• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi regulasi penyiaran dalam program drama reality show Realigi di Trans TV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi regulasi penyiaran dalam program drama reality show Realigi di Trans TV"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI REGULASI PENYIARAN DALAM PROGRAM DRAMA REALITY SHOW “REALIGI” DI TRANS TV

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: Silvia Maulina NIM 107051102558

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

IMPLEMENTASI REGULASI PENYIARAN DALAM PROGRAM DRAMA REALITY SHOW REALIGI DI TRANS TV

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: Silvia Maulina NIM 107051102558

Di Bawah Bimbingan

Gun Gun Heryanto, S.Ag, M.Si NIP 19760812 200501 1 005

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H / 2011 M

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 (SI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Juni 2011

(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Implementasi Regulasi Penyiaran dalam Program Drama Reality Show REALIGI di Trans TV”. Telah diujikan dalam sidang Munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidatullah Jakarta, pada tanggal 17 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 (S.1) Pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik.

Jakarta, 17 Juni 2011

Sidang Munaqosah

Ketua Sekretaris

Rubiyanah, MA Ade Rina Farida, M.Si

NIP.19730822 199803 2 001 NIP.197700513 200701 2 018

Penguji I Penguji II

Drs. Jumroni, M. Si Dra. Musfirah Nurlaili, MA NIP. 19630515 199203 1 006 NIP. 19710412 200003 2 001

Pembimbing,

(5)

ABSTRAK SILVIA MAULINA

Implementasi Regulasi Penyiaran dalam Program Drama Reality ShowREALIGI

di Trans TV

Realityshow merupakan program yang marak hadir di televisi belakangan ini yang umumnya mengangkat kisah percintaan, eksploitasi kemiskinan, hipnotis dan lain sebagainya. Realigi mencoba menghadirkan tayangan realityshow yang berbeda dengan konsep realityshow pada umumnya, dengan basic pertobatan dan hadirnya pegawai Trans TV yang merangkap sebagai Host dan menggunakan seragam disetiap tayangannya. Realigi tayang Senin dan Rabu pukul. 20.00 WIB dengan genre drama realityshow.

Dalam setiap tayangannya, tentunya Realigi memiliki standar tertentu untuk mengimplementasikan regulasi penyiaran. Untuk mengetahui hal tersebut maka diajukan beberapa pertanyaan yaitu: Bagaimana implementasi Undang-undang Penyiaran No.32 Tahun 2002 dalam program Realigi di Trans TV ? serta Bagaimana implementasi P3SPS dalam program Realigi di Trans TV ?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka dilakukan penelitian dengan metodologi kualitatif. Adapun subjek penelitian adalah implementasi Undang-undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 dalam program Realigi Trans TV. Sedangkan yang menjadi objeknya adalah Realigi Trans TV. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang kemudian di analisis dengan mereduksi data melalui proses analisis untuk memilih, memusatkan perhatian, meyederhanakan, mengabstraksikan serta mentransformasikan data yang muncul dari catatan-catatan di lapangan.

Dalam penelitian ini digunakan Teori Ekonomi-Politik Komunikasi dari Vincent Mosco, yang berpendapat bahwa ekonomi politik komunikasi sebagai kajian tentang hubungan sosial, khususnya yang berhubungan dengan kekuasaan dalam bidang produksi, distribusi, dan konsumsi sumber daya dalam komunikasi. Konsep yang digunakan sebagai pisau analisis penelitian ini adalah komodifikasi. Yakni mengubah makna dari sistim fakta atau data yang merupakan pemanfaatan isi media dilihat dari kegunaannya sebagai komoditi yang dapat dipasarkan.

Implementasi regulasi penyiaran dalam tayangan Realigi dinilai belum sepenuhnya menerapkan kaidah penyiaran. Terbukti ada beberapa pasal dalam Undang-undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 yang belum diterapkan dalam tayangan Realigi. Begitu juga halnya dengan P3SPS, Realigi tidak memperhatikan ketentuan yang ada didalamnya. Terbukti pula beberapa pasal telah dilanggar dalam tayangan tersebut.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil‟alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas

izinNya lah saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan waktu yang diinginkan. Shalawat serta salam seantiasa terlimpahcurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikut setianya yang menjadi panutan bagi saya.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak merepotkan berbagai pihak untuk itu penulis tak lupa menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A, Pembantu Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Mahmud Jalal, M.A, serta Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Drs Study Rizal, L.K, MA.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Rubiyanah, M.A beserta Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Ade Rina Farida, M.Si yang selalu berkenan membantu saya dalam keperluan akademisi.

3. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Gun Gun Heryanto, S.Ag, M.Si yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran disela-sela kesibukannya untuk membimbing saya. Banyak ilmu yang saya dapat dari beliau.

(7)

5. Kedua orangtua tersayang, Ibunda Susi Mutia dan Ayahanda Lili Ramli. Yang selalu sabar, mendo‟akan saya dan memberikan saya support baik

lahir maupun batin, baik moril maupun materiil yang telah dikeluarkan selama saya sekolah dan kuliah. Semua jasa kalian tak akan pernah bisa tergantikan dengan apapun. Kasih sayang yang kalian berikan selalu memberikan motivasi untukku.

6. Ketiga adikku Rayi, Achi dan Icha yang selalu menghibur disela-sela kejenuhanku dalam menyelesaikan skripsi. Semoga kelak kalian menjadi orang yang berhasil. Amiin.

7. Tim Realigi, Mas Ferry dan Ibu Gina Herlianawati, yang telah meluangkan waktunya untuk menjawab beberapa pertanyaan dalam skripsi ini. Dan HRD Trans TV yang ternyata adalah teman lama, Anton. Terima kasih telah membantu untuk bertemu dengan tim Realigi.

8. Keluarga besar Hasanudin, Tante Uup, Gadis, dan Nury. Yang selalu mendo‟akan, memberikan bantuan serta semangat untukku. Especially,

Faisyal Ilham yang selalu setia menemani dan menghibur penulis dalam penyelesaian skripsi ini, juga Jalu dan Karamel yang telah bersedia mengantarku kemana-mana.

(8)

10.Teman-teman Jurnalistik angkatan 2007, mereka yang menemani, membantu, memotivasi dan menginspirasikan saya, Nana, Nunu, Nia, Lola, Sintya, Ririn yang telah berbaik hati meminjamkan laptopnya untukku, Ika, Cahya, Dita, Zabrina, Mawa, Zahra, Yanti, Rezza, Ipunk, Dodo, Era, Ajat, Helmi, Alan, Anay, Beben, Fajar, Wahyu, Miral, Ibenk, Kiki, Iman, Murni, Nadia, Zenal, Nujum. Terima kasih atas semangat moril dan kebersamaan serta canda tawa selama 4 tahun ini.

11.Teman-teman KKS SMART, menjalani hari-hari bersama selama satu bulan dan memberikan kenangan yang begitu manis. Juga keluarga Pak Lurah dan Ibu Lurah Perigi yang baik hati.

12.Sahabat rumah, Resty dan warnetnya, yang berbaik hati membolehkan saya internetan gratis. Makasih ya Ti…

13.Semua pihak dan teman-teman yang telah mendukung, mendoakan, dan membantu saya dan tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dengan berlipat ganda. Amiin. Dan semoga skripsi ini memberikan warna baru dalam ilmu jurnalistik dan komunikasi.

Jakarta, Juni 2011

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Regulasi Media ... 11

1. Definisi Implementasi………. 11

2. Definisi Regulasi ... 11

3. Urgensi Regulasi ... 11

4. Tipologi Regulasi ... 12

5. Model Regulasi Penyiaran ... 14

B. Konseptualisasi Penyiaran ... 16

1. Definisi Penyiaran ... 16

(10)

3. Lembaga Penyiaran ... 18

C. Konseptualisasi RealityShow ... 20

1. Definisi RealityShow ... 20

2. Jenis-jenis RealityShow ... 20

D. Konseptualisasi Siaran Televisi ... 22

1. Definisi Siaran Televisi ... 22

2. Ciri Siaran Televisi ... 22

3. Penggolongan Siaran Televisi ... 23

4. Ragam Siaran Televisi ... 23

E. Undang-undang Penyiaran No.32 Tahun 2002 ... 24

F. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) ... 28

G. Teori Ekonomi Politik Komunikasi ... 30

BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil Trans TV... 38

B. Penghargaan yang Pernah Diraih oleh Trans TV ... 40

C. Coverage Area ... 42

D. Program-program Reality Show Trans TV ... 42

E. Profil Realigi Trans TV ... 43

F. Redaksi Realigi Trans TV ... 46

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Program Realigi sebagai Reality Show ... 48

(11)

C. Implementasi Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar

Program Siaran (P3SPS) dalam Program Realigi ... 66 1. Implementasi Pedoman Perilaku Penyiaran (P3)

dalam Program Realigi ... 67 2. Implementasi Standar Program Siaran (SPS) dalam

Program Realigi ... 69 D. Bentuk-bentuk Pelanggaran Undang-undang

Penyiaran No.32 Tahun 2002 dalam Program Realigi ... 78 E. Komodifikasi dalam Program Realigi ... 81 BAB V PENUTUP

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat belakangan ini. Regulasi bidang penyiaran yang membawa berbagai perubahan memberikan tantangan baru bagi pengelola media penyiaran. Berbagai media penyiaran saat ini dimungkinkan untuk dibuka. Industri penyiaran saat ini telah mencapai tingkat persaingan yang tajam sehingga dibutuhkan strategi yang baik untuk memenangkan persaingan. Gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan industri media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat terhadap informasi juga semakin bertambah. Menjelang tahun 2000 muncul hampir serentak lima televisi swasta baru (Metro, Trans, TV7, Lativi, dan Global) serta beberapa televisi daerah yang saat ini jumlahnya mencapai puluhan stasiun televisi lokal. Tidak ketinggalan pula munculnya televisi berlangganan yang menyajikan berbagai program dalam dan luar negeri.

(13)

perhatian masyarakat, disamping sebagai media informasi juga sebagai alat bisnis hiburan yang sengaja mencari keuntungan. Tak heran jika kini kita melihat banyak program baru yang tayang dilayar televisi. Jika dulu hanya ada program berita dan sinetron yang tayang setiap harinya, kini banyak program yang dihadirkan mulai dari program berita, sinetron, infotainment, kuis, acara musik, siraman rohani, bioskop keluarga, ajang pencarian bakat, hingga reality show yang banyak disukai oleh anak muda dan para ibu rumah tangga. Seperti Termehek-mehek (Trans TV), Jika Aku Menjadi (Trans TV), Uya Memang Kuya (SCTV), Jalinan Kasih (RCTI),

Kontes Dangdut TPI (TPI), Take Me Out (Indosiar) dan Realigi (Trans TV). Setidaknya acara tersebut memiliki rating yang cukup tinggi, jam tayang yang strategis merupakan penyebab naiknya rating sebuah acara TV, materi yang disajikan tidak hanya dapat menghibur para penonton, tetapi juga mengeksploitasi emosi. Reality show yang tayang biasanya memiliki tema-tema menarik seperti percintaan, penghianatan, perselingkuhan, dan bahkan hal-hal mistik seperti perdukunan serta hal-hal yang berbau religi pun semakin membuat masyarakat seolah-olah tersihir untuk senantiasa menyaksikannya. Salah satu reality show yang berlatarbelakang keagamaan adalah Realigi yang tayang di Trans TV.

(14)

(Ustadz,Psikolog, dll) bagi pelapor untuk mencari solusi yang terbaik. Pelapor adalah orang terdekat dengan target. Di akhir cerita usaha menyadarkan target tidak selalu harus berhasil. Kamera akan selalu mengikuti pelapor dalam usahanya menyadarkan target (No- Hidden Camera). Program acara Realigi merupakan suatu bentuk acara dakwah islamiyah atau yang disebut sebagai salah satu program keagamaan yang ditayangkan melalui stasiun Trans TV. Acara ini ditayangkan setiap hari Senin dan Rabu, pukul 20.15 WIB. Dalam siarannya, program acara ini senantiasa menampilkan kesan yang berbeda serta keberhasilannya membuat seseorang kembali ke jalan yang benar. Menunjukan bahwa program acara Realigi terselenggara berkat adanya persiapan perencanaan yang matang.

Fenomena membanjirnya reality show di layar kaca menjadi menarik karena keakuratan reality show berada diantara fakta dan rekayasa, selain itu tema-temanya yang dinilai tidak mendidik mampu menimbulkan berbagai pengaruh buruk terhadap penonton. Masyarakat menengah ke bawah yang sudah tentu awam terhadap dunia pertelevisian tak banyak yang tahu bahwa acara realitas hanyalah kebohongan belaka. Mereka terlalu fanatik dan menganggap bahwa kisah-kisah haru dan dramatik yang kebanyakan ditonjolkan oleh acara-acara realitas memang benar-benar terjadi dengan tanpa adanya skenario. Tayangan program

(15)

harus berpedoman pada regulasi penyiaran yang telah ditetapkan dalam UU Penyiaran No.32 Tahun 2002. Namun pada faktanya, ada beberapa pengelola media yang mengabaikan regulasi tersebut dan hanya menganggap sebagai formalitas belaka. Contohnya banyak suatu program yang menayangkan adegan kekerasan, pemerkosaan, seks, mistik dan tak terkecuali tayangan reality show. Dalam penayangannya, terdapat konflik dalam keluarga yang terlalu diblow up oleh media, juga adegan kekerasan, misalnya pemukulan, pengrusakan.

Melihat banyaknya tayangan pada program reality show yang umumnya mengangkat konflik dalam keluarga, apakah dalam setiap programnya reality show tersebut menerapkan kaidah-kaidah penyiaran? Berdasarkan alasan tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat judul “Implementasi Regulasi Penyiaran Dalam Program Drama Reality Show Realigi di Trans TV.”

B. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penelitian ini maka masalah hanya akan peneliti batasi pada implementasi Undang-undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 khususnya mengenai Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) pada program Realigi episode Boneka Cantik dan episode Ibu Juga Manusia.

C. Perumusan Masalah

(16)

2. Bagaimana implementasi P3SPS dalam program drama reality show Realigi di Trans TV ?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi UU Penyiaran No.32 tahun 2002 dan P3SPS dalam program Realigi.

E. Manfaat Penelitian 1. Akademis

Manfaat penelitian ini adalah memberikan kontribusi mengenai regulasi penyiaran. Apakah sudah diimplementasikan secara tepat oleh program drama realityshowRealigi di Trans TV.

2. Praktis

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui bagaimana implementasi regulasi penyiaran dalam sebuah program drama reality show.

F. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

(17)

sebenarnya dan dianggap akurat serta menuangkannya kedalam konteks penulisan skripsi dengan cara menjabarkan, menerangkan, memberikan gambaran dan mengklasifikasi serta menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya terlebih dahulu, kemudian menarik kesimpulan atas permasalahan yang berkaitan dengan hal tersebut. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme, menekankan empati dan interaksi dialektis antara peneliti responden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti, melalui metode-metode kualitatif seperti participants observartion. Tujuan penelitian dengan menggunakan paradigma konstruktivisme yakni merekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dan yang diteliti. Paradigma ini berpendapat bahwa realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran realitas adalah relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.1 Memahami suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan suatu produk interaksi peneliti dengan yang diteliti. Tujuan-tujuan penelitian dari paradigma ini diarahkan untuk menghasilkan berbagai pemahaman yang bersifat rekonstruksi, yang didalamnya kriteria kaum positivis tradisional tentang validitas internal dan eksternal digantikan dengan terma-terma sifat layak dipercaya (trustworthiness) dan otentisitas (authenticity). 2. Subjek dan Objek Penelitian

1

(18)

Subjek dalam penelitian ini adalah implementasi Undang-undang Penyiaran No.32 Tahun 2002 dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah program drama realityshowRealigi di Trans TV. 3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi, adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki. Peneliti menonton tayangan program drama reality show Realigi di Trans TV guna mencari data mengenai acara tersebut.

b. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam.2 Mengadakan tanya jawab secara langsung dengan narasumber guna memperoleh keterangan yang sebenarnya. Dalam penelitian ini peneliti mengadakan wawancara dengan Senior Kreatif, Host serta penonton program Realigi.

c. Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai variabel berupa catatan, buku, majalah, internet dan lain sebagainya dengan cara pengumpulan data-data mengenai hal-hal yang akan diteliti. Peneliti menggunakan satu unit kamera untuk pelengkap dalam pendokumentasian.

4. Teknik Analisis Data

2

(19)

Peneliti menggunakan reduksi data dalam skripsi ini. Reduksi data merupakan proses analisis untuk memilih, memusatkan perhatian, meyederhanakan, mengabstraksikan serta mentransformasikan data yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema dan pola, serta membuang yang dianggap tidak perlu. Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data tambahan jika diperlukan. Tesch (1990) memberikan delapan langkah untuk dipertimbangkan3 :

1. Pahami catatan secara keseluruhan. Baca semua catatan dengan teliti. Mungkin tulis sejumlah ide yang muncul.

2. Pilih satu dokumen (satu wawancara) – yang paling menarik, yang singkat, yang ada ditumpukan paling atas. Pelajari dokumen tersebut, tanyakan kepada diri sendiri, dokumen ini tentang apa? Jangan pikirkan “substansi” informasi, tetapi makna pokoknya.

Tulis pikiran-pikiran Anda di pinggir halaman.

3. Setelah selesai melakukan proses ini untuk beberapa informan, buat daftar seluruh topik. Kelompokkan topik-topik yang sejenis. Masukkan topik-topik ini ke dalam kolom-kolom topik penting, topik unik dan sisanya.

3

(20)

4. Sekarang ambil daftar itu dan kembali ke data Anda. Singkatlah topik-topik tersebut dalam menjadi kode dan tulis kode tersebut di sebelah bagian-bagian naskah yang sesuai. Cobalah skema pengaturan awal ini untuk melihat apakah muncul kategori dan kode baru.

5. Cari kata paling deskriptif untuk topik Anda dan ubah topik tersebut ke dalam kategori-kategori. Kurangi daftar kategori dengan mengelompokkan topik-topik yang saling berhubungan. Mungkin tarik garis antara kategori-kategori untuk memperlihatkan hubungan.

6. Buat keputusan terakhir tentang singkatan setiap kategori dan urutkan kode-kode tersebut menurut abjad.

7. Kumpulkan materi data setiap kategori dalam satu tempat dan lakukan analisa awal.

8. Jika perlu, kodekan kembali data yang sudah ada.

Delapan langkah ini memandu peneliti dalam proses sistematis analisa data tekstual.

G. Tinjauan Pustaka

Beberapa judul skripsi yang membuat peneliti terinspirasi untuk mengangkat judul Implementasi Regulasi Penyiaran dalam Program Drama Realigi di Trans TV, antara lain :

(21)

ini membahas tentang bagaimana redaksi Reportase Investigasi dalam mengimplementasikan jurnalisme investigasi.

2. “Implementasi Regulasi Penyiaran dalam Program Berita Kriminal

SERGAP di RCTI” karya Siti Aisah, Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi, jurusan Konsentrasi Jurnalistik lulus tahun 2010, skripsi ini membahas tentang implementasi pasal 48 ayat 4 poin D dalam program berita kriminal SERGAP di RCTI.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penelitian ini, maka peneliti membagi sistematika penyusunan ke dalam lima bab.

Bab I, pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab II, kajian teori yang terdiri dari regulasi media, konseptualisasi penyiaran, konseptualisasi reality show, konseptualisasi siaran televisi, Undanng-undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002, Pedoman Perilaki Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), serta teori ekonomi politik komunikasi.

Bab III, gambaran umum, meliputi profil Trans TV, penghargaan yang pernah diraih oleh Trans TV, coverage area, program-program reality show Trans TV, profil Realigi Trans TV, dan redaksi Realigi Trans TV. Bab IV, temuan dan analisa data, diantaranya program Realigi sebagai

(22)

dan P3SPS dalam program Realigi, bentuk-bentuk pelanggaran Undang-undang Penyiaran No.32 Tahun 2002, dan P3SPS dalam program Realigi, serta komodifikasi program Realigi.

(23)

BAB II KAJIAN TEORI A. Regulasi Media

1. Definisi Implementasi

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai, dan sikap. Implementasi dapat berarti “put something into effect”, (penerapan sesuatu yang memberikan

efek/dampak).4

Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut.

2. Definisi Regulasi

Dalam sebuah karya, Ogus (1994) Selznick (1985) membahas definisi tentang regulasi, yakni menunjukkan peraturan yang berkelanjutan, terfokus dan terkontrol yang dilakukan oleh sebuah lembaga publik melalui kegiatan yang sedang dilakukan oleh sebuah komunitas (Selznick 1985: 363).5

Regulasi adalah semua proses yang mempunyai fungsi mengubah proses lain, pengalaman aksi, yang ditimbulkan oleh suatu situasi

4

Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 31

5

(24)

stimulus. Dengan demikian ada dualisme regulasi, yakni sebagai kegiatan yang mengatur dan sebagai kegiatan yang diatur.6

3. Urgensi Regulasi

Regulasi penyiaran di Indonesia diatur dalam UU Penyiaran No.32 Tahun 2002. Dengan adanya UU tersebut, penyelenggaraan penyiaran mendapat kepastian hukum dan menjadi lebih tertib. Di antara hal yang sangat penting dengan adanya UU Penyiaran ialah dengan diakuinya lembaga penyiaran swasta. Sebelumnya yang diakui keberadaannya hanyalah lembaga penyiaran pemerintah, yaitu TVRI dan RRI.

Ada tiga hal mengapa regulasi penyiaran dipandang urgent.

Pertama, dalam iklim demokrasi kekinian, salah satu urgensi yang mendasari penyusunan regulasi penyiaran adalah hak asasi manusia tentang kebebasan berbicara (freedom of speech), yang menjamin kebebasan seseorang untuk memperoleh dan meyebarkan pendapatnya tanpa adanya intervensi, bahkan dari pemerintah. Nilai demokrasi karenanya menghendaki kriteria yang jelas dan fair tentang pengaturan alokasi akses media. Kedua, demokrasi menghendaki adanya “sesuatu” yang menjamin keberagaman politik dan kebudayaan, dengan menjamin kebebasan aliran ide dan posisi dari kelompok minoritas. Hal lain adalah adanya hak privasi seseorang untuk tidak menerima informasi tertentu. Dalam hal tertentu, kebebasan untuk menyampaikan informasi memang dibatasi oleh hak privasi seseorang.

6

(25)

Ketiga, terdapat alasan ekonomi mengapa regulasi media diperlukan. Tanpa regulasi akan terjadi konsentrasi, bahkan monopoli media. Sinkronisasi diperlukan bagi penyusunan regulasi media agar tidak berbenturan dengan berbagai kesepakatan internasional, misalnya tentang pasar bebas dan AFTA.7

4. Tipologi Regulasi

Dalam buku Mike Feintuck, Black mendefinisikan beberapa arti dari regulasi. Pertama, regulasi adalah pemberitahuan aturan pemerintah disertai dengan mekanisme pemantauan dan penegakan, melalui lembaga spesialis publik. Kedua, setiap bentuk intervensi negara dalam hal perekonomian, dapat diatur. Ketiga, regulasi adalah mekanisme kontrol sosial atau pengaruh semua aspek perilaku dari segi apapun, secara sengaja atau tidak. (Black 2002: 18).8

Menurut Mike Feintuck (1998), berisi tiga komponen yang meliputi regulasi penyiaran, yaitu: 9

1. Regulasi Struktur (Structural Regulation)

Yakni berisi kepemilikan media oleh pasar. Maksudnya adalah bahwa frekuensi radio atau televisi yang diberikan pemerintah kepada penyelenggaraan media, ada hak kepemilikan masyarakat. Jadi, pasar disini maksudnya adalah masyarakat. Kepemilikan masyarakat itu adalah hak masyarakat untuk mengetahui informasi dan merupakan

7

Ibid, h. 43

8

Ibid, h. 202

9Ibid

(26)

kewajiban media untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Informasi itu bisa berupa pendidikan, ekonomi, sosial, politik, kriminal, dan lain-lain. Pemerintah dalam hal ini tidak memberikan frekuensi secara gratis kepada media, justru media mempunyai kewajiban untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat.

2. Regulasi Tingkah Laku (Behavioral Regulation)

Dimaksudkan untuk mengatur tata laksana pengunaan property dalam kaitannya dengan kompetitor. Regulasi tingkah laku tergantung kepada kreatifitas dan ide-ide dari setiap media itu sendiri dan tidak ada hubungannya dengan media lain.

Sifat regulasi tingkah laku tidak mengikat seperti regulasi struktur karena tidak ada peraturan yang tertulis kepada sebuah media untuk menggunakan properti seperti apa dalam menayangkan sebuah tayangan.

3. Regulasi Isi (Content Regulation)

Berisi batasan material siaran yang boleh dan tidak untuk disiarkan. Sebelum sebuah tayangan disiarkan, dilakukan sensor terlebih dahulu agar tidak melanggar UU Penyiaran. 5. Model Regulasi Penyiaran

Dalam hubungannya dengan model kepemerintahan, model regulasi penyiaran dibagi menjadi lima, yakni:

(27)

Ciri khas dalam model ini adalah kuatnya lembaga sensor terutama yang menyangkut keberbedaan. Hal ini sebagai konsekuensi keberbedaan yang dipandang sebagai suatu yang tidak berguna dan cenderung tidak bertanggung jawab karena kadang kala bersifat subversif. Sebaliknya, konsensus dan standarisasi dilihat sebagai tujuan dari komunikasi massa. Dunia penyiaran selama Orde Baru praktis berada pada kondisi seperti ini. Tujuan dalam model ini lebih sebagai upaya menjadikan penyiaran sebagai alat negara. Radio dan televisi sedemikian rupa diarahkan untuk mendukung kebijakan pemerintah dan melestarikan kekuasaan.

b. Model Komunis

Dalam model komunis, penyiaran memiliki semacam tritunggal fungsi, yaitu propaganda, agitasi, dan organisasi. Aspek lain yang membedakan model ini dari model otoriter adalah dilarangnya kepemilikan swasta, karena media dalam model ini dilihat sebagai milik kelas pekerja, dan media merupakan sarana sosialisasi, edukasi, informasi, motivasi, dan mobilisasi.

c. Model Barat-Paternalistik

Sistem penyiaran ini banyak diterapkan oleh negara-negara Eropa Barat semisal Inggris. Disebut “Paternalistik”, karena

(28)

bahwa kebijakan dibuat memang dibutuhkan dan diinginkan oleh rakyat. Dalam model ini, penyiaran juga memiliki „tugas‟

untuk melekatkan fungsi-fungsi sosial individu atas lingkungan sosialnya.

d. Model Barat-Liberal

Secara umum sama dengan model Barat-Paternalistik, hanya berbeda dalam fungsi media komersialnya. Disamping sebagai penyedia informasi dan hiburan, media juga memiliki fungsi “mengembangkan hubungan yang penting dengan

aspek-aspek lain yang mendukung independensi ekonomi dan keuangan”.

e. Demokratis-Participan Model

Model ini dikembangkan oleh mereka yang mempercayai sebagai powerfull medium, dan dalam banyak hal terinspirasi oleh mazhab kritis. Termasuk dalam model ini adalah berbagai media penyiaran alternatif. Sifat komunikasi dalam model ini adalah dua arah (two-way-communication).

B. Konseptualisasi Penyiaran 1. Definisi Penyiaran

(29)

dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.10

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penyiaran adalah proses pemancarluasan siaran dengan menggunakan gelombang elektromagnetik melalui jalur darat, laut,udara secara serentak dengan media penyiaran. Penyiaran pada hakikatnya adalah salah satu keterampilan dasar manusia ketika berada pada posisi tidak mampu untuk menciptakan dan menggunakan pesan secara efektif untuk berkomunikasi. Penyiaran dalam konteks ini adalah alat untuk mendongkrak kapasitas dan efektivitas komunikasi massa.

2. Dasar dan Tujuan Penyiaran

Dalam UU No.32 Tahun 2002 pasal 2 tentang dasar penyiaran dikatakan bahwa penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab.11

Tentang tujuan penyiaran pasal 3 UU ini menyatakan bahwa penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan

10

Ibid, h. 76

11

(30)

kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.12

Selanjutnya fungsi penyiaran dalam pasal 4 dikatakan bahwa penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. Selain itu, penyiaran juga berfungsi ekonomi dan kebudayaan.

Kemudian pasal 5 menyatakan bahwa penyiaran diarahkan untuk: a. menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara republik;

b. menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa;

c. meningkatkan kualitas sumber daya manusia;

d. menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa; e. meningkatkan kesadaran ketaatan hukuman disiplin bangsa; f. menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif

masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah serta melestarikan lingkungan hidup;

g. mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung persaingan yang sehat di bidang penyiaran;

12

(31)

h. mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan pemerataan, dan memperkuat daya saing bangsa dalam era globalisasi.

i. memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung jawab;

j. memajukan kebudayaan nasional.13

3. Lembaga Penyiaran

Dalam UU No.32 Tahun 2002, lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabmya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini diatur dalam pasal 13, pertama, jasa penyiaran terdiri atas jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran televisi. Kedua, jasa penyiaran sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diselenggarakan oleh:

a. Lembaga Penyiaran Publik,

Adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.

b. Lembaga Penyiaran Swasta,

13

(32)

Adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio dan televisi. c. Lembaga Penyiaran Komunitas

Merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.

d. Lembaga Penyiaran Berlangganan

Merupakan lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan dan wajib terlebih dahulu memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran berlangganan.

C. Konseptualisasi Reality Show 1. Definisi Reality Show

Reality show adalah genre acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan pemeran. Acara dokumenter dan acara seperti beritadan olahraga tidak termasuk

(33)

partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik pascaproduksi lainnya.14

Reality show biasanya menggunakan tema seperti persaingan, problema hidup, kehidupan sehari-hari seorang selebritis, pencarian bakat, pencarian pasangan hidup, rekayasa jebakan, mengajak seseorang untuk menjadi lebih baik dan diangkatnya status seseorang dengan diberikan uang banyak, atau yang perbaikan kondisi barang kepemilikan seperti perbaikan rumah atau perbaikan mobil.

2. Jenis-jenis RealityShow

Terdapat beberapa penggologan dari realityshow:15

1. Documentary-Style, dalam tayangannya reality show jenis ini memberikan kesan nyata dengan mengikuti keseharian seseorang. Ada beberapa tema seperti: lingkungan hidup, selebritis, dan kegiatan seorang tokoh.

2. Competition/Game Shows, para peserta berkompetisi untuk memenangkan hadiah yang dijanjikan sebelum mereka mengikuti kompetisi. Para peserta akan tinggal dalam satu atap, lalu peserta akan dihapus sampai hanya satu orang yang kemudian dinyatakan sebagai pemenang. Peserta akan dikeluarkan satu per satu secara berkala, dengan cara pemungutan suara dilakukan oleh pemirsa, peserta acara

14

Morissan, Manajemen Media Penyiaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 98

15

(34)

tersebut, panel hakim, atau beberapa kombinasi dari ketiganya. Contohnya: Penghuni Terakhir dan Big Brother.

3. Make Over, merekomendasikan seseorang untuk diubah penampilannya, membawa orang tersebut bertemu dengan para pakar yang bisa mengubah penampilannya menjadi lebih menarik. Misalnya MTv Make Over.

4. Renovation, merubah rumah, ruang kerja seseorang atau kendaraan miliknya menjadi lebih bagus. Misalnya memperbaiki sebuah mobil yang sudah tidak layak pakai menjadi sebuah mobil seperti baru. Contohnya: Pimp My Ride.

5. Dating Shows, menampilkan tayangan dimana seseorang dipertemukan dengan pasangannya disebuah tempat. Misalnya:

Blind Date.

6. Talk Show, mendiskusikan topik yang dipilih dengan tamu dan dipandu oleh seorang Host. Misalnya: Kick Andy.

7. Hidden Cameras, program yang tujuannya adalah untuk menakut-nakuti kontestan bukan hanya membingungkan atau menghibur mereka. Misalnya: Paranoid, Jail.

(35)

D. Konseptualisasi Siaran Televisi 1. Definisi Siaran

Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran.16

2. Ciri Siaran Televisi

Kebijaksanaan umum siaran televisi akan dilatarbelakangi oleh keadaan Negara masing-masing. Secara universal penyelenggara siaran televisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:17

1. Mampu memberi informasi (informatif) 2. Mampu mendidik penonton (edukatif) 3. Mampu mempengaruhi penonton (persuasif) 4. Mampu menghibur penonton (entertaining) 5. Mampu menakuti penonton

Yang dimaksudkan dengan acara yang mampu memberi informasi adalah yang dapat memberi petunjuk, pemecahan masalah atau menambah wawasan. Paling tidak dapat memberi penjelasan secara mudah dan cepat dimengerti masyarakat umum. Dengan demikian, secara tidak langsung dapat mendidik penonton untuk berbuat yang benar, tidak terkecoh oleh kata-kata atau adegan yang memutarbalikkan fakta.

16

Ibid, h. 209

17

[image:35.595.148.520.83.489.2]
(36)

3. Penggolongan Siaran Televisi

Dilihat dari penggolongan penyelenggaraan siaran televisi, penyelenggaraan siaran itu terdiri dari lima kategori, yakni:18

1. Televisi yang berazaskan siaran umum (general television)

2. Televisi yang berazaskan siaran pendidikan (instructional TV)

3. Televisi bukan siaran (close circuit)

4. Televisi kabel/televisi berlangganan 5. Televisi pemberitaan

4. Ragam Siaran Televisi

Ada beberapa ragam siaran televisi yang didasarkan jangkauan penrimaan siaran, yakni: siaran lokal, siaran regional, siaran jaringan atau network, dan siaran berlangganan.19

a. Siaran Lokal

Sebagaimana namanya, siaran lokal disiapkan untuk konsumsi lokal. Dalam siarannya, bahasa yang dipakai bisa bahasa daerah setempat untuk acara-acara tertentu (misalnya: wayang, ketoprak, ludruk, dan sejenisnya), namun bahasa pengantarnya tetap bahasa Indonesia.

b. Siaran Regional

Siaran regional diartikan sebagai siaran yang mencakup dari ebberapa daerah, dari berbagai stasiun televisi daerah, yang diikat oleh persamaan kultur, atau kulturnya berdekatan.

18

Ibid, h. 3

19Ibid,

(37)

Biasanya siaran regional dilakukan bersama dengan beberapa stasiun penyiaran lokal.

c. Siaran Berlangganan

Yang dimaksudkan dengan televisi berlangganan, sebagaimana namanya, adalah siaran yang melayani penontonnya dan untuk jasa layanan itu, penonton harus membayar bisa per bulan, per dua bulan, per enam bulan, atau bahkan hitungan tahun. Berbeda dibandingkan dengan siaran umumnya televisi yang tak memungut bayaran sama sekali. E. Undang-undang Penyiaran No.32 Tahun 2002

Kemerdekaan menyatakan pendapat, menyampaikan, dan memperoleh informasi, bersumber dari kedaulatan rakyat dan merupakan hak asasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis. Dengan demikian, kemerdekaan atau kebebasan dalam penyiaran harus dijamin oleh negara.20

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah melahirkan masyarakat informasi yang makin besar tuntutannya akan hak untuk mengetahui dan hak untuk mendapatkan informasi. Informasi telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat dan telah menjadi komoditas penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

20

(38)

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi tersebut telah membawa implikasi terhadap dunia penyiaran, termasuk penyiaran di Indonesia. Penyiaran sebagai penyalur informasi dan pembentuk pendapat umum, perannya makin sangat strategis, terutama dalam mengembangkan alam demokrasi di negara kita. Penyiaran telah menjadi salah satu sarana berkomunikasi bagi masyarakat, lembaga penyiaran, dunia bisnis, dan pemerintah. Perkembangan tersebut telah menyebabkan landasan hukum pengaturan penyiaran yang ada selama ini menjadi tidak memadai.

Undang-undang Penyiaran No.32 Tahun 2002 ini terdiri dari 12 bab, yang semua pasalnya mengatur tentang kehidupan dunia penyiaran. Mulai dari fungsi penyiaran sampai sanksi administratif bila terjadi pelanggaran dalam sebuah siaran. Dalam pasal 36 ayat 1 dijelaskan bahwa isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa penyiaran menjamin dan melindungi kebebasan berekspresi atau mengeluarkan pikiran secara lisan dan tertulis.

(39)

digunakan dalam setiap siaran dalam atau luar negeri, relai dan siaran bersama, kegiatan jurnalistik, hak siar, ralat siaran, arsip siaran, siaran iklan, hingga sensor isi siaran dibahas dalam Bab IV pada undang-undang ini.

Undang-undang ini disusun berdasarkan pokok-pokok pikiran bahwa penyiaran harus mencerminkan keadilan dan demokrasi dengan menyeimbangkan antara hak dan kewajiban masyarakat ataupun pemerintah, termasuk hak asasi setiap individu atau orang dengan menghormati dan tidak mengganggu hak individu atau orang lain, memperhatikan seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, juga harus mempertimbangkan penyiaran sebagai lembaga ekonomi yang penting dan strategis, baik dalam skala nasional maupun internasional, serta pengembangan penyiaran diarahkan pada terciptanya siaran yang berkualitas, bermartabat, mampu menyerap, dan merefleksikan aspirasi masyarakat yang beraneka ragam, untuk meningkatkan daya tangkal masyarakat terhadap pengaruh buruk nilai budaya asing.21

Menjelaskan bahwa semua tayangan televisi harus mengandung salah satu unsur yang telah disebutkan di atas. Hal yang penting peranannya dalam perkembangan media massa di Indonesia adalah etika penyiaran. Peraturan yang dikategorikan sebagai etika penyiaran disini adalah Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang dibuat oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

21

(40)

berdasarkan Keputusan KPI Nomor 009/SK/KPI/8/2004. Dalam Undang-undang Penyiaran No.32 Tahun 2002 pada Bab 5 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dalam pasal 48 disebutkan bahwa:

Pertama, pedoman perilaku penyiaran bagi penyelenggaraan siaran ditetapkan oleh KPI.

Kedua, Pedoman perilaku penyiaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun dan bersumber pada :

a. nilai-nilai agama, moral dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. norma-norma lain yang berlaku dan diterima oleh masyarakat umum dan lembaga penyiaran.

Ketiga, KPI wajib menerbitkan dan mensosialisasikan pedoman perilaku penyiaran kepada Lembaga Penyiaran dan masyarakat umum.

Keempat, pedoman perilaku penyiaran menentukan standar isi siaran yang sekurang-kurangnya berkaitan dengan:

a. rasa hormat terhadap pandangan keagamaan. b. rasa hormat terhadap hal pribadi.

c. kesopanan dan kesusilaan.

d. pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme.

e. perlindungan terhadap anak-anak, remaja, dan perempuan. f. penggolongan program dilakukan menurut usia khalayak. g. penyiaran program dalam bahasa asing.

(41)

j. siaran iklan.

Kelima, KPI memfasilitasi pembentukan kode etik penyiaran. 22 F. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS)

Pada tanggal 1 September 2004 KPI mengeluarkan keputusan tentang Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). Keputusan KPI bernomor 009/SK/KPI/8/2004 itu memuat sembilan bab dan 82 pasal. KPI sebagai lembaga negara independen berdasarkan amanat Undang-Undang (UU) Penyiaran kedua diwajibkan untuk menetapkan pedoman perilaku penyiaran, serta mengawasi dan memberikan sanksi atas pelanggaran peraturan tersebut.23

P3 merupakan produk KPI yang mengandung ketentuan-ketentuan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dalam proses pembuatan program siaran, sedangkan SPS memuat ketentuan-ketentuan secara lebih spesifik megenai apa yang boleh dan tidak boleh tersaji dalam siaran. Pemberlakuan P3 dan SPS didasarkan pada amanat Undang-Undang Penyiaran 2002 yang mewajibkan KPI selaku lembaga negara independen untuk menetapkan pedoman perilaku penyiaran, serta mengawasi dan memberikan sanksi atas pelanggaran pedoman tersebut.24

P3SPS itu ditetapkan untuk mengatur perilaku lembaga penyiaran dan mengatur lembaga lain yang terlibat dalam dunia penyiaran

22

www.KPI.go.id diakses 20 Maret 2011 pukul 20.00 WIB

23

Muhamad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta:Kencana, 2007) h. 172

24

(42)

Indonesia. Ini sebagai konsekuensi lembaga penyiaran menjalankan aktivitasnya menggunakan spektrum frekuensi radio yang merupakan sumber daya alam terbatas sehingga pemanfaatannya harus senantiasa ditujukan untuk kemaslahatan masyarakat sebesar-besarnya.

P3SPS tersebut baru mengatur media televisi dan radio, tidak termasuk televisi atau radio kabel dan satelit. KPI mengatakan bahwa pengaturan mengenai hal tersebut akan ditetapkan dalam Surat Keputusan (SK) tersendiri.

Dalam pelanggaran P3SPS, UU Penyiaran pun mengancam memberikan sanksi terberat pada media yang melanggar dengan pencabutan izin siaran. Namun demikian, KPI akan memberi sanksi berjenjang. Jenjang sanksi pertama adalah klarifikasi keluhan masyarakat kepada media yang bersangkutan atas siarannya yang dianggap melanggar P3SPS. Bila pada tahap pertama masyarakat atau KPI menemukan adanya kemungkinan pelanggaran, dicabut izinnya setelah melalui proses peradilan. Sebelum KPI mengeluarkan P3SPS, beberapa bulan sebelumnya Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) telah menerbitkan kode etik sendiri yang berjudul Pedoman Perilaku Televisi (PPT). Namun oleh KPI pedoman tersebut dianggap tidak memiliki kekuatan hukum, karena dibuat oleh lembaga diluar KPI. Sementara menurut UU Penyiaran, yang berwenang membuat standar program siaran adalah KPI.25

25

(43)

G. Teori Ekonomi Politik Komunikasi

Pada perkembangannya ekonomi politik mengaitkan aspek ekonomi (seperti kepemilikan dan pengendalian media), keterkaitan kepemimpinan dan faktor-faktor lain yang menyatukan industri media dengan industri lainnya, serta hubungannya dengan elit-elit politik, ekonomi, sosial.

Pengertian ekonomi-politik dalam pandangan Vincent Mosco, dapat diartikan sebagai kajian tentang hubungan sosial, khususnya yang berhubungan dengan kekuasaan dalam bidang produksi, distribusi, dan konsumsi sumber daya dalam komunikasi.26

Mosco merumuskan empat karakteristik penting mengenai ekonomi-politik. Pertama, ekonomi-politik merupakan bagian dari studi mengenai perubahan sosial dan transfomasi sejarah. Dalam hal ini terdapat varian yang berbeda, ada yang critical dan ada juga yang liberal.

Kedua, ekonomi-politik mempunyai minat dalam menguji keseluruhan sosial atau totalitas dari hubungan sosial yang meliputi bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya dalam suatu masyarakat, serta menghindari dari kecendrungan mengabstraksi realitas-realitas sosial ke dalam bidang teori ekonomi maupun teori politik.

Ketiga, berhubungan dengan filsafat moral, artinya hal ini mengacu kepada nilai-nilai sosial (wants about wants) dan konsepsi mengenai praktek sosial. Prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan dan public good

26

(44)

merupakan reference utama dari pertanyaan moral mendasar ekonomi-politik. Perhatian ini tidak hanya ditujukan pada “what is” (apa itu), tetapi “what ought be” (apa yang seharusnya). Misalnya saja studi ekonomi politik kritis yang concern terhadap peranan media dalam membangun konsesus dalam masyarakat kapitalis yang ternyata penuh distorsi. Dalam masyarakat yang tidak sepenuhnya egaliter, kelompok-kelompok marginal tidak mempunyai banyak pilihan selain menerima dan bahkan mendukung system yang memelihara sibordinasi mereka terhadap kelompok dominan.

Keempat, karakteristiknya praxis, yakni suatu ide mengacu kepada aktivitas manusia dan secara khusus mengacu pada aktivitas kreatif dan bebas dimana orang dapat menghasilkan dan mengubah dunia dan diri mereka.27

Ada tiga entry konsep dalam penerapan ekonomi politik media menurut Vincant Mosco, antara lain:28

1. Commodification (komodifikasi)

Yakni mengubah makna dari sistim fakta atau data yang merupakan pemanfaatan isi media dilihat dari kegunaannya sebagai komoditi yang dapat dipasarkan. Bentuk komodifikasi dalam komunikasi ada tiga macam, yaitu:

a. Intrinsic commodification (komodifikasi intinsik atau komodifikasi isi), yakni proses pengubahan pesan dari sekumpulan data ke dalam sistem makna dalam wujud

27

Ibid, h. 27-37

28

(45)

produk yang dapat dipasarkan seperti paket produk yang dipasarkan oleh media.

b. Extrinsic commodification (komodifikasi ektrinsik atau komodifikasi khalayak), yakni proses modifikasi peran media massa oleh perusahaan media dan pengiklan dari fungsi awal sebagai konsumen media kepada konsumen produk yang bukan media di mana perusahaan media memproduksi khalayak dan kemudian menyerahkannya pada pengiklan. Singkatnya yang terjadi adalah kerjasama yang saling menguntungkan antara perusahaan media dan pengiklan. Program-pogram media digunakan sebagai sarana untuk menarik khalayak yang kemudian dijual kepada pengiklan yang membayar perusahaan media.

c. Cybernetic commodification (komodifikasi cibernetik), yakni proses mengatasi kendali dan ruang. Dalam prakteknya dapat dibagi dua, yaitu: Pertama,

(46)

dan budaya yang menjadi motif atau pendorong sehingga tidak semua orang dapat mengakses.

2. Spatialization (spasialisasi)

Yakni proses untuk mengatasi hambatan ruang dan waktu dalam kehidupan sosial oleh perusahaan media dalam bentuk perluasan usaha seperti proses integrasi: integrasi horizontal, integrasi vertikal, dan internasionalisasi. Integrasi horizontal adalah ketika suatu perusahaan dibawah naungan sebuah media yang mengambil keuntungan terbesar di perusahaan lain, maka tidak langsung dihubungkan dari bisnis aslinya atau ketika mengambil sejumlah besar saham di dalam sebuah perusahaan di luar daripada media.29 Pada prakteknya integrasi horizontal adalah cross-ownership (kepemilikan silang) beberapa jenis media massa seperti televisi, surat kabar, stasiun radio, majalah, dan tabloid oleh suatu grup perusahaan media massa.

Integrasi vertikal adalah konsentrrasi perusahaan dalam suatu jalur usaha atau garis bisnis yang memperluas kendali sebuah perusahaan atas produksi. Di Indonesia, praktek integrasi vertical dilakukan oleh Subentra Grup milik pengusaha Sudwikatmono yang menguasai impor film dan sekaligus distribusinya melalui jaringan Bioskop 21 yang tersebar hampir di seluruh kota besar di Indonesia.

29

(47)

Internasionalisasi atau globalisasi dipandang dari perspektif ekonomi adalah kekayaan ruang bagi global yang dilakukan oleh perusahaan transional dan negara, yang mengubah ruang melaui arus sumber daya dan komoditas, termasuk komunikasi dan informasi.

3. Strukturation (strukturasi)

Yakni proses penggabungan agensi manusia (human agency) dengan proses perubahan sosial ke dalam analisis struktur-struktur. Dengan memberikan posisi-posisi jabatan struktur yang ada dalam kelompok tersebut, diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam setiap bidang yang telah diembannya.

Strukturasi ini menyeimbangkan kecendrungan dalam analisis ekonomi politik media untuk menggambarkan struktur seperti lembaga bisnis dan pemerintahan dengan menunjukkan dan menggambarkan ide-ide agensi, hubungan sosial, proses, dan praktek sosial. Agensi manusia merupakan konsepsi sosial fundamental yang mengacu kepada peran para individu sebagai aktor sosial yang perilakunya dibangun oleh matriks hubungan sosial dan positioning termasuk kelas, ras, dan gender.30 Proses strukturasi ini mengkonstruksi hegemoni, sesuatu yang apa adanya, masuk akal, dialamiahkan cara berfikir tentang dunia termasuk segala sesuatu dari kosmologi melalui etika. Pada

30

(48)

praktek sosial yang digambarkan dan dikontekskan dalam kehidupan struktur.

Sekalipun sumbangan terbesar dari teori Ekonomi Politik Media terhadap kajian komunikasi adalah analisis institusi media dan konteks medianya, konsep yang disodorkan oleh Mosco juga relevan untuk mengkaji keseluruhan kegiatan media dan merumuskan suatu model yang holistik dari keseluruhan siklus produksi sampai penerimaannya (termasuk konteksnya). Kemudian juga bagaimana kekuasaan mempengaruhi proses komodifikasi, spasialisasi, dan strukturasi pemanfaatan teknologi informasi untuk akses informasi publik di era orde baru maupun di era reformasi sekarang ini.

Vincent Mosco merumuskan tiga karakter tambahan studi ekonomi-politik, yaitu realis, inklusif, dan kritis.31 Pengaruh realisme membuat ekonomi-politik kritis sangat menghindari ketergantungan eksklusif terhadap teori abstrak atau deskripsi empiris. Ekonomi-politik dalam hal ini memberikan bobot yang sama terhadap pertimbangan teoritis dan empiris. Watak deskripsi berasal dari kesadaran bahwa kehidupan sosial tidak dapat dirangkum ke dalam suatu teori. Tidak ada pendekatan yang paling mendekati ideal dalam studi ekonomi-politik komunikasi. Watak kritis ekonomi-politik mewujud kepada kepekaan terhadap berbagai bentuk ketimpangan dan ketidakadilan. Ekonomi-politik memberi perhatian besar terhadap

31

(49)

faktor-faktor ideologis dan politis yang pengaruhnya bersifat laten terhadap suatu masyarakat.32

Golding dan Murdock berpendapat bahwa berbagai sektor media tidak dapat dipelajari sendiri-sendiri karena media memiliki keterkaitan dengan faktor kendali korporasi kegiatan media hanya dipahami apabila merujuk kepada konteks ekonomi yang luas. Analisa juga diperluas sampai pada tataran bagaimana praktek ideologi media dalam menyebarluaskan ide-ide tentang struktur ekonomi dan politik. Dengan begitu studi ekonomi politik dari industri media tidak bisa difokuskan hanya pada produksi, distribusi, dan komoditas, tetapi harus mempertimbangkan bentuk unik dari komoditasi ini dan praktek-praktek ideologi media. Dengan demikian, apabila dikaitkan dalam konteks perubahan-perubahan peran dan fungsi media massa dan lingkungan sekitarnya, menjadi menarik dapat menggunakan pendekatan ekonomi politik media. Tujuan yang diharapkan adalah untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dengan mulai bergesernya peran-peran dalam media massa yang mencoba menerapkan konsep baru. Dalam penelitian ini teori ekonomi politik komunikasi khususnya komodifikasi yang digunakan untuk menelaah regulasi penyiaran dalam tayangan Realigi di Trans TV.

32

(50)
[image:50.595.139.524.82.449.2]

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Trans TV

PT. Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) merupakan perusahaan yang dimiliki oleh TRANS CORPORATION, yang juga merupakan pemilik dari TRANS 7. Memperoleh ijin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, maka sejak tanggal 15 Desember 2001, TRANS TV memulai siaran secara resmi.33

Trans TV memperoleh ijin siaran didirikan pada tanggal 1 Agustus 1998 Trans TV mulai resmi disiarkan pada 10 November 2001 meski baru terhitung siaran percobaan, Trans TV sudah membangun Stasiun Relai TV-nya di Jakarta dan Bandung. Siaran percobaan dimulai dari seorang presenter yang menyapa pemirsa pukul 19.00 WIB malam. Trans TV kemudian pertama mengudara mulai diluncurkan diresmikan Presiden Gus Dur sejak tanggal 15 Desember 2001 sejak sekitar pukul 19.00 WIB Malam, TRANS TV memulai siaran secara resmi.

Logo Trans TV berbentuk berlian, yang menandakan keindahan dan keabadian. Kilauannya mereflesikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis serif, yang mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali.

33

(51)
[image:51.595.149.526.69.462.2]

Gambar 2.1 Logo Trans TV

Visi Trans TV adalah menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat. sedangkan misi Trans TV adalah wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi.

Ishadi S.K selaku Direktur Utama Trans TV dalam situs resmi Trans TV, www.TransTV.co.id menulis artikel pada tanggal 28 September 2007 yang berjudul “Semangat Trans TV”, isinya adalah sebagai berikut:34

“Trans TV adalah sebuah semangat. Semangat untuk melakukan

transformasi secara institusi dan secara ideologi. Ideologi Trans TV adalah menigkatkan kecerdasan bangsa untuk menjadi sejahtera.”

Trans TV atau Televisi Transformasi Indonesia adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia mulai secara terrestrial area di Jakarta, yang dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung. Dengan motto "Milik

(52)

Kita Bersama", konsep tayang stasiun ini tidak banyak berbeda dengan stasiun swasta lainnya. Trans TV adalah anak perusahaan PT Trans Corpora. Kantor Pusat stasiun ini berada di Studio TransTV, Jalan Kapten Pierre Tendean, Jakarta Selatan. Direktur Utama Trans TV saat ini adalah Wishnutama.

B. Penghargaan yang Pernah Diraih oleh Trans TV No. Tahun

Penghargaan

Penghargaan yang Diraih

1. 2010 ANUGERAH PEDULI PENDIDIKAN

Oleh Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia TRANSCORP: Perusahaan yang Peduli Pendidikan

PANASONIC GOBEL AWARDS 2010 1. Program Feature Terfavorit: Griya Unik 2. Program Kuis & Game Show Terfavorit: Gong

Show

3. Pelawak Terfavorit: Olga Syahputra (Saatnya Kita Sahur)

2. 2009 PANASONIC AWARD 2009

1.Program Reality Show Terfavorit: Termehek-Mehek

2.Program Komedi/Lawak Terfavorit: Extravaganza

3. 2008 CITRA PARIWARA 2008

1. Best of 2008: TV Station for Inhouse Advertisement of The Year 2008

2. Gold Award: Promo Badminton“Juice is Deuce”

3. Silver Award: Promo Bioskop“Loket Sepi”

4. Silver Award: Promo Badminton“Single or

(53)

C. Coverage Area

Sejak awal, pembangunan TRANS TV dirancang untuk bisa beroperasi menggunakan teknologi digital penuh, mulai dari tahap pra produksi hingga tahap paska produksi dan siaran on air. Tetapi karena sistem penyiaran di Indonesia masih menggunakan sistem analog, maka output yang bersifat digital akan diubah menjadi analog. Walaupun demikian, pemirsa TRANS TV akan menikmati tayangan audio visual yang lebih jernih dan tajam. Kelak jika sistem penyiaran di Indonesia sudah beralih ke sistem digital, TRANS TV hanya perlu memodifikasi pemancar-pemancarnya saja.

Selain output yang lebih baik, teknologi digital juga menjadikan proses kerja dapat berjalan lebih efisien dan efektif. Peran kaset (video tape) nyaris hilang, karena semua materi produksi mengalir dari satu server ke server

komputer lainnya melalui jaringan kabel optik yang terpasang di seluruh gedung. Seluruh studio juga terintegrasi satu sama lain sehingga memungkinkan siaran yang simultan.

D. Program-program RealityShow Trans TV

Trans TV sebagai salah satu stasiun televisi swasta, dari hari ke hari menemani masyarakat dengan rangkaian reality show yang inovatif dan menghibur.

Trans TV bisa maju berkat program buatan sendiri yang menarik dan inovatif. Dengan motto “Milik Kita Bersama” Trans TV terus melakukan inovasi

(54)

sebelumnya dimiliki oleh Kelompok Kompas Gramedia.35 Lalu program apa saja yang dianggap berhasil mengangkat nama Trans TV? Berikut ini beberapa program acara reality show yang mempunyai andil besar dalam membesarkan Trans TV:

1. Termehek-mehek

e-mail: termehekmehek@transtv.co.id 2. Makna Kehidupan

e-mail: maknakehidupan@transtv.co.id 3. Jika Aku Menjadi

e-mail: jikaakumenjadi@transtv.co.id 4. Hidup Kedua

e-mail: hidupkedua@transtv.co.id E. Profil Realigi Trans TV

Maraknya tayangan reality show di televisi membuat insan pertelevisian tertantang untuk membuat sebuah tayangan yang dapat merebut perhatian penonton. Seperti yang diungkapkan oleh Produser Realigi terhadap latar belakang tayangnya program Realigi:36

“Trend yang sedang terjadi adalah banyaknya tayangan drama

reality dan diminati masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya minat penonton pada program berformat reality. Namun hampir semua merupakan drama reality yang ceritanya mengangkat percintaan atau konflik percintaan. Karenanya Trans TV mencoba untuk memberikan yang lain, yaitu drama reality yang basicnya adalah pertobatan.”

35 ibid

36

(55)
[image:55.595.251.371.608.686.2]

Realigi adalah drama reality yang sarat dengan siraman rohani. Mengangkat kisah anak manusia yang berupaya atau berusaha untuk mengajak orang terdekat (Orang tua, anak,sahabat, dll ) untuk kembali ke jalan yang benar. Program ini mulai tayang bulan Februari 2009, salah satu konsep dari program ini adalah adanya pegawai Trans TV yang merangkap sebagai host dalam setiap episodenya. Disamping keberadaan Tim Trans TV, akan ada seorang konselor dan motivator (Ustadz,Psikolog, dll) bagi pelapor untuk mencari solusi yang terbaik. Pelapor adalah orang terdekat dengan target. Di akhir cerita usaha menyadarkan target tidak selalu harus berhasil. Kamera akan selalu mengikuti Pelapor dalam usahanya menyadarkan target (No- Hidden Camera). Program acara Realigi merupakan suatu bentuk acara dakwah islamiyah atau yang disebut sebagai salah satu program keagamaan yang ditayangkan melalui stasiun Trans TV. Acara ini ditayangkan setiap hari Senin dan Rabu, pukul 20.15 WIB. Dalam siarannya, program acara ini senantiasa menampilkan kesan yang berbeda serta keberhasilannya membuat seseorang kembali ke jalan yang benar. Menunjukan bahwa program acara Realigi terselenggara berkat adanya persiapan perencanaan yang matang. Tayangan pertama Realigi adalah episode Adikku Terkena Narkoba, yang saat itu mendapat respon yang baik dari penonton dengan patokan host yang mengenakan seragam Trans TV.

(56)

Format acara dalam tayangan Realigi yaitu seorang Host dengan mengambil lokasi yang sesuai dengan topik yang diangkat. Satu episode mengangkat satu tema atau lebih, dengan mengutamakan gambar dan cerita yang paling kuat.

1. Waktu tayang:

Senin dan Rabu pukul. 20.00 WIB sedangkan ada tayangan di hari Kamis dan Jumat yaitu Realigi dewasa (khusus) tema mistis yang tayang pukul. 23.00 WIB.

2. Durasi:

Durasi sejak pertama tayang lamanya 60 menit includ commercial break. Untuk durasi utuh Realigi sekitar 40-43 menit. 3. Segmentasi penonton

primary : abc+, male and female, 15+ secondary : Family, All People

Salah satu episode Realigi yang paling menarik perhatian pemirsa adalah episode Tuyul, saat itu perolehan sharenya mencapai angka diatas 33%.37 Ada episode Boneka Cantik, dimana target sangat menyukai boneka peninggalan almarhumah ibunya. Dalam tayangan tersebut hak privasi target terlihat sangat diekspos dan ada adegan dimana target menggantung boneka-bonekanya disebuah pohon. Hal tersebut memungkinkan timbulnya rasa takut dalam diri penonton, sedangkan pada bab XIII P3SPS disebutkan bahwa tayangan yang menimbulkan rasa takut harus ditayangkan diatas pukul 23.00 WIB.

(57)

Menurut produser Realigi visi dan misi dari program Realigi

adalah:38

”Memberikan tontonan yang menarik namun bisa tetap menghibur dan mendidik, memberikan wacana pada pemirsa agar tidak salah langkah dalam menghadapi kehidupan mereka. Bahwa segala sebab akan mengakibatkan akibat, tetap memberikan tuntunan pada pemirsa khususnya, bahwa agama (Islam) mampu berperan dalam penyelesaian semua permasalahan hidup manusia.”

Tujuan penayangan Realigi adalah memberikan alternatif tontonan selain sinetron, melalui bentuk format tayangan yang se-real mungkin. Mengangkat tentang proses pertobatan sesorang (kejadian yang banyak terjadi di masyarakat dan ada di masyarakat) dan mengedepankan penyelesaiannya dengan kekuatan agama (Islam). Karena pada dasarnya

Realigi adalah program agama (memang dibuat untuk mengisi slot

program agama).

F. Redaksi Realigi Trans TV

Kru Realigi terdiri dari tim inti yaitu Produser, Kreatif dan Production Assisten (PA) dan tim pendukung adalah dari bagian teknis:

camera person, audio, general support dan wardrobe, office boy serta

security dan editor. Struktur tim:

Produser 1 : Sunka Da Ferry Produser 2 : Hans Haryanto Senior Creative : Gina Herlianawati Creative : Cici Permata

Santika Permata

(58)

Wisnu Ady Pratama Production Asissten : Dody Firmansyah

Iif Viatmansyah

(59)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA DATA

A

Gambar

gambar, atau suara dan gambar yang berbentuk grafis, karakter, baik
GAMBARAN UMUM
Gambar 2.1 Logo Trans TV
Gambar 2.2 Logo Program Realigi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dan terakhir tugas FD pada saat pasca produksi adalah melakukan evaluasi bersama satu tim produksi dan sesama FD yang bertugas ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan

Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme kerja Production Assistant (Asisten Produksi) dalam program “Show Imah” dari tahap praproduksi, produksi, pascaproduksi,

selaku Production Assistant (PA); Mas Iwan selaku Script Writer; Mbak Luvita selaku Producer; Kang Bisma selaku Executive Production dan banyak pihak lainnya yang telah

Hasil pengamatan bahwa tugas produser pada saat praproduksi yaitu pencarian ide, budgeting, saat produksi berkoordinasi dengan PA, mengawasi proses syuting, dan saat

Pengelompokan 20 jenis tindak tutur ekspresif tersebut, yaitu: (1) tindak tutur ‘berterima kasih’ yang terjadi karena mitra tutur bersedia melakukan apa yang

Demikian upaya untuk menyeimbangkan antara memenuhi kepentingan pemilik dan kepentingan masyarakat memberikan tantangan tersendiri kepada pihak manajemen media

Tayangan yang disajikan untuk masyarakat harus sesuai dengan aturan baku yang telah ditetapkan oleh KPI dan tertulis dalam Pedoman Perilaku Penyiaran (P3)

“seorang penyiar harus mempunyai pengetahuan yang luas agar disaat membawakan sebuah program yang akan dibawakannya bisa lebih mengetahuinya secara mendalam, tetapi jika seorang penyiar