PRODUKSI BUNGA DAN BIJI BAWANG MERAH LOKAL SAMOSIR (Allium ascalonicum) PADA BEBERAPA KONSENTRASI GA3 DAN DOSIS BORON
SKRIPSI
OLEH :
FAJAR YANDI SIAHAAN / 090301096 AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
PRODUKSI BUNGA DAN BIJI BAWANG MERAH LOKAL SAMOSIR (Allium ascalonicum) PADA BEBERAPA KONSENTRASI GA3 DAN DOSIS BORON
SKRIPSI
OLEH :
FAJAR YANDI SIAHAAN / 090301096 AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Produksi Bunga dan Biji Bawang Merah Lokal Samosir (Allium ascalonicum) Pada Beberapa Konsentrasi GA3 dan Dosis Boron
Nama : Fajar Yandi Siahaan
NIM : 090301096
Program Studi : Agroekoteknologi
Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan
Disetujui oleh Dosen Komisi Pembimbing
(Ir.Toga Simanungkalit, M.P) (Ir. Mariati, M. Sc)
Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
FAJAR YANDI SIAHAAN : Produksi Bunga dan Biji Bawang Merah Lokal Samosir (Allium ascalonicum) pada Beberapa Konsentrasi GA3 dan Dosis Boron, dibimbing oleh
TOGA SIMANUNGKALIT dan MARIATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian GA3 dan pupuk
Boron terhadap pembungaan dan produksi biji bawang merah. Penelitian dilaksanakan di lahan masyarakat Desa Hatoguan, Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat + 830 meter di atas permukaan laut, yang dimulai bulan Februari sampai Juli 2014. Rancangan penelitian adalah rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi GA3 (0, 50ppm, 100ppm, 150ppm, 200ppm
dan 250ppm) dan dosis pupuk Boron (0; 1,5kg/ha; 3kg/ha dan 4,5kg/ha). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan per rumpun, persentase tanaman berbunga, jumlah umbel per rumpun, jumlah umbel per plot, bobot biji per rumpun, bobot biji per umbel, bobot biji per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi GA3 dan pupuk Boron terhadap jumlah anakan per rumpun. Kombinasi perlakuan
G5B1 dan G4B3 menghasilkan jumlah anakan per rumpun terbanyak yaitu 8,58 anakan. Konsentrasi GA3 berpengaruh nyata terhadap persentase tanaman berbunga per plot.
Konsentrasi GA3 200 ppm menghasilkan persentase tanaman per plot tertinggi yaitu
41,27%. Pemberian pupuk Boron berpengaruh nyata terhadap bobot biji per umbel. Dosis boron 3 kg/ha menghasilkan bobot biji per umbel tertinggi yaitu 0,79 gr. Tetapi tidak kelihatan pengaruh nyata GA3dan boron terhadap panjang tanaman, jumlah daun, jumlah
umbel per rumpun dan per plot, bobot biji per rumpun dan per plot.
Kata kunci : Bawang merah, GA3, Boron
FAJAR YANDI SIAHAAN. Flowering and Seed Production of Shallot (Allium ascalonicum) on Concentration of GA3 and Dose of Boron , supervised by TOGA
SIMANUNGKALIT and MARIATI.
The purpose of the study was to evaluate the effect of GA3 and Boron applicationon
the flowering and seed production of shallot. The research was conducted at the village comunity land Hatoguan Village, Subdistrict Palipi, Samosir Regency, North Sumatera Province with the height of ± 830 metres above sea level, began from Februari until July 2014. The research was arranged with a randomized block design with two factors. The
first factor was concentration of GA3 (0, 50ppm, 100ppm, 150ppm, 200ppm and 250ppm)
and the second was dose ofB (0; 1,5kg/ha; 3kg/ha and 4,5kg/ha). The parameters observed were plant lenght, leaves number , tillers number per hill, percentage of flowering plants per plot, umbels number per hill, umbels number per plot, seeds weight per hill, seeds weight per umbel, seeds weight per plot. The result showed that the interaction of concentration of GA3 and dose of boron fertilizer significantly affected tillers number per
hill, with the good tillers number per hill was 8,58 tillers. GA3 application significantly
affected percentage of flowering plants per plot. The efficient concenration of GA3 to
improve the percentage of flowering plants per plot was 200 ppm (G4). Boron fertilizer application significantly affected seeds weight per umbel. Optimum dose of boron to improve the good seeds weight per umbel was 3 kg/ha. However concentration of GA3 and
dose of boron did not affected plant lenght, leaves number , umbels number per hill and per plot, seeds weight per hill and per plot.
Keywords : Shallot, GA3, Boron fertilizer
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 13Juli 1991 dari Bapak H. Siahaan
Penulis lulus dari SMA Negeri 5 Medan pada tahun 2009 dan diterima di Program
Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui
UMB-SPMB (Ujian Masuk Bersama-Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) kemudian memilih
minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis terdaftar sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek). Penulis melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) pada bulan Juli sampai Agustus tahun 2012 di PTP. Nusantara III
Kebun Sei Putih, Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Produksi Bunga dan Biji Bawang Merah Lokal Samosir (Allium ascalonicum)
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir.
Toga Simanungkalit, M.P selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu
selama penulisan skripsi ini. Juga kepada seluruh staf pengajar, staf pegawai serta sahabat
khususnya angkatan 2009 di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
yang telah banyak membantu dalam kelancaran penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga
hasil skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.
Medan, April 2015
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
... DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman... 4
Syarat Tumbuh Iklim ... 5
Tanah ... 6
Pembungaan, Pembentukan Buah dan Biji Bawang Merah ... 7
Giberelin (GA3) ... 8
Pupuk Boron ... 10
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 12
Bahan dan Alat ... 12
Metode Penelitian ... 12
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan... 15
Persiapan Bibit... 15
Perendaman dalam Larutan GA3 ... 15
Penanaman ... 16
Aplikasi Pupuk Boron ... 16
Penyulaman ... 16
Pemupukan ... 16
Penyiangan dan Pembumbunan ... 16
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 17
Panen Biji ... 17
Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm) ... 17
Jumlah Daun (helai) ... 17
Jumlah Anakan per Rumpun (anakan) ... 17
Persentase Tanaman Berbunga per Plot (%) ... 18
Jumlah Umbel per Rumpun (buah) ... 18
Jumlah Umbel per Plot (buah) ... 18
Bobot Biji per Rumpun (g) ... 18
Bobot Biji per Umbel (g) ... 18
Bobot Biji per Plot (g) ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19
Pembahasan ... 32
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37
Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
No. Hal.
1. Rataan tinggi tanaman2-7 MST (cm) pada pemberian GA3 dan pupuk boron
... 20 2. Rataan jumlah daun per rumpun 2-7 MST (anakan) pada pemberian GA3 dan
pupuk boron ... 22 3. Rataan jumlah anakan per rumpun (anakan) pada pemberian GA3 dan pupuk
boron ... 23 4. Rataan persentase tanaman berbunga (%) pada pemberian GA3 dan pupuk
boron ... 25 5. Rataan jumlah umbel per rumpun (buah) pada pemberian GA3 dan pupuk boron
... 27 6. Rataan jumlah umbel per plot (buah) pada pemberian GA3 dan pupuk boron
... 28 7. Rataan bobot biji per rumpun (g) pada pemberian GA3 dan pupuk boron .... 29
8. Rataan bobot biji per umbel (g) pada pemberian GA3 dan pupuk boron ... 30
9. Rataan bobot biji per plot (g) pada pemberian GA3 dan pupuk boron ... 31
No. Hal.
1. Kurva interaksi GA3 dan pupuk Boron terhadap jumlah anakan per rumpun
... 24 2. Grafik hubungan konsentrasi larutan GA3 terhadap persentase tanaman
berbunga ... 26 3. Grafik hubungan terhadap bobot biji per umbel dengan pemberian beberapa
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Deskripsi bawang merah varietas Medan ... 40
2. Hasil analisis tanah ... 41
3. Bagan penelitian ... 42
4. Bagan penanaman pada plot ... 43
5. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian ... 44
6. Data pengamatan tinggi tanaman 2 MST (cm) ... 45
7. Sidik ragam tinggi tanaman 2 MST ... 46
8. Data pengamatan tinggi tanaman 3 MST (cm) ... 47
9. Sidik ragam tinggi tanaman 3 MST ... 48
10. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm) ... 49
11. Sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ... 50
12. Data pengamatan tinggi tanaman 5 MST (cm) ... 51
13. Sidik ragam tinggi tanaman 5 MST ... 52
14. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm) ... 53
15. Sidik ragam tinggi tanaman 6 MST ... 54
16. Data pengamatan tinggi tanaman 7 MST (cm) ... 55
17. Sidik ragam tinggi tanaman 7 MST ... 56
18. Data pengamatan jumlah daun 2 MST (helai) ... 57
19. Sidik ragam jumlah daun 2 MST ... 58
20. Data pengamatan jumlah daun 3 MST (helai) ... 59
21. Sidik ragam jumlah daun per 3 MST ... 60
22. Data pengamatan jumlah daun 4 MST (helai) ... 61
23. Sidik ragam jumlah daun 4 MST ... 62
24. Data pengamatan jumlah daun 5 MST (helai) ... 63
25. Sidik ragam jumlah daun 5 MST ... 64
26. Data pengamatan jumlah daun 6 MST (helai) ... 65
27. Sidik ragam jumlah daun 6 MST ... 66
28. Data pengamatan jumlah daun 7 MST (helai) ... 67
29. Sidik ragam jumlah daun 7 MST ... 68
30. Data pengamatan jumlah anakan per rumpun (anakan) ... 69
31. Sidik ragam jumlah anakan per rumpun ... 70
32. Data Transformasi Arcsin √Xpengamatan persentase tanaman berbunga per plot (%) ... 71
33. Sidik ragam persentase tanaman berbungaper plot (%) ... 72
34. Data Transformasi√Xpengamatan jumlah umbel per plot(buah) ... 73
35. Sidik ragam jumlah umbel per plot ... 74
36. Data pengamatan jumlah umbel per rumpun (buah) ... 75
37. Sidik ragam jumlah umbel per rumpun ... 76
38. Data Transformasi√X+0.5pengamatan bobot biji per plot (g) ... 77
40. Data Transformasi√X+0.5pengamatan bobot biji per rumpun (g) ... 79
41. Sidik ragam bobot biji per rumpun ... 80
42. Data Transformasi√X+0.5pengamatan bobot biji per umbel (g) ... 81
43. Sidik ragam bobot biji per umbel ... 82
ABSTRAK
FAJAR YANDI SIAHAAN : Produksi Bunga dan Biji Bawang Merah Lokal Samosir (Allium ascalonicum) pada Beberapa Konsentrasi GA3 dan Dosis Boron, dibimbing oleh
TOGA SIMANUNGKALIT dan MARIATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian GA3 dan pupuk
Boron terhadap pembungaan dan produksi biji bawang merah. Penelitian dilaksanakan di lahan masyarakat Desa Hatoguan, Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat + 830 meter di atas permukaan laut, yang dimulai bulan Februari sampai Juli 2014. Rancangan penelitian adalah rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi GA3 (0, 50ppm, 100ppm, 150ppm, 200ppm
dan 250ppm) dan dosis pupuk Boron (0; 1,5kg/ha; 3kg/ha dan 4,5kg/ha). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan per rumpun, persentase tanaman berbunga, jumlah umbel per rumpun, jumlah umbel per plot, bobot biji per rumpun, bobot biji per umbel, bobot biji per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi GA3 dan pupuk Boron terhadap jumlah anakan per rumpun. Kombinasi perlakuan
G5B1 dan G4B3 menghasilkan jumlah anakan per rumpun terbanyak yaitu 8,58 anakan. Konsentrasi GA3 berpengaruh nyata terhadap persentase tanaman berbunga per plot.
Konsentrasi GA3 200 ppm menghasilkan persentase tanaman per plot tertinggi yaitu
41,27%. Pemberian pupuk Boron berpengaruh nyata terhadap bobot biji per umbel. Dosis boron 3 kg/ha menghasilkan bobot biji per umbel tertinggi yaitu 0,79 gr. Tetapi tidak kelihatan pengaruh nyata GA3dan boron terhadap panjang tanaman, jumlah daun, jumlah
umbel per rumpun dan per plot, bobot biji per rumpun dan per plot.
Kata kunci : Bawang merah, GA3, Boron
FAJAR YANDI SIAHAAN. Flowering and Seed Production of Shallot (Allium ascalonicum) on Concentration of GA3 and Dose of Boron , supervised by TOGA
SIMANUNGKALIT and MARIATI.
The purpose of the study was to evaluate the effect of GA3 and Boron applicationon
the flowering and seed production of shallot. The research was conducted at the village comunity land Hatoguan Village, Subdistrict Palipi, Samosir Regency, North Sumatera Province with the height of ± 830 metres above sea level, began from Februari until July 2014. The research was arranged with a randomized block design with two factors. The
first factor was concentration of GA3 (0, 50ppm, 100ppm, 150ppm, 200ppm and 250ppm)
and the second was dose ofB (0; 1,5kg/ha; 3kg/ha and 4,5kg/ha). The parameters observed were plant lenght, leaves number , tillers number per hill, percentage of flowering plants per plot, umbels number per hill, umbels number per plot, seeds weight per hill, seeds weight per umbel, seeds weight per plot. The result showed that the interaction of concentration of GA3 and dose of boron fertilizer significantly affected tillers number per
hill, with the good tillers number per hill was 8,58 tillers. GA3 application significantly
affected percentage of flowering plants per plot. The efficient concenration of GA3 to
improve the percentage of flowering plants per plot was 200 ppm (G4). Boron fertilizer application significantly affected seeds weight per umbel. Optimum dose of boron to improve the good seeds weight per umbel was 3 kg/ha. However concentration of GA3 and
dose of boron did not affected plant lenght, leaves number , umbels number per hill and per plot, seeds weight per hill and per plot.
Keywords : Shallot, GA3, Boron fertilizer
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 13Juli 1991 dari Bapak H. Siahaan
PENDAHULUAN Latar belakang
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti
penting bagi masyarakat baik dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi maupun dari
kandungan gizinya. Maka dari itu, permintaan bawang merah sangat tinggi, bahkan
cenderung meningkat dari tahun ke tahun.Permintaan akan bawang merah yang terus
meningkat perlu diimbangi dengan peningkatan produksi bawang merah.
Produksi bawang merah Provinsi Sumatera Utara berada pada urutan kedelapan
nasional yang mengalami ketidakstabilan produksi. Pada tahun 2009 mencapai 12.665 ton
dengan luas panen 1.379 ha, kemudian pada tahun 2010 menurun menjadi hanya 9.413 ton
dari luas panen 1.360 ha, dan kembali naik pada 2011 sebesar 12.449 ton dari luas areal
panen 1.384 ha. Sehingga rata-rata produktivitas bawang merah di daerah ini hanya
mencapai 8,99 ton/ha pada tahun 2011 dari 6,92 ton/ha pada 2010 serta 9,18 ton/ha pada
tahun 2009, sedangkan produksi total nasional sebesar 965.164 ton dengan produktivitas
9,28 ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2012).
Peningkatan produksi bawang merah dihadapkan pada masalah kelangkaan benih
yang bermutu dan harga benih yang mahal. Selama ini para petani masih menggunakan
umbi bibit sebagai bahan tanam. Penggunaan umbi bibit sebagai bahan tanam
menghabiskan biaya produksi yang tinggi, mencakup gudang untuk penyimpanan benih,
kehilangan selama penyimpanan karena rusak dan berkecambah, serangan penyakit tular
benih, dan juga mutu umbi bibit yang kurang terjamin karena membawa patogen penyakit
dari tanaman asalnya. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
menggunakan biji botani atau true shallot seed (TSS).
Penggunaan TSS untuk budidaya bawang merah masih belum banyak dilakukan.
mudah, kebutuhan benih lebih sedikit dan menghasilkan tanaman yang bebas penyakit
tular benih. Masalah utama dalam produksi TSS di Indonesia adalah kemampuan berbunga
dan menghasilkan biji bawang merah masih rendah, hanya sekitar 30% di dataran tinggi.
Begitu pula teknik produksi TSS yang baik dan efisien masih belum diketahui.
Rendahnya pembungaan bawang merah disebabkan oleh faktor cuaca di Indonesia,
terutama panjang hari yang pendek (<12jam) dan rerata suhu udara yang cukup tinggi
(>18oC) tidak mendukung terjadinya inisiasi pembungaan. Untuk terjadinya inisiasi
pembungaan diperlukan suhu rendah (9-12oC) dan fotoperiodisitas >12jam (Brewster
(1994).
Salah satu efek yang paling nyata dari giberelin adalah pada modifikasi
pertumbuhan tanaman, namun efeknya bermacam-macam dan berlainan dari oragan ke
organ dan dari tanaman ke tanaman. Proses modifikasi itu dapat melalui pola pembelahan
sel yang berubah yang mengakibatkan terbentuknya organ –organ lain, atau melalui
perobahan dalam enzim yang dihasilkan sehingga tanaman tertentu menjadi berbunga
dengan mengubah organ vegetatif menjadi organ floral, juga terhadap pengeluaran bunga
dan perobahan jenis kelamin bunga (Sumarni dan Sumiati, 2001).
Peningkatan pembungaan tidak selalu diikuti dengan produksi biji yang tinggi.
Serbuk sari yang viabel merupakan syarat untuk pembentukan biji dan buah. Dari hasil
penelitian Ockedon & Gates (1976), bawang bombay yang memiliki viabilitas serbuk sari
yang rendah, dengan aplikasi pupuk boron dapat meningkatkan viabilitas serbuk sari dan
pertumbuhan tabung serbuk sari. Juga pada hasil penelitian Rosliani dkk (2012), aplikasi
boron dengan dosis 3 kg/ha pada tanaman bawang merah dapat meningkatkan jumlah biji
per umbel 50,4 %, bobot biji per umbel 42,3%, bobot benih per rumpun 85,8%, dan bobot
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna
mengetahui tanggap pembentukan bunga dan produksi biji bawang merah
(Allium ascalonicum) lokal samosir terhadap perlakuan pemberian GA3 dan pupuk boron.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konsentrasi GA3 dan dosis boron
dalam meningkatkan pembungaan dan produksi biji bawang merah lokal
samosir (Allium ascalonicum).
Hipotesis Penelitian
Kombinasi GA3 dan boron dapat meningkatkan pembungaan dan produksi
bijibawang merah.Pemberian GA3 dan boron pada dosis yang tepat dapat meningkatkan
pembungaan dan produksi biji bawang merah.
Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan penyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, serta
sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Menurut Tjitrosoepomo (2005) sistematika tanaman bawang merah termasuk ke
dalam Kingdom Plantae; Divisi Spermatophyta; Subdivisi Angiospermae; Kelas
Monocotyledonae; Ordo Liliales; Famili Liliaceae; Genus Allium; Spesies Allium
ascalonicum.
Bawang merah merupakan tanaman semusim berbentuk rumpun yang tumbuh
tidak panjang. Karena sifat perakaran inilah, bawang merah tidak tahan kering (Sunarjono
dan Soedomo, 1983).
Tanaman bawang merah memilki batang sejati atau disebut “discus” yang
bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya perakaran dan mata
tunas (titik tumbuh). Di bagian atas discus terbentuk batang semu tersusun dari
pelepah-pelepah daun. Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah fungsinya menjadi
umbi lapis (bulbus) (Sudirja, 2010).
Bentuk daun bawang seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50 – 70cm,
berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau tua, dan letak
daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek (Tim Bina Karya Tani, 2008).
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang
bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan
dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang di dalamnya.
Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai
30-50cm. Sedangkan kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek, antara 0,2 - 0,6 cm
(Sunarjono dan Soedomo,1983).
Tangkai bunga keluar titik tumbuh,dan panjangnya berkisar antara 30-90cm,
dan di ujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah
berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga yang berwarna
putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah
berbentuk hampir segitiga (Sudirja, 2010).
Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3
butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua
menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan
Syarat Tumbuh Iklim
Bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yakni pada
ketinggian antara 0 – 900 m di atas permukaan air laut. Namun tanaman bawang merah
sangat bagus dan memberikan hasil optimum, baik kualitas maupun kuantitas, apabila
ditanam di daerah dengan ketinggian sampai dengan 250 m di atas permukaan laut.
Bawang merah yang ditanam di ketinggian 800 – 900 m di atas permukaan laut hasilnya
kurang baik. Selain umur panennya lebih panjang, umbi yang dihasilkan pun kecil-kecil
(Sumarni dan Hidayat, 2005).
Produksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim agak
kering, udara panas dengan sinar matahari 70%, karena bawang merah termasuk tanaman
yang memerlukan sinar matahari cukup panjang (long day plant). Tiupan angin sepoi-sepoi
berpengaruh baik terhadap laju proses fotosintesis dan hasil umbinya akan tinggi (Hapsoh
dan Hasanah, 2011).
Tanaman bawang merah tumbuh baik di daerah yang bersuhu 25-32°C dengan
iklim kering, dan yang paling baik jika suhu rata-ratanya 30°C (Wibowo, 2007).
Pembungaan pada bawang bisa terjadi pada suhu yang lebih rendah lagi, yaitu 10°C-15°C,
meskipun demikian suhu ini belum menjamin tanaman bawang merah bisa membentuk
bunga atau biji. Tanaman bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi di dataran
tinggi, tetapi umur tanamnya menjadi lebih panjang 0,5-1 bulan dan hasil umbinya lebih
rendah (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Tanah
Tanaman ini memerlukan tanah tekstur sedang sampai liat, drainase/ aerase baik,
mengandung bahan organik, dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah 5,6 - 6,5). Tanah
dengan tanah humus (Sutarya dan Grubben, 1995). Tanah yang cukup lembab dan air tidak
menggenang disukai oleh tanaman bawang merah (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Jenis tanah yang paling baik untuk ditanami tanaman bawang merah adalah tanah
lempung berpasir karena sifat tanah yang demikian ini mempunyai aerasi yang bagus dan
drainasenya pun baik. Tanah yang demikian ini mempunyai perbandingan yang seimbang
antara fraksi liat, pasir dan debu (Sunarjono dan Soedomo, 1983).
Bawang merah dapat ditanam di tanah datar hingga berbukit dan pada tanah datar
harus dibuatkan saluran drainase dan di daerah berbukit sebaiknya dibuatkan teras. Lahan
untuk tanaman bawang merah sebaiknya bukan bekas bawang merah, tetapi telah dirotasi
dengan tanaman lain, seperti bekas padi atau tanaman lain. Tujuannya supaya rantai siklus
hama penyakit yang ada di tanah terputus (Sinartani, 2012).
Pembungaan, Pembentukan Buah dan Biji Bawang Merah
Pembungaan adalah suatu gejala adanya peralihan dari masa vegetatif ke masa
generatif yang sebagian ditentukan oleh faktor genetik yang sifatnya turun – temurun dan
sebagian lagi ditentukan oleh faktor lingkungan.Panjang hari dan temperatur udara
merupakan faktor lingkungan yang banyak berpengaruh terhadap pembungaan. Untuk
dapat berbunga, bawang merah membutuhkan temperatur udara rendah (7˚C - 12˚ C) dan
fotoperiodisitas panjang diatas 12 jam. Selain itu, tanaman baru dapat menghasilkan bunga
setelah mencapai masa kedewasaannya (Brewster, 1994).
Faktor genetik yang mempengaruhi pembungaan yaitu umur tanaman, hormon
pertumbuhan, dan nutrisi. Tanaman mencapai fase pembungaan pada umur (atau ukuran)
yang berbeda. Hormon-hormon yang mempengaruhi pembungaan terutama adalah asam
giberelin dan auksin. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi pembungaan yaitu
Pembentukan buah dimulai dengan proses penyerbukan yang meliputi tumbuhnya
butir – butir serbuk sari di atas permukaan stigma. Selanjutnya serbuk sari membentuk
tabung sari dan masuk ke tangkai putik melalui jaringan transmisi tabung sari untuk
mencapai bakal biji. Pembuahan (fertilisasi) terjadi saat serbuk sari (sel jantan) membuahi
sel telur di dalam bakal buah. Perkembangan buah dipengaruhi oleh keberhasilan
penyerbukan pada stigma sampai pada pembentukan biji pada buah dan banyak proses
terjadi yang melibatkan interaksi antara bagian – bagian bunga jantan dan betina
(Fahrianty, 2012).
Buah dan biji terbentuk dari hasil penyerbukan dan pembuahan yang terjadi pada
ovul / bakal biji. Jumlah buah dan biji masak yang terbentuk pada tanaman dipengaruhi
beberapa faktor. Banyaknya buah masak yang dapat dipanen ditentukan oleh: (1)
Jumlah bunga yang dihasilkan oleh tanaman, (2) Persentase bunga yang mengalami
pembuahan , (3) Persentase buah muda yang dapat terus tumbuh hingga menjadi buah
masak dan (4) Umur buah. Sedangkan kualitas dan kuantitas biji pada buah ditentukan oleh
beberapa faktor. Salah satunya adalah kuantitas polen viabel yang berhasil membuahi ovul.
Perkembangan buah dan biji sangat dipengaruhi oleh suhu dan lingkungan penyinaran
matahari (Fahrianty, 2012).
Giberelin (GA3)
Giberelin (GA3) adalah ZPT yang merupakan senyawa tetrasiklik diterpenoid
dengan sistem cincin ent-giberelan yang ditemukan pada tahun 1926 oleh E. Kurosawa,
ilmuwan Jepang. GA3 ini merupakan salah satu ZPT yang diketahui dapat mendorong
terjadinya pembungaan. Giberelin dapat menggantikan kondisi lingkungan spesifik guna
mengendalikan pembentukan bunga. Inisiasi pembungaan yang disebabkan oleh giberelin
merupakan peran pengganti hari panjang dan menginduksi pembungaan pada tanaman hari
Peranan Giberelin yang dominan adalah pada perubahan meristem subapical yang
dapat menyebabkan tanaman roset menjadi normal. Peranan lain pada peristiwa bolting
(lompatan perobahan dari fase vegetatif ke fase pengeluaran bunga), juga bunga yang tidak
difertilisasi pada beberapa tanaman dapat dibuat untuk menghasilkan buah tapi tidak
berbiji (partnokarpi) dengan pemberian Giberelin, sementara perannya pada pemuluran
batang adalah kecil (Sumarni dkk, 2005).
Salah satu efek yang paling nyata dari Giberelin adalah pada modifikasi
pertumbuhan tanaman, namun efeknya bermacam-macam dan berlainan dari organ ke
organ dan dari tanaman ke tanaman. Proses modifikasi itu dapat melalui pola pembelahan
sel yang berubah yang mengakibatkan terbentuknya organ –organ lain, atau melalui
perobahan dalam enzim yang dihasilkan sehingga tanaman tertentu menjadi berbunga
dengan mengubah organ vegetatif menjadi organ floral, juga terhadap pengeluaran bunga
dan perubahan jenis kelamin bunga (Sumarni dan Soetiarso, 1998).
Giberellin aktif menunjukkan banyak efek fisiologi, masing-masing tergantung pada
tipe giberelin dan juga spesies tanaman. Beberapa proses fisiologi yang dipengaruhi oleh
giberelin adalah: 1) merangsang pemanjangan batang dengan merangsang pembelahan sel,
2) merangsang pembungaan pada hari panjang, 3) memecah dormansi, 4) merangsang
produksi enzim (a-amilase) dalam mengecambahkan tanaman sereal untuk mobilisasi
cadangan benih, 5) menyebabkan berkurangnya bunga jantan pada bunga dicious, 6) dapat
menyebabkan perkembangan buah partenokarpi (tanpa biji). Disamping itu GA3 dapat
menggantikan peran ataupun proses vernalisasi (pemberian temperatur rendah secara
buatan) dengan temperatur 10˚ C selama 4 minggu, sehingga dapat meningkatkan
pembungaan dan hasil biji bawang merah. Itupun pemberian GA3 untuk menggantikan
proses vernalisasi harus didukung oleh faktor cuaca yang optimal dan terkendalinya
Terdapat berbagai macam teknik aplikasi yang digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, salah satunya adalah perendaman. Perendaman yang dilakukan
pada umbi bibit bawang merah pada larutan GA3 dapat merangsang pembungaan dan dapat
menggantikan sebagian atau seluruh fungsi temperatur rendah untuk stimulasi
pembungaan. Hasil percobaan menyimpulkan bahwa perlakuan GA3 dan vernalisasi
mempercepat munculnya kuncup bunga 15 hari, waktu bunga mekar 13 hari serta waktu
panen biji 8 hari dengan produksi TSS sebesar 4,80 gram (48 kg.ha) dengan daya
kecambah sebesar 87% lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan kontrol
(Fahrianty, 2012).
Pupuk Boron
Boron (B) adalah salah satu dari 16 unsur hara penting untuk pertumbuhan
tanaman. Konsentrasi boron dalam batuan berkisar antara 5-10 mg/kg dalam batuan. Di
dalam tanah, Boron dapat berbentuk sebagai mineral primer (mika dan tourmaline),
mineral sekunder (terjerap oleh liat dan bahan organik). Disamping itu boron juga dapat
ditemukan dalam larutan (boric acid dan borate anion) dan dalam bahan organik serta
biomas mikroba (Shorrocks, 1997).
Boron tersedia dengan baik dalam tanah pada kisaran pH 5.5-7.5, kelembaban
tanah 50 – 100%. Pada kondisi pH rendah boron terjerap oleh Al dan pada pH tinggi
terjerap oleh liat tanah. Dalam kondisi tanah yang lembab penyerapan unsur boron akan
lebih baik (Dear dan Weir, 2004). Untuk dapat tersedia dengan baik pada wilayah
permukaan rambut-rambut akar dapat terjadi melalui tiga meknisme : intersepsi akar, aliran
masa, dan diffusi (Hakim dkk, 1986).
Blevins dan Lukaszewski (1998) mengemukakan bahwa tanaman monokotil
hara boron. Kebutuhan tanaman akan unsur hara boron akan meningkat ketika memasuki
fase reproduktif.
Boron sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan
memiliki pengaruh yang nyata terhadap kualitas hasil dari produk buah-buahan, sayuran,
kacangan, dan gabah. Unsur boron berperan dalam menstabilkan dinding sel pada tanaman.
Secara structural peranan boron sangat erat dalam pembelahan dan pembesaran sel pada
bagian tanaman yang sedang tumbuh atau berkembang (Dear dan Weir, 2004).
Penyebab rendahnya pembentukan biji pada tanaman bawang merah diantaranya
viabilitas serbuk sari yang rendah. Serbuk sari yang viabel merupakan syarat untuk
pembentukan biji. Salah satu usaha untuk memperbaiki pembentukan biji dapat dilakukan
melalui peningkatan viabilitas serbuk sari. Dan untuk memperbaiki viabilitas serbuk sari
dapat digunakan unsur boron (Rosliani dkk, 2012).
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Desa Hatoguan,
Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara yang berada pada
ketinggian + 830 meter di atas permukaan laut, mulai bulan Februari sampai bulan Juli
2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bibit bawang merah lokal
organik, insektisida Siromazin 75% (Trigard 75 WP), insektisida Lamda Sihalotrin 25%
(Matador 25 EC), dan fungisida Propineb 70% (Anthracol 70 WP).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, tali
plastik, plang nama, ember, handsprayer, pacak sampel, bambu, plastik transparan,
timbangan analitik, kalkulator, kamera dan alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang
terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu:
Faktor I : GA3 (G) dengan 6 taraf perlakuan yaitu :
G0 = 0 ppm G3 = 150 ppm
G1 = 50 ppm G4 = 200 ppm
G2 = 100 ppm G5 = 250 ppm
Faktor II: Pupuk Boron dengan 4 taraf perlakuan yaitu:
B0 = 0 kg/ha
B1 = 1,5 kg/ha
B2 = 3 kg/ha
B3 = 4,5kg/ha
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 24 kombinasi perlakuan,
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot penelitian : 72 plot
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar ulangan : 50 cm
Jumlah tanaman sampel per plot : 4 tanaman
Jumlah tanaman sampel : 288 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 1440 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model
linear sebagai berikut :
Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
Dimana :
Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan pupuk Boron pada taraf ke-j dan
pengaruh pemberian larutan GA3 pada taraf ke-k
μ` : Nilai tengah
ρi : Efek dari blok ke-i
αj : Efek dari perlakuan pupuk Boron pada taraf ke-j
βk : Efek perlakuan larutan GA3 pada taraf ke-k
(αβ)jk : Interaki antara pupuk Boron taraf ke-j dan larutan GA3 pada taraf ke-k
εijk : Galat dari blok ke-i, yaitu pupuk boron pada taraf ke-j dan larutan GA3
pada taraf ke-k
Data dianalisis dengan program Microsoft Excel. Perlakuan yang berpengaruh
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Sebelum areal diolah, terlebih dahulu areal dibersihkan dari rerumputan, sisa-sisa
tanaman, dan batu-batuan. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam
± 30 cm dengan cara membalikkan tanah. Pengolahan dilaksanakan dengan tujuan
menggemburkan tanah. Setelah pengolahan tanah selesai, dilaksanakan penggaruan lalu
dibuat plot-plot sesuai dengan metode penelitian. Dalam proses pembuatan plot, disebar
pupuk organik dengan dosis 1 ton/ha.
Persiapan Bibit
Umbi yang digunakan adalah bawang merah lokal Samosir yang berasal dari hasil
panen masyarakat Samosir. Dipilih umbi bibit segar, padat, warnanya cerah, terbebas dari
hama penyakit, kemudian kulit yang paling luar yang telah mengering dibersihkan, dan
akar yang masih ada disisakan sedikit.
Perendaman dalam Larutan GA3
Sebelum penanaman dilakukan, umbi bibit bawang merah direndam di dalam
larutan GA3 sesuai dengan konsentrasi masing-masing perlakuan (50, 100, 150, 200 dan
250 ppm) selama 30 menit.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara membenamkan ¾ bagian umbi dengan posisi
tunas menghadap ke atas. Digunakan 1 umbi per lubang tanam dengan jarak tanam 20 x 15
cm.
Pupuk boron diaplikasikan pada tanamam pada 3, 5 dan 7 minggu setelah
penanaman dengan dosis sesuai perlakuan masing-masing. Aplikasi pupuk boron
dilakukan dengan cara dikocor, dan diberikan setelah penyiraman.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari (pada hari hujan tidak dilakukan
penyiraman). Penyiraman dilakukan sampai tanaman berumur 8 MST. Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan gembor.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan mulaiawal pertumbuhan sampai umur 14 hari setelah tanam
(HST) dengan mengganti umbi busuk atau mati dengan tanaman cadangan sesuai
perlakuan masing-masing.
Pemupukan
Untuk pupuk dasar sesuai dosis anjuran yaitu pupuk NPK (15-15-15) sebanyak 300
kg/ha. Aplikasi pupuk NPK dilakukan dua kali, yaitu setengah dosis pada saat tanaman
berumur 1 minggu dan setengah dosis lagi diberikan setelah tanaman berumur 4 minggu.
Pemupukan dilakukan dengan cara ditebar pada larikan. Untuk pupuk daun Seprint
diberikan dengan cara disemprot, dengan dosis 10 ml/l air dan diaplikasikan dengan
interval 2 minggu sekali mulai 2-6 MST.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan
tanah. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan tangan dan alat bantu berupa cangkul
kecil (parbabo). Penyiangan dilakukan dengan interval 2 minggu sekali. Pembumbunan
dilakukan untuk menjaga agar tanaman tidak mudah rebah. Pembumbunan dilakukan
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida
Trigard 75 WP dengan dosis 0,25 g/l air, insektisida Matador 25 EC dengan dosis 2 cc/l
air,dan fungisida Anthracol 70 WP dengan dosis 3 g/l air. Aplikasi dilakukan mulai 4
MST sampai 10 MST dengan interval 2 minggu.
Panen Biji
Panen biji dilakukan pada umur 12-13 MST. Pemanenan biji dilakukan setelah kulit
buah berwarna hijau kehitaman, dilakukan dengan cara memotong umbel bunga kemudian
biji tersebut dikeringanginkan selama dua minggu.
Pengamatan Parameter Panjang Tanaman (cm)
Panjang Tanaman diukur dengan cara mengukur mulai dari leher umbi sampai
dengan ujung daun terpanjang, menggunakan alat bantu penggaris. Pengamatan dilakukan
2 MST – 7 MST, dengan interval 1 minggu sekali.
Jumlah Daun (Helai)
Jumlah daun dihitung pada daun yang telah terbentuk sempurna per individu
tanaman. Pengamatan dilakukan 2 MST – 7 MST, dengan interval 1 minggu sekali.
Jumlah Anakan per Rumpun (anakan)
Dihitung jumlah anakan yang terbentuk dalam satu rumpun. Pengamatan ini
dilakukan pada saat panen.
Persentase Tanaman Berbunga (%)
Persentase tanaman berbunga dihitung dengan cara menghitung jumlah rumpun
tanaman yang menghasilkan bunga pada setiap plot.
Jumlah umbel per tanaman dihitung dengan cara menghitung jumlah umbel bunga
yang terbentuk setiap rumpunnya.
Jumlah umbel per Plot (buah)
Jumlah umbel per plot dihitung dengan cara menghitung umbel yang dihasilkan di
dalam satu petak perlakuan.
Bobot Biji Per Rumpun (g)
Bobot biji per rumpun dihitung dengan cara menimbang biji bawang merah pada
tiap rumpun yang dihasilkan.
Bobot Biji per Umbel (g)
Bobot biji per umbel dihitung dengan cara menimbang bobot biji per rumpun
dibagi dengan jumlah umbel per rumpun yang dihasilkan.
Bobot Biji Per Plot (g)
Bobot biji per plot dihitung dengan cara menimbang biji bawang yang dihasilkan
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Data hasil penelitian dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 5-42.
Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa interaksi antara pemberian GA3 dan pupuk
boron berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan. Perlakuan pemberian GA3 berpengaruh
nyata terhadap persentase tanaman berbunga, sedangkan pupuk boron berpengaruh nyata
terhadap bobot biji per umbel. Namun pemberian GA3 dan pupuk boron tidak berpengaruh
nyata terhadap panjang tanaman, jumlah daun, jumlah umbel per rumpun, jumlah umbel
per plot, bobot biji per rumpun dan bobot biji per plot.
Panjang Tanaman (cm)
Data pengamatan panjang tanaman dan hasil sidik ragamnya mulai dari
pengamatan 2-7 MST dapat dilihat pada Lampiran 5-16. Dari hasil sidik ragam diketahui
bahwa perlakuan pemberian GA3 dan pupuk Boron serta interaksi antara kedua perlakuan
tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman 2-7 MST.
Rataan panjang tanaman bawang merah 2-7 MST pada perlakuan pemberian GA3
(G) dan pupuk Boron (B) dapat dilihat pada Tabel 1. Tanaman terpanjang dihasilkan oleh
perlakuan G2 (100 ppm) yaitu 37,63 cm dan terpendek dihasilkan oleh perlakuan G4 (200
ppm) yaitu 35,94 cm.
Tabel 1. Rataan Panjang Tanaman 2-7 MST (cm)
GA3 (ppm)
B (kg/ha)
Rataan
B0 B1 B2 B3
(0kg/ha) (1.5kg/ha) (3kg/ha) (4.5kg/ha)
2 MST G0 (0 ppm) 12.58 13.40 13.44 13.27 13.17
G2 (100 ppm) 13.60 13.87 14.33 14.23 14.01
G3 (150 ppm) 13.33 13.43 13.28 13.28 13.33
G4 (200 ppm) 12.91 13.50 13.23 13.11 13.19
G5 (250 ppm) 13.14 13.06 13.30 13.16 13.17
Rataan 13.07 13.45 13.47 13.35 13.33
3 MST
G0 (0 ppm) 17.21 17.30 17.15 16.97 17.16
G1 (50 ppm) 16.89 17.22 18.27 18.42 17.70
G2 (100 ppm) 17.82 17.75 18.29 18.24 18.02
G3 (150 ppm) 17.62 17.74 17.89 17.49 17.68
G4 (200 ppm) 17.15 17.24 17.60 16.96 17.24
G5 (250 ppm) 17.13 16.81 16.63 16.86 16.86
Rataan 17.30 17.34 17.64 17.49 17.44
4 MST
G0 (0 ppm) 24.97 24.64 25.27 24.08 24.74
G1 (50 ppm) 24.13 24.98 25.07 23.97 24.54
G2 (100 ppm) 25.24 24.80 24.84 24.78 24.92
G3 (150 ppm) 24.74 23.83 25.41 24.92 24.73
G4 (200 ppm) 24.68 23.60 23.89 23.68 23.96
G5 (250 ppm) 24.14 23.55 24.18 23.90 23.95
Rataan 24.65 24.24 24.78 24.22 24.47
5 MST
G0 (0 ppm) 30.38 28.15 29.81 29.94 29.57
G1 (50 ppm) 29.28 30.87 30.79 29.10 30.01
G2 (100 ppm) 30.48 30.97 29.89 30.58 30.48
G3 (150 ppm) 29.64 29.38 29.12 29.54 29.42
G4 (200 ppm) 29.12 29.49 30.34 28.68 29.41
G5 (250 ppm) 28.80 29.03 29.83 29.70 29.34
Rataan 29.62 29.65 29.96 29.59 29.70
6 MST
G0 (0 ppm) 32.79 32.57 32.35 33.87 32.89
G1 (50 ppm) 32.59 34.51 33.71 32.62 33.36
G2 (100 ppm) 33.83 34.60 33.66 34.36 34.11
G3 (150 ppm) 32.90 31.66 34.41 33.42 33.10
G4 (200 ppm) 33.31 31.59 31.79 31.90 32.15
G5 (250 ppm) 32.28 31.73 32.97 33.45 32.61
Rataan 32.95 32.78 33.15 33.27 33.04
7MST
G0 (0 ppm) 36.34 35.95 35.00 37.43 36.18
G1 (50 ppm) 36.11 38.10 36.94 36.33 36.87
G2 (100 ppm) 37.26 37.86 37.22 38.19 37.63
G3 (150 ppm) 36.76 35.12 38.25 37.07 36.80
G4 (200 ppm) 36.94 35.44 35.33 36.06 35.94
G5 (250 ppm) 35.98 35.09 36.76 36.09 35.98
Rataan 36.56 36.26 36.58 36.86 36.57
Pemberian pupuk Boron pada perlakuan B3 (4,5 kg/ha) menghasilkan tanaman
terpanjang yaitu 36,86 cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan B1, B2 dan B3.
Panjang tanaman terendah terdapat pada perlakuan B1 (1,5 kg/ha) yaitu 36,26.
Data pengamatan jumlah daun dan hasil sidik ragamnya mulai dari pengamatan 2-7
MST dicantumkan pada Lampiran 17-28. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa
perlakuan pemberian GA3 dan pupuk Boron serta interaksi antara kedua perlakuan tersebut
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun 2-7 MST.
Rataan jumlah daun bawang merah 2-7 MST pada perlakuan pemberian GA3 (G)
dan pupuk Boron (B) dapat dilihat pada Tabel 2.
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian larutan GA3 pada perlakuan
G2 (100 ppm) menghasilkan jumlah daun tertinggi yaitu 33,27 helai yang berbeda tidak
nyata dengan perlakuan G0, G1, G3, G4 dan G5. Jumlah daun terendah terdapat pada
perlakuan G3 (150 ppm) yaitu 32,83 helai.
Pemberian pupuk Boron pada perlakuan B0 (0 kg/ha) menghasilan jumlah daun
tertinggi yaitu 33,33 helai yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan B1, B2 dan B3.
Tabel 2 . Rataan Jumlah daun 2-7 MST (helai)
GA3 (ppm)
B (kg/ha)
Rataan
B0 B1 B2 B3
(0kg/ha) (1.5kg/ha) (3kg/ha) (4.5kg/ha)
2 MST
G0 (0 ppm) 10.17 10.50 10.17 10.00 10.21
G1 (50 ppm) 10.83 9.92 9.67 10.25 10.17
G2 (100 ppm) 9.75 10.17 10.08 10.42 10.10
G3 (150 ppm) 9.58 9.67 9.58 10.42 9.81
G4 (200 ppm) 10.17 10.08 10.00 10.50 10.19
G5 (250 ppm) 10.25 10.00 10.42 10.00 10.17
Rataan 10.13 10.06 9.99 10.26 10.11
3 MST
G0 (0 ppm) 15.00 14.92 14.83 15.50 15.06
G1 (50 ppm) 15.58 14.33 14.33 14.75 14.75
G2 (100 ppm) 14.50 15.00 15.00 14.75 14.81
G3 (150 ppm) 14.08 14.17 14.58 14.58 14.35
G4 (200 ppm) 15.00 15.17 14.75 15.17 15.02
G5 (250 ppm) 14.92 14.83 14.92 14.50 14.79
Rataan 14.85 14.74 14.74 14.88 14.80
4 MST
G0 (0 ppm) 19.58 19.33 19.08 19.58 19.40
G1 (50 ppm) 20.17 18.92 19.08 19.25 19.35
G2 (100 ppm) 19.75 19.83 20.00 19.83 19.85
G3 (150 ppm) 19.50 19.42 19.58 19.75 19.56
G4 (200 ppm) 19.67 19.50 19.00 19.92 19.52
G5 (250 ppm) 19.92 19.67 19.25 18.67 19.38
Rataan 19.76 19.44 19.33 19.50 19.51
5 MST
G0 (0 ppm) 23.83 23.50 23.75 23.83 23.73
G1 (50 ppm) 24.50 23.00 23.00 24.17 23.67
G2 (100 ppm) 23.42 24.25 24.33 24.33 24.08
G3 (150 ppm) 24.00 23.75 24.33 24.00 24.02
G4 (200 ppm) 24.33 23.83 22.92 24.08 23.79
G5 (250 ppm) 24.17 23.83 24.17 23.00 23.79
Rataan 24.04 23.69 23.75 23.90 23.85
6 MST
G0 (0 ppm) 28.25 28.33 28.50 28.00 28.27
G1 (50 ppm) 29.58 27.50 27.75 29.08 28.48
G2 (100 ppm) 28.83 29.00 29.17 29.17 29.04
G3 (150 ppm) 27.67 28.00 28.42 28.42 28.13
G4 (200 ppm) 28.75 28.67 27.42 28.50 28.33
G5 (250 ppm) 28.67 28.17 28.50 27.67 28.25
Rataan 28.63 28.28 28.29 28.47 28.42
7MST
G0 (0 ppm) 33.08 33.42 33.25 32.58 33.08
G1 (50 ppm) 34.08 32.33 32.33 34.08 33.21
G2 (100 ppm) 33.17 33.08 33.83 33.00 33.27
G3 (150 ppm) 32.42 32.92 33.17 32.83 32.83
G4 (200 ppm) 33.67 33.08 31.83 33.42 33.00
G5 (250 ppm) 33.58 33.33 33.42 32.25 33.15
Rataan 33.33 33.03 32.97 33.03 33.09
Data pengamatan jumlah anakan per rumpun dan hasil sidik ragamnya dapat dilihat
pada Lampiran 29-30. Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa interaksi pemberian GA3
dan pupuk boron berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan per rumpun
Data rataan jumlah anakan per rumpun tanaman bawang merah pada perlakuan
[image:36.595.79.545.224.370.2]pemberian GA3 (G) dan pupuk Boron (B) dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan jumlah anakan per rumpun (buah) pada pemberian GA3 dan pupuk Boron
GA3 (ppm)
B (kg/ha)
Rataan
B0 B1 B2 B3
(0kg/ha) (1.5kg/ha) (3kg/ha) (4.5kg/ha)
G0 (0 ppm) 7.92 abcd 7.42 abcd 7.50 abcd 6.92 cd 7.44
G1 (50 ppm) 7.50 abcd 7.25 bcd 7.25 bcd 8.00 abcd 7.50
G2 (100 ppm) 8.33 ab 6.50 d 7.08 cd 8.17 abc 7.52
G3 (150 ppm) 8.00 abc 7.00 cd 7.83 abcd 8.08 abcd 7.73
G4 (200 ppm) 7.58 abcd 7.25 bcd 7.25 bcd 8.58 a 7.67
G5 (250 ppm) 7.25 bcd 8.58 a 7.33 bcd 6.92 cd 7.52
Rataan 7.76 7.33 7.38 7.78 7.56
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji DMRT 5%
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa interaksi GA3 dan
Boron berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan, dengan rataan tertinggi diperoleh pada
perlakuan G5B1 (GA3 250 ppm dan Boron 1.5 kg/ha) dan G4B3 (GA3 200 ppm dan
Boron 4.5 kg/ha) yaitu 8,58 anakan dan data terendah pada perlakuan G2B1(GA3 100 ppm
dan Boron 1,5 kg/ha) yaitu 6,50 anakan.
Interaksi pemberian GA3 dan pemberian pupuk Boron terhadap jumlah anakan per
Gambar 1. Kurva interaksi GA3 dan Boron terhadap jumlah anakan per rumpun.
Berdasarkan kurva interaksi (Gambar 1) diketahui bahwa interaksi perlakuan
pemberian GA3 terhadap pemberian Boron membentuk hubungan kuadratik negatif pada
G1, G2, G3 dan G4, dan membentuk hubungan kuadratik positif pada G5. Dengan
kombinasi terbaik pada G5B1 (GA3 250 ppm dan Boron 1.5 kg/ha) dan G4B3 (GA3 200
ppm dan Boron 4.5 kg/ha) yaitu 8,58 anakan dan terendah pada perlakuan G2B1 (GA3 100
ppm dan Boron 1.5 kg) yaitu 6,50 anakan. Ŷ G0= 7.854-0.152x + 0.009x2
R² = 0.845 X min= 1.80
Ŷ G2=8.237 - 1.452x +0.324x2
R² = 0.920 X min= 2.24
Ŷ G3 = 7.879- 0.552x + 0.138x2
R² = 0.606 X min=2.00
Ŷ G4= 7.633- 0.633x + 0.185x2
R² = 0.958 X min = 1.71
Ŷ G5= 7.420+ 0.725x - 0.194x2
R² = 0.635 X max= 1.87
6,00 6,50 7,00 7,50 8,00 8,50 9,00 9,50 10,00 10,50
0,0 1,5 3,0 4,5
Jum la h ana ka n p er r um p un (a na ka n)
Dosis Boron (Kg/ha)
G0 (0 ppm) G1 (50 ppm) G2 (100 ppm) G3 (150 ppm) G4 (200 ppm) G5 (250 ppm) Ŷ G1=7.525 - 0.4x + 0.111x2
R2= 0.966
Persentase Tanaman Berbunga per Plot (%)
Data pengamatan persentase tanaman berbunga per plot dan hasil sidik ragamnya
dapat dilihat pada Lampiran 31-32. Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
pemberian GA3 berpengaruh nyata terhadap persentase tanaman berbunga dalam plot.
Pemberian pupuk Boron serta interaksi antara kedua perlakuan tersebut berpengaruh tidak
nyata terhadap persentase tanaman berbunga per plot.
Data rataan persentase tanaman berbunga tanaman bawang merah pada perlakuan
[image:38.595.84.533.320.490.2]pemberian GA3 (G) dan pupuk Boron (B) dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan persentase berbunga per plot tanaman bawang merah pada pemberian GA3 (ppm) dan pupuk Boron (kg/ha)
GA3 (ppm)
B (kg/ha)
Rataan
B0 B1 B2 B3
(0kg/ha) (1.5kg/ha) (3kg/ha) (4.5kg/ha)
G0 (0 ppm) 23.86 24.81 25.31 26.45 25.11 d
G1 (50 ppm) 31.26 30.95 33.16 31.78 31.79 cd
G2 (100 ppm) 35.17 35.98 35.17 34.15 35.11 bc
G3 (150 ppm) 38.10 37.09 39.15 39.15 38.37 ab
G4 (200 ppm) 43.06 41.12 40.14 40.78 41.27 a
G5 (250 ppm) 33.27 27.99 34.04 36.18 32.87 bc
Rataan 34.12 32.99 34.49 34.75 34.09
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji DMRT 5%
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa perendaman dalam 200 ppm GA3 (G4)
menghasilkan persentase tanaman berbunga per plot tertinggi yaitu 41,27 % yang berbeda
nyata dengan perlakuan G0, G1, G2 dan G5. Dan persentase tanaman berbunga per plot
terendah terdapat pada perlakuan G0 (0 ppm) yaitu 25,11 %.
Pemberian pupuk Boron pada perlakuan B3 (4.5 kg/ha) menghasilkan persentase
tanaman berbunga per plot tertinggi yaitu 34.75 % dan persentase tanaman berbunga per
plot terendah terdapat pada perlakuan B1 (1.5 kg/ha) yaitu 32.99 %.
Hubungan konsentrasi GA3 terhadap persentase tanaman berbunga dapat dilihat pada
Gambar 2. Grafik hubungan konsentrasi larutan GA3 terhadap persentase tanaman
berbunga
Gambar 2 menunjukkan bahwa pemberian larutan GA3 menunjukkan hubungan
kuadratik terhadap persentase tanaman berbunga dengan konsentrasi optimum pada 197.78
ppm. Persentase tanaman berbunga per plot tertinggi pada G4 (200 ppm) yaitu 41.27%.
Jumlah Umbel per Rumpun (buah)
Data pengamatan jumlah umbel per rumpun dan hasil sidik ragamnya dapat dilihat
pada Lampiran 35-36. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian GA3
dan pupuk Boron serta interaksi antara kedua perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata
terhadap jumlah umbel per rumpun.
Rataan jumlah umbel per rumpun pada perlakuan pemberian GA3 (G) dan pupuk
Boron (B) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan jumlah umbel per rumpun tanaman bawang merah pada pemberian GA3 (ppm) dan pupuk Boron (kg/ha)
GA3 (ppm) B (kg/ha) Rataan
B0 B1 B2 B3
Ŷ= 24.45 + 0.178x - 0.0004x2
R² = 0.895 X opt = 197.78 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00
0 50 100 150 200 250
P er sen tas e t an am an b er b u n g a (% )
(0kg/ha) (1.5kg/ha) (3kg/ha) (4.5kg/ha)
G0 (0 ppm) 1.27 1.13 1.46 1.19 1.26
G1 (50 ppm) 1.06 1.77 1.33 1.21 1.34
G2 (100 ppm) 1.63 1.53 1.53 1.27 1.49
G3 (150 ppm) 1.18 1.30 1.46 1.43 1.34
G4 (200 ppm) 1.63 1.36 1.64 1.73 1.59
G5 (250 ppm) 1.29 1.37 1.34 1.26 1.31
[image:40.595.78.530.71.205.2]Rataan 1.34 1.41 1.46 1.35 1.39
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada perlakuan G4 (200 ppm) menghasilkan jumlah
umbel per rumpun tertinggi yaitu 1,59 buah, dan jumlah umbel per rumpun terendah
terdapat pada perlakuan G0 (0 ppm) yaitu 1,26 buah.
Pemberian pupuk Boron pada perlakuan B2 (3 kg/ha) menghasilkan jumlah umbel
per rumpun tertinggi yaitu 1,46 buah, dan jumlah umbel per rumpun terendah terdapat pada
perlakuan B0 (0 kg/ha) yaitu 1,34 buah.
Jumlah Umbel per Plot (buah)
Data pengamatan jumlah umbel per plot dan hasil sidik ragamnya dapat dilihat
pada Lampiran 33-34. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian GA3
dan pupuk Boron serta interaksi antara kedua perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata
terhadap jumlah umbel per plot.
Rataan jumlah umbel per plot pada perlakuan pemberian GA3 (G) dan pupuk Boron
(B) dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan jumlah umbel per plot tanaman bawang merah pada pemberian GA3 (ppm) dan pupuk Boron (kg/ha)
GA3 (ppm)
B (kg/ha)
Rataan
B0 B1 B2 B3
(0kg/ha) (1.5kg/ha) (3kg/ha) (4.5kg/ha)
G0 (0ppm) 2.58 2.39 2.68 2.50 2.54
G1 (50 ppm) 3.09 2.89 2.72 2.76 2.86
G2 (100 ppm) 3.24 3.31 2.81 2.77 3.03
G3 (150 ppm) 2.94 3.39 3.39 3.05 3.19
[image:40.595.86.531.633.767.2]G5 (250 ppm) 2.92 2.62 3.04 3.05 2.91
[image:41.595.86.531.71.106.2]Rataan 3.00 2.96 3.01 2.93 2.98
Tabel 6 menunjukkan bahwa pada perlakuan G4 (200 ppm) menghasilkan jumlah
umbel per plot tertinggi yaitu 3,32 buah, dan jumlah umbel per rumpun terendah terdapat
pada perlakuan G0 (0 ppm) yaitu 2,54 buah.
Pemberian pupuk Boron pada perlakuan B2 (3 kg/ha) menghasilkan jumlah umbel
per rumpun tertinggi yaitu 3,01 buah dan jumlah umbel per rumpun terendah terdapat pada
perlakuan B3 (4,5 kg/ha) yaitu 2,93 buah.
Bobot Biji per Rumpun (gram)
Data pengamatan bobot biji per rumpun dan hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada
Lampiran 39-40. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian GA3 dan
pupuk Boron serta interaksi antara kedua perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata
terhadap bobot biji per rumpun.
Rataan bobot biji per rumpun pada perlakuan pemberian GA3 (G) dan pupuk Boron
(B) dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan bobot biji per rumpun (gram) tanaman bawang merah pada pemberian GA3 (ppm) dan pupuk Boron (kg/ha)
GA3 (ppm)
B (kg/ha)
Rataan
B0 B1 B2 B3
(0kg/ha) (1.5kg/ha) (3kg/ha) (4.5kg/ha)
G0 (0ppm) 0.76 0.78 0.84 0.77 0.79
G1 (50 ppm) 0.77 0.83 0.82 0.82 0.81
G2 (100 ppm) 0.80 0.83 0.82 0.80 0.81
G3 (150 ppm) 0.77 0.76 0.80 0.78 0.78
G4 (200 ppm) 0.76 0.81 0.84 0.80 0.80
G5 (250 ppm) 0.78 0.76 0.81 0.80 0.79
[image:41.595.85.532.605.771.2]Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian GA3 berpengaruh tidak nyata terhadap
bobot biji per rumpun dengan kecenderungan data tertinggi pada G1 dan G2 yaitu 0.81
gram dan terendah terdapat pada perlakuan G0 (0 ppm) dan G5 (250 ppm) yaitu 0,79
gram.
Pemberian pupuk Boron pada perlakuan B2 (3 kg/ha) bobot biji per rumpun
tertinggi yaitu 0,82 gram dan bobot biji per rumpun terendah terdapat pada perlakuan B0 (0
kg/ha) yaitu 0,77 gram.
Bobot Biji per Umbel (gram)
Data pengamatan bobot biji per umbel dan hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada
Lampiran 41-42. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian pupuk
Boron berpengaruh nyata terhadap bobot biji per umbel. Sedangkan perlakuan pemberian
GA3 dan interaksi antara kedua perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
biji per umbel.
Rataan bobot biji per umbel pada perlakuan pemberian GA3 (G) dan pupuk Boron
[image:42.595.85.532.556.721.2](B) dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan bobot biji per umbel (gram) tanaman bawang merah pada pemberian GA3 (ppm) dan pupuk Boron (kg/ha)
GA3 (ppm)
B (kg/ha)
Rataan
B0 B1 B2 B3
(0kg/ha) (1.5kg/ha) (3kg/ha) (4.5kg/ha)
G0 (0ppm) 0.75 0.77 0.80 0.77 0.77
G1 (50 ppm) 0.74 0.76 0.80 0.80 0.78
G2 (100 ppm) 0.75 0.78 0.80 0.79 0.78
G3 (150 ppm) 0.76 0.74 0.78 0.76 0.76
G4 (200 ppm) 0.76 0.78 0.80 0.80 0.78
G5 (250 ppm) 0.76 0.75 0.79 0.79 0.77
Rataan 0.75 b 0.76 ab 0.79 a 0.78 ab 0.77
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian Boron
berpengaruh nyata terhadap bobot biji per umbel dengan rataan tertinggi pada B2 (3 kg/ha)
yang berbeda nyata dengan B0 (kontrol), namun berbeda tidak nyata dengan B1 (1,5 kg/ha)
[image:43.595.87.469.235.481.2]dan B3 (4,5 kg/ha).
Grafik hubungan pemberian beberapa dosis pupuk Boron terhadap bobot biji per
umbel tanaman bawang merah dapat dilihat pada Gambat 3 berikut ini.
Gambar 3. Grafik hubungan terhadap bobot biji per umbel dengan pemberian beberapa dosis pupuk Boron
Berdasarkan Gambar 3 di atas diketahui bahwa hubungan pemberian beberapa
dosis pupuk Boron dengan bobot biji per umbel bersifat linear positif, dimana terdapat
kecenderungan bahwa penambahan Boron hingga dosis 4,5 kg/ha berkorelasi positif
terhadap penambahan bobot biji per umbel.
Bobot Biji per Plot (gram)
Data pengamatan bobot biji per plot dan hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada
Lampiran 37-38. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian
GA3 dan pupuk Boron serta interaksi antara kedua perlakuan tersebut berpengaruh tidak
nyata terhadap bobot biji per plot.
ŷ = 0.006x + 0.762
r= 0.80 0,74 0,75 0,76 0,77 0,78 0,79 0,80
0,0 1,5 3,0 4,5
B obot B ij i pe r S am pe l (g)
Rataan bobot biji per plot pada perlakuan pemberian GA3 (G) dan pupuk Boron (B)
[image:44.595.86.531.154.322.2]dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan bobot biji per plot (gram) tanaman bawang merah pada pemberian GA3 (ppm) dan pupuk Boron (kg/ha)
GA3 (ppm)
B (kg/ha)
Rataan
B0 B1 B2 B3
(0kg/ha) (1.5kg/ha) (3kg/ha) (4.5kg/ha)
G0 (0ppm) 0.89 0.87 0.91 0.98 0.91
G1 (50 ppm) 1.03 1.15 1.28 1.25 1.18
G2 (100 ppm) 1.15 1.34 1.27 1.10 1.22
G3 (150 ppm) 1.08 1.08 1.23 1.11 1.13
G4 (200 ppm) 1.16 1.20 1.41 1.27 1.26
G5 (250 ppm) 1.16 1.06 1.24 1.20 1.16
Rataan 1.08 1.12 1.22 1.15 1.14
Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian GA3 berpengaruh tidak nyata
terhadap bobot biji per plot, dengan bobot biji tertinggi pada G4 yaitu 1,26 gram dan
terendah terdapat pada perlakuan G0 (0 ppm) yaitu 0,91 gram.
Pemberian pupuk Boron pada perlakuan B2 (3 kg/ha) menghasilkan bobot biji per
plot tertinggi yaitu 1,22 gram dan bobot biji per plot terendah terdapat pada perlakuan B0
(0 kg/ha) yaitu 1,08 gram.
Pembahasan
Tanggap Pembungaan dan Produksi Biji Bawang Merah terhadap Pemberian Larutan GA3
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa pemberian GA3
berpengaruh nyata terhadap persentase tanaman berbunga namun berpengaruh tidak nyata
terhadap peubah amatan lainnya meliputi; panjang tanaman, jumlah daun, jumlah umbel
per rumpun, jumlah umbel per plot, bobot biji per umbel, bobot biji per rumpun dan bobot
biji per plot.
Pada parameter pertumbuhan meliputi; panjang tanaman, jumlah daun dan jumlah
peranan GA3 belum mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman bawang secara
signifikan. Giberelin dianggap mampu memodifikasi pertumbuhan namun faktor lain
serperti unsur hara juga berperan penting didalamnya. Sumarni dkk (2012) menyatakan
salah satu efek yang paling nyata dari Gibberelin adalah modifikasi pertumbuhan tanaman,
namun efeknya bermacam-macam dan berlainan dari organ ke organ dan dari tanaman ke
tanaman.
Pada parameter persentase tanaman berbunga, pemberian GA3 pada berbagai
konsentrasi memberikan pengaruh nyata. Gambar 2 menunjukkan bahwa hubungan
konsentrasi larutan GA3 terhadap persentase tanaman berbunga menunjukkan hubungan
kuadratik positif. Dimana penambahan konsentrasi GA3 hingga 200 ppm (G4)
menunjukkan peningkatan persentase tanaman berbunga, namun penambahan hingga 250
ppm (G5) menunjukkan penurunan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa giberelin
berperan dalam inisiasi bunga. Menurut Sponsel (1995) Giberelin dapat menggantikan
kondisi lingkungan spesifik guna mengendalikan pembentukan bunga. Inisiasi
pembungaan yang disebabkan oleh giberelin merupakan peran pengganti hari panjang dan
menginduksi pembungaan pada tanaman hari pendek. Fahrianty (2012) juga menambahkan
bahwa perendaman yang dilakukan pada umbi bibit bawang merah pada larutan GA3 dapat
merangsang pembungaan dan dapat menggantikan sebagian atau seluruh fungsi temperatur
rendah untuk stimulasi pembungaan.
Pada parameter jumlah umbel per rumpun, jumlah umbel per plot, bobot biji per
rumpun, bobot biji per umbel dan bobot biji per plot, pemberian GA3 menunjukkan
pengaruh tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa peran GA3 dalam inisiasi pembungaan
ternyata belum cukup mampu untuk mempengaruhi perkembangan biji. Efek giberelin
paling dominan adalah dalam merangsang pembentukan bunga, hal ini sejalan dengan
pada perobahan meristem subapical yang dapat menyebabkan tanaman roset menjadi
normal. Peranan lain pada peristiwa bolting (lompatan perobahan dari fase vegetatif ke fase
pengeluaran bunga).
Tanggap Pembungaan dan Produksi Biji Bawang Merah terhadap Pemberian Pupuk Boron
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian
pupuk Boron berpengaruh nyata terhadap bobot biji per umbel, namun berpengaruh tidak
nyata terhadap parameter lainnya.
Pada parameter vegetatif, meliputi; panjang tanaman, jumlah daun dan jumlah
anakan, pemberian pupuk Boronmemberikan pengaruh tidak nyata. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi Boron sebagai transportasi karbohidrat dalam tubuh tanaman ternyata belum
mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman bawang hingga dosis 4.5 kg/ha.
Menurut Belvins dan Lukaszewski (1998) menyebutkan bahwa tanaman monokotil seperti;
jagung, sorghum dan bawang tetap mampu mempertahankan pertumbuhan vegetatif yang
normal dalam kondisi tanpa unsur hara Boron. Kebutuhan Boron pada tanaman meningkat
saat memasuki fase reproduktif.
Pada parameter persentase tanaman berbunga, perlakuan Boron juga berpengaruh
tidak nyata, namun terdapat kecenderungan bahwa peningkatan dosis Boron menunjukkan
peningkatan persentase tanaman berbunga dengan data tertinggi diperoleh pada B3 (4.5
kg/ha) yaitu 34.75%. Hal ini menunjukkan bahwa Boron memberikan pengaruh terhadap
pembungaan meskipun secara sidik ragam belum signifikan. Berdasarkan literatur
Cristobal (2006) menyatakan bahwa Boron adalah salah satu unsur esensial yang
dibutuhkan tanaman untuk tumbuh normal. Boron juga memegang peran penting dalam
pembungaan dan pembuahan melalui efeknya dalam penyerbukan.
Pada parameter bobot biji per umbel perlakuan Boron berpengaruh nyata dengan
berbeda tidak nyata dengan B1 (1.5 kg/ha) dan B3 (3 kg/ha). Hal ini membuktikan bahwa
penambahan Boron memberikan kontribusi dalam pengisian biji, dengan hubungan regresi
linear positif (Gambar 3). Berdasarkan penelitian Lordkaew dkk (2010) tentang fungsi
Boron dalam pembungaan tanaman jagung diketahui bahwa penambahan Boron
meningkatkan daya kecambah serbuk sari dalam proses fertilisasi pada bunga. Belvins dan
Lukaszewski (1998) juga menambahkan bahwa kecepatan pertumbuhan serbuk sari
bergantung pada pembelahan vesikel dari plasmalema dan sekresi yang berkelanjutan dari
dinding sel dimana peran Boron sangat penting. Maka diasumsikan pada tanaman bawang
merah juga berlaku hal yang sama yang mengakibatkan penambahan bobot biji per umbel
seiring dengan peningkatan dosis Boron.
Interaksi antara Larutan GA3 dan Pemberian Pupuk Boron terhadap Pembungaan Dan Produksi Biji Bawang Merah
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi pemberian GA3 dan pupuk Boron
berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan, namun berpengaruh tidak nyata terhadap
parameter lainnya.
Pada parameter jumlah anakan, interaksi pemberian GA3dan pupuk boron
berpengaruh nyata dengan kombinasi terbaik pada G5B1 (GA3 250 ppm dan Boron 1.5
kg/ha) dan G4B3 (GA3 200 ppm dan Boron 4.5 kg/ha) yaitu 8,58 anakan.
Hubungan interaksi kedua perlakuan membentuk hubungan kuadratik. Pada garis regresi
G0, G1, G2, G3 dan G4, hubungan pemberian Boron dengan jumlah anakan membentuk
kurva kuadratik negatif, dimana penambahan Boron pada titik tertentu menyebabkan
pengurangan jumlah anakan, namun penambahan hingga 4.5 kg/ha mengalami peningkatan
kembali. Namun pada garis regresi G5 (GA3 250 ppm), hubungan pemberian Boron
membentuk kurva kuadratik positif dengan titik maksimum pada dosis 1.87 Kg/ha.
Interaksi kedua perlakuan ini menunjukkan bahwa adanya hubungan sinergi antara
jumlah anakan melalui peningkatan kecepatan transportasi karbohidrat dan pembesaran
dinding sel seperti dijelaskan pada Belvins dan Lukaszewski (1998), sedangkan GA3
berkontribusi dalam perbesaran sel dan mekanisme perangsangan pertumbuhan tunas baru,
sejalan dengan literatur Sumarni dkk (2012) yang menyatakan bahwa Giberelin dapat
memepercepat proses modifikasi itu dapat melalui pola pembelahan sel yang berubah yang
mengakibatkan terbentuknya organ–organ lain, atau melalui perubahan dalam enzim yang
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Interaksi antara GA3 dan pupuk boron berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan per
rumpun. Kombinasi G4B3 dan G5B1 menghasilkan jumlah anakan tertinggi yaitu
sebanyak 8,58 anakan.
2. Perlakuan GA3 berpengaruh nyata terhadap persentase tanaman berbunga
denganpersentase tertinggi dihasilkan pada perlakuan G4 (200 ppm) yaitu sebanyak
41,27 %, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman, jumlah daun,
jumlah umbel per rumpun, jumlah umbel per plot, bobot biji per rumpun, bobot biji
per umbel dan bobot biji per plot.
3. Perlakuan pemberian pupuk boron berpengaruh nyata terhadap parameter bobot biji
per umbel dengan bobot biji tertinggi dihasilkan pada perlakuan B2 (3 kg/ha) yaitu
sebanyak 0,79 gr, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman, jumlah
daun, persentase tanaman berbunga, jumlah umbel per rumpun, jumlah umbel per plot,
bobot biji per rumpun dan bobot biji per plot.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan persentase tanaman
berbunga dan bobot biji yang lebih tinggi, karena konsentrasi GA3 pada 200 ppm hanya
menghasilkan tanaman berbunga 41,27 % dan pupuk boron tidak menghasilkan perbedaan
produksi biji yang signifikan, juga digunakan bibit tanaman yang seragam.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Sayuran di Indonesia serta Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah 2009-2011. (Diakses dari Maret 2013).
Blevins, D dan Lukaszewzki. 1998. Boron in Plant Structure and Function. University of Missouri, Columbia.
Brewster, J. L. 1994. Effect of Photoperiod, Nitrogen Nutritions and Temperature on Influoresence Initiation and Development in Onion (Allium cepa L.). Botany Company, Annals. vol 51 no 4.
Dear B. S. dan Weir R. G. 2004. Boron deficiency in pastures and field crops.Agfact P1.AC.1, 2nd edition.
Fahrianty, D. 2012. Peran Vernalisasi dan Zat Pengatur Tumbuh Dalam Peningkatan Pembungaan dan Produksi Biji Bawang Merah di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi.Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hakim N, Nyakpa Y, Lubis A. M., Nugroho S. G., Diha A, Hong G. B., Bailey. 1986. Hubungan Hara dan Tanaman. Dalam Dasar-dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung, Lampung.
Hapsoh dan Y. Hasanah.2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. USU Press, Medan.
Lordkaew S, Bernard D, Sansanee J, Benjamin. 2010. Boron Deficiency in Maize. Chang Mai University, Thailand.
Putrasamedja, S. dan Suwandi. 1996. Bawang Merah di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Lembang.
Rosliani, R., E. R. Pallupi dan Y. Hilman.