1 1.1Latar Belakang Kerja Praktek
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara disamping
penerimaan dari sumber migas dan non migas. Optimalisasi penerimaan pajak
dikarenakan semakin meningkatnya kebutuhan dana pembangunan. Pajak bagi
pemerintah tidak hanya merupakan sumber pendapatan, tetapi juga merupakan
salah satu variabel kebijaksanaan yang digunakan untuk mengatur jalannya
perekonomian. Dengan pajak pemerintah dapat mengatur alokasi
sumber-sumber ekonorni, mengatur laju inflasi, dan sebagainya. Oleh karena itu pajak
mempunyai fungsi strategis dalam suatu negara.
Dalam struktur keuangan negara, tugas dan fungsi penerimaan pajak
dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pajak di bawah Departemen Keuangan
Republik Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pepajakan, dimana Direktorat
Jenderal Pajak secara langsung bertanggung jawab kepada Departemen
Keuangan Republik Indonesia.
Dalam manjalankan tugas dan fungsi penerimaan pajak tersebut
Direktorst Jenderal Pajak memiliki beberapa Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
yang tersebar diseluruh Indonesia yang pembagiannya diatur berdasarkan
regional masing-masing daerah melalui Kantor Wilayah (Kanwil). Kantor
wilayah adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang merupakan Kantor
Pelayanan Pajak pemekaran dari Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees
(yang sekarang bernama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees)
dimana KPP Pratama Sumedang ini berada dibawah tanggung jawab dari
“Kantor Wilayah Jawa Barat I” dan Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Sumedang meliputi seluruh Kecamatan dan Kelurahan yang ada di
Kabupaten Sumedang.
Guna menunjang efisiensi kerja, KPP Pratama Sumedang membagi
Stuktur Organisasi nya kedalam beberapa bagian atau seksi, diantaranya :
Bagian Waskon I, Bagian Waskon II, Bagian Pelayanan, Bagian Penagihan,
Bagian PDI, Bagian Umum, Bagian Pemeriksaan, Kelompok Jabatan
Fungsional dan Bagian Ekstensifikasi. Semua bagian yang ada saling
mempunyai hubungan dalam menjalankan fungsinya sebagai aparat pajak.
Salah satu seksi yang berperan cukup vital adalah seksi pemeriksaan,
diseluruh KPP yang tersebar yang ada di Indonesia pasti terdapat seksi
pemeriksaan, tugas seksi pemeriksaan adalah membantu tugas Kepala Kantor
mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan,
pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan pendistribusian
Surat Perintah Pemeriksaan serta administrasi pemeriksaan perpajakan
lainnya. Dalam teknisnya, seksi atau pelaksana pemeriksaan dibantu oleh
Kelompok Jabatan Fungsional dimana Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat
Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab
bertugas melakukan pemeriksaan perpajakan terhadap Wajib Pajak di
lingkungan KPP Pratama Sumedang, dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat
Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan, sedangkan
untuk Pejabat Fungsional Penilai di KPP Pratama Sumedang sampai saat ini
belum ada.
Pemeriksaan Pajak sebelumnya telah diatur dalam UU Pasal 29 KUP
(Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan), yang nantinya kemudian akan
menjadi dasar hukum dilakukannya suatu pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
tertentu. UU Pasal 29 KUP dapat digambarkan sebagai berikut :
Dalam Pajak, Pemeriksaan dibagi kedalam 2 kriteria, yaitu
Pemeriksaan Rutin (Umum) dan Pemeriksaan Khusus (Risk Based Audit),
dimana analisis ini dapat dilakukan secara manual ataupun secara
komputerisasi. Keduanya telah diatur sesuai dengan fungsi dan tujuannya
melalui UU KUP, seperti pada gambar diatas.
Seksi pemeriksaan merupakan salah satu seksi yang berperan vital
dalam struktur KPP, sesuai dengan tujuannya, yakni :
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka
memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib
Pajak; dan
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Dengan dilakukannya pemeriksaan pajak, pemeriksa pajak dapat
mengetahui usaha-usaha kecurangan atau penghindaran bahkan upaya
penggelapan pajak yang coba dilakukan oleh para Wajib Pajak yang ada, yang
kemudian dapat diproses sesuai dengan ketentuan perpajakan serta dapat
mengetahui apakah Wajib Pajak yang bersangkutan telah menjalankan
kewajibannya sebagai Wajib Pajak dengan patuh. Selain itu, untuk mengetahui
bilamana terjadi selisih pembayaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak,
baik “Lebih Bayar” maupun ”Kurang Bayar” ataupun justru tidak ada selisih “(Nihil)”, yang artinya pembayaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak
sudah sesuai dengan PPh Terutang, yang nantinya kemudian menjadi dasar
Dengan dilakukannya pemeriksaan pajak, Aparat pajak dapat
membedakan Wajib Pajak yang patuh dan yang belum patuh, serta dapat
memberikan sanksi bagi Wajib Pajak yang melanggar Ketentuan
Undang-Undang Perpajakan, seperti Manipulasi Dividen, adanya Praktik Transfer Pricing, ataupun fenomena yang terjadi akibat adanya hubungan antara Wajib
Pajak dengan salah satu oknum aparat pajak yang biasanya bertujuan untuk
mengurangi beban administratif perpajakan Wajib Pajak tersebut, sehingga
diharapkan dapat menjadi efek jera dan kemudian tidak merugikan Negara.
Dari uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai
sistem pelaksanaan pemeriksaan yang ada pada KPP Pratama Sumedang
sebagai analisa dan objek laporan kerja praktek dengan judul “Tinjauan Atas
Pelaksanaan Sistem Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak
1.2Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Maksud dari penulis mengadakan kerja praktek ini adalah untuk
memperoleh dan mengumpulkan data atau keterangan serta informasi yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas oleh penulis yaitu :
1. Untuk mengetahui dokumen-dokumen yang digunakan oleh seksi
pemeriksaan KPP Pratama Sumedang dalam melakukan tax audit.
2. Untuk mengetahui pihak mana saja yang terkait dalam proses tax audit, baik internal entitas maupun eksternal entitas.
3. Untuk mengetahui sistem pelaksanaan pemeriksaan pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang.
1.3Kegunaan Kerja Praktek
Informasi-informasi yang berhasil dikumpulkan selama kerja praktek
ini baik yang diperoleh dari entitas yang bersangkutan maupun literatur,
diharapkan akan memberi manfaat bagi penulis, bagi instansi, serta
masyarakat secara umum.
1. Bagi Penulis
Hasil kerja prktek ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
perbandingan yang dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta
menjadi informasi dasar yang memadai tentang sistem pelaksanaan
2. Bagi Instansi
Diharapkan hasil kerja praktek ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran atau informasi serta masukan positif bagi instansi, terlebih
untuk seksi pemeriksaan agar mampu meningkatkan kinerjanya pada masa
yang akan datang.
3. Bagi pihak lainnya
Dapat menjadi tambahan referensi dan tambahan informasi mengenai
sistem pelaksanaan pemeriksaan pada KPP Pratama Sumedang, serta
menambah pengetahuan rekan mahasiswa lain yang kelak akan
membutuhkannya.
1.4Metode Kerja Praktek
Metode kerja praktek yang dilaksanakan penulis dalam penulisan
laporan kerja praktek pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang
ini adalah block release yaitu metode pelaksanaan kerja praktek dalam satu periode tertentu. Adapun teknik dalam pengumpulan data dan informasi
sebagai materi pendukung dalam penyusunan laporan ini adalah :
1. Riset Lapangan (Field Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan penulis dengan cara terjun langsung
pada objek penelitian. Penelitian lapangan yang dilakukan melelui
a. Pengamatan (Observaion)
Penulis melakukan pengamatan secara langsung dan mempelajar
kegiatan-kegatan mengenai masalah yang akan penulis bahas.
b. Wawancara (Interview)
Penulis melakukan Tanya jawab dengan para pegawai atau petugas
yang bertanggungjawab dengan perusahaan tersebut.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Yaitu Suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mempelajari, meneliti dan menelaah berbagai macam bahan bacaan
yang ada di perpustakaan baik buku-buku, diktat dan bahan-bahan lain
yang ditulis dan disusun oleh beberapa penulis yang erat hubungannya
dengan masalah yang dibahas. Juga catatan-catatan pribadi penulis
yang pernah didapat selama mengikuti perkuliahan.
1.5Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Kerja praktek ini dilakukan di KPP Pratama Sumedang pada bagian
Pemeriksaan yang bertempat di Jl. H. Ibrahim Adjie (Kiaracondong) No 372
Bandung. Waktu pelaksanaan kerja praktek selama satu bulan kerja, terhitung
dari tanggal 4 Juli 2011 sampai dengan 29 Juli 2011. Waktu kerja praktek
10
2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang
Sejarah kantor pajak di Indonesia diawali setelah Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Untuk
melaksanakan pemungutan pajak dari rakyat di wilayah pasundan, dibentuk suatu
badan yang bernama Inspeksi Keuangan untuk seluruh Kabupaten Bandung,
Bekasi, Karawang, Purwakarta, Tasikmalaya, Sumedang, Subang, Garut, Ciamis,
dan Banjar. Khusus untuk Inspeksi Keuangan Bandung bertempat tinggal di
Gedung Concordia yang sekarang dikenal dengan Gedung Merdeka yang pada
waktu itu terletak di Jalan Raya Barat sedangkan pada masa sekarang dikenal
dengan Jalan Asia Afrika Bandung.
Seiring dengan perkembangan jaman dan bertambahnya penduduk serta
berkembangnya tingkat ekonomi masyarakat, Inspeksi Keuangan Bandung
berubah namanya menjadi Inspeksi Pajak Bandung. Dengan daerah wewenangnya
meliputi daerah swantantra Tingkat II Kota Praja Bandung, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten
Ciamis yang berkedudukan di Jalan Asia Afrika No.114 Bandung. Sedangkan
untuk wilayah Kabupaten Bekasi, Karawang, dan Subang yang berkedudukan di
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 270/KMK/1989,
terhitung mulai 1 April 1989 seluruh kantor inspeksi pajak di Indonesia berganti
nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Untuk wilayah Bandung sendiri dibentuk
empat Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:
a. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur
b. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah
c. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat
d. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi
Dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, tentang Organisasi dan Tata Kerja
Direktorat Jenderal Pajak, terjadi perubahan nama dan pembagian batas wilayah
Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :
a. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur diubah namanya menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Bandung Karees
b. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat diubah namanya menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Bandung Tegallega
c. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah dipecah menjadi Kantor Pelayanan
Pajak Bandung Cibeunying dan Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonagara
d. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi diubah namanya menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Cimahi
Dalam perkembangannya kemudian, sehubungan dengan reorganisasi di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak serta dalam rangka pelaksanaan modernisasi
governance dan untuk meningkatkan penerimaan pajak serta efektivitas organisasi instansi vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, maka pada tanggal 9
Agustus 2007 ditetapkanlah keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-112/PJ./2007
yang mengatur tentang penerapan organisasi, tata kerja dan saat mulai
beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan,
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di lingkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Banten, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa
Barat I dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat II.
Dengan terbitnya keputusan Dirjen Pajak tersebut maka terhitung mulai
tanggal 28 Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang telah
menerapkan Sistem Administrasi Modern dinyatakan resmi berdiri. Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Sumedang merupakan Kantor Pelayanan Pajak
pemekaran dari Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees (yang sekarang
bernama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees). Sampai saat ini
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang berkantor di Jalan H.Ibrahim Adjie
(Kiaracondong) Nomor 372 Bandung dan masih berbagi tempat dengan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang meliputi
seluruh Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Kabupaten Sumedang.
2.2 Struktur Organisasi Instansi
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah unsur pelaksanaan Direktorat
langsung kepada Kantor Wilayah. Sebagaimana instansi-instansi lainnya, KPP
Pratama Sumedang mempunyai struktur organisasi, dimana struktur organisasi
tersebut merupakan suatu sarana untuk pembagian kerja sesuai dengan bidangnya,
sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan dan memudahkan proses kegiatan
yang dilaksanakan. Struktur organisasi KPP Pratama Sumedang sebagai berikut :
Tabel 2.1
Struktur Organisasi KPP Pratama Sumedang
Sumber : KPP Pratama Sumedang
2.3 Uraian Tugas
Dalam menjalankan tugasnya, KPP Pratama Sumedang dipimpin oleh satu
kepala kantor dan dibantu oleh seksi-seksi yang masing-masing dikepalai oleh
1. Kepala Kantor
Mempunyai tugas sebagai berikut :
- Mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan
Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya
dan PBB serta BPHTB dalam wilayah Kabupaten Sumedang
- Bertanggungjawab mengamankan penerimaan pajak di Kabupaten
Sumedang
- Melakukan pembinaan terhadap para pegawai di KPP Pratama Sumedang
2. Kepala Subbagian Umum
Membantu dan menunjang kelancaran tugas kepala kantor dalam
mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan dan kesekretariatan terutama
dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha kepegawaian, keuangan, rumah
tangga serta perlengkapan.
3. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan,
pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen
perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan
penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB, pelayanan dukungan teknis
komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan
kinerja kantor.
4. Kepala Seksi Pelayanan
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan
berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan dan
surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak,
serta kerjasama perpajakan.
5. Kepala Seksi Penagihan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan, dan angsuran
tunggakan pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak.
6. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan obyek dan subyek
pajak, penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstesifikasi perpajakan.
7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak
Lainnya), bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis
perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak,
rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan
melakukan evaluasi hasil banding serta pemberian informasi perpajakan. Di
KPP Pratama Sumedang terdapat 2 (dua) Kepala Seksi Pengawasan dan
Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah
(teritorial) tertentu.
dilakukan dengan membagi habis wilayah kerja seksi Pengawasan dan
Konsultasi berikut seluruh pengawasan pemenuhan kewajiban perpajakannya.
Untuk mempermudah pembagian wilayah kerja AR dapat digunakan Peta
Wilayah/Blok PBB dengan memperhatikan keseimbangan beban kerja.
8. Kepala Seksi Pemeriksaan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan
rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan,
penerbitan dan pendistribusian Surat Perintah Pemeriksaan serta administrasi
pemeriksaan perpajakan lainnya.
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala
KPP Pratama. Pejabat Fungsional Pemeriksa bertugas melakukan
pemeriksaan perpajakan terhadap Wajib Pajak di lingkungan KPP Pratama
Sumedang. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa
berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan. Sedangkan untuk Pejabat
2.4 Aspek Kegiatan KPP Pratama Sumedang
KPP Pratama dibentuk dengan “meleburkan” tiga jenis kantor pelayanan
yang ada sebelumnya, yakni Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Kantor Pemeriksaan Pajak (Karikpa).
Meskipun terjadi penggabungan, tugas pokok dan fungsi yang melekat pada
kantor-kantor tersebut tetap ada melalui struktur baru pada KPP Pratama yang
berbasis fungsi. Aspek – aspek kegiatan KPP Pratama Sumedang antara lain :
1. Pelayanan dengan konsep one stop service
Yang dimaksud dengan one stop service adalah semua pelayanan berbagai jenis pajak mulai dari PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung lainnya,
PBB dan BPHTB dilayani disini.
2. Pemberian informasi perpajakan
Memberikan informasi, penjelasan, penyuluhan dan asistensi perpajakan
kepada Wajib Pajak.
3. Pendaftaran Wajib Pajak untuk memperoleh NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disingkat dengan NPWP
adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
4. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha (baik orang pribadi maupun
badan) yang telah memenuhi syarat untuk melakukan pemungutan,
penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Apabila
pengusaha telah dikukuhkan menjadi PKP maka dia berkewajiban
menerbitkan Faktur Pajak dan berhak memperhitungkan PPN yang telah dia
bayar terhadap PPN yang dia pungut untuk disetorkan.
5. Perubahan data dan identitas Wajib Pajak
Perubahan data dan identitas Wajib Pajak dapat dilakukan berdasarkan
permohonan Wajib Pajak maupun secara jabatan oleh petugas apabila ada
data Wajib Pajak yang mengalami perubahan baik nama, alamat tempat
kedudukan dan atau tempat usaha, nomor telepon, jenis usaha, status badan
hukum, pergantian pengurus, serta data dan identitas Wajib Pajak lainnya.
6. Mutasi NPWP karena pindah domisili atau tempat kedudukan
Satu Wajib Pajak hanya diperbolehkan memiliki satu NPWP selama
hidupnya, atau bagi Wajib Pajak Badan selama belum dibubarkan. Wajib
Pajak tidak diperkenankan memiliki dua atau lebih NPWP. Oleh karena itu,
apabila Wajib Pajak pindah domisili atau tempat kedudukan dari wilayah
KPP lama ke wilayah KPP lainnya maka Wajib Pajak tersebut tidak perlu
membuat NPWP baru di KPP baru, cukup melakukan permohonan pindah
sehingga NPWP tidak berubah, yang berubah hanyalah KPP tempat Wajib
Pajak tersebut terdaftar dan kewajiban perpajakannya pun akan dipindahkan
7. Penghapusan NPWP
NPWP dapat dihapuskan dalam hal :
a. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak memenuhi persyaratan
subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan;
b. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena
penghentian atau penggabungan usaha;
c. Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan
menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan;
d. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang menghentikan kegiatan usahanya
di Indonesia;
Sebelum dilakukan penghapusan NPWP, maka terhadap Wajib Pajak
terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan pajak untuk menghitung kembali
pajak pajak yang telah dibayar dan apabila masih ada pajak yang masih
terutang dan belum dibayar agar dilunasi dulu sebelum kemudian NPWPnya
dihapus.
8. Pencabutan pengukuhan PKP
Apabila Pengusaha Kena Pajak yang telah dikukuhkan pada suatu waktu
ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagai PKP, maka pengusaha tersebut
dapat mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan PKP. Sebelum
pengukuhan PKP dicabut, terhadap PKP tersebut terlebih dahulu dilakukan
9. Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT Masa dan Tahunan)
Berdasarkan self assessment system, Wajib Pajak diberi kewenangan untuk
menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak-pajaknya. Sarana yang
digunakan untuk menghitung, menyetor serta melaporkan pajak oleh Wajib
Pajak disebut Surat Pemberitahuan (SPT). SPT terdiri dari SPT Masa dan
SPT Tahunan. SPT Masa adalah SPT yang berisi perhitungan pajak dalam
suatu masa/bulan sedangkan SPT Tahunan berisi perhitungan pajak dalam
suatu tahun pajak.
10. Pemeriksaan pajak
Sebagai konsekuensi pelaksanaan self assessment system maka perlu dilakukan pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak.
11. Penerimaan pelaporan pelunasan Surat Ketetapan Pajak (SKP)
Hasil dari pemeriksaan pajak dapat berupa Surat Ketetapan Pajak yang
menyebutkan jumlah pajak yang masih harus dibayar oleh Wajib Pajak yang
harus segera dilunasi kemudian dilaporkan.
12. Penerimaan permohonan keberatan
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat pajak yang masih harus
dibayar akan tetapi Wajib Pajak tidak setuju dengan jumlahnya, maka Wajib
Pajak berhak untuk mengajukan keberatan dengan membuat surat
permohonan keberatan dilampiri dengan perhitungan jumlah pajak terutang
13. Penerimaan permohonan pemindahbukuan
Pajak yang telah disetor atas nama satu Wajib Pajak terhadap satu jenis
pajak dapat dimintakan pemindahbukuan kepada atas nama Wajib Pajak
yang lain atau jenis pajak yang lain.
14. Penerimaan permohonan mengangsur atau menunda pembayaran pajak
Apabila karena satu atau beberapa hal Wajib Pajak tidak mampu membayar
pajak yang terutang maka Wajib Pajak tersebut diperbolehkan mengangsur
atau menunda pembayaran pajak. Terhadap permohonan ini akan dilakukan
penelitian oleh petugas terhadap faktor-faktor yang menyebabkan Wajib
Pajak tidak mampu melunasi pajaknya sekaligus untuk kemudian ditentukan
apakah permohonannya dikabulkan atau ditolak.
15. Penerimaan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
(restitusi)
Apabila terjadi kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak berhak meminta
kembali kelebihan pembayaran pajaknya. Terhadap Wajib Pajak akan
dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah ada pajak yang masih
harus dibayar sebelum kelebihan pajaknya bisa dikembalikan (direstitusi).
16. Penyitaan dan pencabutansita termasuk pemblokiran rekening
Berdasarkan Surat Ketetapan Pajak hasil pemeriksaan yang menyebutkan
masih ada pajak yang masih harus dibayar dalam jangka waktu tertentu
belum dilunasi maka dapat dilakukan penyitaan terhadap aset Wajib Pajak
Apabila dalam jangka waktu tertentu setelah penyitaan dan pemblokiran
tersebut Wajib Pajak melunasi utang pajaknya maka penyitaan dan
pemblokiran dicabut dan aset yang disita dikembalikan.
17. Pelaksanaan lelang
Apabila dalam jangka waktu tertentu setelah penyitaan Wajib Pajak tidak
juga melunasi utang pajaknya, maka terhadap aset yang disita dapat
dilakukan pelelangan dan hasilnya digunakan untuk melunasi utang
pajaknya.
18. Penerimaan pemberitahuan pembukuan dengan menggunakan komputer
Wajib pajak diperkenankan melaksanakan pembukuan dengan sistem
komputerisasi dengan terlebih dahulu memberitahukannya kepada KPP.
19. Penerimaan pemberitahuan perubahan tahun buku
Apabila Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku, Wajib Pajak harus
memberitahukannya kepada KPP.
20. Penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB)
Surat Keterangan Bebas adalah surat yang digunakan Wajib Pajak agar tidak
dilakukan pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga yang
apabila Wajib Pajak dilakukan pemotongan atau pemungutan berpotensi
adanya kelebihan pembayaran pajak. Sebelum SKB terbit, terlebih dahulu
21. Penetapan suatu daerah terpencil
KPP baik secara jabatan maupun karena permohonan Wajib Pajak, dapat
menetapkan suatu daerah sebagai daerah terpencil yang memperoleh
fasilitas tertentu dibidang perpajakan.
22. Penerbitan Surat Keterangan Fiskal (SKF)
SKF berisi data pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak untuk masa
dan tahun tertentu. Umumnya SKF dipergunakan untuk memenuhi
persyaratan saat hendak melakukan penawaran pengadaan barang dan atau
jasa untuk keperluan pemerintah. SKF diterbitkan apabila ada permohonan
dari Wajib Pajak dengan terlebih dahulu dilakukan penelitian oleh petugas.
23. Penerbitan dan pengawasan ijin pemberian meterai dengan mesin teraan
meterai
Dalam rangka menghemat waktu, tenaga dan biaya, Wajib Pajak yang
dalam kegiatannya sering memberi meterai terhadap dokumen-dokumennya
diperbolehkan menggunakan mesin teraan meterai dengan terlebih dahulu
meminta ijin kepada KPP.
24. Penerbitan dan pengawasan ijin pemberian meterai dengan sistem
komputerisasi
Selain menggunakan mesin teraan meterai, meterai juga dapat dicetak
menggunakan sistem komputerisasi berdasarkan ketentuan yang telah
25. Penerimaan permohonan data baru Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Di bidang PBB, self assessment system diterapkan dengan cara pengajuan
permohonan data PBB baru apabila Wajib Pajak memiliki objek PBB
berupa tanah dan atau bangunan yang belum memiliki Nomor Objek Pajak
(NOP)
26. Pencetakan SPPT, STTS dan Salinan SPPT PBB
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat yang
menyebutkan besarnya nilai objek pajak PBB beserta jumlah PBB yang
harus dibayar dalam satu tahun. Surat Tanda Terima Setoran adalah surat
yang menyebutkan jumlah PBB yang telah disetor dan diberikan kepada
Wajib Pajak apabila dia telah melunasi PBBnya. Untuk keperluan tertentu,
Wajib Pajak dapat meminta salinan SPPT, misalnya apabila SPPT aslinya
hilang.
27. Pemberian pengurangan pembayaran PBB
Terhadap Wajib Pajak tertentu dapat diberikan pengurangan pembayaran
PBB, misalnya untuk para veteran perang dan pensiunan.
28. Penerimaan permohonan mutasi PBB
Mutasi PBB dilakukan apabila terjadi perubahan kepemilikan objek pajak
PBB. Mutasi dilakukan dengan mengganti identitas Wajib Pajak yang
tercantum dalam SPPT PBB.
SPPT PBB dapat dipecah apabila ada pengalihan sebagian objek pajak PBB
dari pemilik objek pajak lama kepada pemilik yang baru. Penggabungan
SPPT dilakukan apabila ada dua atau lebih objek pajak PBB yang letaknya
bersebelahan tapi dimiliki oleh satu orang Wajib Pajak
30. Administrasi dan verifikasi pembayaran BPHTB
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB) adalah pajak
yang dibayar oleh Wajib Pajak yang menerima pengalihan hak atas tanah
dan bangunan baik karena pembelian, hibah maupun warisan. Verifikasi
pembayaran BPHTB dilakukan untuk memastikan BPHTB yang disetor
telah masuk ke kas negara. Verifikasi biasanya dilakukan dalam rangka
pembuatan akta tanah dan atau bangunan oleh Wajib Pajak ke Badan
26 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Dalam pelaksanaan kerja praktek penulis ditempatkan pada seksi
pemeriksaan yang ada di KPP Pratama Sumedang.
3.1.1 Sistem
3.1.1.1 Pengertian Sistem
Menurut Azhar Sutanto pengertian sistem adalah :
“Kumpulan atau group dari sub sistem atau bagian atau komponen apapun baik phisik maupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis
untukmencapai satu tujuan tertentu.”
(2007:24)
3.1.1.2 Ciri-Ciri Sistem
Sebuah sistem tentunya mempunyai ciri-ciri tersendiri yang kemudian
akan mendukung terbentuknya sistem itu sendiri.
Menurut Azhar Sutanto ciri-ciri Sistem terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Tujuan Sistem 2. Batasan Sistem 3. Subsistem
4. Hubungan dan Hierarki Sistem 5. Input-Proses-Output
6. Lingkungan Sistem
Yang kumudian dijelaskan sebagai berikut :
1. Tujuan Sistem
Tujuan sistem merupakan target atau sasaran akhir yang dicapai oleh suatu
sistem. Ciri-ciri atau kriteria dari sasaran tersebut dapat juga digunakan
sebagai tolak ukur dalam menilai keberhasilan suatu sistem dan menjadi
dasar dilakukannya suatu pengendalian.
2. Batasan Sistem
Batas sistem merupakan garis abstraksi yang memisahkan antara sistem
dan lingkungannya. Batas sistem ini bagi umat manusia sangat relatif dan
tergantung pada tingkat pengetahuan dan situasi dan kondisi yang
dirasakan oleh orang yang melihat sistem tersebut.
3. Subsistem
Subsistem merupakan komponen atau bagian dari suatu sistem, subsistem
bisa fisik maupun abstrak. Suatu subsistem akan memiliki subsistem yang
lebih kecil dan seterusnya. Istilah yang menggambarkan bagian dari suatu
sistem tidak selalu subsistem. Istilah lain mungkin adalah komponen,
elemen atau unsur.
4. Hubungan dan Hierarki Sistem
Hubungan sistem adalah hubungan yang terjadi antara subsistem dengan
subsistem lainnya yang setingkat atau antara subsistem dengan sistem
5. Input-Proses-Output
Input merupakan segala sesuatu yang masuk ke dalam suatu sistem.
Proses merupakan perubahan dari input menjadi output. Output merupakan hasil dari suatu proses yang merupakan tujuan dari keberadaan
sistem.
6. Lingkungan Sistem
Lingkungan sistem adalah faktor-faktor di luar sistem yang mempengaruhi
sistem. Lingkungan Sistem ada dua macam, yaitu lingkungan eksternal
dan internal. Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar
sistem, sedangkan lingkungan internal adalah lingkungan yang berada
dalam suatu sistem.
3.1.2 Pemeriksaan Pajak
3.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak
Menurut Mardiasmo, Pemeriksaan adalah :
“Serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.”
(2009:50)
“Pemeriksaan Pajak adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh kantor pajak terhadap Wajib Pajak untuk mencari dan mengumpulkan data atau keterangan lainnya guna penetapan besarnya pajak yang terutang dan/atau tujuan lain dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”
(2007:60)
Kedua teori tersebut sesuai dengan apa yang ada dalam Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) Pasal 29 dan 31 yang
menjelaskan lebih rinci mengenai pemeriksaan pajak.
3.1.2.2 Tujuan Pemeriksaan Pajak
Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(Buku Panduan Pemeriksaan KPP Pratama Sumedang), tujuan pemeriksaan
meliputi untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Mengingat masing-masing tujuan pemeriksaan memiliki karakteristik
yang spesifik, dan agar selaras dengan tujuan pemeriksaan tersebut, kebijakan
pemeriksaan juga dibagi 2 (dua), yaitu :
a. Kebijakan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan; dan
b. Kebijakan pemeriksaan untuk tujuan lain
1. Menguji Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Kebijakan ini diatur dalam SE - 10/PJ.04/2008 tentang Kebijakan
Pemeriksaan ini dilakukan apabila terdapat kondisi seperti :
a) SPT menunjukan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yang telah
diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak;
b) SPT Pajak Penghasilan menunjukan rugi;
c) SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang
telah ditetapkan;
d) SPT yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh Direktur
Jenderal Pajak;
e) ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada
huruf c tidak dipenuhi.
Adapun hal-hal lain yang diatur dalam Surat Edaran ini, antara lain :
A. Ruang Lingkup Pemeriksaan
Ruang lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan meliputi pemeriksaan atas satu, beberapa, atau
seluruh jenis pajak, baik untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak, baik tahun-tahun lalu maupun tahun
berjalan.
B. Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dapat dilaksanakan melalui 2 (dua) jenis pemeriksaan,
yaitu :
a. Pemeriksaan Lapangan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di
tinggal Wajib Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur
Jenderal Pajak; dan
b. Pemeriksaan Kantor, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di Kantor
Direktorat Jenderal Pajak.
C. Kriteria Pemeriksaan
Terdapat 2 (dua) kriteria pemeriksaan yang mendasari dilakukannya
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak, yaitu :
a. Pemeriksaan Rutin, merupakan pemeriksaan yang dilakukan
terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak
dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakannya atau karena
diwajibkan oleh Undang-Undang KUP;
b. Pemeriksaan berdasarkan risiko (risk based audit) yang
selanjutnya disebut dengan Pemeriksaan Khusus, merupakan
pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko
terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak. Analisis risiko terhadap
ketidakpatuhan Wajib Pajak dapat dilakukan secara
Komputerisasi atau secara manual. Pemeriksaan Khusus dibagi
menjadi 2 (dua) kriteria, yaitu :
● Pemeriksaan Khusus dengan analisis risiko bersifat bottom up
(dari bawah ke atas), yaitu Pemeriksaan Khusus berdasarkan
hasil analisis risiko terhadap profil Wajib Pajak yang
disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP atasannya
untuk mendapatkan persetujuan;
● Pemeriksaan Khusus dengan analisis risiko bersifat top down
(dari atas kebawah), yaitu Pemeriksaan Khusus yang
dilakukan berdasarkan :
- Hasil analisis dan pengembangan atas informasi, data,
laporan dan pengaduan yang dilakukan oleh Kepala kanwil
DJP atau Direktur Intelijen dan Penyidikan;
- Hasil analisis risiko secara komputerisasi (selama ini disebut
Kriteria Seleksi) yang berupa skor risiko ketidakpatuhan
dengan memperhatikan variabel-variabel tertentu serta
adanya data dan informasi; atau
- Pertimbangan Direktur Jenderal Pajak
D. Jangka Waktu Pemeriksaan
Jangka waktu pemeriksaan telah diatur sesuai dengan jenis
pemeriksaannya yang dapat digambarkan sebagai berikut:
*Surat Pemeberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Pemeriksaan disampaikan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum berakhirnya jangka waktu pemeriksaan
Gambar 3.1.2.2
Yang kemudian dijelaskan dalam poin-poin berikut :
1. Jangka waktu Pemeriksaan Lapangan dihitung sejak tanggal Surat
Perintah Pemeriksaan (SP2) sampai dengan tanggal Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP).
2. Jangka waktu Pemeriksaan Kantor dihitung sejak tanggal Wajib Pajak
harus datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan
Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.
3. Jangka Waktu Pemeriksaan Lapangan untuk tujuan menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan adalah 4 (empat) bulan dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan.
4. Apabila ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan transfer
pricing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya
rekayasa transaksi keuangan, jangka waktu pemeriksaan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 2 (dua) tahun, kecuali pemeriksaan
yang dilakukan terkait dengan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B
Undang-Undang KUP, harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
5. Jangka waktu Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan adalah 3 (tiga) bulan dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam) bulan.
6. Apabila ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan transfer
rekayasa transaksi keuangan, Pemeriksaan Kantor diubah menjadi
Pemeriksaan Lapangan.
7. Jangka waktu maksimal setelah perpanjangan jangka waktu
pemeriksaan tidak dapat diperpanjang lagi meskipun terjadi pergantian
tim Pemeriksa Pajak.
2. Tujuan Lain
Kebijakan ini diatur dalam SE - 116/PJ/2009 tentang Kebijakan
Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain. Pemeriksaan ini dilakukan untuk :
a. pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;
b. penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
c. pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;
e. pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto;
f. pencocokan data dan atau alat keterangan;
g. penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
h. penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan
Nilai;
i. tujuan lain selain huruf a sampai dengan huruf h.
Adapun hal-hal lain yang diatur dalam Surat Edaran ini, antara
lain:
A. Ruang Lingkup Pemeriksaan
pencocokan, atau pengumpulan materi yang berkaitan dengan
tujuan pemeriksaan.
B. Jenis Pemeriksaan
Terdapat 2 (dua) jenis pemeriksaan untuk tujuan lain yang diatur
dalam Undang-Undang KUP, yaitu :
a. Pemeriksaan Lapangan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan
di tempat kedudukan, tempat usaha atau pekerjaan bebas,
tempat tinggal Wajib Pajak, atau tempat lain yang
ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak; dan
b. Pemeriksaan Kantor, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di
kantor Direktorat Jenderal Pajak.
C. Jangka Waktu Pemeriksaan
Jangka waktu pemeriksaan untuk tujuan lain harus mengacu pada
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007, dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu 2
(dua) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 4
(empat) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah
Pemeriksaan (SP2) sampai dengan tanggal Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP), kecuali untuk pemeriksaan dalam
rangka penentuan saat produksi dimulai, jangka waktu
pemeriksaannya harus mengacu pada jangka waktu yang
b. Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 14
(empat belas) hari yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak
datang memenuhi surat panggilan dalam rangka
Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil
Pemeriksaan.
c. Jangka waktu maksimal setelah perpanjangan jangka waktu
pemeriksaan tidak dapat diperpanjang lagi meskipun terjadi
pergantian tim Pemeriksa Pajak
3.1.2.3Standar Pemeriksaan Pajak
Untuk mencapai kinerja yang maksimal, maka diperlukan suatu standar
yang merupakan ketentuan yang harus dilakukan sekaligus pedoman dalam
melaksanakan pekerjaan.
Gambar 3.1.2.3
“Standar Pemeriksaan Pajak”
Sumber : KPP Pratama sumedang A. Standar Umum Pemeriksaan Pajak
1. Standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan
Pemeriksa Pajak dan mutu pemeriksaannya meliputi :
a. Telah mendapat diklat teknis yang cukup serta memiliki
ketrampilan sbg Pemeriksa Pajak, dan menggunakannya
secara cermat dan seksama
b. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan yang tercela
serta mengutamakan kepentingan negara
c. Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan
perundang-undangan, termasuk batasan waktu yang ditetapkan
2. Bila diperlukan, pemeriksaan dapat dilaksanaka oleh tenaga
ahli dari dalam dan luar Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
B. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak
Mencakup beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain :
1. Didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan
tujuan pemeriksaan dan mendapat pengawasan yang
seksama, terdiri dari :
a. Mengumpulkan dan mempelajari data Wajib Pajak
b. Menyusun rencana pemeriksaan
d. Menyiapkan sarana pemeriksaan
2. Audit scope ditentukan berdasarkan petunjuk yang
diperoleh yang harus dikembangkan
3. Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dengan mengacu pada
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan, Pedoman Pemeriksaan
dan Petunjuk Teknis Pemeriksaan
4. Temuan Pemeriksaan harus didasarkan pada bukti
kompeten yang cukup
5. Pemeriksaan dilakukan oleh Tim Pemeriksa
6. Tim Pemeriksa dapat dibantu oleh Tenaga Ahli, laporan
Tenaga Ahli yang digunakan merupakan bagian dari Kertas
Kerja Pemeriksaan (KKP)
7. Apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan
bersamaan dengan Tim Pemeriksa dari instansi lain
8. Dapat dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak (DJP),
tempat Wajib Pajak atau tempat lain yang dianggap perlu
9. Dilakukan pada jam kerja dan dapat dilanjutkan di luar jam
kerja
C. Standar Pelaporan Pemeriksaan Pajak
Mencakup 3 hal yang harus dilakukan, meliputi :
1. Kegiatan pemeriksaan harus dilaporkan dalam Laporan
Hasil Pemeriksaan (LHP) yang disusun sesuai Standar
Pelaporan Hasil Pemerisaan, yaitu :
a. Laporan Hasil Pemeriksaan disusun secara ringkas dan
jelas, yang memuat data penugasan hingga simpulan dan
usul pemeriksa
b. Laporan Hasil Pemeriksaan disusun dan ditandatangani
oleh Ketua Tim dan Anggota Tim
c. Laporan Hasil Pemeriksaan ditelaah dan ditandatangani
oleh Supervisor
d. Laporan Hasil Pemeriksaan ditandatangani oleh kepala
kantor
2. Bentuk, isi dan format Laporan Hasil Pemeriksaan disusun
merujuk pada pedoman penyusunan Laporan Hasil
Pemeriksaan
3. Laporan Hasil Pemeriksaan digunakan sebagai dasar
penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan /atau Surat
3.1.3 Sistem Pemeriksaan Pajak
Sistem pemeriksaan pajak pada KPP pratama Sumedang sejauh ini telah
berjalan cukup baik. Prosedur serta aturan yang menjadi pedoman pemeriksaan
telah dilaksanakan dengan cukup baik. Sistem pemeriksaan pajak ini
diselenggarakan untuk penerapan, pengawasan, evaluasi serta pemaksimalan
penerimaan pajak, yang kemudian dapat digunakan oleh pihak-pihak instansi
terutama pimpinan instansi sebagai dasar informasi untuk mengambil keputusan
dan kebijaksanaan yang dianggap perlu.
Sistem pemeriksaan pajak yang baik adalah sistem yang sesuai dengan
standar yang telah ditentukan, dimana sebelum mencapai itu terdapat 3 tahapan
yang harus dilakukan yaitu :
1. Persiapan
Dalam tahap pemeriksaan, hal-hal yang harus dilakukan antara
lain:
a. Pengumpulan Berkas Data
b. Menyusun Profil Wajib Pajak
c. Melakukan Analisis Data
d. Mengidentifikasi Masalah
e. Menyusun Rencana Pemeriksaan
f. Menyusun Program Pemeriksaan
2. Pelaksanaan
Sedangkan dalam tahapan pelaksanaan, ha-hal yang harus
dilakukan meliputi :
a. Pemeriksaan
b. Pemberitahuan Pemeriksaan
c. Penggunaan Metode dan Teknik
d. Melakukan Update Rencana & Program
e. Pemeriksaan buku dan dokumen
f. Melakukan Konfirmasi
g. Permintaan Keterangan
h. Menyusun Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP)
i. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
j. Tanggapan & Pembahasan dengan Wajib Pajak
k. Melakukan Pembahasan dengan Tim Pembahas
l. Penandatanganan Berita Acara
3. Pelaporan
Dalam tahapan ini, ada 5 hal yang harus dilakukan, antara lain :
a. Menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
b. Menyampaikan Nota Penghitungan
c. Menyampaikan Alat Keterangan
d. Menyampiakan Daftar Harta
e. Pemberkasan
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Dalam pelaksanaan kerja praktek penulis memperoleh banyak ilmu serta
pengetahuan baru dalam bekerja. Dalam pelaksanaan kerja praktek ini, penulis
dianjurkan berbagai kegiatan operasional instansi di seksi pemeriksaan yang biasa
dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang.
Adapun jenis kegiatan yang penulis lakukan selama kerja praktek adalah
sebagai berikut :
1. Menyusun rencana pemeriksaan, dalam hal ini menyiapkan data-data yang
diperlukan, seperti :
a. Profil Wajib Pajak (diambil dari seksi waskon)
b. Surat Tugas
c. Nota Dinas
d. Surat-surat atau dokumen-dokumen lain yang dibutuhkan
2. Menyusun serta membuat Surat Perintah Pemeriksaan dan administrasi
pemeriksaan perpajakan lainnya yang dibutuhkan dalam proses
pemeriksaan
3. Melakukan koordinasi dengan pejabat fungsional pemeriksaan dalam hal
pelaksanaan tugas pemeriksaan
3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
3.3.1 Dokumen yang Digunakan Seksi Pemeriksaan KPP Pratama Sumedang
Dokumen sangat penting guna terlaksananya peranan sistem pemeriksaan,
karena dengan adanya dokumen dapat dilihat sejauh mana sistem pemeriksaan ini
berjalan dengan baik dan efisien. Maka dalam melaksanakan sistem pemeriksaan,
dokumen yang digunakan pada KPP Pratama Sumedang adalah sebagai berikut :
1. Surat Peminjaman Berkas dan Data Wajib Pajak
Hal ini diperlukan karena Seksi Pemeriksaan tidak bekerja sendiri dalam
melaksanakan tugasnya melainkan berhubungan dengan seksi-seksi lain
yang berada di kantor. Oleh karena itu, dibuatlan surat yang kemudian
digunakan sebagai bukti peminjaman dokumen yang diperlukan
2. Surat Pengembalian Berkas dan Data Wajib Pajak
Sama hal nya dengan Surat Peminjaman Berkas dan Data Wajib Pajak, Surat
Pengembalian Berkas dan Data Wajib Pajak yang kemudian digunakan
sebagai bukti pengembalian dokumen yang sebelumnya dipinjam
3. Surat Tugas
Dokumen ini harus dibuat secara tertulis karena Tim Pemeriksa yang
kemudian bertugas harus menyampaikannya kepada Wajib Pajak, sehingga
tidak akan terjadi kesalahpahaman diantara kedua belah pihak
4. Nota Dinas
Surat ini dibuat sebagai dasar bagi Tim Pemeriksa dalam bertugas
Dokumen ini disesuaikan dengan tujuan serta jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan
3.3.2 Pihak-Pihak Terkait Dalam Proses Pemeriksaan Pajak KPP Pratama Sumedang
Dalam melaksanakan tugas serta perannya sebagai pemeriksa, Seksi
Pemeriksaan Pajak bekerjasama dengan pihak-pihak lain, baik di dalam (internal)
maupun di luar lingkungan kantor (eksternal). Setiap pihak yang terlibat
berkewajiban untuk membantu seksi pemeriksaan guna memperlancar proses
pemeriksaan itu sendiri. Pihak-pihak yang terlibat antara lain :
1. Kepala Kantor Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang
2. Kepala Seksi Pemeriksaan
3. Kelompok Pejabat Fungsional
4. Seksi-seksi lain yang ada pada KPP Pratama Sumedang
5. Wajib Pajak
3.3.3 Sistem Pelaksanaan Pemeriksaan Pada KPP Pratama Sumedang
Sesuai dengan salah satu tugasnya, yaitu melakukan penerbitan dan
pendistribusian Surat Perintah Pemeriksaan serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya, yang kemudian surat tersebut akan menjadi dasar
dilakukannya pemeriksaan pajak, maka akan diuraikan sebagai berikut prosedur
Pelaksana Seksi Pemeriksaan Tim Pemeriksa Pajak Kepala Seksi
Flowchart tersebut dapat dijelaskan kedalam tahapan-tahapan
sistematik seperti berikut :
1. Kepala Seksi Pemeriksaan menerima rencana penyelesaian
pemeriksaan (audit planning), rancangan program pemeriksaan
(audit program), prosedur pemeriksaan yang akan ditempuh
serta teknik pemeriksaan (metode pengujian) yang digunakan
dari Tim Pemeriksa Pajak (Sesuai dengan Nota Dinas
Pembentukan Tim Pemeriksa Pajak)(SOP Tata Cara Persiapan
Pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak) kemudian
menugaskan Pelaksana Seksi Pemeriksaan untuk membuat
konsep Surat Perintah Pemeriksaan
2. Pelaksana Seksi Pemeriksaan membuat konsep Surat Perintah
Pemeriksaan berdasarkan tujuan pemeriksaan
a. Dalam hal tujuan pemeriksaan adalah untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Kondisi :
- Dalam hal pemeriksaan yang dilakukan adalah jenis
pemeriksaan lapangan, Pelaksana Seksi Pemeriksaan
menyusun konsep Surat Perintah Pemeriksaan dan Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan, selanjutnya
menyampaikan konsep Surat Perintah Pemeriksaan dan
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan kepada
- Dalam hal pemeriksaan yang dilakukan adalah jenis
pemeriksaan lapangan, Pelaksana Seksi Pemeriksaan
menyusun konsep Surat Perintah Pemeriksaan dan Surat
Panggilan dalam Rangka Pemeriksaan, selanjutnya
menyampaikan konsep Surat Perintah Pemeriksaan dan
Surat Panggilan dalam Rangka Pemeriksaan kepada
Kepala Seksi Pemeriksaan
b. Dalam hal tujuan pemeriksaan adalah tujuan lain,
Pelaksana Seksi Pemeriksaan menyusun konsep Surat
Perintah Pemeriksaan dan Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan/Surat Panggilan dalam Rangka
Pemeriksaan, selanjutnya menyampaikan konsep Surat
Perintah Pemeriksaan dan Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapngan/Surat Panggilan dalam Rangka
Pemeriksaan kepada Kepala Seksi Pemeriksaan
3. Kepala Seksi Pemeriksaan meneliti dan memaraf konsep Surat
Perintah Pemeriksaan dan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan atau konsep Surat Perintah Pemeriksaan dan Surat
Panggilan dalam Rangka Pemeriksaan dan menyampaikannya
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau konsep Surat
Perintah Pemeriksaan dan Surat Panggilan dalam Rangka
Pemeriksaan
5. Kepala Seksi Pemeriksaan menugaskan Pelaksana Seksi
Pemeriksaan untuk menatausahakan dan menyampaikan Surat
Perintah Pemeriksaan dan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan atau Surat Perintah Pemeriksaan dan Surat Panggilan
dalam Rangka Pemeriksaan kepada Tim Pemeriksa Pajak
6. Pelaksana menatausahakan dan menyampaikan Surat Perintah
Pemeriksaan dan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan
atau Surat Perintah Pemeriksaan dan Surat Panggilan dalam
Rangka Pemeriksaan kepada Tim Pemeriksa Pajak
49 BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan kerja pelaksanaan kerja praktek tersebut dan
setelah Penulis menganalisa, memahami dan mempelajari serta menguraikan
masalah tentang Sistem Pemeriksaan, maka penulis mencoba menyimpulkan
beberapa hasil dari kerja praktek yang dilakukan di KPP Pratama Sumedang,
yaitu:
1. Dokumen-dokumen yang digunakan oleh seksi pemeriksaan KPP Pratama
Sumedang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Dokumen-dokumennya tersebut antara lain sebagai berikut :
- Surat Peminjaman Berkas dan Data Wajib Pajak
- Surat Pengembalian Berkas dan Data Wajib Pajak
- Susunan Tim Pemeriksa
- Nota Dinas
- Dokumen lain yang dibutuhkan dalam rangka pemeriksaan
2. Dalam menjalankan tugasnya sebagai seksi pemeriksaan, banyak pihak
yang terlibat didalamnya, antara lain :
- Kepala Kantor KPP Pratama Sumedang
- Kepala Seksi Pemeriksaan
- Kelompok Pejabat Fungsional yang kemudian menjadi Tim Pemeriksa
- Seksi-seksi lain yang berada di lingkungan kantor
3. Penerapan Sistem pemeriksaan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Sumedang telah sesuai dengan fungsi serta sesuai dengan
peraturan yang ada dan berjalan dengan cukup baik
4.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas tanpa mengurangi rasa hormat
penulis pada pihak KPP Pratama Sumedang, maka penulis ingin menyampaikan
saran yang mudah-mudahan dapat dijadikan bahan masukan guna meningkatkan
pelaksanaan Sistem Pemeriksaan KPP Pratama Sumedang, adapun saran yang
ingin penulis sampaikan adalah :
1. Dalam penyimpanan dokumen, sebaiknya dilakukan pengecekan
secara rutin serta pengawasan dalam hal pengambilan dan
penyimpanan supaya masuk keluarnya dokumen serta pencarian data
dapat diketahui dengan lebih mudah
2. Untuk menjaga konsistensi, akan lebih baik jika dilakukan evaluasi
kinerja atas masing-masing anggota seksi pemeriksaan secara berkala.
Hal ini diharapakan agar pelaksanaan sistem pemeriksaan di KPP
Laporan Kerja Praktek
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mata Kuliah Kerja Praktek Studi S-1 Program Studi Akuntansi
Oleh :
NAMA : SAEFULOH NIM : 21108086
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
Lingga Jaya.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan, edisi revisi. Yogyakarta : Penerbit andi.
Siti Kurnia Rahayu, Ely Suhayati, 2010. Perpajakan: Teori dan Teknis Perhitungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soemarso S.R. 2007. Perpajakan,Pendekatan Komprehensif.Jakarta : Salemba
Empat.
www.google.com
www.ortax.org
NIM : 21108086
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 10 September 1990
Alamat di Bandung : Jl. Sukahaji RT. 02 / RW. 07
Gegerkalong, Bandung
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Ayah : Muhidin
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu : Eros Rosita
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Sukahaji RT. 02 / RW. 07
Gegerkalong, Bandung
Pendidikan
1996-2002 : SDN KPAD 2
2002-2005 : SLTPN 29 Bandung
2005-2008 : SMA Kartika Siliwangi 2
i
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Kerja Praktek yang berjudul “TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN SISTEM
PEMERIKSAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA SUMEDANG”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini tidak terlepas dari kekurangan dan pengalaman penulis. Oleh
karena itu, penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan laporan ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan. Namun penulis berusaha untuk
menanggulanginya. Kritik dan saran sangat membangun penulis harapkan agar
laporan ini lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu :
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., selaku ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Komputer Indonesia.
ii
6. Fajar Wijayanto, selaku Kepala Seksi Pemeriksaan KPP Pratama Sumedang
yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan Kerja
Praktek.
7. Mba Sisca dan Mba Denok, selaku pembimbing instansi yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan serta perhatian selama penulis
melakukan Kerja Praktek.
8. Seluruh staff dan karyawan yang turut membantu terlaksananya Kerja
Praktek.
9. Kedua orang tua tercinta, yang telah membesarkan dan juga selalu
memberikan do’a, kasih sayang serta dukungan dalam menempuh pendidikan
untuk bekal di masa depan.
10. Keluarga besar, yang selalu memberikan motivasi serta arahan kepada penulis
dalam menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa.
11. Faris Balfas, yang selama kerja praktek menjadi partner kerja.
12. Edo dan Osa, teman-teman dari Universitas Islam Bandung (UNISBA)
13. Teman-teman ak-2 yang terus memberikan support dan semangat selama
pelaksanaan serta pelaporan kerja praktek.
14. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan
iii berkepentingan pada umumnya.
Bandung, Desember 2011