• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Lagu Abatasa Karya Grup Band Wali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Lagu Abatasa Karya Grup Band Wali"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM LAGU ABATASA

KARYA GRUP BAND WALI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Kom. I)

Universitas Islam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Disusun Oleh: Zamal Abdul Nasir NIM. 208051000035

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

v ABSTRAK

Musik merupakan salah satu media yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah yang mudah diterima oleh masyarakat. Meningkatnya minat masyarakat terhadap musik pada hari ini dapat dimanfaatkan oleh para dai untuk menjadikan musik sebagai media komunikasi dakwah yang cukup efektif. Dakwah melalui media musik ini antara lain dilakukan oleh group musik pop papan atas Indonesia WALI Band. Selain menyalurkan bakat dan mencari nafkah di bidang seni musik, para personel WALI yang nota bene berasal dari latar belakang pendidikan pesantren dan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga menggunakan musik sebagai media dakwah dengan cara menciptakan beberapa lagu-lagu bernafaskan Islam. Dengan cara demikian, para audiens yang mendengarkan lirik-lirik lagu WALI diharapkan dapat mengetahui, memahami dan menghayati pesan-pesan dakwah Islami yang terkandung di dalamnya. Salah satu lagu religi WALI yang bernuansa dakwah adalah single

―Abatasa‖. Tak lama setelah dirilis dan dijadikan sebagai theme song program Ramadhan pada tahun 2011 oleh stasiun televisi SCTV, lagu ―Abatasa‖ langsung direspon positif oleh pasar industri musik Indonesia dan digandrungi oleh masyarakat pecinta musik Indonesia.

Penelitian ini berupaya menjawab 2 (dua) pertanyaan utama, yakni: (1) Bagaimana isi pesan dakwah yang terdapat dalam lirik lagu Abatasa karya group band Wali?; dan (2) Apa isi pesan dakwah yang paling dominan dalam lirik lagu Abatasa karya group band Wali?

Penelitian menggunakan metode kualitatif, yaitu metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. Subyek penelitian ini adalah para personil WALI Band dan objek penelitian ini adalah isi pesan dakwah yang terdapat dalam lirik lagu ―Abatasa‖. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan dua kesimpulan sebagai berikut: (1) Lagu Abatasa memuat pesan-pesan dakwah yang berdimensi akidah, syariah dan akhlak. Pesan akidah direpresentasikan dalam bagian Reff dan Song II yang mengekspesikan simbol-simbol keislaman seperti ―Tuhan‖, ―takwa‖, ―syurga‖,

―mukmin‖ dan ―haqqul yaqin‖. Pesan syariah direpresentasikan dalam Song I yang mengekspresikan simbol-simbol keislaman seperti ―mushala‖, ―pengajian‖

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Sang Pemilik Keindahan, yang telah menganugerahkan kekuatan kreatifnya kepada manusia. Dengan segenap kerendahan hati, penulis mengakui bahwa hanya dengan limpahan kasih sayang dan kemurahannya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi Pamungkas yang selalu mengajarkan kepada umatnya untuk memuja keindahan dan mencintai kedamaian. Semoga nilai-nilai keindahan, kebajikan dan cinta kasih yang didakwahkan beliau senantiasa memberikan pencerahan bagi kehidupan umat manusia dan bangsa Indonesia.

Merupakan suatu kebahagian bagi penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dalam rangka penyelesaian studi di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis telah melewati pelbagai kesulitan dan hambatan yang penuh pelajaran bagi penulis. Alhamdulillah, berkat doa, keyakinan, ketekunan dan usaha yang cukup maksimal pada akhirnya segala halangan dan rintangan tersebut teratasi.

(7)

vii

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mencurahkan segala perhatian dan bantuan selama penyusunan skripsi ini, antara lain:

1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Dr. Suparto, M.Ed, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, Bapak Dr. Sunandar, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Bapak Rachmat Baihaky, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

3. Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA, selaku pembimbing yang telah mengarahkan penulis dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang telah memberikan kontribusi ilmunya kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan selalu bermanfaat disetiap kehidupan yang di arungi oleh penulis.

5. Pimpinan dan para staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang memberikan kemudahan dalam mengakses literatur-literatur yang dibutuhkan dalam rangka penyelesaian skripsi ini.

(8)

viii

tak terkira serta memberikan fasilitas pendidikan dari kecil hingga dewasa.

7. Mertua tercinta, H. Nasrul Haryanto dan Hj. Sriningsih, yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan moril kepada penulis. 8. Kakak-kakak dan Adik tercinta Qoriyah Lili Awaliah, Isnaniah, dan

Nur Amaliah, yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis. 9. Isteri tercinta Nuning Nassityrona, S.Pd, yang selalu memberikan spirit, motivasi dan energi kreatif sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini dan menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Para personel WALI, khususnya Faank, Apoy, Tomi dan Ovie, serta keluarga besar WALI yang telah membantu penulis dalam melakukan

observasi dan riset lagu ―Abatasa‖.

11. Teman-teman PSM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rahmat Hidayatullah, Iwan Buana FR, Sahirul Alim, Ahmad Furqon, Dodo Murtado, Abdul Muis Shobri, Zamzami, Adli Fadli, Andri Poerwito, yang senantiasa memberikan dukungan moril kepada penulis untuk menyelesaikan studi dengan sebaik-baiknya.

(9)

ix

bahwa di dalamnya masih banyak kekurangan. Semoga karya ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat. Amin.

Jakarta, 23 Mei 2014

(10)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metodologi Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 15

A. Analisis Isi ... 15

1. Pengertian Analisis Isi ... 15

(11)

x

3. Macam-macam Analisi Isi ... 18

B. Dakwah ... 20

1. Pengertian Dakwah ... 20

2. Subyek dan Obyek Dakwah ... 23

3. Tujuan Dakwah ... 24

4. Pesan Dakwah ... 26

5. Metode Dakwah ... 38

6. Media Dakwah ... 44

C. Musik dan Lagu ... 47

1. Pengertian Musik dan Jenis-jenis Musik ... 47

2. Pengertian Lagu dan Unsur-unsur Lagu ... 48

D. Dakwah Melalui Musik dan Lagu ... 51

BAB III GAMBARAN UMUM GRUP BAND WALI ... 56

A. Sejarah WALI ... 56

B. Biodata Personil WALI ... 60

C. Diskografi WALI ... 62

D. Prestasi WALI ... 67

E. Lembaga Sosial WALI ... 69

F. Dakwah Musikal WALI ... 75

(12)

xi

BAB IV PESAN DAKWAH DALAM LAGU ABATASA ... 80

A. Isi Pesan Dakwah dalam Lirik Lagu Abatasa ... 80

1. Pesan Akidah ... 81

2. Pesan Syariah ... 85

3. Pesan Akhlak ... 91

B. Isi Pesan Dakwah Yang Paling Dominan dalam Lirik Lagu Abatasa ... 94

BAB V PENUTUP ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu bentuk kesenian Islam yang tengah mengalami perkembangan pesat dalam arena budaya populer di Indonesia adalah musik Islami. Musik Islami telah menjadi salah satu sub-genre musik pop dalam industri musik Indonesia. Produk-produk musik Islami tersebut diproduksi dan dikemas dalam pelbagai format baik digital maupun non-digital dan didistribusikan secara luas oleh para pelaku bisnis dari pelbagai sektor industri seperti perusahaan rekaman, agensi artis, telekomunikasi, media massa dan media elektronik. Produk-produk musik Islami ini biasanya mulai memenuhi acara-acara di televisi, radio dan media-media lainnya sepanjang bulan Ramadhan.

Fenomena perkembangan musik Islami ini terutama diwakili oleh album-album musik pop religi yang dirilis oleh sejumlah musisi atau grup band pengusung aliran pop rock yang sudah memiliki popularitas di blantika musik Indonesia, seperti Gigi, Opick, Ungu, Wali dan sebagainya. Grup band Gigi pernah merilis album ―Raihlah Kemenangan‖ menjelang Ramadhan tahun 2004 dan mendulang sukses di pasar industri musik Indonesia. Dengan irama lebih menghentak, paduan rock, punk hingga new wave, yang merupakan ciri khas mereka, album religi dengan kemasan baru seperti itu sukses menarik perhatian generasi muda. Pada tahun-tahun berikutnya, Gigi kembali merilis sejumlah

(14)

2

Kemenangan‖ Repackage (2005), album ―Pintu Sorga‖ (2006), album ―Jalan

Kemenangan‖ (2008), single album ―Beribadah Yuk‖ (2009), album ―Amnesia‖

(2010), dan single album ―Pemimpin dari Sorga‖ (2011).1

Musisi lain, Opick, juga melakukan hal yang sama. Pada tahun 2005, Opick merilis album religi bertajuk ―Istighfar‖. Sebulan pertama setelah dirilis, album tersebut mampu mencetak doubel platinum dengan penjualan lebih dari 300 ribu kopi. Setelah itu, Opick kembali meluncurkan sejumlah album religi

setiap kali menjelang bulan Ramadhan, antara lain album ―Semesta Bertasbih‖

(2006), album ―Ya Rahman‖ (2007), album ―Cahaya Hati‖ (2008), album ―Di Bawah Langit-Mu‖ (2009), album Shallu ‗Ala Muhammad (2010), dan album

―The Best of Opick‖ (2011). Kesuksesan Opick salah satunya ditunjang oleh

warna musik yang disuguhkannya. Musisi yang memiliki latar belakang sebagai seorang rocker ini memperluas unsur-unsur musik nasyid, yang selama ini identik dengan musik akapela, sehingga menjadi komposisi yang jauh lebih variatif.2

Grup band lain yang juga cukup konsisten menggarap album religi adalah Ungu. Pada tahun 2006, Ungu merilis sebuah mini album untuk menyambut

Ramadhan 1427 H bertajuk ―SurgaMu‖. Hanya dalam tempo sepuluh hari sejak

dirilis, mini album SurgaMu telah terjual sebanyak 150 ribu keping. Dalam satu

1

Lihat Denny Sakrie, ―Musik Religi (Lagi)‖, dalam

http://www.bengkelmusik.com/forum/f46/musik-religi-t3104, diakses pada tanggal 13 Desember

2013; ―Tiga Belas Tahun Perjalanan Musik Gigi‖, dalam

http://www.gigionline.com/v2/profile.php, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; dan Adib Hidayat, Gigi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2009).

2

Lihat ―Opick‖, http://id.wikipedia.org/wiki/Opick, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; ―Opick Ya-Rahman‖, http://datasharing.wordpress.com/2011/02/21/opick-ya-rahman/, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; ―Opick: Penyanyi Religius Yang Pernah Hidup

(15)

3

bulan, mini album SurgaMu telah memperoleh double platinum untuk penjualan di atas 300.000 keping. Pada tahun-tahun berikutnya, Ungu terus merilis sejumlah album religi, antara lain mini album ―Para Pencari-Mu‖ (2007), album ―Aku dan

Tuhanku‖ (2008), album ―Maha Besar‖ (2009), single album ―Doa untuk Ibu‖

(2010), dan single album ―Kupinang Kau Dengan Bismillah‖ (2011).3

Selain Gigi, Opick dan Ungu, band lain yang kerap merilis album religi adalah Wali. Grup band yang sempat meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pencetak rekor download RBT terbanyak dan tercepat pada tahun 2010 ini pernah merilis album religi bertajuk ―Ingat Shalawat‖ pada tahun 2009 dan single album ―Tobat Maksiat‖ pada tahun 2010 dan ―Abatasa‖ pada tahun 2011. Singel Tobat Maksiat dan Abatasa sempat mendulang popularitas sepanjang tahun 2011 karena dijadikan sebagai ―theme song‖ untuk sinetron ―Islam KTP‖ dan program Ramadhan tahun 2011 oleh stasiun televisi SCTV.

Wali adalah salah satu group band yang mengusung lagu pop melayu. Group band ini berdiri pada tanggal 31 Oktober 1999 di Jakarta dengan nama Fiera. Karena memiliki hobi yang sama di musik, para personel Fiera sama-sama berkomitmen untuk berjuang di dunia musik. Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang sekitar sembilan tahun, akhirnya band ini berhasil mengeluarkan album perdana pada tahun 2008 yang berjudul ―Orang Bilang‖ dan muncul

3

Lihat ―Album Religi Ungu Terjual 150 Ribu Keping Dalam 10 Hari‖, dalam

http://musik.kapanlagi.com/berita/album-religi-ungu-terjual-150-ribu-keping-dalam-10-hari-o6gcm10.html, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; ―Ungu (Grup Musik)‖, dalam

(16)

4

dengan nama band barunya, yaitu Wali. Band ini terdiri dari empat personil, yakni Faank (vokal), Apoy (gitar), Ovie (keyboard), dan Tomy (drum). Seluruh personil group band Wali notabene berlatarbelakang pendidikan pesantren dan sempat mengenyam kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tahun 2011, band ini sempat diangkat sebagai Duta Pesantren oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.4 Dengan latar belakang tersebut, maka tak mengherankan jika Wali dapat menciptakan lagu-lagu pop religi yang menarik minat masyarakat Indonesia. Para personel Wali nampaknya menyadari bahwa lagu-lagu pop religi yang diciptakannya dapat digunakan sebagai media dakwah atau sarana untuk menyampaikan pesan-pesan Islam kepada masyarakat dengan cara yang menghibur, mudah dicerna dan tidak menggurui.

Dakwah sendiri adalah seruan atau ajakan keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dan tingkah laku saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Oleh karena itu, dakwah membutuhkan metode tertentu agar pesan-pesan yang hendak dikomunikasikan dapat dicerna oleh audiens. Metode dakwah merupakan cara seorang juru dakwah untuk mengajak manusia kembali ke jalan yang benar berdasarkan al-Qur’an dan Hadis. Metode dakwah

4 Lihat ―Trend Lagu Religi di Bulan Ramadhan‖, dalam

http://nagaswaramusic.com/berita/detail/891/trend-lagu-religi-di-bulan-ramadhan, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; ―Single Abatasa Wali di Posisi 1 Weeekly Top 10 Flexy Tone‖, dalam

http://www.nagaswaramusic.com/berita/detail/933/Single_Abatasa_Wali_Posisi_1_Weeekly_Top _10_Flexy_Tone, diakses pada tanggal 13 Desember 2013; ―Wali, Single Religi Abatasa‖

http://www.nagaswarafm.com/wali-single-religi-abatasa.php, diakses pada tanggal 13 Desember

2013; dan ―Wali Ubah Citra Pesantren‖, dalam

(17)

5

harus selalu mengalami modifikasi sesuai perkembangan zaman dan teknologi, serta menggunakan pendekatan-pendekatan dari berbagai disiplin ilmu agar dapat aktual, rasional dan efektif. Pada saat ini, dakwah harus disampaikan secara lebih efektif dengan menggunakan pelbagai media informasi dan komunikasi yang telah berkembang pesat.

Salah satu media yang bisa digunakan untuk berdakwah adalah seni musik. Seni adalah salah satu unsur penting dalam sistem kebudayaan. Melalui kesenian manusia mampu memperoleh saluran untuk mengekspresikan pengalaman serta ide yang mencerdaskan kehidupan batinnya. Di antara jenis kesenian yang diciptakan manusia adalah musik. Musik adalah salah satu cabang seni yang disampaikan melalui nada dan irama. Musik memiliki daya komunikasi massa yang tinggi dan seringkali digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang mengandung masalah kehidupan sosial sehari-hari. Dalam dakwah Islam, musik merupakan bagian dari media dakwah yang bisa menjadi daya tarik bagi pendengarnya. Al-Izzu bin Salam, seperti yang dikutip oleh Toha Yahya Umar, mengatakan, ―adapun nyanyian yang dapat mengingatkan orang kepada akherat,

tidak mengapa bahkan sunnah.‖5

Metode dakwah melalui musik ini mengingatkan kita pada cara-cara yang pernah dilakukan oleh Wali Songo dan para penyebar Islam di Nusantara. Dalam sejarah penyiaran Islam di Nusantara, banyak reportase yang meriwayatkan bahwa para pendakwah Islam kerap memanfaatkan seni sebagai medium ampuh dalam mendiseminasikan ajaran agama. Peranan penting seni dalam penyebaran

5

(18)

6

agama Islam ini, misalnya, dapat dilihat dari kesaksian seorang ahli sejarah Islam abad ke-15 M, Syaikh Zainuddin al-Ma‗bari. Dalam Tuhfah al-Mujâhidîn, sebuah buku yang memuat laporan tentang penyebaran Islam di India dan Asia Tenggara, al-Ma’bari menghikayatkan bahwa keberhasilan dakwah Islam di wilayah ini banyak dibantu oleh pembacaan kisah Nabi Muhammad SAW yang dinyanyikan dengan indah. Fakta historis tersebut bahkan masih dapat kita saksikan sampai saat ini, di mana pembacaan riwayat Nabi dengan cara dinyanyikan, seperti pada pembacaan Kasidah Burdah, Kasidah Barjanji, Syair Rampai Maulid, dan sebagainya senantiasa dipraktikkan oleh masyarakat Muslim Indonesia di pelbagai daerah.6

Banyaknya minat masyarakat akan seni musik pada saat ini menjadikan

musik sebagai penyampaian pesan dakwah yang cukup efektif. Demikianlah yang

dilakukan oleh group band Wali. Selain menyalurkan bakat dan hobi mereka di

bidang seni musik, Wali juga menggunakan musik sebagai media dakwah, yakni

menyampaikan ajaran-ajaran Islam melalui dunia yang mereka geluti. Ini salah

satu cara mereka untuk menyampaikan pesan-pesan Islami kepada masyarakat.

Dengan cara begitu, audiens yang mendengar atau meghafal lirik lagunya

diharapkan dapat mengetahui dan memahami pesan-pesan Islami yang terkandung

di dalam lirik-lirik lagu mereka.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini penulis akan mengkaji isi

pesan lagu ―Abatasa‖ grup band Wali. Lagu ini mendorong anak-anak untuk

6Lihat Rahmat Kemat, ―Tradisi Kesenian Islam Nusantara: Legasi dan Kontekstualisasi‖,

(19)

7

semangat mengaji atau menuntut ilmu dan memuat pesan-pesan tentang akidah,

ibadah dan muamalah. Dalam lagu ini, pengarang menyatakan bahwa Allah

adalah Tuhan semua muslim dari yang kaya sampai yang miskin. Pengarang juga

mengajak audiens untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah dan berharap

agar amal ibadahnya diterima oleh Allah sehingga bisa masuk surga. Selain itu,

pengarang juga menyebut istilah ―haqqul yaqin‖ yang jika dikaji secara mendalam

memiliki makna yang sangat luas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

mengkajinya lebih lanjut dalam sebuah skripsi dengan mengangkat judul:

Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Lagu Abatasa Karya Grup Band Wali.‖

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, pesan dakwah yang dimaksud adalah

ungkapan-ungkapan yang terdapat dalam lirik lagu Abatasa grup band Wali yang

mengandung ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunah.

Adapun isi pesan dakwah yang dimaksud dalam penelitian terdiri dari aspek

akidah, syari’ah dan akhlak. Peneliti membatasi penelitian ini hanya pada lagu

Abatasa yang merupakan single album religi grup band Wali yang dirilis pada

tahun 2011.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini

(20)

8

1. Bagaimana isi pesan dakwah yang terdapat dalam lirik lagu Abatasa

karya group band Wali?

2. Apa isi pesan dakwah yang paling dominan dalam lirik lagu Abatasa

karya group band Wali?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui isi pesan dakwah yang terdapat dalam lirik lagu

―Abatasa‖ group band Wali?

2. Untuk mengetahui isi pesan dakwah yang paling dominan dalam lirik

lagu ―Abatasa‖ group band Wali?

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi pengembangan ilmu dakwah dan komunikasi, khususnya pengembangan teori tentang metode dakwah melalui media kesenian.

2. Secara Praktis

(21)

9

mahasiswa dan pelajar untuk mengembangkan berbagai metode dakwah melalui media kesenian atau media-media lain yang berkembang saat ini.

E. Tinjauan Pustaka

Judul penelitian ini memiliki kemiripan dengan judul skripsi-skripsi lain yang telah ditulis oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang mencoba menganalisis isi pesan dakwah yang terkandung dalam media seni, khususnya musik. Skripsi-skripsi tersebut antara lain:

1. ―Analisis Isi Pesan Dakwah Album Cahaya Hati Opick‖, yang ditulis oleh Andi Harsayudi. Isi dari skripsi ini mendeskripsikan pesan aqidah dalam Album Cahaya Hati Opick, karena lirik-lirik lagu dalam album tersebut lebih banyak menceritakan tentang keagungan dan kekuasaan Tuhan.

2. ―Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Syair Lagu Grup Musik Rock Purgatory Album 7:172‖, yang ditulis oleh Syarifah Farah. Isi dari skripsi ini menjelaskan pesan akidah, akhlak dan muamalah dalam Album 7:172, karena lirik-lirik lagu dalam album tersebut lebih banyak menceritakan tentang tema-tema itu.

3. ―Analisis Isi Lirik Lagu Dalam Album Laskar Cinta Group Band

Dewa‖, yang ditulis oleh Lisnawati. Isi dari skripsi ini

(22)

10

4. ―Analisis Isi Pesan Dakwah Pada Syair Lagu Sakha Dalam Album

Allah Yang Kucintai‖, yang ditulis oleh Siti Fadhilah. Isi dari skripsi

ini lebih banyak mengandung pesan akhlak dalam Album Allah Yang Kucintai, karena lirik-lirik yang tertuliskan dalam album itu lebih banyak menceritakan tentang etika.

5. ―Analisis Isi Pesan Dakwah pada Lirik Lagu Album ―Ingat Sholawat‖

Group Band Wali‖, yang ditulis oleh Zulfikar. Isi dari skripsi ini

menjelaskan pesan akidah, ibadah dan akhlak dalam Album ―Ingat

Sholawat‖, karena lirik-lirik lagu dalam album tersebut lebih banyak

menceritakan tentang tema-tema itu.

Dari sekian banyak skripsi yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, hanya skripsi Zulfikar yang membahas tentang Wali Band. Namun demikian, Zulfikar memfokuskan

kajiannya pada album ―Ingat Shalawat‖. Dengan demikian, skripsi yang

menganalisis single album grup band Wali yang berjudul ―Abatasa‖ belum ada. Oleh karena itu, penulis akan memfokuskan penelitian ini untuk menganalisis isi

lagu ―Abatasa‖ grup band Wali.

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

(23)

11

persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dengan cara

deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.7

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah para personil Group Band Wali, yang

terdiri dari, Apoy (gitaris), Faank (vokalis), Tomi (drummer), dan Ovie

(keyboardis).

b. Objek Penelitian

Objek penelitian ini isi pesan dakwah yang terdapat dalam lagu

―Abatasa‖.

3. Teknik dan Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai,

7

(24)

12

dengan atau tanpa pedoman (guide) wawancara.8 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu interviewer yang mengajukan pertanyaan dan interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9 Subjek-subjek yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah para personel group band Wali, yakni Apoy (gitaris), Faank (vokalis), Tomi (drummer), dan Ovie (keyboardis).

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan realitas.10 Dalam hal ini dokumentasi yang digunakan untuk mendukung penelitian ini antara lain karya-karya Wali baik dalam format digital maupun nondigital, tulisan, reprotase, dan berita yang berkaitan dengan group band Wali.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

8

B. Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif

(Surabaya: Airlangga University Press, 2001), h. 133.

9

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 186.

10

(25)

13

yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan

apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.11

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman

pada buku ―Pedoman Penulis Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)‖

yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2007.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran umum tentang ha-hal yang diuraikan dalam penelitian ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam lima bab dan masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub sebagai beriku:

BAB I PENDAHULUAN, membahas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II ISLAM, MUSIK DAN DAKWAH, membahas hubungan antara musik dan dakwah dalam tradisi Islam.

BAB III BIOGRAFI DAN KARIR WALI BAND DALAM INDUSTRI MUSIK POP RELIGI DI INDONESIA, membahas sejarah WALI Band, biodata personel WALI Band, diskografi WALI Band,

11

(26)

14

penghargaan WALI Band, lembaga sosial WALI Band, dakwah musikal Wali dan gambaran umum lagu Abatasa.

BAB IV ANALISIS ISI PESAN LAGU ABATASA GRUP WALI BAND, membahas pesan dakwah dalam lagu Abatasa dan pesan dakwah yang paling dominan dalam lagu Abatasa.

(27)

15 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Analisis Isi

1. Pengertian Analisis Isi

Analisis isi (content analysis) digambarkan oleh para ahli sebagai studi ilmiah tentang isi komunikasi. Analisis isi adalah studi tentang isi dengan mengacu pada makna, konteks dan maksud yang terkandung dalam pesan. O.R. Holsti mendefinisikan analisis isi sebagai teknik untuk membuat kesimpulan secara sistematis dan obyektif dengan cara mengidentifikasi karakteristik khusus suatu pesan.1 Klaus Krippendorff mendefinisikan analisis isi sebagai teknik penelitian untuk membuat kesimpulan yang valid dan dapat ditiru dari teks ke konteks penggunaannya.2

Penggunaan analisis isi dilakukan jika seorang peneliti ingin memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat juga digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita, lukisan, pidato, surat, peraturan, undang-undang, musik, iklan, dan sebagainya.3

1

O.R. Holsti et. al, ―Content Analisis‖, dalamGarner Lindzey & Elliot Aronson (ed.),

Hand Book Of Sosial Psychology,(Reading, MA: Addison-Wesley, 1968), h. 608.

2

Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, (London: Sage Publication, 2004), h. 18.

3

(28)

16

Analisis isi juga dapat digunakan untuk studi-studi yang bersifat eksplorasi dan deskriptif. Hardjana menjelaskan teknik analisis isi umumnya memberikan manfaat untuk ketiga kegiatan yaitu: (1) Membuat paparan tentang apa, bagaimana, dan kepada siapa suatu komunikasi ditayangkan; (2) Membuat inferensi tentang anteseden mengenai sebab musabab mengapa suatu komunikasi dinyatakan; dan (3) Membuat inferensi tentang apa dampak dari komunikasi yang dinyatakan itu.4

Menurut Burhan Bugin, metode analisis isi merupakan suatu teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang tebuka dari komunikator yang dipilih.5 Dengan demikian, metode analisis isi sangat tepat digunakan dalam bidang keilmuan komunikasi karena objek dalam penelitian ini adalah isi pesan yang disampaikan oleh suatu media komunikasi.

2. Pendekatan Analisis Isi

Salah satu perdebatan yang berlangsung di kalangan para pengguna analisis isi adalah apakah analisis isi itu pendekatan kuantitaif atau kualitatif. Berelson berpendapat bahwa analisis isi adalah pendekatan kuantitatif. Menurut B. Berelson, analisis isi adalah teknik penelitian untuk deskripsi yang objektif, sistematis dan kuantitatif dari isi komunikasi yang

4

Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, h. 71.

5

(29)

17

nyata.6 D. Silverman, dalam diskusinya tentang metode kualitatif, tidak mengakui analisis isi sebagai teknik analisis data kualitatif, karena analisis isi merupakan metode kuantitatif.7

Di lain pihak, C. Selltiz et. al. berpendapat bahwa kuantifikasi yang berlebihan (over quantification) dalam analisis isi pada dasarnya

lebih menekankan pada ―prosedur analisis‖ daripada ―karakter data‖.8

Menurut M. Abrahamson, analisis isi dapat digunakan untuk mengkaji hampir seluruh jenis komunikasi. Analisis isi dapat memfokuskan baik pada aspek-aspek kuantitaif maupun kualitatif dari pesan-pesan komunikasi.9 Dengan demikian, analisis isi pada dasarnya dapat digunakan dalam pendekatan kuantitatif dan pendekatan kulalitatif.

Noeng Muhajir menyatakan bahwa analisis isi dapat digunakan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dioperasikan dengan cara mengemukakan ketepatan dalam mengidentifikasi isi dari pesan dakwah yang muncul, seperti perhitungan dan penyebutan yang berulang-ulang dari kata tertentu. Sedangkan pendekatan kualitatif adalah dengan menggunakan seperangkat tema sebagai suatu bentuk pedoman dalam membahas seluruh isi pesan dengan mencoba menerangkan bagaimana tema tersebut kemudian dikembangkan oleh suatu sumber media dengan meneliti masalah yang

6

B. Berelson, Content Analysis in Communication Research, (New York: The Free Press, 1952).

7

D. Silverman, Interpreting Qualitative Data, (Thousands Oaks, CA: Sage, 1993) h. 59.

8

C. Selltiz, M. Jahoda, M. Deutsch dan S.W. Cook, Research Methods in Social Relation, (New York: Holt, Rinehart & Winston, 1959) h. 336.

9

(30)

18

ada di dalamnya yang tidak mencakup jumlah. George dan Kraucer, sebagaimana di kutip Muhajir, menyatakan bahwa content analysis qualitative lebih mampu menyajikan nuansa dan lebih mampu melukiskan prediksinya lebih baik.10

3. Macam-macam Analisi Isi

Menurut Klaus Krippendorff, setidak-tidaknya ada 4 (empat) jenis analisis isi yang menggunakan pendekatan kualitatif. Pertama, analisis wacana (discourse analysis). Secara sederhana analisis wacana mencoba memberikan pemaknaan lebih dari sekedar kata/frase atau kumpulan kata/frase yang ditulis oleh pengarang. Analisis wacana memfokuskan pada bagaimana fenomena-fenomena partikular dimunculkan oleh pengarang teks. Salah satu penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunkan analisis wacana adalah karya Van Dijk (1991) yang mencoba mempelajari bagaimana pers mengungkap masalah rasisme; kemunculan kaum mioritas, menjelaskan konflik antar etnis, dan mengumpulkan data tentang pemberian stereotipe (penilaian buruk kepada suatu kelompok). Selain penelitian itu juga terdapat penelitian tentang program berita dan dialog di TV Amerika Serikat yang memunculkan tetang fenomena partikular, yaitu visi ideologi ekonomi Amerika Serikat.11

Kedua, analisis retorika (rhetorical analysis). Analisis retorika berfokus kepada bagaimana pesan itu disampaikan serta dampak (langsung

10

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), h. 69.

11

(31)

19

ataupun jangka panjang) yang dirasakan oleh para penerima pesan atau audiens. Peneliti yang menggunakan pendekatan ini harus mengidentifikasi elemen-elemen struktural seperti ungkapan, gaya argumentasi, serta gestur dsan penekanan dalam pidato. Di antara banyak penelitian analisis retorika, salah satunya adalah Kathleen Hall Jamieson’s book Packaging the Presidency (1984). Dalam buku itu dijelaskan tentang analisis retorika terhadap pidato-pidato presiden Amerika Serikat.12

Ketiga, analisis isi etnografis (ethnographic content analysis). Analisis ini dimunculkan oleh Altheide (1987). Walaupun terkesan sangat kualitiatif-antropologis, pendekatan ini tidak menghindari cara yang bersifat kuantitatif, namun malah mendukung penghitungan data dari analisis isi dengan tulisan. Pendekatan ini dikerjakan dengan deskripsi narasi memfokuskan pada situasi yang berkembang, setting/kondisi, gaya, gambar, makna, dan gagasan penting agar dikenali/dipahami oleh aktor atau pembicara secara kompleks.13

Keempat, analisis percakapan (conversation analysis). Analisis ini diawali dengan merekam percakapan dengan setting dan tujuan yang biasa/umum. Selanjutnya hasil rekaman itu dianalisa lebih dalam menjadi konstruksi kolaboratif. Analisis ini dilakukan pertama kali oleh Harvey Sack (1974) yang menganalisis tentang lawakan (jokes) yang mengkonsturksi kolaborasi dari komunikator dengan judul History 17.14

12

Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, h. 16.

13

Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, h. 17.

14

(32)

20 B. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Dakwah secara etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a -yad’u-da’watan, artinya mengajak, menyeru atau memanggil. Menurut

Warson Munawir, dakwah adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru (to propose), mendorong (to urge), dan memohon (to pray).15

Sedangkan dakwah menurut istilah mengandung beberapa arti yang beragam. Para ahli mengajukan beberapa definisi yang berbeda sesuai dengan sudut pandang mereka dalam mendefinisikan istilah tersebut. Menurut Abu Bakar Aceh, sebagaimana dikutip Toto Jumantoro, dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada semua manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat baik.16

Menurut Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun msayarakat. Terwujudnya dakwah bukan hanya sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini ia harus lebih berperan menuju

15

Warson Munawwir, Kamus Al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1994), h. 439.

16

(33)

21

kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek.17

Menurut Nasarudin Latif dakwah adalah setiap aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil maupun lainnya, untuk beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak islamiyah.18

Menurut Bakhial Khauli, sebagaimana dikutip Ghazali Darussalam, dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.19

Menurut Syekh Ali Mahfudz, sebagaimana dikutip Abdul Kadir Sayid Abdul Rauf, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.20

Toha Yahya Umar, sebagaimana dikutip Kafiudin dan Maman Abdul Jalil, mendefinisikan dakwah berdasarkan dua kategori, yaitu dakwah secara umum dan dakwah secara khusus. Secara umum dakwah adalah ilmu pengetahuan yang berisikan cara-cara dan tuntutan, bagaimana

17

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2001), h. 194.

18

(34)

22

seharusnya menarik perhatian, manusia menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat, pekerjaan yang tertentu. Secara khusus dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.21

Dalam al-Qur’an, kata dakwah dapat berarti menyeru kepada kebaikan maupun keburukan. Hal ini misalnya disebutkan dalam Q.S.

al-Mu’min (40): 41 sebagai berikut:

Hai kaumku! Bagaimanakah kamu, aku seru kamu (ad’ukum)

kepada keselamatan tapi kamu menyeru (tad’ukum) ke neraka.‖

Berdasarkan ayat di atas, dapat dikatakan bahwa dakwah dapat berarti menyeru kepada kebaikan atau sebaliknya menyeru kepada keburukan. Namun demikian, ayat di atas menegaskan bahwa dakwah yang dikehendaki oleh Islam adalah dakwah kepada kebajikan. Lebih dari itu, dakwah pada hakikatnya tidak hanya menyeru atau mengajak manusia, tetapi juga mengubah manusia baik individu maupun kelompok menuju ajaran dan nilai-nilai Islam. Dengan demikian, konsep dakwah Islam memuat juga konsep perubahan individu dan transformasi sosial. Perubahan individu dan transformasi sosial yang dimaksud adalah perubahan dan transformasi dari kondisi kurang baik atau tidak baik menuju kepada kondisi yang lebih baik.22 Dakwah menurut konsepsi Islam adalah mengajak atau menyeru kepada kebaikan sesuai dengan ajaran dan

21

Kafiudin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), h. 3.

22

(35)

23

nilai-nilai Islam. Jadi, seruan atau ajakan kepada kejahatan tidak termasuk ke dalam konsep dakwah Islam.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah kegiatan menyeru kepada kebaikan dan melarang kemunkaran sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Hadis dengan menggunakan media tertentu agar manusia mendapatkan kebahagian baik di dunia dan akhirat.

2. Subyek dan Obyek Dakwah

Subyek dakwah adalah pelaku dakwah. Faktor subyek dakwah sangat menentukan keberhasilan aktivitas dakwah. Maka, subyek dakwah

dalam hal ini da’i atau lembaga dakwah hendaklah mampu menjadi

penggerak dakwah yang profesional. Baik gerakan dakwah yang dilakukan individual maupun kolektif. Di samping itu, kesiapan subyek dakwah baik penguasaan terhadap materi maupun metode, media dan psikologi sangat menentukan gerakan dakwah untuk mencapai keberhasialan.23

Objek dakwah yaitu masyarakat sebagai penerima dakwah. Sebagai objek dakwah, masyarakat baik idividu maupun kelompok memiliki strata dan tingkatan yang berbeda-beda. Dalam hai ini seorang

da’i hendaklah memahami karakter siapapun yang menjadi objek

dakwahnya agar pesan-pesan dakwah dapat diterima dengan baik oleh

mad’u.24

23

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 13.

24

(36)

24 3. Tujuan Dakwah

Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses dalam rangka mencapai tujuan tertentu.25 Dalam bentuk asalnya dakwah merupakan aktifitas nubuwwah dalam menyampaikan wahyu kepada umat manusia, dengan tujuan utamanya berkaitan erat dengan tujuan wahyu

(Al-Qur’an dan Al-Hadits) bagi kehidupan umat manusia. Secara umum tujuan

dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup manusia di dunia dan akhirat yang diridhoi oleh Allah SWT.

Menurut Samsul Munir Amin, tujuan dakwah pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu:26

1. Tujuan Umum Dakwah (Major Objective), yaitu sesuatu yang hendak dicapai dalam seluruh aktivitas dakwah. Ini berarti tujuan dakwah yang bersifat umum dan utama, dimana seluruh gerak langkahnya proses dakwah harus ditujukan dan diarahkan kepadanya. Tujuan utama adalah nilai-nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan aktivitas dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama inilah maka semua penyusunan rencana dan tindakan dakwah harus mengarah ke sana. Tujuan dakwah di atas masih bersifat umum atau global, oleh karena itu masih juga memerlukan perumusan-perumusan secara terperinci pada bagian lain. Sebab menurut anggapan sementara tujuan dakwah yang utama itu menunjukan pengertian bahwa dakwah kepada seluruh umat baik yang sudah memeluk agama maupun yang

25

Aminudin Sanwar, Pengantar Ilmu Dakwah: Diktat Kuliah, (Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisonga, 1992), h. 49.

26

(37)

25

masih dalam keadaan kafir atau musyrik. Arti umat disini menunjukan pengertian seluruh alam. Sedangkan yang berkewajiban berdakwah ke seluruh umat adalah Rasulullah SAW dan utusan-utusannya yang lain. Allah berfirman: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang tidak diperintahkan itu, berarti)kamu tidak menyampikan amanatnya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk bagi orang yang kafir (QS. Al-Maidah (5): 67).

(38)

26 4. Pesan Dakwah

Pesan dakwah menurut Kamus Besar Indonesia mengandung arti perintah, nasihat permintaan, amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain.27

Menurut Onong Uchana Effendy, pesan adalah seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Lambang yang dimaksudkan di sini adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung menterjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah jelas, karena hanya bahasa lah yang mampu menterjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain.28

Menurut Toto Tasmara, pesan dalam Islam ialah perintah, nasihat, permintaan, amanah yang harus disampaikan kepada orang lain. Sedangkan pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah baik secara tertulis maupun bentuk pesan-pesan (risalah).29

Menurut Wardi Bachtiar, pesan dakwah tidak lain adalah Al-Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama yang

27

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1997), Cet. Ke-9, h. 761.

28

Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), h. 18.

29

(39)

27

meliputi Aqidah, Syariah, dan Akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.30

Menurut Mustofa Bisri, pesan dakwah dapat dibedakan dalam dua kerangka besar, yaitu: (a) Pesan dakwah yang memuat hubungan manusia dengan khalik (hablu min Allah) yang berorientasi kepada kesalehan individu; (b) Pesan dakwah yang memuat hubungan manusia dengan manusia (Hablu min al-nas) yang menciptakan kesalehan sosial.31

Menurut Barmawai Umari, materi dakwah ada 10 bagian, yaitu: 1. Aqidah, yaitu menyebarkan dan menanamkan pengertian Aqidah

Islamiyah yang berpangkal dari rukun Iman yang prinsipil dengan berbagai perinciannya.

2. Akhlak, yaitu menerangkan Akhlakul Karimah (Akhlak yang mulia) dan Akhlakul Madzmumah ( akhlak yang tercela) dengan segala dasarnya, hasilnya, dan akibatnya, kemudian diikuti dengan contoh-contoh yang telah berlaku adalam sejarah.

3. Ahkam, yaitu menjelaskan aneka ragam hukum yang meliputi soal-soal Ibadah, Muamalat, Ahwalus sahsyiah yang wajib diamalkan oleh setiap muslim dan masalah lainnya.

4. Ukhuwah, yaitu menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki Islam antara penganutnya sendiri serta sikap pemeluk Islam terhadap golongan lain (Non Muslim).

30

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 33-34.

31

(40)

28

5. Pendidikan, yaitu melukiskan sistem pendidikan ala Islami yang telah dipraktekkan oleh tokoh-tokoh pendidikan Islam yang dimasa sekarang dimasa yang akan datang.

6. Sosial, yaitu mengemukakan bagimana solidaritas menurut hukum agama, tolong-menolong, kerukunan hidup sesuai dengan ajaran

AL-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi.

7. Kebudayaan, yaitu memupuk bentuk-bentuk kebudayaan yang tidak bertentangan-bertentangan dengan norma-norma agama, mengingat pertumbuhan kebudayaan dengan sikap asimilasi dan akulturasi, sesuai dengan ruang dan waktu.

8. Kemasyarakatan, yaitu menguraikan konstruksi masyarakakat yang penuh berisi ajaran Islam, dengan tujuan keadilan dan kemakmuran bersama.

9. Amar Ma’ruf, yaitu mengajak manusia untuk berbuat baik guna memperoleh kebahagiaan Dunia dan Akhirat.

10. Nahi Munkar, yaitu melarang manusia dari berbuat jahat agar terhindar dari malapetaka yang akan datang.32

Dengan demikian, pesan dakwah mengandung pengertian segala pernyataan yang berupa seperangkat lambang yang bermakna yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunah yang berupa aqidah, syariah dan akhlak yang disampaikan untuk mengajak manusia baik individu ataupun golongan melalui media lisan maupun tulisan agar mengikuti ajaran Islam

32

(41)

29

dan mampu mensosialisasikannya dalam kehidupan dengan tujuan mendapat kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.

Berikut ini diuraikan tiga aspek isi pesan dakwah Islam tersebut, yakni akidah, syariah dan akhlak:

1. Aqidah adalah keyakinan batiniah yang tercakup dalam rukun iman, namun permasalahannya tidak hanya yang wajib dipercaya saja tetapi mencakup juga persoalan masalah yang dilarang oleh tuntunan agama. Aqidah merupakan materi yang wajib disampaikan oleh para dai, dengan memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang keyakinan kaum muslim terhadap keberadaan Allah SWT dengan segala kemahakuasaan-Nya, maka akan menambah kecintaan para objek dakwah terhadap Tuhan-Nya, sehingga terlahir pribadi-pribadi muslim yang taat dan patuh akan perintah dan larangan Allah SWT.33

Dalam akidah Islam, keyakinan merupakan prasyarat dari keimanan seseorang. Orang yang beriman haruslah orang yang yakin, dan keyakinan yang haruslah mencapai tingkat paling tinggi, yang disebut dengan i’tiqad jazim (keyakinan utuh). Hal ini terkait dengan definisi iman, yaitu pembenaran dalam hati, pengakuan dengan lidah, dan pengamalan dengan anggota badan. Adanya ketiga unsur ini merupakan bukti betapa keyakinan haruslah inheren (melekat) dalam iman. Keyakinan itu tempatnya di dalam hati, diketahui melalui manifestasinya, yang diungkapkan dalam bentuk ungkapan dan

33

(42)

30

tindakan. Adanya pembenaran, ungkapan, dan tindakan sebagai pilar dari iman, merupakan gambaran dari keyakinan utuh tersebut. Keyakinan harus seperti ini, tidak boleh dihinggapi purbasangka (zhann), apalagi keraguan (syakk).34

Ditinjau dari segi kuat dan tidaknya, akidah dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu: Pertama, tingkat ragu (taqlid), yakni orang yang berakidah hanya karena ikut-ikutan saja, tidak mempunyai pendirian sendiri. Akan tetapi dalam masalah keyakinan yang bersifat individual harus memiliki keyakinan utuh, dan tidak dibenarkan adanya taqlid (kepercayaan atas dasar pernyataan atau keyakinan orang lain); Kedua, tingkat yakin, yakni orang yang berakidah atau sesuatu dan mampu menunjukkan bukti, alasan, atau dalilnya, tapi belum mampu menemukan atau merasakan hubungan kuat dan mendalam antara obyek (madlul) dengan data atau bukti (dalil) yang didapatnya. Sehingga tingkat ini masih mungkin terkecoh dengan sanggahan-sanggahan yang bersifat rasional dan mendalam. Atau keyakinan yang

didasarkan kepada pengetahuan semata. Firman Allah: ―Janganlah

begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin‖ (Q.S. al-Takatsur/102: 5); Ketiga, tingkat ‘ain al-yaqin, yakni orang yang berakidah atau meyakini sesuatu secara rasional, ilmiah, dan mendalam mampu membuktikan hubungan antara obyek (madlul) dengan data atau bukti (dalil). Tingkat ini tidak terkecoh dengan

34

(43)

31

sanggahan-sanggahan yang bersifat rasional dan ilmiah. Atau berkeyakinan yang didasarkan kepada penglihatan rohani yang disebut ‘ain al-bashirah (melihat dengan mata kepala sendiri sehingga

menimbulkan keyakinan yang kuat). Firman Allah: ―Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin‖ (QS. at-Takatsur/102: 7); Keempat, tingkat haqq al-yaqin, yakni orang yang berakidah atau meyakini sesuatu, disamping mampu membuktikan hubungan antara obyek (madlul) dengan bukti atau data (dalil) secara rasional, ilmiah, dan mendalam, juga mampu menemukan dan merasakannya melalui pengalaman-pengalaman dalam pengamalan ajaran agama. Atau berkeyakinan yang didasarkan kepada pengetahuan dan penglihatan rohani. Orang yang telah memiliki akidah pada tingkat ini tidak akan tergoyahkan dari sisi manapun, ia akan berani berbeda dengan orang lain sekalipun hanya seorang diri, ia akan berani mati untuk membela akidah itu sekalipun tidak seorangpun yang mendukung atau menemaninya. Firman Allah:

Dan Sesungguhnya al-Qur’an itu benar-benar kebenaran yang

diyakini (haqqul yaqin)‖ (Q.S. al-Haqqah/69: 51).35

Keempat tingkatan akidah tersebut didasarkan atas sedikit banyak atau besar kecilnya potensi dan kemampuan manusia yang dikembangkan dalam menyerap akidah tersebut. Semakin sederhana potensi yang

35

(44)

32

dikembangkan akan semakin rendah akidah yang dimiliki, demikian pula sebaliknya.

2. Syariah adalah ketentuan atau norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (ibadah) dan hubungan manusia dengan sesamanya (muamalah).36 Secara garis besar, syariah terdiri dari dua aspek, yakni ibadah dan muamalah. Ibadah adalah hubungan manusia dengan Tuhan yang tercermin dalam dalam rukun Islam. Muamalah adalah hubungan manusia dengan manusia, bahwasanya Islam mengatur hubungan sosial kemanusian dalam kehidupan sehari-hari, agar tercipta harmonisasi dan kerukunan dalam bermasyarakat, secara terperinci baik hubungan syariah tentang ibadah dan muamalah terdapat dalam buku Fiqih yang bersumber dari Al-Quran, Hadist serta Ijtihad para ulama.

Istilah ―ibadah‖ secara etimologis merupakan bentuk mashdar dari

kata ‘abada yang tersusun dari huruf ‘ain, ba, dan dal. Kata tersebut mempunyai dua makna pokok yang tampak bertentangan atau bertolak belakang. Pertama, mengandung pengertian lin wa zull, yakni kelemahan dan kerendahan. Kedua mengandung pengertian syiddat wa qilaz, yakni kekerasan dan kekasaran.37 Terkait dengan kedua makna ini, Abd. Muin Salim menjelaskan bahwa, dari makna pertama diperoleh kata ‘abd yang bermakna mamluk (yang dimiliki) dan

36

E. Hasan Saleh, Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinanan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, (Jakarta: ISTN, 2000), h. 55.

37

(45)

33

mempunyai bentuk jamak ‘abid dan ‘ibad. Bentuk pertama menunjukkan makna budak-budak dan yang kedua untuk makna

―hamba-hamba Tuhan‖. Dari makna terakhir inilah bersumber kata ‘abada, ya’budu, ’ibadatan yang secara leksikal bermakna ―tunduk

merendahkan dan menghinakan diri kepada dan di hadapan Allah.38 Sedangkan secara terminologis, Hasbi Ash-Shiddieqy mengutip

beberapa pendapat, antara lain; Mengesakan Allah, menta’zimkan-Nya

dengan sepenuh-sepenuhnya, ta’zim serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepada-Nya. Sedangkan ulama akhlak mengartikan ibadah dengan mengerjakan segala taat badaniyah dan menyelenggaran segala syariat (hukum). Ulama fiqh mengartikan ibadah dengan segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat.39 Menurut Quraish Shihab, Ibadah adalah suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya sebagai dampak dari rasa pengagungan yang bersemai dalam lubuk hati seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia tunduk. Rasa itu lahir akibat adanya keyakinan dalam diri yang beribadah bahwa obyek yang kepadanya ditujukan ibadah itu memiliki kekuasaan yang tidak dapat terjangkau hakikatnya.40

38

H. Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah; Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994), Cet. I, h. 149-150.

39

TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, Kuliah Ibadah; Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan Hikmah,(Jakarta: Bulan Bintang, 1991), Cet. VII, h. 1.

40

(46)

34

Istilah ―muamalah‖ berakar dari kata ‘amala yang mengandung arti

―saling berbuat‖, ―saling bertindak‖, ―saling mengamalkan‖ atau

―berbuat secara timbal balik‖. Lebih sederhana lagi berarti ―hubungan

antara orang dengan orang.‖41

Muamalah secara etimologi sama dan semakna dengan al-mufa‘alah, yaitu ―saling berbuat‖. Kata ini menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan seseorang atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masing-masing.42

Secara terminologis, muamalah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pengertian muamalah dalam arti luas dan pengertian muamalah dalam arti sempit. Pengertian muamalah dalam arti luas yaitu

―menghasilkan hal-hal duniawi supaya menjadi sebab suksesnya

masalah ukhrawi,‖43 atau ―segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan.‖44 Dalam versi Muhammad Yusuf Musa, ―muamalah adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.‖45 Jadi, pengertian muamalah dalam arti luas yaitu aturan-aturan (hukum-hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial.

41

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh,(Bogor: Kencana, 2003), cet. 1, h. 175.

42

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), cet. 2, h. vii.

43

(47)

35

Sedangkan pengertian muamalah dalam arti sempit didefinisikan oleh para ulama sebagai berikut. Menurut Hudhari Byk, ―muamalah adalah semua akad yang membolehkan manusia saling menukar

manfaatnya.‖46 Menurut Rasyid Ridha, ―muamalah adalah tukar

menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan.‖47 Berdasarkan definisi tersebut, dapat dipahami bahwa pengertian muamalah dalam arti sempit yaitu semua akad yang membolehkan manusia saling menukar manfaatnya dengan cara-cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan Allah dan manusia wajib mentaati-Nya.

Para ulama ahli ijtima‘î membagi muamalah menjadi dua kategori, yaitu mu‘amalah maddiyah dan mu‘amalah adabiyah.48 Sementara itu, para ulama fiqh, sebagaimana dikemukakan Nasrun Haroen,49 membagi muamalah menjadi dua kategori, yakni muamalah yang hukumnya ditunjuk langsung oleh nash (al-Qur’an dan Sunah), dan muamalah yang hukumnya tidak ditunjuk langsung oleh nash. Jenis muamalah yang ditentukan langsung oleh Allah lewat nash hukumnya bersifat permanen dan tidak dapat diubah, serta tertutup dari perubahan.

Di dalam kerangka tiga bidang utama sistem hukum Islam, kajian studi hukum muamalah sebagaimana dikenal dalam kajian fiqh, hanya

46

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 2.

47

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 2.

48

Moenawar Kholil, Kembali Kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1999), h. 221.

49

(48)

36

merupakan kategori ahkam al-mu‘amalah dalam pengertian sempit. Adapun ahkam al-mu‘amalah dalam pengertian luas tidak lain hanya merupakan bagian dari aspek syariah dalam arti sempit, bahkan hanya merupakan subsistem dari ahkam al-‘amaliyah.

Menurut Suparman Usman, ahkam al-mu‘amalah sebagai perangkat ketentuan hukum yang mengatur hubungan antar sesama manusia (makhluk), meliputi: (a) Ahkam al-ahwal al-syakhsiyah, yakni bidang hukum yang mengatur tentang hukum orang (subyek hukum) dan hukum keluarga, seperti hukum perkawinan; (b) Ahkam al-madaniyah, yakni bidang hukum yang mengatur tentang hukum benda (obyek hukum), atau yang mengatur masalah yang berkaitan dengan benda, seperti jual-beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, penyelesaian harta warisan atau hukum kewarisan; (c) Ahkam al-jinayah, yakni bidang hukum yang berhubungan dengan yang dilarang atau tindak pidana (delict, jarîmah), dan ancaman atau sanksi hukum bagi yang

melanggarnya (‗uqûbah), atau yang lazim disebut dengan hukum

(49)

37

perundang-undangan dalam negara, syarat-syarat, hak dan kewajiban pemimpin, hubungan pemimpin dengan rakyatnya, dan lain-lain, atau yang lazim disebut dengan hukum tata negara dan perundang-undangan; (f) Ahkam al-dauliyah, yakni bidang hukum yang mengatur hubungan antar negara, baik dalam keadaan damai maupun dalam keadaan perang, atau yang lazim disebut dengan hukum internasional; dan (g) Ahkam al-iqtishadiyah wa al-maliyah, yakni bidang hukum yang mengatur tentang perekonomian dan keuangan dalam suatu negara, atau yang lazim disebut dengan hukum ekonomi dan hukum perbankan.50

3. Akhlak secara etimologis berarti berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Sedangkan secara terminologis akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga menjadi sebuah kepribadiannya.51 Akhlak terbagi ke dalam tiga kategori yaitu: (a) Akhlak kepada Allah yaitu perilaku manusia kepada pencipta-Nya; (b) Akhlak kepada Manusia yaitu perilaku atau perbuatan manusia kepada sesama, dan perbuatan itulah yang menentukan baik atau buruknya akhlak seseorang. Contohnya yaitu memberi salam, berkata sopan, menghormati orang yang lebih tua, mengucapkan terima kasih kepada orang lain dan sebagainya; (c) Akhlak terhadap lingkungan (akhlak terhadap hewan, dan tumbuhan)

50

Suparman Usman, Hukum Islam: Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), h. 24-25, 41. Lihat pula Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam; Ilmu Ushulul Fiqh, (terj.) Noer Iskandar, dkk., (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), h. 40-41.

51

(50)

38

yaitu perilaku manusia dalam merawat dan menjaga lingkungan sekitar.

5. Metode Dakwah

Dalam segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu ―meta

(melalui) dan ―hodos‖ (jalan, cara).52 Dengan demikian, bahwa metode

adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata metodos, artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq.53

Menurut Masdar Helmy, metode dakwah dapat diartikan sebagai jalan atau cara untuk mencapai tujuan dakwah yang dilaksanakan secara efektif dan efisien.54 Menurut Toto Tasmara, metode dakwah adalah

cara-cara tertentu yang dilakukan seorang da’i (komunikator) kepada mad’u

untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.55 Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.

Dalam rangka dakwah Islamiyah agar masyarakat dapat menerima dakwah dengan lapang dada, tulus dan ikhlas, maka penyampaian dakwah

52

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), h. 61.

53

Hasanuddin, Hukum Dakwah,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35.

54

Masdar Helmy, Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: CV. Toha Putra, 1973), h. 21.

55

(51)

39

harus melihat situasi dan kondisi masyarakat objek dakwah. Kalau tidak, maka dakwah tidak dapat berhasil dan tidak tepat guna. Di sini diperlukan metode yang efektif dan efisien untuk diterapkan dalam tugas dakwah. Landasan umum mengenai metode dakwah adalah Al-Qur’an Surah al-Nahl ayat 125 yang disebutkan sebagai berikut:

Telah pasti datangnya ketetapan Allah Maka janganlah kamu

meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.

Pada ayat tersebut terdapat metode dakwah yang akurat. Kerangka dasar tentang metode dakwah yang terdapat pada ayat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Metode Al-Hikmah. Kata ―hikmah‖ dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk

masdarnya adalah ―hukman” yang diartikan secara makna aslinya

adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kezaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah. Toha Yahya Umar menyatakan bahwa Hikmah berarti meletakan sesuatu pada tempatnya dengan berfikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai keadaan zaman dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan.56 Syekh Muhammad Abduh memberikan definisi hikmah sebagai berikut:

56

(52)

40

―Hikmah adalah ilmu yang sahih (benar dan sehat) yang menggerakan

kamauan untuk melakukan suatu perbuatan yang

bermanfaat/berguna.‖57

Kata hikmah sering diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa hingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang didakwahkan atas kemaunnya sendiri, tidak merasa ada paksaan, konflik, maupun terasa tertekan. Dalam bahasa komunikasi disebut sebagai frame of reference, field of reference, dan field of experience, yaitu situasi total yang mempengaruhi sikap pihak komunikan(objek dakwah).58

Hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang dilaksanakan atas dasar persuasive. Karena dakwah bertumpu pada human oriented maka konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis, agar fungsi dakwah yang utama (bersifat informatif), sebagaimana ketentuan Al-Quran:

Bahwasannya engkau itu adalah yang member peringatan. Kamu

bukanlah orang yang berkuasa atas mereka (QS. Al-Ghasyiyah (88): 21-22).

Metode bi al-Hikmah mengandung pengertian yang luas. Kata al-Hikmah sendiri di dalam Al-Qur’an dalam berbagai bentuk derivasinya ditemukan sebanyak 280 kali. Secara harfiah kata tersebut

57

Mohammad Natsir, Fiqhu Da’wah: Jejak Risalah dan Dasar-dasar Dak’wah, (Jakarta: Yayasan Capita Selecta, 1966), h. 164.

58

(53)

41

mengandung makna kebijaksanaan. Bila dilihat dari sudut pemakaiannya, kata tersebut mengandung arti yang bermacam-macam, seperti: (1) Kenabian (Nubuwwah); (2) Pengetahuan tentang

Al-Qur’an; (3) Kebijaksanaan pembicaraan dan perbuatan; (4)

Pengetahuan tentang hakikat kebenaran dan perwujudannya dalam kehidupan; (5) Ilmu yang bermanfaat, ilmu amaliyah dan aktivitas yang membawa kepada kemaslahatan ummat; (6) Meletakan suatu urusan pada tempatnya yang benar; (7) Sunnah Nabi; (8) Sikap adil sehingga pemikiran dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya.59 Dalam kegiatan dakwah metode hikmah muncul dalam berbagai bentuk, yakni: (a) Mengenal strata mad’u; (b) Kapan harus bicara, kapan harus diam; (c) Mencari titik temu; (d) Toleran tanpa kehilangan sibghah; (e) Memiliki kata yang tepat; (f) Cara berpisah; (g) Uswatun hasanah; dan (h) Lisanul hal.

2. Metode Mau’izah Hasanah. Terminologi mau’izhah hasanah dalam perspektif dakwah sangat populer, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan (baca dakwah atau tabligh) seperti Maulid Nabi

dan Isra’ Mi’raj, istilah mau’izhah hasanah mendapat porsi khusus

dengan sebutan ―acara yang ditunggu-tunggu‖ yang merupakan inti

acara dan biasanya menjadi salah satu target keberhasilan sebuah acara. Namun demikian agar tidak menjadi kesalahpahaman, maka akan di jelaskan pengertian mau’izhah hasanah.

59

Gambar

GAMBARAN UMUM GRUP BAND WALI  .................................  56
gambar, makna, dan gagasan penting agar dikenali/dipahami oleh aktor
Tabel 1. Penghargaan WALI BAND

Referensi

Dokumen terkait

NAWASIS merupakan upaya untuk mengembangkan pusat layanan informasi yang menjadi referensi utama berbagai pengambil keputusan terkait dalam penyusunan kebijakan,

Program Studi Pendidikan Sosiologi, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat. Artikel ini dilatar belakangi oleh ditemukannya beberapa

Kedua : : Kebijakan persy Kebijakan persyaratan jabatan struktur aratan jabatan struktural dan non al dan non struktural struktural Rumah Sakit Wates Husada

Tidak berhenti sampai disini saja, dalam meningkatkan kualifikasi guru pemerintah juga memberikan bebebrapa pilhan terkait model-model peningkatan kualifikasi guru, diantaranya

Hasil pengisian kuesioner siswa yang diberikan akan digali melalui wawancara konseling individual dengan pendekatan rational emotif, untuk mendapatkan gambaran yang

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN ANTASARI BANJARMASIN TENTANG PEMBIMBING SKRIPSI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN ANTASARI BANJARMASIN TENTANG PEMBIMBING SKRIPSI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU

Dari hasil analisis penulis menggunakan teori Hermeneutika Paul Ricoeur penulis dapat menarik kesimpulan pesan dakwah yang terdapat di dalam lirik lagu Percayalah yang