• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor – faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PERILAKU MAKAN MENYIMPANG PADA MAHASISWA DI FAKULTAS

KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH:

MELDA SANTI

NIM : 108101000057

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PERILAKU MAKAN MENYIMPANG PADA MAHASISWA DI FAKULTAS

KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

(SKM)

OLEH:

MELDA SANTI

NIM : 108101000057

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)
(4)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI

Skripsi, Januari 2013

MELDA SANTI, NIM : 108101000057

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN

PERILAKU MAKAN MENYIMPANG PADA MAHASISWA DI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2012

xxi + 88 halaman, 23 tabel, 2 bagan, 1 grafik, 2 lampiran.

ABSTRAK

Perilaku makan menyimpang (PMM) merupakan sebuah pola makan yang abnormal yang terkait dengan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh atau tekanan dalam diri seseorang yang sehat. Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih banyak dialami oleh remaja perempuan daripada laki-laki. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki usia remaja, seorang perempuan cenderung akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang dapat membuat tubuhnya menjadi gemuk, sedangkan laki-laki lebih menginginkan tubuhnya mengalami peningkatan massa otot. Tujuan dari penelitian ini diketahuinya faktor–faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian epidemiologi analitik dengan desain cross sectional study. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster sampling 2 tahap dan jumlah sampel sebanyak 185 responden. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner.

Hasil penelitian menunjukkan 54,6% mahasiswa mengalami kecenderungan PMM. Faktor individu yang berhubungan dengan kecenderungan PMM adalah variabel citra tubuh, sedangkan faktor lingkungan yang berhubungan dengan kecenderungan PMM adalah variabel pengaruh keluarga dan teman sebaya.

Saran untuk institusi diharapkan pihak fakultas dapat membuat program pemantauan kesehatan dan konseling psikologis khususnya pada mahasiswa yang memiliki kecenderungan PMM, memberikan sosialisasi dan promosi mengenai pola makan yang sehat. Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lagi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan PMM lebih banyak lagi seperti kemungkinan faktor budaya setempat, genetik, sosial ekonomi, dll serta mempertimbangkan jumlah responden untuk kuantitatif dan melanjutkan penelitian dengan memanfaatkan data kuantitatif untuk penelitian kualitatif.

(5)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES COMMUNITY HEALTH STUDY

Specialisation NUTRITION

Underground Thesis, January 2013

MELDA SANTI, NIM: 108101000057

FACTORS - FACTORS AFFECTING THE DISTORTED EATING BEHAVIOR IN STUDENTS FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA 2012

xxi + 88 pages, 23 tables, 2 charts,1 graph, 2 attachments.

ABSTRACT

Eating disorder is an abnormal eating patterns associated with dissatisfaction with body shape or pressure in a person healthy. Dissatisfaction with more body experienced by adolescent girls than boys. That is because at the start of a teenager, a woman is likely to experience an increase in body fat can make the body into fat, while men prefer to have the body to increase muscle mass. The purpose of this research knowing the factors that influence eating behavior deviant tendencies in students in FKIK UIN Jakarta in 2012.

This research method uses an analytical approach to the design of epidemiological studies cross sectional study. Sampling using 2-stage cluster sampling and sample number as many as 185 respondents. Data was collected by filling the questionnaire.

The results showed 54.6% of college students have a tendency eating disorder. Individual factors associated with the tendency of the eating disorder is body image variables, whereas environmental factors associated with the tendency of the eating disorder is variable influence of family and peers.

Suggestions for institutions expected the faculty to make health monitoring programs and psychological counseling especially to students who have a tendency eating disorder, provide socialization and promotion of a healthy diet. Suggestions for further research are expected to examine further the factors that influence the propensity eating disorder more like the possibility of local cultural factors, genetic, social, economic, etc. and considering the number of respondents to the quantitative and continue research using quantitative data to qualitative research.

(6)

iv

(7)
(8)

vi

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Melda Santi

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 04 Maret 1990

Alamat : Jl.Intan 1, Ds.Cidokom, RT 03/01, Kecamatan Gn. Sindur, Kabupaten Bogor, 16340

Email : edha.santi@gmail.com / edha_santi@yahoo.co.id

Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Golongan darah : AB

Status pernikahan : Belum menikah Kewarganegaraan : Indonesia

Riwayat Pendidikan :

a. 1995 – 1996 : TK Nurul Ikhlas, Kec.Ciputat, Kabupaten Tangerang. b. 1996 – 2002 : SDN Ciputat III, Kec.Ciputat, Kabupaten Tangerang. c. 2002 – 2005 : SMPN 1 Parung, Kec. Parung, Kab. Bogor, Jawa Barat. d. 2005 – 2008 : SMAN 1 Parung, Kec. Parung, Kab. Bogor, Jawa Barat. e. 2008 – sekarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pengalaman Organisasi :

(9)

vii

Pengalaman Bekerja:

a. Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL I) menentukan masalah dan akar masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Serpong, Tangerang Selatan, Banten pada tahun 2010.

b. Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL II) menentukan solusi masalah yaitu berupa “Pemberdayaan Masyarakat dengan Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam

Pencegahan Demam Berdarah Dengue” di Kelurahan Serpong, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan, Banten pada tahun 2011.

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, atas rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang membawa umatnya untuk senantiasa menapaki jalan yang diridhoi-Nya.

Penulisan skripsi dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Dalam penyusunan laporan skripsi ini, penulis sampaikan banyak terima kasih kepada berbagai pihak diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. (Hc). dr. M.K. Tadjudin, SP. And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Ir. Febrianti, M.Si, Selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing fakultas yang telah banyak membantu penulis dari awal sampai akhir penulisan skripsi.

4. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM, selaku dosen pembimbing fakultas yang telah banyak membantu penulis dari awal sampai akhir penulisan skripsi.

(11)

ix

6. Keluargaku tercinta, Mama, Papa, uni Mis, uda Heri (Alm), yang selalu memberikan doa, motivasi, bantuan moril maupun materil.

7. Kakek - nenek, om Adi - tante May, bude - pakde condet, ibu - bapak pologadung, ibu - ayah ciputat, om Husni - tante Er, om Wazirmen - tante Ros, om Edi - tante Qori, om Raf - tante Epi, yang selalu memberikan doa, motivasi, bantuan moril maupun materil.

8. Saudaraku uni Risa, uda Ronal, abang Awi, uni Neng, kak Neng, kak Dewi, kak Yani, mbak Wie, mbak Rini, Nisya, aa Evan, Putri, Naufal dan lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu yang juga ikut memberikan doa, motivasi, bantuan moril maupun materil.

9. Sahabatku seperjuangan Ika Suswanti, Rima Zeinnamira, Oki Oktaviani, Nurmalita Sani, Resti Ratnawati, Dimiyati Syahidah, Risa sativani dan seluruh teman-teman angkatan 2008.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus dilengkapi dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis berharap akan adanya penyusunan yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Jakarta, 4 Januari 2013

(12)

x

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN………... i

ABSTRAK………. ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN……… iv

LEMBAR PENGESAHAN………... v

RIWAYAT HIDUP PENULIS……….………. vi

KATA PENGANTAR………... viii

DAFTAR ISI……….. x

DAFTAR TABEL……….. xv

DAFTAR BAGAN……… xviii

DAFTAR GRAFIK……… xix

DAFTAR LAMPIRAN……….. xx

DAFTAR SINGKATAN………... xxi

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Rumusan Masalah……… 4

1.3Pertanyaan Penelitian………... 5

1.4 Tujuan Penelitian.……… 6

1.4.1 Tujuan Umum………. 6

1.4.2 Tujuan Khusus……… 6

1.5 Manfaat Penelitian...……… 7

1.5.1 Bagi Peneliti……….... 7

1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan……….. 7

1.6 Ruang Lingkup………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 9

2.1 Remaja..………... 9

(13)

xi

2.2.1 Batasan Perilaku………. 10

2.2.2 DomainPerilaku……..………... 10

2.3 Makan……….……….. 15

2.1 2.4 Perilaku Makan Menyimpang………...………... 15

2.4.1 Anorexia Nervosa………………...………... 17

2.4.2 Bulimia Nervosa……...………... 19

2.4.3 Binge Eating Disorder…...……… 23

2.4.4 Nocturnal Eating Disorder……… 25

2.5 Faktor yang Mempengaruhi perilaku Makan Menyimpang………. 26

2.5.1 Jenis Kelamin……….……… 26

2.5.2 Pengetahuan……… 26

2.5.3 Rasa Percaya Diri ..……… 27

2.5.4 Citra Tubuh ………... 28

2.5.5 Pengaruh Keluarga……….……… 28

2.5.6 Pengaruh Teman Sebaya……… 29

2.5.7 Pelecehan Seksual……….. 29

2.5.8 Kekerasan Fisik ...……….. 30

2.5.9 Pengaruh Media…..………... 30

2.6 Kerangka Teori..……….. 31

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH…..………. 32

3.1 Kerangka Konsep………. 32

3.2 Definisi Operasional…...………. 34

3.2 Hipotesis………... 36

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN...………... 37

4.1 Desain Penelitian………..……….…………... 37

4.2 Lokasi dan Waktu penelitian……… 37

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian………... 38

4.4 Metode Pengumpulan Data.………. 39

4.5 Instrumen Penelitian……….………... 40

(14)

xii

4.7 Analisis Data……… 42

4.8 Penyajian Data……… 43

BAB V HASIL PENELITIAN……….. 44

5.1 Hasil Analisis Univariat………... 44

(15)

xiii

Perilaku Makan Menyimpang……….. 5.2.2 Analisis Hubungan antara Pengetahuan dengan Kecenderungan

Perilaku Makan Menyimpang………

54

5.2.3 Analisis Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………

55

5.2.4 Analisis Hubungan antara Citra Tubuh dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………

56

5.2.5 Analisis Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………

57

5.2.6 Analisis Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………....

58

5.2.7 Analisis Hubungan antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………

59

5.2.8 Analisis Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………

60

5.2.9 Analisis Hubungan antara Pengaruh Media dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………

61

BAB VI PEMBAHASAN……….. 65 6.1 Keterbatasan Penelitian……… 65 6.2Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang……… 65 6.3Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan Perilaku Makan

Menyimpang………

68

6.4Hubungan antara Pengetahuan dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………

70

6.5Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………

71

6.6Hubungan antara Citra Tubuh dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………

73

(16)

xiv

Makan Menyimpang………...…………. 6.8Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Kecenderungan

Perilaku Makan Menyimpang………..

77

6.9Hubungan antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………..

78

6.10 Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………

80

6.11 Hubungan antara Pengaruh Media dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………

81

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN……… 83

7.1 Simpulan……….. 83

7.2 Saran……… 84

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Nama Tabel Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional.………. 34 Table 5.1 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Program Studi

di FKIK UIN Jakarta Tahun 2012………

44

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Mahasiswa yang Mengalami Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………...

45

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Jenis Kelamin di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…...

47

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………

48

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Rasa Percaya Diri di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………...

48

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Persepsi Citra Tubuh di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

49

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh Keluarga di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………...

50

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh Teman Sebaya di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………

50

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Riwayat Pelecehan Seksual di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012...

51

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Riwayat Kekerasan Fisik di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(18)

xvi

Tahun 2012……….... Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh Media di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

52

Tabel 5.12 Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………

53

Tabel 5.13 Tabulasi Silang antara Tingkat Pengetahuan dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif

Tabel 5.15 Tabulasi Silang antara Persepsi Citra Tubuh dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………...

56

Tabel 5.16 Tabulasi Silang antara Pengaruh Keluarga dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………..

57

Tabel 5.17 Tabulasi Silang antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………..

58

Tabel 5.18 Tabulasi Silang antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………..

59

Tabel 5.19 Tabulasi Silang antara Riwayat Kekerasan Fisik dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………..

60

Tabel 5.20 Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Majalah dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………..

(19)

xvii

Tabel 5.21 Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Televisi dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………..

62

Tabel 5.22 Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Internet dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………..

(20)

xviii

DAFTAR BAGAN

Nama Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori……….…...………... 31

(21)

xix

DAFTAR GRAFIK

Nama Grafik Halaman

Grafik 5.1 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Gejala yang Menunjukkan Kecenderungan Perilaku Makan menyimpang di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………...

(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian

(23)

xxi

DAFTAR SINGKATAN

BED : Binge Eating Disorder

CT : Citra Tubuh

DSM-IV : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

JK : Jenis Kelamin KS : Kekerasan Fisik

NAMED : NasionalAssosition of Male with Eating Disorder

NEDC : National Eating Disorder Collaboration

NES : Nocturnal Eating Syndrome

NIMH : National Institute of Mental health

PD : Percaya Diri PK : Pengaruh Keluarga

PMM : Perilaku Makan Menyimpang PS : Pelecehan Seksual

PTS : Pengaruh Teman Sebaya

(24)

1 1.1 LatarBelakang

Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan. Sebagai makhluk hidup manusia pun membutuhkan makanan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, setiap orang akan senantiasa berusaha mencari makanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap tumbuh kembang anak membutuhkan asupan gizi yang berbeda. Oleh karena itu, setiap orang tua atau tenaga medis perlu memperhatikan aspek asupan gizi bagi setiap tahap tumbuh kembang anak (Sudarma, 2008). Salah satu fase yang menentukan baik buruknya tumbuh kembang anak menjadi dewasa adalah pada saat anak berada pada fase remaja.

Fase remaja merupakan fase dimana seseorang mengalami masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Dalam kehidupan remaja banyak faktor yang berperan dalam membentuk kepribadian dan perilaku mereka. Sehingga dapat menyebabkan terjadinya berbagai perubahan pada diri remaja. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dapat berpengaruh terhadap kebiasaan makannya. Remaja sering kurang nyaman dengan pertumbuhannya yang sangat pesat tersebut, sedangkan di sisi lain mereka ingin berpenampilan seperti pada umumnya teman sebayanya atau idolanya. Perhatian yang berlebihan terhadap berat dan bentuk tubuh inilah yang mendorong sebagian besar para remaja mengalami perilaku makan menyimpang.

(25)

1997 dalam Aini, 2009). Perilaku makan menyimpang dapat terjadi akibat adanya ketidakpuasan terhadap tubuh yang lebih banyak dialami oleh remaja perempuan daripada laki-laki. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki usia remaja, seorang perempuan lebih mengutamakan penampilan fisik daripada laki-laki.

Berikut dikemukakan beberapa fakta yang menunjukkan adanya ketidakpuasan terhadap diri remaja diantaranya penelitian yang dilakukan di Amerika serikat ditemukan lebih dari dua juta orang dimana sebagian besar adalah remaja putri menderita anorexia nervosa (penurunan berat badan dan jumlah makanan yang dikonsumsi) atau bulimia nervosa (perilaku makan berlebihan dan kemudian mengeluarkannya kembali secara paksa) dan lebih dari 20% dari populasi remaja menderita obesitas. Penelitian lain menunjukkan bahwa 2,6% dari siswa remaja mengalami binge eating disorder (makan yang berlebihan secara berulang kali), dan 12% remaja mengalami obesitas, sedangkan prevalensi Nocturnal Eating Syndrome

(makan dalam jumlah banyak ketika tidak lapar, pada malam hari dan sulit tidur) diperkirakan 1,5% dari total populasi dan antara 10-26% dalam keadaan obesitas (Proverawati, 2010).

(26)

penelitian yang dilakukan oleh Putra (2008) pada siswi SMAN 70 Jaksel menyebutkan lebih dari 80% responden memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang.

Kecenderungan perilaku makan menyimpang dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa penelitian yang membuktikan faktor-faktor tersebut mempengaruhi terjadinya perilaku makan menyimpang diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Gonzalez, et al (2003) menemukan bahwa media massa berperan dalam onset perilaku makan menyimpang. Penelitian oleh Haines, et al (2006) menyebutkan bahwa ejekan tentang berat badan berhubungan positif secara signifikan terhadap timbulnya perilaku makan menyimpang. Penelitian Moore, et al (2002) melaporkan bahwa para penderita BED mengalami kejadian pelecehan seksual, kekerasan fisik dan bullying oleh teman sebaya lebih tinggi secara signifikan mempengaruhi perilaku makan menyimpang daripada objek pembanding yang sehat. Pada kenyataannya PMM dapat menyebabkan berbagai gangguan fisik yang serius pada perempuan dewasa, perempuan mulai pubertas atau telah pubertas (Wardlaw, 1999 dalam Aini, 2009).

(27)

Melihat dampak yang ditimbulkan dari Perilaku makan menyimpang sangat berbahaya maka peneliti tertarik untuk melihat kecenderungan perilaku makan menyimpang yang terjadinya di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK). Pada kenyataannya di FKIK belum ada penelitian mengenai hal tersebut. Meskipun mahasiswa FKIK setiap harinya terpapar materi tentang kesehatan dan lebih cenderung kepada remaja akhir namun tidak menutup kemungkinan juga bisa mengarah pada kecenderungan perilaku makan menyimpang. Pada dasarnya semua orang baik remaja ataupun dewasa bisa berperilaku makan menyimpang dan yang perlu diketahui adalah perilaku makan menyimpang akan berdampak buruk pada diri seseorang jika keadaan demikian dibiarkan begitu saja.

Setelah dilakukan studi pendahuluan terhadap 20 mahasiswa di kampus FKIK maka didapat hasil sebanyak 50% mahasiswa menganggap dirinya dalam keadaan gemuk, 70% makan diwaktu malam hari ketika mereka sulit untuk tidur, 60% makan dalam jumlah porsi besar ketika sedang tidak lapar dan 30% melakukan olahraga ekstrim segera setelah makan. Semua data yang dihasilkan ternyata mendekati ciri-ciri terjadinya perilaku makan menyimpang. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK.

1.2 Rumusan Masalah

(28)

organ lain sehingga tubuh akan mengalami penurunan fungsional dan akan berlanjut ke dampak yang sangat serius yaitu dapat menyebabkan kematian.

Mengingat dampak yang ditimbulkan sangatlah berbahaya dan tidak menutup kemungkinan juga mahasiswa di FKIK dapat mengalami hal tersebut, maka dilakukan studi pendahuluan terhadap mahasiswa FKIK. Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapat hasil 50% mahasiswa menganggap dirinya dalam keadaan gemuk, 70% makan diwaktu malam hari ketika mereka sulit untuk tidur, 60% makan dalam jumlah porsi besar ketika sedang tidak lapar dan 30% melakukan olahraga ekstrim segera setelah makan. Semua data yang dihasilkan ternyata mendekati ciri-ciri terjadinya perilaku makan menyimpang. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor –faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah gambaran kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

2. Bagaimanakah gambaran faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri dan citra tubuh) pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

(29)

4. Adakah hubungan antara faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri dan citra tubuh) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

5. Adakah hubungan antara faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya faktor–faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

(30)

4. Diketahuinya hubungan antara faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri dan citra tubuh) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

5. Diketahuinya hubungan antara faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi mengenai kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa, sehingga kejadian perilaku makan menyimpang yang ada dapat diatasi sedini mungkin.

1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pihak fakultas, sehingga dapat lebih memberikan perhatian terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang yang ada pada mahasiswa FKIK.

1.6 Ruang Lingkup Kegiatan

(31)
(32)

9 2.1 Remaja

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun. Remaja merupakan tahapan seseorang di mana ia berada di antara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi (Effendi dan Makhfudli, 2009).

Menurut Sarwono (2000) WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Definisi tersebut dikemukakan dalam 3 kriteria, yaitu : biologis, psikologis dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi remaja adalah suatu masa dimana :

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seks sekundernya sampai ia mencapai matang seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

(33)

2.2 Perilaku

2.2.1 Batasan Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan yang dilakukannya, antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan seterusnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2 Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya tiga ranah perilaku, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangakan menjadi tingkat ranah perilaku sebagai berikut: 1. Pengetahuan (knowledge)

(34)

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secar benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

(35)

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam situasi lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada kemampuan seseorang untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

(36)

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :

a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).

3. Tindakan (practice)

(37)

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Praktek atau tindakan memiliki beberapa tingkatan, diantaranya : a) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat satu.

b) Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

c) Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

d) Adopsi (adoption)

Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

(38)

2.3 Makan

Makan adalah suatu kebutuhan bagi setiap individu untuk menunjang aktivitas sehari-hari dan mendukung proses metabolisme tubuh. Kebiasaan dan perilaku makan secara langsung mempengaruhi status gizi seseorang. Tidak sedikit individu yang mengalami perilaku makan menyimpang, dan hal ini banyak terjadi pada kalangan perempuan dibandingkan laki-laki (National Institute of Mental Health (NIMH) 2006 dalam Hapsari 2009).

Makan merupakan salah satu hal terpenting yang kita lakukan dan juga dapat menjadi salah satu hal yang paling menyenangkan. Secara sederhana, motivasi untuk makan timbul saat terjadi defisit simpanan nutrisi di tubuh dan akan terpuaskan oleh makanan yang mengisi kembali defisit simpanan nutrisi yang terjadi (Putra, 2008).

2.4 Perilaku Makan Menyimpang

Perilaku makan menyimpang atau yang biasa disebut eating disorders adalah gangguan perilaku makan yang kompleks dan memberikan efek pada kesehatan fisik atau mental atau keduanya (Fairburn, 2000 dalam Garrow, 2000 dalam Hapsari, 2009). Read (1997) dalam Aini (2009) juga menyebutkan perilaku makan menyimpang (PMM) adalah sebuah pola makan yang abnormal yang terkait dengan ketidakpuasan atau tekanan dalam diri seseorang yang sehat. Hal ini biasa terjadi karena perhatian yang berlebihan terhadap berat dan bentuk tubuh.

(39)

Walaupun perilaku makan menyimpang berhubungan dengan makanan, pola makan dan berat badan, gangguan tersebut bukanlah mengenai makanan, tetapi mengenai perasaan dan ekpresi diri (wardlaw, 1999 dalam Aini, 2009).

Perilaku makan menyimpang sangat terkait oleh perilaku diet. Menurut Muda (2003) diet adalah aturan makan khusus untuk kesehatan dan sebagainya (biasanya atas petunjuk dokter), berpantang atau menahan diri terhadap makanan tertentu untuk kesehatan, mengatur kuantitas dan jenis makanan untuk mengurangi berat badan atau karena penyakit. Hawks (2008) dalam Andea (2010) menyebutkan perilaku diet adalah usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan.

Perilaku diet ada terdapat dua jenis yaitu perilaku diet sehat dan perilaku diet tidak sehat. Diet sehat dapat membuat seseorang memiliki tubuh ideal tanpa mendatangkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh, namun diet tidak sehat sering dilakukan oleh orang-orang yang semata-mata berdiet hanya untuk memperbaiki penampilan dengan menempuh cara yang tidak sehat untuk menurunkan berat badan seperti penggunaan obat pencahar, muntah dengan sengaja, berpuasa dan binge eating.

(Kim dan Lennon, 2006 dalam Andea, 2010).

(40)

akan menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang dibutuhkan. Akibatnya, tubuh tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan zat gizi sehingga dapat menyebabkan diantaranya adalah suhu badan menurun disebabkan kehilangan lemak, metabolisme tubuh menurun disebabkan kekurangan hormon tiroid, angka kecepatan jantung menurun, mudah lelah, mudah pingsan, sering mengantuk, anemia karena kekurangan asupan zat gizi, kulit kasar, kering, bersisik dan dingin, jumlah sel darah putih yang rendah disebabkan karena kurangnya asupan zat gizi, meningkatnya risiko untuk mengalami penyakit infeksi, tekanan darah rendah, hilangnya masa tulang, menurunnya massa otot, kerusakan pada gigi, tidak teraturnya menstruasi dan yang terakhir dapat menyebabkan kematian (Wardlaw, 1999 dalam Aini, 2009).

Beberapa perilaku makan menyimpang yang terjadi antara lain adalah anorexia nervosa, bulimia nervosa, binge eating disorder dan nocturnal eating syndrome

(Proverawati, 2010).

2.4.1 Anorexia Nervosa

1. Pengertian

(41)

Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV(DSM-IV) (Wardlaw & Hampl, 2007 dalam Erdiantono, 2009) memberikan kriteria diagnosis sebagai berikut :

1) Menolak untuk menjaga berat badan pada atau diatas berat badan normal minimal (contoh: kehilangan berat badan yang memicu pada pemeliharaan berat badan kurang dari 85% berat badan yang diharapkan, atau gagal untuk mencapai berat badan yang diharapkan selama periode pertumbuhan, mengarah pada berat badan kurang dari 85% berat badan yang diharapkan). 2) Memiliki rasa takut yang berlebihan pada kenaikan berat badan atau

menjadi gemuk, walaupun memiliki keadaan underweight.

3) Memiliki gangguan dalam menilai berat badan dan bentuk tubuh, kumungkinan dikarenakan menilai berat dan bentuk badan sendiri, atau penyangkalan yang serius terhadap berat badan yang rendah.

4) Amenorrhea (tidak haid), terlewatnya periode menstruasi pada wanita setelah masa pubertas selama 3 periode menstruasi.

2. Penyebab

Anorexia Nervosa melibatkan interaksi yang bersifat kompleks dari beberapa faktor diantaranya adalah faktor sosiokultural, faktor psikis, faktor keluarga dan faktor individu (Proverawati, 2010).

3. Dampak

(42)

1) Otak dan system syaraf : tidak dapat berfikir jernih, takut gemuk, sedih, murung, mudah tersinggung, daya ingat jelek, mudah pingsan dan terjadi perubahan kimia pada otak.

2) Rambut : tipis dan mudah rontok.

3) Jantung : tekanan darah rendah, denyut nadi lambat, berdebar-debar dan resiko terjadi gagal jantung.

4) Darah : terjadi anemia.

5) Otot dan persendian : otot lemah, persendian rapuh, fraktur dan osteoporosis.

6) Ginjal : batu ginjal, gagal ginjal.

7) Cairan tubuh : kadar kalium (potassium, magnesium dan sodium rendah). 8) Pencernaan : konstipasi, kembung.

9) Hormon : peiode sekresi terhenti, gangguan kehamilan.

10)Kulit : mudah memar, kulit kering, tumbuh rambut disekujur tubuh, mudah kedinginan, kulit kuning, kuku mudah patah.

2.4.2 Bulimia Nervosa

1. Pengertian

(43)

dari dua jam). Sifat makan berlebihan dinetralkan dengan berbagai metode pengendalian berat badan (pengurasan), termasuk merangsang muntah sendiri, penyalahgunaan diuretik dan laksatif, serta olahraga yang berlebihan (Wong ,2009).

Bulimia nervosa merupakan salah satu perilaku makan menyimpang dengan karakteristik mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar kemudian memuntahkannya kembali dengan paksa (purging) atau menggunakan obat pencahar atau diuretik, berpuasa atau olahraga yang berlebihan.

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), karakteristik penderita bulimia nervosa diantaranya :

1) Episode berulang binge eating dengan karakteristik:

a. Makan dalam periode waktu yang tetap (contoh: tiap 2 jam) dengan porsi yang lebih besar daripada porsi makan kebanyakan orang dalam periode dan situasi yang sama.

b. Adanya perasaan tidak dapat mengontrol porsi makan pada saat episode tersebut berlangsung.

2) Adanya perilaku kompensasi yang berulang kali dilakukan untuk mencegah kenaikan berat badan seperti: muntah dengan sengaja, penyalahgunaan laksatif, diuretik, enema atau obat-obatan lainnya, puasa atau olahraga berlebihan.

3) Episode binge eating dan perilaku kompensasi lainnya berlangsung setidaknya dua kali semingu dalam tiga bulan.

(44)

5) Gangguan tersebut tidak terjadi secara ekslusif selama episode anorexia nervosa.

DSM-IV juga mengklasifikasikan menjadi dua subtipe penderita bulimia nervosa (Brown, 2005 dalam Hapsari, 2009). Kedua subtipe tersebut, yaitu: 1) Purging type

Selama episode bulimia nervosa, penderita secara reguler melakukan muntah yang disengaja, penyalahgunaan laksatif, diuresis atau enema. 2) Nonpurging type

Selama episode anoreksia nervosa, penderita secara reguler melakukan perilaku kompensasi lainnya seperti berpuasa atau latihan fisik secara berlebihan. Namun tidak secara reguler melakukan muntah yang disengaja, penyalahgunaan laksatif, diuresis atau enema.

Remaja yang menderita bulimia nervosa juga mempunyai obsesi tentang tubuh dan makanannya, seperti halnya penderita anorexia nervosa. Namun remaja penderita bulimia nervosa ini masih dapat mengontrol asupan makanan dan berat badannya yaitu dengan cara siklus binge-purge, yaitu dorongan untuk makan dengan porsi makanan yang besar untuk kemudian diikuti dengan memuntahkan kembali makanan yang telah dimakannya dengan menggunakan obat pencahar diuretik (Proverawati, 2010).

2. Penyebab

(45)

profesi, adanya perubahan hidup yang besar (stress) dan faktor biologis (Proverawati, 2010).

3. Dampak

1) Otak : terjadi depresi, ketakutan terhadap peningkatan berat badan, cemas, pusing, rasa malu, harga diri rendah.

2) Pipi : bengkak dan sakit.

3) Mulut : gigi berlubang, lapisan enamel gigi terkikis, penyakit gusi, gigi sensitif terhadap makanan yang panas atau dingin.

4) Tenggorokan dan kerongkongan : luka, iritasi, sobek dan rupture, keluar darah saat muntah.

5) Otot : mudah lelah.

6) Perut : bisul, luka, dapat rupture, pengosongan lambung tertunda. 7) Kulit : luka berat, kulit kering.

8) Darah : anemia.

9) Jantung : denyut jantung tidak beraturan, otot jantung melemah, gagal jantung, tekanan darah dan nadi rendah.

10)Cairan tubuh : dehidrasi, kadar potassium, magnesium dan sodium rendah. 11)Intestinal : konstipasi, gerakan usus besar menjadi tidak teratur, kembung,

diare, kram perut.

(46)

2.4.3 Binge Eating Disorder

1. Pengertian

Binge Eating Disorder merupakan suatu kondisi dimana seseorang makan dalam jumlah yang sangat banyak dan merasakan bahwa periode makan tersebut tidak dapat dikontrol oleh dirinya (Brown, 2005 dalam Erdiantono 2009).

Pada banyak kasus, kebiasaan banyak makan yang berkembang menjadi binge eating berawal dari masa kanak-kanak, kadang-kadang juga efek dari kebiasaan makan keluarganya. Normalnya, makanan berhubungan dengan hal pengasuhan dan cinta kasih. Namun beberapa keluarga mungkin terlalu berlebihan menggunakan makanan sebagai suatu cara untuk menenangkan atau menyenangkan anak. Sehingga anak-anak berkembang dengan kebiasaan banyak makan untuk menenangkan mereka manakala perasaan mereka tertekan oleh karena mereka tidak mendapatkan cara yang lebih sehat untuk memperlakukan stres tersebut (Proverawati, 2010).

Menurut DSM-IV (Wardlaw & Hampl, 2007 dalam Erdiantono, 2009) kriteria diagnosis untuk para penderita BED, yaitu:

1) Adanya episode binge eating yang berulang kali. Episode tersebut ditandai dengan dua kriteria berikut:

(47)

b. Adanya perasaan tidak dapat mengendalikan porsi makan saat episode tersebut berlangsung (contoh: merasa tidak dapat berhenti makan, atau tidak dapat mengendalikan pada atau berapa banyak porsi yang dimakan).

2) Adanya 3 atau lebih dari 5 gejala berikut: a. Makan lebih cepat daripada biasanya.

b. Makan hingga merasa tidak nyaman karena kekenyangan.

c. Makan dalam porsi yang besar walaupun secara fisik merasa tidak lapar.

d. Makan sendirian karena merasa malu akibat jumlah porsi yang dimakan.

e. Merasa jijik/muak, tertekan atau bersalah terhadap diri sendiri setelah episode binge-eating tersebut.

3) Merasa sangat kecewa karena tidak mampu mengendalikan porsi makan. 4) Episode binge-eating berlangsung setidaknya 2 hari seminggu dalam 6

bulan.

5) Episode ini tidak terjadi selama riwayat anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.

2. Penyebab

(48)

3. Dampak

Penderita binge eating disorder cenderung mengalami overweight. Hal ini akan menyebabkan komplikasi bagi kesehatan tubuhnya. Seperti terjadinya depresi, kecemasan, kepanikan, penyalahgunaan obat-obatan, tekanan darah tinggi, diabetes tingkat II, penyakit jantung, stroke, dll (Proverawati, 2010).

2.4.4 Nocturnal Eating Syndrome

1. Pengertian

Nocturnal Eating Syndrome merupakan salah satu perilaku makan menyimpang, dimana seseorang mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar ketika dalam keadaan tidak lapar, saat larut malam dan sulit tidur. Keadaan ini semakin meningkat frekuensinya dan seringkali terjadi. Dia mengkonsumsi makanan yang tidak menyehatkan, makanan yang tidak disukainya, atau makanan yang belum selesai dimasak (Proverawati, 2010).

2. Penyebab

Penyebab gangguan perilaku makan ini belum dikatehui. Kemungkinan faktor yang berperan dalam gangguan makan ini adalah kombinasi dari faktor biologis, genetik dan faktor emosional (Proverawati, 2010).

3. Dampak

(49)

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan Menyimpang

Beberapa ahli menyatakan bahwa penyimpangan perilaku makan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah :

2.5.1 Jenis Kelamin

Perilaku makan menyimpang tidak hanya terjadi pada perempuan karena laki-laki juga dapat mengalami perilaku makan menyimpang. Kejadian tersebut dikarenakan adanya ketidakpuasan terhadap tubuh yang umumnya banyak dialami oleh perempuan daripada laki-laki. Bagi perempuan tubuh yang kurus, kecil dan langsing merupakan bentuk tubuh sempurna (Markey, 2005 dalam Andea, 2010), sedangkan pada laki-laki akan lebih puas ketika tubuhnya menjadi lebih besar, lebih tinggi dan berotot (Evans, 2008 dalam Andea,2010).

Fairburn dan Hill (2005) dalam Erdiantono (2009) memperkirakan insiden

anoreksia pada wanita sebesar 8 kasus per 100.000 populasi, sedangkan untuk laki-laki kurang dari 0,5 kasus per 100.000 populasi per tahun. Dari hasil ini terlihat bahwa anoreksia nervosa lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan rasio prevalensi kasus pada laki-laki-laki-laki:perempuan sebesar 1:6 sampai dengan 1:10. Selain itu sebuah penelitian juga mendapatkan hasil bahwa anoreksia nervosa lebih banyak muncul pada wanita dibandingkan pria, perbandingannya sekitar 9 dari 10 penderita anoreksia nervosa adalah perempuan.

2.5.2 Pengetahuan

(50)

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aini (2009) dapat dilihat responden dengan pengetahuan tinggi banyak yang mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang sebesar 37,5% dan 31,9% berpengetahuan rendah. Hasil uji statistik memperlihatkan tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang.

2.5.3 Rasa Percaya Diri

(51)

untuk berusaha menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan sekitar (Eating Disorders Venture, 2006 dalam Erdiantono, 2009).

2.5.4 Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan sebuah persepsi seseorang mengenai tampilan fisik tubuhnya seperti ukuran tubuhnya, bentuk dan beratnya. Mendukung pengantar tersebut, selama masa remaja citra tubuh dan rasa percaya diri sangatlah berkaitan, oleh karena itu kepedulian terhadap citra tubuh jangan dilihat sebagai sesuatu yang wajar dan normatif bagi para remaja. Ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh kemungkinan menjadi faktor penyebab menjalani perilaku diet, kelainan perilaku makan dan penyimpangan perilaku makan. Story dan koleganya menemukan dari 36.000 remaja di Minnesota hanya kurang dari 40% remaja wanita yang puas terhadap berat badanya. (Brown, 2005 dalam Erdiantono, 2009).

2.5.5 Pengaruh Keluarga

(52)

menambah kemungkingan timbulnya kejadian penyimpangan perilaku makan (Fairburn dan Hill dalam Geissler dan Powers, 2005 dalam Putra, 2008).

2.5.6 Pengaruh Teman Sebaya

Penerimaan oleh teman memiliki suatu peran yang penting khususnya pada waktu remaja dan dewasa muda. Untuk menghindari penolakan atau ketidaknyamanan penerimaan sosial, remaja dan dewasa muda seringkali mengikuti nilai-nilai penting penerimaan dan tren di golongan tersebut. Akibatnya, mereka mulai berpikir agar dirinya dapat diterima di kalangan teman-temannnya tersebut maka dia harus memiliki tubuh yang kurus dan ideal. Sebanyak 25% remaja percaya bahwa dengan tubuh yang kurus akan memudahkan mereka mencari teman dan pasangan (McComb, 2001 dalam hapsari, 2009).

2.5.7 Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual dianggap sebagai salah satu pemicu yang dapat menimbulkan penyimpangan perilaku makan (Tiemeyer, 2007 dalam Putra, 2008). Penelitian Moore, et al (2002) melaporkan adanya hubungan antara pelecehan seksual dengan penyimpangan perilaku makan baik pada perempuan kulit putih maupun pada perempuan kulit hitam.

(53)

2.5.8 Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam terbentuknya perilaku makan menyimpang. Sebuah studi yang dilakukan oleh Fairburn dan rekan (1999) menemukan bahwa kekerasan fisik yang pernah berulang kali yang dialami oleh perempuan berhubungan secara signifikan sebagai salah satu faktor risiko anoreksia nervosa. Perempuan yang pernah mengalami kekerasan fisik berisiko 4,9 kali lebih tinggi untuk menderita anoreksia nervosa

dan kemudian resiko meningkat menjadi 14,9 kali pada perempuan yang mengalami kekerasan fisik yang parah secara berulang kali. Penelitian Moore, et al (2002) melaporkan bahwa para perempuan kulit putih dan kulit hitam penderita BED mengalami kekerasan fisik lebih tinggi secara signifikan dibandingkan yang sehat.

2.5.9 Pengaruh media

(54)

2.6 Kerangka Teori

Banyak penelitian yang telah mencoba mengupas penyebab timbulnya penyimpangan perilaku makan, tetapi secara umum penyimpangan perilaku makan belum diketahui secara pasti. Teori Krummel (1996) menyatakan bahwa terdapat dua faktor predisposisi yang mempengaruhi timbulnya penyimpangan perilaku makan, yaitu faktor lingkungan dan individu. Dalam menyusun kerangka konsep dari penelitian ini digunakan kerangka teori utama yang diadaptasi dari kerangka teori Krummel tetapi beberapa variabel ada yang dimodifikasi berdasarkan teori- teori dan hasil penelitian terdahulu. Adapun kerangka teori penelitian ini dapat dilihat pada bagan 2.1.

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Krummel (1996), Thompson (2004), Mazzeo (2002), Neumark (1996)

Faktor Individu :

1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan 4. Pangetahuan 5. Rasa Percaya diri 6. Citra Tubuh

6. Pengaruh teman sebaya 7. Pengaruh media

8. Ejekan seputar berat badan 9. Bullying oleh teman sebaya

(55)

32

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang ada, peneliti membuat sebuah kerangka konsep penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecenderungan perilaku makan menyimpang, sedangkan variabel independennya adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya kecenderungan perilaku makan menyimpang. Faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang diantaranya adalah citra tubuh dan pengaruh keluarga yang diadopsi dari Krummel (1996). Faktor rasa percaya diri diadopsi dari Thompson (2004). Faktor pelecehan seksual dan kekerasan fisik diadopsi dari Mazzeo (2002). Faktor jenis kelamin, pengaruh teman dan media diadopsi dari Neumark (1996).

(56)

Bagan 3.1

Kerangka Konsep Penelitian Kekerasan fisik

Pengaruh media

Perilaku Makan Menyimpang Pangetahuan

Jenis kelamin

Pengaruh teman sebaya Pengaruh keluarga Citra Tubuh Rasa Percaya diri

(57)

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 : Tabel 3.1

Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat

Ukur Hasil Ukur lebih dari kriteria yang mengarah kepada penyimpangan perilaku makan (seperti adanya ketakutan kenaikan berat badan, adanya riwayat

binge eating, adanya perilaku kompensasi

Kuisioner 1. Memiliki PMM 2.Normal (Stice, et

Kuisioner 1. Laki-Laki 2.Perempuan

(Umar, 2011)

Nominal

Pengetahu an

Hasil dari tahu mengenai hal-hal yang

Kuisioner 1.Kurang, (jika skor > median 2.Baik, (jika skor

< median) (Aini, 2009)

(58)

Tabel 3.1

Definisi Operasional (Lanjutan)

Variabel Definisi Operasional Cara

Ukur dirinya sebagai satu kesatuan yang utuh, perasaan seseorang tentang nilai dirinya sebagai seorang manusia.

Pengisian sendiri oleh responden

Kuisioner 1. Rendah (<median) bentuk tubuh dan tampilan fisik tubuhnya.

Pengisian sendiri oleh responden

Kuisioner 1.Merasa gemuk 2.Tidak merasa

Kritik dari orang tua

responden, baik ayah maupun ibu yang terkait dengan bentuk tubuh serta adanya keterlibatan responden dalam

(59)

Tabel 3.1

Definisi Operasional (Lanjutan)

3.3 Hipotesis

1. Ada hubungan antara faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri dan citra tubuh) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

2. Ada hubungan antara faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

Variabel Definisi Operasional Cara

Ukur

Pengalaman atau riwayat kontak fisik yang tidak diinginkan yang menyebabkan memar atau luka fisik ringan maupun berat yang menyebabkan trauma pada media massa yang dominan menyajikan tren, gaya hidup atau mode baik media cetak maupun elektronik.

Pengisian sendiri oleh responden

(60)

37

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain cross sectional study. Pengertian kata cross-sectional adalah memotong suatu benda secara horizontal atau melintang untuk melihat isi atau apa saja yang terdapat di dalam benda tersebut. Studi cross-sectional sering juga disebut studi prevalensi atau survei, dan merupakan studi yang paling sederhana. Studi cross-sectional digunakan untuk mengetahui hubungan antara suatu penyakit dan variabel atau karakteristik yang terdapat di masyarakat pada suatu saat tertentu (Chandra, 2008). Penelitian cross-sectional

merupakan penelitian non-eksperimental dalam rangka mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan tertentu, dengan model pendekatan point time. Variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada saat yang sama (Sumantri, 2011).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

(61)

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi (universe) adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan diduga. Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Sabri, 2009). Populasi yang diamati pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKIK UIN Jakarta angkatan 2009 s\d 2012 yang berjumlah 1345 orang, sedangkan yang akan dijadikan sampel merupakan bagian dari seluruh mahasiswa yang ada di FKIK UIN Jakarta. Jumlah sampel yang dibutuhkan dihitung berdasarkan rumus uji hipotesis beda dua proporsi (Ariawan, 1998) adalah :

n = {Z1-α/2√2P(1-P) + Z1-β√P1(1-P1) +P2 (1-P2)}2 x deff (P1 - P2)2

Keterangan :

n : jumlah sampel

Z1-α/2 : tingkat kemaknaan pada α = 5% (Z1-α/2 = 1,96) Z1-β : kekuatan uji pada 1-β = 90% (Z1-β = 1,28)

P1 : proporsi penderita PMM terhadap perilaku diet tidak baik pada penelitian sebelumnya yaitu 99,3% (Putra, 2008)

P2 : proporsipenderita PMM terhadap perilaku diet baik pada penelitian sebelumnya yaitu 76,4% (Putra, 2008)

P : P1+ P2/2 Deff : 2

Maka besar sampel yang dihasilkan adalah :

n = {1,96√2.0,88(1-0,88) + 1,28√0,993(1-0,993) +0,764 (1-0,764)}2 x 2 (0,993- 0,764)2

n = 84 orang

(62)

Berdasarkan perhitungan, maka besar minimal sampel yang dibutuhkan sebanyak 168 orang. Dengan demikian, untuk mengantisipasi adanya missing jawaban dari respoden maka peneliti menambahkan jumlah sampel yang dibutuhkan, sehingga jumlah seluruh sampel yang diambil sebanyak 185 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster sampling (area sampling) atau sampling daerah 2 tahap. Pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya terdiri dari satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam kelompok yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Cara ini dipakai bila populasi dapat dibagi dalam kelompok-kelompok dan setiap karakteristik yang dipelajari ada dalam setiap kelompok-kelompok (Nasution, 2003).

Teknik pengambilan sampel pada tahap pertama menentukan kelompok (kelas) yang akan dijadikan sampel pada tiap prodi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terdiri dari empat prodi diantaranya Kesehatan Masyarakat, Keperawatan, Farmasi dan Kedokteran. Pada tahap kedua, kelompok (kelas) pada tiap prodi yang terpilih akan diambil lagi beberapa mahasiswa yang ada dalam kelompok-kelompok kecil (kelas) tersebut dengan menggunakan sampel acak dan mahasiswa dalam kelas tersebut yang terpilih itulah yang kemudian akan dijadikan sebagai sampel.

4.4 Metode Pengumpulan Data

(63)

4.5 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuisioner. Kuesioner untuk penelitian ini diadopsi dari penelitian Aini (2009) yang kemudian dimodifikasi dan disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data tentang kecenderungan perilaku makan menyimpang, jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, citra tubuh, perilaku diet, pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media. Data kecenderungan perilaku makan menyimpang dikategorikan kedalam empat kriteria diantaranya anorexia nervosa, bulimia nervosa, binge eating disorder, nocturnal eating syndrome. Dengan demikian, semua pertanyaan yang mengarah kepada anorexia nervosa dapat dilihat dari jawaban responden pada pertanyaan A1 s\d A4 dengan jawaban kadang-kadang dan selalu, untuk semua pertanyaan yang mengarah kepada bulimia nervosa dapat dilihat dari jawaban responden pada pertanyaan A5, A6 dan A14 s\d A17 dengan jawaban kadang-kadang dan selalu, untuk semua pertanyaan yang mengarah kepada binge eating disorder dapat dilihat dari jawaban responden pada pertanyaan A7 s\d A9 dan A11 s\d A13 dengan jawaban kadang-kadang dan selalu dan untuk semua pertanyaan yang mengarah kepada

(64)

Data pengetahuan dapat dilihat dari total skor jawaban responden benar. Pengetahuan kurang jika skor > dari median dan pengetahuan baik jika skor < median. Data percaya diri dapat dilihat dari total skor jawaban responden. Responden dengan percaya diri rendah jika skor < dari median dan percaya diri tinggi jika skor > median. Data citra tubuh dapat dilihat dari total skor jawaban responden. Responden merasa gemuk jika skor < dari median dan tidak merasa gemuk jika skor > median. Data pengaruh keluarga dapat dilihat dari total skor jawaban responden. Responden yang dipengaruhi keluarga jika skor > dari median dan tidak dipengaruhi keluarga jika skor < median. Data pengaruh teman sebaya dapat dilihat dari total skor jawaban responden. Responden yang dipengaruhi teman sebaya jika skor > dari median dan tidak dipengaruhi teman sebaya jika skor < median. Data pengaruh media dapat dilihat dari jawaban responden antara tidak pernah, jarang dan sering. Responden yang menjawab jarang dan sering dikategorikan sebagai pernah melihat media massa. Responden yang pernah melihat media massa jika skor > dari median dan tidak pernah melihat media massa jika skor < median.

4.6 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap diantaranya :

1. Editing

(65)

2. Coding

Coding merupakan proses pemberian kode pada jawaban kuisioner untuk memudahkan data ketika dimasukkan kedalam komputer. Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka.

3. Entry data

Setelah semua isian kuisioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data ini dilakukan dengan cara mengentry data dari kuisioner ke dalam komputer dengan menggunakan program komputer.

4. Cleaning

Cleaning merupakan proses pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.

4.7 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

(66)

2. Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat dilakukan uji statsistik untuk menguji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan chi-square untuk mengetahui kebermaknaan hubungan antar variabel secara statistik. Perhitungan Chi-Square dengan rumus:

Keterangan : X2 = chi-kuadrat

O = nilai hasil pengamatan (observed)

E = nilai yang diharapkan (expected)

4.8 Penyajian Data

(67)

44

5.1 Hasil Analisis Univariat

5.1.1 Gambaran Umum Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta

Penelitian ini mengambil lokasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta. Kampus ini berlokasi di Jl. Kertamukti Pisangan, Ciputat Jakarta Selatan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta ini memiliki empat program studi yang terdiri dari program studi Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Keperawatan dan Pendidikan Dokter. Jumlah mahasiswa hingga akhir periode 2012 ini adalah berjumlah 1345 orang yang terbagi dalam masing-masing program studi.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Program Studi di FKIK UIN Jakarta Tahun 2012

Program studi Jumlah mahasiswa Persentase (%)

Kesehatan masyarakat 429 32

Farmasi 369 27

Keperawatan 203 15

Pendidikan Dokter 344 25

Total 1345 100

Sumber: Data Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012

(68)

masing-masing program studi adalah 67 untuk jurusan kesehatan masyarakat, 57 untuk jurusan farmasi, 27 untuk keperawatan dan 32 untuk jurusan pendidikan dokter sehingga total sampel dalam penelitian ini adalah 183 orang. Adapun hasil perbandingan yang menunjukkan prodi yang lebih banyak mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang adalah Keperawatan sebesar 63,0% daripada Kesehatan Masyarakat sebesar 50,7%, Pendidikan Dokter sebesar 53,1% dan Farmasi 56,1%.

5.1.2 Gambaran Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012

Analisis univariat distribusi frekuensi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2012 diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Mahasiswa yang Mengalami Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang

Jumlah Sampel (n) Persentase (%)

PMM 100 54.6

Tidak PMM 83 45.4

Total 183 100.0

(69)

Berdasarkan ciri-ciri yang mengarah kepada kecenderungan perilaku makan menyimpang dibagi kedalam empat bagian diantaranya Anorexia Nervosa, Bulimia Nervosa, Binge Eating Disorder dan Nocturnal Eating Syndrome. Distribusi mahasiswa berdasarkan 4 kecenderungan perilaku makan menyimpang dapat dilihat pada grafik 5.1 berikut ini :

Grafik 5.1

Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Gejala yang Menunjukkan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

Berdasarkan grafik 5.1 dapat diketahui dari ke empat kategori gejala yang menunjukkan kecenderungan perilaku makan menyimpang ternyata mahasiswa FKIK UIN lebih banyak yang memiliki kecenderungan Bulimia Nervosa

Gambar

Tabel 5.11
Tabel 5.21
Grafik 5.1 Distribusi
Tabel 3.1 Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

2011, menindaklanjuti surat pesanan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) RSUD Ba’a T.A 2011 dengan memperhatikan Surat PPK tentang Tata Cara Prosedur Perencanaan umum pengadaan

PROGRAM- PROGRAM INI DITUJUKAN UNTUK MENGHASILKAN MASYARAKAT YANG MANDIRI DALAM MENINGKATKAN STANDAR KEHIDUPAN MEREKA DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI EKONOMI YANG ADA...

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa responsivitas Dinas Kesehatan Kabupaten dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

3 Meningkatkan daya dukung infrastruktur dalam skala mantap untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan sosial 3.1 Meningkatnya kualitas infrastruktur Kota Bandar Lampung

Pemberian kapur dolomit, pupuk kimia dan isolat bakteri pereduksi sulfat dapat meningkatkan pertambahan diameter batang tanaman bibit kelapa sawit lebih baik dari

TampilandarikekuatandBm di antenna alumunium foil single.. Gambar 4.2.2dBm model alumunium foil bertingkat. TampilandarikekuatandBm di antenna alumunium foil bertingkat.

Oleh karena itu, penulis percaya bahwa keadaan saat ini merupakan hal yang tidak dapat kita hindari dan sebagai seorang pendidik momentum ini dapat

Di bawah Departemen Usaha Dagang terdiri dari bagain pembelian, bagian pemasaran,.. bagian pengiriman dan bagian gudang, sedangkan di bawah bagian Keuangan