• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Ramah Difabel Dalam Pelayanan Perpustakaan Perguruan Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Ramah Difabel Dalam Pelayanan Perpustakaan Perguruan Tinggi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN RAMAH DIFABEL DALAM

PELAYANAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

Oleh: Lolytasari

Pustakawan Perpustakaan FITK UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

Abstrak

Tulisan ini membahas tentang penerapan pelayanan ramah difabel (tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan ganggungan autis (autistic spectrum disordes) di perpustakaan perguruan tinggi. Dalam menerapkan pelayanan, perpustakaan memberikan perlakuan khusus bagi mahasiswa dalam penyediaan fasilitas khusus di perpustakaan dalam mengakses lingkungan perpustakaan maupun pemenuhan kebutuhan penyelesaian studi sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2014 tentang Pendidikan Khusus, Pendidikan Layanan Khusus dan atau Pembelajaran Layanan Khusus Pada Pendidikan Tinggi. Sehingga tidak terjadi diskriminatif yakni melakukan pelayanan yang sama antara mahasiswa difabel dan non difabel.

Keyword: Disabilities, library

Latar Belakang

Kesadaran para difabel dalam memperoleh pendidikan yang lebih tinggi terlihat

dari minat para difabel mengikuti seleksi SNMPTN tahun 2014. Hal ini terlihat dari data

yang dikeluarkan oleh Kemendikbud (2014:1) yang menyatakan bahwa dari 104.862

peserta yang lulus seleksi, terdapat 37 orang penyandang disabilitas atau difabel.

Mereka tersebar di 26 perguruan tinggi negeri Indonesia, diantaranya adalah (1) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta sebanyak 1 orang, (2) Universitas Brawijaya menerima

paling banyak mahasiswa difabel yakni sebanyak 20 orang tersebar disejumlah prodi

kecuali kedokteran. Bahkan di Universitas Hasanuddin , banyak mahasiswa difabel

yang sedang menempuh S-3 (Farida, 2014:1). Dilanjutkan oleh Farida bahwa salah satu

penyebab adanya penerimaan mahasiswa difabel yang berkebutuhan khusus

dikarenakan sudah tersedianya tenaga pengajar dan sarana prasarana perkuliahan untuk

(2)

Diantara sarana prasarana tersebut adalah perpustakaan. Perpustakaan sebagai

tempat bagi mahasiswa dalam mencari informasi dan penyelesaian tugas mahalah atau

apapun layanan yang akan diberikan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan dosen. Berbagai cara perpustakaan dalam memberikan layanan kepada

pengunjung perpustakaan. Dari berbagai teori menyatakan bahwa perpustakaan

menyediakan layanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna. Diantara

layanan yang dapat dikategorikan cakupan besar yang telah dilakukan oleh

perpustakaan adalah, (1) layanan sirkulasi yakni suatu layanan peminjaman dan

pengembalian buku, (2) layanan referensi yakni suatu layanan memberikan arahan

pengguna perpustakaan dalam mencari literature baik print out maupun online untuk

memenuhi penyelesaian tugas, (3) layanan bimbingan pemakai atau user education

yakni layanan untuk membimbing penguna perpustakaan yang baru dan yang saat ini

sedang booming atau yang sedang mencuat ke permukaan saat ini yakni ke- (4) layanan

difabel yakni melayani pengguna perpustakaan yang berkebutuhan khusus.

Artikel ini akan membahas tentang layanan perpustakaan yang terakhir yakni

layanan difabel. Perguruan tinggi yang pertama kali melakukan adanya layanan difabel

adalah Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan sebutan Difabel Corner

(DC). Kemudian disusul Perpustakaan Universitas Brawijaya yang menjadi pioneer

dalam memfasilitasi penyandar disabilitas di Indonesia mulai berbenah diri

menyediakan berbagi mcam fasilitas bagi para difabel (Perpustakaan Universitas

Brawijaya (2015:1).

Adanya perpustakaan berbasis ramah difabel tidak luput dari peran yang diberikan

Pusat Studi Layanan Difabel disingkat PSLD yang ada di universitas. Ada berbagai

program yang telah dilakukan oleh PSLD untuk mempermudah akses mahasiswa

difabel dalam mendapatkan layanan di universitas, diantaranya adalah:

1. Mewarnai jalan berwarna biru sebagaimana terlihat pada gambar 1, sebagai jalur

khusus yang disediakan para difabel yang ada di kampus UIN Syarif Hidayatullah

(3)

Gambar 1. Jalan diberi warna biru khusus jalur para difabel, diambil dari Kompasiana tulisan dari Akbar Pitopang

Jalur yang disediakan UIN Sunan Kalijaga, menandakan bahwa UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta sudah berusaha untuk memberikan pelayanan kemudahan bagi para

mahasiswa berkemampuan khusus dalam memperoleh akses informasi. Dan lebih

jauh lagi menurut Akbar Pitopang (2012:1) bahwa jalur jalan yang disediakan khusus

para difabel bukan hanya arah menuju perpustakaan saja melainkan juga arah ke

seluruh fakultas, poliklinik, laboratorium terpadu, KOPMA, Convention Hall, Pusat

Bahasa, PKSI, gedung Multipurpose, masjid kampus hingga gedung rektorat.

2. Selain menyediakan jalur warna biru, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta juga

menyediakan mobile akses dengan menggunakan Honda Spacy F1. Motor ini

berdesain khusus untuk meningkatkan layanan mobilitas bagi para mahasiswa tuna

(4)

Gambar 2. Honda Spacy F1 ini merupakan donasi dari PT. Astra Honda Motor (AHM) kepada UIN Sunan Kalijaga yang didesain dengan mengedepankan estetika, unsur keselamatan yang baik dan kemudahan bagi penumpang difabel (Tribun Regional, 2015:1)

Selain UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Brawijaya dari hasil

penelusuran informasi ada beberapa pegiat perpustakaan yang mulai memikirkan ramah

difabel. Diantaranya adalah (1) Perpustakaan Umum Kota Malang dengan membuka

Braille Corner, (2) Perpustakaan Universitas Dipenogoro Semarang, (3) Kantor Arsip

dan Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta dengan membuka layanan Blind Corner

dengan menyediakan beragam koleksi huruf braile, dan (4) Universitas Sanata Dharma

melayani mahasiswa tunarungu.

Hasil penelusuran saat ini sebagaimana yang tercantum di atas terhadap

aksebilitas para difabel, dapat dikatakan masih kurangnya universitas ataupun

perpustakaan umum yang ramah difabel. Padahal meskipun hanya satu difabel, mereka

harus tetap mendapatkan fasilitas yang dibutuhkan. Ini ungkapan dari Ir. Sudarmoko,

M.Sc, Direktur Direktorat Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset UGM sebagaimana yang

ditulis oleh Ahmad Yani (2013:1). Tulisan ini mengungkapkan bahwa sebaiknya

sebelum universitas menerima mahasiswa difabel, terlebih dahulu mempersiapkan

fasilitas untuk para difabel sebagai konsensi menerima mahasiswa difabel (Ahmad

Yani, 2013:1).

Namun jika menunggu universitas siap melengkapi semua sarana yang

dibutuhkan para calon mahasiswa difabel, sampai kapan universitas akan siap.

Perguruan tinggi negeri yang dibiayai dengan pajak rakyat, seperti UIN sebagai

universitas negeri lebih wajib menerima mahasiswa difabel (PLD UIN Sunan Kalijaga,

2014:1)

Dari latar belakang di atas, menarik untuk dikaji, bagaimanakah perpustakaan

sebagai salah satu sarana fasilitas yang dibutuhkan para difabel dalam memberikan

akses informasi kepada mahasiswa difabel. Fasilitas apa saja yang diberikan

perpustakaan untuk kenyamanan dalam memperoleh informasi yang ada di

(5)

Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan dikenal masyarakat sebagai tempat penyimpanan buku yang dapat

dipinjam dan tidak diperjual belikan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Sulistyo Basuki, seorang professor ilmu perpustakaan yang saat ini satu-satunya di

Indonesia yang menyatakan bahwa perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah

ruangan ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan

terbitan lainnya yang biasa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan

pembaca bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki, 1993:3).

Untuk mengembangkan pemanfaatan perpustakaan sebagaimana yang

dikemukakan oleh Sulistyo Basuki di atas, dengan berbagai dorongan dari berbagai

unsur maka pada tanggal 1 Nopember 2007 pemerintah pertama kali menerbitkan

Undang-Undang tentang perpustakaan nomor 43. Dengan terbitnya Undang-Undang ini,

perpustakaan mengalami perkembangan pengertian. Di dalam Undang-Undang No. 43

tahun 2007 tentang Perpustakaan menyatakan bahwa perpustakaan adalah institusi

pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara professional

dengan system yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,

pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka (Republik Indonesia, 2007:2).

Perkembangan pengertian ini membuat perpustakaan lebih kreatif dan inovatif

dalam melayani masyarakat pengguna perpustakaan. Dan pengguna perpustakaan mulai

adanya perbedaan kebutuhan perolehan informasi. Dikarenakan adanya perbedaan

kebutuhan kedalaman subyek informasi tertentu inilah, maka dibuatlah beberapa jenis

perpustakaan sesuai dengan koleksi dan tingkat keperluan dan intelektual pengguna

perpustakaan atau pembaca (Sulistyo Basuki, 1993:42).

Sulistyo Basuki (1993:42) menyebutkan bahwa ada 9 jenis perpustakaan,

diantaranya adalah (1) perpustakaan internasional, (2) perpustakaan nasional, (3)

perpustakaan umum dan perpustakaan keiling, (4) perpustakaan swasta (pribadi), (5)

perpustakaan khusus, (6) perpustakaan sekolah, (7) perpustakaan perguruan tinggi, (8)

dokumentasi dan (9) arsip. Pembagian jenis ini menurut Sulistyo Basuki tidaklah

mutlak. Hal ini disesuaikan dengan fungsi perpustakaan (Sulistyo Basuki, 1993:42).

Untuk mendekatkan perpustakaan dengan masyarakat, maka Undang-Undang No. 43

(6)

adalah (1) perpustakaan nasional, (2) perpustakaan umum, (3) perpustakaan

sekolah/madrasah, (4) perpustakaan perguruan tinggi, dan (5) perpustakaan khusus

(Republik Indonesia, 2007:12). Dari sekian jenis perpustakaan yang dikemukakan di

atas, dalam penulisan ini dikhususkan pada perpustakaan perguruan tinggi.

Sulistyo Basuki menyatakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah

perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya maupun lembaga

yang berfaliasi dengan perguruan tinggi dengan tujuan utama membantu perguruan

tinggi mencapai tujuannya yakni tri dharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian

dan pengabdian masyarakat (Sulistyo Basuki: 1993,51). Untuk mencapai tri dharma

perguruan tinggi, perpustakaan ditantang untuk memberikan pelayanan prima dan

berorientasi kepada kepentingan pengguna perpustakaan (Republik Indonesia, 2007:10).

Salah satu layanan prima yang diberikan perpustakaan perguruan tinggi adalah ramah

difabel. Layanan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan yang

dimiliki pengguna perpustakaan (Republik Indonesia, 2007:5)

Fasilitas Layanan Difabel di Perpustakaan

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa, perguruan tinggi sudah

mulai memikirkan dan membuka akses layanan kepada para mahasiswa difabel.

Dimulai dari layanan administrasi, kesehatan dan akses kebutuhan pengetahuan yang

biasanya ada di perpustakaan sebagai pusat sumber pengetahuan. Mahasiswa difabel

yang dimaksud adalah mahasiswa penyandang disabilitas antara lain mencakup

mahasiswa tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan gangguan spectrum autis atau autistic

spectrum disorders (Permendikbud, 2014:3)

Dari hasil penelusuran sementara tentang adanya layanan difabel di perpustakaan,

saat ini baru ada 2 yang memiliki Difabel Corner diantaranya adalah (1) Perpustakaan

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan (2) Perpustakaan Universitas Brawijaya.

Selebihnya perguruan tinggi baru memberikan akses jalan atau pemanfaatan koleksi di

perpustakaan. Seperti yang dilakukan oleh Perpustakaan Universitas Dipenogoro

Semarang meningkatkan fasilitas ramah difabel dengan menerapkan tangga khusus

(7)

Hal ini dimungkin dalam memenuhi fasilitas untuk para difabel membutuhkan

sumberdaya manusia yang mengelola, waktu dan anggaran. Permendikbud

menyebutkan dalam pasal 5 bahwa fasilitas yang dimaksud adalah menyediakan sarana

dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa penyandang disabilitas,

diantaranya adalah:

1. Lift pada gedung berlantai 2 atau lebih

2. Pelabelan dengan tulisan Braille dan informasi dalam bentuk suara

3. Lerengan (ramp) untuk pengguna kursi roda

4. Jalur pemandu (guiding block) di jalan atau koridor di lingkungan kampus

5. Peta/denah kampus atau gedung dalam bentuk peta/denah timbul

6. Toilet atau kamar mandi untuk pengguna kursi roda

7. Media dan sumber belajar khusus, antara lain:

a. Buku-buku Braille

b. Buku bicara (talking book)

c. Computer bicara, scanner dan mesin cetak Braille

d. Berbagai materi perkuliahan atau bahan bacaan yang berbentuk elektronik

e. Perpustakaan yang mudah di akses atau

f. Informasi visual dan layanan informasi berbasis laman (web) yang memenuhi

standar aksesibilitas web (Permendikbud, 2014:4)

Fasilitas yang tercantum dalam Permendikbud di atas, perpustakaan perguruan tinggi

yang sudah menerapkan adalah Perpustakaan Pusat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

dan kemudian disusul dengan beberapa perpustakaan perguruan tinggi lainnya. Di

bawah ini penggambaran kegiatan layanan difabel di perpustakaan yang telah dilakukan

oleh perpustakaan perguruan tinggi:

1. Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga dengan menyediakan Difabel Corner disingkat

DC yang diresmikan pada tanggal 20 Desember 2011. DC merupakan layanan yang

terintegrasi dengan layanan Perpustakaan Pusat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

agar koleksi perpustakaan UIN Yogyakarta aksesibel, terjangkau dan dapat diakses

dengan mudah oleh para difabel (Bisa Mandiri, 2014:1). Fasilitas yang dimiliki

(8)

menyediakan ruang khusus dan fasilitas buku bagi tuna rungu seperti

buku-buku berhuruf braille, buku-buku elektronik yang ramah difabel, audio book dari berbagai

judul, buku popular dan buku hadiah. Buku-buku sudah dilengkapi dengan sumber

tape, VCD maupun DVD. Fasilitas computer dipasangkan program Jaws yang

gunanya untuk membantu tuna netra dalam menavigasi menu dan isi computer (UIN

Sunan Kalijaga, 2011:1). Disamping penyediaan fasilitas, di perpustakaan UIN

Sunan Kalijaga terdapat sabahat perpustakaan yang membantu difabel dalam mencari

buku dan membantu membacakan buku-buku yang belum ramah bagi difabel (UIN

Sunan Kalijaga, 2011:1).

2. Sama halnya dengan Perpustakaan UIN Yogyakarta, Perpustakaan Universitas

Brawijaya menyediakan Difabel Corner merupakan ruang khusus yang nyaman bagi

para difabel yang akan mencari bahan literasi dan belajar bersama. Fasilitas yang

diberikan kepada para difabel diantaranya adalah: (a) tangga tak berundakk bagi

pengunjung tuna daksa, (b) koleksi buku Braille dan buku audio yakni berupa

rekaman teks atau bahan tertulis lainnya yang dibacakan oleh seorang atau

sekelompok penyuara. Koleksi ini untuk tuna netra, (c) koleksi berupa film yang

disertai dengan bahasa isyarat diperuntukkan bagi pengunjung tunarungu dan tuna

wicara dan terakhir (d) toilet khusus difabel

Dalam melayani mahasiswa difabel, perpustakaan perguruan tinggi bekerjasama

dengan PSLD (Pusat Studi Layanan Difabel) seperti yang dilakukan oleh Perpustakaan

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Perpustakaan Universitas Brawijaya. Bahkan di

Universitas Brawijaya telah muncul organisasi-organisasi yang didirikan oleh

mahasiswa difabel dan non difabel yang tertarik dan peduli pada isu-isu disabilitas

yakni Forum Mahasiswa Peduli Inkusi atau disingkat FORMAPI (Ihwan, 2015:1).

Selain itu Universitas Pendidikan Undonesia disingkat UPI dalam melayani

mahasiswa difabel melalui PUSYAN atau Pusat Layanan Pendidikan Mahasiswa

Tunanetra. PUSYAN didirikan dengan maksud mengatasi kendala dan masalah yang

dihadapi para mahasiswa tunanetra. Dan satu universitas swasta yang secara konsisten

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan guru-guru untuk sekolah-sekolah luar biasa

(9)

yang memiliki PSIBK yakni Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus (Budi

Wicaksono, 2015:1).

Program PSLD yang dapat dijadikan contoh adalah UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Pusat layanan ini memiliki program khusus yang tersetruktur dalam

membantu dan mendampingi mahasiswa difabel. Diantara program yang telah

dikembangkan, antara lain pendampingan kuliah dan ujian, penyediaan computer

berpiranti screen reader Jaws, digitalisasi materi kuliah, pendampingan ujian, tes

berbasis Braille, capacity building, pelatihan pengajaran inklusif untuk para dosen,

pelatihan bahasa isyarat, penelitian dalam disability dtudies dan penerbitan buku dan

jurnal ilmiah (Tribun Regional, 2015:1).

Berbagai acara untuk peningkatan pengetahuan telah dilakukan oleh PLD,

diantaranya adalah (1) diskusi bertemakan pendidikan inklusi, (2) aksi unjuk rasa, (3)

pelatihan isyarat, (4) lomba bahasa isyarat, (5) cerpen, (6) karya tulis ilmiah, (7) debat

mengenai isu kepedulian terhadap kaum difabel (LPM Arena.com, 2015:1)

Kesimpulan

Kesimpulan dari tulisan di atas, dapat disimpulkan bahwa sudah saatnya

perpustakaan perguruan tinggi menerapkan perlakuan khusus bagi mahasiswa difabel

(tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan ganggungan autis (autistic spectrum disordes)

dalam penyediaan fasilitas khusus di perpustakaan dalam mengakses lingkungan

perpustakaan maupun pemenuhan kebutuhan penyelesaian studi. Sehingga tidak terjadi

diskriminatif yakni melakukan pelayanan yang sama antara mahasiswa difabel dan non

difabel. Tentu saja hal ini tidak terlepas dari pengadaan sumberdaya manusia yang akan

melayani dan membuat program untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa difabel. Selain

itu dibutuhkan kebijakan universitas, sumber dana dan waktu. Dengan demikian

perpustakaan perguruan tinggi dapat dikatakan ramah difabel.

Sehingga rekomendasi yang dapat diberikan dalam tulisan ini adalah (1)

universitas sebaiknya menyediakan fasilitas akses di lingkungan seluruh kampus untuk

mempermudah jalan akses mahasiswa difabel (tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan

(10)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2014

tentang Pendidikan Khusus, Pendidikan Layanan Khusus dan atau Pembelajaran Layanan

Khusus Pada Pendidikan Tinggi, (2) menyediakan sarana dan prasarana di perpustakaan

berupa koleksi yang disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa difabel (tunanetra,

tunarungu, tunadaksa dan ganggungan autis (autistic spectrum disordes), dan (3)

mengadakan pelatihan kepada para pustakawan dalam melayani kebutuhan mahasiswa

difabel (tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan ganggungan autis (autistic spectrum

disordes), di perpustakaan.

Daftar Pustaka

Ahmad Yani Fathur Rohman. (2013). Mengupas Permasalahan Pelayanan Difabel.

Diakses tanggal 5 Nopember 2015.

http://pimensakti.blogspot.co.id/2013/12/mengupas-permasalahan-pelayanan-difabel.html

Akbar Pitopang. (2012). UIN SUKA Peduli Difabel. Diakses dari kompasiana tanggal 5 Nopember 2015. http://www.kompasiana.com/akbarisation/uin-suka-peduli-difabel_551b37bba333114721b65d9b

Bisa Mandiri. (2014). Difabel Corner UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Diakses tanggal 7 Nopember 2015. http://bisamandiri.com/mitra/difabel-corner-uin-sunan-kalijaga-yogyakarta/

Budi Wicaksono. (2015). Universitas dan DIsabilitas. Diakses tanggal 6 Nopember 2015. http://budiwicaksonosmiling.blogspot.co.id/2015/05/universitas-dan-disabilitas.html

Farida Denura. (2014). Akhirnya, PTN Akomodasi Mahasiswa Difabel. Diakses tanggal 5 Nopember 2015. http://ipk.sinarharapan.co/ipk/read/20225/akhirnya-ptn-akomodasi-mahasiswa-difabel

Ihwan Hariyanto. (2015). Mewujudkan Difabel Corner di Perpustakaan UB. Diakses tanggal 7 Nopember 2015. www.keluargabiru.com/2015/mewujudkan-difabel-corner-di.html

Kementerian Pendidikan dan Budaya. (2014). 37 Penyandang Disabilitas Lulus SBMPTN 2014. Diakses tanggal 5 Nopember 2015. http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/node/2870

(11)

LPM Arena.com. (2015). Sambut Milad VIII, PLD Usung Isu Aktualisasi Difabel. Diakses dari LPM Arena.com tanggal 5 Nopember 2015. http://lpmarena.com/2015/04/25/sambut-milad-viii-pld-usung-isu-aktualisasi-difabel/

Perpustakaan Universitas Brawijaya. (2015). Fasilitas Perpustakaan UB Untuk Penyandang Disabilitas. Diakses tanggal 7 Nopember 2015.

http://lib.ub.ac.id/kegiatan/fasilitas-perpustakaan-ub-untuk-penyandang-disabilitas/

PLD UIN Sunan Kalijaga. (2014). Para Difabel dan Kursi-kursi di Perguruan Tinggi. Diakses tanggal 5 Nopember 2015. http://pld.uin-suka.ac.id/2014/03/para-difabel-dan-kursi-kursi-di.html

Republik Indonesia. (2007). Undang-Undang No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan

Sulistyo Basuki. (1993). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Tribun Regional. (2015). AHM dan UIN Yogyakarta Kembangkan Layanan Mobilitas Untuk Mahasiswa DIfabel. Diakses dari Tribun Regional Online tanggal 5 Nopember 2015. http://www.tribunnews.com/regional/2015/05/04/ahm-dan-uin-yogyakarta-kembangkan-layanan-mobilitas-untuk-mahasiswa-difabel

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. (2011). UIN Sunan Kalijaga Resmikan Difabel Corner Fasilitas Perpustakaan Pertama di Indonesia. Diakses tanggal 5 Nopember 2015. http://uin- suka.ac.id/page/berita/detail/504/uin-sunan-kalijaga-resmikan-difabel-corner-fasilitas-perpustakaan-pertama-di-indonesia

Universitas Diponegoro. (2014). Perpustakaan Undip Fasilitasi Mahasiswa Difabel.

Diakses tanggal 7 Nopember 2015.

(12)

Gambar

Gambar 1. Jalan diberi warna biru khusus jalur para difabel,

Referensi

Dokumen terkait

Proses penciptaan film dokumenter Story of Mantar ini, dimulai dari tahap praproduksi diantaranya proses riset di lapangan dengan memulai pendekatan terhadap

menampilkan hasil AR dari benda-benda pada Museum Bali. Selanjutnya pengguna diberikan kuisioner yang berisi pertanyaan yang mencakup 4 aspek dari usability

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penggunaan internet sebagai bagian komunikasi pemasaran produk pertanian, mempelajari pengetahuan Pemasar Online

11 Apakah anda mampu menganalisis metode pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jadual pelaksanaan dan spesifikasi teknis.

Rasional: Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, misalnya penyebaran, krekels

tempoh masa penuh menunjukkan keputusan yang lebih baik.Selain itu, hasil keputusan empirikal juga memberikan gambaran bahawa kemungkinan krisis ekonomi khususnya krisis

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengendalian internal dan manajemen risiko sistem penggajian yang telah diterapkan oleh Lembaga Studi

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi dengan baik mengenai adanya prospek sebaran CBM dengan menggunakan metode inversi impedansi akustik