GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG KANKER PAYUDARA DAN POLA KONSUMSI ISOFLAVON DARI PRODUK OLAHAN KEDELAI
PADA SISWI DI SMA NEGERI 2 TANGERANG TAHUN 2011
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan
gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH: INA KANITA 107104001740
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ina Kanita
Tempat/Tanggal lahir : Jakarta, 23 Februari 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat Sekarang : Jl. Al Muhajirin rt 02 rw 11 no 36 Tanah Tinggi Tangerang 15119
Telepon : 081536127228
Email : nerznina@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 05 Pagi (1994-2000)
2. SLTP Negeri 45 Jakarta Barat (2000-2003)
3. SMA Negeri 33 Jakarta Barat (2003-2006)
4. S-1 Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2007-2011)
Jakarta, 19 Desember 2011
Mahasiswa,
Ina Kanita
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Januari 2012
Ina Kanita, NIM : 107104001740
Gambaran Pengetahuan Tentang Kanker Payudara dan Pola Konsumsi Isoflavon dari Produk Olahan Kedelai pada Siswi di SMA Negeri 2 Tangerang Tahun 2011
xvi + 66 halaman + 9 tabel + 2 gambar + 5 lampiran
ABSTRAK
Isoflavon adalah komponen yang terdapat dalam kedelai, dan berfungsi sebagai estrogen nabati atau fitoestrogen. Isoflavon mempunyai Anti estrogenic effect dan estrogenic effect yang dapat menurunkan resiko kanker payudara pada pre-menopausal woman.
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran pengetahuan tentang kanker payudara dan pola konsumsi isoflavon dari produk olahan kedelai pada remaja putri.
Desain penelitian adalah deskriptif dengan variable pengetahuan dan pola konsumsi.
Sampel 179 siswi SMA kelas X, XI dan XII dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Pengumpulan data dengan kuesioner dan wawancara selama bulan September-Oktober 2011. Analisa yang digunakan adalah univariat.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 49,7 % responden memiliki pengetahuan yang baik tentang kanker payudara dan pencegahannya dan sebanyak 72,1% responden mengonsumsi isoflavon 30 mg/hari. Pada penelitian ini rata-rata konsumsi isoflavon dari produk olahan kedelai perharinya mencapai 32,92 mg. Bedasarkan hasil penelitian diharapkan pihak sekolah meningkatkan promosi kesehatan khususnya kesehatan pada remaja.
Kata kunci : pengetahuan, kanker payudara, pola konsumsi dan isoflavon.
FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCES
THE STUDY PROGRAME OF NURSING SCIENCES
Undergraduated Thesis, January 2012
Ina Kanita, NIM : 107104001740
Description of Knowledge About Breast Cancer And Isoflavon Consumption of Soya Bean Products On Female Teenagers In SMA 2 Tangerang 2011.
xvi + 66 pages + 9 tables + 2 figures + 5 image attachments
ABSTRACT
Isoflavon is a soya components, and have a function as natural estrogen or fitoestrogen. Isoflavon have anti estrogenic effect and estrogenic effect, which can reduce breast cancer risk in pre-menopausal woman.
The aim of this research is to know description of knowledge about breast cancer and isoflavon consumption of soya products on female teenagers.
Type of this research is using descriptive and variables which were used in this research include female teenager’s knowledge about breast cancer and isoflavon consumption. Total sample were 179 respondents of the female students in X, XI, and XII class and sampling technique use simple random sampling. Data’s collection with questioner and interview on September-October 2011. Analysis of the data using univariate.
This research result showed that 49,7% respondents have good knowledge about breast cancer and 72,1% respondents have consumption 30 mg isoflavone per day. In this research average soy isoflavon consumption is 32,92 mg per day. Based from this research hoped school can increasing health especially on teenagers health.
Keyword : knowledge, breast cancer,consumption and isoflavon
!
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas nikamat-Nya dan karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul Gambaran Pengetahuan Tentang Kanker Payudara dan Pola Konsumsi Isoflavon dari Produk Olahan Kedelai pada Siswi di SMA Negeri 2 Tangerang.
Dalam penelitian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, kesungguhan, kerja keras dan kerja cerdas disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Prof. Dr. dr, MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .
2. Ibu Tien Gartinah, M.N selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Ernawati S.Kp, M.Kep Sp.KMB dan Ibu Yuli Amran, S.KM, MKM, selaku
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran selama
membimbing peneliti.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama duduk pada bangku kuliah.
5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
6. Ucapan terima kasihku teristimewa kepada kedua orang tua, kakak dan adik tercinta yang selalu memberikan doanya, motivasi, kasih sayang dan dukungannya baik moral maupun spiritual.
7. Teman-teman PSIK `07 dan seluruh pihak yang telah memberikan semangat dan membantu selama melaksanakan dan menyelesaikan skripsi.
Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya.
Wassalamu`alaikum wr. wb
Tangerang, Januari 2012
Ina Kanita
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Pertanyaan Penelitian ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Kanker Payudara ... .7
1. Pengertian ... 7
2. Anatomi Payudara ... 8
3. Etiologi ………..……….. …...…9
4. Faktor Risiko Kanker Payudara………..……10
5. Tanda dan Gejala Kanker Payudara ...………..…...………….13
6. Stadium Kanker Payudara………...……….………….14
7. Pencegahan Kanker Payudara………...17
8. Manfaat Kedelai dalam Mencegah Kanker Payudara ………..21
B. Pengetahuan...………...23
1. Pengertian ……….23
2. Tingkat pengetahuan didalam domain Kognitif ………...24
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ……….….25
C. Konsep Remaja……..………...26
1. Pengertian………..26
2. Tahap Perkembangan Remaja………...27
3. Perilaku dan Pola makan Remaja ……….…………...……….28
4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pola makan Remaja...29
D. Penelitian Terkait………....31
E. Kerangka Teori ……….……….32
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL …………....33
A. Kerangka Konsep ………..……...…33
B. Definisi Operasional ……….……...34
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ………...36
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………....…….36
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….36
C. Populasi dan Sampel ………. 37
D. Instrumen Penelitian……...………..………..39
E. Proses Pengumpulan Data ………...………..40
F. Teknik Uji Instrumen Penelitian ………... ……40
1. Uji validitas………. …….40
2. Uji reliabilitas………..…….41
G. Teknik Pengolahan Data ………...42
H. Teknik Analisa Data ……….43
I. Etika Penelitian ………44
BAB V HASIL PENELITIAN 47
A. Gambaran Tempat Penelitian ………...47
B. Hasil Analisa Univariat ………...49
1. Gambaran Usia ………..49
2. Gambaran Kelas ……….…...50
3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden ………. 50
4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden ……...52
5. Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Isoflavon Responden .... ….53
BAB VI PEMBAHASAN 55
A. Interpretasi dan Hasil Penelitian ……….55
1. Gambaran data Demografi Responden ……….... …55
2. Gambaran Pengetahuan Responden Terhadap Kanker Payudara Dan Pencegahannya ……….56
3. Gambaran Pola Konsumsi Isoflavon Responden ……….58
B. Keterbatasan Penelitian ………. ….63
C. Implikasi Hasil Penelitian ……….………..63
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 65
A. Kesimpulan ………. …...65
B. Saran ………... ……65
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1. Strategi Pencegahan Kanker Payudara ………. …..20
2. Tabel 2.6. Kandungan Isoflavon dalam makanan olahan Kedelai ………...22
3. Tabel 3.2. Definisi Operasional ………..34
4. Tabel 5.1 Distribusi frekuensi usia responden ………..49
5. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi bedasarkan kelas responden ………...50
6. Tabel 5.3 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang kanker Payudara ………...50
7. Tabel 5.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden ………....52
8. Tabel 5.5 Distribusi frekuensi pola konsumsi isoflavon reponden ………..53
9. Tabel 5.6 Distribusi frekuensi pola konsumsi isoflavon dengan tingkat Pengetahuan responden ……….... 54
DAFTAR BAGAN
1. Bagan 2.1. Kerangka Teori ……….……….. 32
2. Bagan 3.1. Kerangka Konsep ………...………. 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Informed Consent
Lampiran 2 Kuisioner Penelitian
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Hasil analisa Univariat
Lampiran 5 Hasil uji Validitas dan Reliabilitas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2000 World Health Organization (WHO) menggambarkan bahwa di dunia telah terjadi 55.694.000 kematian, sekitar 59% di antaranya disebabkan oleh
penyakit tidak menular, 9% akibat cedera, serta 38% sisanya oleh penyakit menular.
Di kawasan Negara-negara Asia 52% kematian disebabkan oleh penyakit tidak
menular, 9% akibat cedera dan 39% akibat penyakit menular (Depkes, 2009).
Kanker temasuk salah satu penyakit tidak menular yang cenderung terus
meningkat setiap tahunnya, sehingga dapat dikatakan bahwa beban yang harus
ditanggung dunia akibat penyakit tersebut juga semakin meningkat. Menurut laporan
WHO 2003 setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan
prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun 2020
jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta penderita, 84 juta
orang di antaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila tidak dilakukan
intervensi yang memadai (Depkes, 2009).
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali. Kanker bisa terjadi dari berbagai sel dalam organ tubuh seperti
kulit, hati, darah, otak, lambung, usus, paru, saluran kencing, payudara dan berbagai
macam sel organ tubuh lainnya. Sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas
yang menyusup ke jaringan di dekatnya (invasif) dan bisa menyebar (metastasis) ke
seluruh tubuh (Sarjadi, 2000).
Kanker merupakan salah satu penyebab kematian yang cukup tinggi baik di
negara maju maupun di negara berkembang. Berdasarkan data WHO tahun 2005,
kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia setelah penyakit
kardiovaskular. World Cancer Report (WCR) tahun 2008 memperkirakan pada tahun 2010 kanker akan menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia (World Cancer
Report, 2008). Data Departemen Kesehatan RI tahun 2007 menyebutkan kanker
merupakan penyebab kematian ke-5 di Indonesia setelah jantung, stroke, saluran
pernafasan dan diare (Profil kesehatan, 2007).
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang penting dan sering
ditemukan diseluruh dunia dengan proporsi 20% dari seluruh kanker. (WHO, 2002).
Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2002, kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada
perempuan di dunia dengan insidens rate 38 per 100.000 penduduk. Insidens rate
kanker payudara di Indonesia menempati urutan pertama yakni 26 per 100.000
perempuan dan kanker leher rahim di urutan kedua dengan insidens rate 16 per
100.000 perempuan.Kanker payudara adalah jenis kanker kedua penyebab kematian
karena kanker pada wanita setelah kanker leher rahim.
Insiden kanker payudara meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Usia
perempuan yang lebih sering terkena kanker payudara adalah diatas 40 tahun, yang
disebut dengan “cancer age group”. Namun usia muda juga bukan jaminan aman dari
kanker payudara (Luwia, 2003).
Insiden kanker payudara pada usia muda saat ini banyak ditemukan, bahkan
tidak sedikit remaja putri yang menderita tumor di payudaranya. Tumor tersebut dapat
berkembang menjadi kanker bila tidak terdeteksi lebih awal. Hal ini menunjukkan
remaja. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari
masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah
norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Berbagai hal tersebut mengakibatkan
peningkatan kerantanan remaja terhadap berbagai macam penyakit (Luwia, 2003).
Menurut jane wardle dari Badan Penelitian Kanker Amal Inggris, sebagian
besar remaja putri disetiap negara tidak menyadari faktor pola hidup dapat
mempengaruhi risiko mereka terserang kanker payudara. Target untuk menanggulangi
terjadinya kanker payudara pada wanita dapat dicegah saat masih remaja (Luwia,
2003).
Cara terbaik untuk melawan kanker payudara yaitu dengan melakukan
pencegahan baik secara primer, sekunder maupun tersier. Pencegahan kanker
payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens kanker payudara
dan secara tidak langsung akan menurunkan angka kematian akibat kanker payudara.
Pencegahan secara primer dilakukan melalui promosi kesehatan yang ditujukan pada
orang sehat melalui upaya pola hidup sehat seperti menghindari rokok, obesitas,
melakukan olahraga, mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan (WHO). Alternatif
lainnya dengan mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahannya seperti tahu,
tempe atau susu kedelai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trock, dkk
(2006) didapatkan hasil bahwa tingginya konsumsi kedelai berhubungan dengan
berkurangnya risiko kanker payudara. Kedelai mengandung isoflavanoid yang
berguna untuk mencegah kanker dan genistein yang berfungsi sebagai estrogen nabati (fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel
saluran kelenjar susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk menempel pada
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara konsumsi kedelai dengan
berkurangnya risiko kanker payudara.
Hasil pra survey pada tanggal 11 April 2011, kepada 10 orang siswi SMA
tentang kanker payudara dan pencegahannya serta kecenderungan mereka dalam
memilih menu makanan olahan kedelai di dapatkan hasil 4 orang siswi memiliki
pengetahuan yang baik dan 6 orang siswi memiliki pengetahuan yang kurang dan
hanya 20% yang konsumsi kedelainya mencukupi kebutuhan tubuh. Berangkat dari
hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Gambaran Pengetahuan Remaja
Putri Tentang Kanker Payudara dan Pola Konsumsi Makanan Olahan Kedelai.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang di dapat dari hasil pra survey pada bulan April terdapat
4 orang siswi memiliki pengetahuan yang baik dan 6 orang siswi memiliki
pengetahuan yang kurang tentang kanker payudara dan hanya 20% yang konsumsi
kedelainya mencukupi kebutuhan tubuh. Hal ini membuktikan masih ada 80% siswi
yang konsumsi kedelainya kurang dari kebutuhan tubuh. Berdasarkan uraian data di
atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui “Gambaran Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Kanker Payudara dan Pola Konsumsi Makanan Olahan Kedelai di SMA
Negeri 2 Tangerang Tahun 2011”.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka dapat dibuat pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana gambaran umum SMA Negeri 2 Tangerang?
2. Bagaimana gambaran data demografi responden di SMA Negeri 2 Tangerang?
3. Bagaimana gambaran pengetahuan tentang kanker payudara dan pencegahannya
pada siswi di SMA Negeri 2 Tangerang?
4. Bagaimana gambaran pola konsumsi isoflavon dari produk olahan kedelai pada
siswi di SMA Negeri 2 Tangerang?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang kanker payudara dan
gambaran pola konsumsi isoflavon dari produk olahan kedelai pada siswi di SMA
Negeri 2 Tangerang.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui gambaran umum SMA Negeri 2 Tangerang.
b. Untuk mengetahui gambaran data demografi responden di SMA Negeri 2
Tangerang.
c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswi di SMA Negeri 2 Tangerang
tentang Kanker Payudara meliputi :
1. Pengertian tentang kanker payudara
2. Tanda dan gejala kanker payudara
3. Faktor risiko kanker payudara
4. Pencegahan kanker payudara
d. Untuk mengetahui gambaran pola konsumsi isoflavon dari produk olahan
kedelai pada siswi di SMAN 2 Tangerang.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswi
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi siswi tentang kanker
payudara dan pencegahannya.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran mengenai
pengetahuan tentang kanker payudara dan pola konsumsi isoflavon dari produk
olahan kedelai untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
3. Bagi Instansi pendidikan keperawatan dan ilmu keperawatan
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan untuk memberikan pendidikan
kesehatan terutama untuk alat reproduksi dan meningkatkan derajat kesehatan,
dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber motivasi bagi profesi
keperawatan untuk melakukan penyuluhan kesehatan hal ini sesuai dengan
peran perawat yaitu sebagai pendidik dan konselor kesehatan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan desain
deskriptif yang tujuannya untuk memperoleh informasi tentang gambaran
pengetahuan siswi tentang pencegahan kanker payudara dan pola konsumsi isoflavon
dari produk olahan kedelai. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner.
Penelitian ini akan dilakukan di SMAN 2 Tangerang dengan responden siswi kelas X,
XI dan XII selama bulan Juli-Agustus 2011.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker Payudara
1. Pengertian
Kanker adalah suatu proses penyakit yang dimulai ketika DNA sel normal
bermutasi secara genetik dan sel menjadi abnormal. Sel kemudian membelah dan
berproliferasi secara abnormal tidak terkendali, dan akan terus membelah diri,
selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar
melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf
tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada
penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan
membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi
penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan sel tersebut
mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang
ditempatinya. (Brunner&Suddarth, 2001)
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, dan jaringan
penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Depkes, 2009). Kanker
payudara juga dikatakan sebagai suatu proliferasi keganasan sel epitel yang
membatasi duktus atau lobus payudara (Price, 2005). Kanker payudara adalah
massa ganas yang berasal dari pembelahan diluar kendali sel-sel yang ada di
jaringan payudara (Sukardja, 2000). Kanker payudara dapat berasal dari jaringan
payudara itu sendiri atau dari jaringan lain yang merupakan hasil metastase dari
kanker lain.
Kanker payudara dapat invasif atau non invasif (in situ) :
a. Kanker yang bersifat invasif dapat tumbuh dan menyerang ke dalam jaringan
di sekitarnya dan sel-sel ganas dapat terpisah dari tumor induk untuk
menyebar ke bagian-bagian lain di dalam tubuh. Sel-sel ini dapat tumbuh dan
membentuk himpunan tumor baru yang disebut metastase atau tumor
sekunder.
b. Kanker payudara yang bersifat non invasif dibatasi dengan saluran-saluran
(ductus karsinoma in situ-DKIS) dari payudara. Ketika terdapat kelainan pertumbuhan sel-sel pada lobular payudara dan barsifat non invasif maka
kondisi ini disebut lobular karsinoma in situ (LKIS), memiliki DKIS atau
LKIS meningkatkan risiko untuk berkembang ke arah kanker payudara
invasif.
2. Anatomi Payudara (Depkes, 2002)
Dibedakan menjadi struktur internal dan eksternal. Sktruktur internal payudara
terdiri dari kulit, jaringan dibawah kulit dan korpus. Korpus terdiri dari parenkim
atau jaringan kelenjar dan stroma atau jaringan penunjang. Parenkim merupakan
struktur yang terdiri dari :
a. Saluran kelenjar : duktulus, duktus, dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus yaitu
duktus yang melebar tempat air susu ibu (ASI) mengumpul (reservoir ASI),
selanjutnya saluran mengecil dan bermuara pada putting. Terdapat 15-25 sinus
laktiferus.
b. Alveoli yang terdiri dari sel kelenjar yang memproduksi ASI
c. Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi
alveolus yang merupakan satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuk lobulus.
berkontraksi. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang membawa zat
gizi kepada sel kelenjar untuk disintesa menjadi ASI. Stroma terdiri dari
jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah saraf dan limfa.
d. Struktur eksternal payudara terdiri dari putting dan areola yaitu bagian lebih
hitam disekitar putting. Pada areola terdapat beberapa kelenjar montgometri
yang mengeluarkan cairan untuk membentuk putting lunak dan lentur.
3. Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik kanker payudara, sebaliknya serangkaian
faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang
terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa
perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang
menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini
termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan hubungan protein baik
yang menekan atau meningkatkan perkembangan payudara (Brunner&Suddarth,
2001).
a. Virus
Virus dianggap dapat menyatukan diri dalam struktur genetik sel,
sehingga mengganggu proliferasi dari populasi sel tersebut.
b. Agens fisik
Faktor-faktor yang berkaitan dengan karsinogenesis mencakup
pemajanan terhadap sinar matahari, radiasi pengionisasi, pemajanan terhadap
medan elektomagnetik, dan iritasi atau inflamasi kronik.
c. Agens kimia
Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan efek-efek toksik
dengan mengganggu struktur DNA pada bagian-bagian tubuh yang jauh dari
pajanan zat kimia.
d. Faktor genetik
Faktor genetik juga memainkan peranan dalam pembentukan sel
kanker. Jika kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya
abnormal, dapat terbentuk sel-sel mutan.
e. Faktor makanan
Faktor makanan diduga berkaitan 40% sampai 60% sebagai penyebab
kanker. Substansi makanan dapat proaktif (protektif), karsinogenik atau
ko-karsinogenik. Risiko kanker meningkat sejalan ingesti janka panjang
karsinogenik atau ko-karsinogenik atau tidak adanya substansi proaktif dalam
diet.
f. Agens hormonal
Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat engan adanya gangguan
dalam keseimbangan hormone baik oleh pembentukan hormon tubuh sendiri
(endogenus) atau pemberian hormon eksogenus.
4. Faktor Risiko Kanker Payudara
Faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara dikelompokkan
menjadi 2 yaitu : (Jochelson, 2011) a. Faktor yang dapat dikontrol :
1) Berat badan
Obesitas berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker payudara,
khususnya pada wanita menopause. Lemak tubuh merupakan bahan dasar
utama pembuatan estrogen, karena itu pada wanita yang gemuk
mempunyai kecenderungan memproduksi estrogen lebih banyak, sehingga
akan meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
2) Olahraga
Berolahraga dapat menurunkan risiko kanker payudara. American cancer society merekomendasikan melakukan olahraga 5 kali seminggu selama 45-60 menit.
3) Konsumsi alkohol
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa meningkatnya risiko
kanker payudara berbanding lurus dengan jumlah alcohol yang
dikonsumsi. Alkohol dapat membatasi kemampuan hati untuk mengontrol
kadar hormone estrogen yang beredar dalam darah.
4) Penggunaan obat hormonal
Pemakaian obat hormonal terutama oral yang dipakai secara terus
menerus lebih dari 7 tahun, meningkatkan risiko untuk terjadinya kanker
payudara.
5) Riwayat menyusui
Pada perempuan yang tidak pernah menyusui, kelenjar susu tidak
pernah dirangsang untuk mengeluarkan air susu. Sehingga dapat dikatakan
bahwa pemberian ASI pada anak dapat mengurangi risiko kanker
payudara.
6) Riwayat kehamilan
Melahirkan anak pertama di usia lebih dari 35 tahun dapat
meningkatkan risiko kanker payudara. Kehamilan di atas usia 35 tahun
akan disertai peningkatan pengeluaran hormone estrogen yang pada
akhirnya merangsang payudara secara berlebihan.
b. Faktor yang tidak dapat dikontrol :
1) Jenis kelamin
Wanita lebih berisiko terkena kanker payudara, karena sel pada
payudara wanita selalu berubah dan tumbuh sebagian besar disebabkan
karena aktivitas hormone estrogen dan progesterone.
2) Riwayat keluarga yang menderita kanker
Kemungkinan terjadinya kanker payudara meningkat jika ibu, saudara
kandung, bibi (tante), saudara sepupu, atau nenek ada yang menderita
kanker payudara atau jenis kanker lainnya.
3) Riwayat memiliki tumor jinak dan kanker sebelumnya
Jika seorang wanita pernah terdiagnosa dengan kanker payudara maka
risiko terkena kanker payudara kembali semakin meningkat bila
dibandingkan dengan wanita yang belum pernah memiliki kanker
payudara.
4) Status menstruasi (menarche dan menopause)
Mendapat haid pertama pada usia kurang dari 10 tahun, keadaan ini
berarti peredaran hormone sudah dimulai pada usia yang muda dan
menyebabkan peningkatan pertukaran zat hormone. Risiko kanker
menopause pada usia lebih dari 50 tahun, yang berarti peredaran hormone
akan berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama.
5) Usia
Risiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Setiap sepuluh tahun risiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian
puncak kanker payudara meningkat di usia 40-50 tahun.
5. Tanda dan Gejala Kanker Payudara.
Keluhan pasien kanker payudara berbeda-beda sesuai dengan stadiumnya.
Umumnya pasien karsinoma in situ, T1 dan T2 datang dengan keluhan adanya benjolan pada payudara tanpa disertai nyeri atau hasil pemeriksaan skrining
mamografi yang abnormal. Pada stadium lanjut, perubahan-perubahan pada
payudara akan ditemui, seperti : perubahan pada permukaan kulit payudara,
keluarnya discharge dari putting, serta perubahan pada ukuran dan bentuk
payudara. Selain itu, dapat pula ditemui pembesaran kelenjar limfa dan
tanda-tanda metastase pada jaringan lain. (Hoskins dkk, 2005).
Menurut depkes (2009) gejala yang paling sering didapat pada kanker payudara
adalah adanya benjolan di payudara yang dapat menimbulkan keluhan seperti :
a) Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya :
1) Benjolan
2) Kecepatan tumbuh
3) Rasa sakit
4) Nipple discharge (keluarnya cairan dari putting susu berupa cairan, darah
atau pus)
5) Retraksi puting (putting tertarik ke dalam)
6) Krusta pada areola
7) Kelainan kulit : dimpling (lekukan pada kulit payudara seperti lesung
pipit di pipi karena tarikan tumor), peau de orange (penampakan kulit
payudara berkerut seperti kulit jeruk karena adanya oedema subkutan),
ulserasi dan venektasi.
8) Perubahan warna kulit, kulit putting susu dan areola melekuk ke dalam
atau berkerut.
9) Perubahan bentuk dan besarnya payudara
10) Adanya benjolan di ketiak
11) Edema lengan
b) Keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis, antara lain :
1) Rasa nyeri pada tulang (vertebra, femur)
2) Rasa penuh di ulu hati
3) Batuk
4) Sesak
5) Sakit kepala hebat
6. Stadium Kanker Payudara
Stadium adalah suatu sistem klasifikasi berdasarkan pada penampilan luas
anatomik malignansi suatu kanker yaitu letaknya, sampai dimana penyebarannya,
sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain. Sistem universal
penentuan stadium memungkinkan perbandingan kanker dari sel asal serupa.
Klasifikasi membantu menentukan rencana tindakan dan prognosis pasien
individual, evaluasi riset, perbandingan hasil tindakan antara institusi dan
perbandingan statistik dunia (Otto, 2003).
Penentuan stadium kanker didasarkan pada empat karakteristik :
1) Ukuran kanker
2) Sifat kanker invasif atau non invasif
3) Apakah kanker mencapai kelenjar getah bening
4) Apakah kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya
Stadium pada kanker biasanya dinyatakan dengan angka pada skala dari 0
sampai IV. Dengan stadium 0 menggambarkan kanker non invasif yang tetap pada
lokasi asalnya dan stadium IV menggambarkan kanker yang invasif telah
menyebar keluar dari bagian payudara ke bagian tubuh lainnya. Stadium kanker
berbeda dengan grade kanker walaupun keduanya menggunakan angka sebagai
skalanya. Stadium kanker berskala 0 sampai IV sedangkan grade kanker berskala
1 sampai 3. Suatu grade kanker payudara ditentukan berdasarkan pada bagaimana
bentuk sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel normal.
(Jochelson, 2011).
Berikut adalah Grade dalam kanker payudara : (Williams, 2011).
a) GRADE 1 :
Ini adalah grade yang paling rendah, sel kanker lambat dalam berkembang,
biasanya tidak menyebar.
b) GRADE 2 :
Ini adalah grade tingkat sedang
c) GRADE 3 :
Ini adalah grade yang tertinggi, cenderung berkembang cepat, biasanya
menyebar.
Penentuan stadium kanker payudara dapat didasarkan pada hasil dari
tersebut ditambah hasil dari pembedahan (stadium patologis) ketika luasnya
penyebaran kanker ditemukan setelah proses pembedahan. (Lichtenfeld, 2011).
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan sistem Tumor, Nodus,
Metastase (TNM) dari the American joint committee on cancer (AJCC) sebagai
berikut :
a) Ukuran tumor (T)
Selain menunjukkan ukuran tumor, huruf T pada sistem TNM ini juga
mendeskripsikan apakah tumor mengenai dinding dada ataupun kulit. Nilai T
dalam centimeter (cm), nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm
b) Kelenjar getah bening regional (N)
Huruf N menunjukkan luas dan lokasi kelenjar getah bening (KGB) regional
yang terkena.
c) Metastasis (M)
Huruf M menunjukkan metastasis (penyebaran) kanker ke organ yang jauh
atau ke KGB yang tidak langsung berhubungan dengan kanker (misal KGB di
leher).
7. Pencegahan Kanker Payudara
Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan
insidens kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurunkan angka
kematian akibat kanker payudara.
Pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular
adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara
pencegahan yang dilakukan antara lain berupa pencegahan primer,
pencegahan sekunder dan pencegahan tersier (Sukardja, 2000).
a. Pencegahan primer
Menurut AJCC dalam Sukardja (2000), pencegahan primer pada
kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena
dilakukan pada orang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari kontak
karsinogen dan berbagai faktor risiko, serta melaksanakan pola hidup sehat
karena diperkirakan hampir seluruh kasus kanker disebabkan oleh karsinogen
yang ada di lingkungan hidup kita, dan sebagian besar ada hubungannya
dengan tembakau.
Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insidens
kanker payudara yang dapat dilakukan dengan :
1) Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
2) Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolah raga.
3) Menghindari terlalu banyak terkena sinar-x atau jenis radiasi lainnya.
4) Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat. Serat akan
menyerap zat-zat yang bersifat karsinogen dan lemak, yang kemudian
membawanya keluar melalui feses.
5) Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahannya seperti tahu atau
tempe. Kedelai mengandung flavanoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang berfungsi sebagai estrogen nabati
(fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen
sel-sel epitel saluran kelenjar susu, sehingga akan menghalangi estrogen
asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya
sel kanker.
6) Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang
mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia seperti jeruk, wortel,
tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan
dan biji-bijian.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki
risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan
dengan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami
perkembangan, diantaranya adalah dengan melakukan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) dan skrining melalui mammografi. SADARI
sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Kebiasaan ini
memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara dari bulan
ke bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah
awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan
payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada
pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Wanita normal mendapat
rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai 50 tahun. Deteksi
kanker secara dini dapat menurunkan tingkat kematian karena menentukan
tingkat keberhasilan dari pengobatan kanker. (World cancer report, 2008)
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier biasanya ditujukan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Pencegahan tersier bertujuan untuk
mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan
penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan
penderita. Pencegahan tersier ini penting untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita, meneruskan pengobatan serta memberikan dukungan
psikologis bagi penderita.
Upaya rehabilitasi terhadap penderita kanker payudara dilakukan
dalam bentuk rehabilitasi medik serta rehabilitasi jiwa dan sosial.
Rehabilitasi medik dilakukan untuk mempertahankan keadaan penderita
pasca operasi atau pasca terapi lainnya. Rehabilitasi jiwa dan sosial
diberikan melalui dukungan moral dari orang-orang terdekat dan konseling
dari petugas kesehatan maupun tokoh agama (Sukardja, 2000).
Strategi pencegahan kanker payudara (Depkes, 2009)
Tabel 2.1 strategi pencegahan kanker payudara
Sumber : pedoman penemuan dan penatalaksanaan penyakit kanker tertentu,
Depkes, 2009.
8. Manfaat Kedelai dalam Mencegah Kanker Payudara
Terdapat beberapa komponen dalam kedelai yang dipercaya mempunyai sifat
anti kanker. Senyawa tersebut antara lain : inhibitor protease, phitat, saponin,
phitosterol, asam lemak omega-3 dan isoflavon. Diantara anti kanker tersebut,
perhatian terbesar ditunjukan terhadap isoflavon. Isoflavon saat ini banyak diteliti
karena potensinya dalam mencegah dan mengatasi terhadap banyak gangguan
kesehatan lainnya. Mekanisme yang banyak diketahui sebagai anti kanker dari
isoflavon adalah aktivitas anti estrogen, menghambat aktivitas enzim penyebab
kanker, aktivitas anti oksidan dan meningkatkan fungsi kekebalan sel. Studi-studi
epidemilogi dan laboratorium telah menunjukkan bahwa konsumsi kedelai dapat
mengurangi resiko perkembangan beberapa jenis kanker, antara lain kanker
payudara, prostat dan kanker kolon.
Isoflavon yang terdapat dalam kedelai, terbukti dapat meniru peranan dari
hormon wanita yaitu estrogen. Estrogen berikatan dengan reseptor estrogen
sebagai bagian dari aktivitas hormonal, menyebabkan serangkaian reaksi yang
menguntungkan tubuh. Pada saat kadar hormon estrogen menurun, akan terdapat
banyak kelebihan reseptor estrogen yang tidak terikat, walaupun afinitasnya tidak
sebesar estrogen, isoflavon yang merupakan fitoestrogen dapat juga berikatan
dengan reseptor tersebut. Jika tubuh mengkonsumsi isoflavon, misalnya dengan
mengkonsumsi produk-produk kedelai, maka akan tejadi pengaruh pengikatan
isoflavon dengan reseptor estrogen yang menghasilkan efek menguntungkan,
salah satunya mengurangi simptom menopause.
Kemampuan lain dari isoflavon adalah dapat menutupi atau memblokir efek
potensial yang merugikan akibat produksi estrogen yang berlebihan dalam tubuh.
Isoflavon dapat berfungsi sebagai estrogen selektif dalam pengobatan,
menghasilkan efek menguntungkan (sebagai anti kanker dan menghambat
atherosklerosis) tetapi tidak menimbulkan resiko (meningkatkan resiko kanker
payudara dan endometrial) yang biasa dihubungkan dengan terapi pengganti
hormon yang biasa dilakukan. Berdasarkan hal-hal diatas, isoflavon diduga
mempunyai fungsi ganda yaitu :
a. Anti estrogenic effect pada saat hormon estrogen berlebihan, yang dapat
menurunkan resiko kanker payudara pada pre-menopausal woman.
b. Efek estrogenik pada saat estrogen alami berkurang jumlahnya, yang
menguntungkan dalam mencegah penyakit kardiovaskuler, osteoporosis dan
sistem vesomotor pada wanita pre- dan post-menopausal (Koswara, 2006).
Isoflavon dapat ditemukan dalam jumlah kecil di kacang-kacangan, padi-padian
dan sayuran, tetapi kacang kedelai merupakan sumber isoflavon yang paling
besar. Di bawah in adalah kandungan isoflavon yang terdapat di dalam berbagai
makanan olahan kedelai menurut united states department of agriculture (USDA).
Tabel 2.2 kandungan isoflavon yang terdapat di dalam berbagai makanan olahan
kedelai
Tofu yogurt 50 gr 21 7 12
Tofu 3 ons 20 8 12
Kedelai utuh rebus
(Edamame) 50 gr 12 6 6
Sumber : http://lpi.oregonstate.edu
Beberapa ahli menyarankan agar konsumsi isoflavon per hari adalah 30-40
mg. jumlah tersebut dapat diperoleh dari sekitar 70-100 gram tahu, 70-100 gram
tempe, atau 0,5 liter susu kedelai (Astawan, 2008).
B. Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris, yaitu
knowledge. Dalam ensiklopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Menurut Drs. Sidi Gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari
kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau
isi pikiran dengan demikian pengetahuan adalah usaha manusia untuk tahu
(Bakhtiar, 2004).
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2007).
2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
(Notoatmodjo, 2007) yaitu :
a. Tahu (Know)
Merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. “Tahu“ diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk
kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi yang sebenarnya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
kedalam komponen – komponen tetapi masih didalam satu struktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungan
lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi –
formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau obyek yang didasarkan pada suatu kriteria.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Widianti (2007), pengetahuan seseorang
dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari penalaman sendiri atau pengalaman orang
lain. Pengalaman yang diperoleh seseorang dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
b. Tingkat pendidikan
Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki
pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.
c. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun, baik keyakinan yang
positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih
dahulu.
d. Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lainnya.
e. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun, jika penghasilan seseorang cukup besar maka dirinya
mampu untuk menyediakan fasilitas yang lebih baik.
f. Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
C. Konsep Remaja
1. Pengertian Remaja
Zakiah Darajad mendefinisikan remaja adalah masa peralihan, yang
ditempuh oleh seseorang dari anak-anak menuju dewasa, meliputi semua
perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Darajad,
1990). Zakiah Darajad dalam bukunya yang lain mendefinisikan remaja sebagai
tahap umur yang datang setelah masa anak-anak berakhir, ditandai oleh
pertumbuhan fisik yang cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan membawah
akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, serta kepribadian
remaja (Darajad, 1995). Remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa
kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan
tanggung jawab (Bisri, 1995). Masa remaja sebagai masa penuh kegoncangan,
taraf mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling berat (Hurlock,
1993).
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan masa remaja
adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, karena pada masa ini
remaja telah mengalami perkembangan fisik maupun psikis yang sangat pesat,
mereka belum matang sebagaimana yang dikemukakan oleh Monsk (2002) masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena
remaja belum memiliki status dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak.
Perkembangan fisik dan psikis menimbulkan kebingungan dikalangan remaja
sehingga membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan,
serta kepribadian remaja.
Lebih jelas pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja secara
lebih konseptual, sebagai berikut : Remaja adalah suatu masa dimana individu
berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami
perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2001).
2. Tahap Perkembangan Remaja
Menurut Powel, masa remaja digolongkan : “Pre adolescence (10-12 tahun),
early adolescence (13-16 tahun), dan late adolescence (17-21 tahun). Leulla Cole menyebutkan masa adolescence dan membagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
“early adolescence (13-15 tahun), middle adolescence (16-18 tahun), late
adolescence (19-21 tahun) (Mulyono, 1995). WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja (Sarwono, 1995). Kaplan & Sadock dalam
bukunya Sinopsis Psikiatri, menyebutkan fase remaja terdiri atas remaja awal
(11-14 tahun), remaja pertengahan ((11-14-17 tahun), dan remaja akhir (17-20) tahun
(Kaplan & Sadock, 1997). Menurut Wong remaja adalah mereka yang berumur
13-18 tahun (Wong, 2002). Sementara F.J. Monks berpendapat bahwa secara
tahun: masa remaja awal, 15 – 18 tahun: masa remaja pertengahan, 18 – 21 tahun
masa remaja akhir (Monsk, 2002). Dari beberapa pendapat diatas dapat dibuat
suatu batasan usia remaja adalah dimulai dari umur 10 – 21 tahun.
3. Perilaku dan Pola Makan Remaja
Perilaku dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah
suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh karena itu perilaku manusia
mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi,
berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, perseptif
dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
sacara langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku makan adalah cara seseorang berfikir, berpengetahuan dan
berpandangan tentang makanan. Apa yang ada dalam perasaan dan pandangan itu
dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan. Jika keadaan itu
terus menerus berulang maka tindakan tersebut akan menjadi kebiasaan makan
(Khumaidi, 1994).
Ada beberapa definisi mengenai pola makan menurut beberapa pakar, yaitu
Baliwati (2004) mengatakan pola makan atau pola konsumsi pangan adalah
susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok
orang pada waktu tertentu. Sedangkan Soegeng Santosa dan Anne Lies Ranti
(2004) mengungkapkan bahwa pola makan merupakan berbagai informasi yang
memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan
masyarakat tertentu. Menurut Harper (1985) pola konsumsi pangan merupakan
gambaran jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi seseorang
sehari-hari dan merupakan cirri khas pada suatu kelompok masyarakat tertentu.
Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi
seseorang.
Pendapat pakar yang berbeda-beda dapat diartikan secara umum bahwa pola
makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang
dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari
yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang
berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup.
Remaja lebih mudah menerima satu jenis makanan dan minuman yang relative
baru dari orang-orang yang merupakan teman dekatnya, mereka lebih senang
makan dan minum bersama orang yang dekat dengan mereka (Wiliam, 1993).
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku dan Pola Makan Remaja
Faktor-faktor yang merupakan input bagi terbentuknya gaya hidup keluarga
adalah penghasilan, pendidikan, lingkungan hidup kota atau desa, susunan
keluarga, pekerjaan, suku bangsa, kepercayaan dan agama, pendapat tentang
kesehatan, pendidikan gizi, produksi pangan dan ditribusi, serta sosial politik
(Almatsier, 2001). Khumaidi (1994) lebih lanjut menyimpulkan, bahwa kebiasaan
makan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan rohani yang
sedang sakit dan penilaian yang lebih terhadap makanan. Faktor ektrinsik meliputi
lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya, dan agama. Pola konsumsi (makan dan
minum) remaja dapat dipengaruhi oleh teman sebaya (Wiliam, 1993).
Secara umum faktor-faktor yang menjadi penentu perilaku konsumsi (makan
dan minum) seseorang dipengaruhi oleh pendidikan, pendapatan, status kesehatan
mental, ketersediaan makanan, keamanan, kualitas gizi, daya terima terhadap
makanan, politik, ideology, institusi sosial, ekonomi, budaya dan teknologi.
Faktor lain yang mempengaruhi perilaku makan dan minum seseorang dalam
menentukan makanan dan minuman adalah yang erat hubungannya dengan tradisi
serta status symbol atau gengsi (Asmoro, 1993). Sedangkan menurut Hardinsyah
dan Suharjo (1986) faktor yang dianggap berpengaruh terhadap perilaku konsumsi
(makan dan minum) adalah stimulasi yang diterima seseorang dapat berupa rasa
tertarik, senang, ingin, rasa lapar, dan hal lain yang menarik dari informasi yang
diterima baik dari iklan, promosi, pengalaman maupun perilaku orang-orang
terkemuka.
Menurut Winarno (1993) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan pada
remaja antara lain: tingkat perkembangan teknologi dan komunikasi, faktor sosial,
ekonomi, budaya, dan religi, penampilan makanan. Menurut Khomsan (2003)
mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan remaja: pengaruh
teman sebaya, body image atau citra raga, media massa, tingkat ekonomi, suasana
dalam keluarga dan kemajuan industri makanan.
Worthington-Robert (2000) menyebutkan banyak faktor yang mempengaruhi
kebiasaan makan. Pertumbuhan remaja meningkatkan partisipasi dalam kehidupan
sosial dan aktivitas remaja dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang
dimakan remaja. Remaja mulai dapat membeli makanan dan mempersiapkan
makanan untuk mereka sendiri dan biasanya remaja lebih suka makanan serba
instan yang berasal dari luar rumah.
D. Penelitian Terkait
Beberapa penelitian tentang pengaruh konsumsi kedelai terhadap kanker
payudara telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, salah satunya dilakukan
oleh Xiao Ou Shu, dkk (2009) dengan judul, “Soy Food Intake and Breast Cancer Survival”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dari konsumsi makanan
dari kedelai setelah di diagnosis kanker payudara dengan total kematian dan
kecenderungan untuk mengalami kekambuhan. Metode penelitian menggunakan
kohort dan jumlah sampel 5033 wanita usia 20-75 tahun yang di diagnosis mengalami
kanker payudara. Hasil penelitian menunjukkan, dengan mengonsumsi makanan dari
kedelai berhubungan dengan menurunnya risiko kematian dan kekambuhan kanker
payudara.
Penelitian lain dilakukan oleh Bruce J. Trock, dkk (2006) dengan judul “Meta
Analysis of Soy Intake and Breast Cancer Risk”. Peneliti menggunakan meta analisis dari 18 studi epidemiologi (12 case control dan 6 kohort) yang dipublikasikan dari
tahun 1978 sampai 2004 tentang paparan kedelai dan risiko kanker payudara. Hasil
dari penelitian ini mengatakan intake kedelai berhubungan dengan berkurangnya
risiko kanker payudara. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Messina dan Wu yang berjudul “Perspective on the soy-breast cancer relation” yang menegaskan perlunya intake kedelai dimulai dari sejak dini untuk memberikan
perlindungan maksimum.
E. Kerangka Teori
Bagan 2.1. Kerangka Teori menurut Prince dan Sylvia (2000),
Worthington dan Robert (2000). Pengetahuan
tentang kanker payudara
Kanker
Payudara
Pencegahan :
- Primer
- Sekunder
- Tersier
Faktor
Pemilihan
makanan
Faktor Kimia
Faktor Genetik
Faktor Fisik
Faktor
Hormonal
Virus
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka konsep
Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka, maka peneliti
membuat kerangka konsep untuk memudahkan mengidentifikasi konsep-konsep
sesuai penelitian sehingga dapat dimengerti dan dalam mengembangkan konsep dan
teori menjadi sebuah kerangka kerja. Di bawah ini dijelaskan mengenai kerangka
konsep yang akan dilakukan peneliti di SMA Negeri 2 Tangerang.
Gambar 3.1. Kerangka konsep dengan judul gambaran pengetahuan tentang kanker
payudara dan pola konsumsi isoflavon dari produk olahan kedelai pada siswi SMA
Negeri 2 Tangerang.
Keterangan : garis putus-putus tidak meneliti hubungan
Berdasarkan bagan diatas, peneliti hanya ingin mengetahui variabel
pengetahuan tentang kanker payudara dan pola konsumsi isoflavon dari produk
olahan kedelai.
Pengetahuan tentang kanker payudara dan pencegahannya
33
B. Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional No Variabel Definisi
Operasional
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan kuantitatif dengan desain deskriptif. Penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang di dalamnya tidak ada analisis hubungan
antar variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang
membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa dan analisis statistik
yang digunakan adalah deskriptif (Hidayat, 2008). Penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan data melalui pertanyaan terstruktur atau kuisioner penelitian.
Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk memperoleh informasi tentang
gambaran pengetahuan tentang kanker payudara dan pola konsumsi makanan
olahan kedelai pada siswi SMA Negeri 2 Tangerang.
B. Lokasi dan waktu penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian dilakukan di SMAN 2 Tangerang karena sekolah tersebut
merupakan sekolah favorit di kota Tangerang dimana siswa siswinya berasal dari
tingkat ekonomi yang beragam.
2. Waktu
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2011.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang
akan di teliti (Hidayat, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi
kelas X, XI dan XII SMAN 2 Tangerang. Pengambilan data dilakukan pada
tanggal 5 Agustus 2011 dan hasil yang diperoleh berjumlah 282 siswi dengan
rincian sebagai berikut :
a. Jumlah siswi kelas X adalah 102 siswi
b. Jumlah siswi kelas XI adalah 94 siswi
c. Jumlah siswi kelas XII adalah 86 siswi
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam pemilihan sampel, peneliti
membuat kriteria bagi sampel yang diambil. Adapun kriteria inklusinya adalah:
a. Siswi kelas X, XI, dan XII SMAN 2 Tangerang
b. Bersedia menjadi responden
Pemilihan sampel pada penelitian ini berkaitan dengan penerapan distribusi
normal untuk variabel tunggal (Univariat). Sample penelitian diambil
dengan menggunakan rumus Estimasi Proporsi sebagai berikut:
Keterangan
N= Jumlah total populasi
n = Jumlah total sample
P = Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi
pada populasi= 50% = 0,5
q = 1-p = 100% - p = 0,5
d = Presisi = 5% = 0,05
= 5%
Z1- /2 = Confident interval = 95% = 1,96 (tabel kurva
normal)
Maka hasil yang diperoleh adalah :
n = 162.86 163 sampel
Dari hasil perhitungan di atas maka jumlah sampel yang dibutuhkan
sebanyak 163 orang. Untuk mengantisipasi kemungkinan jawaban
responden yang tidak valid dibutuhkan sebanyak 163 orang ditambah 10%
dari 163
n2 = n1 +10% . n1
= 163 +10% . 163 = 179.3 179 siswi
Jadi, pada penelitian ini jumlah responden adalah 179 siswi.
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilam sampel dilakukan dengan metode simple random sampling yaitu proses pengambilan sampel dilakukan dengan
menjadi anggota sampel yang dilakukan secara random atau acak (Hidayat,
2008). Peneliti ingin mengambil sampel 179 siswi dari populasi sebanyak
282 siswi. Peneliti membuat daftar siswi lalu melakukan lotere terhadap 282
siswi dan mengambil sebanyak 179 siswi untuk dijadikan sampel.
D. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, alat pengumpulan data yang akan digunakan berupa
pertanyaan dalam angket yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada landasan
teori. Angket adalah pemeriksaan terhadap sesuatu yang menjadi kepentingan umum,
biasanya dilakukan dengan surat pertanyaan (Depdiknas, 2008).
Angket yang digunakan dalam bentuk pertanyaan yang terdiri dari tiga bagian.
Bagian pertama tentang identitas responden. Bagian kedua tentang pengetahuan
remaja putri tentang kanker payudara dan pencegahannya yang berisi 18 pernyataan
pilihan berbentuk check list. Responden hanya menandai jawaban yang menurutnya sesuai dan tepat. Bagian ketiga berisi tentang pola konsumsi makanan olahan kedelai
yang diukur menggunakan lembar food frequency untuk mengetahui frekuensi konsumsi makanan olahan kedelai dan jumlahnya.
E. Proses pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan di SMAN 2 Tangerang dengan proses sebagai
berikut :
a. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing akademik
dilanjutkan dengan membuat surat permohonan dari PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang ditujukkan kepada Kepala sekolah SMA Negeri 2
Tangerang
b. Setelah itu peneliti melakukan penseleksian calon responden dengan teknik
simple random sampling.
c. Peneliti menjelaskan ke responden tentang cara pengisian kuesioner.
d. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner dan
memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya jika masih ada
yang belum jelas.
e. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuesioner dijawab, kemudian peneliti
mengumpulkan dan memeriksa kembali kelengkapan data.
f. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas partisipasinya.
F. Teknik uji instrument penelitian
Suatu instrument penelitian sebelum digunakan perlu diuji terlebih dahulu
agar data yang diperoleh valid dan reliable. Instrument yang digunakan pada
penelitian ini adalah kuesioner maka kuesioner tersebut perlu diuji validitas dan
reliabilitasnya. Uji validitas dan reliabilitas akan dilaksanakan bulan Juni 2011 di
SMAN 2 Tangerang dengan jumlah responden 30 orang yang bukan merupakan
sampel penelitian.
a. Uji validitas
Suatu instrument dikatakan valid jika instrumen tersebut mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu
atau dapat dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas
dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment dan dicari reliabilitas
dengan menggunakan metode Alpha Cronbach.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item
pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur
tersebut (Hidayat, 2008). Uji validitas menggunakan rumus Pearson Product
Moment, yaitu:
rhitung
!" # # $% " &$ & $%
Keterangan :
rhitung = koefisien korelasi
n = jumlah responden
Σ
Xi = jumlah skor itemΣ
Yi = jumlah skor total (item)Untuk mengetahui suatu kevalidan yaitu dengan membandingkan r hitung
dengan r tabel, dengan keputusan uji yaitu variabel dikatakan valid jika r
hitung > r tabel, sedangkan dikatakan tidak valid jika r hitung < r tabel.
b. Reliabilitas
Reliabilitas instrumen adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai
oleh sebuah alat ukur, meskipun digunakan secara berulang-ulang pada subjek
yang sama atau berbeda. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan
(Notoatmodjo, 2007).
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Alpha Crombach ( ), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Suatu instrument dikatakan reliable jika r alpha > r tabel. Jumlah responden dalam