• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efikasi Antibiotik Berbahan Aktif Enrofloxacin terhadap Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum pada Ayam Pedaging

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efikasi Antibiotik Berbahan Aktif Enrofloxacin terhadap Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum pada Ayam Pedaging"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

EFIKASI ANTIBIOTIK BERBAHAN AKTIF ENROFLOXACIN

TERHADAP

Escherichia coli

DAN

Mycoplasma gallinarum

PADA AYAM PEDAGING

ALDI IZKARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efikasi Antibiotik Berbahan Aktif Enrofloxacin terhadap Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ALDI IZKARI. Efikasi Antibiotik Berbahan Aktif Enrofloxacin terhadap Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum pada Ayam Pedaging. Dibimbing oleh RAHMAT HIDAYAT.

Ayam pedaging merupakan ras unggulan yang memiliki produktivitas tinggi dan masa panen yang singkat. Produktivitas ayam ini dapat menurun karena adanya penyakit seperti colibacillosis dan mycoplasmosis. Pemberian antibiotik merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan dalam mencegah dan mengobati penyakit ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi antibiotik yang mengandung enrofloxacin terhadap bakteri Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2012 sampai dengan 24 Agustus 2012. Pengamatan meliputi morbiditas, mortalitas, dan bobot badan ayam dari masing-masing kandang. Hasil yang diperoleh menunjukkan antibiotik ini efektif digunakan pada bakteri Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum. Waktu pemberian antibiotik pada ayam antara 6 jam sampai 7 hari pasca infeksi terbukti efektif dalam mencegah penyakit.

Kata kunci: broiler, efikasi, enrofloxacin, Escherichia coli, Mycoplasma gallinarum

ABSTRACT

ALDI IZKARI. The Efficacy of Antibiotic with Active Substance, Enrofloxacin, againts Escherichia coli and Mycoplasma gallinarium on Broiler. Supervised by RAHMAT HIDAYAT.

Broiler is a superior breed which has high productivity and shortly in productive period. The productivity of broiler may decline caused by diseases, such as colibacillosis and mycoplasmosis. Antibiotic treatment is one of the choise which can be done to prevent and treat the diseases. This research aims to know the efficacy of antibiotic containing Enrofloxacin against Escherichia coli and Mycoplasma gallinarum. This research was conducted on 1st August, 2012 until 24th August, 2012. The observation included morbidity, mortality, and body weight. The result of this research showed that this antibiotic is effective against Escherichia coli and Mycoplasma gallinarium. The appropriate time antibiotics application to the infected chickens is about six hours untill seven days post infection which has been proven to prevent the diseases effectively.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

EFIKASI ANTIBIOTIK BERBAHAN AKTIF ENROFLOXACIN

TERHADAP

Escherichia coli

DAN

Mycoplasma gallinarum

PADA AYAM PEDAGING

ALDI IZKARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Efikasi Antibiotik Berbahan Aktif Enrofloxacin terhadap Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum pada Ayam Pedaging Nama : Aldi Izkari

NIM : B04090090

Disetujui oleh

drh Rahmat Hidayat, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet Wakil Dekan

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah antibiotik, dengan judul Efikasi Antibiotik Berbahan Aktif Enrofloxacin terhadap Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum pada Ayam Pedaging.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak drh. Rahmat Hidayat, M.Si sebagai dosen pembimbing atas segala bimbingan, masukan, nasehat, serta kesabaran dalam penelitian dan karya ilmiah ini. Terimakasih kepada Ibu Dr. drh. Upik Kesumawati, MS, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran dan bimbingan dalam kegiatan akademik. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya. Penghargaan dan terimakasih penulis sampaikan kepada rekan satu penelitian dan teknisi Laboratorium Bakteri Bagian Mikrobiologi Medik atas kerja sama dan semangat yang telah diberikan, serta rekan-rekan FKH 46 dan semua pihak yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

BAHAN DAN METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Bahan dan Alat 2

Metode Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Hasil 4

Pembahasan 5

SIMPULAN DAN SARAN 9

Simpulan 9

Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 9

LAMPIRAN 11

(11)

DAFTAR TABEL

1 Persentase morbiditas dan mortalitas terhadap bakteri Escherichia coli 4 2 Persentase morbiditas dan mortalitas terhadap bakteri Mycoplasma

gallinarum 4

3 Rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi dengan bakteri Escherichia

coli 4

4 Rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi dengan bakteri Mycoplasma

gallinarum 5

DAFTAR GAMBAR

1 Ayam pedaging 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambaran patologi anatomi kelompok ayam yang diinfeksi bakteri

Escherichia coli 11

2 Gambaran patologi anatomi kelompok ayam yang diinfeksi bakteri

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan unggas merupakan usaha yang cukup penting karena unggas merupakan salah satu sumber protein hewani yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Unggas yang banyak diternakkan adalah ayam pedaging karena memiliki nilai gizi yang tinggi dan masa panen yang singkat yaitu 4-5 minggu. Broiler atau ayam pedaging merupakan hasil budidaya teknologi peternakan melalui berbagai perkawinan silang dan seleksi yang rumit yang diikuti dengan upaya perbaikan manajemen pemeliharaan secara terus menerus (Abidin 2002). Menurut Rasyaf (2008) broiler memiliki keunggulan dalam hal produktivitas, terutama dalam memproduksi daging.

Pertumbuhan ayam pedaging dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pakan, temperatur kandang, lingkungan, dan sistem pemeliharaan (Rasyaf 1992). Kelemahan ayam pedaging adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan lebih peka terhadap infeksi suatu penyakit (Murtidjo 1987). Penyakit yang sering menyerang ayam pedaging biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit, dan virus. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain colibacillosis, mycoplasmosis, pasteurellosis, salmonellosis, dan lainnya. Masalah yang ditimbulkan oleh penyakit dapat berupa penurunan produksi dan kerugian ekonomi baik bagi peternak maupun industri perunggasan.

Colibacillosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Escherichia coli dan merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada peternakan unggas. Colibacillosis dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi karena infeksi oleh bakteri E. coli biasanya bersifat primer maupun sekunder yang akan memperparah penyakit bahkan hingga menyebabkan kematian. Colibacillosis menyebabkan berbagai manifestasi penyakit pada unggas antara lain omphalitis, swollen head disease, septicaemia, enteritis, peritonitis, selulitis, chronic respiratory disease, salphingitis, dan coligranuloma (Barnes dan Gross 1997).

Mycoplasmosis merupakan penyakit pernafasan utama pada unggas yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma sp., penyakit ini bersifat menular dan sering ditemukan pada semua kelompok umur yang menyerang ayam pedaging maupun ayam petelur. Penyakit ini sering berjalan kronis dan merupakan predisposisi terhadap mikroorganisme lain seperti E. coli, infeksi E. coli akan memperparah kejadian penyakit sehingga penanganannya juga akan menjadi semakin sulit (Soeripto 1988).

(13)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi antibiotik yang mengandung enrofloxacin terhadap bakteri Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum dilihat dari tingkat kesakitan (morbiditas), kematian (mortalitas), dan bobot badan ayam.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pemberian antibiotik terhadap bakteri Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum yang menyerang ayam pedaging, khususnya waktu pemberian yang tepat.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Mikrobiologi Medik dan Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL) Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, dan berlangsung dari tanggal 1sampai dengan 24 Agustus 2012.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain day old chick (DOC) 160 ekor, Escherichia coli dalam bentuk suspensi, Mycoplasma gallinarum dalam bentuk suspensi, antibiotik dengan kandungan enrofloxacin dikode sebagai antibiotik D4, pakan dan air ad libitum. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu sentrifus, kandang ayam, spuit 1 ml, botol, tempat minum, tempat pakan, lampu 5 watt, mikropipet, gunting, pinset, dan timbangan.

Metode Penelitian

Persiapan

Kandang ayam dibersihkan dan dibagi menjadi 10 bagian. Lima bagian pertama digunakan untuk perlakuan Escherichia coli dan 5 bagian kedua digunakan untuk perlakuan Mycoplasma gallinarum. Masing-masing bagian tersebut terdiri dari kandang kontrol negatif (-), kontrol positif (+), kelompok perlakuan 1, kelompok perlakuan 2, dan kelompok perlakuan 3. Setiap kandang diberi sekam, tempat air minum, tempat pakan, dan lampu 5 watt. Ayam diistirahatkan selama 7 hari untuk menghilangkan stres dan penyesuaian terhadap lingkungan kandang. Ayam ditimbang bobot badannya sebelum diberi perlakuan.

(14)

3 ke dalam media brain heart infusion (BHI) Broth selama 24 jam. Metode selanjutnya pada media tersebut dilakukan sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 5000 RPM, hasil yang didapatkan adalah pelet dan supernatan, kemudian supernatan dibuang. Pelet dibilas dengan NaCl fisiologis dan dilakukan sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 5000 RPM, kemudian diulang sebanyak 3 kali. Pelet dibuat suspensi lalu kekeruhan suspensi disesuaikan dengan standar Mc. Farland 1 (3 x 108 CFU/ml).

Suspensi bakteri kedua yaitu M. gallinarum, bakteri ditumbuhkan pada media Mycoplasma Broth pada suhu 37 °C dengan kondisi mikroaerofilik selama 24 jam. Metode selanjutnya pada media dilakukan sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 5000 RPM, kemudian akan didapatkan pelet dan supernatan. Supernatan dibuang kemudian pelet dibilas lagi dengan NaCl fisiologis dan dilakukan sentrifugasiselama 15 menit dengan kecepatan 5000 RPM, kemudian diulang sebanyak 3 kali. Pelet dibuat menjadi suspensi dimana kekeruhan suspensi disesuaikan dengan standar Mc. Farland 1 (3 x 108 CFU/ml).

Infeksi ayam dengan bakteri Escherichia coli dan pengobatan dengan antibiotik D4

Pada hari ke-8 ayam diinfeksi dengan bakteri E. coli secara per oral sebanyak 1 ml untuk kelompok kontrol + (10 ekor), kelompok perlakuan 1 (20 ekor), kelompok perlakuan 2 (20 ekor), dan kelompok perlakuan 3 (20 ekor), setiap kelompok tersebut ditempatkan pada kandang yang berbeda. Setelah 6 jam kelompok perlakuan 1 diobati dengan antibiotik D4, untuk kelompok perlakuan 2 pengobatan dilakukan pada hari ke-3 pasca infeksi, dan kelompok perlakuan 3 diobati pada hari ke-7 pasca infeksi.

Kontrol negatif tidak diinfeksi dan tidak diobati, sedangkan kontrol positif diinfeksi dengan E. coli dan tidak diberi pengobatan. Pengobatan dilakukan dengan mencampurkan 1 gram antibiotik D4 (dalam bentuk serbuk) ke dalam ember yang berisi 6 liter air lalu dihomogenkan, kemudian air dituangkan pada masing-masing tempat air minum.

Infeksi ayam dengan bakteri Mycoplasma gallinarum dan pengobatan dengan antibiotik D4

Pada hari ke-8 ayam diinfeksi dengan bakteri M. Gallinarum melalui lubang hidung sebanyak 0,5 ml untuk kelompok kontrol + (10 ekor), kelompok perlakuan 1 (20 ekor), kelompok perlakuan 2 (20 ekor), dan kelompok perlakuan 3 (20 ekor). Setiap kelompok tersebut ditempatkan dalam kandang yang berbeda. Setelah 6 jam kelompok perlakuan 1 diobati dengan antibiotik D4, untuk kelompok perlakuan 2 pengobatan dilakukan pada hari ke-3 pasca infeksi, dan kelompok perlakuan 3 diobati pada hari ke-7 pasca infeksi.

(15)

4

Pengamatan

Ayam diamati pada pagi dan siang hari yang dimulai pada hari ke-8. Ayam diberi makan dan minum ad libitum setiap hari. Pengamatan yang dilakukan meliputi morbiditas dengan melihat gejala klinis, mortalitas, serta penimbangan bobot badan sebanyak 7 kali dengan selang 2 hari. Penimbangan bobot badan dilakukan pada hari ke-9 sampai hari ke-21. Pada pengamatan hari ke-24 dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1 Persentase morbiditas dan mortalitas terhadap bakteri Escherichia coli Kelompok

Tabel 2 Persentase morbiditas dan mortalitas terhadap bakteri Mycoplasma gallinarum

(16)

5 Tabel 4 Rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi dengan bakteri Mycoplasma

gallinarum Kontrol + 200±141 250±70.7 500±141 410±56.8 600±105 730±67.5 850±108 Kontrol - 187±35.4 262±51.7 400±75.6 412±412 637±51.7 775±175 837±51.8

Pembahasan

Ayam pedaging umumnya dipanen untuk diambil karkasnya pada umur 5-6 minggu, ayam ini memiliki pertumbuhan yang cepat yaitu mampu mencapai bobot 1-2 kg dalam kurun waktu 1-6 minggu (Rasyaf 1993). Keberhasilan pemeliharaan ayam pedaging dapat diketahui melalui pengukuran lima parameter, yaitu bobot badan, Feed Conversion Ratio (FCR), umur rata-rata ayam saat dipanen, tingkat kematian (mortalitas), dan nilai indeks performa (Riza 2009). Mortalitas merupakan perbandingan antara jumlah ternak yang mati dengan jumlah ternak yang dipelihara (Hastuti 2008). Pengukuran mortalitas saat melakukan pengujian terhadap suatu penyakit biasanya sejalan dengan pengukuran morbiditas atau tingkat kesakitan.

Gambar 1. Ayam pedaging (dokumentasi penelitian)

Morbiditas dan mortalitas ayam yang diinfeksi dengan bakteri Escherichia coli

Penyakit yang disebabkan oleh E. coli disebut colibacillosis, penyakit ini menyerang ayam pedaging dan petelur pada semua umur, tetapi lebih sering terjadi pada umur muda (Faradilla 2013). Penyakit ini dapat timbul akibat pengaruh imunosupresi dari penyakit Gumboro dan juga menjadi ikutan dari penyakit pencernaan dan pernapasan lainnya, seperti chronic respiratory disease (CRD), infectious coryza, swollen head disease, infectiouslaryngotracheitis (ILT), dan coccidiosis (Tarmudji 2003).

(17)

6

1 yaitu pengobatan 6 jam pasca infeksi menunjukkan tidak ada morbiditas dan mortalitas pada ayam. Kelompok perlakuan 2 yang diobati dengan antibiotik pada hari ke-3 pasca infeksi menunjukkan tidak adanya ayam yang sakit maupun ayam yang mati. Kelompok perlakuan 3 yang diobati pada hari ke-7 pasca infeksi juga menunjukkan hasil yang sama dengan kelompok perlakuan 1 dan 2, yaitu tidak ada penyakit dan kematian pada ayam. Tingkat morbiditas dan mortalitas ayam pada perlakuan 1, 2, dan 3 adalah 0%, hasil dari tiap perlakuan menunjukkan bahwa pengobatan ayam yang terinfeksi bakteri E. coli efektif dilakukan antara 6 jam hingga 7 hari pasca infeksi.

Kelompok ayam kontrol negatif yang tidak diinfeksi dengan E. coli menunjukkan tidak adaterjadi morbiditas dan mortalitas, sedangkan kelompok ayam kontrol positif mengalami morbiditas sebesar 100%, tetapi tidak ada ayam yang mati. Kelompok ayam kontrol positif semuanya terkena penyakit karena tidak diberikan pengobatan antibiotik, sehingga penyakit dapat berkembang dengan cepat. Tingkat morbiditas ayam pada tiap perlakuan adalah 0%, hasil tersebut menunjukkan bahwa antibiotik ini efektif dalam mencegah terjadinya penyakit pada ayam yang terinfeksi bakteri E. coli.

Pemeriksaan patologi anatomi pada ayam yang diinfeksi dengan bakteri E. coli menunjukkan adanya enteritis ringan pada kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 yaitu berupa adanya hiperemi ringan pada duodenum. Kelompok ayam kontrol positif mengalami enteritis yang lebih parah dibandingkan dengan perlakuan 1, 2, dan 3, yang ditunjukkan dengan gejala hiperemi yang lebih luas serta terjadinya diare. Reservoir E. coli adalah pada saluran pencernaan, namun juga dapat ditemukan pada saluran pernapasan bagian atas, kulit, dan bulu. Kelompok ayam kontrol negatif yang tidak diinfeksi bakteri menunjukkan tidak adanya kelainan pada saluran pencernaan maupun organ tubuh lainnya.

Morbiditas dan mortalitas ayam yang diinfeksi dengan bakteri Mycoplasma gallinarum

Mycoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycoplasma spp. Gejala klinis penyakit ini tidak patognomonis karena sering terjadi bersamaan dengan infeksi pathogen lainnya, sehingga sulit untuk dideteksi dengan diagnosis biasa. Gejala klinis meliputi konjungtivitis, blepharitis, rhinitis, tracheitis, air sacculitis, dan focal bronchopneumonia. Penyakit ini jika diikuti dengan infeksi E. coli dapat menyerang sendi dan menyebabkan kepincangan pada unggas (Coles 2007).

Hasil pengujian antibiotik terhadap bakteri M. gallinarum pada kelompok perlakuan 1 yaitu pengobatan 6 jam pasca infeksi menunjukkan tidak ada morbiditas dan mortalitas pada ayam. Kelompok perlakuan 2 menunjukkan hasil yang sama dengan perlakuan 1, ayam yang diobati pada hari ke-3 pasca infeksi juga tidak mengalami sakit maupun kematian. Pada kelompok perlakuan 3 tingkat morbiditas dan mortalitas ayam sebesar 0%, tidak ada ayam yang sakit maupun mati. Tingkat morbiditas dan mortalitas ayam pada perlakuan 1, 2, dan 3 adalah 0%, hasil tersebut menunjukkan bahwa pengobatan ayam yang terinfeksi bakteri M. gallinarum efektif dilakukan antara 6 jam hingga 7 hari pasca infeksi.

(18)

7 yang mati. Kelompok ayam kontrol positif semuanya terkena penyakit karena tidak adanya pengobatan antibiotik, sehingga penyakit dapat berkembang dengan cepat. Tingkat morbiditas ayam pada tiap perlakuan adalah 0%, hasil tersebut menunjukkan bahwa antibiotik ini efektif dalam mencegah terjadinya penyakit pada ayam yang terinfeksi bakteri M. gallinarum.

Gambaran patologi anatomi pada kelompok ayam 1, 2, dan 3 yang diinfeksi dengan bakteri M. gallinarum menunjukkan tidak ada kelainan pada paru-paru dan trakhea, namun organ hati tampak pucat dan rapuh. Kelompok ayam kontrol positif mengalami kelainan pada sistem pernapasan dengan gejala berupa sesak napas, hasil pemeriksaan patologi anatomi ditemukan adanya lendir pada hidung serta peradangan pada organ paru-paru. Pada kelompok ayam kontrol negatif tidak ditemukan adanya kelainan pada organ pernapasan, baik hidung maupun paru-paru.

Tingkat pertumbuhan ayam yang diinfeksi dengan bakteri Escherichia coli

Pertumbuhan merupakan proses pertambahan bobot hidup sejak menetas hingga mencapai bobot ukuran dewasa. Pertumbuhan terdiri atas beberapa komponen yaitu pertambahan massa otot, ukuran tulang, lemak tubuh, bulu, kulit, maupun organ dalam (Rose 1997). Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging dipengaruhi oleh tipe ayam, jenis kelamin, energi metabolisme, kandungan protein pakan, dan suhu lingkungan (Wahju 1997). Pertambahan bobot badan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pemeliharaan ayam pedaging.

Hasil pengamatan terhadap bobot badan ayam yang diinfeksi dengan bakteri Escherichia coli pada tabel 3 secara keseluruhan memperlihatkan peningkatan bobot badan pada setiap kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan pertama menunjukkan peningkatan bobot badan mulai dari pengamatan pertama sampai pengamatan ketujuh, tidak ada ayam yang mengalami penurunan bobot badan. Kelompok perlakuan kedua hampir sama dengan kelompok pertama, terjadi peningkatan bobot badan pada pengamatan pertama sampai pengamatan keenam, kemudian bobot badan ayam tetap hingga pengamatan ketujuh.

Kelompok perlakuan ketiga tidak jauh berbeda dengan kelompok pertama dan kedua, rata-rata bobot badan ayam mengalami peningkatan dari pengamatan pertama hingga pengamatan kelima, namun pada pengamatan keenam bobot badan ayam mengalami penurunan, dan kembali meningkat pada pengamatan ketujuh. Penurunan bobot badan ayam pada pengamatan keenam disebabkan oleh penimbangan bobot badan yang dilakukan secara acak.

Rata-rata bobot badan ayam kontrol positif menunjukkan peningkatan pada awal pengamatan, namun pada pengamatan keempat, kelima, dan ketujuh bobot badan ayam mengalami penurunan. Bobot badan ayam kontrol positif mengalami penurunan disebabkan oleh kondisi ayam yang mulai sakit. Kelompok ayam kontrol negatif mengalami peningkatan bobot badan dari pengamatan pertama hingga pengamatan ketujuh. Kelompok ayam kontrol negatif tidak diinfeksi bakteri sehingga ayam dapat tumbuh secara normal.

Tingkat pertumbuhan ayam yang diinfeksi dengan bakteri Mycoplasma gallinarum

(19)

8

pada tabel 4 menunjukkan peningkatan yang hampir sama pada setiap kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan pertama dan kedua menunjukkan peningkatan bobot badan ayam pada pemeriksaan pertama sampai pemeriksaan keenam, dan tidak berubah pada pemeriksaan ketujuh. Kelompok perlakuan ketiga menunjukkan pertambahan bobot badan ayam terus meningkat dari pengamatan pertama hingga pengamatan terakhir.

Kelompok ayam kontrol positif mengalami peningkatan bobot badan pada pemeriksaan pertama sampai pemeriksaan ketiga, pada pemeriksaan keempat terjadi penurunan bobot badan dan kembali meningkat pada pemeriksaan selanjutnya. Penurunan bobot badan ayam pada pemeriksaan keempat disebabkan olehpenimbangan bobot badan yang dilakukan secara acak. Kelompok ayam kontrol negatif menunjukkan peningkatan bobot badan dari pemeriksaan pertama hingga pemeriksaan terakhir. Kelompok ayam kontrol negatif tidak diinfeksi bakteri sehingga ayam dapat tumbuh dengan normal bila dibandingkan dengan kelompok kontrol positif.

Enrofloxacin

Antibiotik D4 yang digunakan mengandung enrofloxacin yang merupakan antibiotik golongan quinolone. Enrofloxacin banyak digunakan untuk pengobatan bakteri Gram positif dan negatif karena memiliki aktivitas bakterisidal dan spektrum yang luas (Anadon dan Larranaga 1995). Enrofloxacin sering digunakan untuk mengatasi salmonellosis, colibacillosis, dan CRD pada ayam. Menurut Soeripto (2009) pengobatan Mycoplasmosis biasanya dilakukan dengan menggunakan antibiotik makrolid seperti tiamulin, tylosin, lincomycin, oxytetrasiklin, dan enrofloxacin.

Enrofloxacin sensitif terhadap beberapa bakteri yaitu Mycoplasma gallisepticum, Salmonella sp., Pasteurella multocida, dan Haemophilus paragallinarum (Bauditz 1987). Enrofloxacin memiliki daya kerja menghambat replikasi bakteri dengan cara menghambat kerja enzim DNA gyrase (Vancutsemet al. 1989). Enrofloxacin berkhasiat terhadap organisme yang resisten terhadap antibiotik beta lactam, aminoglikosida, tetrasiklin, folat antagonis, dan makrolida (Tjay dan Raharja 2000).

(20)

9

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian dapat disimpulkan bahwa antibiotik D4 yang mengandung bahan aktif enrofloxacin efektif diberikan pada bakteri Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum dilihat dari persentase kejadian morbiditas dan mortalitasnya. Pada kelompok ayam yang diinfeksi dengan bakteri E. coli, waktu pemberian antibiotik antara 6 jam sampai 7 hari pasca infeksi terbukti efektif dalam mencegah penyakit, demikian juga kelompok ayam yang diinfeksi dengan bakteri M. gallinarum. Rata-rata bobot badan ayam menunjukkan tidak ada pengaruh pemberian antibiotik terhadap perubahan bobot badan ayam.

Saran

Penggunaan antibiotik harus memperhatikan dosis serta waktu pemberian yang tepat agar didapatkan hasil yang optimum dan berkurangnya jumlah residu dari antibiotik tersebut pada ayam.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Pedaging. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Anadon A, Larranaga M. 1995. Pharmacokinetics and Residues of Enrofloxacin in Chickens. Am JVetRes. 56(4).

Andriyanto. 2010. Pengaruh penambahan bio adenosin triphosphat terhadap profil kinetik dan efektivitas enrofloksasin dalam mengatasi Coxiella burnetti [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Barnes HJ, Gross WB. 1997. Diseases of Poultry. 10th ed. IA (US): Iowa State University Press.

Bauditz R. 1987. Result of Clinical Studies with Baytril in Poultry. Vet Med. Rev. 2:122.

Coles BH. 2007. Essensial of Avian Medicine and Surgery. Ames (US). Blackwell Pub Ltd.

Craig CR, Stitzel RE. 2005. Modern Pharmacology with Clinical Application. 5th Edition. Newyork (US): Little Brown and Company.

Faradilla K. 2013. Efikasi antibiotik D-1 terhadap bakteri Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum pada ayam pedaging [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(21)

10

Murtidjo BA. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Murtidjo BA. 2008. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Rasyaf M. 1992. Produksi dan Pemberian Ransum Unggas. Yogyakarta (ID): Kaninus.

Rasyaf M. 1993. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Rasyaf M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Jakarta (ID): Penebar

Swadaya.

Riza F. 2009. Pengaruh vaksinasi Infectious Bursal Disease inaktif terhadap kinerja ayam pedaging [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Rose SP. 1997. Principle of Poultry Science. CAB International. Biddles Ltd. Guildford.

Soeripto. 1988. Natural Mycoplasma gallisepticum Infection in Tegal Duck. Bogor.

Soeripto. 2009. Chronic respiratory disease (CRD) pada ayam. Wartazoa. 19(3):134-142.

Solomon IA. 1978. Antibiotics in Animal Feeds-Human and Animal Safety Issues. J Anim Sci. 46:1360-1368.

Tarmudji. 2003. Kolibasilosis pada ayam: etiologi, patologi, dan pengendaliannya. Wartazoa. 13(2):65-73.

Tjay TH, Raharja K. 2000. Obat-Obat Penting. Depkes RI. Jakarta (ID): Gramedia.

Vancutsem PM, Babish JG, and WS Scchwark. 1989. The Fluoroquinolone Antimicrobials: Structure, Antimicrobial, Activity, Pharmacokinetics, Clinical Use in Domestic Animals and Toxicity. Cornell Vet. 80:173-186.

(22)

11 Lampiran 1 Gambaran patologi anatomi kelompok ayam yang diinfeksi bakteri

Escherichia coli

Kontrol + Keterangan: Hiperemi pada duodenum

(23)

12

Kelompok Perlakuan 2 Keterangan : Hiperemi ringan pada duodenum

(24)

13 Lampiran 2 Gambaran patologi anatomi kelompok ayam yang diinfeksi bakteri

Mycoplasma gallinarum

Kontrol +

Kontrol + Keterangan : Kerusakan pada organ paru-paru

(25)

14

Perlakuan 2 Keterangan :Organ hati pucat dan rapuh

(26)

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Solok pada tanggal 20 Mei 1991. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari ayah bernama Drs. Ernurzal, M.Ag dan ibu bernama Lili Hasda S.Pd.

Penulis mengawali pendidikan pertama di TK Bhayangkari Kota Solok yang diselesaikan pada tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri 02 Aro Kota Solok pada tahun 1997 hingga 2003. Tahun 2006 Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Solok dan melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Solok hingga tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah pare terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus multiresisten antibiotik

Penelitian tentang pola kepekaan bakteri Escherichia coli O157:H7 yang diisolasi dari feses sapi bali terhadap antibiotik penisilin G, ampisilin, sulfametoksazol dan

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ALFA MANGOSTIN KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli MULTIRESISTEN ANTIBIOTIK.. DAN BAKTERI

Escherichia coli yang memiliki habitat alami di dalam saluran pencernaan manusia dan mamalia lain banyak ditemukan sebagai bakteri resisten terhadap beberapa antibiotik,

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Actinomycetes dari lalat rumah (Musca domestica) yang berpotensi sebagai antibiotik terhadap bakteri

Strain Actinomycetes I memiliki aktivitas antibiotik yang tinggi terhadap bakteri uji Escherichia coli multiresisten dengan diameter zona hambat sebesar 12,6 mm (inkubasi

P., 2011, Aktivitas Antibakteri Fraksi Nonpolar Ekstrak Etanol Buah Stroberi (Fragaria x ananassa) terhadap Bakteri Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus

Penelitian mengenai resistansi antibiotik terhadap bakteri Escherichia coli (E.coli) dan jumlah bakteri koliform dari Ikan Balang di Sungai Batang Arau telah