PENGARUH TATA RUANG KANTOR TERHADAP STRESS KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR
MINUM (PDAM) TIRTAWENING KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Ujian Sidang Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran
Oleh:
GANJAR SEPTEHANDRIKA ANDRIAWAN NIM. 0800205
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH TATA RUANG KANTOR TERHADAP STRESS KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR
MINUM (PDAM) TIRTAWENING KOTA BANDUNG
Skripsi ini Disetujui dan Disahkan oleh:
Pembimbing I
Dra. Hj. Nani Sutarni, M.Pd NIP. 196111081986012001
Pembimbing II
Adman, S.Pd.,M.Pd NIP.197404122001121002
Mengetahui, Ketua Program Studi
Pendidikan Manajemen Perkantoran FPEB UPI
BERITA ACARA
Skripsi ini telah diuji pada :
Hari/Tgl : Rabu, 26 Desember 2012
Waktu : 08.00-Selesai
Tempat : Gedung FPEB Lantai 3
Universitas Pendidikan Indonesia
Panitia ujian terdiri dari :
1. Ketua : Dr. Rasto, M.Pd
NIP. 197207112001121001
2. Sekretaris : Drs. Budi Santoso, M.Si NIP. 196008261987031001
3. Penguji : 1. Drs. Endang Supardi, M.Si NIP. 195905081987031002
2. Dr. H. Suwatno, M.Si NIP. 196201271988031001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Tata
Ruang Kantor Terhadap Stress Kerja Karyawan Pada Bagian Produksi Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.” Ini beserta seluruh
isinya benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Bandung, Desember 2012
ABSTRAK
PENGARUH TATA RUANG KANTOR TERHADAP STRESS KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR
MINUM (PDAM) TIRTAWENING KOTA BANDUNG
Oleh:
Ganjar Septehandrika Andriawan 0800205
Skripsi ini dibimbing oleh:
Dra. Hj. Nani Sutarni, M.Pd. dan Adman, S.Pd., M.Pd .
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah tingkat stress kerja karyawan pada Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung yang ditandai dengan tidak tercapainya target produksi di bawah target produksi yang ditetapkan sehingga berpotensi menjadi penghambat bagi tercapainya tujuan perusahaan tersebut.
Penelitian ini dilakukan pada karyawan bagian produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tata ruang kantor, tingkat stress kerja karyawan, serta adakah pengaruh dari tata ruang kantor terhadap stress kerja karyawan Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.
Penelitian ini menggunakan metode descriptif survey dan explanatory survey, teknik pengumpulan data dengan cara wawancara (interview), angket (kuisioner), observasi dan studi kepustakaan. Instrument yang digunakan adalah angket model skala likert yang dimodifikasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisa regresi linier sederhana. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket yang diperoleh dari 35 orang karyawan sebagai populasi.
ABSTRACT
THE EFFECT OF OFFICE LAY OUT TO THE STRESS CONDITION OF EMPLOYEE IN THE REGIONAL WATER PRODUCTION COMPANY
(PDAM) TIRTAWENING CITY BANDUNG
by:
Ganjar Septehandrika Andriawan 0800205
This Thesis is guided by:
Dra. Hj. Nani Sutarni, M.Pd. and Adman, S.Pd., M.Pd
Issues that were examined in this study is the level of employee stress in the production department of the Regional Water Company (PDAM) Tirtawening Bandung which was characterized by the achievement of production targets that could potentially be a barrier to achieving the company's goals.
The research was conducted on the employees in the production department in Regional Water Company (PDAM) Tirtawening Bandung. This study aims to reveal the layout of office space, employee stress levels, and is there any influence from office layout to the employee stress level Regional Water Company (PDAM) Tirtawening Bandung.
This study uses descriptive and explanatory survey, data collection techniques by interview (interview), questionnaires (questionnaires), observations and literature study. Instrument used was a questionnaire modified Likert scale models. The data analysis technique used is simple linear regression analysis. Data was collected using questionnaires obtained from 35 employees as a population.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 13
1.3 Tujuan Penelitian ... 15
1.4 Kegunaan Penelitan ... 16
BAB II KAJIAN TEORI ... 17
2.1 Landasan Teori ... 17
2.1.1 Konsep tata ruang kantor ... 17
2.1.2 Konsep Stress Kerja... 35
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Stress Kerja ... 36
2.1.4 Pengaruh Tata Ruang Kantor terhadap Stress Kerja Karyawan ... 46
2.2 Kajian Penelitian Terdahulu ... 48
2.3 Kerangka Pemikiran ... 49
BAB III DESAIN PENELITIAN... 59
3.1 Objek Penelitian ... 59
3.2 Metode Penelitian... 59
3.3 Operasional Variabel ... 60
3.3.1 Operasional Variabel Tata Ruang Kantor ... 61
3.3.2 Operasional Variabel Stress Kerja ... 66
3.4 Sumber Data ... 69
3.5 Populasi ... 69
3.6 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 71
3.7 Pengujian Instrumen Penelitian... 73
3.7.1 Uji Validitas ... 73
3.7.2 Uji Reliabilitas ... 75
3.8 Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 78
3.8.1 Uji Normalitas ... 78
3.8.2 Uji Linieritas ... 80
3.8.3 Uji Homogenitas ... 82
3.9 Teknik Analisis Data ... 84
3.9.1 Teknik Analisis Data Deskriptif... 85
3.9.2 Teknik Analisis Data Inferensial ... 87
3.10 Pengujian Hipotesis ... 88
3.10.1 Merumuskan Hipotesis Statistik ... 88
3.10.2 Menghitung Koefisien Korelasi antara Variabel X dan Variabel Y... 90
4.1 Hasil Penelitian ... 92
4.1.1 Profil Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung ... 92
4.1.2 Karaktersitik Responden... 96
4.1.3 Deskripsi Variabel-Variabel Penelitian ... 102
4.1.4 Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 116
4.1.5 Regresi Linier Sederhana... 119
4.1.6 Pengujian Hipotesis ... 121
4.2 Pembahasan Penelitian ... 126
4.2.1 Tata Ruang Kantor... 126
4.2.2 Stress Kerja Karyawan ... 127
4.2.3 Pengaruh Tata Ruang Kantor terhadap Stress Kerja Karyawan ... 128
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 130
5.1 Kesimpulan ... 130
5.2 Rekomendasi ... 131
DAFTAR PUSTAKA ... 133
Lampiran-Lampiran ... 135
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 136
Lampiran 2 Kuesioner ... 137
Lampiran 3 Uji Instrumen (Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas) ... 138
Lampiran 4 Data Hasil Penyebaran Angket ... 139
Lampiran 5 Skor Frekuensi ... 140
Lampiran 7 Uji Homogenitas Data ... 142
Lampiran 8 Data Interval (Msi) ... 143
Lampiran 9 Uji Regresi Linier Sederhana ... 144
Lampiran 10 Frekuensi Bimbingan ... 145
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Grafik Turnover Karyawan PDAM Tirtawening Kota Bandung ... 4
Gambar 1. 2 Grafik Produktivitas Kerja Karyawan PDAM Tirtawening Kota Bandung ... 7
Gambar 1. 3 Tata Ruang Kantor Di Bagian Produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung ... 9
Gambar 1. 4 Latar Belakang Permasalahan ... 11
Gambar 2. 1 Tata Ruang Kantor Berkamar ... 24
Gambar 2. 2 Tata Ruang Kantor Terbuka ... 25
Gambar 2. 3 Tata Ruang Kantor Berhias ... 26
Gambar 2. 4 Tata Ruang Kantor Gabungan ... 27
Gambar 2. 5 Perilaku Individu dalam Konteks Perilaku Organisasi ... 51
Gambar 2. 6 Model Stress ... 52
Gambar 2. 7 Model Kerangka Pemikiran Penelitian ... 57
Gambar 2. 8 Pola Pengaruh Variabel X dan Variabel Y... 58
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung ... 96
Gambar 4. 2 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 97
Gambar 4. 3 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Usia ... 98
Gambar 4. 4 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 99
Gambar 4. 5 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan .. 101
Gambar 4. 6 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan .. 102
Gambar 4. 8 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Perencanaan Ruangan ...
... 105
Gambar 4. 9 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Perlengkapan atau
Perabotan ... 107
Gambar 4. 10 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Tata Cahaya ... 108
Gambar 4. 11 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Warna ... 110
Gambar 4. 12 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Pesan-pesan Grafis . 111
Gambar 4. 13 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Gejala Fisiologis .... 113
Gambar 4. 14 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Gejala Psikologis ... 114
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Data Ketidakhadiran Karyawan Bagian Produksi PDAM
Tirtawening Kota Bandung Periode Januari-Agustus 2011 ... 2
Tabel 1. 2 Data Turnover Karyawan PDAM Tirtawening Kota Bandung Tahun 2010-2011 ... 4
Tabel 1. 3 Data Produktivitas Kerja Karyawan PDAM Tirtawening Kota Bandung Periode Juli 2012 ... 6
Tabel 3. 1 Operasional Variabel Penelitian X (Tata Ruang Kantor) ... 63
Tabel 3. 2 Operasional Variabel Penelitian Y (Stress Kerja)... 67
Tabel 3. 3 Rekapitulasi Data Karyawan Bagian Prodksi PDAM Tirtawening Kota Bandung... 70
Tabel 3. 4 Kriteria Penilaian Angket untuk Variabel X & Y (Pengaruh Tata Ruang Kantor terhadap Stress Kerja Karyawan) ... 72
Tabel 3. 5 Contoh Format Perhitungan Uji Validitas ... 74
Tabel 3. 6 Contoh Format Tabel Perhitungan Korelasi ... 75
Tabel 3. 7 Contoh Format Tabel Perhitungan Uji Reliabilitas... 77
Tabel 3. 8 Tabel Distribusi Pembantu untuk Uji Normalitas Data ... 79
Tabel 3. 9 Ringkasan Anova Variabel X dan Y untuk Uji Linieritas ... 82
Tabel 3. 10 Model Tabel Uji Barlett ... 83
Tabel 3. 11 Rekapitulasi Hasil Skoring Angket ... 85
Tabel 3. 12 Kriteria Penafsiran Deskripsi ... 86
Tabel 3. 13 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 90
Tabel 4. 1 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 97
Tabel 4. 3 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 99
Tabel 4. 4 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan . 100 Tabel 4. 5 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Status Kepegawaian . 101 Tabel 4. 6 Kriteria Analsis Data ... 102
Tabel 4. 7 Kecenderungan Jawaban Responden TerhadapIndikator Pertimbangan atau Perencanaan Spasial ... 103
Tabel 4. 8 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Perencanaan Ruangan ... 105
Tabel 4. 9 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Perlengkapan atau Perabotan ... 106
Tabel 4. 10 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Tata Cahaya ... 107
Tabel 4. 11 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Warna... 109
Tabel 4. 12 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Pesan-pesan Grafis ... 110
Tabel 4. 13 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Gejala Fisiologis ... 112
Tabel 4. 14 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Gejala Psikologis ... 113
Tabel 4. 15 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Gejala Perilaku ... 114
Tabel 4. 16 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data ... 118
Tabel 4. 17 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 125
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Karyawan adalah aset utama organisasi yang menjadi pelaku aktif dari
setiap organisasi. Karyawan dalam sebuah perusahaan menduduki posisi yang
sangat penting, karena keberhasilan suatu perusahaan dalam mewujudkan
tujuannya sangat tergantung kepada kualitas sumber daya manusia yang
dimilikinya. Permasalahan yang menarik untuk dikaji dalam upaya meningkatkan
kualitas dan kinerja karyawan dalam suatu organisasi adalah stress kerja karyawan
di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota
Bandung.
Masalah stress merupakan salah satu masalah yang serius menimpa setiap
karyawan di tempat kerjanya. Banyak karyawan yang setiap tahunnya harus
mengambil cuti untuk meredakan konflik dan ketegangan dalam kehidupan
mereka. Stress merupakan penyakit yang menjadi sumber pemborosan waktu
yang paling besar. Stress bagi karyawan dapat merupakan tantangan, rangsangan,
namun bisa pula berarti kekhawatiran, konflik, ketegangan dan ketakutan
tergantung bagaimana kita memandangnya.
Para ahli mengatakan bahwa stress dapat timbul sebagai akibat tekanan
atau ketegangan yang bersumber dari ketidakselarasan antara seseorang dengan
lingkungannya. Apabila sarana dan tuntutan tugas tidak selaras dengan kebutuhan
dan kemampuan seseorang, ia akan mengalami stress. Biasanya stress semakin
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan melalui sebuah
observasi ke objek penelitian serta wawancara secara langsung dengan salah satu
karyawan bagian produksi. Menurut salah satu karyawan Bagian Produksi PDAM
Tirtawening Kota Bandung, mengungkapkan bahwa stress kerja sering dialami
oleh karyawan dimanapun mereka bekerja, termasuk di PDAM Tirtawening Kota
Bandung. karyawan sering mengalami stress kerja, yaitu karena tuntutan peran
dalam bekerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang kurang nyaman. Hal ini
membuktikan bahwa stress kerja lazim terjadi dan di alami oleh para karyawan di
bagian produksi di PDAM TIrtawening Kota Bandung.
Selain itu juga, dari hasil studi pendahuluan ditemukan data sebagai
berikut:
Tabel 1. 1
Data Ketidakhadiran Karyawan Bagian Produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung Periode Januari-Agustus 2011
No Bulan ketidakhadiran Rata-Rata
Ketidakhadiran
I S C Total
1 Januari 3 0 0 3 14%
2 Februari 1 9 0 10 48%
3 Maret 1 10 0 11 52%
4 April 0 1 0 1 5%
5 Mei 1 0 0 1 5%
6 Juni 0 1 0 1 5%
7 Juli 3 1 0 4 19%
8 Agustus 0 2 2 4 19%
Sumber: Unit Pengamanan PDAM Tirtawening Kota Bandung
Berdasarkan presentase ketidakhadiran tersebut, terlihat jelas bahwa setiap
bulannya ada saja karyawan yang tidak masuk kerja, baik itu karena ijin, sakit
ataupun cuti. Beranjak dari data tersebut, penulis mencoba mengindikasikan
penyebab ketidakhadiran karyawan dalam bekerja adalah karena faktor stress
karyawan bagian produksi, bahwa stress kerja sering dialami oleh karyawan
bagian produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung. Pendapat di atas yang
menjadi dasar pertimbangan bagi penulis, bahwa ketidakhadiran karyawan selama
ini dalam bekerja salah satunya disebabkan oleh faktor stress kerja yang dialami
oleh karyawan bagian produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung.
Fenomena stress kerja yang terjadi di PDAM Tirtawening Kota Bandung
juga bisa kita amati dari faktor ketidak puasan karyawan dalam bekerja. Ketidak
puasan pegawai bisa kita amati salah satu nya yaitu dari data tingginya keluar
masuk karyawan (turnover). Berdasarkan data dari Divisi Hukum dan SDM
selama dua tahun terakhir, kita dapat melihat tingkat kenaikan turnover yang
cukup tinggi pada Perusahaan Daerah air Minum (PDAM) Tirtawening Kota
Tabel 1. 2
Data Turnover Karyawan PDAM Tirtawening Kota Bandung Tahun 2010-2011
No Bagian/Unit Kerja
Turnover
Grafik Turnover Karyawan PDAM Tirtawening Kota Bandung
Data turnover karyawan selama dua tahun pada Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung, dapat kita lihat dan ketahui bahwa
pada tahun 2010, PDAM tidak menerima karyawan yang masuk untuk bekerja,
hal ini dibuktikan dengan presentasi 0%, namun berbeda dengan jumlah karyawan
yang keluar yaitu 30 orang atau sebanyak 4%, kemudian pada tahun 2011, PDAM
pun tidak menerima karyawan yang masuk untuk bekerja, dengan presentase 0%,
namun terjadi kenaikan yang cukup tinggi pada jumlah karyawan yang keluar dari
tahun sebelumnya yaitu mencapai 48 orang atau sebanyak 7%. Berdasarkan data
di atas kenaikan jumlah karyawan yang keluar dari tahun 2010-2011 terjadi
lonjakan sebesar 3%, hal tersebut menunjukan bahwa tingkat turnover pada
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung cukup tinggi.
Menyoroti tingkat turnover pada Bagian Produksi PDAM Tirtawening Kota
Bandung selama tahun 2010-2011, karyawan yang masuk selama 2 tahun terakhir
adalah 0 orang, sedangkan karyawan yang keluar adalah sebanyak 6 orang.
Kondisi ini menunjukan bahwa lebih banyaknya karyawan yang keluar dari pada
yang masuk di Bagian Produksi diduga disebabkan karena ketidakpuasan yang di
alami karyawan dalam bekerja. Ketidakpuasan yang dialami oleh karyawan
disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu dari faktor lingkungan.
Faktor lingkungan ini diduga oleh penulis sebagai faktor yang menimbulkan
ketidakpuasan karyawan, dimana dalam faktor lingkungan ini salah satunya yaitu
dari tata ruang kantor yang kurang memberikan kenyamanan pada karyawan
dalam bekerja sehingga menyebabkan timbulnya rasa ketidakpuasan bagi
karyawan dalam bekerja. Ketidakpuasan yang terjadi diindikasikan sebagai akibat
dalam bekerja merupakan salah satu gejala psikologis yang timbul akibat dari
stress kerja yang dialami karyawan dalam bekerja.
Selain itu untuk mengetahui stress kerja yang dialami oleh karyawan, kita
juga bisa mengamati dari tingkat produktivitas kerja karyawan. Berdasarkan data
dari Bagian Produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung, diperoleh data
produktivitas selama periode juli 2012 yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. 3
Data Produktivitas Kerja Karyawan PDAM Tirtawening Kota Bandung Periode Juli 2012
NO Tanggal Produksi Air Layak Konsumsi
1 1 Juli 2012 153212 (1773,28 L/Det)
Gambar 1. 2
Grafik Produktivitas Kerja Karyawan PDAM Tirtawening Kota Bandung
Kita dapat mengamati dari data tersebut, bahwa selama periode juli 2012
sering kali terjadi penurunan produktivitas. Kondisi tersebut diduga karena
terjadinya penurunan kinerja karyawan sehingga mengakibatkan produktivitas
kerja menjadi menurun. Penurunan produktivitas dan kinerja karyawan
diindikasikan sebagai akibat dari stress kerja yang dialami karyawan dalam
bekerja. Penurunan produktivitas dan kinerja karyawan merupakan salah satu
bagian dari gejala perilaku yang bisa muncul akibat terjadinya stress kerja yang
dialami karyawan ketika bekerja. Ketiga data yang sudah di ungkapkan di atas
sudah cukup membuktikan bahwa stress kerja memang terjadi dan di alami oleh
karyawan Bagian Produksi Tirtawening Kota Bandung.
Salah satu faktor yang menimbulkan stress adalah lingkungan kerja, yaitu
tata ruang kantor yang kurang baik. Penataan tata ruang kantor yang kurang tertata
dengan baik akan menyebabkan karyawan sulit berkonsentrasi dalam bekerja,
baik akan berdampak pada timbulnya stress kerja yang dialami oleh karyawan
pada saat bekerja. Hasil penelitian Hurrell dkk (A.S. Munandar, 2001) “suara
yang bising, lingkungan kerja yang kotor dan tidak sehat oleh para pekerja dinilai
sebagai faktor yang tinggi pembangkit stress”. Menurut para ahli, stress kerja
dapat menimbulkan dampak yang baik sekaligus dampak yang buruk juga bagi
yang bersangkutan dan organisasi. Stress yang terlalu banyak akan membuat
kesehatan seseorang menurun dan cenderung tidak produktif tetapi sebaliknya
stress dalam jumlah kecil akan bermanfaat karena dapat membantu memusatkan
perhatian dan kinerja pada saat bekerja.
Suatu ruangan kantor dapat dikatakan baik apabila telah mampu
memberikan kesan aman dan nyaman bagi karyawan pada saat bekerja. Ruangan
kerja yang tertata bersih, rapih, tenang, sirkulasi udara yang lancar, serta
pencahayaan yang sesuai akan memberikan kesan aman dan nyaman, sehingga
kondisi tersebut dapat membangkitkan semangat kerja. Dalam kenyataannya hal
ini tidak penulis temukan di PDAM Tirtawening Kota Bandung. Hal tersebut
didukung oleh bukti temuan yang penulis lakukan dilapangan, bahwa salah satu
faktor yang membuat stress kerja karyawan pada bagian produksi yaitu dari faktor
tata ruang kantor yang kurang tertata baik. Hal ini bisa kita lihat dari gambar tata
ruang kantor di Bagian Produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung, yaitu
Gambar 1. 3
Tata Ruang Kantor Di Bagian Produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung
Penulis sendiri mengamati tentang tata ruang kantor di bagian produksi,
dari gambar tersebut menunjukan bahwa ruang kerja yang digunakan terkesan
tidak nyaman dan kurang tertata dengan baik. Ruang kerja yang dipakai menyatu
dengan ruang laboraturium produksi dalam satu ruangan. Kondisi seperti ini jelas
akan mengganggu kenyamanan karyawan dalam bekerja, karena konsentrasi
karyawan yang sedang bekerja akan terganggu oleh aktivitas dan suara bising
yang ditmbulkan oleh siswa-siswi yang sedang melakukan penelitian dan praktek
kerja lapangan maupun dari aktivitas karyawan yang lain. Selain itu suara mesin
produksi yang dekat dengan ruang kerja tersebut juga sangat menggangu terhadap
kenyamanan karyawan dalam bekerja. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan
yang diungkapkan oleh salah satu karyawan bagian produksi, bahwa memang
benar tata ruang kantor di bagian produksi kurang nyaman, kurang aman karena
kurang tertata dengan baik. Suasana ruangan kantor yang kurang tertata ini sering
mengakibatkan stress kerja. Kadang-kadang karyawan juga sering mengalami
stress karena ruangan kurang nyaman, mengakibatkan rasa bosan, kurang
hal yang wajar sebagai dampak dari stress kerja yang terjadi karena ruangan yang
kurang nyaman, aman dan kurang tertata baik, serta suara bising mesin produksi
yang sangat mengganggu ketika bekerja.
Begitu banyak stress yang dialami para pekerja, tidak seharusnya terjadi
dan perlu dicegah. Pengendalian terhadap stress akan dapat membantu organisasi
agar berjalan lebih efektif. Beberapa alasan di atas memberikan pemahaman
bahwa stress yang dialami oleh individu-individu yang terlibat dalam suatu
organisasi ternyata dapat membawa dampak yang cukup besar bagi orang yang
bersangkutan. Karena itu perlu dipahami sumber stress yang potensial dalam suatu
organisasi agar dapat diupayakan pencegahan yang diperlukan.
Beranjak dari permasalahan yang ada, kemudian timbul pertanyaan
mengenai permasalahan tersebut, yaitu mengapa stress kerja karyawan bisa
terjadi? Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan stress kerja terjadi pada
karyawan?
Pentingnya permasalahan stress kerja karyawan yang terjadi di Bagian
Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung
untuk dikaji yaitu tidak terlepas dari fungsi dan kedudukan karyawan dalam
perusahaan. Karyawan merupakan aset perusahaan yang utama sebagai perencana
dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Perusahaan harus benar-benar
memperhatikan kondisi karyawannya, terutama stress kerja yang mungkin
disadari ataupun tidak akan dialami oleh karyawannya. Hal ini menjadi tantangan
tersendiri yang harus dihadapi oleh perusahaan, untuk selalu berusaha menajaga
kondisi yang nyaman pada karyawannya dalam bekerja agar terhindar dari
sehingga kualtitas kerja karyawan dapat dijaga demi tercapainya tujuan organisasi
dalam memberikan pelayanan pada masyarakat.
Banyak faktor yang menyebabkan masalah stress kerja ini terjadi pada
karyawan di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirtawening Kota Bandung yang menyebabkan kurang maksimalnya karyawan
dalam bekerja, mulai dari tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan antar pribadi,
struktur organisasi dan kepemimpinan organisasi.
Gambar 1. 4
Latar Belakang Permasalahan
Menyoroti fenomena di atas, kondisi seperti ini tentunya tidak boleh
dibiarkan terus terjadi. Upaya PDAM Tirtawening Kota Bandung untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat, perusahaan dihadapkan pada
permasalahan mengenai stress kerja yang dilami oleh karyawannya. Maka untuk
mengatasi permasalahan ini diperlukan adanya dorongan yang dapat mengurangi
dengan memperhatikan lingkungan kerja, yaitu penataan tata ruang kantor yang
baik, karena dengan adanya penataan tata ruang kantor yang teratur, maka
karyawan akan merasa lebih nyaman dalam bekerja. Jika kondisi ini sudah dapat
dicapai maka akan meminimalisir timbulnya stress kerja yang terjadi pada
karyawan. Kondisi tersebut juga akan berdampak pada meningkatnya semangat
kerja karyawan sekaligus meningkatkan kinerja karyawan dalam perusahaan
tersebut.
Salah satu upaya dalam memahami dan memecahkan masalah fenomena
stress kerja karyawan di PDAM Tirtawening Kota Bandung dan hubungannya
dengan masalah tata ruang kantor, maka diperlukan pendekatan tertentu untuk
memecahkan masalah tersebut. Berdasarkan permasalahan yang dikaji, maka
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perilaku
organisasi.
Luthans (1985) dan Gibson, et al (1997) dalam Sambas (2011: 63),
menyatakan bahwa:
konsep dasar psikologi pada dasarnya dilandasi oleh proses-proses psikis pada diri individu atau organisme di dalam lingkungan tertentu. Dimana perilaku tergantung pada individu dan lingkungan yang dihadapinya. Artinya, individu dan lingkungan akan selalu berada dalam satu hubungan yang tidak terpisah. Satu hal yang perlu dikemukakan, prilaku yang muncul sebagai akibat interaksi antara stimulus dan organisme.
Inti dari konteks penelitian ini, tata ruang kantor berperan sebagai situasi
yang menyediakan stimulus yang dapat diamati, dihayati, dan dialami oleh
organisme atau individu, melahirkan persepsi atau interpretasi terhadap stimulus
yang pada akhirnya melahirkan perilaku tertentu. Selanjutnya perilaku yang
ditampilkan individu akan menimbulkan perubahan dilingkungannya berupa hasil
memberikan pengaruh terhadap perilaku atau hasil perilaku pegawai dalam
bekerja yaitu stress kerja karyawan.
Mengacu pada keseluruhan paparan di atas, dan dalam upaya memahami
dan memecahkan masalah stress kerja karyawan di bagian Produksi Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang pengaruh tata ruang kantor terhadap stress
kerja karyawan, dan selanjutnya akan dituangkan dalam skripsi dengan judul
“Pengaruh Tata Ruang Kantor Terhadap Stress Kerja Karyawan Bagian
Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota
Bandung”.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Inti kajian dalam permasalahan ini adalah masalah stress kerja karyawan
di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota
Bandung. Aspek ini yang menjadi permasalahan yang perlu mendapat perhatian
serius dan penting ditangani agar semangat kerja karyawan dapat terus terjaga
dengan baik, demi tercapainya kinerja karyawan yang maksimal dalam
pencapaian tujuan organisasi. oleh karena itu perlu adanya suatu pendekatan
tertentu terhadap karyawan agar stress kerja dapat dihindari.
Banyak faktor yang mempengaruhi stress kerja karyawan, diantaranya
yaitu:
1. Tuntutan tugas merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan seseorang
2. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang
sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam suatu
organisasi.
3. Tuntutan antar pribadi merupakan tekanan yang diciptakan oleh karyawan
lain. Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi
yang buruk dapat menimbulkan stress.
4. Struktur organisasi
5. Kepemimpinan organisasi
Berdasarkan hasil kajian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi stress
kerja karyawan di bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirtawening Kota Bandung, diduga faktor determinan yang paling berpengaruh
terhadap stress kerja karyawan di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirtawening Kota Bandung yaitu masalah tuntutan tugas yang
didalamnya termasuk tata ruang kantor. Oleh karena itu, masalah stress kerja
karyawan dalam penelitian ini akan dikaji dalam perspektif tata ruang kantor.
Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini, dirumuskan dalam
pernyataan masalah (problem statement) sebagai berikut: “Tata ruang kantor yang
ada di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening
Kota Bandung kurang tertata dengan baik, sehingga hal ini menyebabkan
timbulnya stress kerja karyawan. Kondisi semacam ini harus segera ditanggulangi
mengingat bila tidak ditanggulangi, akan memberikan dampak terhadap
menurunnya kinerja karyawan yang disebabkan oleh stress kerja yang dialami
memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat tidak berjalan secara
maksimal.
Berdasarkan pernyataan masalah (problem statement) di atas, masalah
dalam penelitian ini secara spesifik dirumuskan dalam pertanyaan penelitian
(research question) sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kondisi Tata Ruang Kantor di Bagian Produksi
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung?
2. Bagaimana gambaran tingkat Stress Kerja Karyawan Bagian Produksi
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung?
3. Adakah pengaruh Tata Ruang Kantor Terhadap Stress Kerja Karyawan Bagian
Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota
Bandung?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan
dan melakukan kajian secara ilmiah tentang pengaruh tata ruang kantor terhadap
stress kerja karyawan di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirtawening Kota Bandung. Analisis tersebut diperlukan untuk mengetahui
pengaruh tata ruang kantor terhadap stress kerja karyawan Bagian Produksi
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.
Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran kondisi Tata Ruang Kantor di Bagian Produksi
2. Untuk mengetahui gambaran tingkat Stress Kerja Karyawan Bagian Produksi
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.
3. Untuk mengetahui adakah Pengaruh Tata Ruang Kantor Terhadap Stress Kerja
Karyawan Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirtawening Kota Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitan
Jika tujuan penelitian yang dikemukakan di atas dapat dircapai, penelitian
ini akan memberikan manfaat bagi perusahaan dan peneliti.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan bagi perusahaan untuk
dijadikan informasi dan bahan penilaian dalam memecahkan masalah yang
berhubungan dengan tata ruang kantor dalam mengurangi resiko stress kerja
yang akan dialami karyawan.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dan pengalaman sehingga
dapat mengoptimalisasikan teori yang dimiliki untuk mencoba menganalisis
fakta, data, gejala, dan peristiwa yang terjadi untuk dapat ditarik kesimpulan
BAB III
DESAIN PENELITIAN
3.1Objek Penelitian
Objek penelitian adalah mengenai “Pengaruh Tata Ruang Kantor Terhadap
Stress Kerja Karyawan Pada Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirtawening Kota Bandung”. Adapun yang menjadi variabel bebas
(independent variabel) atau variabel X yaitu Tata Ruang Kantor yang terdiri dari
enam buah indikator, yaitu pertimbangan atau perencanaan spasial, perencanaan
ruangan, perlengkapan atau perabot, tata cahaya, warna, pesan-pesan yang
disampaikan secara grafis.
Objek yang merupakan variabel terikat (dependent variabel) atau variabel
Y adalah Stress Kerja yang terdiri dari tiga buah indikator, yaitu gejala fisiologis,
gejala psikologis, gejala perilaku. Objek yang akan dijadikan responden adalah
seluruh karyawan bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirtawening Kota Bandung.
3.2Metode Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:203), “Metode penelitian adalah cara
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”.
Sedangkan menurut Sugiyono (2005:1), “Metode penelitian diartikan sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan
verifikatif. Metode deskriptif merupakan suatu bentuk penulisan yang bertujuan
perusahaan yang diteliti sedangkan verifikatif merupakan metode yang digunakan
untuk mengetahui hubungan antar variabel melalui suatu pengujian hipotesis.
Berdasarkan jenis penelitiannya yaitu deskriptif yang dilakasanakan
melalui pengumpulan data dilapangan, maka metode penelitiannya adalah metode
survey explanatory. Penelitian survey adalah penelitian yang dlakukan terhadap
sejumlah individu atau unit analisis, sehingga ditemukan fakta atau keterangan
secara faktual mengenai gejala suatu kelompok atau perilaku individu dan
hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pembuat rencana atau pengambilan
keputusan. Penelitian survey ini merupakan studi bersifat kuantitatif dan
umumnya menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul datanya (Uep Tatang
Sontani dan Sambas Ali Muhidin, 2011:6).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan
menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan perhitungan statistik, dan
juga penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis dalam hubungannya dengan
variabel-variabel yang ada. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk
mengetahui hubungan yang ada di antara variabel-variabel tersebut.
3.3Operasional Variabel
Menurut Somantri dan Muhidin (2006:27) variabel adalah karakteristik
yang akan di observasi dari satuan pengamatan. Sedangkan menurut Sugiyono
(2005:19) variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu untuk ditetapkan oleh peneliti untuk
Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel adalah karakteristik atau sifat yang
memiliki variasi nilai. Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu : a) Tata Ruang
Kantor sebagai variabel independen; b) Stress Kerja sebagai variabel dependen.
3.3.1 Operasional Variabel Tata Ruang Kantor
“Tata ruang kantor merupakan tata ruang perkantoran adalah
penyusunan alat-alat kantor pada letak yang tepat serta pengaturan tempat
kerja yang menimbulkan kepuasan kerja bagi para pegawai” (The Liang Gie,
2007:186).
Ukuran-ukuran untuk melihat tata ruang kantor dilihat dari
indikator-indikator berikut [Mudie & Cottam (Fandy Tjiptono, 2004:46)]:
1. Pertimbangan atau perencanaan spasial
Aspek-aspek seperti simetri, proporsi, tekstur, warna dan lain-lain dipertimbangkan, dikombinasikan dan dikembangkan untuk memancing respon intelektual maupun emosional dari pemakai atau orang melihatnya. Respon inilah yang dipersepsikan sebagai kulaitas visual. Kualitas ini dapat dimanipulasi atau dikendalikan dengan menciptakan lingkungan tertentu yang mampu mendorong terbentuknya respon yang diinginkan dari pelanggan.
2. Perencanaan ruangan
Unsur ini mencakup perancangan interior dan arsitektur, seperti penempatan perabotan dan perlengkapan dalam ruangan, desain aliran sirkulasi dan lain-lain.
3. Perlengkapan atau perabot
Perlengkapan atau perabot memiliki berbagai fungsi, diantaranya sebagai sarana pelindung barang-barang berharga berukuran kecil, sebagai barang pajangan, sebagai tanda penyambutan bagi para pelanggan dan sebagai sesuatu yang menunjukan status pemilik atau penggunanya.
4. Tata cahaya
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendesain tata cahaya adalah cahaya di siang hari (day lighting), warna, jenis dan sifat aktivitas yang dilakukan di dalam ruangan, tingkat ketajaman penglihatan dan suasana yang diinginkan (tenang ,damai, segar, riang, gempita, dan lain-lain.
5. Warna
berbagai macam keperluan, misalnya untuk meningkatkan efisiensi dalam ruang kerja, menimbulkan kesan rileks dan sebagainya. 6. Pesan-pesan yang disampaikan secara grafis
Aspek yang penting dan saling terkait dalam unsur ini adalah penampilan visual, penempatan, pemilihan bentuk fisik, pemilihan warna, pencahayaan, dan pemilihan bentuk perwajahan lambing atau tanda yang dipergunakan untuk maksud tertentu misalnya penunjuk arah/tempat, keterangan/informasi dan sebagainya.
Agar lebih mempermudah dalam memahami variabel tersebut maka
Tabel 3. 1
Operasional Variabel Penelitian X (Tata Ruang Kantor)
Variabel X Indikator Ukuran Skala
pengukuran
No. Item Tata Ruang Kantor
[Mudie & Cottam (Fandy
3. Pemilihan
3.3.2 Operasional Variabel Stress Kerja
Stephen. P. Robbins dalam Benyamin Molan (2006:793)
mengemukakan bahwa:
Stress adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu menghadapi peluang, kendala, atau tuntutan yang berkaitan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting.
Untuk mengukur stress kerja dalam masalah ini dapat diukur
melalui indikator-indikator dibawah ini (Stephen. P. Robbins dalam
Benyamin Molan (2006:796):
1. Gejala Fisiologis
Gejala fisiologis merupakan gejala awal yang bisa diamati, terutama pada penelitian medis dan ilmu kesehatan. Stress cenderung berakibat pada perubahan metabolisme tubuh, meningkatnya detak jantung dan pernafasan, peningkatan tekanan darah, timbulnya sakit kepala, serta yang lebih berat lagi terjadinya serangan jantung.
2. Gejala Psikologis
Dari segi psikologis, stress dapat menyebabkan ketidakpuasan. Hal itu merupakan efek psikologis yang paling sederhana dan paling jelas. Namun bisa saja muncul keadaan psikologis lainnya, misalnya ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, suka menunda-nunda. Terbukti bahwa jika seseorang diberikan sebuah pekerjaan dengan peran ganda atau berkonflik, ketidakjelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab pemikul pekerjaan, maka stress dan ketidakpuasan akan meningkat.
3. Gejala Perilaku
Tabel 3. 2
Operasional Variabel Penelitian Y (Stress Kerja)
Variabel Y Indikator Ukuran Skala
Pengukuran
No. Item Sress Kerja
3.4Sumber Data
Suharsimi Arikunto (1998:114), mendefinisikan “Sumber data adalah
subjek dari mana data dapat diperoleh”
Sumber data penelitian dapat diperoleh baik secara langsung maupun
tidak langsung. Sumber data penelitian ini akan berguna sebagai informasi
pelengkap atau informasi tambahan yang diperoleh dari pihak-pihak yang
berwenang. Sumber data tersebut terdiri dari :
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang dapat diperoleh
secara langsung dari objek penelitian, yang menjadi sumber data primer dalam
penelitian ini adalah seluruh pegawai di Bagian Produksi Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) Tirtawaening Kota Bandung.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang subjeknya tidak
berhubungan langsung dengan objek penelitian, yang menjadi sumber data
sekunder dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari luar responden
penelitian yang sifatnya mendukung, seperti dokumen-dokumen dan
laporan-laporan yang ada di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirtawaening Kota Bandung.
3.5Populasi
Kata populasi (population/universe) dalam statistik merujuk pada
sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam
suatu penelitian (pengamatan). Menurut Sugiyono (2005:57) bahwa “Populasi
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan populasi adalah penelitian yang dilakukan terhadap semua
elemen di wilayah penelitian.
Penulis menggunakan seluruh populasi dalam penelitian ini. Populasi
dalam penelitian ini yaitu seluruh karyawan dibagian Produksi di PDAM
Tirtawening Kota Bandung. Adapun jumlah karyawan di bagian Produksi
adalah sebanyak 35 orang. Menurut Arikunto (1998:161) “Sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Dalam penarikan jumlah
sampel menurut Arikunto (1998:112) menyatakan bahwa:
Bila jumlah subjek populasinya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Bila jumlah subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 35 orang,
karena jumlah responden penelitian kurang dari 100, maka penulis
mengambil seluruh responden penelitian sebagai objek yang akan diteliti,
sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi. Gambaran tentang jumlah
populasi penelitian dapat dilihat dalam table dibawah ini:
Tabel 3. 3
Rekapitulasi Data Karyawan Produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung
No Bagian Jumlah
1 Staf Bagian 2
2 Mechanical & Electric (ME) 4
3 Operator 11
4 Lab 2
5 Kabid 2
6 Dago Bengkok 8
Total 35
3.6Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
sebuah penelitian. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data yang
relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti oleh penulis sehingga
masalah yang timbul dapat dipecahkan. Adapun teknik pengumpulan data
yang dimaksud adalah cara-cara yang ditempuh dan alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data yang terdiri dari :
1. Wawancara, yaitu pengumpulan data dari responden (sumber data) atas
dasar inisiatif pewawancara (peneliti) dengan menggunakan alat berupa
pedoman wawancara, yang dilakukan secara tatap muka (personal, face
to face interview) maupun melalui telepon (telephone interview). Alat
pengumpulan datanya yaitu daftar pertanyaan yang telah disusun untuk
ditanyakan kepada responden.
2. Studi dokumenter dilakukan dengan meneliti bahan dokumentasi yang
ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.
3. Angket, yaitu cara pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan
tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan
sebelumnya. Alat pengumpulan datanya yaitu dengan kuesioner, yaitu
alat pengumpulan data berupa daftar pertanyaan yang dipersiapkan oleh
peneliti untuk disampaikan kepada responden.
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui angket yaitu
berupa kuesioner. Langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam
penulisan angket adalah sebagai berikut :
a. Menyusun indikator-indikator dari setiap variabel penelitian yang
akan ditanyakan pada responden berdasarkan pada teori.
b. Menetapkan bentuk angket.
c. Membuat kisi-kisi butir angket dalam bentuk matriks yang sesuai
dengan indikator setiap variabel.
d. Menyusun pertanyaan-pertanyaan dengan disertai alternatif
jawaban yang akan dipilih oleh responden dengan berpedoman
pada kisi-kisi butir angket yang telah dibuat.
e. Menetapkan kriteria penilaian untuk setiap alternatif jawaban serta
bobot penilaiannya. Menetapkan cara penilaian, kedua instrumen
yang dipergunakan dalam penelitian dengan memakai rating scale
yang nilainya berkisar dari 1 sampai dengan 5. Sugiyono
(2005:109) mengemukakan bahwa “Rating scale tidak terbatas
untuk pengukuran sikap saja tetapi dapat digunakan untuk
mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya seperti
status sosial, kelembagaan, pengetahuan dan kemampuan”.
Tabel 3. 4
Kriteria Penilaian Angket untuk Variabel X & Y
(Pengaruh Tata Ruang Kantor terhadap Stress Kerja Karyawan)
Alternatif Jawaban
Pernyataan (Item)
Positif Negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Kurang Setuju(TS) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
3.7Pengujian Instrumen Penelitian
Instrumen sebagai alat pengumpulan data sangatlah perlu diuji
kelayakannya, karena akan menjamin bahwa data yang dikumpulkan tidak bias.
Pengujian instrumen ini dilakukan melalui pengujian validitas dan pengujian
reliabilitas. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Instrumen yang reliabel berarti
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama. Intrumen pengumpulan data yang layak
adalah yang telah memenuhi syarat valid dan reliabel. Adapun uji kelayakan
instrumen tersebut yaitu melalui uji validitas dan uji reliabilitas seperti yang akan
dijelaskan berikut ini.
3.7.1 Uji Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:211), “Validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu
instrument”. Sedangkan menurut Uep dan Sambas (2011:115-116), “Suatu
instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu
dengan tepat apa yang hendak diukur”. Formula yang digunakan adalah
koefisien korelasi Product Moment dari Karl Pearson, yaitu:
(Suharsimi Arikunto dalam Ating Somantri dan Sambas, 2006:49)
Keterangan:
= Koefisien korelasi
N = Jumlah Responden
= Jumlah skor item ke i
= Kuadrat skor item ke i
2
= Jumlah dari Kuadrat item ke i
= Total dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden
= Kuadrat dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden
2
= Total dari kuadrat jumlah skor yang diperoleh tiap responden
= Jumlah hasil kali item angket ke i dengan jumlah skor yang diperoleh
tiap responden
Langkah kerja yang dapat dilakukan untuk mengukur validitas
instrumen menurut Ating Somantri dan Sambas (2006:49-50) adalah sebagai
berikut:
(1) Mengumpulkan data dari hasil uji coba.
(2) Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya
lembaran data yang terkumpul termasuk di dalamnya memeriksa
kelengkapan pengisian item angket.
(3) Memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor.
(4) Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item
yang diperoleh untuk setiap respondennya sehingga mempermudah
perhitungan atau pengolahan data selanjutnya.
Tabel 3. 5
Contoh Format Perhitungan Uji Validitas No
responden
Nomor item instrument
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(5) Menghitung jumlah skor yang diperoleh oleh masing-masing
responden.
(6) Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap bulir
angket.
Tabel 3. 6
Contoh Format Tabel Perhitungan Korelasi No.
Responden X Y XY X² Y²
1 ..dst
Jumlah (Σ) = ΣX = ΣY = ΣXY = ΣX² = ΣY²
(7) Menentukan titik kritis atau nilai tabel r, pada derajat bebas (db=N-2)
dan tingkat signifikansi 95% atau α = 0,05.
(8) Membandingkan nilai koefisien korelasi product moment hasil
perhitungan dengan nilai koefisien korelasi product moment yang
terdapat dalam tabel.
(9) Membuat kesimpulan, dengan cara membandingkan nilai hitung r dan
nilai r tabel. Kriterianya yaitu jika:
rhitung > rtabel = valid, sebaliknya
rhitung < rtabel = tidak valid
3.7.2 Uji Reliabilitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:221), “ Reliabilitas menunjukkan pada
satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Tujuan uji
reliabilitas instrumen adalah untuk mengetahui konsistensi instrumen sebagai alat
ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Uep dan Sambas,
penelitian ini adalah Koefisien Alfa (α) dari Cronbach (Ating Somantri dan
Sambas, 2006:48), yaitu:
(Saefuddin Azwar dalam Ating Somantri dan Sambas, 2006:48)
dimana:
Keterangan:
= reliabilitas instrumen
= banyaknya bulir soal
= jumlah varians bulir
= varians total
N = Jumlah responden
X = skor–skor pada item ke i untuk menghitung varians item atau jumlah
skor yang diperoleh tiap responden untuk menghitung varians total
ΣX2
= jumlah hasil kuadrat skor pada item ke i atau hasil kuadrat jumlah
skor yang diperoleh tiap responden
(ΣX) 2 = kuadrat jumlah seluruh skor pada item ke i atau kuadrat jumlah skor
yang diperoleh tiap responden
Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka menguji reliabilitas
instrument menurut Ating Somantri dan Sambas (2006:48-49) adalah sebagai
berikut:
2) Untuk mempermudah pengolahan data, buat tabel pembantu untuk
menempatkan skor-skor item yang diperoleh.
Tabel 3. 7
Contoh Format Tabel Perhitungan Uji Reliabilitas No.
Responden
Nomor item instrument
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
..dst
Jumlah
3) Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing
responden.
4) Menghitung kuadrat jumlah skor iterm yang diperoleh oleh masing-masing
responden.
5) Menghitung varians masing-masing item.
6) Menghitung varians total.
7) Menghitung koefisen Alfa
8) Membandingkan nilai koefisien Alfa dengan nilai koefisien korelasi
product moment yang terdapat dalam tabel.
9) Membuat kesimpulan, jika nilai hitung r11 > rtabel maka instrumen
3.8Pengujian Persyaratan Analisis Data
Dalam rangka menguji hipotesis, data tersebut harus melewati uji
persyaratan regresi yang meliputi uji normalitas dan linier regresi. Setelah itu
dilakukan pengujian hipotesis untuk mengetahui signifikansinya.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data. Sedangkan
uji linearitas unutk mengetahui apakah hubungan antara variabel terikat dengan
masing-masing variabel bebas bersifat linier.
Dari masing-masing pengujian tersebut akan dibahas sebagai berikut :
3.8.1 Uji Normalitas
Menurut Ating Somantri dan Sambas (2006:289), “Pengujian normalitas
dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Hal ini penting
diketahui berkaitan dengan ketetapan pemilihan uji statistik yang akan
dipergunakan”. Penulis menggunakan uji normalitas dengan metode Liliefors test.
Kelebihan Liliefors test adalah penggunaan/ perhitungannya yang sederhana, serta
cukup kuat sekalipun dengan ukuran sampel kecil, n = 4 (Harun Al Rasyid,( 2005)
dalam buku yang ditulis oleh Ating Somantri dan Sambas (2006:289). Langkah
kerja uji normalitas dengan metode Liliefors test menurut Ating Somantri dan
Sambas (2006:289-290) adalah sebagai berikut:
1. Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada beberapa data.
2. Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).
3. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.
4. Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik (observasi).
dimana:
dan
6. Menghitung theoritical proportion.
7. Bandingkan empirical proportion dengan theoritical proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.
8. Carilah selisih terbesar di luar titik observasi.
Berikut ini adalah tabel distribusi pembantu dengan menggunakan α =
0.05 untuk uji normalitas data.
Tabel 3. 8
Tabel Distribusi Pembantu untuk Uji Normalitas Data
X F Fk Sn (Xi) Z Fo (Xi) Sn (Xi) - Fo (Xi) │Sn (Xi-1) - Fo (Xi)│
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Sumber: Ating Somantri dan Sambas (2006:290)
Keterangan:
Kolom 1 : Susunan data dari kecil ke besar
Kolom 2 : Banyak data ke i yang muncul
Kolom 3 : Frekuensi kumulatif. Formula, fk = f + fki sebelumnya
Kolom 4 : Proporsi empirik (observasi). Formula, Sn (Xi) = fk : n
Kolom 5 : Nilai Z, formula,
Dimana: dan
Kolom 6 : Theoritical Proportion (tabel z): proporsi kumulatif luas kurva
normal baku dengan cara melihat nilai z pada tabel distribusi
normal
dengan cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6)
Kolom 8 : Nilai mutlak, artinya semua nilai harus bertanda positif.
Tandai selisih mana yang paling besar nilainya. Nilai tersebut
adalah D hitung.
Selanjutnya menghitung Dtabel pada α = 0,05 dengan cara
. Dengan
kriteria apabila dengan derajat kebebasan (dk) (0,05), maka
dapat dinyatakan bahwa variabel penelitian mengikuti distribusi normal.
Untuk melakukan uji normalitas untuk kedua variabel tersebut, penulis
menggunakan bantuan Microsoft Office Excel 2007.
3.8.2 Uji Linieritas
Peneliti menggunakan uji linieritas ini melalui hipotesis nol (H0),
bahwa regresi linier melawan hipotesis tandingan bahwa regresi tidak
linier.
Langkah- langkah uji linieritas regresi (Ating dan Sambas, 2006:248):
1. Menyusun tabel kelompok data variabel X dan variabel Y
2. Menghitung jumlah kuadrat regresi (JKReg[a]) dengan rumus:
JKReg[a] =
3. Menghitung jumlah kuadrat regresi (JKReg[b\a]) dengan rumus:
JKReg[b\a] =
4. Menghitung jumlah kuadrat residu (JKRes) dengan rumus:
5. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a (RJKReg[a]) dengan
7. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKRes) dengan rumus:
RJKRes =
8. Menghitung jumlah kuadrat error (JK) dengan rumus:
JK =
9. Menghitung jumlah kuadrat tuna cocok (JKTC) dengan rumus:
JKTC = JKRes–JK
10. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC) dengan
rumus:
RJKTC =
11. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat error (RJKE) dengan rumus:
RJK =
12. Mencari nilai Fhitung dengan rumus:
Tabel 3. 9
Ringkasan Anova Variabel X dan Y untuk Uji Linieritas
Sumber
13. Menentukan kriteria pengukuran
Jika Fhitung≤ Ftabel artinya data berpola linier
Jika Fhitung≥ Ftabel artinya data berpola tidak linier
14. Mencari nilai Ftabel pada taraf signifikansi 95% atau =
variabel tersebut dengan menggunakan bantuan program komputer
Microsoft Office Excel.
3.8.3 Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya
variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Peneliti menggunakan uji
homogenitas adalah untuk mengasumsikan bahwa skor setiap Variabel
memiliki varians yang homogeny. Pengujian homogenitas data yang akan
dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Uji Barlett.
Pengujian homogennitas data dengan uji Barlett adalah untuk melihat apakah
variansi-variansi k buah kelompok peuabah bebas yang banyaknya data per
kerlompok bias berbeda dan diambil secara acak dari data populasi
masing-masing yang berdistribusi normal, berbeda atau tidak.
Dengan bantuan Microsoft Exel (Muhidin dan Abdurahman, 2007:85),
dengan rumus: x2 = (In 10) [B –(∑db.logSi2)], dimana :
Si2 = Varians tiap kelompok data
dbi = n-1 = Derajat kebebasan tiap kelompok
B = Nilai Barlett (Log S2gab) = (∑dbi)
S2 gab = Varians gabungan = S2 gab =
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengujian homogenitas
dengan uji Barlett adalah :
1. Menentukan kelompok-kelompok data, dan menghitung varians untuk tiap
kelompok tersebut.
2. Membuat tabel pembantu untuk memudahkan proses perhitungan, dengan model tabel sebagai berikut :
Tabel 3. 10 Model Tabel Uji Barlett
Sampel Db = n-1 S2i Log S2i Db.Log S2i Db. S2i
1 2 3 4 N
Sumber : Sambas dan Maman (2007:85)
3. Nilai x2hitung < nilai x2 tabel, Menghitung varians gabungan
5. Menghitung nilai Barlett
6. Menghitung nilai x2
7. Menentukan nilai dan titik kritis pada α = 0.05 dan db = k-1, dimana k
adalah banyaknya indikator.
8. Membuat kesimpulan dengan criteria sebagai berikut :
Nilai x2 hitung < nilai x2 tabel, diterima (variansi data dinyatakan
homogen).
Nilai x2 hitung ≥ nilai x2 tabel, H0 ditolak (variasi data dinyatakan tidak
homogen).
3.9Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan adalah analisis regresi
sederhana. Teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis
terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga
karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami dan
bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yan berkaitan dengan kegiatan
penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data maupun untuk membuat induksi,
atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi (parameter) berdasarkan
data yang diperoleh dari sampel (statistik).
Adapun tujuan dilakukannya analisis data antara lain : (a) mendeskripsikan
data, dan (b) membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik
populasi, atau karakteristik populasi berdasarkan data yang diperoleh dari sampel
(statistik). Untuk mencapai tujuan analisis data tersebut maka langkah-langkah
atau prosedur yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Tahap mengumpulkan data, dilakukan melalui instrumen pengumpulan data.
b. Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian
instrumen pengumpulan data.
c. Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap pertanyaan
yang terdapat dalam instrumen pengumpulan data menurut
Variabel-Variabel yang diteliti. Dalam tahap ini dilakukan pemberian kode atau skor
d. Tahap tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam tabel induk
penelitian. Dalam hal ini hasil koding dituangkan ke dalam tabel rekapitulasi
secara lengkap untuk seluruh item setiap Variabel. Adapun tabel rekapitulasi
tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3. 11
Rekapitulasi Hasil Skoring Angket
Responden Skor Item Total
1 2 3 4 5 6 ………. N
1. 2. N
Sumber : Ating dan Sambas (2006:39)
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan dua macam
teknik yaitu teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data inferensial.
3.9.1 Teknik Analisis Data Deskriptif
Sambas A.Muhidin dan Maman A (2007:53) menyatakan bahwa :
Teknik analisis data penelitian secara deskriptif dilakukan melalui statistika deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi hasil penelitian.
Analisis data ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Untuk menjawab rumusan
masalah no.1, rumusan masalah no.2 dan rumusan masalah no.3, maka teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yakni untuk
mengetahui gambaran tata ruang kantor, dan untuk mengetahui gambaran
stress kerja kerja karyawan pada Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung. Termasuk dalam teknik analisis
data statistik deskriptif antara lain penyajian data melalui tabel, grafik,
Untuk mempermudah dalam mendeskripsikan variabel penelitian,
digunakan kriteria tertentu yang mengacu pada rata-rata skor kategori angket
yang diperoleh dari responden. Untuk mengetahui jarak rentang pada interval
pertama sampai dengan interval kelima digunakan rumus sebagai berikut :
Rentang = skor maksimal – skor minimal = 5 -1 = 4
Lebar Interval = Rentang/banyaknya interval = 4/5 = 0,80
Jadi interval pertama memiliki batas bawah 1; interval kedua
memiliki batas bawah 1,80; interval ketiga memiliki batas bawah 2,60;
interval keempat memiliki batas bawah 3,40; dan interval kelima memiliki
batas bawah 4,20. Selanjutnya disajikan kriteria penafsiran seperti pada tabel
di bawah ini.
Penelitian ini menggunakan data dalam bentuk skala ordinal seperti
yang dijelaskan dalam operasional variabel. Sedangkan pengujian hipotesis
menggunakan teknik statistik parametrik yang menuntut data minimal dalam
bentuk interval. Dengan demikian data ordinal hasil pengukuran diubah
terlebih dahulu menjadi data interval dengan menggunakan Metode Succesive
Interval (MSI).
Metode Succesive Interval (MSI) dapat dioperasikan dengan salah satu
program tambahan pada Microsoft Excel, yaitu Program Succesive Interval.
Langkah kerja yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Input skor yang diperoleh pada lembar kerja (worksheet) Excel.
3. Klik “Succesive Interval” pada Menu Analize, hingga muncul kotak
dialog “Method Of Succesive Interval”.
4. Klik “Drop Down” untuk mengisi Data Range pada kotak dialog Input,
dengan cara memblok skor yang akan diubah skalanya.
5. Pada kotak dialog tersebut, kemudian check list (√ ) Input Label in first
now.
6. Pada Option Min Value isikan/pilih 1 dan Max Value isikan/pilih 5.
7. Masih pada Option, check list (√ ) Display Summary.
8. Selanjutnya pada Output, tentukan Cell Output, hasilnya akan
ditempatkan di sel mana. Lalu klik “OK”.
3.9.2 Teknik Analisis Data Inferensial
Statistik inferensial meliputi statistik parametrik yang digunakan untuk
data interval dan ratio serta statistik nonparametris yang digunakan untuk
data nominal dan ordinal. Dalam penelitian ini menggunakan analisis
parametris karena data yang digunakan adalah data interval. Analisis data ini
dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan dalam rumusan
masalah no.3 yaitu untuk mengetahui adakah pengaruh dari tata ruang kantor
terhadap stress kerja karyawan Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.
Adapun untuk menguji hipotesis yang datanya berbentuk interval,
maka digunakan analisis regresi yang dilakukan untuk melakukan prediksi,
bagaimana perubahan nilai Variabel dependen bila nilai Variabel independen
dinaikkan atau diturunkan nilainya (dimanipulasi).
Dalam penelitian ini, hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji