• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Remaja Putri Terhadap Kebersihan Genitalia Pada Saat Menstruasi Di SMP PALAPA Binjai Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Perilaku Remaja Putri Terhadap Kebersihan Genitalia Pada Saat Menstruasi Di SMP PALAPA Binjai Tahun 2015"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain,

perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai

tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh

individu yang bersangkutan. Berikut merupakan definisi perilaku sebagai hasil

dari konstruksi teori-teori dan riset, sebagai berikut:

• Perilaku merupakan sesuatu yang disebabkan karena sesuatu hal

• Perilaku ditunjukan ke arah sasaran tertentu

• Perilaku yang dapat diobservasi dapat diukur

• Perilaku yang tidak langsung dapat di observasi (contoh berpikir, melaksanakan

persepsi) juga penting dalam rangka mencapai tujuan-tujuan

• Perilaku dimotivasi

Skinner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa

perilakumerupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

dari luar),oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

organismedan kemudian organisme tersebut merespons. Respons dapat dibedakan

menjadi dua,yaitu:

(2)

menyebabkan mata tertutup. Respons ini mencakup perilaku emosional,

misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih.

b. Operant respons atau instrumental respons, yaitu respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Misalnya apabila petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik

kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya, maka petugas

kesehatan tersebut akan lebih baik dalam melaksanakan tugasnya. Dilihat

dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu:

• Perilaku tertutup, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, sikap

yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum

diamati secara jelas oleh orang lain.

• Perilaku terbuka, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut

sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat

diamati dan dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2005).

Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari

stimulus. Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon

akan berbeda dari setiap orang. Faktor yang membedakan respon terhadap

stimulus disebut determinan prilaku. Determinan prilaku dapat dibedakan menjadi

(3)

a) Faktor Internal yaitu karakteristik orang bersangkutan yang bersifat given atau

bawaan yaitu: umur respon, kelas

b) Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik dan

sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang

mewarnai prilaku seseorang. yaitu: sumber informasi yang diperoleh respon,

media massa (cetak, elektronik), teman sebaya, guru sekolah, orangtua khusus

ibu dan petugas kesehatan.

Menurut teori Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan dalam

Notoatmodjo (2007). Perilaku dibedakan dalam tiga kawasan (domain) yakni

cognitive Domain, Afektif Domain, Psycomotor Domain. Ketiga domain tersebut

diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practise).

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil „tahu‟, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra

manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba

(Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

(Notoatmodjo, 2007)

a. Tahu (know)

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari

sebelumnya, termasuk didalamnya mengingat kembali terhadap suatu

yang spesifik dari seluruh rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu

(4)

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, dan meramalkan

sebagai objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam situasi yang

lain.

d. Analisa (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

(5)

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

Pengetahuan pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2. Sikap (Affective)

Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Atau dengan kata lain sikap itu merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu

(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (Responsibe)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

(6)

2.1.3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan ( overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata dilakukan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi menjadi perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan

( Notoatmodjo, 2007 ).

Tindakan dibedakan atas beberapa tindakan :

1. Persepsi ( perception )

Mengenal dan memilih berbagai tindakan objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama

2. Respon terpimpin ( Guided Response )

Dapat melakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai contoh

adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.

3. Mekanisme (Mecanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mudah mencapai praktek tingkat ketiga.

4. Adopsi

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

(7)

2.2 Remaja 2.2.1. Pengertian

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin

“adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang

dimaksud adalah bukan hanya kematangan sosial dan psikologis.

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,

emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antar usia 10-19 tahun, adalah suatu periode

masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.

Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa.

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut

Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN

adalah 10-19 tahun.

Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ - organ fisik

(organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan

perubahan kejiwaan (mental emosional).Terjadinya perubahan besar ini umumnya

membingungkan remaja yang mengalaminya. Terjadinya kematangan seksuaal

atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan

suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian

khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan

menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Inilah sebabnya

maka para ahli dalam bidang ini berpendapat bahwa kesetaraan perlakuan

terhadap remaja pria dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan

(8)

2.2.2.Perkembangan Remaja

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu mengenal

perkemmbangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri

perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu:

1. Masa Remaja Awal (10-14 tahun)

a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.

b. Tampak dan merasa ingin bebas.

c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

2. Masa Remaja Tengah (14-17 tahun)

a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.

c. Timbul perasaan cinta yang mendalam.

d. Kemampuan, berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang.

e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

3. Masa Remaja Akhir (17-19 tahun)

a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.

d. Dapat mewujudkan perasaan cinta..

(9)

2.2.3.Tugas Setiap Perkembangan Remaja

Sesuai dengan tumbuh dan berkembangnya suatu individu, dari masa

anak-anak sampai dewasa, individu memiliki tugas masing-masing pada setiap

tahap perkembangannya, yang dimaksud tugas pada setiap tahap

perkembangannya.

Tugas perkembangan remaja menurut Robert Y.Havighurst dalam

bukunya Human Development and Education yang dikutip oleh Marvan, Morales

dan Corles (2006) ada sepuluh yaitu:

1. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya, baik

dengan teman sejenis maupun dengan teman sejenis maupun dengan beda

jenis kelamin.

2. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin

masing-masing.

3. Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya seefektif

mungkin dengan perasaan puas.

4. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya.

Ia tidak kekanak-kanakan lagi, yang selalu terikat pada orang tuanya. Ia

membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orangtua atau orang

lain.

5. Mencapai kebebasan ekonomi.

6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan, artinya

belajar memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan bakat dan

(10)

7. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah

tangga.

8. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang

diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat.

9. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggung

jawabkan.

10.Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam

tindakan-tindakannya dan sebagai pandangan hidup.

Kesimpulan yang dipaparkan oleh Marvan, Morales dan Corles (2006)

bahwa dari sepuluh tugas perkembangan diatas, menunjukkan hubungan yang

sangat erat antara lingkungan kehidupan sosial dan tugas-tugas yang harus

diselesaikan ramaja dalam hidupnya.

Remaja demikian papar Widyastuti (2011) merupakan masa transisi dari

kanak-kanak menuju dewasa, namun tidak semua menyadari bahwa pada masa

remaja terjadi perubahan yang besar. Tugas-tugas yang harus dipenuhi

sehubungan dengan perkembangan seksualitas remaja adalah:

1. Memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis

kelamin yang dapat diterima masyarakat.

2. Mengembangkan sikap yang benar tentang seks.

3. Mengenali pola-pola perilaku hetero seksual yang dapat diterima

masyarakat.

4. Menetapkan nilai-nilai yang harus diperjuangkan dalam memilih pasangan

(11)

5. Mempelajari cara-cara mengekspresikan cinta

2.2.4 Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan secara keseluruhan selalu berkaitan. Bila terjadi gangguan

kesehatan pada remaja secara umum, tentu kesehatan reproduksinya juga

terganggu.

Beberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap Kesehatan Remaja

termasuk Kesehatan Reproduksi Remaja :

1. Mal nutrisi atau gizi kurang

a. Anemia sangat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi terutama pada

wanita. Jika wanita mengalami anemia maka akan menjadi sangat

berbahaya pada waktu dia hamil dan melahirkan. Hal tersebut bisa

menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah (kurang dan 2500

gram). Disamping itu, anemia juga dapat mengakibatkan kematian baik

ibu maupun bayi pada waktu proses persalinan.

b. Kekurangan zat gizi lainnya seperti kekurangan vitamin, mineral, atau

protein, dan sebagainya yang mengakibatkan berbagai jenis penyakit dan

berujung pada gangguan kesehatan reproduksi.

2. Pertumbuhan lambat atau terhambat pada remaja putri, menyebabkan

panggul sempit dan resiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah di

kemudian hari.

3. Penyakit-penyakit lain baik karena infeksi atau yang berkaitan dengan

keturunan, sangat mungkin berpengaruh pada kesehatan remaja yang pada

(12)

4. Stres atau depresi adalah sumber segala penyakit karena stres yang berat dan

berlarut-larut menyebabkan fungsi imunitas dan lainnya terganggu, yang

berakibat menurunnya kesehatan dan mudah terserang penyakit.

2.2.5 Kesehatan Reproduksi Kaitannya dengan Lingkungan

1. Masalah Pendidikan

Buta huruf dan pendidikan rendah. Hal ini menyebabkan remaja tidak

mempunyai pandangan, wawasan, kepandaian, persepsi matang dan

sebagainya mengenai informasi yang dibutuhkan kaitannya dengan

masalah kesehatan reproduksi.Sebagai akibat, banyak terjadi perilaku seks

yang menyimpang pada mereka yang berpendidikan sangat rendah,

apalagi disertai kemiskinan.

2. Masalah lingkungan dan pekerjaan

a. Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan

remaja yang bekerja akan mengganggu kesehatan remaja.

b. Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat bahkan

merusak kesehatan fisik, mental dan emosional remaja.

3. Masalah seks dan seksualitas

a. Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah

seksualitas, misalnya mitos yang tidak benar.

b. Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang

(13)

c. Penyalahgunaan dan ketergantungan napza, yang mengarah kepada

penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik dan melalui hubungan

seks bebas. Masalah ini semakin mengkhawatirkan dewasa ini.

d. Penyalahgunaan seksual.

e. Kehamilan remaja.

f. Kehamilan pranikah/diluar ikatan pernikahan.

2.3 Pembalut

2.3.1. Pengertian pembalut

Pembalut wanita adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh wanita di

saat menstruasi. Ini berfungsi untuk menyerap darah dari vagina supaya tidak

meleleh kemana-mana. Selain saat menstruasi, perangkat ini juga digunakan

setelah pembedahan vagina, setelah melahirkan, sesudah aborsi, maupun situasi

lainnya yang membutuhkan pembalut ini untuk menyerap setiap cairan yang

berupa perdarahan pada vagina (Basmalah, 2010).

Pembalut wanita adalah produk sekali pakai, karena itulah para produsen

mendaur ulang bahan baku kertas dan pulp, menjadikannya bahan dasar untuk

menghemat biaya. Bahan bakunya mulai dari kertas koran, kardus, karton bekas

penuh dengan bakteri dan kuman-kuman, serta bermacam pewarna sintesis, dan

berbau. Dalam proses daur ulang, banyak zat kimia digunakan untuk proses

pemutihan kembali. Zat kimia juga digunakan untuk proses sterilisasi

kuman-kuman pada kertas bekas serta pembuangan bau (Basmalah, 2010)

Produk pembalut yang berkualitas buruk mengandung dioxin yang sering

(14)

seperti keputihan, gatal-gatal, iritasi, serta memicu terjadinya kanker mulut rahim/

serviks. Banyak hal yang dapat menyebabkan wanita terinfeksi bakteri, khususnya

pada daerah genitalia, salah satunya adalah yang diakibatkan pembalut wanita.

Menurut penelitian Anonim, 2010, terdapat sebanyak 107 bakteri permilimeter

persegi ditemukan diatas pembalut wanita biasa. Zat dioxin itu sendiri merupakan

hasil sampingan dari proses bleaching (pemutihan) yang digunakan pada pabrik

kertas, termasuk pabrik pembalut wanita, tissue, sanitary pad dan diaper

(pembalut untuk anak-anak/ pampers) pada saat daur ulang bahan bakunya

(Basmalah, 2010).

2.3.2. Sumber Informasi dalam Pemilihan Pembalut a. Peran Keluarga

Pentingnya peran serta keluarga dalam memberikan informasi seputar

kebersihan genitalia kepada remaja putri dapat di pandang dari berbagai sisi yaitu:

Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan

interpersonal dengan lingkungannya.

Jika keluarga dipandang sebagai satu sistem, maka masalah yang terjadi

pada salah satu anggota dapat mempengaruhi seluruh sistem.

Berbagai pelayanan kesehatan reproduksi bukan tempat yang dikunjungi

hanya pada saat individu merasakan sakit atau memiliki keluhan, tetapi

juga dapat membantu individu dan keluarga memperoleh informasi

seputar kesehatan reproduksi, mengembangkan kemampuan dalam

(15)

Dari berbagai penelitian menunjukan bahwa salah satu faktor penyebab

terjadinya kanker serviks, keputihan, dan gangguan kesehatan organ

reproduksi lainnya adalah keluarga yang tidak pernah memberikan

informasi seputar kesehatan reproduksi dan ikut serta menangani perilaku

pre-menstruasi individu.

Dari keempat pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga

berperan penting dalam memberikan informasi seputar kesehatan reproduksi

pre-menstruasi dan proses penyesuaian perilaku baru individu (Noor,2010)

Perilaku dan sikap anggota keluarga dibentuk oleh hubungannya dengan

anggota keluarga lain. Terdapat dua fungsi dasar keluarga yaitu guna memenuhi

kebutuhan fisik dan kesejahteraan psikososial. Kesejahteraan fisik meliputi

terpenuhinya kebutuhan makanan, pakaian, rasa aman dan kesehatan jasmani,

sedang kesejahteraan psikososial adalah bila keluarga mampu menjadi struktur

atau kerangka dasar pertumbuhan psikososial atau keluarga yang berhasil

menjalani pertumbuhan psikososial dengan baik.

Orang tua mungkin membayangkan tentang bagaimana mengajarkan

anak berjalan, bicara, membaca dan bermain. Tetapi orang tua banyak yang

terkejut menghadapi anak yang melawan, tempertantrum (mengamuk ), berkelahi,

perilaku menyimpang, keras kepala dan tuntutan-tuntutan yang tidak masuk akal.

Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang tidak putus-putus dijalani oleh

orangtua.

Ibu merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya,

(16)

dimiliki setiap perempuan. Anak yang merasa kehilangan perhatian atau merasa

diperlakukan tidak wajar dapat mengalami ketimpangan pribadi. Ibu mengemban

tugas yang yang sangat khusus dan mulia. Secara kodrati hanya perempuan yang

mengalami haid, mengandung dan melahirkan yang sangat mempengaruhi

perubahan hormon dan perasaannya. Ditambah dengan tugasnya merawat bayi

hingga anak tumbuh dewasa, maka perasaan keibuan tumbuh secara alami.

b. Iklan pembalut

Iklan-iklan selalu bersifat mempromosikan produk yang dijualnya. Namun

beberapa iklan sama sekali tidak menunjukan produknya atau model iklan tidak

memakai atau mengkonsumsi produk yang dipakai dalam iklan tersebut.

Beberapa iklan ini adalah iklan yang paling sering tidak menunjukan

produk yang dikonsumsi oleh model iklannya, diantaranya adalah iklan pembalut

wanita. Karena digunakan didaerah pribadi kewanitaan, jadi jangan berharap

model iklan bersedia menggunakannya secara terang-terangan. Sebagai gantinya

iklan tersebut akan mendemokan pembalut tersebut dengan menyiramkan cairan

berwarna biru (umumnya) untuk membuktikan pembalut tersebut anti bocor plus

adegan yang memperlihatkan bokong-bokong model iklannya.( Basmalah, 2010).

2.4 Kebersihan Genitalia Saat Menstruasi 2.4.1 Defenisi

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari

(17)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa bersih berarti bebas dari

kotoran. Sedangkan kata kebersihan yaitu keadaan yang menurut kepercayaan,

keyakinan, akal atau pengetahuan manusia dianggap tidak mengandung noda dan

kotoran. Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan hygiene yang baik,

bebas dari virus, bakteri patogen dan bahan kimia berbahaya (Wiki, 2012).

Kebersihan genitalia atau personal hygiene pada saat menstruasi

merupakan komponen hygiene perorangan yang memang peran penting dalam

status perilaku kesehatan seseorang, termasuk menghindari adanya gangguan pada

fungsi alat reproduksi. Pada saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim sangat

mudah terinfeksi. Oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga

karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan Infeksi Saluran

Reproduksi (Sujawarti, 2009).

Menjaga kesehatan organ reproduksi pada wanita diawali dengan menjaga

kebersihan vagina. Vagina adalah salah satu bagian sensitif tubuh wanita yang

kerap terlupakan dalam perawatan. Hal ini terjadi mungkin karena vagina selalu

ditutupin sehingga kita sering lupa untuk memberikan perhatian khusus dan

merawatnya (Anonim, 2010). Adapun menurut Andira (2010), vagina merupakan

bagian dari organ reproduksi yang harus dijaga kesehatannya. Untuk menjaga

kebersihan vagina, yang perlu kita lakukan adalah membasuh secara teratur

bagian vulva ( bibir vagina) secara hati – hati menggunakan air bersih atau

menggunakan sabun. Yang penting adalah membersihkan bekas keringat dan

(18)

pembalut perlu diganti sekitar 4 – 5 kali dalam sehari untuk menghindari

masuknya bakteri kedalam vagina.

2.4.2 Siklus menstruasi

Proses terjadinya haid berlangsung dengan empat tahapan yaitu masa

proliferasi, masa ovulasi, m asa sekresi dan masa haid. Dalam proses ovulasi,

yang memegang peranan penting adalah hubungan hipotalamus, hipofisis, dan

ovarium (Hypothalamic - Pituitary - Ovarium axis). Menurut Teori

Neurohumoral, hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropin oleh

adenohipofisis melalui sekresi neurohormon yang disalurkan ke sel-sel

adenohipofisis lewat sirkulasi portal yang khusus. Hipotalamus menghasilkan

faktor yang telah dapat diisolasi dan disebut Gonadotropin Releasing Hormone

(GnRH) karena dapat merangsang pelepasan Lutenizing Hormone (LH) dan

Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis. Pada hipotalamus terdapat dua

pusat, yaitu pusat tonik dibagian belakang hipotalamus di daerah nukleus

arkuatus, dan pusat siklik di bagian depan hipotalamus di daerah suprakiasmatik.

Pusat siklik mengawasi lonjokan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus haid

yang munyebabkan terjadinya ovulasi.

2.4.3 Fase-fase menstruasi

Menstruasi mempunyai kisaran waktu tiap siklus sekitar 28-35 hari setiap

bulannya. Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase yaitu:

a) Fase menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak

(19)

b) Fase proliferasi/fase folikuler ditandai dengan menurunnya hormon

progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan

FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, serta dapat membuat

hormone estrogen diproduksi kembali.

c) Fase ovulasi/fase luteal ditandai dengan sekresi LH yang memacu

matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah menstruasi 1 sel ovum yang

matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan

berubah menjadi corpus luteum.

d) Fase pasca ovulasi/fase sekresi ditandai dengan corpus luteum yang

mengecil dan menghilang dan berubah menjadi corpus albicans yang

berfungsi untuk menghambat sekresi hormone estrogen dan progesteron.

2.4.4 Tujuan Kebersihan Genitalia Saat Menstruasi

Sekarang ini, menstruasi bukan merupakan barang tabu untuk dibicarakan

sebagaimana pada jaman dulu. Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk

organ-organ seksual atau reproduksi merupakan awal dari usaha menjaga kebersihan.

Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi.

Oleh karena itu kebersihan daerah genetalia harus lebih dijaga karena kuman

mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit, yaitu rasa gatal yang

disebabkan oleh jamur Candida yang akan subur tumbuhnya pada saat haid.

Perawatan kesehatan dan kebersihan adalah hal yang banyak dibicarakan dalam

masyarakat. Biasanya hal ini diajarkan oleh orang tua kita sejak kita masih kecil.

(20)

kesehatan dan kebersihan dan kebersihan yang dibicarakan hanya menyangkut hal

yang umum saja (Sarwono, 2003) .

Adapun tujuan perawatan kebersihan genetalia antara lain (Andira, 2010) :

a. Menjadikan vagina tetap dalam keadaan bersih dan nyaman.

b. Dapat mencegah munculnya keputihan, gatal-gatal dan bau tidak sedap.

c. Dapat mencegah PH vagina dalam kondisi normal (3,5 – 4,5).

2.4.5 Dampak Ketidakbersihan Genitalia Saat menstruasi

Beberapa penyakit yang mudah hinggap pada wanita adalah terjangkitnya

infeksi jamur dan bakteri. Kondisi tersebut biasanya terjadi pada saat wanita

dalam situasi menstruasi. Salah satu penyebabnya, yaitu bakteri yang ada pada

pembalut biasa atau kurang berkualitas. Pembalut tersebut menjadi wadah dan

sarana perkembangbiakan bakteri yang merugikan. Maka dari itu, wanita harus

lebih memperhatikan karena hal-hal yang dianggap mudah jika tidak dilakukan

bisa juga berdampak fatal.

Hal mudah tersebut, misalnya mencuci tangan sebelum membuka dan

memasang pembalut. Selain mudah, tampaknya hal tersebut juga dianggap

gampang. Namun, tidak ada salahnya jika hal itu bisa berdampak baik bagi

kesehatan. Jangan lupa untuk memperhatikan tanggal kadaluwarsa dan jangan

menyimpan pembalut pada tempat yang lembab.

Pemakaian pembalut yang kadaluwarsa dan menyimpan pembalut di

tempat yang lembab akan berakibat timbulnya bakteri sehingga dapat terjangkit

(21)

merugikan tersebut, selain melakukan hal yang telah dijelaskan di atas, hal yang

perlu dilakukan saat sedang haid datang, yaitu jangan malas untuk ganti pembalut.

Pembalut yang dipakai terlalu lama dan didiamkan akan menyebabkan

masuknya kuman ke dalam tubuh melalui vagina, lalu menjalar ke atas, melewati

mulut rahim. Saat kuman tersebut sudah berkembang, dapat menyebabkan

peradangan, perekatan, lalu menyumbat saluran telur sehingga berakibat

kemandulan (Andira, 2010).

2.4.6 Perawatan Kebersihan Genitalia Saat Menstruasi

Untuk menjaga kebersihan genitalia saat menstruasi maka harus rajin

mengganti pembalut saat menstruasi. Pada saat menstruasi, kuman-kuman lebih

mudah masuk kedalam organ reproduksi, pembalut yang mengandung banyak

gumpalan darah merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan dan

perkembangan jamur dan bakteri. Oleh karena itu, sebaiknya pada sat menstruasi

sebaikknya mengganti pembalut 4 jam sekali atau 4-5 kali sehari atau setiap saat

jika sudah merasa tidak nyaman. Sebelum mengganti pembalut, bersihkan vagina

terlebih dahulu dan jika membuang pembalut, sebaiknya sebelum dicuci, rendam

terlebih dahulu memakai sabun pada tempat tertutup (Andira, 2010).

Pada saat haid, remaja putri harus memakai pembalut wanita yang bersih.

Pilih pembalut yang tidak bewarna dan tidak mengandung parfum (pewangi). Hal

ini dilakukan untuk mengurangi paparan zat kimia pada vulva. Setelah buang air

kecil pembalut disesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya pada saat menjelang

haid dan mulai terasa adanya keputihan bersifat fisiologis, bisa menggunakan

(22)

Selain harus sering mengganti pembalut secara teratur, kita juga perlu

menjaga kebersihan pakaian dalam yang baik. Sebaiknya mengganti pakaian

dalam dengan orang lainmeskipun dengan anggota keluarga. Ini disebabkan setiap

orang memiliki kondisi kelamin yang berbeda-beda (Andira, 2010).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjaga kesehatan dan

kebersihan vagina (Dhanardono, 2010) :

a. Selalu menggunakan celana dalam berbahan katun.

Katun merupakan kain terbaik yang sesuai untuk semua jenis kulit. Dengan

menggunakan celana dalam katun, memungkinkan organ genital untuk

menghirup udara segar dan selalu membantunya tetap kering.

b. Menghindari hubungan seksual bagi yang mengalami tanda-tanda infeksi

vagina.

Infeksi vagina biasanya disebabkan oleh ragi (jamur) dan menyebabkan gatal

dan sakit di vagina. Infeksi ini terkadang menimbulkan nyeri atau rasa seperti

terbakar ketika berkemih atau hubungan seksual. Untuk menghindari

penyebaran dan memperparah infeksi, sebaiknya hindari hubungan seksual

selama gejala infeksi masih terasa.

c. Memperbanyak makan sayur dan buah untuk mencegah infeksi vagina.

Selalu menyertakan buah dan sayuran pada menu makanan harian. Sayur dan

buah yang kaya serat serta antioksidan tidak hanya membantu mencegah

infeksi ragi vagina, tetapi juga membantu menjaga kesehatan tubuh secara

keseluruhan.

(23)

Mengusahakan untuk tidak menggunakan produk tertentu seperti sabun

deodoran, lotion atau produk kesehatan feminin lain yang dapat menyebabkan

iritasi pada organ vagina. Terlebih lagi bila memiliki alergi dengan

bahan-bahan kimia.

e. Menghindari menggaruk organ intim.

Jangan pernah menggaruk organ intim bila mengalami gatal atau iritasi pada

organ vagina. Menggunakan kain katun lembut dan air hangat untuk

membuatnya lebih baik. Hal ini dapat menghindari penyebaran infeksi ke

organ lain pada vagina.

f. Menghindari menggunakan jelly atau minyak berparfum utnuk pelumas

vagina.

Jelly petroleum atau minyak berparfum yang digunakan sebagai pelumas

vagina dapat menyebabkan perkembangbiakan bakteri di dalam dan sekitar

vagina.

g. Menjaga kebersihan selama mentruasi.

Kebersihan pada saat siklus menstruasi sangatlah penting untuk menghindari

masalah vagina. Menghindari menggunakan pembalut yang beraroma

(parfum) dan mengandung gel, karena dapat menimbulkan iritasi dan gatal

pada vagina.

Selain itu, selalu menjaga daerah vagina tetap bersih dan kering. Ganti

pembalut jika terdapat gumpalan darah diatas pembalut, yang dapat menjadi

tempat perkembangbiakan bakteri dan jamur.

(24)

Untuk menghindari masuknya bakteri dan jamur, basuhlah organ intim

dengan air bersih dari arah depan ke belakang (vagina ke anus). Selain itu

selalu gunakan air yang mengalir atau yang berasal dari kran berada di toilet

umum.

i. Mengeringkan daerah vagina setelah buang air kecil atau buang air besar.

Setelah selesai buang air kecil atau buang air besar, biasakan selalu

mengeringkan organ intim dengan tisu atau handuk. Hal ini dapat

menghindari perkembangbiakan bakteri di dalam dan di sekitar vagina.

2.5 Teori WHO

Tim kerja dari WHO menganilisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu

berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok.

Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan- kepercayaan, dan penilaian-penilaian

seseorang terhadap objek ( dalam hal ini adalah objek kesehatan).

a. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

b. Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek.

Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu

(25)

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap

sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling

dekat.

d. Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang lebih – lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi

oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting

untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk di contoh

e. Sumber – sumber daya (resources)

Sumber daya disini mencakup fasilitas – fasilitas, uang, waktu tenaga, dan

sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau

kelompok masyarakat.

f. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber

didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life)

yang pada umumnya disebut kebudayaan (Notoatmodjo, 2007)

(26)

Berdasarkan gambar diatas maka kerangka konsep ini Teori WHO mencoba

menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku dan faktor di

luar perilaku. Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan

oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau

masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan

perilaku petugas terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat

terbentuknya perilaku. determinan perilaku yang dibedakan menjadi 2 yaitu:

faktor interinsik (umur, kelas) dan faktor eksterinsik (sumber informasi, media

Referensi

Dokumen terkait

Namun pada aplikasi ini submenu yang paling penting adalah submenu pada menu sewa dan menu bawa, karena pada menu tersebut berkenaan dengan aktivitas pembayaran gaji para supir

[r]

Konsep dasar dari penulisan ini adalah menerangkan bagaimana cara pembuatan sebuah situs sebagai salah satu sarana untuk pengisian Kartu Rencana Studi (KRS), untuk memperoleh

Dari hasil pencarian akar pendekatannya akan diketahui metode mana dari kedua metode di atas yang lebih tepat dengan akurasi mendekati nol dan lebih cepat. Dimana dari kedua

[r]

Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Bagaimana mengatur tata letak buku diperpustakaan STIKOM Dinamika Bangsa Jambi agar mudah dicari oleh mahasiswa

pengukuran dari rangkaian seri tiga modul surya normal Gambar 4.27 Perbandingan hasil simulasi dengan hasil pengukuran untuk rangkaian seri tiga modul surya pada kondisi

Dalam penelitian ini hal yang akan dianalisis adalah mengenai makna horangi, fungsi, dan diksi yang terkandung pada sepuluh peribahasa Korea tersebut.. 1.5