commit to user
i
PROSES PENYIDIKAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN DI POLRESTA SURAKARTA
(Studi Kasus Pembunuhan Berencana No. Pol.
BP/113/IV/2005/Reskrim)
Penulisan Hukum (Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum
Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
INDARWATI DARMASTUTI NIM : E1107166
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum ( Skripsi )
PROSES PENYIDIKAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN DI POLRESTA SURAKARTA
(Studi Kasus Pembunuhan Berencana No. Pol. BP/113/IV/2005/Reskrim)
Disusun oleh :
INDARWATI DARMASTUTI NIM : E1107166
Disetujui untuk Dipertahankan Dosen Pembimbing
commit to user
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum ( Skripsi )
PROSES PENYIDIKAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN BERITA
ACARA PEMERIKSAAN DI POLRESTA SURAKARTA (Studi Kasus
Pembunuhan Berencana No. Pol. BP/113/IV/2005/Reskrim)
Disusun oleh :
INDARWATI DARMASTUTI
NIM : E1107166
Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi )
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 5 April 2011
TIM PENGUJI
1. Edy Herdyanto, S.H, M.H : ………... Ketua
2. Kristiyadi, S.H, M.Hum : ………... Sekretaris
3. Bambang Santoso, S.H, M.H : ………... Anggota
MENGETAHUI
Dekan,
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : INDARWATI DARMASTUTI
NIM : E1107166
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:
PROSES PENYIDIKAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN DI POLRESTA SURAKARTA ( Studi Kasus Pembunuhan Berencana No. Pol : BP/ 113/ IV/ 2005/ Reskrim ) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum
(skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan
gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, Maret 2011
Yang membuat pernyataan
INDARWATI DARMASTUTI
commit to user
v
ABSTRAK
Indarwati Darmastuti, 2011. PROSES PENYIDIKAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN DI POLRESTA SURAKARTA ( STUDI KASUS PEMBUNUHAN BERENCANA NO. POL. BP/ 113/ IV/ 2005/ RESKRIM ). Fakultas Hukum UNS.
Penelitian Hukum ini mendeskripsikan dan mengkaji mengenai proses penyidikan dalam upaya penyelesaian berita acara pemeriksaan perkara pembunuhan berencana di Polresta Surakarta.
Penelitian yang dilakukan di Polresta Surakarta ini termasuk penelitian empirik yang bersifat deskriptif yang mengunakan data primer dan data sekunder, dimana Penulis mengumpulkan data-data yang diperoleh secara langsung dari aparat penyelidik dan penyidik Polresta Surakarta melalui wawancara serta studi dokumen. Kemudian dari semua data yang terkumpul dilakukan analisa interaktif dengan teknik analisis yang bersifat kualitatif. Tujuan Penelitian Hukum ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan proses penyidikan dalam penyelesaian Berita Acara Pemeriksaan tindak pidana pembunuhan berencana serta kendala-kendala yang dihadapi penyidik selama proses penanganan perkara tindak pidana kejahatan pembunuhan berencana tersebut. .
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa pelaksanaan penanganan perkara pembunuhan berencana ini adalah sebagai berikut : Pertama penyelidikan, dimulai dari diketahui terjadinya tindak pidana pidana pembunhan berencana yaitu dari laporan dari saksi pertama kemudian dibuatkan Laporan Polisi. Kedua penyidikan, yaitu membuat surat perintah penyidikan, membuat surat perintah tugas, melakukan pemanggilan terhadap saksi, melakukan pemeriksaan saksi dan tersangka, melakukan upaya paksa, menyusun sampul berkas perkara, serta menyerahkan berkas perkara kepada kejaksaan.
commit to user
vi
ABSTRACT
Indarwati Darmastuti, 2011. THE INVASTIGATION PROCESS IN EFFORT TO NEWS EVENT EXAMINATIONS COMPLETION IN SURAKARTA POLICE DEPARTEMENT (PREMEDITATED MURDER CASE STUDY POL. NUMBER. BP / 113 / IV / 2005 / RESKRIM). FACULTY OF LAW, UNS.
Legal research is to describe and assess the process of investigation in efforts to settle the minutes of proceedings premeditated murder in Surakarta Police.
Research conducted at the Surakarta Police include descriptive empirical research that uses primary data and secondary data, which the authors collect the data obtained directly from the Surakarta Police investigators and investigators apparatus through interviews and document study. Then from all the collected data analyzed by an interactive qualitative analysis techniques. The purpose of this research paper is to investigate the implementation process of the investigation in progress Interrogation crime premeditated murder and the constraints faced by investigators during the process of handling the case of a criminal act was premeditated murder.
Based on the results of research conducted, it is known that the implementation of this murder case handling is as follows: First, investigation starting from the known to the criminal offense of premeditated murder of a report from the first witness then made a police report. Secondly, the investigations is to make the investigation warrant, make an order assignment, to call on witnesses, examine witnesses and suspects, conduct forcible efforts, preparing case files cover, and hand over case files to prosecutors.
commit to user
vii
MOTTO
Jadikanlah Sholat dan Sabar Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya yang Demikian itu
Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-orang Yang Khusyu’(yaitu) Orang-orang Yang
Meyakini Bahwa mereka Akan Menemui Tuhan-Nya dan Mereka
Akan Kembali KapadaNya.
(QS. Al-Baqoroh: 45)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari
suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya
kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
(Q.S Alam Nasyrah: 6-8)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau
bebankan kepada orang-orang sebelum kami
(Al-Baqarah : 286)
”Kebahagiaan terbesar dalam hidup ini adalah bila kita berhasil melakukan apa yang menurut
orang lain tidak dapat kita lakukan”
(Walter Beganhot)
“Kamu maju bukan dengan memperbaiki apa yang sudah terjadi melainkan menggapai ke arah
apa yang belum terjadi”
(Kahlil Gibran)
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Penulis persembahkan sebagai wujud syukur, cinta, dan terima kasih
kepada :
1.Allah SWT Sang Pencipta Alam Semesta atas segala karunia, rahmat, dan nikmat yang
telah diberikan-Nya
2.Kedua orang tuaku tercinta Alm. Bapak Iskandar Rianto dan Ibu Indah Prasetyowati atas
segala doa, bimbingan, nasehat, kehangatan cinta dan kasih sayang yang senantiasa
tercurahkan untukku.
3.Adikku tersayang Pratitis Arum Wicaksono atas semangat, perlindungan dan bantuannya.
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
berkah, serta karunia-Nya yang telah diberikan kepada Penulis, sehingga Penulis
mampu menyelesaikan tugas penulisan hukum dengan judul “ PROSES
PENYIDIKAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN DI POLRESTA SURAKARTA ( Studi Kasus Pembunuhan Berencana No. Pol. BP/113/IV/2005/Reskrim ) ”
Penulisan hukum ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi
syarat-syarat untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta..
Atas berbagai bantuan yang telah banyak membantu Penulis selama
melaksanakan studi sampai terselesaikannya penyusunan penulisan hukum ini,
maka pada kesempatan kali ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
kepada :
1. Bapak Moh. Jamin, S.H, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret.
2. Bapak Edy Herdyanto, S.H, MH., selaku Ketua Bagian Hukum Acara.
3. Bapak Mohammad Adnan, S.H, M.Hum selaku Pembimbing Akademik
Penulis.
4. Bapak Bambang Santoso, S.H, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing Penulis dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
atas segala dedikasinya terhadap seluruh mahasiswa termasuk Penulis
selama Penulis menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
6. Seluruh karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah
banyak membantu segala kepentingan Penulis selama Penulis menempuh
commit to user
x
7. Bapak Kombes Pol Drs. Nana Sudjana AS, MM selaku Kapolresta
Surakarta yang telah mengijinkan Penulis untuk melakukan penelitian di
bagian Reskrim Polresta Surakarta.
8. Bapak Kompol Edhei Sulistyo, SH.MH selaku Kasat Reskrim Polresta
Surakarta yang telah mengijinkan Penulis memperoleh data yang
dibutuhkan.
9. Bapak Bripka Agung Purwoko, SH selaku Penyidik Reskrim Polresta
Surakarta yang telah membantu Penulis dalam memperoleh informasi
yang dibutuhkan.
10.Kedua orang tuaku dan adikku ( Pratitis Arum Wicaksono ) yang telah
memberikanku doa, cinta, kasih sayang dan ridho yang menjadi kekuatan
dan bekal dalam menjalankan kehidupan ini.
11.Keluarga Besar penulis yang telah memberikan perhatian dan dukungan
baik moril maupun materiil kepada penulis.
12.Teman-teman Angkatan 2007 Non Reguler, teman-teman kuliah, dan
semua pihak yang membantu dalam penulisan hukum ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari
kesempurnaan, mengingat kemampuan Penulis yang masih sangat terbatas. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan Penulis terima
dengan senang hati
Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi sumbangan Pengetahuan dan
Pengembangan Hukum pada khususnya dan Ilmu Pengetahuan pada umumnya.
Dan semoga pihak-pihak yang telah membantu Penulisan Hukum ini, atas amal
baik mereka semoga mendapat pahala dari Allah SWT. Amin.
Surakarta, Maret 2011
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN...iv
ABSTRAK ... v
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR GAMBAR...xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Metode Penelitian ... 5
F. Sistematika Penulisan Hukum ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ... 11
1. Tinjauan Umum tentang Penyelidikan dan Penyidikan ... 11
a. Pengertian Penyelidikan ... 11
b. Pengertian Penyidikan ... 12
2. Tinjauan Umum tentang Berita Acara Pemeriksaan ... 17
a. Pengertian Berita Acara Pemeriksaan ... 17
b. Jenis-Jenis Berita Acara Pemeriksaan ... 17
commit to user
xii
B. Kerangka Pemikiran ... 21
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Proses Penyidikan sebagai Upaya Penyelesaian Berita
Acara Pemeriksaan ( BAP ) terhadap Tindak Pidana
Pembunuhan Berencana di Polresta Surakarta ... 23
1. Struktur Organisasi Reserse Kriminal Polresta
Surakarta ... 23
2. Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Pembunuhan
Berencana di PolrestaSurakarta ………....25
3. Pembahasan Pelaksanaan Penanganan Perkara Tindak
Pidana Pembunuhan Berencana ... 49
B. Kendala-Kendala yang Dihadapi Aparat Penyidik Dalam
Penyelesaian Berita Acara Pemeriksaan Tindak Pidana
Pembunuhan Berencana ... 54
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan... 57
B. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Teknik Analisis Data Kualitatif
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Struktur Organisasi Reserse Kriminal Polresta Surakarta
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini manusia tidak mungkin lepas dari hukum, seringkali
seseorang dengan mudahnya melakukan kejahatan pembunuhan,
menghilangkan nyawa orang lain, apakah itu dalam dunia politik, kegiatan
terorisme, kejahatan perampokan, atau karena hal-hal yang lainnya yang
memicu seseorang melakukan suatu pembunuhan. Contoh yang mendasari
terjadinya kejahatan pembunuhan misalnya untuk memenuhi kebutuhan
pokok yakni memperoleh uang atau harta benda, kemudian berkembang
disertai motif lain seperti merampok, memperkosa dan tujuan politik. Semua
pembunuhan dilakukan untuk mempertahankan hidup atau membela diri,
sekarang kejahatan dilakukan secara sadis tanpa sedikitpun ada perasaan
kemanusiaan (Romli Atmasasmita, 1994: 117).
Media elektronik seperti televisi dan media cetak menunjukkan bahwa
salah satu kegiatan yang tidak pernah sepi adalah pembunuhan. Berbagai
kasus pembunuhan muncul dari daerah-daerah dengan banyak variasi, sejak
dari pemukulan, penusukan, penembakan sampai mutilasi. Salah satu bentuk
dari pembunuhannya adalah pembunuhan yang dilakukan dengan
direncanakan terlebih dahulu. Direncanakan, artinya dirancang terlebih
dahulu, ada jangka waktu betapapun pendeknya untuk mempertimbangkan
langkah, cara, serta segala upaya pembunuhan itu dan untuk berfikir dengan
tenang dalam menjalankan aksi sadisnya.
Pembunuhan berencana adalah kejahatan yang tidak manusiawi yang
mendatangkan keresahan dan rasa tidak nyaman masyarakat. Meskipun
demikian cara penegakan hukum atas perbuatan kejahatan pembunuhan itu,
harus tetap berdasarkan hukum yang berlaku dan cara hukum yang rasional,
tidak main hakim sendiri. Karena betapapun kejahatan yang dilakukan
pelaku, namun pelaku tetap manusia yang mempunyai hak untuk
commit to user
manusia, dimana semua warga negara sama kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dengan baik tidak ada
kecualinya. Oleh karena itu diperlukan adanya aparatur penegak hukum yang
memiliki kemampuan profesional, menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran
dan keadilan, bersih berwibawa dan bertanggungjawab
Sesuai dengan konsiderans dalam pertimbangan Undang-Undang No.
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ) dimana tercantum
antara lain :
“ Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak - hak asasi manusia serta menjamin segala warga negara bersama kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.(Soesilo, 1988 : 1).
Lahirnya Undang-undang No. 8 Tahun 1981 sebagai bukti telah
diperhatikannya perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia, termasuk
hak-hak tersangka, salah satunya perlindungan di tingkat penyidikan. Pejabat yang
berwenang harus melakukan kewajiban penegakan hukum sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku, mengutamakan terlindunginya hak-hak
manusia dan tidak bertentangan dengan asas praduga tak bersalah.
Hukum memperlancar dan menjaga ketertiban daripada pelaksanaan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara dan di lain pihak hukum terus dibina,
tidak terkecuali hukum acara pidana. Dalam hukum acara pidana telah diatur
tata cara penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan dan sebagainya,
yang merupakan sumber dari rasa aman, tenteram serta penghargaan terhadap
hak asasi manusia yang benar-benar dijamin oleh negara, sehingga pejabat
kepolisian dalam melakukan setiap tindakan upaya paksa sebagai tindakan
untuk mengungkap suatu tindak pidana pembunuhan berencana harus
didasarkan bukti permulaan yang cukup dan dalam pelaksanaannya sesuai
dengan tata tertib yang telah ditentukan.
Penyelidikan dan penyidikan oleh Polri terhadap tersangka pidana
commit to user
diatur undang-undang, untuk mengetahui apakah peristiwa tersebut
merupakan peristiwa pidana dan juga mencari serta mengumpulkan bukti
untuk membuat terang tindak pidana yang terjadi dan juga untuk menemukan
tersangkanya. Penyidikan adalah serangkaian tindakan untuk mempertegas
terjadinya tindak pidana. Titik pangkal pemeriksaan penyidikan adalah
tersangka, dari tersangkalah akan diperoleh keterangan tentang peristiwa
pidana yang disangkakan kepadanya. Sekalipun tersangka yang menjadi titik
tolak pemeriksaan, namun terhadap tersangka harus diperlakukan dia sebagai
subyek sesuai dengan asas akusatoir sehingga tersangka mempunyai hak
untuk menyatakan pendapat, hak untuk hidup, hak untuk bebas, hak untuk
mendapat perlindungan, hak untuk diperlakukan sama di depan hukum.
Di dalam menjalani pemeriksaan baik di tingkat penyidikan maupun
di persidangan, seorang tersangka harus dianggap tidak bersalah sesuai
dengan prinsip hukum praduga tak bersalah sampai ditetapkan kesalahannya
dengan kekuatan hukum tetap, sebagaimana yang tercantum dalam
Undang-undang No. 14 Tahun 1970 dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1981. Oleh
karena itu Pejabat yang berwenang dalam menyusun dan menyelesaikan
Berita Acara suatu perkara ditingkat penyidikan dilakukan upaya untuk
memenuhi persyaratan hukum guna menentukan apakah seseorang yang telah
menjadi tersangka itu pantas disangka telah melakukan kejahatan
pembunuhan berencana berdasar alat bukti yang sah dan cukup menurut
hukum (Yahya Harahap, 1997: 127)
Bertolak dari gambaran keadaan di atas yaitu masih adanya upaya
kepolisian dalam menyelesaikan berita acara yang dilakukan oleh aparat
Polri sebagai pejabat penyidik dalam proses penyidikan tindak pidana
pembunuhan berencana, maka penulis akan mengkaji mengenai perbuatan
pidana pembunuhan berencana tersebut . Untuk itu penulis memilih judul
penelitian “PROSES PENYIDIKAN DALAM UPAYA PENYELESAIAN
commit to user B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pertimbangan latar belakang di atas, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah proses penyidikan dalam upaya penyelesaian berita acara
pemeriksaan (BAP) terhadap tindak pidana pembunuhan berencana di
Polresta Surakarta ?
2. Hambatan apa saja yang ditemui penyidik Polresta Surakarta dalam proses
penyidikan dalam upaya penyelesaian berita acara pemeriksaan (BAP)
terhadap tindak pidana pembunuhan berencana di Polresta Surakarta ?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini untuk
mengetahui :
1. Tujuan Obyektif :
a. Mengkaji proses penyidikan sebagai upaya penyelesaian berita acara
pemeriksaan (BAP) terhadap tindak pidana pembunuhan berencana di
Polresta Surakarta.
b. Mengkaji hambatan yang ditemui penyidik Polresta Surakarta dalam
menyelesaikan berita acara pemeriksaan (BAP) terhadap tindak pidana
pembunuhan berencana di Polresta Surakarta.
2. Tujuan Subyektif
a. Memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun
penulisan hukum untuk memenuhi persyaratan akademik dalam meraih
gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret.
b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum, khususnya
wawasan dan manfaat bagi pembaca dan masyarakat terlebih-lebih
civitas akademika.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang bisa digunakan
secara luas, khususnya dalam bidang hukum acara pidana. Adapun manfaat
commit to user
1. Manfaat Teoritis.
a. Memberikan sumbangan pikiran yang bermanfaat dalam upaya
penegakan hukum yang berkaitan dengan penyelesaian perkara pidana,
terutama masalah upaya penyelesaian berita acara pemeriksaan (BAP)
terhadap tindak pidana pembunuhan berencana di Polresta Surakarta.
b. Untuk menambah perbendaharaan ilmu Hukum Acara Pidana,
khususnya dalam mengdeskripsikan hambatan yang ditemui penyidik
Polresta Surakarta dalam menyelesaikan berita acara pemeriksaan
(BAP) terhadap tindak pidana pembunuhan berencana di Polresta
Surakarta.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti dan
mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir yang dinamis
serta meningkatkan nkemampuan penulis dalam menerapkan ilmu
hukum yang diperoleh selama masa perkuliahan.
b. Hasil penelitian i i diharapkan dapat memberi masukan kepada semua
pihak, khususnya dalam pemahaman terhadap ilmu hukum dan
pihak-pihak terkait dalam masalah yang diteliti.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara pandang seorang ilmuan dalam
mempelajari, menganalisa, dan memahami lingkungan-lingkungan yang
dihadapinya. Metode juga merupakan unsur yang mutlak harus ada di dalam
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Tanpa metode seorang
peneliti tidak akan mungkin mampu untuk menemukan, merumuskan,
menganalisa maupun memecahkan masalah-masalah tertentu untuk
mengungkapkan kebenaran (Soerjono Soekanto, 1986 : 13).
Mengingat pentingnya metode penelitian dalam menemukan,
merumuskan, dan menganalisa suatu masalah, maka dalam penelitian ini
commit to user
1
.
Jenis PenelitianPenelitian ini termasuk jenis penelitian empiris yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti hukum dalam pelaksanaannya
langsung di lapangan untuk memperoleh data yang faktual dan nyata.
Dalam penelitian ini Penulis mengemukakan mengenai proses penyidikan
dalam upaya penyelesaian Berita Acara Pemeriksaan di Polresta Surakarta.
2. Sifat Penelitian
Penelitian hukum empiris ini bersifat deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan
data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala
lainnya (Soerjono Soekanto, 1986 : 10).
Penelitian deskriptif, yakni penelitian hukum yang bersifat
pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran ( deskripsi )
lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku ( Abdulkadir Muhammad.
2004: 50)
Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data,
menggambarkan data dan menguraikan semua data yang diperoleh dari
lapangan kemudian dianalisis guna menjawab permasalahan yang ada.
Dalam penelitian ini Penulis akan memaparkan dan melukiskan
keadaan jalannya proses penyidikan dalam upaya penyelesaian Berita
Acara Pemeriksaan terhadap tindak pidana pembunuhan berencana di
Polresta Surakarta.
3. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam pendekatan penelitian ini adalah
pendekatan kasus. Dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan secara
mendalam mengenai proses penyidikan dalam upaya penyelesaian berita
acara pemeriksaan di Polresta Surakarta. Kasus yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah Berita Acara Pemeriksaan tentang pembunuhan
commit to user
4. Sumber Data
Oleh karena penelitian ini bersifat deskriptif, maka data yang
digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, dalam
hal ini adalah dari Polresta Surakarta. Sedangkan data sekunder
merupakan data yang diperoleh dari beberapa dokumen atau studi
kepustakaan.
a. Sumber data primer.
Merupakan sejumlah data atau fakta yang diperoleh secara
langsung dari suatu penelitian lapangan melalui wawancara tersusun
maupun spontan dengan penyidik Polresta Surakarta yang
menyelesaikan Berita Acara Pemeriksaan.
b. Sumber data sekunder.
Merupakan data yang bersumber dari dokumen-dokumen,
arsip-arsip, laporan, perundang-undangan, atau bahkan beberapa
literatur lainnya yang mendukung penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Sebagai upaya untuk mengumpulkan data-data dari sumber data di
atas, Penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang meliputi :
a. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan wawancara
dengan narasumber, dalam hal ini wawancara terhadap responden (
key person ) langsung untuk menanyakan perihal proses penyelesaian
dan penyusunan berita acara pemeriksaan (BAP) tindak pidana
pembunuhan berencana, fakta-fakta yang ada, pendapat (opinion) maupun persepsi responden.
Wawancara di dalam penelitian ini dilakukan oleh Penulis
dengan aparat penyidik Polresta Surakarta.
commit to user
Penggunaan berbagai macam pustaka atau dokumen yang
relevan yang mendukung perolehan data.
6. Analisis Data
Teknik analisis data merupakan faktor terpenting dalam penelitian
untuk menentukan kualitas hasil penelitian. Data yang diperoleh dari
kegiatan penelitian selanjutnya dianalisis secara tepat untuk memecahkan
suatu masalah hukum yang telah diteliti. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, yaitu dari data yang
diperoleh kemudian disusun secara sistematis yang kemudian dianalisis
secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas.
Menurut H.B Sutopo ada tiga komponen utama yang menjadi dasar
dari tahap analisis data kualitatif. Tiga tahap tersebut adalah :
a. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan data
yaitu bentuk analisa yang mempertegas, memeperpendek, membuat
fokus, membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari catatan
tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus sampai laporan akhir
penelitian selesai ditulis.
b. Penyajian Data
Alur penting yang kedua ini adalah sekumpulan informasi
tersusun dalam suatu kesatuan bentuk yang disederhanakan, selektif
dalam konfigurasi yang mudah dipakai sehingga memberi
kemungkinan adanya pengambilan kesimpulan.
c. Penarikan Kesimpulan
Pada awal pengumpulan data, Penulis harus sudah memahami
arti dari berbagai hal yang meliputi segala hal yang ditemui dengan
melakukan pencatatan-pencatatan peraturan, pernyataan-pernyataan,
konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, akhirnya Penulis menarik
commit to user
Gambaran teknik analisis data tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Teknik Analisis Data Kualitatif
F. Sistematika Penulisan Hukum
Sistematika penulisan hukum adalah gambaran singkat secara
menyeluruh dari suatu penulisan hukum yang bertujuan untuk membantu para
pembaca agar dapat dengan mudah memahami dan menelaah uraian-uraian
yang disajikan. Penulisan hukum ini dibagi dalam empat bab yang setiap bab
terbagi dalam sub-sub bagian.
Adapun sistematika penulisan hukum adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah yang mendiskripsikan
mengenai segala sesuatu yang menjadi alasan perlunya
permasalahan diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan hukum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang kajian pustaka atau teori-teori yang berkaitan dengan
pokok permasalahan yang diteliti dan kerangka pemikiran yang
menggambarkan kerangka logika berpikir mengenai timbulnya
permasalahan, pokok permasalahan, serta pemecahannya.
BAB IIII HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan Data
Penyajian Data Reduksi Data
commit to user
Berisi tentang hasil penelitian yang penting dan relevan berupa
data-data primer maupun sekunder yang diperoleh di lokasi
penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh kemudian dilakukan
pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan, kerangka teori,
kerangka pemikiran dengan teknik analisis yang telah ditentukan
dalam metode penelitian.
BAB IV PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan yang dirumusakan secara singkat dan
jelas menjawab rumusan masalah yang harus sinkron dengan
pembahasan serta rumusan masalah dan saran sebagai alternative
solusi atas masalah yang ditemukan
DAFTAR PUSTAKA
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Penyelidikan dan Penyidikan a. Penyelidikan
1) Pengertian Penyelidikan
Berdasarkan Pasal 1 angka 5 KUHAP, penyelidikan
berarti serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan sesuatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana
guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
menurut cara yang diatur dalam KUHAP. Menurut Yahya Harahap
“Penyelidikan sebagai tindakan tahap pertama permulaan
penyidikan yang.merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari fungsi penyidikan” (Yahya Harahap, 2002 : 101).
2) Pejabat Penyelidik
Pihak yang melakukan penyelidikan disebut penyelidik.
Menurut Pasal 1 angka 4 KUHAP, “Penyelidik adalah Pejabat
Polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang untuk
melakukan penyelidikan”.
3) Kewajiban dan Wewenang Penyelidik
Kewajiban dan wewenang penyelidik dapat ditinjau dari 2
(dua) segi, yaitu :
a) Kewajiban dan wewenang berdasar hukum, diatur dalam Pasal
5 ayat (1) huruf a KUHAP. Terdiri dari :
(1) Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang
adanya suatu tindak pidana
(2) Mencari keterangan dan barang bukti.
(3) Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan
commit to user
(4) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
bertanggung jawab.
b) Kewajiban dan wewenang yang bersumber dari perintah
penyidik, diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b. Terdiri dari
(1) Penangkapan, larangan meninggalkan tempat,
penggeledahan, dan penyitaan
(2) Pemeriksaan dan penyitaan surat
(3) Mengambil sidik jari dan memotret seorang.
(4) Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.
Atas pelaksanaan tindaan-tindakan yang disebut pada Pasal 5
ayat (1) huruf a dan b KUHAP, maka penyelidik wajib
membuat dan menyampaikan laporan tertulis hasil pelaksanaan
tindakan-tindakan tersebut
b. Penyidikan
1) Pengertian Penyidikan
Pengertian penyidikan menurut Pasal 1 angka 2
KUHAP adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam KUHAP untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.
Menurut Yahya Harahap “Penyidikan menitik beratkan
pada tindakan mencari dan mengumpulkan bukti agar tindak
pidana yang ditemukan dapat menjadi terang serta agar dapat
menemukan dan menentukan pelaku tindak pidana” (Yahya
Harahap, 2002 : 109).
Menurut Andi Hamzah, bagian-bagian hukum acara
pidana yang menyangkut penyidikan yaitu :
a) Ketentuan tentang alat-alat penyidik
b) Ketentuan tentang diketahui terjadinya delik.
commit to user
d) Pemanggilan tersangka atau terdakwa.
e) Penahanan sementara.
f) Penggeledahan.
g) Pemeriksaan atau interogasi.
h) Berita acara (penggeledahan, interogasi, dan pemeriksaan di
tempat).
i) Penyitaan.
j) Penyampingan perkara.
k) Pelimpahan perkara kepada penuntut umum dan
pengembaliannya kepada penyidik untuk disempurnakan
(Andi Hamzah, 2001 : 118).
2) Wewenang Penyidik
Pasal 7 KUHAP menyebutkan mengenai wewenang
penyidik, yaitu :
a) Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang
adanya tindak pidana
b) Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.
c) Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal diri tersangka.
d) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan
penyitaan.
e) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
f) Mengambil sidik jari dan memotret seorang.
g) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi.
h) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara.
i) Mengadakan penghentian penyidikan.
j) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung
commit to user 3) Pejabat Penyidik
Penyidik yaitu orang yang melakukan penyidikan, yang
terdiri dari pejabat seperti yang dijelaskan pada Pasal 1 angka 1
dan Pasal 6 ayat (1) KUHAP. Pasal 1 angka 1 dan Pasal 6 ayat (1)
KUHAP menyebutkan bahwa penyidik adalah pejabat polisi
Negara Republik Indonesia dan pejabat pegawai negeri sipil
tertentu yang wewenang khusus oleh undang-undang untuk
melakukan penyidikan.
4) Kepangkatan Pejabat Penyidik
Sesuai Pasal 6 ayat (1) KUHAP, sedang dalam ayat (2)
ditentukan bahwa syarat kepangkatan pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia yang berwenang menyidik akan diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah. Berdasarkan ketentuan Pasal
6 ayat (2) KUHAP dan Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1983
tentang Pelaksanaan KUHAP dapat disebutkan bahwa syarat
kepangkatan pejabat Polisi Negara Republik Indonesia itu
sekurang-kurangnya Pembantu Letnan Dua Polisi (Ajun Inspektur
Polisi), sedangkan bagi Pegawai Negeri yang diberi wewenang
penyidikan adalah yang berpangkat sekurang-kurangnya Pengatur
Muda Tingkat I/Gol II b atau yang disamakan dengan itu.
5) Tindakan Penyidikan
Tindakan penyidikan adalah tindakan mencari dan
menemukan semua peristiwa yang dianggap atau diduga sebagai
tindakan pidana, dimana titik beratnya diletakan pada tindakan
mencari serta mengumpulkan bukti supaya tindak pidana yang
ditemukan dapat menjadi terang, serta agar dapat menemukan dan
menentukan pelakunya.
Pekerjaan penyidikan dimaksudkan sebagai suatu
persiapan kearah pemeriksaan di sidang pengadilan. Dalam taraf
commit to user
jawaban sementara atas pertanyaan apakah telah terjadi suatu
perbuatan pidana, dan jika demikian siapa pelakunya, dimana dan
dalam keadaan bagaimana perbuatan pidana itu dilakukan.
Apabila dalam penyidikan ini didapat hasil yang diharapkan dapat
memberi jawaban atas pertanyaan tersebut diatas maka tindakan
dapat diteruskan dalam wujud penyidikan lanjutan. Penyidikan
yang baik yang hasilnya telah diuji dengan hukum pembuktian
menurut undang-undang, akan sangat membantu pada berhasilnya
pekerjaan penuntutan. Polisi dengan segala kelengkapannya
penyidikan dan pengusutannya diharapkan dapat memperlancar
tugas penyelesaian pengajuan perkara pidana ke pengadilan yang
akan dilakukan oleh kejaksaan.
“Tugas penyidikan dan tugas penuntutan dalam suatu
proses penyelesaian perkara pada hakekatnya juga
menggambarkan bahwa tugas penyidikan adalah tidak lain
daripada tindakan persiapan tugas penuntutan” (Soehardi,
1993: 128).
Penyidikan dapat berupa pemanggilan, pemeriksaan,
penyitaan, maupun penahanan orang, yang kesemuanya erat
hubunganya dengan hak asasi seseorang. Memang tidak dapat
disangkal lagi, bahwa dalam pemeriksaan ditingkat penyidikan
tidak dilakukan di muka umum sebagaimana dalam sidang
pengadilan. Sehubungan dengan itu dalam penyidikan ini, perlu
adanya aturan-aturan untuk menjaga agar jangan sampai timbul
ekses-ekses selama pemeriksaan dalam penyidikan.
Apabila penyidikan telah selesai dilakukan, maka
penyidik melimpahkan perkara tersebut kepada Penuntut Umum.
Pelimpahan perkara berarti penyerahan tanggungjawab atas
penanganan perkara itu dari penyidik kepada Penuntut Umum.
commit to user
tersangka/tersangka bersama-sama berkas perkara oleh penyidik
kepada penuntut umum (Darwan Prinst, 1998: 86).
Penyerahan ini dilakukan dua tahap yakni :
1) Tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas perkara;
2) Dalam hal penyidik sudah dianggap selesai, penyidik
menyerahkan tanggungjawab atas tersangka dan barang bukti
kepada penuntut umum.
Jika pada penyerahan tahap pertama, penuntut umum
berpendapat bahwa berkas kurang lengkap maka ia dapat
(Darwan Prinst, 1998: 86) :
1) Mengembalikan berkas perkara kepada penyidik untuk
dilengkapi disertai petunjuk.
2) Melengkapi sendiri, berdasarkan Undang-undang No. 5
Tahun 1991.
Penyidikan dimulai setelah penyidik menggunakan
wewenang penyidikan seperti yang tercermin dalam Pasal 7
KUHAP dan dalam tindakan penyidikan itu secara langsung telah
melibatkan hak-hak orang yang disangka melakukan tindak
pidana, baik mengenai kebebasannya, nama baiknya maupun
mengenai harta kekayaannya. Oleh karena itu di satu sisi
tersangka berhak memperoleh hak-haknya selama penyidikan dan
penyidik dapat melakukan tugasnya dengan mempertimbangkan
hak-hak tersangka. Hal ini diperhatikan dalam hubungannya
dengan titik fokus pemeriksaan yakni oknum tersangka, dan dari
tersangkalah diperoleh keterangan tentang peristiwa pidana yang
sedang diperiksa. Akan tetapi sekalipun tersangka yang menjadi
titik tolak pemeriksaan, namun terhadapnya harus diperlakukan
berdasar asas praduga tak bersalah.
Penjatuhan pidana merupakan suatu mata rantai proses
tindakan hukum dari pejabat yang berwenang, mulai dari proses
commit to user
oleh pengadilan dan dilaksanakan oleh aparat pelaksana pidana.
Dilihat dari pengertian pidana dalam arti luas itu (yaitu pidana
dilihat sebagai suatu proses), maka “kewenangan penyidikan”
pada hakikatnya merupakan bagian juga dari “kewenangan
pemidanaan”. Tindakan-tindakan hukum dalam proses penyidikan
(antara lain : penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan,
pemeriksaan/interogasi)
2. Tinjauan Umum tentang Berita Acara Pemeriksaan (BAP) a. Pengertian BAP
Sesuai dengan KUHAP pada bab XVI bagian ketiga
tentang acara pemeriksaan biasa, bagian keempat tentang
pembuktian dan putusan dalam acara pemeriksaan biasa, bagian
kelima acara pemeriksaan singkat, bagian keenam tentang acara
pemeriksaan cepat. Dalam bab tersebut diterangkan mengenai
mekanisme penanganan tindak pidana. Dalam hal ini unsure
terpenting dari proses tersebut adalah dengan adanya suatu
ringkasan keterangan saksi dan atau tersangka yang dikemas dalam
suatu bentuk Tanya jawab dan disusun oleh penyidik / penyidik
pembantu dalam format yang telah baku sesuai dengan juklak /
juknis yang pelaksanaannya diatur oleh Perkap No. 12/ 2009.
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) adalah suatu proses
pemeriksaan yang menceritakan alur dari suatu peristiwa atau
kejadian baik itu yang disaksikan oleh orang yang melihat ( saksi )
maupun orang yang melakukan tindak pidana tersebut( tersangka ).
BAP tersebut bisa menceritakan atau menggambarkan suatu
rangkaian peristiwa secara jelas dan urut serta dapat menjelaskan
suatu kejadian.
b. Jenis Berita Acara Pemeriksaan ( BAP )
commit to user
1) Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) Saksi
BAP Saksi adalah suatu format baku yang telah diatur oleh
Juklak/ Juknis dan memuat tentang keterangan yang
disampaikan oleh seorang saksi kepada pejabat Kepolisian
yang berwenang dan kemudian pada bagian akhir Berita Acara
Pemeriksaan tersebut baik saksi maupun pejabat yang
berwenang memberikan tanda tangannya.
2) Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) Saksi Ahli
BAP Saksi Ahli adalah suatu format baku yang telah diatur
oleh Juklak/ Juknis dan memuat tentang Pendapat yang
disampaikan oleh seorang saksi ahli kepada pejabat Kepolisian
yang berwenang dan kemudian pada bagian akhir Berita Acara
Pemeriksaan tersebut baik saksi ahli maupun pejabat yang
berwenang memberikan tanda tangannya.
3) Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) Tersangka
BAP Tersangka adalah suatu format baku yang telah diatur
oleh Juklak/ Juknis dan memuat tentang keterangan yang
disampaikan oleh Seorang Tersangka kepada pejabat
Kepolisian yang berwenang dan kemudian pada bagian akhir
Berita Acara Pemeriksaan tersebut baik tersangka maupun
pejabat yang berwenang memberikan tanda tangannya.
4) Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) Lanjutan
BAP Lanjutan adalah suatu format baku yang telah diatur oleh
Juklak/ Juknis dan memuat tentang keterangan lanjutan yang
disampaikan oleh Seorang Saksi/ Tersangka kepada pejabat
Kepolisian yang berwenang dan kemudian pada bagian akhir
Berita Acara Pemeriksaan tersebut baik saksi /tersangka
maupun pejabat yang berwenang memberikan tanda tangannya.
5) Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) Konfrontir
BAP Konfrontir adalah suatu format baku yang telah diatur
commit to user
disampaikan secara bersama – sama oleh dua orang atau lebih
Saksi/ Tersangka kepada pejabat Kepolisian yang berwenang
dan kemudian pada bagian akhir Berita Acara Pemeriksaan
tersebut baik saksi / tersangka maupun pejabat yang berwenang
memberikan tanda tangannya.
3. Tinjauan tentang Tindak Pidana Pembunuhan Berencana
Pasal 338 KUHP menentukan "Barang siapa dengan sengaja
merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun", memperhatikan Pasal
338 KUHP, maka unsur-unsur yang terkandung di dalamnya yaitu :
a. Unsur subyektif, atau dengan sengaja
b. Unsur obyektif, atau menghilangkan, atau nyawa atau orang lain.
Memperhatikan Pasal 338 KUHP tersebut dengan sengaja jelas
terpenuhi, dimana pelaku tindak pidana pembunuhan melakukan
perbuatan tersebut ada maksud-maksud tertentu, dengan demikian jelas
bahwa tindak pidana pembunuhan itu sendiri dilakukan dengan
sengaja. Unsur menghilangkan juga terpenuhi dimana tindak pidana
pembunuhan sebagai suatu perbuatan pidana dimaksudkan untuk
menghilangkan sesuatu. Unsur nyawa juga terpenuhi, dimana
perbuatan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang
dengan maksud menghilangkan sesuatu, sesuatu yang dimaksud adalah
nyawa.
Unsur orang lain juga terpenuhi, dimana nyawa yang
dihilangkan itu tidak lain adalah nyawa orang lain. Bila nyawa yang
dihilangkan itu adalah nyawa diri sendiri, maka perbuatan tersebut
adalah perbuatan bunuh diri.
Mengingat unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 338
KUHP telah terpenuhi, maka jelas bahwa tindak pidana pembunuhan
sebagai perbuatan pidana dapat diidentifikasi sebagai tindak pidana
commit to user
pelaksanaan perbuatan tindak pidana pembunuhan tersebut. Dalam
arti bila perbuatan tindak pidana pembunuhan tersebut dilakukan
yang sebelumnya diawali dengan perbuatan pidana lainnya, maka
tindak pidana pembunuhan tersebut masuk kategori tindak pidana
pembunuhan dengan pemberatan. Bila diidentifikasi sebagai tindak
pidana pembunuhan dengan pemberatan, maka pelaku carok dapat
dikenai sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 339 KUHP.
Selain dapat diidentifikasi sebagai tindak pidana pembunuhan
dengan pemberatan, tindak pidana pembunuhan dapat juga
diidentifikasi sebagai tindak pidana pembunuhan dengan direncanakan
terlebih dahulu. Adapun yang dimaksud dengan perencanaan terlebih
dahulu bila untuk melakukan tindak pidana pembunuhan itu pelaku
telah menyusun keputusannya secara tenang. Selain itu pelaku juga
telah mempertimbangkan tentang kemungkinan-kemungkinan dan
tentang akibat-akibat dari tindakannya. Antara waktu seorang pelaku
menyusun rencananya tersebut selalu harus terdapat jangka waktu
tertentu. Bila demikian kenyataannya, maka pelaku tindak pidana
pembunuhan dapat diancam dengan pidana pembunuhan dengan
direncanakan terlebih dahulu, yang diatur dalam Pasal 340 KUHP.
Mengingat dalam pembahasan skripsi ini berawal dari adanya
tindak pidana pembunuhan berencana, maka pembunuhan yang
hendak diuraikan adalah kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain
secara umum, yaitu yang diatur dalam Pasal 340 KUHP, yang
berbunyi :
“ barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu
merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan
rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. “
commit to user
A. Kerangka Pemikiran
Mengenai kerangka pemikiran dalam penelitian ini dibuat dalam suatu bagan seperti berikut:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Proses penanganan suatu perkara pidana bermula dari
terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang. Dalam
Perkara Pembunuhan Berencana
No.Pol :
BP/113/IV/2005/Reskrim
Proses Penyelidikan Oleh Polresta
Surakarta
Dapat Dilakukan Penyidikan Tidak Dapat Dilakukan
Penyidikan
Proses Penyidikan Oleh Polresta Surakarta
Penetapan Tersangka/Pelaku Tindak Pidana Kejelasan Hukum Atas
Kejahatan Pembunuhan Berencana
commit to user
penelitian ini tindak pidana yang diteliti adalah kejahatan pembunuhan
berencana. Sedangkan proses penanganan perkara yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah proses penyelidikan dan penyidikan
terhadap perkara pidana pembunuhan berencana No.Pol : BP/ 113 /IV /
2005 /Reskrim di Polresta Surakarta.
Polisi sebagai penyelidik melakukan tindakan awal berupa
penyelidikan karena adanya dugaan bahwa telah terjadi suatu
kejahatan pembunuhan berencana. Penyelidikan ini dimaksudkan
untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang berhubungan
dengan kejahatan pembunuhan berencana yang diduga sebagai tindak
pidana. Pencarian dan usaha menemukan peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana tersebut berguna untuk menentukan sikap
pejabat penyelidik, apakah peristiwa kejahatan pembunuhan berencana
yang ditemukan dapat dilakukan penyidikan atau tidak.
Dari proses penyelidikan tersebut kemudian ditemukan adanya
bukti permulaan atau bukti yang cukup agar dapat dilakukan tindakan
lanjut berupa penyidikan. Dengan adanya bukti permulaan yang cukup
tersebut kemudian penyidik melakukan serangkaian proses penyidikan
antara lain dengan melakukan pemeriksaan terhadap tersangka serta
saksi-saksi. Dari hasil pengumpulan bukti - bukti tersebut maka tindak
pidana kejahatan pembunuhan berencana tersebut menjadi jelas serta
dapat menetapkan tersangkanya sebagai pelaku tindak pidana
commit to user BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Proses Penyidikan sebagai Upaya Penyelesaian Berita Acara Pemeriksaan (BAP) terhadap Tindak Pidana Pembunuhan Berencana di Polresta Surakarta
1. Gambaran Lokasi
a. Struktur organisasi Reserse Kriminal Polresta Surakarta
commit to user
Pejabat Reserse Kriminal Polresta Surakarta.
Kepala Satuan Reskrim : Kompol Edhei Sulistyo, SH.MH
Wakil Kepala Satuan Reskrim : AKP Sugeng Dwiyanto
Kepala Unit Identifikasi : AKP Sri Hartoyo, SH
Kepala Urusan Pembinaan dan
Operasional : IPDA Petra C. K Tumengkol, SH
Kepala Urusan Administrasi
Tata Usaha : AIPTU Eko Santoso
Kepala Unit Resume : AKP Sutoyo S, S.Sos
Kepala Unit Ekonomi : AKP Suwanto
Kepala Unit Tindak Pidana
Korupsi : AKP Dwi Haryadi, SH.MH
Kepala Unit Tindak Pidana
Tertentu : AKP Budi Rahmadi, SH.MH
Kepala Unit Koordinator dan
Pengawasan : AKP Bambang Kadarisman
Kepala Unit Perlindungan
Perempuan dan Anak : AKP Sri Rahayu
b. Tugas dan Wewenang
Melakukan kegiatan-kegiatan pokok dalam rangka penyidikan tindak
pidana dalam Bujuklak ini dapat digolongkan sebagai berikut :
1).Penyidikan tindak pidana meliputi :
a) Penyelidikan
b) Penindakan
(1) pemanggilan
(2) penangkapan
(3) penahanan
(4) penggeledahan
c) Pemeriksaan
commit to user
(2) Ahli
(3) Tersangka
d) Penyelesaian dan Penyerahan Berkas Perkara
(1) Pembuatan Resume
(2) Penyusunan Berkas Perkara
(3) Penyerahan Berkas Perkara
2). Dukungan Tehnis Penyidikan
3). Administrasi Penyidikan
4). Pengawasan dan Pengendalian Penyidikan
Dalam hal pengawasan dan pengendalian penyidikan yang
dilakukan oleh Penyidk/ Penyidik Pembantu dilakukan oleh
Kepala Satuan Reserse Kriminal selaku Penanggung jawab fungsi
Reskrim
2. Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Pembunuhan Berencana di Polresta Surakarta dengan tersangka CANDRA SUTRISNO al LIEM BUN SAN al BABAHE
a. Diketahuinya terjadinya tindak pidana pembunuhan
Berdasarkan teori, maka ada beberapa cara Penyidik mengetahui
adanya tindak pidana, yaitu berdasarkan :
1). Laporan
Yaitu pemberitahuan yang disampai oleh seorang karena hak
atau kewajiban berdasarkan Undang-undang kepada pejabat
yang berwenang tentang telah atau sedang diduga akan
terjadinya peristiwa pidana. Laporan diterima dari seseorang
baik tertulis maupun lisan dicatat oleh penyidik / penyidik
pembantu / penyelidik kemudian dituangkan dalam Laporan
Polisi yang ditanda tangani oleh pelapor dan penyidik /
penyidik pembantu / penyelidik.
Setelah selasai penerimaan laporan, kepada pelapor diberikan
commit to user
2). Pengaduan
Yaitu pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang
berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk
menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan
tindak pidana aduan ( delik aduan relative ) yang
merugikannya.
Pengaduan bisa dilakukan baik secara lisan atau tertulis dan
terhadap pengaduan tersebut harus dibuatkan laporan
pengaduan oleh Pejabat Kepolisian yang berwenang. Setelah
selesai dibuatkan Laporan Pengaduan kepada pengadu
diberikan tanda bukti penerimaan pengaduan.
3). Tertangkap tangan
Yaitu tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan
tindak pidana, atau dengan sengaja, sesudah, beberapa saat
tindak pidana itu dilakukan atau sesaat kemudian diserukan
oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau
apabila sesaat kemudian dan padanya ditemukan benda yang
diduga keras sebagai hasil kejahatan atau dipergunakan untuk
melakukan tindak pidana itu yang menunjukan bahwa ia
adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu
melakukan tindak pidana itu.
Dalam hal tertangkap tangan, setiap petugas Polri tanpa Surat
Perintah dapat melakukan tindakan :
- Penangkapan, penggeledahan, penyitaan, dan melakukan
tindakan lain menurut hokum yang bertanggung jawab.
- Segera melakukan tindakan pertama di TKP dan setelah
menyerahkan tersangka beserta atau tanpa barang bukti
kepada petugas Polri yang berwenang melakukan
commit to user
Petugas Polri yang berwenang apabila menerima penyerahan
tersangka beserta atau tanpa barang bukti baik dan anggota
Polri maupun masyarakat, wajib :
- Membuat Laporan Polisi
- Mendatangi TKP dan melakukan tindakan yang
diperlukan
- Membuat Berita Acara atas setiap tindakan yang
dilakukan
- Diketahui langsung oleh petugas Polri
Dalam hal suatu tindak pidana diketahui langsung oleh
petugas Polri tersebut wajib segera melaporkan
tindakan-tindakan sesuai kewenangan masing-masing, kemudian
membuat Laporan Polisi dan atau Berita Acara tentang
tindakan-tindakan yang dilakukannya, guna penyelesaian
selanjutnya.
Perkara pembunuhan berencana dengan pelaku bernama CANDRA
SUTRISNO al LIEM BUN SAN al BABAHE, Penyidik mengetahui
adanya pembunuhan berencana berdasarkan Laporan Polisi yang
dibuat oleh Paulus Bambang Wijanarko dengan nomor : B/ LP/ 254 /
III / 2005 / SPK III Tanggal 19 Maret 2005. Dimana pada hari Sabtu
tanggal 19 Maret 2005 pukul 13.45 WIB dalam rumah Blewah III
RT.02 RW.07 Karangasem Laweyan Surakarta ditemukan mayat
seorang wanita tua yang membusuk bernama NYO SIOK HOO.
Paulus Bambang Wijanarko selaku ketua RT setempat segera
melaporkan kepada pihak berwajib.
b. Uraian singkat kasus :
Dasar :
Laporan Polisi No Pol : B/LP/254/III/2005/SPK III
Tanggal : 19 Maret 2005
commit to user
Diduga telah terjadi tindak pidana dengan sengaja menghilangkan
nyawa seseorang sebelumnya dengan rencana lebih dahulu atau
Pencurian dengan kekerasan mengakibatkan meninggalnya seseorang
dilakukan tersangka oleh CANDRA al BABAHE dan RIFKI BAMBANG SULISTYO al NYONYO (Berkas split) terhadap korban NYO SIOK HOO dengan cara keduanya masuk kerumah
korban kemudian tersangka CANDRA al BABAHE melakukan
pemukulan dengan sepotong besi lalu mencekik lehernya dengan
menggunakan kain sarung bantal dan saudara RIFKI BAMBANG
SULISTYO al NYONYO pemukulan dengan tangan kosong
mengenai leher korban sebanyak 2 (dua) kali hingga meninggal dunia
pada hari Rabu tanggal 16 Maret 2005, sekitar jam : 01.30 Wib di Jl.
Bleweh III Rt 02/VII Laweyan Surakarta.
c. Identitas tersangka :
Nama : CANDRA SUTRISNO al LIEM BUN SAN
al BABAHE
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempay/Tgl lahir : Karanganyar, 30 April 1981
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan Terakhir : SMP
Alamat : Kp. Bonorejo RT 1/16 Nusukan Banjarsari
Surakarta
d. Langkah Polresta Surakarta dalam pelaksanaan penyidikan :
1). Membuat surat perintah penyidikan
Berdasar Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 108,
Pasal 109 ayat (1), Pasal 10 ayat (1); Undang – undang Nomor 2
commit to user
/ 254 / III / 2005 tanggal 19 Maret 2005. Pentingnya dibuat Surat
perintah penyidikan No.Pol : Sp. Dik / 100 / III / 2005 / Reskrim
adalah untuk kepentingan penyidikan tindak pidana, membuat
rencana penyidikan dan melaporkan perkembangan pelaksanaan
penyidikan tindak pidana.
2). VER ( Visum Et Revertum )
Berdasar Pasal 133 dan Pasal 136 KUHP, Kapolresta
mengirimkan surat permohonan Visum Et Revertum jenazah
No.Pol : Ver/ 254/ III/ 2005/ SPK III kepada Kepala Bagian Ilmu
Kedokteran Kehakiman UNS Surakarta untuk melakukan Visum
Et Revertum jenazah atas nama NYO SIOK HOO dengan maksut
mengetahui sebab kematian.
Dengan Surat nomer 14/ MF/ III/ 2005 mengeluarkan Visum Et
Revertum Jenazah dengan kesimpulan bahwa korban bernama
NYO SIOK HOO meninggal karena patahnya tulang leher.
3). Membuat surat perintah tugas
Dengan mempertimbangkan untuk kepentingan penyelidikan dan
atau penyidikan tindak pidana Pembunuhan Berencana yang
dilakukan oleh CANDRA SUTRISNO al LIEM BUN SAN al
BABAHE, kepolisian melakukan tindakan berupa Penangkapan
tersangka, Penggeledahan, Penyitaan serta Tindakan Kepolisian
yang lain sehubungan dengan adanya tindak pidana ini, maka
perlu dikeluarkannya Surat Perintah ini.
4). Membuat pemberitahuan kepada kejaksaan dimulainya
penyidikan (SPDP)
Menurut ketentuan Pasal 109 ayat (1) KUHAP setiap penyidik
yang akan memulai penyidikan suatu peristiwa yang merupakan
tindak pidana, penyidik harus memberitahukan kepada penuntut
umum. Hal ini sebagai wujud adanya hubungan dan koordinasi
fungsional antara kepolisian dan kejaksaan. Dalam perkara ini
commit to user
tanggal 24 Maret 2005 memberitahukan kepada Kejaksaan Negeri
Surakarta bahwa pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2005, sekitar
jam 21.00 WIB, telah dimulai Penyidikan Perkara Tindak Pidana
pembunuhan dengan direncanakan dan atau pencurian dengan
kekerasan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang, terhadap
laki-laki bernama CANDRA SUTRISNO al LIEM BUN SAN al
BABAHE
5). Melakukan pemanggilan :
(a) Terhadap tersangka.
Dalam kasus Pembunuhan Berencana No.Pol : BP/ 113/ IV
/2005/ Reskrim, tidak dilakukannya pemanggilan terhadap
tersangka karena tersangka langsung dilakukan penangkapan.
(b) Terhadap Saksi
Pemanggilan :
(i) Dengan Surat Panggilan No.Pol : Sp.Gil/ 248/ IV/
2009/ Reskrim, tanggal 8 April 2005 telah dilakukan
pemeriksaan terhadap saksi perempuan bernama
MERAPI YATMI, pada tanggal 11 April 2005
selanjutnya dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan.
(ii) Dengan Surat Panggilan No.Pol : Sp.Gil/ 270/ IV/
2005/ Reskrim, tanggal 18 April 2005 telah dilakukan
pemeriksaan terhadap saksi laki-laki bernama JIMAN,
pada tanggal 21 April 2005 selanjutnya dibuatkan Berita
Acara Pemeriksaan.
(iii) Dengan Surat Panggilan No.Pol : Sp.Gil/ 271/ IV/
2005/ Reskrim, tanggal 18 April 2005 telah dilakukan
pemeriksaan terhadap saksi laki-laki bernama DODO,
pada tanggal 21 April 2005 selanjutnya dibuatkan Berita
Acara Pemeriksaan.
(iv) Dengan Surat Panggilan No.Pol : Sp.Gil/ 272/ IV/
commit to user
pemeriksaan terhadap saksi laki-laki bernama BASUKI
RAHMAT, pada tanggal 21 April 2005 selanjutnya
dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan..
(v) Dengan Surat Panggilan No.Pol : Sp.Gil/ 279/ IV/
2005/ Reskrim, tanggal 20 April 2005 telah dilakukan
pemeriksaan terhadap saksi laki-laki bernama HERI
SUSANTO, pada tanggal 23 April 2005 selanjutnya
dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan.
(vi) Terhadap RIFKI BAMBANG SULISTYO al
NYONYO tidak dilakukan pemanggilan , dikarenakan
saksi RIFKI BAMBANG SULISTO al NYONYO
dilakukan penangkapan dan dipersangkakan melakukan
tindak pidana pembunuhan berencana dan atau pencurian
dengan kekerasan sebagaimana diatur Pasal 340 KUHP
dalam Berkas Perkara Splitsing.
(vii) Terhadap SINTA DEWI al ITA tidak dilakukan
pemanggilan , dikarenakan saksi SINTA DEWI al ITA
dilakukan penangkapan dan dipersangkakan melakukan
tindak pidana pertolongan jahat ( tadah ) sebagaimana
diatur Pasal 480 KUHP dalam Berkas Splitsing.
(viii) Terhadap EVI RIWAYATI tidak dilakukan
pemanggilan , dikarenakan saksi EVI RIWAYATI
dilakukan penangkapan dan dipersangkakan melakukan
tindak pidana pertolongan jahat ( tadah ) sebagaimana
diatur Pasal 480 KUHP dalam Berkas Splitsing.
(ix) Terhadap AGUS PRIANTO tidak dilakukan
pemanggilan , dikarenakan saksi AGUS PRIANTO
dilakukan penangkapan dan dipersangkakan turut serta
melakukan perbuatan yang dapat dihukum dan atau
commit to user
Pasal 55 KUHP dan atau pasal 56 KUHP dalam Berkas
Splitsing.
(x) Terhadap ARI NUR RAHMAN al KIKUK tidak
dilakukan pemanggilan , dikarenakan saksi ARI NUR
RAHMAN al KIKUK dilakukan penangkapan dan
dipersangkakan turut serta melakukan perbuatan yang
dapat dihukum dan atau membantu melakukan kejahatan
sebagaimana diatur Pasal 55 KUHP dan atau pasal 56
KUHP dalam Berkas Splitsing.
(xi) Terhadap ISMANTORO al KIKI tidak dilakukan
pemanggilan , dikarenakan saksi ISMANTORO al KIKI
dilakukan penangkapan dan dipersangkakan melakukan
tindak pidana pertolongan jahat ( tadah ) sebagaimana
diatur Pasal 480 KUHP dalam Berkas Splitsing.
6). Melakukan pemeriksaan
Berdasarkan Surat Panggilan terhadap saksi-saksi serta
Surat Perintah Penangkapan yang dibuat oleh Kapolresta
Surakarta tersebut, maka penyidik kemudian melakukan
pemeriksaan kepada tersangka dan saksi-saksi serta membuat
Berita Acara Pemeriksaan Tersangka dan Berita Acara
Pemeriksaan Saksi.
(a) Pemeriksaan terhadap tersangka
Terhadap tersangka CANDRA SUTRISNO al LIEM BUN SAN al BABAHE oleh Penyidik telah dilakukan pemeriksaan pada hari Rabu tanggal 23 bulan Maret tahun
dua ribu lima, dimana tersangka memberikan keterangan
sebagai berikut :
- bahwa tersangka saat dimintai keterangan dalam
keadaan sehat jasmani dan rohani serta sanggup
commit to user
sehubungan dengan telah meninggalnya NYO SIOK
HOO (neneknya BAMBANG al NYONYO)
- bahwa tersangka CANDRA bersama saksi BAMBANG
al NYONYO melakukan pembunuhan terhadap korban
NYO SIOK HOO pada hari Kamis tanggal 17 Maret
2005 sekitar jam : 01.30 WIB di Jl. Blewah III RT.
02/07 Karangasem Laweyan Surakarta
- Bahwa tersangka CANDRA bersama ARI al KIKUK,
AGUS, WAHYUDI dan saksi BAMBANG al
NYONYO merencanakan melakukan pembunuhan
pada hari Rabu tanggal 16 Maret 2005 sekitar jam :
16.00 WIB di Sangkrah.
- Bahwa tersangka CANDRA bersama saksi
BAMBANG al NYONYO akan melakukan
pembunuhan terhadap NYO SIOK HOO (neneknya
BAMBANG) dengan menggunakan sarana sepeda
motor Mega Pro No Pol : AD 2239 TF milik tersangka
CANDRA.
- Bahwa tersangka CANDRA bersama saksi
BAMBANG al NYONYO dalam perencanaan yang
bertugas mengetuk pintu dan menyekap korban adalah
saksi BAMBANG al NYONYO dan setelah masuk
saksi dan tersangka melakukan pembunuhan.
- Bahwa setelah melakukan pembunuhan terhadap NYO
SIOK HOO tersangka CANDRA bersama saksi
BAMBANG al NYONYO mengambil uang sebesar
Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan perhiasan
berupa : 2 gelang emas, cincin emas tanpa akik 2 buah,
kalung emas 2 buah, cincin emas biasa 2 buah, tusuk
konde emas 1 buah, sepasang giwang emas atasnya ada
commit to user
buah, liontin gambar dewi kwan im 1 buah, emas
batangan 3 buah, batu akik 2 buah warna biru dan
warna hijau, 3 cincin emas ulie dan 2 cincin emas
berlian.
- Bahwa saat berbincang-bincang di teras kemudian saksi
BAMBANG al NYONYO meminta buku tabungan dan
NYO SIOK HOO masuk akan membuka pintu
kemudian tersangka memukul dengan sebatang besi ke
leher belakang kemudian korban teriak-teriak dan
BAMBANG al NYONYO, menyekap mulut
(MAKnya) dan tersangka keluar menyimpan besi di
sela-sela kolam di teras kemudian saksi BAMBANG al
NYONYO memukul ke leher korban sebelah kiri
menggunakan tangan kosong sebanyak 2 - 4 kali lalu
saksi mengambil kain sarung bantal diberikan kepada
tersangka agar dijeratkan ke leher korban kemudian
tersangka CANDRA menjerat leher korban setelah
meninggal kain sarung bantal diletakkan di atas muka
korban.
- Bahwa setelah korban meninggal dunia tersangka
CANDRA dan saksi BAMBANG al NYONYO
mencari kunci serta ditemukan di baju (MAKnya
BAMBANG) kemudian tersangka candra mengambil
cincin yang dipakai oleh korban kemudian saksi
masukkan didalam tas kresek warna hitam dicampur
barang lainnya.
- Bahwa saksi BAMBANG al NYONYO dan tersangka
CANDRA di Jogjakarta bersama ITA (pacarnya
BAMBANG) dan EVI (istri tersangka) dan dalam
perjalanan saksi BAMBANG al NYONYO di dalam