No.
Plot No.Pohon
VOLIME KAYU PRODUKSI
Tinggi (m) Volume (m3)
40
24 20,1 6,05 19,8 0,159 24 21,75 6,05 19,831 0,181 0,883
25 16,25 7,62 19,53 0,131 25 17,15 7,62 19,56 0,141 0,927
26 19,5 7,96 19,7 0,175 26 20 7,96 19,74 0,182 0,963
27 14 5,73 16,08 0,074 27 15,75 5,73 16,101 0,087 0,843
28 15,5 4,14 17,1 0,077 28 11,825 4,14 17,16 0,052 1,508
29 16,5 5,41 18,2 0,103 29 17,4 5,41 18,232 0,112 0,921
30 20 7,32 18,48 0,162 30 21,75 7,32 18,5 0,184 0,882
31 26 7,01 21,55 0,276 31 26,75 7,01 21,58 0,289 0,955
32 24 6,8 11,24 0,125 32 24 6,8 11,258 0,126 0,998
33 21,3 7,32 21,08 0,203 33 24,2 7,32 21,128 0,247 0,822
34 19,5 7,64 21,1 0,183 34 20,5 7,64 21,143 0,197 0,928
35 14,42 4,14 16,34 0,066 35 15,25 4,14 16,401 0,073 0,913
36 22,5 6,68 21,31 0,214 36 24 6,68 21,34 0,236 0,903
37 24 7,32 21,4 0,247 37 23,9 7,32 21,432 0,246 1,005
38 10 4,14 12,41 0,029 38 10,8 4,14 12,424 0,033 0,895
39 10 4,77 15,5 0,039 39 11,4 4,77 15,531 0,048 0,833
40 15,63 6,36 17,1 0,097 40 15,85 6,36 17,161 0,099 0,977
41 23,5 6,36 16,48 0,173 41 24,3 6,36 16,504 0,183 0,947
42 28,66 6,68 21,97 0,323 42 28,65 6,68 22,02 0,323 0,998
43 21 5,73 22 0,185 43 22,2 5,73 22,064 0,203 0,913
44 15,6 4,77 17,46 0,085 44 15,85 4,77 17,51 0,088 0,973
45 14,2 6,05 16,75 0,081 45 14,95 6,05 16,782 0,087 0,928
No.
42
24 19,75 5,73 21,25 0,162 24 23,8 5,73 25,25 0,259 0,627
25 19,7 9,23 25,5 0,251 25 21,5 9,23 30,5 0,339 0,741
26 26 8,28 24,3 0,336 26 18,9 8,28 28,6 0,249 1,352
27 18,5 8,91 19,13 0,169 27 15,4 8,91 22,53 0,157 1,079
28 13,75 3,82 19,64 0,071 28 16,05 3,82 25,64 0,119 0,599
29 17,05 6,05 20,25 0,127 29 18,45 6,05 25,25 0,178 0,713
30 17,9 5,4 18 0,222 30 19,1 5,4 21 0,148 1,495
31 15,65 4,8 16,7 0,082 31 25,8 4,8 22,1 0,244 0,337
32 21,9 6,4 21,68 0,204 32 9,85 6,4 27,68 0,086 2,376
33 15,9 3,8 20,09 0,092 33 23,95 3,8 23,09 0,209 0,438
34 24,25 6,36 20,19 0,223 34 16,8 6,36 22,19 0,141 1,589
35 18,8 6,05 20,92 0,152 35 20,7 6,05 26,92 0,227 0,671
36 16,2 7,96 20,92 0,144 36 18,45 7,96 22,92 0,188 0,764
37 18,5 6,05 21,97 0,156 37 14,3 6,05 24,97 0,122 1,281
38 20,8 6,68 20,52 0,182 38 14,8 6,68 23,52 0,128 1,428
39 13,2 6,05 16,53 0,072 39 19,25 6,05 19,53 0,147 0,489
40 19,45 7,6 23,02 0,198 40 14,95 7,6 24,02 0,144 1,379
41 11,9 6,05 22,4 0,085 41 23,2 6,05 24,4 0,246 0,346
42 23,25 7,96 13,52 0,155 42 8,8 7,96 14,52 0,048 3,223
43 10,5 3,82 10 0,024 43 11,75 3,82 11 0,031 0,769
44 19,45 8,28 22,6 0,205 44 22,8 8,28 25,6 0,291 0,703
45 22,35 7,32 20,8 0,216 45 24,25 7,32 26,8 0,314 0,686
No.
44
23 22,75 9,87 21,8 0,273 23 22,5 9,87 26,05 0,321 0,849
24 15,2 4,8 14,73 0,069 24 14,5 4,8 18,73 0,082 0,845
25 14 5,41 17,41 0,077 25 15,55 5,41 22,41 0,116 0,666
26 13,9 5,09 14,95 0,063 26 15,6 5,09 19,45 0,098 0,648
27 18,4 7,96 20,15 0,165 27 19 7,96 28,15 0,241 0,684
28 17,4 5,09 19,98 0,119 28 16,8 5,09 21,98 0,124 0,959
29 22 10,03 22,94 0,277 29 24,35 10,03 27,94 0,389 0,713
30 11,2 3,5 12,02 0,031 30 13,8 3,5 16,02 0,056 0,542
31 11,3 3,18 11 0,027 31 14,15 3,18 14 0,0495 0,549
32 19 4,45 20,86 0,135 32 15,5 4,45 24,86 0,117 1,159
33 14,15 5,09 10,12 0,044 33 16 5,09 13,12 0,069 0,642
34 13,95 5,09 17,36 0,074 34 15,7 5,09 23,36 0,119 0,623
35 15,6 6,68 21,33 0,125 35 19 6,68 26,33 0,204 0,609
36 19,75 6,36 18,85 0,151 36 18,5 6,36 22,85 0,166 0,909
37 18,75 7,01 18,1 0,141 37 18,5 7,01 22,1 0,169 0,835
38 16,2 5,41 17,79 0,097 38 17,5 5,41 20,79 0,128 0,761
39 15,95 5,09 22,14 0,115 39 21,5 5,09 27,14 0,226 0,511
40 19,45 5,09 19,73 0,139 40 18,5 5,09 24,23 0,159 0,881
41 19,3 5,41 20,42 0,147 41 19,15 5,41 25,42 0,181 0,813
42 18,4 5,73 18,29 0,125 42 19,1 5,73 21,29 0,155 0,811
43 23,5 5,41 19,5 0,192 43 22,75 5,41 24,5 0,229 0,839
44 17 5,73 14,79 0,089 44 17,4 5,73 19,79 0,125 0,722
45 17,1 5,69 15,67 0,096 45 17,75 5,69 19,67 0,127 0,753
46
40 15,7 16 6,1 0,0012
41 23 25,6 2,4 0,0011
42 29,3 28 5 0,0032
43 21,4 23 6,4 0,0025
44 16,7 15 5 0,0009
45 14,9 15 3,2 0,0005
48
40 15 14,9 1 0,0002
41 25 21,4 2 0,0008
42 9,3 8,3 1 6,0791
43 11 12,5 1 0,0001
44 22,4 23,2 3 0,0012
45 28 20,5 6 0,0028
50
40 19 18 4,5 0,0012
41 16,3 22 5 0,0014
42 18,2 20 3 0,0008
43 24,5 21 5 0,0021
44 19,5 15,3 5 0,0012
45 17 18,5 4 0,0009
52
39 4,77 2,86 4,6 0,0053
40 6,36 4,77 4,1 0,0099
41 6,36 4,45 5,3 0,0122
42 6,68 3,98 4,3 0,0096
43 5,73 3,18 2,1 0,0033
44 4,77 3,5 3,3 0,0044
45 6,05 3,66 4,1 0,0076
54
40 7,6 3,82 5 0,0128
41 6,05 3,18 3,5 0,0059
42 7,96 3,82 3,5 0,0095
43 3,82 2,86 1,5 0,0013
44 8,28 3,82 5,2 0,0149
45 7,32 3,82 3,4 0,0083
56
40 5,09 4,14 3,4 0,0057
41 5,41 3,5 2,9 0,0045
42 5,73 2,86 3,2 0,0046
43 5,41 3,82 2,1 0,0035
44 5,73 2,86 4 0,0058
45 5,69 3,18 3,3 0,0051
Hasil analisis data dengan spss
Gambar 1. Hasil uji f
Gambar 2. Hasil uji T Tinggi
38
DAFTAR PUSTAKA
Budiaman, A. 2001. Kualitas dan Kemungkinan Penggunaan Kayu Bulat LimbahPemanenan. Jurnal Teknologi Hasil Hutan: Vol. XIV No. 1 : 32 – 41.
Direktorat Jenderal Kehutanan. 1973. Penelitian logging waste: Logging Waste dan Kemungkinan Pemanfaatannya di Jawa dan Kalimantan Timur.Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Fadhli.2005. Pendugaan Potensi Karbon dan Limbah Pemanenan Pada Tegakan Acacia mangium Willd (Studi Kasus di BKPH Parangpanjang, KPH Bogor, PT. Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB
Hidayat A. 2000. Penelaahan Efisiensi Pemanenan Akasia (Acacia mangium)pada Hutan Tanaman Industri PT. INHUTANI II, Pulau Laut-KalimantanSelatan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Mansur, A. Tirkaamina, M. Sutidjo, H. 2013. Limbah Pemanenan dan Faktor Eksploitasi IUPHHK-HA PT. Rizki Kauda Rafeda Kabupater Paser Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal: Agrifor: Vol. XII No. 2.
Matangaran, R. Partiani, T. Purnamasari, R. 2013. Faktor Eksploitasi Dan Kualifikasi Limbah Kayu Dalam Rangka Peningkatan Efisien Pemanenan Hutan Alam. Jurnal Bumi Lestari: Vol. XIII No. 2.
Matangaran, R. Anggoro, R. 2012. Limbah Pemanenan Jati di Banyuwangi Jawa Timur. Jurnal Perennial: Vol. 8 No. 2.
Muhdi. Rinasari. Putri, L. 2013. Studi Pembuatan Papa Partikel Dari Limbah Pemanenan Kayu Acacia mangium.L. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik: Vol. 15 No. 1.
Partiani, T. 2010. Limbah Pemanenan Kayu Dan Faktor Eksploitasi Di Hutan Alam Pt Salaki Suma Sejahtera Pulau Siberut Sumatera Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Puspitasari, D. 2005. Limbah Pemanenan dan Faktor Eksploitasi Pada Pengusahaan Hutan Tamanam Industri Studi Kasus di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB Sari, RM. 2009. Identifikasi Dan Pengukuran Potensi Limbah Pemanenan Kayu.
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB
Sasmita, RL. 2003. Limbah Pemanenan Hutan Alam Di Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan IPB
Sukadaryati. Dulsalam. Rachman,O. 2005. Potensi Dan Biaya Pemungutan Limbah Penebangan Kayu Mangium Sebagai Bahan Baku Serpih. Jurnal Penelitian Hasil Hutan.
Swarna, U. Matengeran, J. Hermawan, F. 2014. Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kyu di Hutan Rawa Gambut. Jurnal Manusia dan Lingkungan. Vol 2. No. 1:83-89
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi penebangan PT. Toba Pulp Lestari Sektor Tele terletak di Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2015.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : pita ukur dengan ukuran 50 meter yang digunakan untuk mengukur panjang limbah, kamera, tally sheet, alat-alat tulis dan alat-alat hitung serta software SPSS (Statitical Product Service Solution) versi 16 untuk melakukan analisis data. Sedangkan bahan atau
objek penelitian ini adalah tegakan hutan sesudah kegiatan pemanenan serta kayu-kayu hasil penebangan di lokasi tebangan compartment L063.
Metode Penelitian
A. Batasan Masalah
17
B. Pengumpulan Data 1. Data Sekunder
Data sekunder berupa data yang diperoleh dari perusahaan yang mendukung hasil penelitian. Data sekunder ini berupa kondisi lapangan dan peta lokasi petak tebang.
2. Data Primer
Data primer merupakan data pokok yang diperoleh dengan cara pengamatanlangsung di lapangan. Adapun data primer yang dikumpulkan meliputi :
a. Penentuan petak contoh
Gambar 1. Petak contoh penelilian
Ket: X= Pohon A.Identifikasi limbah
1. Tunggak adalah bagian bawah pohon yang berada di bawah takik rebah dan takik balas. Dimensi yang diukur adalah diameter dan tinggi tunggak. Teknik pengukuran dimensi tunggak dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pengukuran tunggak. Keterangan : H = tinggi tunggak
19
2. Batang atas adalah bagian batang dari cabang pertama sampai tajuk yang merupakan perpanjangan dari batang utama (komersil). Dimensi yang diukur yaitu diameter pangkal, diameter ujung, dan panjang batang yang dijelaskan pada Gambar 4.
Gambar 3. Pengukuran volume batang atas, cabang dan ranting. Keterangan :
L= panjang sortimen kayu D1 = diameter terbesar D2 = diameter terkecil Sumber: Patriani, 2010
3. Cabang dan ranting adalah komponen tajuk dari pohon yang ditebang yang berada di atas cabang pertama. Teknik pengukuran cabang dan ranting dapat dilihat pada Gambar 4.
C. Pengolahan Data
1. Perhitungan diameter pohon:
Diameter Pohon = �������� ��ℎ��
3,14
2. Perhitungan volume limbah:
Dimana :
I = Volume kayu bulat (m3 ) Du = Diameter ujung kayu (cm) Dp =Diameter pangkal kayu (cm) t = Panjang kayu (m3 )
3. Perhitungan volume tegakan
Perhitungan volume tegakan menggunakan rumus Brereton (Muhdi, 2003)
Dimana :
I = Volume kayu bulat (m3 ) Du = Diameter ujung kayu (cm) Dp = Diameter pangkal kayu (cm) t = Panjang kayu (m3 )
0,6= angka bentuk kayu Eukaliptus
4. Faktor eksploitasi
Faktor eksploitasi (Fe) = ������ ���� ��������
������ ���� ���� ������������ ���� ������������
D. Analisis Data
21
Ŷ = b0 + b1X1 + b2X2
Dimana :
Ŷ = limbah pemanenan (m3/ha)
b0, ,b1 , ... b2 = koefisien regresi X1 = Tinggi (m)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Organisasi Penebangan Kayu
Kegiatan pemanenan kayu di HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, dilakukan dengan sistem kemitraan dengan kontraktor. Segala urusan tentang pemanenan dilakukan di bawah oleh bagian pemanenan. Pihak kontraktor membagi pekerjaannya ke dalam beberapa regu penebang yang diawasi oleh mandor. Setiap regu penebang terdiri dari operator chainsaw yang dibantu oleh helper yang bertugas untuk mendorong kayu agar jatuh sesuai arah rebah dan operator alat berat. Alat berat ini digunakan untuk pengupasan kulit dan penyaradan kayu.
Kegiatan pemanenan di perusahaan ini terdiri dari kegiatan penebangan (felling), penyaradan (skidding), muat bongkar (loading dan unloading), dan pengangkutan (hauling). Masing-masing kontraktor memegang 1 compartmen. Setiap compartmen diawasi oleh asisten kepala yang bertugas mengawasi sub kontraktor yang dipegang oleh seorang mandor. Setiap asisten kepala memberikan laporan kepada manajer pemanenan.
Volume dan Presentase Limbah Pemanenan Kayu
23
Pengukuran dilakukan pada semua pohon di dalam 1 plot ulangan ulangan penelitian yaitu berjumlah 45 pohon. Data yang diperlukan dalam pengukuran volume ini adalah data diameter ujung, diameter pangkal, dan panjang kayu. Data ini didapatkan dari pengukuran langsung dengan menggunakan pita ukur. Untuk pengukuran diameter setiap kayu baik diameter pangkal dan diameter ujung dilakukan menggunakan pita ukur sehingga data yang diperoleh merupakan data keliling. Untuk memperoleh diameter kayu, hasil dari pengukuran keliling harus dilakukan pembagian dengan 3,14. Semua data yang didapat dari hasil penelitian di lapangan dalam setiap plot ulangan, diproses dengan menggunakan rumus brereton untuk mencari volume kayu yang diperkirakan dapat dimanfaatkan pada setiap pohon, kemudian dijumlahkan untuk total volume pada setiap plot ulangan. Kayu kemudian dibersihkan dan dilakukan identifikasi limbah.
Tabel 1. Volume kayu diperkirakan dapat dimanfaatkan, kayu produksi, dan limbah
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa plot ulangan II adalah plot ulangan yang memiliki volume kayu diperkirakan dapat dimanfaatkan paling tinggi yaitu 8,32 m3. Plot ulangan II lebih sedikit menghasilkan kayu produksi dibandingkan plot ulangan I padahal kayu yang diperkirakan dapat dimanfaatkan pada plot ulangan II lebih besar dibanding plot ulangan I, sehingga persentase kayu yang dimanfaatkan pada plot ulangan II hanya 80,74%. Pada tabel 1 dilihat pula bahwa volume limbah yang dihasilkan sebesar 0,51 m3. Volume limbah pada plot ulangan III lebih besar daripada plot ulangan I dan II. Besarnya volume limbah pada plot ulangan III disebabkan karena letak plot ulangan III berada pada kemiringan lereng yang beragam, selain itu sebagian pohon yang ditebang berbatasan langsung dengan jalan pengangkutan, sehingga pohon yang direbahkan mengalami benturan langsung dengan lereng dan jalan pengangkutan yang menyebabkan kayu patah dan mengurangi volume kayu yang dapat diproduksi.
25
Plot I Plot II Plot III
V
Kayu diperkirakan dapat dimanfaatkan Kayu produksi Limbah
yang paling sedikit pula yaitu 0,46 m3. Limbah yang sedikit ini disebabkan karena pada kegiatan penebangan pohon dilakukan sekaligus dalam satu plot ulangan penelitian, sementara plot ulangan II dan III ditebang sedikit demi sedikit atau bertahap. Penebangan yang dilakukan sekaligus menyebabkan semakin rendah kemungkinan pohon yang direbahkan bertubrukan dengan pohon lain dan patah. Untuk melihat perbedaan ketiga plot ulangan secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 4 dan persentase kayu pada Gambar 5.
Gambar 4. Grafik volume kayu diperkirakan dapat dimanfaatkan, kayu produksi, dan limbah
Gambar 5. Grafik persentase total kayu yang diperkirakan dapat dimanfaatkan, kayu produksi, dan limbah
Dalam perhitungan limbah didapati bahwa jumlah total limbah adalah 1,46 m3 dan total 135 pohon, maka didapati jumlah rata-rata potensi limbah ini adalah 0,01 m3/ pohon. Jumlah potensi ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap pohon memiliki potensi limbah 0,01 m3.
Kurangnya volume dari kayu yang diperkirakan dapat dimanfaatkan dengan kayu produksi diakibatkan oleh adanya bagian kayu yang tidak dimanfaatkan atau disebut limbah. Limbah-limbah tersebut dapat berupa tunggak, batang atas, cabang dan ranting yang berdiameter lebih 3 cm dan panjang lebih 4 meter.
Perhitungan volume limbah tunggak dan batang atas dilakukan dengan menggunakan rumus brereton. Data yang dibutuhkan yaitu data diameter pangkal, ujung, dan panjang tunggak ataupun batang atas. Pengambilan data dilakukan menggunakan pita ukur, sehingga untuk perhitungan diameter harus dibagi 3,14 karena data yang diperoleh merupakan data keliling kayu. Semua data diameter pangkal, diameter ujung, dan panjang yang didapat dari hasil penelitian diolah dengan menggunakan rumus brereton untuk mecari volume limbah seiap kayu. Volume limbah tersebut dijumlahkan untuk memperoleh volume total limbah dalam setiap plot ulangan. Data kemudian diproses dengan menggunakan rumus brereton.
27
Plot I Plot II Plot III
v
0,48m3. Plot ulangan III ada plot ulangan yang paling banyak menyimpan limbah sisa pemanenan. Pada plot ulangan ini limbah pemanenan total sebanyak 0,51 m3 dengan volume batang atas sebanyak 0,46 m3 dan tunggak sebanyak 0,05m3. Untuk perhitungan masing-masing limbah dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata (m3) dan persentase limbah pemanenan kayu (%)
No. Plot ulangan Jenis Limbah Tebangan Total Limbah
Tunggak Batang Atas
I 0,06 0,39 0,46
Untuk melihat perbandingan jumlah limbah tebangan pada setiap plot ulangan dalam grafik dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik perbandingan volume tunggak dan batang atas
penebangan dan dibiarkan hingga busuk agar bisa menjadi pupuk, padahal pemanfaatan limbah ini harusnya sudah dilakukan dengan baik karena memiliki manfaat yang banyak dan dapat dikelola agar lebih bernilai ekonomis tinggi.
Berikut merupakan gambar limbah tunggak dan limbah batang atas yang didapati di petak tebang
A B
Gambar 7. A) limbah tunggak B) limbah batang atas
29
banyak dalam satu pengangkutan karna kayu dalam pengiriman berbentuk kayu bulat yang mudah disusun pada truck. Untuk melihat perbandingan persentase volume limbah tunggak dan volume batang atas dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Grafik perbandingan perentasi limbah tunggak dan limbah batang atas
Berdasarkan pengamatan di lapangan, limbah ini terjadi akibat kurang efisiennya kegiatan pemanenan yang dilakukan atau disebut sebagai faktor teknis, seperti:
1. Kurang profesionalnya pekerja
Seperti ketidakseriusan dalam melakukan pemotongan batang akibatnya tunggak yang diambil terlalu panjang selain itu limbah juga dapat terjadi akibat orang yang bertugas sebagai helper tidak mengarahkan kayu ke arah rebah yang tepat, sehingga kayu mengalami patah saat penebangan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Tunggak dipotong terlalu panjang
2. Kurang merawat alat penebangan
Perawatan pada alat juga perlu diperhatikan. Pada kegiatan pemanenan kayu sering terjadi masalah karena alat yang dipakai berhenti bekerja akibat kurangnya perawatan alat pemanenan kayu. Misalnya gergaji chain saw tidak ditajamkan terlebih dahulu, mesin chain saw terkena air hujan. Ketika mesin berhenti bekerja, biasanya kayu harus dipotong dengan kampak, hal ini menyebabkan adanya bagian kayu komersil tapi menjadi limbah. Contohnya dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Alat yang dipakai lengket di batang kayu
3. Salah menentukan arah rebah
31
sehingga kayu mengalami kerusakan. Padahal banyak kayu yang seharusnya dapat dimanfaatkan menjadi kurang dimanfaatkan akibat kurangnya penguasaan teknik kerja. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Salah menentukan arah rebah
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dan ditemukan dalam penelitian ini juga dikemukanan oleh Sastrodimedjo dan Simarmata (1978) dalam Sasmita (2003), terjadinya limbah tebangan yang cukup besar disebabkan bisa oleh :
1. Kesalahan dalam melaksanakan teknik penebangan
2. Pembuatan takik rebah dan takik balas yang kurang benar dapat menyebabkan bagian pangkal pohon tercabut, retak atau yang disebut barber chair. Dengan demikian akan mengurangi batang yang seharusnya dapat dipakai.
3. Kesalahan dalam menentukan arah rebah pohon
4. Dalam melaksanakan penebangan, pada umumnya operator chainsaw belum memperhatikan arah rebah yang baik. Oleh karena itu sering terjadi rebah ke arah jurang, menimpa batang lain, selokan, tunggak dan lain-lain, sehingga batang menjadi retak atau pecah. Disamping itu sering pohon yang ditebang menimpa dan merusak tegakan tinggal.
6. Sering kali terjadi ketidaklancaran hubungan antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain. Kegiatan penebangan dan penyaradan seolah-olah bekerja sendiri-sendiri, sehingga dapat menyebabkan kayu yang ditebang tidak disarad atau baru disarad setelah beberapa waktu kemudian karena tidak diketahui letaknya oleh penyarad.
Faktor Eksploitasi
Faktor eksploitasi adalah menghitung volume pohon yang diambil dari banyaknya volume limbah pada suatu penebangan. Nilai faktor eksploitasi sangat bergantung dari besarnya limbah yang terjadi pada pohon yang ditebang. Semakin besar limbah pemanenan yang terjadi berarti faktor eksploitasi makin kecil sehingga tingkat pemanfaatan kayu pun semakin kurang effisien. Nilai Faktor eksploitasi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Faktor eksploitasi per plot ulangan pemanenan
Faktor eksploitasi limbah pemanenan kayu dapat terjadi karena faktor alam, keadaan pohon atau karena kesalahan teknis penebangan sehingga mengurangi volume yang seharusnya dimanfaatkan dari suatu pohon. Nilai rata-rata faktor eksploitasi pada penelitian ini adalah 0,84. Menurut Mansur et al, (2013) kegiatan penebangan yang baik adalah yang tidak menyisakan limbah
No. Plot
33
pemanenan. Pengukuran terhadap volume kayu tebangan adalah suatu kegiatan untuk dapat memprediksi besaran limbah yang tertinggal di lokasi penebangan. Volume pohon yang diharapkan termanfaatkan, volume batang termanfaatkan, dan faktor eksploitasi. Nilai Fe yang rendah dapat mengindikasikan bahwa semakin banyak volume pohon seharusnya termanfaatkan dengan baik agar menjadi limbah pemanenan. Semakin tinggi nilai Fe maka akan semakin baik, karena mengindikasikan semakin minimnya limbah kayu yang dihasilkan.
Nilai faktor eksploitasi yang paling baik adalah 1. Tetapi untuk mencapai nilai faktor eksploitasi 1 tidak mungkin, karena adanya limbah pemanenan kayu baik akibat faktor alam dan faktor teknis. Untuk menghindari limbah yang diakibatkan oleh faktor alam, perusahaan ini selalu berusaha mengurangi limbah dengan cara mebuat klon spesie Eukaliptus yang dapat dimanfaatkan dari tajuk hingga akan setiap tahun. Salah satu spesies yang dikembangkan adalah Eucalyptus hybrid (IND-47). Dan untuk faktor teknis, perusahaan ini memberikan
pelatihan khusus bagi setiap karyawan dalam organisasi penebangan kayu.
Menurut Idris dan Wesman (1995); diacu dalam Sari (2009) menyatakan bahwa tinggi rendahnya faktor eksploitasi dipengaruhi oleh :
1. Faktor non teknis, terdiri dari keadaan lapang, sifat kayu, cacat kayu, penyebaran, kerapatan tegakan dan situasi pemasaran.
2. Faktor teknis yang dapat dibagi menjadi :
a. Pengorganisasian dan koordinasi antara penebang, penyarad dan juru ukur, perencana hutan, peralatan pengangkutan log, kemampuan memproses dan memanfaatkan kayu di industri, keterampilan penebang dan penyarad, pengawasan aparat dan petugas perusahaan, penetapan kualitas, kondisi jalan angkutan.
b. Kebijakan perusahaan dan tujuan pemasaran.
c. Kebijakan pemerintah dan aturan-aturan ke industri dan pemukiman masyarakat setempat.
Dalam Pratini (2010) mengatakan bahwa Volume yang seharusnya dapat dimanfaatkan dari satu pohon yang ditebang adalah 100 %, tetapi pada saat penebangan dilakukan terjadi limbah kayu baik karena faktor alam, keadaan pohon, atau karena kesalahan teknis penebangan. Faktor alam dalam penelitian ini berupa kondisi tanah, unsur hara, faktor lingkungan yang mempengaruhi keadaan pohon termasuk tinggi dan diameter pohon. Untuk itu dilakukan analisis regresi linier berganda untuk melihat pengaruh tinggi dan diameter terhadap banyaknya limbah pemanenan.
Hubungan Tinggi Dan Diameter Kayu Terhadap Volume Limbah
35
dengan software statistical product service solution (SPSS). Semua data yang diperoleh dimasukkan dalam SPSS dengan variabel bebas adalah tinggi dan diameter pohon sedangkan variabel terikatnya adalah volume limbah. Analisis data ini dilakukan dengan selang kepercayaan 95%. Nilai signifikansi dibawah 0,05 menyatakan bahwa variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Berikut hasil dari analisis regresi pada setiap plot ulangan. Untuk melihat model korelasi pada setiap plot ulangan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh tinggi dan diamter kayu terhadap volume limbah
Model regresi
R-Melihat pada modelnya, dapat diperkirakan bahwa tinggi dan diameter berpengaruh positif terhadap kenaikan volume limbah, artinya setiap kenaikan tinggi dan diameter akan menambah volume limbah itu sendiri. Pada penelitan ini, setiap petak tebang dibuat model regresinya, tujuannya untuk membandingkan besarnya pengaruh tinggi dan diameter terhadap volume limbah pada setiap plot ulangan dalam petak tebang.
dilakukan untuk menguji besar pengaruh tiap-tiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari pengujian ini didapatkan bahwa tinggi adalah variabel yang paling berpengaruh pada volume limbah. Hal ini dilihat dari nilai uji T tinggi yang mencapai 0,716 lebih tinggi dari nilai uji T diameter yang hanya mencapai 0,488.
Faktor yang dianalisis dalam analisis data ini adalah besar pengaruh dari tinggi dan diameter terhadap kenaikan volume limbah. Diameter dan panjang kayu merupakan dimensi yang digunakan untuk mengukur besar volume limbah, sehingga diameter dan panjang pasti merupakan faktor yang berpengaruh terhadap volume limbah. Sedangkan faktor lain yang dimaksud dapat berupa faktor teknis ataupun faktor alam. Hal ini juga dikemukakan oleh Partiani (2010) yang menyatakan bahwa secara garis besar limbah pemanenan kayu disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor teknis. Pada penelitian ini faktor alam yang mempengaruhi besarnya limbah pemanenan kayu adalah kemiringan lereng petak tebang (topografi), kerapatan tegakan, dimensi kayu, jenis kayu, keadaan tanah dan keadaan cuaca.
37
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari hasil identifikasi limbah, dapat diketahui bahwa jenis limbah di petak pemanenan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele adalah tunggak dan batang atas.
2. Potensi limbah pemanena kayu di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk rata-rata adalah sebesar 0,01 m3/ pohon.
3. Total faktor eksploitasi pada Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Tele adalah 0,84.
4. Tinggi dan diameter berpengaruh nyata terhadap kenaikan volume limbah sebanyak 68%.
Saran
1. Sebaiknya dilakukan pengawasan dan pelatihan bagi setiap operator chainsaw ataupun helper agar pemanenan kayu lebih efisien dan ekonomis.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat besar potensi limbah pada areal TPn dan di sektor lain PT. Toab Pulp Lestari.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemanenan Hasil Hutan
Conway (1982) dalam Fadhli (2005) menjelaskan bahwa pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaan atau pengolahan kayu. Kegiatan pemanenan kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:
1. Penebangan, yaitu mempersiapkan kayu seperti menebang pohon serta memotong kayu sesuai dengan ukuran batang untuk disarad.
2. Penyaradan, yaitu usaha untuk mengangkut kayu dari tempat penebangan ketepi jalan angkutan.
3. Pengangkutan, yaitu usaha untuk mengangkut kayu dari hutan ketempat penimbunan atau pengolahan kayu.
4. Penimbunan, yaitu usaha untuk menyimpan kayu dalam keadaan baik sebelum digunakan atau dipasarkan, dalam keadaan ini termasuk pemotongan ujung-ujung kayu yang pecah atau kurang rata sebelum ditimbun.
Conwey (1982) dalam Sari (2009) menjelaskan bahwa kegiatan pemanenan kayu meliputi kegiatan-kegiatan :
1. Penebangan
4
Kegiatan penebangan kayu pada hutan alam dilakukan dengan menggunakan batas diameter dimana pohon-pohon yang boleh ditebang adalah pohon-pohon dengan diameter sama atau lebih besar dari 50 cm untuk hutan produksi tetap dan diatas 60 cm untuk hutan produksi terbatas. Sebelum dilakukan penebangan, perlu dilakukan penentuan arah rebah yang tepat untuk mengatasi kerusakan yang mungkin akan timbul menjadi seminimal mungkin. Arah rebah yang benar akan menghasilkan kayu yang sesuai dengan yang diinginkan dan kecelakaan kerja dapat dihindari serta dapat menekan terjadinya kerusakan lingkungan.
2. Penyaradan
Penyaradan merupakan suatu kegiatan untuk memindahkan kayu dari tempat penebangan (petak tebang) ke tempat pengumpulan kayu sementara (TPn) yang terletak di pinggir jalan angkutan. Penyaradan merupakan tahap awal dari kegiatan pengangkutan kayu dimana penyaradan disebut sebagai Minor Transportation. Tujuan dari kegiatan penyaradan adalah memindahkan kayu dengan cepat dan murah.
3. Muat Bongkar Kayu Pemuatan Kayu
4. Pengangkutan
Pengangkutan kayu merupakan kegiatan memindahkan log/kayu dari tempat tebangan sampai tujuan akhir yaitu TPK atau pabrik atau logpond atau logyard ataupun langsung ke konsumen. Kegiatan pengangkutan ini disebut dengan istilah major transportation.
Juta (1954) dalam Puspitasari (2005) menyebutkan pemanenan hutan dengan menggunakan istilah pemungutan hasil hutan, yaitu pemungutan hasil hutan berupa kayu merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan penebangan, penggarapan batang, penyaradan, pengangkutan, penimbunan, dan penjualan hasil hutan dengan tujuan mencukupi kebutuhan konsumen akan kayu.Pemanenan hutan dimaksudkan untuk memanfaatkan hutan dari segi ekonomi, ekologi, dan sosial. Adapun tujuan dari kegiatan pemanenan adalah memaksimalkan nilai kayu, mengoptimalkan pasokan bahan baku industri, meningkatkan kesempatan kerja dan mengembangkan ekonomi daerah.
Limbah Pemanenan
Batasan pengertian limbah penebangan adalah bagian pohon yang ditebang sampai batas diameter tertentu karena sesuatu hal ditinggalkan di hutan padahalsesungguhnya masih dapat dimanfaatkan dengan teknologi yang ada.Berdasarkan pengamatan di lapangan, limbah yang ditimbulkan kegiatan pemanenandi hutan tanaman biasanya digunakan sebagai bahan bakar pabrik yang ada di sekitarhutan, dan sebagian sisa limbah tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan (Sukadaryati dkk, 2005).
6
dalam hutan. Limbah ini merupakanlimbah organik berupa batang kayu yang tidakberbahaya terhadap lingkungan tetapi besarnyalimbah ini menunjukkan tingkat efisiensi pemanenanhutan. Batang pohon tidak seluruhnya dikeluarkandari hutan tetapi sebagian ditinggalkan didalam hutansebagai limbah kayu. Limbah kayu atau limbahpembalakan didefinisikan sebagai kayu yang tidakatau belum dimanfaatkan pada kegiatan pemanenanhutan yang berasal dari pohon yang boleh ditebangberupa sisa pembagian batang, tunggak, ranting danpucuk. Limbah pemanenan hutan berupa kayu dapatberbentuk tunggak, batang, cabang dan potonganpendek yang dapat terjadi di petak tebang, tempatpengumpulan kayu (TPn) dan tempat penimbunan kayu (TPk).
Waste atau wood waste diartikan sebagai sisa-sisa atau bagian kayu yang
dianggap tidak bernilai ekonomis lagi dalam suatu proses tertentu, pada waktu dan tempat tertentu, namun mungkin masih bisa dimanfaatkan pada proses yang berbeda, pada waktu dan tempat yang berbeda pula. Limbah pemanenan kayu adalah bagian dari pohon yang ditebang yang tidak dapat dimanfaatkan karena adanya cacat dan rusak berdiameter kecil serta panjang tidak memenuhi syarat untuk tujuan penggunaan tertentu, termasuk juga bagian pohon pada tegakan tinggal yang menjadi rusak karena kegiatan penebangan, penyaradan dan pembuatan jalan hutan (Direktorat Jenderal Kehutanan (1973)
seperti di TPn atau TPK (di hutan jati), atau di logdeck dan logpond (di hutan rimba di luar Jawa).
Meulenhoff (1972); dalam Fadhli (2005) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan limbah atau sisa kayu ialah :
1. Tunggak-tunggak yang berbanir maupun yang tidak berbanir.
2. Ujung pohon atau bagian pohon diatas batang bebas cabang, termasuk cabang dan ranting.
3. Sisa batang bebas cabang setelah dipotong-potong dengan panjang tertentu. 4. Kayu bulat yang tidak memenuhi syarat pengujian kayu karena cacat, bengkok
atau pecah.
5. Pohon-pohon yang belum dikenal atau yang belum ada pemasarannya (non komersil).
6. Pohon-pohon lain yang rusak akibat kegiatan penebangan.
Sisa kayu banyak terdapat di hutan dan di TPn disebabkan karena upaya memperoleh kayu bulat dengan kualitas ekspor, dimana untuk menghasilkan sortimen berkualitas tinggi tersebut sering dilakukan dengan memotong batang untuk mendapat ukuran tertentu dan membuang bagian-bagian yang rusak dan bercacat, sehingga menimbulkan sisa berupa limbah.
Klasifikasi Limbah Pemanenan Kayu
Direktorat Jenderal Kehutanan 1973 menyatakan bahwa berdasarkan pengerjaan kayunya (wood processing), limbah kayu dapat dibedakan menjadi logging waste yaitu limbah akibat kegiatan pemanenan dan processing wood
waste, yaitu limbah yang diakibatkan oleh kegiatan industri kayu seperti pada
8
Sastrodimedjo dan Simarmata 1978 dalam Sasmita (2003) mnyatakan bahwa berdasarkan tempat terjadinya limbah dapat dibedakan menjadi:
a. Limbah yang terjadi di areal tebangan (cutting area), limbah tebangan ini dapat berupa kelebihan tunggak dari yang diijinkan, bagian batang dari pohon yang rusak, cacat, potongan-potongan akibat pembagian batang dan sisa cabang dan ranting.
b. Limbah yang terjadi di tempat pengumpulan kayu (TPn), batang-batang yang tidak memenuhi syarat baik kualitas maupun ukurannya.
c. Limbah yang terjadi di tempat penimbunan kayu (TPK), umumnya terjadi karena penolakan oleh pembeli karena log sudah terlalu lama disimpan sehingga busuk, pecah dan terserang jamur.
dilakukan di petak tebang menyebabkan besarnya limbah yang terjadi di petak tebang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa limbah yang terjadi akibat kegiatan pemanenan sebagian besar tejadi di petak tebang (Partiani, 2010).
Hidayat (2000) menyatakan bahwa limbah digolongkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan bentuknya
a. Berupa pohon hidup yang bernilai komersial namun tidak dipanen meskipun dari segi teknis memungkinkan.
b. Berupa bagian batang bebas cabang yang terbuang akibat berbagai faktor, seperti teknis, fisik, biologi dan lain-lain.
c. Berupa sisa bagian pohon yaitu dahan, ranting, maupun tunggak. d. Berupa sisa produksi atau akibat proses produksi.
2. Berdasarkan pengerjaan (processing) kayunya.
a. Logging waste, yaitu limbah akibat kegiatan eksploitasi yang dapat berupa kayu-kayu tertinggal di hutan, ditempat pengumpulan atau penimbunan.
b. Processing wood waste, yaitu limbah yang diakibatkan oleh kegiatan industri kayu, seperti pada pabrik penggergajian, plywood dll.
3. Berdasarkan tempat terjadinya.
a. Limbah yang terjadi di tempat penebangan.
b. Limbah yang terjadi di tempat pengumpulan kayu. c. Limbah yang terjadi di logpond.
10
1.Limbah tunggak. Tunggak adalah bagian pangkal pohon yang berada di bawah takik rebah pohon. Tunggak dari hasil kegiatan penebangan pohon rata-rata lebih tinggi daripada batas yang disarankan untuk hutan alam, yaitu 40 cm ke atas permukaan tanah. Tinggi tunggak yang terdapat pada areal penelitian rata-rata 1,3 m. Kelebihan tinggi tunggak merupakan limbah tunggak yang dapat dihindari melalui pelatihan dan pengawasan. Penebang memilih membuat takik rebah yang tinggi untuk kenyamanan pada saat menebang. Selain itu, penebang kurang tertarik membuat takik rebah serendah mungkin karena pertambahan premi yang diharapkan dari pertambahan volume tersebut tidak terlalu besar. 2. Limbah batang bebas cabang adalah bagian batang utama yang dianggap
limbah apabila kondisi fisik batang mengadung cacat atau rusak akibat kegiatan pemanenan kayu. Limbah batas bebas cabang dapat berupa potongan pendek yang dihasilkan karena adanya trimming di pangkal dan di ujung. Limbah batang bebas cabang dapat juga berupa kayu bulat panjang dalam keadaan tidak cacat atau rusak, tetapi sengaja ditinggalkan karena faktor kesulitan, waktu, dan biaya.
3. Limbah batang di atas cabang adalah bagian batang dari cabang pertama sampai tajuk yang merupakan perpanjangan dari batang utama. Limbah batang di atas cabang yang ditemukan di areal penelitian berdiameter lebih dari 30 cm dengan panjang rata-rata mencapai 4 m.
Widarmana, et al (1973); dalam Sari (2009) menjelaskan bahwa macam atau bentuk serta volume limbah pemanenan kayu itu berbeda-beda, tergantung pada :
1. Tingkat efisiensi pemanenan (secara manual atau mekanis).
2. Tujuan pemanenannya, kayu untuk industri dalam negeri, mendapatkan kayu untuk keperluan lokal, atau kayu untuk ekspor.
3. Jenis serta nilai kayunya (jati, rimba alam atau rimba tanaman).
4. Tempat atau lokasi serta fasilitas prasarana, misalnya jalan angkutan. Makin tinggi tingkat efisiensi pemanenan kayu, limbah yang dihasilkan akan semakin berkurang, begitu pula bila nilai ekonomis kayu dan aksesibilitas hutan tinggi.
Soewito (1980); dalam Puspitasari (2005) mengemukakan bahwa limbah kayu akibat pemanenan di areal tebangan berasal dari dua sumber yaitu bagian dari pohon yang ditebang yang seharusnya dapat dimanfaatkan tetapi tidak diambil dan berasal dari tegakan tinggal yang rusak akibat dilakukannya kegiatan pemanenan kayu. Limbah dari pohon yang ditebang terjadi karena pengusaha hanya mengambil bagian kayu yang dianggap terbaik saja sesuai dengan persyaratan ukuran dan kualitas.
Pemanfaatan Limbah Pemanenan
Kelayakan pemanfaatan limbah pemanenan tergantung pada dua faktor utama, yaitu :
12
2. Nilai produk yang dihasilkan dari limbah pemanenan relatif terhadap biaya pengolahan dan penerimaan (Timson 1980, dalam Budiaman 2001).
Dewasa ini terdapat beberapa bentuk kemungkinan industri pemanfaatan limbah kayu seperti : industri papan partikel, papan serat, papan blok, papan sambungan, papan laminasi, moulding, dowel, furniture, pulp dan kertas, serta industri arang kayu (Direktorat Pengolahan Hasil Hutan, 1989 dalam Vriandarhenny, 2012).
Faktor Yang Mempengaruhi Limbah
Menurut Sastrodimedjo dan Simarmata (1978); dalam Sasmita (2003), menyatakan bahwa limbah eksploitasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1.Topografi berkaitan dengan kemungkinan dapat atau tidaknya kayu untuk ditebang dan dimanfaatkan, kesulitan dalam mengeluarkan kayu sehingga ditinggal dan tidak dimanfaatkan.
2.Musim berpengaruh terhadap keretakan batang-batang yang baru ditebang, pada musim kemarau kayu akan lebih mudah pecah karena udara kering.
3.Peralatan, pemilihan macam dan kapasitas alat yang keliru dapat mengakibatkan tidak seluruh kayu dapat dimanfaatkan dan terpaksa sebagian ditinggal.
4. Cara kerja, penguasaan teknik kerja yang baik akan mempengaruhi volume limbah yang terjadi.
6. Organisasi kerja, kurangnya sinkronisasi antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain dapat menyebabkan tidak lancarnya kegiatan bahkan dapat ditinggal dan tidak sampainya kayu ke tempat yang dituju pada waktu yang telah ditentukan, menyebabkan menurunnya kualitas kayu.
7. Permintaan pasaran, adanya syarat-syarat tertentu yang ditentukan oleh pasar. Terjadinya limbah tebangan yang cukup besar disebabkan oleh :
a. Kesalahan dalam melaksanakan teknik penebangan
b. Pembuatan takik rebah dan takik balas yang kurang benar dapat menyebabkan bagian pangkal pohon tercabut, retak atau yang disebut barber chair. Dengan demikian akan mengurangi batang yang seharusnya dapat dipakai.
c. Kesalahan dalam menentukan arah rebah pohon
d. Dalam melaksanakan penebangan, pada umunya operator chainsaw belum memperhatikan arah rebah yang baik. Oleh karena itu sering terjadi rebah kearah jurang, menimpa batang lain, selokan, tunggak dan lain-lain, sehingga batang menjadi retak atau pecah. Disamping itu sering pohon yang ditebang menimpa dan merusak tegakan tinggal.
e. Kesalahan dalam pemotongan batang
f. Karena diperkirakan tidak kuat disarad sekaligus, maka pohon-pohon tersebut sering kali dipotong menjadi beberapa batang. Pekerjaan demikian ini dikerjakan sendiri oleh blandong tebang tanpa bantuan pengukur, sehingga menimbulkan limbah.
14
h. Sering kali terjadi ketidaklancaran hubungan antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain. Kegiatan penebangan dan penyaradan seolah-olah bekerja sendiri-sendiri, sehingga dapat menyebabkan kayu yang ditebang tidak disarad atau baru disarad setelah beberapa waktu kemudiankarena tidak diketahui letaknya oleh penyarad.
Faktor Eksploitasi
Faktor eksploitasi (fe) adalah menghitung volume pohon yang diambil dari banyaknya volume limbah pada suatu penebangan. Nilai faktor eksploitasi sangat bergantung dari besarnya limbah yang terjadi pada pohon yang ditebang. Apabila dalam suatu penebangan dari suatu pohon terjadi limbah yang besar maka faktor eksploitasi dari pohon tersebut kecil, dan sebaliknya. Volume yang seharusnya dapat dimanfaatkan dari satu pohon yang ditebang adalah 100 %, tetapi pada saat penebangan dilakukan terjadi limbah kayu baik karena faktor alam, keadaan pohon, atau karena kesalahan teknis penebangan (Patriani, 2010).
Kegiatan penebangan yang baik adalah yang tidak menyisakan limbah pemanenan. Pengukuran terhadap volume kayu tebangan adalah suatu kegiatan untuk dapat memprediksi besaran limbah yang tertinggal di lokasi penebangan. Volume pohon yang diharapkan termanfaatkan, volume batang termanfaatkan, dan faktor eksploitasi. Nilai Fe yang rendah dapat mengindikasikan bahwa semakin banyak volume pohon seharusnya termanfaatkan dengan baik agar menjadi limbah pemanenan. Semakin tinggi nilai Fe maka akan semakin baik, karena mengindikasikan semakin minimnya limbah kayu yang dihasilkan (Mansur et al, 2013)
Menurut Idris dan Wesman (1995); dalam Sari (2009) menyatakan bahwa tinggi rendahnya faktor eksploitasi dipengaruhi oleh :
1. Faktor non teknis, terdiri dari keadaan lapang, sifat kayu, cacat kayu,penyebaran, kerapatan tegakan dan situasi pemasaran.
2. Faktor teknis yang dapat dibagi menjadi :
a. Pengorganisasian dan koordinasi antara penebang, penyarad dan juru ukur, perencana hutan, peralatan pengangkutan log, kemampuan memproses danmemanfaatkan kayu di industri, keterampilan penebang dan penyarad,pengawasan aparat dan petugas perusahaan, penetapan kualitas, kondisijalan angkutan.
b. Kebijakan perusahaan dan tujuan pemasaran.
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Hutan merupakan suatu ekosistem yang memiliki banyak manfaat bagi manusia. Hutan menyediakan kebutuhan hidup manusia mulai dari kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Untuk itu hutan harus dikelola secara baik dan berkesinambungan untuk memenuhi kesejahtraan masyarakat Indonesia baik generasi sekarang ataupun yang akan datang.
Seiring dengan pertambahan penduduk indonesia maka hutan alam tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan manusia. Hutan banyak dibuka untuk kebutuhan manusia akan tempat tinggal, perkebunan, pertanian, dan lain sebagainya. Hutan alam berkurang deratistis luasnya dari tahun ke tahun. Sementara kebutuhan bahan baku industri akan kayu terus meningkat. Ini berarti tidak adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran bahan baku industri.
pembersihan lahan, penyiapan lahan, pembibitan, penanaman,pemeliharaan dan pemanenan.
Aspek yang diamati dalam penelitian ini adalah kegiatan pemanenan kayu. Pemanenan biasanya akan menghasilkan limbah. Limbah tersebut dapat berupa daun, kulit kayu, dan ranting-ranting pohon. Limbah ini dapat dikelola menjadi barang-barang yang bernilai guna, dan dapat dijual kembali. Tapi pada umumnya limbah-limbah ini tidak dikelola oleh perusahaan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang identifikasi dan pengukuran potensi limbah pemanenan kayu serta kemungkinan pemanfaatan limbah kayu tersebut, sehingga limbah kayu ini dapat dimanfaatkan, baik sebagai sumber energi alternatif maupun sebagai bahan baku industri.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Menghitung potensi limbah pemanenan kayu di lokasi penebangan PT. Toba Pulp Lestari yang terjadi di petak tebang.
2. Menghitung faktor eksploitasi pemanenan Eukaliptus klon ind 47 hutan tanaman industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
3. Menghitung besar pengaruh tinggi dan diameter pohon terhadap limbah pemanenan kayu.
Manfaat:
Manfaat dari penelitian ini adalah:
i ABSTRACT
SEPTRINA AYU SIMANJORANG : Identification and Masurement of Potential Waste Wood Harvesting Eucalyptus hybrid (IND-47) in HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele, Sumatera Utara. Guested by MUHDI and RIDWANTI BATUBARA.
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. is a company have concession of industrial forsetry permission. This company harvest Eukaliptus hybrid (IND-47) wood. This research was aimed to identify wood residues and know the volume of wood residues that was left in field area on planting forest harvesting, to count forest potential, to count eksploitation factor, and to know influence diameter and high tree for logging weste in areas of PT. Toba Pulp Lestari,Tbk estate Tele, North Sumatera in December 2015. The study showed that the potential of volume timber harvesting was 0,01 m3/ tree ,with 0,84 eksploitation factors. Beside it, this studyghas show that diameter and high tree have influence logging weste.
ABSTRAK
SEPTRINA AYU SIMANJORANG : Identifikasi Dan Pendugaan Potensi Limbah Pemanenan Kayu Eucalyptus hybrid (IND-47) di HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele, Sumatera Utara. Dibimbing oleh MUHDI dan RIDWANTI BATUBARA.
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. adalah suatu perusahaan yang memiliki ijin konsesi pengelolaan hutan tanaman indusri. Perusahaan ini melakukan kegiatan pemanenan kayu Eukaliptus hybrid (IND-47). Penelitian ini bertujuan untuk megindetifikasi jenis-jenis limbah pemanenan kayu, menghitung potensinya, menghitung faktor eksploitasi, dan melihat berpengaruh atau tidak diameter dan tinggi pohon terhadap volume limbah di Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Tele, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2015. Pada penelitian ini didapati bahawa potensi limbah pemaenan kayu di prusahaan ini adalah 0,01 m3/ pohon dengan faktor ekploitasi sebesar 0,84. Selain itu, dari penelitian ini juga diketahui bahwa tinggi dan diameter pohon berpengaruh terhada petrambahan volume limbah.
1
IDENTIFIKASI DAN PENDUGAAN POTENSI LIMBAH HASIL
PEMANENAN KAYU Eucalyptus hybrid(IND-47) di HTI PT. Toba Pulp
Lestari ,Tbk, Sektor Tele, Sumatera Utara
SKRIPSI
Oleh:
Septrina Ayu Simanjorang 121201150
Manajemen Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
SEPTRINA AYU SIMANJORANG : Identification and Masurement of Potential Waste Wood Harvesting Eucalyptus hybrid (IND-47) in HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele, Sumatera Utara. Guested by MUHDI and RIDWANTI BATUBARA.
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. is a company have concession of industrial forsetry permission. This company harvest Eukaliptus hybrid (IND-47) wood. This research was aimed to identify wood residues and know the volume of wood residues that was left in field area on planting forest harvesting, to count forest potential, to count eksploitation factor, and to know influence diameter and high tree for logging weste in areas of PT. Toba Pulp Lestari,Tbk estate Tele, North Sumatera in December 2015. The study showed that the potential of volume timber harvesting was 0,01 m3/ tree ,with 0,84 eksploitation factors. Beside it, this studyghas show that diameter and high tree have influence logging weste.
ii ABSTRAK
SEPTRINA AYU SIMANJORANG : Identifikasi Dan Pendugaan Potensi Limbah Pemanenan Kayu Eucalyptus hybrid (IND-47) di HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele, Sumatera Utara. Dibimbing oleh MUHDI dan RIDWANTI BATUBARA.
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. adalah suatu perusahaan yang memiliki ijin konsesi pengelolaan hutan tanaman indusri. Perusahaan ini melakukan kegiatan pemanenan kayu Eukaliptus hybrid (IND-47). Penelitian ini bertujuan untuk megindetifikasi jenis-jenis limbah pemanenan kayu, menghitung potensinya, menghitung faktor eksploitasi, dan melihat berpengaruh atau tidak diameter dan tinggi pohon terhadap volume limbah di Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sektor Tele, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2015. Pada penelitian ini didapati bahawa potensi limbah pemaenan kayu di prusahaan ini adalah 0,01 m3/ pohon dengan faktor ekploitasi sebesar 0,84. Selain itu, dari penelitian ini juga diketahui bahwa tinggi dan diameter pohon berpengaruh terhada petrambahan volume limbah.
RIWAYAT HIDUP
Septrina Ayu Simanjorang. Dilahirkan di Kabanjahe, Sumatera Utara pada 03 September 1995, anak keempat dari empat bersaudara dari Ayahanda Kisman Simanjorang, SP dan Ibunda St. Sumiati br Girsang. Pada tahun 2006 penulis menyelasaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Impres No.043936 Merek Situnggaling, pada tahun 2009 lulus dari SMP Negeri 1 Merek, pada tahun 2012 lulus dari SMU Negeri 1 Tiga Panah, dan pada tahun yang sama penulis diterima kuliah di Universitas sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Program Studi Kehutanan, melalui jalur UMB-PTN dan memilih sub program studi Manajemen Hutan.
Selama mengenyam pendidikan, penulis aktif dalam beberapa organisasi di kampus. Organisasi yang pernah diikuti oleh penulis adalah HIMAS (Himpunan Mahasiswa Sylva) dan UKM KMK UP FP USU (Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Unit Pelayanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara). Penulis juga aktif sebagai asisten Laboratorium Hasil Hutan Non Kayu tahun 2014, asisten Pemanenan Hasil Hutan tahun 2016.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena oleh berkatNya, penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Judul dari penelitian ini adalah Identifikasi dan Potensi Limbah Hasil Pemanenan Kayu Eukaliptus Klon Ind 47di HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, Sektor Tele , Sumatera Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi limbah hasil pemanenan kayu di lokasi penebangan, menghitung faktor eksploitasi, dan mengetahui pengaruh tinggi dan diameter terhadap limbah pemanenan di HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, Sektor Tele , Sumatera Utara.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Muhdi, S.Hut, M.Si dan Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Penulis, mengucapkan terima kasih kepada orang tua, seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala doa dan perhatiannya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, Mei 2016
DAFTAR ISI
Klasifikasi Limbah Pemanenan Kayu ... 8
Pemanfaatan Limbah Pemanenan ... 12
Faktor Yang Mempengaruhi Limbah ... 13
Faktor Eksploitasi ... 15
Volume dan Presentase Limbah Pemanenan Kayu ... 24
Faktor Eksploitasi ... 34
Hubungan Diameter dan Tinggi Kayu Terhadap Volume Limbah ... 36
KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
DAFTAR PUSTAKA ... 40
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman 1 Volume kayu diperkirakan dapat dimanfaatkan, kayu
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1 Petak contoh penelitian ... 20
2 Pengukuran tunggak ... 20
3 Pengukuran volume batang atas, cabang, dan ranting ... 21
4 Grafik volume kayu diperkirakan dapat dimanfaatkan, kayu produksi, dan limbah ... 27
5 Grafik Persentase total kayu diperkirakan dapat dimanfaatkan, kayu produksi, dan limbah... 27
6 Grafik perbandingan volume tunggak dan batang atas ... 29
7 Limbah tunggak dan batang atas ... 30
8 Grafik persentase total volume tunggak dan batang atas ... 31
9 Tunggak dipotong terlalu panjang ... 32
10 Alat yang dipakai lengket di batang kayu ... 32
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman 1. Tabel Volume Kayu Diperkirakan Dapat Dimanfaatkan, Kayu
Produksi, dan Limbah ... 42
2. Tabel Volume Tunggak... 48
3. Tabel Volume Batang Atas ... 54