• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Media Audiovisual Terhadap Kemamapuan Mendeklamasikan Puisi pada Siswa Kelas VII SMP YMJ Ciputat Tahun Pelajaran 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Media Audiovisual Terhadap Kemamapuan Mendeklamasikan Puisi pada Siswa Kelas VII SMP YMJ Ciputat Tahun Pelajaran 2013/2014"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

NUR AMALINA 1110013000030

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

MENDEKLAMASIKAN PUISI PADA SISWA KELAS VII

SMP YAYASAN MIFTAHUL JANNAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

oleh

Nur Amalina

1110013000030

Pembimbing

Jamal D. Rahman, M. Hum.

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 11 Desember 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S. Pd) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

Jakarta,l 1 Desember 2014 Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)

Dra. Hindun. M. Pd.

NIP. 1 9701 2 t5 2009 t2 2 001

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Dona Aji Karunia Putra. M. A. NIP. 1984040920t101 1 0 1 5

Penguji

I

Dra. Hindun. M. Pd.

NIP. 197012t5 2009

t22 00t

Penguji

II

Ahmad Bahtiar. M. Hum. NrP. 19760118200912

I

002

GJ

Tanggal

unuorri

2015

r

qtl.Y1r1

?a15

9

Jatnva,i

lotl'-Mengetahui:

(4)

SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama

:

Nur Amalina

Tempat/ Tanggal Lahir NIM

Jurusan/Prodi

Judul Skripsi

:

Jakarta,2 Junt 1992

1 I 10013000030

Dosen Pernbimbing

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAI- TERHADAP

KEMAMPUAN MENDEKLAMASIKAN PUISI PADA

SISWA KELAS

VII SMP YAYASAN

MIFTAHUL

JANNAH CIPUTAT TAHLIN PELAJARAN 2OI3I2OI4 Djamal D Rahman, M. Hum.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa saja yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat wisuda.

Iakarta, l8 September 2014 Mahasiswa Ybs,

rfuiffirem:al

Lr;

mF4PEE,,ffi

^ ffironorrsoorlao\

l\

I

,

ffis,*

@-,tS&'

(5)

i

Media audio visual adalah media yang digunakan dalam penelitian ini sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan membaca puisi, media audiovisual dapat berubah menjadi menyenangkan lingkungan belajar agar siswa bersemangat untuk belajar, memotivasi siswa, memfasilitasi siswa dalam membaca puisi, dan memecahkan masalah atau kendala yang pada siswa atau guru. Dengan menggunakan media audio visual siswa diharapkan untuk mengetahui cara membaca puisi yang baik dan benar.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan media audiovisual dalam kemampuan untuk membaca puisi di kelas 7 SMP Yayasan Miftahul Jannah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode ini metode eksperimen untuk penelitian yang memiliki tingkat kepastian yang dianggap tertinggi (tidak mutlak) adalah percobaan penelitian. Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode eksperimen hanya menggunakanpost-test.

(6)

ii

Audiovisual media is the media used in this study as one way of improving the ability to read poetry, audiovisual media can turn into a fun learning environment so that the students are eager to learn, motivate students, facilitate students in reciting poetry, and solve the problems or obstacles that are in students or teachers. With the use of audiovisual media students are expected to know how to read a poem is good and right.

Purpose of this study was to determine whether there was an effect of the use of audiovisual media in the ability to recite poetry in grade 7 junior Foundation Miftahul Jannah. In this study, researchers used the method is an experimental method for research that has a degree of certainty that is considered to be the highest (not absolute) is a research experiment. Methods used by the author in this study is an experimental method using only post-test.

(7)

iii

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi syarat menyelesaikan studi S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia niversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Pengaruh Media Audiovisual Terhadap Kemampuan Membaca Puisi Siswa Kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah Tahun Pelajaran 2013/2014.”

Dengan diselesaikannya penyusun skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, M. A., Ph. D., dekan Fakultas Ilmu Trbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dra. Hindun, M. Pd., ketua jurusan, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;

3. Dona Aji Putra, M. A., sekretaris jurusan yang sudah memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;

4. Djamal D Rahman, M. Hum., dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi ini;

5. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd., dosen penasihat akademik, yang telah meluangkan waktu bagi penulis untuk berkonsultasi dalam menyelesaikan skripsi ini;

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan selama penulis belajar; 7. Seluruh staf perpustakaan utama UIN dan perpustakaan Fakultas Tarbiyah

yang telah mempermudah penulis mencari referensi;

(8)

iv

10.Ayah dan Ibuku tercinta (Saidun dan Sumini), yang telah menaruh harapan besar dan selalu berdoa demi selesainya skripsi ini; adik-adik serta seluruh keluargaku yang kucintai;

11.Sahabat-sahabatku Sri Wahyuningsih, Dessy Husnul Qotimah, Amalia Utami S, Astuti Nurasani, Ayu Rizki P, Liza Amalia, Nur Rafiqah, Ratna Agustina P, dan Afgan yang sudah memberikan motivasi dan mendengarkan semua keluhan selama penyusunan skripsi;

12.Teman-teman seperjuangan PBSI 2010 khususnya PBSI A yang sudah mendukung selama penyusunan skripsi ini.

Untuk semua yang telah penulis sebutkan di atas, semoga Allah Swt memberikan balasan yang berlimpah ataa banuannya dalam penyusunan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca serta dunia pendidikan pada umumnya.

Jakarta, 11 September 2014

(9)

v LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ………ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan ... 5

F. Manfaat ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Media Pembelajaran ...7

1. Pengertian Media Pembelajaran ...7

2. Kegunaan Media Pembelajaran dalam PBM ...8

3. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media Pembelajaran ...10

4. Syarat Umum Media Pembelajaran dalam PBM ...11

5. Jenis-jenis Media Pembelajaran ...12

6. Video sebagai Media Pembelajaran ...14

(10)

vi

4. Pembacaan Puisi ...28

D. Penelitian yang Relevan ...29

E. Kerangka Berpikir ...30

F. Hipotesis Penelitian ...31

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...32

B. Metode Penelitian ...32

C. Populasi dan Sampel ...33

D. Instrumen Penelitian ...34

E. Analisis Data ...38

1. Uji Normalitas ...38

2. Uji Homogenitas ...39

3. Pengujian Hipotesis ...39

F. Perumusan Hipotesis Statistik ...41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah ...42

B. Hasil Penelitian ...46

1. Deskripsi Hasil Penelitian ...47

2. Analisis Data ...55

C. Pengambilan Kesimpulan ...70

D. Pembahasan Hasil Penelitian ...71

E. Keterbatasan Penelitian ...72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...73

[image:10.595.114.511.100.701.2]
(11)
(12)

viii

Tabel 1 Desain Penelitian ... 33

Tabel 2 Kriteria Penilaian Pembacaan Puisi ... 34

Tabel 3 Pembagian Skor Masing-asing Kriteria ... 35

Tabel 4 Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Puisi Siswa Kelas VII (Kelompok Eksperimen) ... 55

Tabel 5 Gambaran Hasil Belajar Membaca Puisi Siswa Kelompok Eksperimen ... 56

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Tes Akhir Kelompok Eksperimen ... 57

Tabel 7 Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Puisi Siswa Kelas VII (Kelompok Kontrol) ... 59

Tabel 8 Gambaran Hasil Belajar Membaca Puisi Siswa Kelompok Kontrol ... 60

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Tes Akhir Kelompok Kontrol ... 62

Tabel 10 Perbandingan Hasil Belajar Membaca Puisi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 64

Tabel 11 Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 67

Tabel 12 Hasil Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 69

(13)

1 1. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama semakin maju sesuai dengan perkembangan zaman. Dan tak bisa dipungkiri, bahwa semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi turut mempengaruhi sikap dan pola berpikir manusia. Untuk itu, diperlukan adanya kreatifitas dan ide-ide inovatif guna mempertahankan eksistensi di dalam era globalisasi ini.

Dewasa ini, khususnya dikalangan siswa SMP banyak yang sudah mulai memandang sebelah mata terhadap karya-karya sastra yang ada di Indonesia, tak terkecuali terhadap puisi. Puisi yang dulunya menjadi sarana untuk menyampaikan aspirasi atau menyatakan perasaan mulai ditinggalkan oleh generasi muda karena dinilai ketinggalan zaman. Pandangan ini yang menjadikan mereka enggan untuk memahami puisi, bahkan bagi sebagian dari mereka mendengar kata puisi saja sudah merupakan hal yang menakutkan.Contoh kecil tersebut tentu sangat memprihatinkan, karena bagaimana pun puisi harus tetap lestari di setiap lapisan generasi. Aneh memang, jika melihat puisi yang semakin hari mulai tidak diminati, karena seperti yang kita ketahui umumnya puisi sudah dikenal sejak duduk di bangku sekolah dasar.

(14)

Namun kenyataan di lapangan berkata lain, sebagian besar guru masih menggunakan teknik mengajar yang itu-itu saja. Kebanyakan mereka menganggap bahwa mengajar dengan metode ceramah lebih praktis, tidak ribet, dan tidak terlalu memerlukan waktu dan biaya yang berlebih. Padahal seharusnya guru turut berperan aktif dalam upaya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia pendidikan dengan cara memanfaatkan secara maksimal sarana yang ada. Misalnya, menggunakan media audio, media visual, atau bahkan audiovisual.

Hal ini sangat jelas bahwa bahwa guru juga turut andil dalam proses pembentukan stigma negatif siswa untuk belajar sastra. Guru biasanya mengajarkan dengan cara yang monoton, sehingga siswa merasa bosan dan jenuh ketika pembelajaran sastra atau mungkin merasa takut. Karena perlu disadari bahwa tidak semua siswa menyukai sastra dalam hal ini puisi.

Sudah menjadi sesuatu yang wajar ketika pembelajaran puisi, umumnya menuju pada titik akhir yakni mendeklamasikan puisi yang telah kita buat di depan kelas. Hal ini bertujuan lain agar melatih kepercayaan diri siswa untuk berbicara di depan umum. Tetapi, yang dikhawatirkan karena siswa terlebih dahulu beranggapan bahwa puisi itu sulit jadi ketika mereka diperintahkan menulis puisi dan mendeklamasikannya malah timbul rasa takut yang berlebihan yang pada akhirnya berujung pada stigma bahwa belajar puisi itu menakutkan. Kalau hal ini dibiarkan terus menerus maka minat generasi muda terhadap puisi semakin berkurang.

Sempat disinggung sebelumnya bahwa perlu adanya usaha yang cukup keras guna menarik kembali kecintaan siswa yang masih dalam masa remaja ini pada puisi. Perlu adanya perubahan pola pengajaran yang monoton ke pola pengajaran puisi yang lebih menarik. Cara pengajaran yang mungkin dapat diterapkan ketika menjelaskan materi tentang puisi adalah dengan menggunakan media audiovisual.

(15)

penduduk menyukai menonton televisi dari pada membaca. Tentu hal ini sangat memprihatinkan, namun hal ini sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh guru dalam memilih media apa yang sesuai dengan karakter siswa di Indonesia secara umum. Penggunaan media audiovisual sepertinya cocok dalam pembelajaran puisi karena dengan cara ini guru mampu menarik minat siswa pada sesuatu yang kurang mereka sukai dalam hal ini puisi ke dalam hal yang mereka sukai yakni menoton.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terhadap dua puluh lima siswa, ketika belajar puisi dengan metode ceramah didapatkan hasil yang mendapat nilai sesuai dengan KKM dalam satu kelas hanya empat orang sedangkan dua puluh satu siswa lainnya mendapatkan nilai di bawah KKM. Namun, setelah menggunakan media audiovisual semua siswa sudah mampu mendapatkan nilai sesuai dengan KKM.

Fenomena tersebut dapat terjadi karena siswa akan merasa senang dengan pembelajaran puisi menggunakan metode baru. Kesan menakutkan dan sulit yang awalnya membayangi pandangan mereka mulai tersisihkan. Selain itu, dengan menggunakan media audiovisual pemahaman terhadap unsur intrinsik puisi akan lebih mudah.

Dengan cara ini, pandangan siswa terhadap pembelajaran puisi yang acap kali membosankan dapat tergantikan, karena ternyata pembelajaran puisi dapat pula dilakukan dengan cara yang mengasikan. Diharapkan melalui media audiovisual puisi ini siswa tidak hanya tertarik untuk mengikuti pelajaran puisi saat berada di dalam kelas, tetapi juga menumbuhkan rasa keingintahuan yang lebih dalam lagi tentang seluk-beluk puisi di Indonesia.

(16)

proses terjadinya pembelajaran yang efektif dan efisien sangat diperlukan adanya kerjasama yang baik antara guru dan murid.

Hal ini dapat ditempuh dengan adanya rasa saling memahami dan saling mengerti yang terjallin antara keduanya. Bukan hanya siswa saja yang menerti dengan karakteristik setiap guru, tetapi guru juga harus mengenal karakteristik siswa yang diajarnya. Dengan ini, tujuan pembelajaran pun akan terlaksana dengan baik.

Beberapa uraian di atas yang menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini, guna membanu terciptanya suasana belajar yang menyenangkan dan pemahaman siswa akan nilai rasa dalam puisi akan bertambah beiringan dengan minat mereka mendalami puisi. oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk melakkukan penelitian dengan judul Pengaruh Media Audiovisual terhadap Kemampuan Mendeklamasikan Puisi pada Siswa Kelas VII SMPYayasan Miftahul

Jannah.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan judul yang diambil dalam penelitian ini, banyak masalah yang ditemukan berkaitan dengan kurangya ketertarikan siswa terhadap sastra di kelas, diantaranya:

1. Minimnya guru Bahasa dan Satra Indonesia menggunakan atau memanfaatkan media audiovisual dalam meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa kelas VII.

2. Kurangnya alat-alat pendukung saat guru akan menggunakan sebuah media.

3. Kurangnya pemahaman guru terhadap penggunaan media pembelajaran. 4. Pembelajaran puisi yang belum maksimal;

5. Kurangnya minat siswa dalam pembelajaran puisi; 6. Metode pembelajaran puisi yang sangat monoton;

(17)

8. Situasi dan kondisi yang tidak dapat mendukung siswa belajar puisi secara optimal; dan

9. Siswajugakurangmampumenjiwaipuisi yang merekabaca.

3. Pembatasan masalah

Dari sekian permasalahan yang ada tidak mungkin penulis dapat membahasnya secara keseluruhan, maka penulis perlu memberikan batasan-batasan masalah. Pembatasan-batasan masalah ini penting diperlukan untuk lebih memperjelas perasalahan yang ingin dipecahkan. Oleh karena itu, penulis memberikan batasan pada pengaruh media audiovisual terhadap kemampuan mendeklamasikan puisi pada siswa kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah

Ciputat.

4. Rumusan masalah

Melihat dari pembatasan masalah, maka peneliti tertarik untuk mengetahui tentang:

Bagaimanakah pengaruh media audiovisual terhadap kemampuan mendeklamasikan puisi pada siswa kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah? 5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

Mendeskriprikan pengaruh media audivisual terhadap kemampuan mendeklamasikan puisi pada siswa kelas VII.

6. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi program bahasa dan sastra indonesia, di antaranya:

a. Bagi penulis

(18)

b. Bagi siswa

Memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam mengapresiasikan puisi dengan menggunakan media audiovisual.

c. Bagi guru

Hasil penelitian ini bisa dijadikan sumber inspirasi untuk memotivasi dan menumbuhkan minat belajar siswa khususnya dalam pembelajaran puisi. d. Bagi sekolah

(19)

7 A. Hakikat Media Pembelajaran

Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan penyampaian pesan dari guru kepada murid demi tercapainya tujuan pembelajaran. Penyampaian informasi terkadang menemukan hambatan, baik dari luar atau pun dari dalam. Hambatan itu bisa saja dikarenakan lingkungan sekolah yang kurang kondusif, kondisi siswa yang mudah hilang konsentrasinya, atau bisa juga dari guru itu sendiri yang selalu menyampaikan materi dengan metode ceramah sehingga membuat siswa bosan.

Dengan segala hambatan yang sudah sering terjadi, guru seharusnya mampu mengantisipasi dengan menggunakan cara lain yang dapat mempermudah penyampaian pesan atau informasi dalam proses pembelajaran. Salah satu yang dapat digunakan adalah media pembelajaran. Media adalah alat yang digunakan dalam proses pembelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan dan memperjelas materi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.1 Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.2 Media pembelajaran juga dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara

1

Arief S. Sadiman, M. Sc., dkk, Media Pendidikan (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1984), h. 6.

2

(20)

efisien dan efektif.3 Menurut Oemar Hamalik, media pembelajaran adalah suatu bagian integral dari proses pendidkan di sekolah karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai ole setiap guru profesional.4 Jadi, dapat diartikan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi yang digunakan untuk mempermudah proses belajar yang efektif dan efisien. 2. Kegunaan Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar

Menurut Sadiman, secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut.

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan berkala).

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti; a. Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita,

gambar, film bingkai, film, atau model; misalnya saat guru hendak menjelaskan tentang planet bumi tapi karena objeknya terlalu besar, makan guru menggunakan globe sebagai media dalam pembelajarannya.

b. Objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar; misalnya guru ingin mengajarkan tentang materi atom, molekul, atau sel yang tidak dapat dilihat dengan mata secara langsung.

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography; hal ini contohnya ketika guru hendak menjelaskan tentang proses metamorfosis.

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal; misalnya ketika guru ingin memperlihatkan tentang perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan, guru dapat memutarkan video tentang

3

Yudi Munadi, Media Pembelajaran (Jakarta: Gaung Persada (GP) Press, 2012), h. 7-8.

4

[image:20.595.124.515.170.724.2]
(21)

materi tersebut sehingga siswa lebih cepat dalam memahami pelajaran tersebut.

e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan;

f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.

3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:

a. Menimbulkan kegairahan belajar; siswa mungkin merasa bosan dengan cara peyampaian materi yang monoton, guru harus kreatif menyiptakan suasana belajar yang menyenangkan. Penggunaan media pemelajaran, dapat menjadi salah satu solusinya.

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan; yang dimaksud dalam pernyataan tersebut adalah ketika guru memperlihatkan contoh seperti bencana alam melalui media video, maka siswa akan lebih dapat berempati dengan lingkungan.

c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan mintanya. Dengan adanya media pembelajaran, siswa tidak hannya terpaku dengan penjelasan dari guru saja, melainkan dapat belajar secara mandiri dimanapun dan kapanpun.

(22)

lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:

a. Memberikan perangsang yang sama. Hal ini dapat dilakukan salah satunya ketika dalam pembelajaran puisi. Pada saat guru hendak memberikan tugas kepada siswa untuk menulis puisi tentang alam, guru bisa memutarkan suara-suara kicauan burung yang membuat suasana kelas seperti siswa sedang berada di pegunungan. Dengan hal ini siswa diharapkan akan lebih mudah dalam mendapatkan inspirasi. b. Mempersamakan pengalaman. Dalam proses pembelajaran

misalnya tentang pembacaan berita, mungkin ada sebagian siswa yang belum mengetahui tentang cara membaca berita yang baik. Guru dengan menggunakan media dalam hal ini dapat berupa video mampu memperlihatkan tentang cara membaca berita dengan baik, sehingga seluruh siswa memiliki pengalaman yang sama dalam melihat contoh pembacaan berita yang baik itu seperti apa.

c. Menimbulkan persepsi yang sama.5 Dengan media pembelajaran guru bisa menyamakan persepsi dengan siswa, karena guru bisa menampilkan melalui media tentang apa yang ia pikirkan dan yang akan dia ajarkan.

Melihat bahwa sangat petingnya kegunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar, sudah seharusnya guru menggunakan media pendidikan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

3. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media

Keberadaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting. Namun demikian, seorang guru tidak bisa secara gegabah memilih atau menggunakan media pembelajaran saat mengajar. Ada

5

(23)

beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan ketika hendak memilih media adalah sebagai berikut.

a. Tujuan instruksional yang ingin dicapai; b. Karakteristik siswa atau sasaran;

c. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak, dan seterusnya);

d. Keadaan latar atau lingkungan; e. Kondisi setempat;

f. Dan luasnya jangkauan yang ingin dilayani.6

Hal-hal diatas pelu dipikirkan secara matang sehingga media yang dipilih benar-benar dapat membantu proses belajar mengajar. Jangan sampai malah merusak konsentrasi atau membuat bingung siswa.

4. Syarat Umum Media Pengajaran dalam PBM

Selain pertimbangan dasar yang harus dilakukan sebelum memilih suatu media pembelajaran, ada beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media pengajaran dalam PBM (Proses Belajar Mengajar), yakni:

a. Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b. Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau didengar.

c. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar. d. Media pengajaran juga harus sesuai dengan kondisi individu siswa, e. Media pengajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam

proses pembelajaran siswa.7

Syarat-syarat umum di atas merupakan hal penting yang harus dipenuhi ketika hendak memilih atau menggunakan media dalam proses belajar mengajar. Tanpa memenuhi syarat tersebut, media

6

Ibid., h. 84.

7

(24)

pembelajaran yang digunakan bisa jadi tidak maksimal dalam penggunaannya.

5. Jenis-jenis Media

Menurut Munadhi, media pembelajaran digolongkan menjadi lima, yaitu:

a. Media Audio

Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata.8 media audio menyampaikan pesan atau informasi yang hanya diterima melalui indera pendengaran. Jenis-jenis media audio adalah Phonograph (Gramaphone), Open Reel Tapes, Cassete Tapes,

Compact Disk, Radio, dan Laboratorium Bahasa.

b. Media Visual

[image:24.595.126.517.186.669.2]

Media visual adalah yang hanya melibatkan indera penglihatan.9 Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni verbal dan nonverbal. Jenis media visual diantaranya gambar, gafik, diagram, bagan, peta, majalah, buku, poster.

c. Media Audiovisual

Media audiovisual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam suatu proses.10 Sifat pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal dan non verbal yang terlihat layaknya media visual juga pesan verbal dan non verbal yang terdengar seperti media audio. Pesan yang terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui media audiovisual seperti film dokumenter, film drama, dan lain-lain.

8

Munadi, op.cit., h. 55.

9

Ibid., h. 56.

10

(25)

d. Multimedia

Multimedia adalah media yang melibatkan berbagai indera dalam sebuah proses pembelajaran.11 Dengan menggunakan multimedia proses pembelajaran yang sedang berlangsung akan melibatkan banyak indera dan organ tubuh. Jenis multimedia antara lain internet, komputer, dan E-learning.

e. Peralatan Proyeksi

1) Overhead Projector (OHP)

OHP adalah sebuah alat yang berfungsi untuk memproyeksikan bahan-bahan visual yang dibuat di atas lembar transparan.12

2) Slide (Film Bingkai)

Pada dasarnya slide sama dengan film strip, perbedaannya adalah bahwa slide dapat diproyeksikan satu persatu, sedangkan film strip merupakan rangkaian atau keseluruhan penyampaian ide tertentu. Lazimnya, slide dapat digunakan untuk menyajikan gambar atau objek hasil pemotretan.13

3) Film Strip (Film Rangkai)

Berbeda dengan slide, gambar pada film strip berurutan merupakan satu kesatuan. Rangkian gambar bisa dikatakan rangkaian foto di atas bahan yang transparan.14

4) Opaque Projector (Proyektor Tak Tembus Pandang)

Bila ketiga proyektor di atas berbasis bahan transparan, maka proyektor yang satu ini mampu memproyeksikan bahan-bahan tidak tembus pandang (opaque).15 Benda-benda datar,

11

Ibid., h. 57.

12

Ibid., h. 169.

13

Ibid., h. 175.

14

Ibid., h. 178.

15

(26)

tiga dimensi seperti mata uang, model, serta warna dan anyaman dapat diproyeksikan.

5) Digital Projector

Perbedaan digital projector dengan OHP yaitu kalau digital projector dapat menampilkan bahan visual diam dan bergerak, sedangkan OHP hanya menampilkan bahan visual diam saja.16

Dari berbagai jenis media yang diuraikan, maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan media audiovisual dalam hal ini video sebagai media pembelajaran membaca puisi.

6. Video sebagai Media Pembelajaran

Video merupakan media yang paling bermakna dibandingkan media lain seperti grafik, audio, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan video merupakan media yang paling dinamik serta efektif dalam menyampaikan suatu informasi. Penggunaan video dalam pembelajaran akan memberikan pengalaman baru, karena video merupakan gambar yang bergerak dan dihasilkan dari proses rekaman. Harus diperhatikan dalam penggunaan video yang disajikan tidak akan sebaik yang terdapat dalam televisi. Hal itu terjadi karena penggunaan video pada komputer mempunyai keterbatasan resolusi dan ukuran.

Istilah video berasal dari bahasa latin yaitu dari kata vidi atau visium yang artinya melihat atau mempunyai daya penglihatan. Video adalah teknologi penangkapan, perekam, pengolahan, penyimpanan, pemindahan, dan perekonstruksian urutan gambar diam dengan menyajikan adegan-adegan dalam gerak secara elektronik.17 Menurut KBBI video adalah rekaman gambar hidup atau program televisi untuk ditayangkan di televisi.18 Namun demikian, video yang digunakan dalam penelitian ini

16

Ibid., h. 182.

17

Munir, Multimedia: Konsep dan Aplikasi (Bandung, Alfabeta, 2012), h. 289.

18

(27)

bukan video yang ditayangkan di televisi melainkan video yang sudah diunduh sebelumnya dan ditampilkan melalui proyektor.

Agnew dan Kellerman dalam Munir mengatakan bahwa video sebagai media digital yang menunjukkan susunan atau urutan gambar-gambar dan memberikan ilusi, gambaran, serta fantasi pada gambar yang bergerak.19 Melihat dari definisi tersebut ternyata video dapat memberikan ilusi, gambaran, serta fantasi maka peneliti menggunakan video dalam pembelajaran membaca puisi yang berfungsi untuk memberikan gambaran atau contoh membaca puisi yang baik. Video yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah video pembecaan puisi yang dilakukan oleh W.S. Rendra, Taufiq Ismail, Sutardji Calzoum Bachri, dan Helvy Tiana Rosa. Dari keempat video tersebut, diharapkan siswa mampu menerapkan bagaimana cara pembacaan puisi yang benar saat ditugaskan untuk membacakan puisi Menyesal karya Ali Hasjmy.

Berikut adalah pendeskripsian tentang video yang digunakan dalam penelitian:

a. Puisi untuk Yoyoh Yusroh yang dibacakan oleh Helvy Tiana Rosa. Puisi tersebut dibacakan pada saat acara panggung apresiasi yang diadakan oleh badan eksekutif mahasiswa jurusan bahasa dan sastra indonesia, Universitas Negeri Jakarta. Video tersebut berdurasi dua menit dua puluh lima detik. Dalam video tersebut terlihat dengan jelas kemampuan Helvy yang mampu membawa penonton hanyut ke dalam suasana puisi yang menceritakan tentang perjuangan. Helvy mampu menempatkan penekanan terhadap kata-kata yang penting dalam puisi tersebut. Selain itu, Helvy juga tidak terpaku kepada teks sesekali ia melihat kepada penonton. Sikap tubuh yang diperlihatkan juga tidak kaku tetapi juga tidak sampai menunjukkan gerakan-gerakan tangan yang tidak penting.

b. Video W. S. Rendra saat membacakan puisi yang berjudul mas kumambang. Puisi itu dibacakan di Taman Ismail Marzuki. Saat

19

(28)

membacakan puisi Rendra seperti bercerita tentang keluh kesahnya terhadap kondisi bangsa Indonesia. Rendra mampu menempatkan tekanan-tekanan kata dengan tepat. Irama yang diberikan pada puisi tersebut seperti sedang bercerita.

c. Video yang ketiga adalah pembacaan puisi oleh Taufiq Ismail dengan judul Kami Muak dan Bosan. Video yang berdurasi tiga menit dua belas detik ini menampilkan pembacaan puisi Taufiq yang ditayangkan di Metro TV. Latar yang ditampilkan dalam video tersebut adalah perkebunan dengan angin yang bertiup sepoi-sepoi menambah kesyahduan suasana. Ditengah pembacaan puisi sesekali Taufiq mengungkapkan sindirannya dengan tertawa. Tawa yang seolah-olah mengejek kepada para koruptor di Indonesia yang diberi hukuman sangat ringan jika dibandingkan dengan hukuman di negara lain.

d. Video yang terakhir adalah video pembacaan puisi oleh Sutardji Calzoum Bachri yang berdurasi enam menit satu detik. Berbeda dengan pembacaan puisi dari ketiga video sebelumnya. Dalam video ini Sutardji tidak hanya membacakan puisi, tetapi juga mengiringi puisi tersebut dengan harmonika yang ia mainkan seorang diri. Pembacaan puisi diawali dengan irama musik yang mampu membangun suasana sesuai dengan isi puisi. Layaknya puisi yang diciptakan oleh Sutardji, puisi ini juga memiliki sedikit kata yang diulang-ulang. Sutardji mampu membuat irama puisi yang berbeda setiap pengulangannya.

B. Hakikat Membaca

Membaca adalah suara proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesany yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.20 Dari pengertian tersebut dapat

20

(29)

disimpulkan bahwa ketika seseorang membaca pada dasarnya pasti ia mencari informasi yang terkandung di dalam bacaan tersebut.

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.21 Anderson mengungkapkan dalam Henry Guntur Tarigan tujuan membaca antara lain adalah sebagai berikut.

1. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian atau fakta.

2. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama.

3. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita.

4. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi.

5. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan.

6. Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi.

7. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan.22

21

Ibid., h. 9.

22

(30)

Pada intinya, tujuan membaca adalah untuk mencari informasi yang terkandung di dalam suatu bacaan, entah itu untuk keperluan mengkritik atau bahkan hanya sekedar menjadikan membaca sebagai hiburan semata.

C. Hakikat puisi 1. Pengertian Puisi

Puisi adalah karangan yang menggunakan kata-kata yang indah dan banyak makna.23 Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, matra, serta penyusunan larik dan bait.24 Puisi juga dapat diartikan sebagai karangan bahasa yang khas memuat pengalaman yang disusun secara khas pula.25 Adapun pendapat lain mengatakan bahwa puisi adalah karangan yang singkat, padat, dan pekat.26 Luxemberg menyebutkan yang dimaksud dengan teks-teks puisi adalah teks-teks monolog yang isinya tidak pertama-tama sebuah alur. Selain itu teks puisi bercirikan penyajian tipografik tertentu.27 Definisi paling sederhana dari puisi adalah tulisan para penyair.28 Jadi, puisi adalah karya sastra yang padat dan sarat akan makna. Memahami sebuah puisi lebih sulit jika dibandingkan dengan memahami sebuah drama ataupun prosa, karena dengan bahasa yang ekonomis seseorang harus mampu memahami maksud atau pesan yang terkandung di dalamnya.

Puisi memiliki perbedaan yang cukup terlihat dengan prosa, hal ini terdapat dalam penggunaan kata-kata di dalam puisi banyak bersifat konotasi sedangkan dalam kata-kata di dalam prosa lebih banyak bermakna denotasi. Jika dilihat dari sifatnya, puisi bersifat pemusatan atau konsentris dan prosa bersifat pembeberan atau uraian.29 Hal ini dapat

23

E.Kosasih, Ensiklopedia Sastra Indonesia (Jakarta: PT Perca, 2008), h. 62.

24

Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia (Surabaya: Offset INDAH, 1991), h. 65.

25

Sumardi, dkk., Pedoman Pengajaran Apresiasi Puisi (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1983), h. 3.

26

Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMTA (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1993), h. 99.

27

Jan Van Luxemberg, dkk., Pengantar Ilmu Sastra, Terjemahan Dick Hartoko (Jakarta: PT Gramedia, 1984), h. 175.

28

Mortimer J. Adler, How To Read a Book (iPublishing, 1972), h. 275.

29

(31)

terlihat dari jumlah ruang yang diperlukan ketika menulis puisi lebih sedikit jika dibandingkan dengan menulis prosa.

2. Unsur Pembangun Puisi

Seperti karya sastra lainnya, puisi juga terdiri atas unsur-unsur yang turut membangun karya tersebut. Unsur dalam puisi terbagi menjadi dua, yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik puisi adalah unsur yang terkandung di dalam puisi itu sendiri. Unsur intrinsik suatu puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin:

a) Struktur Fisik

(1) Perwajahan Puisi (Tipografi)

Tipografi adalah pengaturan dan penulisan kata, larik, dan bait dalam puisi.30 Selain itu, tipografi juga dapat diartikan sebagai bentuk puisi seperti halaman yang tidak dpenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, hingga baris puisi yang tidak harus dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri tanda titik.31 Pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama, larik-larik puisi tidak membangun periodistet yang disebut paragrap, namun membentuk bait, hal tersebut juga diartikan sebagai tipografi.32 Tipografi ini merupakan cara seseorang membentuk tulisan puisinya, sehingga memiliki keindahan serta makna tersendiri. Contoh tipografi adalah sebagai berikut:

TAPI aku bawakan bunga padamu

tapi kau bilang masih

aku bawakan resah padamu

30

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 113.

31

D. Damayanti, Buku Pintar Sastra Indonesia; sajak, syair, pantun, dan majas (Jogjakarta: Araska, 2013), h.18

32

(32)

tapi kau bilang hanya

aku bawakan darahku padamu

tapi kau bilang cuma

aku bawakan mimpiku padamu

tapi kau bilang meski

aku bawakan dukaku padamu

tapi kau bilang tapi

aku bawakan mayatku padmu

tapi kau bilang hampir

aku bawakan arwahku padamu

tapi kau bilang kalau

tanpa apa aku datang padamu

wah!

Sutardji Calzoum Bachri, O AMUK KAPAK, 1981

Dengan tipografi seperti di atas bisa kita simpulkan bahwa perwajahan puisi tersebut menggambarkan sebuah pertentangan antara “aku” dan “kau” sehingga apa pun yang dibawa oleh “aku”

selalu kandas dan terjatuh (tak bermakna) di mata “aku” seperti

digambarkan dalam baris puisi yang anjlok ke bawah dan menjorok ke dalam. Tipografi barisnya yang anjlok dan menjorok ke dalam seolah menggambarkan bahwa apa yang dimiliki “aku” sangat diremehkan, tidak ada apa-apanya dalam pandangan “kau”. Selain

itu, dengan adanya pemisahan antara baris “aku” dan “kau”, seolah

(33)

antara dua orang, baik antara seorang Budak dengan Tuannya, maupun Hamba dengan Tuhannya. Hal itu menggambarkan bahwa seorang hamba dengan Tuhannya tidak akan pernah sejajar.

(2) Diksi

Diksi adalah pilihan kata.33 Diksi juga berarti ketepatan pemilihan dan penggunaan kata.34 Jadi dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh seorang pengarang dalam menulis puisi. Diksi yang baik adalah diksi yang berhubungan dengan pemilihan kata yang bermakna tepat dan selaras, yang penggunaannya cocok dengan pokok pembicaraan, peristiwa, dan khalayak pembaca atau pendengar.

Dalam hal penggunaan diksi, ada dua jenis puisi yang bisa diidentifikasi, yaitu (1) Puisi diafan disebut juga puisi trasparan. Artinya pembaca dapat dengan mudah mengetahui isi atau maksud puisi yang dibacanya. Namun, bukan berarti puisi ini miskin makna perenungan filosofis, puisi ini tetap memiliki makna yang mendalam; (2) puisi prismatis, yaitu puisi-puisi yang menggunakan diksi-diksi metaforis yang perlu perenungan intens untuk memahami maknanya.35 Dengan sedikit pengetahuan tentang diksi diharapkan akan semakin mengerti tentang puisi secara lebih baik. (3) Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara menampilkan diri dalam bahasa.36 Gaya bahasa merupakan unsur pembangun yang penting dalam puisi. Gaya bahasa antara lain simile, metafora, personifikasi, hiperbola, litotes, ironi, metonimia, sinekdot, eufimisme, anafora, antitese, alusio, klimaks, dan antiklimaks.37 Definisi gaya bahassa

33

Siswanto, op. cit., h. 68.

34

Suroto, op. cit., h. 112.

35

Heru Kurniawan dan Sutardi, Penulisan Sastra Kreatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 27.

36

Suroto, op. cit., h. 114.

37

(34)

atau dikenal juga dengan sebutan majass menurut Keraf adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).38 Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, gaya bahasa atau majas memiliki berbagai macam jenis, antara lain:

a. Hiperbola

Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal.39 Contoh: Kemarahanku sudah mnjadi-jadi hingga hampir meledak aku.

b. Persamaan (Simile)

Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit.40 Yang dimaksud perbandingan bersifat eksplisit adalah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lan. Untuk itu, memerlukan upaya secara eksplisit untuk menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, bagaikan, sama, dan sebagainya. Contoh: kikirnya seperti kepiting batu, bagai air di daun talas.

c. Metafora

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat.41 Contoh: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya.

d. Personifikasi

Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat

38

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 113, cet. Ke-20

39

Ibid., h. 135.

40

Ibid., h. 138.

41

(35)

kemanusiaan.42 Contoh: matahari baru saja kembali ke peraduannya, ketika kami tiba di sana.

e. Ironi

Ironi diturunkan dari kata eironeia yang berarti penipuan atau pura-pura. Menurut Keraf, ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya.43 Contoh: Saya tahu Anda adalah seorang gadis yang paling cantik di dunia ini yang perlu mendapat

tempat terhormat!

Dapat dikatakan hampir tidak ada puisi yang hadir tanpa sebuah gaya bahasa. Dengan gaya bahasa, puisi akan lebih hidup. (4) Musikalitas

Musikalitas adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengucapan bunyi.44. Unsur musikalitas meliputi rima dan bunyi. Rima adalah persamaan bunyi yang berulang-ulang baik pada akhir baris, awal, atau tengah yang tujuannya adalah untuk menumbuhkan efek estetis.45 Sedangkan bunyi adalah unsur yang digunakan tidak semata-mata hanya sebagai hiasan, melainkan sebagai pendukung maksud atau jelmaan rasa.46 Sehubungan dengan unsur bunyi maka ada dua macam bunyi yakni bunyi yang mengkonotasikan kekerasan, kekejaman, kekerasan, dan bunyi-bunyi yang mengkonotasikan kehalusan, indah, kecil, rapi, dan sejenisnya. Yang pertama disebut dengan istilah kokofoni, sedang jenis yang kedua disebut eufoni.47 Unsur musikalitas (rima dan bunyi) sangat penting

42

Ibid., h. 140.

43

Ibid., h. 143.

44

Suroto, op. cit., h. 105.

45

Priyatni, op. cit., h. 73.

46

Ibid.

47

(36)

dalam puisi, tanpa adanya unsur tersebut maka sebuah puisi bisa saja menjadi hambar.

b) Struktur Batin (1) Tema

Tema adalah pokok persoalan atau pokok pikiran yang mendasari terbentuknya sebuah puisi.48 Tema dapat pula diartikan sebagai gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang.49 Dari dua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tema adalah gagasan pokok yang menjadi dasar dari terbentuknya puisi dan merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Untuk dapat menangkap tema sebuah puisi, pertama kali yang harus dilakukan adalah membaca puisi itu berkali-kali sampai tahu betul hubungan antar kata dalam puisi tersebut. Suasana puisi juga dapat membantu apabila ingin memahami tema suatu puisi. oleh karena itu, untuk dapat menangkap tema puisi harus membacanya secara menyeluruh sebagai satu kesatuan, tidak bagian per bagian.

(2) Amanat atau pesan

Amanat atau pesan adalah sesuatu yang hendak disampaikan oleh penyair kepada pembaca lewat puisinya. 50 Bedanya dengan tema, kalau tema adalah persoalan yang dikemukakan sedangkan amanat adalah sesuatu yang hendak disampaikan lewat persoalan itu. Amanat biasanya berada di balik tema, karena itu penafsiran terhadapa amanat sangat subjektif. Namun kesubjektifan itu dapat diperkecil dengan mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pribadi penyairnya.

48

Suroto, op. cit., h. 99.

49

Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h. 74.

50

(37)

Unsur-unsur intrinsik tersebut dapat dijadikan patokan ketika akan menilai puisi tersebut baik atau tidak. Selain unsur intrinsik, ada pula unsur ekstrinsik yakni unsur yang berada di luar naskah puisi. Bisa saja berasal dari dalam diri penulis puisi atau lingkungan tempat sang penulis puisi tersebut menulis puisinya. Unsur ekstrinsik puisi, meliputi:

1. Unsur biografi adalah latar belakang atau riwayat hidup penulis. 2. Unsur nilai dalam cerita, seperti ekonomi, politik, sosial,

adat-istiadat, budaya, dan lain-lain.

3. Unsur kemasyarakatan adalah situasi sosial ketika puisi itu dibuat.51

Dengan mengetahui unsur ekstrinsik sebuah puisi, sedikit banyak dapat tergambar latar belakang menulis atau penyair menulis puisi tersebut dan akan lebih dapat memahami puisi tersebut.

3. Hubungan Pengajaran Puisi dengan Deklamasi

Saat ini, bagi sebagian orang puisi masih mendapat tempat terhormat dalam setiap budaya yang menjunjung tinggi karya sastra. Banyak budayawan terkenal atau bahkan negarawan sangat tertarik membaca karya sastra yang berbentuk puisi. Meski demikian, pengajaran puisi menjumpai banyak kesulitan. Tidak jarang pada guru sastra sendiri, cenderung menghindarinya karena merasa kesulitan untuk mengajarkannya. Sebenarnya, jika sebagai guru sastra mengetahui bagaimana cara memulai tugas yang cukup sulit ini, tak ada seorang siswa pun yang tidak tertolong untuk dapat memahami dan manikmati puisi yang dibacanya.

Hal yang terpenting dalam pengajaran puisi di kelas adalah menjaga agar suasana tetap santai.52 Jangan sampai seorang guru atau siswa merasakan awal pelajaran sebagai sesuatu yang menegangkan atau

51

Ibid., h. 123.

52

(38)

terlalu kaku. Dalam mengajak para siswa untuk memahami dan manikmati puisi hendaknya para guru tidak terlalu tergesa-gesa membebani para siswa dengan istilah-istilah teknis seperti gaya bahasa metafora, hiperbola, personifikasi, dan sebagainya.

Berbicara tentang puisi berarti kita akan berbicara tentang puisi dan pembacannya. Dengan demikian, ada empat unsur pokok yang terkait dalam pembacaan puisi yaitu: puisi, pembaca, lagu, dan gerak-gerik. Keempat unsur tersebut bertautan erat satu dengan yang lainnya serta saling menunjang dalam melahirkan dirinya dalam wujud pembacaan puisi.

Sebuah puisi barulah terasa keindahannya jika sudah dibaca dengan irama yang baik. Irama ini akan jelas menonjol, waktu puisi itu dideklamasikan. Deklamasi sendiri memiliki definisi yakni mengucapkan sebuah prosa atau puisi (bentuk yang paling umum dideklamsikan di Indonesia adalah puisi) dengan cara yang sebaik-baiknya dengan memperhatikan syarat-syarat yang telah ditentukan.53 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia deklamasi adalah penyajian sajak yang disertai lagu dan gaya.54Adapun syarat-syarat yang ditentukan ketika hendak mendeklamasikan sebuah puisi adalah:

1. Pemahaman

Pemahaman adalah sampai sejauh mana interprestasi seseorang tentang maksud suatu puisi.55 Penafsiran dan pemahaman, memang dua hal yang sejalan. Penafsiran yang salah akan melahirkan pemahaman yang salah juga. Seorang pendeklamasi yang belum paham (mengerti) isi atau maksud sebuah puisi, tidak mungkin dapat mendeklamasikannya dengan baik.

2. Peresapan

53

Drs. B. P. Situmorang, Puisi dan Metodologi Pengajarannya (Medan: Nusa Indah, 1974), h. 50.

54

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 306.

55

(39)

Sebuah puisi yang hendak dideklamasikan haruslah diresapkan benar-benar dalam hati, sehingga seolah-olah menjadi milik pendeklamasi sendiri. Pendeklamasi bertugas sebagai juru bicara yang harus dapat meyakinkan si pendengar, maka tanpa peresapan yang sebaik-baiknya, tidak akan mungkin dapat meyakinkan hati orang lain.56

3. Ekspresi

Kemampuan mengekspresikan suatu puisi menjadi faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya seorang penyair membawa para pendengar atau penontonnya hanyut kedalam puisi tersebut.57 Apabila seorang penyair gagal membawa penonton hanyut ke dalam puisi tersebut, maka perlu dipertanyakan kembali kemampuannya dalam menghidupkan dan menyajikan suatu puisi. Pada kegiatan membaca puisi di dalam kelas, seringkali siswa sudah mampu menafsirkan dan memahami sebuah puisi, hanya saja terbentur pada cara membawakannya atau dalam hal ini mengekspresikannya. Untuk hal tersebut perlu diperhatikan hal-hal berikut:

a. Daya hafal

Setiap pendeklamasi puisi haruslah mempunyai daya hafal yang sebaik-baiknya. Kegagalan dalam daya hafal, merupakan kegagalan pula dalam deklamasi.58 Sebuah deklamasi sebenarnya dapat dilakukan dengan mempergunakan catatan. Akan tetapi penggunaan catatan akan sangat menganggu apabila saat medeklamasikan sebuah puisi berulang kali pendeklamasi melihat ke arah catatan. Hal tersebut seakan-akan pendeklamasi belum dapat memahami dan meresapi puisi yang dibacakan.

b. Pengucapan

Salah satu hal yang sangat penting mendapat perhatian pada setiap kesempatan berdeklamasi ialah ucapan. Pengucapan ini tidak terpisahkan dengan intonasi. Dari ucapan dan intonasi seseorang akan

56

Ibid.

57

Ibid., h. 52.

58

(40)

dengan cepat menilai apakah seseorang mampu untuk berdeklamasi atau tidak.59

c. Irama

Tak terpisahkan pula dengan pengucapan dan intonasi ialah irama. Berbicara mengenai tinggi rendah suara, keras lembut suara, panjang pendek suara berarti membahas tentang irama. Jadi apa yang disebut ritme, metrum, dan tempo, termasuk di dalamnya. Sesungguhnya ketiga unsur ini tak pernah terpisahkan ketika membaca kalimat. Irama merupakan faktor yang utama untuk menghidupkan puisi sebab irama merupakan jiwa pendeklamasian puisi.60

Tanpa irama yang baik, pastilah seorang pendeklamasi tidak akan mungkin behasil dalam deklamasi. Dalam hal ini seorang pendeklamasi haruslah mengetahui, pada bagian-bagian mana suara perlu dikeraskan, ditinggikan, atau dilambatkan. Sebab irama yang monotone tidak akan berhasil menghidupkan sebuah puisi.

d. Batas sintaksis

Batas perhentian suara (sintaksis) ini sangat penting agar jelas pada bagian-bagian mana seorang berheti untuk menarik nafas, hingga pokok-pokok dalam puisi itu jelas dikemukakan.61 Hal ini dapat disiasati dengan memberi tanda terlebih dahulu dimana saja ia harus berhenti, sehingga apa yang ingin disampaikan penciptanya tidak kacau balau.

e. Mimik

Mimik merupakan petunjuk apakah seseorang sudah benar-benar dapat menjiwai puisi dengan sebaik-baiknya.62 Setelah puisi itu benar-benar meresap ke dalam jiwa seorang pendeklamasi akan dengan mudah terlihat dari mimiknya. Harmonisasi antara mimik dan isi puisi merupakan puncak keberhasilan deklamasi. Pada saat seperti

59

Ibid.

60

Ibid., h. 53.

61

Ibid., h. 54.

62

(41)

inilah sering orang terpesona sebab sungguh-sungguh merupakan suatu yang mengharukan. Mimik ini jelas tidak dapat dibuat-buat dan diatur sebelumnya, tetapi biasanya keluar menurut kewajaran secara spontan.

f. Gerak-gerik

Gerak-gerik dalam deklamasi walaupun bukan keharusan tapi sangat sering menolong untuk menjiwai dan menghidupkan sebuah puisi.63 Pada saat siswa berdeklamasi seringkali setiap kalimat yang diucapkan selalu diikuti dengan gerakan malah sering pula sebelum suaranya keluar, sudah lebih dahulu ada gerakan tangan atau kaki, sehingga puisi yang dideklamasikan hanya dipergunakan sebagai bahan permainan yang humoris.

Dengan kemampuan dan kesiapannya yang ada, deklamator harus mampu meyakini dirinya sendiri serta diri orang lain tentang kebenaran pengalamannya dalam menyelami puisi yang dideklamasikan.64 Adapun syarat-syarat yang ditentukan ketika hendak mendeklamasikan sebuah puisi yang sudah disebutkan sebelumnya harus digunakan seefesien dan seefektif mungkin. Seorang deklamator yang berpengalaman tidak akan menggunakan syarat-syarat tersebut menurut kemauannya, melainkan akan digunakan atas dasar keperluan. Namun demikian, peneliti hanya menggunakan lima aspek syarat ketika menilai siswa saat mendeklamasikan puisi yaitu vokal, intonasi, irama, kesesuaian visualisasi, dan ekspresi.

4. Pembacaan Puisi

Walaupun sama-sama membaca karya sastra, membaca cerpen dengan membaca puisi berbeda. Membaca cerpen bisa dikatakan membaca hubungan antar kalimat, sedangkan membaca puisi membaca hubungan antar kata.membaca

63

Ibid., h. 55.

64

(42)

hubungan antar kata lebih sulit karena jika salah memberikan nada dan pemenggalan maka akan menimbulkan makna yang lain. Ada dua macam membaca puisi, membaca puisi yang bertujuan sekedar untuk mengetahui dan memahami isinya dan membaca puisi yang bertujuan untuk menimbulkan keindahan bacaan, seperti yang sering dilombakan.

Membaca puisi untuk memahami isinya mungkin tak banyak menimbulkan kesulitan karena tidak menuntut persyaratan khusus misalnya suara yang baik, suara yang keras, kesesuaian gerak, dan jiwa puisi. untuk dapat memahami dan menghayati puisi hal-hal dibawah ini perlu diperhatikan:

1. Bacalah puisi itu dua sampai tiga kali. Puisi yang agak sukar dimengerti isinya biasanya lebih banyak menuntut beberapa kali baca.

2. Upayakan untuk memenggl baris-baris puisi itu secara tepat.

3. Perhatikan tanda baca secara cermat. Pemakaian tanda baca oleh penyair biasanya mempunyai maksud tertentu. Lebih-lebih pada puisi konkret. 4. Ada pula puisi yang miskin tada baca atau bahkan tidak manggunakan

tanda baca sama sekali. Ini tidak berarti puisi itu tidak ada mula, hentian, dan akhir. Mungkin ia mengkonotasikan maksud tertentu.

5. Harus diingat pula bahwa dalam membaca puisi tidak selalu harus menghentikan bacaan kita pada tiap baris. Sangat mungkin sesudah beberapa baris baru boleh berhenti atau bahkan setelah satu bait baru berhenti atau mungkin tidaj berhenti sama sekali samapi puisi berakhir. 6. Untuk bisa memahami pembacaan puisi secara tepat tak bisa melepaskan

(43)

7. Kalau tujuan membaca puisi demi keindahan bacaan, maka hal-hal yang terdapat pada cara membaca cerpen perlu juga diperhatikan.65

Dengan memperhatikan hal di atas, membaca puisi pun akan terasa lebih mudah.

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi

Fadillah Tussa’adah (2012) yang berjudul “ Pengaruh Penggunaan Media

Audiovisual (video) terhadap Keterampilan Menulis Karangan Eksposisi pada Siswa SMP Negeri 3 Cikarang Selatan-Bekasi Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Persamaan antara skripsi peneliti dengan skripsi Fadillah Tussa’adah adalah untuk

mengetahui pengaruh pembelajaran setelah diberikan treatment pembelajaran berupa video. Akan tetapi, perbedaannya terletak dari tujuan yang ingin dicapai setelah deberikan treatment tersebut. Fadillah Tussa’adah melihat dari keterampilan menulis karangan eksposisi, sedangkan peneliti ingin melihat dari keterampilan membaca puisi.66

Penelitian berikutnya yang relevan dengan peneliti adalah penelitian yang

dilakukan oleh Syihaabul Hudaa (2013) yang berjudul “Penggunaan Metode

Musikalisasi Puisi dalam Peningkatan Minat Membaca Puisi Kelas X ap 1 di SMK Al-Hidayah Lestari Lebakbulus Jakarta Selatan”. Persamaan antara skripsi peneliti dengan skripsi Syihaabul Hudaa adalah dalam sama-sama menilai kemampuan membaca puisi siswa. Akan tetapi, perbedaannya terletak dari media yang digunakan dalam pembelajaran. Peneliti menggunakan media dalam bentuk video, sedangkan syihaabul hudaa menggunakan musikalisasi sebagai media pembelajaran. Selain itu, dari segi objek penelitian juga terdapat perbedaan,

65

Suroto, op. cit., h. 188-189.

66Fadillah Tussa’adah,

(44)

peneliti melakukan penelitian pada siswa kelas VII sedangkan Syihaabul Hudaa melakukan penelitian pada siswa kelas x.67

Penelitian ketiga yang relevan dengan penelitian adalah penelitian yang dilakukan oleh Risa Khairunnisa Pratiwi (2013) yang berjudul Pengaruh Media Film Dokumenter Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP

Muhammadiyah 17 Ciputat Tahun Pelajaran 2012/2013.68 Persamaan antara penelitian peneliti dengan penelitian Risa adalah sama-sama menggunakan media audiovisual. Akan tetapi, perbedaannya terletak dari jenis media audiovisual yang digunakan dalam pembelajaran. Peneliti menggunakan media audiovisual dalam bentuk video, sedangkan Risa Khairunnisa menggunakan film dokumenter sebagai media pembelajaran. Selain itu, dari segi materi pembelajaran juga berbeda. Risa Khairunnisa menilai kemampuan menulis puisi siswa kelas VII sedangkan peneliti menilai kemampuan membaca puisi.

E. Kerangka Berpikir

Penulis mengemukakan hubungan antara variabel independen (yang memengaruhi) dan dependen ( yang dipengaruhi) yang bersifat sebab pengaruh.

Dari judul skripsi “Pengaruh Media Audiovisual terhadap Kemampuan Membaca

Puisi pada Siswa Kelas VII SPM Yayasan Miftahul Jannah”. Berdasarkan judul tersebut dapat diketahui bahwa yang menjadi variabel independen (yang mempengaruhi) dalam kemampuan membaca puisi yaitu media audiovisual. Dengan media audiovisual dapat membuat siswa memiliki gambaran tentang pembacaan puisi yang baik. Untuk itu, yang menjadi variabel dependen (yang dipengaruhi) yaitu kemampuan membaca puisi siswa.

Penelitian dalam skripsi berkenaan dengan variabel independen dan dependen, maka berdasarkan kerangka teori di atas disusun kerangka berpikir

67

Syihaabul Hudaa, Penggunaan Metode Musikalisasi Puisi Dalam Peningkatan Minat Membaca Puisi Kelas X AP 1 di SMK Al-Hidayah Lestari Lebakbulus Jakarta Selatan (Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2013)

68

Risa Khairunnisa Pratiwi, Pengaruh Media Film Dokumenter Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 17 Ciputat Tahun Pelajaran 2012/2013

(45)

sebagai acuan penelitian adalah terhadap media audiovisual terhadap kemampuan membaca puisi pada siswa kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah Ciputat.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti “di bawah” dan “thesa”

yang berarti “kebenaran”. Hipotesis dapat disefinisikan sebagai jawaban

sementara yang kebenarannya masih diuji, atau rangkuman kesimpulan teoretis yang diperoleh dari tinjauan pustaka.69 Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0 : tidak terdapat pengaruh media audiovisual terhadap kemampuan mendeklamasikan puisi siswa kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah Ciputat.

H1 : terdapat pengaruh media audiovisual terhadap kemampuan mendeklamasikan puisi pada siswa kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah Ciputat.

69

(46)

34 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah tingkat menengah pertama yang ada di daerah Ciputat, yaitu SMP Yayasan Miftahul Jannah Ciputat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2013-2014, tepatnya selama lima bulan yaitu pada bulan Februari 2014 sampai Mei 2014. Waktu untuk mengajar adalah dua kali pertemuan dengan siswa.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah adalah ekperimen. Pemilihan metode eksperimen ini berdasarkan karena peneliti ingin mengetahui secara pasti pengaruh penggunaan media audiovisual terhadap kemampuan membaca puisi siswa di dua kelompok sampel yang dijadikan penelitian. Metode eksperimen adalah metode yang berusaha membangkitkan timbulnya suatu kejadian atau keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya.1

Esperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan.

Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok pengamatan, yaitu kelompok XE dan kelompok Xp. Kelompok XE adalah kelompok dengan perlakuan pemberian contoh melalui media audiovisual dan kelompok XP adalah kelompok yang diberi perlakuan pembelajaran yang tanpa media audiovisual. Perlakuan ini diberikan selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung yaitu pada pokok

1

(47)

bahasan membaca puisi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian berbentuk Two Group Randomized Subject Post test only. Rancangan ini terdiri atas dua kelompok yang keduanya ditentukan secara acak. Pelaksanaan penelitian, diperlukan 2 kelompok kelas, yaitu:

1. Kelas eksperimen adalah kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan media audiovisual.

[image:47.595.114.519.197.634.2]

2. Kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang diajar tanpa menggunakan media audiovisual.

Tabel 1 Desain Penelitian

Kelas Treatment Tes

Eksperimen Media Audiovisual Hasil Belajar (Y)

Kontrol Tidak dengan Media Hasil Belajar (Y)

Keterangan:

XE : Treatment yang dilakukan di kelas eksperimen.

XP : Treatment yang dilakukan pada kelas kontrol.

Y : Tes Akhir

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

(48)

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah Ciputat.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel dari populasi itu.3

Pengambilan sampel dilakukan secara acak, berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel.4

Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Yayasan Miftahul Jannah Ciputat.

D. Instrumen Penelitian

[image:48.595.109.511.209.688.2]

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa tes membaca puisi. Tes membaca puisi dilakukan sebagai langkah untuk mengetahui apakah media audiovisual berpengaruh terhadap kemampuan membaca puisi siswa. Puisi yang dibaca oleh siswa adalah puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmi. Kriteria penilaian pembacaan puisi adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Kriteria penilaian pembacaan puisi

No Aspek Diskriptor Skor

maksimum

1 Vokal Vokal jelas dan tepat 20

2 Intonasi Pengaturan jeda, tinggi rendahnya nada, keras lembutnya suara, dan cepat

20

2

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2919), h. 117.

3

Ibid, h. 118.

4

(49)

lambatnya pembacaan puisi

3 Irama Pengaturan cepat lambatnya dalam pembacaan puisi sesuai dengan makna yang diinginkan.

20

4 Kesesuaian visualisasi

Visualisasi mendukung puisi

20

5 Ekspresi Gerak/mimik, sikap, dan ekspresi wajah

serasi dan menjiwai makna puisi 20

Setelah ditentukan bobot pada masing-masing aspek, maka pembagian skor masing-masing kriteria adalah sebagai berikut:

[image:49.595.108.516.106.755.2]

Tabel 3

Pembagian skor masing-masing kriteria

No Aspek yang dinilai Skor Kriteria

1. Vokal 19-20

16-18

13-15

10-12

Sangat baik: suara sangat jelas

Baik: kejelasan suara jelas

Cukup: kejelasan suara cukup

Kurang: suara tidak jelas

2. Intonasi 19-20 Sangat baik: Pengaturan jeda,

(50)

16-18

13-15

10-12

Baik: Pengaturan jeda, tinggi rendahnya nada, keras lembutnya suara, dan cepat lambatnya sudah tepat

Cukup: Pengaturan jeda, tinggi rendahnya nada, keras

lembutnya suara, dan cepat lambatnya sudah tepat namun belum konsisten

Kurang: Pengaturan jeda, tinggi rendahnya nada, keras

lembutnya suara, dan cepat lambatnya belum tepat.

3. Irama 19-20

16-18

13-15

10-12

Sangat baik: Pengaturan cepat lambatnya dalam pembacaan puisi sangat sesuai dengan makna yang diinginkan.

Baik: Pengaturan cepat lambatnya dalam pembacaan puisi sesuai dengan makna yang diinginkan.

Cukup: Pengaturan cepat lambatnya dalam pembacaan puisi hampir sesuai dengan makna yang diinginkan.

(51)

lambatnya dalam pembacaan puisi belum sesuai dengan makna yang diinginkan. 4. Kesesuaian visualisasi 19-20

16-18

13-15

10-12

Sangat baik: gerakan yang dipertunjukan yakni gerakan tangan atau gerakan tubuh sangat mendukung sehingga deklamasi menjadi suguhan yang menarik.

Baik: gerakan yang

dipertunjukan yakni gerakan tangan atau gerakan tubuh sudah mendukung, tetapi masih

terlihat ketidakyakinan dari saat melakukannya

Cukup: gerakan yang dilakukan baik gerakan tangan tangan atau tubuh sudah bagus tetapi masih banyak gerakan yang kurang penting

Kurang: Visualisasi belum mendukung puisi banyak gerakan yang tidak penting sehingga mengganggu proses deklamasi puisi.

5. Ekspresi 19-20 Sangat baik: Gerak/mimik,

(52)

16-18

13-15

10-12

serasi dan sangat menjiwai makna puisi

Baik: Gerak/mimik, sikap, dan ekspresi wajah

Gambar

Gambaran Umum Sekolah .................................................................42
gambar, film bingkai, film, atau model; misalnya saat guru
gambar, gafik, diagram, bagan, peta, majalah, buku, poster.
Tabel 1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

membuktikan bahwa tampilan fisik pramuwisata sudah baik, tidak ada responden yang. menyatakan tampilan fisik pramuwisata yang

[r]

Hambatan-hambatan yang dihadapi Pembimbing Kemasyarakatan dalam penyelesaian perkara pidana oleh anak antara lain: kelemahan aturan hukum yang belaku terhadap tindak

belanja modal, penyelenggara fungsi infrastruktur dan sarana tidak bisa berjalan tanpa adanya biaya, biaya adalah sebuah bentuk pengeluaran yang dilakukan oleh suatu

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian identifikasi bakat cabang olahraga bolabasket dengan metode sport search pada siswa sekolah dasar

Kemudian angka tersebut dikalikan 100% sehingga diketahui sumbangan efektif budaya organisasi terhadap loyalitas kerja adalah sebesar 17,9% yang artinya masih

Saat ini kita sedang masuk di zaman serba baru atau era globalisasi yang seharusnya membawa Indonesia semakin dekat pada cita – cita bangsa