• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Pajak Sebagai Tindakan Pengawasan Atas Pelaksanaan Sistem Self Assessment Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemeriksaan Pajak Sebagai Tindakan Pengawasan Atas Pelaksanaan Sistem Self Assessment Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

TENTANG

PEMERIKSAAN PAJAK SEBAGAI TINDAKAN PENGAWASAN ATAS PELAKSANAAN SISTEM SELF ASSESSMENT PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

O L E H

NAMA : ISABELLA ROSALINI NIM : 082600117

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Study Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur ku panjatkan ke hadirat Mu Tuhan Yesus yang telah melimpahkan berkat dan penyertaanMu kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Laporan PKLM ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan pendidikan

program studi D III Administrsai Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara. Judul dari laporan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri (PKLM) yang dibuat oleh penulis adalah : PEMERIKSAAN PAJAK SEBAGAI TINDAKAN PENGAWASAN ATAS PELAKSANAAN SISTEM SELF ASSESSMENT PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA.

Adapun materi-materi yang penulis bahas dalam laporan PKLM ini adalah

mengenai kebijakan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, dan pembahasan materi yang dituangkan diambil dari berbagai sumber buku tentang pemeriksaan pajak, Peraturan Pemerintah, Keputusan Dirjen

Pajak, dan Surat Edaran Dirjen Pajak yang terbaru.

Dalam penulisan Laporan ini, dapat terselesaikan dengan baik karena

adanya motivasi dan bantuan dari beberapa pihak dan karenanya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tuaku R. Aritonang dan L. Nainggolan, terimakasih atas kasih sayang

(3)

2. Kakak dan abang yang telah banyak memberikan dukungan dan doa serta slalu

membantu dalam hal materi,, terimakasih banyak ya. Gak bakal lupa dehh

aku..

3. Bapak Alwi Hasyim Batubara selaku ketua jurusan D III Administrasi

Perpajakan USU.

4. Bapak Harmaini Hasan, SH, MH selaku dosen pembimbing, yang telah

membimbing dan meluangkan waktu untuk membimbing dan mengajari

penulis.

5. Teristimewa buat Agustinus Gultom yang selalu mendukung ku, selalu

membantu dan menyemangati dalam hal apapun. Makasih banyak ya bebebbku. Suksess trus buatmu yaaa.

6. Terimakasih kepada seluruh pegawai, dosen Prodip III Adm Perpajakan yang

telah banyak membantu menyelesaikan studi.

7. Bapak Korpen Damanik selaku Kepala Subbagian Umum Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Polonia.

8. Bapak Kepala Seksi Pemeriksaan, pegawai-pegawai di seksi pemeriksaan dan

bang paroul juga yang banyak membantu.. Sukses buat semua.

9. Seluruh keluarga, terimakasih atas doa dan dukungan serta motivasi kalian

semua sehingga tambah semangat deh mengerjakan laporan ini.

10. Buat para mamen Rina, Putri, Debi, Della, Desent.. makasih ya para mamen

sudah mendengar keluh kesah ku selama ni.. Semangat juga buat kalian ya. 11. Buat MBF, biarpun udah pada jauh-jauh tapi tetep ada kalo lagi diperlukan.

(4)

12. Buat teman-teman stambuk 2008 anak C yang sekarang juga lagi nyusun.

Sama-sama semangat ya.

13. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena

kebanyakan.. Pokoknya makasih semua nya..

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan PKLM ini, sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis penulis menyerahkan semua apa yang telah diperoleh ini semua untuk kemuliaan Tuhan, karena semua tidak akan terlaksana tanpa

kehendak-Nya dan semoga laporan ini bermanfaat bagi yang membaca.

Medan, Juni 2011 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………..i

DAFTAR ISI………...iv

DAFTAR TABEL………...vi

DAFTAR LAMPIRAN………..vii

BAB I PENDAHULUAN………1

A. Latar belakang………1

B. Tujuan dan Manfaat………...5

C. Uraian Teoritis………...7

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri………12

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri...13

F. Metode Pengumpulan Data………..14

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM………14

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM...16

A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia………..16

1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia……….16

B. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Polonia…….20

1. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia…..20

2. Deskripsi Tugas Bidang Kerja KPP Pratama Medan Polonia...21

BAB III GAMBARAN DATA PKLM………..25

(6)

B. Dasar Hukum Pemeriksaan………..25

C. Pengertian Seputar Pemeriksaan Pajak………26

D. Tujuan Pemeriksaan Pajak………...29

E. Jangka Waktu Pemeriksaan………..30

F. Pelaksanaan Pemeriksaan……….31

G. Standar Pemeriksaan………33

H. Norma Pemeriksaan Pajak………...37

I. Laporan Hasil Pemeriksaan……….38

J. Pemberitahuan Hasil Akhir Pemeriksaan dan Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan ………40

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI………44

A. Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan………..47

B. Penyebab-Penyebab Dilakukan Tindakan Pemeriksaan Pajak oleh Fiskus….49 C. Usaha-Usaha yang Dilakukan untuk Menanggulangi Masalah Wajib Pajak yang Tidak dan Kurang Patuh………..51

D. Upaya-Upaya untuk Mengoptimalkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Tindakan Pemeriksaan……….52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….55

A. Kesimpulan………..55

B. Saran……….56

(7)

DAFTAR TABEL

I. Jumlah Wajib Pajak yang diperiksa oleh Kantor Pelayanan Pajak

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa 2. Surat Perintah Pemeriksaan

3. Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan 4. Surat Peringatan Untuk Memberikan Keterangan

5. Berita Acara Pemberian Keterangan Wajib Pajak 6. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan

7. Daftar Temuan Pemeriksaan

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Sebagai mahluk hidup dan juga sosial manusia memerlukan

fasilitas-fasilitas pribadi maupun fasilitas-fasilitas-fasilitas-fasilitas umum untuk dapat hidup sejahtera. Fasilitas pribadi antara lain seperti : rumah, kendaraan, dan lain-lain. Sedangkan

fasilitas umum antara lain seperti : jalan raya, jembatan, sarana tempat peribadatan, sarana pendidikan, keamanan, dan fasilitas-fasilitas umum lainnya. Dengan demikian semakin besar dan semakin banyak kepentingan bersama yang

diinginkan, maka semakin kompleks juga cara merealisasikannya, seperti bagaimana cara mengumpulkan dana, kapan waktu yang tepat mengumpulkan dana, kepada siapa dana tersebut diminta, dan siapa yang akan melaksanakan

pengumpulan dana tersebut.

Dan dalam hal ini pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan

pemerintahan dalam membiayai pembangunan nasional. Sejak di berlakukannya reformasi perpajakan tahun 1983, maka system perpajakan yang sebelumnya adalah official assessment system yaitu suatu system pemungutan pajak yang

memberikan wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak menjadi self assesment system.

Self Assesment System adalah sebuah sistem pemungutan pajak yang

(10)

pemungutan pajak tersebutmempunyai arti bahwa penentuan penetapan besarnya pajak yang terutangdipercayakan kepada Wajib Pajak sendiri dan melaporkannya

secara teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturanperundang-undangan perpajakan. Namun hal ini tidak

efektif bila tidak dilakukan dengan pengontrolan secara teratur yang dilakukan oleh aparat pajak dengan cara melakukan pengawasan secara langsung terhadap wajib pajak. Dan dengan kata lain wajib pajak dapat berperan aktif dalam

menentukan keberhasilan sistem perpajakan tersebut.

Pengawasan merupakan aktivitas penting dalam manajemen pemerintahan.

Pengawasan bukan dimaksudkan mencari kesalahan, tetapi untuk menemukan penyimpangan atas pelaksanaan suatu pekerjaan, sehingga bisa dilakukan tindakan korektif. Dengan adanya tindakan korektif, maka pekerjaan yang

dilakukan akan sesuai dengan rencana.

Di dalam sistem self assessment tidak semua Surat Pemberitahuan (SPT)

dilakukan pemeriksaan pajak, kriteria SPT yang dilakukan pemeriksaan pajak adalah SPT lebih bayar. Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang

terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Mardiasmo, 2003:17). Dengan kuasa pasal 17 C undang-undang Nomor 28

(11)

tingkat kepatuhannya rendah tersebut atau menjadi wajib pajak yang memenuhi kriteria tertentu.

Kriteria pemeriksaan pajak merupakan kebijakan pemeriksaan pajak dari Direktorat Jenderal Pajak, seperti yang dituangkan dalam surat edaran Direktur

Jenderal Pajak nomor SE-10PJ.7/2004, kriteria pemeriksaan adalah 1. Pemeriksaan Rutin dapat dilakukan dalam hal :

a. Wajib Pajak orang pribadi atau badan yang menyampaikan SPT

Tahunan/SPT Masa yang menyatakan lebih bayar

b. SPT Tahunan PPh (pajak penghasilan) Wajib Pajak menyatakan rugi tidak

lebih bayar

c. Wajib Pajak orang pribadi atau badan tidak menyampaikan SPT

Tahunan/Masa dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan setelah

ditegur secara tertulis tidak menyampaikan SPT pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran.

d. Wajib Pajak orang pribadi atau Badan melakukakn kegiatan membangun

sendiri yang pemenuhan kewajiban PPN (Pajak Pertambahan Nilai) atas kegiatan tersebut patut diduga tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. 2. Pemeriksaan Kriteria seleksi terdiri dari :

a. Kriteria seleksi dilaksanakan apabila SPT Tahunan PPh Wajib Pajak

(12)

b. Kriteria seleksi lainnya dilaksanakan apabila SPT Tahunan PPh Wajib

Pajak Orang Pribadi dan Badan terpilih untuk diperiksa secara

komputerisasi.

3. Pemeriksaan khusus dapat dilakukan dalam hal : a. Adanya dugaan melakukan tindak pidana

b. Pengaduan masyarakat, termasuk melalui pos 5000

c. Terdapat data baru atau data semula yang belum terungkap yang dilakukan

melelui pemeriksaan ulang Direktur Jenderal Pajak d. Permintaan wajib pajak

e. Pertimbangan Direktur Jenderal Pajak

f. Untuk memperoleh informasi dan atau data tertentu dalam rangka

pelaksanaan peraturan perundang-undangann perpajakan 4. Pemeriksaan bukti permulaan dapat dilakukan :

Apabila ditemukan adanya indikasi tindak pidana dibidang perpajakan

berdasarkan hasil analisis data, informasi, laporan, pengaduan, laporan pengamatan atau laporan pemeriksaan pajak.

Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah metode latihan

operasional dimana penulis dilatih secara langsung untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan etika pekerjaan, sikap, tugas, dan

tanggung jawab seta kesempatan ,untuk menerapakan ilmu pengetahuan yang diperolah selama masa prkuliahan secara khusus penulis ingin mengetahui seberapa besar tingkat kepetuhan masyarakat memenuhi kewajiban

(13)

Pajak Pratama Medan Polonia dalam melakukan pemeriksaan dan pengaruh pemeriksaan terhadap peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dan penerimaan pajak.

Dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan PKLM dengan mengangkat judul “PEMERIKSAAN PAJAK SEBAGAI TINDAKAN

PENGAWASAN ATAS PELAKSANAAN SISTEM SELF ASSESSMENT PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu syarat yang wajib

dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan program diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan.

1. Tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Tujuan pelaksanaa Praktik Kerja Lapangan Mandiri yaitu :

1) Untuk mengetahui pelaksanaan sistem self assessment.

2) Untuk mengetahui Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan

Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

3) Untuk mengetahui sebab-sebab dilakukannya tindakan pemeriksaan oleh

fiskus terhadap wajib pajak.

4) Untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam tindakan

(14)

5) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakpatuhan Wajib Pajak

serta untuk menanggulangi masalah wajib pajak yang tidak atau kurang

patuh.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Disini juga disebutkan manfaat dari pelaksanaan PKLM yaitu : a. Bagi Mahasiswa

1) Melihat aplikasi teori kedalam permasalahan yang timbul selama

melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

2) Mempelajari perilaku dan keahlian baru serta mempelajari bentuk tim dan

kerjasama.

3) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi.

4) Mendorong semangat belajar untuk mempertinggi prestasi.

5) Menyiapkan mahasiswa sebagai tenaga baru yang terampil dan

professional dalam menghadapi dunia kerja.

b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

1) Memperolah masukan dan kritikan yang bersifat membangun. 2) Menjalin hubungan yang baik dengan Universitas Sumatera Utara.

3) Sarana mempromosikan citra institusi yang baik kepada masyarakat. c. Bagi Universitas Sumatera Utara

1) Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang disampaikan.

2) Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi

(15)

3) Mengusahakan adanya umpan balik untuk revisi kurikulum.

4) Mempromosikan sumber daya Universitas Sumatera Utara.

d. Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi data dan keterangan tentang pemeriksaan yg

dilakukan fiskus dalam tindakan pengawasan sistem self assessment. C. Uraian Teoritis

1. Defenisi Pajak

Menurut Soemitro dalam (Mardiasmo 2002 :1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut R. Santoso Brotodiharjo dalam (Waluyo dan Wirawan B.Iiyas 2002 :4) Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang

terutang oleh yang membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditujukan dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum berhubungan dengan

tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

Dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

No. 28 tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

(16)

2. Fungsi Pajak

Terdapat dua fungsi pajak yaitu :

a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk

membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.

Contoh : Dana yang dikumpulkan dari hasil pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan.

b. Fungsi Regulerend (Mengatur)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi dan mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.

Contoh : Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah

untuk mengurang gaya hidup mewah, tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan, tarif pajak ekspor adalah 0 %.

3. Sistem Pemungutan Pajak

a. Official Assessment system

Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan

pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

fiskus.

(17)

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh

fiskus.

b. Self Assessment System

Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak

yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak adalah wajib pajak

sendiri.

2) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. With Holding System

With holding system adalah suatu sistem pemungutan pajak

yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga.

4. Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji

(18)

rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

5. Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak

Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007, lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 85.

6. Tujuan Pemeriksaan

Menguji kepetuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berupa : a. SPT lebih bayar dan atau Rugi.

b. SPT tidak atau terlambat disampaikan.

c. SPT memenuhi kriteria yang ditentukan Direktur Jenderal Pajak

untuk diperiksa.

d. Adanya indikasi tidak dipenuhi kewajiban-kewajiban lainnya.

Tujuan lain antara lain :

a. Pemberian NPWP secara jabatan.

b. Penghapusan NPWP.

c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan PKP.

d. WP mengajukan keberatan.

e. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan

penghasilan netto.

(19)

h. Penentuan salah satu atau lebih tempat terutang PPN.

i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.

j. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas

perpajakan dan/atau:

k. Pemenuhan permintaan informasi dari Negara mitra Perjanjian

Penghindaran Pajak Berganda. 7. Wewenang Pemeriksa Pajak

Berdasarkan pasal 29 ayat 1 UU. No 28/2007, Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan WP dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan. 8. Hak Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan

a. Meminta kepada petugas pajak untuk menunjukkan tanda pengenal

pemeriksa

b. Meminta surat perintah pemeriksa pajak

c. Meminta penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksa pajak

d. Meminta tanda bukti peminjaman buku-buku, catatan-catatan, serta

dokumen-dokumen yang dipinjam oleh pemeriksa pajak

e. Meminta rincian berkenaan dengan hal-hal yang berbeda antara

(20)

f. Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan

kepada pihak lain yang tidak berhak memperoleh lembar asli berita

acara penyegelan apabila pemeriksa pajak melakukan penyegelan atas tempat atau ruangan tertentu

9. Kewajiban Wajib Pajak apabila dilakukan pemeriksaan

a. Memperlihatkan atau meminjamkan buku, catatan, atau dokumen

yang menjadi dasarnya dan dokumen lainnya yang berhubungan

dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP atau objek yang terutang pajak.

b. Memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat

atau ruangan yang dipandang perlu oleh pemeriksa dan membantu guna kelancaran pemeriksaan.

c. Memberikan keterangan yang diperlukan.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Kegiatan yang diteliti pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :

1. Pelaksanaan sistem self assessment.

2. Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak.

(21)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun sumber-sumber data yang diperlukan penulis untuk mendukung

pembuatan laporan ini adalah : 1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari penentuan tempat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Mencari bahan untuk pembuatan proposal, hingga pada konsultasi pada pihak dosen.

2. Studi Literatur

Penulis mencari berbagai sumber-sumber bacaan seperti buku-buku,

undang-undang, dan literatur yang berhubungan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap data yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. 4. Pengumpulan Data

Yaitu dengan mencari serta mengumpulkan data mengenai topik yang ajkan dibahas yang tersedia pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

5. Analisis data dan Evaluasi

Setelah seluruh data terkumpul maka dilaksanakan analisa dan evaluasi data.

(22)

F. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data berupa :

1. Wawancara

Yaitu dengan mengadakan pembicaraan langsung kepada pihak KPP

Medan Polonia. 2. Observasi

Yaitu dilakukan dengan pengamatan langsung atas kegiatan yang

dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. 3. Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan teori-teori, data-data mengenai pemeriksaan yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan tugas akhir adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Tujuan dan Manfaat Praktik

Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Metode pengumpulan

(23)

BAB II GAMBARAN UMUM KPP MEDAN POLONIA Dalam bab ini akan dibahas sejarah singkat KPP Medan

Polonia, struktur organisasi,uraian tugas pokok dan fungsi Serta gambaran pegawai.

BAB III GAMBARAN DATA PEMERIKSA PAJAK

Dalam bab ini penulis menguraikan pengertian-pengertian secara teoritis dan teori-teori yang berkaitan dengan

pemeriksa pajak, jangka waktu pemeriksaan.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab ini akan dibahas penyebab-penyebab dilakukannya tindakan pemeriksaan pajak oleh fiskus, Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak,

usaha-usaha yang dilakukan untuk menanggulangi masalah Wajib Pajak yang tidak atau kurang patuh, dan upaya-upaya

untuk mengoptimalkan kepatuhan wajib pajak dalam tindakan pemeriksaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan mengenai masalah yang diangkat sebagai judul penulis dan saran terhadap pelaksanaan

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) agar lebih baik dimasa yang akan dating.

(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia 1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia

Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dimulai pada masa penjajahan belanda, Kantor Pelayanan Pajak disebut

Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan diubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik

Indonesia.

Sebelum tahun 1967, Kantor Pelayanan Pajak bernama Kantor Inspeksi

Pajak Medan dan oleh pemerintah dipecah menjadi dua bagian yaitu :

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jl. Suka Mulia No.

17 A

b. Kantor Inspeksi Pajak Selatan yang berlokasi di Jl. Diponegoro No.30 A

Sebelum Indonesia merdeka, masa pajak ini dikelola oleh pemerintah

hindia Belanda yang segala sesuatu peraturannya diatur sesuai peraturan yang berlaku di Belanda. Setelah Indonesia merdeka maka peraturan dan Undang-undang tentang perpajakan disesuaikan dengan iklim dan kebudayaan

Indonesia.

Pada tahun 1978 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor

(25)

Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dengan pertumbuhan ekonomi penduduk maka pemerintah mendirika Kantor

Inspeksi Pajak Medan Barat. Untuk menetapkan pelayanan pajak yang akan diberikan kepada masyarakat umum, khususnya kepada Wajib Pajak maka

berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 276/KMK/01/1987 tentang organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak

Binjai KM 7,5.

Pada tanggal 1 April 1979 Kantor Inspeksi Pajak diseluruh Indonesia

diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Untuk wilayah medan, Kantor Pelayanan Pajak dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jl. Suka Mulia

No.17 A

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jl. Diponegoro

No.30 A

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK 01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang organisasi dan tata

kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan

(26)

1. KPP Medan Belawan

2. KPP Medan Selatan 3. KPP Medan Timur

4. KPP Medan Binjai 5. KPP Medan Kota 6. KPP Medan Polonia

KPP Medan Polonia berdiri pada awal tahun 2002 yang mana

merupakan pemecahan dari KPP Medan Barat yang terletak di Jl. Sukamulia dengan tujuan untuk mengembangkan kantor wilayah kerja. KPP Medan

Polonia ini mencakup 5 Kecamatan yaitu : 1. Kecamatan Medan Maimun

2. Kecamatan Medan Polonia 3. Kecamatan Medan Baru

4. Kecamatan Medan Selayang 5. Kecamatan Medan Tuntungan

Sesuai dengan surat edaran No. SE-19/PJ/2007 tentang Persiapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor Wilayah DJP dan

pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama seluruh Indonesia tahun 2007-2008. KPP Pratama adalah jenis KPP sebagaimana terdapat pada Peraturan

(27)

Pada tanggal 19 Mei 2008 Menteri Keuangan mengeluarkan Keputusan dengan No. Kep.95/PJ/2008 tentang Kantor Pelayanan Pajak

menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri dari : 1. KPP Pratama Binjai

2. KPP Pratama Medan Barat 3. KPP Pratama Medan Belawan

4. KPP Pratama Medan Kota 5. KPP Pratama Medan Petisah

6. KPP Pratama Medan Polonia 7. KPP Pratama Medan Timur 8. KPP Pratama Lubuk Pakam

Berdasarkan surat-surat Keputusan tersebut maka Kantor Pelayanan

Pajak Medan Polonia berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia yang beralamat di Jl. Diponegoro No. 30 A Medan.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia adalah sebagai institusi pemerintah yang bertujuan sebagai pelayanan pajak yang professional dengan kinerja yang baik dan yang dapat dipercaya untuk meningkatkan penerimaan

negara untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia menggunakan Logo Direktorat Jenderal Pajak sebagai logo perusahaan, dikarenakan seluruh Kantor Pelayanan Pajak Pratama berada dibawah naungan Direktorat Jenderal

(28)

daya yang mempersatukan dengan menyerasikan dalam gerak kerja untuk melaksanakan tugas Departemen Keuangan.

B. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Polonia a. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia

Setiap instansi atau perusahaan satu organiusasi dalam fungsi dan tugasnya masing-masing, sedangkan definisi struktur organisasi itu adalah kerangka yang menyeluruh menghubungkan suatu organisasi dan menerapkan

hubungan yang ditetapkan.

Berddasarkan keputusan Presiden RI No.23 tahun 1997 tentang

perubahan keputusan Presiden No.15 tahun 1984 tentang susunan suatu organisasi Departemen, maka Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari susunan sebagai berikut:

i. Sekretariat Direktorat Jenderal Pajak

ii. Direktorat Perencanaan dan Potensi Perpajakan iii. Direktorat Peraturan Perpajakan

iv. Direktorat Hubungan Perpajakan Internasional

v. Direktorat Pajak Penghasilan

vi. Direktorat Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak tidak langsung lainnya

vii. Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan viii. Direktorat Pemeriksas Pajak

ix. Pusat Penyuluhan Perpajakan

(29)

Sedangkan Kantor Pelayanan Pajak adalah sebagai berikut : a. Sub Bagian Umum

b. Seksi Ekstensifikasi

c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi d. Seksi Penagihan

e. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

f. Seksi Pemeriksaan g. Kelompok Fungsional

h. Seksi Pelayanan

i. Unit Fiskal Luar Negeri

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia memakai struktur organisasi garis staff yang dipakai oleh kepala Kantor Wilayah I Direktorat

Jenderal Pajak Sumatera bagian Utara, dimana semua pegawainya merupakan Pegawai Negeri Sipil Departemen Keuangan RI.

b. Deskripsi Tugas Bidang Kerja KPP 1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB,

dan Karikpa maka kepala kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib

pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak tidak langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah

(30)

2. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas membantu dan menunjang

kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama melakukan urusan tata usaha, kepegawaian,

keuangan dan rumah tangga. 3. Seksi Ekstensifikasi

Seksi ekstensifikasi mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha

wajib pajak, penerimaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan serta penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP). Untuk menyelenggarakan tugas

tersebut seksi ini mempunyai fungsi dalam pendaftaran wajib pajak, penatausahaan penerimaan dan pengecekan SPT, pengurusan kearsipan berkas wajib pajak, menangani masalah-masalah PBB.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Memiliki tugas dalam hal pengumpulan, pengolahan data, penyajian

informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian, dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan,

pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Penagihan

Memiliki yugas dalam hal pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak dan usulan

(31)

6. Seksi Pemeriksaan

Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan penyusunan rencana

pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan

pajak lainnya.

7. Kelompok Fungsional

Kelompok fungsional yang terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa

dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada kepala KPP Pratama Medan Polonia. Dalam melaksanakan

pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.

8. Seksi Pelayanan

Memiliki tugas dalam hal penetapan dan penerbitan produk hukum

perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta kerjasama perpajakan

sesuai ketentuan yang berlaku.

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I, II, III, IV)

Memiliki tugas dalam hal mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan wajib pajak (PPh, PPN dan PPnBM, PBB, BPHTB, dan pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis

(32)

rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP terdapat 4 (empat) kepala seksi

pengawasan dan konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial tertentu).

10. Unit Fiskal Luar Negeri

Unit Fiskal Luar Negeri mempunyai tugas membeikan layanan fiskal luar negeri kepada warga negara yang berhak bepergian keluar negeri. Unit ini

(33)

BAB III

GAMBARAN DATA PKLM

A. Ketentuan Pemeriksaan Pajak

Di dalam melakukan pemeriksaan pajak, pemeriksa pajak harus

berdasarkan ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku yang terdiri dari ketentuan formal dan ketentuan material. Ketentuan formal pemeriksaan

berdasarkan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sedangkan ketentuan material berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan dan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Ketiga

undang-undang perpajakan tersebut, telah menngalami beberapa kali perubahan. B. Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak

a. Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740) b. Peraturan Menteri Keuangan No.199/PMK.03/2007, tentang Tata Cara

Pemeriksaan Pajak.

(34)

pemerintah sudah mempunyai suatu pondasi yang kuat dan tegas sehingga tidak perlu lagi adanya keragu-raguan ataupun alas an bagi wajib pajak.

C. Pengertian Seputar Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,

mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Pasal 1 angka 25

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan).

Pemeriksa pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, yang

diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan. (Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 199/PMK.03.2007

Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak)

Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak-hak dan

memenuhi kewajiban wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 1 angka 28 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan).

Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha, atau pekerjaan bebas, tempat tinggal wajib

(35)

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 199/PMK.03.2007 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).

Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak. (Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 199/PMK.03.2007 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).

Pemeriksaan bukti permulaan adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana

dibidang perpajakan. (Peraturan Menetri Keuangan Nomor 199/PMK.03.2007 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).

Pemeriksaan ulang adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak untuk jenis pajak dan masa/tahun pajak yang telah diperiksa pada pemeriksaan sebelumnya. (Peraturan Menetri Keuangan Nomor

199/PMK.03.2007 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).

Pemeriksaan rutin adalah pemeriksaan yang bersifat rutin dilakukan

terhadap wajib pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya. (Peraturan Menetri Keuangan Nomor 199/PMK.03.2007 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).

Pemeriksaan Kriteria Seleksi adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak yang dipilih berdasarkan resiko kepatuhan secara komputerisasi.

(Surat Edaran No :SE-01/PJ.7/2003 Tentang Kebijaksanaan Pemeriksaan Pajak). Pemeriksaan Khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak sehubungan dengan adanya informasi, data, laporan, atau pengaduan yang

(36)

tertentu. (Surat Edaran No :SE-01/PJ.7/2003 Tentang Kebijaksanaan Pemeriksaan Pajak).

Pemeriksaan Tahun Berjalan adalah pemeriksaan terhadap wajib pajak yang dilakukan dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu atau seluruh

jenis pajak dan/atau untuk mengumpulkan data dan/atau keterangan untuk tujuan tertentu. (Surat Edaran No :SE-01/PJ.7/2003 Tentang Kebijaksanaan Pemeriksaan Pajak).

Surat Perintah Pemeriksaan Pajak adalah surat perintah untuk melakukan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan perpajakan dan/atau

untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Peraturan Menetri Keuangan Nomor 199/PMK.03.2007 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).

Kertas Kerja Pemeriksaan adalah catatan secara rinci dan jelas yang diselenggarakan oleh pemeriksa pajak mengenai prosedur pemeriksaan yang

ditempuh kemudian, bukti dari keterangan yang dikumpulkan dan kesimpulan yang diambil sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan.

Laporan Hasil Pemeriksaan adalah laporan yang berisi tentang

pelaksanaan dan hasil pemeriksaan yang disusun oleh pemeriksa pajak secara ringkas dan jelas sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan. (Peraturan

(37)

D. Tujuan Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan yang dilakukan oleh pejabat pajak terhadap wajib pajak yang

diperiksa pada hakikatnya memikiki tujuan yang hendak dicapai. Pejabat pajak dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan,

berwenang melakukan pemeriksaan untuk :

i. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban wajib pajak;

ii. tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban wajib pajak

dapat dilakukan dalam hal :

e. Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak dan/atau

Rugi.

f. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau tidak tepat waktu yang sudah

ditetapkan.

g. Surat Pemberitahuan memenuhi kriteria yang ditentukan Direktur Jenderal

Pajak untuk diperiksa.

h. Adanya indikasi tidak dipenuhi kewajiban-kewajiban lainnya.

Sedangkan dalam hal tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan , yang dapat dilakukan adalah untuk

hal-hal seperti ini:

l. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau pencabutan NPWP secara

jabatan.

(38)

n. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau pencabutan PKP.

o. Wajib Pajak mengajukan keberatan atau banding.

p. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan penghasilan netto.

q. Penentuan Wajib Pajak yang berlokasi di daerah tertentu. r. Penentuan WP berlokasi di daerah terpencil.

s. Penentuan salah satu atau lebih tempat terutang PPN.

t. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.

u. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan

dan/atau:

v. Pemenuhan permintaan informasi dari Negara mitra Perjanjian Penghindaran

Pajak Berganda.

Tujuan lain pemeriksaan pajak tersebut di atas hanya sekedar untuk

memberikan pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak. Sementara itu untuk mewujudkan pelayanan yang terbaik adalah kewajiban pejabat pajak sebagaimana

yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. E. Jangka Waktu Pemeriksaan

Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan No. 199/PMK.03/2007 jangka

waktu pemeriksaan terdiri dari :

1. Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3(tiga) bulan

(39)

2. Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4(empat)

bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8(delapan) bulan yang

dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

3. Apabila dalam pemeriksaan lapangan ditemukan indikasi transaksi yang

terkait dengan transfer pricing dan/atau transaksi lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan yang memerlukan pengujian yang lebih

mendalam serta memerlukan waktu yang lebih lama, pemeriksaan lapangan dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 2 tahun.

4. Dalam hal pemeriksaan dilakukan atas Surat Pemberitahuan Lebih Bayar,

jangka waktu pemeriksaan tersebut harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

F. Pelaksanaan Pemeriksaan

Dalam rangka memperlancar pemeriksaan dan meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat, pemerintah melalui Keputusan Menteri Keuangan mengatur wewenang dan kewajiban pemeriksa pajak.

1. Wewenang Pemeriksa Pajak dalam Pemeriksaan Lapangan

Dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, pemeriksa

pajak berwenang :

a. Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi

dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen yang berhubungan

(40)

b. Mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik.

c. Memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau

tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang

diperoleh.

d. Meminta kepada wajib pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran

pemeriksaan antara lain berupa :

2. Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya wajib pajak apabila dalam

mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan

dan/atau keahlian khusus.

3. Memberi kesempatan kepada pemeriksa pajak untuk membuka barang

bergerak dan/atau tidak bergerak.

4. Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya pemeriksaan lapangan

dalam hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit

untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal Pajak.

1. Melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak

dan/atau tidak bergerak.

2. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib pajak.

3. Meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang

(41)

5. Wewenang Pemeriksa Pajak dalam Pemeriksaan Kantor

a. Dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan perpajakan

dilaksanakan dengan jenis pemeriksaan kantor, pemeriksa pajak berwenang : Memanggil wajib pajak untuk dating ke kantor Direktorat

Jenderal Pajak dengan menggunakan surat panggilan.

b. Melihat dan/atau meminjam buku dan/atau catatan, dokumen yang

menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang

termasuk data yang dikelola secara elektronik yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh.

c. Meminta kepada wajib pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran

pemeriksaan.

d. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari wajib pajak.

e. Meminjam Kertas Kerja Pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik

melalui wajib pajak dan mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang

diperiksa melalui kepala unit pelaksana pemeriksaan. G. Standar Pemeriksaan

Standar pemeriksaan pajak berdasarkan pasal 6 (enam) sampai dengan

pasal 10 (sepuluh) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus

dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan.

(42)

1. Standar Umum Pemeriksaan (Pasal 7)

Standar Umum Pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan

berkaitan dengan persyaratan pemeriksa pajak dan mutu pekerjaannya. Pemeriksaan dilaksanakan oleh pemeriksa pajak yang :

a. Telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta

memiliki keterampilan sebagai pemeriksa pajak, dan menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama.

b. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan

kepentingan negara.

c. Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk

taat terhadap batasan waktu yang ditetapkan.

Dalam hal diperlukan, pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh tenaga ahli

dari luar Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak. 2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan (Pasal 8)

Pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan sesuai standar pelaksanaan pemeriksaan, yaitu : 1. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai

dengan tujuan pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang seksama.

2. Luas pemeriksaan (audit scope) ditentukan berdasarkan petunjuk yang

(43)

3. Temuan pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan

berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan

4. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim pemeriksa pajak yang terdiri dari

seorang supervisor, seorang ketua tim dan seorang atau lebih anggota tim. 5. Tim pemeriksa pajak tersebut dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang

memiliki keahlian tertentu yang bukan merupakan pemeriksa pajak, baik yang berasal dari Direktorat Jenderal Pajak maupun yang berasal dari instansi luar

Direktorat Jenderal Pajak yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai tenaga ahli seperti penerjemah bahasa, ahli dibidang teknologi dan

informasi, dan pengacara.

6. Apabila diperlukan, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim

pemeriksa dari instansi lain.

7. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, tempat tinggal wajib pajak, atau di tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak.

8. Pemeriksaan dilakukan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat

dilanjutkan dapat dilanjutkan di luar jam kerja.

9. Pelaksanaa pemeriksaan disokumentasikan dalam bentuk kertas kerja

pemeriksaan.

3. Kertas Kerja Pemeriksaan (Pasal 9)

Kegiatan pemeriksaan untuk mengujin kepatuhan pemenuhan kewajiban

(44)

sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf i dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Kertas Kerja Pemeriksaan wajib disusun oleh Pemeriksa Pajak dan berfungsi

sebagai :

2. Bukti bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai standar pelaksanaan

pemeriksaan.

3. Bahan dalam melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan Wajib

Pajak mengenai temuan pemeriksaan.

4. Dasar pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan.

5. Sumber data atau informasi bagi penyelesaian keberatan dan banding yang

diajukan oleh wajib pajak.

6. Referensi untuk pemeriksaan berikutnya.

7. Kertas Kerja Pemeriksaan harus memberikan gambaran mengenai :

8. Prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan. 9. Data, keterangan, dan/atau bukti yang diperoleh. 10. Pengujian yang telah dilakukan; dan

11. Simpulan dalam hal-hal lain yang dianggap perlu yang berkaitan dengan

pemeriksaan.

4. Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan (Pasal 10)

(45)

1. Laporan Hasil Pemeriksaan disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang

lingkup atau pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan,

memuat simpulan pemeriksa pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan

perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan pemeriksaan

2. Laporan Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan antara lain mengenai : a) Penugasan Pemeriksaan b) Identitas Wajib Pajak

c) Pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak

d) Pemenuhan kewajiban perpajakan e) Data/informasi yang tersedia

f) Buku atau dokumen yang dipinjam g) Materi yang diperiksa

h) Uraian hasil pemeriksaan

i) Ikhtisar hasil pemeriksaan j) Penghitungan pajak terutang

k) Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak H. Norma Pemeriksaan Pajak

Berdasarkan pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, untuk keperluan pemeriksaan harus memilki tanda pengenal pemeriksa dan

(46)

kepada wajib pajak yang diperiksa. Di dalam penjelasan pasal 29 ayat 2 Undang-Undang No.28/2007, dijelaskan tentang kewajiban pemeriksa pajak yaitu

pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas pemeriksa harus memilki tanda pengenal identitasnya. Oleh karena itu, petugas pemeriksa harus memilki tanda pengenal

pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan, serta memperlihatkannya kepada wajib pajak yang diperiksa. Petugas pemeriksa harus menjelaskan tujuan dilakukan pemeriksaan kepada wajib pajak.

Petugas pemeriksa harus telah mendapat pendidikan teknis yang cukup dan memiliki keterampilan sebagai pemeriksa pajak. Dalam menjalankan

tugasnya, petugas pemeriksa harus bekerja dengan jujur, bertanggungjawab, penuh pengertian, sopan, dan objektif serta wajib menghindarkan diri dari perbuatan tercela.

Pendapat dan simpulan petugas pemeriksa harus didasarkan pada bukti yang kuat dan berkaitan serta berlandaskan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan. Petugas pemeriksa harus melakukan pembinaan kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

I. Laporan Hasil Pemeriksaan

Setiap pemeriksaan selalu diakhiri dengan pertanggungjawaban yaitu

(47)

kekurangan yang ditemui oleh pemeriksa pajak dalam pembukuan atau diri wajib pajak.

Kegiatan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilaporkan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan yang

disusun sesuai standar pelaporan hasil pemeriksaan, yaitu :

1. Laporan Hasil Pemeriksaan disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang

lingkup atau pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan,

memuat simpulan pemeriksa pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan

perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan pemeriksaan.

2. Laporan Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan antara lain mengenai : a. Penugasan Pemeriksaan b. Identitas Wajib Pajak

c. Pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak

d. Pemenuhan kewajiban perpajakan e. Data/informasi yang tersedia

f. Buku atau dokumen yang dipinjam g. Materi yang diperiksa

h. Uraian hasil pemeriksaan

(48)

k. Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak

J. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan

Berdasarkan pasal 31 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,

pemeriksa pajak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) kepada wajib pajak, dan hak wajib pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan (closing conference) dalam batas waktu yang ditentukan.

Dalam hal wajib pajak tidak hadir dalam batas waktu yang ditentukan, hasil pemeriksaan ditindak lanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Berdasarkan Pasala 36 ayat 1 huruf d UU No.28/2007, Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau permohonan wajib pajak dapat membatalkan Hasil

Pemeriksaan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa penyampaian SPHP atau pembahasan akhir hasil pemeriksaan

dengan wajib pajak.

Tata cara pemberitahuan hasil pemeriksaan dan pembahasan akhir hasil pemeriksaan gterdapat dalam pasal 22, pasal 23, pasal 24 Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 antara lain :

1. Hasil pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemernuhan kewajiban

perpajakan harus diberitahukan kepada wajib pajak dengan memberikan hak kepada wajib pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir.

2. Pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak tidak dilanjutkan apabila

(49)

3. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) beserta lampirannya

disampaikan oleh pemeriksa pajak melalui kurir, faksimili, pos, atau jasa

pengiriman lainnya.

4. Wajib pajak memberikan tanggapan tertulis atas SPHP dan berhak hadir

dalam Pembahasan akhir hasil pemeriksaan palilng lama 3 hari kerja sejak SPHP diterima oleh wajib pajak untuk pemeriksaan kantor dan 7 hari kerja sejak SPHP diterima oleh wajib pajak untuk pemeriksaan lapangan.

5. Apabila dalanm jangka waktu tersebut, wajib pajak menyampaikan surat

tanggapan hasil pemeriksaa yang berisi tentang persetujuan atas seluruh hasil

pemeriksaan dan hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan (PAHP), pameriksa apajak menggunakan tanggapan tersebut sebagai dasar untuk membuat risalah pembahasan dan berita acara PAHP, yang ditandatangani

oleh tim pemeriksa pajak dan wajib pajak.

6. Apabila dalam jangka waktu tersebut, wajib pajak menyampaikan surat

tanggapan hasil pemeriksaan yang berisi persetujuan atas seluruh hasil pemeriksaan namun tidak hadir dalam PAHP, pemeriksa pajak menggunakan surat tanggapan tersebut sebagai dasar untuk mrmbuat risalah pembahasan dan

berita acara ketidak hadiran wajib pajak dalam PAHP, yang ditanda tangani oleh pemeriksa pajak dan wajib pajak.

7. Apabila dalam jangka waktu tersebut, wajib pajak menyampaikan surat

tanggapan hasil pemeriksaan yang berisi tentang ketidaksetujuan atas sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan dan hadir dalam PAHP, pemeriksa pajak

(50)

pembahasan akhir dengan wajib pajak dan hasil pembahasannya dituangkan dalam risalah pembahasan dan berita acara PAHP, yang ditandatangani oleh

tim pemeriksa pajak dan wajib pajak.

8. Apabila dalam jangka waktu tersebut, wajib pajak menyampaikan surat

tanggapan hasil pemeriksaan yang berisi tentang ketidaksetujuan atas sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan namun tidak hadir fdalam PAHP, pemeriksa pajak menggunakan surat tanggapan tersebut sebagai dasar untuk membuiat

risalah pembahasan dan berita acara ketidakhadiran wajib pajak dalam PAHP, yang ditandatangani oleh pemeriksa pajak.

9. Apabila dalam jangka waktu tersebut, wajib pajak tidak menyampaikan surat

tanggapan hasil pemeriksaan dan tidak hadir dalam PAHP, pemeriksa pajak membuat berita acara ketidakhadiran wajib pajak dalam PAHP, yang

ditandatangani oleh pemeriksa pajak.

10. Dalam hal wajib pajak tidak hadir dalam PAHP dan pemeriksa pajak telah

membuat dan menandatangani berita acara ketidakhadiran wajib pajak dlm PAHP, maka PAHP dianggap telah dilaksanakan.

11. Dalam hal wajib pajak menolak menandatangani berita acara PAHP,

pemeriksa pajak membuat catatan tentang penolakan tersebut dalam berita acara PAHP.

12. Dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara wajib pajak dengan pemeriksa

pajak dalam PAHP, wajib pajak dapat mengajukan permintaan agar perbedaan tersebut dibahas lebuih dahulu oleh tim pembahas yang dibentuk oleh Direktur

(51)

13. Hasil pembahasan oleh tim pembahas dituangkan dalam risalah tim pembahas

yang merupakan bagian dari kertas kerja pemeriksaan.

14. Jangka waktu PAHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan dengan jenis pemeriksaan kantor harus diselesaikan paling lama 3

(tiga) minggu.

15. Jangka waktu PAHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan harus diselesaikan paling

lama 1(satu) bulan.

16. Risalah pembahasan dan berita acara PAHP, merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Laporan Hasil Pemeriksaan.

17. Pajak yang terutang dalam SKP atau STP dihitung sesuai dengan PAHP,

(52)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

Sejak awal tahun 1984 sistem self assessment dibidang perpajakan di Indonesia telah diberlakukan untuk Pajak Penghasilan (PPh) dan untuk Pajak

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN & PPnBM) dimulai sejak 1 April 1985. Sedangkan untuk Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) belum sepenuhnya diberlakukan sistem self assessment, sebagian masih diberlakukan sistem official assessment.

Sistem self assessment adalah sebuah sistem pemungutan pajak dimana

Wajib Pajak (WP) diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan meleporkan sendiri pajak yang terutang.

Wewenang untuk menentukan pajak yang terutang oleh seseorang berada pada kedua belah pihak, yaitu Wajib Pajak dan fiskus. Sistem self assessment diberlakukan sampai sekarang karena sistem official assessment yang sebelumnya

diberlakukan dinilai tidak efisien, dan menimbulkan kecenderungan Wajib Pajak kurang bertanggungjawab, dan sering terjadi perlawanan pajak dengan cara

menghindar dari kewajiban perpajakannya. Denngan menyadari kelemahan-kelemahan tersebut maka sistem self assessment la yang diberlakukan.

Dalam sistem self assessment pemberdayaan masyarakat (empowering

people) adalah hal yang pokok, dimana prinsip itikad baik (good faith) merupakan

tuntutan moral menyelenggarakan pembukuan untuk keperluan pajak.

(53)

1. Mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak (Kantor Pelayanan

Pajak) untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus mendapatkan nomor

pokok wajib pajak,

2. kewajiban memahami peraturan perpajakan yang berlaku,

3. menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan untuk keperluan administrasi

pajak dengan disertai oleh moral dan etika yang bertanggung jawab.

Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan

terjadinya pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, selain dalam bentuk tax evasion dapat juga terjadi karena kelalaian memenuhi

kewajiban perpajakan. Zain (1998) mengemukakan bahwa kelalaian memenuhi kewajiban perpajakan dapat disebabkan:

a. ketidaktahuan (ignorance), yaitu wajib pajak tidak sadar atau tidak tahu akan

adanya ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

b. kesalahan (error), yaitu wajib pajak paham dan mengerti mengenai peraturan

perundang-undangan perpajakan, tetapi salah dalam menerapkan dan penghitungan datanya,

c. kesalah pahaman (misunderstanding), yaitu wajib pajak salah menafsirkan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

d. kealfaan (negligence), yaitu wajib pajak alfa untuk menyimpan buku beserta

bukti-buktinya secara lengkap.

(54)

1. Tax consciousness / Kesadaran Wajib Pajak

2. Kejujuran Wajib Pajak

3. Tax Mindedness Wajib Pajak, hasrat untuk membayar pajak

4. Tax Discipline, disiplin Wajib Pajak terhadap pelaksanaan peraturan

pajak-pajak, sehingga pada waktunya Wajib Pajak dengan sendirinya memenuhi kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya oleh undang-undang seperti memasukkan SPT pada waktunya, membayar pajak pada waktunya dan

sebagainya, tanpa diperingatkan untuk melakukan hal-hal itu.

Hal-hal penting yang mempengaruhi keberhasilan sistem self assessment

adalah tingkat kepatuhan wajib pajak. Ciri-ciri sistem pemungutan pajak berdasarkan sistem self assessment adalah:

1. Adanya kepastian hukum 2. Pelaksanaannya mudah

3. Lebih mencerminkan azas keadilan dan merata

4. Memperkecil kemungkinan Wajib Pajak tidak mampu bayar pajak akibat

perhitungan yang terlalu besar.

Dalam rangka pengawasan atas sistem self assessment, Direktur Jenderal

Pajak berwenang melakukan tindakan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam

(55)

Wajib Pajak Jumlah WP Terdaftar

Tahun Pemeriksaan

2008 2009 2010

Orang Pribadi 93356 64 52 43

Badan 9814 97 102 158

Bendaharawan 1020 26 12 58

Total 104190 187 166 259

Sumber : KPP Pratama Medan Polonia

A. Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak yang tergabung dalam tim pemeriksa pajak yang susunannya terdiri dari beberapa supervisor, seorang ketua

tim, dan beberapa pemeriksa/penilai yang tergabung dalam kelompok fungsional. 1. Tata cara pelaksanaan pemeriksaan pajak harus dilakukan sesuai dengan:

a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara

Pemeriksaan.

b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 19/PJ/2008 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan

c. Peraturan Jenderal Pajak Nomor 20/PJ/2008 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor

2. Pemeriksaan harus dilaksanakan sesuai dengan standart pemeriksaan yang

meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan dan standar

(56)

3. Tim Pemeriksa Pajak harus mencantumkan dasar hukum berupa ketentuan

pelaksanaannya serta bukti-bukti pendukungnya, atas setiap temuan

pemeriksaan.

4. Temuan pemeriksaan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui

penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) yang penyampaiannya hanya dapat dilakukan satu kali.

5. Wajib Pajak harus diberi kesempatan hadir untuk melakukan pembahasan

akhir hasil pemeriksaan. Pembahasan akhir harus dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan yaitu 1 (satu) bulan untuk pemeriksaan

lapangan dan 3 (tiga) minggu untuk pemeriksaan kantor.

6. Dalam hal dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, baik Tim Pembahas

Tingkat Unit Pelaksana Pemeriksaan maupun Tingkat Kantor Wilayah, harus

diperhatikan hal-hal berikut :

a. Tim pembahas dibentuk oleh Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan atau

Kepala Kantor Wilayah DJP dan atas nama Direktur Jenderal Pajak yang bertugas.

b. Tim Pembahas akan melaksanakan tugasnya dalam hal terdapat

permohonan dari Wajib Pajak.

c. Pembahasan oleh Tim Pembahas hanya dilakukan antara Tim Pemeriksa

Pajak dan Tim Pembahas tanpa dihadiri oleh Wajib Pajak.

7. Apabila hasil pemeriksaan ternyata berbeda dengan profil Wajib Pajak, tim

(57)

Pemeriksaan dan Laporan Hasil Pemeriksaan serta mengirimkan data perbedaan tersebut kepada Seksi Pengawasan dan Konsultasi Terkait

8. Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan 1 (satu) Surat Perintah

Pemeriksaan yang meliputi satu atau beberapa jenis pajak dan satu atau

beberapa masa pajak, maka Nota Perhitungan dan Surat Ketetapan Pajak harus diterbitkan untuk setiap Masa Pajak dan Jenis Pajak.

Adapun prosedur Pemeriksaan Pajak yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa

Pajak adalah sebagai berikut :

1. Mengevaluasi data-data yang dilaporkan Wajib Pajak

2. Menganalisa angka-angka yang tercantum dalam laporan keuangan Wajib

Pajak

3. Meminta keterangan lisan dan/atau tulisan Wajib Pajak yang diperiksa

4. Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat penyimpanan

dokumen, uang, barang yang dapat memberi petunjuk.

5. Melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut pada nomor 4 (empat),

apabila Wajib Pajak atau kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan dimaksud.

B. Penyebab-penyebab Dilakukan Pemeriksaan Pajak oleh Fiskus

Dalam hal menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban wajib pajak, maka

Wajib Pajak dapat diperiksa apabila :

i. Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak dan/atau

(58)

j. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau tidak tepat waktu yang sudah

ditetapkan.

k. Surat Pemberitahuan memenuhi kriteria yang ditentukan Direktur Jenderal

Pajak untuk diperiksa.

l. Adanya indikasi tidak dipenuhi kewajiban-kewajiban lainnya.

Pemeriksaan pajak juga dapat dilakukan karena adanya indikasi ketidakpatuhan dari Wajib Pajak dalam menjalankan sistem self assessment yaitu: 1. Ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam kewajiban intern, yaitu dalam pembayaran

atau pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan SPT Ppn setiap bulan 2. Ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam kewajiban tahunan, yaitu dalam

menghitung pajak atas dasar sistem self assessment dan melaporkan perhitungan pajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT) pada akhir tahun pajak

serta melunasi hutang pajaknya.

3. Ketidakpatuhan Wajib Pajak terhadap ketentuan materiil dan yuridis formal

perpajakan melalui pembukuan sebagaimana mestinya.

Sedangkan pemeriksaan khusus juga dapat dilakukan oleh fiskus antara lain dapat dilakukan dalam hal :

a. Adanya dugaan melakukan tindak pidana

b. Pengaduan masyarakat, termasuk melalui pos 5000

c. Terdapat data baru atau data semula yang belum terungkap yang dilakukan

melelui pemeriksaan ulang Direktur Jenderal Pajak d. Permintaan wajib pajak

(59)

f. Untuk memperoleh informasi dan atau data tertentu dalam rangka pelaksanaan

peraturan perundang-undangann perpajakan

C. Usaha-usaha untuk Menanggulangi Masalah Wajib Pajak yang Kurang dan Tidak Patuh

Pada umumnya sebagian besar masyarakat Indonesia masih banyak yang kurang atau bahkan tidak mengerti pelaksanaan sistem self assessment yang berlaku dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal tersebut

mengakibatkan sampai saat ini masih banyak penyelewengan pajak yang terjadi, baik yang tidak sengaja akibat kurangnya pemahaman Wajib Pajak mengenai

sistem tersebut maupun yang disengaja oleh Wajib Pajak itu sendiri karena ketidakpatuhannya terhadap Undang-Undang perpajakan yang berlaku.

Semakin tingginya penyelewengan yang terjadi dibidang perpajakan

mengakibatkan pemeriksaan pajak beberapa tahun belakangan ini semakin gencar dilaksanakan oleh pihak pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak.

Untuk itu perlu usaha-usaha yang harus dilakukan oleh pihak fiskus untuk menanggulangi masalah Wajib Pajak yang kurang atau tidak patuh.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah Wajib

Pajak yang tidak atau kurang patuh tersebut adalah hendaknya pemerintah banyak melakukan penyuluhan-penyuluhan dan sosialisasi kepada Wajib Pajak.

(60)

serta meningkatkan kesadaran WP untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Penyuluhan pajak dilakukan oleh penyuluh perpajakan yang telah mempunyai pengetahuan, pengalaman, keahlian, dan keterampilan dibidang

perpajakan. Penyuluhan perpajakan setidaknya dapat memberikan pengetahuan dasar mengenai :

1. Prosedur pelaksanaan sistem self assessment.

2. Cara menghitung, memungut, membayar, dan melaporkan pajak sendiri

3. Sanksi-sanksi yang akan dikenakan kepada Wajib Pajak itu sendiri sesuai

yang tercantum dalam Undang-undang perpajakan, baik sanksi administrasi maupun sanksi tindak pidana

4. Perundang-undangan yang berlaku serta perubahan-perubahan

perundang-undangan tersebut secara transparan.

Penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan oleh fiskus tersebut diharapkan

dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman Wajib Pajak terhadap sistem self assessment sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan, serta meningkatkan kesadaran Wajib Pajak akan pentingnya kepatuhan terhadap

kewajiban perpajakan, guna menanggulangi masalah perpajakan dari WP yang tidak patuh.

D. Upaya-upaya untuk Mengoptimalkan Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pelaksanaan Tindakan Pemeriksaan

Dalam pelaksanaan tindakan pemeriksaan perlu didahulukan dengan

Referensi

Dokumen terkait

2016.. Hubungan Lingkungan Belajar dan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kotarih T.P 2015/2016. Skripsi Jurusan Pendidikan Ekonomi,

A Canadian initiative to define and estimate indicators of the relationship between agricultural activities and environmental quality has been under way since 1993. This paper

a) Tahap pertama adalah tahap dimana peserta mengirimkan desain softcopy dan hardcopy kepada panitia CIVIL 3 �� CONFEST. b) Setiap tim hanya diperbolehkan membuat 1

The paper describes a proposed methodology for estimating water erosion risk for large areas. The estimates are based on a one-dimensional hydrological balance and a physically

Hasil karya dimasukkan ke dalam amplop coklat disertai dengan melampirkan surat pernyataan, fotokopi bukti transfer, formulir pendaftaran, fotokopi kartu

Hasil usaha entitas anak, ventura bersama dan entitas asosiasi dimasukkan atau dikeluarkan di dalam laporan keuangan konsolidasian masing- masing sejak tanggal efektif

Slide presentasi sesuai instruksi tugas, Slide presentasi bagus dan menarik, komunikasi presentasi kurang lancar dan baik, namun tanggap dalam menjawab pertanyaan. Sangat Baik

Perlu adanya kesabaran yang lebih dan tenggang waktu yang lebih lama agar anak dapat lebih hafal gerakan dan lagu. Kegiatan ini dikerjakan oleh semua mahasisiwa PPL UNY