• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE DAN STUDENT-TEAM-ACHIEVEMENT-DIVISION DI KELAS VII SMP AL-HIDAYAH MEDAN T.A. 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE DAN STUDENT-TEAM-ACHIEVEMENT-DIVISION DI KELAS VII SMP AL-HIDAYAH MEDAN T.A. 2014/2015."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

Adelina Sari Harahap NIM 4103111003

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE DAN

STUDENT-TEAMS-ACHIEVEMENTS-DIVISIONS DI KELAS VII S M P S W A S T A A L - H I D A Y A H M E D A N T . A 2 0 1 4 / 2 0 1 5

ADELINA SARI HARAHAP (NIM 4103111003) ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen I semu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dan Student-Teams-Achievement-Divisions pada pokok bahasan perbandingan di kelas VII SMP Al-Hidayah Medan T.A. 2014/2015.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas MTs Al Washliyah Prapat Janji Tahun Ajaran 2014/2015 dan sampel penelitian adalah kelas VIII yang terdiri dari 2 kelas. kelas VII-B sebanyak 35 siswa sebagai kelas eksperimen I dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dan Kelas VII-A sebanyak 35 siswa sebagai kelas eksperimen II dengan model pembelajaran kooperatif Student-Teams-Achievement-Divisions, dimana kedua kelas ini yang dijadikan sampel dalam penelitian. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan tes pilihan berganda yaitu untuk melihat hasil belajar siswa. Sebelum tes ini ditetapkan sebagai alat pengumpul data, terlebih dahulu diujicobakan kepada siswa diluar kelas sampel untuk melihat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal.

Dari analisa data didapat nilai rata-rata hasil pretest kelas eksperimen I diperoleh L0 (0,1374) < Ltabel (0,1498) dan nilai rata-rata hasil pre-test kelas

eksperimen I sebesar 36,07. Dan dari hasil analisis data pretest kelas eksperimen II diperoleh L0 (0,1357) < Ltabel (0,1498) kelas eksperimen II sebesar 31,96 .

Sehingga disimpulkan data pretest kedua kelas berdistribusi normal. Dari uji homogenitas data pre-test tidak terdapat perbedaan kedua varians atau kedua sampel homogen, dimana Fhitung < Ftabel (1,233 < 1,776).

Nilai rata hasil postest kelas eksperimen I sebesar 78,39 dan nilai rata-rata hasil test kelas eksperimen II sebesar 70,35. Dari hasil analisis data post-test kelas eksperimen I diperoleh L0 (0,0754) < Ltabel (0,1498), dan data post-test

kelas eksperimen II diperoleh L0 (0,14031) < Ltabel (0,1498). Sehingga

disimpulkan data post-test kedua kelas berdistribusi normal. Dari uji homogenitas data post-test kedua sampel homogen, dimana Fhitung < Ftabel (1,472 <1,776).

Setelah dilakukan uji hipotesis dengan kriteria

  2 1 1 2 1

1   

t thitung t dari

perhitungan diperoleh harga thitung tidak berada dalam interval tersebut, maka H0

ditolak dan Ha diterima Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada

(4)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 7

1.5. Tujuan Penelitian 7

1.6. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 9

2.1.1. Belajar dan Pembelajaran Matematika 9

2.1.2. Berpikir Matematis 12

2.1.2.1. Kemampuan Berpikir Matematis 12

2.1.3. Komunikasi 14

2.1.4. Komunikasi Matematis 17

2.1.4.1. Kemampuan Komunikasi Matematis 20 2.1.4.2. Membangun Komunikasi Matematis 22 2.1.4.3. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis 24 2.1.4.4. Format Kemampuan Komunikasi Matematis 27

(5)

2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share 32 2.1.7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Teams-Achievement

Divisions 36

2.1.8. Pertidaksamaan Linear Satu Variabel 42

2.2. Penelitian yang Relevan 43

2.3. Kerangka Konseptual 45

2.4. Hipotesis Tindakan 47

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian 48

3.2. Populasi dan Sampel 48

3.3. Defenisi Operasional 48

3.4. Jenis dan Desain Penelitian 49

3.5. Variabel Penelitian 50

3.6. Prosedur Penelitian 50

3.7. Alat Pengumpul Data 52

3.8 Analisis Uji Coba Test 54

3.9. Tekhnik Analisis Data 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 60

4.1.1. Analisis Instrumen Penelitian 60

4.1.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian 66

4.1.3. Deskripsi Hasil Penelitian 68

4.1.4. Tekhnik Analisis Data 69

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 75

5.2. Saran 76

(6)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1.1. Rubrik Penskoran Komunikasi Matematis 27 Tabel 2.1.2. Rubrik Penskoran Komunikasi Matematis 28 Tabel 2.1.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 31 Tabel 2.1.4 Pembentukan Kelompok Kreatif 37 Tabel 2.1.5 Prosedur Penentuan Nilai Perkembangan Siswa 39 Tabel 2.1.6 Tingkat Penghargaan Kelompok 40 Tabel 3.1. Desain Penelitian Two-Group (Pre-Test dan Post-Test) 49

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas Pretest 60

Tabel 4.2. Tingkat Kesukaran Soal Pretest 61

Tabel 4.3. Daya beda Soal Pretest 62

Tabel 4.4. Hasil Analisis Butir Soal Pretest 62

Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas Postest 63

Tabel 4.6. Tingkat Kesukaran Soal Postest 65

Tabel 4.7. Daya beda Soal Postest 65

(7)

DAFTAR GAMBAR

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan penting dalam berbagai disiplin ilmu serta mampu mengembangkan daya pikir manusia. Bagi dunia keilmuan, matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat. Dapat dikatakan bahwa perkembangan pesat di bidang teknologi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika. Penguasaan matematika yang kuat sejak dini diperlukan siswa untuk menguasai dan menciptakan teknologi masa depan. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu diajarkan di setiap jenjang pendidikan untuk membekali siswa dengan mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa matematika dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan matematika untuk memperjelas suatu keadaan atau masalah.

Salah satu isu penting dalam pembelajaran matematika saat ini adalah pentingnya pengembangan kemampuan komunikasi matematis siswa. Pengembangan komunikasi juga menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika dan menjadi salah satu standar kompetensi lulusan dalam bidang matematika. Melalui pembelajaran matematika, siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah sesuai dengan Permendiknas Nomor 20 tahun 2006 tentang Standar Isi (Wijaya, 2012:16).

Pentingnya kemampuan komunikasi dan pemahaman matematika perlu dilatihkan kepada siswa, didukung oleh visi pendidikan matematika yang mempunyai dua arah perkembangan yaitu memenuhi kebutuhan masa kini dan masa yang akan datang (Sumarmo, dalam Tandiling, 2012) yang mengatakan bahwa:

(9)

kedua untuk kebutuhan masa yang akan datang atau mengarah ke masa depan, mempunyai arti lebih luas yaitu pembelajaran matematika memberikan kemampuan nalar yang logis, sistematis, kritis, dan cermat serta berpikir objektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari serta untuk menghadapi masa depan yang selalu berubah.”

Kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication) dalam pembelajaran matematika sangat perlu untuk dikembangkan. Hal ini karena melalui komunikasi matematis siswa dapat mengorganisasikan berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan, di samping itu siswa juga dapat memberikan respon yang tepat antar siswa dan media dalam proses pembelajaran. Bahkan dalam pergaulan masyarakat, seseorang yang mempunyai kemampuan komunikasi yang baik akan cenderung lebih mudah beradaptasi dengan siapa pun dimana dia berada dalam suatu komunitas, yang pada gilirannya akan menjadi seseorang yang berhasil dalam hidupnya (Umar, 2012). Hal senada juga diungkapkan oleh Lindquist (2010):

“Jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasa terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan mengakses matematika. Komunikasi merupakan cara berbagi ide dan memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi ide dapat dicerminkan, diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan.Proses komunikasi juga membantu membangun makna dan mempermanenkan ide.”

(10)

3

“Pelaksanaan pembelajaran pada umumnya guru masih menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional yang pada tahap pelaksanaan pembelajarannya dimulai dari menjelaskan pokok bahasan, memberikan contoh dan dilanjutkan dengan latihan soal, sehingga pembelajaran cendrung berpusat pada guru. Keadaan demikian mengakibatkan siswa menjadi pasif karena siswa kurang diberi kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide dan pendapat yang dimilikinya. Jarang sekali guru mengelompokkan siswa dalam kelompok belajar, sehingga kurang terjadi interaksi antara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru.”

Dari hasil observasi dan wawancara terhadap salah satu guru matematika di SMP Al-Hidayah Medan, para siswa masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika sehingga jawaban ketika menyelesaikan persoalan tidak bervariasi, hasil belajar matematika yang diperoleh masih belum memuaskan dan pada saat ujian dilakukan masih ada hasil ujian siswa yang tidak tuntas bahkan jauh dari pembelajaran.

Fakta diatas menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang diterapkan saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Sebagian besar guru cenderung menggunakan model pembelajaran biasa atau konvensional, yaitu model pembelajaran yang lebih terfokus pada guru sedangkan siswanya cenderung pasif. Pembelajaran seperti ini membuat respon siswa menjadi kurang baik terhadap pembelajaran matematika. Siswa lebih banyak menerima apa saja yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran seperti ini membuat siswa menjadi kurang aktif. Hal lain yang berkontribusi menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika adalah masih banyak siswa beranggapan bahwa matematika merupakan sulit dan membosankan.

(11)

menyebabkan siswa tidak mampu berkomunikasi secara matematika, sehingga siswa tidak mampu mengungkapkan ide-ide yang ada pada mereka. menurut Arenawa (2011):

Dominasi guru menyebabkan siswa menjadi pasif karena siswa kurang dapat mengemukakan pendapat yang dimilikinya bahkan dalam menyelesaikan sosoal atau masalah Matematika, siswa jarang diminta untuk mengungkapkan alasannya dan menjelaskan secara lisan dan tertulis, mengapa mereka memperoleh jawaban tersebut sehingga kurang terbiasa menyimpulkan pokok bahasan yang telah dipelajari secara sistematis.

Pembelajaran matematika yang kurang melibatkan siswa secara aktif akan menyebabakan siswa tidak dapat menggunakan komunikasi matematikanya. Salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas intelektual serta kehidupan yang lebih baik adalah dengan pembelajaran matematika yang bermakna, siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui sesuatu tetapi juga belajar memahami permasalahan yang ada. Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi (transfer knowledge), tetapi sebagai pendorong siswa belajar (stimulation learning) agar dapat mengkonstuksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi.

Salah satu model pembelajaran yang dinilai mampu mendukung kemampuan komunikasi matematika siswa adalah model pembelajaran kooperatif, karena salah satu manfaat pembelajaran kooperatif adalah terjadinya sharing process antara peserta belajar. Bentuk sharing ini dapat meningkatkan

kemampuan mereka dalam mengkomunikasikan pikirannya baik lisan maupun tulisan.Selain itu, penting bagi guru untuk menetapkan suatu pendekatan pembelajaran yang dipandang tepat untuk memudahkan siswa memahami pelajarannya dan mampu memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan. Untuk itu peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Think-Pair-Share dan Student-Teams-Achievement yang berdasarkan dari pengamatan peneliti pada saat observasi belum pernah dilaksanakan di SMP Al-Hidayah Medan.

(12)

5

Think-Pair-Share dan Students-Teams-Achievement-Divisions. Lyman, F (dalam

Trianto, 2011: 81) menyatakan bahwa:

Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Sehingga dapat dirumuskan bahwa Think Pair Share adalah pola diskusi kelas yang menuntut siswa untuk lebih aktif dalam berpikir dan merespon serta saling membantu. Sedangkan menurut Arends (dalam Ansari, 2009:62):

Strategi pembelajaran Think Pair Share (saling bertukar pikiran secara berpasangan) merupakan struktur pembelajaran kooperatif yang efektif untuk meningkatkan daya pikir siswa. Hal ini memungkinkan dapat terjadi karena prosedurnya telah disusun sedemikian sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, serta merespon sebagai salah satu cara yang dapat membangkitkan bentuk partisipasi siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share adalah model pembelajaran yang mampu membantu siswa dalam

menemukan dan lebih mudah untuk memahami pokok bahasan-pokok bahasan pembelajaran matematika dikarenakan oleh kemampuan komunikasi matematika mereka akan lebih terpacu dalam model pembelajaran ini dan juga karena dengan penggunaan model pembelajaran ini para siswa akan lebih terbuka untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya. Model Think Pair Share dapat mengembangkan pemikiran siswa dan menyatukan aspek-aspek kognitif dan aspek-aspek sosial dalam pembelajaran serta dapat memberikan kesempatan terbuka kepada siswa untuk berbicara dan mengutarakan gagasannya sendiri dan memotivasi siswa untuk terlibat percakapan dalam kelas.

Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share pernah dilakukan oleh:

1. Imelda (2011), memperoleh persentase peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa sebesar 15%

(13)

3. Pakpahan, Meilina (2013) memperoleh persentase peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa sebesar 51,5 %

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student-Team-Achivement-Divisions) adalah model pembelajaran kooperatif yang sederhana dan tepat digunakan dalam pembelajaran matematika, menurut Rusman (2011:214) bahwa:

“Model STAD (Student-Team-Achievement-Divisons) adalah model yang

paling tepat untuk mengerjakan pokok bahasan-pokok bahasan pelajaran ilmu pasti, seperti perhitungan dan penerapan matematika, penggunaan bahsa dan mekanika, geografi dan keterampilan perpetaan dan konsep-konsep sains lainnya.”

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert E. Slavin, di mana pembelajaran tersebut mengacu pada belajar kelompok peserta didik. Dalam satu kelas peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen. Sehingga dalam proses pembelajaran ditunjukkan adanya kolaborasi antara beberapa pemikiran sehingga diperoleh pemahaman siswa yang lebih baik.

Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Student-Team-Achievement-Divisions pernah dilakukan oleh:

1. Yamin, Muhammad (2011), memperoleh persentase peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa sebesar 33,34 %

2. Rahayu, Riska (2014), memperoleh persentase peningkatan kemampuan komunikasi matematika sebesar 27,77 %

3. Simbolon, Seprina (2013), memperoleh persentase peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa sebesar 48,28 %

(14)

7

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa

2. Kegiatan pembelajaran matematika yang umum digunakan guru di kelas adalah dengan menerapkan metode ekspositori yaitu guru menyampaikan pokok bahasan pelajaran dengan berceramah.

3. Penerapan model pembelajaran kooperatif masih jarang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran termasuk pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share dan Student-Team-Achievement-Divisions

1.3Batasan Masalah

Mengingat terbatasnya kemampuan peneliti, dana, waktu, serta luasnya cakupan identifikasi masalah, maka agar pokok permasalahan tidak mengambang maka masalah dibatasi pada kemampuan komunikasi matematis tertulis yang rendah, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dan Student-Team-Achevement-Divisions.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dan Student-Teams-Achievement-Divisions pada pokok bahasan pertidaksamaan linier satu variabel di kelas VII SMP Al-Hidayah Medan T.A. 2014/2015?

1.5Tujuan Penelitian

(15)

dan Student-Teams-Achievement-Divisions pada pokok bahasan pertidaksamaan linier satu variabel kelas VII SMP Al-Hidayah Medan T.A 2014/2015.

1.6 Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti yaitu :

1. Bagi siswa : siswa diharapkan mampu melaksanakan serta menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share ini guna lebih meningkatkan kemampuan komunikasi matematis sehingga siswa dapat secara aktif mengungkapkan ide-ide mereka dalam bahasa matematika. 2. Bagi Guru / calon guru : menambah wawasan terhadap model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dan Student-Teams-Achievement-Divisions dan dapat menerapkannya di kelas dalam

pembelajaran matematika.

3. Bagi Sekolah : meningkatkan mutu pendidikan sekolah terutama di bidang matematika serta dapat dijadikan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas guru dan siswa yang lebih aktif, terampil dan kreatif dalam pembelajaran matematika.

(16)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperati Think-Pair-Share dan kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Student-Team-Achievement-Divisions pada materi pertidaksamaan linear satu variabel di kelas VII SMP Al-Hidayah Medan T.A. 2014/2015.

Dari keempat indikator komunikasi diperoleh: a. Ekspresi Matematis

Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa pada aspek ekspresi matematis pada kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperati Think-Pair-Share dan kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Student-Team-Achievement-Divisions pada materi pertidaksamaan linear satu variabel

b. Membaca Gambar

Tidak Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa pada aspek membaca gambar siswa pada kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperati Think-Pair-Share dan kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Student-Team-Achievement-Divisions pada materi pertidaksamaan linear satu variabel

c. Menggambar

Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa pada aspek menggambar pada kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperati Think-Pair-Share dan kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran

(17)

d. Menjelaskan

Tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa pada aspek menjelaskan pada kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperati Think-Pair-Share dan kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Student-Team-Achievement-Divisions pada materi pertidaksamaan linear satu variabel

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah :

1. Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan STAD sebagai alternatif dalam memilih model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif sebaiknya dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

3. Kepada para siswa agar dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan tertib agar diperoleh hasil yang diinginkan pada pembelajaran dengan model kooperatif tipe STADdan TPS

(18)

77

DAFTAR PUSTAKA

Aljupri, (2009), Analisis Kemampuan dan Representasi Matematis, Laporan Penelitian, Bandung

Ambarjaya, B. S., (2012), Psikologi Pendidikan dan Pengajaran Teori dan Praktik, CAPS, Jakarta

Ansari, B., (2009), Komunikasi Matematik, Yayasan Pena, Banda Aceh Arenawa, (2011), Strategi Pembelajaran Think Pair Share

http://one.indoskripsi.com/node/2009/12/14 (diakses Agustus-September 2014)

Asmin,Mansyur, A, (2012), Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern, Larispa Indonesia, Medan

Aunurrahman, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Pontianak Azizah, S. M.,(2011). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Think-Pair-Share Terhadap Komunikasi Matematis Siswa, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Candra, A., (2006), Komponen-Komponen Komunikasi,

http://aurajogja.files.wordpress.com/2006/09/pengantar-ilmu-komunikasi-a5.PDF (diakses Agustus-September 2014)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2012), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Kependidikan FMIPAUniversitas Negeri Medan, FMIPA UNIMED, Medan

Fitrialdi, (2011), Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan LKS Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar di Kelas VIII SMP Jaya Krama Lubuk Pakam Tahun Ajaran 2010/2011, FMIPA UNIMED,Medan

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, UM PRESS, Malang

Husna, dkk., (2013), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa SMP Melalui Model Pembelajaran Koopeartif Tope Think-Pair-Share (TPS), dalam Jurnal Peluang Vol 1 No 2, ISSN 2302-5158

(19)

Isjoni, (2011), Cooperatif Learning, Alfabeta, Bandung

Istarani, (2012), Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan

KBBI Online, (2014), Matematis, http://kamusbesarbahasaindonesia.com (diakses Agustus-September 2014)

Kemdikbud, (2014), Matemati SMP/MTs Kelas VII Semster 1, Kemdikbud, Jakarta

Kunandar, (2011), Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Lindquist (2010), Komunikasi Mtematika

http://lindquist.wordpress.com/search?q=komunikasi+matematika (diakses Agustus-September 2014)

Mahmudi, A., (2009), Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal MIPA UNHALU Vol. 8 No 1, ISSN 1412-2318

Muntazhimah, (2011), Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Chip Bilangan Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Lubuk Pakam T.A. 2011/2012, FMIPA UNIMED, Medan

Nuharini, D., Wahyuni, T., (2008), Matematika dan Aplikasinya untuk Kelas VII SMP dan MTs, CV. Aranca Pratama, Jakarta

Nurbaidhi’ah, (2010), Perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe STAD pada pokok bahasan Persamaan Kuadrat di kelas X SMA Al-Washliyah 1 Medan Tahun Ajaran 2010/2011, FMIPA Unimed, Medan

Pakpahan, M., (2013), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A 2012/2013, FMIPA Unimed, Medan

Pasaribu, L. H., Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Software Autoghrap untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Self-Efficacy Siswa di SMP Kota PAdangsidimpuan, FMIPA Unimed, Medan

(20)

79

Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta

Sagala, S., (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Alfabeta, Bandung

Saputri, (2013). Perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Piar Share (TPS) dan tipe Student Team Achievement DIvisiaon (STAD) pada materi relasi dan fungsi di kelas VIII SMP Swasta Brigjend Katamso Medan Tahun Ajaran 2013/2014, FMIPA Unimed, Medan

Sbrrhapsody, (2014), Kemampuan Komunikasi Matematis, http://sbrrhapsody.blogspot.com (diakses Agustus-September 2014)

Siahaan, S., (2014), Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika FMIPA Unimed, Medan

Simbolon, S. R., (2013), Perbedaan Komunikasi Matematika Siswa yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Elaborasi dan Student Team Achievement Divisions (STAD) pada Materi Bangun Ruang Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 1 Dolok Panribuan T.A. 2013/2014. FMIPA Unimed, Medan

Sinaga (2009), Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe STAD di kelas X SMK-BM Raksana Medan T.A 2009/2010. FMIPA Unimed, Medan

Sinuhaji, D. J.,(2014) Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Komunikasi Matematika Kelas VII SMP Negeri 1 Pancur Batu T.A, 2013/2014. FMIPA Unimed, Medan

Sitorus, I. C., (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Aktivitas dan Komnunikasi Matematika Siswa SMP Katolik Tri Sakti 2 Medan Tahun Ajaran 2009/2010. FMIPA Unimed: Medan

Soekisno, B., (2008) Membangun Keterampilan Komunikasi Matematika dan Nilai Moral Siswa Melalui Model Pembelajaran Bentang Pengajen, http://rbryans.wordpress.com (diakses Agustus-September 2014)

Sudjana, N., (2005), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.

(21)

Sunyoto, Fitriaten, R.,S., (2011), Penerapan Strategi TTW untuk Meningkatkan Komunikasi Matematik dan Penalaran Siswa pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas X TITL SMKN 2 Bangkalan, Surabaya

Tandiling, E., (2012), Pengembangan Instrumen untuk Mengukur Kemampuan Komunikasi Matematik, Pemahaman Matematik dan Self-regulated Learning Siswa dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Atas, Vol. 13 No.1, Jurnal Penelitian Pendidikan Untan

Tini, A., (2012), Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Antara Siswa yang Diberi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Square Dengan Think-Pair-Share. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2012.

Trianto, (2011), Mendisain Model Pembelajaran inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta

Turmudi, (2009), Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika(Referensi Untuk Guru SMA/MA, Mahasiswa, dan Umum Cetakan I), Leuser Cita Pustaka, Jakarta

Turmudi, (2009), Taktik Dan Strategi Pembelajaran Matematika seri 4(Referensi Untuk Guru Matematika, Cet II), Leuser Cita Pustaka, Jakarta

Umar, W., (2012), Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika, Vol 1 No.1, Jurnal Ilmiah Prodi STKIP Siliwangi, Bandung

Wijaya, A., (2012), Pendidikan Matematika Realistik., Graha Ilmu, Yogyakarta Yamin, M, (2011), Upaya Meningkatkan Komunikasi Matematika Matematika

(22)

ii

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 3.6.1 Skema Prosedur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

berlaku di Indonesia, Perusahaan menghitung, menetapkan dan membayar sendiri besarnya jumlah pajak yang terhutang. Efektif pada tahun pajak 2008 dan tahun-tahun

Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwasistem informasi monitoring tugas akhir dibuat dengan menggunakan php

Hal ini ditunjukan dari proses pembelajaran kedua kelas, dimana kelas eksperimen lebih aktif dalam bertanya dan memberi umpan balik kepada guru dibandingkan kelas

Insektisida kesehatan masyarakat adalah insektisida yang digunakan untuk pengendalian vektor penyakit dan hama permukiman seperti nyamuk, serangga pengganggu lain

Sahabat MQ/ operasi pasar yang diadakan Bulog yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta dan Kecamatan/ mengecewakan mayarakat kecamatan Danurejan// Hal

Secara garis besar, ilmu fisika dapat dipelajari lewat 3 jalan, yaitu pertama, dengan meng- gunakan konsep atau teori fisika yang akhirnya melahirkan fisika teori. Kedua, dengan

Berdasarkan perbedaan bendi di Kota Pariaman dengan delman di Yogyakarta dapat diketahui bahwa bendi Kota Pariaman belum membuat penumpang nyaman dan dilihat

Ho : Tidak ada hubungan antara sikap tentang pengaturan menu seimbang dengan status gizi pada remaja di SMU Negeri 2 Sukoharjo.