• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Organisational Learning Terhadap Hubungan Antara Implementasi TQM Dengan Kinerja Perusahaan : Studi kasus pada perusahaan Bersertifikat ISO Pupuk Kaltim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Organisational Learning Terhadap Hubungan Antara Implementasi TQM Dengan Kinerja Perusahaan : Studi kasus pada perusahaan Bersertifikat ISO Pupuk Kaltim"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ORGANISATIONAL LEARNING TERHADAP

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI TQM DENGAN

KINERJA PERUSAHAAN

(Studi kasus pada Perusahan Bersertifikat ISO Pupuk Kaltim)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Tiur Ceni NIM: 105082002734

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PENGARUH ORGANISATIONAL LEARNING TERHADAP

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI TQM DENGAN

KINERJA PERUSAHAAN

(Studi kasus pada Perusahan Bersertifikat ISO Pupuk Kaltim )

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Tiur Ceni NIM: 105082002734

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si. NIP. 131474891 NIP. 150377440

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

Hari ini tanggal 17 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Uji Komprehensif atas nama Tiur Ceni NIM: 105082002734 dengan Judul Skripsi “Pengaruh Organisational Learning Terhadap Hubungan Antara Implementasi TQM dengan Kinerja Perusahaan”. Memperhatikan penampilan mahasiswi tersebut selama masa ujian berlangsung maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Juni 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Afif Sulfa SE. Ak, MSi Rahmawati, SE. MM. Ketua Sekretaris

(4)

Hari ini tanggal 30 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Tiur Ceni NIM: 105082002734 dengan Judul Skripsi “Pengaruh Organisational Learning Terhadap Hubungan Antara Implementasi TQM dengan Kinerja Perusahaan”. Memperhatikan penampilan mahasiswi tersebut selama masa ujian berlangsung maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Juni 2009

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si. Ketua Sekretaris

(5)

I. IDENTITAS PRIBADI

• Nama : Tiur Ceni

• Jenis Kelamin : Perempuan

• Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Agustus 1986 • Agama : Islam

• Alamat : Jl. Warga Rt 09/Rw 003 No. 61 Kelurahan Pejaten Barat Pasar minggu Jak-Sel 12510 • Telepo : 021-7971918/087885521795

• Email : tiur_ceni@yahoo.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

• SDN 08 Pagi Jakarta : 1994 - 1999

• SLTPN 107 Jakarta : 1999 - 2002

• SMUN 55 Jakarta : 2002 - 2005

(6)

Abstract

Tiur Ceni: “The effect of Organisational Learning on the Relationship Between Implement TQM with Performace (A Study of Pupuk Kaltim’Company)”.

This research is purpose to examined the effect of TQM with performance and OL as moderating variables. Hypoteses that proposed on this research is TQM will have significant effect on performance. Organisational Learning will have significant effect on the relationship between TQM with performance.

The populations are woker on the Pupuk kaltim Company that location in Kebon sirih center Jakarta. Random sampling used to take the samples. The samples was taken about 50 responden which collected by using questionaries. Data analyze method is validity and reliability analysis, than calsical asseption analysis and hypotesess analysis used simple regression and MRA (Moderated Regreresion analysis).

From computation, the result of 64 item of valid, reliable, and fulfilled the calsical assumption. The result of hypothesis analysis show that TQM have significantly effect on performance than OL doesn’t have significan effect and didn’t moderate the relationship between TQM with performance.

(7)

Abstrak

Tiur Ceni: “Pengaruh Organisational Learning Terhadap Hubungan Antara Implementasi TQM Dengan Kinerja Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan bersertifikat ISO Pupuk Kaltim)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh TQM Terhadap Kinerja Perusahaan dengan menggunakan Organisational Learning/OL sebagai variabel moderating. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah TQM berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Organisational Learning/OL berpengaruh positif terhadap hubungan antara TQM dan Kinerja Perusahaan

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan pada perusahaan Pupuk Kaltim yang berlokasi di Kebon sirih Jakarta Pusat. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode random sampling. Sampel yang diambil berjumlah 50 responden yang dikumpulkan dengan mengunakan kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah uji validitas dan uji reliabilitas, uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji regresi sederhana dan uji MRA ( Moderated Regresion analysis).

Berdasarkan hasil uji validitas. uji reliabilitas dan uji asumsi klasik menunjukan bahwa semua variabel dinyatakan valid, reliabel dan memenuhi asumsi klasik. Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa TQM berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, sementara Organisational Learning/OL tidak berpengaruh signifikan dan tidak mampu memoderasi hubungan antara TQM dan Kinerja.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhamad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya. Atas berkah, rahmat dan kasih sayang-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Organisational Learning Terhadap Hubungan Antara Implementasi TQM dengan Kinerja Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Bersertifikat ISO Pupuk Kaltim)”. Mengingat kemampuan penulis yang serba terbatas, penulis mohon maaf apabila dalam skripsi ini banyak terdapat kekurangan. Meskipun demikian mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Penulis juga menyadari bahwa keberhasilan yang diperoleh adalah juga berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh Karenanya, tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Keluargaku tersayang mama, kakak-kakaku semuanya, enci Uwi dan enci Yeni yang telah memberikan dorongan serta bantuan moril maupun materil yang sangat penulis butuhkan hingga selesainya skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS. Selaku Dosen Pembimbing I dan selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

3. Ibu Yessi Fitri SE, Ak., MSi. Selaku Dosen Pembimbing II dan Sekretaris Jurusan Akuntansi yang dengan sabar membimbing, mengarahkan, dan memberi masukan segala hal selama proses pengerjaan skripsi.

(9)

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu sosial yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

6. Seluruh staf akademik FEIS UIN yang telah banyak membantu.

7. Kepada Emba Tusi, SE (Karyawan Pupuk Kaltim) yang telah membatu mendistribusikan kuesioner, pihak-pihak yang telah mengisi kuesioner dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

8. Rekan-rekan seperjuangan di Akuntansi D, Akuntansi Manajemen angkatan 2005

9. Sahabat-sahabat terbaik penulis: Kakak Rika, Teh Asri, Encing Iyah, Husnul (Oti), Iis, Novia, Ici, Putri, Siti Mastanah, Herlin, dan Robi

10. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Mohon maaf apabila ada pihak-pihak yang namanya tidak tercantumkan. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan kepada pihak-pihak yang selama ini telah banyak membantu penulis.

Jakarta, Juni 2009

(10)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahaan Skripsi………i

Lembar Pengesahaan Ujian Komprehensif………...ii

Lembar Pengesahaan Ujian Skripsi………iii

Daftar Riwayat Hidup……….…iv

Abstract..………..v

Abstrak………....vi

Kata Pengantar………...vii

Daftar Isi……….ix

Daftar Tabel………...xii

Daftar Gambar………..xiii

Daftar Lampiran………...xiv

BAB I PENDAHULUAN………...…..…..1

A. Latar Belakang Penelitian...……….2

B. Rumusan Masalah………... 4

C. Tujuan penelitian ……….4

D. Manfaat Penelitian ………...5

BAB II KERANGKA TEORITIS………6

A. Manajemen Mutu Terpadu (TQM) ……….6

1. Definisi TQM ………...6

(11)

3. Prinsip-Prinsip Umum TQM ………..12

4. Standar ISO ………13

B. Organisational Learning (OL) ………..19

1. Definisi Organisational Learning /OL………...19

2. Pokok Pikiran Organisational Learning /OL……….20

3. Ciri-Ciri Organisational Learning/OL……….26

4. Penciptaan Iklim Organisational Learning/OL ……….28

C. Model Penelitian ………29

1. Kerangka Pemikiran ………...29

2. Hipotesis………..31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………..32

A. Ruang Lingkup Penelitian………..32

B. Metode Penentuan sampel ……….32

C. Metode Pengumpulan Data ………...33

D. Metode Analisis Data ………33

1. Uji Kualitas Data ………....33

2. Uji Asumsi Klasik ………..34

3. Uji Hipotesis ………...36

(12)

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN………...42

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian………...42

1. Tempat dan Waktu penelitian ………...42

2. Gambaran Distribusi Kuesioner ………42

B. Penemuan dan Pembahasan ………...43

1. Hasil Uji Kualitas Data ……….43

a. Uji Validitas ………..43

b. Uji Reliabelitas ………..47

2. Uji asumsi Klasik ………..48

a. Uji Normalitas ………...48

b. Uji Multikolinearitas ……….49

c. Uji Heterokedasitas ………...50

3. Uji Hipotesis………...51

a. Hasil Uji Hipotesis 1 ……….52

b. Hasil Uji Hipotesis 2 ……….55

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI……….60

A. Kesimpulan ………....60

B. Implikasi.……….. 61

DAFTAR PUSTAKA………...…... 63

(13)

DAFTAR TABEL

NO Keterangan Halaman

Tabel .3. Operasionalisasi Variabel Penelitian...38

Tabel 4.1. Gambar Distribusi Kuesioner...41

Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas Variabel TQM...42

Tabel 4.3. Hasil Uji Validitas Variabel Organisational Learning...45

Tabel 4.4. Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Perusahaan... 46

Tabel 4.5. Hasil Uji Reliabilitas TQM...47

Tabel 4.6. Hasil Uji Reliabilitas OL...47

Tabel 4.7.Hasil Uji Reliabilitas Kinerja Perusahaan...48

Tabel 4.8. Hasil Uji Multikolonieritas... ...50

Tabel 4.9. Koefisien Determinasi...52

Tabel 4.10. Hasil Uji t...54

Tabel 4.11. Koefisien Determinasi...56

Tabel 4.12 Hasil Uji F...56

(14)

DAFTAR GAMBAR

NO Keterangan Halaman

Gambar 2.1. Model Pengaruh TQM Terhadap Kinerja Perusahaan...31

Gambar 2.2. Model Pengaruh Organisational Learning Terhadap Hubungan Antara TQM dengan Kinerja Perusahaan...31

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 49

Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas...51

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Krisis global yang dialami hampir seluruh entitas bisnis saat ini, menyebabkan perusahaan melakukan efisiensi dan efektititas yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja. Selain itu tekanan-tekanan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas merupakan bagian dari lingkungan bisnis dalam ekonomi global, dimana pesaing tidak hanya bertambah jumlahnya, melainkan juga mutunya. Perusahaan yang baru muncul, tidak sekedar muncul, melainkan muncul dengan produk yang bermutu lebih baik dan harga yang lebih bersaing. Strategi bisnis yang mereka lakukan seringkali mengejutkan pembisnis lama karena lebih kreatif, inovatif dan atraktif.

Kita ketahui bersama“quality management movement” topik pembicaran yang menarik lebih dari dua dekade yang menjadi area riset di bidang manajeman (Cebeci dan Ruan, 2007:1). Penulis mengkhususkan pada dua area penting yaitu Total Quality Management (TQM) dan ISO 9000.

(16)

organisasi dan selanjutnya dimasukkan dalam bentuk teknologi baru atau produk yang selalu mengikuti perkembangan inovasi.

Beberapa peneliti bidang akuntansi menyatakan bahwa kinerja perusahaan yang rendah disebabkan oleh ketergantungannya terhadap sistem akuntansi manajemen perusahaan tersebut yang gagal dalam penentuan sasaran-sasaran yang tepat. Menurut Porter (1980), pelaku bisnis dituntut untuk berlomba-lomba melakukan strategi kompetisi dengan fokus pada penciptaan sesuatu yang berbeda untuk melayani konsumen dengan perpaduan yang unik. Porter (1999) juga mengatakan bahwa inti strategi suatu organisasi adalah “coping with competition” (Salman dan Godono, 2006: 2). Perusahaan harus mampu menyesuaikan diri sedekat mungkin dengan kompetisi pasar yang sedang dihadapinya. Perusahaan harus mempunyai kinerja yang baik agar menjadi lebih unggul dalam bersaing dari kompetitornya.

Literatur strategi manufaktur menunjukkan bahwa kualitas produk sebagai salah satu prioritas bersaing utama untuk memperoleh manfaat bersaing adalah sesuatu yang dapat didukung (Hill dalam Salman dan Gundono, 2006). Oleh karena itu perusahaan perlu mengutamakan konsistensi melalui pengembangan suatu sistem yang dapat mendukung kinerja para pekerjanya.

(17)

tersebut membuktikan bahwa daya tahan suatu bisnis sangat tergantung pada kinerja organisasinya. Organisasi harus kompetitif atau mampu bersaing. Organisasi yang kompetitif dicirikan oleh produktifitas, fleksibelitas, kecepatan, kualitas yang memadai dan berfokus pada pelanggan. Untuk itu tuntutan tersebut mengiring perusahaan untuk melakukan perubahan dalam cara pengorganisasian dan pengolahan perusahaan dengan menempatkan pengetahuan dan “human capital” dimana dalam interen perusahaan lebih dikenal dengan konsep “knowledge management” atau “learning organizational”.

Pedler, et al (1991) dalam Ariani (2003) mengungkapkan Organisasi Belajar adalah organisasi yang mendukung kegiatan atau proses pembelajaran bagi semua anggota dan secara terus menerus mengadakan perubahan sehingga dapat dikatakan OL merupakan hasil pembelajaran dan perilaku anggotanya, sehingga OL sangat dibutuhkan dalam pengimplementasian TQM yang merupakan filosofi manajeman dimana mencoba menyatukan seluruh fungsi organisasional yang fokus pada kebutuhan pelanggan dan tujuan organisasional (Hashmi dalam Benjamin dan Elizabeth 2005: 2), yang artinya TQM memfokuskan pada penciptaan lingkungan yang mendukung perkembangan kreatifitas, dan pemikiran risiko pada permintaan pelanggan menggunakan partisipasi problem solving manajer perusahaan, karyawan dan pelanggan (Noe et al dalam Benjamin dan Elizabeth 2005: 2).

(18)

efek positif terhadap kinerja perusahaan. Micaela Martinez dkk, (2007) memberikan bukti empiris yang menunjukan adanya hubungan yang melibatkan TQM, ISO 9000 dan kinerja perusahaan dimana perusahaan yang bersertifikasi memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan tanpa sertifikasi ISO 9000 dan kinerja perusahaan lebih baik setelah mengimplementasikan TQM. Tidak berbeda dengan penelitian Franka dan Slavko (2008), Heras et al (2002), Ho et al (2005) dan Capinetti et all (2003) dimana ISO 9001 dan TQM mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kompetitif perusahaan atau aktivitas bisnis perusahaan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah: penelitian ini berfokus pada TQM dan Organisational Learning, serta kinerja perusahaan dimana implementasi TQM disertai dengan sertifikasi ISO 9000. Adapun perbedaan dengan hasil penelitian yang dilakukan Martinez dan Jimenez adalah menjadikan organizational learning sebagai pemoderating dan merupakan studi kasus pada Pupuk Kaltim di Jakarta.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah TQM berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan? 2. Apakah Organisational learning berpengaruh signifikan terhadap

hubungan antara TQM dengan kinerja perusahaan?

C. Tujuan Penelitian

(19)

1. Untuk mengetahui pengaruh TQM terhadap kinerja perusahaan

2. Untuk mengetahui pengaruh Organisational learning terhadap hubungan antara TQM dengan kinerja perusahaan

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, diantaranya:

1. Perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya dengan memenuhi kriteria-kriteria dari hasil penelitian ini

2. Masyarakat, yaitu sebagai sarana informasi tentang perusahaan yang produknya merupakan kebanggaan bangsa Indonesia apakah mutunya selalu terjaga

(20)

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Manajemen Mutu Terpadu (TQM)

1. Definisi TQM

Manajemen mutu total (Total Quality Management-TQM) adalah teknik di mana manajemen mengembangkan kebijakan dan praktik-praktik untuk meyakinkan bahwa produk dan jasa perusahaan melampaui harapan pelanggan (Blocher dan Cokirsin, 2007:18). Manajemen mutu total adalah pendekatan tingkat perusahaan atas perbaikan mutu yang mencari cara untuk memperbaiki mutu di semua proses dan aktivitas (Carter Usry, 2006:199). TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan kepuasan pelanggan (Ishikawa 1993:135 dalam Nasution 2005). Adapun pengertian TQM dalam bukunya Donal A Bal dkk (2007:482) ialah suatu pendekatan manajermen menyeluruh perusahaan untuk memastikan kualitas di seluruh organisasi.

(21)

a. Pengembangan perorangan dan profesional

Implikasi dari hal ini ialah bahwasanya perorangan peribadi harus kontinu memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri dalam konteks ilmu pengetahuan.

b. Hubungan inter-personal

Hubungan ini sangat penting dalam menentukan harmonisasi sinergi organisasi maupun dalam konteks kerjasama tim. Hubungan yang harmonis ini hanya akan tercapai apabila setiap orang berusaha meningkatkan kualitas diri untuk memberikan kontribusi yang berkualitas dan memadai dalam rangka pengembangkan kesinergian organisasi. Selain itu kualitas hubungan interpersonal dalam kerjasama tim sangat menentukan keberhasilan tim untuk memecahkan berbagai masalah organisasi karena:

1) Keterampilan dan hasil kerja suatu tim mempunyai dampak lebih besar terhadap organisasi dari pada perorangan/individu. 2) Para anggota tim akan lebih kuat saling mendorong dan

memotivasi dalam suatu group/tim dibandingkan dengan seorang individu.

(22)

harmonis dan saling menunjang secara komplementer dan kolektif.

c. Efektivitas managerial

Secara umum setiap manajemen harus dapat melaksanakan beberapa hal mendasar sebagai berikut:

1) Menentukan visi, misi serta sasaran jangka panjang

2) Membuat perencanaan pelaksanaan misi dalam tahapan yang realitas dengan pengukuran kualitas yang konsisten dan baik. 3) Menentukan bisnis inti dan mengembangkan kompetensi bisnis

inti secara konsisten dan kontinu meningkatkan kualitas. 4) Mengembangkan kreativitas dan daya inovasi SDM dengan

memperdayakan serta meningkatkan motivasi dan kualitas kinerja.

5) Pengembangan kualitas SDM merupakan strategi bisnis terpadu.

6) Proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mendengarkan semua suara konsumen, proses produksi dan karyawan dengan komunikasi yang efektif dan efisien.

(23)

produksi cacat dapat dikatakan bahwa telah mencapai tingkat efektivitas manajerial.

d. Produktivitas organisasi

Dalam setiap organisasi sebagai suatu sistem terdapat:

1)Input, yaitu semua masukan seperti bahan baku (material), energi, SDM dan modal.

2)Proses, yaitu sistem dan teknologi untuk mengelolah input diatas menjadi suatu produk/jasa.

3)Output, yaitu hasil kerja berupa produk/jasa yang siap pakai bagi konsumen.

Pengertian total philosophy diatas ialah bahwa kualitas bukanlah suatu program akan tetapi berakar dalam prinsip-prinsip seperti keyakinan, harapan, rendah hati, kerja keras, konsistensi dalam tujuan, perbaikan, progress, nilai-nilai moral dan kebenaran yang harus menjadi budaya kehidupan oganisasi.

2. Lima Pilar dalam TQM

(24)

a. Organisasi

Definisi organisasi sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut tugasnya masing-masing, yang sebagai suatu kesatuan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga bisa dipisahkan secara tegas dari lingkungannya.

b. Kepemimpinan

Kepemimpinan menurut Goetsch dan Davis (1994:192), kepemimpinan yang berkaitan dengan TQM yaitu merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab total terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi.

Secara umum seorang pemimpin yang baik harus memiliki beberapa karakteristik berikut:

1) Tanggung Jawab yang seimbang 2) Model peranan yang positif

3) Memiliki keterampilan komunikasi yang baik 4) Memiliki pengaruh yang positif

5) Mempunyai kemampuan untuk meyakini orang lain c. Komitmen

(25)

daya yang baik dari tingkat top management, middle managemen sampai pada staf petugas pelayanan.

Manajemen puncak harus memberikan bukti komitmennya untuk pengembangan dan penerapan sistem manajemen mutu dan terus menerus meningkatkan keefektifitasan dengan:

1) Berkomunikasi pada organisasi tentang pentingnya memenuhi persyaratan pelanggan dan memenuhi peraturan hukum yang berlaku

2) Menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu 3) Memastikan sasaran mutu dibuat

4) Melaksanakan tinjauan manajemen

5) Memastikan tersedianya sumber daya yang cukup d. Proses

Proses menurut Robert B. Maddux dalam Delecating for Result, proses manajement terdiri dari empat fungsi yaitu: merencanakan, mengorganisir, memotivasi dan mengontrol.

e. Produk

(26)

3. Prinsip-Prinsip Umum TQM (Agus Purwanto: 2002)

a. Customer Focus, fokus setiap usaha selalu pada konsumen b. Quality Leadership, kepemimpinan berkualitas tinggi

c. Stakeholder Focus, fokus pada kepentingan pemegang saham, seluruh karyawan perusahaan, pemasok, konsumen, serta masyarakat pada umumnya.

d. Intergrated Business Strategy, falsafah dan perencanaan kualitas sudah diintegrasikan dalam strategi bisnis.

e. Teamwork, memelihara kerjasama yang baik dalam tim

f. Empowerment, kemampuan memberikan kepercayaan dan wewenang g. Process management, manajement proses dengan kualitas tinggi h. Asset Management, manajement asset yang efisien

i. Continues Improvemet, perbaikan kualitas yang terus menerus j. Learning organization, menanam paradigm untuk belajar terus

k. Measurement, pengukuran semua langkah tahap proses untuk mengetahui dimana dan bilamana diperlukan perbaikan untuk mencapai standar kualitas yang telah diuji.

l. Marketing management, kemampuan menciptakan pasar baru, atau mencari cela pasar dan mempertahankan segmen pasar

m. Value Added, menciptakan nilai tambah produk/jasa yang bermanfaat bagi konsumen dan menuntungkan produsen.

(27)

melalui perbaikan secara berkesinambungan atas kualitas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan organisasi. TQM merupakan pendekatan yang seharusnya dilakukan organisasi masa kini untuk memperbaiki kualitas produknya, menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitasnya. Banyak peneliti melakukan analisis pengaruh yang kuat implementasi TQM dalam kinerja bisnis dan selalu menunggu mekanisasi yang akan menjadikan pencapaian tujuan. Sederhananya mereka konsisten menemukan hubungan yang positif antara implementasi TQM dan kinerja perusahaan (Martinez dkk, 2007:2). TQM akan berbeda untuk masing-masing perusahan karena produk dan proses produksi yang berbeda-beda, namun ada beberapa karakteristik yang sama untuk seluruh perusahaan (Santoso, 2003:131) dalam Khairunisa (2008) yaitu:

a.Tujuan perusahaan untuk seluruh aktivitas bisnis adalah melayani kepuasan pelanggan

b.Top manajemen memberikan peran aktif dalam peningkatan kualitas c.Seluruh karyawan aktif dalam peningkatan kualitas

d.Perusahaan memiliki sistem untuk mengidentifikasi, masalah-masalah kualitas, menyelesaikannya dan menyusun tujuan-tujuan peningkatan kualitas e.Karyawan merupakan asset yang paling berharga dan memberikan pelatihan.

4. Standar ISO

(28)

mengoptimalkan kepuasan. Kepuasan yang optimal akan terjadi apabila adanya

quality assurance (penjamin kualitas) dimana banyak negara mengenal dan menjadi bagian, misalnya Seri ISO 9000 yang dapat didefinisikan sebagai sistem terpadu untuk mengoptimalkan efektivitas mutu suatu perusahaan dengan menciptakan sebuah kerangka kerja untuk meningkatkan atau perbaikan secara berkesinambungan (Nasution, 2005:299). Sejak 1987 ISO 9000 merupakan seri yang pertama dikeluarkan. Tujuan utama dari ISO 9000 adalah sebagai berikut (Nasution, 2005: 300):

1. Organisasi mencapai dan mempertahankan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, sehingga secara berkesinambungan dapat memenuhi kebutuhan para pembeli atau pelanggan.

2. Organisasi memberikan keyakinan kepada pihak manajemennya sendiri bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah dicapai dan dapat dipertahankan.

3. Organisasi memberikan keyakinan kepada pihak pembeli bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah atau akan dicapai dalam produk atau jasa yang dijual.

(29)

protek, dikarenakan dengan ISO 9000 kita dapat mengimplementasikan proyek memahami proses dan memantau proses.

Secara umum, penelitian kinerja ISO 9000 mempunyai efek positif terhadap hasil kinerjanya, walaupun demikian antara ISO 9000 dan kinerja perusahaan tidak selamanya menghasilkan hal positif, dikarenakan banyak aspek yang mempengaruhi. Hal itu dijelaskan pada penelitian yang dilakukan Micaela Martinez dkk, (2007) perusahaan yang bersertifikat kinerjanya lebih baik dibandingkan perusahaan yang tidak bersertifikat dalam hasil kinerja internalnya, tetapi perusahaan yang bersertifikat tidak lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang tidak bersertifikat di hasil kinerja eksternalnya. Pupuk Kaltim perusahaan sebagai objek penelitian bersertifikat ISO 9001 dan 14001, dimana ISO 9001: 2000 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen kualitas. Adapun manfaat penerapan sistem manajemen kualitas ISO 9001:2000 ( Gaspersz, 2005:17) adalah:

1. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui jaminan kualitas yang terorganisasi dan sistematik. Proses dokumentasi dalam ISO 9000:2000 menunjukan bahwa kebijakan, prosedur, dan instruksi yang berkaitan dengan kualitas telah direncanakan dengan baik.

(30)

3. Audit sistem manajemen kualitas dari perusahaan yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 dilakukan secara periodik oleh registrasi sehingga pelanggan tidak perlu melakukan audit sistem kualitas. Hal ini akan menghemat biaya dan mengurangi duplikasi audit sistem kualitas oleh pelanggan.

4. Perusahan yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 secara otomatis terdaftar pada lembaga registrasi, sehingga apabila pelanggan potensial ingin mencapai pemasok bersertifikat ISO 9001:2000 akan menghubungi lembaga registrasi. Jika nama perusahaan itu telah terdaftar pada lembaga registrasi bertaraf internasional, maka hal itu berarti terbuka kesempatan pasar baru. 5. Meningkatkan kualitas dan produktivitas dari manajemen melalui kerjasama

dan komunikasi yang lebih baik, sistem pengendalian yang konsisten, serta pengurangan dan pencegahan pemborosan karena operasi internal lebih baik. 6. Meningkatkan kesadaran kualitas dalam perusahaan.

7. Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh karyawan dan manajer organisasi melalui prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi yang terdefinisi secara baik.

(31)

Menurut Gagliardi (1995) dalam Ariani (2003:151), Pentingnya registrasi ISO secara nyata untuk perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Pemrosesan produk atau jasa dikendalikan untuk secara konsisten menghasilkan produk yang berkualitas

2. Memungkinkan perubahan personil tanpa gangguan dalam kualitas produk atau ketepatan waktu penyampaian

3. Manajemen melakukannya untuk mempertahankan kepuasan pelanggan dan akan menanggapi keluhannya dengan tindakan korektif

4. Memenuhi pesanan pelanggan yang dapat diketahui sebelum memulai pekerjaan sehingga dapat mengurangi konflik selama proses produksi 5. Calon pembeli, tanpa pengalaman atau pengetahuan utama tentang

perusahaan yang dituju telah mendapatkan jaminan akan memperoleh produk yang berkualitas

6. Pelanggan tidak lagi melaksanakan pemeriksaan atau pengujian untuk mengetahui apakah perusahaan pemasok memenuhi syarat untuk penyediaan sumber daya

7. Parameter daya yang dilaporkan telah memenuhi standar nasional

(32)

adalah fokus pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan orang, pendekatan proses, pendekatan sistem terhadap manajeman, peningkatan terus menerus, pendekatan faktual dalam pembuatan keputusan dan hubungan pemasok yang saling menguntungkan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip umum TQM. Alasan ISO 9000 digunakan oleh berbagai Negara adalah: 1. Memperbaiki atau meningkatkan kualitas

2. Memenuhi kebutuhan konsumen atau pelanggan 3. Memenuhi kebijakan perusahaaan atau industri

4. Memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang memegang kekuasaan, seperti pemilik, pemegang saham, dan lain-lain

5. Mempunyai sertifikasi untuk penjamin produk memasuki pasar global

ISO 9000 mempunyai 20 elemen yang perlu mendapatkan perhatin dalam Ariani (2003:146) adalah:

1. Kebijakan/tanggung jawab manajemen

2. Sistem kualitas yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses, dan sumber-sumber untuk menerapkan manajemen kualitas

3. Pemeriksaan perjanjian 4. Pengendalian perancangan 5. Pengendalian dokumen 6. Pembelian

(33)

8. Identifikasi dan kemamputelusuran produk 9. Pengendalian proses

10.Pengujian dan pemeriksaan

11.Pemeriksaan, pengukuran, dan pengujian alat 12.Inspeksi dan keadaan/status pengujian 13.Pengendalian produk

14.Tindakan korektif

15.Penanganan, penyimpanan, pengepakan, pengiriman 16.Rekama/catatan kualitas

17.Pemeriksaan kualitas internal 18.Pelatihan

19.Pelayanan

20.Teknik-Teknik statistic

B. Organisational Learning (OL)/ Organisasi Belajar

1. Definisi Organisasi Belajar

Organisasi belajar dapat dipandang sebagai tanggapan atas makin meningkatnya dinamika dan “unpredictable”-nya lingkungan bisnis. Ada beberapa penulis yang mengemukakan definisi:

(34)

“Organisasi di mana orang-orangnya secara terus-menerus mengembangkan kapasitasnya guna menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, dimana pola-pola berfikir baru dan berkembang dipupuk, dimana aspirasi kelompok diberi kebebasan, dan dimana orang-orang secara terus-menerus belajar mempelajari (learning to learn) sesuatu secara bersama” (Seng, 1990).

Di samping itu ada satu definisi yang mencoba menguraikannya secara lebih komprehensif. "Organisasi belajar adalah organisasi yang di dalamnya terdapat sistem, mekanisme, dan proses, yang digunakan secara kontinu oleh anggota-anggotanya guna meningkatkan kapabilitas sehingga mampu mencapai sasaran pribadinya dan komunitas di mana dia berpartisipasi (Skyrme dalam Mustafa, 2001:9).

2. Pokok Pikiran Organisasi Belajar

Beberapa pokok pikiran penting yang mencirikan organisasi belajar adalah:

a. Adaptif pada lingkungan eksternal

b. Terus-menerus meningkatkan kapabilitas untuk berubah

c. Mengembangkan kemampuan belajar secara individual dan kolektif d. Menggunakan hasil belajar untuk mencapai hasil yang lebih baik.

(35)

1988; McGill & Slocum, 1993; Snell dkk, 1996 dalam Martinez dkk). Menurut Pedler et al dalam Ariani (2003) Organisasi belajar adalah organisasi yang mendukung kegiatan proses pembelajaran bagi semua anggota dan secara terus-menerus mengadakan perubahan. Terdapat tiga fase (tipe) belajar, yaitu: Mempelajari fakta-fakta, pengetahuan, proses, dan prosedur. Diaplikasikan pada situasi buruk yang telah diketahui.

1. Mempelajari keterampilan kerja baru yang bisa ditransfer ke situasi lain. Diaplikasikan pada situasi baru yang memerlukan perubahan. Membawa pakar dari luar organisasa merupakan cara yang bermanfaat.

2. Belajar beradaptasi, diaplikasikan pada situasi yang lebih baik. 3. Belajar mempelajari sesuatu.

Menurut Crossan dkk (1995 dalam Micaela dkk dan Buddy Ibrahim) proses belajar ini terjadi pada tiga tingkatan, yaitu tingkatan individu, tim, dan organisasi/masyarakat untuk mengaplikasikan tipe belajar diatas yaitu: 1. Tingkat Individu, Sebelum proses belajar dimulai seorang pemimpin harus

mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi motivasi karyawan dan pola berfikir mereka untuk melaksanakan motivasi tersebut. Apabila suasana lingkungan motivasi tercipta, maka proses belajar individu akan menjadi efektif.

(36)

a. Kompleksitas masalah memerlukan tim lintas fungsional.

b. Kemampuan kreativitas kolektif dalam tim mempunyai efek lebih besar terhadap organisasi dari pada belajar sendiri sebagai individu.

c. Belajar bersama sebagai tim mempunyai efek besar terhadap organisasi daripada belajar sendiri sebagai individu.

d. Bila suatu tim/group belajar bersama-sama sesuatu, hal ini akan menjadi asset group maupun asset individual.

3. Organisasi

Secara berurutan sistem, strategi, struktur, prosedur dan budaya perusahaan dimana semuanya mesti diadaptasi di setiap situasi perusahaan. Jenis terakhir dari organisasi belajar dihadapi pada sistem dan budaya organisasi dengan menguasai pengetahuan dan pertukaran ide pada individu baru.

Secara umum dari literatur implementasi organisasional learning

adalah proses mendapatkan pengetahuan baru (Micaela dkk, 2008). Transfer, perluasan dan mengunakan pengetahuan adalah elemen kunci perusahaan mendapatkan terus menerus keunggulan kompetitif dan keberhasilan (Lei dkk, 1996; Miner & Mezias, 1996; Teece, 1998 dalam Micaela dkk, 2008).

(37)

perkembangan interpretasi baru akibat fakta dan situasi (Fiol: 1994). Dalam perjalanannya, OL akan menguntungkan keunggulan kompetitif. Hal ini tidak hanya terjadi di Departemen R&D tetapi organisasi keseluruhan dan akan membawa reaksi dan kontrol pada internal dan eksternal pengetahuan untuk sekarang dan aktivitas masa depan. Untuk memahaminya OL memiliki maksud ganda; disisi pertama proses mendapatkan keahlian atau “Know how” (mampu memproduksi hal baru), dan sisi kedua “Know whay” maksudnya mampu memahami dan mampu mengkonsep sebuah pengalaman (Kim: 1993) dalam Martinez, 2008:2. Lebih dari dua dekade perkembangan yang pesat di Manajemen

Mutu Terpadu (TQM) seperti kemampuan strategi untuk mendukung perusahaan dengan keunggulan kompetitif. Secara umum, peneliti berpendapat TQM memiliki efek positif terhadap penghasilan perusahaan. Selain itu banyak literatur dengan isu tertentu menghubungkan TQM dan kualitas produk dan non keuangan.

(38)

Secara teoritis, philosophy TQM dapat dimanfaatkan untuk belajar. Beberapa pendapat berkembang dibawah ini. Ditempat pertama, TQM menekankan perkembangan personil, motivasi dan pelatihan. Keseluruhan elemen ini berada pada level individu. Menggunakan lingkaran kualitas atau tindakan indisipliner bagian kelompok untuk penyelesaian masalah menggunakan alat kualitas yang akan mendorong pengetahuan kelompok (Aune, 1998; Cruise Obrien, 1995; Hill, 1996) dalam Martinez dkk (2008). Kepemimpinan dan dukungan manajemen, akan meningkatkan pemahaman sistem keseluruhan, berupa tiang-tiang dari philosophy TQM. Hal ini menjadi iklim yang baik sebagai poin awal pengetahuan organisasi . Selanjutnya dibutuhkan tujuan terus-menerus membantu organisasi mengembangkan tehnik baru dan kemampuan (Lima dkk, 1999) dalam Martinez dkk (2008).

Banyak penelitian menghubungkan TQM dan learning (Senge: 1990). Beliau membagi menjadi bagian yang berbeda disamping OL. Bagian itu Sebagai berikut:

a. Systems thinking: orang dalam organisasi belajar bekerja dalam lingkungan sistemik. Inti berfikir sistem adalah kesadaran akan keterkaitan dirinya dalam tim, keterkaitan tim dengan organisasi, keterkaitan tim dengan lingkungan yang lebih luas lagi

(39)

harus memiliki visi (mimpi) pribadi, harus kreatif, dan harus komit pada kebenaran. 7 Habits of Effective People.

c. Mental Models: Respon atau perilaku kita atas lingkungan dipengaruhi oleh asumsi yang ada dalam pikiran kita tentang pekerjaan dan organisasi. Kognitif. Persoalannya muncul ketika mental kita terbatas atau bahkan tidak berfungsi, sehingga menghalangi perkembangan organisasi. Dalam organisasi belajar model mental menjadi tidak terbatas, melainkan bebas dan selalu bisa berubah. Jika organisasi menginginkan berubah menjadi organisasi belajar maka harus bisa mengatasi ketakutan-ketakutan atau kecemasan-kecemasan untuk berpikir.

d. Shared Vision: Tujuan, nilai, misi akan sangat berdampak pada perilaku dalam organisasi, jika dibagikan dan dipahami bersama, dan dimiliki oleh semua anggota organisasi. Gambaran masa depan organisasi merupakan juga mimpi-mimpi indah kelompok dan individu. Visi bersama akan menghasilkan komitmen yang kokoh dari individu daripada visi yang hanya datang dari atas.

(40)

satu unit yang tidak bisa terpisahkan dari unit lain, dan saling tergantung.

Dari komponen tersebut, Dervitsiotis (1998) dalam Mustafa (2001) mengkutip poin TQM memiliki persamaan dengan ciptaan dari sebuah “learning organization”, poin persamaan adalah:

a. Penciptaan budaya baru dimana perubahan yang lebih baik b. Peningkatan karyawan, di level individu dan kelompok

c. Mencoba menggabungkan pandangan setiap orang dalam organisasi

d. Menggunakan fakta sebagai dasar informasi untuk penyelesaian masalah

e. Tujuan jangka panjang adalah perioritas pada jangka pendek; f. Menggunakan pengetahuan untuk setiap wilayah tertentu

3. Ciri-Ciri Organisational Learning/ Organisasi Belajar

Adapun ciri-ciri Organisasi Belajar (Mustafa, 2001) adalah:

1)Misi dan Visi Perusahaan dinyatakan dan dipahami secara luas oleh anggota organisasi

2)Mengalirkan Misi dan Visi ke Kelompok, Divisi, dan Depatemen. 3)Misi dan Visi perusahaan merupakan inspirasi yang membimbing

kinerja setiap anggota organisasi

(41)

5)Para manajer mengalirkan jenis-jenis pelatihan kepada para anak buahnya. 6)Mengembangkan budaya kerja dalam tim.

7)Memberdayakan pegawai agar mampu bekerja tanpa arahan langsung dari manajer, atau melaksanakan “continuous improvement” berdasarkan visi bersama.

8)Memelihara iklim keterbukaan

9)Mendorong eksperimen-eksperimen kerja dan keberanian mengambil resiko, dan mencegah saling menyalahkan.

10) Komunikasi terbuka agar semua pegawai “well-informed” – (tidak percaya pada rumor).

11) Memiliki mekanisme kesadaran untuk menyebarkan pengetahuan dan pemahaman

12) Keputusan diambil berdasarkan fakta

13) Di semua level, diajarkan dan diaplikasikan cara mendiaknosis, analisis, dan pengambilan keputusan

14) Konstan menilai pasar, pesaing, lingkungan, dan mengevaluasi ulang strategi-strateginya

15)Mencobakan gagasan baru, menyebarkannya jika berhasil, atau membuang dan memperbaikinya jika gagal.

16)Berinvestasi pada Litbang (R&D)

(42)

19)Memahami klien atau pelanggan, dan berdialog dengan mereka secara berkesinambungan

20)Menetapkan tujuan yang jelas, dan yakin tujuan tersebut diketahui oleh semua orang

21)Mendorong semua pegawai untuk secara konstan menantang kondisi

“status quo”

22)Mengurangi permainan politik dalam perusahaan 23)Menghargai, menghargai, menghargai

24)Memperpendek siklus waktu kerja di semua proses 25)Tidak memelihara sikap “berpuas diri”

26)Memiliki pegawai yang kepuasan kerja dan kebanggaan atas pekerjaan tinggi

27)Fokus pada pencegahan ketimbang perbaikan

28)Melibatkan setiap orang dalam “continuous improvement”

4.Penciptaan Iklim Organisational Learning/OL

Adapun cara untuk mulai menciptakan iklim Organisational Learning

salah satu cara adalah :

a. Mulai dari “top” – membantu untuk memberikan daya dorong

b. Mulai dari masalah yang kronis (menahun) – selalu baik untuk memunculkan pemikiran

(43)

d. Mulai dengan mendiagnosa organisasi – Dept SDM dapat dijadikan konsultan (seharusnya)

e. Kaitkan dengan proses yang sedang berlangsung

f. Kaji ulang proses dan sistem yang ada – audit untuk mengetahui

“capability gap”

g. Kembangkan sistem baru

Penelitian yang dilakukan Moreno dkk (2005) dalam micaela dkk (2007) menemukan hubungan antara implementasi sistem TQM dan OL. Walaupun penelitiannya terfokus pada perusahaan sektor jasa, pada kenyataannya ketika mendiskusikan penelitiannya ini menyimpulkan TQM tidak hanya pada sektor manufaktur saja. Hal ini mendukung penelitian Crosby (1992) dalam Ariani (2003:223) bahwa OL mempunyai hubungan yang erat dengan TQM hal ini didasari TQM meliputi pengembangan SDM, perbaikan komunikasi, dan penggunaan informasi yang terbaru dan perubahan struktur organisasi melalui kerja tim yang multi skilled.

C. Model Penelitian

1. Kerangka pemikiran

(44)

sendiri yang sangat membanggakan prinsip TQM, tidak semua perusahaannya berhasil menerapkan sistem ini. Tetapi dengan kajian yang lebih mendalam membuktikan hampir seluruh perusahaan di Jepang menerapkan TQM untuk mengelola administrasi dan manajemennya. Namun demikian dunia terus bergerak ke arah perdagangan global dan dibutuhkan suatu standar manajemen mutu yang bersifat global dan diakui dunia. Sistem TQM merupakan dasar dari manajemen didalam menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9000.

Perkembangan ilmu pengetahuan dalam ekonomi yang maju akan terus berjalan bersamaan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi satelit. Saling akses dan tukar menukar informasi akan menjadi budaya dalam bisnis, demikian pula dengan TQM, produktivitas, inovasi dan kemampuan belajar organisasi. Suka tidak suka, secara global sudah tercipta kecendrungan dan budaya tersebut. Dengan demikian maka kemampuan belajar SDM dalam organisasi (OL) harus dikembangkan (Buddy Ibrahim, 2000:179)

(45)

Gambar.2.1.

Model Pengaruh TQM Terhadap Kinerja Perusahaan

Gambar.2.2.

Model Pengaruh Organisational Learning (OL) Terhadap Hubungan antara TQM dengan Kinerja Perusahaan

2. Hipotesis

Berdasarkan model analisis di atas maka dalam penelitian ini diajukan tiga buah hipotesis yaitu:

Ha1: TQM berpengaruh terhadap kinerja perusahaan

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang lingkup penelitian.

Penelitian ini berupa studi kasus pada Pupuk Kaltim, yang di perkirakan akan dilaksanakan selama 3 bulan dimulai pada pertengahan Maret. Adapun variabel-variabel yang dibahas dalam penulisan ini ada variabel Independen (TQM dan Organisational Learning) dan Variabel Dependen Kinerja Perusahaan.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel penelitian harus benar-benar mencerminkan kondisi rill populasi yang ada. Untuk itu proses pengambilannya harus melalui serangkaian aturan tertentu yang disebut sampling. Sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel atau cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya (Hadi dalam Listianto, 2001).

(47)

C. Metode Pengumpulan data

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahui bahwa respon rate di Indonesia tergolong rendah yaitu sebesar 10%-16%, karena itu penulis berencana menyediakan kuesioner sebanyak 50 kuesioner. Sebelum kuesioner tersebut dikirim, terlebih dahulu dilakukan uji coba (pretest) dengan tujuan menghindari adanya pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas serta untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk mengisi secara lengkap. Dengan demikian akan didapatkan masukan-masukan untuk memperbaiki kuesioner.

D. Metode Analisis Data

1. Uji Kualitas Data

Sebelum menguji hipotesis dilakukan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas data. Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur kualitas data. Pengujian ini dilakukan dengan analis faktor, dengan tujuan memastikan bahwa masing pertanyaan akan terklasifikasi pada variabel-variabel yang telah ditentukan (construct validity). Menurut Kaiser dan Rice dalam (Narsa dan Rani, 2001:27) untuk menunjukan construct validity dari masing-masing variabel maka nilai Kaiser Mayer Olkin Measure of Sampling Adequacy

(Kaiser’s MSA) harus di atas 0,50, dimana butir pertanyaan dapat dikatakan valid.

(48)

alpha adalah 0,50 (Narsa dan Rani, 2001:27), dimana suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan cronbach alpha > 0,60 (Nunnaly, 1967 dalam Ghozali 2001:42)

2.Uji Asumsi Klasik

Adapun pengujian yang dilakukan sebagai berikut: a. Normalitas

Menurut Gujarati dalam Narsa dan Rani (2001) bahwa dalam pengujian regresi syarat yang harus dipenuhi pertama kali adalah uji normalitas, apakah data yang diperoleh berdistribusi nomal atau tidak. Peneliti melihat kenormalan data pada grafik normalplot, dimana bila data menyebar di sekitar garis regresi diasumsikan mendeteksi kenormalan.

b. Multikolinieritas

(49)

yang mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan mempunyai angka TOL mendekati 1 (santoso, 2004: 200)

c. Heterokedastisitas

(50)

3. Uji Hipotesis

Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis menggunakan regresi linier sederhana. Untuk menguji hipotesis pertama (Ha1), yaitu pengaruh TQM terhadap kinerja perusahaan, alat uji yang digunakan regresi linier sederhana (simple linear regression), dimana persamaannya adalah sebagai berikut:

Y = a + à X1 + e………...(1)

Sementara untuk menguji hipotesis kedua (Ha2),, yaitu pengaruh

Organisational learning sebagai variabel pemoderasi terhadap hubungan antara TQM dengan kinerja perusahaan dimana terdapat variabel moderating didalamnya, dapat dilakukan dengan tiga cara antara lain: moderated regression analysis (MRA), uji residual dan uji nilai selisih mutlak (Ghazali dalam Pratomo: 2001: 34).

Dalam penelitian ini alat uji yang digunakan adalah metode MRA atau uji interaksi.

Bentuk persamaan untuk menjawab hipotesis kedua (Ha2) adalah sebagai berikut:

Y = a + à 1X1+ à2X1*X2 + e……….(2) Keterangan:

X1 = TQM

(51)

Y = Kinerja Perusahaan a = Konstanta

e = Exogennous variable à1- à2 = Koefisien regresi

X1*X2 = Interaksi antara Organisational Learning dengan TQM

Dalam pengujian regresi ini terdapat beberapa analisis yang digunakan, yaitu: a)Uji R2 (koefisien determinasi)

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen (Ghazali dalam Pratomo, 2005:83). Dalam pengujian hipotesis pertama koefisien determinasi dilihat dari besarnya nilai R2 atau R square, sedangkan dalam pengujian hipotesis kedua, koefisien determinasi dilihat dari besarnya nilai Adjusted R-square.

b) Uji signifikansi Simultan (uji statistika F)

Uji F statistika digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

c) Uji signifikasi Parameter Individual (Uji statistic t)

(52)

E. Batasan Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah bagaimana menemukan dan mengukur variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan secara singkat dan jelas serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran, pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert yaitu merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidak setujuannya terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu (Indriantoro dan Supomo, 1999: 104). Dimana jawaban diberi skor dengan menggunakan lima (5) point skala liker, yaitu: nilai 1 sangat tidak setuju (STS), 2 Tidak setuju (TS), 3 Tidak Pasti (TP), 4 Setuju (S), dan 5 sangat setuju (SS).

Variabel:

1. Peubah Terikat (Variabel Dependen)

Kinerja perusahaan yang dimaksud dalam penulisan ini adalah hasil operasional perusahaan dengan menggunakan dasar subjektif yang berasal dari opini responde. Pendapat responden (karyawan) berupa bagaimana perusahaan berhubungan dengan saingannya dalam production costs, fast delivery, flexibility untuk merubah volume produk, cycle time, internal quality, exsternal quality, customer satisfaction, market share,

(53)

menggunakan skala 7 seperti penelitian Martinez dkk akan lebih sulit untuk diolah datanya.

2.Peubah bebas (Variabel Independen)

a. Total Quality Manajeman (TQM)

TQM dalam penelitian ini adalah filosofi yang menekankan peningkatan proses pemanufakturan secara berkelanjutan melalui eliminasi pemborosan, meningkatkan kualitas, pengembangan keterampilan, dan pengurangan biaya produksi. Variabel ini mengukur persepsi responden (karyawan) secara individual mengenai penerapan TQM di lingkungan perusahaan, yang merupakan pengembangan dari instrument Flynn dkk. Pada kenyataannya baik untuk skala TQM. Penulis mengunakan skala 5 poin karena menurut penulis lainnya lebih reliable jika digunakan pada TQM.

b. Organisational Learning

Dari literatur yang sudah di jelaskan skala Organisational Learning ini berasal dari studi Bontis dkk, dimana membagi tiap bagian organisasi ke dalam tingkat individu, tim dan organisasi. Pengukuran skala

(54)

Gambar .3.

Tabel Operasional Variabel

Variabel Sub Variabel Indikator Pengukuran

skala likert bawa kepada pekerjaan yang efektif

12.Sistem organisasi yang dimiliki memberikan

(55)

informasi yang penting Performance

(Kinerja)

1. Hasil Internal (internal results) 2. Hasil Eksternal

(External results)

1. Biaya produksi per unit

( Unit Production costs) 2. Pesanan yang cepat

(Fast Delivery) 3. Flexibelity

4. Siklus waktu (Cycle tim) 5. Design quality

6. Kepuasan pelanggan 7. Pasar saham

8. Kepuasan pegawai

(56)

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A.Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pupuk Kaltim Kebon Sirih Jakarta Pusat. Pada dasarnya penelitian bertujuan untuk mengetahui “Pengaruh

Organisational Learning Terhadap Hubungan Antara Implementasi TQM

dengan Kinerja Perusahaan yang Bersertifikat ISO”.

Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner secara langsung kepada para responden, penyebaran ini dilakukan pada bulan Maret. Pada saat penyebaran kuesioner peneliti dibantu oleh salah satu pegawai bagian umum di perusahaan tersebut yang bernama Emba Tusi.

2. Gambaran Distribusi Kuesioner

(57)

Walaupun demikian responden yang mengisi merupakan karyawan yang memahami konsep TQM, ISO dan Organisational Learning. Adapun gambaran umum distribusi kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini:

Tabel 4.1.

Gambaran Distribusi Kuesioner

Identifikasi Sampel Jumlah Persentase Total Kuesioner yang disebar

Total Kuesioner yang tidak dapat digunakan

1. Hasil Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

(58)

Berdasarkan hasil pengujian validitas yang telah dilakukan, Seluruh pertanyaan tersebut valid hal tersebut dapat dikatakan valid dapat dilihat dari tabel berikut ini:

(59)

Lanjutan Tabel 4.2

Tabel 4.2. menunjukan pertanyaan-pertanyaan dari tiap-tiap variabel TQM yang secara keseluruhan valid karena memiliki nilai signifikan dibawah 0,05.

Tabel 4.3.

(60)

Butir Pertanyaan Person

Tabel 4.3. menunjukkan pertanyaan-pertanyaan dari tiap-tiap variabel OL yang secara keseluruhan valid karena memiliki nilai signifikan dibawah 0,05.

Tabel 4.4.

(61)

b. Uji Reliabilitas

Pedoman alat ukur dikatakan reliable adalah jika nilai koefisien alpha sebesar 0.60 atau lebih. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 4.5. UJI Reliabilitas TQM

Sumber: Data diolah

(62)

Berdasarkan tabel reliabilitas diatas dapat dijelaskan bahwa OL mempunyai cronbach alpha 0,842 lebih besar dari 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa OL mempunyai tingkat reliabelitas. Setelah melakukan uji reliabilitas variabel TQM dan OL, selanjutnya uji reliabilitas untuk variabel

Performance perusahaan ISO dan hasil uji ini dapat dilihat pada tabel 4.7

Berdasarkan tabel 4.7. di atas ternyata variabel kinerja perusahaan ISO memiliki cronbach alpha lebih besar dari 0,60 yaitu sebesar 0,718. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengukuran konsistensi jawaban dari setiap responden untuk setiap variabel yang digunakan terbukti reliable.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas, model regresi dapat dilakukan pengujian dengan metode grafik deteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada suatu diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji tersebut dapat dilihat di bawah ini:

(63)

Gambar 4.1. Uji Normalitas

Sumber: Data diolah

b. Uji Multikolinearitas

(64)

Tabel 4.8. Uji Multikolinearitas

Sumber: Data diolah

Hasil perhitungan nilai Tolerance juga menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai toleransi kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil VIF juga menunjukkan kurang dari 10 jadi dapat disimpulkan tidak ada multikolonialitas antar variabel independen dalam model regresi.

c. Uji Heteroskedasitas

Gejala heterokedasitas dapat dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Hasil pengujian ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola teratur seperti garis diagonal maka telah terjadi heteroskedasitas. Untuk hasil yang lebih akurat dilakukan uji glejser, dimana hasil pengujian menunjukan bahwa titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka pada sumbu Y dan tidak signifikan pada = 5%, sehingga dapat disimpulkan tidak ada heteroskedasitas. Artinya model regresi tersebut layak

(65)

dipakai variabel prediktor terhadap variabel Y. Ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.2. UJi Heteroskedasitas

Sumber: Data diolah

3.Uji Hipotesis

a. Hasil Uji Hipotesis 1

(66)

1) Hasil Uji Koefisien Determinasi (Hipotesis 1)

Tabel 4.9.

Hasil Uji Koefisien determinasi (Hipotesis 1)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .508a .258 .242 2.202

a. Predictors: (Constant), Total Quality Management

Sumber: Data diolah

Berdasarkan Tabel 4.9. diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,242. Artinya variabel kinerja dijelaskan oleh variabel TQM hanya sebesar 24,2%, sedangkan sisanya sebesar 75,8% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Variabel-variabel tersebut dapat berupa komitmen organisasi, ketidakpastian lingkungan, Sistem pengukuran kinerja, dan budaya organisasi

(67)

adanya pelatihan tanpa kecuali pegawai level terendah, ketiga karyawan bersedia mengikuti pelatihan dalam proses TQM, yang keempat penghargaan merupakan bentuk analisis perbandingan dengan kompetitor siapa yang berada di posisi tertinggi, kelimaan pemberian reward merupakan proses intervensi kejayaan.

Untuk ketidak pastian lingkungan adalah perubahan atau veriabelitas lingkungan dalam lingkungan eksternal organisasi. Cicmil (1997) menggambarkan lingkungan eksternal organisasi bagian yang menciptakan perilaku organisasi yang berfungsi sebagai faktor pendukung. Sistem pengukuran kinerja disini adalah yang dapat memberikan informasi mengenai kinerja manajerial sehingga dapat mengambil keputusan yang sesuai misalnya promosi dan gaji. Sistem pengukuran kinerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja (Kurnianingsih 2000 dalam Aida dan Listianingsih 2005:7).

(68)

berbagai pemikiran, ide, nilai, hasil tindakan, dan sebagainya sebagai elemen kondisi dimasa mendatang. Hal ini juga didukung oleh peneliti seperti Kofran dan Senge (1993), Sashkin dan Kiser (1993), Schein (1993) dalam Stewart Crick (1996) dimana menyatakan suksesnya TQM dan Learning Organisation bersumber dari transform budaya organisasi.

2) Hasil Uji t (Hipotesis 1)

Tabel 4.10.

Hasil Uji t (Hipotesis 1)

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

(Constant) 14.206 4.660 3.049 .004

1

Total Quality Management .117 .029 .508 4.081 .000

a. Dependent Variable: Performance Perusahaan ISO

Sumber: Data diolah

Hasil Uji t pada hipotesis 1 mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Berarti penelitian ini menerima H1 yang menyatakan bahwa TQM berpengaruh signifikan terhadap Kinerja perusahaan bersertifikat ISO.

(69)

perusahaan ( Dow et al, 1999, Hendricks dan Singhal, 2001 dalam Martinez dkk, 2008).

b. Hasil Uji Hipotesis 2

Hipotesis 2 menguji pengaruh Organisational Learning (OL) terhadap hubungan antara TQM dengan kinerja perusahaan bersertifikat ISO. Pengujian hipotesis 2 dilakukan dengan menggunakan MRA

(Moderated Regression Analysis) atau uji interaksi. Hasil uji hipotesis disajikan dalam tabel 4.11, 4.12 dan 4.13.

1)Uji Koefisien Determinasi (Hipotesis 2)

(70)

Tabel 4.11.

Uji Koefisien Determinasi

Sumber: Data diolah

2) Uji Signifikasi Simultan (Uji statistika F)

Hasil F hitung dari uji MRA sebesar 6.759 dengan tingkat signifikansi 0,001 jauh dibawah 0,05. Hal ini berarti bahwa TQM, OL dan Moderat secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Tabel 4.12. Uji Signifikasi Simultan

3) Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji statistic t)

Hasil uji signifikasi parameter Individual menunjukan bahwa secara individu variabel TQM, OL dan Moderat memberikan nilai

a. Predictors: (Constant), Moderat, Total Quality Managamant, Organisasional Learning

a. Predictors: (Constant), Moderat, Total Quality Managamant, Organisasional Learning

b. Dependent Variable: Performance ISO'Company

(71)

probabilitas signifikan jauh di atas 0,05 yaitu 0.222, 0.193, 0.280. Hal tersebut menunjukan bahwa variabel OL bukanlah variabel moderating dan hal ini konsisten dengan pengujian nilai selisih mutlak probabilitas signifikansi 0,825 sangat jauh di atas 0,05. Hasil yang tidak signifikan ini juga menunjukan bahwa OL tidak dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara implementasi TQM dengan kinerja. Hasil negatif dan tidak signifikan ini Ho diterima berarti hipotesis ditolak atau dapat juga diketahui dari t hitung < t tabel (1.677) yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.13

Uji Signifikasi Parameter Individual

Sumber: Data diolah

Sejalan dengan penelitian Martinez (2008) keterkaitan antara TQM, OL dalam organisasi dapat meningkatkan kinerja perusahaan dimana OL sebagai variabel intervening yang dapat diartikan OL mempengaruhi oleh TQM dan mempengaruhi kinerja. Penelitian yang dilakukan Cicmil (1997) dan Hodgetts et al (1995) dalam Ariani, 2003: 224 OL

Organisasional Learning .991 .750 1.848 1.322 .193

1

Moderat -.005 .005 -2.778 -1.092 .280

(72)

solen bila kondisi sekitarnya tidak memberikan dukungan dan tidak disertai budaya belajar dalam organisasi tersebut untuk mempengaruhi perilaku organisasi tersebut yang dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Schein (1993) dalam dialog mengenai

culture and organizational Learning. Schein berpendapat perubahan lingkungan merubah OL dengan cepat misalnya perkembangan teknologi yang cepat menjadikan organisasi ke dalam su-cultures, dan menjadikan efektivitasnya organisasi sebagai variabel dependen dalam keberhasilan sub-cultural. Hal yang sama juga diutarakan beberapa peneliti lainnya dalam penelitian Crick (1996).

(73)
(74)

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji atau membuktikan bahwa OL merupakan variabel moderating pengaruh TQM dengan kinerja perusahaan. Responden penelitian ini berjumlah 50. Penelitian ini menggunakan program regresi dengan uji interaksi dan uji nilai selisih mutlak dengan bantuan SPSS 16.

Hasil pengujian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa:

1. Variabel TQM, OL secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai F hitung adalah 6.759dengan tingkat signifikan 0,001 sehingga signifikasi jauh lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak atau Ha diterima.

(75)

signifikansi 0,193 dan Moderat nilai koefisien -1.092 dengan tingkat signifikasi 0.280.

B. Implikasi

Beberapa implikasi yang diharapkan dalam penelitian dilihat dari kesimpulan diatas adalah penelitian ini dapat memberikan masukan yang penting bagi semua pelaku organisasi, dimana ketika mempraktekan TQM pelaku organisasi meningkatkan pengetahuannya walaupun perusahaan telah memperoleh sertifikasi internasional seperti ISO, karena hal itu tidak menjamin perusahaan dalam kondisi terus baik. Tidak bisa dipungkiri implementasi TQM mempengaruhi kinerja perusahaan, tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama jika faktor pendukung tidak semestinya. Dalam penelitian ini organizational learning tidak memperkuat/memperlemah implementasi TQM dengan kinerja perusahaan. Hal tersebut mungkin saja terjadi dalam prakteknya karena kondisi di sekitarnya tidak memberikan dukungan. Dalam teorinya lingkungan menciptakan perilaku pelaku organisasi yang sangat erat hubungannya dengan efektifitas dan efisiensi yang akan meningkatkan mutu dan keunggulan kompetitor yang merupakan tujuan utama pengimplementasian TQM oleh organisasi.

C. Saran

(76)

1. Menambah skup penelitian dan jumlah responden sehingga menambah keakuratan hasil penelitian

2. mengganti atau menambah variabel moderating lain disamping OL dan meneliti variabel-variabel lain, menerapkan teori lain, atau model lain dengan harapan menghasilkan temuan yang lebih bermanfaat bagi praktisi dan pengembangan

Gambar

Gambar  2.1.  Model Pengaruh TQM Terhadap Kinerja Perusahaan....................31
Gambar.2.1.
grafik flot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan
Gambar .3. Tabel Operasional Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Model R R Square Adjusted R Square Std.. Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Koefisien

Koefisien determinasi (adjusted R 2 ) pada intinya mengukur seberapa besar kemampuan model menerangkan variasi variabel bebas. Nilai adjusted R square sebesar 0,786,

Untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen menggambarkan kinerja keuangan maka dilakukan uji koefisien determinasi, dan hasil uji koefisien determinasi

Sementara itu, koefisien determinasi (Adjusted R Square) menunjukkan angka sebesar 0,668 yang artinya bahwa variabel independen berkontribusi mempengaruhi variabel dependen

Hasil uji koefisien determinasi (R 2 ) menunjukkan Adjusted R Square sebesar 0,748 atau 74,8% yang berarti variasi variabel kinerja guru dapat dijelaskan oleh

Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian mampu untuk menjelaskan variasi

Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa besar proporsi variabel dependen (Kecukupan Modal) dijelaskan oleh semua variabel independen (Profitabilitas,

Uji Koefisien Determinasi R2 Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi diketahui bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,724 atau 72.4% yang berarti kemampuan variabel independen