• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PENYIDIKAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN DI POLRESTA SURAKARTA (Studi Kasus Pembunuhan Berencana No. Pol. BP 113 IV 2005 Reskrim)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSES PENYIDIKAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN DI POLRESTA SURAKARTA (Studi Kasus Pembunuhan Berencana No. Pol. BP 113 IV 2005 Reskrim)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PROSES PENYIDIKAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN DI POLRESTA SURAKARTA

(Studi Kasus Pembunuhan Berencana No. Pol.

BP/113/IV/2005/Reskrim)

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

INDARWATI DARMASTUTI NIM : E1107166

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum ( Skripsi )

PROSES PENYIDIKAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN DI POLRESTA SURAKARTA

(Studi Kasus Pembunuhan Berencana No. Pol. BP/113/IV/2005/Reskrim)

Disusun oleh :

INDARWATI DARMASTUTI NIM : E1107166

Disetujui untuk Dipertahankan Dosen Pembimbing

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum ( Skripsi )

PROSES PENYIDIKAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN BERITA

ACARA PEMERIKSAAN DI POLRESTA SURAKARTA (Studi Kasus

Pembunuhan Berencana No. Pol. BP/113/IV/2005/Reskrim)

Disusun oleh :

INDARWATI DARMASTUTI

NIM : E1107166

Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi )

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 5 April 2011

TIM PENGUJI

1. Edy Herdyanto, S.H, M.H : ………... Ketua

2. Kristiyadi, S.H, M.Hum : ………... Sekretaris

3. Bambang Santoso, S.H, M.H : ………... Anggota

MENGETAHUI

Dekan,

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : INDARWATI DARMASTUTI

NIM : E1107166

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:

PROSES PENYIDIKAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN DI POLRESTA SURAKARTA ( Studi Kasus Pembunuhan Berencana No. Pol : BP/ 113/ IV/ 2005/ Reskrim ) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum

(skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan

gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Maret 2011

Yang membuat pernyataan

INDARWATI DARMASTUTI

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Indarwati Darmastuti, 2011. PROSES PENYIDIKAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN DI POLRESTA SURAKARTA ( STUDI KASUS PEMBUNUHAN BERENCANA NO. POL. BP/ 113/ IV/ 2005/ RESKRIM ). Fakultas Hukum UNS.

Penelitian Hukum ini mendeskripsikan dan mengkaji mengenai proses penyidikan dalam upaya penyelesaian berita acara pemeriksaan perkara pembunuhan berencana di Polresta Surakarta.

Penelitian yang dilakukan di Polresta Surakarta ini termasuk penelitian empirik yang bersifat deskriptif yang mengunakan data primer dan data sekunder, dimana Penulis mengumpulkan data-data yang diperoleh secara langsung dari aparat penyelidik dan penyidik Polresta Surakarta melalui wawancara serta studi dokumen. Kemudian dari semua data yang terkumpul dilakukan analisa interaktif dengan teknik analisis yang bersifat kualitatif. Tujuan Penelitian Hukum ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan proses penyidikan dalam penyelesaian Berita Acara Pemeriksaan tindak pidana pembunuhan berencana serta kendala-kendala yang dihadapi penyidik selama proses penanganan perkara tindak pidana kejahatan pembunuhan berencana tersebut. .

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa pelaksanaan penanganan perkara pembunuhan berencana ini adalah sebagai berikut : Pertama penyelidikan, dimulai dari diketahui terjadinya tindak pidana pidana pembunhan berencana yaitu dari laporan dari saksi pertama kemudian dibuatkan Laporan Polisi. Kedua penyidikan, yaitu membuat surat perintah penyidikan, membuat surat perintah tugas, melakukan pemanggilan terhadap saksi, melakukan pemeriksaan saksi dan tersangka, melakukan upaya paksa, menyusun sampul berkas perkara, serta menyerahkan berkas perkara kepada kejaksaan.

(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Indarwati Darmastuti, 2011. THE INVASTIGATION PROCESS IN EFFORT TO NEWS EVENT EXAMINATIONS COMPLETION IN SURAKARTA POLICE DEPARTEMENT (PREMEDITATED MURDER CASE STUDY POL. NUMBER. BP / 113 / IV / 2005 / RESKRIM). FACULTY OF LAW, UNS.

Legal research is to describe and assess the process of investigation in efforts to settle the minutes of proceedings premeditated murder in Surakarta Police.

Research conducted at the Surakarta Police include descriptive empirical research that uses primary data and secondary data, which the authors collect the data obtained directly from the Surakarta Police investigators and investigators apparatus through interviews and document study. Then from all the collected data analyzed by an interactive qualitative analysis techniques. The purpose of this research paper is to investigate the implementation process of the investigation in progress Interrogation crime premeditated murder and the constraints faced by investigators during the process of handling the case of a criminal act was premeditated murder.

Based on the results of research conducted, it is known that the implementation of this murder case handling is as follows: First, investigation starting from the known to the criminal offense of premeditated murder of a report from the first witness then made a police report. Secondly, the investigations is to make the investigation warrant, make an order assignment, to call on witnesses, examine witnesses and suspects, conduct forcible efforts, preparing case files cover, and hand over case files to prosecutors.

(7)

commit to user

vii

MOTTO

Jadikanlah Sholat dan Sabar Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya yang Demikian itu

Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-orang Yang Khusyu’(yaitu) Orang-orang Yang

Meyakini Bahwa mereka Akan Menemui Tuhan-Nya dan Mereka

Akan Kembali KapadaNya.

(QS. Al-Baqoroh: 45)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari

suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya

kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

(Q.S Alam Nasyrah: 6-8)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ya Tuhan kami,

janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau

bebankan kepada orang-orang sebelum kami

(Al-Baqarah : 286)

”Kebahagiaan terbesar dalam hidup ini adalah bila kita berhasil melakukan apa yang menurut

orang lain tidak dapat kita lakukan”

(Walter Beganhot)

“Kamu maju bukan dengan memperbaiki apa yang sudah terjadi melainkan menggapai ke arah

apa yang belum terjadi”

(Kahlil Gibran)

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Penulis persembahkan sebagai wujud syukur, cinta, dan terima kasih

kepada :

1.Allah SWT Sang Pencipta Alam Semesta atas segala karunia, rahmat, dan nikmat yang

telah diberikan-Nya

2.Kedua orang tuaku tercinta Alm. Bapak Iskandar Rianto dan Ibu Indah Prasetyowati atas

segala doa, bimbingan, nasehat, kehangatan cinta dan kasih sayang yang senantiasa

tercurahkan untukku.

3.Adikku tersayang Pratitis Arum Wicaksono atas semangat, perlindungan dan bantuannya.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,

berkah, serta karunia-Nya yang telah diberikan kepada Penulis, sehingga Penulis

mampu menyelesaikan tugas penulisan hukum dengan judul “ PROSES

PENYIDIKAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN DI POLRESTA SURAKARTA ( Studi Kasus Pembunuhan Berencana No. Pol. BP/113/IV/2005/Reskrim )

Penulisan hukum ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi

syarat-syarat untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta..

Atas berbagai bantuan yang telah banyak membantu Penulis selama

melaksanakan studi sampai terselesaikannya penyusunan penulisan hukum ini,

maka pada kesempatan kali ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

kepada :

1. Bapak Moh. Jamin, S.H, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret.

2. Bapak Edy Herdyanto, S.H, MH., selaku Ketua Bagian Hukum Acara.

3. Bapak Mohammad Adnan, S.H, M.Hum selaku Pembimbing Akademik

Penulis.

4. Bapak Bambang Santoso, S.H, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang

telah membimbing Penulis dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

atas segala dedikasinya terhadap seluruh mahasiswa termasuk Penulis

selama Penulis menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

6. Seluruh karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah

banyak membantu segala kepentingan Penulis selama Penulis menempuh

(10)

commit to user

x

7. Bapak Kombes Pol Drs. Nana Sudjana AS, MM selaku Kapolresta

Surakarta yang telah mengijinkan Penulis untuk melakukan penelitian di

bagian Reskrim Polresta Surakarta.

8. Bapak Kompol Edhei Sulistyo, SH.MH selaku Kasat Reskrim Polresta

Surakarta yang telah mengijinkan Penulis memperoleh data yang

dibutuhkan.

9. Bapak Bripka Agung Purwoko, SH selaku Penyidik Reskrim Polresta

Surakarta yang telah membantu Penulis dalam memperoleh informasi

yang dibutuhkan.

10.Kedua orang tuaku dan adikku ( Pratitis Arum Wicaksono ) yang telah

memberikanku doa, cinta, kasih sayang dan ridho yang menjadi kekuatan

dan bekal dalam menjalankan kehidupan ini.

11.Keluarga Besar penulis yang telah memberikan perhatian dan dukungan

baik moril maupun materiil kepada penulis.

12.Teman-teman Angkatan 2007 Non Reguler, teman-teman kuliah, dan

semua pihak yang membantu dalam penulisan hukum ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari

kesempurnaan, mengingat kemampuan Penulis yang masih sangat terbatas. Oleh

karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan Penulis terima

dengan senang hati

Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi sumbangan Pengetahuan dan

Pengembangan Hukum pada khususnya dan Ilmu Pengetahuan pada umumnya.

Dan semoga pihak-pihak yang telah membantu Penulisan Hukum ini, atas amal

baik mereka semoga mendapat pahala dari Allah SWT. Amin.

Surakarta, Maret 2011

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN...iv

ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR GAMBAR...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Metode Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ... 11

1. Tinjauan Umum tentang Penyelidikan dan Penyidikan ... 11

a. Pengertian Penyelidikan ... 11

b. Pengertian Penyidikan ... 12

2. Tinjauan Umum tentang Berita Acara Pemeriksaan ... 17

a. Pengertian Berita Acara Pemeriksaan ... 17

b. Jenis-Jenis Berita Acara Pemeriksaan ... 17

(12)

commit to user

xii

B. Kerangka Pemikiran ... 21

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses Penyidikan sebagai Upaya Penyelesaian Berita

Acara Pemeriksaan ( BAP ) terhadap Tindak Pidana

Pembunuhan Berencana di Polresta Surakarta ... 23

1. Struktur Organisasi Reserse Kriminal Polresta

Surakarta ... 23

2. Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Pembunuhan

Berencana di PolrestaSurakarta ………....25

3. Pembahasan Pelaksanaan Penanganan Perkara Tindak

Pidana Pembunuhan Berencana ... 49

B. Kendala-Kendala yang Dihadapi Aparat Penyidik Dalam

Penyelesaian Berita Acara Pemeriksaan Tindak Pidana

Pembunuhan Berencana ... 54

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan... 57

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Teknik Analisis Data Kualitatif

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Gambar 3. Struktur Organisasi Reserse Kriminal Polresta Surakarta

(14)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini manusia tidak mungkin lepas dari hukum, seringkali

seseorang dengan mudahnya melakukan kejahatan pembunuhan,

menghilangkan nyawa orang lain, apakah itu dalam dunia politik, kegiatan

terorisme, kejahatan perampokan, atau karena hal-hal yang lainnya yang

memicu seseorang melakukan suatu pembunuhan. Contoh yang mendasari

terjadinya kejahatan pembunuhan misalnya untuk memenuhi kebutuhan

pokok yakni memperoleh uang atau harta benda, kemudian berkembang

disertai motif lain seperti merampok, memperkosa dan tujuan politik. Semua

pembunuhan dilakukan untuk mempertahankan hidup atau membela diri,

sekarang kejahatan dilakukan secara sadis tanpa sedikitpun ada perasaan

kemanusiaan (Romli Atmasasmita, 1994: 117).

Media elektronik seperti televisi dan media cetak menunjukkan bahwa

salah satu kegiatan yang tidak pernah sepi adalah pembunuhan. Berbagai

kasus pembunuhan muncul dari daerah-daerah dengan banyak variasi, sejak

dari pemukulan, penusukan, penembakan sampai mutilasi. Salah satu bentuk

dari pembunuhannya adalah pembunuhan yang dilakukan dengan

direncanakan terlebih dahulu. Direncanakan, artinya dirancang terlebih

dahulu, ada jangka waktu betapapun pendeknya untuk mempertimbangkan

langkah, cara, serta segala upaya pembunuhan itu dan untuk berfikir dengan

tenang dalam menjalankan aksi sadisnya.

Pembunuhan berencana adalah kejahatan yang tidak manusiawi yang

mendatangkan keresahan dan rasa tidak nyaman masyarakat. Meskipun

demikian cara penegakan hukum atas perbuatan kejahatan pembunuhan itu,

harus tetap berdasarkan hukum yang berlaku dan cara hukum yang rasional,

tidak main hakim sendiri. Karena betapapun kejahatan yang dilakukan

pelaku, namun pelaku tetap manusia yang mempunyai hak untuk

(15)

commit to user

manusia, dimana semua warga negara sama kedudukannya di dalam hukum

dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dengan baik tidak ada

kecualinya. Oleh karena itu diperlukan adanya aparatur penegak hukum yang

memiliki kemampuan profesional, menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran

dan keadilan, bersih berwibawa dan bertanggungjawab

Sesuai dengan konsiderans dalam pertimbangan Undang-Undang No.

8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ) dimana tercantum

antara lain :

“ Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak - hak asasi manusia serta menjamin segala warga negara bersama kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.(Soesilo, 1988 : 1).

Lahirnya Undang-undang No. 8 Tahun 1981 sebagai bukti telah

diperhatikannya perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia, termasuk

hak-hak tersangka, salah satunya perlindungan di tingkat penyidikan. Pejabat yang

berwenang harus melakukan kewajiban penegakan hukum sesuai dengan

perundang-undangan yang berlaku, mengutamakan terlindunginya hak-hak

manusia dan tidak bertentangan dengan asas praduga tak bersalah.

Hukum memperlancar dan menjaga ketertiban daripada pelaksanaan

kehidupan bermasyarakat dan bernegara dan di lain pihak hukum terus dibina,

tidak terkecuali hukum acara pidana. Dalam hukum acara pidana telah diatur

tata cara penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan dan sebagainya,

yang merupakan sumber dari rasa aman, tenteram serta penghargaan terhadap

hak asasi manusia yang benar-benar dijamin oleh negara, sehingga pejabat

kepolisian dalam melakukan setiap tindakan upaya paksa sebagai tindakan

untuk mengungkap suatu tindak pidana pembunuhan berencana harus

didasarkan bukti permulaan yang cukup dan dalam pelaksanaannya sesuai

dengan tata tertib yang telah ditentukan.

Penyelidikan dan penyidikan oleh Polri terhadap tersangka pidana

(16)

commit to user

diatur undang-undang, untuk mengetahui apakah peristiwa tersebut

merupakan peristiwa pidana dan juga mencari serta mengumpulkan bukti

untuk membuat terang tindak pidana yang terjadi dan juga untuk menemukan

tersangkanya. Penyidikan adalah serangkaian tindakan untuk mempertegas

terjadinya tindak pidana. Titik pangkal pemeriksaan penyidikan adalah

tersangka, dari tersangkalah akan diperoleh keterangan tentang peristiwa

pidana yang disangkakan kepadanya. Sekalipun tersangka yang menjadi titik

tolak pemeriksaan, namun terhadap tersangka harus diperlakukan dia sebagai

subyek sesuai dengan asas akusatoir sehingga tersangka mempunyai hak

untuk menyatakan pendapat, hak untuk hidup, hak untuk bebas, hak untuk

mendapat perlindungan, hak untuk diperlakukan sama di depan hukum.

Di dalam menjalani pemeriksaan baik di tingkat penyidikan maupun

di persidangan, seorang tersangka harus dianggap tidak bersalah sesuai

dengan prinsip hukum praduga tak bersalah sampai ditetapkan kesalahannya

dengan kekuatan hukum tetap, sebagaimana yang tercantum dalam

Undang-undang No. 14 Tahun 1970 dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1981. Oleh

karena itu Pejabat yang berwenang dalam menyusun dan menyelesaikan

Berita Acara suatu perkara ditingkat penyidikan dilakukan upaya untuk

memenuhi persyaratan hukum guna menentukan apakah seseorang yang telah

menjadi tersangka itu pantas disangka telah melakukan kejahatan

pembunuhan berencana berdasar alat bukti yang sah dan cukup menurut

hukum (Yahya Harahap, 1997: 127)

Bertolak dari gambaran keadaan di atas yaitu masih adanya upaya

kepolisian dalam menyelesaikan berita acara yang dilakukan oleh aparat

Polri sebagai pejabat penyidik dalam proses penyidikan tindak pidana

pembunuhan berencana, maka penulis akan mengkaji mengenai perbuatan

pidana pembunuhan berencana tersebut . Untuk itu penulis memilih judul

penelitian “PROSES PENYIDIKAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN

(17)

commit to user B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pertimbangan latar belakang di atas, maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah proses penyidikan dalam upaya penyelesaian berita acara

pemeriksaan (BAP) terhadap tindak pidana pembunuhan berencana di

Polresta Surakarta ?

2. Hambatan apa saja yang ditemui penyidik Polresta Surakarta dalam proses

penyidikan dalam upaya penyelesaian berita acara pemeriksaan (BAP)

terhadap tindak pidana pembunuhan berencana di Polresta Surakarta ?.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini untuk

mengetahui :

1. Tujuan Obyektif :

a. Mengkaji proses penyidikan sebagai upaya penyelesaian berita acara

pemeriksaan (BAP) terhadap tindak pidana pembunuhan berencana di

Polresta Surakarta.

b. Mengkaji hambatan yang ditemui penyidik Polresta Surakarta dalam

menyelesaikan berita acara pemeriksaan (BAP) terhadap tindak pidana

pembunuhan berencana di Polresta Surakarta.

2. Tujuan Subyektif

a. Memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun

penulisan hukum untuk memenuhi persyaratan akademik dalam meraih

gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret.

b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum, khususnya

wawasan dan manfaat bagi pembaca dan masyarakat terlebih-lebih

civitas akademika.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang bisa digunakan

secara luas, khususnya dalam bidang hukum acara pidana. Adapun manfaat

(18)

commit to user

1. Manfaat Teoritis.

a. Memberikan sumbangan pikiran yang bermanfaat dalam upaya

penegakan hukum yang berkaitan dengan penyelesaian perkara pidana,

terutama masalah upaya penyelesaian berita acara pemeriksaan (BAP)

terhadap tindak pidana pembunuhan berencana di Polresta Surakarta.

b. Untuk menambah perbendaharaan ilmu Hukum Acara Pidana,

khususnya dalam mengdeskripsikan hambatan yang ditemui penyidik

Polresta Surakarta dalam menyelesaikan berita acara pemeriksaan

(BAP) terhadap tindak pidana pembunuhan berencana di Polresta

Surakarta.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti dan

mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir yang dinamis

serta meningkatkan nkemampuan penulis dalam menerapkan ilmu

hukum yang diperoleh selama masa perkuliahan.

b. Hasil penelitian i i diharapkan dapat memberi masukan kepada semua

pihak, khususnya dalam pemahaman terhadap ilmu hukum dan

pihak-pihak terkait dalam masalah yang diteliti.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara pandang seorang ilmuan dalam

mempelajari, menganalisa, dan memahami lingkungan-lingkungan yang

dihadapinya. Metode juga merupakan unsur yang mutlak harus ada di dalam

penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Tanpa metode seorang

peneliti tidak akan mungkin mampu untuk menemukan, merumuskan,

menganalisa maupun memecahkan masalah-masalah tertentu untuk

mengungkapkan kebenaran (Soerjono Soekanto, 1986 : 13).

Mengingat pentingnya metode penelitian dalam menemukan,

merumuskan, dan menganalisa suatu masalah, maka dalam penelitian ini

(19)

commit to user

1

.

Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian empiris yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti hukum dalam pelaksanaannya

langsung di lapangan untuk memperoleh data yang faktual dan nyata.

Dalam penelitian ini Penulis mengemukakan mengenai proses penyidikan

dalam upaya penyelesaian Berita Acara Pemeriksaan di Polresta Surakarta.

2. Sifat Penelitian

Penelitian hukum empiris ini bersifat deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan

data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala

lainnya (Soerjono Soekanto, 1986 : 10).

Penelitian deskriptif, yakni penelitian hukum yang bersifat

pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran ( deskripsi )

lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku ( Abdulkadir Muhammad.

2004: 50)

Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data,

menggambarkan data dan menguraikan semua data yang diperoleh dari

lapangan kemudian dianalisis guna menjawab permasalahan yang ada.

Dalam penelitian ini Penulis akan memaparkan dan melukiskan

keadaan jalannya proses penyidikan dalam upaya penyelesaian Berita

Acara Pemeriksaan terhadap tindak pidana pembunuhan berencana di

Polresta Surakarta.

3. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam pendekatan penelitian ini adalah

pendekatan kasus. Dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan secara

mendalam mengenai proses penyidikan dalam upaya penyelesaian berita

acara pemeriksaan di Polresta Surakarta. Kasus yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah Berita Acara Pemeriksaan tentang pembunuhan

(20)

commit to user

4. Sumber Data

Oleh karena penelitian ini bersifat deskriptif, maka data yang

digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Data

primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, dalam

hal ini adalah dari Polresta Surakarta. Sedangkan data sekunder

merupakan data yang diperoleh dari beberapa dokumen atau studi

kepustakaan.

a. Sumber data primer.

Merupakan sejumlah data atau fakta yang diperoleh secara

langsung dari suatu penelitian lapangan melalui wawancara tersusun

maupun spontan dengan penyidik Polresta Surakarta yang

menyelesaikan Berita Acara Pemeriksaan.

b. Sumber data sekunder.

Merupakan data yang bersumber dari dokumen-dokumen,

arsip-arsip, laporan, perundang-undangan, atau bahkan beberapa

literatur lainnya yang mendukung penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Sebagai upaya untuk mengumpulkan data-data dari sumber data di

atas, Penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang meliputi :

a. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan wawancara

dengan narasumber, dalam hal ini wawancara terhadap responden (

key person ) langsung untuk menanyakan perihal proses penyelesaian

dan penyusunan berita acara pemeriksaan (BAP) tindak pidana

pembunuhan berencana, fakta-fakta yang ada, pendapat (opinion) maupun persepsi responden.

Wawancara di dalam penelitian ini dilakukan oleh Penulis

dengan aparat penyidik Polresta Surakarta.

(21)

commit to user

Penggunaan berbagai macam pustaka atau dokumen yang

relevan yang mendukung perolehan data.

6. Analisis Data

Teknik analisis data merupakan faktor terpenting dalam penelitian

untuk menentukan kualitas hasil penelitian. Data yang diperoleh dari

kegiatan penelitian selanjutnya dianalisis secara tepat untuk memecahkan

suatu masalah hukum yang telah diteliti. Analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, yaitu dari data yang

diperoleh kemudian disusun secara sistematis yang kemudian dianalisis

secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas.

Menurut H.B Sutopo ada tiga komponen utama yang menjadi dasar

dari tahap analisis data kualitatif. Tiga tahap tersebut adalah :

a. Reduksi Data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan data

yaitu bentuk analisa yang mempertegas, memeperpendek, membuat

fokus, membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari catatan

tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus sampai laporan akhir

penelitian selesai ditulis.

b. Penyajian Data

Alur penting yang kedua ini adalah sekumpulan informasi

tersusun dalam suatu kesatuan bentuk yang disederhanakan, selektif

dalam konfigurasi yang mudah dipakai sehingga memberi

kemungkinan adanya pengambilan kesimpulan.

c. Penarikan Kesimpulan

Pada awal pengumpulan data, Penulis harus sudah memahami

arti dari berbagai hal yang meliputi segala hal yang ditemui dengan

melakukan pencatatan-pencatatan peraturan, pernyataan-pernyataan,

konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, akhirnya Penulis menarik

(22)

commit to user

Gambaran teknik analisis data tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Teknik Analisis Data Kualitatif

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum adalah gambaran singkat secara

menyeluruh dari suatu penulisan hukum yang bertujuan untuk membantu para

pembaca agar dapat dengan mudah memahami dan menelaah uraian-uraian

yang disajikan. Penulisan hukum ini dibagi dalam empat bab yang setiap bab

terbagi dalam sub-sub bagian.

Adapun sistematika penulisan hukum adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah yang mendiskripsikan

mengenai segala sesuatu yang menjadi alasan perlunya

permasalahan diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang kajian pustaka atau teori-teori yang berkaitan dengan

pokok permasalahan yang diteliti dan kerangka pemikiran yang

menggambarkan kerangka logika berpikir mengenai timbulnya

permasalahan, pokok permasalahan, serta pemecahannya.

BAB IIII HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengumpulan Data

Penyajian Data Reduksi Data

(23)

commit to user

Berisi tentang hasil penelitian yang penting dan relevan berupa

data-data primer maupun sekunder yang diperoleh di lokasi

penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh kemudian dilakukan

pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan, kerangka teori,

kerangka pemikiran dengan teknik analisis yang telah ditentukan

dalam metode penelitian.

BAB IV PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan yang dirumusakan secara singkat dan

jelas menjawab rumusan masalah yang harus sinkron dengan

pembahasan serta rumusan masalah dan saran sebagai alternative

solusi atas masalah yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

(24)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Penyelidikan dan Penyidikan a. Penyelidikan

1) Pengertian Penyelidikan

Berdasarkan Pasal 1 angka 5 KUHAP, penyelidikan

berarti serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan

menemukan sesuatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana

guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan

menurut cara yang diatur dalam KUHAP. Menurut Yahya Harahap

“Penyelidikan sebagai tindakan tahap pertama permulaan

penyidikan yang.merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

dari fungsi penyidikan” (Yahya Harahap, 2002 : 101).

2) Pejabat Penyelidik

Pihak yang melakukan penyelidikan disebut penyelidik.

Menurut Pasal 1 angka 4 KUHAP, “Penyelidik adalah Pejabat

Polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang untuk

melakukan penyelidikan”.

3) Kewajiban dan Wewenang Penyelidik

Kewajiban dan wewenang penyelidik dapat ditinjau dari 2

(dua) segi, yaitu :

a) Kewajiban dan wewenang berdasar hukum, diatur dalam Pasal

5 ayat (1) huruf a KUHAP. Terdiri dari :

(1) Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang

adanya suatu tindak pidana

(2) Mencari keterangan dan barang bukti.

(3) Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan

(25)

commit to user

(4) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang

bertanggung jawab.

b) Kewajiban dan wewenang yang bersumber dari perintah

penyidik, diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b. Terdiri dari

(1) Penangkapan, larangan meninggalkan tempat,

penggeledahan, dan penyitaan

(2) Pemeriksaan dan penyitaan surat

(3) Mengambil sidik jari dan memotret seorang.

(4) Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.

Atas pelaksanaan tindaan-tindakan yang disebut pada Pasal 5

ayat (1) huruf a dan b KUHAP, maka penyelidik wajib

membuat dan menyampaikan laporan tertulis hasil pelaksanaan

tindakan-tindakan tersebut

b. Penyidikan

1) Pengertian Penyidikan

Pengertian penyidikan menurut Pasal 1 angka 2

KUHAP adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan

menurut cara yang diatur dalam KUHAP untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang

tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan

tersangkanya.

Menurut Yahya Harahap “Penyidikan menitik beratkan

pada tindakan mencari dan mengumpulkan bukti agar tindak

pidana yang ditemukan dapat menjadi terang serta agar dapat

menemukan dan menentukan pelaku tindak pidana” (Yahya

Harahap, 2002 : 109).

Menurut Andi Hamzah, bagian-bagian hukum acara

pidana yang menyangkut penyidikan yaitu :

a) Ketentuan tentang alat-alat penyidik

b) Ketentuan tentang diketahui terjadinya delik.

(26)

commit to user

d) Pemanggilan tersangka atau terdakwa.

e) Penahanan sementara.

f) Penggeledahan.

g) Pemeriksaan atau interogasi.

h) Berita acara (penggeledahan, interogasi, dan pemeriksaan di

tempat).

i) Penyitaan.

j) Penyampingan perkara.

k) Pelimpahan perkara kepada penuntut umum dan

pengembaliannya kepada penyidik untuk disempurnakan

(Andi Hamzah, 2001 : 118).

2) Wewenang Penyidik

Pasal 7 KUHAP menyebutkan mengenai wewenang

penyidik, yaitu :

a) Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang

adanya tindak pidana

b) Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.

c) Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda

pengenal diri tersangka.

d) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan

penyitaan.

e) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

f) Mengambil sidik jari dan memotret seorang.

g) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi.

h) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam

hubungannya dengan pemeriksaan perkara.

i) Mengadakan penghentian penyidikan.

j) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung

(27)

commit to user 3) Pejabat Penyidik

Penyidik yaitu orang yang melakukan penyidikan, yang

terdiri dari pejabat seperti yang dijelaskan pada Pasal 1 angka 1

dan Pasal 6 ayat (1) KUHAP. Pasal 1 angka 1 dan Pasal 6 ayat (1)

KUHAP menyebutkan bahwa penyidik adalah pejabat polisi

Negara Republik Indonesia dan pejabat pegawai negeri sipil

tertentu yang wewenang khusus oleh undang-undang untuk

melakukan penyidikan.

4) Kepangkatan Pejabat Penyidik

Sesuai Pasal 6 ayat (1) KUHAP, sedang dalam ayat (2)

ditentukan bahwa syarat kepangkatan pejabat Polisi Negara

Republik Indonesia yang berwenang menyidik akan diatur lebih

lanjut dengan peraturan pemerintah. Berdasarkan ketentuan Pasal

6 ayat (2) KUHAP dan Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1983

tentang Pelaksanaan KUHAP dapat disebutkan bahwa syarat

kepangkatan pejabat Polisi Negara Republik Indonesia itu

sekurang-kurangnya Pembantu Letnan Dua Polisi (Ajun Inspektur

Polisi), sedangkan bagi Pegawai Negeri yang diberi wewenang

penyidikan adalah yang berpangkat sekurang-kurangnya Pengatur

Muda Tingkat I/Gol II b atau yang disamakan dengan itu.

5) Tindakan Penyidikan

Tindakan penyidikan adalah tindakan mencari dan

menemukan semua peristiwa yang dianggap atau diduga sebagai

tindakan pidana, dimana titik beratnya diletakan pada tindakan

mencari serta mengumpulkan bukti supaya tindak pidana yang

ditemukan dapat menjadi terang, serta agar dapat menemukan dan

menentukan pelakunya.

Pekerjaan penyidikan dimaksudkan sebagai suatu

persiapan kearah pemeriksaan di sidang pengadilan. Dalam taraf

(28)

commit to user

jawaban sementara atas pertanyaan apakah telah terjadi suatu

perbuatan pidana, dan jika demikian siapa pelakunya, dimana dan

dalam keadaan bagaimana perbuatan pidana itu dilakukan.

Apabila dalam penyidikan ini didapat hasil yang diharapkan dapat

memberi jawaban atas pertanyaan tersebut diatas maka tindakan

dapat diteruskan dalam wujud penyidikan lanjutan. Penyidikan

yang baik yang hasilnya telah diuji dengan hukum pembuktian

menurut undang-undang, akan sangat membantu pada berhasilnya

pekerjaan penuntutan. Polisi dengan segala kelengkapannya

penyidikan dan pengusutannya diharapkan dapat memperlancar

tugas penyelesaian pengajuan perkara pidana ke pengadilan yang

akan dilakukan oleh kejaksaan.

“Tugas penyidikan dan tugas penuntutan dalam suatu

proses penyelesaian perkara pada hakekatnya juga

menggambarkan bahwa tugas penyidikan adalah tidak lain

daripada tindakan persiapan tugas penuntutan” (Soehardi,

1993: 128).

Penyidikan dapat berupa pemanggilan, pemeriksaan,

penyitaan, maupun penahanan orang, yang kesemuanya erat

hubunganya dengan hak asasi seseorang. Memang tidak dapat

disangkal lagi, bahwa dalam pemeriksaan ditingkat penyidikan

tidak dilakukan di muka umum sebagaimana dalam sidang

pengadilan. Sehubungan dengan itu dalam penyidikan ini, perlu

adanya aturan-aturan untuk menjaga agar jangan sampai timbul

ekses-ekses selama pemeriksaan dalam penyidikan.

Apabila penyidikan telah selesai dilakukan, maka

penyidik melimpahkan perkara tersebut kepada Penuntut Umum.

Pelimpahan perkara berarti penyerahan tanggungjawab atas

penanganan perkara itu dari penyidik kepada Penuntut Umum.

(29)

commit to user

tersangka/tersangka bersama-sama berkas perkara oleh penyidik

kepada penuntut umum (Darwan Prinst, 1998: 86).

Penyerahan ini dilakukan dua tahap yakni :

1) Tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas perkara;

2) Dalam hal penyidik sudah dianggap selesai, penyidik

menyerahkan tanggungjawab atas tersangka dan barang bukti

kepada penuntut umum.

Jika pada penyerahan tahap pertama, penuntut umum

berpendapat bahwa berkas kurang lengkap maka ia dapat

(Darwan Prinst, 1998: 86) :

1) Mengembalikan berkas perkara kepada penyidik untuk

dilengkapi disertai petunjuk.

2) Melengkapi sendiri, berdasarkan Undang-undang No. 5

Tahun 1991.

Penyidikan dimulai setelah penyidik menggunakan

wewenang penyidikan seperti yang tercermin dalam Pasal 7

KUHAP dan dalam tindakan penyidikan itu secara langsung telah

melibatkan hak-hak orang yang disangka melakukan tindak

pidana, baik mengenai kebebasannya, nama baiknya maupun

mengenai harta kekayaannya. Oleh karena itu di satu sisi

tersangka berhak memperoleh hak-haknya selama penyidikan dan

penyidik dapat melakukan tugasnya dengan mempertimbangkan

hak-hak tersangka. Hal ini diperhatikan dalam hubungannya

dengan titik fokus pemeriksaan yakni oknum tersangka, dan dari

tersangkalah diperoleh keterangan tentang peristiwa pidana yang

sedang diperiksa. Akan tetapi sekalipun tersangka yang menjadi

titik tolak pemeriksaan, namun terhadapnya harus diperlakukan

berdasar asas praduga tak bersalah.

Penjatuhan pidana merupakan suatu mata rantai proses

tindakan hukum dari pejabat yang berwenang, mulai dari proses

(30)

commit to user

oleh pengadilan dan dilaksanakan oleh aparat pelaksana pidana.

Dilihat dari pengertian pidana dalam arti luas itu (yaitu pidana

dilihat sebagai suatu proses), maka “kewenangan penyidikan”

pada hakikatnya merupakan bagian juga dari “kewenangan

pemidanaan”. Tindakan-tindakan hukum dalam proses penyidikan

(antara lain : penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan,

pemeriksaan/interogasi)

2. Tinjauan Umum tentang Berita Acara Pemeriksaan (BAP) a. Pengertian BAP

Sesuai dengan KUHAP pada bab XVI bagian ketiga

tentang acara pemeriksaan biasa, bagian keempat tentang

pembuktian dan putusan dalam acara pemeriksaan biasa, bagian

kelima acara pemeriksaan singkat, bagian keenam tentang acara

pemeriksaan cepat. Dalam bab tersebut diterangkan mengenai

mekanisme penanganan tindak pidana. Dalam hal ini unsure

terpenting dari proses tersebut adalah dengan adanya suatu

ringkasan keterangan saksi dan atau tersangka yang dikemas dalam

suatu bentuk Tanya jawab dan disusun oleh penyidik / penyidik

pembantu dalam format yang telah baku sesuai dengan juklak /

juknis yang pelaksanaannya diatur oleh Perkap No. 12/ 2009.

Berita Acara Pemeriksaan (BAP) adalah suatu proses

pemeriksaan yang menceritakan alur dari suatu peristiwa atau

kejadian baik itu yang disaksikan oleh orang yang melihat ( saksi )

maupun orang yang melakukan tindak pidana tersebut( tersangka ).

BAP tersebut bisa menceritakan atau menggambarkan suatu

rangkaian peristiwa secara jelas dan urut serta dapat menjelaskan

suatu kejadian.

b. Jenis Berita Acara Pemeriksaan ( BAP )

(31)

commit to user

1) Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) Saksi

BAP Saksi adalah suatu format baku yang telah diatur oleh

Juklak/ Juknis dan memuat tentang keterangan yang

disampaikan oleh seorang saksi kepada pejabat Kepolisian

yang berwenang dan kemudian pada bagian akhir Berita Acara

Pemeriksaan tersebut baik saksi maupun pejabat yang

berwenang memberikan tanda tangannya.

2) Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) Saksi Ahli

BAP Saksi Ahli adalah suatu format baku yang telah diatur

oleh Juklak/ Juknis dan memuat tentang Pendapat yang

disampaikan oleh seorang saksi ahli kepada pejabat Kepolisian

yang berwenang dan kemudian pada bagian akhir Berita Acara

Pemeriksaan tersebut baik saksi ahli maupun pejabat yang

berwenang memberikan tanda tangannya.

3) Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) Tersangka

BAP Tersangka adalah suatu format baku yang telah diatur

oleh Juklak/ Juknis dan memuat tentang keterangan yang

disampaikan oleh Seorang Tersangka kepada pejabat

Kepolisian yang berwenang dan kemudian pada bagian akhir

Berita Acara Pemeriksaan tersebut baik tersangka maupun

pejabat yang berwenang memberikan tanda tangannya.

4) Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) Lanjutan

BAP Lanjutan adalah suatu format baku yang telah diatur oleh

Juklak/ Juknis dan memuat tentang keterangan lanjutan yang

disampaikan oleh Seorang Saksi/ Tersangka kepada pejabat

Kepolisian yang berwenang dan kemudian pada bagian akhir

Berita Acara Pemeriksaan tersebut baik saksi /tersangka

maupun pejabat yang berwenang memberikan tanda tangannya.

5) Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) Konfrontir

BAP Konfrontir adalah suatu format baku yang telah diatur

(32)

commit to user

disampaikan secara bersama – sama oleh dua orang atau lebih

Saksi/ Tersangka kepada pejabat Kepolisian yang berwenang

dan kemudian pada bagian akhir Berita Acara Pemeriksaan

tersebut baik saksi / tersangka maupun pejabat yang berwenang

memberikan tanda tangannya.

3. Tinjauan tentang Tindak Pidana Pembunuhan Berencana

Pasal 338 KUHP menentukan "Barang siapa dengan sengaja

merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan

pidana penjara paling lama lima belas tahun", memperhatikan Pasal

338 KUHP, maka unsur-unsur yang terkandung di dalamnya yaitu :

a. Unsur subyektif, atau dengan sengaja

b. Unsur obyektif, atau menghilangkan, atau nyawa atau orang lain.

Memperhatikan Pasal 338 KUHP tersebut dengan sengaja jelas

terpenuhi, dimana pelaku tindak pidana pembunuhan melakukan

perbuatan tersebut ada maksud-maksud tertentu, dengan demikian jelas

bahwa tindak pidana pembunuhan itu sendiri dilakukan dengan

sengaja. Unsur menghilangkan juga terpenuhi dimana tindak pidana

pembunuhan sebagai suatu perbuatan pidana dimaksudkan untuk

menghilangkan sesuatu. Unsur nyawa juga terpenuhi, dimana

perbuatan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang

dengan maksud menghilangkan sesuatu, sesuatu yang dimaksud adalah

nyawa.

Unsur orang lain juga terpenuhi, dimana nyawa yang

dihilangkan itu tidak lain adalah nyawa orang lain. Bila nyawa yang

dihilangkan itu adalah nyawa diri sendiri, maka perbuatan tersebut

adalah perbuatan bunuh diri.

Mengingat unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 338

KUHP telah terpenuhi, maka jelas bahwa tindak pidana pembunuhan

sebagai perbuatan pidana dapat diidentifikasi sebagai tindak pidana

(33)

commit to user

pelaksanaan perbuatan tindak pidana pembunuhan tersebut. Dalam

arti bila perbuatan tindak pidana pembunuhan tersebut dilakukan

yang sebelumnya diawali dengan perbuatan pidana lainnya, maka

tindak pidana pembunuhan tersebut masuk kategori tindak pidana

pembunuhan dengan pemberatan. Bila diidentifikasi sebagai tindak

pidana pembunuhan dengan pemberatan, maka pelaku carok dapat

dikenai sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 339 KUHP.

Selain dapat diidentifikasi sebagai tindak pidana pembunuhan

dengan pemberatan, tindak pidana pembunuhan dapat juga

diidentifikasi sebagai tindak pidana pembunuhan dengan direncanakan

terlebih dahulu. Adapun yang dimaksud dengan perencanaan terlebih

dahulu bila untuk melakukan tindak pidana pembunuhan itu pelaku

telah menyusun keputusannya secara tenang. Selain itu pelaku juga

telah mempertimbangkan tentang kemungkinan-kemungkinan dan

tentang akibat-akibat dari tindakannya. Antara waktu seorang pelaku

menyusun rencananya tersebut selalu harus terdapat jangka waktu

tertentu. Bila demikian kenyataannya, maka pelaku tindak pidana

pembunuhan dapat diancam dengan pidana pembunuhan dengan

direncanakan terlebih dahulu, yang diatur dalam Pasal 340 KUHP.

Mengingat dalam pembahasan skripsi ini berawal dari adanya

tindak pidana pembunuhan berencana, maka pembunuhan yang

hendak diuraikan adalah kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain

secara umum, yaitu yang diatur dalam Pasal 340 KUHP, yang

berbunyi :

“ barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu

merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan

rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur

hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. “

(34)

commit to user

A. Kerangka Pemikiran

Mengenai kerangka pemikiran dalam penelitian ini dibuat dalam suatu bagan seperti berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Proses penanganan suatu perkara pidana bermula dari

terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang. Dalam

Perkara Pembunuhan Berencana

No.Pol :

BP/113/IV/2005/Reskrim

Proses Penyelidikan Oleh Polresta

Surakarta

Dapat Dilakukan Penyidikan Tidak Dapat Dilakukan

Penyidikan

Proses Penyidikan Oleh Polresta Surakarta

Penetapan Tersangka/Pelaku Tindak Pidana Kejelasan Hukum Atas

Kejahatan Pembunuhan Berencana

(35)

commit to user

penelitian ini tindak pidana yang diteliti adalah kejahatan pembunuhan

berencana. Sedangkan proses penanganan perkara yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah proses penyelidikan dan penyidikan

terhadap perkara pidana pembunuhan berencana No.Pol : BP/ 113 /IV /

2005 /Reskrim di Polresta Surakarta.

Polisi sebagai penyelidik melakukan tindakan awal berupa

penyelidikan karena adanya dugaan bahwa telah terjadi suatu

kejahatan pembunuhan berencana. Penyelidikan ini dimaksudkan

untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang berhubungan

dengan kejahatan pembunuhan berencana yang diduga sebagai tindak

pidana. Pencarian dan usaha menemukan peristiwa yang diduga

sebagai tindak pidana tersebut berguna untuk menentukan sikap

pejabat penyelidik, apakah peristiwa kejahatan pembunuhan berencana

yang ditemukan dapat dilakukan penyidikan atau tidak.

Dari proses penyelidikan tersebut kemudian ditemukan adanya

bukti permulaan atau bukti yang cukup agar dapat dilakukan tindakan

lanjut berupa penyidikan. Dengan adanya bukti permulaan yang cukup

tersebut kemudian penyidik melakukan serangkaian proses penyidikan

antara lain dengan melakukan pemeriksaan terhadap tersangka serta

saksi-saksi. Dari hasil pengumpulan bukti - bukti tersebut maka tindak

pidana kejahatan pembunuhan berencana tersebut menjadi jelas serta

dapat menetapkan tersangkanya sebagai pelaku tindak pidana

(36)

commit to user BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses Penyidikan sebagai Upaya Penyelesaian Berita Acara Pemeriksaan (BAP) terhadap Tindak Pidana Pembunuhan Berencana di Polresta Surakarta

1. Gambaran Lokasi

a. Struktur organisasi Reserse Kriminal Polresta Surakarta

(37)

commit to user

Pejabat Reserse Kriminal Polresta Surakarta.

Kepala Satuan Reskrim : Kompol Edhei Sulistyo, SH.MH

Wakil Kepala Satuan Reskrim : AKP Sugeng Dwiyanto

Kepala Unit Identifikasi : AKP Sri Hartoyo, SH

Kepala Urusan Pembinaan dan

Operasional : IPDA Petra C. K Tumengkol, SH

Kepala Urusan Administrasi

Tata Usaha : AIPTU Eko Santoso

Kepala Unit Resume : AKP Sutoyo S, S.Sos

Kepala Unit Ekonomi : AKP Suwanto

Kepala Unit Tindak Pidana

Korupsi : AKP Dwi Haryadi, SH.MH

Kepala Unit Tindak Pidana

Tertentu : AKP Budi Rahmadi, SH.MH

Kepala Unit Koordinator dan

Pengawasan : AKP Bambang Kadarisman

Kepala Unit Perlindungan

Perempuan dan Anak : AKP Sri Rahayu

b. Tugas dan Wewenang

Melakukan kegiatan-kegiatan pokok dalam rangka penyidikan tindak

pidana dalam Bujuklak ini dapat digolongkan sebagai berikut :

1).Penyidikan tindak pidana meliputi :

a) Penyelidikan

b) Penindakan

(1) pemanggilan

(2) penangkapan

(3) penahanan

(4) penggeledahan

c) Pemeriksaan

(38)

commit to user

(2) Ahli

(3) Tersangka

d) Penyelesaian dan Penyerahan Berkas Perkara

(1) Pembuatan Resume

(2) Penyusunan Berkas Perkara

(3) Penyerahan Berkas Perkara

2). Dukungan Tehnis Penyidikan

3). Administrasi Penyidikan

4). Pengawasan dan Pengendalian Penyidikan

Dalam hal pengawasan dan pengendalian penyidikan yang

dilakukan oleh Penyidk/ Penyidik Pembantu dilakukan oleh

Kepala Satuan Reserse Kriminal selaku Penanggung jawab fungsi

Reskrim

2. Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Pembunuhan Berencana di Polresta Surakarta dengan tersangka CANDRA SUTRISNO al LIEM BUN SAN al BABAHE

a. Diketahuinya terjadinya tindak pidana pembunuhan

Berdasarkan teori, maka ada beberapa cara Penyidik mengetahui

adanya tindak pidana, yaitu berdasarkan :

1). Laporan

Yaitu pemberitahuan yang disampai oleh seorang karena hak

atau kewajiban berdasarkan Undang-undang kepada pejabat

yang berwenang tentang telah atau sedang diduga akan

terjadinya peristiwa pidana. Laporan diterima dari seseorang

baik tertulis maupun lisan dicatat oleh penyidik / penyidik

pembantu / penyelidik kemudian dituangkan dalam Laporan

Polisi yang ditanda tangani oleh pelapor dan penyidik /

penyidik pembantu / penyelidik.

Setelah selasai penerimaan laporan, kepada pelapor diberikan

(39)

commit to user

2). Pengaduan

Yaitu pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang

berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk

menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan

tindak pidana aduan ( delik aduan relative ) yang

merugikannya.

Pengaduan bisa dilakukan baik secara lisan atau tertulis dan

terhadap pengaduan tersebut harus dibuatkan laporan

pengaduan oleh Pejabat Kepolisian yang berwenang. Setelah

selesai dibuatkan Laporan Pengaduan kepada pengadu

diberikan tanda bukti penerimaan pengaduan.

3). Tertangkap tangan

Yaitu tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan

tindak pidana, atau dengan sengaja, sesudah, beberapa saat

tindak pidana itu dilakukan atau sesaat kemudian diserukan

oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau

apabila sesaat kemudian dan padanya ditemukan benda yang

diduga keras sebagai hasil kejahatan atau dipergunakan untuk

melakukan tindak pidana itu yang menunjukan bahwa ia

adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu

melakukan tindak pidana itu.

Dalam hal tertangkap tangan, setiap petugas Polri tanpa Surat

Perintah dapat melakukan tindakan :

- Penangkapan, penggeledahan, penyitaan, dan melakukan

tindakan lain menurut hokum yang bertanggung jawab.

- Segera melakukan tindakan pertama di TKP dan setelah

menyerahkan tersangka beserta atau tanpa barang bukti

kepada petugas Polri yang berwenang melakukan

(40)

commit to user

Petugas Polri yang berwenang apabila menerima penyerahan

tersangka beserta atau tanpa barang bukti baik dan anggota

Polri maupun masyarakat, wajib :

- Membuat Laporan Polisi

- Mendatangi TKP dan melakukan tindakan yang

diperlukan

- Membuat Berita Acara atas setiap tindakan yang

dilakukan

- Diketahui langsung oleh petugas Polri

Dalam hal suatu tindak pidana diketahui langsung oleh

petugas Polri tersebut wajib segera melaporkan

tindakan-tindakan sesuai kewenangan masing-masing, kemudian

membuat Laporan Polisi dan atau Berita Acara tentang

tindakan-tindakan yang dilakukannya, guna penyelesaian

selanjutnya.

Perkara pembunuhan berencana dengan pelaku bernama CANDRA

SUTRISNO al LIEM BUN SAN al BABAHE, Penyidik mengetahui

adanya pembunuhan berencana berdasarkan Laporan Polisi yang

dibuat oleh Paulus Bambang Wijanarko dengan nomor : B/ LP/ 254 /

III / 2005 / SPK III Tanggal 19 Maret 2005. Dimana pada hari Sabtu

tanggal 19 Maret 2005 pukul 13.45 WIB dalam rumah Blewah III

RT.02 RW.07 Karangasem Laweyan Surakarta ditemukan mayat

seorang wanita tua yang membusuk bernama NYO SIOK HOO.

Paulus Bambang Wijanarko selaku ketua RT setempat segera

melaporkan kepada pihak berwajib.

b. Uraian singkat kasus :

Dasar :

Laporan Polisi No Pol : B/LP/254/III/2005/SPK III

Tanggal : 19 Maret 2005

(41)

commit to user

Diduga telah terjadi tindak pidana dengan sengaja menghilangkan

nyawa seseorang sebelumnya dengan rencana lebih dahulu atau

Pencurian dengan kekerasan mengakibatkan meninggalnya seseorang

dilakukan tersangka oleh CANDRA al BABAHE dan RIFKI BAMBANG SULISTYO al NYONYO (Berkas split) terhadap korban NYO SIOK HOO dengan cara keduanya masuk kerumah

korban kemudian tersangka CANDRA al BABAHE melakukan

pemukulan dengan sepotong besi lalu mencekik lehernya dengan

menggunakan kain sarung bantal dan saudara RIFKI BAMBANG

SULISTYO al NYONYO pemukulan dengan tangan kosong

mengenai leher korban sebanyak 2 (dua) kali hingga meninggal dunia

pada hari Rabu tanggal 16 Maret 2005, sekitar jam : 01.30 Wib di Jl.

Bleweh III Rt 02/VII Laweyan Surakarta.

c. Identitas tersangka :

Nama : CANDRA SUTRISNO al LIEM BUN SAN

al BABAHE

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempay/Tgl lahir : Karanganyar, 30 April 1981

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan Terakhir : SMP

Alamat : Kp. Bonorejo RT 1/16 Nusukan Banjarsari

Surakarta

d. Langkah Polresta Surakarta dalam pelaksanaan penyidikan :

1). Membuat surat perintah penyidikan

Berdasar Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 108,

Pasal 109 ayat (1), Pasal 10 ayat (1); Undang – undang Nomor 2

(42)

commit to user

/ 254 / III / 2005 tanggal 19 Maret 2005. Pentingnya dibuat Surat

perintah penyidikan No.Pol : Sp. Dik / 100 / III / 2005 / Reskrim

adalah untuk kepentingan penyidikan tindak pidana, membuat

rencana penyidikan dan melaporkan perkembangan pelaksanaan

penyidikan tindak pidana.

2). VER ( Visum Et Revertum )

Berdasar Pasal 133 dan Pasal 136 KUHP, Kapolresta

mengirimkan surat permohonan Visum Et Revertum jenazah

No.Pol : Ver/ 254/ III/ 2005/ SPK III kepada Kepala Bagian Ilmu

Kedokteran Kehakiman UNS Surakarta untuk melakukan Visum

Et Revertum jenazah atas nama NYO SIOK HOO dengan maksut

mengetahui sebab kematian.

Dengan Surat nomer 14/ MF/ III/ 2005 mengeluarkan Visum Et

Revertum Jenazah dengan kesimpulan bahwa korban bernama

NYO SIOK HOO meninggal karena patahnya tulang leher.

3). Membuat surat perintah tugas

Dengan mempertimbangkan untuk kepentingan penyelidikan dan

atau penyidikan tindak pidana Pembunuhan Berencana yang

dilakukan oleh CANDRA SUTRISNO al LIEM BUN SAN al

BABAHE, kepolisian melakukan tindakan berupa Penangkapan

tersangka, Penggeledahan, Penyitaan serta Tindakan Kepolisian

yang lain sehubungan dengan adanya tindak pidana ini, maka

perlu dikeluarkannya Surat Perintah ini.

4). Membuat pemberitahuan kepada kejaksaan dimulainya

penyidikan (SPDP)

Menurut ketentuan Pasal 109 ayat (1) KUHAP setiap penyidik

yang akan memulai penyidikan suatu peristiwa yang merupakan

tindak pidana, penyidik harus memberitahukan kepada penuntut

umum. Hal ini sebagai wujud adanya hubungan dan koordinasi

fungsional antara kepolisian dan kejaksaan. Dalam perkara ini

(43)

commit to user

tanggal 24 Maret 2005 memberitahukan kepada Kejaksaan Negeri

Surakarta bahwa pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2005, sekitar

jam 21.00 WIB, telah dimulai Penyidikan Perkara Tindak Pidana

pembunuhan dengan direncanakan dan atau pencurian dengan

kekerasan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang, terhadap

laki-laki bernama CANDRA SUTRISNO al LIEM BUN SAN al

BABAHE

5). Melakukan pemanggilan :

(a) Terhadap tersangka.

Dalam kasus Pembunuhan Berencana No.Pol : BP/ 113/ IV

/2005/ Reskrim, tidak dilakukannya pemanggilan terhadap

tersangka karena tersangka langsung dilakukan penangkapan.

(b) Terhadap Saksi

Pemanggilan :

(i) Dengan Surat Panggilan No.Pol : Sp.Gil/ 248/ IV/

2009/ Reskrim, tanggal 8 April 2005 telah dilakukan

pemeriksaan terhadap saksi perempuan bernama

MERAPI YATMI, pada tanggal 11 April 2005

selanjutnya dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan.

(ii) Dengan Surat Panggilan No.Pol : Sp.Gil/ 270/ IV/

2005/ Reskrim, tanggal 18 April 2005 telah dilakukan

pemeriksaan terhadap saksi laki-laki bernama JIMAN,

pada tanggal 21 April 2005 selanjutnya dibuatkan Berita

Acara Pemeriksaan.

(iii) Dengan Surat Panggilan No.Pol : Sp.Gil/ 271/ IV/

2005/ Reskrim, tanggal 18 April 2005 telah dilakukan

pemeriksaan terhadap saksi laki-laki bernama DODO,

pada tanggal 21 April 2005 selanjutnya dibuatkan Berita

Acara Pemeriksaan.

(iv) Dengan Surat Panggilan No.Pol : Sp.Gil/ 272/ IV/

(44)

commit to user

pemeriksaan terhadap saksi laki-laki bernama BASUKI

RAHMAT, pada tanggal 21 April 2005 selanjutnya

dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan..

(v) Dengan Surat Panggilan No.Pol : Sp.Gil/ 279/ IV/

2005/ Reskrim, tanggal 20 April 2005 telah dilakukan

pemeriksaan terhadap saksi laki-laki bernama HERI

SUSANTO, pada tanggal 23 April 2005 selanjutnya

dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan.

(vi) Terhadap RIFKI BAMBANG SULISTYO al

NYONYO tidak dilakukan pemanggilan , dikarenakan

saksi RIFKI BAMBANG SULISTO al NYONYO

dilakukan penangkapan dan dipersangkakan melakukan

tindak pidana pembunuhan berencana dan atau pencurian

dengan kekerasan sebagaimana diatur Pasal 340 KUHP

dalam Berkas Perkara Splitsing.

(vii) Terhadap SINTA DEWI al ITA tidak dilakukan

pemanggilan , dikarenakan saksi SINTA DEWI al ITA

dilakukan penangkapan dan dipersangkakan melakukan

tindak pidana pertolongan jahat ( tadah ) sebagaimana

diatur Pasal 480 KUHP dalam Berkas Splitsing.

(viii) Terhadap EVI RIWAYATI tidak dilakukan

pemanggilan , dikarenakan saksi EVI RIWAYATI

dilakukan penangkapan dan dipersangkakan melakukan

tindak pidana pertolongan jahat ( tadah ) sebagaimana

diatur Pasal 480 KUHP dalam Berkas Splitsing.

(ix) Terhadap AGUS PRIANTO tidak dilakukan

pemanggilan , dikarenakan saksi AGUS PRIANTO

dilakukan penangkapan dan dipersangkakan turut serta

melakukan perbuatan yang dapat dihukum dan atau

(45)

commit to user

Pasal 55 KUHP dan atau pasal 56 KUHP dalam Berkas

Splitsing.

(x) Terhadap ARI NUR RAHMAN al KIKUK tidak

dilakukan pemanggilan , dikarenakan saksi ARI NUR

RAHMAN al KIKUK dilakukan penangkapan dan

dipersangkakan turut serta melakukan perbuatan yang

dapat dihukum dan atau membantu melakukan kejahatan

sebagaimana diatur Pasal 55 KUHP dan atau pasal 56

KUHP dalam Berkas Splitsing.

(xi) Terhadap ISMANTORO al KIKI tidak dilakukan

pemanggilan , dikarenakan saksi ISMANTORO al KIKI

dilakukan penangkapan dan dipersangkakan melakukan

tindak pidana pertolongan jahat ( tadah ) sebagaimana

diatur Pasal 480 KUHP dalam Berkas Splitsing.

6). Melakukan pemeriksaan

Berdasarkan Surat Panggilan terhadap saksi-saksi serta

Surat Perintah Penangkapan yang dibuat oleh Kapolresta

Surakarta tersebut, maka penyidik kemudian melakukan

pemeriksaan kepada tersangka dan saksi-saksi serta membuat

Berita Acara Pemeriksaan Tersangka dan Berita Acara

Pemeriksaan Saksi.

(a) Pemeriksaan terhadap tersangka

Terhadap tersangka CANDRA SUTRISNO al LIEM BUN SAN al BABAHE oleh Penyidik telah dilakukan pemeriksaan pada hari Rabu tanggal 23 bulan Maret tahun

dua ribu lima, dimana tersangka memberikan keterangan

sebagai berikut :

- bahwa tersangka saat dimintai keterangan dalam

keadaan sehat jasmani dan rohani serta sanggup

(46)

commit to user

sehubungan dengan telah meninggalnya NYO SIOK

HOO (neneknya BAMBANG al NYONYO)

- bahwa tersangka CANDRA bersama saksi BAMBANG

al NYONYO melakukan pembunuhan terhadap korban

NYO SIOK HOO pada hari Kamis tanggal 17 Maret

2005 sekitar jam : 01.30 WIB di Jl. Blewah III RT.

02/07 Karangasem Laweyan Surakarta

- Bahwa tersangka CANDRA bersama ARI al KIKUK,

AGUS, WAHYUDI dan saksi BAMBANG al

NYONYO merencanakan melakukan pembunuhan

pada hari Rabu tanggal 16 Maret 2005 sekitar jam :

16.00 WIB di Sangkrah.

- Bahwa tersangka CANDRA bersama saksi

BAMBANG al NYONYO akan melakukan

pembunuhan terhadap NYO SIOK HOO (neneknya

BAMBANG) dengan menggunakan sarana sepeda

motor Mega Pro No Pol : AD 2239 TF milik tersangka

CANDRA.

- Bahwa tersangka CANDRA bersama saksi

BAMBANG al NYONYO dalam perencanaan yang

bertugas mengetuk pintu dan menyekap korban adalah

saksi BAMBANG al NYONYO dan setelah masuk

saksi dan tersangka melakukan pembunuhan.

- Bahwa setelah melakukan pembunuhan terhadap NYO

SIOK HOO tersangka CANDRA bersama saksi

BAMBANG al NYONYO mengambil uang sebesar

Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan perhiasan

berupa : 2 gelang emas, cincin emas tanpa akik 2 buah,

kalung emas 2 buah, cincin emas biasa 2 buah, tusuk

konde emas 1 buah, sepasang giwang emas atasnya ada

(47)

commit to user

buah, liontin gambar dewi kwan im 1 buah, emas

batangan 3 buah, batu akik 2 buah warna biru dan

warna hijau, 3 cincin emas ulie dan 2 cincin emas

berlian.

- Bahwa saat berbincang-bincang di teras kemudian saksi

BAMBANG al NYONYO meminta buku tabungan dan

NYO SIOK HOO masuk akan membuka pintu

kemudian tersangka memukul dengan sebatang besi ke

leher belakang kemudian korban teriak-teriak dan

BAMBANG al NYONYO, menyekap mulut

(MAKnya) dan tersangka keluar menyimpan besi di

sela-sela kolam di teras kemudian saksi BAMBANG al

NYONYO memukul ke leher korban sebelah kiri

menggunakan tangan kosong sebanyak 2 - 4 kali lalu

saksi mengambil kain sarung bantal diberikan kepada

tersangka agar dijeratkan ke leher korban kemudian

tersangka CANDRA menjerat leher korban setelah

meninggal kain sarung bantal diletakkan di atas muka

korban.

- Bahwa setelah korban meninggal dunia tersangka

CANDRA dan saksi BAMBANG al NYONYO

mencari kunci serta ditemukan di baju (MAKnya

BAMBANG) kemudian tersangka candra mengambil

cincin yang dipakai oleh korban kemudian saksi

masukkan didalam tas kresek warna hitam dicampur

barang lainnya.

- Bahwa saksi BAMBANG al NYONYO dan tersangka

CANDRA di Jogjakarta bersama ITA (pacarnya

BAMBANG) dan EVI (istri tersangka) dan dalam

perjalanan saksi BAMBANG al NYONYO di dalam

Gambar

Gambar 3. Struktur Organisasi Reserse Kriminal Polresta Surakarta
Gambar 1. Teknik Analisis Data Kualitatif
Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

< = 0,05 (0,026 < 0,05) hal ini menunjukkan H 0 ditolak dan H 1 diterima, dengan tingkat kepercayaan 95 % dikatakan bahwa rata-rata nilai hasil belajar peserta didik

Penelitian ini bertujuan untuk lengetahui lengetahui seberapa besar lotivasi untuk lelanjutkan jejanjang pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa SMA di Blora

Bab ini akan menguraikan secara singkat berbagai temuan yang didapatkan sehingga mampu menjawab beberapa pertanyaan penelitian yang berkenaan dengan kemampuan

Lilis Hartati, PERAN GURU PAUD DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDIDIKAN ANAK-ANAK USIA DINI DI KECAMATAN MATESIH ( Deskritif Kualitatif Tentang Peran Guru PAUD Dalam

Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa hal ini tercantum dalam kurikulum KTSP 2006. Namun masih banyak

Kontrol pada hewan uji normal digunakan untuk melihat kadar kolesterol yang tidak mengalami peningkatan (normal) dan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kerja dari

„ The atom changes to another stationary state (the electron moves to another orbit) only by absorbing or emitting a photon whose energy equals the difference in energy between the

Setelah mengamati langkah-langkah pembuatan karya, siswa dapat mengidentifikasi pemanfaatan tanah dan atau batuan dalam membuat karya kerajinan (misalnya dari tanah liat atau