• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anatomical Identification of Feed Residue in Fecal of Long-Tailed Macaque (Macaca fascicularis) at Pangandaran Nature Park

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Anatomical Identification of Feed Residue in Fecal of Long-Tailed Macaque (Macaca fascicularis) at Pangandaran Nature Park"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI ANATOMI SISA PAKAN DALAM FESES

MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI TAMAN

WISATA ALAM PANGANDARAN

PUSPA LARASATI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

PUSPA LARASATI. Identifikasi Anatomi Sisa Pakan dalam Feses Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pangandaran. Dibimbing oleh DORLY dan ISLAMUL HADI.

Studi pakan monyet ekor panjang (M. fascicularis) dilakukan untuk mendapatkan informasi komposisi pakan yang dikonsumsi pada waktu tertentu di suatu habitat. Metode yang dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi tersebut yaitu dengan pegamatan lapangan dan analisis feses. Penelitian tentang analisis feses dengan mengamati remahan sisa pakan dalam feses secara anatomi belum pernah dilakukan. Sisa pakan yang tidak tercerna digunakan untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang. Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan studi anatomi sisa pakan dalam feses monyet ekor panjang dengan pembanding pangkalan data tumbuhan di sekitar habitatnya. Pengambilan sampel feses dan tumbuhan pangkalan data dilakukan pada bulan Januari-Juli 2012 dengan menyusuri satu kelompok monyet Goa Parat di Taman Wisata Alam Pangandaran. Total pangkalan data tumbuhan berjumlah 76 spesies yang terbagi menjadi 25 Famili. Feses yang berhasil dikoleksi berjumlah 58 botol feses. Komposisi feses dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu, buah dan biji, bunga, dan remahan epidermis. Remahan epidermis dapat diidentifikasi dan dipisahkan dari epidermis buah dan daun dengan pendekatan anatomi. Metode studi anatomi memiliki keefektifan mengidentifikasi spesies tumbuhan sisa pakan dalam feses sebesar 43.90%. Bagian yang tidak dapat diidentifikasi dalam feses diduga monyet ekor panjang memperoleh sumber pakan selain berasal dari vegetasi alam di sekitar habitatnya.

Kata kunci: Macaca fascicularis, Anatomi, Feses, Taman Wisata Alam Pangandaran.

ABSTRACT

PUSPA LARASATI. Anatomical Identification of Feed Residue in Fecal of Long-Tailed Macaque (Macaca fascicularis) at Pangandaran Nature Park. Supervised by DORLY dan ISLAMUL HADI.

Feeding study of long-tailed macaque (M. fascicularis) was conducted to get information of feed composition that had been consumed for some time at the habitat. The methods to get the information of feed composition were field observations and fecal analysis. The research on fecal analysis by observing the crumbs of feed residue of the fecal anatomically has never been carried out before. Undigested feed residue was used to identify the species of plants which were the source of feed for the long-tailed macaque. This study was aimed to observe the effectiveness of the feed residue by anatomical studies in long-tailed macaque fecal with comparing database of plants around the habitat. The fecal and plant database sampling was conducted from January until July 2012 by tracking one group of long-tailed macaque along Parat Cave at Pangandaran Nature Park. Total plant databases were 76 species, divided into 25 Family. About 58 bottles of fecal were successfully collected during sampling. The composition of fecal was separated into three sections: fruits and seeds, flowers, and epidermis crumbs. Epidermis crumbs could be identified and separated from fruit and leaf epidermis by using anatomical approach. Methods of anatomical studies had effectiveness of identify plant spesies feed residue in fecal around 43.90%. Parts that could not be identified in the long-tailed macaque fecal were allegedly obtained from other than natural feed sources around their habitat.

(3)

IDENTIFIKASI ANATOMI SISA PAKAN DALAM FESES

MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI TAMAN

WISATA ALAM PANGANDARAN

PUSPA LARASATI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul : Identifikasi Anatomi Sisa Pakan dalam Feses Monyet Ekor Panjang

(Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pangandaran

Nama : Puspa Larasati

NRP : G34080096

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Dorly, M.Si.

Islamul Hadi, S.Si., M.Si.

NIP 19640416 199103 2 002

NIP 19760813 200501 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Biologi

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.

NIP 19641002 198903 1 002

(5)

PRAKATA

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Identifikasi Anatomi Sisa Pakan dalam Feses Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pangandaran”. Karya ilmiah ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Mikroteknik Departemen Biologi, FMIPA, IPB pada bulan Januari sampai Juli 2012.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Dorly, M.Si. dan Bapak Islamul Hadi, S.Si., M.Si. selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih pula kepadaDr. Ir. Sulistijorini, M.Siselaku penguji dari wakil Komisi Pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan karya ilmiah ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga tercinta, Ibu, Bapak, dan adik-adik yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat. Terima kasih kepada Pak Naryo, Pak Joni, Bu Eti, dan segala pihak yang telah membantu. Terima kasih kepada Nitra, kak Heni, kak Nisful, Evi, Aldi, Hafiz, Khoerani, Ririn, Gina, Azizah, Nia, Shinta, Dini dan teman-teman di Laboratorium Mikroteknik, serta kepada teman-teman tersayang di Biologi angkatan 45 yang selalu memberikan semangat.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2012

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Desember 1990, putri dari Bapak Zainal Falah dan Ibu Puasati Mulyana. Penulis adalah anak pertama dari enam bersaudara.

Penulis lulus dari SD Negeri Bambu Apus 05 tahun 2002 dan lulus dari SMP Negeri 49 Jakarta tahun 2005. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Depok dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

METODE Waktu dan Tempat ... 1

Metode Penelitian... 1

Pengambilan Tumbuhan Sumber Pakan dan Pembuatan Pangkalan Data ... 1

Pengambilan Feses ... 2

Pembuatan Sediaan Mikroskopis ... 2

Pengamatan dan Pemotretan Sediaan Mikroskopis ... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN Pangkalan Data Tumbuhan ... 3

Komposisi Feses... 3

Identifikasi Sisa Pakan dalan Feses secara Anatomi ... 4

SIMPULAN ... 8

SARAN ... 8

DAFTAR PUSTAKA ... 9

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Nilai frekuensi setiap bagian yang ditemukan dalam feses sebelum dan setelah pembuatan sediaan mikroskopis ... 4 2 Nama tumbuhan dan bagiannya yang berhasil teridentifikasi dalam feses M. fascicularis ... 5 3 Hasil foto sediaan anatomi pakan dominan monyet ekor panjang dalam feses dengan

pembanding pangkalan data tumbuhan di sekitar habitat ... 6 4 Perbandingan Pakan dominan monyet ekor panjang yang berasal dari vegetasi alami pada

periode pengamatan yang berbeda ... 8

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Peta persebaran kelompok monyet ekor panjang di Taman Wisata Alam Pangandaran ... 2 2 Komposisi pakan dominan M. fascicularis... 5

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan salah satu primata yang mempunyai daerah persebaran yang sangat luas di Asia Tenggara. Persebaran monyet ekor panjang di Indonesia meliputi pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Timor (Brandon-Jones et al. 2004). Habitat primata ini bervariasi, mulai dari hutan magrove (Hock & Sasekumar 1979), hutan jati (Hasanbahri

et al. 1996), sampai daerah yang di kelilingi pemukiman manusia, misalnya makam keramat, kebun, pura, dan hutan wisata (Hadi et al. 2007; Djuwantoko et al.2008).

Macaca fascicularis juga dilaporkan sebagai salah satu primata yang terdapat di Taman Wisata Alam Pangandaran (Mitani & Watanabe 2009).

M. fascicularis mampu beradaptasi di berbagai habitat ditunjukkan dengan kemampuan memilih pakan sesuai dengan ketersediaannya di alam. Monyet ekor panjangumumnya bersifat frungivora karena 57-67% dari total makanannya adalah buah (Yeager 1996). Pakan yang dimakan oleh monyet tersebut antara lain bunga, buah, kulit kayu, biji, daun, serangga, getah, dan makanan yang berasal dari manusia (Richard

et al. 1989). Habitat yang bervariasi akan mengubah perilaku makannya menjadi omnivora (Hadi et al. 2007).

Studi pakan monyet ekor panjang dilakukan untuk mengetahui komposisi pakan yang dikonsumsi pada waktu tertentu sesuai habitatnya. Studi pakan pada monyet ekor panjang telah dilakukan di beberapa tempat, misalnya Kalimantan (Yeager 1996), Cikakak, Jawa Tengah (Hadi et al. 2007), dan Yogyakarta (Djuwantoko et al. 2008). Studi pakan di beberapa daerah ini bertujuan melihat keragaman jenis pakan dengan penekanan pada aktivitas perilaku makan. Pendekatan lain yang bisa dilakukan adalah menganalisis kandungan sisa pakan yang terdapat pada feses. Sisa pakan yang tidak tercerna digunakan untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang.

Penelitian analisis feses pada monyet formosan (M. cyclopis) dan monyet jepang (M. fuscata) telah dilakukan (Su & Lee 2001; Hanya et al. 2003). Analisis feses tersebut ditekankan pada pemisahan komposisi remahan feses secara morfologi.

Pada M. fascicularis, metode pendekatan secara anatomi analisis spesies tumbuhan pakan pada remahan feses belum pernah dilaporkan. Pengamatan anatomi remahan sisa pakan yang ditemukan dalam feses menjadi salah satu alternatif untuk mengetahui spesies tumbuhan sumber pakan yang dikonsumsi. Identifikasi remahan sisa pakan dalam feses M. fascicularis mengacu pada pangkalan data anatomi tumbuhan sumber pakan yang dijumpai di sekitar habitatnya.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan studi anatomi sisa pakan dalam feses monyet ekor panjang (M. fascicularis) dengan pembanding pangkalan data tumbuhan di sekitar habitat.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Juli 2012. Hadi et al. (2011) melaporkan bahwa terdapat lima kelompok monyet ekor panjang di Taman Wisata Alam Pangandaran. Kelompok tersebut terdiri atas kelompok Goa Jepang, Kantor, Goa Parat, Cikamal, dan kelompok Goa Panggung. Sampel feses dan pangkalan data tumbuhan diambil dari satu daerah jelajah monyet ekor panjang Goa Parat di Taman Wisata Alam Pangandaran. Analisis feses dilakukan di Laboratorium Mikroteknik Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

Metode Penelitian

Pengambilan Tumbuhan Sumber Pakan dan Pembuatan Pangkalan Data. Tumbuhan sumber pakan yang diambil adalah tumbuhan yang terlihat pada jarak ± 5 m ke arah kanan dan kiri di sepanjang jalan setapak daerah jelajah (Hanya et al. 2003). Bagian tumbuhan sumber pakan dimasukkan ke dalam botol berisi alkohol 70% dan diberi label lokasi serta waktu pengambilan.

(10)

2

anatomi sediaan mikroskopis sayatan transversal dan longitudinal meliputi struktur, ukuran, dan ciri khas jaringan penyusun organ bunga, buah, dan biji. Sediaan mikroskopis dan karakter anatomi tumbuhan sumber pakan tersebut akan dijadikan pangkalan data. Kerapatan stomata dihitung dengan rumus (Willmer 1983) sebagai berikut:

Σ Stomata Luas bidang pandang (mm2)

Keterangan:

KR : Kerapatan stomata

*) rumus yang sama digunakan untuk data trikoma

Pengambilan Feses. Feses monyet

ekor panjang diambil dari lapangan berdasarkan hasil penelusuran satu daerah jelajah kelompok monyet ekor panjang Goa Parat yang terdapat di Taman Wisata Alam Pangandaran. Kelompok Goa Parat dipilih karena memiliki daerah jelajah yang cukup panjang dan irisan daerah jelajah yang paling sedikit dengan daerah jelajah lainnya (Gambar 1). Pengambilan feses dilakukan 3 kali, pada bulan Januari, Maret, dan April 2012.

Feses yang berhasil dikoleksi selama periode pengambilan sampel berjumlah 58

botol feses dan 8 botol di antaranya dalam kondisi segar. Satu botol feses hanya berisi satu produksi feses yang ditemukan. Feses dicuci dan disaring untuk dipisahkan menjadi 3 bagian yaitu, buah dan biji, remahan epidermis, dan bunga. Perhitungan frekuensi keberadaan masing-masing bagian dihitung sebelum dan setelah proses pembuatan sedian mikroskopis. Frekuensi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Σ botol ditemukan suatu bagian tumbuhan

Σ botol sampel total

Pembuatan Sediaan Mikroskopis. Sediaan mikroskopis remahan sisa pakan dalam feses dan tumbuhan sumber pakan M. fascicularis yang berada di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Pangandaran dibuat dengan metode parafin (Johansen 1940) berupa sayatan transversal dan longitudinal serta sayatan paradermal dengan metode

whole mount (Sass 1951).

Buah, biji, dan bunga dalam feses maupun tumbuhan sumber pakan dibuat sediaan mikroskopisnya dengan metode parafin. Sampel difiksasi dalam larutan FAA (formaldehid : asam asetat glasial : alkohol 70% = 5:5:90), kemudian dicuci dengan alkohol 50%.

Keterangan:

: Kelompok Cikamal : Kelompok Goa Parat

: Kelompok Goa Jepang : Daerah Taman Wisata Alam Paangandaran

: Kelompok Kantor : Daerah Cagar Alam Pangandaran

[image:10.595.113.494.415.736.2]

: Kelompok Goa Panggung

(11)

Sampel kemudian didehidrasi dengan larutan seri Johansen I – VII (Lampiran 1). Sampel diinfiltrasi parafin dengan titik lebur 58oC secara bertahap di dalam oven. Sampel ditanam (embedding) ke dalam blok yang berisi parafin murni.

Blok parafin yang berisi sampel dilunakkan dalam larutan Gifford (Lampiran 2). Blok dirapikan, kemudian ditempel pada holder dan disayat setebal 10 µm dengan mikrotom putar Yamato RV-240 dan pita parafin direkatkan pada gelas objek dengan albumin-gliserin. Tahap selanjutnya sampel diwarnai dengan Safranin 2% dan fast green

0.5%. Pewarna safranin berfungsi untuk mewarna bagian kutikula dan bagian yang mengandung lignin, sedangkan pewarna fast green untuk mewarna sitoplasma. Preparat yang telah diwarnai ditetesi dengan entelan lalu ditutup dengan gelas penutup dan diamati di bawah mikroskop.

Sampel berupa remahan epidermis yang berasal dari feses, sampel daun dan buah dari tumbuhan sumber pakan M. fascicularis dibuat sediaan mikroskopis berupa sayatan paradermal. Sampel difiksasi dengan alkohol 70%, kemudian dicuci dengan akuades dan direndam dalam asam nitrat 50%. Tahap selanjutnya penyayatan bagian adaksial dan abaksial daun serta epidermis buah menggunakan silet. Hasil sayatan direndam dalam natrium hipoklorit dan dibilas dengan akuades, lalu diwarnai dengan safranin 1% dan diletakkan di gelas objek yang telah diberi gliserin 30%, setelah itu ditutup dengan gelas penutup untuk diamati di bawah mikroskop.

Pengamatan dan Pemotretan

Sediaan Mikroskopis. Sediaan mikroskopis diamati menggunakan mikroskop Olympus tipe CH20 dan difoto dengan mikroskop Olympus BX51. Hasil foto sediaan mikroskopis tumbuhan sumber pakan sekitar Taman Wisata Alam dijadikan pangkalan data. Pangkalan data tersebut yang dijadikan acuan dalam proses identifikasi spesies tumbuhan remahan sisa pakan dalam feses.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pangkalan Data Tumbuhan

Bagian tumbuhan yang dikoleksi untuk pangkalan data terdiri atas daun, bunga, dan buah. Bagian tumbuhan tersebut tidak semua dikoleksi dalam satu spesies. Koleksi yang memiliki hanya bagian daun

berjumlah 50 spesies, bunga 3 spesies dan yang terdiri atas buah saja 4 spesies. Koleksi spesies yang memiliki bagian tumbuhan daun dan buah terdiri atas 15 spesies, sedangkan yang memiliki koleksi berupa daun dan bunga terdiri atas 4 spesies. Total keseluruhan tumbuhan pangkalan data berjumlah 76 spesies yang terbagi menjadi 25 Famili (Lampiran 3).

Mitani et al. melakukan inventarisasi dan identifikasi tumbuhan yang terdapat di Taman Wisata Alam (TWA) dan Cagar Alam (CA) Pangandaran pada tahun 1997 dan mempublikasikannya pada tahun 2009. Tumbuhan yang berhasil teridentifikasi saat itu sebanyak 85 spesies dari 34 famili tumbuhan. Hasil yang diperoleh berbeda karena Mitani et al. (2009) melakukan inventarisasi sebelum bencana tsunami dan diduga saat ini terdapat beberapa spesies yang hilang. Perbedaan lokasi pengambilan juga dapat mempengaruhi jumlah tumbuhan yang berhasil diinventarisasi. Penelitian ini hanya mengambil tumbuhan di sekitar daerah jelajah kelompok monyet ekor panjang Goa Parat di kawasan TWA, sedangkan Mitani et al. (2009) mengambil di seluruh kawasan TWA dan CA Pangandaran.

Tumbuhan pangkalan data yaang dimiliki akan menjadi acuan untuk proses identifikasi remahan sisa pakan yang terdapat dalam feses yang ditemukan. Pangkalan data yang dibuat terdiri atas data karakter khusus seperti stomata dan trikoma serta foto sediaan anatomi setiap spesies sebagai pendukung pangkalan data yang dimiliki.

Komposisi Feses

(12)

4

tingkat spesies karena epidermis daun atau buah tidak dapat dibedakan jika dalam bentuk remahan. Pengamatan anatomi diperlukan untuk memastikan spesies tumbuhan pakan yang terkandung dalam remahan epidermis dalam feses.

Penelitian yang dilakukan Su dan Lee (2001) serta Hanya et al. (2003) ditemukan adanya bagian tubuh hewan yang terkandung dalam feses. Sementara seluruh sampel feses yang dikoleksi pada penelitian ini tidak ditemukan bagian tubuh hewan. Kalaupun ada bagian hewan yang ditemukan hanya serangga pengunjung feses, untuk itu faktor bagian hewan yang ditemukan ditiadakan.

Nilai frekuensi keberadaan ketiga bagian tumbuhan tersebut dihitung setelah proses pemisahan komposisi feses. Nilai frekuensi keberadaan buah dan biji, bunga, dan remahan epidermis dalam feses berturut-turut adalah 0.896, 0.776, 1 (Tabel 1). Nilai frekuensi tersebut menggambarkan frekuensi keberadaan setiap komponen dalam feses. Remahan epidermis memiliki nilai frekuensi 1 artinya remahan epidermis ditemukan di semua botol feses yang dikoleksi. Pemisahan secara morfologi ini tidak mampu untuk membedakan remahan epidermis daun dan buah.

Pengamatan struktur anatomi pada remahan epidermis dapat membantu proses identifikasi spesies tumbuhan berdasarkan karakter anatomi spesifik yang dimiliki (Metcalfe & Chalk 1979). Sediaan mikroskopis remahan epidermis diamati karakter spesifiknya, misalnya stomata dan trikoma. Hasil pengamatan dicocokkan dengan pangkalan data yang dimiliki. Proses tersebut ternyata dapat membedakan antara epidermis buah dan daun.

Nilai frekuensi ditemukannya bunga dalam feses sebelum dan setelah proses pembuatan sediaan tetap yaitu 0.776. Nilai frekuensi remahan epidermis berubah dari 1 menjadi 0.603. Remahan epidermis yang ditemukan ternyata terdiri atas epidermis buah, daun dan bagian yang tidak dapat teridentifikasi. Nilai frekuensi buah dan biji

naik dari 0.896 menjadi 0.931. Daun bisa teridentifikasi setelah pembuatan sediaan mikroskopis, nilai frekuensi keberadaanya mencapai 0.966 (Tabel 1). Metode sediaan anatomi ini sangat efektif untuk mengidentifikasi organ daun yang ditemukan dalam bentuk remahan di feses.

Bagian yang tidak teridentifikasi masih ditemukan setelah proses pembuatan sediaan mikroskopis. Beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain, keterbatasan pangkalan data, remahan epidermis yang sangat hancur, dan diduga

M. fascicularis memperoleh sumber pakan selain dari vegetasi alam.

Hadi (2001) melaporkan bahwa M. fascicularis di kawasan Taman Wisata Alam Pangandaran mendapatkan makanan sebesar 54.33% dari wisatawan. Pangkalan data yang dimiliki hanya mencakup tumbuhan pada vegetasi alam dan mengabaikan faktor sumber pakan lainnya. Hal ini dapat menyulitkan proses identifikasi spesies sumber pakan jika hanya melihat kandungan fesesnya.

Metode lain dibutuhkan untuk dapat membantu melengkapi data pakan hewan tersebut. Metode yang dapat digunakan misalnya pengamatan aktivitas pakan harian secara langsung di lapangan. Metode pelengkap berfungsi untk melengkapi data informasi pakan monyet ekor panjang yang tidak teramati dari hasil analisis feses. Hasil pengamatan aktivitas harian secara langsung di lapangan tidak hanya dapat mengetahui frekuensi makan dan banyaknya spesies tanaman yang dimakan, tetapi dapat juga mengetahui aktivitas harian lainnya seperti waktu bergerak, beristirahat, selisik, agonistik, bermain dan seksual.

Identifikasi Sisa Pakan dalam Feses secara Anatomi

[image:12.595.111.514.689.735.2]

Jumlah spesies tumbuhan pakan dalam feses yang berhasil teridentifikasi sebanyak 18 spesies dari 41 komponen jenis total yang ditemukan. 23 komponen lainnya yang tidak teridentifikasi ditemukan dalam bentuk remahan epidermis.

Tabel 1 Nilai frekuensi setiap bagian yang ditemukan dalam feses sebelum dan setelah pembuatan sediaan mikroskopis

Frekuensi Buah dan biji Bunga Daun Remahan tidak

teridentifikasi

Sebelum pembuatan sediaan mikroskopis 0.896 0.776 - 1

(13)

5

Bagian tumbuhan yang ditemukan dalam feses meliputi buah dan biji, bunga, dan daun. Famili yang dominan dari 18 spesies tersebut yaitu, Moraceae dan Poaceae (Tabel 2). Bunga Ficus sp. yang ditemukan dalam feses tidak dapat diidentifikasi sampai tingkat spesies karena secara anatomi sulit untuk dibedakan antar spesies dalam satu familinya.

Monyet ekor panjang di kawasan Taman Wisata Alam Pangandaran tidak hanya mengambil pakan di atas pohon, tetapi turun ke daratan. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya rumput-rumputan dari famili Poaceae dalam feses.

Komposisi pakan dominan M. fascicularis pada periode bulan Januari-April 2012 adalah Bunga Ficus sp., Rumput A (Digitaria sanguinalis), Huni (Antidesma bunius), Kondang (Ficus variegata), Kibuaya (Leea indica), rumput B (Paspalum conjugatum), dan Kiara koneng (Ficus annulata) (Gambar 2). Jenis pakan dominan dipilih karena memiliki komposisi lebih dari 5% dari keseluruhan feses. Pakan lain-lain yang teridentifikasi ada 11 jenis antara lain, Kiara (Ficus microcarpa), Kikores (Physchotria viridiflora), Huru (Litsea glutinosa), Bungur (Lagerstroema ovaliforia), Borogondolo (Hernandia

peltata), Kipacar (Syzygium sp.), Kokosan monyet (Dysoxyllum caulostachyum), Rumput C, Rumput D (Cynodon dactylon), Rumput E, dan wali kukun (Schoutenia ovata).

Gambar 2 Komposisi pakan dominan M. fascicularis.

Tabel 2 Nama tumbuhan dan bagiannya yang berhasil teridentifikasi di dalam feses M. fascicularis

Famili Spesies Nama lokal Buah dan biji Bunga Daun

Euphorbiaceae Antidesma bunius Huni √

Hernandiaceae Hernandia peltata Borogondolo √

Lauraceae Litsea glutinosa Huru √

Leeaceae Leea indica Kibuaya √

Lythraceae Lagerstroema ovaliforia Bungur √

Malvaceae Schoutenia ovata Wali kukun √

Meliaceae Dysoxyllum caulostachyum Kokosan monyet √ √

Moraceae Ficus variegata Kondang √

Moraceae Ficus microcarpa Kiara √

Moraceae Ficus annulata Kiara koneng √

Moraceae Ficus sp. Ficus √

Myrtaceae Syzygium sp. Kipancar √

Poaceae Digitaria sanguinalis Rumput A * √

Poaceae Paspalum conjugatum Rumput B * √

Poaceae Tidak teridentifikasi Rumput C √

Poaceae Cynodon dactylon Rumput D √

Poaceae Tidak teridentifikasi Rumput E √

Rubiaceae Physchotria viridiflora Kikores √

Keterangan: * : Bulir

17.24% 16.86% 16.48% 11.88% 6.90% 6.90% 6.51% 17.24%

Ficus Digitaria sanguinalis Antidesma bunius Ficus variegata Leea indica Paspalum conjugatum Ficus annulata Lain-lain

[image:13.595.339.530.156.358.2] [image:13.595.108.520.450.728.2]
(14)

6

Metode studi anatomi memiliki keefektifan mengidentifikasi spesies tumbuhan dalam feses sebesar 43.90%, karena 56.10% komposisi feses lainnya tidak dapat teridentifikasi spesiesnya. Nilai keefektifan metode ini bisa meningkat jika didukung oleh metode lain, agar setiap kekurangan dalam setiap metode tertutupi oleh metode lainnya, seperti pengamatan secara langsung di lapangan, percobaan pola makan, dan analisis konten usus.

Pemotretan sediaan dilakukan untuk menambah informasi pangkalan data dan mendukung hasil identifikasi remahan sisa pakan dalam feses. Tujuh spesies pakan dominan yang ditemukan dalam feses difoto. Tabel 3 merupakan hasil foto sayatan anatomi tumbuhan pakan dominan yang ditemukan dalam feses yang dibandingkan dengan foto pangkalan data yang dimiliki.

Tabel 3 Hasil foto sediaan anatomi pakan dominan monyet ekor panjang dalam feses dengan pembanding pangkalan data tumbuhan di sekitar habitat

Sediaan Anatomi dalam feses Pangkalan Data Tumbuhan Keterangan

Bunga Ficus sp.

Daun Rumput A (Digitaria sanguinalis) Tipe stomata : Sel penjaga berbentuk halter didampingi dua sel tetangga yang sejajar Tipe trikoma : Simple short

glandular

Kerapatan stomata :

Abaksial : 438.01 /mm2 Ukuran stomata (µm):

Panjang : 20.0

Lebar : 9.56 Kerapatan trikoma :

Abaksial : 36.86 /mm2 Ukuran trikoma (µm):

Panjang : 32.25

Lebar : 13.25 Epidermis buah Huni

(Antidesma bunius) Tipe stomata : Paracytic

Kerapatan stomata epidermis buah : 23.86 /mm2

Ukuran stomata (µm):

Panjang : 48

[image:14.595.105.526.230.788.2]
(15)

7

Epidermis buah Kondang (Ficus variegata)

Tipe stomata : Anisocytic

Tipe trikoma : Simple short uniseriate

Kerapatan stomata epidermis buah : 37.76 /mm2

Ukuran stomata (µm):

Panjang : 21.25

Lebar : 17.50

Kerapatan trikoma epidermis buah: 29.37 /mm2

Ukuran trikoma (µm):

Panjang : 38.0

Lebar : 9.50

Epidermis buah Kibuaya

(Leea indica)

Tipe stomata : Cyclocytic

Kerapatan stomata epidermis buah : 29.37/mm2

Ukuran stomata (µm):

Panjang : 21.20

Lebar : 17.80

Daun rumput B (Paspalum conjugatum)

Tipe stomata : Sel penjaga berbentuk halter didampingi dua sel tetangga yang sejajar Kerapatan stomata :

Abaksial :198.80 / mm2 Ukuran stomata (µm):

Panjang : 30.28

Lebar : 18.36

Epidermis buah Kiara koneng (Ficus annulata)

Tipe stomata : Cyclocytic

Tipe trikoma : Simple long glandular

Kerapatan stomata epidermis buah : 51.24 /mm2

Ukuran stomata (µm):

Panjang : 34.70

Lebar : 25.80

Kerapatan Trikoma epidermis buah : 20.13/mm2

Ukuran Trikoma (µm):

Panjang : 90.36

(16)

Jenis pakan dominan bisa berbeda jika pengambilan sampel feses dilakukan pada bulan yang berbeda. Hal ini karena ketersediaan sumber pakan di alam di pengaruhi musim sehingga kelimpahannya tidak akan sama untuk tiap periodenya, misalnya pada bulan Agustus-Oktober 2001 pakan dominan monyet ekor panjang yang berasal dari vegetasi alaminya adalah Ficus sumatrana dan Litsea resinosa (Hadi 2001).

Kiara beas (Ficus sumatrana) merupakan spesies tumbuhan yang menjadi salah satu pakan dominan hasil pengamatan secara langsung di lapangan pada tahun

2001 dan 2012. Perbedaan waktu pengamatan 11 tahun ini tidak membuat monyet ekor panjang kehilangan selera untuk menjadikan tumbuhan Kiara beas (F.

[image:16.595.106.513.281.514.2]

sumatrana) sebagai pakan dominannya. Tiga belas spesies tumbuhan teramati oleh Hadi pada periode Januari-Maret 2012 sebagai pakan dominan monyet ekor panjang kelompok Goa Parat (Hadi I 10 Juli 2012, Komunikasi pribadi). Hasil identifikasi anatomi sisa pakan dalam feses periode Januari-April 2012 pada penelitian ini mendapatkan 7 jenis pakan dominan yang ditemukan dalam feses (Tabel 4).

Tabel 4 Perbandingan pakan dominan dan sisa pakan dominan monyet ekor panjang yang berasal dari vegetasi alami pada periode pengamatan yang berbeda

Periode Agustus-Oktober 2001*

Periode Januari-Maret 2012** Periode Januari-April 2012 pada penelitian ini

Katulampa (L. resinosa) Beringin ( F. benjmina) Kondang (F. variegata) Kiara beas (F. sumatrana) Kiara beas (F. sumatrana) Kiara koneng (F. annulata)

Kiara koneng (F. annulata ) Bunga (Ficus sp.)

Rumput A (D. sanguinalis ) Rumput A (D. sanguinalis ) Rumput B (P. Conjugatum) Rumput B (P. Conjugatum)

Rumput C Kibuaya (Leea indica)

Rumput D (Cynodon dactylon ) Huni ( Antidesma bunius)

Rumput E

Kikores (Physchotria viridiflora) Pandan (Pandanus sp.)

Songgom (Baringtonia insignis) Kibuaya (Leea indica)

Huni ( Antidesma bunius)

Sumber : * : Hadi 2001, ** : Hadi I 10 Juli 2012, Komunikasi pribadi

Jika dibadingkan antara pengamatan Hadi pada periode Januari-Maret 2012 dan penelitian ini ternyata terdapat 5 spesies yang sama. Spesies tumbuhan pakan yang sama tersebut antara lain, Kiara koneng (F. annulata), Rumput A (Digitaria sanguinalis), rumput B (Paspalum conjugatum), Kibuaya (Leea indica), dan Huni (Antidesma bunius).

Hasil penelitian Hadi (2001) dan tahun 2012 yang melakukan pengamatan aktivitas makan serta penelitian ini yang menggunakan metode identifikasi secara anatomi menunjukan genus Ficus dari famili Moraceae selalu menjadi salah satu pakan dominan oleh monyet ekor panjang. Tumbuhan bergenus Ficus selalu tersedia sepanjang tahun dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh musim. Buah Ficus

memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga disukai oleh monyet ekor panjang.

SIMPULAN

Metode identifikasi anatomi remahan feses monyet ekor panjang memiliki keefektifan sebesar 43.90%. Metode pendukung lain dibutuhkan untuk melengkapi informasi tentang komposisi pakan. Sumber pakan selain berasal dari vegetasi alam diduga berpengaruh terhadap komposisi pakan monyet ekor panjang.

SARAN

(17)

dapat berdiri sendiri, untuk itu diperlukan metode pendukung seperti pengamatan langsung di lapangan untuk mengamati sumber pakan yang bukan berasal dari vegetasi alam di suatu kawasan yang diteliti. Melengkapi pangkalan data juga perlu dilakukan untuk semua organ tumbuhan setiap spesiesnya, agar pangkalan data yang dimiliki lebih baik jika akan digunakan di kemudian hari. Periode watu pengamatan yang berbeda diperlukan untuk mendapatkan informasi variasi pakan per periodenya.

DAFTAR PUSTAKA

Brandon-Jones D, Eudey AA, Geissmann T, Groves CP, Melnick DJ, Morales JC, Shekelle M, Stewart CB. 2004. Asian primate classification. Int J Primatol

25(1):97-164.

Djuwantoko, Utami RN, Wiyono. 2008. Perilaku Agresif Monyet, Macaca fascicularis (Raffles, 1821) terhadap wisatawan di Hutan Wisata Alam Kaliurang, Yogyakarta. Biodiversitas

9(4) : 301-305.

Hadi I, Suryobroto B, Dorly, Aryanti NA, Widayanti KA. 2011. Ekologi Mamalia di TWA/CA Pangandaran [laporan penelitian]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Hadi I, Suryobroto B, Perwitasari-Farajallah D. 2007. Food preference of semi-provisioned macaques based on feeding duration and foraging party size. Hayati 14(1):13-17.

Hadi I. 2001. Pemilihan makanan oleh monyet karier buta warna [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Hanya G, Noma N, Agetsuma N. 2003. Altitudial and seasonal variations in the diet of Japanese macaques in Yakushima. Primates 44:51-59. Hasanbahri S, Djuwantoko, Ngariana IN.

1996. Komposisi jenis tumbuhan pakan kera ekor panjang (Macaca

fascicularis) di habitat hutan jati.

Biota 2(1):1-6.

Hock LB, Sasekumar A. 1979. A preliminary study on the feeding biology of mangrove forest primates, Kuala Selangor. Malay Nat J

33:105-112.

Johansen DA. 1940. Plant Microtechnique. New York: McGraw-Hill.

Metcalfe CR, Chalk L. 1979. Anatomy of the Dicotyledons, Volume 1: Systematic Anatomy of Leaf and Steam, with a Brief History of the Subject. Oxford: Clarendon Pr.

Mitani M, Watanabe K, Gurmaya KJ, Megantara EN, Purnama AR, Syarif YS. 2009. Plant species list from the Pananjung Pangandaran Nature Reserve, West Java, Indonesia, sampled in the El Nino-Southern Oscillation year of 1997. Humans and Nature 20:113-120.

Mitani M, Watanabe K. 2009. The situation of the Pangandaran nature reserve in West Java, Indonesia in 2008, with special reference to vegetation and the population dynamics of primates.

Primate Research 25:5-13.

Richard AF, Goldstein SJ, Dewar RE. 1989. Weed macaques: the evolutionary implications of macaque feeding ecology. Int J Primatol 10(6):569-594.

Sass JE. 1951. Botanical Microtechique. Lowa: The Lowa State Coll Pr.

Su H, Lee L. 2001. Food habit of Formosan rock macaques (Macaca cyclopis) in Jentse, Northeastern Taiwan, assesed by fecal analysis and behavioral observation. Int J Primatol 22(3):359-377.

Willmer CM. 1983. Stomata. London: Longman Group limited.

(18)
(19)

11

Lampiran 1 Komposisi larutan seri Johansen

Komposisi Larutan Johansen

I II III IV V VI VII

Air 50% 30% 15% - - - -

Etanol 95% 40% 50% 50% 45% - - -

Etanol 100% - - - - 25% - -

Tertier butil alkohol 10% 20% 35% 55% 75% 100% 50%

Minyak parafin - - - 50%

Lampiran 2 Komposisi larutan Gifford

Komposisi Volume (ml)

Alkohol 60% 80

Asam asetat glacial 20

Gliserin 5

Lampiran 3 Tumbuhan pangkalan data yang berhasil diinventarisasi

No. Nama sunda Nama ilmiah Famili Daun Bunga Buah

1 Dahu Dracohtomelon mangiferum Anacardiaceae

2 Mangga Mangifera indica Anacardiaceae

3 Popohan Buchanania arboresecens Anacardiaceae

4 Burahol Stelechocarpus burahol Annonaceae

5 Kananga Cananga odorata Annonaceae √

6 Sauheun Polyalthia lateriflora Annonaceae √

7 Nyamplung Calophyllum inophyllum Clusiaceae

8 Katapang Terminalia cattapa Combretaceae

9 Kisegel Dillenia excelsa Dilleniaceae

10 Dempol Glochidion philippicum Euphorbiaceae √

11 Huni Antidesma bunius Euphorbiaceae √ √

12 Kihuut Glochidion macrocarpum Euphorbiaceae √

13 Menteng Baccaurea javanica Euphorbiaceae √

14 Kateng kateng Cynometra ramiflora Fabaceae √ √

15 Kikukupu Bauhinia sp. Fabaceae

16 Sono keling Dalbergia latifolice Fabaceae

17 Kiminyak Casearia sp. Flacourtiaceae

18 Rukem Flacourtia rukam Flacourtiaceae √

19 Borogondolo Hernandia peltata Hernandiaceae √ √

20 Katulampa Litsea resinosa Lauraceae √

21 Huru Litsea glutinosa Lauraceae √ √

22 Huru batu Litsea sp. Lauraceae √ √

23 Kibuaya Leea indica Leeaceae √ √

24 - - Liliaceae √

25 Bungur Lagerstroema ovaliforia Lythraceae √ √

26 Benger Lagerstroemia speciosa Lythraceae √

(20)

12

28 Wali kukun Schoutenia ovata Malvaceae √

29 Waru laut Hibiscus tiliaceus Malvaceae √

30 Kedoya Dysoxyllum alliaceum Meliaceae

31 Kokosan monyet Dysoxyllum caulostachyum Meliaceae √ √

32 Mahoni Swietenia macrophylla Meliaceae √ √

33 Benda Artocarpus elasticus Moraceae

34 Beringin Ficus benjamina Moraceae √ √

35 Ficus 1 Ficus sp. 1 Moraceae √ √

36 Ficus 2 Ficus sp. 2 Moraceae

37 Kiara Ficus microcarpa Moraceae √ √

38 Kiara beas Ficus sumatrana Moraceae

39 Kiara kebo Ficus sp. 3 Moraceae √ √

40 Kiara koneng Ficus annulata Moraceae √ √

41 Kiara lutung Ficus sp. 4 Moraceae

42 Kiara munding Ficus elastica Moraceae

43 Kiara taplok Ficus sp. 5 Moraceae

44 Kiciat Ficus septica Moraceae

45 Kondang Ficus variegata Moraceae √ √

46 Kopeng Ficus pubinervis Moraceae

47 Kimokla Knema glauca Myristicaceae √

48 Ipis kulit Decospermum fruticosum Myrtaceae √ √

49 Jambu air Syzygium aqueum Myrtaceae

50 Jambu alas Syzygium densiflora Myrtaceae

51 Kipancar Syzygium sp. Myrtaceae √ √

52 Kopo Syzygium kicemosum Myrtaceae

53 Salam Eugenia polyantha Myrtaceae

54 Pandan Pandanus sp. Pandanaceae √

55 Rumput A Digitaria sanguinalis Poaceae √ √*

56 Rumput B Paspalum conjugatum Poaceae √ √*

57 Rumput C - Poaceae √ √*

58 Rumput D Cynodon dactylon Poaceae √

59 Rumput E - Poaceae √

60 Cangcaratang Nauclea exelsa Rubiaceae

61 Kelepu Nauclea orientalis Rubiaceae

62 Kihapit Rubiaceae sp. Rubiaceae

63 Kikores Physchotria viridiflora Rubiaceae √ √

64 Kilalayu Arytera littoralis Sapindaceae √

65 Kilalayu batu Arytera sp. Sapindaceae √

66 Kosambi Schlerchera oleosa Sapindaceae

67 Caruy Pterospermum javanicum Sterculiaceae

68 Dungun Heritiera littoralis Sterculiaceae

(21)

13

70 Tangkolo Kleinhovia hospita Sterculiaceae

71 Umpang Ternstroemia jaoquianum Theaceae

72 Laban Vitex pubescens Verbenaceae

73 Kibesi - - √ √

74 Kipala - - √

75 Pacok gaok - - √

76 Pereng - - √

Gambar

Gambar 1  Peta persebaran kelompok monyet ekor panjang di Taman Wisata Alam Pangandaran.
Tabel 1  Nilai frekuensi setiap bagian yang ditemukan dalam feses sebelum dan setelah pembuatan
Gambar 2  Komposisi pakan dominan M.
Tabel 3  Hasil foto sediaan anatomi pakan dominan monyet ekor panjang dalam feses dengan pembanding pangkalan data tumbuhan di sekitar habitat
+2

Referensi

Dokumen terkait

kaca (glass) dan karbon (carbon) dan serat sintetik serta fiber dari bahan alami yang dapat dipakai adalah ijuk, jerami, serabut kelapa dan lainnya pada beton yang

Untuk itu Pasar Modal memberikan solusi yang dapat dipertimbangkan dalam hal pendanaan yaitu dengan cara mengubah status perusahaan dari perusahaan tertutup

19 Saya merasa puas ketika dapat berpenampilan atau memiliki barang yang lebih mewah dari teman-teman. S SS TS

Hasil kajian bagi tahap kemahiran berkomunikasi guru di bilik darjah bagi sekolah kebangsaan dan sekolah jenis kebangsaan tamil bagi item guru menyampaikan

Bappeda Kota Salatiga merupakan bagian dari sistem perencanaan pembangunan nasional dimana Bappeda adalah unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan yang

Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat di kecamatan karangasem bertujuan untuk (1) upaya memberikan pemahaman kepada pelatih pencak silat dan guru-guru Penjasorkes Sekolah

Terdakwa mulai kenal dengan saksi korban sejak saksi pindah ke Godean, rumah saksi diseberang jalan rumah Terdakwa (berhadapan). Terdakwa bisa dekat dengan korban karena

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian mengacu pada rumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh umur, lama kerja, jumlah