• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksploitasi Hijab Dalam Iklan Produk Muslimahkosmetik Sophie Paris Di Televisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksploitasi Hijab Dalam Iklan Produk Muslimahkosmetik Sophie Paris Di Televisi"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLOITASI HIJAB DALAM IKLAN PRODUK

MUSLIMAHKOSMETIK SOPHIE PARIS DI TELEVISI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Erfa Dwi Jayanti

NIM. 1110051000111

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang disajikan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana Komunikasi

Penyiaran Islam (S.Kom.I) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya, atau

merupakan plagiat dari karya ilmiah orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2014

(5)

i

ABSTRAK

Erfa Dwi Jayanti

1110051000111

EKSPLOITASI HIJAB DALAM IKLAN PRODUK MUSLIMAH

KOSMETIK SOPHIE PARIS DI TELEVISI

Televisi merupakan media komunikasi yang bersifat dengar-lihat ( audio-visual), sehingga dapat memberikan pengaruh yang kuat kepada pemirsanya. Besarnya pengaruh televisi bagi masyarakat, dimanfaatkan banyak pihak terutama produsen barang dan jasa untuk menawarkan suatu produk kepada masyarakat, yaitu dengan cara beriklan melalui televisi guna mempersuasi orang untuk membeli. Iklan yang sering ditayangkan di televisi salah satunya yaitu, iklan kosmetik. Iklan-iklan kosmetik yang ditayangkan di televisi pada umumnya akan memvisualisasikannya dengan menampilkan seorang wanita berparas cantik dan bertubuh sexy. Cantik merupakan salah satu perkara yang menjadikan seorang wanita lebih percaya diri. Sebab, citra wanita di media elektronik adalah wanita dapat menarik perhatian bagi konsumen karena wanita identik dengan kecantikan. Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana makna pemanfaatan hijab terhadap kecantikan wanita dalam iklan produk Muslimahkosmetik Sophie Paris di televisi berdasarkan teori semiotika Charles Sanders Peirce?

Selanjutnya, fokus penelitian adalah pada makna pemanfaatan hijab terhadap kecantikan wanita yang terdapat dalam iklan produk Muslimah kosmetik Sophie Paris di televisi dengan menggunakan model analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Yang mana dalam teorinya, dibagike dalam tiga elemen utama yang disebut dengan teori segitiga makna (triangel meaning), terdiri dari representamen meliputi ikon, indeks, dan simbol, objek, dan interpretant.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dengan mengamati tayangan iklan Muslimah kosmetik Sophie Paris, wawancara dengan informan yang terkait, dan studi dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini menemukan bahwaiklan dalam produk kosmetik Muslimah Sophie Paris menggambarkan kecantikan seorang wanita seutuhnya, baik kecantikan yang berasal dari luar maupun kecantikan yang berasal dari dalam (inner beauty). Makna yang terkandung dalam iklan ini sesuai dengan model semiotika Charles Sanders Peirce. Adapun kecantikan yang berasal dari luar, yaitu kecantikan fisik berupa kecantikan wajah dan tubuh, sedangkan kecantikan yang berasal dari dalam (inner beauty) yaitu kecantikan jiwa dan hati. Karena kecantikan fisik bukanlah modal utama, maka inner beauty lah yang membuat perempuan terlihat sempurna. Kemudian eksploitasi kecantikan fisik pada akhirnya menimbulkan kontroversi pada pribadi seseorang dan lingkungan sosial

(6)

ii

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya

yang tak terhingga bagi penulis. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah

kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw, kepada keluarganya, para

sahabatnya, serta kita umatnya hingga akhir zaman.

Skripsi dengan judul “Eksploitasi Hijab Dalam Iklan Produk Muslimah

KosmetikSophie Paris di Televisi” ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I). Dalam penyusunan

skripsi ini, penulis menyadari banyak terdapat kesalahan, kekurangan, dan

keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Namun, karena adanya semangat, doa, dan

bantuan dari berbagai pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu. Sebuah kata yang tulus penulis

sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi H. Arief Subhan,

MA, Wakil Dekan I, Suparto, M. Ed. Ph. D, Wakil Dekan II, Drs.

Jumroni, M. Si, dan Wakil Dekan III, Dr. Sunandar, MA.

2. Rachmat Baihaky, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

3. Fita Fathurokmah, M. Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam.

4. Rubiyanah, MA selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan banyak

(7)

iii

membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi. Semoga Allah

Swt selalu memberikan keberkahan kepada beliau.

5. Orang tua tercinta, bapak H. Purnomo S. Pd dan ibu Surati, serta kakak

tercinta Nurlita Christyaningsih S. Pi yang telah banyak membantu

memberikan do’a, dukungan moril maupun materi, serta kasih sayangnya

yang tidak pernah putus. Terimakasih telah menjadi orang tua dan kakak

yang sempurna bagi penulis.

6. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan banyak memberikan

ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan di

UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta. Semoga penulis dapat mengamalkan

ilmu yang telah bapak dan ibu berikan.

7. Staff Tata Usaha, Perpustakaan, dan Karyawan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi serta

peminjaman buku-buku literatur sebagai referensi dalam penulisan skripsi.

8. Mba Neni Prianti Rahayu selaku Asisten Business Center Putra Sophie Paris, yang telah berbaik hati meluangkan waktu dan kesabarannya untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti.

9. Teman-teman KPI angkatan 2010, terutama keluarga besar KPI D (Karlia

Zainul, Arista Rahma Pangastuti, Izzatunnisa, Rika Alisha, Inayatul Fitria,

Anggy Agustin, Dwi Novita Rahmi, Isyana Tungga Dewi, Intan Purwatih,

Yusrina Rahma Dewi, Cory Carolina, Itha Basitha, Nadia Pratama, Fitri

Silviah, Nurul Fazriah, Nurmalisa Nazarani, dan lain-lain) yang telah

(8)

iv

10.Sahabat terbaik (Putri Novianti, Siti Nur Khayati, almh. Rizka Febrina

Muas, Fitria Aryani Susanti, Fiska Vania Putri, Nada Nur Halizah, Dara

Oktavianti, dan Natasya Agustina) yang selalu memberikan do’a dan

semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik dan lancar.

11.Serta semua pihak yang mungkin lupa peneliti cantumkan namanya dan

telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Demikian pengantar dalam penelitian ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa

berkenan membalas segala kebaikan dan memberikan kebahagiaan bagi semua

pihak yang telah membantu. Selain itu penulis berharap, semogaskripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya, khususnya bagi

mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2014

(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...

i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ...

v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah... 6

2. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian ... 7

2. Pendekatan Penelitian ... 8

3. Metodologi Penelitian ... 9

4. Subjek dan Objek Penelitian ... 10

5. Sumber Data ... 10

6. Teknik Pengumpulan Data ... 10

7. Teknik Analisis Data ... 11

8. Teknik Keabsahan Data ... 11

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Semiotik 1. Teori Semiotik ... 17
(10)

vi

2. Jenis Iklan ... 27

C. Televisi ... 30

D. Kecantikan... 34

E. Kecantikan Dalam Islam ... 36

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sekilas Tentang Sophie Paris ... 42

B. Sejarah Singkat Perusahaan ... 43

C. Visi dan Misi Sophie Paris ... 47

D. Tim Sophie Paris ... 47

E. Narasi Iklan Produk Muslimah Kometik ... 49

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Model Semiotika Charles Sanders Peirce ... 50

B. Interpretasi Penelitian... 73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA

... 79
(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Semiotika Peirce ... 23 Tabel 2 Analisis Scene Satu (Wanita Memberikan Arahan) ... 52 Tabel 3 Analisis Scene Dua (Wanita Berusaha Merangkul Anak-Anak) .. 54 Tabel 4 Analisis Scene Tiga (Wanita Sedang Berjalan di Labirin) ... 56 Tabel 5 Analisis Scene Empat (Wanita Sedang Mendampingi Anak-Anak) 58 Tabel 6 Analisis Scene Lima (Tulisan Merk Produk) ... 60 Tabel 7 Analisis Scene Enam (Wanita Sedang Memakai Bedak) ... 62 Tabel 8 Analisis Scene Tujuh (Wanita yang Sedang Menggunakan Lipstik) 64 Tabel 9 Analisis Scene Delapan (Wanita yang Tersenyum dengan Mata

Berbinar-binar) ... 66 Tabel 10 Analisis Scene Sembilan (Wanita Tersenyum yang di Dampingi Dua

Anak Perempuan) ... 68 Tabel 11 Analisis Scene Sepuluh (Wanita Tersenyum dengan Posisi

BadanSedikit di Miringkan) ... 71 Tabel 12 Analisis Scene Sebelas (Rangkaian Produk Muslimah Kosmetik

(12)

viii

Gambar 1 Semiotika Peirce ... 22 Gambar 2 Seorang Wanita Memberikan Arahan kepada Tiga Orang

Anak ... 50 Gambar 3 Seorang Wanita Berusaha Merangkul Tiga Orang Anak ... 52 Gambar 4 Seorang Wanita Sedang Berjalan disebuah Labirin ... 54 Gambar 5 Seorang Wanita Sedang Mendampingi Empat Orang Anak

disebuah Labirin ... 56 Gambar 6 Tulisan Merk Produk Kosmetik ... 59 Gambar 7 Seorang Wanita Sedang Menempelkan Spon Bedak di

Pipinya ... 61 Gambar 8 Seorang Wanita Sedang Memakai Lipstik ... 63 Gambar 9 Seorang Wanita yang Tersenyum dengan Wajah Berninar-

Binar ... 65 Gambar 10 Wanita Tersenyum dengan Dua Anak Perempuan disamping

Kanan dan Kirinya ... 67 Gambar 11 Seorang Wanita Tersenyum dengan Posisi Badan Sedikit

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Media massa sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari komunikasi

manusia. Media massa kini telah menjadi salah satu alat yang penting sebagai

media penyampai pesan atau informasi kepada masyarakat karena melibatkan

penerima pesan dalam jumlah banyak serta tersebar dalam area geografis yang

luas, namun mempunyai perhatian minat dan isu yang sama. Karena itu, agar

pesan yang disampaikan dapat diterima serentak pada satu waktu yang sama,

maka digunakan perantara media seperti media elektronik dan ataumedia cetak.

Pada media elektronik, seperti televisi merupakan media yang paling

dominan dalam penyampaian pesan karena televisi adalah media komunikasi

yang bersifat dengar-lihat (audio-visual). Selain itu, dampak pemberitaan melalui televisi bersifat power full karena melibatkan aspek suara dan gambar sehingga lebih memberi pengaruh yang kuat kepada pemirsanya.1 Dengan

menyajikan gambar bergerak, khalayak seakan merasa terlibat langsung dalam

situasi batin tertentu yang dapat lebih mendekatkan khalayak yang

bersangkutan dengan program yang tengah disajikan.

Kemudian, saat menonton televisi kita pasti akan melihat berbagai

tayangan iklan, baik iklan layanan masyarakat maupun iklan komersil yang

menawarkan produk dan jasa. Pertumbuhan kreativitas iklan berhubungan erat

dengan kompetisi antara pengiklan dan pertumbuhan media sebagai sarana

1

(14)

beriklan. Begitu dekatnya televisi dengan masyarakat, mengundang banyak

pihak terutama produsen barang dan jasa untuk memanfaatkan televisi sebagai

media yang efektif, guna menawarkan suatu produk yang ditujukkan kepada

masyarakat, sekaligus bertujuan untuk mempersuasi orang agar mau membeli.

Masyarakat Indonesia yang beragam agama dan budaya membuat warna

tersendiri bagi dunia pertelevisian di Indonesia. Baik industri televisi maupun

periklanan, membutuhkan ide-ide baru untuk mencari perhatian khalayak

maupun konsumen. Tidak hanya program-program televisi saja yang

menampilkan sesuatu yang berbeda sesuai dengan situasi yang ada ditengah

masyarakat, tetapi para pembuat iklan pun merasa perlu memanfaatkan peluang

dalam setiap waktu dan kesempatan.

Salah satu bentuk iklan yang paling menarik di televisi saat ini adalah

iklan yang menggambarkan atau merepresentasikan tentang perempuan. Ada

terdapat banyak nilai yang ditanam oleh pengiklan produk melalui tayangan

iklan tersebut. Dengan mengeksploitasi perempuan dalam iklan, seringkali

kecantikan dan keindahan wanita dipandang hanya melalui physical belaka dan mengabaikan aspek-aspek kerohanian, perasaan, pikiran, dan spiritualitas.

Mayoritas perempuan dalam setiap kelompok mempersepsikan media

terlibat dalam menciptakan kecantikan sempurna. Media dilihat sebagai

sesuatu yang memberikan resep ketimbang netral dalam menggambarkan

kecantikan perempuan, dan dilukiskan oleh sebagian kaum perempuan sebagai

manipulator atau rekayasa suatu citra yang harus dipatuhi oleh kaum

(15)

3

perempuan melalui media pada dasarnya memberi pesan kepada Anda bahwa

seharusnya Anda terlihat seperti itu.2

Wanita pada dasarnya ingin selalu tampil cantik disegala situasi, ingin

terlihat menarik dan senantiasa terawat, serta ingin dan senang diperhatikan.

Banyak cara dilakukan dalam usaha untuk merawat dan menjaga kecantikan

wanita. Melihat fenomena yang ada pada kondisi demikian, perusahaan yang

bergerak dibidang fashion dan kosmetik dituntut jeli akan keinginan pasar dan

melakukan pemasaran yang gencar dalam usaha meraih pangsa pasar yang

lebih luas lagi.

Dalam tahun-tahun belakangan ini, tubuh telah muncul dalam perdebatan

teoritis, terutama dalam sosiologis. Peningkatan perhatian sosiologi terhadap

tubuh ini antara lain diawali oleh munculnya budaya konsumsi dalam paruh

kedua abad ke-20, yang menyoroti tubuh sebagai objek pameran, suatu

tampilan untuk dirancang, dipahat, dan dibentuk melalui aturan-aturan

‘kecantikan’, pakaian dan gaya hidup. Dua aspek penting hubungan yang baru

antara tubuh dan diri ini adalah pertama, penampilan tubuh meliputi suatu ekspresi individualitas dan identitas pribadi. Kedua, aturan-aturan tubuh meliputi strategi yang digunakan untuk mempertahankan, menciptakan, dan

mengendalikan penampilan tubuh seperti diet, latihan olahraga, pakaian, dan

pembedahan kosmetik. Kaum perempuan dihadapkan oleh citra-citra tubuh

ideal seperti yang digambarkan dalam iklan televisi.3 Nilai tentang tubuh ideal

sering dijumpai pada iklan suplemen, makanan, minuman, alat kesehatan,

ataupun iklan kosmetik.

2

Dedi Mulyana dan Solatun, Metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h: 329

3

(16)

Salah satu produk kosmetik yang diiklankan di televisi saat ini adalah

Muslimah kosmetik Sophie Paris. Muslimah kosmetik Sophie Paris merupakan

salah satu produk kosmetik buatan dari Sophie Paris yang sudah dikembangkan

selama dua tahun belakangan ini. Berawal dari awareness akan kebutuhan perempuan terhadap produk kecantikan yang tidak saja berbahan natural, tetapi

juga halal dan aman. Rangkaian produk ini telah mendapat sertifikasi halal dari

JAKIM (Jabatan Kemajuan Islam Malaysia), lembaga sertifikasi halal milik

pemerintah Malaysia yang telah diakui oleh LPPOM MUI.4 Selain itu,

Muslimah kosmetik dari Sophie Paris ini adalah produk kosmetik halal pertama

di Indonesia yang dijual melalui sistem direct selling (MLM) sehingga memudahkan konsumen dalam memperoleh produk ini.

Iklan-iklan kosmetik yang ditayangkan di televisi pada umumnya akan

mevisualisasikannya dengan menampilkan seorang wanita cantik yang

berpakaian minim, bertubuh tinggi dan langsing, berambut hitam lurus, serta

berkulit putih. Citra wanita dalam iklan di media elektronik adalah wanita

dapat menarik perhatian bagi konsumen karena wanita identik dengan

kecantikan. Namun, berbeda halnya dengan iklan Muslimah kosmetikSophie

Paris yang ditayangkan di televisi.

Dalam iklan produk kosmetik ini jelas menggambarkan konsep wanita

cantik yang diinginkan oleh wanita masa kini namun tidak melupakan

ajaran-ajaran sebagai seorang muslim. Salah satunya adalah kewajiban menutup aurat

bagi kaum wanita. Yang mana dikatakan bahwa menutup aurat adalah sebuah

4

Artikel ini diakses pada tanggal 8 September 2014 dari

(17)

5

tuntutan syariat. Kewajiban agama yang tertuang dalam Al Qur’an dan sunnah

Nabi. Allah berfirman pada Q.S Al Ahzab : 59

























“Wahai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaknya mereka menutup

jilbabnya ke tubuhnya...”

Jilbab adalah pakaian seorang muslimah yang menutupi bagian-bagian

aurat kaum wanita. Islam mewajibkan kaum wanita untuk berhijab karena

memiliki banyak manfaat, seperti untuk memuliakan kaum wanita, untuk

kesehatan, dan untuk kecantikan. Selain itu, kewajiban menutup aurat

ditujukan untuk menjaga kehormatan. Kemudian, dampak dari jilbab adalah

untuk memperkenalkan manusia pada kecantikan yang sejati. Karena

kecantikan fisik bukanlah modal utama, maka inner beauty lah yang membuat perempuan terlihat sempurna. Eksploitasi kecantikan fisik pada akhirnya

menimbulkan kontroversi pada pribadi seseorang dan lingkungan sosial.

Cantik merupakan salah satu perkara yang menjadikan seorang wanita

lebih percaya diri. Oleh karenanya, tidak salah apabila setiap wanita

“terobsesi” untuk menjadi cantik. Namun menjadi cantik bukan hanya harus

terlihat menawan dari sisi luarnya saja, melainkan juga dari dalam diri. Karena

sejatinya, cantik tidak hanya tertuju pada paras tetapi juga pada hati. Cantik

hati meliputi cantik akhlak, artinya menjadi pribadi yang senantiasa mengikuti

(18)

Melihat hal tersebut, peneliti ingin mengkaji lebih lanjut makna pesan

yang terdapat dalam iklan tersebut dengan menggunakan analisa semiotika

yang berjudul “Eksploitasi Hijab Dalam Iklan Produk Muslimah Kosmetik Sophie Paris di Televisi.”

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi pada iklan Muslimah kosmetik

Sophie Paris yang ditayangkan di televisi.

2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana makna pemanfaatan hijab terhadap kecantikan wanita dalam

iklan produk Muslimah kosmetik Sophie Paris di televisi berdasarkan teori

semiotika Charles Sanders Peirce?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui makna

pemanfaatan hijab terhadap kecantikan wanita yang tersirat dalam iklan

Muslimah kosmetik Sophie Paris yang ditayangkan di televisi.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian yang memberikan

gambaran mengenai kajian simbol yang terkandung dalam sebuah iklan

(19)

7

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

khalayak yang menonton televisi tentang iklan dan pesan yang

terkandung dalam iklan tersebut.

D.Metodologi Penelitian

1. Paradigma penelitian

Paradigma dapat dikatakan sebagai cara pandang yang digunakan

untuk memahami kompleksitas yang ada dalam dunia nyata. Paradigma

tertanam kuat dalam sosialisasi penganut dan praktisinya, paradigma

menunjukkan pada mereka apa yang penting, sah dan juga masuk akal.

Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan pada mereka mengenai apa

yang harus dilakukan tanpa harus melakukan pertimbangan eksistensial

ataupun epistimologis yang panjang.5

Paradigma konstruktivis menganggap komunikan bersifat aktif.

Komunikan merupakan mahluk hidup yang memiliki akal dan pikiran dalam

menentukan sikap, sehingga apabila seseorang menyampaikan pesan kepada

orang lain, pesan yang diterima oleh orang tersebut akan di maknai berbeda.

Konstruktivis memandang setiap orang akan berbeda saat memahami atau

memaknai suatu pesan. Manusia memiliki latar belakang yang berbeda satu

dengan lainnya, walaupun dia hidup dalam satu lingkungan yang sarna.

Karena manusia memiliki pengalaman secara psikologis dan sosiologis yang

5

(20)

berbeda. Kedua hal ini yang membuat pemaknaan setiap orang

berbeda-beda.

Pandangan konstruktivis melihat realitas merupakan hasil bentukan

manusia. Realitas adalah bentuk penafsiran manusia. Realitas ada di dalam

pikiran manusia, bukan diluar pikiran manusia. Sehingga disebut realitas

subjektif.Dalam kajian media, konstruktivis tidak melihat media hanya

sebagai alat penyampaian pesan. Tetapi media merupakan alat

mengkonstruksi pesan. Media bukan cermin yang merefleksikan peristiwa

begitu saja. Sehingga apa yang kita lihat dimedia merupakan realitas yang

dibentuk. Dan realitas hasil bentukan itu dibuat sedemikian rupa agar

khalayak menyakini kebenarannya.6

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam pelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Penelitian kualitatif ialah sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7 Metodologi kualitatif ialah tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundametal bergantung

pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan dalam

peristilahannya.Kemudian, jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian

deskriptif analisis. Penelitian deskriptif analisis adalah suatu bentuk

penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang

6

Dani Verdiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi:Suatu Pengantar (Jakarta: Indeks, 2008), cet-2 h. 50.

7

(21)

9

ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia.8 Fenomena

itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan,

kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena

lainnya.

3. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model semiotika Charles

Sanders Peirce. Semiotik menurut Peirce merujuk kepada doktrin formal

tentang tanda-tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun

oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun – sejauh terkait dengan

pikiran manusia – seluruhnya terdiri atas tanda-tanda, karena jika tidak

begitu, manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realitas.

Dalam teorinya, Peirce membagi tanda kedalam tiga elemen utama

yang disebut dengan teori segitiga makna (triagel meaning), yang pertama, objek yaitu konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda-tanda yang

dirujuk tanda.9 Kedua, interpretant yaitu setiap tanda yang dipahami oleh

seseorang dalam membangkitkan atau berasosiasi dengan tanda lain di

dalam benaknya. Dan ketiga, representamen yaitu sesuatu yang bersifat

indrawi atau material yang berfungsi sebagai tanda. Kemudian dalam

representamen, dibagi lagi menjadi tiga bagian, yang terdiri dariikon yaitu

tanda yang mengandung kemiripan “rupa” sebagaimana dapat dikenali oleh

para pemakainya, indeks yaitu tanda yang memiliki keterikatan fenomenal

atau eksistensial diantara representamen dan objeknya, dan simbol yaitu

8

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Tindakan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 72

9

(22)

jenis tanda yang bersifat arbriter dan konvensional sesuai kesepakan atau

konvensi sejumlah orang atau masyarakat.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah tim kreatif pembuat iklan

Muslimah kosmetik Sophie Paris. Sedangkan objek dalam penelitian ini

adalah iklan Muslimah kosmetik Sophie Paris.

5. Sumber Data

Sumber data ialah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi

mengenai data. Kemudian, bahan penelitian yang digunakan pada penelitian

ini adalah iklan Muslimah kosmetik Sophie Paris yang ditayangkan di

televisi.

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan iklan Muslimah kosmetik Sophie Paris, peneliti

melihat tayangan iklan di televisi kemudian mengkopi file dari internet.

Iklan inilah yang selanjutnya dijadikan bahan untuk menganalisis penelitian

ini. Untuk melengkapi data penelitian dipergunakan pula studi kepustakaan

untuk mencari referensi yang sesuai dengan tujuan penelitian dan

melakukan wawancara dengan narasumber.

Adapun pelaksanaan penelitian ini, menggunakan teknik

pengumpulan data yang akan dilakukan adalah melalui :

a. Observasi

Observasi pada iklan Muslimah kosmetik Sophie Paris dilakukan

dengan cara melihat televisi kemudian mengamati tayangan iklan

Muslimah kosmetik Sophie Paris pada tanggal 10 Juli 2014. Observasi,

(23)

11

pemeran dalam iklanMuslimah kosmetik Sophie Paris, kemudian

mencatat, memilih serta menganalisis sesuai dengan model penelitian

yang digunakan. Menurut Arikunto, observasi dapat diartikan sebagai

pengamatan, meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indra.10

b. Wawancara

Wawancara dilakukan bersama Asisten Business Center PutraSophie Paris, Neni Prianti Rahayu, yang dilaksanakan tanggal 2 Oktober 2014,

di kantor Business Center Putra Sophie Paris, pada pukul 18.40 WIB. c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk mencari data mengenai

hal-hal berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, agenda, dan sebagainya.11 Dokumen merupakan catatan peristiwa

yang telah berlalu, dapat berbentuk tulisan, gambar, karya-karya

monumental dari seseorang. Jadi, dokumentasi merupakan sumber data

yang digunakan untuk melengkapi penelitian yang memberikan informasi

bagi proses penelitian. Dalam hal ini, peneliti mengambil dokumentasi

iklan Muslimah kosmetik Sophie Paris dengan mengunduh file video dari

website www.sophieparis.com 7. Teknik Analisis Data

Setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul, kemudian

diklasifikasikan sesuai dengan pertayaan penelitian yang telah ditentukan.

Setelah data terklasifikasi, dilakukan teknik analisis data menggunakan

10

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 145

11

(24)

teknik analisis semiotika model Charles S. Peirce. Pada penelitian ini,

peneliti hanya ingin melihat makna pemanfaatan hijab terhadap kecantikan

wanita melalui tanda-tanda yang terdapat dalam teks iklan, bukan untuk

mendeskontruksikan mitos yang ada pada teks iklan tersebut seperti dalam

tradisi semiotik Roland Barthes ataupun berfokus kepada semiotika

linguistik seperti dalam tradisi Ferdinand De Saussure. Pierce mengatakan,

sebuah tanda atau representamen ialah sesuatu yang bagi seseorang mewakili interpretant (sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas) yang mengacu kepada objek. Dengan kata lain, representamen memiliki

relasi ‘triadik’ langsung dengan interpretan dan objeknya. Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triagle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant.12 Tanda menurut Pierce terdiri dari ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol) yang didasari oleh relasi antara representamen dan objeknya.

8. Teknik Keabsahan Data

Dalam memahami kredibilitas (derajat kepercayaan) suatu

keabsahan data dapat ditempuh dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu.13Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

12

Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis dalam Penelitian dan Skripsi Komunikasi(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 17

13

(25)

13

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode

kualitatif. Hal tersebut dapat diperoleh dengan cara, yaitu:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

Misalnya untuk mengetahui lebih detail mengenai iklan Muslimah kosmetik Sophie Paris, maka peneliti melakukan wawancara dengan

Asisten BC Putra Sophie Paris.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dilakukannya secara pribadi. Dalam hal ini peneliti mengecek

validitas sebuah wawancara dengan satu pihak dan mengkrosceknya

kepada pihak yang bersangkutan soal apa yang dikatakannya terhadap

realitasnya dihadapan orang lain.

c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.Dalam hal ini, peneliti memanfaatkan dokumen atau data

sebagai bahan perbandingan.

E.Tinjauan Pustaka

1. Representasi Maskulinitas Dalam Iklan Man Toiletries (Studi Semiotika

Iklan Televisi Serial Vaseline Men Body Lotion Versi ‘Pemotretan’ Dan

Vaselin Men Face Moisturizer Versi ‘Gym’) oleh Yoga Pradipta Ramadhan

tahun 2012, Ilmu Komunikasi, UI Depok.

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan

model analisis semiotik Charles S. Peirce. Dalam penelitian ini,si peneliti

ingin mencoba menggali tanda-tanda yang merepresentasikan maskulinitas

(26)

yang ditayangkan di televisi, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

representasi maskulinitas dalam kedua iklan tersebut menggunakan stereotip

lama dan mencoba membawa representasi baru yaitu sosok pria yang peduli

dengan kesehatan kulitnya.

2. Representai Kecantikan Dalam Iklan Parfum Elle Shocking (Studi Semiotik

Representasi Kecantikan Barat dalam Iklan Parfum Elle Shocking

“Yvessaintlaurent” Pada Majalah Cosmopolitan Edisi September 2009)

Oleh Mamik Triwindarti Tahun 2010, Ilmu Komunikasi, UPN Surabaya.

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan

model analisis semiotik Charles S. Peirce dengan tujuan untuk mempelajari

dan mengetahui representasi kecantikan barat pada iklan parfum Elle

Shocking. Kemudian, hasil yang diperoleh dalam penelitian representasi

kecantikan barat dalam iklan Elle Shocking “YvesSaintLaurent” yaitu dapat

dilihat dari gambar perempuan barat yang menunjukkan kecantikan ala barat

dan di dukung dengan diperlihatkan ciri-ciri fisiknya yaitu langsing, hidung

mancung, dagu lancip, mata berwarna, kulit putih serta gaya hidupnya (life style). Kriteria ini dianggap oleh perempuan Indonesia sebagai suatu konsep cantik yang benar dan apa adanya atau dapat dikatakan bahwa cantik itu

memang seperti itu.

3. Membaca Makna Di Balik Tiga Iklan Produk Pencoklatan Kulit Nivea :

Representasi Kecantikan Perempuan di Jerman Oleh Puti Parameswari

tahun 2012, Studi Jerman, UI Depok.

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan

(27)

15

akan menganalisis kecantikan perempuan serta pergeseran mitos kecantikan

yang ditampilkan oleh tiga iklan produk pencoklatan kulit Nivea di Jerman,

khususnya warna kulit. Tujuannya adalah untuk menjabarkan representasi

kecantikan perempuan dan identitas masyarakat yang terdapat dalam iklan

produk pencoklat kulit Nivea. Kemudian hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa identitas budaya bagi masyarakat konsumen,

khususnya perempuan, dikonstruksikan secara hegemoni melalui media

iklan. Segala representasi kecantikan perempuan dalam iklan adalah hal

yang dikonstuksi oleh pihak dominan (patriarki).

F. Sistematika Penulisan

Penelitian dalam skripsi ini dibagi menjadi lima Bab, setiap bab dirinci

dalam sub bab sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi

Penelitian (Paradigma Penelitian, Pendekatan Penelitian,

Metodologi Penelitian, Subjek dan Objek Penelitian, Sumber

Penelitian, Teknik Pengumpulan Data meliputi observasi,

wawancara, dan dokumentasi, Teknik Analisis Data, serta Teknik

Keabsahan Data), Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Landasan Teori, meliputi Tinjauan Umum Semiotik yang meliputi Teori Semiotik dan Semiotika Charles Sanders Peirce, Iklan yang

meliputi definisi, jenis, dan fungsi iklan, Televisi yang meliputi

definisi dan fungsi televisi, Definisi Kecantikan, dan Kecantikan

(28)

BAB III : Gambaran Umum, membahas Sekilas Tentang Sophie Paris, Sejarah Sophie Paris, Visi Misi Sophie Paris, Tim Sophie Paris,

serta Narasi iklan Produk Muslimah kosmetik Sophie Paris.

BAB IV : Analisis Semiotik Iklan, bab ini membahas tentang Identifikasi Makna yang Tersirat Pada Tayangan Iklan Muslimah kosmetik

Sophie Paris yang ditayangkan di Televisi Menggunakan Model

Semiotik Charles Sanders Peirce, serta Interpretasi Penelitian.

(29)

17

BAB II

Landasan Teori

A.Tinjauan Umum Semiotik 1. Teori Semiotik

Semiotika merupakan studi yang mempelajari makna atau arti dari

suatu tanda atau lambang.1 Menurut Saussure, semiotika merupakan sebuah

ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda ditengah masyarakat, dengan

tujuan untuk menunjukkan bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta

kaidah-kaidah yang mengaturnya. Menurut Barthes, semiotika atau

semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan

(humanity) memaknai hal-hal (things). Sedangkan semiotik menurut Peirce merujuk kepada doktrin formal tentang tanda-tanda. Kemudian yang

menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda-tanda: tak hanya

bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan

dunia itu sendiri pun – sejauh terkait dengan pikiran manusia – seluruhnya

terdiri atas tanda-tanda, karena jika tidak begitu, manusia tidak akan bisa

menjalin hubungannya dengan realitas. Jadi, semiotika adalah suatu disiplin

yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana

signs‘tanda-tanda’ dan berdasarkan pada sign system (code) ‘sistem tanda’.

Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani

‘Semeion’ yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu

yang dapat mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan secara terminologis,

1

(30)

semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan

luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.2

Tujuan utama dari semiotika adalah mempelajari bagaimana media massa

menciptakan atau mendaur ulang tanda untuk tujuannya sendiri.3 Tugas

utama peneliti semiotik adalah mengamati (observasi) terhadap fenomena

atau gejala disekelilingnya melalui berbagai “tanda” yang dilihatnya. Tanda

sebenarnya representasi dari gejala yang memiliki sejumlah kriteria, seperti:

nama (sebutan), peran, fungsi, tujuan, keinginan. Tanda tersebut berada

pada kehidupan manusia. Dan menjadi sistem tanda yang digunakannya

sebagai pengatur kehidupannya. Oleh karenanya tanda-tanda itu (yang

berada pada sistem tanda) sangatlah akrab dan bahkan melekat pada

kehidupan manusia yang penuh makna.

Semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang

tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda

sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut.

Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai

konstruksi sosial di mana penggguna tanda tersebut berada.4

Dalam pandangan Saussure, makna sebuah tanda sangat dipengaruhi

oleh tanda yang lain. Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang

beranjak keluar kaidah tata bahasa dan yang mengatur arti teks yang rumit,

tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian

menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti

2

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 7

3

Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media (Yogyakarta: JALASUTA, 2010), h. 40

4

(31)

19

penunjukan (denotative) kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda.

Sebagai metode kajian, semiotika memperlihatkan kekuatannya di

dalam berbagai bidang seperti, antropologi, sosiologi politik, kajian

keagamaan, media studies, dan culture studies. Sebagai media penciptaan, semiotika mempunyai pengaruh pula pada bidang-bidang seni rupa, seni

tari, seni film, desain produk, arsitektur, termasuk desain komunikasi visual.

Pada dasarnya penjelasan semiotik sebagai sebuah kajian kedalam

berbagai cabang keilmuan dimungkinkan karena adanya kecenderungan

untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa.

Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial.

Berdasarkan pandangan semiotik, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap

sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat pula dipandang sebagai

sebagai tanda-tanda. Hal ini di mungkinkan karena luasnya pengertian dari

tanda itu sendiri.

2. Semiotika Charles Sanders Peirce

Charles Sanders Peirce ialah seorang ahli matematika dari Amerika

Serikat yang sangat tertarik pada persoalan lambang-lambang. Peirce lahir

pada 10 September 1839 di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat dan

meninggal pada 19 April 1914 di Milford, Pennsylvania Amerika Serikat. Ia

terkenal karena teori tandanya. Dilingkup semiotika, ia sering kali

mengulang-ngulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili

(32)

Sebuah tanda atau representament menurut Peirce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal dan

kapasitas. Sesuatu yang lain itu disebut interpretant.5Menurutnya, dalam pengertian tanda terdapat dua prinsip, yaitu penanda (signifier) atau yang menandai dan petanda (signified) atau yang merupakan arti tanda.

Semiotika memiliki tiga wilayah kajian:

1. Tanda. Wilayah ini meliputi kajian mengenai jenis tanda yang berbeda, cara-cara berbeda dari tanda-tanda di dalam menghasilkan makna, dan

cara tanda tersebut berhubungan dengan orang yang menggunakannya.

2. Kode-kode atau sistem di mana tanda-tanda diorganisasi. 3. Budaya tempat di mana kode-kode dan tanda-tanda beroperasi.

Peirce merujuk bagan tiga dimensi ini sebagai pertamaan,

ke-duaan, dan ke-tigaan. Tanda mulai sebagai struktur sensorik, yaitu sebagai

sesuatu yang dibuat untuk mensimulasi objek dalam kerangka properti

sensoriknya. Kemudian tanda digunakan oleh pengguna tanda untuk

membangun koneksi dengan objek, bahkan jika objek aktualnya tidak hadir

untuk dipersepsi indera (=ke-duaan). Dan terakhir, tanda itu sendiri menjadi

sumber pengetahuan mengenai dunia, saat ia memasuki dunia budaya dan di

distribusikan untuk penggunaan umum (=ke-tigaan).6

Peirce menandaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan medium

tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. Ia dikenal

dengan grand teory, karena gagasan Peirce bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem panandaan. Peirce mengidentifikasi partikel

5

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 18

6

(33)

21

dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam

struktur tunggal.7

Upaya klasifikasi yang dikerjakan oleh Peirce terhadap tanda-tanda

sungguh tidak bisa dibilang sederhana, melainkan sangatlah rumit.

Meskipun demikian, pembedaan tipe-tipe tanda yang agaknya paling simpel

dan fundamental adalah diantara ikon (ikon), indeks (index), dan simbol (symbol) yang didasarkan atas relasi diantara representament dan objeknya.

Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” sebagaimana

dapat dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon, hubungan antara

representamen dan objeknya terwujud sebagai “kesamaan dalam berbagai

kualitas”. Suatu peta atau lukisan misalnya, memiliki hubungan ikonik

dengan objeknya sejauh keduanya terdapat keserupaan.

Indeks yaitu tanda yang memiliki keterikatan fenomenal atau eksistensial diantara representamen dan objeknya. Di dalam indeks

hubungan antara tanda dan objeknya bersifat konkret, aktual, dan biasanya

melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal (sebab akibat). Misalnya,

jejak kaki dipermukaan tanah, merupakan indeks dari seseorang yang telah

lewat disana.

Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbriter dan konvensional sesuai kesepakan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat.

Tanda-tanda seperti kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. Simbol

biasa diartikan sebagai suatu lambang yang ditentukan oleh objek

dinamisnya dalam arti ia harus benar-benar diinterpretasi. Interpretasi yang

7

(34)

dimaksudkan adalah satu upaya pemaknaan terhadap lambang-lambang

simbolik dengan melibatkan unsur dari proses belajar, berdasarkan

pengalaman sosial dan kesepakatan dalam masyarakat tentang makna

lambang tersebut. Contoh, bendera disepakati sebagai lambang yang bersifat

simbolik dari suatu bangsa yang karenanya seluruh warga melakukan

penghormatan terhadapnya.

Representamen adalah sesuatu yang bersifat indrawi atau material yang berfungsi sebagai tanda. Kehadirannya membangkitkan interpretan,

yakni suatu tanda lain yang ekuivalen (arti yang sama), di dalam benak

seseorang (interpreter).

Interpretan, setiap tanda yang dipahami oleh seseorang dalam membangkitkan atau berasosiasi dengan tanda lain di dalam benaknya.

Tanda yang kemudian ini merupakan interpretan dari yang pertama. Contoh:

sebuah gambar mata menyebabkan munculnya kata mata sebagai interpretan

di dalam benak seseorang. Sering kali kita menginterpretasikan sebuah ikon

melalui simbol atau sebaliknya, simbol melalui ikon.

Gambar 1 Semiotika Peirce

Sumber:Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2006), h. 268

Sign

(35)
[image:35.595.135.536.94.386.2]

23

Tabel 1 Semiotika Peirce Jenis Tanda

(Representamen)

Hubungan antar Tanda dan

Sumber Acuannya Contoh

Ikon

Tanda dirancang untuk

merepresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau pesanan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, di dengar, dan seterusnya).

Segala macam gambar (bagan, diagram, dan lain-lain), photo, dan seterusnya.

Indeks

Tanda dirancang untuk

mengindikasikan sumber acuan atau saling menghubungkan sumber acuan.

Jari yang menunjuk, kata keterangan seperti di sini, di sana, kata ganti seperti aku, kau, ia, dan seterusnya.

Simbol

Tanda dirancang untuk

menyandikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan.

Simbol sosial seperti mawar, simbol mate-matika, dan seterusnya.

Sumber: Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2006), h. 266

B.Iklan

1. Pengertian Iklan

Iklan bagian sebuah dunia magis yang dapat mengubah komoditas

kedalam kegerlapan yang memikat dan mempesona. Sebuah sistem yang

keluar dari imajinasi dan muncul kedalam dunia nyata melalui media.8

Iklan memiliki dasar yang kuat, di mana iklan televisi telah mangangkat

medium iklan kedalam konteks yang sangat kompleks namun jelas,

berimajinasi namun kontekstual, penuh dengan fantasi namun nyata.

Padahal televisi hanya mengandalkan kemampuan audiovisual dan

prinsip-prinsip komunikasi massa sebagai media konstruksi.

8

(36)

Istilah advertising (periklanan) berasal dari kata latin abad pertengahan adventere, “mengarah perhatian kepada”. Istilah ini

menggambarkan tipe atau bentuk pengumuman public apa pun yang dimaksudkan untuk mempromosikan penjualan komoditas atau jasa, atau

untuk menyebarkan sebuah pesan sosial atau politik.9

Bovee mendeskripsikan iklan yaitu:

“Sebagai sebuah proses komunikasi, di mana terdapat: pertama, orang yang disebut sebagai sumber munculnya ide iklan; kedua,

media sebagai medium; dan ketiga, adalah audiens”.10

Iklan merupakan sarana pengkomunikasian produk yang efektif

dengan salah satu fungsinya sebagai pengingat dan persuasif. Iklan adalah

publisitas atau penyiaran yang berupa reklame, pemberitaan, pernyataan

atau tulisan dengan menyewa suatu ruangan dengan maksud

memperkenalkan atau memberitahukan sesuatu melalui media pers.11

Dengan iklan televisi diharapkan dapat menyampaikan informasi yang

dapat menimbulkan perhatian, pengingatan, kesadaran, dan keinginan

untuk membeli kembali.

Sedangkan iklan menurut kamus Komunikasi adalah:

“Pesan komunikasi yang disebarluaskan kepada khalayak untuk

memberitahukan sesuatu atau menawarkan barang jasa dengan

jalan menyewa media massa”.12

Menurut Kotler, periklanan didefinisikan sebagai bentuk penyajian

dan promosi ide, barang atau jasa secara nonpersonal oleh suatu sponsor

9

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h.362

10

Burhan Bungin, Konstruksi Realitas Sosial Media Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 108

11

Martin Moentadhim, Jurnalistik Tujuh Menit: Jalan Pintas Menjadi Wartawan dan Penulis Lepas (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2007), h. 17

12

(37)

25

tertentu yang memerlukan pembayaran. Dalam komunikasi periklanan, ia

tidak hanya menggunakan bahasa sebagai alatnya, tetapi juga alat

komunikasi lainnya seperti gambar, warna, dan bunyi. Iklan disampaikan

melalui dua saluran media massa, yaitu (1) media cetak (surat kabar,

majalah, brosur, dan papan iklan aau billboard) dan (2) media elektronik

(radio, televisi, film). Pengirim pesan adalah, misalnya, penjualan produk

sedangkan penerimanya adalah khalayak ramai yang menjadi sasaran.13

Iklan sebagai salah satu perwujudan kebudayaan massa tidak hanya

bertujuan menawarkan dan mempengaruhi calon konsumen untuk

membeli barang dan jasa. Iklan juga turut menbedahkan nilai tertentu yang

secara terpendam terdapat didalamnya. Oleh karena itu, iklan yang

sehari-hari ditemukan dipelbagai media massa cetak dan elektronik dapat

dikatakan bersifat simbolik. Artinya, iklan dapat menjadi simbol sejauh

imaji yang ditampilkannya membentuk dan merefleksikan nilai hakiki.14

Pembeda iklan dengan teknik komunikasi pemasaran yang lain

adalah komunikasi yang non-personal, jadi, iklan memakai media dengan

menyewa ruang dan waktu. Disamping itu, peranan iklan antara lain

dirancang untuk memberikan saran pada orang supaya mereka membeli

suatu produk tertentu membentuk hasrat memilikinya dengan

mengkonsumsinya secara tepat.

Iklan, seperti media komunikasi massa pada umumnya, mempunyai

fungsi “komunikasi langsung”.15

Oleh sebab itu, di dalam iklan

13

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi(Bandung: Rosdakarya, 2003), h. 116 14

Yasraf Amir Piliang, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: JALASUTRA, 2009), h. 3

15

(38)

aspek komunikasi seperti “pesan” (message) merupakan unsur utama iklan.

Iklan tidak menawarkan barang dan jasa pada seluruh khalayak

tetapi pada objek tertentu.Iklan adalah suatu kegiatan menyampaikan

berita, tetapi berita itu disampaikan atas pesanan pihak yang ingin produk

atau jasa yang dimaksud disukai, dipilih, dan dibeli. Iklan ditujukkan

kepada khalayak ramai. Dengan demikian, iklan bukan merupakan

komunikasi interpersonal, tetapi nonpersonal. Komunikasi semacam ini

digolongkan dalam komunikasi massa. Meskipun demikian, kita akan

melihat bahwa iklan biasanya ditujukan kepada seluruh khalayak ramai,

tetapi kepada bagian tertentu dari kahalayak itu.16

Batasan iklan sebagai “salah satu bentuk komunikasi yang terdiri

atas informasi dan gagasan tentang suatu produk yang ditujukan kepada

khalayak secara serempak agar memperoleh sambutan baik. Iklan berusaha

untuk memberikan informasi, membujuk, dan meyakinkan”.17

Dari beberapa pengertian diatas, pada dasarnya iklan merupakan

sarana komunikasi yang digunakan komunikator dalam hal ini perusahaan

atau produsen untuk menyampaikan informasi tentang barang atau jasa

kepada publik, khususnya pelanggannya melalui suatu media massa.

Selain itu, semua iklan dibuat dengan tujuan yang sama yaitu untuk

memberi informasi dan membujuk para konsumen untuk mencoba atau

mengikuti apa yang ada di iklan tersebut, dapat berupa aktivitas

mengkonsumsi produk dan jasa yang ditawarkan.

16

E.K.M. Masinabow & Rahayu s. Hidayat, Semiotik: Mengkaji Tanda dan Artifak (Jakarta: balai Pustaka, 2001), h. 186

17

(39)

27

2. Jenis Iklan

Iklan di media massa digolongkan dalam tiga bagian, yaitu:18

a.Comercial Advertising (Iklan Komersial)

Adalah bentuk promosi suatu barang produksi atau jasa melalui

media massa dalam bentuk tayangan gambar maupun bahasa yang

diolah melalui film maupun berita. Misalnya iklan obat, pakaian, dan

makanan.

b. Public Service Advertising (Iklan Layanan Masyarakat)

Adalah bentuk tayangan gambar baik drama, film, musik, maupun

bahasa yang mengarahkan pemirsa atau khalayak sasaran agar berbuat

atau bertindak seperti yang dianjurkan iklan tersebut. Seperti iklan

pariwisata, sumbangan bencana, membayar iuran televisi, kesehatan,

dan sebagainya.

Iklan layanan masyarakat juga menyajikan pesan sosial yang

bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap

sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang dapat

mengancam keserasian dan kehidupan mereka secara umum. Pesan

tersebut dengan kata lain bermaksud memberikan gambaran tentang

peristiwa dan kejadian yang akan berakibat pada suatu keadaan tertentu,

baik yang bersifat positif maupun negatif.

Pada awal perkembangannya, iklan layanan masyarakat tidak

terlalu terikat pada penataan yang ketat, perencanaan pesan yang rumit,

18

(40)

pemilihan media yang sesuai, sampai pada penentuan target audiens

maupun pemilihan tempat dan waktu yang tepat.

Namun seiring berkembangnya dunia periklanan dan semakin

banyaknya perusahaan yang membuat iklan layanan masyarakat disertai

dengan perubahan paradigma dalam menciptakan pesa-pesan sosial

maka iklan layanan masyarakat juga harus dibuat secara profesional

seperti iklan komersial.

c. Corporate Advertising

Iklan yang bertujuan membangun citra suatu perusahaan yang pada

akhirnya diharapkan juga membangun citra positif produk-produk atau

jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut. Iklan Corporate akan efektif bila didukung oleh fakta yang kuat dan relevan dengan

masyarakat, mempunyai nilai berita dan biasanya selalu dikaitkan

dengan kegiatan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat. Iklan

Corporate merupakan bentuk lain dari iklan strategis ketika sebuah perusahaan melakukan kampanye untuk mengkomunikasikan nilai-nilai

korporatnya kepada publik.

Iklan Corporate sering kali berbicara tentang nilai-nilai warisan perusahaan, komitmen perusahaan kepada pengawasan mutu,

peluncuran merek dagang atau logo perusahaan yang baru atau

mengkomunikasikan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan

(41)

29

Adapun fungsi periklanan, yaitu:19

a) Informasi, iklan mengkomunikasikan informasi produk, ciri-ciri dan

lokasi penjualannya serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang

positif.

b) Persuasif, iklan mencoba membujuk para konsumen untuk membeli

merek-merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau

perusahaan tersebut.

c) Pengingat, iklan terus menerus mengingatkan para konsumen tentang

sebuah produk hingga mereka akan tetap membeli produk yang

diiklankan tanpa mempedulikan merek pesaingnya.

d) Nilai tambah, memberikan nilai tambah pada merek dengan

mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan

merek dipandang lebih elegan, bergaya, bergengsi, dan lebih unggul dari

tawaran pesaing.

e) Mendampingi, memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam

proses komunikasi pemasaran. Sebagai contoh, periklanan mungkin

digunakan sebagai alat komunikasi untuk memunculkan

promosi-promosi penjualan seperti kupon-kupoon dan undian. Peran penting lain

dari periklanan adalah membantu perwakilan dari perusahaan.

C.Televisi

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi

berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing tele

19

(42)

(“jauh”) dari bahasa Yunani dan visio (“penglihatan”) dari bahasa Latin. Jadi

television berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi

disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini dapat mengubah

peradaban dunia. Di Indonesia ‘televisi’ secara tidak formal disebut dengan

TV, tivi, teve, atau tipi.

Dari penjelasan diatas jelas bahwa televisi adalah suatu media yang

dapat dilihat dan di dengar (audio-visual). Televisi inilah yang menjadikan sebuah iklan menjadi efektif dalam penyampaian pesannya. Ada dua unsur

dasar pembagian dalam pembuatan iklan televisi, yaitu: (1) Visual, yang

memperlihatkan gambar pada layar televisi, (2) Audio, yang membuat suara

pada kata, musik, suara lain atau efek suara. Karena sifatnya yang audio-visual

itu membuat televisi menjadi suatu media yang unik sebagai penyampaian

pesan iklan.

Televisi adalah media periklanan yang ideal, kemampuannya untuk

menggabungkan gambar-gambar visual, suara, gerakan dan warna memberikan

kesempatan pengiklan membangun daya cipta (kreatif) yang paling hebat dan

daya tarik imajinasi aktif dibandingkan media lainnya.

Dengan adanya kombinasi warna, suara, dan gambar pada televisi,

membuat para pemasang iklan dan konsumen saling menguntungkan,

pemasang iklan dapat menanyangkan produknya dengan nyata begitu pula

dengan konsumen, dapat melihat produk yang dipasarkan secara menarik.

Dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah,

(43)

31

merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informatif,

hiburan, pendidikan, maupun gabungan dari ketiga unsur tadi.20

Dari berbagai media kontemporer saat ini, televisi merupakan media

yang paling diminati oleh publik dan paling memberikan pengaruh besar

kepada khalayak. Di Indonesia, televisi adalah media yang lahir pada masa

transisi (reformasi) bergulir. Industri televisi muncul tanpa desain tertentu yang

dapat membingkai kemana arah dan format yang dikehendaki. Secara tiba-tiba,

industri televisi mucul dan langsung memiliki posisi yang kuat, sehingga

memiliki power yang cukup kuat dalam kebijakan atau regulasi.

Televisi sebagai bagian dari komunikasi massa mengungkapkan bahwa

media massa memiliki beberapa fungsi, meliputi:

1. Fungsi pengawasan sosial (social surveillance) yakni upaya penyebaran informasi yang objektif mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam

dam di luar lingkungan sosial dengan tujuan kontrol sosial agar tidak terjadi

hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Fungsi korelasi sosial (social correlation) merujuk pada upaya pemberian intrepretasi dan informasi yang menghubungkan antar kelompok sosial atau

antar pandangan dengan tujuan konsensus.

3. Fungsi sosialis merujuk pada upaya pewarisan nilai-nilai dari satu generasi

ke generasi lainnya atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya.

Komunikasi masa media televisi ialah proses komunikasi antara

komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi.

Komunikasi massa media televisi bersifat periodik. Dalam komunikasi massa

20

(44)

media tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan

melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks serta

pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat transitory (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa

media tersebut, hanya dapat didengar dan dilihat secara sekilas. Pesan-pesan

ditelevisi bukan hanya didengar tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang

bergerak (audiovisual).21

Perkembangan komunikasi media televisi, cukup membawa pengaruh

yang besar dalam kehidupan sistem komunikasi massa internasional,

khususnya terhadap sistem komunikasi massa media cetak dan radio.

Tujuan akhir dari penyampaian pesan media televisi, bisa menghibur,

mendidik, kontrol sosial, menghubungkan atau sebagai bahan informasi.

Karena sifat komunikasi massa media televisi itu transitory, maka: (1) isi pesan

yang akan disampaikan, harus singkat dan jelas, (2) cara penyampaian perkata

harus benar, (3) intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik.

Kesemua itu tentu saja menekankan unsur isi pesan yang komunikatif,

agar pemirsa dapat mengerti secara tepat tanpa harus menyimpang dari

pemberitaan yang sebenarnya (interpretasi berbeda). Ketika komponen pesan

dan komunikator dikaji secara mendalam, komunikasi akan terkait dengan

keilmuan psikologi dan semiotika. Ketika komponen komunikasi dikaji secara

mendalam, komunikasi akan terkait dengan keilmuan sosiologi, antropologi,

dan budaya. Demikian juga ketika komponen media menjadi sebuah studi,

21

(45)

33

akan terkait dengan jurnalistik, manajemen, ekonomi, politik, dan teknologi.

Sementara komponen feedback sebuah studi, akan terkait dengan psikologi dan

sosiologi.22

Menurut sosiologi Marshall McLuhan, kehadiran televisi membuat

dunia menjadi desa global, yaitu suatu masyarakat dunia yang batas-batasnya

diterobos oleh media televisi.

Kesimpulan akhir dari keberadaan komunikasi massa media televisi

bahwa kehadiran televisi menjadi bagian yang sangat penting sebagai sarana

untuk berinteraksi satu dengan lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut

perbedaan dan persamaan persepsi tentang suatu isu yang sedang terjadi

dibelahan dunia.

Yang perlu diwaspadai dari komunikasi massa televisi adalah terjadinya

ketimpangan arus informasi dari negara maju yang memonopoli untuk

kepentingannya, tanpa melihat dunia ketiga sebagai subjek yang juga

membutuhkan sarana informasi untuk mengembangkan keadaan sosial politik

dan ekonominya.

Tetapi walaupun demikian, media televisi juga mempunyai banyak

kelebihan disamping beberapa kelamahan. Kekuatan media televisi ialah

menguasai jarak dan ruang karena teknologi.

22

(46)

D.Kecantikan

Pada abad dua puluh, orang kembar percaya bahwa wajah

mencerminkan jiwa, dan bahwa kecantikan dan kebaikkan adalah satu,

direfleksikan dalam wajah, dan masih tetap ada seperti dulu.23 Kecantikan fisik

maupun wajah merupakan sesuatu yang ilahiah dan bermakna mistis karena

dalam Platonis dan filsafat Agustinian, ia dibawa menuju Allah dan melalui

pembalikan, mencerminkan Allah. Sedangkan wajah bersifat ilahiah dan

bermakna mistis karena karakter individual terpahat disana, dan keberuntungan

dimasa depan dapat dibaca disana oleh “para petapa” yang terlatih.24

Kata “cantik” berasal dari bahasa latin, Bellus. Sedangkan menurut

kamus lengkap bahasa Indonesia, cantik mempunyai arti indah, jelita, elok, dan

molek. Kemudian dalam penerapannya, pemaknaan seseorang terhadap

kecantikan itu berbeda dan bahkan selalu berubah dari waktu ke waktu. Konsep

kecantikan seseorang di daerah tertentu boleh jadi berbeda dari konsep

kecantikan seseorang di daerah lain.

Menurut Baldesar Castiglione, mendefinisikan kecantikan sebagai

sesuatu yang sakral. Ia muncul dari Tuhan dan terlihat seperti sebuah

lingkaran, pusat kebaikan berasal. Kemudian, sama seperti orang yang tidak

dapat memiliki lingkaran tanpa pusat, maka orang tidak dapat memiliki

kecantikan tanpa kebaikan.

Kecantikan menurut Plato ialah kecantikan dalam bentuk yang paling

sederhana, adalah keyakinan bahwa kecantikan baik, dan kejelekan jahat; dapat

dibalik, moral yang baik berarti cantik secara fisik (atau “sedap dipandang

23

Anthony Synnott, Tubuh Sosial: Simbolisme, Diri, dan Masyarakat (Yogyakarta: JALASUTRA, 2007), h. 145

24

(47)

35

mata”), dan yang jahat berarti jelek. Dengan demikian fisik dan metafisik,

tubuh dan jiwa, penampakan dan realitas, dalam dan luar, adalah satu dan

masing-masing mencerminkan yang lain. Namun, menurut Aristoteles bentuk

utama kecantikan teratur, simetri, dan tertentu atau proporsional, karena

kebaikan hanya terlihat dalam hubungan antarmanusia sebagai subjek,

sedangkan kecantikan dapat ditemukan juga di dalam benda-benda mati.25

Kecantikan dibagi menjadi dua, kecantikan luar yang menyangkut fisik,

seperti kulit, wajah, dan bentuk, tetapi yang lebih penting lagi adalah

kecantikan dalam (inner beauty) yang berhubungan dengan seluruh kepribadian dan dimensi psikis-rohani dan lebih abadi sifatnya.

Kendati begitu, baik kecantikan luar maupun kecantikan dalam

memiliki nilainya sendiri dan tidak perlu diabaikan, karena keseluruhan

kecantikan wanita terletak pada sifatnya yang tidak terduga. Wanita adalah

makhluk yang kaya akan dimensi. Karena itu, sudah sewajarnya wanita

merawat dan memperhatikan tubuhnya.

Citra kecantikan dikonstruksikan oleh kaum industri kapitalis

kecantikan seperti yang ditawarkan iklan dalam media massa. Padahal menurut

Wendy Chapkins, kecantikan seperti yang ditawarkan itu akan mengubah

bentuk wajah dan tubuh seseorang menjadi apa yang ingin dicitrakan suatu

merk kosmetika atau suatu program kecantikan.

25

(48)

E.Kecantikan Dalam Islam

Kecantikan adalah sesuatu yang membuat manusia menjadi masyur dan

terangkat citranya, baik karena perilakunya, akhlaknya, kekayaannya, maupun

tubuhnya. Q.S at-Tin: 4

Gambar

Tabel 1 Semiotika Peirce
Gambar 2 Seorang Wanita Memberikan Arahan kepada Tiga Orang Anak
Tabel 2 Wanita Memberikan Arahan
Gambaran wanita dengan pribadi yang penyayang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan kasih karuniaNya berupa ilmu, inspirasi, keseharan dan keselamatan, serta atas kehendakNya

Du penktadaliai nedirbančių ir nesimokančių asmenų (neuž- imtų privalomu mokslu nepilnamečių dalis čia yra ma- ža), įtariamų (kaltinamų) nusikalstamų veikų padarymu, yra iki

Dalam hal ini seorang guru harus memilah dan memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan mata pelajaran yang disampaikan kepada siswa.Mengajar

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik tiga responden yaitu key informans, masyarakat pengguna jalan, dan masyarakat sekitar memilih

Hal ini dibuktikan dengan jawaban peserta melalui angket yang disebarkan kepada 310 responden peserta mata kuliah MKU yang menunjukkan bahwa 75,5% mahasiswa

Dari situasi tersebut maka penulis berusaha untuk menemukan peranan Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dalam mengembangkan sikap solider

Adapun aspek yang bernilai baik terdapat 4 aspek yakni: (1) meminta kepada setiap siswa untuk mempresentasekan hasil pekerjaannya, (2) penggunaan waktu yang tepat, (3)

Halstead, yang setelah menyaksikan permianan ini, menganggap bahwa permainan bola voli lebih sesuai menjadi nama permainan ini mengingat ciri permainannya ini yang di mainkan dengan