1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Seiring dengan perkembangan perekonomian di era globalisasi ini,
pemerintah dituntut untuk terus menjalankan pembangunan. Semakin
meningkatnya kebutuhan dana untuk program pembangunan mendorong
pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya. Terdapat berbagai
sumber penghasilan suatu negara (Public Revenues), antara lain kekayaan alam,
laba perusahaan negara, royalty, retribusi, kontribusi, bea, cukai, denda dan pajak.
Salah satu sumber pendapatan pemerintah yang cukup potensial adalah melalui
pajak.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.
Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi
barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum (Wikipedia
bahasa Indonesia). Selain pengertian pajak secara umum diatas, Mardiasmo
(2009, 1) mengutip pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah
iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan
2
Setiap negara yang melakukan pemungutan pajak pasti mempunyai tujuan,
yaitu untuk menjalankan pemerintahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
rakyat. Seperti halnya dengan Indonesia, tujuan melakukan pemungutan pajak
adalah untuk menjalankan pemerintahan dalam rangka melindungi segenap
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, meningkatkan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut berpartisipasi menertibkan
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
(pembukaan Undang-undang Dasar 1945). Oleh karena itu negara memerlukan
dana dari rakyat, salah satunya adalah berupa uang pembayaran pajak dari rakyat.
Setiap negara yang melakukan pemungutan pajak pasti mempunyai tujuan, yaitu
untuk menjalankan pemerintahan dalam rangka memenuhi kebutuhan rakyat.
Seperti halnya dengan Indonesia, tujuan melakukan pemungutan pajak adalah
untuk menjalankan pemerintahan dalam rangka melindungi segenap Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut berpartisipasi menertibkan dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (pembukaan
Undang-undang Dasar 1945). Oleh karena itu negara memerlukan dana dari
rakyat, salah satunya adalah berupa uang pembayaran pajak dari rakyat.
Berdasarkan telaah pustaka terdapat dua fungsi utama pajak yaitu fungsi
budgetair dan fungsi regulerend, sedangkan fungsi tambahannya ada tiga adalah
fungsi demokrasi, fungsi redistribusi, dan fungsi stabilitas. Fungsi budgetair
memiliki kegunaan untuk memberi pemasukan bagi kas negara sebagai biaya
untuk pengeluaran negara yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan
untuk investasi pemerintah. Fungsi regulerend memiliki kegunaan sebagai pengatur bagi usaha-usaha pemerintah untuk turut berpartisipasi dalam segala
bidang yang bertujuan menyelenggarakan target-target lain yang ingin dicapai
diluar bidang keuangan atau sektor swasta, seperti untuk merangsang investor
asing maupun nasional untuk menanam modalnya di Indonesia. Fungsi demokrasi
memiliki kegunaan bagi wajib pajak yang telah membayar pajak namun tidak
mendapatkan pelayanan (prestasi) yang semestinya untuk mengajukan protes
(complaint) kepada pemerintah. Fungsi redistribusi memiliki kegunaan untuk menimbulkan pemerataan dan keadilan bagi masyarakat dalam membayar pajak.
Misalnya dengan adanya tarif progresif yang mengenakan pajak tinggi bagi
masyarakat yang berpenghasilan besar dan mengenakan pajak rendah bagi
masyarakat yang berpenghasilan rendah. Fungsi stabilitas memiliki kegunaan bagi
pemerintah untuk mencari dana dalam hal menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini
bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
Fungsi pajak lebih kepada manfaat pokok atau kegunaaan pokok dari
pajak itu sendiri, pajak mempunyai peranan yang sangat penting untuk kehidupan
bernegara, karena pajak merupakan sumber pendapatan negara dan pajak akan
digunakan untuk membiayai APBN. Pelaksanaan pemungutan pajak diharapkan
dapat mencerminkan keadilan, dengan besarnya pajak yang dibebankan sesuai
dengan objek pajak yang dimiliki oleh rakyat. Sedangkan besarnya objek pajak
dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu
4
ekonomi negara, termasuk didalamnya ekonomi rakyat secara individu. Lembaga
Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat jenderal yang ada di
bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2001 telah menggulirkan Reformasi
Administrasi Perpajakan Jangka Menengah (3-5 tahun) sebagai prioritas reformasi
perpajakan, dengan tujuan tercapainya: (1) tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi,
(2) tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan (3)
produktivitas pegawai perpajakan yang tinggi. Program dan kegiatan reformasi
administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan sistem administrasi
perpajakan modern yang memiliki ciri khusus antara lain struktur organisasi
berdasarkan fungsi, perbaikan pelayanan bagi setiap wajib pajak melalui
pembentukan account representative dan compliant center untuk menampung
keberatan Wajib Pajak. Selain itu, sistem administrasi perpajakan modern juga
merangkul kemajuan teknologi terbaru di antaranya melalui pengembangan
Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dengan pendekatan fungsi menjadi Sistem
Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan oleh case
management system dalam workflow system dengan berbagai modul otomasi
kantor serta berbagai pelayanan dengan basis e-system seperti SPT, Filing,
e-Payment, Taxpayers’ Account, e-Registration, dan e-Counceling yang diharapkan
meningkatkan mekanisme kontrol yang lebih efektif ditunjang dengan penerapan
Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang mengatur perilaku pegawai
Konsep modernisasi pajak adalah pelayanan prima dan pengawasan
intensif dengan pelaksanaan good governance. Tujuannya, meningkatkan
kepatuhan pajak. Juga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
administrasi perpajakan, serta produktivitas pegawai pajak yang tinggi. Hal
mendasar dalam modernisasi pajak adalah terjadinya perubahan paradigma
perpajakan. Dari semula berbasis jenis pajak menjadi berbasis fungsi dan lebih
mengedepankan aspek pelayanan kepada masyarakat. Kemudian didukung oleh
fungsi pengawasan, pemeriksaan, maupun penagihan pajak.
Sistem perpajakan yang kita anut adalah self assessment system di mana
wajib pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan,
menyetor, dan melaporkan pajaknya sendiri. Dalam self assessment system murni,
yang dimaksud dengan kepercayaan penuh adalah segala sesuatunya telah
dipercayakan kepada Wajib Pajak tanpa adanya suatu kecurigaan atau semacam
pengujian kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan lagi. Dengan demikian,
sebenarnya tindakan pemeriksaan yang tujuannya adalah untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain sesuai
peraturan perundang-undangan perpajakan, tidak ada dalam penerapan sistem self
assessment murni.
Akan tetapi, dalam rangka mewujudkan self assessment system itu sendiri
agar berjalan efektif, perlu dilakukan pemeriksaan pada tahap awal
pemberlakukan self assessment system karena tidak semua Wajib Pajak patuh
akan kewajiban perpajakanya. Mungkin setelah Wajib Pajak semuanya patuh,
pemeriksaan tidak diperlukan lagi tetapi entah kapan dan kemungkinan besar tak
6
beban pajak dan memperlambat pembayaran pajak. Karena kecenderungan Wajib
pajak yang demikian itu tetap ada dari dulu sampai sekarang, maka tindakan
pemeriksaan pun menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari self assessment
system ini meskipun dapat dikatakan bahwa self assessment system yang ada sudah tidak murni lagi.
Wajib pajak mempunyai kewajiban untuk melaporkan SPT-nya yaitu surat
yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Untuk dasar penghitungan atau pembayaran pajak, WP memiliki kewajiban
pembukuan atau pencatatan. Dalam pembukuan terdapat laporan keuangan WP
yang disusun sedemikian rupa sesuai standar akuntansi atau sederhana seperti
pencatatan biasa. Laporan keuangan ini disertakan dalam SPT sebagai dasar
perhitungan pajak WP. WP dipercaya untuk menghitung, memperhitungkan dan
menyetor dan melaporkan pajaknya (self assessment). Namun dalam hal
pemenuhan kewajiban tersebut WP tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan, Direktur Jenderal Pajak berhak untuk menetapkan jumlah
pajak yang terutang melalui pemeriksaan.
Salah satu bentuk pengawasan dan pembinaan bagi wajib pajak adalah
melalui pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak merupakan sistem pengimbang
dari kepercayaan penuh yang diberikan kepada wajib pajak untuk menghitung,
melaporkan dan membayar sendiri pajak terutang tersebut. Pemeriksaan ditujukan
untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
berlaku. Hal ini senada dengan pasal 29 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000
sebagai berikut: “Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.” Pemeriksaan pajak yang bertujuan menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan
pembinaan kepada Wajib Pajak, Pemeriksaan juga berfungsi sebagai alat untuk
meningkatkan penerimaan jika hasil akhirnya adalah ketetapan pajak yang harus
dibayar oleh Wajib Pajak.
Tabel 1.1
Penerimaan Pajak
(dalam milyar rupiah)
Jenis
Total 36.282,1 50.002,3 65.244,6 75.448,9 175.904,8 218.260,0 213.615,0
Sumber: www.pajak.go.id, 2010
Menurut Erly Suandy (2002, 57), pemeriksaan pajak adalah serangkaian
kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan undang-undang perpajakan.
Pemeriksaan yang efektif adalah pemeriksaan yang dilakukan sesuai prosedur
8
Wajib pajak yang diperiksa, serta dilakukan oleh pemeriksa yang mengerti
tentang pemeriksaan pajak itu sendiri.
Pemeriksaan dilakukan melalui tahapan-tahapan yang yang harus dilalui
dengan baik serta metode dan teknik pemeriksaan yang harus dipilih dan dipilah
secara tepat. Dengan memperhatikan waktu pemeriksaan yang hanya 4 bulan dan
diperpanjang 4 bulan untuk pemeriksaan lapangan, serta hanya 3 bulan dan dapat
diperpanjang 3 bulan untuk pemeriksaan kantor, pemeriksa harus dapat
memanfaatkan waktu itu secara efektif dan efisien. Jangan sampai pemeriksa
melakukan pemeriksaan atas seluruh perkiraan dan meminta seluruh dokumen,
tidak tahu kondisi usaha Wajib Pajak, dan sebagainya sehingga banyak waktu
yang terbuang di situ, bahkan dengan waktu yang terbuang itu, atas perkiraan
yang sangat penting tidak dilakukan pemeriksaan.
Latar belakang dilakukannya pemeriksaan pajak adalah apabila
ditemukannya indikasi seperti SPT menunjukan kelebihan pembayaran pajak,
termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, SPT
Tahunan PPh menunjukan rugi, SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak
pada waktu yang telah ditetapkan, SPT yang memenuhi kriteria seleksi yang
ditentukan oleh Dirjen Pajak, ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban
penyampaian SPT sesuai waktu yang telah ditetapkan tidak dipenuhi, pemberian
NPWP secara jabatan, penghapusan NPWP, pengukuhan atau pencabutan
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, WP mengajukan keberatan, Pengumpulan
bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, pencocokan
data dan atau alat keterangan, penentuan WP berlokasi di daerah terpencil,
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk tujuan lain selain yang
telah disebutkan di atas.
Yang menjadi sasaran pemeriksaan maupun penyelidikan adalah untuk
mencari adanya interpretasi undang-undang yang tidak benar, kesalahan hitung,
penggelapan secara khusus dari penghasilan, dan pemotongan dan pengurangan
tidak susungguhnya, yang dilakukan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya.
Pada prinsipnya Wajib Pajak mempunyai kesempatan yang sama untuk
dilakukan pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak adalah satu hal yang paling
dihindari oleh setiap Wajib Pajak. Dalam kenyataannya, Wajib Pajak seringkali
harus membayar lagi sejumlah pajak yang dianggap kurang dibayar. Tidak
tanggung-tanggung, sangat mungkin jumlah yang harus dibayar itu besarnya
puluhan atau bahkan ratusan kali lipat dari jumlah pajak yang telah dibayar. Di
sisi lain, hal ini ditambah lagi dengan kualitas Wajib Pajak sendiri yang selalu
mencoba mencari cara baik atau buruk untuk menghindar dari membayar pajak.
Pelaksanaan pemeriksaan seringkali menimbulkan keluhan dari Wajib Pajak
yang diperiksa. Wajib Pajak sering merasa pemeriksa terlalu sewenang–wenang
dalam melaksanakan pemeriksaan. Wajib Pajak banyak mengeluhkan
ketidakadilan, karena sebagian Wajib Pajak merasa lebih sering diperiksa
dibandingkan Wajib Pajak lainnya. Wajib Pajak juga mengeluhkan prosedur
pemeriksaan yang berbelit-belit dan hanya mencari-cari kesalahan, seakan-akan
tidak diberi kepercayaan. Hal ini dapat diakibatkan perencanaan pemeriksaan
10
Selain itu dalam proses pemeriksaan, biasanya pemeriksa pajak memerlukan
dokumen-dokumen dan wajib pajak harus memenuhinya, namun banyak ditemui
Wajib Pajak yang tidak memiliki indikasi yang baik dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya, sehingga sulit sekali bagi pemeriksa untuk hanya
menemui Wajib Pajak ataupun meminjam dokumen–dokumen guna mendukung
lancarnya pemeriksaan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk untuk mengetahui
tentang prosedur pemeriksaan lapangan secara lebih jauh dan spesifik maka
penulis mengambil judul “Pelaksanaan Standard Operating Procedures
Pemeriksaan Lapangan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang”
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Dalam proses praktek kerja lapangan, mahasiswa diharapkan akan
mempunyai wawasan yang lebih banyak di bidang perpajakan, memiliki
pengetahuan lapangan dan mampu mengimplementasikan ilmu perpajakan yang
didapat dalam perkuliahan. Adapun maksud dan tujuan dari kerja praktek ini
yaitu:
1.2.1 Maksud Kerja Praktek
Secara umum kegiatan kerja praktek ini dimaksudkan untuk mengetahui
pelaksanaan Standard Operating Procedures pemeriksaan lapangan di Kantor
1.2.2 Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan yang dicapai dari hasil pelaporan adalah Kuliah Kerja
Praktek ini adalah :
1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Sumedang.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan Standard Operating Procedures pemeriksaan
lapangan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
Hasil dari kerja praktek ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
informasi yang bermanfaat dan mempunyai kegunaan bagi:
1. Bagi Penulis
Hasil kegiatan ini bermanfaat bagi penulis dalam hal merekap data LPP,
pembuatan surat tugas, surat permintaan profil Wajib Pajak, surat pengantar,
mencatat dan mengarsip surat masuk, surat keluar, SP3, dan LPP. Dengan
demikian kerja praktek dapat memberikan pengetahuan dan kemampuan yang
terbentuk secara kombinasi baik dari ilmu yang dipelajari sebelumnya
maupun ilmu yang diperoleh dari kegiatan kerja praktek.
2. Bagi Instansi
Dapat membantu meringankan pekerjaan khususnya di seksi pemeriksaan
dalam hal merekap data LPP, pembuatan surat tugas, surat permintaan profil
Wajib Pajak, surat pengantar, mencatat dan mengarsip surat masuk, surat
12
3. Bagi Universitas Komputer Indonesia
Bagi Prodi Akuntansi kerja praktek ini mengaplikasikan ilmu pengetahuan
di bidang perpajakan khususnya mata kuliah Manajemen Pajak dan Tax
Audit. Sehingga dapat memberikan tambahan pengetahuan dan dapat menjadi bahan referensi, khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan
dengan masalah-masalah yang dibahas. Bagi Fakultas Ekonomi kerja praktek
ini mengaplikasikan mata kuliah yang telah dipelajari yaitu Komputer
Aplikasi Akuntansi I dan II yaitu penggunaan software Microsoft Word 2007
dan Microsoft Excel 2007.
1.4 Metode Kerja Praktek
Dalam penyusunan laporan ini, penulis berusaha memperoleh data yang
sesuai dengan judul yang dipilih atau data harus terkumpul secara lengkap. Maka
dari itu penulis pada saat melakukan Kerja Praktek menggunakan metode block
release. Metode block release yaitu pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan dalam waktu satu periode penuh selama 25 hari kerja terhitung sejak tanggal 5
Juli 2010 sampai dengan 13 Agustus 2010.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam menyusun laporan kerja
praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Lapangan (Field Research)
a. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan langsung terhadap objek yang sedang diteliti, diamati atau
mengadakan pengamatan langsung di seksi pemeriksaan Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Sumedang.
b. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara
tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang terkait langsung dan
berkompeten di seksi pemeriksaan yaitu staf dan kepala seksi pemeriksaan
sesuai dengan permasalahan yang penulis teliti di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Sumedang.
c. Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dari laporan-laporan pemeriksaan
pajak dan dokumen-dokumen pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Sumedang seperti Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP), Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak (SP3) dan data profil Wajib Pajak sehingga peneliti
dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan.
2. Studi Pustaka (Library Research), yaitu penelitian sumber-sumber data dari
informasi dari perpustakaan yang meliputi literature yang ada, baik berasal
dari peraturan mengenai kegiatan perpajakan, karangan maupun tulisan, hasil
kuliah, dan bahan lainnya yang mempunyai hubungan dengan objek
penelitian penulis. Dalam hal ini penulis menggunakan buku Perpajakan
Indonesia dan Hukum Pajak sebagai bahan referensi.
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Dalam upaya menyelaraskan teori yang didapat dengan kegiatan yang
sesungguhnya di lapangan, maka dilaksanakanlah praktek kerja lapangan. Adapun
14
1.5.1 Lokasi Kerja Praktek
Tempat pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek yaitu pada seksi pemeriksaan
pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang, Jalan Ibrahim Adjie No. 372,
Bandung 40275 Telp: 7333355, 7333180, Faksimile: 7337015.
1.5.2 Waktu Kerja Praktek
Waktu yang ditempuh penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan
laporan kerja praktek pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yaitu
dimulai dari bulan Juli 2010 sampai dengan bulan Desember 2010.
Tabel 1.2
Aktivitas Kerja Praktek
No AKTIVITAS HARI WAKTU
1 Kerja Praktek Senin – Kamis 08.00 – 16.00 WIB
Istirahat 12.00 – 13.00 WIB
2 Kerja Praktek Jumat 08.00 – 16.00 WIB
Istirahat 11.30 – 13.30 WIB
3 Libur Sabtu dan Minggu -
Tabel 1.3 Aktivitas Kantor
No AKTIVITAS HARI WAKTU
1 Jam Kerja Senin – Kamis 07.30 – 17.00 WIB
Istirahat 12.00 – 13.00 WIB
2 Jam Kerja Jumat 07.30 – 17.00 WIB
Istirahat 11.30 – 13.30 WIB
Tabel 1.4
Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek
No KEGIATAN
1 PERSIAPAN KERJA
PRAKTEK
Permohonan Surat Kerja Praktek
Pengajuan Kerja Praktek Ke Instansi
Persetujuan Kerja Praktek
2 PELAKSANAAN KERJA
PRAKTEK
Registrasi ke Subbagian Umum
Aktivitas Kerja Praktek Bimbingan dengan Dosen Instansi
3 PELAPORAN KERJA
PRAKTEK Pengajuan Judul
Bimbingan Kerja Praktek dengan Dosen Pembimbing Revisi
16
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat Instansi
Sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
serta dalam rangka pelaksanaan modernisasi sistem administrasi perpajakan
secara bertahap sebagai upaya pelaksanaan good goovernance dan untuk
meningkatkan penerimaan pajak serta efektivitas organisasi investasi vertical di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, maka pada tanggal 9 Agustus 2007
ditetapkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007 yang
mengatur tentang penerapan organisasi, tata kerja dan saat mulai beroperasi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang dan Kantor Pelayanan Pajak
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di lingkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Banten, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa
Barat I, dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat II.
Dengan terbitnya keputusan Dirjen Pajak tersebut maka terhitung mulai
tanggal 28 Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang telah
menerapkan sistem administrasi modern resmi berdiri.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang merupakan Kantor Pelayanan
Pajak pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees (yang sekarang
menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees).
Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang meliputi
Sampai saat ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang berkantor di
Jalan Ibrahim Adjie (Kiaraconcong) No. 372 Bandung dan masih berbagi tempat
dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
2.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang
Pihak yang mengelola perusahaan/instansi diatur sedemikian rupa dalam
suatu struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan suatu kerangka dasar
tertentu yang menunjukkan hubungan suatu organisasi dan individu-individu yang
berbeda di dalam suatu organisasi, melalui suatu struktur organisasi maka tugas
dan wewenang dan tanggung jawab setiap pejabat dapat diketahui dengan jelas
dan tegas, sehingga diharapkan setiap satuan-satuan organisasi dapat bekerja
bersama-sama secara harmonis.
Untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan, struktur organisasi
perusahaan/instansi merupakan salah satu unsur yang menentukan untuk
mencapai keberhasilan yang diharapkan. Struktur organisasi yang baik harus
mampu berfungsi sebagai alat pengatur maupun pengawas usaha pelaksanaan
pencapaian tujuan perusahaan sehingga usaha-usaha yang dilakukan dapat
berjalan secara efisien dan efektif.
Struktur organisasi yang disusun dengan baik dan jelas akan membantu
melaksanakan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan tegas antara
suatu bagian dengan bagian lainnya. Adapun struktur organisasi pada Kantor
Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang, 2010
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang
KANTOR PELAYANAN PAJAK
SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI
SEKSI PELAYANAN
SEKSI PENAGIHAN
SEKSI PEMERIKSAAN
SEKSI EKSTENSIFIKASI
PERPAJAKAN
SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI I
SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI II SUB BAGIAN
UMUM
2.3 Uraian Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang
Uraian tugas adalah informasi tertulis yang menguraikan tugas dan tanggung
jawab, kondisi pekerjaan, dan aspek-aspek pekerjaan pada suatu jabatan tertentu
dalam organisasi. Adapun kegunaan dari pembagian tugas dalam sebuah organisasi/
perusahaan/ instansi adalah :
1. Untuk menghemat waktu dan tenaga.
2. Mencegah adanya penumpukan pekerjaan dalam suatu bagian.
3. Mempermudah pengawasan oleh pihak atasan.
4. Mempermudah pelaksanaan kerja.
Berikut ini dapat diuraikan tugas dan tanggung jawab masing-masing
komponen organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang:
a. Subbagian umum, mempunyai tugas :
1. Penerimaan dokumen Kantor Pelayanan Pajak.
2. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di subbagian umum.
3. Penyampaian dokumen Kantor Pelayanan Pajak.
4. Permintaan Pengujian Kesehatan Pegawai.
5. Pelaksanaan Pelantikan, Sumpah, dan Serah Terima Jabatan serta
Pengambilan Sumpah Pegawai Negeri Sipil.
6. Pembuatan Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa.
7. Penerbitan Izin Melanjutkan Pendidikan di Luar Kedinasan.
8. Pengajuan Usul Peserta Pendidikan di Luar Negeri.
9. Pelaporan Perkawinan Pertama Pegawai.
11.Pengajuan Usul Berhenti Bekerja Sebagai PNS Atas Permintaan Sendiri.
12.Pengajuan Usul Pengangkapan Bendahara.
13.Penyusunan RKAKL Pada KPP.
14.Pengurusan Gaji, TKPKN, dan SPJ.
15.Pengajuan Uang Makan PNS.
16.Permohonan Uang Duka Wafat/Tewas.
17.Permohonan Kartu Tanda Peserta Asuransi dan Taspen.
18.Mekanisme Pembayaran Anggaran Belanja (Pembayaran Melalui Uang
Persediaan).
19.Pelaksanaan Pembayaran Tagihan Melalui Mekanisme Langsung (LS)
Kepada Rekanan.
20.Permintaan dan Pembayaran Lembur Pegawai.
21.Pemberhentian Gaji dan TKPKN.
22.Penyusunan Laporan/Realisasi Anggaran Belanja.
23.Penyusunan Laporan SAKPA (Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran)
Tingkat Satuan Kerja/Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran.
24.Pelaksanaan Penutupan Buku Kas Umum.
25.Penerimaan Inventaris Daya Rekanan/Pihak Klien.
26.Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara Dengan Lelang Pada Unit
Kantor Pelayanan Pajak.
27.Pemusnahan Dokumen.
28.Penyusunan Laporan Berkala Kantor Pelayanan Pajak.
30.Penyusunan Tanggapan/Tindak Lanjut Terhadap Surat Hasil pemeriksaan
(SHP) / Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Itjen Depkeu/BPK/BPKP/Unit
Fungsional Pemeriksa Lainnya.
31.Pembuatan Laporan Bulanan Konservasi Energi.
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas:
1. Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi PDI.
2. Penatausahaan Alat Keterangan.
3. Penyusunan rencana Penerimaan Pajak Berdasarkan Potensi Pajak,
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan.
4. Pembentukan Bank Data.
5. Pemanfaatan Bank Data.
6. Pembuatan dan Penyampaian Surat Perhitungan (SPh) dan Mengirimkan ke
Kantor Pelayanan Pajak lain.
7. Peminjaman Berkas Data/Alat Keteranganoleh Seksi Pengolahan Data dan
Informasi kepada seksi terkait.
8. Penatausahaan Penerimaan PBB Non Elektrik.
9. Pembuatan Laporan Penerimaan PBB/BPHTB.
10.Penyelesaian Pembagian Hasil PBB.
c. Seksi Pelayanan, mempunyai tugas:
1. Penatausahaan Surat, Dokumen dan laporan Wajib Pajak Pada Tempat
Pelayanan Terpadu.
2. Pendaftaran NPWP.
4. Perubahan Identitas wajib Pajak.
5. Penyelesaian Pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Lama.
6. Penyelesaian Pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Baru.
7. Penyelesaian Pemindahan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Baru.
8. Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan PPh.
9. Penerimaan dan Pengolahan SPT Masa.
10.Penyelesaian Permohonan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT
Tahunan PPh.
11.Penerbitan Surat Teguran Penyampaian SPT Masa.
12.Penerbitan Surat Teguran Penyampaian SPT Tahunan PPh.
13.Penelitian Hasil Keluaran Berupa SPPT/STTS/DHKP/DHR.
14.Penyelesaian Permohonan Pencetakan Salinan SPPT/SKP/STP.
15.Penyelesaian Permohonan Pembentulan SPPT/SKP/STP.
16.Peminjaman/Pengiriman Berkas.
17.Pelaksanaan Pemenuhan Permintaan Konfirmasi dan Klarifikasi.
18.Penyelesaian Permohonan Pembukuan dalam Bahasa Inggris dan Mata Uang
Dolar Amerika Serikat.
19.Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak untuk Perwakilan
Negara Asing dan Badan-Badan Internasional serta Pejabat/Tenaga Ahli
Lainnya.
20.Penyampaian Permintaan Revaluasi Aktiva Tetap dari Wajib Pajak ke
21.Penyelesaian Pemberitahuan Penggunaan Norma Penghitungan.
22.Layanan Permintaan Penetapan Sebagai Daerah Terpencil.
23.Penerbitan Surat Penetapan Pajak.
24.Penyelesaian Penghapusan NPWP.
25.Penyelesaian Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
26.Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pelayanan.
27.Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak.
28.Penyisihan Anak Berkas Wajib Pajak yang Tahun/Masa Pajaknya Telah
melampaui 10 Tahun.
d. Seksi Penagihan, mempunyai tugas:
1. Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Penagihan.
2. Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta Bukti
Pembayarannya.
3. Penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan / Keberatan / Putusan Banding /
Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi pada Seksi Penagihan.
4. Menjawab Konfirmasi Data Tunggakan Wajib Pajak.
5. Penyelesaian Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak.
6. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan Dalam Rangka Penagihan Pajak.
7. Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus.
8. Penghapusan Piutang Pajak.
9. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Bunga Penagihan.
11.Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa.
12.Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP).
13.Penerbitan Surat Keputusan Pencabutan Sita.
14.Pemindahan Berkas dari Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak
Lainnya.
15.Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyaderaan Terhadap Wajib Pajak
Tertentu.
16.Pelaksanaan Lelang.
17.Penyelesaian Permohonan Pembatalan Lelang.
18.Penyelesaian Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak.
e. Seksi Pemeriksaan, mempunyai tugas :
1. Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pemeriksaan.
2. Penyelesaian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan Lebih
Bayar.
3. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Pertambahan Nilai untuk Selain Wajib Pajak Patuh.
4. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan.
5. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan.
6. Pengamatan oleh Kantor Pelayanan Pajak.
7. Pemeriksaan Kantor.
8. Pemeriksaan Lapangan.
f. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, mempunyai tugas :
1. Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen di Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
2. Pendaftaran Objek Pajak baru dengan Penelitian Kantor.
3. Pendaftaran Objek Pajak baru dengan Penelitian Lapangan.
4. Penerbitan Surat Himbauan Untuk Ber-NPWP.
5. Pencarian Data dari Pihak Ketiga Dalam Rangka Pembentukan/ Pemutakhiran
Bank Data Perpajakan.
6. Pencarian Data Potensi Perpajakan Dalam Rangka Pembuatan Monografi
Fiskal.
7. Penilaian Pelaksanaan Individual Objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
8. Pembuatan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB).
9. Pembentukan/Penyempurnaan ZNT/NIR.
10.Pemeliharaan Data Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
11.Penyelesaian Mutasi Seluruhnya Objek dan Subjek Pajak Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).
12.Penyelesaian Mutasi Sebagian Objek dan Subjek Pajak Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).
13.Penyelesaian Permohonan Penundaan Pengembalian SPOP.
14.Penyelesaian Permohonan Surat keterangan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
15.Penerbitan Daftar Nominatif Untuk Usulan SP3 PSL Ekstensifikasi.
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi, mempunyai tugas :
1. Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pengawasan dan
2. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).
3. Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB).
4. Penyelesaian Permohonan Penggunaan Nilai Buku Dalam Rangka
Penggabungan Usaha, Pengambilalihan Usaha dan Pemekaran Usaha.
5. Penyelesaian Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.
6. Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor
Pelayanan Pajak.
7. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.
8. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak
yang Tidak Benar atas Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.
9. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak.
10.Penyelesaian Permohonan Perubahan Metode Pembukuan.
11.Layanan Permintaan Perubahan Tahun Buku Pertama.
12.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh 21.
13.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh pasal 22
14.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh
Pasal 22 Untuk Pedagang Pengumpul dan Untuk Industri Tertentu.
15.Penyelesaian Permohonan Izin Prinsip Pembebasan PPh Pasal 22 Impor.
16.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh
Pasal 22 Impor.
17.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh
Pasal 22 Impor untuk Wajib Pajak yang Penghasilannya Semata-mata
dikenakan PPh yang bersifat final.
18.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh
Pasal 22 atas Impor Emas Batangan Untuk Ekspor Perhiasan Emas.
19.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh
Pasal 23.
20.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh
atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI yang Diterima atau
Diperoleh Dana Pensiun yang Pendiriannya Telah Disahkan oleh Menteri
Keuangan.
21.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh
atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan.
22.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh
atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan bagi
Wajib Pajak Real Estate.
24.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPN atas
Penyerahan BKP Tertentu Wajib Pajak Perwakilan Negara Asing/Badan
Internasional serta Pejabat/Tenaga Ahlinya.
25.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPnBM atas
Pembelian Kendaraan Angkutan.
26.Pemberian Surat Keterangan Bebas Fiskal Luar Negeri (SKBFLN) di Kantor
Pelayanan Pajak.
27.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPnBM Atas
Penyerahan Kendaraan Bermotor.
28.Layanan Permintaan Pemusatan PPN.
29.Penyelesaian Pemberian Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan
Mesin Teraan Materai.
30.Penyelesaian Pemberian Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan
Teknologi Percetakan.
31.Penyelesaian Pemberian Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan
Sistem Komputerisasi.
32.Penyelesaian Permohonan Penambahan Deposit Mesin Teraan Materai.
33.Penyelesaian Permohonan Penambahan Deposit Teknologi Percetakan.
34.Penyelesaian Permohonan Penambahan Deposit Sisitem Komputerisasi.
35.Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Mesin Teraan
ke Sistem Komputerisasi.
36.Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Mesin Teraan
37.Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Teknologi
Percetakan ke Mesin Teraan.
38.Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Teknologi
Percetakan ke Sistem Komputerisasi.
39.Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Sistem
Komputerisasi ke Mesin Teraan.
40.Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Sistem
Komputerisasi ke Teknologi Percetakan.
41.Penyelesaian Permohonan Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25.
42.Penetapan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak Bank, Sewa
Guna Usaha Dengan Opsi, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah.
43.Pembuatan Surat Pemberitahuan Perubahan Besarnya Angsuran Pajak
Penghasilan Pasal 25 (Dinamisasi).
44.Pembuatan SPMKP/SPMIB yang Hilang.
45.Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan Pajak Penghasilan
(PPh) Untuk Wajib Pajak Patuh.
46.Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan Pajak Pertambahan
Nilai Untuk Wajib Pajak Kriteria Tertentu Khusus Wajib Pajak Patuh.
47.Penyelesaian Permohonan Kelebihan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).
48.Penyelesaian Permohonan Kelebihan Pembayaran BPHTB.
50.Penyelesaian Permohonan Pengurangan BPHTB Terutang.
51.Penyelesaian Pemindahbukuan (Pbk).
52.Penyelesaian Pemindahbukuan (Pbk) ke Kantor Pelayanan Pajak Lain.
53.Layanan Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Fiskal Wajib Pajak Non
Bursa.
54.Penyelesaian Permohonan Kompensasi (Pemndahbukuan) PBB/BPHTB.
55.Penyelesaian Permohonan Keberatan Atas Penunjukan Sebagai Wajib Pajak.
56.Penyelesaian Permohonan Pembetulan STB/SKBKB/SKBKBT atas
Permohonan Wajib Pajak.
57.Penyelesaian Pembetulan STB/SKBKB/SKBKBT Secara Jabatan.
58.Penyelesaian Permohonan Pembatalan SPPT/SKP/STP.
59.Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan SKBKB/SKBKBT/STB di
KPP.
60.Pelaksanaan Putusan Gugatan atau Banding.
61.Penyelesaian Penghitungan Lebih Bayar (PLB).
62.Penentuan Kembali Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan.
63.Penerbitan Surat Tagihan Pajak.
64.Penerbitan SKBKB/SKBKBT/STB.
65.Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan.
66.Penerbitan Teguran Pengembalian SPOP.
68.Pemberian Bimbingan kepada Wajib Pajak.
69.Menjawab Surat yang Berkaitan Dengan Konsultasi Teknis Perpajakan bagi
Wajib Pajak.
70.Penyelesaian Permohonan Perubahan Metode Penilaian Persediaan.
71.Penetapan Wajib Pajak Patuh.
72.Pemutakhiran Profil Wajib Pajak.
73.Pelaksanaan Ekualisasi.
74.Pengusulan Pengusaha Kena Pajak Fiktif.
75.Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang
Seharusnya Tidak Terutang.
76.Penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan di Seksi Pengawasan dan
Konsultasi.
77.Penatausahaan Surat Keputusan Keberatan/Banding/Pengurangan atau
Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau
Penghapusan Sanksi Administrasi di Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
78.Penyusunan Estimasi Penerimaan Pajak Per-Wajib Pajak.
79.Pelaksanaan Penelitian dan Analisis Kepatuhan Material Wajib Pajak.
80.Penerbitan Pengganti SPMKP/SPMIB Pengganti Karena Lewat
Waktu/Daluarsa.
81.Penerbitan Pengganti SPMKP/SPMIB yang rusak/salah (yang telah
didistribusikan).
82.Penerbitan Pengganti SPMKP/SPMIB yang rusak/salah (yang belum
2.4 Aspek Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang
Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat jenderal yang
ada dibawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia. Penerapan
Modernisasi Administrasi Perpajakan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang sedang
digulirkan menuntut perubahan paradigma dan corporate culture dari konvensional
menuju modern yang didukung dengan kesadaran untuk mengubah mind set,
motivasi, pembelajaran dan pendewasaan dari setiap individu. Salah satu tujuan
modernisasi administrasi perpajakan adalah peningkatan kualitas pelayanan kepada
Wajib Pajak. Oleh karena itu peningkatan pelayanan masyarakat menjadi salah satu
titik penting dari keseluruhan reformasi administrasi DJP.
Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) adalah suatu tempat pelayanan perpajakan
yang terintegrasi dengan sistem yang melekat pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Sumedang dalam memberikan pelayanan perpajakan.
Jenis-jenis pelayanan yang diberikan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Sumedang adalah:
1. Pemberian Informasi Perpajakan
2. Penerimaan Surat-Surat Permohonan dari Wajib Pajak dan Surat Lainnya
3. Penerimaan Pelaporan dan Surat Penundaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan
PPh
5. Pembuatan NPWP/NPPKP
6. Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)dan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB)
7. Pelayanan Lainnya
Dalam melaksanakan tugasnya pegawai pajak harus mematuhi Kode Etik yang
berlaku. Kode Etik disusun atas kesadaran bahwa dalam pelaksanaan tugasnya,
Pegawai seringkali dihadapkan pada situasi yang menimbulkan pertentangan
kepentingan (conflict of interest) dan situasi yang dilematis. Dalam situasi yang
demikian, Kode Etik diperlukan sebagai pedoman bagi pegawai untuk menentukan
sikap yang paling layak diambil. Disamping itu melalui pemberlakuan Kode Etik,
Pegawai dituntut untuk meningkatkan citra DJP di mata masyarakat terutama untuk
34
BAB III
PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Sumedang yang dimulai sejak tanggal 5 Juli 2010 sampai 13 Agustus 2010,
penulis ditempatkan pada seksi pemeriksaan. Pelaksanaan Kerja Praktek ini
dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas atau kegiatan dalam prosedur
pemeriksaan lapangan yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Sumedang.
3.1.1 Prosedur Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Sumedang
Prosedur merupakan rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan
secara berulang-ulang dengan cara yang sama. Oleh karena itu, prosedur penting
dimiliki bagi suatu organisasi atau perusahaan agar segala seuatu dapat dilakukan
secara seragam.
Menurut Mulyadi, (2001,169) mengemukakan bahwa :
“Prosedur adalah urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa
orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi
berulang-ulang.”
Sedangkan menurut Azhar Susanto, (2008,264) mengemukakan bahwa :
“Prosedur adalah rangkaian aktifitas atau kegiatan yang dilakukan secara
Jadi dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah rangkaian langkah yang
dilaksanakan untuk menyelesaikan kegiatan atau aktifitas. Sehingga dapat
tercapainya tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien, serta dapat dengan
mudah menyelesaikan suatu masalah serta terperinci menurut jangka waktu yang
telah ditentukan.
Pengertian pemeriksaan pajak menurut Erly Suandy (2002, 57)
mengemukakan bahwa :
“Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan undang-undang perpajakan.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan pajak merupakan salah satu
upaya pencegahan tax evasion. Pemeriksaan pajak yang dilakukan secara
professional oleh aparat pajak dalam kerangka self assessment system merupakan
bentuk penegakan hukum perpajakan. Pemeriksaan pajak merupakan hal
pengawasan pelaksanaan self assessmentsystem yang dilakukan oleh Wajib Pajak,
dan harus berpegang teguh pada Undang-undang perpajakan.
Dalam melakukan pemeriksaan pajak diperlukan beberapa tahap
pemeriksaan agar proses pemeriksaan dapat berjalan dengan efektif. Adapun
tahapan pemeriksaan pajak yaitu tahapan persiapan pemeriksaan pajak, tahapan
pelaksanaan pemeriksaan pajak, dan tahapan pelaporan hasil pemeriksaan pajak.
Tujuan persiapan pemeriksaan pajak agar pemeriksa pajak dapat memperoleh
gambaran umum mengenai wajib pajak yang akan diperiksa, sehingga rencana
36
Adapun tahapan dalam melakukan pemeriksaan pajak diuraikan sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan Pemeriksaan
a. Mempelajari berkas wajib pajak /berkas data.
b. Menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak.
c. Mengidentifikasi masalah.
d. Melakukan pengenalan lokasi wajib pajak.
e. Menentukan ruang lingkup pemeriksaan.
f. Menyusun program pemeriksaan.
g. Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam.
h. Menyediakan sarana pemeriksaan.
2. Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Memeriksa di tempat Wajib Pajak.
b. Melakukan penilaian atas Sistem Pengendalian Intern.
c. Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan.
d. Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan, dan dokumen-dokumen.
e. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga.
f. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak.
g. Melakukan sidang penutup (Closing Conference).
3. Tahapan Pelaporan Hasil Pemeriksaan
a. Laporan Pemeriksaan Pajak disusun secara ringkas dan jelas.
b. Laporan Pemeriksaan Pajak yang berkaitan dengan pengungkapan
penyimpangan Surat Pemberitahuan harus memperhatikan Kertas Kerja
c. Laporan Pemeriksaan Pajak harus didukung oleh daftar yang lengkap dan
rinci sesuai dengan tujuan pemeriksaan.
3.1.2 Standard Operating Procedures Pemeriksaan Lapangan Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Sumedang
Prosedur operasi ini menguraikan tata cara pelaksanaan Pemeriksaan
Lapangan. Pemeriksaan Lapangan dapat dilaksanakan dengan Pemeriksaan
Lengkap atau Pemeriksaan Sederhana Lapangan. Pemeriksaan Lengkap adalah
Pemeriksaan Lapangan untuk satu, beberapa atau seluruh jenis pajak, baik untuk
tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumya, yang dilaksanakan dengan
menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang lazim digunakan dalam pemeriksaan
pada umumnya dalam rangka mencapai tujuan pemeriksaan.
Pelaksanaan pemeriksaan lapangan yang dibahas ini mengacu pada
Peraturan Dirjen Pajak No. Per-123 /PJ/2006 dan berikut adalah uraiannya:
a. Pelaksana
Pemeriksaan Lengkap atau Pemeriksaan Sederhana Lapangan dapat
dilakukan oleh:
1. Direktorat Pemeriksaan Penyidikan dan Penagihan Pajak,
2. Kantor Wilayah,
3. Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, atau
4. Kantor Pelayanan Pajak.
b. Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3)
1. Pemeriksaan Lapangan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang tergabung
38
2. Tim Pemeriksa Pajak terdiri dari seorang supervisor, seorang ketua tim,
dan seorang anggota atau lebih.
3. Pemeriksa Pajak wajib memperlihatkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak
dan Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak kepacia Wajib Pajak yang
diperiksa.
4. Surat Perintah Pemeriksaan Pajak diterbitkan untuk 1 (satu) atau beberapa
Masa Pajak dalam Tahun Pajak yang sama atau untuk 1 (satu) Tahun
Pajak terhadap 1 (satu) Wajib Pajak.
5. Apabila karena sesuatu hal susunan Tim Pemeriksa Pajak perlu diubah,
Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak tidak perlu mengganti Surat
Perintah Pemeriksaan Pajak tetapi harus menerbitkan Surat Tugas kepada
Pemeriksa Pajak yang ditunjuk.
6. Surat Tugas harus diperlihatkan kepada Wajib Pajak.
c. Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan
1. Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan diterbitkan untuk Masa atau
Tahun Pajak sebagaimana tercantum pada Surat Perintah Pemeriksaan
Pajak.
2. Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan yang ditujukan kepada
Kepala Kantor Pelayanan Pajak dikirim bersamaan dengan Surat
Permohonan Peminjaman Berkas Wajib Pajak, Surat
Peminjaman/Pengembalian Berkas WP, dan Daftar Tunggakan Pajak.
3. Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan yang ditujukan kepada Wajib
d. Field Work
1. Pemeriksaan Lapangan dilakukan di Kantor Unit Pelaksana Pemeriksaan
Pajak, di tempat Wajib Pajak, atau di tempat lain yang ditentukan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
2. Pemeriksaan Lapangan dilaksanakan pada jam kerja sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
3. Dalam hal tertentu, Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak dapat
memerintahkan Pemeriksa Pajak untuk bertugas di luar jam kerja.
e. Penolakan Pemeriksaan Pajak
1. Apabila menolak diperiksa, Wajib Pajak harus menandatangani Surat
Pernyataan Penolakan Pemeriksaan Pajak.
2. Dalam hal Wajib Pajak menolak untuk menandatangani Surat Pernyataan
Penolakan Pemeriksaan Pajak, Pemeriksa Pajak harus membuat dan
menandatangani Berita Acara Penolakan Pemeriksaan Pajak.
3. Dalam hal Wajib Pajak tidak berada di tempat, pemeriksaan tetap
dilaksanakan dengan tertebih dahulu meminta Pegawai yang ada untuk
mewakili Wajib Pajak dan mendampingi Pemeriksa Pajak guna membantu
kelancaran pemeriksaan.
4. Apabila menolak untuk membantu kelancaran pemeriksaan, Pegawai
Wajib Pajak harus menandatangani Surat Pernyataan Penolakan
Membantu Kelancaran Pemeriksaan Pajak.
5. Dalam hal terjadi penolakan untuk menandatangani Surat Pernyataan
Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan Pajak, Pemeriksa Pajak
40
Kelancaran Pemeriksaan Pajak dan selanjutnya dapat melakukan
penyegelan terhadap ruangan-ruangan tertentu .
6. Berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderai Pajak, terhadap Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud di atas dapat dilakukan Pemeriksaan Bukti
Permulaan.
f. Penyegelan
1. Wajib Pajak atau kuasanya tidak memberi kesempatan kepada Pemeriksa
Pajak untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu,
termasuk tempat pengolahan data elektronik, atau menolak memberi
bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
2. Wajib Pajak atau kuasanya menolak memberi kesempatan kepada
Pemeriksa Pajak untuk memasuki ruangan tempat penyimpanan
catatan-catatan, buku-buku dan dokumen-dokumen yang diselenggarakan oleh
perusahaan penyimpan arsip atau dokumen atau menolak memberi
bantuan guna kelancaran pemeriksaan di tempat wajib pajak;
3. Wajib Pajak atau kuasanya tidak berada di tempat pada saat dilakukan
pemeriksaan dan Pegawai Wajib Pajak yang diminta untuk mewakili
Wajib Pajak menolak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan
atau
4. Pemeriksa Pajak memerlukan upaya pengamanan dokumen sebelum
3.2 Teknik Pelaksanaan Kerja Praktek
Secara teknis prosedur pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Sumedang dilakukan sesuai dengan aturan dan atas dasar hukumnya
yaitu:
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.04/2000 tanggal 22
Desember 2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak s.t.d.d Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 123/PMK.03/2006
2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-01/PJ.7/1990 tanggal 15
Nopember 1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak
3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-17/PJ./2002 tanggal 9
Januari 2002 tentang Bentuk, Jenis, dan Kode Kartu, Formulir, Surat, dan
Daftar yang digunakan dalam Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan
4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-123/PJ/2006 tanggal 15
Agustus 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan s.t.d.d
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-176/PJ./2006.
3.2.1 Teknik Prosedur Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak
Sumedang
Prosedur Pemeriksaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Sumedang
didasarkan pada prosedur pemeriksaan yang telah diatur oleh Direktorat Jenderal
Pajak. Sehingga secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Pemeriksaan
a. Mengumpulkan dan mempelajari Berkas Wajib Pajak (Data Internal dan
42
Kegiatan mengumpulkan berkas WP dan berkas data dimulai dengan
meminjam berkas dari seksi terkait dan memanfaatkan data internal yang
terdapat didalam sistem administrasi kantor pajak yang bersangkutan. Pada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah menjalankan sistem administrasi
modern, berkas Wajib Pajak (WP) dapat diperoleh dari seksi pelayanan atau
dapat dilihat pada system informasi yang terhubung dengan seluruh
komputer pegawai di KPP yang bersangkutan.
1) Sistem Informasi Administrasi
2) Data Tunggakan Wajib Pajak
3) Laporan Hasil Pemeriksaan terdahulu serta Kertas Kerja
Pemeriksaannya
4) Riwayat Keberatan/Banding/Peninjauan Kembali
Selain data internal, pemeriksa dapat mengumpulkan informasi dari
sumber-sumber data eksternal antara lain:
a) Media massa (media cetak dan elektronik)
b) Internet
c) Bursa
b. Identifikasi Wajib Pajak (Tax Payer Profile)
Seluruh data dan informasi yang didapat baik itu dari internal maupun
eksternal dirangkum dalam bentuk Tax Payer Profile (profil Wajib Pajak).
Profil Wajib Pajak meliputi: Nama Wajib Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak,
Alamat Wajib Pajak, Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Tanggal
Dagang, Contact Person, Pemegang Saham, Hubungan Istimewa, Pengurus (Direksi dan komisaris) dan lain-lain.
c. Analisis kuantitatif dan kualitatif
Untuk data-data berupa laporan keuangan wajib pajak dilakukan analisis
kuantitatif untuk menentukan hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu
melakukan pemeriksaan serta untuk menentukan beberapa perkiraan buku
besar yang diprioritaskan dan/atau akan dikembangkan pemeriksaannya.
d. Mengidentifikasi masalah dan menentukan cakupan (ruang lingkup)
pemeriksaan
Setelah dilakukan analisis data baik kuantitatif maupun kualitatif
Pemeriksa akan mengetahui pos-pos apa saja yang memerlukan perhatian
khusus dan masalah-masalah apa saja yang mungkin ada pada Wajib Pajak.
Atas alternatif-alternatif permasalahan tersebut Pemeriksa harus dapat
mengidentifikasi penyebab paling mungkin atas terjadinya masalah tersebut
serta menentukan pos-pos atau rekening apa saja yang berkaitan dengan
masalah yang ada. Pos-pos atau rekening inilah yang nantinya akan
dilakukan pendalaman lebih jauh. Identifikasi masalah dan cakupan
pemeriksaan yang telah ditentukan akan digunakan sebagai bahan untuk
membuat program pemeriksaan.
e. Menyusun program pemeriksaan dan menentukan buku-buku dan dokumen
yang akan dipinjam
Program pemeriksaan adalah suatu daftar langkah-langkah pemeriksaan
atau pengujian yang dilakukan terhadap objek yang diperiksa. Program
44
penelaahan yang diperoleh pada tahap-tahap persiapan pemeriksaan
sebelumnya. Program pemeriksaan harus merujuk kepada identifikasi
permasalahan serta cakupan (ruang lingkup) yang telah ditentukan. Hal ini
perlu dilakukan agar arah pemeriksaan tidak terlalu melebar sehingga tidak
fokus.
Program pemeriksaan meliputi prosedur-prosedur yang perlu
dilaksanakan oleh pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan. Berdasarkan
program pemeriksaan dapat diidentifikasi buku-buku atau catatan yang akan
dipinjam kepada Wajib Pajak.
f. Menyediakan sarana dan prasarana pemeriksaan
Agar pelaksanaan pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar, maka
sebelum melakukan pemeriksaan perlu dipersiapkan sarana-sarana.
2. Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Pemeriksaan di Tempat Wajib Pajak
Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak dapat didefinisikan sebagai
serangkaian kegiatan yang dilakukan Pemeriksa di tempat/lokasi Wajib
Pajak untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan
lainnya guna mengetahui dan mendapatkan fakta-fakta yang berkaitan
dengan kegiatan usaha Wajib Pajak, mengetahui dan menilai Sistem
Pengendalian Intern, serta untuk meyakinkan kebenaran atau keberadaan
fisik aktiva tetap yang dilaporkan dan kepemilikannya dalam rangka
b. Melakukan Penilaian Atas Sistem Pengendalian Intern (SPI)
Sistem ini terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang
dirancang untuk memberikan manajemen keyakinan memadai bahwa tujuan
dan sasaran satuan usaha dapai dicapai. Kebijakan dan prosedur ini
seringkali disebut pengendalian, dan secara bersama-sama membentuk
struktur pengendalian intern suatu bentuk usaha.
Untuk mengetahui lemah/kuatnya Sistem Pengendalian Intern (SPI)
sebagai dasar untuk menentuka luasnya cakupan pemeriksaan dan dalamnya
pengujian-pengujian yang akan/harus dilakukan.
c. Menyesuaikan Cakupan dan Program Pemeriksaan
Agar pemeriksaan lebih terarah kepada permasalahan yang factual
sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Setelah kita melakukan
penilaian SPI maka akan terlihat kearah mana sebaiknya program
pemeriksaan dilakukan. Proram pemeriksaan yang telah dibuat sebelumnya
akan dimutakhirkan seirama dengan hasil penilaian dan pengujian SPI.
d. Melakukan Pemeriksaan Buku, Catatan, dan Dokumen
Pemeriksaan buku,catatan, dan dokumen merupakan jantung dari tahap
pelaksanaan pemeriksaan. Seluruh rangkaian persiapan pemeriksaan sampai
dengan langkah penilaian SPI tidak akan berarti apa-apa jika tidak disertai
dengan langkah pemeriksaan buku-buku, catatan dan dokumen Wajib Pajak.
Temuan atau koreksi bukanlah suatu sulap yang bisa hadir begitu saja hanya
dengan menjentikan jari.
Langkah pemeriksaan buku, catatan dan dokumen dilakukan dengan
46
dimutakhirkan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan suatu teknik dan
metode-metode tertentu.
e. Melakukan Konfirmasi Kepada Pihak Ketiga
Menegaskan kebenaran dan kelengkapan data atau informasi dari Wajib
Pajak dengan bukti –bukti yang diperoleh dari pihak ketiga.
f. Memberitahukan Hasil Pemeriksaan Kepada Wajib Pajak
1) Memberitahukan secara tertulis koreksi fiskal dan perhitungan pajak
terutang kepada Wajib Pajak.
2) Melakukan pembahasan atas temuan dan koreksi fiskal serta perhitungan
pajak terutang dengan Wajib Pajak.
3) Memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk menyampaikan
pendapat, sanggahan, persetujuan atau meminta penjelasan lebih lanjut
mengenai temuan dan koreksi fiskal yang telah dilakukan.
g. Melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
Tujuan melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan adalah sebagai
upaya memperoleh pendapat yang sama dengan Wajib Pajak atas temuan
pemeriksaan dan koreksi fiscal terhadap seluruh jenis pajak yang diperiksa.
Hasil pembahasan tersebut dituangkan dalam Berita Acara Hasil
Pemeriksaan yang harus ditandatangai oleh Wajib Pajak dan pemeriksa
disertai lampiran yang menyebutkan jumlah koreksi dan jumlah pajak
3. Tahap Pelaporan Hasil Pemeriksaan
a. Laporan Pemeriksaan Pajak disusun secara ringkas dan jelas.
Laporan Pemeriksaan Pajak harus memuat ruang lingkup sesuai dengan
tujuan pemeriksaan, memuat kesimpulan Pemeriksa Pajak yang didukung
temuan yang kuat tentang/tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan
perundang-undangan perpajakan, dan memuat pengungkapan informasi lain
yang terkait.
b. Laporan Pemeriksaan Pajak yang berkaitan dengan pengungkapan
penyimpangan Surat Pemberitahuan harus memperhatikan Kertas Kerja
Pemeriksaan antara lain mengenai berbagai faktor perbandingan, nilai
absolut dari penyimpangan, sifat dari penyimpangan, petunjuk atau temuan
adanya penyimpangan, pengaruh penyimpangan, hubungan dengan
permasalahan lainnya.
c.Laporan Pemeriksaan Pajak harus didukung oleh daftar yang lengkap dan
rinci sesuai dengan tujuan pemeriksaan.
3.2.2 Teknik Standard Operating Procedures Pemeriksaan Lapangan Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang
Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak No. Per-123 /PJ/2006, Pemeriksaan
Sederhana Lapangan adalah Pemeriksaan Lapangan untuk satu, beberapa atau
seluruh jenis pajak, baik untuk tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya,
yang dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang
48
Adapun teknis dari Standard Operating Procedures Pemeriksaaan
Lapangan yaitu:
a. Pihak yang Terkait
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak
2. Tim Pemeriksa Pajak
3. Seksi Pemeriksaan
4. Tim Pembahas Tingkat UP3
5. Tim Pembahas Tingkat Kantor Wilayah
6. Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan KPDJP
7. Wajib Pajak
8. Pegawai Wajib Pajak
9. Tenaga Ahli
10.Pihak Ketiga
b. Formulir yang Digunakan
1. Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3).
2. Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan kepada Wajib Pajak (dari
Seksi Pemeriksaan).
3. Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan Pajak (ditandatangani Wajib
Pajak apabila Wajib Pajak menolak diperiksa).
4. Surat Pernyataan Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan Pajak
(ditandatangani pegawai Wajib Pajak).
5. Buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen (dari Wajib Pajak).
6. Tanggapan tertulis dari Wajib Pajak baik setuju maupun tidak setuju atas
7. Permintaan memperpanjang jangka waktu pemberian tanggapan dari
Wajib Pajak.
8. Surat Tanggapan Hasil Pemeriksaan beserta Lembar Pernyataan
Persetujuan Hasil Pemeriksaan dan Berita Acara Persetujuan Hasil
Pemeriksaan (dalam hal Wajib Pajak menyetujui seluruh hasil
pemeriksaan lapangan).
9. Surat Tanggapan Hasil Pemeriksaan dilampiri dengan bukti-bukti
pendukung sanggahan serta penjelasan (dalam hal Wajib Pajak tidak setuju
atas sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan lapangan).
10.Permohonan pembahasan di Tim Pembahas Tingkat UP3.
11.Permohonan pembahasan (kedua) di Tim Pembahas Tingkat Kanwil.
12.Formulir Kuesioner.
c. Dokumen yang Dihasilkan
1. Berita Acara Penolakan Pemeriksaan Pajak (dalam hal Wajib Pajak
menolak untuk menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan
Pajak)
2. Berita Acara Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan Pajak (Dalam
hal pegawai Wajib Pajak menolak untuk menandatangani Surat Pernyataan
Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan Pajak).
3. Bukti Peminjaman/Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen.
4. Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen yang belum
ditemukan/diperoleh.
5. Berita Acara Pemenuhan Seluruh Peminjaman Buku, Catatan, dan
50
6. Surat Permintaan Tenaga Ahli (Dalam hal data hasil pengolahan elektronik
disimpan dalam media disket, compact disk, tape backup, hard disk atau
media penyimpanan lainnya).
7. Surat Peringatan I dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen
yang Dipinjam (Wajib Pajak belum menyerahkan buku-buku).
8. Surat Peringatan II dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang
Dipinjam (Wajib Pajak belum menyerahkan buku-buku).
9. Berita Acara Tidak Dapat Dipenuhi Peminjaman Buku, Catatan, dan
Dokumen.
10.Surat Panggilan I (kepada Wajib Pajak).
11.Surat Panggila II (kepada Wajib Pajak).
12.Berita Acara Pemberian Keterangan Wajib Pajak.
13.Surat Permintaan Keterangan atau Bukti (kepada pihak ketiga).
14.Surat Peringatan I (kepada pihak ketiga).
15.Surat Peringatan II (kepada pihak ketiga).
16.Berita Acara Tidak Dipenuhinya Perminaan Keterangan atau Bukti dari
Pihak Ketiga.
17.Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan Daftar
Temuan Pemeriksaan Pajak.
18.Risalah Pembahasan (hasil pembahasan Tim Pemeriksa Pajak).
19.Risalah Tim Pembahas Tingkat UP3 (hasil pembahasan Tim Pembahas
tingkat UP3).
20.Risalah Tim Pembahas Tingkat Kanwil (hasil pembahasan Tim Pembahas