• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem pelatihan kewirausahaan di Pondok Pesantren Darunajah Cipinang Bogor dalam menumbuhkan entrepreneurship santri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem pelatihan kewirausahaan di Pondok Pesantren Darunajah Cipinang Bogor dalam menumbuhkan entrepreneurship santri"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN

DI PONDOK PESANTREN

DARUNNAJAH CIPINING BOGOR

DALAM MENUMBUHKAN ENTREPRENEURSHIP

SANTRI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Deden Suprihatin

NIM:103053028739

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 28 Februari 2008

(3)

iii

SISTEM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN

DI PONDOK PESANTREN

DARUNNAJAH CIPINING BOGOR

DALAM MENUMBUHKAN ENTREPRENEURSHIP

SANTRI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Deden Suprihatin

NIM:103053028739

Pembimbing

Drs. Cecep Castrawijaya, MA.

NIP:150 287 029

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul SISTEM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH CIPINING-BOGOR DALAM MENUMBUHKAN ENTREPRENEURSHIP SANTRI, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I) pada program studi Manajemen Dakwah.

Jakarta, 12 Juni 2008 Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota

Drs. Study Rizal LK, M.A. Dra. Sukmayeti NIP. 150 262 876 NIP. 150 234 467

Anggota,

Penguji I Penguji II

Noor Bekti Negoro, SE, STP, M. Si. Nurul Hidayati, S. Ag, M. Pd. NIP. 150 293 230 NIP. 150 277 649

Pembimbing

(5)

v

ABSTRAK

Deden Suprihatin

Sistem Pelatihan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor dalam Menumbuhkan Entrepreneurship Santri

Krisis ekonomi yang berkepanjangan dan problematika pembangunan Negara yang kian kompleks mengharuskan pemerintah Indonesia merumuskan upaya-upaya yang sebaiknya dilakukan dalam mengelola dan membentuk sumber daya manusia yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan pendukung bagi masyarakatnya sendiri sehingga angka pengangguran dapat dieliminasi. Hal ini pada dasarnya bukan saja menjadi kewajiban pemerintah tapi seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap permasalahan tersebut, terutama para pelaku pendidik atau penyelenggara pendidikan.

Menyikapi hal tersebut serta sejalan dengan perubahan sosial masyarakat, diperlukan adanya pengelolaan pendidikan yang memiliki nilai tambah serta mampu mengembangkan kemampuan untuk menghadapi berbagai tuntutan kehidupan masa kini, sehingga dapat menetapkan langkah-langkah yang akan dipilih sebagai upaya mewujudkan aspirasi dan harapan dimasa depan. Untuk menjawab tantangan ini, pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor berupaya menerapkan satu sistem pendidikan yang dapat menerapkan fungsi-fungsi pendidikan agar menghasilkan lulusan yang berkompeten dalam dunia kerja dan dunia dakwah dan dapat membentuk sikap/jiwa kewirausahaan. Dalam hal ini pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor melaksanakan sistem pelatihan kewirausahaan yang diharapkan sikap dan motivasi kewirausahaan santri menjadi tumbuh dan terbentuk melalui pelatihan yang dilaksanakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan sistem pelatihan kewirausahaan berjalan cukup baik dan sesuai dengan harapan santri yang mengikutinya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pelatihan kewirausahaan di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor, dan faktor pendukung serta penghambat pelatihan kewirausahaan.

Adapun Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dan metode yang digunakan adalah metode observasi. Sedangkan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen pencatatan.

(6)

KATA PENGANTAR

ﻢﺴﺑ

ﷲا

ﻦﻤﺣﺮﻟا

ﻢﻴﺣﺮﻟا

Segala Puji bagi Allah SWT. yang membuat kehidupan di dunia sebagai jembatan untuk menuju kehidupan di akhirat. Semoga kedamaian dan berkah dari Allah tercurah selalu kepada manusia yang paling mulia diantara para nabi dan rasul. Orang yang diberi tugas oleh Allah swt. untuk menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia, baginda Nabi Muhammad saw.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat kelulusan dalam menempuh jenjang Strata satu (SI) pada Jurusan Manajemen Dakwah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit kendala yang penulis hadapi terutama disebabkan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, tetapi walaupun banyak menemukan kesulitan, penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Terwujudnya skripsi ini, tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan moril dan spirituil dari berbagai pihak. Mulai dari tahap persiapan hingga penulis dapat menyelesaikannya.

Maka dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan Syukron Katsiron Jazakumullah Khairan kepada semua pihak, atas semua yang diberikan kepada penulis, semoga amal shaleh yang telah dilimpahkan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.

Akhirnya ucapan terimakasih yang terdalam, penulis sampaikan kepada : 1. Dr. Murodi, M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

(7)

vii

2. Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, M.A, selaku ketua Jurusan Manajemen Dakwah 3. Drs. Cecep Castrawijaya, M.A, sebagai pembimbing skripsi sekalipun ditengah

kesibukan beliau tetap memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menuangkan Ilmu pengetahuan selama penulis menuntut Ilmu di Fakultas Dakwah.

5. Ayahanda H. Arsen dan ibunda Hj. Baenah yang tercinta yang senantiasa menaungi penulis dengan do’a serta dukungan moril dan materil yang tak henti-hentinya untuk penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dan keluarga besar yang terkasih atas semua dukungan dan perhatian kepada penulis dalam penyelesaian studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. KH. Jamhari Abdul Jalal LC. Selaku Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian di lembaga tersebut.

7. Trimo S.Pd.I selaku ketua Biro Usaha di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor yang telah membantu penulis dengan memberikan informasi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

8. Ustad Acang Antawiyasan selaku kepala Madrasah Ibtida’yah Nurul Ihsan dan istri (Ibu Yunawati S. Pd. I), Abdul Gofar S. Pd. I dan Ibrohim S. Pd. I, yang selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini 9. Semua rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

(8)

Semoga semua yang telah dilakukan bermanfaat bagi diri, agama, dan masyarakat. Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini hanyalah sebuah proses petualangan panjang yang masih banyak kesalahan nan jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan dan kekurangan yang penulis miliki. Dengan hati terbuka dan ketulusan jiwa, penulis sangat terbuka menerima kritik dan saran yang membangun demi perkembangan penulis dimasa depan.

Ciputat, Februari 2008

(9)

ix A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Tinjauan Pustaka ... 4

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Sistem 1. Pengertian Sistem... 13

2. Model dan Karakteristik Sistem... 15

3. Klasifikasi Sistem ... 17

B. Pelatihan 1. Pengertian Pelatihan... 18

2. Tujuan Pelatihan ... 19

3. Rancangan Pelatihan ... 21

4. Metode Pelatihan... 21

C. Sistem Pelatihan Kewirausahaan 1. Pengertian Sistem Pelatihan Kewirausahaan ... 24

2. Model Sistem Pelatihan kewirausahaan... 25

D. Entrepreneurship (Kewirausahaan) 1. Pengertian Kewirausahaan ... 27

2. Model Proses Kewirausahaan ... 29

3. Jiwa dan Sikap Kewirausahaan... 30

(10)

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH CIPINING-BOGOR

A. Sejarah Berdiri ... 34

B. Visi dan Misi ... 35

C. Status dan Struktur Organisasi ... 36

D. Sistem Pengajaran ... 42

BAB IV SISTEM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH CIPINING-BOGOR DALAM MENUMBUHKAN ENTREPRENEURSHIP SANTRI A. Aplikasi Sistem Pelatihan Kewirausahaan... 48

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelatihan Kewirausahaan dalam menumbuhkan entrepreneurship santri ... 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

B. Saran-Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 Bagan Model Sistem 15 2. Gambar 2 Bagan Sistem Pelatihan Kewirausahaan 26 3. Gambar 3 Proses perintisan Kewirausahaan 30 4. Gambar 4 Struktur Organisasi 40 5. Gambar 5 Peta Lokasi PON-PES Darunnajah 68

(12)
(13)

xiii

Jangan pernah menyesal kecuali untuk apa yang akan

mencelakakanmu di masa depan dan jangan merasa

senang kecuali untuk yang akan membahagiakanmu di

masa depan.

Ketakutan terbaik adalah yang membuatmu mejauh dari

ketidaktaatan, merasa sayang akan amal-amal baik yang

engkau lewatkan dan berhati-hati sepanjang hidupmu

.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Umat Islam adalah umat yang terbaik yang dipilih Allah SWT, untuk mengemban risalah agar m1ereka menjadi saksi atas semua umat yang ada dimuka bumi ini. Salah satu risalah yang harus diemban yaitu mewujudkan kehidupan yang adil, makmur, tenteram, sejahtera dimanapun mereka berada.

Melihat realita yang ada masih banyaknya umat Islam yang saat ini jauh dari kondisi ideal. Ini lebih dikarenakan mereka belum menyadari sepenuhnya apa yang telah dikaruniakan Allah SWT atas mereka. Mereka belum mengoptimalkan potensi-potensi yang Allah SWT berikan atau paling tidak mereka belum mengasahnya.

Potensi-potensi yang Allah SWT, berikan begitu besar bagi umat manusia khususnya umat islam baik berupa aspek intelektual maupun sumber daya Alam. Namun sayangnya masih banyak yang belum tersentuh karena keterbatasan sarana maupun prasarana, akibatnya masih banyak umat Islam yang hidup dibawah garis kemiskinan.

(15)

xv

Soal ekonomi telah menjadi gejala kehidupan yang membuat orang mencurahkan tenaga dan pikiran serta perasaan, bahkan bisa melahirkan persaingan, pertikaian dan peperangan.

Bangkitnya etos kerja karena desakan ekonomi itu hal yang sangat wajar. Namun terjadinya suatu pertikaian dan peperangan sebagai masalah yang bertentangan dengan prikemanusiaan dan prikemasyarakatan itu merupakan kondisi yang jauh dari harapan. Adapun terjadinya persaingan dalam memacu ekonomi, itu dianggap hal yang kurang baik namun sulit dibantah eksistensinya.1

Melihat realitas yang berkembang saat ini maka tidak dapat dipungkiri geliat ekonomi global sudah semakin terasa, oleh karena itu perlu disiapkan, dibangun dan dimaksimalkanya sumber daya manusia yang berkompeten sehingga siap bersaing. Karena itu kegiatan pelatihan tidak dapat diabaikan begitu saja. Terutama dalam memasuki era persaingan yang semakin kompetitif tersebut. Maka diharapkan pelatihan merupakan wahana untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) menuju era globalisasi yang penuh tantangan .

Pesantren adalah sebuah lembaga yang unik dan mengagumkan. Berbagai pihak menaruh harapan kepada dunia pesantren sebagai gerbang penarik perwujudan masyarakat madani. Pondok pesantren adalah Institusi pendidikan yang mampu berperan dalam menyongsong masyarakat madani dan yang paling penting pondok pesantren merupakan institusi pendidikan yang mempunyai unsur perpaduan antara nilai keislaman, keindonesiaan, dan keilmuan.2

Senada dengan ungkapan Sayid Agil Siraj, Pesantren adalah sebagai suatu tipologi yang unik dari sebuah institusi pendidikan, telah berusia ratusan tahun,

1

Junaedi B sm, Islam dan Entrepreneurialisme, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993) h.5 2

Yasmadi, Modernisasi Pesantren Kritik Nurholis Majid dalam Pendidikan Islam Tradisional,

(16)

sekitar tiga abad silam memasuki era globalisasi dan militer, lembaga yang sering disebut-sebut tradisional sampai sekarang tetap eksis bahkan semakin mendapatkan simpati dari berbagai lembaga diluar lembaga Islam.3

Dalam menjalani kehidupan diperlukan keseimbangan hidup dalam upaya mencari bekal untuk kehidupan dunia dan bekal untuk kehidupan akhirat, maka hal tersebut perlu disiapkan sejak dini ketika kita mulai mengenal alat tulis (belajar) terlebih di pesantren harus dipersiapkan manusia yang berjiwa dakwah dan jiwa wirausaha agar tercipta suatu keseimbangan antara penunaian kewajiban dan pemenuhan kebutuhan hidup.

Sebagai contoh keteladanan nabi Muhammad saw meliputi berbagai bidang selain sebagai rasul (Pembawa risalah/da’I) beliau juga seorang wirausaha yang tangguh, jujur, dan profesional.

Kewirausahaan selalu menekankan pengembangan sumber daya dari dalam untuk memicu bisnis yang sukses. Wirausaha tidak sekedar keterampilan untuk urusan jual beli barang atau jasa, melainkan berupaya menciptakan kemakmuran dan proses penambahan nilai melalui pengembangan gagasan dan usaha yang selalu mencari tantangan baru, mengutamakan standar keunggulan yang terus membaik.

Namun tak lepas dari semua itu jiwa kewirausahaan yang ada pada manusia tidak muncul begitu saja tanpa ada stimulan disekitar, maka sikap tersebut akan muncul dengan adanya pembiasaan diri atau pelatihan yang maksimal serta terus menerus. Wahana pelatihan kewirausahaan yang diadakan

3

(17)

xvii

sebuah pondok pesantren merupakan solusi yang terbaik untuk menyiapkan insan yang beriman, berilmu dan beramal shaleh.

Untuk menunjang semua itu dibutuhkan sebuah sistem yang kuat dan tangguh guna mencari solusi atau jalan keluar yang selalu terbaik untuk pelaksanaan pelatihan agar hasil diperoleh bisa maksimal.

Pondok pesantren Darunnajah yang terletak di Cipining kabupaten Bogor adalah salah satu pesantren yang mempunyai program pelatihan tersebut yang mempersiapkan santri untuk berjiwa dakwah, sosial dan berjiwa wirausaha.

Dengan mengacu pada latar belakang diatas serta melihat fenomena-fenomena yang ada maka penulis mengambil judul “SISTEM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH CIPINING-BOGOR DALAM MENUMBUHKAN ENTREPRENEURSHIP SANTRI”

B. Tinjauan Pustaka

Pada tinjauan pustaka ini berikut akan dijelaskan mengenai suatu hal yang kiranya akan membedakan penelitian pada skripsi ini dengan penulisan skripsi yang telah ada.

(18)

Sedangkan pada skripsi Siti Aisyah Nursya’adah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang membahas tentang peranan pelatihan keterampilan dan koperasi dalam pengembangan ekonomi umat di Pondok Pesantren Buntet. Pada skripsi tersebut jelas terdapat perbedaan yang sangat tajam, Pembahasannya hanya pada peranan pelatihannya saja akan tetapi pada skripsi yang penulis akan bahas yaitu mengenai Sistem pelatihan Kewirausahaan di Pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor dan pengaruhnya terhadap entrepreneurship Santri.

Adapun buku yang menjadi inspirasi dalam penulisan skripsi ini adalah buku ZAKAT DAN KEWIRAUSAHAAN yang disusun oleh Lili Bariadi, Muhammad Zein, dan M. Hudri yang mengulas perpaduan antara zakat dan kewirausahan yang menekankan pada keseimbangan hidup, dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha memadukan antara kewajiban dakwah dan kewajiban dalam memenuhi kehidupan dunia agar tercipta suatu keseimbangan hidup (Dunia dan Akhirat) yang keduanya diperlukan suatu pelatihan terpadu yang di program sejak dini oleh sebuah lembaga pendidikan atau instansi lain.

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Agar Pembahasan tidak terlalu meluas, penulis merasa perlu memberikan batasan serta perumusan masalah sebagai berikut :

1. Pembatasan Masalah

(19)

xix

• Sistem pelatihan kewirausahaan yang dilaksanakan oleh pondok

pesantren Darunnajah Cipining-Bogor. 2. Perumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana sistem pelatihan kewirausahaan di pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor dalam menumbuhkan entrepreneurship santri?

b. Bagaimana respon santri terhadap pelatihan kewirausahaan di pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor dalam menumbuhkan entrepreneurship?

c. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pelatihan kewirausahaan di pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor dalam menumbuhkan entrepreneurship santri?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(20)

b. Untuk mengetahui respon santri terhadap pelatihan kewirausahaan di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor dalam menumbuhkan jiwa entrepreneurship santri.

c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pelatihan kewirausahaan di pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor dalam menumbuhkan entrepreneurship santri.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

a. Bagi Penulis merupakan pelajaran yang berharga dalam hal pelatihan dan kewirausahaan sekaligus merupakan apresiasi terhadap teori-teori yang telah didapat dalam menempuh masa studi yang dipadukan dengan realitas yang ada dilapangan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi lembaga khususnya lembaga yang penulis mengadakan penelitian.

c. Bagi para Trainer (Pelatih) merupakan bahan pertimbangan didalam menerapkan sebuah sistem pelatihan khususnya pelatihan kewirausahaan yang dilaksanakan pada sebuah pondok pesantren.

d. Guna melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Metodologi Penelitian

(21)

xxi

cara untuk memperoleh informasi atau fakta terhadap suatu masalah yang sedang dipelajari.

Menurut Sugiono dalam bukunya menyatakan metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan, dan selanjutnya dicarikan cara pemecahanya.4 1. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang berupa menarik faktor-faktor dan informasi dari data lapangan yang ditemui secara angka dengan melihat inti objek penelitian berdasar tingkat beragam dalam data lapangan yang bisa didapat secara akurat, tepat dan terpercaya. Metode yang digunakan adalah metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.5 Sedangkan instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu angket. Dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis, yaitu menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.6 2. Teknik pengumpulan data

a. Observasi, adalah pengumpulan data yang dilakukan oleh seorang individu atau penyelidik dengan menggunakan mata sebagai alat melihat data serta menilai keadaan lingkungan yang dilihat.7

4

Sugiono, Metodologi Penelitian Administrarif, (Bandung: CV. Alphabeta, 2001) Cet. Ke VIII h. 3

5

Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survey, ( Jakarta: LPES, 1989) h. 3 6

J. Vrendenberg, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1980), h.34

7

(22)

Di dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik observasi berstruktur yaitu penulis sebelum melakukan observasi maka terlebih dahulu menentukan tujuan yang hendak penulis teliti, penulis didalam pengumpulan data ini dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sistematis ke lokasi penelitian di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor.

b. Wawancara, adalah penyelidikan yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab dengan objek secara tatap muka dengan mengadakan pencatatan. 8

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak berstruktur artinya pewawancara secara bebas dapat menanyakan pokok permasalahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang diwawancarai, tetapi tetap berpegang pada daftar wawancara.9 Yaitu dengan mewancarai narasumber yang berkaitan dengan penelitian ini. c. Dokumentasi, ialah sejumlah data yang telah tersedia yaitu data yang

verbal seperti yang terdapat dalam surat, jurnal, laporan dan sebagainya.10

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data-data dengan mencatat atau mengkofi dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

d. Angket

8

M. Manulang, Pedoman Menulis Skripsi, (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2004) h.34 9

Eddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001) h. 181

10

(23)

xxiii

Angket yaitu alat pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan dengan jalan menyebarkan daftar pertanyaan pada setiap respoden.11 Dalam hal ini penulis membagikan daftar pertanyaan kepada santri atau peserta yang mengikuti pelatihan kewirausahaan di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor

3. Subjek dan objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian ini adalah Sistem pelatihan kewirausahaan di pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor. Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini yaitu orang atau sekelompok orang yang dapat memberikan informasi dalam hal ini adalah Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah, Ketua Biro Usaha dan responden lainnya yang terkait dalam penulisan skripsi ini.

4. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder.

a. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama sebagai pelaku atau saksi mata yang langsung memberikan data atau sumber asli. Dalam penelitian ini data yang dimaksud adalah pimpinan pondok pesantren, ketua biro usaha, santri dan responden lain yang terkait dalam penulisan skripsi ini.

b. Data sekunder yaituu data yang diperoleh dari tangan kedua, maksudnya bahwa data tersebut didapat dari dokumen-dokumen yang ada pada yayasan pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor. 5. Waktu dan Tempat Penelitian

11

(24)

Penelitian ini dilakukan dalam waktu 8 bulan dimulai bulan juni dan berakhir pada bulan januari 2008. Adapun yang menjadi tempat penelitian adalah Pondok Pesantren Darunnajah yang terletak di Cipining kabupaten Bogor. 6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan, dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditentukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.12

Dalam hal analisa data digunakan bentuk analisis univariat ( analisis terhadap satu variabel) dan menggunakan jenis distribusi frekuensi relatif.

a. Deskriptif, data-data yang diperoleh melalui angket, kemudian diproses dengan beberapa tahapan, sebagai berikut:

1. Evalauating, memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti, ditelaah dan dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data-data yang akurat.

2. Tabulating, mentabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban responden ke dalam tabel, kemudian dicari persentasinya untuk kemudian dianalisa.

3. Kesimpulan, memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan penafsiran data.

Semua tahapan tersebut akhirnya dijelaskan pendeskripsiannya dalam bentuk kata-kata maupun angka sehingga menjadi bermakna.

b. Prosentase, data yang diperoleh dan deskripsi kualitatif kemudian diolah menjadi analisa statistik deskriptif dengan menggunakan rumus Distribusi

12

(25)

xxv

frekuensi relatif, yaitu diperoleh dari membagi frekuensi kelas dengan jumlah frekuensi dan mengalikannya dengan 100.13

P = F / N x 100 %

Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi

N : Jumlah Responden14

Adapun teknik penulisan skripsi ini , penulis menggunakan buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan disertasi) yang diterbitkan CeQDa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

]

A. SISTEMATIKA PENULISAN

Sebagai suatu pembahasan ilmiah maka sifat sistematis merupakan syarat mutlak.

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui urutan konsistensi dan koherensi jalur pemikiran sehingga daya analisa, kemampuan sintesa dan potensi nalar dari pemikiran tersebut mudah mencapai sasaran yang dituju..

Dalam sistematika ini nampak selain apa yang tersebut diatas adalah struktural pembahasan dan pengorganisasian pemikiran atas dasar itulah penulis menyusun sistematika penulisan ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Membicarakan hal-hal bersifat teknis operasional untuk melangkah pada bab-bab selanjutnya yang mencakup Latar Belakang Masalah,

13

Sutrisno hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: YPFP UGM, 1980) h. 229 14

(26)

Tinjauan Pustaka, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI TENTANG SISTEM PELATIHAN

KEWIRAUSAHAAN yang mencakup Sistem: Pengertian Sistem, model Sistem, Karakteristik Sistem, Klasifikasi Sistem, Pelatihan mencakup, Pengertian Pelatihan, Pengertian Sistem Pelatihan, Tujuan Pelatihan, Rancangan Pelatihan, Metode Pelatihan, Kewirausahaan mencakup Pengertian Kewirausahaan, Profil Kewirausahaan, Entrepreneurship yang meliputi, model Proses Kewirausahaan, Jiwa dan Sikap kewirausahaan, dan Sistem Pelatihan Kewirausahaan.

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH

CIPINING-BOGOR yang mencakup, Sejarah Berdiri, Visi dan Misi, Status dan Struktur Organisasi dan Sistem Pengajaran.

BAB IV SISTEM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI PONDOK

PESANTREN DARUNNAJAH CIPINING-BOGOR DALAM

MENUMBUHKAN ENTREPRENEURSHIP SANTRI Merupakan pembahasan inti mengenai Sistem Pelatihan Kewirausahaan Di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor yang mencakup Sistem Pelatihan Kewirausahaan, dan pengaruh sistem Pelatihan Kewirausahaan terhadap entrepreneurship santri.

(27)

xxvii BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Sistem

1. Pengertian Sistem

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “Sistema” yang mengandung arti keseluruhan (a whole) yang tersusun dari sekian banyak bagian, berarti pula hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur.15

Sistem adalah sebagai tata hubungan di antara dua atau lebih komponen (unsur-unsur) yang bersifat saling mempengaruhi (Indefendent Componens), saling ketergantungan kesekian objek (Komponen) tersebut membentuk suatu keadaan yang nyata atau kesatuan (etinity) komponen-komponen tersebut selalu dalam keadaan seimbang dan berfungsi.16

Menurut Musanef dalam bukunya menyatakan sistem adalah suatu sarana yang menguasai keadaan dan pekerjaan agar dalam menjalankan tugas dapat teratur.17 Sedangkan menurut Ir.Drs. Bonar Simangunsong, sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari komponen-komponen dan unsur-unsur yang saling berinteraksi menuju suatu tujuan tertentu.18

Sistem adalah bagian-bagian yang saling berkaitan, yang saling beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran dan maksud.19

15

Tatang M. Arifin, Pokok-Pokok Teori Sistem, (Jakarta: PT. Raja Garfindo Persada, 2001) Cet. Ke-7 h. 15

16

A. Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001) cet ke I h.27 17

Musanef, Sistem Pemerintahan di Indonesia, (Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1989) h. 7 18

Bonar Simangunsong, Sistem Informasi Manajemen, (Jakarta: PT Parellindo, 1991) h.5 19

(28)

Sistem adalah suatu kumpulan bagian yang saling berhubungan serta diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu keseluruhan.20

Dari definisi sistem yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan satu kesatuan yang banyak digunakan orang untuk menggambarkan totalitas yang terdiri dari komponen-komponen yang selain berinteraksi dan bergerak menuju ke satu tujuan tertentu, istilah tertentu. Biasanya dikaitkan dengan bidang atau aspek yang menjadi objek dari sistem tersebut. Oleh karena itu istilah sistem belum memberikan gambaran yang lebih jelas dan realistis jika belum dikaitkan dengan objek yang mengikutinya.

Dari penjelasan teori sistem, maka dalam hal ini teori sistem tersebut akan menjadi acuan serta diterapkan dalam pelatihan kewirusahaan yang merupakan bagian dari sistem itu sendiri. Dalam model sistem yang bersifat umum itu nantinya akan lebih dispesifikasikan dalam bahan kajian lingkup sistem pelatihan kewirausahaan yang sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling terikat serta mendukung bagi pelaksanaan pelatihan kewirausahaan.

2. Model Sistem dan Karakteristik Sistem a. Model Sistem

20

(29)

xxix

Secara umum penggambaran sistem sebagai suatu kesatuan dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berhubungan dalam prosedur kerja tertentu untuk mencapai tujuan yaitu mengolah masukan menjadi keluaran. Penggambaran tersebut dapat dijelaskan sebagai kesatuan yang terdiri dari tiga bagian utama yaitu:

1) Bagian Masukan (Input) 2) Bagian Pengolahan (Procces) 3) Bagian Keluaran (Ouput) 21

Input Procces Output Feed back

Gambar 2.1. Bagan Model Sistem

Sistem menerima masukan dari lingkungan luar (environment), kemudian masukan tersebut diolah atau diproses hingga menjadi keluaran (kemampuan) dan selanjutnya adalah bahwa hasil keluaran sistem secara tidak langsung akan menjadi masukan kembali (Feed back) bagi sistem setelah sebelumnya melewati jalur eksternal di luar lingkungan.

b. Karakteristik Sistem

Sedangkan sistem mempunyai karakteristik tersendiri diantaranya : i. Terarah pada Tujuan

ii. Tingkatan iii. Daya Pembeda

21

(30)

iv. Saling keterkaitan dan berdiri sendiri v. Sistem merupakan suatu keseluruhan

vi. Setiap sistem berada dalam satu lingkungan

vii. Sistem memiliki batas-batas yang memisahkanya dengan lingkungan atau sistem lain

viii. Sistem terbuka dalam batas-batas pemisahan dari lingkungannya namun memperoleh masukan dari lingkungannya

ix. Sistem merupakan transpormasi x. Umpan balik dan koreksi xi. Kondisi Akhir yang sama22

Adapun menurut Dr. Sopiansyah, dan Aang Subiyakto S.kom dalam buku Pengantar Sistem Informasi karakteristik sistem terdiri dari: a. Suatu sistem mempunyai komponen-komponen sistem (Component)

atau subsistem

b. Suatu sistem mempunyai batas sistem (Boundary) c. Suatu sistem mempunyai lingkungan luar (environment) d. Suatu sistem mempunyai penghubung

e. Suatu sistem mempunyai Tujuan23

3. Klasifikasi Sistem

Sistem dapat diklasisfikasikan sebagai berikut : a. Dilihat dari Bentuk sistem yang terdiri dari :

1) Abstrak

22

Hadari Nawawi, Perencanaan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Gajah Mada University, 2003) h. 177

23

(31)

xxxi 2) Fisik

b. Penciptaan sistem oleh Manusia 1) Sistem Alamiah

2) Sistem buatan manusia c. Tingkat Kepastian

1) Sistem Pasti

2) Sistem Probabilistik

d. Hubungan Dengan Lingkungan Luar 1) Terbuka

2) Tertutup24

Sedangkan menurut Tata Sutabri sistem dapa diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Sistem abstrak dan sistem fisik. Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik. Sedangkan sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik.

b. Sistem alamiah dan sistem buatan manusia. Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi karena proses alam, tidak dibuat oleh manusia. Sedangkan sistem buatan manusia merupakan sistem yang melibatkan interaksi manusia dengan mesin yang disebut Human Mechine sistem.

c. Sistem deterministik dan sistem probabilistik. Sistem determinstik adalah sistem yang beroperasi dengan tingkah laku yang dapat diprediksi. Sedangkan sistem probabilistik merupakan sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilistik.

24

(32)

d. Sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan dipengaruhi oleh lingkungan luar. Sedangkan sistem tertutup adalah sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh oleh lingkungan luarnya.25

B. Pelatihan

1. Pengertian Pelatihan dan Sistem Pelatihan

a. Pengertian Pelatihan

Pelatihan adalah serangkaian aktifitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap individu.26

Menurut Andrew E Sukile yang dikutif oleh Anwar Prabu Mangkunegara berpendapat bahwa pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana pegawai non manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas.27 Sedangkan menurut Dr. Veitzhal, pelatihan adalah proses secara sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.28

Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan

25

Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: Andi, 2005) h. 13 26

Henri Simamora, Manajemen SumberDaya Manusia, (Yogyakarta: YKPN, 1995) h.287 27

AA. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,

(Jakarta: Bina Aksara, 1999) Cet.Ke.I h.44 28

(33)

xxxiii

kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu dalam guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam suatu organisasi.29

Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk memberi dan memperoleh kecakapan yang dalam jangka waktu tertentu dan juga merupakan kegiatan untuk mengisi kesenjangan antara apa yang dapat dikerjakan seseorang dan siapa yang seharusnya mampu mengerjakannya.

2. Tujuan Pelatihan

Henry Simamora menyebutkan dalam bukunya tujuan utama pelatihan secara luar dapat dikelompokan ke dalam lima bidang antara lain yaitu:

a. Meningkatkan keahlian para karyawan sejalan dengan perubahan teknologi

b. Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru untuk menjadi kompeten dalam pekerjaannya

c. Membantu memecahkan masalah operasional d. Mempersiapkan karyawan untuk promosi

e. Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi30

Sedangkan menurut Slamet Saksono tujuan pelatihan adalah:

a. Meningkatkan pengetahuan (Know Ledge), kemampuan (ability) dan keterampilan (Skill) pegawai dalam menjalankan tugasnya masing-masing

29

Oemar Hamlik, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.10

30

(34)

b. Menanamkan pengetahuan yang sama mengenai suatu tugas dalam kegiatanya dengan yang lain untuk mewujudkan tujuan organisasi perusahaan

c. Mengusahakan kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan situasi dan kondisi teknologi yang terjadi akibat pembangunan

d. Menumbuhkan minat dan perhatian pegawai terhadap bidang tugasnya masing-masing

e. Memupuk keberanian berfikir kreatif dan berpartisipasi dalam diskusi f. Memupuk kerjasama antara pegawai secara efisien

g. Menanamkan jiwa kesatuan

h. Mengubah sikap dan tingkah laku mental pegawai kearah kerja yang jujur dan efektif

i. Mengurangi tingkat labour turn over

j. Mengembangkan karir pegawai

k. Menumbuhkan rasa takut memiliki dan tanggung jawab pegawai l. Mengurangi frekuensi pengawasan31

3. Rancangan Pelatihan

Menurut Agus M Hardjana, rancangan oelatihan (training design) adalah rancangan yang akan dijadikan pegangan, pedoman, atau acuan pada waktu melaksanakan training. Penyusunan rancangan pelatihan harus memperhatikan pihak-pihak yang akan terlibat dalam pelatihan (peserta, penyelenggara dan trainer) tujuan yang akan dicapai, materi yang akan

31

(35)

xxxv

diolah, metode dan peralatan yang hendak dipakai, tempat pelaksanaan, jadwal kegiatan untuk setiap sesi ataupun secara keseluruhan.32

Menurut M. Smith et.al (1997) pembahasan rancangan pelatihan pada sejumlah besar studi dan penelitian terbatas pada penggunaan hasil pelatihan pada tugas-tugas yang sederhana (Simple Task) dan program pelatihan dievaluasi dengan menggunakan criteria reproduksi sekilas (Immediate repsoduction) dan ingatan jangka pendek (Short Term Retention).33

Sedangkan menurut Agus Dharma dalam merancang pelatihan setidaknya ada tiga hal penting yang perlu diingat ketika merancang pelatihan: tujuan, peserta, dan tempat pelatihan dilaksanakan. 34

4. Metode Pelatihan

Menurut Suhendra MM, metode pelatihan dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Pelatihan di tempat kerja (On the Job training)

Suatu bentuk pembekalan yang dapat mempercepat proses pemindahan pengetahuan dan pengalaman/transfer knowledge dari para santri senior kepada santri junior yang berlangsung di pesantren

b. Vestibule Training

Memberikan pelatihan semacam kursus yang dijalankan di luar lingkungan pesantren. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan pada

32

Agus M.Hardjana, Training SDM yang Efektif, (Yogyakarta: Kanisius, 2001) cet ke 1 h.35 33

Jusuf Irianto, Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pelatihan , (Surabaya: Insan Cendekia, 2001) h.105

34

(36)

kursus tersebut tidak jauh berbeda dengan pekerjaan yang nantinya akan digeluti oleh para peserta.

c. Program Magang

Program ini dirancang untuk keterampilan yang lebih tinggi. Program magang lebih mengutamakan pendidikan dibandingkan dengan

on the job training atau vestibule training. Artinya program ini lebih melibatkan pengetahuan dalam menentukan suatu keterampilan atau serangkaian pekerjaan yang berhubungan.

d. Kursus 35

Metode ini sering digolongkan sebagai pendidikan bukan pelatihan dan metode pengajaran ini menggunakan konsep belajar.

Adapun menurut Siagian dalam buku “Pengembangan Sumber Daya Insani” MetodePelatihan :

a) Management Games

b) Studi Kasus

c) Latihan Kotak Masuk d) Role Playing

e) Stimulasi f) Seminar

g) Metode Kuliah36

Sedangkan menurut Prof. Dr. Sukirjo Noto Atmojo metode pelatihan dapat dilakukan dengan cara yang berbeda diantaranya:

a. Metode diluar Pekerjaan (Of The job Site)

35

Suhendra MM dan Murdiyah Hayati MM, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h. 68

36

(37)

xxxvii

b. Metode on the job site (di dalam pekerjaan)37

Berbeda halnya dengan pendapat oemar hamalik yang menjelaskan metode pelatihan adalah sebagai berikut :

a) Model Komunikasi diskoveri b) Teknik komunikasi kelompok kecil c) Pembelajaran berprogram

d) Pelatihan dalam industri e) F.Teknik Stimulasi f) Metode Studi Kasus38

g) Model Komunikasi ekspositif

Sedangkan menurut Moenir metode pelatihan adalah sebagai berikut : a. Metode seminar atau Konferensi

b. Metode Lokakarya (Work shop) c. Metode Sekolah atau Kursus

d. Metode belajar sambil bekerja (Learning by doing)39 C. Sistem Pelatihan Kewirausahaan

1. Pengertian Sistem Pelatihan Kewirausahaan

Dalam meningkatkan pengembangan dan pembentukan dalam proses menumbuhkan jiwa kewirausahaan santri dilakukan melalui upaya pembinaan, pendidikan, dan pelatihan. Ketiga upaya ini saling memiliki keterkaitan, namun pelatihan pada hakikatnya mengandung unsur-unsur

37

Sukirjo Noto Atmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bineka Cipta, 2003) h.39

38

Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketenaga kerjaan, h.63 39

As. Moenir, Pendekatan Manusiawi dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian,

(38)

pembinaan dan pendidikan. Secara operasional sistem pelatihan kewirausahaan meliputi beberapa hal diantaranya :

1) Pelatihan kewirausahaan adalah suatu proses yang merupakan suatu fungsi manajemen yang perlu dilaksanakan terus-menerus dalam rangka pembinaan pelatihan dalam suatu organisasi atau lembaga secara spesifik.

2) Pelatihan kewirausahaan dilaksanakan dengan sengaja. Unsur kesengajaan sangat penting dalam proses pelatihan yang ditandai oleh adanya suatu rencana yang lengkap serta menyeluruh yang di susun secara tepat dan rinci.

3) Pelatihan kewirausahaan diberikan dalam bentuk pemberian bantuan. Dalam hal ini dapat berupa pegarahan, bimbingan, fasilitas, penyampaian informasi, dan yang lebih penting adalah pelatihan keterampilan.

4) Sasaran pelatihan kewirausahaan

5) Pelatihan kewirausahaan dilaksanakan oleh tenaga profesional

6) Pelatihan kewirausahaan meningkatkan dan menumbuhkan serta membimbing sasaran pelatihan.40

Sistem pelatihan kewirausahaan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada santri yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan

40

(39)

xxxix

kemampuan santri dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam suatu organisasi dan pesantren . 41

Dari teori tersebut dapat penulis kemukakan bahwa sistem pelatihan kewirausahaan adalah satu kesatuan yang saling berhubungan dengan subjek, objek, materi serta tujuan untuk membiasakan dan memberi serta memperoleh kecakapan dan keterampilan dalam jangka waktu tertentu.

2. Model Sistem Pelatihan Kewirausahaan

Menurut Michael Amstrong menyebutkan agar berhasil, kita perlu mengkombinasikan beberapa sistem pendekatan terhadap pelatihan kewirausahaan. Adapun sistem yang harus dilakukan dalam pelatihan kewirausahaan yang dikategorikan kepada Input-Proces-Out put dan Feed back adalah sebagai berikut :

1. Input, yang termasuk dalam bagian masukan (Input): Menetapkan dan menganalisis kebutuhan-kebutuhan pelatihan kewirausahaan, Menetapkan tujuan-tujuan pelatihan harus dimaksudkan untuk mencapai tujuan pelatihan yang dapat diukur dalam bentuk peningkatan dan perubahan perilaku yang membawa kearah prestasi yang lebih baik, mempersiapkan rencana-rencana latihan yang sesuai dengan tujuan yang akan menggambarkan biaya-biaya dan keuntungan-keuntungan dari program latihan yang diusulkan

2. Process, meliputi pelaksanaan dari rencana-rencana pelatihan kewirausahaan.

41

(40)

1

3. Output yaitu memantau, mengevaluasi dan menganalisis hasil pelatihan kewirausahaan.

4. Feed back yaitu memberikan umpan balik dari hasil evaluasi latihan sehingga latihan dapat ditingkatkan.42

Sistem pelatihan kewirausahaan diungkapkan dalam sebuah bagan oleh Veitzhal ialah sebagai berikut:

Gambar 2.2. Bagan Sistem Pelatihan Kewirausahaan

Dari bagan diatas dapat dikemukakan bahwa point 1-3 merupakan bagian dari input yaitu: Identifikasi kebutuhan pelatihan kewirausahaan, penetapan sasaran pelatihan, dan merancang program pelatihan kewirausahaan. Point 4 bagian dari proses yaitu: pelaksanaan program pelatihan kewirausahaan. Point 5 merupakan bagian dari output yaitu: evaluasi pelatihan kewirausahaan, dan dari hasil evaluasi itulah kemudian

42

(41)

xli

dijadikan feedback untuk peningkatan program pelatihan ke depan, sehingga pelatihan dapat ditingkatkan. 43

Dari teori-teori tersebut dapat dikemukakan bahwa sistem pelatihan kewirausahaan merupakan satu kesatuan yang meliputi serangkaian proses yang terdiri dari beberapa bagian penting (unsur-unsur) dalam upaya pembiasaan diri dalam pemberian kecakapan terhadap peserta pelatihan kewirausahaan untuk menumbuh serta meningkatkan kemampuan santri dalam berwirausaha.

D. Entrepreneurship (Kewirausahaan)

1. Pengertian Kewirausahaan

Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru dilakukan “usahawan” atau “wiraswasta” pandangan tersebut tidaklah tepat, karena jiwa dan sikap kewirausahaan (Entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi bisa dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti karyawan, mahasiswa, santri dan yang lainya.

Menurut Soeharto Wirakusuma Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai the backbone of economy, yaitu saraf pusat perekonomian atau sebagai Tail bone of economy,

yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa..44

Dr. Suryana M.Si dalam bukunya menyatakan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan

43

Veitzhal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, h.226 44

(42)

sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.45 Sedangkan menurut Peter F.Drucker yang dikutif oleh Kasmir SE, dalam sebuah bukunya kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda, masih dalam sumber yang sama diungkapkan oleh Zimmerer mengartikan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreatifitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).46 Sedangkan dalam buku Zakat dan Kewirausahaan, disebutkan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Create New and Different) melalui berpikir kreatif dan inovatif. 47

Pengertian yang berbeda diungkapkan oleh Ir. Harmaizar, kewirausahaan adalah proses penciptaan suatu yang baru atau mengadakan suatu perubahan atas yang lama dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan individu dan masyarakat.48

Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminology yang persis mengenai kewirausahaan (Entrepreneurship) akan tetapi pada hakikatnya kewirausahaan mempunyai arti yang sama yaitu merujuk pada watak, ciri, yang melekat pada seseorang yang mempunyai keinginan untuk maju dan kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif dan kreatif dalam memecahkan dan menemukan peluang untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

2. Model Proses Kewirausahaan

45

Ibid, h. 1 46

Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) h. 17 47

Lili bariadi dkk, Zakat dan Kewirausahaan, (Jakarta: CED, 2005) H. 37 48

(43)

xliii

Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi ini dipicu oleh faktor pribadi., lingkungan dan sosiologi. Faktor individu yang memicu kewirausahaan adalah pencapaian Locus of control, toleransi, pengambilan resiko, nilai- nilai pribadi, pendidikan, pengalaman, usia, komitmen dan ketidakpuasan. Sedangkan yang berasal dari lingkungan ialah peluang, model peran, aktifitas, pesaing, incubator, sumber daya dan kebijakan pemerintah. Sedangkan faktor pemicu yang berasal dari lingkungan sosial meliputi keluarga, orang tua dan jaringan kelompok. Seperti halnya pada saat perintisan kewirausahaan, maka pertumbuhan kewirausahaan sangat tergantung pada kemampuan pribadi organisasi dan lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan kewirausahan adalah pesaing, pelanggan, pemasok, dan lembaga-lembaga keuangan yang akan membantu pendanaan. Sedangkan factor yang berasal dari pribadi adalah komitmen, visi, kepemimpinan, dan kemampuan manajerial. Selanjutnya faktor yang berasal dari organisasi adalah kelompok, struktur, budaya, dan strategi. 49

Model proses perintisan dan pengembangan kewirausahaan ini digambarkan oleh Bygrave menjadi urutan langkah-langkah berikut ini:

Inovation (Inovasi)

Triggering event (Pemicu) Implemention (Pelaksanaan) Growth (Pertumbuhan)50

49

Suryana, Kewirausahaan, h. 40 50

(44)

Gambar 2.3. Proses perintisan Kewirausahaan 3. Jiwa dan Sikap Kewirausahaan

Orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan adalah orang-orang yang percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen) berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan kedepan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda) dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan tantangan).51

4. Profil Kewirausahaan

Berbagai ahli mengemukakan profil wirausaha dengan pengelompokan yang berbeda. Ada yang pengelompokan berdasarkan pemilikannya, pengelompokan berdasarkan perkembangannya dan pengelompokan berdasarkan kegiatan usahanya.

Roofke mengelompokan kewirausahaan berdasarkan perananya, sebagai berikut :

a. Kewirausahaan Rutin (Wirt), yaitu wirausaha yang dalam melakukan kegiatan sehari- harinya cenderung menekankan pada pemecahan masalah dan perbaikan standar prestasi tradisional.

b. Kewirausahaan Arbitrase, yaitu wirausaha yang selalu mencari peluang melalui kegiatan penemuan (pengetahuan) dan pemanfaatan pembukaan. c. Wirausaha Inovatif, yaitu wirausaha dinamis yang menghasilkan ide-ide

dan kreasi-kreasi baru yang berbeda.52

51

Suryana, Kewirausahaan, h. 2 52

(45)

xlv

Sedangkan Zimmerer mengelompokan profil kewirausahaan sebagai berikut :

a. Part-Time Entrepreneur, yaitu wirausaha yang melakukan usahanya hanya sebagian waktu saja atau sebagai hobi. Kegiatan bisnis biasanya hanya bersifat sampingan.

b. Home-Based new ventures yaitu usaha yang dirintis dari rumah/tempat tinggalnya.

c. Family-Owned Business, yaitu usaha yang dilakukan/dimiliki oleh beberapa anggota keluarga secara turun temurun.

d. Compreneurs, yaitu usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausaha yang bekerja sama sebagai pemilik dan menjalankan usaha bersama-sama.53

Sedangkan menurut Bukhari Alma profil wirausaha adalah sebagai berikut:

a. Women Enterpreneur

Banyak wanita yang terjun kedalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini didorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasi, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya. b. Minority Entrepreneur

53

(46)

Kaum minoritas terutama di Negara kita Indonesia kurang memiliki kesempatan kerja di lapangan pemerintahan sebagai mana layaknya warga Negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari-hari.

c. Imigrant Entrepreneur

Kaum pendatang yang memasuki daerah biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu mereka lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersifat non formal yang dimulai dari berdagang kecil-kecilan sampai berkembang menjadi pedagang tingkat menengah. d. Part time Entrepreneur

Memulai bisnis dalam mengisi waktu luang merupakan pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar.

e. Home Based Home

Ada pula Ibu-ibu rumah tangga yang memulai kegiatan-kegiatan bisnisnya dari rumah tangga. Misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue dan aneka masakan.

f. Family-Owned Business

(47)

xlvii

keadaan sulitnya lapangan kerja pada saat ini maka kegiatan semacam ini perlu dikembangkan.

g. Compreneur

Compreneur dibuat dengan cara menciptakan pembagian pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing-masing orang. Orang orang yang ahli dibidang ini diangkat menjadi penanggung jawab divisi-divisi tertentu dari bisnis yang sudah ada. 54

54

(48)

BAB III

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH

CIPINING-BOGOR

A. Sejarah Berdiri

Pada tahun ajaran 1985-1986 mulai dirasakan bahwa pesantren Darunnajah Ulujami tidak dapat menampung seluruh peminat yang mendaftar. Hal ini mendorong pendiri pesantren untuk segera mencari lokasi lain guna membuka pesantren baru sebagai pengembangan dari pesantren yang telah ada agar dapat menampung minat para pendaftar.

Maka pada tahun 1986 mulai pencarian lokasi tanah yang memungkinkan dan akhirnya ditemukanlah di kampung Cipining. Kemudian dimulailah pembelian tanah tegalan dan perkebunan milik penduduk, yang kemudian dikuatkan dengan surat keputusan gubernur jawa barat no. 593.82/SK. 295.S/ AGR-DA /225-87 tanggal 24 Februari 1987, dilokasi seluas 70 hektare.

Pembebasan tanah ini sampai saat ini baru mencapai 40 ha, sedangkan untuk sisanya seluas 30 ha masih terus diupayakan dan menanti uluran tangan para muhsinin dan dermawan yang berminat menginvestasikan hartanya untuk dipetik hasilnya diakhirat kelak melalui jalur infak, wakaf atau shadaqoh jariyah.

Pada tahun 1987 dimulai pembangunan 16 ruang kamar dan kelas beberapa bangunan lain yang kemudian dapat diselesaikan pada bulan juni 1988. 55

Akhirnya, pada tanggal 18 juli 1988 dibukalah pesantren ini dimulailah pelajaran secara resmi dengan jumlah santri 200 orang. Hadir pada acara

55

(49)

xlix

pembukaan ini antara lain pimpinan pondok modern Gontor, pengurus yayasan Darunnajah, dan tokok-tokoh masyarakat sebagai undangan.

Adapun yang melatar belakangi berdirinya pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor ialah:

1. Rasa ingin berbuat banyak oleh pendiri pesantren Ulujami Jakarta Selatan KH. Abdul Manaf Mukhayar dalam mendidik putra-putri kaum muslimin.

2. Membantu program pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya.

3. Banyak calon pelajar yang tidak tertampung lagi di di pondok pesantren Darunnajah 1 Ulujami (sejak tahun 1985), telah mendorong untuk segera diwujudkannya pesantren baru yang luas arealnya, tenang lingkungannya, dan jauh dari pengaruh luar yang negatif.56

B. Visi - Misi

1. Visi

a) Membentuk dan mempersiapkan kader ulama yang amilin dan shalihin agar mampu menyampaikan dakwah Islamiyah kepada seluruh lapisan masyarakat.

b) Mempersiapkan guru-guru agama Islam

c) Mempersiapkan pemimpin muslim yang luas pengetahuannya. 2. Misi

a) Mendalami pengetahuan tentang (ilmu-ilmu) agama Islam/Tafaqquh fi ad dien

56

(50)

b) Melatih Mu’amalah ma’a al kholiq dan mu’alamah ma’annas c) Melatih kepemimpinan yang tangguh dan bertanggung jawab

d) Menyelenggarakan latihan-latihan mengajar dan dakwah Islamiyah, baik dengan pidato (khutbah/bi Lisan al- maqul) tulisan maupun dengan system dan media yang lain.

C. Status dan Struktur Organisasi

Status Pesantren57

1. Nama Pesantren : Pondok Pesantren Darunnazah 2 Cipining 2. Tanggal Berdiri : 18 Juli 1988

3. Pendiri / penyelenggara : Yayasan Darunnajah Jakarta 4. Akte Pendirian : No. 88, tanggal 22 September 1986 5. Notaris : Ny. Yetty Taher, SH. Jakarta 6. Pimpinan Yayasan : H. Saefuddin Arief, SH. MH 7. Pimpinan Pesantren : KH. Jamhari Abdul Jalal, Lc

8. Lokasi Pesantren : Kp. Cipining Ds. Argapura Kec. Cigudeg Kab. Bogor

9. Tanah : Status : Wakaf

SK Guberbur Jawa Barat :No. 593/SK259.S/225-87, Tanggal 24 Februari 1987

Luas : 70 hektare Pancajangka, Panca Jiwa Dan Motto Pesantren

Panca Jangka Pesantren58

57

Data Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor, Tahun 2007. h.1 58

(51)

li

Di dalam mengemban tugas, mengurus dan mengembangkan Pesantren Darunnajah 2 Cipining-Bogor diambil kebijaksanaan strategi sistematis dan berrencana yang tertuang di dalam Panca Jangka Pesantren, yaitu :

1. Peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran 2. Pembangunan sarana fisik yang memadai 3. Penggalian sumber dana

4. Penyiapan dan pemanfaatan kader

5. Pemenuhan kebutuhan umat/masyarakat sesuai kemampuan Pesantren

Panca Jiwa Pesantren 1. Keihklasan 2. Kesederhanaan 3. Ukhuwah Islamiyah 4. Berdikari

5. Kebebasan

Motto Pesantren

1. Berbudi Tinggi 2. Berbadan Sehat 3. Berpengetahuan Luas 4. Berfikir Bebas

5. Kreatif

Sarana Dan Prasarana Serta Aset Pesantren

(52)

1. Masjid

2. Gedung Asrama Santri dan Guru 3. Gedung Sekolah / ruang belajar

4. Sarana MCK, Toilet dan Instalasi air bersih 5. Sarana air minum ultraviolet

6. Perumahan Guru keluarga

7. Laboraturium Komputer (42 Unit) Pentium IV 8. Aula (Gedung pertemuan)

9. Perpustakaan (Pesantren dan Sekolah)

10.Lapangan Olahraga (Sepak Bola, Basket, Volly, Badminton, Takraw, dll) 11.Balai kesehatan

12.Koperasi (Warseda dan kantin) 13.Wartel

14.Alat Musik (gitar, rebana, drum band)

15.Lahan pertanian, Peternakan, Perkebunan dan perikanan 16.Telephone dan Faxemilie

17.Dapur Umum

18.Listrik PLN (33.000 watt) 19.Rumah Pimpinan pesantren

20.Kendaraan/mobil 2 buah, motor 1 buah 21.Diesel Listrik dan Pompa air

22.Gudang penyimpanan

(53)

liii

Pimpinan Pondok Pesantren KH. Jamhari Abd. Jalal.Lc

Biro Pendidikan Muhammad mufti

Biro Dakwah & Humas

Katena S.Ag

Biro Pengkaderan Atijan Yani,

A.Md

Biro pengasuhan Ahmad Rosikhin

Sekretaris Anton Septiono S.Pd.I

24.Danau seluas + 5000 m2 59 Struktur Organisasi

Sejak berdirinya pada tahun 1988, pesantren Darunnajah-Cipining-Bogor telah berusaha menerapkan model kepemimpinan dan pola manajemen modern. Pimpinan pesantren dibantu oleh biro pendidikan, biro pengasuhan, biro pembangunan, biro keuangan, dan sekretaris. Saat ini bentuk organisasi dan personil pengurusnya masih sederhana dan masih merangkap jabatan.

Pembenahan dan penyempurnaan manajemen dan kepengurusan Darunnajah Cipining kemudian menemukan momentum yang tepat seiring dengan revitalisasi pengurus yayasan Darunnajah dan deklarasi wakaf, 7 oktober 1994.

Semenjak itu Darunnajah memiliki 7 biro, sebagai wujud pendelagasian tugas dan wewenang dari pimpinan pesantren, yaitu: biro pendidikan, biro pengasuhan, biro Dakwah dan hubungan masyarakat, biro pengkaderan, biro usaha, biro keuangan, dan rumah tangga. Berikut ini Struktur keorganisasianya:

Gambar 3.1 Struktur Organisasi

59

(54)

Sumber: Data Pondok Pesantren Darunnajah-Cipining-Bogor

Secara singkat dapat dijelaskan pembagian tugas dan wewenang para pengurus pengurus pesantren tersebut sebagai berikut:60

1. Pimpinan pesantren bertanggung jawab terhadap kesuksesan program pendidikan dan kepesantrenan secara menyeluruh sebagai kordinator dan motivator kerja Biro

2. Sekretariat Pesantren bertugas mendokumentasikan arsip dan data pesantren, dan membuka hubungan kerja sama dengan lembaga/instansi lain melalui webside/e-mail, surat menyurat dan cara-cara lain.

3. Biro Pendidikan berkonsentrasi mensukseskan program pendidikan formal di tingkat RA, MI, MTS, SMP, dan MA, serta tarbiyatul muallimin muallimat Islamiyah (TMI), baik yang berasrama maupun non asrama.

4. Biro Pengasuhan khusus menangani program kerja pengasuhan santri, meliputi aktifitas ekstrakurikuler, pembiasaan ibadah, dan kegiatan rutinitas di asrama. Biro inilah yang bertanggung jawab terhadap kegiatan santri pasca mengikuti KBM di Madrasah / sekolah.

5. Biro Dakwah dan hubungan masyarakat berkewajiban menyiarkan ajaran agama Islam di dalam pesantren dan sekitarnya, mengorganisasikan

60

(55)

lv

kegiatan-kegiatan pesantren yang berhubungan dengan masyarakat, serta menjalin ukhuwah dengan masyarakat luas.

6. Biro Pengkaderan berfungsi sebagai Pembina kader-kader pesantren, baik yang masih menjadi santri maupun yang sudah tamat.

7. Biro Usaha adalah biro yang bertugas menggali dana, antara lain dengan mengorganisasikan kegiatan ekonomi: Peternakan, pertanian, Waserda, wartel, dan lain-lainya.

8. Biro Keuangan pesantren sebagai penanggung jawab sirkulasi keuangan pesantren, mengatur anggaran penerimaan dan pengeluaran tiap biro.

9. Biro Rumah Tangga adalah biro yang bertanggung jawab terhadap pembangunan, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pesantren.

D. Sistem Pengajaran

Kurikulum dan Bahasa Pengantar

Kurikulum Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipining, Bogor tingkat Tarbiatul Mu’allimin wa al- Mu’allimat adalah perpaduan kurikulum Pondok Modern Darrusalam Gontor dan kurikulum Nasional serta pesantren salafiah. Sistem pengajaran yang dipakai adalah klasik, dengan metode yang mendorong keaktifan siswa dalam belajar dan dengan terus mengikuti perkembangan di bidang teori kependidikan/metodologi pengajaran.

(56)

diajarkan dengan bahasa Arab (Tujuannya antara lain agar santri/siswa mampu memahami dan menerangkannya dengan bahasa aslinya). Adapun bidang study lainnya diajarkan dalam bahasa nasional.

Untuk lebih menunjang penguasaan bahasa arab dan bahasa inggris, diselenggarakan pula kegiatan-kegiatan extrakulikuler yang mendukung antara lain: Muhadoroh (latihan berpidato, muhadatsah/conversation), penerbitan majalah dinding, pemberian kosa kata baru (dua kali dalam sehari). Dan penindakan pelanggaran disiplin bahasa.

Tingkat Dan Unit Pendidikan

Tarbiatul Mu’allimin wa al- muallimat al Islamiyah (TMI) dalam pengertian Indonesia adalah pendidikan Keguruan, ditempuh lelama 6 tahun, 3 tahun SMP slam dan 3 Tahun SMU Islam dengan diberi kesempatan untuk mengikuti Ujian Negara (EBTA/EBTANAS). Juga diselenggarakan Kelas Takhasus (1 tahun) Bagi mereka yang mau memperdalam keagamaan dan/atau sekolah bahasa, sebagai persiapan masuk ke kelas I SMU Islam.

Adapun unit-unit pendidikan yang diselenggarakan Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipining-Bogor yaitu sebagai berikut :

a) Tarbiatul Mu’allimin wa al- Mu’allimat al Islamiyah (TMI), Berasrama, putra Putri.

b) Raudhatul Atfal, Non asrama, Putra putri

(57)

lvii

f) Madrasah Tsanawiyah , bersama (santri lokal) dan non asrama, putra putri

g) Madrasah Aliyah, berasrama (santri lokal) dan non asrama, putra putri h) Pesantren Kanak-kanak, berasrama, putra putri.

i) Sekolah Menengah Pertama (SMP), berasrama (santri lokal) dan non asrama, putra putri

j) Majlis Ta’lim, masyarakat / kaum Ibu. Pengantar TK,MI dan masyarakat umum sekitar pesantren. 61

Kegiatan Ekstrakulikuler

Kegiatan ini di katagorikan dalam dua hal, yakni yang wajib diikuti oleh santri/siswa dan kegiatan yang dianjurkan di dalam keikutsertaanya. I.Kegiatan Wajib

a) Muhadoroh (latihan berpidato), (Indonesia, Arab dan Inggris) b) Pramuka

c) Pendidikan Komputer

d) Praktek mengajar (Kelas III MA)*

e) Praktek Da’wah dan Pengembangan Masyarakat (III MA)* f) Kursus Mahir Dasar (I MA)*

g) Riset Kependidikan (III MA)*

h) Pengajian Kitab (Tafsir Al- Qur’an, Alhadst, sejarah nabi dan Sahabat, Kitab Fiqih/kuning/dan kitab tentang akhlak)

i) Seni Beladiri (Pencak Silat)

j) Organisasi dan Kepemimpinan (MA)

61

(58)

k) Safari Da’wah ke masyarakat (seminggu sekali)** II. Kegiatan Pilihan/Anjuran

a) Tilawah (seni baca) dan kajian al-Qur’an b) Rihlah Ilmiyah (studi tour)

c) Olah raga d) Keterampilan

e) Seni budaya (Teater, Dramband) f) Koperasi

g) Pertanian dan h) Kewirausahaan

Keterangan :

* Sebagai siar mengikuti Ujian Akhir (EBTA / EBTANAS) dan ujian Pondok)

** Sesuai dengan jadwalnya masing-masing

Asrama Dan Disiplin Santri / Siswa

Seluruh santri Tarbiatul Mu’allimin wa al-Mu’allimat al Islamiyah wajib bermukim di asrama Pesantren, mengikuti semua aktifitas dan mentaati disiplin/tata tertib serta sunnah pesantren, dengan demikian diharapkan mereka dapat berlatih hidup bermasyarakat dengan asas keiklasan dan kemandirian.

(59)

lix

Untuk merealisasikan terciptanya kemandirian dan kedisiplinan, maka dibuatlah jadwal aktifitas sehari-hari yang permanen yang disesuaikan dengan waktu shalat lima waktu setempat :

I.Kegiatan Harian

04.00-05.30 Bangun pagi, shalat malam/qiyamullail, jama’ah subuh,Tadarus al-Qur’an dan pengajian kitab serta ta’lim.

05.30-06.15 Mengulangi pelajaran, berita radio, olah raga dan mandi.

06.15-06.45 Sarapan pagi dan persiapan belajar di kelas. 06.45-13.30 Belajar di kelas dan jama’ah dhuhur.

13.30-15.00 Makan siang, istirahat dan kursus keterampilan.

15.00-16.00 Aktifitas luar sekolah/Organisasi santri, kursus dan olahraga .

17.00-18.00 Mandi dan persiapan ke masjid

18.00-19.15 Jama’ah magrib, tadarus al-Qur’an dan pengajian kitab 19.15-20.45 Jama’ah solat Isya, dan pemberian kosa kata bahasa arab dan bahasa inggris

20.45.21.30 Makan malam

21.30-22.00 Belajar dan istirahat malam

II. Kegiatan Mingguan

Sabtu Kebersihan umum, Muhadatsah/Conversation Dauriyah Ahad Pengajian kaum Ibu (Masyarakat) Latihan berpidato, Diskusi (tingkat Aliyah)

(60)

Selasa Muhadatsah/Conversation dauriyah, Musyawarah Gugus Depan Pramuka

Rabu Latihan berpidato, latihan Pramuka Kamis Puasa sunah (dianjurkan) evaluasi keorganisasian mingguan

Jum’at Pengajian/ceramah umum dari pimpinan pesantren, latihan Silat, latihan tilawah, keterampilan seni dan budaya dan aktivitas diri.

III.Kegiatan Bulanan, Berkala dan Tahunan

Aneka lomba, Laporan Pengurus Organisasi Santri dan Gudep kepada pimpinan pesantren (bulanan), Pekan Perkenalan/ khutbatul ‘Arsy (porseka) dan Jamran (awal tahun pelajaran), Rihlah Ilmiyah (Study Tour), dan Rekreasi, Pergantian pengurus, Laporan Umum dan Musyawarah kerja Organisasi santri dan Gudep Pramuka, Praktek Dakwah dan pengabdian masyarakat (PDPM), Riset, Praktek Mengajar, Kursus Mahir Tingkat Dasar (KMD), Leadership dan Kepemimpinan (LDK), Ujian Kenaikan Sabuk, Pelatihan Guru Madrasah Diniyah dan Pelatihan guru bela diri. 62

(61)

lxi

BAB IV

SISTEM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI PONDOK

PESANTREN DARUNNAJAH CIPINING-BOGOR DALAM

MENUMBUHKAN ENTREPRENEURSHIP SANTRI

A. Aplikasi Sistem Pelatihan Kewirausahaan di Pondok Pesantren

Darunnajah Cipining-Bogor

1. Identifikasi kebutuhan Pelatihan Kewirausahaan

Kehadiran pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor yang memadukan pendidikan agama Islam dengan pendidikan umum termasuk pendidikan keterampilan dengan berbagai jenis pelatihan kewirausahaan telah ikut menjawab tantangan jaman termasuk dalam memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan. Unsur unsur pokok yang terdapat pada pondok pesantren Darunnajah ini adalah Kiai, ustadz, santri, pondok, dan masjid, madrasah TMI (MTs dan MA), rumah kiyai, rumah asatidz, asrama santri putra, asrama santri putri, waserda, wartel dan lain-lain.63

Secara sosiokultural lembaga pondok pesantren ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dan terus memberikan corak serta nilai kehidupan kepada masyarakat yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Figur kiyai, ustadz, santri dan perangkat fisiknya biasanya menunjukan iklim yang senantiasa dikelilingi oleh kultur yang bersifat religius keislaman. Proses keterpaduan dalam pesantren ini antara kegiatan belajar, ibadah, olah

63

Gambar

Gambar  2.1. Bagan Model Sistem
Gambar 2.2. Bagan Sistem Pelatihan Kewirausahaan
Gambar 2.3. Proses perintisan Kewirausahaan
Figur kiyai, ustadz, santri dan perangkat fisiknya biasanya menunjukan iklim
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) siswa-siswi SMA Al-Islam 1 Surakarta memiliki kesulitan belajar pada materi hidrolisis garam; (2) kesulitan belajar

Berdasarkan data yang di ambil dari teknik wawancara Mahasiswa Maluku angkatan 2013 yang menempuh kuliah di kota Malang memiliki jumlah 60 mahasiswa yang

Dengan Discovery Learning melalui diskusi, tanya jawab, penugasan, presentasi, praktikum, dan analisis, peserta didik dapat menjelaskan tentang reaksi eksoterm dan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka kesimpulan yang diperoleh, meliputi (1) ditemukan 14 jenis kesalahan konsep siswa pada konsep materi

Sebelum mulai mendaftar, siapkan data-data anda untuk membuat account PayPal Sebelum mulai mendaftar, siapkan data-data anda untuk membuat account PayPal seperti Email, Nama,

Sebanyak lima kecamatan memiliki rata-rata anggota rumah tangga lebih besar dari rata-rata kabupaten, yaitu Kecamatan Selemadeg Timur, Kerambitan, Kediri, Marga, dan

In the interwar period special role in the process of clergy’s education in the Orthodox Church played College of Orthodox Theology at the University of Warsaw. The ba- sis for

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru tentang definisi metode pengajaran, persepsi dari ketiga guru partisipan sesuai dengan teori Muslich 2010 dan Raharjo 2012 yang