• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggap Pembungaan Bawangmerah Terhadap Aplikasi Ga3 Dan Lama Perendaman Di Dataran Tinggi Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tanggap Pembungaan Bawangmerah Terhadap Aplikasi Ga3 Dan Lama Perendaman Di Dataran Tinggi Samosir"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGAP PEMBUNGAAN BAWANGMERAH TERHADAP APLIKASI GA3 DAN LAMA PERENDAMAN

DI DATARAN TINGGI SAMOSIR

SKRIPSI

Oleh :

BERSON/090301013 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

TANGGAP PEMBUNGAAN BAWANGMERAH TERHADAP APLIKASI GA3 DAN LAMA PERENDAMAN

DI DATARAN TINGGI SAMOSIR

SKRIPSI

Oleh :

BERSON/090301013 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Penelitian :...Tanggap Pembungaan Bawang Merah Terhadap

………Aplikasi GA3 dan Lama Perendaman di Dataran

………Tinggi Samosir

Nama : Berson

Nim : 090301013

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ir. Mariati, MSc. Ir. Rosita Sipayung, M.P.

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

BERSON: Tanggap Pembungaan Bawang Merah Terhadap Aplikasi GA3 dan Lama perendaman di dataran tinggi Samosir, di bimbing oleh MARIATI dan ROSITA. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi konsentrasiGA3 dan lama perendaman yang tepat untuk meningkatkan pembungaan bawang merah lokal Samosir aksesi Simanindo. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hatoguan, Kecamatan Palipi, Kabupaten samosir mulai Februari - Juli 2014, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama yaitu kosentrasi GA3 (50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm) dan faktor kedua adalah lama perendaman (30 menit, 60 menit, 90 menit). Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi bawang per rumpun, jumlah tanaman berbunga per plot, jumlah umbel per plot, bobot biji per umbel, dan bobot biji per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwaGA3 berpengaruh nyata terhadap jumlah tanaman berbunga per plot dan bobot biji per plot, lama perendaman berpengaruh nyata terhadap bobot biji per umbel dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap bobot biji per umbel. Pemberian 200 ppm GA3 dengan lama perendaman 90 menit merupakan perlakuan terbaik dalam meningkatkan jumlah tanaman berbunga dan bobot biji per umbel.

(5)

ABSTRACT

BERSON: Respons flowering of onion on aplication GA3and soaking time in plateau Samosir, guided by MARIATI and ROSITA. The aim of the research was identification appropriate concentration GA3and soaking time to increase flowering of onion Medan varieties. Research was conducted at Desa Hatoguan, Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir from February up to July 2014, using factorial randomized block design with two factors and three replications. The first factor was concentration of GA3(50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm) and the second was soaking time (30 minutes, 60 minutes, 90 minutes). Parameters observed were plant lenght, number of leaves, number of tubers, number of flowering plants, percentage of flowering plants, number of umbel per plot, number of seeds per umbel, weight of seeds per plot. The results showed that aplication GA3 significant to number of flowering plant per plot and weight of seeds per plot, soaking time significant to to weight seeds per umbel and and interaction both significant to weight seeds per umbel. Aplication 200 ppm GA3 and soaking time 90 minutes was the best treatment to increases number of flowering plant and weight seeds per umbel.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasik Raja, pada tanggal 10Nopember 1990 dari ayah Paris Silaen dan ibu Ernawati Siagian. Penulis merupakan putra ketiga dari enam bersaudara.

Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri I Torgamba, Cikampak dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP). Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek).

(7)

KATA PENGANTAR

PujidansyukurpenulisucapkankepadaTuhanYangMahaEsakarenaatasberkat danrahmat – Nyapenulisdapatmenyelesaikanskripsi yang berjudul“Tanggap Pembungaan Bawang Merah TerhadapAplikasi GA3 Dan Lama Perendaman di Dataran Tinggi Samosir”.

Padakesempataninipenulismengucapkanterimakasihkepada Ibu Ir. Mariati, MScdan i komisi pembimbingyang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini.Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta kerabat di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terina kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi petani bawang merah sebagai bahan informasi.

Medan, Maret2015

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pelaksanaan Penelitian... 16

Persiapan Lahan ... 16

Persiapan Bibit ... 16

Aplikasi GA3 ... 16

Penanaman dan Aplikasi Pupuk I ... 16

Aplikasi Pupuk ... 17

Pemeliharaan... 17

Penyiraman ... 17

Penyulaman ... 17

Penyiangan ... 17

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 18

Panen... 18

Panen Biji... 18

(9)

Tinggi Tanaman (cm) ... 18

Jumlah Daun (helai)... 18

Jumlah Umbi Bawang(umbi) ... 19

Jumlah Tanaman Berbunga (tanaman) ... 19

Jumlah Umbel per Plot (umbel)... 19

Bobot Biji per Umbel (g) ... 19

Bobot Biji per Plot (g) ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

Hasil ... 20

Pembahasan ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

Kesimpulan ... 28

Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Rataan tinggi tanaman (cm) 2-7 MST pada aplikasi GA3 dan lama perendaman

20

2. Rataan jumlah daun (helai) 2-7 MST pada aplikasi GA3 dan lama perendaman

21

3. Rataan jumlah umbi (umbi) pada aplikasi GA3 dan lama perendaman

22 4. Rataan jumlah tanaman berbunga(bunga) pada aplikasi GA3

dan lama perendaman

23 5

6.

7.

Rataan jumlah umbel per plot(umbel) pada aplikasi GA3 dan lama perendaman

Rataan bobot biji per umbel(gram) pada aplikasi GA3 dan lama perendama

Rataan bobot biji per plot (gram) pada aplikasi GA3 dan lama perendaman

23

23

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Deskripsi Tanaman Bawang Merah Varietas Samosir 31

2. Bagan Penelitian 32

3. Bagan Letak Tanaman Per Plot 33

4. Hasil Analisis Tanah 34

5. 6.

Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm) Sidik ragam tinggi tanaman 2 MST

35 35

7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm) 36

8. Sidik ragam tinggi tanaman 3 MST 36

9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm) 37

10. Sidik ragam tinggi tanaman 4 MST 37

11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST (cm) 38

12. Sidik ragam tinggi tanaman 5 MST 38

13. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm) 39

14. Sidik ragam tinggi tanaman 6 MST 39

15. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7 MST (cm) 40

16. Sidik ragam tinggi tanaman 7 MST 40

17. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST (helai) 41

18. Sidik ragam jumlah daun 2 MST 41

19. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 MST (helai) 42

20. Sidik ragam jumlah daun 3 MST 42

21. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST (helai) 43

(12)

23. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 MST (helai) 44

24. Sidik ragam jumlah daun 5 MST 44

25. Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MST (helai) 45

26. Sidik ragam jumlah daun 6 MST 45

27. Data Pengamatan Jumlah Daun 7 MST (helai) 46

28. Sidik ragam jumlah daun 7 MST 46

29. Data Pengamatan Jumlah Umbi (umbi) 47

30. Sidik ragam jumlah umbi 47

31. Data Pengamatan Jumlah Tanaman Berbunga (tanaman) 48

32. Sidik ragam jumlah tanaman berbunga 48

33. Data Pengamatan Jumlah Umbel (umbel) 49

34. Sidik ragam jumlah umbel 49

35. Data Pengamatan Bobot Biji per Umbel (gram) 50

36. Sidik ragam bobot biji per umbel 50

37 38.

Data Pengamatan Bobot Biji per Plot (gram) Sidik ragam bobot biji per plot

51 51

(13)

ABSTRAK

BERSON: Tanggap Pembungaan Bawang Merah Terhadap Aplikasi GA3 dan Lama perendaman di dataran tinggi Samosir, di bimbing oleh MARIATI dan ROSITA. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi konsentrasiGA3 dan lama perendaman yang tepat untuk meningkatkan pembungaan bawang merah lokal Samosir aksesi Simanindo. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hatoguan, Kecamatan Palipi, Kabupaten samosir mulai Februari - Juli 2014, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama yaitu kosentrasi GA3 (50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm) dan faktor kedua adalah lama perendaman (30 menit, 60 menit, 90 menit). Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi bawang per rumpun, jumlah tanaman berbunga per plot, jumlah umbel per plot, bobot biji per umbel, dan bobot biji per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwaGA3 berpengaruh nyata terhadap jumlah tanaman berbunga per plot dan bobot biji per plot, lama perendaman berpengaruh nyata terhadap bobot biji per umbel dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap bobot biji per umbel. Pemberian 200 ppm GA3 dengan lama perendaman 90 menit merupakan perlakuan terbaik dalam meningkatkan jumlah tanaman berbunga dan bobot biji per umbel.

(14)

ABSTRACT

BERSON: Respons flowering of onion on aplication GA3and soaking time in plateau Samosir, guided by MARIATI and ROSITA. The aim of the research was identification appropriate concentration GA3and soaking time to increase flowering of onion Medan varieties. Research was conducted at Desa Hatoguan, Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir from February up to July 2014, using factorial randomized block design with two factors and three replications. The first factor was concentration of GA3(50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm) and the second was soaking time (30 minutes, 60 minutes, 90 minutes). Parameters observed were plant lenght, number of leaves, number of tubers, number of flowering plants, percentage of flowering plants, number of umbel per plot, number of seeds per umbel, weight of seeds per plot. The results showed that aplication GA3 significant to number of flowering plant per plot and weight of seeds per plot, soaking time significant to to weight seeds per umbel and and interaction both significant to weight seeds per umbel. Aplication 200 ppm GA3 and soaking time 90 minutes was the best treatment to increases number of flowering plant and weight seeds per umbel.

(15)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat baik dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi maupun dari kandungan gizinya. Dalam dekade terakhir ini permintaan akan bawang merah untuk konsumsi dan bibit dalam negeri mengalami peningkatan. Permintaan akan bawang merah yang terus meningkat perlu diimbangi dengan peningkatan produksi bawang merah. Permasalahan dalam meningkatkan produksi bawang merah di Indonesia adalah bibit sulit diperoleh saat menjelang musim tanam, harga bibit mahal, produktivitas bibit rendah karena penyakit terbawa umbi, dan harga jual murah saat panen. Oleh karena itu, usaha peningkatan produksi bawang merah harus dimulai dengan tersedianya bibit/benih berkualitas agar bisa berproduksi lebih tinggi, dalam volume memadai dan tersedia setiap musim agar petani dapat menanam tepat waktu.

Belakangan diketahui bahwa penyebab utama dari ketidakberhasilan petani bawang merah di daerah samosir disebabkan karena penggunaan bibit lokal yang sudah turun-temurun. Hal ini disebabkan karena kurangnya akses petani terhadap informasi dari luar. Akibatnya bawang merah yang diproduksi umbinya kecil-kecil dengan produktivitas rendah antara 1-4 ton/ha. Padahal hasil penelitian dapat mencapai 11 ton/ha. Permasalahan rendahnya produktivitas bukan satu-satunya permasalahan yang dihadapi tetapi harga jual bawang yang sangat rendah juga menyebabkab banyak petani bawang merugi.

(16)

rendah, penggunaan pupuk tidak tepat takaran, tidak tepat waktu, tidak tepat jenis dan tidak tepat cara. Masih ada lagi serangan hama dan penyakit yang tinggi, pengendalian kurang dilakukan karena usahatani sering merugi. Penanganan paska panen juga tidak dilakukan. Semua permasalahan tersebut menyebabkan budidaya bawang merah hancur total. Padahal masih cukup banyak petani yang ingin kembali mengusahakan bawang merah, apalagi harga bawang merah belakangan ini relatif stabil dan tinggi.

Produksi bawang merah nasional tahun 2010 naik 8,68 % dibandingkan tahun 2009 menjadi 1.048.934 ton dari 965,164 ton. Peningkatan produksi tersebut ternyata masih lebih rendah dari kebutuhan nasional sebesar 1.149.773 ton (BPS, 2010) sehingga pemerintah perlu memasok bawang merah dari luar negeri. Pada Januari - November 2011 sebanyak 158.461 ton bawang impor masuk ke Indonesia atau naik 116 persen dibandingkan total impor sepanjang tahun 2010 sehingga menyebabkan harga bawang merah rendah (BPS, 2011).

(17)

menurun karena penanaman dari generasi ke generasi. Oleh karena itu perlu peningkatan hasil dan mutu pada tanaman bawang merah.

Selain dengan umbi bibit, bawang merah juga dapat dibudidayakan dengan menggunakan biji botani bawang merah (True Shallot Seed/TSS). Dengan TSS mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan umbi bibit, antara lain volume kebutuhan TSS lebih sedikit (3-6 kg/ha) daripada umbi bibit (1-1,5 ton/ha), pengangkutan dan penyimpanan TSS lebih mudah dan lebih murah, tanaman asal TSS lebih sehat karena TSS bebas pathogen penyakit seperti yang sering terbawa pada umbi bibit dan menghasilkan umbi berkualitas lebih baik yaitu lebih besar (Ridwan et al. 1989, Permadi 1993). Sampai saat ini, penggunaan TSS untuk budidaya bawang merah belum banyak dilakukan di Indonesia. Penyebabnya antara lain ketersediaan TSS sebagai sumber benih yang sehat masih jarang karena belum banyak yang memproduksi TSS.

(Sumarni, 2010)

Masalah utama dalam produksi TSS adalah rendahnya kemampuan berbunga dan menghasilkan biji bawang merah yang secara alami rata-rata hanya 30% di dataran tinggi sedangkan didataran rendah tidak berbunga (Putrasamedja & Permadi 1994). Rendahnya persentase pembungaan bawang merah disebabkan oleh keadaan cuaca, terutama fotoperiodisitas yang pendek (< 12 jam) dan rata-rata suhu udara harian yang cukup tinggi (>180C), sehingga tidak mendukung

terjadinya pembungaan secara optimal. Tanaman bawang merah membutuhkan suhu yang rendah (7-120C) dan fotoperiodisitas yang panjang (> 12 jam) untuk

(18)

Pembungaan bawang merah dapat dirangsang oleh suhu rendah selama pertumbuhannya. Pemberian perlakuan suhu rendah secara buatan (vernalisasi) pada umbi bibit dapat merangsang pembungaan bawang merah. Sadjadiputra (1990) melaporkan bahwa perlakuan vernalisasi dengan suhu 100C selama 30-35

hari pada umbi bibit bawang merah dapat meningkatkan pembungaan dan hasil biji bawang merah. Perlakuan vernalisasi dapat juga digantikan dengan perlakuan

GA3 dalam meningkatkan pembungaan dan produksi TSS bawang merah.

Pada penelitian Fahrianty (2012), aplikasi GA3dengan kosentrasi 200 ppm dan lama perendaman selama 60 menit dapat meningkatkan

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ”Tanggap PembungaanBawang Merah Terhadap Aplikasi GA3 dan Lama Perendaman di Dataran Tinggi Samosir”.

Tujuan Penelitian

(19)

Hipotesis Penelitian

Kosentrasi GA3 dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap pembungaan bawang merah lokal Samosir aksesi Simanindo di dataran tinggi. Kegunaan Penelitian

(20)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class: Monocotyledoneae, Ordo: Liliaceae, Family: Liliales, Genus: Allium, Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999).

Bawang merah merupakan terna rendah yang tumbuh tegak dan tinggi dapat mencapai 15 – 50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah. Seperti juga bawang putih, tanaman ini termasuk tidak tahan kekeringan (Wibowo, 2007).

Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan perakaran dangkal dan bercabang terpencar menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 15-20 cm. Secara individu jumlah perakaran tanaman bawang dapat mencapai 20-200 akar. Diameter akar bervariasi antara 0,5 mm - 2 mm. Akar-akar ini berfungsi antara lain menghisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Samadi dan Bambang, 2003).

Batang bawang merah berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relative pendek (Sudirja, 2010).

(21)

daun yang ada didalamnya. Demikian seterusnya sehingga ini akan terlihat lapisan-lapisan berbentuk cincin (Tim Bina Karya Tani, 2008).

Tangkai tandan bunga keluar dari tunas apikal yang merupakan tunas utama (tunas inti). Tunas ini paling pertama muncul dari dasar umbi melalui ujung-ujung umbi, seperti halnya daun biasa. Tangkai tandan bunga pada bagian bawah berbentuk kecil, bagian tengah membesar, dan semakin ke atas bentuknya semakin mengecil. Selanjutnya pada bagian ujung membentuk kepala yang meruncing seperti mata tombak. Bagian ini di bungkus oleh lapisan daun atau seludang. Proses selanjutnya seludang akan membuka sehingga memnyerupai payung. Dengan membukanya seludang maka akantampak kuncup-kuncup bunga dengan tangkai kecil yang pendek. Tangkai tandan bunga mengandung 50 – 200 kuntum bunga. Pemanjangan tangkai tandan bunga akan berhenti setelah tepung sari matang semuanya (Rahayu dan Berlian, 1999).

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai yang keluar dari ujung tanaman yang panjangnya antara 30-90 cm, dan diujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar seolah-olah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri dari 5-6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga. Bakal buah ini sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah (carpel) yang membentuk 3 buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 bakal biji ( Wibowo, 2007).

(22)

dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Rukmana, 1995).

Syarat Tumbuh Iklim

Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi hingga 1.100 meter diatas permukaan laut (dpl), dengan ketinggian tempat yang paling ideal adalah 0 – 800 m dpl (Rukmana, 2004). Produksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim agak kering, udara panas dengan sinar matahari 70%, karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang (long day plant). Tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik terhadap laju proses fotosintesis dan hasil umbinya akan tinggi (Rukmana, 2004; Sunarjono, 2004 dalam Sumarni dan Hidayat, 2005).

Suhu yang baik bagi pertumbuhan bawang merah adalah sekitar 22˚ C atau lebih, dibawah suhu 22˚ C bawang merah akan lambat berumbi, maka bawang merah lebih menyukai tumbuh di dataran rendah dimana iklim yang cerah. Suhu rata – rata tahunan untuk tanaman bawang merah yaitu 30˚ C. Bawang merah akan membentuk umbi yang lebih besar bilamana ditanam di daerah dengan penyinaran lebih dari 12 jam (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

(23)

Tanah

Tanaman bawang merah menyukai tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Tanah yang gembur dan subur akan mendorong perkembangan umbi sehingga hasilnya lebih maksimal. Selain itu, bawang merah hendaknya ditanam di tanah yang mudah meneruskan air, aerasinya baik dan tidak boleh ada genangan. Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman bawang merah adalah lempung berpasir atau lempung berdebu. Jenis tanah ini mempunyai aerasi dan drainase yang baik karena mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir dan debu ( Rahayu dan Nur, 2007).

Keasaman tanah (pH) yang paling sesuai untuk bawang merah adalah adalah yang agak asam sampai normal (6,0-6,8). Tanah ber-pH 5,5-7,0 masih dapat digunakan untuk penanaman bawang merah. Tanah yang terlalu asam dengan pH di bawah 5,5 banyak mengandung garam Aluminium (Al). Garam ini bersifat racun sehingga dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Di tanah yang terlalu basa dengan pH lebih dari 7, garam Mangan (Mn) tidak dapat diserap oleh tanaman. Akibatnya umbi yang dihasilkan kecil dan produksi tanaman rendah ( AAK, 2005).

Pembungaan

(24)

kompleks yang sangat terspesialisasi, dimana struktur ini sangat berbeda dengan bentuk dari bagian vegetatif dan juga berbeda antara spesies yang satu dengan yang lain (Taiz & Zeiger 1991). Disamping kompleksitas ini, pembungaan semua spesies tumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang menghubungkan perkembangan reproduktif tanaman dengan lingkungannya. (Fahrianty, 2012)

Induksi bunga merupakan suatu peristiwa penting dalam proses pembungaan, yang menandai terjadinya perubahan pola pertumbuhan dan perkembagan dari fase vegetatif menuju fase generatif (produktif). Pada fase ini terjadi perubahan fisiologis dan biokimia pada mata tunas sedangkan secara morfologis belum terjadi perubahan secara visual. Pembungaan juga merupakan interaksi dari pengaruh dua faktor yaitu faktor eksternal (cahaya, suhu, kelembaban, curah hujan, dan unsur hara) dan faktor internal (genetik dan fitohormon) (Gardner etal. (1991) dalam Fahrianty,2012).

(25)

lingkungan tertentu, seperti suhu dan perubahan panjang hari (lama penyinaran) (Lang (1952) dalam Fahrianty, 2012).

Pada prinsipnya, terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi pembungaan, yaitu : (1) adanya hormon pembungaan atau florigen atau produksi stimulus pembungaan pada daun yang mengalihkan fase vegetatif menjadi reproduktif, (2) adanya kondisi nutrisi yang optimum pada saat yang sama dengan perubahan dalam apeks, (3) terjadi perubahan biokimia pada apeks yang mengubah dan mengkonversi nutrisi sehingga terjadi induksi pembungaan (Ryogo 1990). Pembungaan dan peristiwa-peristiwa reproduktif hingga selesainya pembentukan biji dicapai melalui sejumlah proses penyesuaian termasuk penyesuaian suhu rendah seperti vernalisasi, kepekaan terhadap panjang hari, atau terhadap intensitas sinar matahari yang dapat diterima oleh tanaman

(Fahrianty, 2012). Giberalin (���)

(26)

lebih lebih dari seratus GA telah diidentifikasi dari tanaman dan hanya sejumlah kecil dari mereka, seperti GA1 dan GA4, diperkirakan berfungsi sebagai bioaktif hormon (Heddy, (1986) dalam Annisah, 2009).

Giberelin adalah zat tumbuh yang sifatnya sama atau menyerupai hormon auksin, tetapi fungsi giberelin sedikit berbeda dengan auksin. Fungsi giberelin adalah membantu pembentukan tunas/ embrio, Jika embrio terkena air, embrio menjadi aktif dan melepaskan hormon giberelin (GA). Hormon ini memacu aleuron untuk membuat (mensintesis) dan mengeluarkan enzim. Enzim yang

dikeluarkan antara lain: enzim α-amilase, maltase, dan enzim pemecah protein. Menghambat perkecambahan dan pembentukan biji. Hal ini terjadi apabila giberelin diberikan pada bunga maka buah yang terbentuk menjadi buah tanpa biji dan sangat nyata mempengaruhi pemanjangan dan pembelahan sel. Hal itu dapat dibuktikan pada tumbuhan kerdil, jika diberi giberelin akan tumbuh normal, jika pada tumbuhan normal diberi giberelin akan tumbuh lebih cepat. Fungsi hormon

giberelin yaitu: (1) Menyebabkan tanaman berbunga sebelum waktunya, (2) Menyebabkan tanaman tumbuh tinggi, (3) Memacu aktivitas kambium, (4) Menghasilkan buah yang tidak berbiji, (5)Membantu perkecambahan biji

(27)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Masyarakat Desa Hatoguan, Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara yang berada pada ketinggian ± 930 meter diatas permukaanlaut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juli 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang merah lokal Samosir aksesi Simanindo, air, GA3, pupuk kompos, pupuk NPKMutiara (16-16-16), Sprint bawang, D. I Grow, Insektisida Matador 25 EC berbahan aktif Lamda sihalotrin, dan Trigard 75 WP berbahan aktif Siromazin dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakandalampenelitianiniadalahcangkul, gembor, meteran, tali plastik, pacak sampel, plank nama, bambu, plastik transparan, timbangan, kamera dan alat tulis – menulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu:

Faktor I: GA3 (G) dengan 5 taraf perlakuan: G1 : 50 ppm GA3

G2 : 100 ppm GA3 G3 : 150 ppm GA3 G4 : 200 ppm GA3

(28)

Faktor II: Lama perendaman (L) dengan 3 taraf perlakuan: L1 : 30 menit

L2 : 60 menit L3 : 90 menit

Kombinasi perlakuan adalah:

G1L1 G2L1 G3L1 G4L1 G5L1

G1L2 G2L2 G3L2 G4L2 G5L2

G1L3 G2L3 G3L3 G4L3 G5L3

Jumlah ulangan : 3

Perlakuan Kontrol : 3 plot Jumlah plot penelitian : 48

Jarak antar blok : 50 cm

Jarak antar plot : 30 cm

Ukuran plot : 100 cm x 120 cm

Jarak tanam : 15 cm x 20 cm

Jumlah tanaman per plot : 25

Jumlah seluruh tanaman : 1200 tanaman Tanaman sampel per plot : 5 tanaman Jumlah tanaman sampel : 240 tanaman

Data hasilpenelitiandianalisisdenganmenggunakansidikragamdenganmodel linear aditifsebagaiberikut :

(29)

Dimana:

Yijk : Hasilpengamatan pada blokke-i akibatperlakuanGA3 (G) tarafke-j dan lama perendaman (L) pada tarafke-k

µ : Nilai tengah

ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Efek perlakuan GA3 pada taraf ke-j

βk : Efek lama perendaman pada taraf ke-k

(αβ)jk : Interaksi antara perlakuan GA3 taraf ke-j dan lama perendaman taraf ke-k

εijk : Galat dari blok ke-i, GA3 ke-j dan lama perendaman ke-k

Perlakuan yang berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji beda rataan menggunakan Uji Beda Rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncant (DMRT)

(30)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Areal pertanaman yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma yang tumbuh di areal tersebut. Kemudian lahan diolah dan digemburkan menggunakan traktor dengan kedalaman kira-kira 20 cm. Setelah itu dibuat plot-plot dengan ukuran 100 cm x 120cm dan jarak antar plot-plot 30 cm serta jarak antar blok 50 cm dan parit drainase sedalam 20 cm untuk menghindari genangan air. Persiapan Bibit

Umbi bawang yang digunakan adalah umbi bawang merah lokal Samosir aksesi Simanindo. Umbi bawang diusahakan memiliki ukuran yang seragam dengan ukuran 3-5 gram per siung dan terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran yang menempel.

Aplikasi GA3

Aplikasi GA3dilakukan pada saat akan dilakukan penanaman, dilakukan sesuai dengan taraf kosentrasi GA3 dan lama perendaman.

Penanaman dan Aplikasi pupuk Kompos

Sebelum penanaman dilakukan dibuat lubang tanam dengan menggunakan tugal pada areal tanam denganjarak 15 cm x 20 cm. Pemberian kompos dilakukan pada setiap lubang tanam dengan dosis 100 gram/lubang tanam. kemudian dimasukkan satu umbi per lubang tanam dengan cara membenamkan 3/4 bagian tepat dilubang tanam dengan posisi tunas menghadap ke atas.

Aplikasi Pupuk

(31)

dengan dosis 300 kg/ha dan pupuk susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 30 hari dengan dosis 150 kg/ha. Pengaplikasian pupuk dilakukan dengan cara ditugal di samping tanaman.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyulaman, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada sore hari disesuaikan dengan kondisi lapangan (apabila hujan tanaman tidak disiram). Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dengan jumlah air merata padasetiap tanaman.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam untuk menggantikan bibit bawang yang tidak tumbuh atau mati. Bahan sisipan diambil dari bibit tanaman cadangan yang sudah disiapkan sesuai dengan perlakuan yang sudah diberikan dan memiliki pertumbuhan yang sama dengan tanaman di lapangan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul kecil (parbabo).

Pengendalian Hama dan Aplikasi Pupuk daun

(32)

sistemik. Aplikasi pupuk daun di lakukan bersamaan dengan aplikasi pestisida dengan cara mencampur pestisida dan pupuk daun. Pupuk daun yang digunakan adalah D. I Grow dengan dosis 5 ml/liter air.

Panen Umbi

Panen dilakukan pada saat bawang merah berumur 75 hari setelah tanam

setelah 70-80 % daun bagian atas telah menguning dan rebah. Pemanenan dilakukan

dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman dengan hati-hati.

PanenBiji

Panenbijidilakukanketikabiji mengering dan berwarna kehitaman serta kulit

buah sudah berwarna kecoklatan. Panen biji dilakukan 2 kali, pertama pada saat

tanaman berumur 120 hari dan panen biji ke dua dilakukan pada saat tanaman

berumur 125 hari.

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai ke ujung daun tertinggi. Tinggi tanaman dihitung mulai 2 - 7 MST dengan interval 1 minggu sekali.

Jumlah Daun per Rumpun (Helai)

Jumlah daun dihitung pada daun yang telah terbentuk sempurna per rumpun tanaman. Pengamatan dilakukan 2 – 7 MST dengan interval 1 minggu sekali.

Jumlah Umbi Bawang per Rumpun (umbi)

(33)

Jumlah Tanaman Berbunga per Plot (tanaman)

Jumlah tanaman berbunga dihitung dengan cara menghitung jumlah tanaman yang menghasilkan bunga pada setiap plot.

Jumlah Umbel per plot (umbel)

Jumlah umbel per plot dihitung dengan cara menghitung jumlah umbel yang dihasilkan pada setiap plot.

Bobot Biji per Umbel (gram)

Bobot biji per umbel dihitung dengan cara menimbang bobot biji bawang merah yang di hasilkan pada setiap umbel.

Bobot Biji per Plot (gram)

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 2 ˗ 7 MST dapat dilihat pada Lampiran 4 ˗ 15. Dari sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberelin, lama perendaman dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

Tinggi tanaman bawang merah 2 ˗ 7 MST pada perlakuan pe mberian giberelin dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 1.

(35)

Jumlah Daun per Rumpun (helai)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah daun per rumpun 2 ˗ 7 MST dapat dilihat pada Lampiran 4 ˗ 15. Dari sidik ragam terlihat bahwa

pemberian giberelin, lama perendaman dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun per rumpun.

Jumlah daun tanaman bawang merah 2 ˗ 7 MST pada perlakuan pemberian giberelin dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah daun per rumpun 2-7 MST (helai) pada pemberiangiberelin dan lama perendaman

MST

Giberelin (ppm) Lama Perendaman (menit) Rataan

(36)

Jumlah Umbi Bawang per Rumpun (umbi)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah umbi bawang per rumpun 2 ˗ 7 MST dapat dilihat pada Lampiran 26 dan 27. Dari sidik ragam terlihat bahwa

pemberian giberelin, lama perendaman dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi bawang per rumpun.

Jumlah umbi bawang pada pemberiangiberelin dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa kombinasi perlakuan L2G5( lama perendaman 60 menit dan giberelin 250 ppm) merupakan perlakuan dengan jumlah umbi tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Tabel 3. Jumlah umbi bawang per rumpun (umbi) pada pemberiangiberelin dan lama perendaman

Jumlah Tanaman Berbunga per Plot (tanaman)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah tanaman berbunga per plot dapat dilihat pada Lampiran 28 dan 29. Dari sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberelin, lama perendaman dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah tanaman berbunga per plot.

(37)

Tabel 4. Rataanjumlah tanaman berbungaper plot (tanaman) pada pemberiangiberelin dan lama perendaman

Perendaman G1

Jumlah Umbel per Plot (umbel)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah tanaman berbunga per plot dapat dilihat pada Lampiran 30 dan 31. Dari sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberelin berpengaruh nyata, lama perendamandan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbel per plot.

Jumlah umbel per plotpada pemberiangiberelin dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 5. Dari tabel tersebut terlihat bahwa kombinasi perlakuan L3G4( lama perendaman 90 menit dan giberelin 200 ppm) merupakan perlakuan dengan jumlah umbel per plot terbanyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tabel 5. Jumlah umbel per plot (umbel) pada pemberiangiberelin dan lama

perendaman

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Bobot Biji Per Umbel (gram)

(38)

Bobot biji per umbelpada pemberiangiberelin dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 6. Dari tabel tersebut terlihat bahwa kombinasi perlakuan L3G4( lama perendaman 90 menit dan giberelin 200 ppm) merupakan perlakuan dengan jumlah umbel per plot terbanyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Tabel 6. Bobot biji per umbel (g) pada pemberiangiberelin dan lama perendaman

Perendaman G1

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Bobot Biji Per Plot (gram)

Data hasil pengamatan bobot biji per plot dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 34 dan 35. Hasil sidik ragam bahwa perlakuan pemberian giberelin, lama perendamanserta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biji per plot.

Bobot biji per plot tanaman bawang pada pemberiangiberelin dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 7. Dari tabel tersebut terlihat bahwa kombinasi perlakuan L3G4( lama perendaman 90 menit dan giberelin 200 ppm) merupakan perlakuan dengan bobot biji per plot tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Tabel 7. Bobot biji per plot(gram) pada pemberiangiberelin dan lama perendaman

(39)

Pemberian giberelin terhadap pembungaan bawangmerahdi dataran tinggi samosir

Pemberiangiberelin berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun,jumlah umbi bawang per rumpun, bobot biji per plot, namun berpengaruh nyata terhadap jumlah tanaman berbunga per plot, bobot biji per umbel, dan jumlah umbel per plot. Hasil yang diperoleh sejalan dengan penelitian Sumarni dan Sumiati (2011) pada tanaman bawang merah yang menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif bawang merah yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah umbi bawang ternyata tidak dipengaruhi oleh perlakuan zat pengatur tumbuh GA3, kenyataan ini kemungkinan disebabkan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan tanaman bawang merah lebih ditentukan oleh faktor genetic atau varietas bukan oleh perlakuan zat pengatur tumbuh GA3.

Hasil penelitian Claudia (2009) pada tanaman spatifilium juga menyatakan bahwa aplikasi giberelin (GA3) tidak berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah daun, panjang tangkai bunga, dan diameter bunga. Hal ini dikarenakan respon tanaman yang sering muncul karena aktivitas giberelin adalah peningkatan pemanjangan sel dan terutama terjadi pada bagian belakang batang, selain itu juga mendorong dan menstimulasi terjadinya pembungaan.

(40)

Zat penghambat ini menghambat biositesis GA dan mengurangi kadarnya di dalam tanaman. Jika GA sangat diperlukan untuk pembungaan, penghambatan produksinya akan mencegah terjadinya pembungaan. Pembungaan akan terjadi kembali jika defisiensi GA endogen ini diberikan aplikasi GA dari luar.

Pengaruh lama perendaman terhadap pembungaan bawang merahdi dataran tinggi samosir

Perlakuan lama perendaman berpengaruh tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi bawang per plot, bobot biji per plot, namun berpengaruh nyata terhadap jumlah tanaman berbunga per plot dan bobot biji per umbel.

Lama perendaman dalam larutan giberelin berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi bawang per rumpun, bobot biji per plot, dan jumlah umbel per plot. Hal ini dikarenakan peran giberelin lebih dominan terhadap inisiasi pembungaan sehingga pasa parameter tersebut perendaman dalam larutan GA3 berpengaruh tidak nyata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sponsel (1995) yang menyatakan bahwa giberelin dapat menggantikan kondisi lingkungan spesifik guna mengendalikan pertumbuhan bunga. Inisiasi pembugaan yang disebabkan oleh giberelin menginduksi pembungaan pada tanaman hari pendek.

Tanggap pembungaan bawangmerah terhadap interaksi aplikasi giberelin dan lama perendaman di dataran tinggi samosir

(41)

Hasil analisis dan sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi pemberian giberelin dan lama perendaman terhadap jumlah tanaman berbunga per plot berpengaruh nyata. Pada jumlah tanaman berbunga per plot dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan L3G4 menunjukkan angka jumlah tanaman berbungaper plot tertinggi yaitu 11,33 tanaman dan kombinasi perlakuan terendah yaitu L1G1 dan L1G2 yaitu 7 tanaman. Hal ini diduga karena pemberian 150 ppm GA3 dan dengan perendaman 90 menit tampaknya memberikan keseimbangan hormonal paling baik untuk merangsang inisiasi pembungaan sehingga menghasilkan jumlah pembungaan paling banyak. Hal ini sesuai dengan literatur Sumarni dan Sumiati (2001) yang menyatakan bahwa inisiasi pembungaan juga dikendaikan oleh zat pengatur tumbuh giberelin yang dapat merangsang pembungaan.

(42)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Tanggap pembungaan bawang merah terhadap aplikasi GA3 berpengaruh nyata terhadap jumlah tanaman berbunga per plot, bobot biji per umbel dan jumlah umbel per plot.

2. Tanggap pembungaan bawang merah terhadap lama perendaman GA3 berpengaruh nyata terhadap jumlah tanaman bunga per plot dan bobot biji per umbel.

3. Interaksi tanggap pembungaan dan pembentukan biji bawang merah terhadap aplikasi GA3 dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga per plot dan bobot biji per umbel, dengan lama perendaman 90 menit dan pemberian GA3 sebanyak 200 ppm.

Saran

(43)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2004. Pedoman Bertanam Bawang. Kanisius, Yogyakarta.

Annisah., 2009. Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah

Partenokarpi Pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka (Citrullus vulgarisSchard). Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Badan Pusat Statistik. 2011. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah diakses dari http://www.bps.go.id tanggal 03 Agustus 2013.

Baswarsiati, F. Kasijadi dan Abu. Pengaruh Pupuk Ammophos Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah.

Budiono, D. P. 2004. Multiplikasi Invitro Tunas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Pada Berbagai Taraf Konsentrasi Air Kelapa.

Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian, Jakarta. Dewi, A. I . R., 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon Bagi Pertumbuhan

Tanaman. Universitas Padjajaran, Bandung.

Ditjen BP Hortikultura. 2008. Perkiraan Kebutuhan Bawang Merah Indonesia. Fahrianty, D. 2012. Peran Vernalisasi dan Zat Pengatur Tumbuh Dalam

Peningkatan Pembungaan dan Produksi Biji Bawang Merah di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hapsoh dan Y. Hasanah. 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. USU Press, Medan.

Handayani, D. P. 2004. Pengaruh Jenis Sitokinin Dan Air Kelapa Terhadap Multiplikasi Tunas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) cv Sumenep Secara Invitro. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hervani, D., L. Syukriani, E. Swasti dan Erbasrida. 2008. Teknologi Budidaya Bawang Merah Pada Beberapa Media Dalam Pot Di Kota Padang. Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.

Jasmi. 2012. Pengaruh Vernalisasi Umbi Terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Pembungaan Bawang Merah (Allium cepa L. Aggregatum group) di Dataran Rendah. Tesis. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Nurhayati, L. I., 2003. Erapan Kadmium Pada Tanah Inseptisol Brebes Dengan Tanaman Indikator Tanaman Bawang Merah. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Putrasamedja, S. dan Suwandi., 1996. Bawang Merah di Indonesia. Balai

(44)

Rukmana, R., 1994. Bawang Merah Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta.

Rukmana, E., 2005. Teknik Pelaksanaan Kegiatan Efikasi Zat Perangsang Tumbuh Pada Bawang Merah. Buletin Teknik Pertanian Vol. 9. No 2, 2005. Setyowati, E. A., 2003. Penjerapan Timbal Pada Tanah Aluvial Brebes Dengan

Tanaman Indikator Bawang Merah. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sinartani. 2012. Teknologi Pengembangan Bawang Merah di Kawasan Danau

Toba. Agroinovasi Edisi 11 -17 No. 3439, Tahun XLII.

Sumarni, N., dan Hidayat, A. 2005. Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang.

Sumarni, N.,Setiawati, W., Wulandari, A dan Ahsol, A., 2012. Perbaikan

Teknologi Produksi Benih Bawang Merah (TSS) Untuk Meningkatkan Seed Set. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang.

Sumarni, N. dan Soetiarso, T. A., 1998. Pengaruh Waktu Tanam dan Ukuran Umbi Bibit Terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Biaya Produksi Biji Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Vol. 8. No. 2, 1998, Lembang.

Wibowo, S., 2007. Budidaya Bawang Merah, Bawang Putih, dan Bawang Bombay. Penebar Swadaya, Jakarta.

(45)

Lampiran 1: Deskripsi Bawang MerahVarietas Medan

Asal : Samosir

Tinggitanaman : 26,9-41,3 cm Jumlahanakan : 6-12

Bentukdaun : Silindrisberlubang

Warnadaun : Hijau

Jumlahdaun : 22-43 helai

Umurpanen : ±70 HST

Pembungaan : 52 hari, mudahberbunga

Jumlahbiji : 120-160

Tangkaibunga/ rumpun : 2-6 Buah/tangkai : 60-100

Biji : Bulat, gepeng, keriput, berwarnahitam Bentukumbi : Bulatdenganujungruncing

Potensiproduksi : 7,4 ton/ha

SusutBobot : 25%

(46)

Lampiran2.Bagan Plot Penelitian

BLOK I BLOK II BLOK III

Lampiran 3. Bagan Letak Tanaman Pada Plot

(47)

Lamiran 4. Data Tinggi Tanaman 2 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 5. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST

(48)

Lampiran 6. Data Tinggi Tanaman 3 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 7. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST

(49)

Lampiran 8. Data Tinggi Tanaman 4 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 9. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST

(50)

Lampiran 10. Data Tinggi Tanaman 5 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 11. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST

(51)

Lampiran 12. Data Tinggi Tanaman 6 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 13. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST

(52)

Lampiran 14. Data Tinggi Tanaman 7 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 15. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST

(53)

Lampiran 16. Data Jumlah Daun 2 MST (Helai)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 17. Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST

(54)

Lampiran 18. Data Jumlah Daun 3 MST (Helai)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 19. Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST

(55)

Lampiran 20. Data Jumlah Daun 4 MST (Helai)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 21. Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST

(56)

Lampiran 22. Data Jumlah Daun 5 MST (Helai)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 23. Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST

(57)

Lampiran 24. Data Jumlah Daun 6 MST (Helai)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 25. Sidik Ragam Jumlah Daun 7 MST

(58)

Lampiran 26. Data Jumlah Umbi Bawang per Rumpun (umbi)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 27. Sidik Ragam Jumlah Umbi Bawang per Rumpun

(59)

Lampiran 28. Data Jumlah Tanaman Berbunga Per Plot (Tanaman)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 29. Sidik Ragam Jumlah Tanaman Berbunga per Plot

(60)

Lampiran 30. Data Jumlah Umbel per Plot (umbel)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 31. Sidik Ragam Jumlah Umbel per Plot

(61)

Lampiran 32. Data Bobot Biji Per Umbel (gram)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 33. Sidik Ragam Bobot Biji Per Umbel

(62)

Lampiran 34. Data Bobot Biji Per Plot (gram)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 35. Sidik Ragam Bobot biji perPlot

Gambar

Tabel 1. Tinggi tanaman 2˗ 7 MST (cm) pada perlakuan pemberian giberelin dan lama perendaman
Tabel 2. Jumlah daun per rumpun 2-7 MST (helai) pada pemberiangiberelin dan lama perendaman
Tabel 3. Jumlah umbi bawang per rumpun (umbi) pada pemberiangiberelin dan lama perendaman
Tabel 5. Jumlah umbel per plot (umbel) pada pemberiangiberelin dan lama
+2

Referensi

Dokumen terkait

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan per rumpun, persentase tanaman berbunga, jumlah umbel per rumpun, jumlah umbel per plot, bobot biji per

japonicum menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar per tanaman, jumlah polong per tanaman dan bobot biji per plot, sedangkan pada konsentrasi Giberelin

Hasil yang diperoleh sejalan dengan penelitian Sumarni dan Sumiati (2001) pada tanaman bawang merah yang menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif bawang merah yaitu

Tanaman bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang.. gembur, subur, banyak mengandung bahan organik atau humus,

Varietas bawang merah Pancasona menghasilkan jumlah tanaman yang berbunga dan jumlah umbel bunga per petak tidak berbeda nyata dengan varietas Mentes, namun jumlah umbel bunga

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan per rumpun, persentase tanaman berbunga, jumlah umbel per rumpun, jumlah umbel per plot, bobot biji per

Parameter yang diamati adalah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan per rumpun, persentase tanaman berbunga per plot, jumlah umbel per sampel, bobot biji per sampel, bobot

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama perendaman dan konsentrasi giberelin serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah,