• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Jurusita Pajak Dalam Menyelesaikan Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Jurusita Pajak Dalam Menyelesaikan Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Resmi,Siti.2008.Perpajakan.Teori dan Kasus Edisi 4.Jakarta:Salemba Empat.

Mardiasmo,2006,Perpajakan,Edisi Revisi Tahun 2006,Yogyakarta: Andi.

B.IIyas,Wirawan dan Richard Burton.Hukum Pajak.Jakarta:Salemba Empat,2008.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

sebagaimana telah di ubah menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.

.Pasal 1 ayat 6 Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

.Pasal 1 ayat 4 Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 19

Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

SK Mentri Keuangan Pasal 5 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat

Paksa.

SK Mentri Keuangan RI No.562/KMK.04/2000 Tentang Syarat-Syarat Pengangkatan dan

(2)

Peraturan Pemerintah Nomor 135 tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dalam Rangka

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

http://eprints.uns.ac.id/10698/1/67812206200906561.pdf

(3)

BAB III

RUANG LINGKUP GAMBARAN DATA PERAKTEK A. Jurusita Pajak

1. Pengertian Jurusita Pajak

Berdasarkan Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor

19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, disebutkan bahwa

Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi

penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan

penyanderaan. Jurusita Pajak diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Keuangan

untuk penagihan pajak pusat, dan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota untuk

penagihan pajak daerah.

2. Syarat Menjadi Jurusita Pajak

Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia

Nomor: 562/KMK.04/2000 tentang Syarat-Syarat Pengangkatan Jurusita Pajak

adalah sebagai berikut:

1) Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau sederajat.

2) Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda/Golongan II/a.

3) Berbadan sehat.

4) Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak.

5) Jujur bertanggung jawab dan penuh pengabdian.

(4)

3. Tugas – Tugas Jurusita Pajak

1) Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus.

2) Memberitahukan Surat Paksa.

3) Melaksanakan penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkan

SuratPerintah Melaksanakan Penyitaan.

4) Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.

(MARDIASMO )

4. Wewenang Jurusita Pajak

1) Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak berwenang memasuki dan

memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci, dan tempat

lain untuk menemukan objek sita di tempat usaha, di tempat kedudukan,

atau di tempat tinggal Penanggung Pajak, atau di tempat lain yang dapat

diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita. (UU PPSP, pasal 3, ayat

3).

2) Dalam melaksanakan tugasnya, Jurusita Pajak dapat meminta bantuan

Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan

perundang-undangan, Pemerintah Daerah Setempat, Badan Pertanahan

Nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri,

Bank atau pihak lain. (UU PPSP, pasal 3, ayat 4)

3) Jurusita Pajak menjalankan tugas di wilayah kerja Pejabat yang

mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri atau

(5)

5. Kewajiban Jurusita Pajak

1) Memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita Pajak.

2) Memberitahukan dengan pernyataan dan penyerahan Surat Paksa.

3) Membuat Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa (SP).

4) Menyampaikan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP).

5) Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAS).

6) Membuat Lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita.

7) Menempelkan segel sita pada barang-barang yang di sita yang dianggap

perlu.

8) Meninggalkan Surat Paksa (salinan) dalam hal penanggung pajak menolak

atau menerima salinan Surat Paksa.

B. Penagihan Pajak

1. Pengertian Penagihan Pajak

Menurut Pasal 1 angka 9 Undang-Undang 19 Tahun 1997 tentang Penagihan

Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan

agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan

menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,

memberitahukan Surat Paksa , mengusulkan pencegahan, melaksanakan

penyitaan, melaksanakan penyenderaan, menjual barang yang di sita.

2. Dasar Hukum Penagihan Pajak

1) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan

(6)

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun

1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (selanjutnya disebut

pula UU PPSP).

a) Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara

Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

b) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

562/KMK.04/2000 tentang Syarat-Syarat Pengangkatan dan

Pemberhentian Jurusita Pajak.

c) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

24/PMK.03/2008 tentang Tatacara Penagihan Pajak Seketika dan

Sekaligus dan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

d) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 62/PJ./2001 tentang

Tatacara Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung

Pajak yang Tersimpan pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak

dengan Surat Paksa.

3. Dasar Penagihan Pajak

Sesuai dengan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang menjadi dasar penagihan pajak adalah

Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambah

(7)

Keputusan Banding. Atas ketetapan di atas , Wajib Pajak dapat mengajukan

permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang harus di

bayar dengan syarat sebagai berikut ini:

1) Permohonan tersebut harus diajukan secara tertulis paling lambat 15 hari

sebelum saat jatuh tempo pembayaran , utang pajak berakhir kecuali dalam

hal Wajib Pajak mengalami keadaan di luar kekuasaannya, dapat diajukan

setelah batas waktu tersebut disertai alasan jumlah pembayaran pajak yang

dimohon diangsur atau ditunda.

2) Bersedia memberikan jaminan yang besarnya ditetapkan berdasarkan

pertimbangan Kepala Kantor Pajak, kecuali apabila Kepala Kantor

Pelayanan Pajak menganggap tidak perlu.

3) Tidak mempunyai tunggakan pajak yang jatuh tempo.

Apabila permohonan tersebut disetujui maka Kepala Kantor Pelayanan

Pajak atas nama Direktur Jendral Pajak menerbitkan Surat Keputusan

sebagai berikut ini.

a) Surat Keputusan Angsuran Pembayaran Pajak dengan masa

angsuran paling lama 12 bulan sejak diterbitkan tersebut.

b) Surat Keputusan Penundaan Pembayaran Pajak dengan masa

penundaan 12 bulan sejak diterbitkan keputusan tersebut.

4. Jadwal Waktu Pelaksanaan Tindakan Penagihan

Kegiatan Pelaksanaan penagihan sejak tanggal jatuh tempo pembayaran

sampai dengan pengajuan permintaan penetapan tanggal dan tempat

pelelangan, meliputi jangka waktu 58 hari. Penentuan jangka waktu 58 hari

(8)

1) Surat Teguran

Apabila utang pajak yang tercantum dalam Surat Teguran Pajak, Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar,Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Tambahan , tidak dilunasi sampai melewati 7 hari dari batas waktu

jatuh tempo (satu bulan sejak tanggal diterbitkannya).

2) Surat Paksa

Surat Paksa diberitahukan dengan pernyataan kepada Wajib Pajak atau

Penanggung Pajak setelah lewat 21 hari sejak tanggal Surat Teguran.

3) Surat Perintah Melakukan Penyitaan

Surat Perintah Melakukan Penyitaan dibuat , jika Wajib Pajak tidak

melunasi utang pajaknya meskipun sudah dilaksanakan penagihan

dengan Surat Paksa.

Surat Perintah Melakukan Penyitaan dikeluarkan segera setelah dua

kali dua puluh empat jam Surat Paksa diberitahukan dengan

pernyataan Wajib Pajak.

4) Pengumuman Lelang

Pengumuman Lelang dilakukan jika, Wajib Pajak tidak melunasi utang

pajaknya meskipun sudah dilaksanakan penagihan dengan Surat

Perintah Melakukan Penyitaan. Pengumuman lelang dikeluarkan

setelah 14 hari SPMP diberitahukan dengan pernyataan kepada Wajib

(9)

5) Lelang

Lelang dilakukan jika Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya

meskipun sudah dilakukan pengumuman lelang. Lelang dilakukan

setelah 14 hari pengumuman lelang dilaksanakan.

5. Petunjuk Teknisi Tindakan Pelaksanaan Penagihan

Petunjuk Teknis Tindakan Pelaksanaan Penagihan yang dilakukan dapat

dijelaskan sebagai berikut ini:

1) Pengeluaran Surat Paksa

a) Jurusita menilai Buku Register Tindakan Penagihan dan Buku Register

Tindakan Pengawasan Penagihan terhadap Wajib Pajak yang belum

melunasi utang pajaknya setelah dikeluarkan Surat Teguran.

b) Setelah Jurusita Pajak meneliti Buku-Buku Register tersebut di atas,

kemudian Jurusita membuat Surat Paksa dengn menggunakan formulir

dan melalui Kasubsi Penagihan serta Kasi Penagihan meneruskannya

kepada Kepala KPP untuk ditandatangani oleh Kepala KPP, Surat Paksa

dicatat pada Buku Register Surat Paksa Nomor dan tanggal Surat Paksa

Dicatat pada Buku Register Pengawasan Penagihan. Buku Register

Tindakan Penagihan dan pada Tindakan STP/SKPKB/SKPKBT yang

bersangkutan. Buku Register Surat Paksa memuat kolom nomor

urut,tanggal, nama, alamat WP,NPWP, dan Keterangan Pengisian formulir

Surat Paksa dilakukan secara jelas,lengkap, dan benar.

c) Jurusita melaksanakan penagihan dengan Surat Paksa

Pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Paksa dapat dijelaskan sebagai

(10)

1) Jurusita menandatangani tempat tingaal atau tempat kedudukan

Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dengan memperlihatkan tanda

pengenal dari Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya,

yaitu memberitahukan Surat Paksa dengan Pernyataan dan

menyerahkan salinan Surat Paksa tersebut..

2) Jika Jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak/ Penanggung

Pajak, maka Wajib Pajak/Penanggung Pajak diminta

memperlihatkan surat-surat keterangan pajak yang ada untuk

diteliti. Tujuan penelitian surat-surat keterangan pajak dari Wajib

Pajak/Penanggung Pajak dapat dijelaskan sebagai berikut ini.

- Untuk mengetahui kesesuaian jumlah tunggakan pajak

menurut STP/SKPKB/SKPKBT/SK. Pembetulan/SK

Keberatan/Putusan banding dengan jumlah tunggakan

yang tercantum pada Surat Paksa.

- Untuk mengetahui adanya Surat Paksa Keputusan

Pembetulan dan Keberatan /Penghapusan.

- Untuk mengetahui adanya kelebihan pembayaran dari

tahun atau jenis pajak lainnya yang belum diperhitungkan.

- Untuk mengetahui apakah utang pajak di dalam Surat

Paksa ada pengajuan keberatan.

3) Apabila Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak /Penanggung Pajak

maka Salinan Surat Paksa tersebut dapat diserahkan kepada

(11)

- Keluarga Penanggung Pajak atau orang yang bertempat

tinggal bersama Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang akil

baliq(dewasa dan sehat mental).

- Anggota Pengurus Komisaris atau para persero dari Badan

Usaha yang bersangkutan.

- Pejabat Pemerintah setempat,dalam hal ini mereka yang

tersebut pada angka satu dan angka dua diatas tidak

terjumpai.

4) Penanggung Pajak tidak ditemukan di kantor atau tempat

usaha/tempat tinggal. Apabila hal ini terjadi, maka Jurusita dapat

menyerahkan salinan Surat Paksa kepada pihak-pihak sebagai

berikuit ini:

- Seseorang yang ada di kantornya (salah seorang pegawai)

- Seseorang yang ada di tempat tinggalnya.

5) Tunggakan Pajak berbeda

Apabila dalam menyampaikan Surat Paksa Jurusita menemukan

persoalan seperti diatas,yaitu tunggakan menurut Surat Paksa

berbeda dengan tunggakan menurut STP/SKPKB/SK Pembetulan,

SK Keberatan/Putusan Banding yang ada pada Penanggung Pajak,

maka Jurusita tidak boleh merubah,mencoret dan menambah apa

yang tertulis pada Surat Paksa.

Jurusita mengembalikan Surat Paksa tersebut kepada Kepala Seksi

Penagihan Sub Seksi Penagihan dengan disertai laporan dan

usulan agar dikeluarkan Surat Paksa yang baru dengan

(12)

data-data sebenarnya. Hal ini dapat pula atas kesalahan alamat Nomor

Tindakan STP/SKPKB/SKPKBT/SK Pembetulan/ SK

Keberatan/Putusan Banding.

6) Penanggung Pajak menolak Surat Paksa

Adakalanya Penanggung Pajak menolak menerima Surat Paksa

dengan berbagai alasan. Apabila alasan penolakan adalah karena

kesalahan Surat Paksa sendiri maka penyelesaiannya adalah

seperti yang telah diuraikan di atas.Apabila penolakan didasarkan

pada alasan lain yang dapat disebut dibawah ini.

a) Karena sedang mengajukan surat keberatan

b) Sengaja menolak dengan alasan yang tidak jelas

Maka terhadap hal-hal yang demikian, Jurusita Pajak tetap

melaksanakan Surat Paksa tersebut dengan menyerahkan salinan

Surat Paksa kepada yang bersangutan. Dan apabila Penanggung

Pajak atau wakilnya tetap menolak maka salinan Surat Paksa

tersebut dapat ditinggalkan saja pada tempat kediaman atau tempat

Surat Paksa dianggap telah diberitahukan.

7) Surat Paksa tidak dapat disampaikan

Apabila karena satu dan lain hal Surat Paksa tidak dapat

disampaikan kepada Penaggung Pajak yang bersangkutan maka

Jurusita harus membuat laporan tertulis mengenai sebab-sebab

tidak dapat disampaikannya Surat Paksa , dan usaha apa yang telah

dilakukannya. Perlu ditambahkan,Jurusita terlebih dahulu harus

menghubungi camat/lurah setempat untuk meminta keterangan

(13)

masih bertempat tinggal di alamatnya maka Surat Paksa harus

diserahkan kepada Camat/Lurah yang bersangkutan. Kalau Wajib

Pajak sudah pindah dan tidak diketahui alamatnya yang baru maka

laporan Jurusita sedapat mungkin dilengkapi dengan keterangan

Camat/Lurah setempat. Dalam hal demikian Surat Paksa dapat

ditempelkan pada pintu utama Kantor Pelayanan Pajak. Dengan

penempelan ini Surat Paksa dianggap telah diberitahukan kepada

Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

8) Wajib Pajak/Penanggung Pajak bertempat tinggal di wilayah KPP

lain .

Apabila hal ini terjadi di dalam kota, maka Jurusita Pajak dari KPP

yang mengeluarkan Surat Paksa, dapat melaksanakan

penyampaian salinan Surat Paksa tersebut kepada Wajib

Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan, dengan terlebih

dahulu melapor kepada Kepala KPP di Wilayah Wajib

Pajak/Penanggung Pajak tersebut bertempat tinggal. Apabila hal

ini terjadi di KPP yang berlainan kota, maka Kepala KPP yang

berwenang dapat mengeluarkan Surat Paksa untuk meminta

bantuan kepada Kepala KPP dimana Wajib Pajak/Penanggung

Pajak bertempat tinggal.

d) Pemberitahuan Surat Paksa kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang

telah meninggal dunia.

Mengenai hal ini, ketentuan pada pasal 6 ayat (2) huruf d Undang-Undang

(14)

1) pemberitahuan Surat Paksa diserahkan kepada pihak–pihak sebagai

berikut ini:

a. Salah seorang dari ahli waris Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

b. Pelaksana surat wasiat.

c. Seseorang yang diberi kuasa atas warisan Wajib

Pajak/Penanggung Pajak tersebut.

2) Bagi Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang telah meninggal dunia telah

lewat 6 bulan , maka Surat Paksa harus dibuat atas nama para ahli

waris. Tiap orang ahli waris dikenakan Surat Paksa sendiri-sendiri dan

besarnya menurut perbandingan bagiannya masing-masing.

e) Biaya Penyampaian Surat Paksa

1) Jumlah Biaya

Menurut Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-01/PJ.

75/1994 tanggal 14 Januari 1994 besarnya biaya penyampaian Surat

Paksa adalah sebagai berikut ini:

Biaya Harian Jurusita = 10.000,00

Biaya Perjalanan = 15.000,00

Jumlah = 25.000,00

2) Apabila Jurusita Pajak telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka ia berhak sepenuhnya

menerima biaya penagihan.

f) Surat Paksa yang telah dilaksanakan kepada Kasubsi Penagihan disertai

Laporan Pelaksanaan Surat Paksa dan diteruskan kepada Kepala Seksi

Penagihan untuk ditandatangani, selanjutnya dimasukkan dalam Berkas

(15)

terlebih dahulu dicatat tanggal pelaksanaan Surat Paksa dalam Buku

Register Pengawasan Penagihan, Buku Register Tindakan Penagihan,

Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak dan pada tindakan

STP/SKPKB/SKPKB/SK. Pembetulan SK. Keberatan / Putusan Banding

yang bersangkutan.

g) Laporan Pelaksanaan Surat Paksa

1) Laporan Pelaksanaan Surat Paksa dibuat oleh Jurusita yang

melaksanakan penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut.

2) Laporan Pelaksanaan Surat Paksa harus memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

a) Pengajuan Penyelesaian surat keberatan.

b) Jenis,letak,dan taksiran harga dari obyek sita.

c) Dalam kesan dan usul, hendaknya Wajib Pajak/Penanggung

Pajak dilaporkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

3) Apabila Jurusita tidak dapat melaksanakan Surat Paksa secara

langsung,maka harus dibuat laporan secara tertulis mengenai

sebab-sebab tidak dapat dilaksanakannya Surat Paksa dan

usaha Jurusita dalam upaya melaksanakan Surat Paksa.

2) Pengeluaran Surat Perintah Melakukan Penyitaan

a) Apabila setelah lampau dua kali dua puluh empat jam setelah tanggal

Pemberitahuan Surat Paksa Wajib Pajak/Penanggung Pajak masih

belum melunasi utang pajaknya, maka dapat dilakukan penyitaan

terhadap harta kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak oleh Kepala

(16)

b) Sebelum melaksanakan penyitaan terhadap kekayaan Wajib

Pajak/Penanggung Pajak atau aktiva milik perusahaan, maka jurusita

hendaknya mengumpulkan dan mempelajari data mengenai harta

kekayaan atau aktiva yang akan disita.

Data mengenai harta kekayaan yang akan disita dapat diperoleh dari

dokumen-dokumen sebagai berikut .

a) Surat Pemberitahuan

b) Laporan Keuangan Wajib Pajak (Neraca dan Daftar

Laba/Rugi)

c) Laporan Pemeriksaan Pajak

d) Laporan Pelaksanaan Surat Paksa

c) Ketentuan-Ketentuan dalam melaksanakan sita dapat dijelaskan

sebagai berikut ini:

1) Syarat Sita dilakukan bersama-sama dengan 2 orang saksi yang

telah memenuhi syarat menjadi saksi.

2) Pertama-tama disita barang bergerak, jika jumlah nilai barang

bergerak tidak mencukupi, maka dapat diteruskan dengan menyita

barang tidak bergerak sampai nilai sejumlah utang pajak serta biaya

pelaksanaanya tercukupi.

3) Dibuat Berita Acara Sita (BAS)

d) Dalam hal pembuatan Berita Acara Sita, harus memperhatikan hal-hal

(17)

a) BAS harus dibuat secara jelas,benar dan lengkap

b) Pencantuman taksiran harga barang dimaksudkan untuk

membatasi sampai jumlah berapa penyitaan itu dilakukan. Taksiran

harga berdasarkan harga pasar yang wajar

c) Mencantumkan sebab-sebab tidak dapat dilakukannya

penyitaan

d) Mencantumkan nama para saksi,pekerjaan dan alamat tempat

tinggal saksi dalam Berita Acara serta salinan-salinannya.

e) Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak hadir pada saat pelaksanaan sita

Dalam hal penyitaan tanpa hadirnya Wajib Pajak/Penanggung Pajak,

dapat dilaksanakan dengan catatan salah satu saksi haruslah Kepala

Daerah Setempat(Camat atau paling tidak Kepala Desa)

f) Biaya Penyitaan

a) Jumlah Biaya Penyitaan

Memuat Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak

Nomor:Kep-01/PJ.75/1995 Tanggal 14 Januari 1994 besarnya biaya penyitaan

adalah sebagai berikut ini.

Biaya Harian Jurusita =20.000,00

Biaya Harian Saksi Pertama =15,000,00

Biaya Harian Saksi Kedua =15.000,00

Biaya Perjalanan =25.000,00

Jumlah Rp.75.000,00

b) Apabila seseorang Jurusita telah melaksanakan tugasnya sesuai

dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku,maka Jurusita berhak

(18)

piutang pajak dan biaya penagihannya telah dilunasi oleh Wajib

Pajak/Penanggung Pajak atau belum.

g) Pengeluaran Pencabutan Sita

Apabila Wajib Pajak atau Penanggung Pajak sudah melunasi utang

pajaknya sebelum permintaan penetapan tanggal pelelangan diajukan,

maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus mengeluarkan Surat

Pencabutan Sita.

h) Pengeluaran Permintaan Jadwal Waktu dan Tempat Pelelangan

Jika setelah lampau 14 hari sejak tanggal Pelaksanaan Surat Perintah

Melakukan Penyitaan, Wajib Pajak/Penanggung Pajak belum juga

melunasi utang pajaknya, maka Kepala KPP mengajukan permintaan

penetapan tanggal dan tempat pelelangan kepada kantor Lelang Negara

setempat.

i) Pengeluaran Surat Pemberitahuan Akan Dilakukan Pelelangan atau

Kesempatan Terakhir setelah mendapat kepastian tanggal dan tempat

pelaksanaan pelelangan, maka Jurusita memberitahukan hal tersebut

kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dengan segera, dan secara

tertulis.Jurusita menyampaikan Surat Pemberitahuan Akan Dilakukan

Pelelangan atau Kesempatan terakhir kepada Wajib Pajak/Penanggung

Pajak.

j) Lelang

Apabila Surat Pemberitahuan akan dilakukan pelelangan atau

kesempatan terakhir telah diberikan kepada Wajib Pajak/Penanggung

(19)

pelelangan atas barang-barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak

yang telah disita`

k) Persiapan untuk mengadakan lelang

Dalam pelaksanaan pelelangan Jurusita harus mempersiapkan hal-hal

yang dapat disebutkan sebagai berikut ini.

1) Menyiapkan Berkas-Berkas Penagihan yng dapat disebutkan sebagai

berikut ini:

a) Surat Teguran

b) Surat Paksa

c) Laporan Surat Paksa

d) Surat Perintah Melakukan Penyitaan

e) Berita Acara Pelaksannan Sita

f) Pemberitahuan Penyitaan Barang Tidak Bergerak Atas Nama

WP/PP

g) Permintaan Jadwal Waktu dan tempat pelelangan

h) Surat Pemberitahuan akan Dilakukan Pelelangan Atau

Kesempatan Terakhir

i) Bukti-bukti pemilikan dari barang-barang yang disita

l) Mengadakan Pengumuman Lelang

Setelah hari,tanggal, dan jam pelelangan ditentukan , maka segera

diadakan pengumuman lelang.Tahapan-tahapan pengumuman lelang

dapat dijelaskan sebagai berikut ini. Kepada Kepala Sub Seksi

Penagihan dan Kepala Seksi Penagihan.

a Jurusita membuat konsep pengumuman lelang dan meneruskan

(20)

b Apabila pengumuman lelang sudah dimuat dalam surat

kabar/media cetak/ media elektronik/ cara yang lazim, maka

tanggal pemuatan dicatat dalam Buku Register Pengawasan

Penagihan ,Buku Register Tindakan Penagihan, dan pada

tindasan STP/SKPKB/SKPKBT Yang bersangkutan

m) Pembatalan Pengumuman Lelang

Apabila Wajib Pajak/Penangg Pajak melunasi utang-utang pajak serta

biaya pelaksanaanya sesudah pengumuman lelang dimuat di surat

kabar atau media cetak dan elektronik sebelum pelaksanaan

lelang,maka pengumuman lelang itu dibatalkan dengan memuat iklan

pembatalan lelang dalam surat kabar atau media elektronik dan

elektronik yang bersangkutan.

Pembatalan pengumuman lelang baru dapat dilakukan apabila Wajib

Pajak/Penanggung Pajak menunjukkan bukti pembayaran utang pajak

serta biaya pelaksanaanya.

n) Saat Melakukan Pelelangan

Juusita datang ketempat dimana barang-barang sitaan akan dilelang

untuk mendampingi Juru Lelang.Sebelum pelelangan dimulai Jurusita

menanyakan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak apakah utang

pajaknya akan dilunasi. Seandainya Wajib Pajak/Penanggung Pajak

dapat dan bersedia melunasi utang pajaknya, maka pelelangan

dibatalkan. Apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak dapat

melunasi utang pajaknya, maka pelelangan segera dilakukan.Pada saat

(21)

dapat menghadiri tepat pada jam yang ditentukan segera pelelangan

dimulai.

Juru lelang mengumumkan kepada calon pembeli tentang syarat-syrat

penjualan barang telah mencapai jumlah hutang pajak ditambah

dengan biaya pelaksanaanya, maka penjualan tersebut dihentikan dan

sisa barang dikembalikan dengan Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

Setelah selesai pelelangan maka Kantor Lelang Negara,Jurusita,atau

orang yang diserahi untuk menjual barang-barang sitaan,

melaporkannya kepada Kepala KPP dengan membuat laporan hasil

pelaksanaan lelang.

o) Akibat Pelelangan

Dengan telah dijualnya barang sitaan, maka hak atas

barang-barang tersebut Wajib Pajak/Penanggung Pajak kepada pembeli yang

tawarannya telah diterima. Kepada pembeli yang tawarannya telah

diterima akan diberikan surat keterangan memenuhi syarat-syarat

tersebut oleh Kantor Lelang atau orang yang ditugaskan untuk

penjualan tersebut.

C. Penyitaan

1. Pengertian Penyitaan

Sita dan lelang merupakan rangkaian tindakan penagihan pajak yang

pada umumnya berkaitan dengan kekayaan Wajib Pajak .Pelaksanaan sita

dimaksudkan mengalihkan hak penguasaan barang milik Wajib Pajak atau

kepada waktu yang telah ditentukan Wajib Pajak tidak juga membayar pajak

(22)

Menurut pasal 1 Angka 14 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang

Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir

denagn Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 ‘’Penyitaan adalah tindakan

Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak, guna dijadikan

jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan

perundang-undangan’’.Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebih lanjut setelah

batas waktu 2x24 jam sebagaimana dimaksud dalam Surat Paksa dilewati.

Artinya, apabila Penanggung Pajak/wajib pajak tetap tidak melunasi utang

pajak sebagaimana yang tercantum dalam Surat Paksa ,barulah penyitaan

dapat dilaksanakan.(Wirawan b ilyas dan Richard)

2. Dasar Hukum Penyitaan

Dasar Hukum dilaksanakan penyitaan pajak terdapat dalam;

a) Pasal 12 sampai dngan 28 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang

Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000.

b) Keputusan Mentri Keuangan No. 563/KMK.04/2000 tentang pemblokiran dan

penyitaan harta kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada Bank dalam

rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.

c) Keputusan Menteri Keuangan No.85 / KMK.03/ 2002 tentang Tata Cara

Penyitaan Kekayaan Penanggung Pajak Berupa Piutang Dalam Rangka

Penagihan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.

3. Tata Cara Pelaksanaan Penyitaan

Penyitaan dilakukaan berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan jika

Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak setelah lewat 2 x 24 jam setelah

(23)

Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak harus:

1) Memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita Pajak

2) Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan

3) Memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan

Penyitaan dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan orang yang

telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak, dan dapat

dipercayai .Setiap penyitaan Jurusita Pajak membuat Berita Acara

Pelaksanaan Sita, ditandatangani oleh Jurusita Pajak, Penanggung Pajak , dan

saksi . Dalam hal Penanggung Pajak adalah badan, maka Berita Acara

Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh pengurus, kepala perwakilan,kepala

cabang penanggung jawab, pemilik modal, dan atau pegawai tetap perusahaan.

Penyitaan dapat dilakukan meskipun Penanggung Pajak tidak hadir asalkan

ada salah seorang saksi dari Pemda , Berita Acara Pelaksanaan Sita

ditandatangani oleh Penaggung Pajak dan saksi-saksi. Berita Acara

Pelaksanaan Sita tetap sah jika Penanggung Pajak menolak menandatangani

Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita tempelkan pada barang yang disita atau

barang yang disita berada ditempat umum.Atas barang yang disita ditempel

segel sita.Selain itu Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita di sampaikan

kepada pihak-pihak sebagai berikut ini.

a Penanggung Pajak.

b Polisi untuk barang yang bergerak yang kepemilikannya sudah

terdaftar.

c Badan Pertahanan Nasional,untuk tanah yang kepemilikannya sudah

(24)

d Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negri setempat, untuk tanah yang

kepemilikannya belum terdaftar.

e Direktorat Jendral Perhubungn Laut untuk kapal.

4. Obyek Sita

Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang berada

di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan,atau ditempat lain

termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang

dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa;

1) Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan,uang tunai, saldo rekening

koran giro, atau bentuk lainnya,piutang, dan penyertaan modal pada

perusahaan lain

2) Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal dengan isi

kotor tertentu.(MARDIASMO)

Penyitaan terhadap Penanggung Pajak badan dapat dilaksanaakn terhadap

barang miik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang,

penaggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan yang

bersangkutan, ditempat tinggal mereka maupun ditempat lain.

Penyitaan dilakukan sampai dengan barang yang disita diperkirakan cukup

oleh Jurusita Pajak untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.

5. Pengecualian Obyek Sita

Berikut ini adalah kekayaan Penanggung Pajak yang dikecualikan dari Obyek

sita.

1) Persediaan makan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta

(25)

2) Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh

dari Negara.

3) Buku-buku yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung

Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan , kebudayaan,

dan keilmuan.

4) Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk

melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah

seluruhnya tidak lebih dari Rp 20.000.000,00.

5) Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penaggung Pajak dan

keluarga yang menjadi tanggungannya.

Barang yang telah disita dititipkan kepada Penaggung Pajak, kecuali

apabila barang dimaksud menurut Jurusita Pajak perlu disimpan di

Kantor Pejabat atau ditempat lain. (MARDIASMO)

6. Penyitaan Tambahan

Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila terdapat keadaan sebagai

berikut ini:

1) Nilai barang yang disita sebagaiman dimaksud dalam pasal 14 ayat 1

nilainya tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang

pajak.

2) Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya

penagihan pajak dan utang pajak

7. Pencabutan Sita

Pencabutan sita dilaksanakan apabila Penanggung Pajak telah melunasi biaya

(26)

Putusan Badan Peradilan Pajak atau diterapakan lain denagn Keputusan

Kepala Daerah.

D. Peranan Jurusita Pajak Dalam Menyelesaikan Utang Pajak

Dalam menyelesaikan Utang Pajak, Pihak Direktorat Jenderal Pajak mengandalkan peran

Jurusita dalam melaksanakan Penagihan Pajak dalam menyelesaikan Utang Pajak antara

lain:

1) Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus.

Pasal 1 Angka(11) UU PPSP menyebutkan :’’Penagihan Seketika dan Sekaligus

adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada

Penangggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi

seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak,dan Tahun Pajak’’.

Ketentuan lain yang mengatur mengenai Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah

Pasal 20 UU KUP:

- Atas jumlah pajak yang masih harus dibayar, yang berdasarkan Surat Tagihan

Pajak Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan

Keberatan , Putusan Banding, serta Keputusan Peninjauan Kembali yang

menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, yang tidak

dibayar oleh Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu sebagai mana

dimaksud dalam Pasl 9 Ayat (3) atau Ayat (3A) dilaksanakan penagihan Pajak

dengan Surat Paksa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan..

- Jurusita Pajak mendapat informasi atau menemukan bukti yang akurat. Perihal

(27)

a. Penanggung Pajak akan meniggalkan Indonesia untuk selamanya atau

berniat untuk itu

b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau

yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan

perusahaan atau pekrjaan yang dilakukannya di Indonesia

c. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan

badan usaha atau menggabungkan atau memekarkan usaha atau

memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya

atau melakukan perubahan bentuk lainnya.

d. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara atau

e. Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau

terdapat tanda-tanda kepailitan.

Setelah Jurusita Pajak mengetahui , mendapat informasi ,atau menemukan

bukti seperti yang disebutkan diatas maka jurusita pajak segera membuat konsep surat

perintah penagihan pajak seketika dan sekaligus tanpa menunggu tanggal jatuh tempo

pembayaran, penerbitan surat teguran ataupum penerbitan surat paksa lalu

menyampaikan kepada kepala seksi penagihan.Setelah diteliti diserahkan kepada

kepala Kantor Pelayanan Pajak dan setelah diteliti juga, dikembalikan kepada pihak

Jurusita Pajak.

Jurusita Pajak menatausahakan dan menyampaikan surat perintah penagihan

pajak seketika dan sekaligus kepada penanggung pajak untuk segera melunasi

tunggakan pajaknya sebelum melakukan perbuatan-perbuatan seperti diatas dan

(28)

Disini kita ketahui bahwa peran jurusita pajak adalah pencari informasi

tentang penanggung tunggakan pajak .membuat surat perintah penagihan seketika dan

sekaligus sampai surat tersebut siap disampaikan kepada penanggung pajak.

2) Memberitahukan Surat Paksa

Pengertian Surat Paksa telah diatur dalam Pasal Angka 12 UU No 19 Tahun

2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang berbunyi ‘’ Surat Paksa

adalah Surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.

Jurusita Pajak meneliti dan mencetak konsep surat paksa dan berita acara

pemberitahuan surat paksa serta menyampaikan kepada kepala seksi

penagihan.Setelah itu kepala seksi penagihan meneliti dan memaraf konsep surat

paksa dan berita acara pemberitahuan surata paksa serta menyampikan kepada kepala

kantor pelayanan pajak pratama, dan kepada kepala kantor menyetujui dan

menandatangani surat tersebut dan diberikan kepada pihak jurusita pajak ,dan pihak

jurusita pajak memberitahukan surat paksa dan berita acara pemberitahuan surat

paksa kepada wajib pajak/ penanggung pajak.

Jurusita pajak membuat sekaligus menandatangani Laporan Pelaksanaan Surat

Paksa (LPSP) dan menyampikan kepada kepala seksi penagihan.Kemudaian diteliti

dan ditandatangani dan diserahkan kembali kepada pihsk jurusita pajak untuk

diteruskan `jurusita menatausahakan lpsp dengan cara mencatat pada kartu

pengawasan serta mengarsipkan LPSP.

3) Melaksanakan penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkan Surat Paksa

Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)

Tindakan Penyitaan dilakukan paling cepat setelah jangka waktu pelunasan

(29)

Wajib Pajak atau Penanggung Pajak oleh Jurusita Pajak dengan menerbitkan Surat

Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP)

Penyitaan yang dilakukan oleh jurusita pajak ada 3 macam

- Penyitaan terhadap kekayaan penanggung pajak berupa barang bergerak

Didasarkan pada surat perintah melaksanakan penyitaan (SPMP) yang telah

diterbitkan , Jurusita pajak memperlihatkan kartu tanda pengenal jurusita pajak,

menyampaikan SPMP kepada penaggung pajak, dan memberitahukan tentang maksud

dan tujuan penyitaan. Penyitaan tetap dilakukan meskipun tidak dihadiri oleh

penanggung pajak, sepanjang ada salah seorang saksi berasal dari pemerintah daerah

setempat sekurang-kurangnya setingkat sekretaris kelurahan atau seketaris

desa.Setelah itu jurusita pajak melakukan inventarisasi dan membuat rincian tentang

barang bergerak beserta bukti kepemilikannya dalam suatu daftar yang merupakan

lampiran berita acara pelaksanaan sita, dan menandatangani berita acara pelaksanaan

sita, dan menyampaikan kepada penanggung pajak untuk ditandatangani.

Selanjutnya penanggung pajak meneliti dan menandatangani berita acara

pelaksanaan sita dan menyampaiakannya kepada saksi-saksi untuk ditandatangani.

Dalam hal penanggung pajak menolak untuk menandatangani berita acara

pelaksanaan sita, jurusita harus mencantumkan penolakan tersebut dalam berita acara

pelaksanaan sita.Setelah saksi meneliti dan menandatangani berita acara pelaksanaan

sita lalu berita acara tersebut disampaikan kepada jurusita .

Jurusita pajak menunjuk penyimpan barang sitaan didepan saksi-saksi dan

menitipkan barang sitaan.Penyimpan barang meneliti dan menandatangani berita

acara pelaksanaan sita.Setelah itu jurusita pajak membuat konsep surat pengantar

salinan berita acara pelaksanaan sita dan menyampaikannya kepada kepala seksi

(30)

Kepala seksi penagihan menerima surat pengantar salinan berita acara

pelaksanaan sita kemudian kepala seksi penagihan meneliti dan memaraf konsep surat

pengantar salinan berita acara pelaksanaan sita dan menyampaikannya kepada Kepala

Kantor Pelayanan Pajak (KPP).Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan

menandatanagani konsep surat pengantar salinan berita acara pelaksanaan

sita,kemudian jurusita meanatausahakan dan mengirimkan surat pengantar berita

acara pelaksanaan sita dan salinan berita acara pelaksanaan sita kepada penanggung

pajak dan kepolisian (untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar).

- Penyitaan terhadap kekayaan penanggung pajak berupa barang tidak bergerak

Berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan(SPMP) yang telah diterbitkan,

jurusita pajak memperlihatkan kartu tanda pengenal jurusita pajak, menyampaikan

SPMP kepada penanggung pajak, dan memberitahukan tentang maksud dan tujuan

penyitaan. Dalam hal penanggung pajak menolak menerima SPMP atau tidak hadir,

penyitaan teetap dilaksanakan dengan ketentuan ada salah satu saksi yang berasal

dari pemerintah daerah setempat, serendah-rendahnya setingkat seketaris kelurahan

atau seketaris desa.Penolakan penanggung pajak dicantumkan dalam berita

pelaksanaan sita.Jurusita meminta bantuan kepada pihak kepolisian, apabila jurusita

pajak mengalami kesulitan untuk memasuki pekarangan objek sita.

Jurusita melakukan inventarisasi dan membuat rincian tentang barang tidak bergerak

beserta kepemilikannya dalam suatu daftar yang merupakan lampiran berita acara

pelaksanaan sita, membuat dan menandatangani berita acara pelaksanaan sita serta

menyampikannya kepada penanggung pajak. Kemudian penanggung pajak meneliti

dan menandatangani berita acara pelaksanaan sita dan menyampaikannya kepada

(31)

pelaksanaan sita jurusita pajak harus mencantumkan penolakan tersebut dalam berita

acara pelaksanaan sita.

Saksi-saksi meneliti dan menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) dan

menyampikannya kepada jurusita pajak, lalu jurusita pajak menempelkan stiker sita

berdasarkan berita acara pelaksanaaan sita pada pintu masuk dan /atau tempat lain

yang dianggap diketahui oleh banyak umum mengenai penyitaan dalam barang sita

begerak tersebut.

Langkah selanjutnya jurusita pajak membuat konsep surat pengantar salinan berita

acara pelaksanaan sita dan menyampaikannya kepada Kepala seksi

penagihan.Kemudian Kepala seksi penagihan meneliti dan memaraf konsep surat

pengantar salinan berita acara pelaksanaan sita dan menyampaikannya kepada Kepala

Kantor Pelayanan Pajak(KPP).setelah Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui

konsep surat tersebut , kemudian jurusita menatausahakan dan mengirimkan salinan

berita acara pelaksanaan sita dan surat pengantarnya kepada :

a. Penanggung pajak,

b. Badan pertahanan nasional,untuk tanah kepemilikannya sudah terdaftar dan

c. Pemerintah daerah dan pengadilan negeri setemapat, untuk tanah yang

kepemilikannya belum terdaftar melalui bagian umum.Dalam hal objek sita berupa

tanah, jurusita berdasarkan surat / bukti kepemilikan, melakukan konfirmasi status

kepemilikan tanah dan /atau bangunan kepada badan pertahanan sesuai wilayah kerja

objek sita pajak.Setelah mendapat jawapan konfirmasi mengenai bukti kepemilikan

hak atas tanah/ bangunan, jurusita pajak membuat papan pengumuman mengenai

(32)

- Penyitaan terhadap kekayaan penanggung pajak berupa piutang

Jurusita pajak melaksanakan penyitaan berdasrkan SPMP yang telah diterbitkan (SOP

tata cara penerbitan SPMP) dengan terlebih dahulu memperlihatkan kartu tanda

pengenal jurusita pajak, memberitahukan tentang maksud tujuan penyitaan,dan

menyampaikan SPMP.Kemudian jurusita pajak melakukan inventarisasi dan membuat

rincian tentang jenis dan jumlah piutang yang disita dalam suatu daftar yang

merupakan lampiran berita acara pelaksanaan sita, membuat berita acara pelaksanaan

sita dan membuat berita acara persetujuan pengalihan hak, menandatangani berita

acara pelaksanaan sita dan berita acara persetujuan pengalihan hak atas dan

menyampaikannya kepada penanggung pajak.

Penanggung pajak meneliti dan menandatangani berita acara pelaksanan sita dan

berita acara persetujuan pengalihan hak dan menyampikannya kepada penanggung

pajak. Dalam hal penanggung pajak menolak untuk menandatanganinya, penyitaan

tetap dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Untuk surat perjanjian utang/piutang yang tidak diperdagangkan di bursa efek,

maka berita acara pelaksanaan sita ditandatangani oleh jurusita pajak dan dua

orang saksi dimana salah seorang saksi dari pemerintah daerah setempat

sekurang-kurangnya seketaris kelurahan atau seketaris desa.

b. Untuk surat perjanjian utang-piutang yang diperdagangkan di bursa efek , mka

berita acara pelaksanaan sita ditandatangni oleh jurusita pajak dan dua orang

saksi dimana salah seorang saksi dari badan pengawas pasar modal atau

kustodian.

Kemudian saksi-saksi menandatangani berita acara pelaksanaan sita dan berita acara

persetujuan pengalihan hak serta menyampaikannya kepada jurusita pajak.Selanjutnya

(33)

penagantar salinan berita acara pelaksanaan sita serta menyampaikannya kepada kepla

seksi penagihan.

Setelah kepala seksi penagihan menerima pengantar salinan berita acara pelaksanaan

sita kemudian kepala seksi penagihan meneliti dan memaraf konsep surat

pemberitahuan penyitaan piutang dan surat pengantar salinan berita acara pelaksanaan

sita serta menyampaikannya kepada kepala pelayanan pajak.Kepala Kantor Pelayanan

Pajak(KPP) menyetujui dan menandatangani konsep surat pemberitahuan penyitaan

piutang dan surat pengantar salinan berita acara pelaksanaan sita.Selanjutnya jurusita

pajak menatausahakan dan mengirimkan surat pengantar dan salinan berita acara

pelaksanaan sita,serta salinan berita acara persetujuan pengalihan hak kepada

penanggung pajak dan surat pemberitahuan penyitaan piutang, salinan berita acara

pelaksanaan sita,serta salinan berita acara persetujuan pengalihan hak kepada debitur

(pihak yang berkewajiban membayar utang)melalui sub bagian umum.

4) Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan.

a. Kepala seksi Penagiahn menerima izin penyanderaan dari menteri keuanagan

yang diteruskan dari Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan yang telah di

disposisi Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan menugaskan pelaksana seksi

penagihan untuk membuat konsep surat perintah penyanderaan.

b. Jurusita Pajak membuat konsep surat perintah penyanderaan dan menyampaikan

konsep surat tersebut kepada Kepala Seksi Penagihan.

c. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep surat perintah

penyanderaan dan meneruskan konsep surat tersebut kepada Kepala Kantor

Pelayan Pajak.

d. Kepala Kantor Pelayan Pajak menyetujui dan menandatanagni surat perintah

(34)

e. Jurusita Pajak setelah menerima surat perintah penyanderaan kemudian

menyampaikan surat perintah tersebut langsung kepada penanggung pajak dengan

disaksikan oleh dua (2) orang penduduk Indonesia yang telah dewasa dikenal oleh

Jurusita Pajak dan dapat diprcaya(Kepala Seksi Penagihan atau Aparat Desa/

Kelurahan),dan dibantu oleh minimal 2(dua) orang anggota kepolisian.

f. Dalam hal penanggung pajak yang akan disandra tidak dapat

ditemukan,bersembunyi atau melarikan diri, Jurusita Pajak melalui Kepala Kantor

Pelayanan Pajak(KPP) atau atasannya,dapat meminta bantuan kepolisian atau

kejaksaan untuk menghadirkan penanggung pajak yang tidak dapat ditemukan

tersebut dengan membuat konsep surat permintaan bantuan pelaksanaan

penyanderaan dan menyampaikannya kepada kepala seksi penagihan.

g. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep surat permintaan bantuan

pelaksanaan penyanderaan dan menyampaikannya kepada Kepala Kantor

Pelayanan Pajak(KPP)

h. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) menyetujui dan menandatangani surat

permintaan bantuan pelaksanaan penyanderaan.

i. Jurusita Pajak menatausahakan dan menyampaikan surat permintaan bantuan

pelaksanaan penyanderaan kepolisian atau kejaksaan melalui sub bagiaan umum.

j. Dalam hal penanggung pajk yang disandra menolak untuk menerima surat

perintah penyanderaan, Jurusita pajak meninggalkan surat perintah penyanderaan

dimaksud ditempat kedudukan penaggung pajak(tempat tinggal atau tempat

bekerja) dan mencatatnya dalam berita acara penyampaian surat perintah

penyanderaan bahwa penanggung pajak tidak mau menerima surat perintah

penyanderaan, dan surat perintah penyanderaan dianggap telah diterima ,serta sah

(35)

k. Jurusita Pajak Menyampaikan salinan surat perintah penyanderaan kepada kepala

rumah tahanan negara dan menitipkan penaggung pajak yang disandra dirumah

tahanan negara,serta membuat berita acara penitipan penyanderaan dan berita

acara pelaksanaan penyanderaan yang ditandatangani oleh jurusita pajak, kepala

rumah tahanan negara dan saksi-saksi

l. Jurusita pajak menatausahakan dokumen terkait dan menyampaikan salinan berita

acara pelaksanaan penyanderaan kepada:

a) Kepala Rumah Tahanan Negara

b) Penaggung Pajak yang disandera

c) Bupati/Walikota Kepala Daerah dimana penaggung pajak yang disandra

bertempt tinggal (sesuai KTP/Paspor), melalui sub bagian umum.

Penyanderaan adalah Pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung

Pajak dengan menempatkannya ditempat tertentu.Penyanderaan hanya dapat

dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang tidak melunasi utang pajak setelah lewat

jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan

kepada Penaggung Pajak.

Penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penaggung pajak yang

mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya Rp 100.000.000 (sertus juta rupiah) dan

(36)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI A. Tahapan Tindakan Pelaksanaan Penagihan Pajak

Berikut ini adalah tahapan tindakan pelaksanaan penagihan pajak

1 Penagihan Pasif

a) Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) dan Surat Ketetapan Pajak.

Salah satunya kewajiban Wajib Pajak/Penanggung Pajak adalah melaporkan

kewajiban perpajakannya setiap tahun dengan menggunakan Surat Pemberitahuan

Pajak. Apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak telah menghitung, menyetor, dan

melaporkan pajaknya dengan benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang berlaku, maka kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak

dikeluarkan Surat Teguran Pajak dan Ketetapan Pajak.

Berikut ini adalah tiga setatus atau keadaan Surat Tagihan Pajak (SPT) yang

dilaporkan oleh Wajib Pajak.

1) Lebih bayar, yaitu apabila kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak

yang terutang.

2) Kurang bayar,yaitu apabila kredit pajak lebih kecil dari pada jumlah pajak

yang terutang.

3) Nihil,yaitu apabila kredit pajak sama dengan jumlah pajak terutang.

Untuk memberikan kepastian hukum dari status SPT seperti diatas,maka perlu

adanya pemeriksaan.Hasil dari pemeriksaan tersebut adalah diterbitkannya

atau dikeluarkannya SKP sebagai berikut ini

1) SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar)

2) SKPKBT(Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan)

3) SKPLB(Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar)

(37)

4) STP(Surat Tagihan Pajak)

Tindakan Pelaksanaan penagihan aktif dilakukan apabila jumlah pajak

yang terutang seperti yang tercantum dalam STP,dan SKP tidak atau

Kurang Bayar setelah jatuh tempo. Tindakan penagihan aktif diawali

denagn dikeluarkannya Surat Teguran.

2 Penagihan Aktif

Berikut ini adalah tahapan tindakan pelaksanaan penagihan aktif.

a) Penerimaan Daftar Pengantar Penetapan dan Lampirannya

Daftar Pengantar Penetapan dan Lampirannya(STP,SKPKB.dan SKPKBT) yang

diterima oleh Kasubsi Penagihan dari Kepala Seksi Penagihan, kemudian diteliti

dan dicocokkan kebenaran angka-angkanya.Jika setelah diteliti ternyata benar dan

cocok, maka Daftar Pengantar Penetapan beserta lampirannya diteruskan kepada

Petugas Pemegang Buku Register Pengawasan Penagihan untuk dicatat pada

Buku Register tersebut.

Daftar Pengantar Penetapan beserta lampirannya diterima kembali dari Petugas

Pemegang Buku Register Pengawasan Penagihan dan diteruskan ke Sub Seksi

Tata Usaha Piutang Pajak.

b) Penerimaan Daftar Pengantar Keputusan Pembetulan, SK,Keberatan,Putusan

Banding, dan Lampirannya.

Daftar Pengantar Surat Keputusan Pembetulan SK Keberatan, Putusan Banding,

dan SK Pembetulan , SK Keberatan, Putusan Bandingnya termasuk SK

Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan lebih bayar yang

diterima oleh Kasubsi Penagihan dari Kepala Seksi Penagihan kemudian diteliti

dan dicocokkan kebenaran angka-angkanya. Jika setelah diteliti ternyata cocok

(38)

dan lampirannya diteruskan kepada Petugas Pemegang Buku Register

Pengawasan Penagihan untuk dicatat pada Buku Register tersebut.

Daftar Pengantar Keputusan Pembetulan, Keberatan, Putusan Banding dan SK

Pembetulan SK Keberatan, Putusan Bandingnya termasuk SK Pembetulan , SK

Keberatan Putusan Banding yang menyebabkan lebih bayar diterima kembali dari

Petugas Pemegang Buku Ekspedisi kepda Kepala Sub Seksi Tata Usaha Piutang

Pajak.

c) Penerimaan SK Angsuran, SK Penundaan , dan SK Penolakan Angsuran atau

Penundaan Pembayaran Pajak.

SK Angsuran Pembayaran Pajak,SK Penundaan Pembayaran Pajak dan SK

Penolakan atas permohonan Angsuran atau Penundaan Pembayaran Pajak yang

diterima oleh Kasubsi Penagihan dari Sub Seksi Tata Usaha Piutang Pajak diteliti

kebenarannya. Jika sudah diteliti tenyata cocok , maka SK Angsuran Pembayaran

Pajak dan SK Penundaan Pembayaran Pajak diteruskan dengan Buku Ekspedisi

kepada Petugas Pemegang Buku Register Pengawasan Angsuran dan Penundaan

Pembayaran. SK Penolakan atas Permohonan Angsuran atau Penundaan

Pembayaran Pajak diteruskaan kepada Petugas Pemegang Buku Register

Pengawasan Penagihan untuk di catat pada masing-masing Buku Register tersebut

dan selanjutnya disimpan kedalam Berkas Penagihan.

d) Penerimaan Daftar Pengantar Keputusan Penghapusan dan lampirannya.

Daftar Pengantar Keputusan Penghapusan beserta Petikan Salinan Surat

Keputusan Mentri Keuangan tentang Penghapusan Piutang Pajak per Wajib Pajak

dan Daftar Lampiran Surat Keputusan Menteri Keuangan diterima dari Kepala

(39)

Daftar Pengantar Keputusan Penghapusan beserta lampirannya diteruskan kepada

Petugas Pemegang Buku Register Pengawasan Penagihan untuk dicatat pada

Buku Register tersebut dan satu petikan pada Petugas Pemegang Berkas

Penagihan untuk disimpan.

Daftar Pengantar Keputusan Penghapusan beserta lampirannya diterima kembali

dari Petugas Pemegang Buku Register Pengawasan Penagihan dan diteruskan

dengan Buku Ekspedisi kepada Kepala Kantor Sub Seksi Tata Usaha Piutang

Pajak

e) Penerimaan Surat Setoran Pajak

Surat Setoran Pajak dan Bukti Pbk untuk STP, SKPKB, SKPKBT, SK

Pembetulan , SK Keberatan , dan Putusan Banding serta pembayaran bunga

penagihan yang dihitung sendiri dan SPS nya, yang diterima oleh Kasubsi

Penagihan dari Kepala Seksi Penagihan, kemudian dicocokkan kebenaran

angka-angkanya serta jumlah SSP yang tercantum pada SPS dan SHR nya. Jika setelah

diteliti ternyata cocok, maka SSP beserta bukti Pbk, SHR,SPS nya diteruskan

kepada Petugas Pemegang Buku Register Pengawasan Penagihan untuk dicatat

pada Buku Register tersebut tanpa merubah susuanannya.

SSP,Bukti Pbk, dan SPS nya diterima kembali dari Petugas Pemegang Buku

Register Pengawasan Penagihan dan diteruskan dengan Buku Ekspedisi yang

kolomnya memuat No.SSP, Jumlah uangnya kepada Kepala Sub Seksi Tata Usaha

Piutang Pajak.

f) Penerimaan Daftar Piutang Pajak yang diperkirakan tidak dapat atau tidak

mungkin ditagih lagi.

Lembar ke-1 yang diterima oleh Kasubsi Penagih dari Kepala Seksi Penagihan

(40)

Perintah Penelitian Setempat diperiksa oleh jurusita. Laporan Hasil Penelitian

Setempat yang diterima oleh Kasubsi Penagihan dari Jurusita Pajak diteliti dan di

paraf, kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan untuk diteliti dan

ditandatangani dan selanjutnya disampaikan kepada Kepala KPP untuk disetujui

dengan membubuhkan tanda tangan.

g) Penerimaan Surat Setoran Pajak (dari Wajib Pajak)

SSP dan bukti Pbk untuk pembayaran STP, SKPKB, dan SKPKBT yang diterima

dari Wajib Pajak kemudian diteliti dan diteruskan kepada Petugas Pembuat

Berkas Penagihan untuk disimpan dalam Berkas Penagihan yang bersangkutan.

3 Kegiatan Penagihan

Berikut ini adalah kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam tahapan tindakan

penagihan.

a) Surat Teguran

Surat Teguran yang diterima Seksi Penagihan dari Petugas Pemegang Buku

Regiter Pengawasan Penagihan diteliti dan diparaf, kemudian diteruskan

kepada Kepala Seksi Penagihan untuk ditandatangani.

b) Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus

Surat Perintah Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus dibuat dan diparaf,

kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan untuk diteliti dan

diparaf,selanjutnya disampaikan kepada Kepala KPP untuk ditandatangani.

c) Surat Paksa

Surat Paksa yang diterima Kasubsi Penagihan dari Jurusita diteliti dan diparaf,

kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan untuk diteliti dan

(41)

d) Laporan Pelaksanaan Surat Paksa

Laporan Pelaksanaan Surat Paksa yang diterima oleh Kasubsi Penagihan dari

Jurusita diteliti dan diparaf, kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi

Penagihan.

e) Tanda Terima Biaya Penagihan Pajak Negara oleh Jurusita diajukan kepada

Kasubsi Penagihan.

f) Tanda Terima Biaya Pelaksanaan Surat Paksa atau Pelaksanaan Penyitaaan

Tanda Terima Biaya Pelaksanaan Surat Paksa atau Pelaksanaan Penyitaan

yang diterima oleh Kasubsi Penagihan dari Jurusita diteliti kemudian

diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan.

g) Surat Perintah Melakukan Penyitaan

Surat Perintah Melakukan Penyitaan yang diterima oleh

Kasubsi Penagihan dari Jurusita diteliti dan diparaf, kemudian diteruskan

kepada Kepala KPP untuk ditandatangani.

h) Berita Acara Pelaksanaan Sita

Berita Acara Pelaksanaan Sita yang diterima oleh Kasubsi Penagihan dari

Jurusita diteliti,kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan untuk

disimpan dalam Berkas Penagihan.

i) Surat Pencabutan Sita

Surat Pencabutan Sita yang diterima oleh Kasubsi Penagihan dari Jurusita

diteliti dan diparaf,kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan untuk

diteliti dan diparaf, selanjutnya di sampaikan kepada kepada Kepala KPP

untuk ditandatangani.

(42)

Surat Pemberitahuan Penyitaan Barang Tidak Gerak Atas Nama Wajib Pajak

atau Penanggung Pajak yang diterima oleh Kasubsi Penagihan dari Jurusita

diteliti dan diparaf,kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan untuk

diteliti dan diparaf, selanjutnya disampaikan kepada Kepala KPP untuk

ditandatangani.

k) Surat Pemberitahuan Akan Dilakukan Pelelangan atau Kesempatan Terakhir

Surat Pemberitahuan Akan Dilakukan Pelelangan atau

Kesempatan Terakhir kepada WP/PP yang diterima oleh Kasubsi Penagihan

dari Jurusita diteliti dan diparaf,kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi

Penagihan untuk diteliti dan diparaf, selanjutnya disampaikan kepada Kepala

KPP untuk ditandatangani.

l) Surat Permintaan Jadwal Waktu dan Tempat Pelelangan

Surat Permintaan Jadwal Waktu dan Tempat Pelelangan yang diterima oleh

Kasubsi Penagihan dari Jurusita diteliti dan diparaf,kemudian diteruskan

kepada Kepala Seksi Penagihan untuk diteliti dan diparaf, selanjutnya

disampaikan kepada Kepala KPP untuk ditandatangani

m) Pengumuman Lelang

Pengumuman Lelang yang diterima oleh Kasubsi Penagihan dari Jurusita

diteliti dan diparaf,kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan untuk

diteliti dan diparaf, selanjutnya disampaikan kepada Kepala KPP untuk

ditandatangani yang selanjutnya diumumkan melalui media masa.

n) Pembatalan Lelang

Pembatalan Lelang yang diterima oleh Kasubsi Penagihan dari Jurusita diteliti

(43)

dan diparaf, selanjutnya disampaikan kepada Kepala KPP untuk

ditandatangani.

o) Laporan Hasil Pelaksanaan Lelang

Laporan Hasil Pelaksanaan Lelang yang diterima oleh Kasubsi Penagihan dari

Jurusita diteliti dan diparaf,kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi

Penagihan untuk diteliti dan diparaf, selanjutnya disampaikan kepada Kepala

KPP untuk ditandatangani

4 Pembuatan Laporan Pelaksanaan Penagihan

Laporan Pelaksanaan Penagihan Lelang yang diterima oleh Kasubsi Penagihan dari

Jurusita diteliti dan diparaf,kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan

untuk diteliti dan diparaf, selanjutnya disampaikan kepada Kepala KPP untuk

ditandatangani.

5 Pengawasan Pelaksanaan Tugas

Berikut Ini adalah pengelolaan Sub Seksi Penagihan dalam rangka pengawasan

pelaksanaan tugas.

a. Mengawasi secara langsung kelancaran arus dokumen penagihan.

b. Mengawasi secara langsung pelaksanaan tugas dan hasil pelaksanaan tugas

yang dikerjakan oleh Pemegang Buku Register Pengawasan Penagihan,

Jurusita dan Petugas Pemegang Buku Register Pengawasan Angsuran atau

Penundaan Pembayaran Pajak

c. Mengadakan koordinasi yang baik dengan Kepala Seksi Tata Usaha Piutang

Pajak untuk kelancaran tugas-tugas Sub Seksi Penagihan.

6 Tugas Lain-lain

(44)

B. Keefektifan Pelaksanaan Tugas Jurusita Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

Data Pelaksanaan ST,SP,SPMP,Lelang yang Diterbitkan

No Kegiatan Jumlah/Tahun

2012 2013

1 ST 3442 1845

2 SP 2758 4803

3 SPMP 5 6

4 Lelang - -

Keterangan =Tidak adanya data lelang dikarenakan semua utang pajak dapat tertagih

sehingga tidak terjadi pelelangan.

Target dan Realisasi Tunggakan Pajak

Tahun

Anggaran

Target Realisasi Presentase

2011/2012 18.551.264.645 2.948.380.493 16%

2012/2013 4.555.944.579 3.764.613.546 83%

(45)

- Pelaksanaan ST tahun 2011 dibandingkan Tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar

238%. Hal ini dikarenakan STP yang belum dilunasi setelah tanggal jatuh

tempo.Sedangkan pada Tahun 2012 dibandingkan Tahun 2013 turun sebesar 46%.

Penurunan tersebut dikarenakan semakin banyaknya STP yang sudah dilunasi setelah

jatuh tempo.

- Pelaksanaan SP Tahun 2011 dibanding Tahun 2012 naik sebesar 136%.hal ini

dikarenakan semakin banyak nya STP yang belum dilunasi setelah tanggal jatuh

tempo dan setelah dikeluarkannya ST

- Dan pada Tahun 2012 dibanding 2013 juga mengalami kenaikan sebesar 74%.Hal ini

dikarenakan semakin banyak STP yang belum dilunasi setelah tanggal jatuh tempo

dan setelah diterbitkannya ST.

- Pelaksanaan SPMP Tahun 2011 dibanding 2012 mengalami kenaikan sebesar67%

dan pada Tahun 2012 diabanding Tahun 2013 mengalami kenaikan 20%.

Peningkatan ini sebanding dengan jumlah SP yang meningkat. Hal ini dikarenakan

makin kurangnya kesadaran Wajib Pajak akan kewajiban Perpajakannya

Realisasi pencairan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur

pada tahun 2013 tidak mampu melampaui target yang ditetapkan.Akan tetapi kenaikan

pencairan tunggakan di Tahun 2013 dibandingkan pencairan 2012 sangatlah pesat walaupun

belum melampaui target.Sehingga masih dapat dikatakan cukup efektif.

C. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Oleh Jurusita Pajak Dalam Menyelesaikan Utang Pajak

Seperti kita ketahui bahwa tugas yang dibeban oleh Jurusita pajak merupakan tugas yang

(46)

wajib pajak, yang tentu saja mempunyai berbagai perangai dalam memenuhi utang

pajaknya.

Pada dasarnya tugas jurusita pajak diawali dengan mempersiapkan dan mempelajari

dokumen-dokumen yang dibutuhkan (Kartu Identitas Jurusita Pajak, SP/SPMP/, dan

data-data wajib pajak , daftar aktiva wajib pajak yang akan dijadikan jaminan utangnya dan

dokumen-dokumen terkait lainnya).Lalu Jurusita Pajak mendatangani tempat tinggal

wajib pajak , apabila ia dapat bertemu langsung dengan wajib pajak , maka ia harus

mengemukakan maksud kedatangnnya. Untuk memastikan apakah tunggakan wajib pajak

telah sesuai dengan tunggakan yang tertera dalam surat tugasnya maka Jurusita Pajak

meminta kepada wajib pajak untuk memperlihatkan SKP (SKPKB/SKPKBT) atau juga

SK. Pengurangan dan dokumen-dokumen terkait lainnya (apabila ada).Apabila tunggakan

dimaksud telah sesuai , maka Jurusita Pajak memberitahukan SP atau melaksanakan

SPMP dengan mencatat barang-barang wajib pajak sebagai jaminan utang pajaknya. Dan

kemudian ia dapat menempeli barang-barang tersebut dengan segel penyitaan (untuk

SPMP). Kemudian apabila wajib pajak masih belum melunasi utang pajaknya, maka

Jurusita Pajak mempersiapkan dokumen-dokumen lelang dan menghubungi instansi yang

berwenang untuk melaksanakan pelelangan. Dalam melaksanakan tahapan-tahapan

tugasnya tidak jarang Jurusita Pajak menjumpai berbagai kendala,baik yang datangnya

dari wajib pajak atau yang datang dari Jurusita Pajak atau KPP Medan Timur yang antara

lain adalah sebagai berikut:

1. WP Tidak Mengupdate Data

Banyak WP yang tidak melaporkan usahanya mengenai masih/ tidaknya usaha

itu berlangsung. Jadi seringkali Jurusita Pajak tidak dapat memberitahukan SP

atau melaksanakan SPMP karena tidak dapat menemukan wajib pajak atau

(47)

2. Ketidak jelasan Alamat WP

Ketidak jelasan WP dikarenakan WP yang tidak mengupdate data usaha

mereka, sehingga Jurusita Pajak sulit menemukan WP yang sudah pindah

lokasi .Sehingga kemudian beberapa WP juga ada memberikan alamat tidak

lengkap.

3. WP Menolak Untuk Membayar Pajak

Tidak adanya kesadaran dari WP menjadi kendala yang paling utama. WP

tidak ingin untuk membayar pajak mereka . Karena WP merasa rugi jika

penghasilan dari usahanya akan berkurang jika membayar pajak.

D. Cara-Cara Mengatasi Kendala Yang Dialami Oleh Jurusita Pajak

Ada beberapa langkah yang merupakan perwujudan dari pihak Jurusita Pajak dalam

menyelesaikan utang pajak yaitu antara lain:

a. Jurusita Pajak langsung survey kelapangan untuk mencari info yang akurat

mengenai perubahan usaha WP ataupun tentang hal-hal baru yang belum

dimiliki datanya oleh Jurusita Pajak

b. Jika WP telah pindah atau alamatnya tidak jelas sementara WP tidak bisa

dihubungi. Jurusita akan mencari informasi ke pihak ketiga contohnya kepihak

kependudukan.

c. Melakukan upaya persuasif kepada WP , contoh memberi angsuran

atau penundaan pembayaran akan tetapi jika tidak membayar juga akan

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut ini.

1) Kegiatan Penagihan Pajak dilaksanakan setelah diterbitkannya Surat

Ketetapan Pajak.Proses penagihan dimulai dengan dikeluarkannya Surat

Teguran penyampaian Surat Paksa , dilanjutkan dengan tindakan penyitaan

kemudian pengumuman lelang, dan pelaksanaan lelang.

2) Peran Jurusita Pajak dalam menyelesaikan utang pajak dengan pelaksananaan

penagihan aktif di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

sangat penting karena kegiatan pelaksanaan penagihan pajak baik melakukan

Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS), memberikan Surat

Paksa (SP), melaksanakan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP),

maupun melaksanakan penyanderaan, Jurusita menjadi pelaksana utama.

3) Tingkat pencairan tunggakan di Tahun 2013 lebih meningkat dibandingkan

tahun sebelumya.Hal ini menunjukkan meningkatnya tingkat kepatuhan Wajib

Pajak dalam melunasi utang pajaknya.Dan meningkatnya keefektifan kinerja

Jurusita Pajak dalam penagihan nya.

B. Saran

Untuk mengatasi kelemahan yang ditemukan saran dari penulis dapat dituliskan

sebagai berikut ini.

1) Perlu adanya sanksi yang tegas bagi Wajib Pajak yang tidak melaksanakan

kewajiban perpajakannya, serta melaksanakan pengawasan terhadap

kepatuhan Wajib Pajak melalui pemeriksaan Pajak.

(49)

2) Perlu dilakukan pemutakhiran(up date) data terus menerus dan mencatat setiap

perubahan/ perkembangan Wajib Pajak.

3) Perlu adanya kerjasama yang baik dengan pihak-pihak lain yang terkait,

misalnya; pihak Bank, kepolisian agar prosedur penagihan pajak dapat

(50)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA (KPP) MEDAN TIMUR

A. Sejarah Umum dan Kegiatan Operasional KPP Pratama Medan Timur

Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan, dahulu

kantor pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi

Kantor Inspeksi Keuangan, berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk

organisasinnya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia.

Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan

2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara

3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua kantor yaitu

Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk

memudahkan pelayanan pembayar pajak dari masyarakat seiring dengan pertumbuhan

ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur

(sekarang Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur). Berdasarkan Keputusan

Menteri Keuangan Republik Indonesia No.94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994,

didirikan Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur merupakan bagian dari

Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tugas pokok di bidang penerimaan negara yang

Gambar

Gambar 3.1 Struktur Organisasi

Referensi

Dokumen terkait

Analisis pemecahan masalah pada mahasiswa berpengetahuan awal matematis sedang Mahasiswa dengan tingkat pengetahuan matematis sedang mampu memahami permasalahan yang ada

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA SEKTOR KEUANGAN DAN PERDAGANGAN, JASA, & INVESTASI YANG TERDAFTAR DI PT BURSA EFEK JAKARTA SEBELUM (1994-1996) DAN SELAMA (1997-2001) KRISIS

Pembacaan tegangan solar cell tidak dapat dilakukan dikarenakan tegangan antara solar cell pada saat kondisi sudah terhubung dengan controller pengisian battery

That’s why in this study the authors will research the concept of “luxury” in the percep- tion of luxury car brands and whether it’s coun- try of origin, and the consumers

Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini adalah berupa ceramah dan penyuluhan yaitu dengan memberikan penerangan kepada masyarakat manfaat lain

Surat Kepala Kantor Urusan Agama Daerah Tingkat I Jawa Timur kepada Pengurus Gereja Kristen Tionghoa Klasis Jawa Timur, No.. Surat Penguasa Pelaksanaan Dwikora

2.3. franciscana EG-grade, INVE Aquaculture NV, Belgium cysts were decapsulated, incubated for 24 h at 28 8 C and 5‰ salinity under strong illumination and aeration, and fed for 3

The irrigation scheduling practices were: tensiometer-based with the tensiometers placed at 50% or 75% of the root-zone depth and irrigations started when tensiometer's readings