• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Ponsel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Ponsel"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

DWI CITRA HADI 052408009

PROGRAM STUDI D-3 FISIKA INSTRUMENTASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

Judul : PERANCANGAN ALAT KEANANA

KENDARAAN TERKONEKSIMPONSEL

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : DWI CITRA HADI

Nomor Induk Mahasiswa : 052408009

Program Studi : DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, September 2008

Diketahui/Disetujui oleh Dosen Pembimbing

Departemen Fisika FMIPA USU Ketua,

(3)

PERNYATAAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT KEAMANAN KENDARAAN TERKONEKSI HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, September 2008

(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidaya-Nya yang senantiasa melimpahkan karunia-hidaya-Nya dan selalu memberikan kemudaan dan kelancaran sehingga penilis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini sesuai waktu yang ditetapkan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW sang pembawa petunjuk dari kegelapan hingga terang benerang.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih kepada Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU,

1. Bapak DR.Marhaposan Situmorang, ketua departemen Fisika

2. Bapak Drs.Syahrul Humaidi,M.Sc ketua Jurusan DIII Fisika Instrumentasi 3. Ibu Dra.Yustinon,M.Si sekretaris Jurusan Departemen Fisika dan

4. khusus kepada Bapak Ir.Junaidi selaku Dosen Pembimbing.

Penulis dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir ini yang telah banyak membantu dan memberikan kepercayaan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Serta kepada seluruh staf dan Dosen pengajar di Departemen Fisika FMIPA USU yang telah banyak membantu penulis selama menempuh pendidikan di bangku perkuliahan.

Tak lupa penulis berikan penghargaan dan penghormatan kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan dan do’a kepada penulis sehingga penulis termotivasi untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Juga kepada teman-teman, Bang Bryan Habsyah atas segala bantuan dan kerja samanya semoga Allah membalasnya dengan pahala terbaik, Abdi, Putra, Wahyu teman seper juangan dalam pelaksanaan praktek proyek, dan dukungan maupun doa dari teman terbaik Wirda, dan kapada seluruh teman-teman di jurusan Fisika Intrumentasi, kepada teman-teman Ikhwan dan akhwat di UKMI Al-Falak FMIPA USU, kepada abang Ariyo Syahputra serta Istrinya atas bantuannya, dan kepada emas Dika, adek Tria, Yannis, Juwita, adek Wita, adek Pandi atas doanya, serta kepada seluruh teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkan disini. Semoga Allah SWT melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan kepada kalian semua.

(5)

ABSTRAK

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Batasan Masalah 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan 2

1.4 Metode Pengumpulan Data 2

1.5 Sistematika Penulisan 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Mkrokontroler 5

2.1.1 Konstruksi AT89S51 6

2.1.2 Pin-Pin pada Mikrokontroler AT89S51 8

2.2 Relay 10

2.3 Penguat Operasional 12

2.3.1 Karakteristik Ideal Penguat Operasional 12

2.3.2 Penguat non-Inverting 12

2.3.3 Penguat Inverting 12

(7)

2.3.6 Penguat Jumlah (summing amplifier) 14

2.4 Transistor 14

2.5 Regulator Tegangan 17

2.5.1 Regulator Tegangan Positif 17

2.5.2 Regulator Tegangan Negatif 20

2.6 Dual Tone Multiple Frequency (DTMF) 21

2.7 Bahasa Assembly MCS-51 23

2.8 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) 27

2.9 Software Downloader 27

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

3.1 Rangkaian Power Supplay ( PSA ) 29

3.2 Perancangan Rangkaian DTMF Dekoder 30

3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 31

3.4 Rangkaian Relay Lampu 33

3.5 Rangkaian Alarm 34

3.6 Perancangan Rangkaian Sensor Tegangan 35

3.7 Perancangan Software 36

BAB IV ANALISA RANGKAIAN DAN SOFTWARE

4.1 Diagram Blok dan Cara Kerja Rangkaian 38 4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 39

4.3 Pengujian Rangkaian Penguat 40

4.4 Pengujian Rangkaian DTMF Dekoder 41

4.5 Pengujian Rangkaian Relay Lampu 42

4.6 Pengujian Rangkaian Buzzer 43

4.7 Pengujian Rangkaian Sensor Tegangan 44

4.8 Analisa Software 45

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 49

5.2 Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 50

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 2.1 IC Mikrokontroler AT89S51 8

2. Gambar 2.2 Simbol Relay dan Rangkaian Driver 11 3. Gambar 2.3 Rangkaian dasar penguat non-inverting 12 4. Gambar 2.4 Rangkaian dasar penguat inverting 13 5. Gambar 2.5 Rangkaian dasar penguat differensial 14 6. Gambar 2.6 Rangkaian dasar penguat jumlah (summing amplifier) 14

7. Gambar 2.7 Transistor sebagai Saklar ON 15

8. Gambar 2.8 Karakteristik daerah saturasi pada transistor 16 9. Gambar 2.9 Transistor Sebagai Saklar OFF 16 10. Gambar 2.10 Bentuk IC Regulator dan Simbol Rangkaian 17 11. Gambar 2.11 Rangkaian Catu Daya dengan IC Regulator 19

12. Gambar 2.12 Rangkaian Negatif 21

13. Gambar 2.13 Kombinasi nada DTMF 22

14. Gambar 2.14 IC-IC DTMF buatan Mitel 23

15. Gambar 2.15 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) 27

16. Gambar 2.16 ISP-Flash Programmer 3.a 28

17. Gambar 3.1 Rangkaian Power Supplay (PSA) 29

18. Gambar 3.2 Rangkaian DTMF Dekoder 30

19. Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 31

20. Gambar 3.4 Rangkaian Relay 33

21. Gambar 3.5 Rangkaian Alarm 34

22. Gambar 3.6 Rangkaian Sensor Tegangan 35

23. Gambar 4.1 Diagram blok rangkaian 38

(11)

ABSTRAK

(12)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

(13)

1.2 Batasan Masalah

Untuk memberi batasan dalam pembahasan dan penulisan tugas akhir ini, maka tugas akhir ini dibatasi dengan pembahasan dan penulisan tentang perancangan dan pembuatan alat keamanan kendaraan terkoneksi handphone berbasis mikrokontroler AT89S51. Adapun sistem pengendalian alat dirancang otomatis akan berjalan setelah mendapat perintah-perintah dari handphone pemilik, program pada mikrokontroler akan mengeksekusi perintah-perintah tersebut untuk menjalankan sistem.

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Untuk menerapkan ilmu yang dipelajari di bangku perkuliahan secara nyata dan aplikatif.

2. Untuk menjalankan alat dengan menggunakan program yang diisikan pada mikrokontroler.

3. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Program Diploma III di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

1.4 Metode Pengumpulan Data

(14)

1. Studi kepustakaan.

Pada metode ini, penulis mengumpulkan data dan teori yang dibutuhkan dalam penulisan tugas akhir melalui buku-buku dan berbagai referensi lainnya yang berkaitan dengan tugas akhir ini.

2. Lembar data (Datasheet) komponen yang digunakan pada peralatan.

Lembar data (Datasheet) merupakan data-data yang dikeluarkan oleh produsen komponen elektronika mengenai fungsi, karakteristik dan data-data penting lainnya tentang suatu komponen hasil produksi dari produsen komponen elektronika yang bersangkutan

3. Pengujian Alat.

Data yang diperoleh melalui metode ini didapat setelah alat yang dibuat diuji dan diambil kesimpulan setelah dilakukan pengujian tersebut.

4. Berkonsultasi dengan Dosen pembimbing.

Pada metode ini, penulis melakukan konsultasi dengan berdiskusi dan bertanya secara langsung pada Dosen pembimbing penulis mengenai segala permasalahan dalam penulisan tugas akhir ini.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

(15)

BAB II TINJAUAN TEORI

Tinjauan teori, dalam bab ini menjelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembuatan alat, dan karakteristik dari komponen-komponen pendukung, serta cara kerja dari rangkaian alat yang dibuat.

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bab ini dipaparkan mengenai rangkaian-rangkaian yang digunakan, serta program yang digunakan untuk menjalankan alat.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SOFTWARE

Bab ini berisi mengenai software yang digunakan, serta penjelasan mengenai program yang telah diuji untuk menjalankan alat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(16)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51 keluaran Atmel. Jenis mikrokontroler ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk mengolah data per bit ataupun data 8 bit secara bersamaan. Pada prinsipnya program pada mikrokontroler dijalankan bertahap, jadi pada program itu sendiri terdapat beberapa set instruksi dan tiap instruksi itu dijalankan secara bertahap atau berurutan. Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh mikrokontroler AT89S51 adalah sebagai berikut :

a. Sebuah Central Processing Unit 8 bit b. Osilatc : internal dan rangkaian pewaktu c. RAM internal 128 byte

d. Flash memori 4 Kbyte + 2Kbyte EEprom

e. Daya tahan 1000 kali baca/tulis f. Tiga level kunci memori progam

g. Lima buah jalur interupsi (dua buah interupsi eksternal dan tiga buah interupsi internal)

h. Empat buah programable port I/O yang masing-masing terdiri dari delapan buah jalur I/O

i. Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART

j. Kemampuan untuk melaksanakan operasi aritmatika dan operasi logika

(17)

2.1.1 Konstruksi AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 kristal serta catu daya 5 volt. Kapasitor 10 micro-fard dan resistor 10 kilo Ohm dipakai untuk membentuk rangkaian riset. Dengan adanya rangkaian riset ini AT89S51 otomatis diriset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan frekuensi maksimum 24MHz dan kapasitor 30 mikro-farad dipakai untuk melengkapi rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja Mikrokontroler.

Memori merupakan bagian yang sangat penting pada Mikrokontroler. Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda. Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan catu daya. Sesuai dengan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan program ini dinamakan sebagai memori program. Random Access Memory (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat program bekerja. RAM yang dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.

(18)

Jenis memori yang dipakai untuk memori program AT89S51 adalah flash PEROM, program untuk mengendalikan Mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89C4051 flash PEROM Programmer. Memori data yang disediakan dalam chip AT*(S51 sebesar 128 kilo byte) meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup.

AT89S51 dilengkapi UART (Universal Asyncronous Receiver/Transmiter) yang biasa dipakai untuk komunikasi data secara seri. Jalur untuk komunikasi data seri (RXD dan TXD) diletakkan berhimpitan dengan P1.0 dan P1.1. pada kaki nomor 2 dan 3, sehingga kalau sarana input/output bekerja menurut fungsi waktu. Clock penggerak untaian pencacah ini bisa berasal dari oscillator kristal atau clock yang diumpan dari luar lewat T0 dan T1/T0 dan T1 berhimpitan dengan P3.4 dan P3.5, sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai untuk jalur input/output paralel kalau T0 dan T1 dipakai.

AT89S51 mempunyai enam sumber pembangkit interupsi, dua diantaranya adalah sinyal interupsi yang diumpankan ke kaki INT0 dan INT1. Kedua kaki ini berhimpitan dangan P3.2 dan P3.3 sehingga tidak bisa dipakai sebagai jalur input/output paralel kalau INT0 dan INT1 dipakai untuk menerima sinyal interupsi.

(19)

2.1.2 Pin-Pin pada Mikrokontroler AT89S51 Deskripsi pin-pin pada Mikrokontroler AT89S51 :

Gambar 2.1 IC Mikrokontroler AT89S51 VCC (Pin 40)

Suplai tegangan GND (Pin 20) Ground

Port 0 (Pin 39-Pin 32)

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut.

(20)

Port 2 (Pin 21 – pin 28)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengaksememori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.

Port 3 (Pin 10 – pin 17)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :

Nama pin Fungsi P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial) P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial) P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal) P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal) P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0) P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1)

P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori) P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)

RST (pin 9)

(21)

ALE/PROG (pin 30)

Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG) selama memprogam Flash.

PSEN (pin 29)

Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal. EA (pin 31)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt.

XTAL1 (pin 19)

Input untuk clock internal. XTAL2 (pin 18)

Output dari osilator.

2.2 Relay

Untuk memutuskan dan menghubungkan suatu rangkaian primer dengan sekunder, diperlukan sebuah alat yaitu relay. Relay adalah sebuah saklar dengan elektromagnetik yang dapat mengubah kontak-kontak saklar dari normally open (NO) menjadi normally close (NC) dan sebaliknya, sewaktu alat ini menerima arus listrik.

(22)

sedangkan kontak antara B dan C akan menutup. Jenis relay ini dikenal dengan nama relay jenis kontak luar.

Macam-macam relay yang dibedakan berdasarkan cara kerjanya, yaitu: a. Normaly Open (NO), saklar akan terbuka bila dialiri arus

b. Normaly Close (NC), saklar akan tertutup bila dialiri arus

c. Change Over (CO), relay ini mempunyai saklar tunggal yang normalnya tertutup yang lama, bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal A, sebaliknya bula kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal B.

Analogi rangkaian relay yang digunakan pada tugas akhir ini adalah saat basis transistor ini dialiri arus, maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat menghubungkan arus dari kolektor ke emiter yang mengakibatkan relay terhubung. Sedangkan fungsi dioda disini adalah untuk melindungi transistor dari tegangan induksi berlebih, dimana tegangan ini dapat merusak transistor.

Jika transistor pada basis tidak ada arus maju, transistor terbuka sehingga arus tidak mengalir dari kolektor ke emiter, relay tidak bekerja karena tidak ada arus yang mengalir pada gulungan kawat. Bentuk relay yang digunakan dan bentuk relay dengan rangkaian driver dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.2 Simbol Relay dan Rangkaian Driver

Vcc

Tr VB

Dioda

(23)

2.3 Penguat Operasional

2.3.1 Karakteristik Ideal Penguat Operasional

Suatu Op-Amp ideal memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: a. Hambatan masukan Ri = ∞

b. Hambatan keluaran Ro = 0

c. Bati tegangan Av = -∞

d. Lebar pita = ∞

e. Keseimbangan sempurna: Vo = 0 bilamana V1 = V2

f. Karakteristik tidak berubah dengan suhu. 2.3.2 Penguat non-inverting

Prinsip utama rangkaian penguat non-inverting adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.3 berikut ini. Seperti namanya, penguat ini memiliki masukan yang dibuat melalui input non-inverting. Dengan demikian tegangan keluaran rangkaian ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya.

Gambar 2.3 Rangkaian dasar penguat non-inverting

2.3.3 Penguat Inverting

(24)

namanya, bahwa fase keluaran dari penguat inverting ini akan selalu berbalikan dengan inputnya. Pada rangkaian ini, umpan balik negatif di bangun melalui resistor R2.

Gambar 2.4 Rangkaian dasar penguat inverting

Impedansi rangkaian inverting didefenisikan sebagai impedansi input dari sinyal masukan terhadap ground. Karena input inverting (-) pada rangkaian ini diketahui adalah 0 (virtual ground) maka impendasi rangkaian ini tentu saja adalah Zin = R1

Jika E1 dihubung singkat, maka E2 akan terbagi antara R dan mR, sehingga terminal positif dari penguat operasional menerima tegangan sebesar mendapat penguatan pembalik sebesar -mR/R = -m. Karena tegangan keluaran akibat E1 adalah -mE2/(1+m), dengan penguatan sebesar (1+m).

. 2.3.4 Penguat diffrensial

Penguat Differensial bisa mengukur maupun memperkuat sinyal-sinyal kecil yang terbenam dalam sinyal-sinyal yang jauh lebih besar. Empat tahanan presisi (1 %) dan sebuah penguat operasional membentuk sebuah penguat differensial, seperti terlihat pada gambar 2.5 terminal inputnya ada dua, input (-) dan (+), dihubungkan dengan terminal penguat operasional yang terdekat.

(25)

Gambar 2.5 Rangkaian dasar penguat differensial

2.3.5 Penguat jumlah (summing amplifier)

Penguat operasional sering digunakan sebagai penjumlah berbagai input sinyal. Berikut ini adalah gambar dari summing amplifier.

Gambar 2.6 Rangkaian dasar penguat jumlah (summing amplifier)

Rangkaian summing amplifier mempunyai penguatan tegangan sebanyak dua penguatan tegangan.

2.4 Transistor

(26)

Pada rangkaian elektronik, sinyal inputnya adalah 1 atau 0 ini selalu dipakai pada basis transistor, yang mana kolektor dan emiter sebagai penghubung untuk pemutus (short) atau sebagai pembuka rangkaian. Aturan/prosedur transistor sebagai berikut:

a. Pada transistor NPN, memberikan tegangan positif dari basis ke emiter, menyebabkan hubungan kolektor ke emiter terhubung singkat, yang menyebabkan transistor aktif (on). Memberikan tegangan negatif atau 0 V dari basis ke emiter menyebabkan hubungan kolektor dan emiter terbuka, yang disebut transistor mati (off).

b. Pada transistor PNP, memberikan tegangan negatif dari basis ke emiter ini akan menyalakan transistor (on). Dan memberikan tegangan positif atau 0 V dari basis ke emiter ini akan membuat transistor mati (off).

Didalam pemakaiannya transistor dipakai sebagai komponen saklar (switching) dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah penyumbatan (cut off) yang ada pada karakteristik transistor.

Pada daerah penjenuhan nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara ideal sama dengan nol atau kolektor dan emiter terhubung langsung (short). Keadaan ini menyebabkan tegangan kolektor emiter (VCE) = 0 Volt pada keadaan ideal, tetapi

pada kenyataannya VCE

Gambar 2.7 Transistor sebagai Saklar ON

bernilai 0 sampai 0,3 Volt. Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan on seperti pada gambar

(27)

Pada gambar dibawah ini menunjukkan apa yang dimaksud dengan VCE (sat)

adalah harga VCE pada beberapa titik dibawah knee dengan posisi tepatnya ditentukan

pada lembar data. Biasanya VCE

Gambar 2.8 Karakteristik daerah saturasi pada transistor

Pada daerah penyumbatan,nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara ideal sama dengan tak terhitung atau terminal kolektor dan emiter terbuka (open). Keadaan ini menyebabkan tegangan (V

(sat) hanya beberapa perpuluhan volt, walaupun pada arus kolektor sangat besar bisa melebihi 1 volt. Bagian dibawah knee pada gambar 2.8 dikenal sebagai daerah saturasi.

CB) sama dengan tegangan sumber (Vcc).

Tetapi pada kenyataannya Vcc pada saat ini kurang dari Vcc karena terdapat arus bocor dari kolektor ke emiter. Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan off seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.9 Transistor Sebagai Saklar OFF

Titik Sumbat (Cut off)

(28)

2.5 Regulator Tegangan

Regulator tiga terminal adalah “Integrated Voltage Regulator Circuit“ yang dirancang untuk mempertahankan tegangan outputnya tetap dan mudah untuk dirangkai. Keuntungannya adalah :

1. Membutuhkan penambahan komponen luar yang sangat sedikit, ukuran kecil. 2. Mempunyai proteksi terhadap arus hubung singkat.

3. Mempunyai automatic thermal shutdown.

4. Mempunyai tegangan output yang sangat konstan. 5. Mempunyai arus rendah.

6. Mempunyai ripple output yang sangat kecil. 7. Pembiayaan rendah.

2.5.1 Regulator Tegangan Positif

Gambar 5.1 memperlihatkan contoh IC regulator Tegangan Positif tiga terminal MC 7805.

(29)

Seri LM 78XX adalah regulator dengan tiga terminal, dapat diperoleh dengan berbagai tegangan tetap. Beberapa IC regulator mempunyai kode yang dibuat oleh pabrik pembuat komponen, sebagai contoh; IC LM.7805 AC Z yang artinya sebagai berikut:

LM Linear Monolithic

78L Bagian nomor dasar yang menyatakan tegangan positif 06 Tegangan output

AC Standar ketepatan

Z Tipe pembungkus , ZTO-92 Plastik

Seri LM 78XXC dapat diperoleh dalam kemasan TO-3 alumunium, arus keluaran (output) 1A, boleh lebih asalkan IC regulator dilengkapi dengan pendingin (heatsink). Regulator LM 78XXC mudah dipakai dan tambahan komponen-komponen luar tidak banyak. Sifat-sifat IC regulator LM 78XX adalah sebagai berikut :

1. Arus keluaran melebihi 1A

2. Pengamanan pembebanan lebih termik 3. Tidak diperlukan komponen tambahan

4. Ada pengamanan untuk transistor keluaran ( output ) 5. Dapat diperoleh dalam kemasan TO-3 aluminium

(30)

Gambar 2.11 Rangkaian Catu Daya dengan IC Regulator Tegangan dc untuk satu gelombang penuh adalah:

Vdc

πm V 2 =

Di dapat dari, Persamaan-persamaan berikut:

v0 = Vm sinωt 0≤ω ≤t π

= -Vmsinωt π ≤ωt≤2π

(31)

Vdc

πm V 2 =

Arus maksimum regulator IC yang dikirim ke beban tergantung pada tiga faktor, yaitu:

1. Temperatur.

2. Perbedaan antara tegangan input dan output atau disebut diferensial input output.

3. Arus beban.

2.5.2 Regulator Tegangan Negatif

Pada rangkaian operational amplifier dan microprocessor dibutuhkan catu daya yang membutuhkan dua polaritas sumbertegangan, misal +5V dan -5V. Seri LM 79XXC, LM 79LXX adalah regulator tegangan negatif 3 terminal. Seri LM 79XXC dikemas dalam kemasan daya TO-200 dan mampu mengeluarkan arus 1,5 A. Sifat-sifat regulator LM79XXC adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai pengaman daerah, hubung singkat dan termik. 2. Penindasan kerut (ripple) tinggi.

3. Arus keluaran 1,5 A.

4. Tegangan keluaran diatur mula 4%.

Untuk seri LM79LXX AC, piranti ini telah dirancang untuk mengeluarkan tegangan tetap dan dapat diperoleh dalam kemsan TO-92 dengan 3 kawat. Sifat-sifat regulator ini adalah sebagai berikut :

1. Arus keluaran 100 mA.

(32)

4. Penyimpangan tegangan keluaran diatur ± 5 %.

Gambar berikut memperlihatkan regulator negatif tiga terminal yang tegangan outputnya dapat diatur.

Gambar 2.12 Regulator Negatif

2.6 Dual Tone Multi Frequency (DTMF)

(33)

Gambar 2.13 Kombinasi nada DTMF

Teknik DTMF meskipun mempunyai banyak keunggulan dibanding dengan cara memutar piringan angka, tapi secara teknis lebih sulit diselesaikan. Alat pengirim kode DTMF merupakan 8 rangkaian osilator yang masing-masing membangkitkan frekuensi ‘aneh’ di atas, ditambah dengan rangkaian pencampur frekuensi untuk mengirimkan 2 nada yang terpilih. Sedangkan penerima kode DTMF lebih rumit lagi, dibentuk dari 8 buah filter yang tidak sederhana dan rangkaian tambahan lainnya.

Beberapa pabrik membuat IC khusus untuk keperluan DTMF, diantaranya yang banyak dijumpai adalah MC145436 buatan Motorola, MT8870, MT8880 dan MT8888 buatan Mitel Semikonductor.

MC145436 dan MT8870 merupakan penerima DTMF, menerima sinyal dari saluran telepon kalau ternyata sinyal yang diterima tadi merupakan kombinasi nada yang sesuai dengan ketentuan DTMF, mengeluarkan kode biner sesuai dengan kombinasi nada tersebut. MT8880 dan MT8888 merupakan penerima dan pengirim DTMF, selain bisa berfungsi sebagai penerima DTMF, bisa pula dipakai untuk membangkitkan nada DTMF sesuai dengan angka biner yang diterimanya.

(34)

AT80C51). Tapi untuk AT89C2051 yang memang tidak punya saluran data (data bus) perbedaan kedua IC itu tidak ada artinya, mengingat saluran data dan sinyal kontrolnya disimulasikan lewat program.

Gambar 2.14 IC-IC DTMF buatan Mitel

2.7 Bahasa Assembly MCS-51

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa ini hanya ada 51 instruksi. Instruksi-instruksi tersebut antara lain :

1. Instruksi MOV

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

Contoh pengisian nilai secara langsung

MOV R0,#20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0). Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai. Contoh pengisian nilai secara tidak langsung

MOV 20h,#80h

...

(35)

MOV R0,20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah alamat.

2. Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil pengurangannya belum nol. Contoh ,

MOV R0,#80h meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.

3. Instruksi ACALL

Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :

...

Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh,

ACALL TUNDA

(36)

TUNDA:

...

RET

5. Instruksi JMP (Jump)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh,

Loop:

...

...

JMP Loop

6. Instruksi JB (Jump if bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika high (1). Contoh,

Loop:

JB P1.0,Loop

...

7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika Low (0). Contoh,

Loop:

JNB P1.0,Loop

...

8. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal)

Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register dengan suatu nilai tertentu. Contoh,

Loop:

...

CJNE R0,#20h,Loop

(37)

Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan instruksi selanjutnya..

9. Instruksi DEC (Decreament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h

...

DEC R0 R0 = R0 – 1

...

10.Instruksi INC (Increament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h

...

INC R0 R0 = R0 + 1

...

(38)

2.8 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE). Tampilannya seperti gambar berikut:

Gambar 2.15 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble (di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu sampai tidak ada pesan kesalahan lagi.

Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an. Bilangan heksadesimal inilah yang akan dikirimkan ke mikrokontroler.

2.9 Software Downloader

(39)

Tampilannya seperti gambar berikut:

Gambar 2.16 ISP- Flash Programmer 3.a

(40)

BAB III

PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

3.1 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari tiga keluaran, yaitu (+) 5 volt, (+) 12 volt dan (–) 12 volt. Keluaran (+) 5 volt digunakan untuk menghidupkan seluruh rangkaian, keluaran (+) 12 volt digunakan untuk menghidupkan relay dan keluaran (-) 12 volt untuk mensupplay tegangan negatip Op-Amp. Rangkaian tampak seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.1 Rangkaian Power Supplay (PSA)

(41)

dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan (+) 12 volt DC langsung dihasilkan oleh regulator tegangan LM7812. Dan tegangan (-) 12 volt dihasilkan oleh regulator tegangan LM7912.

3.2 Perancangan Rangkaian DTMF Dekoder

Rangkaian ini berfungsi untuk mengubah nada tone yang diterima menjadi 4 bit data biner. Rangkaian DTMF decoder datunjukkan oleh gambar berikut ini :

(42)

Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC MT8870. IC ini merupakan IC DTMF decoder. IC ini akan merubah tone yang ada pada inputnya menjadi 4 bit data biner. Jika tone yang diterimanya tone 1, maka output dari rangkaian ini adalah 0001, tone yang diterimanya tone 2, maka output dari rangkaian ini adalah 0010, demikian seterusnya. Output dari rangkaian ini akan dihubungkan ke mikrokontroler sehingga mikrokontroler dapat mengenali data yang dikirimkan oleh rangkaian ini untuk kemudian diolah oleh mikrokontroler untuk melaksanakan instruksi selanjutnya

Input rangkaian ini dihubungkan dengan penguat sehingga sinyal (tone) yang berasal dari HP akan diinputkan ke pin 2 dari IC ini. Rangkaian penguat ini berfungsi untuk menguatkan sinyal yang diterima oleh HP (kabel speaker pada hansfree). Karena sinyal yang diterima oleh HP sangat kecil, sehingga dibutuhkan penguat. Komponen utama dari rangkaian penguat ini adalah Op Amp 741, yang merupakan IC penguat. Pada rangkaian ini terjadi penguatan sebesar :

2 220.000

tan 733

1 300 R

Pengua A kali

R

= = = =

3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

(43)

Gambar 3.3 Rangkaian mikrokontroler AT89S51

(44)

3.4 Rangkaian Relay Lampu

Rangkaian relay pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan lampu dengan kunci. Gambar rangkaian relay ini ditunjukkan pada gambar 3.4 berikut ini:

Gambar 3.4 Rangkaian relay

(45)

sebaliknya pada saat logika pada P0.1 adalah rendah (low) maka relay tidak dialiri arus. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay tertutup, sehingga kunci dengan lampu akan terhubung, dan jika kunci diaktifkan, maka lampu akan menyala.

3.5 Rangkaian Alarm

Rangkaian alarm pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan sumber tegangan 12 volt dengan buzzer. Gambar rangkaian alarm ini ditunjukkan pada gambar 3.5 berikut ini:

Gambar 3.5 Rangkaian alarm

(46)

akan berbunyi. Begitu juga sebaliknya pada saat logika pada P0.0 adalah rendah (low) maka relay tidak dialiri arus. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay terputus, sehingga sumber tegangan 12 volt dengan buzzer akan terputus dan buzzer tidak berbunyi.

3.6 Perancangan Rangkaian Sensor Tegangan

Rangkaian ini berfungsi untuk mengirimkan sinyal ke mikrokontroler jika kunci diaktifkan. Gambar rangkaian sensor tegangan tampak seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.6 Rangkaian Sensor Tegangan

Tegangan 12 volt yang berasal dari baterei diturunkan dengan menggunakan pembagi tegangan. Sesuai dengan rumus pembagi tegangan, maka outputnya adalah:

(

1 2 2

)

(

)

(47)

3.7 Perancangan Software

Perancangan software merupakan kunci utama dalam mengendalikan perangkat keras yang ada di dalam sistem. Software ini berupa program dalam bahasa assembly untuk MCS-51. Hasil dari perancangan program tersebut diisikan ke dalam komponen mikrokontroler AT89S51 melalui software downloader ISP- Flash Programmer 3.0a. ; = = = = = = = = = = = = = ;

(48)
(49)

BAB IV

ANALISA RANGKAIAN DAN SOFTWARE

4.1 Diagram Blok dan Cara Kerja Rangkaian

Didalam merancang dan membuat suatu sistem, terlebih dahulu dilakukan perencanaan blok diagram hingga skema rangkaian keseluruhan agar menghasilkan sistem yang baik. Diagram blok merupakan hubungan berurutan satu atau lebih komponen yang memiliki kesatuan kerja tersendiri.

Gambar 4.1 : Diagram blok rangkaian

Dari gambar diagram diatas dapat diketahui prinsip kerja dari alat keamanan kendaraan ini. Setelah Hp(T) menghubungi Hp(R) maka dari Hp(R) dapat kita kendalikan alat. Dimana Sinyal dari Hp(R) akan diterima Hp(T) dan akan masuk ke

(50)

blok rangkaian DTMF, didalam DTMF sinyal tadi diubah menjadi data digital yang akan masuk ke mikrokontroler AT89S51, didalam mikrokontroler data digital tadi dproses dan sesuai dengan program yang dibuat, perintah dari Hp(R) akan dieksekusi, sehingga alat dapat berjalan sesuai dengan perintah yang diberi.

4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Pengujian rangkaian mikrokontroler dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini dengan sebuah transistor A733 yang dihubungkan dengan sebuah LED indikator, dimana transistor disini berfungsi sebagai saklar untuk mengendalikan hidup/mati LED. Dengan demikian LED akan menyala jika transistor aktif dan sebaliknya LED akan mati jika transistor tidak aktif. Tipe transistor yang digunakan adalah PNP A733, dimana transistor ini akan aktif (saturasi) jika pada basis diberi tegangan 0 volt (logika low) dan transistor ini akan tidak aktif jika pada basis diberi tegangan 5 volt (logika high). Basis transistor ini dihubungkan ke pin I/O mikrokontroler yaitu pada kaki 28 (P2.7). Langkah selanjutnya adalah mengisikan program sederhana ke mikrokontroler AT89S51. Programnya adalah sebagai berikut :

(51)

Program di atas akan mengubah logika yang ada pada P2.7 selama selang waktu tunda. Jika logika pada P2.7 high maka akan diubah menjadi low, demikian jiga sebaliknya jika logika pada P2.7 low maka akan diubah ke high, demikian seterusnya.

Logika low akan mengaktifkan transistor sehingga LED akan menyala dan logika high akan menonaktifkan transistor, sehingga LED padam. Dengan demikian program ini akan membuat LED berkedip terus-menerus. Jika LED telah berkedip terus menerus sesuai dengan program yang diinginkan, maka rangkaian mikrokontroler telah berfungsi dengan baik.

4.3 Pengujian Rangkaian Penguat

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan cara mengukur tegangan pada input dari Op-Amp dan tegangan pada outputnya. Dari hasil pengukuran didapat nilai tegangan sebagai berikut :

Kondisi Input Output

Tidak ada sinyal 0,9 mV 172,2 mV

Ada sinyal 18,3 mV 1,93 V

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran tegangan input OP-Amp

(52)

4.4 Pengujian Rangkaian DTMF Dekoder.

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan mengubungkan input dari rangkaian ini ke rangkaian penguat, kemudian menghubungkannya dengan kabel speaker pada HP. Selanjutnya tombol pada HP ditekan dan dilihat outpunya. Dari hasil pengujian didapatkan data sebagai berikut :

Table 4.2 Hasil output yang dihasilkan dari tombol-tombol Handphone

Tombol LED1 LED2 LED3 LED4

1 ON OFF OFF OFF

2 OFF ON OFF OFF

3 ON ON OFF OFF

4 OFF OFF ON OFF

5 ON OFF ON OFF

6 OFF ON ON OFF

7 ON ON ON OFF

8 OFF OFF OFF ON

9 ON OFF OFF ON

0 OFF ON OFF ON

* ON ON OFF ON

(53)

4.5 Pengujian Rangkaian Relay Lampu

Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0 volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN, transistor jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktif jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan mengaktifkan relay. Pada alat ini relay digunakan untuk memutuskan hubungan lampu dengan kunci, dimana hubungan yang digunakan adalah normally close (NC), dengan demikian jika relay aktif maka hubungan lampu ke kunci akan terputus, sebaliknya jika relay tidak aktif, maka lampu dengan kunci akan terhubung.

Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor, jika relay aktif dan hubungan lampu dengan kunci terputus, maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.

Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian ini ke mikrokontroler pada P0.1, kemudian memberikan program sederhana pada mikrokontroler AT89S51. Program yang diberikan adalah sebagai berikut:

Setb P0.1

. . .

(54)

Clr P0.1

. . .

Perintah di atas akan memberikan logika low pada P0.1, sehingga P0.1 akan mendapatkan tegangan 0 volt. Tegangan 0 volt ini akan menonaktifkan transistor C945, sehingga relay juga menjadi tidak aktif dan hubungan lampu dengan kunci terhubung.

4.6 Pengujian Rangkaian Buzzer

Sama seperti pada rangkaian relay lampu, pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0 volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN, transistor jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktif jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan mengaktifkan relay. Pada rangkaian ini relay digunakan untuk memutuskan hubungan buzzer dengan sumber tegangan 12 volt, dimana hubungan yang digunakan adalah normally open (NO), dengan demikian jika relay aktif maka hubungan buzzer ke sumber tegangan akan terhubung, sebaliknya jika relay tidak aktif, maka hubungan buzzer ke sumber tegangan akan terputus.

Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor, jika relay aktif dan buzzer berbunyi, maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik. Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian ini ke mikrokontroler pada P0.0, kemudian memberikan program sederhana pada mikrokontroler AT89S51. Program yang diberikan adalah sebagai berikut:

Setb P0.0

(55)

Perintah tersebut akan memberikan logika high pada P0.0, sehingga P0.0 akan mendapatkan tegangan 5 volt. Tegangan 5 volt ini akan mengaktifkan transistor C945, sehingga relay juga menjadi aktif dan buzzer berbunyi. Berikutnya memberikan program sederhana untuk menonaktifkan relay. Programnya sebagai berikut:

Clr P0.0

. . .

Perintah di atas akan memberikan logika low pada P0.0, sehingga P0.0 akan mendapatkan tegangan 0 volt. Tegangan 0 volt ini akan menonaktifkan transistor C945, sehingga relay juga menjadi tidak aktif dan buzzer tidak berbunyi.

4.7 Pengujian Rangkaian Sensor Tegangan

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan mengaktifkan kunci, sehingga tegangan 12 volt dari baterei akan terhubung dengan rangakaian, kemudian mengukur tegangan output dari rangkaian tersebut. Dari hasil pengujian didapatkan pada saat kunci tidak diaktifkan, maka output dari rangkaian ini adalah 4,7 volt. Ketika kunci diaktifkan, maka output dari rangkaian ini adalah 0 volt. Dengan demikian rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.

Pengujian selanjutnya adalah dengan menghubungkan rangkaian ini dengan rangkaian mikrokontroler pada P0.2, kemudian memberikan program sederhana pada mikrokontroler.

Program sebagai berikut : Jb P0.2,$

Setb P0.1

(56)

Program di atas akan menunggu adanya sinyal low yang dikirimkan rangkaian sensor tegangan, dimana sensor tegangan tersebut dihubungkan dengan P0.2. Program akan terus menunggu sampai ada sinyal low yang dikirimkan oleh rangkaian sensor tegangan. Jika ada sinyal low yang dikirimkan oleh rangkaian sensor tegangan, maka program akan menghidupkan LED indikator yang dihubungkan ke P0.1.

4.8 Analisa Software

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 ini adalah bahasa assembly untuk MCS-51. Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE). Setelah program selesai ditulis, kemudian save dan kemudian

di-Assemble (di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu sampai tidak ada pesan kesalahan lagi. Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an. Bilangan heksadesimal inilah yang akan dikirimkan ke mikrokontroler. Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroler digunakan software ISP- Flash Programmer 3.0a. ; = = = = = = = = = = = = = ;

(57)
(58)

tunda:

mov r7,#255 tnd:

mov r6,#255 djnz r6,$ djnz r7,tnd ret delay:

mov r7,#2 dly:

mov r6,#255 dl:

(59)

Mulai

4.9 Flowchart dari program alat keamanan kendaraan

(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan perencanaan alat hingga pengujian dan pembahasan sistem, maka penulis dapat menarik kesimpulan, antara lain:

1. Saat alat dalam keadaan stand by, kendaraan akan hidup setelah menekan tombol 2 dan * dari handphone, tetapi apabila kendaraan dicoba hidupkan tanpa menekan tombol tersebut terlebih dahulu maka alarm akan berbunyi. 2. Dari program yang dibuat didapat, untuk mematikan alarm ditekan tombol #

pada handphone, lalu matikan kunci kontak kendaraan.

5.2 Saran

Setelah dilakukan penelitian ini diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan saran untuk penelitian lebih lanjut, yaitu:

1. Dalam pengembangan selanjutnya, agar rangkaian yang digunakan tidak terganggu, sebaiknya alat ini dikemas dalam bentuk yang lebih aman dan terlindungi, sehingga penggunaannya dapat lebih efektif.

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Agfianto. 2004. Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55/ Teori dan Aplikasi. Edisi Kedua. Yogyakarta : Gava Media.

Bhisop, Owen. 2004. Dasar-dasar Elektronika. Jakarta : Erlangga

Budiharto Widodo, Firmansyah. 2005. Elektronika Digital Dan Mikroprosesor. Yogyakarta : ANDI Yogyakarta.

Tanggal 23 Juli 2008

Gambar

Gambar 2.1  IC Mikrokontroler AT89S51
Gambar 2.2  Simbol Relay dan Rangkaian Driver
Gambar 2.3  Rangkaian dasar penguat non-inverting
Gambar 2.4  Rangkaian dasar penguat inverting
+7

Referensi

Dokumen terkait

hadhanah karena konteksnya berbeda, sebagian yang lain berpendapat bahwa lembaga dwangsom dapat juga diterapkan dalam putusan hadhanah karena dengan mencamtumkan

1)Gunakanlah alat tulis dalam hal ini pensil biasa atau pulpen saja, karena tes ini sangat terikat memperhatikan waktu. hematlah waktu dengan tidak melakukan persiapan yang sia

Gambaran Kejadian Asam Urat ( Gout ) Berdasarkan Kegemukan Dan Konsumsi Makanan (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember); Vestita

Medan anistropi (HA), juga merupakan nilai intrinsik yang sangat penting dari magnet permanen karena nilai ini dapat didefinisikan sebagai koersivitas maksimum yang menunjukkan

Pada saat proses eroded surface, struktur armour layer nampak semakin kokoh di permukaan karena tegangan geser yang dimiliki butir armour lebih besar dari tegangan geser dasar, jadi

Kelvin ± Planck menyatakan hukum kedua termodinamika dengan ungkapan Kelvin ± Planck menyatakan hukum kedua termodinamika dengan ungkapan   bahwa, ³Tidak mungkin

Perubahan kadar T4 bebas pada kelompok perlakuan setelah intervensi 6 bulan dibandingkan data awal mengalami penurunan yang signifikan secara statistik (p=0.000), sedangkan

a) Memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan dan kondisi istrinya. b) Membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar seperti