UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH PENYALURAN KREDIT BANK SWASTA NASIONAL (BUSN) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
DIAJUKAN OLEH :
NAMA : ROBERT REYNALDI BANGUN NIM : 050501112
DEPARTEMEN : EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Analysis Credits of Private National Banks influence economic growth in Indonesian
Abstract
Purpose of this research is to analyse Credits of Private National Banks and employment influence economic growth in Indonesian during range of time 1983-2007. As for independent variable in this research is Credits of Private National Banks and employment
Method applied in analysis to Credits of Private National Banks and employment influence economic growth in Indonesian is Ordinary Least Squared (OLS) by using analyzer to process data that is by using Eviews 5.1.
The result shows that coefficient determination (R2) equal to 0.978474. it means that variable independent Credits Of Private National Banks and employment are able to give explanation to variabel dependent economic growth amount of 97.84 %. Meanwhile, the residual 2.16% explained by other variabels which net included in the estimation model F-hitung (500.0199) > F-tabel (7,88), it means that Credits of Private National Banks and employment are overall influence significantly om economic growth in Indonesian at 99% level
Analisis pengaruh penyaluran kredit pada bank swasta nasional (BUSN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penyaluran kredit pada bank umum swasta nasional (BUSN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kurun waktu 1983-2007. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah kredit bank umum swasta nasional, dan kesempatan kerja (penduduk yang bekerja)
Metode yang digunakan dalam analisis terhadap pengaruh penyaluran kredit pada bank swasta nasional (BUSN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut adalah Ordinary Least Squared (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 5.1.
Hasil menunjukkan bahwa koefisien determinannya (R2) adalah sama dengan 0.978474 yang berati bahwa variabel independen kredit bank umum swasta nasional dan kesempatan kerja dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependen pertumbuhan ekonomi sebesar 97,84 % sedangkan sisanya 2,16% dijelaskan pleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan kedalam model estimasi. F-hitung (500.0199) > F-tabel (7,88) yang berarti bahwa kredit yang disalurkan bank umum swasta nasional dan kesempatan kerja secdara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia pada tingkat kepercayaan sebesar 99%.
KATA PENGANTAR Bismillaahir rahmaanir rahiim
Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa, Dzat yang hanya kepada-Nya semua
makhluk bergantung. Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada
sesuatupun yang setara dengan-Nya. Saya memuji-Nya dan bersyukur kepada-Nya
dengan pujian yang tiada habisnya, sebaik-baik pujian yang harus dipujikan. Saya
bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, tidak ada
sekutu baginya. Shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada sebaik-baik
hamba pilihan, Muhammad Sholallohu ‘alaihi wasallam, juga kepada keluarganya,
sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik sampai hari
kiamat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan .
oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk lebih menyempurnakan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerina bantuan, baik berupa
dorongan semangat maupun sumbangan pikiran dari berbagai pihak
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan
terutama kepada:
1. Bapak Drs. Alexander Bangun dan Ibu (almh) Emsyahwati Br Sitepu yang telah
mengasuh, mendidik, serta membesarkan penulis dan terutama atas doa mereka
2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc Selaku ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Drs. H. B. Tarmizi, SU selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan waktu luang, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulisan
skripsi ini.
5. Bapak DR. Lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE dan Bapak Drs. A. Samad Zaino, MS
selaku dosen pembanding yang telah memberikan petunjuk dan saran hingga
selesai skripsi ini.
6. Bapak Drs. Arifin Siregar selaku dosen wali yang telah memberikan semangat
dalam penulisan skripsi.
7. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Septian, Nopiansyah Putra, Riki,
Alex, Rahmadi, Abdul, Wirda. Dan kepada semua teman-teman satu angkatan
di Ekonomi Pembangunan yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu,
terima kasih telah memberikan kerja sama, inspirasi, do’a, dan kebersamaan
selama ini.
8. Abang dan adik-adik penulis yaitu Rizki Ade Roy Bangun, Rinesia Bangun,
Tak banyak yang dapat diberikan penulis kepada semua pihak tersebut, selain ucapan
terima kasih dan semoga Allah SWT membalasnya dengan balasan yang lebih baik.
Medan, Mei 2009
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Hipotesis ... 9
1.4 Tujuan Penelitian ... 9
1.5 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank ... 11
2.1.1 Fungsi Bank ... 12
2.1.2 Sumber-sumber Dana Bank ... 13
2.2 Kredit ... 16
2.2.1 Pengertian Kredit ... 16
2.2.2 Unsur-unsur Kredit...17
2.2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit...19
2.2.4 Fungsi kredit...20
2.2.5 Jenis-Jenis Kredit...22
2.2.7 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit...27
2.3 Ketenagakerjaan ... 30
2.3.1 Kesempatan Kerja ... 30
2.3.2 Teori Ketenagakerjaan...31
2.3.3 Konsep Ketenagakerjaan...35
2.3.4 Struktur Ketenagakejaan...38
2.4 Pertumbuhan Ekonomi ... 39
2.4.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 40
2.4.2 Produk Domestik Bruto (PDB) ... 48
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 51
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 51
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan data ... 52
3.4 Pengolahan Data ... 52
3.5 Model Analisis Data ... 52
3.6 Test of goodness of fit (uji kesesuaian) ... 54
3.6.1 Koefisien Determinasi...54
3.6.2 Uji t-statistik...54
3.6.3 Uji F-statistik...55
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 56
3.8 Defenisi Operasional Variabel ... 58
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi ... 59
4.2 Perkembangan Kredit...64
4.3 Perkembangan Tenaga Kerja...67
4.4. Hasil Estimasi ... 71
4.4.1 Interpretasi Model ... 71
4.5. Test of Goodness of Fit ... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 79
5.2. Saran ... 79
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Halaman
4.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia periode 1983 – 2007 Atas
Dasar Harga Konstan tahun 1983 ... 61
4.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran periode 2004 – 2007 Menurut Sektor/ Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%) ... 62
4.3 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Permintaan periode 2004-2007 (%) ... 64
4.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Swasta Nasional ... 65
4.5 Perkembangan Tenaga Kerja Indonesia... 67
4.6 Angkatan Kerja, Bekerja, Tingkat Pengangguran Terbuka ... 69
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Halaman
2.1 Ketidakseimbangan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja ... 32
3.1 Kurva uji F-statistik ... 55
4.5 Kurva Durbin Watson test ... 57
3.1 Kurva uji t-statistik Kredit Bank Umum Swasta Nasional ... 74
4.2 Kurva uji t-statistik Kesempatan Kerja ... 75
4.4 Kurva uji F-statistik ... 76
DAFTAR GRAFIK
No Grafik Judul Halaman
4.1 Kredit Modal Kerja, Kredit Konsumsi, Kredit Investasi
Analysis Credits of Private National Banks influence economic growth in Indonesian
Abstract
Purpose of this research is to analyse Credits of Private National Banks and employment influence economic growth in Indonesian during range of time 1983-2007. As for independent variable in this research is Credits of Private National Banks and employment
Method applied in analysis to Credits of Private National Banks and employment influence economic growth in Indonesian is Ordinary Least Squared (OLS) by using analyzer to process data that is by using Eviews 5.1.
The result shows that coefficient determination (R2) equal to 0.978474. it means that variable independent Credits Of Private National Banks and employment are able to give explanation to variabel dependent economic growth amount of 97.84 %. Meanwhile, the residual 2.16% explained by other variabels which net included in the estimation model F-hitung (500.0199) > F-tabel (7,88), it means that Credits of Private National Banks and employment are overall influence significantly om economic growth in Indonesian at 99% level
Analisis pengaruh penyaluran kredit pada bank swasta nasional (BUSN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penyaluran kredit pada bank umum swasta nasional (BUSN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kurun waktu 1983-2007. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah kredit bank umum swasta nasional, dan kesempatan kerja (penduduk yang bekerja)
Metode yang digunakan dalam analisis terhadap pengaruh penyaluran kredit pada bank swasta nasional (BUSN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut adalah Ordinary Least Squared (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 5.1.
Hasil menunjukkan bahwa koefisien determinannya (R2) adalah sama dengan 0.978474 yang berati bahwa variabel independen kredit bank umum swasta nasional dan kesempatan kerja dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependen pertumbuhan ekonomi sebesar 97,84 % sedangkan sisanya 2,16% dijelaskan pleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan kedalam model estimasi. F-hitung (500.0199) > F-tabel (7,88) yang berarti bahwa kredit yang disalurkan bank umum swasta nasional dan kesempatan kerja secdara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia pada tingkat kepercayaan sebesar 99%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dalam menilai
perkembangan ataupun kenaikan tingkat kesejahteraan suatu bangsa atau negara.
Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Dalam rangka pembiayaan kegiatan perekonomian untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, pemberian kredit perbankan mempunyai
peranan yang penting. Dalam kaitan ini, kebijakan pemerintah yang ditempuh di
bidang perkreditan diarahkan utuk membiayai sektor-sektor ekonomi yang
mempunyai produktivitas tinggi sehingga alokasi dana secara makro dapat tercapai
dengan lebih efisien.Peranan kredit perbankan di dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi dapat berarti penciptaan lapangan pekerjaan, baik melalui perluasan
produksi dan kegiatan usaha lainnya maupun melalui pengaruhnya dalam mendorong
munculnya unit-unit usaha baru. Selain itu , kredit perbankan dapat diarahkan untuk
pemrataan kesempatan berusaha yang antara lain melalui alokasi pemberian kredit
menurut perioritas pembangunan dan golongan ekonomi sehinmgga pada gilirannya
Sesuai dengan tujuan dari perbankan Indonesia yang tercantum dalam
undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998 pasal 4 yang berisikan perbankan
nasional betujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah
peningkatan kesejahteraan rakyat.
Menurut Undang-undang pokok perbankan nomor 7 tahun 1992, dan
ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 maka yang
dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bantuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat
banyak. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
Dalam fungsinya sebagai agent of development bank merupakan suatu
lembaga perantara yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas
penyaluran dana dan kemudahan-kemudahan dalam melakukan pembayaran dan
penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh pelaku kegiatan ekonomi.
Sejak dikeluarkannya deregulasi kebijakan 1 Juni 1983. kebijakan ini
merupakan kebijakan yang bersifat struktural dan sangant fundamental. Inti kebijakan
ini adalah penghapusan ketentuan pagu kredit, penghapusan KLBI kecuali untuk
sektor yang berperioritas, dan pembebasan bagi bank- bank untuk menetapkan tingkat
Kebijakan deregulasi ini berpengaruh positif terhadap ekonomi dengan
tersediannya tambahan alternatif pendanaan untuk kegiatan ekonomi dan terjadinya
peningkatan ekspor non migas sebagai hasilnya perbankan menduduki posisi penting
dalam proses pembangunan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja
Deregulasi paket oktober (pakto) dimana kebijakan ini merupakan kebijakan
moneter dan perbankan ini memiliki cakupan yang sangat luas dan sangat liberal, di
samping karena menyentuh semua sektor ekonomi juga banyaknya bidang usaha
perbankan yang sebelumya diatur dengan ketentuan yang ketat menjadi diperlonggar
bahkan banyak diantaranya dihapus dan dipermudah. Langkah- langkah tersebut
diambil dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi serta upaya
perluasan kesempatan kerja. Adapun cakupan dan sasaran yang dikeluarkan
pemerintah pada tanggal 27 oktober 1988 tersebut antara lain, pembukaan izin
pendirian bank- bank baru dengan ketentuan modal disetor yang relatif kecil,
kemudahan membuka kantor-kantor cabang bank, ketentuan likuidasi wajib
diturunkan dari 15% menjadi 2%.
Periode 1997-1999 merupakan masa krisis bagi industri perbankan indonesia.
Krisis perbankan dimulai dengan timbulnya kesulitan likuiditas yang diakibatkan oleh
melemahnya nilai tukar rupiah yang berakibat pada kesulitan bank dalam memenuhi
kewajibannya terhadap luar negeri dan kesulitan nasabahnya dalam melunasi
hutangnya kepada bank. Situasi tersebut di perberat dengan melemahnya kondisi
internal sektor perbankan , terutama sebagai dampak dari lemahnya manajemen,
pengawasan yang dilakukan bank Indonesia. Lemahnya manajemen bank telah
mendorong pemberian kredit yang terkonsentrasi hanya kepada beberapa debitur,
khususnya kepada individu dan atau kelompok usaha yang terkait dengan bank.
Konsentrasi kredit tersebut telah mengkibatkan ketergantungan yang berlebihan
terhadap kelangsungan usaha debitur dimaksud. Sehingga krisis yang juga melanda
usaha debitur telah memperburuk kinerja perbankan secara keseluruhan.
Sejak pencabutan izin usaha 16 bank yang tidak sehat dan tidak solvabel pada
1 november 1997. hal ini terjadi karena kebijakan penutupan bank dilakukan tanpa
persiapan yang memadai untuk menghindari rush. Pencabutan izin usaha terhadap 16
bank semula ditunjukkan untuk memperbaiki kepercayaan justru memperburuk
keadaan . sehingga mengakibatkan kepanikan masyarakat yang mendorong
terjadinya penarikan dana perbankan yang cukup besar dan pemindahan dana yang
dianggap lemah ke bank yang dinilai kuat.
Dalam rangka mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan
dan mencegah bank runs, pemerintah melakukan 2 kebijakan penting, yaitu 1)
memberikan blanket guarantee dan 2) pendirian Badan Penyehatan Perbankan
Nasional. Pemberian blanket guarantee pada akhir bulan Januari 1998 merupakan
kebijakan untuk menjamin kewajiban bank terhadap deposan dan kewajiban kreditur
dalam dan luar negeri. Sementara pendirian BPPN dimaksudkan 1) mengawasi secara
intensif bank terkait dengan program restrukturisasi dan 2) pegelolaan aset dari bank
yang direstrukturisasi. Program penyehatan perbankan nasional tersebut ternyata
seperti tercermin dari masih terdapatnya penarikan dana yang cukup besar pada
beberapa bank. Kondisi ini memaksa Pemerintah dan Bank Indonesia memberikan
bantuan likuiditas dalam rangka menghindarkan resiko sistematis (systemic risk)
terhadap perbankan nasional. Bantuan likuiditas dalam kerangka lender of the last
resort tersebut lebih dikenal dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
(Iman Sugema dan Iskandar Simorangkir. 2004).
Kondisis kesulitan likuiditas dan depresiasi rupiah yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suku bunga sebagai konsekuensi upaya penstabilan harga serta nilai tukar
rupiah telah memperburuk kinerja debitur sehingga kredit bermasalah semakin
membengkak.
Perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat dibedakan: Bank
pemerintah (Bank BUMN), Bank Swasta Nasional, Bank Pembangunan Daerah,
Bank Asing.
Sehingga kredit yang disalurkan oleh bank berdasarkan kepemilikan dapat
diperbandingkan dalam penyaluran kredit diantaranya :
1. Bank persero
Atau sering disebut juga bank pemerintahan yang secara mayoritas sahamnya
dimiliki oleh pemerintah . kelompok bank ini menyumbang penyaluran kredit dari
total keseluruhan kredit yakni sebesar 35.6 % dari total kredit.
2. Bank swasta asing
Bank swasta yang yang sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia atau
lembaga-lembaga keuangan Internasional yang memiliki modal kuat dan
berpengalaman bersaing di tingkat global bukan dianggap sebagai bank asing dan
bank tersebut didalam direktori perbankan Indonesia tahun 2007 masih di kategorikan
ke dalam bank umum swasta nasional. Seperti BCA, Bank Danamon, BII, Bank
Lippo, Bank Buana Indonesia, dan bank NISP.
3. Bank umum swasta nasional
Merupakan bank yang berbadan hukum indonesia yang sebahagian atau
seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara indonesia atau badan hukum indonesia.
Kelompok bank ini menyumbang penyaluran kredit dari total keseluruhan kredit
yakni sebesar 47,43 % dari total kredit pada tahun 2007 dibandingkan pada tahun
2006 sebesar 46,38 %. Sedangkan berdasarkan penggunannya kredit modal kerja,
investasi dan konsumsi menyumbang penyaluran kredit pada kelompok bank
terhadap total kredit bank tersebut pada tahun 2007 yakni masing-masing sebesar
52,15 %; 17,70 %; dan 30,15 %. Sedangkan dana pihak ketiga yang dihimpun
kelompok bank tersebut pada tahun 2007 tumbuh 16,5% dibandingkan tahun
sebelumya yang hanya tumbuh 14,2%. Sedangkan LDR berada pada posisi 67,3%
pada tahun 2007 dibandingkan pada tahun 2006 yang berada pada posisi 61,8%.
Sedangkan dari ketenagakerjaan, dalam rangka mengatasi masalah ketenaga
kerjaan maka usaha perluasan dan peningkatan kesempatan kerja mendapat prioritas
yang tinggi melalui kegiatan pembangunan yang merata di semua sektor ekonomi dan
kerja secara lebih berdaya guna, maka pemerintah senantiasa mengambil berbagai
kebijaksanaan secara terpadu yang melibatkan semua institusi pemerintah dan swasta
untuk menciptakan kesempatan kerja sebanyak mungkin. (Laporan tahun pembukuan
Bank Indonesia 1983/1984, hal : 95)
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia selain dipengaruhi oleh pertumbuhan
penduduk yang berkembang lebih cepat juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian
itu sendiri. Dengan tidak tersedianya lapangan kerja yang mampu mengimbangi
pertumbuhan kesempatan kerja maka akan terjadi pengangguran. Penggangguran
yang tidak segera diatasi menimbulkan dampak yang berkelanjutan. Salah satu upaya
untuk mengatasi pengangguran adalah dengan memperluas kesempatan kerja.
Kesempatan kerja disini didekati dengan jumlah orang yang bekerja.
Pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatan pada tahun 2007 diiringi
oleh penyerapan jumlah tenaga kerja yang lebih tinggi yang berdampak pada
penurunan angka penggangguran. Data terkini Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja Indonesia pada Agustus 2007 mencapai
109,9 juta orang, naik sebesar 3,6 juta orang jika dibandingkan dengan Agustus 2006.
Peningkatan angkatan kerja ini juga diikuti oleh jumlah penduduk yang bekerja. Pada
Agustus 2007, jumlah penduduk yang bekerja meningkat sebesar 4,5 juta orang
dibandingkan dengan Agustus 2006. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang lebih
besar dibandingkan dengan angkatan kerja mendorong tren penurunan persentase
tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2007 menjadi 9,1% dibandingkan
Sedangkan komposisi penyerapan tenaga kerja menurut lapangan usaha pada
agustus 2007 yakni sektor pertanian, pertambangan, industri yakni sebesar 41,24 %,
1%, 12,38 %. Sedangkan sektor listrik, gas, dan air, sektor konstruksi, sektor
perdagangan, sektor transportasi, sektor keuangan, dan sektor jasa kemasyarakatan
yakni masing-masing sebesar 0,18 %; 5,26 %; 20,57 %; 5,96%; 1,40%; 12,03%.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukam penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul “analisis
pengaruh penyaluran kredit pada bank swasta nasional (BUSN) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasakan latar belakang yang telah diuraikan , maka ada rumusan masalah yang
dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian yang akan dilkukan. Hal ini bertujuan
untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini. Selain itu, rumusan masalah ini
diperlukan sebagai suatu cara untuk mengambil keputusan dari akhir penulisan
skripsi, antara lain :
1. Bagaimana pengaruh jumlah kredit yang disalurkan Bank Umum Swasta
Nasional terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
2. Bagaimana pengaruh kesempatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi
1.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara permasalahan yang ada, dimana
kebenarannya masih perlu dikaji dan diteliti malalui data yang terkumpul.
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis sebagai
berikut
1. Jumlah kredit yang disalurkan bank umum swasta nasional berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi
2. Jumlah kesempatan kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah kredit yang disalurkan
Bank umum swasta nasional terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kesempatan kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
a. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa fakultas
ekonomi terutama departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan
b. Sebagai masukan bagi kalangan akedemisi dan penelitian yang tertarik untuk
membahas mengenai topik yang sama.
c. Sebagai proses pembelajaran dan penambah wawasan ilmiah penulis dalam
disiplin ilmu yang penulis tekuni
d. Sebagai penambah, pelengkap sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bank
Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan
fungsi penghimpunan dana ini, bank sering juga disebut lembaga kepercayaan.
Sejalan dengan kareteristik usaha tersebut, maka bank merupkan suatu segmen usaha
yang kegiatannya banyak diatur oleh pemerintah. Pengaturan secara ketat oleh
penguasa moneter terhadap kegiatan perbankan ini tidak terlepas dari perananya
dalan pelaksaan kebijakan moneter . bank dapat mempengaruhi jumlah uang beredar
yang merupakan salah satu sasaran pengaturan oleh penguasa moneter dengan
menggunakan berbagai piranti kebijakan moneter.
Pengertian bank menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998:
1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
2. Bank umum adalah bank yang melakasanakan kegiatan usahanya secara
konvensional dan atas berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran
2.1.1 Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai
financial intermediary. Secara lebiih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of trust,
agent of development, agent of services.
1. Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan. Baik dalam
hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan
dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat akan percay
bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan
baik, bank tidak akan bangkrut, dan juga percaya bahwa pada saat yang telah
dijanjikan masyarakat dapat menarik lagi simpanan dananya di bank. Pihak bank
sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau
masyarakat atau dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur
tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman
dengan baik , debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh
tempo, dan juga bank percayabahwa debitur juga mempunyai niat baik untuk
2. Agent of development
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sector moneter dan
sector rill, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor rill tidak dapat berkinerja dengan baik
apabila sektor moneter tiidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun
dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegitan perekonomian di
sektor rill. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi,
distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan
investasi-distribusi-konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang.
3. Agent of services
Jasa- jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitanya dengan kegiatan
perekonomian masyarakat secara umum. Jasa- jasa bank ini antara lain dapat berupa
jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank,
dan jasa penyelesaian tagihan.
2.1.2 Sumber-Sumber Dana bank
Yang dimaksud dengan sumber dana bank adalah usaha dalam bank
menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsinya
bahwa bank adalah lembaga keuangan dimana kegiatan sehari-harinya dalah dalam
bidang jual beli uang. Tentu saja sebelum menjual uang (memberikan pinjaman) bank
harus lebih dulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga
Adapun sumber-sumber dana bank tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri.
Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri
maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya.. Akan tetapi jika
tujuan perusahaan untuk melakukan ekspansi, maka perusahan dapat mengeluarkan
saham baru dan menjual saham baru tersebut di pasar modal. Di samping itu pihak
perbankan dapat pula menggunakan cadangan-cadangan laba yang belum digunakan.
Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri dari :
a) Setoran modal dari pemegang saham.
b) Cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan-cadangan laba pada
tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pegang saham. Cadangan ini
disengaja disediakan untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang.
c) Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum
dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai modal untuk sementara waktu.
2. Dana yang berasal dari masyarakat luas
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi
bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya
dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif mudah jika dibandingkan
dengan sumber lainnya dan pencarian dana dai sumber dana ini paling dominan, asal
dapat memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya menarik dna dari sumber ini
mahal jika dibandingkan dari dana sendiri. Adapun sumber dana dari masyarakat luas
dapat dilakukan dalam bentuk :
a. Simpanan giro
b. Simpanan tabungan
c. Simpanan deposito.
Simpanan giro merupakan dana murah bagi bank, karena bunga atau balas
jasa yang dibayar paling murah jika dibandingkan dengan bunga simpanan tabungan
dan simpanan deposito. Sedangkan simpanan tabungan dan simpanan deposito
merupakan dana mahal, hal ini disebabkan bunga yang dibayar kepada pemegangnya
relatif lebih tinggi , jika dibandingkan dengan jasa giro.
3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya
Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami
kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua. Pencarian dari sumber
dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Kemudian dana
yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi
tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh :
1. Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan Bank
Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya.
2. Pinjaman antar bank biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang
mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring. Pinjaman ini bersifat jangka
3. Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh dari
perbankan dari pihak luar negeri.
4. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan
SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan
keuangan maupun non keuangan.
2.2 KREDIT
2.2.1 Pengertian Kredit
Menurut undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.menurut undang-undang tersebut, penyedian dana untuk nasabah
tidak hanya bisa dilakukan dalam bentuk kredit. Penyediaan dana tersebut dapat juga
berupa penyediaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, seperti tercantum dalam pasal 1 UU No.10
tahun 1998. Penyaluran dana dalam bentuk kredit ini biasanya mendominasi sebagian
besar pengalokasian dana bank.
Dalam arti luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dalam
bahasa latin kredit berarti ”credere” artinya percaya. Maksud dari percaya bagi si
pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang
kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk
membayar sesuai jangka waktu.
Sebelum kredit diberikan, untuk menyakinkan bank bahwa si nasabah
benar-benar dipercaya maka, bank terlebih dahulu mengadakan analisis kredit . Analisis
kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan , prospek usahanya, jaminan
yang diberikan seta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin
bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman.
Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dulu akan sangat membahayakan
bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif sehingga
kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk di berikan.namun faktor salah analisis ini
bukanlah merupakan penyebab utama kredit macet walaupun sebahagian besar kredit
macet diakibatkan salah dalam mengadakan analisis. Penyebab lainnya mungkin
salah dalam pengelolaan dan faktor bencana alam.
2.2.2 Unsur-Unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit
adalah sebagai berikut :
1. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang,
barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tetentu dimasa datang.
Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian
penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon
kredit.
2. Kesepakatan
Disamping unsur percaya didalam kredit juga terkandung unsur kesepakatan
antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam
suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan
kewajibannya masing-masing.
3. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini
mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut
bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang.
4. Resiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko
tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang masa suatu kredit
semakin besar resikonya demikian pula sebalinya. Resiko ini akan menjadi
tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh
resiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha
nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.
5. Balas jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang
kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan
prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
2.2.3 Tujuan Kredit
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian
kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut bank didirikan.
Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit adalah:
1. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil
tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan
biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus
menerus menderita kerugian, maka bisa kemungkinan bank tersebut akan dilikuidir
(dibubarkan)
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik
dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak
debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
3. Membantu pemerintah.
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan,
maka semakin baik, mengingat semakin banyaknya kredit berarti adanya peningkatan
Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarkan pemberian kredit adalah :
1. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank
2. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk pembagunan usaha baru atau
perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot
tenaga kerja yang masih mengganggur.
3. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit
yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar
di masyarakat.
4. Menghemat devisa negara, terutama untuk poduk-produk yang sebelumnya
diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas
kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.
5. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk
keperluan ekspor.
2.2.4 Fungsi Kredit
1. Untuk meningkatkan daya guna uang.
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang
hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan
diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu
wilayah ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan
memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari
daerah lainnya.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang.
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk
mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
4. Meningkatkan peredaan barang.
Kredit dapat menambah dan memperlancar arus barang dari satu wilayah ke
wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah
lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena
dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan
oleh masyarakat.
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apa
lagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama
membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu akan membutuhkan tenaga kerja
sehingga, dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu masyarakat sekitar
pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau
menyewa rumah kontrakan dan jasa lainnya.
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling
membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit
oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.
2.2.5 Jenis-jenis Kredit
Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk
masyarakat terdiri dari berbagai jenis.
Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :
A. Dilihat dari segi kegunaan
a. Kredit investasi
Biasanya digunakan untguk keperluan perluasan usaha atau pembangunan
proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi
misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin.
b. Kredit modal kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh
kredit modal kerja antara lain untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai
B. Dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa. Contoh kredit
yakni untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit
pertanian akan menghasilkan produk pertanian.
b. Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini
tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk
digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk
perumahan.
c. Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan
tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang
membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini yakni kredit ekspor dan impor.
C. Dilihat dari segi jangka waktu
a. Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau
b. Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun,
biasanya untuk investasi.
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka
panjang pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk
investasi jangka panjang seperti kredit perkebunan.
D. Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat
berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap
kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon
debitur.
b. Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.
Kredit jenis ini diberikan denganmelihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas
atau nama baik si calon debitur selama ini.
E. Berdasarkan segmen usaha
Berdasarkan segmen usaha , kredit dapat dikelompokkan menjadi kredit
a. Kredit pertanian
Kredit pertanian adalah kredit yang disalurkan kepada sektor usaha pertanian,
seperti peternakan dan perkebunan. Kredit –kredit tersebut dapat disalurkan kepada
petani-petani kecil di pedesaan, seperti yang dilakukan BRI unit desa. Nilai kredit
yang disalurkan biasanya tidak besar, dalam arti tidak mencapai ratusan juta rupiah.
Kredit pertanian juga dapat diberikan kepada perkebunan besar seperti perkebunan
kelapa sawit dan karet, yang investasinya mencapai puluhan miliar rupiah.
b. Kredit industri
Kredit yang disalurkan kepada sektor industri ada yang untuk industri kecil
dan rumah tangga, tetapi ada juga yang untuk yang rumah tangga misalnya industri
tahu, tempe, garmen, dan kerajinan tangan. Industri-industri besar antara lain kimia
atau farmasi. Di Indonesia, penyaluran kredit untuk sektor industri umumnya lebih
besar dibandingkan dengan sektor pertanian.
c. Kredit jasa
Kredit jasa adalah kredit yang disalurkan kepada sektor jasa baik untuk UKM
maupun besar. Kredit sektor jasa yang disalurkan kepada UKM umumnya untuk
kegitan perdagangan kecil (toko-toko) dan rumah makan. Sektor-sektor jasa yang
termasuk usaha besar, misalnya perdagangan besar, restoran mewah dan hotel-hotel
2.2.6 Jaminan Kredit
Berdasarkan tidak adanya jaminan, kredit dapat dikelompokkan menjadi kredit
dengan jaminan (secured loan) dan kredit tanpa jaminan (unsecured loan).
a. Kredit dengan jaminan (secured loan)
Kredit dengan jaminan (secured loan) adalah kredit yang disertai dengan
jaminan atau agunan. Jaminan tersebut diserahkan oleh nasabah peminjam seperti
tanah dan bangunan, kendaraan bermotor, dan beberapa harta wujud lainnya yang
berharga dan dapat diterima oleh perbankan sebagai agunan. Jaminan yang
diserahkan debitur dapat juga berbentuk surat-surat berharga (aset finansial), seperti
saham, obligasi, deposito yang dibekukan. Barang atau asset yang dijaminkan kepada
peminjam harus lebih besar dari nilai kredit yang diberikan. Ada bank yang hanya
bersedia memberikan pinjaman yang besarnya separuh dari asset yang dijaminkan.
Ada juga yang bersedia memberikan lebih besar dari pada itu, tetapi tidak akanlebih
besar dari nilai jaminannya. Kadang-kadang jaminan yang diberikan bukan barang
atau aset finansial, melainkan seseorang atau pribadi yang sangat dipercaya oleh
bank. Jika terjadi sesuatu yang merugikan kredit, maka orang tersebutlah yang
dimintai pertanggungjawaban.
b. Kredit tanpa jaminan (unsecured loan)
Kredit tanpa jaminan (unsecured loan) dapat diberikan kepada seseorang atau
perusahaan tertentu dengan beberapa alasan. Yang pertama, orang tersebut sudah
sangat dikenal, teruji dan dipercaya oleh pihak bank. Yang kedua, prospek usaha
orang atau perusahaan tersebut. Kredit tanpa jaminan juga dapat diberikan kepada
perusahaan –perusahaan kecil dan atau pengusaha lemah. Namun pemberiannya
harus sangat selektif, Karena pemberian kredit tanpa jaminan sangat berisiko.
2.2.7 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Sebelum biasanya sesuatu fasilitas kredit di berikan maka bank harus merasa
yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut
akan diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan.
Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan
keyakinan tentang nasabah. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh
bank untuk mendapatkan nasabah-nasabah yang benar menguntungkan dilakukan
dengan analisis 5 C dan 7 P
Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5 C kredit adalah sebagai berikut :
1. Character
Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan
diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si
nasabah baik bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti
cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga. Ini semuanya
merupakan ukuran ”kemauan” membayar.
2. Capacity.
Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang
kemampuan dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula
dengan kemampuannya dalam manjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan
terlihat ” kemampuannya” dalam mengendalikan kredit yang disalurkan.
3. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan
(neraca atau laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi
likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari
sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.
4. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.
Jaminan juga perlu diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka
jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
5. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik
sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek
usahayang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga
Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7 P adalah sebagai berikut :
1. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya
sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakupsikap, emosi, tingkah laku dan
tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasakan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga
nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang
berbeda dari bank.
3. Perpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termsuk
kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam.
Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif
dan lain sebagainya.
4. Prospect
Yaitu untuk melihat usaha nasabah di masa yang aka datang menguntungkan
atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting
untuk mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek,
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah untuk mengembalikan kredit
yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.
Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika
salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemapuan nasabah dalam mancari laba.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah tetap sama atau akan semakin
meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga usaha dan jaminan mendapatkan
perlindungan. Perlindungan dapat juga berupa jaminan barang atau orang atau
jaminan asuransi.
2.3 KETENAGAKERJAAN 2.3.1 Kesempatan Kerja
Istilah kesempatan kerja mengandung lapangan pekerjaan atau kesempatan
yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi (produksi). Dengan
demikian pengertian kesempatan kerja adalah mencakup lapangan pekerjaan yang
sudah diisi atau semua lapangan pekerjaan yang masih lowong. Dari lapangan
pekerjaan yang masih lowong tersebut (yang mengandung arti adanya kesempatan),
nyata-nyata diperlukan oleh perusahaan/lembaga penerima tenaga kerja pada tingkat upah,
posisi atau syarat kerja tertentu. Oleh karena kesempatan kerja secara nyata sulit
diperoleh maka untuk keperluan praktis digunakan pendekatan bahwa tenaga kerja
didekati melalui banyaknya lapangan yang terisi yang tercermin dari jumlah
penduduk yang bekerja.
2.3.2 Teori Ketenagakerjaan
Salah satu masalah biasa muncul dalam angkatan kerja adalah ketidak
seimbangan antara permintaan dan penawaran akan tenaga kerja pada suatu tingkat
upah. Ketidak seimbangan tersebut dapat berupa : (a) lebih besarnya penawaran
dibandingkan permintaan terhadp tenaga kerja (adanya excess supply of labor) dan
(b) lebih besarnya permintan dibandingkan penawaran tenaga kerja (adanya excess
demand of labor).
W SL W SL
EXCESS SL
W E W2
D
DL
0 Ns N 0 N3 N4 N
1 2
W
SL
W2
EXCESS DL
DL
0 N3 N4 N
[image:46.612.148.520.102.541.2]3
Gambar 2.1 Ketidakseimbangan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Keterangan
SL = penawaran tenaga kerja (supply of labor)
DL = permintaan tenaga kerja (demand of labor)
W = upah rill
Penjelasan :
1. Jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan
jumlah tenaga kerja yang dimnta, yaitu masing-masing sebesr Ne pada tingkat
upah keseimbangan We. Titik keseimbangan dengan demikian adalah titik E.
Disini tidak ada excess supply of labor maupun excess demand for labor. Pada
tingkat upah keseimbangan We maka orang akan ingin semua bekerja. Berarti
tidak ada orang yang menganggur. Secara ideal keadaan ini disebut full
employment pada tingkat upah We tersebut.
2. Pada gambar kedua terlihat adanya excess supply of labor, pada tingkat upah W1
penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar daripada permintan tenag kerja (DL),
jumlah tenaga kerja yang menawarkan diriny untuk bekerja adalah sebanyak N2
sedangkan yang diminta hanya N1. Dengan demikian ada orang yang
menganggur pada tingkat upah W1 ini sebanyak N1 N2.
3. Pada gambar ketiga terlihat adanya excess demand for labor, pada tingkat upah
W2 permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada penawaran tenaga
kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya, untuk bekerja pada tingkat
upah W2 adalah sebanyak N3 orang, sedangkan yang diminta adalah sebanyak
N4 orang.
Ada beberapa teori dalam kaitannya permasalahan ketenagakerjaan.
Teori Lewis (1959) yang mengemukakan kelebihan pekerja merupakan
akan memberikan andil terhadap petumbuhan output dan penyediaan pekerja di
sektor lain.
Ada dua struktur di dalam perekonomian negara berkembang, yaitu sektor
kapitalis modern dan sektor subsisten terbelakng tidak hanya terdiri dari sektor
pertanian, tetapi juga sektor informal seperti pedagang kaki lima dan pengecer koran.
Sektor subsisten terbelakang mempunyai kelebihan poenawaran pekerja dan
tingkat upah relatif murah daripada sektor kapitalis modern. Lebih murahnya biaya
upah pekerja asal pedesaan akan dapat menjadi pendorong bagi pengusaha di
perkotaan untuk memanfaatkan pekerja tersebut dalam pengembangan industri
modern perkotaan. Selama berlangsungnya proses industrialisasi, kelebihan
penawaran pekerja disektor subsisten terbelakang akan diserap.
Bersamaan dengan terserapnya kelebihan pekerja di sektor industri modern,
maka pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat, selanjunya
peningkatan upah di pedesaan akan meningkat, selanjutnya peningkatan upah ini akan
mengurangi perbedaan/ketimpangan tingkat pendapatan antara perkotaan dan
pedesaan.
Dengan demikian menurut lewis, adanya kelebihan penawaran pekerja tidak
memberikan masalah pada pembangunan ekonomi. Sebaiknya kelebihan pekerja
justru merupakan modal untuk mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi bahwa
perpindahan pekerja dari sektor subsisten ke sektor kapitalis modern berjalan lancar
Teori Fei-Ranis (1961) yang berkaitan dengan negara berkembang yang
mempunyai ciri-ciri sebagi berikut : kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum
dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak disektor pertanian, banyak
pengangguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Menurut Fei- Ranis ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi
kelebihan buruh . Pertama, dimana penganggur semu (yang tidak menambah out put
pertanian) dialihkan sektor industri dengan upah institusional yang sama. Kedua,
tahap dimana pekerja pertanian menambah out put tetapi mempoduksi lebih kecil dari
upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula kesektor industri. Ketiga,
tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertania
mengahasilkan out put lebih besar daripada perolehan upah instutisional. Dan dalam
hal ini kelebihan pekerja terserap ke sektor jasa dan industri yang meningkat terus-
menerus sejalan dengan pertambahan out put dan perluasan usahanya.
2.3.3 Konsep Ketenagakerjaan
Beberapa pengertian yang berhubungan dengan kertenagakerjaan, yaitu :
1. Tenga Kerja (Manpower)
Adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh
penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap tenega kerja, dan jika mereka mau berpatisipsi dalam aktivitas
2. Angkatan Kerja (labor force)
Adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha
untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu produksi barang dan jasa.
3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (Labor force participation rate)
Adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umum
sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur tersebut.
Angkatan Kerja
TPAK = --- X 100 % Tenaga kerja
4. Tingkat Pengangguran (Unemployment rate)
Adalah angka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja
yang sedang aktif mencari pekerjaan. Pengertian menganggur disini adalah aktif
mencari pekerjaan.
Jumlah Orang Yang Mencari Pekerjaan
TP = --- X 100% Jumlah Angkatan Kerja
5. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)
Adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang
aktif mencari pekerjaan.
6. Setengah Menganggur (Underemployment)
Adalah perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang
dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan yang secara normal mampu dan ingin
7. Setengah Menganggur yang Kentara (Visible Underempolyment)
Adalah jika pekerja seseorang tidak tetap (part time) diluar keinginanya
sendiri, atau bekerja diluar keinginnannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang
lebih pendek dari biasanya.
8. Setengah Menganggur yang Tidak Kentara (Invisible Underemployment)
Adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjaan itu
dianggap tidak mencukupi, karena pendapatan yang terlalu rendah atau pekerjaan
tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya.
9. Penganguran Tidak Kentara (Disguised Unemployment)
Dalam angkatan kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi
sebetulnya mereka adalah penganggur jika dilihat dari segi produktivitasnya.
10. Pengangguran Friksional
Adalah penganggguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari suatu
pekerjaan ke pekerjaan yang lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang waktu
dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain tersebut.
11. Pengangguran struktural
Adalah pengangguran yang disebabkan karena ketidakcocokan struktur para
pencari kerja sehubungan dengan keterampilan, bidang keahlian, maupun daerah
2.3.4 Struktur Ketenagakerjaan
Struktur perekonomian suatu negara dapat dicerminkan dengan, antara lain
struktur lapangan pekerjaa utama, struktur jenis pekerjaan utama, dan status
pekerjaan utama dari pekerjanya.
A. Lapangan pekerja utama seseorang adalah bidang kegiatan utama pekerja
tersebut. Lapangan pekerja utama biasanya digolongkan atas :
c. Pertanian, perburuan, kehutanan, perikanan.
d. Pertambangan dan penggalian.
e. Industri pengolahan.
f. Listrik, gas, dan air
g. Bangunan.
h. Perdagangan besar, ecern, dan rumah makan.
i. Angkutan, pergudangan, dan komunikasi.
j. Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan dan tanah, serta jasa
perusahaan.
k. Jasa kemasyarakatan.
B. Jenis pekerjaan utama seseorang adalah pekerjaan yang dilakukan pekerja
tersebut. Jenis pekerja utama digolongkan atas :
a. Tenaga profesional, teknisi dan sejenisnya.
b. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan.
c. Tenaga tata usaha dan tenaga yang sejenisnya.
e. Tenaga usaha jasa.
f. Tenaga usaha pertanian, perburuan, dan perikanan.
g. Tenaga produksi, operator, alat-alat angkutan, dan pekerja kasar.
C. Status pekerjaan utama seseorang adalah jenis kedudukan seseorang dalam
melakukan pekerjaan. Status pekerjaan utama biasanya terdiri atas :
a. Buruh/karyawan adalah pekerja yang bekerja pada orang lain dengan
menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang.
b. Berusaha sendiri, bila pekerja tersebut bekerja atas resikonya sendiri,
dan dalam usahanya tidak memperkerjakan orang lain.
c. Berusaha dengan dibantu pekerja keluarga atau buruh tidak tetap.
d. Pekerja keluarga, yaitu pekerja yang tidak mendapat upah, baik dalam
bentuk uang ataupun barang.
e. Berusaha dengan buruh tetap, bila pekerja tersebut bekerja atas resiko
sendiri, dan dalam melaksanakan usahanya dia memperkerjakan buruh
tetap.
2.4 PERTUMBUHAN EKONOMI
Secara singkat pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per
kapita dalam jangka panjang. Sedangkan teori pertumbuhan ekonomi didefenisikan
sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yangmenentukan kenaikan output
tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan.(Boediono:
2)
2.4.1 Teori Perumbuhan Ekonomi A. Teori ekonomi klasik
Teori klasik secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kebijaksanaan pasar bebas. Ahli ekonomi klasik menyakini adnya
perekonomian pasar ersaingan sempurna-psa bebas yang secara otomatis
bebas dari segala ampur tangan pemerintah. Yang akan memaksimumkan
pendapatan nasional adalah ”tangan-tangan tak kelihatan”.
2. Pemupukan modal, kunci kearah kemajuan. Semua kelompok klasik
memandang pemupukan modal sebagai kunci kemajuan. Karena itu mereka
menekankan betapa penting arti tabungan dalam jumlah besar. Hanya pemilik
modal dan pemilik tanahyang mmpu untuk menbung, kata mereka. Kelas
pekerja tidak mampu menabung karena mereka hanya menerima upah yang
besarnya sama dengan tingkat kebutuhan hidup minimal.
3. Keuntungan, rangsang bagi investasi. Menurut kaum klasik, keuntungan
merangsang investasi, semakin besar akumulasi modal dan investasi.
4. Keuntungan cenderung menurun. Keuntungan tidak akan naik secara terus
menerus, namun cenderung menurun apabila persaingan untuk menghimpun
modal antarkapitalis meningikat. Menurut smith, alasan ialah naiknya
naik karena naiknya harga jagung, menurut ricardo, keuntungan akan
menurun.
5. Keadaan stasioner. Semua ahli ekonomi klasik meramalkan timbulnya
keadaan stasioner pada akhi proses pemupukan modal. Sekali keuntungan
mulai menurun, proses ini akan berlangsung terus sampai keuntungan menjadi
nol, pertumbuhan penduduk dan pemupukan modal terhenti, dan yingka upah
mencapai tingkat kebuthan hidup minimal.
Malthus menunjukkan adanya korelasi khusus antara pertumbuhan penduduk
dan persediaan makanan. Menurut dia, jika pertumbhan penduduk dibiarkan tidak
terkendali, maka ia akan melalui pertumbuhan modal dan juga sarana bagi kehidupan
hidup. Ricardo dan malthus melihat pertumbuhan penduduk dan kemerosotan
pertumbuhan modal sebagai akibat bekerjanya hukum ”hasil yang semakin
menurun”, sebagai penghalang akhir pembangunan ekonomi.
B. Teori pertumbuhan Neo Klasik
Ahli ekonomi Neo Klasik yang terkenal yaitu Yoseph Schumpeter dalam
bukunya ” The theory of Economics Development ” menekankan tentang peranan
pengusaha dalam pembangunan. Schumpeter berkeyakinan bahwa pembangunan
ekonomi terutama diciptakanoleh inisiatif dari golongan pengusaha yang inovatif atau
golongan enterpreneur, yaitu golongan masyarakat yang mengorganisasi dan
menggabungkan faktor-faktor produksi lainnya untuk menciptakan barang-barang
menciptakan inovasi atau pembaharuan dalam perekonomian.
Pembaharuan-pembaharuan yang dapat diciptakan oleh para pengusaha dapat dibedakan ke dalam
beberapa bentuk:
1. Memperkenalkan barang baru
2. Menggunakan cara-cara baru dalam memproduksi barang
3. Memperluas pasar barang ke daerah-daerah baru
4. Mengembangkan sumber bahan mentah yang baru
5. Mengadakan reorganisasi dalam suatu perusahaan atau industri.
Tentu saja penemuan yang mereka ciptakan (invention), itu belum merupakan
(inovation), dan belum pula merupakan pembangunan ekonomi selama belum ada
usaha untuk menggunakan penemuan tersebut dalam kegiatan produksi.
Pembangunan ekonomi baru tercipta apabila penemuan-penemuan baru yang terjadi
digunakan oleh para pengusaha untuk menciptakan pembaharuan-pembaharuan.
Sedangkan fungsi para penyelidik ilmuwan menurut Scumpeter hanya terbatas pada
penemuan baru.
Pada pertengahan tahun 1950-an berkembanglah teori ekonomi Neo Klasik.
Perintis teori neo klasik yaitu solow , kemudian diikuti dan dikembangkan oleh
Edmund Philips, Harry Johson, dan J.E. Meade.
Menurut ekonomi neo klasik tingkat bunga dan tingkat pendapatan
menentukan tingginya tingkat tabungan. Pada tingkat tertentu tingkat bungan akan
menentukan tingginya tingkat investasi. Jika tingkat bunga rendah, maka investasi
Perkembangan teknologi, menurutnya pandangan neo klasik merupakan salah
satu faktor pendorong kenaikan pendapatan nasional. Yang dimaksud perkembangan
teknologi dalam konteks ini adalah penemuan-penemuan baru yang relatif lebih
bersifat penghemat buruh. Sehingga dengan adanya kemajuan teknik akan
menciptakan permintaa yang kuat terhadp barang-barang kapital.
C. Teori pertumbuhan Rostow
Menurut Rostow, pembangunan ekonomi atau transformasi suatu masyarakat
tradisional mejadi suatu masyarakat modern merupakan proses yang berdimensi
banyak. Pembangunan ekonomi menurutnya bukan saja menyangkut perubahan
dalam struktur ekonomi, tetapi juga menyangkut proses yang menyebabkan
1. Perubahan reorintasi organisasi ekonomi
2. Perubahan masyarakat
3. Perubahan cara penanaman modal yang tidak berproduktif kepada yang lebih
produktif
4. Perubahan cara masyarakat dalam menentukan kedudukan seseorang dari
family system menjadi ditentukan oleh kesanggupan melaksanakan pekerjaan
5. Perubahan pandangan masyarakat yang pada mulanya bekeyakinan bahwa
kehidupan manusia ditentukan oleh alam, selanjutnya berpandangan bahwa
manusia harus memanipulasi keadan alam sekitarnya untuk menciptakan
Rostow dalam bukunya ”The Stages of economic” (1960) Rostow
mengemukakan tahap-tahap dalam proses pembangunan ekonomi yang dialami oleh
setiap negara pada umumnya kedalam lima tahap, yaitu:
1. Masyarakat traditisional
Rostow mengartikan tahap masyarakat tradisional sebagai suatu masyarakat
yang struktur berkembang di dalam fungsi produksi yang terbatas, yang didasarkan
kepada teknologi, ilmu pengetahuan, dan sikap masyarakat seperti sebelum masa
newton. Yang dimaksud Rostow dengan masyarakat sebelum masa Newton adalah
suatu masyarakat yang masih menggunakan cara-cara berproduksi yang relatif
primitif dan cara hidup masyarakat yang masih dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
dicetuskan oleh cra pemikiran yang tidak rasional, tetapi oleh kebiasaan yang telah
berlaku secara turun temurun.
Menurut Rostow dalam suatu masyarakat tradisional tingkat produksi per
kapita dan tingkat produktivitas per pekerja masih terbatas, oleh sebab itu sebahagian
besar sumber daya masyarakat masih digunakan untuk kegiatan sektor pertanian.
Struktur sosial masyarakat bersifat berjenjang hubungan darah dan keluarga
memainkan peranan yang menentukan. Kekuasaan politik terpusat di daerah, di
tangan bangsawan pemilik tanah yang didukung oleh sekelompok serdadu dan
pegawai negeri. Pertanian biasanya menjadi sumber utama pendapatan negara dan
2. Tahap prasyarat tinggal landas
Rostow mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang
menyebabkan perubahan ciri-ciri penting dari suatu masyarakat, yaitu perubahan
dalam sistem politiknya, struktur sosialnya, nilai-nilai masyarakatnya, dan struktur
kegiatan ekonominya. Apabila perubahan-erubahan seperti itu muncul, maka proses
pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sudah mulai berlaku.
Rostow mendefenisikan tahap ini sebagai suatu masa transisipada ketika suatu
masyarakat telah mempersiapkan dirinya, atau dipersiapkan dari luar, untuk mencapai
pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustained
growth) menurut rostow pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan berlangsung secara otomatis.
3. Tinggal landas
Suatu masa dimana berlakunya perubahan yang sangat drastis dalam
masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan pesat dalam inovasi atau
berupa terbentuknya pasar baru
Tiga kondisi penting yang saling berkaitan di bawah ini merupakan
persyaratan tahap tinggal landas:
1. Terwujudnya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari lebih
kurang 5 persen menjadi 10 persen dari Produk Nasional Neto (Net National
Product atau NNP)
2. Terjadinya peningkatan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju
3. Adanya atau terciptanya suatu rangka dasar politik, sosial atau institusional yang akan menciptakan pertumbuhan yang terus-menerus atau self sustained
growth.
4. Dorongan menuju kedewasaan
Adalah suatu masa dimana masyarakat secara efektif menggunakan teknologi
modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alam. Ciri penting
pada tahap ini :
1. Te