarahan Menstruasi ... 26
3.5 Perawatan Pada Saat Menstruasi ... 26
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 30
2. Definisi Operasional ... 31
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 34
2. Populasi dan Sampel ... 34
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
5. Instrumen Penelitian ... 36
6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38
7. Pengumpulan Data... 39
8. Analisa Data ... 39
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 41
2. Pembahasan ... 44
2.1. Perilaku Remaja ... 44
2.1.1. Pengetahuan ... 44
2.1.2. Sikap ... 46
2.1.3. Tindakan ... 48
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 51
2. Saran ... 51
2.1Bagi Praktek Keperawatan ... 51
2.2 Pendidikan Keperawatan ... 51
2.3 Tempat Penelitian ... 52
2.4 Bagi Penelitian Selanjutnya ... 52 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Surat Penelitian
2. Lembar Persetujuan Responden 3. Instrumen Penelitian
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Distribusi frekuensi dan persentasi total berdasarkan pengetahuan remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2010 ... 41
Tabel 1.2 Distribusi frekuensi dan persentasi total berdasarkan sikap remaja putri dalam perawatan kebersihan alat
kelamin pada saat menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2010 ... 42
Tabel 1.3 Distribusi frekuensi dan persentasi total berdasarkan pengetahuan remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2010 ... 43
DAFTAR SKEMA
Halaman
Kerangka konsep penelitian remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat
Judul : Perilaku Remaja Putri Dalam Perawatan Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi Di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Asahan Tahun 2010
Nama : Maya Ardani Nim : 091121004
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011
Abstrak
Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan tubuh secara umum. Perawatan selama menstruasi adalah pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan selama menstruasi sehingga mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis serta dapat meningkatkan derajat kesehatan seseorang. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2010. Populasi pada penelitian ini yaitu sebanyak 263 remaja putri. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan sampel 133 remaja putri yang sudah menstruasi. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli sampai Oktober 2010. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner pengetahuan, sikap dan tindakan remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 94 responden (70,7%) memiliki perilaku baik secara keseluruhan. Berdasarkan pengetahuan remaja putri 93 orang (69,9%) memiliki pengetahuan baik, 39 orang (29,3%) memiliki pengetahuan cukup (75,2%) dan 1 orang (0,8%) memiliki pengetahuan kurang. Berdasarkan sikap remaja putri 100 orang (75,2%) memiliki sikap baik, 31 orang (23,3%) memiliki sikap cukup dan 2 orang (1,5%) memiliki sikap kurang. Sedangkan berdasarkan tindakan remaja 57 orang (42,9%) memiliki tindakan baik dan 76 orang (57,1%) memiliki tindakan cukup. Disarankan agar perawat tetap memberikan pendidikan kesehatan kepada remaja dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi sehingga mereka mendapat informasi yang benar khususnya tindakan dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi sehingga perilaku remaja semakin baik.
Judul : Perilaku Remaja Putri Dalam Perawatan Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi Di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Asahan Tahun 2010
Nama : Maya Ardani Nim : 091121004
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011
Abstrak
Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan tubuh secara umum. Perawatan selama menstruasi adalah pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan selama menstruasi sehingga mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis serta dapat meningkatkan derajat kesehatan seseorang. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2010. Populasi pada penelitian ini yaitu sebanyak 263 remaja putri. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan sampel 133 remaja putri yang sudah menstruasi. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli sampai Oktober 2010. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner pengetahuan, sikap dan tindakan remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 94 responden (70,7%) memiliki perilaku baik secara keseluruhan. Berdasarkan pengetahuan remaja putri 93 orang (69,9%) memiliki pengetahuan baik, 39 orang (29,3%) memiliki pengetahuan cukup (75,2%) dan 1 orang (0,8%) memiliki pengetahuan kurang. Berdasarkan sikap remaja putri 100 orang (75,2%) memiliki sikap baik, 31 orang (23,3%) memiliki sikap cukup dan 2 orang (1,5%) memiliki sikap kurang. Sedangkan berdasarkan tindakan remaja 57 orang (42,9%) memiliki tindakan baik dan 76 orang (57,1%) memiliki tindakan cukup. Disarankan agar perawat tetap memberikan pendidikan kesehatan kepada remaja dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi sehingga mereka mendapat informasi yang benar khususnya tindakan dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi sehingga perilaku remaja semakin baik.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Masa remaja
adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang
usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan
baik itu pematangan fisik, maupun psikologis (Hurlock 1992 dalam Utama, 2009).
Masa pubertas pada wanita biasanya terjadi antara usia 13 hingga 16
tahun. Masa ini terjadi perubahan pada sistem reproduksi wanita. Organ
reproduksi menunjukkan perubahan yang dramatis pada saat pubertas. Dimulainya
pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormonal estrogen,
yaitu hormon terpenting pada wanita. Pengeluaran hormon ini menumbuhkan
tanda seks sekunder yaitu salah satunya terjadinya pengeluaram darah menstruasi
pertama yang disebut dengan menarche. Menarche, yaitu mulainya menstruasi
biasanya pada kisaran usia rata-rata 9 tahun hingga 17 tahun (Price, 2005).
Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14
hari setelah ovulasi. Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara
kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan di endometrium,
mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka terjadi
menstruasi (Bobak, 2004).
Kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi harus lebih dijaga karena
kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan Infeksi Saluran Reproduksi
(ISR). Kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi adalah cara yang sangat
penting bagi wanita untuk memelihara tingkat higienitas selama periode
menstruasi. Higiene pada saat menstruasi merupakan komponen higiene
perorangan yang memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan
seseorang, termasuk menghindari adanya gangguan pada fungsi alat reproduksi
(Nilna, 2009).
Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual
atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan tubuh secara
umum. Salah satu keluhan yang dirasakan pada saat menstruasi adalah rasa gatal
yang disebabkan oleh jamur kandida yang akan subur tumbuhnya pada saat haid.
Jika hal ini terjadi maka ekosistem di alat kelamin akan terganggu. Untuk itu perlu
menjaga keimbangan ekosistem di alat kelamin, agar merasa lebih bersih dan
segar serta lebih nyaman dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Kissanti, 2009).
Dalam masyarakat kita sering menemukan berbagai pandangan, pendapat,
persepsi, dan kepercayaan tentang suatu hal yang dipercaya oleh masyarakat
karena dianggap benar, padahal belum tentu benar. Pandangan yang sering
muncul dan berkembang dalam masyarakat karena beberapa hal, yaitu
remaja atau masyarakat terhadap berbagai masalah, salah satu diantaranya
mengenai masalah menstruasi. Sangat banyak sekali cerita yang berkembang
dikalangan masyarakat sehubungan dengan menstruasi sedangkan kebenarannya
belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Salah satu mitos yang sering terdengar
diantaranya adalah bahwa remaja yang sedang mens dianggap kotor dan sakit.
Sebenarnya, menstrusi tidak membuat remaja perempuan menjadi kotor dan sakit.
Namun memang benar jika sedang haid remaja putri harus menjaga kebersihan,
seperti mengganti pembalut (Sarwono, 2006).
Menstruasi dipandang dan ditangani secara berbeda dalam budaya yang
berbeda. Beberapa wanita percaya bahwa tidak baik untuk mengganti pembalut
atau tampon terlalu sering. Mereka percaya bahwa dengan membiarkan keluaran
darah untuk menumpuk akan meningkatkan aliran darah. Kepercayaan lain yang
dipengaruhi oleh budaya juga perlu dipertimbangkan. Sebagai contoh, beberapa
wanita percaya bahwa mereka rentan terhadap penyakit selama menstruasi.
Beberapa wanita percaya bahwa selama periode ini berbahaya untuk berenang,
mandi pancuran, menambal gigi atau makan-makanan tertentu (Suddart, 2001).
Tujuan dari perawatan selama menstruasi adalah untuk pemeliharaan
kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan selama masa menstruasi
sehingga mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis serta dapat meningkatkan
derajat kesehatan seseorang. Sangat penting bagi wanita untuk memelihara tingkat
higienitas selama periode menstruasi. Mengganti pembalut yang digunakan, rutin
Cara ini membantu meminimalisir bau tidak sedap dan infeksi akibat tidak
dijaganya kebersihan alat kelamin
Dari survey awal yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat
Kabupaten Asahan Tahun 2010 pada tanggal 22 Maret 2010 terhadap 50 orang
siswa bahwa siswa mengatakan belum mengerti dan tidak mengetahui cara
melakukan kebersihan dan menjaga kebersihan organ seksual atau reproduksi.
Saat menstruasi 30 orang remaja putri hanya mengganti pembalut sebanyak 2 kali
saja dalam sehari, 5 orang remaja putri yang lain menggunakan pembalut lain
(kain) dan menggantinya 2 kali saja dalam sehari. Berdasarkan latar belakang
tersebut dan karena belum dilakukannya penelitian tentang perilaku remaja putri
dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi, maka peneliti
tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi bagaimana perilaku remaja putri dalam
perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau
Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2010.
(Nilna, 2009).
2. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitian adalah:
1. Bagaimana pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada
saat menstruasi?
2. Bagaimana sikap remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat
menstruasi?
3. Bagaimana tindakan remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
Tujuan Umum:
1. Mengidentifikasi perilaku remaja putri dalam perawatan kebersihan alat
kelamin pada saat menstruasi.
Tujuan Khusus:
1. Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri dalam perawatan kebersihan
alat kelamin pada saat menstruasi.
2. Mengidentifikasi sikap remaja putri dalam perawatan kebersihan alat
kelamin pada saat menstruasi.
3. Mengidentifikasi tindakan remaja putri dalam perawatan kebersihan alat
kelamin pada saat menstruasi.
4. Manfaat Penelitian 1. Pendidikan
Untuk meningkatkan pemberian asuhan keperawatan yang lebih
komprehensif pada remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin
pada saat menstruasi.
2. Praktek Keperawatan
Sebagai informasi bagi perawat dalam meningkatkan pemberian
pendidikan kesehatan dalam pelayanan kesehatan pada remaja putri
tentang pentingnya dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat
3. Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan untuk
menambah pengetahuan remaja putri dalam perawatan kebersihan alat
kelamin pada saat menstruasi.
4. Peneliti
Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber penelitian selanjut
khususnya tentang masalah dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Perilaku
1.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari
luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua:
1. Perilaku Tertutup
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan
kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan.
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau
sering disebut perilaku pencairan pengobatan.
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
1.2 Domain Perilaku
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi
perilaku manusia itu didalam 3 domain (ranah/kawasan) yakni: a) kognitif,
b) afektif, c) psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi
untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:
1.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab
pertanyaan, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya
(Notoadmodjo, 2005).
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pangetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoadmodjo, 2003).
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yakni:
1. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dan perubahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi
3. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
5. Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
oleh penilaian terhadap suatu materi objek (Notoadmodjo, 2003).
Menurut Lukman (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yaitu :
1. Umur
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan
tahun.
2. Intelegensi
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan
mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai
lingkungan.
3. Lingkungan
Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana
akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir
seseorang.
4. Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya dengan
orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar
dan memperoleh suatu pengetahuan.
5. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga
sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri.
6. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya televisi,
radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang.
7. Pengalaman
Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan
Ada dua faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu faktor
internal dan faktor eksternal:
1. Faktor internal meliputi :
a. Kesehatan
Sehat berarti keadaan fisik, mental dan sosial seseorang berfungsi
secara optimal dan seimbang.
b. Intelegensi
Orang yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih
berhasil daripada yang mempunyai intelegensi rendah.
c. Perhatian
Jika perhatian seseorang rendah/kurang terhadap suatu materi, maka
pemahaman terhadap materi tersebut akan berkurang/menurun.
d. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang berbagai kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus menerus disertai rasa senang berbeda dengan
perhatian yang sifatnya sementara.
e. Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar, kemampuan itu akan terealisasi
2. Faktor eksternal meliputi :
a. Keluarga
Keluarga sangat menentukan dalam pendidikan, karena keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertama dan utama.
b. Metode pembelajaran
Untuk menghindari pelaksanaan cara belajar yang salah perlu suatu
pembinaan. Dengan metode belajar yang tepat dan efektif, akan efektif
pula hasil belajar seseorang.
c. Masyarakat
Pengaruh ini terjadi karena keberadaannya dalam masyarakat. Adapun
bentuk kegiatan seseorang dalam masyarakat adalah berhubungan
dengan media masa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat
(Adin, 2008).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan.
(Arikunto 1998 dalam Wibowo, 2008) mengemukakan bahwa untuk
mengetahui secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang
dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu :
1. Tingkat pengetahuan baik
2. Tingkat pengetahuan cukup
1.2.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka . Sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.
Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi
memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2003).
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan:
1. Menerima
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
2. Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang
menerima ide tersebut.
3. Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga.
4. Bertanggung Jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap:
1. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Sikap mudah
terbentuk jika melibatkan faktor emosional.
2. Kebudayaan
Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut
dibesarkan.
3. Orang lain yang dianggap penting
Orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah
khusus. Misalnya: orangtua, pacar, suami/isteri, teman dekat, guru,
pemimpin.
4. Media massa
Media massa berupa media cetak dan elektronik (Rahayuningsih, 2008).
Salah satu problem metodologi dasar dalam psikologi sosial adalah
bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap: antara
lain: Skala Thrustone, Likert, Unobstrusive Measures, Analisis Skalogram dan
Skala Kumulatif, dan Multidimensional Scaling.
1. Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan
kontinum dari yang sangat unfavorabel hingga sangat favorabel terhadap suatu
obyek sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah item sikap
yang telah ditentukan derajad favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam
menyusun alat ini seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan penghitungan
ukuran yang mencerminkan derajad favorabilitas dari masing-masing pernyataan.
Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.
Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat
skala perlu membuat sampel pernyataan sikap sekitar lebih 100 buah atau lebih.
Penrnyataan-pernyataan itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai
(judges). Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat favorabilitas
masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu diekspresikan melalui titik skala
2. Skala Likert (Method of Summateds Ratings)
Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih
sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri
dari 11 point disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu yang favorabel dan
yang unfavorabel. Sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi
hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain.
Masing-masing responden diminta melakukan egreement atau disegreemen-nya
untuk masing-masing item dalam skala yang terdiri dari 5 point ( Sangat setuju,
Setuju, Ragu-ragu, Tidak setuju, Sangat Tidak Setuju). Semua item yang
favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju
nilainya 5 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk
item yang unfavorabel nilai skala Sangat Setuju adalah 1 sedangkan untuk yang
sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya skala Thurstone, skala Likert
disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama.
3. Unobstrusive Measures.
Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat
aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam
pertanyaan.
4. Multidimensional Scaling.
Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan
dengan pengukuran sikap yang bersifat unidimensional. Namun demikian,
struktur dimensinal kurang valid terutama apabila diterapkan pada lain orang, lain
isu, dan lain skala item (Suryanto, 2009).
1.2.3 Praktek atau Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain.
Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan :
1. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
3. Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mancapai praktik tingkat tiga.
4. Adopsi
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari
atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi
proses berurutan yakni :
1. Kesadaran
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
2. Tertarik
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3. Evaluasi
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima
Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
2. Remaja
2.1 Pengertian Remaja
Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut
(Zakiah 1990 dalam Utama, 2009) remaja adalah: masa peralihan diantara masa
kanak-kanak dan dewasa. Masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah
anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula
orang dewasa yang telah matang.
Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih
bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut, dikemukakan tiga kriteria, yaitu
biologis, psikologis dan sosial ekonomi maka secara lengkap definisi tersebut
berbunyi:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ini mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial, ekonomi yang penuh kepada
2.2 Tahap-tahap Perkembangan Remaja
Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada tiga proses
perkembangan remaja:
1. Remaja Awal
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan
yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran
baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis.
2. Remaja Madya
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan, ia senang kalau
banyak teman yang menyukainya. Ada kecendrungan ”narcistic” yaitu
mencintai diri sendiri dengan menyukai teman-teman yang mempunyai
sifat yang sama dengan dirinya.
3. Remaja Akhir
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian lima hal di bawah ini:
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi intelek.
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan
dalam pengalaman baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan
e. Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya dan
masyarakat umum (Sarwono, 2006).
2.3 Remaja dan Ciri Khasnya
2.3.1 Ciri yang ada pada remaja jika dihubungkan dengan seks sekunder
adalah:
1. Pada Perempuan
a. Buah dada sudah nampak menonjol
b. Mulai tumbuhnya rambut pada daerah-daerah tertentu
c. Bentuk panggul mulai terjadi
d. Jerawat mulai sering tumbuh, perubahan ini terjadi juga pada kulit
e. Mulai aktifnya kelenjar keringat dan perubahan pada suara.
2. Pada Laki-laki
a. Makin menguatnya otot-otot
b. Mulai tumbuhnya rambut di daerah kelamin, betis dan dada
c. Suara pun mengalami perubahan
d. Keringat makin bertambah banyak.
2.3.2 Untuk seks primer, ciri yang dapat diketahui adalah :
1. Pada perempuan: ditandai dengan keluarnya darah haid
2. Pada laki-laki : mulai bermimpi basah (Ghozally, 2007).
Pertumbuhan fisik pada remaja perempuan:
1. Mulai menstruasi.
4. Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat.
5. Vagina mengeluarkan cairan.
6. Mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina.
7. Tubuh bertambah tinggi (Irawan, 2008).
3. Menstruasi
3.1 Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa
uterus secara berkala (Cuningham, 2005).
Menstruasi adalah pengeluaran darah secara periodik, cairan jaringan dan
debris sel-sel endometrium dari uterus dalam jumlah bervariasi (Llewellyn, 2001)
Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar
14 hari setelah ovulasi (Bobak, 2004).
3.2 Proses Terjadi Menstruasi
Pada tiap siklus haid FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan oleh
lobus anterior hipofisis yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat
berkembang dalam ovarium. Umumnya satu folikel, kadang-kadang juga lebih
dari satu, berkembang menjadi folikel de Graaf yang membuat estrogen. Estrogen
ini menekan produksi FSH, sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan
hormone gonadotropin yang kedua, yakni LH (luteinising hormone). Seperti telah
diuraikan, produksi kedua hormon gonadotropin (FSH dan LH) adalah di bawah
pengaruh releasing hormones (RH) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis.
Penyaluram RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
Bila penyaluran releasing hormones normal berjalan baik, maka produksi
gonadotropin-gonadotropin akan baik pula, sehingga folikel de Graaf selanjutnya
makin lama makin menjadi matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang
mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium
menyebabkan endometrium tumbuh atau berproliferasi.
Di bawah pengaruh LH folikel de Graff menjadi lebih matang, mendekati
permukaan ovarium, dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas oleh
ovarium). Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum, yang akan menjadi
korpus luteum di bawah pengaruh hormon-hormon LH dan LTH (luteotropic
hormones), suatu hormon gonadotropin. Korpus luteum menghasilkan hormon
progesteron. Progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang
telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan
bersekresi (masa sekresi).
Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan ini
sssmengakibatkan bahwa kadar estrogen dan progesterone menurun. Menurunnya
kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada arteri yang
berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis dengan hiperemia yang diikuti
oleh spasme dan iskemia. Sesudah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan
pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses ini disebut haid atau mensis
(Wiknjosastro, 2006).
3.3 Siklus Menstruasi
1. Siklus Ovarium
a. Fase Folikular
Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya
endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel
primordial dalam ovarium. Umumnya, hanya satu yang terus
berkembang dan menjadi folikel deGraaf dan yang lainnya
berdegenerasi. Didalam folikel , oosit primer mulai menjalani
proses pematangannya. Pada waktu yang sama, folikel yang sedang
berkembang menyekresi estrogen lebih banyak kedalam system ini.
b. Fase Luteal
LH merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Tepat sebelum
ovulasi, oosit primer selesai menjalani pembelahan meiosis
pertamanya. Kadar estrogen yang tinggi kini menghambat produksi
FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit
terlepas dari folikel deGraaf, lapisan granulosa menjadi banyak
mengandung pembuluh darah dan sangat terluteinisasi, berubah
menjadi korpus luteum terus menyekresi sejumlah kecil estrogen
dan progesteron yang makin lama makin meningkat.
2. Siklus Endometrium
a. Fase Proliferasi
Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan
dalam stadium istirahat. Stadium ini berlangsung kira-kira 5 hari.
merangsang stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan
menebal, kelenjar-kelenjar menjadi hipertropi dan berproliferasi,
dan pembuluh darah menjadi banyak sekali.
b. Fase Menstruasi
Korpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke-23 atau 24 pada
siklus 28 hari, dan kemudian mulai beregresi. Akibatnya terjadi
penurunan progesterone dan estrogen yang tajam sehingga
menghilangkan perangsangan pada endometrium. Perubahan
iskemik terjadi pada arteriola dan diikuti dengan menstruasi (Price,
2005).
3.4 Durasi Perdarahan Menstruasi
Durasi pengeluaran darah juga bervariasi, paling sering adalah 4 sampai 6
hari. Perdarahan 2 sampai dengan 8 hari mungkin normal untuk seorang wanita,
tetapi pada wanita tersebut durasi pengeluaran darah biasanya relatif sama dari
siklus ke siklus. Jumlah darah yang keluar selama periode menstruasi normal
telah dipelajari oleh beberapa kelompok peneliti yang menemukan bahwa
jumlahnya berkisar antara 25ml sampai 60ml (Cuningham, 2005).
3.5 Perawatan Pada Saat Menstruasi
Secara umum, menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal
ini juga berlaku bagi kesehatan organ-organ seksual, termasuk alat kelamin.
Perawatan yang dapat dilakukan pada saat menstruasi adalah:
yang lembut (mild) setiap habis buang air kecil, buang air besar dan
ketika mandi. Seandainya alergi dengan sabun yang lembut sekalipun
bisa membasuhnya dengan air hangat. Yang penting adalah
membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar vulva di
luar alat kelamin.
2. Cara membasuh yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke
belakang (anus), jangan terbalik, karena akan menyebabkan bakteri
yang ada disekitar anus terbawa masuk ke alat kelamin. Gunakan air
bersih, lebih baik lagi air hangat, tapi jangan terlalu panas karena bisa
menyebabkan kulit yang sensitif di daerah alat kelamin melepuh dan
lecet. Setelah itu, sebelum pakai celana lagi, keringkan dulu
menggunakan handuk atau tissue yang tidak berparfum. Penggunaan
deodoran, sabun antiseptik yang keras, atau cairan pewangi (parfum)
untuk menghilangkan bau didaerah alat kelamin bukanlah tindakan
yang bijaksana, bahkan malah bisa berbahaya untuk kesehatan. Karena
dapat merusak keseimbangan yang ada sehingga memungkinkan
terjadinya infeksi.
3. Kebersihan daerah alat kelamin juga bisa dijaga dengan sering
mengganti pakaian dalam, paling tidak sehari dua kali disaat mandi.
Apalagi, kalau termasuk wanita yang aktif dan mudah berkeringat.
4. Pada saat menstruasi, gunakan pembalut berbahan yang lembut,
menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang bisa membuat
dalam. Pembalut ini perlu diganti sekitar 4 sampai 5 kali dalam sehari
atau 4 jam sekali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri
yang berkembang baik pada pembalut tersebut, dan menghindari
masuknya bakteri tersebut ke dalam alat kelamin.
Pilihlah pembalut yang daya serapnya tinggi, sehingga tetap merasa
nyaman selama menggunakannya. Penggantian pembalut yang tepat
adalah apabila di permukaan pembalut telah ada gumpalan darah.
Alasannya ialah karena gumpalan darah yang terdapat di permukaan
pembalut tersebut merupakan tempat yang sangat baik untuk
perkembangan bakteri dan jamur. Jika menggunakan pembalut sekali
pakai sebaiknya dibersihkan dulu sebelum dibungkus lalu dibuang ke
tempat sampah. Untuk pembalut lainnya (pembalut kain) sebaiknya
direndam memakai sabun di tempat tertutup terlebih dahulu sebelum
dicuci. Adapun kesalahan yang sering dilakukan saat pemakaian
pembalut:
a. Membuka dan memasang pembalut tanpa mencuci tangan terlebih
dahulu.
b. Menyimpan pembalut di tempat lembab seperti kamar mandi.
c. Menggunakan pembalut yang telah kadaluarsa.
d. Pemilihan pembalut tanpa mempertimbangkan kualitas pembalut
(tidak memiliki daya serap yang tinggi).
5. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh alat kelamin.
6. Selalu gunakan celana dalam yang bersih dan terbuat dari bahan katun
(100%). Bahan lain misalnya nylon dan polyester akan membuat gerah
dan panas sehingga alat kelamin menjadi lembab. Kondisi ini sangat
disukai bakteri dan jamur untuk berkembang biak.
7. Hindari juga menggunakan handuk atau washlap milik orang lain
untuk mengeringkan alat kelamin kita.
8. Mencukur sebagian dari rambut kemaluan untuk menghindari
kelembaban yang berlebihan didaerah alat kelamin.
9. Penggunaan produk pembersih daerah intim wanita. Untuk menjaga
kebersihan pada saat menstruasi dan mematikan bakteri jahat yang ada
didalam alat kelamin memang tersedia produk pembersih daerah intim
wanita. Ada beberapa hal yang perlu perhatikan antara lain apa saja
keluhan yang dirasakan saat ini dan sebisa mungkin memilih produk
yang isinya mengandung zat-zat yang baik, untuk pemakaian jangka
panjang sebaiknya memilih produk yang bisa memelihara ekosistem
alami alat kelamin. Produk yang mengandung pembunuh bakteri
sebaiknya hanya digunakan untuk jangka pendek atau ketika ada
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini mengambarkan
perilaku remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi.
Perilaku menjadi variabel bebas (independen). Sedangkan kebersihan alat kelamin
pada saat menstruasi menjadi variabel terikat (dependen). Dengan ketegori baik,
cukup, dan kurang. Perilaku Remaja
Putri:
- Pengetahuan
- Sikap
- Tindakan
Perawatan kebersihan alat
kelamin pada saat menstruasi
yang meliputi pengertian
menstruasi, siklus menstruasi,
cara membersihkan alat
kelamin, cara membasuh alat
kelamin, penggunaan sabun
antiseptik, penggunaan
pembalut, penggantian
pembalut dan pakaian dalam,
penggunaan handuk/waslap.
- Baik
- Cukup
2. Defenisi Operasional
N
O
Variabel Defenisi
Operasional
Tahun 2010 dalam
perawatan
kebersihan pada
saat menstruasi.
Mengisi
Kuesioner
Kuesioner untuk perilaku
sebanyak 39 pertanyaan
yang terdiri dari:
1. Pengetahuan
soal nomor 1-15 dengan
penilaian jawaban: ya 1,
tidak 0.
2. Sikap
soal nomor 16-27
dengan penilaian
jawaban: sangat setuju,
setuju 1, tidak setuju,
sangat tidak setuju, tidak
tahu 0.
Negeri 3 Pulau
Rakyat Kabupaten
Asahan Tahun 2010
menstruasi. kelamin pada saat
Negeri 3 Pulau
Rakyat Kabupaten
Asahan Tahun 2010
dalam perawatan
kebersihan alat
kelamin pada saat
membersihkan alat
Negeri 3 Pulau
Rakyat Kabupaten
Asahan Tahun 2010
dalam perawatan
kebersihan alat
kelamin pada saat
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk
mengidentifikasi perilaku remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin
pada saat menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun
2010.
2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri di SMP Negeri 3 Pulau
Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2010. Dengan jumlah keseluruhan populasi
sebanyak 263 orang.
2.2 Sampel
Untuk menentukan besar sampel untuk populasi lebih kecil dari 10.000
dapat menggunakan rumus:
n =
) ( 1 N d2
N +
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
Maka untuk menentukan jumlah sampel yang akan diteliti adalah:
n = 133 (Notoadmodjo, 2005).
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 133 orang,
dengan kriteria responden sebagai subjek penelitian antara lain:
a. Remaja putri yang sudah menstruasi.
b. Bersedia menjadi responden penelitian.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara simple random
sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam anggota populasi. Cara ini dilakukan apabila anggota populasi
dianggap homogen (Hidayat, 2007).
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan
Tahun 2010. Dengan pertimbangan masih belum pernah dilakukan penelitian
tentang kesehatan dan populasi mencukupi. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Juni- Desember 2010.
4. Pertimbangan Etik
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat surat pengantar dari
Fakultas Keperawatan USU, kemudian mengajukan surat permohonan kepada
untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapat persetujuan, peneliti
memulai penelitian dengan menekankan masalah etik. Peneliti menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia berpartisipasi dalam
penelitian maka responden dapat menandatangani lembar persetujuan menjadi
responden. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan
memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. Untuk menjaga kerahasiaan
identitas responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner), hanya nomor
kode yang digunakan sehingga kerahasiaan identitas semua informasi yang
diberikan tetap terjaga.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang
dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner perilaku
berisikan pertanyaan yang terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu kuesioner pengetahuan,
kuesioner sikap, dan kuesioner tindakan remaja putri dalam perawatan kebersihan
alat kelamin pada saat menstruasi.
5.1 Kuesioner Pengetahuan
Kuesioner pengetahuan remaja putri dalam perawatan kebersihan alat
kelamin pada saat menstruasi terdiri dari 15 pertanyaan yang menggunakan
jawaban multiple choice . Jawaban benar (skor 1) dan salah (skor 0). Total skor
terendah 0 dan tertinggi 15.
Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2002), adalah:
Maka kategori pengetahuannya yaitu:
1. Pengetahuan baik : 11-15
2. Pengetahuan cukup : 6-10
3. Pengetahuan kurang : 0-5
5.2 Kuesioner Sikap
Kuesioner sikap remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin
pada saat menstruasi terdiri dari dari 12 pertanyaan. Penilaian menggunakan Skala
Likert dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item yaitu skor
pernyataan positif yaitu sangat setuju (skor 4), setuju (skor 3), tidak setuju (skor
2), sangat tidak setuju (skor 1), tidak tahu (skor 0). Total skor diperoleh terendah 0
dan tetinggi 48.
Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2002), adalah:
Rentang P =
Banyak Kelas
Maka kategori sikapnya yaitu:
1. Sikap baik : 33-48
2. Sikap cukup : 17-32
3. Sikap kurang : 0-16
5.3 Kuesioner Tindakan
Kuesioner tindakan remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin
pada saat menstruasi terdiri dari dari 12 pertanyaan menggunakan skala Guttman
dengan cara menetapkan skor jawaban terhadap tiap-tiap item dengan skor
Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2002), adalah:
Rentang P =
Banyak Kelas
Maka kategori tindakannya yaitu:
1. Tindakan baik :9-12
2. Tindakan cukup : 5-8
3. Tindakan kurang : 0-4
6. Uji Validitas dan Reliabilitas 6.1 Validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Dengan kata
lain, secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah instrumen dianggap valid
jika instrumen itu benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur apa yang
diukur. Untuk menguji validitas isi yaitu validitas berdasarkan tinjauan pustaka.
Selanjutnya dikonsultasikan kepada yang berkompeten dibidang tersebut.
6.2 Reliabilitas
Reliabilitas instrumen adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh
sebuah alat ukur, meskipun digunakan secara berulang-ulang pada subjek yang
sama atau berbeda (Danim, 2003).
Uji reliabilitas dilakukan kepada 30 orang subjek yang sesuai dengan
kriteria dan diluar sampel yang ditentukan sebagai subjek studi. Instrumen untuk
Sedangkan untuk sikap uji reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha
dengan hasil 0,72. Metode ini mencari reabilitas internal yaitu dengan
menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran (Riduwan, 2009).
7. Pengumpulan Data
Peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan
penelitian kepada instansi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara. Setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera,
kemudian mengajukan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Sekolah SMP
Negeri 3 Pulau Rakyat-Asahan. Menjelaskan tujuan penelitian kepada calon
responden dan jika calon responden setuju menjadi sampel penelitian, peneliti
mengajukan informed consent untuk ditandatangani. Selanjutnya menjelaskan
cara pengisian kuesioner kepada responden. Mengingatkan responden untuk
mengisi kuesioner sesuai dengan apa yang dirasakan/dialami/dilakukan oleh
responden dan harus diisi sendiri, dalam pengisian kuesioner waktu yang
diberikan selama 10-15 menit. Pada saat pengisian kuesioner peneliti
mendampingi responden. Setelah pengisian kuesioner selasai lalu dikumpulkan
kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya. Apabila ada yang tidak
lengkap, diselesaikan saat itu juga.
8. Analisa Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan
mengubah data menjadi informasi. Dalam proses pengolahan data terdapat
langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya: Memeriksa kembali semua
setiap kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk (editing). Memberian kode
tertentu pada kuesioner yang telah dikumpulkan untuk memepermudah sewaktu
mengadakan tabulasi dan analisa data (coding). Dan mempermudah analisa data,
pengolahan dan pengambilan kesimpulan melakukan tabulasi (tabulating). Setelah
data terkumpul, maka analisa data dilakukan melalui pengolahan dan secara
komputerisasi.
Dari pengolahan data statistik deskriptif, hasil analisa data akan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat gambaran pengetahuan,
sikap, dan tindakan remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan
setelah dilakukan pengumpulan data mulai bulan Juli sampai Oktober 2010 di
SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2010.
1. Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 26 Juli s/d 31 Juli 2010 di
SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2010 dengan jumlah
responden 133 orang remaja putri. Hasi penelitian ini akan dijabarkan mulai dari
gambaran dan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja putri dalam
perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau
Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2010.
1.1 Pengetahuan Remaja Putri Dalam Perawatan Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi
Tabel 1.1 Distribusi frekuensi dan persentasi total berdasarkan pengetahuan
remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat
menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan
Tahun 2010.
Pengetahuan Frekuensi Persentase
Pengetahuan baik (11-15) 93 69,9
Pengetahuan cukup (6-10) 39 29,3
Pengetahuan kurang (0-5) 1 0,8
Pengetahuan responden mengenai perawatan kebersihan alat kelamin pada
saat menstruasi dinilai berdasarkan kemamapuan responden menjawab benar
kuesioner yang meliputi 15 bagian pertanyaan, pengetahuan responden mengenai
perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi dikatagorikan menjadi 3
katagori yaitu: baik, cukup, kurang. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian besar remaja putri di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan
Tahun 2010 memiliki pengetahuan baik yaitu 93 responden (69,9%).
1.2 Sikap Remaja Putri Dalam Perawatan Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi
Tabel 1.2 Distribuisi frekuensi dan persentasi total berdasarkan sikap remaja
putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat
menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan
Tahun 2010.
Sikap Frekuensi Persentase
Sikap baik (33-48) 100 75,2
Sikap cukup (17-32) 31 23,3
Sikap kurang (0-16) 2 1,5
Sikap responden mengenai perawatan kebersihan alat kelamin pada saat
menstruasi dinilai berdasarkan kemamapuan responden menjawab benar
kuesioner yang meliputi 12 bagian pertanyaan, sikap responden mengenai
perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi dikatagorikan menjadi 3
katagori yaitu: baik, cukup, kurang. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
1.3 Tindakan Remaja Putri Dalam Perawatan Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi
Tabel 1.3 Distribusi frekuensi dan persentasi total berdasarkan tindakan
remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat
menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan
Tahun 2010.
Tindakan Frekuensi Persentase
Tindakan baik (9-12) 57 42,9
Tindakan cukup (5-8) 76 57,1
Tindakan kurang (0-4) 0 0,0
Tindakan responden mengenai perawatan kebersihan alat kelamin pada
saat menstruasi dinilai berdasarkan kemamapuan responden menjawab benar
kuesioner yang meliputi 12 bagian pertanyaan, tindakan responden mengenai
perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi dikatagorikan menjadi 3
katagori yaitu: baik, cukup, kurang. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian besar remaja putri di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan
Tahun 2010 memiliki tindakan cukup yaitu 76 responden (57,1%).
1.4 Perilaku Remaja Putri Dalam Perawatan Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi
Tabel 1.4 Distribusi frekuensi dan persentasi total berdasarkan perilaku
remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat
menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan
Perilaku Frekuensi Persentase
Perilaku baik (9-12) 94 70,7
Perilaku cukup (5-8) 39 29,3
Perilaku kurang (0-4) 0 0,0
Perilaku remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat
menstruasi dinilai berdasarkan kemamapuan responden menjawab benar
kuesioner yang meliputi 39 bagian pertanyaan, perilaku responden dikatagorikan
menjadi 3 katagori yaitu: baik, cukup, kurang. Dari hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat
Kabupaten Asahan Tahun 2010 memiliki perialaku baik yaitu 94 responden
(70,7%).
2. Pembahasan
Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat
pengetahuan, mendapatkan gambaran sikap remaja dan mengetahui tindakan
remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di
SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2010.
2.1 Perilaku remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi
2.1.1 Pengetahuan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pengetahuan remaja putri
dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi yaitu sebanyak 93
Tingkat pengetahuan remaja putri yang bervariasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2005) bahwa
pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara
lain meliputi kesehatan, intelegensi, perhatian, minat, bakat. Sedangkan faktor
eksternal yaitu keluarga, metode pembelajaran, masyrakat. Dari hasil penelitian
diatas salah satu yang mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja putri yaitu
pendidikan, dinama remaja putri mendapatkan pelajaran biologi disekolahnya.
Pengetahuan dapat diperoleh dari informasi, hal ini sesuai dengan
pendapat Lukman (2007) bahwa informasi akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang, meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah
tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya
televisi, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang. Dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa sebagian besar remaja putri
121 responden ( 91,0%) menjawab benar tentang penggunaan sabun antiseptik
yang keras, atau cairan pewangi (parfum) untuk menghilangkan bau didaerah alat
kelamin, ini dapat diasumsikan bahwa sebagian besar dari remaja berpengetahuan
baik, karena responden mengetahui tentang penggunaan sabun antiseptik yang
keras, atau cairan pewangi (parfum) untuk menghilangkan bau didaerah alat
kelamin.
Menurut Lukman (2007), pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses
pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu
sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri, dimana dari hasil penelitian
responden berpengetahuan baik dan memahami bahwa membersihkan alat
kelamin pada saat menstruasi sebaiknya dapat dilakukan setiap sehabis buang air
kecil, buang air besar maupun ketika mandi (Kissanti, 2009).
Dari hasil penelitian pada pernyataan penggantian pembalut pada saat
menstruasi, 71 responden (53,4%) menjawab salah ini diasumsikan bahwa
sebagian besar remaja memiliki pengetahuan kurang baik dan belum memahami
serta kurangnya informasi remaja putri bahwa penggunaan pembalut pada saat
menstruasi diganti sekitar 4 sampai 5 kali dalam sehari atau 4 jam sekali dalam
sehari (Kissanti, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian 84 responden (63,2%) menjawab benar pada
pernyataan pemakian pembalut yang terlalu lama pada saat menstruasi. 116
responden (87,2%) menjawab benar pada pernyataan tujuan mencuci tangan
sebelum menyentuh alat kelamin pada saat menstruasi. Dari hasil ini terlihat
bahwa lebih dari 50% remaja putri menjawab benar dan memiliki pengatahuan
yang baik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sari (2010), tentang
Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat
Menstruasi di SMA Al-Washliyah 3 Medan Tahun 2010. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa 93 orang (91,2 %) mempunyai pengetahuan dalam kategori
baik dan 9 orang (8,8 %) mempunyai pengetahuan dalam kategori cukup.
2.1.2 Sikap
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka . sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).
Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain, pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, dan media massa. Dari
hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar remaja putri 100 responden
(75,2%) memiliki sikap baik, 31 responden (23,3%) memiliki sikap cukup, 2
responden (0,8%) memiliki sikap kurang.
Menurut Rahayuningsih (2008), pengalaman pribadi harus meninggalkan
kesan yang kuat. Sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional. Dari
hasil penelitian dapat terlihat 81 responden (60,9%) menjawab sangat setuju,
tingginya persentase ini dapat diasumsikan bahwa sikap responden baik
memahami bahwa membersihkan alat kelamin dengan cara membasuh bagian
diantara vulva (bibir vagina) secara hati-hati menggunakan air bersih dan sabun
(Kissanti, 2009).
Faktor yang mempengaruhi sikap antara lain media massa yaitu berupa
media cetak dan elektronik, dari hasil penelitian dari 55 responden (41,4%)
menjawab setuju tentang cara membasuh alat kelamin yang benar, ini dapat
dikategorikan baik karena lebih dari 50% responden telah memahami bahwa cara
membasuh alat kelamin yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke belakang
Dari hasil penelitian untuk sikap 76 responden (57,1%) menjawab sangat
setuju tentang mencuci tangan saat menyentuh atau membersihkan alat kelamin
pada saat menstruasi. 74 responden (55,6%) menjawab sangat setuju tentang
menggunakan handuk atau washlap milik orang lain untuk mengeringkan alat
kelamin pada saat menstruasi. Dari hasil diatas bahwa remaja putri telah
memahami dan memiliki sikap yang baik.
Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam
tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain yaitu sikap
akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. Selain itu
sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan mengacu pada pengalaman
orang lain. Hal ini dapat terlihat yang memiliki sikap positif dalam perawatan
kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi. Kemudian sikap juga dipengaruhi
oleh nilai dalam suatu masyarakat, misalnya : seorang remaja putri yang tinggal di
masyarakat yang telah mengikuti norma-norma hidup sehat, akan mengikuti
kebiasaan masyarakat disekitarnya (Notoatmodjo, 2005).
2.1.3 Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain
(Notoatmodjo, 2003).
0 responden (0,0%) memiliki tindakan kurang. Hal ini tidak sesuai dengan
pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan yang baik akan menghasilkan
suatu tindakan yang baik pula. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena kurang
optimalnya remaja putri dalam mengaplikasikan pengetahuan dan sikap yang
dimilikinya dalam bentuk tindakan.
Dari hasil penelitian untuk tindakan diperoleh bahwa 19 responden
(14,3%) menjawab tidak membasuh vagina dengan cara dari arah depan (vagina)
ke belakang (anus), ini artinya 19 responden ini membasuh vagina dengan cara
dari arah belakang (anus) ke depan (vagina).
Kemudian dari hasil penelitian diperoleh bahwa 106 responden (79,7%)
menjawab tidak pada pernyataan apakah anda mencukur sebagian rambut alat
kelamin pada saat menstruasi, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa lebih dari
50% responden belum mengetahui bahwa mencukur sebagian dari rambut alat
kelamin pada saat menstruasi dapat menghindari kelembaban yang berlebihan
didaerah alat kelamin.
Penggunaan handuk atau washlap milik orang lain untuk mengeringkan
alat kelamin harus dihindari kerena dapat menyebabkan pindahnya penyakit
kelamin tertentu yang diderita oleh seseorang (Nilna, 2008). Sebanyak 126
responden (94,7%) menjawab tidak. Dapat disimpulkan bahwa dari 126 responden
7 responden belum memahami tindakan menggunakan handuk atau washlap milik
orang lain untuk mengeringkan alat kelamin.
Kalau dilihat secara menyeluruh perilaku responden 70% baik yaitu
tindakan responden cukup. Banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan,
sikap, dan tindakan diantaranya tingkat pendidikan, sumber informasi dan
pengalaman. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor terjadinya
pengetahuan beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa pada umumnya
pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu dan sebagian besar
pengetahuan, sikap dan tindakan diperoleh melalui pendidikan formal maupun
non formal dan semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin luas