• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Atas Pelaksanaan Sistem pemeriksaan Pajak Pada kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Atas Pelaksanaan Sistem pemeriksaan Pajak Pada kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1Latar Belakang Kerja Praktek

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara disamping

penerimaan dari sumber migas dan non migas. Optimalisasi penerimaan pajak

dikarenakan semakin meningkatnya kebutuhan dana pembangunan. Pajak bagi

pemerintah tidak hanya merupakan sumber pendapatan, tetapi juga merupakan

salah satu variabel kebijaksanaan yang digunakan untuk mengatur jalannya

perekonomian. Dengan pajak pemerintah dapat mengatur alokasi

sumber-sumber ekonorni, mengatur laju inflasi, dan sebagainya. Oleh karena itu pajak

mempunyai fungsi strategis dalam suatu negara.

Dalam struktur keuangan negara, tugas dan fungsi penerimaan pajak

dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pajak di bawah Departemen Keuangan

Republik Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan

kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pepajakan, dimana Direktorat

Jenderal Pajak secara langsung bertanggung jawab kepada Departemen

Keuangan Republik Indonesia.

Dalam manjalankan tugas dan fungsi penerimaan pajak tersebut

Direktorst Jenderal Pajak memiliki beberapa Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

yang tersebar diseluruh Indonesia yang pembagiannya diatur berdasarkan

regional masing-masing daerah melalui Kantor Wilayah (Kanwil). Kantor

wilayah adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada

(2)

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang merupakan Kantor

Pelayanan Pajak pemekaran dari Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees

(yang sekarang bernama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees)

dimana KPP Pratama Sumedang ini berada dibawah tanggung jawab dari

“Kantor Wilayah Jawa Barat I” dan Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Sumedang meliputi seluruh Kecamatan dan Kelurahan yang ada di

Kabupaten Sumedang.

Guna menunjang efisiensi kerja, KPP Pratama Sumedang membagi

Stuktur Organisasi nya kedalam beberapa bagian atau seksi, diantaranya :

Bagian Waskon I, Bagian Waskon II, Bagian Pelayanan, Bagian Penagihan,

Bagian PDI, Bagian Umum, Bagian Pemeriksaan, Kelompok Jabatan

Fungsional dan Bagian Ekstensifikasi. Semua bagian yang ada saling

mempunyai hubungan dalam menjalankan fungsinya sebagai aparat pajak.

Salah satu seksi yang berperan cukup vital adalah seksi pemeriksaan,

diseluruh KPP yang tersebar yang ada di Indonesia pasti terdapat seksi

pemeriksaan, tugas seksi pemeriksaan adalah membantu tugas Kepala Kantor

mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan,

pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan pendistribusian

Surat Perintah Pemeriksaan serta administrasi pemeriksaan perpajakan

lainnya. Dalam teknisnya, seksi atau pelaksana pemeriksaan dibantu oleh

Kelompok Jabatan Fungsional dimana Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat

Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab

(3)

bertugas melakukan pemeriksaan perpajakan terhadap Wajib Pajak di

lingkungan KPP Pratama Sumedang, dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat

Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan, sedangkan

untuk Pejabat Fungsional Penilai di KPP Pratama Sumedang sampai saat ini

belum ada.

Pemeriksaan Pajak sebelumnya telah diatur dalam UU Pasal 29 KUP

(Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan), yang nantinya kemudian akan

menjadi dasar hukum dilakukannya suatu pemeriksaan terhadap Wajib Pajak

tertentu. UU Pasal 29 KUP dapat digambarkan sebagai berikut :

(4)

Dalam Pajak, Pemeriksaan dibagi kedalam 2 kriteria, yaitu

Pemeriksaan Rutin (Umum) dan Pemeriksaan Khusus (Risk Based Audit),

dimana analisis ini dapat dilakukan secara manual ataupun secara

komputerisasi. Keduanya telah diatur sesuai dengan fungsi dan tujuannya

melalui UU KUP, seperti pada gambar diatas.

Seksi pemeriksaan merupakan salah satu seksi yang berperan vital

dalam struktur KPP, sesuai dengan tujuannya, yakni :

 menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka

memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib

Pajak; dan

 tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Dengan dilakukannya pemeriksaan pajak, pemeriksa pajak dapat

mengetahui usaha-usaha kecurangan atau penghindaran bahkan upaya

penggelapan pajak yang coba dilakukan oleh para Wajib Pajak yang ada, yang

kemudian dapat diproses sesuai dengan ketentuan perpajakan serta dapat

mengetahui apakah Wajib Pajak yang bersangkutan telah menjalankan

kewajibannya sebagai Wajib Pajak dengan patuh. Selain itu, untuk mengetahui

bilamana terjadi selisih pembayaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak,

baik “Lebih Bayar” maupun ”Kurang Bayar” ataupun justru tidak ada selisih “(Nihil)”, yang artinya pembayaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak

sudah sesuai dengan PPh Terutang, yang nantinya kemudian menjadi dasar

(5)

Dengan dilakukannya pemeriksaan pajak, Aparat pajak dapat

membedakan Wajib Pajak yang patuh dan yang belum patuh, serta dapat

memberikan sanksi bagi Wajib Pajak yang melanggar Ketentuan

Undang-Undang Perpajakan, seperti Manipulasi Dividen, adanya Praktik Transfer Pricing, ataupun fenomena yang terjadi akibat adanya hubungan antara Wajib

Pajak dengan salah satu oknum aparat pajak yang biasanya bertujuan untuk

mengurangi beban administratif perpajakan Wajib Pajak tersebut, sehingga

diharapkan dapat menjadi efek jera dan kemudian tidak merugikan Negara.

Dari uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai

sistem pelaksanaan pemeriksaan yang ada pada KPP Pratama Sumedang

sebagai analisa dan objek laporan kerja praktek dengan judul “Tinjauan Atas

Pelaksanaan Sistem Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

(6)

1.2Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Maksud dari penulis mengadakan kerja praktek ini adalah untuk

memperoleh dan mengumpulkan data atau keterangan serta informasi yang

berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas oleh penulis yaitu :

1. Untuk mengetahui dokumen-dokumen yang digunakan oleh seksi

pemeriksaan KPP Pratama Sumedang dalam melakukan tax audit.

2. Untuk mengetahui pihak mana saja yang terkait dalam proses tax audit, baik internal entitas maupun eksternal entitas.

3. Untuk mengetahui sistem pelaksanaan pemeriksaan pada Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang.

1.3Kegunaan Kerja Praktek

Informasi-informasi yang berhasil dikumpulkan selama kerja praktek

ini baik yang diperoleh dari entitas yang bersangkutan maupun literatur,

diharapkan akan memberi manfaat bagi penulis, bagi instansi, serta

masyarakat secara umum.

1. Bagi Penulis

Hasil kerja prktek ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan

perbandingan yang dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta

menjadi informasi dasar yang memadai tentang sistem pelaksanaan

(7)

2. Bagi Instansi

Diharapkan hasil kerja praktek ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran atau informasi serta masukan positif bagi instansi, terlebih

untuk seksi pemeriksaan agar mampu meningkatkan kinerjanya pada masa

yang akan datang.

3. Bagi pihak lainnya

Dapat menjadi tambahan referensi dan tambahan informasi mengenai

sistem pelaksanaan pemeriksaan pada KPP Pratama Sumedang, serta

menambah pengetahuan rekan mahasiswa lain yang kelak akan

membutuhkannya.

1.4Metode Kerja Praktek

Metode kerja praktek yang dilaksanakan penulis dalam penulisan

laporan kerja praktek pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang

ini adalah block release yaitu metode pelaksanaan kerja praktek dalam satu periode tertentu. Adapun teknik dalam pengumpulan data dan informasi

sebagai materi pendukung dalam penyusunan laporan ini adalah :

1. Riset Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan penulis dengan cara terjun langsung

pada objek penelitian. Penelitian lapangan yang dilakukan melelui

(8)

a. Pengamatan (Observaion)

Penulis melakukan pengamatan secara langsung dan mempelajar

kegiatan-kegatan mengenai masalah yang akan penulis bahas.

b. Wawancara (Interview)

Penulis melakukan Tanya jawab dengan para pegawai atau petugas

yang bertanggungjawab dengan perusahaan tersebut.

2. Studi Kepustakaan (Library Research)

Yaitu Suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mempelajari, meneliti dan menelaah berbagai macam bahan bacaan

yang ada di perpustakaan baik buku-buku, diktat dan bahan-bahan lain

yang ditulis dan disusun oleh beberapa penulis yang erat hubungannya

dengan masalah yang dibahas. Juga catatan-catatan pribadi penulis

yang pernah didapat selama mengikuti perkuliahan.

1.5Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Kerja praktek ini dilakukan di KPP Pratama Sumedang pada bagian

Pemeriksaan yang bertempat di Jl. H. Ibrahim Adjie (Kiaracondong) No 372

Bandung. Waktu pelaksanaan kerja praktek selama satu bulan kerja, terhitung

dari tanggal 4 Juli 2011 sampai dengan 29 Juli 2011. Waktu kerja praktek

(9)
(10)

10

2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

Sejarah kantor pajak di Indonesia diawali setelah Indonesia

memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Untuk

melaksanakan pemungutan pajak dari rakyat di wilayah pasundan, dibentuk suatu

badan yang bernama Inspeksi Keuangan untuk seluruh Kabupaten Bandung,

Bekasi, Karawang, Purwakarta, Tasikmalaya, Sumedang, Subang, Garut, Ciamis,

dan Banjar. Khusus untuk Inspeksi Keuangan Bandung bertempat tinggal di

Gedung Concordia yang sekarang dikenal dengan Gedung Merdeka yang pada

waktu itu terletak di Jalan Raya Barat sedangkan pada masa sekarang dikenal

dengan Jalan Asia Afrika Bandung.

Seiring dengan perkembangan jaman dan bertambahnya penduduk serta

berkembangnya tingkat ekonomi masyarakat, Inspeksi Keuangan Bandung

berubah namanya menjadi Inspeksi Pajak Bandung. Dengan daerah wewenangnya

meliputi daerah swantantra Tingkat II Kota Praja Bandung, Kabupaten Bandung,

Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten

Ciamis yang berkedudukan di Jalan Asia Afrika No.114 Bandung. Sedangkan

untuk wilayah Kabupaten Bekasi, Karawang, dan Subang yang berkedudukan di

(11)

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 270/KMK/1989,

terhitung mulai 1 April 1989 seluruh kantor inspeksi pajak di Indonesia berganti

nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Untuk wilayah Bandung sendiri dibentuk

empat Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:

a. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur

b. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah

c. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat

d. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi

Dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, tentang Organisasi dan Tata Kerja

Direktorat Jenderal Pajak, terjadi perubahan nama dan pembagian batas wilayah

Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

a. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur diubah namanya menjadi Kantor

Pelayanan Pajak Bandung Karees

b. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat diubah namanya menjadi Kantor

Pelayanan Pajak Bandung Tegallega

c. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah dipecah menjadi Kantor Pelayanan

Pajak Bandung Cibeunying dan Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonagara

d. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi diubah namanya menjadi Kantor

Pelayanan Pajak Cimahi

Dalam perkembangannya kemudian, sehubungan dengan reorganisasi di

lingkungan Direktorat Jenderal Pajak serta dalam rangka pelaksanaan modernisasi

(12)

governance dan untuk meningkatkan penerimaan pajak serta efektivitas organisasi instansi vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, maka pada tanggal 9

Agustus 2007 ditetapkanlah keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-112/PJ./2007

yang mengatur tentang penerapan organisasi, tata kerja dan saat mulai

beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan,

Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di lingkungan Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak Banten, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa

Barat I dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat II.

Dengan terbitnya keputusan Dirjen Pajak tersebut maka terhitung mulai

tanggal 28 Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang telah

menerapkan Sistem Administrasi Modern dinyatakan resmi berdiri. Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Sumedang merupakan Kantor Pelayanan Pajak

pemekaran dari Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees (yang sekarang

bernama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees). Sampai saat ini

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang berkantor di Jalan H.Ibrahim Adjie

(Kiaracondong) Nomor 372 Bandung dan masih berbagi tempat dengan Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang meliputi

seluruh Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Kabupaten Sumedang.

2.2 Struktur Organisasi Instansi

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah unsur pelaksanaan Direktorat

(13)

langsung kepada Kantor Wilayah. Sebagaimana instansi-instansi lainnya, KPP

Pratama Sumedang mempunyai struktur organisasi, dimana struktur organisasi

tersebut merupakan suatu sarana untuk pembagian kerja sesuai dengan bidangnya,

sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan dan memudahkan proses kegiatan

yang dilaksanakan. Struktur organisasi KPP Pratama Sumedang sebagai berikut :

Tabel 2.1

Struktur Organisasi KPP Pratama Sumedang

Sumber : KPP Pratama Sumedang

2.3 Uraian Tugas

Dalam menjalankan tugasnya, KPP Pratama Sumedang dipimpin oleh satu

kepala kantor dan dibantu oleh seksi-seksi yang masing-masing dikepalai oleh

(14)

1. Kepala Kantor

Mempunyai tugas sebagai berikut :

- Mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan

Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya

dan PBB serta BPHTB dalam wilayah Kabupaten Sumedang

- Bertanggungjawab mengamankan penerimaan pajak di Kabupaten

Sumedang

- Melakukan pembinaan terhadap para pegawai di KPP Pratama Sumedang

2. Kepala Subbagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kepala kantor dalam

mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan dan kesekretariatan terutama

dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha kepegawaian, keuangan, rumah

tangga serta perlengkapan.

3. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan,

pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen

perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan

penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB, pelayanan dukungan teknis

komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan

kinerja kantor.

4. Kepala Seksi Pelayanan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan

(15)

berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan dan

surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak,

serta kerjasama perpajakan.

5. Kepala Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan

penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan, dan angsuran

tunggakan pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak.

6. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan

penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan obyek dan subyek

pajak, penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstesifikasi perpajakan.

7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan

kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak

Lainnya), bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis

perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak,

rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan

melakukan evaluasi hasil banding serta pemberian informasi perpajakan. Di

KPP Pratama Sumedang terdapat 2 (dua) Kepala Seksi Pengawasan dan

Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah

(teritorial) tertentu.

(16)

dilakukan dengan membagi habis wilayah kerja seksi Pengawasan dan

Konsultasi berikut seluruh pengawasan pemenuhan kewajiban perpajakannya.

Untuk mempermudah pembagian wilayah kerja AR dapat digunakan Peta

Wilayah/Blok PBB dengan memperhatikan keseimbangan beban kerja.

8. Kepala Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan

rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan,

penerbitan dan pendistribusian Surat Perintah Pemeriksaan serta administrasi

pemeriksaan perpajakan lainnya.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat

Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala

KPP Pratama. Pejabat Fungsional Pemeriksa bertugas melakukan

pemeriksaan perpajakan terhadap Wajib Pajak di lingkungan KPP Pratama

Sumedang. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa

berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan. Sedangkan untuk Pejabat

(17)

2.4 Aspek Kegiatan KPP Pratama Sumedang

KPP Pratama dibentuk dengan “meleburkan” tiga jenis kantor pelayanan

yang ada sebelumnya, yakni Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan

Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Kantor Pemeriksaan Pajak (Karikpa).

Meskipun terjadi penggabungan, tugas pokok dan fungsi yang melekat pada

kantor-kantor tersebut tetap ada melalui struktur baru pada KPP Pratama yang

berbasis fungsi. Aspek – aspek kegiatan KPP Pratama Sumedang antara lain :

1. Pelayanan dengan konsep one stop service

Yang dimaksud dengan one stop service adalah semua pelayanan berbagai jenis pajak mulai dari PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung lainnya,

PBB dan BPHTB dilayani disini.

2. Pemberian informasi perpajakan

Memberikan informasi, penjelasan, penyuluhan dan asistensi perpajakan

kepada Wajib Pajak.

3. Pendaftaran Wajib Pajak untuk memperoleh NPWP

Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disingkat dengan NPWP

adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam

administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau

identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban

(18)

4. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha (baik orang pribadi maupun

badan) yang telah memenuhi syarat untuk melakukan pemungutan,

penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Apabila

pengusaha telah dikukuhkan menjadi PKP maka dia berkewajiban

menerbitkan Faktur Pajak dan berhak memperhitungkan PPN yang telah dia

bayar terhadap PPN yang dia pungut untuk disetorkan.

5. Perubahan data dan identitas Wajib Pajak

Perubahan data dan identitas Wajib Pajak dapat dilakukan berdasarkan

permohonan Wajib Pajak maupun secara jabatan oleh petugas apabila ada

data Wajib Pajak yang mengalami perubahan baik nama, alamat tempat

kedudukan dan atau tempat usaha, nomor telepon, jenis usaha, status badan

hukum, pergantian pengurus, serta data dan identitas Wajib Pajak lainnya.

6. Mutasi NPWP karena pindah domisili atau tempat kedudukan

Satu Wajib Pajak hanya diperbolehkan memiliki satu NPWP selama

hidupnya, atau bagi Wajib Pajak Badan selama belum dibubarkan. Wajib

Pajak tidak diperkenankan memiliki dua atau lebih NPWP. Oleh karena itu,

apabila Wajib Pajak pindah domisili atau tempat kedudukan dari wilayah

KPP lama ke wilayah KPP lainnya maka Wajib Pajak tersebut tidak perlu

membuat NPWP baru di KPP baru, cukup melakukan permohonan pindah

sehingga NPWP tidak berubah, yang berubah hanyalah KPP tempat Wajib

Pajak tersebut terdaftar dan kewajiban perpajakannya pun akan dipindahkan

(19)

7. Penghapusan NPWP

NPWP dapat dihapuskan dalam hal :

a. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak memenuhi persyaratan

subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan;

b. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena

penghentian atau penggabungan usaha;

c. Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan

menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan;

d. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang menghentikan kegiatan usahanya

di Indonesia;

Sebelum dilakukan penghapusan NPWP, maka terhadap Wajib Pajak

terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan pajak untuk menghitung kembali

pajak pajak yang telah dibayar dan apabila masih ada pajak yang masih

terutang dan belum dibayar agar dilunasi dulu sebelum kemudian NPWPnya

dihapus.

8. Pencabutan pengukuhan PKP

Apabila Pengusaha Kena Pajak yang telah dikukuhkan pada suatu waktu

ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagai PKP, maka pengusaha tersebut

dapat mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan PKP. Sebelum

pengukuhan PKP dicabut, terhadap PKP tersebut terlebih dahulu dilakukan

(20)

9. Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT Masa dan Tahunan)

Berdasarkan self assessment system, Wajib Pajak diberi kewenangan untuk

menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak-pajaknya. Sarana yang

digunakan untuk menghitung, menyetor serta melaporkan pajak oleh Wajib

Pajak disebut Surat Pemberitahuan (SPT). SPT terdiri dari SPT Masa dan

SPT Tahunan. SPT Masa adalah SPT yang berisi perhitungan pajak dalam

suatu masa/bulan sedangkan SPT Tahunan berisi perhitungan pajak dalam

suatu tahun pajak.

10. Pemeriksaan pajak

Sebagai konsekuensi pelaksanaan self assessment system maka perlu dilakukan pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak.

11. Penerimaan pelaporan pelunasan Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Hasil dari pemeriksaan pajak dapat berupa Surat Ketetapan Pajak yang

menyebutkan jumlah pajak yang masih harus dibayar oleh Wajib Pajak yang

harus segera dilunasi kemudian dilaporkan.

12. Penerimaan permohonan keberatan

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat pajak yang masih harus

dibayar akan tetapi Wajib Pajak tidak setuju dengan jumlahnya, maka Wajib

Pajak berhak untuk mengajukan keberatan dengan membuat surat

permohonan keberatan dilampiri dengan perhitungan jumlah pajak terutang

(21)

13. Penerimaan permohonan pemindahbukuan

Pajak yang telah disetor atas nama satu Wajib Pajak terhadap satu jenis

pajak dapat dimintakan pemindahbukuan kepada atas nama Wajib Pajak

yang lain atau jenis pajak yang lain.

14. Penerimaan permohonan mengangsur atau menunda pembayaran pajak

Apabila karena satu atau beberapa hal Wajib Pajak tidak mampu membayar

pajak yang terutang maka Wajib Pajak tersebut diperbolehkan mengangsur

atau menunda pembayaran pajak. Terhadap permohonan ini akan dilakukan

penelitian oleh petugas terhadap faktor-faktor yang menyebabkan Wajib

Pajak tidak mampu melunasi pajaknya sekaligus untuk kemudian ditentukan

apakah permohonannya dikabulkan atau ditolak.

15. Penerimaan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak

(restitusi)

Apabila terjadi kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak berhak meminta

kembali kelebihan pembayaran pajaknya. Terhadap Wajib Pajak akan

dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah ada pajak yang masih

harus dibayar sebelum kelebihan pajaknya bisa dikembalikan (direstitusi).

16. Penyitaan dan pencabutansita termasuk pemblokiran rekening

Berdasarkan Surat Ketetapan Pajak hasil pemeriksaan yang menyebutkan

masih ada pajak yang masih harus dibayar dalam jangka waktu tertentu

belum dilunasi maka dapat dilakukan penyitaan terhadap aset Wajib Pajak

(22)

Apabila dalam jangka waktu tertentu setelah penyitaan dan pemblokiran

tersebut Wajib Pajak melunasi utang pajaknya maka penyitaan dan

pemblokiran dicabut dan aset yang disita dikembalikan.

17. Pelaksanaan lelang

Apabila dalam jangka waktu tertentu setelah penyitaan Wajib Pajak tidak

juga melunasi utang pajaknya, maka terhadap aset yang disita dapat

dilakukan pelelangan dan hasilnya digunakan untuk melunasi utang

pajaknya.

18. Penerimaan pemberitahuan pembukuan dengan menggunakan komputer

Wajib pajak diperkenankan melaksanakan pembukuan dengan sistem

komputerisasi dengan terlebih dahulu memberitahukannya kepada KPP.

19. Penerimaan pemberitahuan perubahan tahun buku

Apabila Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku, Wajib Pajak harus

memberitahukannya kepada KPP.

20. Penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB)

Surat Keterangan Bebas adalah surat yang digunakan Wajib Pajak agar tidak

dilakukan pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga yang

apabila Wajib Pajak dilakukan pemotongan atau pemungutan berpotensi

adanya kelebihan pembayaran pajak. Sebelum SKB terbit, terlebih dahulu

(23)

21. Penetapan suatu daerah terpencil

KPP baik secara jabatan maupun karena permohonan Wajib Pajak, dapat

menetapkan suatu daerah sebagai daerah terpencil yang memperoleh

fasilitas tertentu dibidang perpajakan.

22. Penerbitan Surat Keterangan Fiskal (SKF)

SKF berisi data pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak untuk masa

dan tahun tertentu. Umumnya SKF dipergunakan untuk memenuhi

persyaratan saat hendak melakukan penawaran pengadaan barang dan atau

jasa untuk keperluan pemerintah. SKF diterbitkan apabila ada permohonan

dari Wajib Pajak dengan terlebih dahulu dilakukan penelitian oleh petugas.

23. Penerbitan dan pengawasan ijin pemberian meterai dengan mesin teraan

meterai

Dalam rangka menghemat waktu, tenaga dan biaya, Wajib Pajak yang

dalam kegiatannya sering memberi meterai terhadap dokumen-dokumennya

diperbolehkan menggunakan mesin teraan meterai dengan terlebih dahulu

meminta ijin kepada KPP.

24. Penerbitan dan pengawasan ijin pemberian meterai dengan sistem

komputerisasi

Selain menggunakan mesin teraan meterai, meterai juga dapat dicetak

menggunakan sistem komputerisasi berdasarkan ketentuan yang telah

(24)

25. Penerimaan permohonan data baru Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Di bidang PBB, self assessment system diterapkan dengan cara pengajuan

permohonan data PBB baru apabila Wajib Pajak memiliki objek PBB

berupa tanah dan atau bangunan yang belum memiliki Nomor Objek Pajak

(NOP)

26. Pencetakan SPPT, STTS dan Salinan SPPT PBB

Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat yang

menyebutkan besarnya nilai objek pajak PBB beserta jumlah PBB yang

harus dibayar dalam satu tahun. Surat Tanda Terima Setoran adalah surat

yang menyebutkan jumlah PBB yang telah disetor dan diberikan kepada

Wajib Pajak apabila dia telah melunasi PBBnya. Untuk keperluan tertentu,

Wajib Pajak dapat meminta salinan SPPT, misalnya apabila SPPT aslinya

hilang.

27. Pemberian pengurangan pembayaran PBB

Terhadap Wajib Pajak tertentu dapat diberikan pengurangan pembayaran

PBB, misalnya untuk para veteran perang dan pensiunan.

28. Penerimaan permohonan mutasi PBB

Mutasi PBB dilakukan apabila terjadi perubahan kepemilikan objek pajak

PBB. Mutasi dilakukan dengan mengganti identitas Wajib Pajak yang

tercantum dalam SPPT PBB.

(25)

SPPT PBB dapat dipecah apabila ada pengalihan sebagian objek pajak PBB

dari pemilik objek pajak lama kepada pemilik yang baru. Penggabungan

SPPT dilakukan apabila ada dua atau lebih objek pajak PBB yang letaknya

bersebelahan tapi dimiliki oleh satu orang Wajib Pajak

30. Administrasi dan verifikasi pembayaran BPHTB

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB) adalah pajak

yang dibayar oleh Wajib Pajak yang menerima pengalihan hak atas tanah

dan bangunan baik karena pembelian, hibah maupun warisan. Verifikasi

pembayaran BPHTB dilakukan untuk memastikan BPHTB yang disetor

telah masuk ke kas negara. Verifikasi biasanya dilakukan dalam rangka

pembuatan akta tanah dan atau bangunan oleh Wajib Pajak ke Badan

(26)

26 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Dalam pelaksanaan kerja praktek penulis ditempatkan pada seksi

pemeriksaan yang ada di KPP Pratama Sumedang.

3.1.1 Sistem

3.1.1.1 Pengertian Sistem

Menurut Azhar Sutanto pengertian sistem adalah :

“Kumpulan atau group dari sub sistem atau bagian atau komponen apapun baik phisik maupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis

untukmencapai satu tujuan tertentu.”

(2007:24)

3.1.1.2 Ciri-Ciri Sistem

Sebuah sistem tentunya mempunyai ciri-ciri tersendiri yang kemudian

akan mendukung terbentuknya sistem itu sendiri.

Menurut Azhar Sutanto ciri-ciri Sistem terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :

1. Tujuan Sistem 2. Batasan Sistem 3. Subsistem

4. Hubungan dan Hierarki Sistem 5. Input-Proses-Output

6. Lingkungan Sistem

(27)

Yang kumudian dijelaskan sebagai berikut :

1. Tujuan Sistem

Tujuan sistem merupakan target atau sasaran akhir yang dicapai oleh suatu

sistem. Ciri-ciri atau kriteria dari sasaran tersebut dapat juga digunakan

sebagai tolak ukur dalam menilai keberhasilan suatu sistem dan menjadi

dasar dilakukannya suatu pengendalian.

2. Batasan Sistem

Batas sistem merupakan garis abstraksi yang memisahkan antara sistem

dan lingkungannya. Batas sistem ini bagi umat manusia sangat relatif dan

tergantung pada tingkat pengetahuan dan situasi dan kondisi yang

dirasakan oleh orang yang melihat sistem tersebut.

3. Subsistem

Subsistem merupakan komponen atau bagian dari suatu sistem, subsistem

bisa fisik maupun abstrak. Suatu subsistem akan memiliki subsistem yang

lebih kecil dan seterusnya. Istilah yang menggambarkan bagian dari suatu

sistem tidak selalu subsistem. Istilah lain mungkin adalah komponen,

elemen atau unsur.

4. Hubungan dan Hierarki Sistem

Hubungan sistem adalah hubungan yang terjadi antara subsistem dengan

subsistem lainnya yang setingkat atau antara subsistem dengan sistem

(28)

5. Input-Proses-Output

Input merupakan segala sesuatu yang masuk ke dalam suatu sistem.

Proses merupakan perubahan dari input menjadi output. Output merupakan hasil dari suatu proses yang merupakan tujuan dari keberadaan

sistem.

6. Lingkungan Sistem

Lingkungan sistem adalah faktor-faktor di luar sistem yang mempengaruhi

sistem. Lingkungan Sistem ada dua macam, yaitu lingkungan eksternal

dan internal. Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar

sistem, sedangkan lingkungan internal adalah lingkungan yang berada

dalam suatu sistem.

3.1.2 Pemeriksaan Pajak

3.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Menurut Mardiasmo, Pemeriksaan adalah :

“Serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,

mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.”

(2009:50)

(29)

“Pemeriksaan Pajak adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh kantor pajak terhadap Wajib Pajak untuk mencari dan mengumpulkan data atau keterangan lainnya guna penetapan besarnya pajak yang terutang dan/atau tujuan lain dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”

(2007:60)

Kedua teori tersebut sesuai dengan apa yang ada dalam Undang-Undang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) Pasal 29 dan 31 yang

menjelaskan lebih rinci mengenai pemeriksaan pajak.

3.1.2.2 Tujuan Pemeriksaan Pajak

Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

(Buku Panduan Pemeriksaan KPP Pratama Sumedang), tujuan pemeriksaan

meliputi untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk

tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan. Mengingat masing-masing tujuan pemeriksaan memiliki karakteristik

yang spesifik, dan agar selaras dengan tujuan pemeriksaan tersebut, kebijakan

pemeriksaan juga dibagi 2 (dua), yaitu :

a. Kebijakan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan; dan

b. Kebijakan pemeriksaan untuk tujuan lain

1. Menguji Pemenuhan Kewajiban Perpajakan

Kebijakan ini diatur dalam SE - 10/PJ.04/2008 tentang Kebijakan

(30)

Pemeriksaan ini dilakukan apabila terdapat kondisi seperti :

a) SPT menunjukan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yang telah

diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak;

b) SPT Pajak Penghasilan menunjukan rugi;

c) SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang

telah ditetapkan;

d) SPT yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh Direktur

Jenderal Pajak;

e) ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada

huruf c tidak dipenuhi.

Adapun hal-hal lain yang diatur dalam Surat Edaran ini, antara lain :

A. Ruang Lingkup Pemeriksaan

Ruang lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan meliputi pemeriksaan atas satu, beberapa, atau

seluruh jenis pajak, baik untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian

Tahun Pajak atau Tahun Pajak, baik tahun-tahun lalu maupun tahun

berjalan.

B. Jenis Pemeriksaan

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan dapat dilaksanakan melalui 2 (dua) jenis pemeriksaan,

yaitu :

a. Pemeriksaan Lapangan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di

(31)

tinggal Wajib Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur

Jenderal Pajak; dan

b. Pemeriksaan Kantor, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di Kantor

Direktorat Jenderal Pajak.

C. Kriteria Pemeriksaan

Terdapat 2 (dua) kriteria pemeriksaan yang mendasari dilakukannya

pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan Wajib Pajak, yaitu :

a. Pemeriksaan Rutin, merupakan pemeriksaan yang dilakukan

terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak

dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakannya atau karena

diwajibkan oleh Undang-Undang KUP;

b. Pemeriksaan berdasarkan risiko (risk based audit) yang

selanjutnya disebut dengan Pemeriksaan Khusus, merupakan

pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko

terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak. Analisis risiko terhadap

ketidakpatuhan Wajib Pajak dapat dilakukan secara

Komputerisasi atau secara manual. Pemeriksaan Khusus dibagi

menjadi 2 (dua) kriteria, yaitu :

● Pemeriksaan Khusus dengan analisis risiko bersifat bottom up

(dari bawah ke atas), yaitu Pemeriksaan Khusus berdasarkan

hasil analisis risiko terhadap profil Wajib Pajak yang

(32)

disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP atasannya

untuk mendapatkan persetujuan;

● Pemeriksaan Khusus dengan analisis risiko bersifat top down

(dari atas kebawah), yaitu Pemeriksaan Khusus yang

dilakukan berdasarkan :

- Hasil analisis dan pengembangan atas informasi, data,

laporan dan pengaduan yang dilakukan oleh Kepala kanwil

DJP atau Direktur Intelijen dan Penyidikan;

- Hasil analisis risiko secara komputerisasi (selama ini disebut

Kriteria Seleksi) yang berupa skor risiko ketidakpatuhan

dengan memperhatikan variabel-variabel tertentu serta

adanya data dan informasi; atau

- Pertimbangan Direktur Jenderal Pajak

D. Jangka Waktu Pemeriksaan

Jangka waktu pemeriksaan telah diatur sesuai dengan jenis

pemeriksaannya yang dapat digambarkan sebagai berikut:

*Surat Pemeberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Pemeriksaan disampaikan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum berakhirnya jangka waktu pemeriksaan

Gambar 3.1.2.2

(33)

Yang kemudian dijelaskan dalam poin-poin berikut :

1. Jangka waktu Pemeriksaan Lapangan dihitung sejak tanggal Surat

Perintah Pemeriksaan (SP2) sampai dengan tanggal Laporan Hasil

Pemeriksaan (LHP).

2. Jangka waktu Pemeriksaan Kantor dihitung sejak tanggal Wajib Pajak

harus datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan

Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

3. Jangka Waktu Pemeriksaan Lapangan untuk tujuan menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan adalah 4 (empat) bulan dan dapat

diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan.

4. Apabila ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan transfer

pricing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya

rekayasa transaksi keuangan, jangka waktu pemeriksaan dapat

diperpanjang menjadi paling lama 2 (dua) tahun, kecuali pemeriksaan

yang dilakukan terkait dengan permohonan pengembalian kelebihan

pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B

Undang-Undang KUP, harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian

permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

5. Jangka waktu Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan adalah 3 (tiga) bulan dan dapat

diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam) bulan.

6. Apabila ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan transfer

(34)

rekayasa transaksi keuangan, Pemeriksaan Kantor diubah menjadi

Pemeriksaan Lapangan.

7. Jangka waktu maksimal setelah perpanjangan jangka waktu

pemeriksaan tidak dapat diperpanjang lagi meskipun terjadi pergantian

tim Pemeriksa Pajak.

2. Tujuan Lain

Kebijakan ini diatur dalam SE - 116/PJ/2009 tentang Kebijakan

Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain. Pemeriksaan ini dilakukan untuk :

a. pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;

b. penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;

c. pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;

d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;

e. pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan

Penghasilan Neto;

f. pencocokan data dan atau alat keterangan;

g. penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;

h. penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan

Nilai;

i. tujuan lain selain huruf a sampai dengan huruf h.

Adapun hal-hal lain yang diatur dalam Surat Edaran ini, antara

lain:

A. Ruang Lingkup Pemeriksaan

(35)

pencocokan, atau pengumpulan materi yang berkaitan dengan

tujuan pemeriksaan.

B. Jenis Pemeriksaan

Terdapat 2 (dua) jenis pemeriksaan untuk tujuan lain yang diatur

dalam Undang-Undang KUP, yaitu :

a. Pemeriksaan Lapangan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan

di tempat kedudukan, tempat usaha atau pekerjaan bebas,

tempat tinggal Wajib Pajak, atau tempat lain yang

ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak; dan

b. Pemeriksaan Kantor, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di

kantor Direktorat Jenderal Pajak.

C. Jangka Waktu Pemeriksaan

Jangka waktu pemeriksaan untuk tujuan lain harus mengacu pada

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007, dengan

ketentuan sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu 2

(dua) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 4

(empat) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah

Pemeriksaan (SP2) sampai dengan tanggal Laporan Hasil

Pemeriksaan (LHP), kecuali untuk pemeriksaan dalam

rangka penentuan saat produksi dimulai, jangka waktu

pemeriksaannya harus mengacu pada jangka waktu yang

(36)

b. Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu 7

(tujuh) hari dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 14

(empat belas) hari yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak

datang memenuhi surat panggilan dalam rangka

Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil

Pemeriksaan.

c. Jangka waktu maksimal setelah perpanjangan jangka waktu

pemeriksaan tidak dapat diperpanjang lagi meskipun terjadi

pergantian tim Pemeriksa Pajak

3.1.2.3Standar Pemeriksaan Pajak

Untuk mencapai kinerja yang maksimal, maka diperlukan suatu standar

yang merupakan ketentuan yang harus dilakukan sekaligus pedoman dalam

melaksanakan pekerjaan.

Gambar 3.1.2.3

“Standar Pemeriksaan Pajak”

Sumber : KPP Pratama sumedang A. Standar Umum Pemeriksaan Pajak

(37)

1. Standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan

Pemeriksa Pajak dan mutu pemeriksaannya meliputi :

a. Telah mendapat diklat teknis yang cukup serta memiliki

ketrampilan sbg Pemeriksa Pajak, dan menggunakannya

secara cermat dan seksama

b. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan yang tercela

serta mengutamakan kepentingan negara

c. Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan

perundang-undangan, termasuk batasan waktu yang ditetapkan

2. Bila diperlukan, pemeriksaan dapat dilaksanaka oleh tenaga

ahli dari dalam dan luar Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

B. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Mencakup beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain :

1. Didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan

tujuan pemeriksaan dan mendapat pengawasan yang

seksama, terdiri dari :

a. Mengumpulkan dan mempelajari data Wajib Pajak

b. Menyusun rencana pemeriksaan

(38)

d. Menyiapkan sarana pemeriksaan

2. Audit scope ditentukan berdasarkan petunjuk yang

diperoleh yang harus dikembangkan

3. Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dengan mengacu pada

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan, Pedoman Pemeriksaan

dan Petunjuk Teknis Pemeriksaan

4. Temuan Pemeriksaan harus didasarkan pada bukti

kompeten yang cukup

5. Pemeriksaan dilakukan oleh Tim Pemeriksa

6. Tim Pemeriksa dapat dibantu oleh Tenaga Ahli, laporan

Tenaga Ahli yang digunakan merupakan bagian dari Kertas

Kerja Pemeriksaan (KKP)

7. Apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan

bersamaan dengan Tim Pemeriksa dari instansi lain

8. Dapat dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak (DJP),

tempat Wajib Pajak atau tempat lain yang dianggap perlu

9. Dilakukan pada jam kerja dan dapat dilanjutkan di luar jam

kerja

(39)

C. Standar Pelaporan Pemeriksaan Pajak

Mencakup 3 hal yang harus dilakukan, meliputi :

1. Kegiatan pemeriksaan harus dilaporkan dalam Laporan

Hasil Pemeriksaan (LHP) yang disusun sesuai Standar

Pelaporan Hasil Pemerisaan, yaitu :

a. Laporan Hasil Pemeriksaan disusun secara ringkas dan

jelas, yang memuat data penugasan hingga simpulan dan

usul pemeriksa

b. Laporan Hasil Pemeriksaan disusun dan ditandatangani

oleh Ketua Tim dan Anggota Tim

c. Laporan Hasil Pemeriksaan ditelaah dan ditandatangani

oleh Supervisor

d. Laporan Hasil Pemeriksaan ditandatangani oleh kepala

kantor

2. Bentuk, isi dan format Laporan Hasil Pemeriksaan disusun

merujuk pada pedoman penyusunan Laporan Hasil

Pemeriksaan

3. Laporan Hasil Pemeriksaan digunakan sebagai dasar

penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan /atau Surat

(40)

3.1.3 Sistem Pemeriksaan Pajak

Sistem pemeriksaan pajak pada KPP pratama Sumedang sejauh ini telah

berjalan cukup baik. Prosedur serta aturan yang menjadi pedoman pemeriksaan

telah dilaksanakan dengan cukup baik. Sistem pemeriksaan pajak ini

diselenggarakan untuk penerapan, pengawasan, evaluasi serta pemaksimalan

penerimaan pajak, yang kemudian dapat digunakan oleh pihak-pihak instansi

terutama pimpinan instansi sebagai dasar informasi untuk mengambil keputusan

dan kebijaksanaan yang dianggap perlu.

Sistem pemeriksaan pajak yang baik adalah sistem yang sesuai dengan

standar yang telah ditentukan, dimana sebelum mencapai itu terdapat 3 tahapan

yang harus dilakukan yaitu :

1. Persiapan

Dalam tahap pemeriksaan, hal-hal yang harus dilakukan antara

lain:

a. Pengumpulan Berkas Data

b. Menyusun Profil Wajib Pajak

c. Melakukan Analisis Data

d. Mengidentifikasi Masalah

e. Menyusun Rencana Pemeriksaan

f. Menyusun Program Pemeriksaan

(41)

2. Pelaksanaan

Sedangkan dalam tahapan pelaksanaan, ha-hal yang harus

dilakukan meliputi :

a. Pemeriksaan

b. Pemberitahuan Pemeriksaan

c. Penggunaan Metode dan Teknik

d. Melakukan Update Rencana & Program

e. Pemeriksaan buku dan dokumen

f. Melakukan Konfirmasi

g. Permintaan Keterangan

h. Menyusun Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP)

i. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan

j. Tanggapan & Pembahasan dengan Wajib Pajak

k. Melakukan Pembahasan dengan Tim Pembahas

l. Penandatanganan Berita Acara

3. Pelaporan

Dalam tahapan ini, ada 5 hal yang harus dilakukan, antara lain :

a. Menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

b. Menyampaikan Nota Penghitungan

c. Menyampaikan Alat Keterangan

d. Menyampiakan Daftar Harta

e. Pemberkasan

(42)

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Dalam pelaksanaan kerja praktek penulis memperoleh banyak ilmu serta

pengetahuan baru dalam bekerja. Dalam pelaksanaan kerja praktek ini, penulis

dianjurkan berbagai kegiatan operasional instansi di seksi pemeriksaan yang biasa

dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang.

Adapun jenis kegiatan yang penulis lakukan selama kerja praktek adalah

sebagai berikut :

1. Menyusun rencana pemeriksaan, dalam hal ini menyiapkan data-data yang

diperlukan, seperti :

a. Profil Wajib Pajak (diambil dari seksi waskon)

b. Surat Tugas

c. Nota Dinas

d. Surat-surat atau dokumen-dokumen lain yang dibutuhkan

2. Menyusun serta membuat Surat Perintah Pemeriksaan dan administrasi

pemeriksaan perpajakan lainnya yang dibutuhkan dalam proses

pemeriksaan

3. Melakukan koordinasi dengan pejabat fungsional pemeriksaan dalam hal

pelaksanaan tugas pemeriksaan

(43)

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

3.3.1 Dokumen yang Digunakan Seksi Pemeriksaan KPP Pratama Sumedang

Dokumen sangat penting guna terlaksananya peranan sistem pemeriksaan,

karena dengan adanya dokumen dapat dilihat sejauh mana sistem pemeriksaan ini

berjalan dengan baik dan efisien. Maka dalam melaksanakan sistem pemeriksaan,

dokumen yang digunakan pada KPP Pratama Sumedang adalah sebagai berikut :

1. Surat Peminjaman Berkas dan Data Wajib Pajak

Hal ini diperlukan karena Seksi Pemeriksaan tidak bekerja sendiri dalam

melaksanakan tugasnya melainkan berhubungan dengan seksi-seksi lain

yang berada di kantor. Oleh karena itu, dibuatlan surat yang kemudian

digunakan sebagai bukti peminjaman dokumen yang diperlukan

2. Surat Pengembalian Berkas dan Data Wajib Pajak

Sama hal nya dengan Surat Peminjaman Berkas dan Data Wajib Pajak, Surat

Pengembalian Berkas dan Data Wajib Pajak yang kemudian digunakan

sebagai bukti pengembalian dokumen yang sebelumnya dipinjam

3. Surat Tugas

Dokumen ini harus dibuat secara tertulis karena Tim Pemeriksa yang

kemudian bertugas harus menyampaikannya kepada Wajib Pajak, sehingga

tidak akan terjadi kesalahpahaman diantara kedua belah pihak

4. Nota Dinas

Surat ini dibuat sebagai dasar bagi Tim Pemeriksa dalam bertugas

(44)

Dokumen ini disesuaikan dengan tujuan serta jenis pemeriksaan yang akan

dilakukan

3.3.2 Pihak-Pihak Terkait Dalam Proses Pemeriksaan Pajak KPP Pratama Sumedang

Dalam melaksanakan tugas serta perannya sebagai pemeriksa, Seksi

Pemeriksaan Pajak bekerjasama dengan pihak-pihak lain, baik di dalam (internal)

maupun di luar lingkungan kantor (eksternal). Setiap pihak yang terlibat

berkewajiban untuk membantu seksi pemeriksaan guna memperlancar proses

pemeriksaan itu sendiri. Pihak-pihak yang terlibat antara lain :

1. Kepala Kantor Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang

2. Kepala Seksi Pemeriksaan

3. Kelompok Pejabat Fungsional

4. Seksi-seksi lain yang ada pada KPP Pratama Sumedang

5. Wajib Pajak

3.3.3 Sistem Pelaksanaan Pemeriksaan Pada KPP Pratama Sumedang

Sesuai dengan salah satu tugasnya, yaitu melakukan penerbitan dan

pendistribusian Surat Perintah Pemeriksaan serta administrasi pemeriksaan

perpajakan lainnya, yang kemudian surat tersebut akan menjadi dasar

dilakukannya pemeriksaan pajak, maka akan diuraikan sebagai berikut prosedur

(45)

Pelaksana Seksi Pemeriksaan Tim Pemeriksa Pajak Kepala Seksi

(46)

Flowchart tersebut dapat dijelaskan kedalam tahapan-tahapan

sistematik seperti berikut :

1. Kepala Seksi Pemeriksaan menerima rencana penyelesaian

pemeriksaan (audit planning), rancangan program pemeriksaan

(audit program), prosedur pemeriksaan yang akan ditempuh

serta teknik pemeriksaan (metode pengujian) yang digunakan

dari Tim Pemeriksa Pajak (Sesuai dengan Nota Dinas

Pembentukan Tim Pemeriksa Pajak)(SOP Tata Cara Persiapan

Pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak) kemudian

menugaskan Pelaksana Seksi Pemeriksaan untuk membuat

konsep Surat Perintah Pemeriksaan

2. Pelaksana Seksi Pemeriksaan membuat konsep Surat Perintah

Pemeriksaan berdasarkan tujuan pemeriksaan

a. Dalam hal tujuan pemeriksaan adalah untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Kondisi :

- Dalam hal pemeriksaan yang dilakukan adalah jenis

pemeriksaan lapangan, Pelaksana Seksi Pemeriksaan

menyusun konsep Surat Perintah Pemeriksaan dan Surat

Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan, selanjutnya

menyampaikan konsep Surat Perintah Pemeriksaan dan

Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan kepada

(47)

- Dalam hal pemeriksaan yang dilakukan adalah jenis

pemeriksaan lapangan, Pelaksana Seksi Pemeriksaan

menyusun konsep Surat Perintah Pemeriksaan dan Surat

Panggilan dalam Rangka Pemeriksaan, selanjutnya

menyampaikan konsep Surat Perintah Pemeriksaan dan

Surat Panggilan dalam Rangka Pemeriksaan kepada

Kepala Seksi Pemeriksaan

b. Dalam hal tujuan pemeriksaan adalah tujuan lain,

Pelaksana Seksi Pemeriksaan menyusun konsep Surat

Perintah Pemeriksaan dan Surat Pemberitahuan

Pemeriksaan Lapangan/Surat Panggilan dalam Rangka

Pemeriksaan, selanjutnya menyampaikan konsep Surat

Perintah Pemeriksaan dan Surat Pemberitahuan

Pemeriksaan Lapngan/Surat Panggilan dalam Rangka

Pemeriksaan kepada Kepala Seksi Pemeriksaan

3. Kepala Seksi Pemeriksaan meneliti dan memaraf konsep Surat

Perintah Pemeriksaan dan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan

Lapangan atau konsep Surat Perintah Pemeriksaan dan Surat

Panggilan dalam Rangka Pemeriksaan dan menyampaikannya

kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak

4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan

(48)

Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau konsep Surat

Perintah Pemeriksaan dan Surat Panggilan dalam Rangka

Pemeriksaan

5. Kepala Seksi Pemeriksaan menugaskan Pelaksana Seksi

Pemeriksaan untuk menatausahakan dan menyampaikan Surat

Perintah Pemeriksaan dan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan

Lapangan atau Surat Perintah Pemeriksaan dan Surat Panggilan

dalam Rangka Pemeriksaan kepada Tim Pemeriksa Pajak

6. Pelaksana menatausahakan dan menyampaikan Surat Perintah

Pemeriksaan dan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan

atau Surat Perintah Pemeriksaan dan Surat Panggilan dalam

Rangka Pemeriksaan kepada Tim Pemeriksa Pajak

(49)

49 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan kerja pelaksanaan kerja praktek tersebut dan

setelah Penulis menganalisa, memahami dan mempelajari serta menguraikan

masalah tentang Sistem Pemeriksaan, maka penulis mencoba menyimpulkan

beberapa hasil dari kerja praktek yang dilakukan di KPP Pratama Sumedang,

yaitu:

1. Dokumen-dokumen yang digunakan oleh seksi pemeriksaan KPP Pratama

Sumedang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Dokumen-dokumennya tersebut antara lain sebagai berikut :

- Surat Peminjaman Berkas dan Data Wajib Pajak

- Surat Pengembalian Berkas dan Data Wajib Pajak

- Susunan Tim Pemeriksa

- Nota Dinas

- Dokumen lain yang dibutuhkan dalam rangka pemeriksaan

2. Dalam menjalankan tugasnya sebagai seksi pemeriksaan, banyak pihak

yang terlibat didalamnya, antara lain :

- Kepala Kantor KPP Pratama Sumedang

- Kepala Seksi Pemeriksaan

- Kelompok Pejabat Fungsional yang kemudian menjadi Tim Pemeriksa

(50)

- Seksi-seksi lain yang berada di lingkungan kantor

3. Penerapan Sistem pemeriksaan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Sumedang telah sesuai dengan fungsi serta sesuai dengan

peraturan yang ada dan berjalan dengan cukup baik

4.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas tanpa mengurangi rasa hormat

penulis pada pihak KPP Pratama Sumedang, maka penulis ingin menyampaikan

saran yang mudah-mudahan dapat dijadikan bahan masukan guna meningkatkan

pelaksanaan Sistem Pemeriksaan KPP Pratama Sumedang, adapun saran yang

ingin penulis sampaikan adalah :

1. Dalam penyimpanan dokumen, sebaiknya dilakukan pengecekan

secara rutin serta pengawasan dalam hal pengambilan dan

penyimpanan supaya masuk keluarnya dokumen serta pencarian data

dapat diketahui dengan lebih mudah

2. Untuk menjaga konsistensi, akan lebih baik jika dilakukan evaluasi

kinerja atas masing-masing anggota seksi pemeriksaan secara berkala.

Hal ini diharapakan agar pelaksanaan sistem pemeriksaan di KPP

(51)

Laporan Kerja Praktek

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Mata Kuliah Kerja Praktek Studi S-1 Program Studi Akuntansi

Oleh :

NAMA : SAEFULOH NIM : 21108086

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(52)

Lingga Jaya.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan, edisi revisi. Yogyakarta : Penerbit andi.

Siti Kurnia Rahayu, Ely Suhayati, 2010. Perpajakan: Teori dan Teknis Perhitungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Soemarso S.R. 2007. Perpajakan,Pendekatan Komprehensif.Jakarta : Salemba

Empat.

www.google.com

www.ortax.org

(53)

NIM : 21108086

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 10 September 1990

Alamat di Bandung : Jl. Sukahaji RT. 02 / RW. 07

Gegerkalong, Bandung

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : Muhidin

Pekerjaan : Wiraswasta

Ibu : Eros Rosita

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Sukahaji RT. 02 / RW. 07

Gegerkalong, Bandung

Pendidikan

1996-2002 : SDN KPAD 2

2002-2005 : SLTPN 29 Bandung

2005-2008 : SMA Kartika Siliwangi 2

(54)

i

rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

Kerja Praktek yang berjudul “TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN SISTEM

PEMERIKSAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA SUMEDANG”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari

sempurna. Hal ini tidak terlepas dari kekurangan dan pengalaman penulis. Oleh

karena itu, penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan laporan ini masih

banyak kekurangan dan kesalahan. Namun penulis berusaha untuk

menanggulanginya. Kritik dan saran sangat membangun penulis harapkan agar

laporan ini lebih baik lagi.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., selaku ketua Program Studi Akuntansi

Universitas Komputer Indonesia.

(55)

ii

6. Fajar Wijayanto, selaku Kepala Seksi Pemeriksaan KPP Pratama Sumedang

yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan Kerja

Praktek.

7. Mba Sisca dan Mba Denok, selaku pembimbing instansi yang telah

memberikan pengarahan, bimbingan serta perhatian selama penulis

melakukan Kerja Praktek.

8. Seluruh staff dan karyawan yang turut membantu terlaksananya Kerja

Praktek.

9. Kedua orang tua tercinta, yang telah membesarkan dan juga selalu

memberikan do’a, kasih sayang serta dukungan dalam menempuh pendidikan

untuk bekal di masa depan.

10. Keluarga besar, yang selalu memberikan motivasi serta arahan kepada penulis

dalam menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa.

11. Faris Balfas, yang selama kerja praktek menjadi partner kerja.

12. Edo dan Osa, teman-teman dari Universitas Islam Bandung (UNISBA)

13. Teman-teman ak-2 yang terus memberikan support dan semangat selama

pelaksanaan serta pelaporan kerja praktek.

14. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan

(56)

iii berkepentingan pada umumnya.

Bandung, Desember 2011

(57)

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 2.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Sumedang
Gambar 3.1.2.2
Gambar 3.1.2.3

Referensi

Dokumen terkait

Lapangan Mandiri (PKLM) yang dibuat oleh penulis adalah : PEMERIKSAAN PAJAK SEBAGAI TINDAKAN PENGAWASAN ATAS PELAKSANAAN SISTEM SELF ASSESSMENT PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK

Prosedur pemeriksaan Pajak PPh pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pratama Cimahi telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Direktorat

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimanakah Sistem dan Prosedur pengajuan keberatan atas hasil pemeriksaan PPh Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak

Pemeriksaan pajak yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak kota Bandung terhadap wajib pajak orang pribadi cukup berpengaruh secara signifikan walaupun secara angka

Melaksanakan pelayanan, pengawasan administratif, dan pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak di bidang pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Penjualan

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai Tugas Melaksanakan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan administrasi pemeriksaan sederhana, penerapan terhadap Wajib Pajak di

Persiapan Pemeriksaan Pemeriksa Daftar berkas data dan daftar tunggakan pajak Wajib Pajak yang akan diperiksa SP2 Formulir peminjaman dokumen Mempelajari jenis usaha WP

Kemudian penulis ingin mengetahui kinerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur dalam melakukan pemeriksaan dan pengaruh pemeriksaan tersebut terhadap peningkatan