RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 69 PEREMPUAN BATAK KARO SD TIDAK BEKERJA
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 57 PEREMPUAN BATAK TOBA SD TIDAK BEKERJA
RA EKSTREMITAS ATAS NYERI RINGAN 48 PEREMPUAN BATAK KARO SMA PEKERJA SWASTA
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 37 PEREMPUAN BATAK KARO SD MANDIRI
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 47 LAKI-LAKI BATAK KARO SMP PEKERJA SWASTA
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI HEBAT 52 PEREMPUAN BATAK KARO SMA PEKERJA SWASTA
RA EKSTREMITAS ATAS NYERI SEDANG 56 LAKI-LAKI JAWA SMP MANDIRI
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 57 LAKI-LAKI BATAK KARO SD BURUH
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 51 PEREMPUAN JAWA SD TIDAK BEKERJA
RA EKSTREMITAS ATAS NYERI RINGAN 37 LAKI-LAKI MELAYU SMA PEKERJA SWASTA
RA EKSTREMITAS ATAS NYERI RINGAN 67 PEREMPUAN BATAK KARO TIDAK SEKOLAH TIDAK BEKERJA
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 57 LAKI-LAKI BATAK KARO TIDAK SEKOLAH MANDIRI
RA EKSTREMITAS ATAS NYERI RINGAN 57 PEREMPUAN JAWA SMA PENSIUN
RA EKSTREMITAS ATAS NYERI SEDANG 46 LAKI-LAKI BATAK KARO SD BURUH
OA VERTEBRA NYERI HEBAT 44 PEREMPUAN BATAK TOBA SMA PEKERJA SWASTA
OA VERTEBRA NYERI HEBAT 60 PEREMPUAN MELAYU SMP PENSIUN
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 57 PEREMPUAN BATAK TOBA SD TIDAK BEKERJA
OA VERTEBRA NYERI HEBAT 68 PEREMPUAN BATAK KARO SD TIDAK BEKERJA
OA VERTEBRA NYERI SEDANG 53 LAKI-LAKI BATAK KARO SD BURUH
OA VERTEBRA NYERI HEBAT 56 PEREMPUAN MELAYU SMP PENSIUN
RA EKSTREMITAS ATAS NYERI SEDANG 58 PEREMPUAN JAWA SMP TIDAK BEKERJA
RA VERTEBRA NYERI SEDANG 40 PEREMPUAN BATAK TOBA SMA PEKERJA SWASTA
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI RINGAN 53 PEREMPUAN BATAK TOBA SMP TIDAK BEKERJA
OA EKSTREMITAS BAWAH NYERI RINGAN 77 PEREMPUAN BATAK KARO TIDAK SEKOLAH TIDAK BEKERJA
RA EKSTREMITAS ATAS NYERI SEDANG 57 PEREMPUAN JAWA SD MANDIRI
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI RINGAN 55 PEREMPUAN BATAK KARO SMP TIDAK BEKERJA
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 68 PEREMPUAN JAWA TIDAK SEKOLAH TIDAK BEKERJA
OA VERTEBRA NYERI HEBAT 63 PEREMPUAN MELAYU SMP TIDAK BEKERJA
RA VERTEBRA NYERI SEDANG 48 LAKI-LAKI JAWA SMP BURUH
OA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 85 LAKI-LAKI JAWA TIDAK SEKOLAH TIDAK BEKERJA
RA EKSTREMITAS ATAS NYERI RINGAN 63 PEREMPUAN MELAYU SD TIDAK BEKERJA
RA VERTEBRA NYERI HEBAT 42 PEREMPUAN BATAK TOBA SMA PEKERJA SWASTA
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 62 PEREMPUAN BATAK KARO SMP TIDAK BEKERJA
RA EKSTREMITAS ATAS NYERI RINGAN 46 LAKI-LAKI BATAK TOBA SD BURUH
RA EKSTREMITAS ATAS NYERI SEDANG 57 LAKI-LAKI MELAYU TIDAK SEKOLAH BURUH
RA VERTEBRA NYERI SEDANG 56 PEREMPUAN BATAK KARO SMP TIDAK BEKERJA
RA EKSTREMITAS ATAS NYERI RINGAN 43 LAKI-LAKI BATAK KARO SD BURUH
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 68 LAKI-LAKI BATAK TOBA SMA PENSIUN
RA EKSTREMITAS ATAS NYERI SEDANG 31 PEREMPUAN BATAK KARO SD PEKERJA SWASTA
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 70 PEREMPUAN BATAK KARO TIDAK SEKOLAH TIDAK BEKERJA
OA EKSTREMITAS ATAS NYERI RINGAN 51 PEREMPUAN JAWA SMP TIDAK BEKERJA
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI RINGAN 29 PEREMPUAN MELAYU SD TIDAK BEKERJA
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI HEBAT 34 LAKI-LAKI BATAK TOBA SD BURUH
OA EKSTREMITAS ATAS NYERI RINGAN 54 PEREMPUAN BATAK TOBA SMA MANDIRI
OA VERTEBRA NYERI RINGAN 57 LAKI-LAKI MELAYU SMP PENSIUN
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 55 LAKI-LAKI BATAK KARO SMP PENSIUN
OA EKSTREMITAS ATAS NYERI HEBAT 58 PEREMPUAN BATAK TOBA SMA PEKERJA SWASTA
OA VERTEBRA NYERI HEBAT 82 PEREMPUAN JAWA TIDAK SEKOLAH TIDAK BEKERJA
RA EKSTREMITAS ATAS NYERI SEDANG 55 PEREMPUAN MELAYU SMP TIDAK BEKERJA
RA VERTEBRA NYERI HEBAT 62 PEREMPUAN BATAK KARO SMP PENSIUN
RA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 41 LAKI-LAKI BATAK TOBA SD BURUH
OA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 75 PEREMPUAN BATAK TOBA TIDAK SEKOLAH TIDAK BEKERJA
OA VERTEBRA NYERI SEDANG 44 PEREMPUAN BATAK KARO SMP TIDAK BEKERJA
OA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 42 LAKI-LAKI BATAK KARO SD MANDIRI
OA VERTEBRA NYERI HEBAT 53 PEREMPUAN MELAYU TIDAK SEKOLAH TIDAK BEKERJA
OA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 57 LAKI-LAKI BATAK KARO SMP PENSIUN
OA VERTEBRA NYERI SEDANG 68 PEREMPUAN BATAK TOBA SMP PENSIUN
RA EKSTREMITAS ATAS NYERI SEDANG 63 LAKI-LAKI BATAK TOBA SMA MANDIRI
OA EKSTREMITAS BAWAH NYERI SEDANG 57 PEREMPUAN BATAK KARO SMP TIDAK BEKERJA
Frequencies Statistics Jenis Penyakit Rematik Lokasi Nyeri Tingkat Nyeri Umur
Jenis
Kelamin Suku Pendidikan Pekerjaan
N Valid 63 63 63 63 63 63 63 63
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
Jenis Penyakit Rematik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid OA 22 34.9 34.9 34.9
RA 41 65.1 65.1 100.0
Total 63 100.0 100.0
Lokasi Nyeri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid EKSTREMITAS ATAS 19 30.2 30.2 30.2
VERTEBRA 17 27.0 27.0 57.1
EKSTREMITAS BAWAH 27 42.9 42.9 100.0
Total 63 100.0 100.0
Tingkat Nyeri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid NYERI RINGAN 16 25.4 25.4 25.4
NYERI SEDANG 33 52.4 52.4 77.8
NYERI HEBAT 14 22.2 22.2 100.0
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <30 1 1.6 1.6 1.6
31-40 5 7.9 7.9 9.5
41-50 13 20.6 20.6 30.2
51-60 26 41.3 41.3 71.4
61-70 12 19.0 19.0 90.5
71-80 4 6.3 6.3 96.8
>80 2 3.2 3.2 100.0
Total 63 100.0 100.0
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
umur 63 29 85 55.56 11.993
Valid N (listwise) 63
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid LAKI-LAKI 21 33.3 33.3 33.3
PEREMPUAN 42 66.7 66.7 100.0
Total 63 100.0 100.0
Suku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid BATAK KARO 27 42.9 42.9 42.9
BATAK TOBA 15 23.8 23.8 66.7
MELAYU 10 15.9 15.9 82.5
JAWA 11 17.5 17.5 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid TIDAK SEKOLAH 11 17.5 17.5 17.5
SD 20 31.7 31.7 49.2
SMP 21 33.3 33.3 82.5
SMA 11 17.5 17.5 100.0
Total 63 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid TIDAK BEKERJA 27 42.9 42.9 42.9
PEKERJA SWASTA 9 14.3 14.3 57.1
MANDIRI 7 11.1 11.1 68.3
BURUH 10 15.9 15.9 84.1
PENSIUN 10 15.9 15.9 100.0
Total 63 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Lokasi Nyeri * Jenis Penyakit
Rematik 63 100.0% 0 .0% 63 100.0%
Lokasi Nyeri * Jenis Penyakit Rematik Crosstabulation Jenis Penyakit Rematik
Total
OA RA
Lokasi Nyeri EKSTREMITAS ATAS Count 3 16 19
% of Total 4.8% 25.4% 30.2%
VERTEBRA Count 12 5 17
% of Total 19.0% 7.9% 27.0%
EKSTREMITAS BAWAH Count 7 20 27
% of Total 11.1% 31.7% 42.9%
Total Count 22 41 63
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 13.537a 2 .001
Likelihood Ratio 13.442 2 .001
Linear-by-Linear Association .140 1 .708
N of Valid Cases 63
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,94.
Crosstabs
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat Nyeri * Jenis
Penyakit Rematik 63 100.0% 0 .0% 63 100.0%
Tingkat Nyeri * Jenis Penyakit Rematik Crosstabulation Jenis Penyakit Rematik
Total
OA RA
Tingkat Nyeri NYERI RINGAN Count 4 12 16
% of Total 6.3% 19.0% 25.4%
NYERI SEDANG Count 8 25 33
% of Total 12.7% 39.7% 52.4%
NYERI HEBAT Count 10 4 14
% of Total 15.9% 6.3% 22.2%
Total Count 22 41 63
% of Total 34.9% 65.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 10.559a 2 .005
Likelihood Ratio 10.215 2 .006
Linear-by-Linear Association 6.490 1 .011
N of Valid Cases 63
DAFTAR PUSTAKA
Abeles, A.M., Park, J.Y., Pillinger, M.H., et al., 2007. Update on Gout: Pathophysiology and Potential Treatments. Current Pain and Headache
Reports volume 11: 440-446
Atiqah, F., 2011. Perbandingan Sensitivitas dan Spesifisitas Kadar CRP dan LED pada Pasien Rheumatoid Arthritis di RSUD DR. Pirngadi, Medan. Medan:
Universitas Sumatera Utara
Byrne, D.P., Mulhall, K.J., dan Baker, J.F., 2010. Anatomy & Biomechanics of the Hip. The Open Sports Medicine Journal volume 4: 51-57
Carmona, L., Villaverde, V. Hernandez-Garcia, C., et al., 2001. The Prevalence of Rheumatoid Arthritis in the General Population of Spain. Rheumatology
volume 41: 88-95
Carter, M.A., 2006. Osteoartritis. In: Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit edisi 6 volume II. EGC: Jakarta; 1380-1383
Centers for Disease Control, 2012. Osteoarthritis. Available from: http://www.cdc.gov/arthritis/basics/osteoarthritis.htm [09 Mei 2015]
Cici Chintyawati, 2014. Hubungan antara Nyeri Reumatoid Artritis dengan Kemandirian dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari pada Lansia di Posbindu Karang Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan Tingkat. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Cross, M., Smith, E., Hoy, D., et al., 2014. The Global Burden of Hip and Knee
Osteoarthritis: Estimates from the Global Burden of Disease 2010 Study.
Darmawan, J., Muirden, K.D., Valkenburg, H.A., et al., 1993. The Epidemiology of Rheumatoid Arthritis in Indonesia. British Journal of Rheumatology
volume 32: 537-540
Dorland, W.A.N., 2012. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. EGC: Jakarta; 1564 Eggebeen, A.T., 2007. Gout: An Update. Am Fam Physician volume 76: 801-808 Finckh, A., Liang, M.H., van Herckenrode, C.M., et al., 2006. Long Term Impact
of Early Treatment on Radiographic Progression in Rheumatoid Arthritis:
A Meta-analysis. Arthritis Care & Research volume 55: 864-872
Heidari, B., 2011. Rheumatoid Arthritis: Early Diagnosis and Treatment Outcomes. Caspian J Intern Med volume 2: 161-170
Isbagio, H., Setiyohadi, B., Sumariyono, Kasjmir, Y.I., Kalim, H., 2010. Nyeri. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Internal Publishing: 2483-2494.
Junaidi, Iskandar, 2006. Rematik dan Asam Urat. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Lawrence, R.C., Felson, D.T., Helmick, C.G., et al., 2008. Estimates of the Prevalence of Arthritis and other Rheumatic Conditions in the United
States. Arthritis&Rheumatism volume 58: 26-35
Muchid, A., 2006. Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Arthritis Rematik. Departemen Kesehatan
Muirden, K.D., 2005. Community Oriented Program for the Control of Rheumatic Diseases: Studies of Rheumatic Diseases in the Developing World. Curr
Opin Rheumatol volume 17:153-156
Nainggolan, O., 2009. Prevalence and Determinant of Arthritis in Indonesia. Maj Kedokt Indon volume 59: 589-594
Nasution, A.R., Sumariyono, 2009. Introduksi Reumatologi. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV jilid II. EGC: Jakarta; 1083-1086
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Parish, L.C., 1963. An Historical Approach to the Nomenclature of Rheumatoid
Arthritis. Arthritis Rheum volume 6: 138-158
Purwoastuti, Endang, 2009. Waspadai Gangguan Rematik. Yogyakarta: KANISIUS.
Richette, P., dan Bardin, T., 2009. Gout. The Lancet volume 375: 318-328 Roddy, E., Mallen, C.D., dan Doherty, M., 2013. Gout. BMJ volume 347
Roddy, E., Zhang, W., dan Doherty, M., 2007. Is Gout Associated with Reduced Quality of Life? A Case Control Study. Rheumatology volume 46:
1441-1444
Saag, K.G., dan Choi, H., 2006. Epidemiology, Risk Factors, and Lifestyle Modifications for Gout. Arthritis Research & Therapy volume 8: S2
Sangha, O., 2000. Epidemiology of Rheumatic Diseases. Rheumatology volume 39: 3-12
Singh, J.A., Reddy, S.G., dan Kundukulam, J., 2011. Risk Factors for Gout and Prevention: A Systematic Review of the Literature. Curr Opin Rheumatol
volume 23: 192-202
Smith, E., Hoy, D., Cross, M., et al., 2014. The Global Burden of Gout: Estimates from the Global Burden of Disease 2010 Study. Ann Rheum Dis volume 73:
Soeroso, J., et al., 2009. Osteoarthritis. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV jilid II. EGC: Jakarta; 1205-1211
Suresh, E., 2004. Diagnosis of Early Rheumatoid Arthritis: What the Non-specialist Needs to Know. J R Soc Med volume 97: 421-424
Suharjono, 2014. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Perubahan Nyeri Persendian Pada Lansia Di Kelurahan Komplek Kenjeran, Kecamatan Bulak, Surabaya (The Effect of Exercise with Decrease of Joint Pain in Elderly), Universitas Airlangga
Syafei, C., 2010. Permasalahan Penyakit Rematik dalam Sistem Pelayanan Kesehatan (Bone and Joint Decade). In: Proceeding Book Rheumatology Update 2010. Sumatera Utara: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Syahferi Anwar, 2014. Pengetahuan Lansia Dengan arthritis Rheumatoid Dalam
Mengaplikasikan Senam Rematik di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Medan Tahun 2014
Turesson, C., O’Fallon, W.M., Crowson, C.S., et al., 2003. Extra-articular Disease Manifestations in Rheumatoid Arthritis: Incidence Trends and Risk
Factors over 46 Years. Ann Rheum Dis volume 722-727
Wallace, K.L., Riedel, A.A., Joseph-Ridge, N., et al., 2004. Increasing Prevalence of Gout and Hyperuricemia over 10 Years among Older Adults
in a Managed Care Population. J Rheumatol volume 31: 1582-1587
WHO, 2015. Chronic Rheumatic Conditions. Available on: http://www.who.int/chp/topics/rheumatic/en/ [Accessed at 10 Mei 2015] Zeng, Q.Y., Chen, R., Darmawan, J., et al., 2008. Rheumatic Diseases in China.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dijalankan seperti yang di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Gambar 3.1. Kerangka konsep
3.2. Definisi Operasional
1. Penderita rematik adalah orang yang dinyatakan menderita rematik berdasarkan diagnosa dokter dan tercatat di rekam medis.
2. Jenis penyakit rematik merupakan pembagian penyakit rematik menjadi lebih spesifik. Terbagi atas:
a. Osteoartritis adalah penyakit degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi dengan kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena OA (Soeroso, J., Isbagio, H., Kalim, H., Broto, R., Pramudiyo, R., 2010).
Penyakit Rematik
Gambaran karakteristik Penyakit Rematik
b. Artritis pirai(gout) adalah penyakit yang sering ditemukan. Gout merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraselular (Roddy, E., Mallen, C.D., dan Doherty, M., 2013).
c. Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi (Muirden, K.D., 2005).
d. Dan lain-lain.
3. Distribusi lokasi sendi yang diserang adalah lokasi-lokasi pada bagian tubuh pasien yang mengalami keluhan-keluhan penyakit rematik. Lokasi sendi yang diserang terbagi atas:
o Ekstremitas atas o Vertebrae
o Ekstremitas bawah
4. Tingkat nyeri pasien adalah tingkat keparahan yang dirasakan penderita dan bersifat subyektif. Diukur dengan menggunakan Visual Analogue Scale (Setiyohadi, B., Sumariyono, Kasjmir, Y.I., Isbagio, H., Kalim, H., 2010)
5. Sosiodemografi adalah suatu komponen variable sosial dan demografi suatu masyarakat. Dalam penelitian ini penulis menetapkan 5 kriteria faktor sosiodemografi, yaitu :
a. Umur adalah satuan waktu dipandang dari segi kronologis sepanjang waktu hidup manusia.
b. Jenis kelamin adalah setiap individu yang berdasarkan ciri-ciri tertentu yang khas di milikinya tercatat di rekam medis dan dikategorikan menjadi laki-laki dan perempuan.
c. Suku adalah etnik yang melekat pada pasien yang mengalami keluhan rematik yang tercatat di rekam medis dan dikategorikan menjadi Suku Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Nias, Jawa, Aceh, Padang, dan lain-lain.
d. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang dijalani pasien yang mengalami keluhan penyakit rematik yang tercatat di rekam medis dan dikategorikan atas:
Belum sekolah
Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Sekolah Menengah Atas (SMA)
Akademi/Perguruan Tinggi
e. Pekerjaan adalah kegiatan utama penderita rematik yang tercatat di rekam medis.
Alat ukur : Rekam medik
Hasil ukur :Gambaran karakteristik dan jenis penyakit rematik Skala ukur : Nominal (jenis kelamin, suku, pekerjaan, lokasi keluhan) Ordinal (pendidikan)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik dan jenis penyakit rematik pada pasien rawat jalan di Puskesmas Polonia periode Juli-Oktober 2015. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah secara cross sectional study dimana penelitian yang dilakukan dengan cara observasi,
pengumpulan data sekaligus pada satu waktu, dan menggunakan data yang lalu.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Polonia. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi ini karena belum pernah dilakukan penelitian gambaran karakteristik dan jenis penyakit rematik pada pasien rawat jalan di Puskesmas Polonia. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2015 sampai Oktober 2015.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosa menderita penyakit rematik dan dirawat jalan di Puskesmas Polonia dari bulan Juli 2015 hingga Oktober 2015.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah seluruh subjek yang diambil dari populasi penelitian dengan besar sampel ditentukan dengan teknik pengambilan sampel total sampling dimana sampelnya adalah seluruh pasien yang mengalami keluhan penyakit rematik.
1. Kriteria inklusi berupa semua pasien yang didiagnosa dengan penyakit rematik yang berobat ke Puskesmas Polonia.
2. Kriteria eksklusi berupa data rekam medik yang tidak memiliki kelengkapan dalam catatan serta tulisan dalam rekam medik yang tidak jelas.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah berupa data sekunder yaitu rekam medik pasien penyakit rematik di Puskesmas Polonia. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengobservasi catatan rekam medik pasien yang telah didiagnosa penyakit rematik. Data rekam medik yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah data dari bulan Juli hingga Oktober 2015.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Polonia Medan yang berlokasi di Jl. Polonia Gg A, Kecamatan Medan Polonia.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian adalah semua pasien yang telah didiagnosa dengan penyakit rematik di Puskesmas Polonia periode Juli-Oktober 2015. Selama periode tersebut didapatkan pasien rematik adalah sebanyak 76 orang. Dari penelusuran di instalasi catatan medik Puskesmas Polonia hanya didapatkan 63 catatan medik lengkap yang memenuhi kriteria inklusi dan 13 catatan medik tidak lengkap yang termasuk dalam kriteria eksklusi. Adapun deskripsi karakteristik responden adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Puskesmas Polonia periode Juli-Oktober 2015 Berdasarkan Umur
No Umur N % Mean SD
1 <30 1 1.6
2 31-40 5 7.9
3 41-50 13 20.6
4 51-60 26 41.3
5 61-70 12 19.0
6 71-80 4 6.3
7 >80 2 3.2
Dari tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa responden dengan umur <30 tahun hanya 1 orang (1,6%), umur 31-40 tahun ada 5 orang (7,9%), umur 41-50 tahun ada 13 orang (20,6%), umur 51-60 tahun ada 26 responden (41,3%), umur 61-70 tahun ada 12 orang (19%), umur 71-80 tahun ada 4 orang (6,3%), dan umur lebih dari 80 tahun ada 2 orang (3,2%). Dari distribusi ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 51-60 tahun. Diperoleh mean umur sampel pada penelitian ini adalah 55.56 tahun dengan standard deviasi sebesar 11.993.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Puskesmas Polonia periode Juli-Oktober 2015 Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin N %
1 Laki-Laki 21 33.3
2 Perempuan 42 66.7
Total 63 100.0
Dari tabel 5.2 di atas dapat dilihat bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 21 orang (33,3%), dan responden perempuan sebanyak 42 orang (66,7%). Dari distribusi ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden jenis kelamin perempuan.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Puskesmas Polonia periode Juli-Oktober 2015 Berdasarkan Suku
No Suku N %
1 Batak Karo 27 42.9
2 Batak Toba 15 23.8
3 Melayu 10 15.9
4 Jawa 11 17.5
Dari tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa responden dengan suku Batak Karo ada 27 orang (42,9%), suku Batak Toba ada 15 orang (23,8%), suku Melayu ada 10 orang (15,9%), dan suku Jawa ada 11 orang (17,5%). Dari distribusi ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden suku Batak Karo.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Puskesmas Polonia periode Juli-Oktober 2015 Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan N %
1 Tidak Sekolah 11 17.5
2 SD 20 31.7
3 SMP 21 33.3
4 SMA 11 17.5
Total 63 100.0
Dari tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa responden dengan pendidikan tidak sekolah ada 11 orang (17,5%), tingkat pendidikan SD ada 20 orang (31,7%), tingkat pendidikan SMP ada 21 orang (33,3%), dan tingkat pendidikan SMA ada 11 orang (17,5%). Dari distribusi ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan hanya sampai SMP.
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Puskesmas Polonia periode Juli-Oktober 2015 Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan N %
1 Tidak Bekerja 27 42.9
2 Pekerja Swasta 9 14.3
3 Mandiri 7 11.1
4 Buruh 10 15.9
5 Pensiun 10 15.9
Dari tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa responden yang tidak bekerja ada 27 orang (42,9%), pekerja swasta ada 9 orang (14,3%), bekerja secara mandiri ada 7 orang (11,1%), bekerja sebagai buruh dan pensiunan masing-masing ada 10 orang (15,9%). Dari distribusi ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak bekerja.
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Puskesmas Polonia periode Juli-Oktober 2015 Berdasarkan Jenis Penyakit Rematik
No Jenis penyakit rematik N %
1 Osteoartritis 22 34.9
2 Artritis Reumatoid 41 65.1
Total 63 100.0
Dari tabel 5.6 di atas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki jenis penyakit rematik jenis osteoartritis ada 22 orang (34,9%) dan jenis artritis reumatoid ada 41 orang (65,1%). Dari distribusi ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jenis penyakit rematik jenis artritis reumatoid.
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Puskesmas Polonia periode Juli-Oktober 2015 Berdasarkan Lokasi Nyeri
No Lokasi Nyeri N %
1 Ekstremitas Atas 19 30.2
2 Vertebra 17 27.0
3 Ekstremitas Bawah 27 42.9
Total 63 100.0
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Puskesmas Polonia periode Juli-Oktober 2015 Berdasarkan Tingkat Nyeri
No Tingkat Nyeri n %
1 Nyeri Ringan 16 25.4
2 Nyeri Sedang 33 52.4
3 Nyeri Hebat 14 22.2
Total 63 100.0
Dari tabel 5.8 di atas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki tingkat nyeri ringan ada 16 orang (25,4%), nyeri sedang ada 33 orang (52,4%), dan tingkat nyeri hebat ada 14 orang (22,2%). Dari distribusi ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat nyeri dalam katagori sedang.
5.1.3. Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit Rematik berdasarkan Lokasi
Nyeri
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit Rematik terhadap Lokasi Nyeri pada pasien di Puskesmas Polonia Medan
No Lokasi Nyeri
Jenis Penyakit Rematik
Osteo
artritis
Artritis
Reumatoid Jumlah
n % n % n %
1 Ekstremitas Atas 3 4.8 16 25.4 19 30.2
2 Vertebra 12 19.0 5 7.9 17 27.0
3 Ekstremitas bawah 7 11.1 20 31.7 27 42.9
Dari Tabel 5.9 di atas dapat dilihat bahwa dari 19 responden dengan lokasi nyeri pada ekstremitas atas ada 3 orang (4,8%) mengalami rematik jenis osteoartritis dan sebanyak 16 orang (25,4%) mengalami rematik jenis artritis reumatoid. Dari 17 responden dengan lokasi nyeri pada vertebra sebanyak 12 orang (19%) mengalami rematik jenis osteoartritis dan ada 5 orang (7,9%) mengalami rematik jenis artritis reumatoid. Dari 27 responden dengan lokasi nyeri pada ekstremitas bawah ada 7 orang (11,1%) mengalami rematik jenis osteoartritis dan sebanyak 20 orang (31,7%) mengalami rematik jenis artritis reumatoid.
5.1.4. Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit Rematik berdasarkan Tingkat
Nyeri
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit Rematik terhadap Tingkat Nyeri pada pasien di Puskesmas Polonia Medan
No Tingkat Nyeri
Jenis Penyakit Rematik
Osteo
artritis
Artritis
Reumatoid Jumlah
n % n % n %
1 Nyeri ringan 4 6.3 12 19.0 16 25.5 2 Nyeri sedang 8 12.7 25 39.7 33 52.4 3 Nyeri berat 10 15.9 4 6.3 14 22.2
Total 22 34.9 41 65.1 63 100.0
(15.9%) mengalami rematik jenis osteoartritis dan ada 4 orang (6.3%) mengalami rematik jenis artritis reumatoid.
5.2. Pembahasan
Setelah dilakukan penelitian terhadap responden di Puskesmas Polonia Medan sejumlah 63 orang berdasarkan hasil distribusi frekuensi menunjukkan bahwa :
Berdasarkan tabel 5.1 di atas responden umur <30 tahun hanya 1 orang (1,6%), umur 31-40 tahun ada 5 orang (7,9%), umur 41-50 tahun ada 13 orang (20,6%), umur 51-60 tahun ada 26 responden (41,3%), umur 61-70 tahun ada 12 orang (19%), umur 71-80 tahun ada 4 orang (6,3%), dan umur lebih dari 80 tahun ada 2 orang (3,2%). Dari distribusi ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 51-60 tahun. Menurut Purwoastuti (2009), hal ini dipengaruhi karena semakin bertambahnya usia semakin rentan terhadap penyakit salah satunya peradangan pada persendian yang mengakibatkan rematik. Hasil penelitian ini didukung pendapat Junaidi (2006) bahwa penyebab rematik salah satunya adalah usia yang lebih dari 50 tahun. Pendapat ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Uyun (2014) bahwa sebanyak 50% responden dengan usia lebih dari 80 tahun mengalami rematik. Dalam hal ini Uyun hanya menggunakan 24 responden sebagai sampel dalam penelitiannya. Diperoleh mean umur sampel pada penelitian ini adalah 55.56 tahun dengan standard deviasi sebesar 11.993
tidak berfungsi lagi, sementara salah satu fungsi hormone ini adalah untuk mempertahankan massa tulang.
Berdasarkan tabel 5.3 di atas hasil distribusi frekuensi menunjukkan bahwa responden dengan suku Batak Karo ada 27 orang (42,9%), suku Batak Toba ada 15 orang (23,8%), suku Melayu ada 10 orang (15,9%), dan suku Jawa ada 11 orang (17,5%). Dari distribusi ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden suku Batak Karo. Menurut penelitian Syahferi (2014), populasi penduduk di Jalan Polonia kebanyakan terdiri dari suku Batak Karo.
Berdasarkan tabel 5.4 di atas hasil distribusi frekuensi menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan tidak sekolah ada 11 orang (17,5%), tingkat pendidikan SD ada 20 orang (31,7%), tingkat pendidikan SMP ada 21 orang (33,3%), dan tingkat pendidikan SMA ada 11 orang (17,5%). Dari distribusi ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan hanya sampai SMP. Menurut Notoatmodjo (2010), bahwa semakin tinggi pendidikan yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima pengetahuan baru dan semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin baik pengetahuannya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Syahferi (2014), dalam penelitiannya ditemukan sebanyak 35,3% responden berada pada tingkat pendidikan SD dan tidak sekolah sebesar 27,45%. Dalam penelitiannya ini Syahferi menggunakan responden sebanyak 51 orang. Pendidikan yang relatif rendah mengakibatkan responden lebih sulit menerima informasi dikarenakan beberapa hal yang mempengaruhi antara lain informasi yang kurang mengenai penyakit rematik beserta pencegahannya seperti melakukan senam rematik.
untuk melakukan pekerjaan. Faktor riwayat pekerjaan di masa lalu yang dapat menyebabkan rematik. Yang dimaksud riwayat pekerjaan adalah apakah penderita sebelumnya pernah bekerja dengan menggunakan lutut secara berlebihan. Seperti dikatakan Junaidi (2006) bahwa penyakit rematik dapat terjadi pada pekerja yang menggunakan lutut secara berlebihan, misalnya pedagang keliling dan pekerja yang bekerja dengan banyak jongkok yang menyebabkan tekanan berlebihan pada lutut.
5.2.1. Jenis Penyakit Rematik berdasarkan Lokasi Nyeri
[image:32.595.170.364.449.567.2]Berdasarkan tabel 5.6 di atas hasil distribusi frekuensi menunjukkan bahwa responden yang memiliki jenis penyakit rematik jenis osteoartritis ada 22 orang (34,9%) dan jenis artritis reumatoid ada 41 orang (65,1%). Dari distribusi ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jenis penyakit rematik artritis reumatoid. Jenis penyakit rematik berdasarkan lokasi nyeri dapat ditunjukkan pada diagram di bawah ini.
Gambar 5.1. Jenis Penyakit Rematik berdasarkan Lokasi Nyeri
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa responden dengan jenis artritis reumatoid lebih banyak memiliki lokasi nyeri pada ekstremitas bawah dan osteoarthritis lebih banyak memiliki lokasi nyeri pada vertebra.
0 5 10 15 20
5.2.2. Jenis Penyakit Rematik berdasarkan Tingkat Nyeri
[image:33.595.159.496.283.443.2]Berdasarkan tabel 5.8 di atas hasil distribusi frekuensi menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat nyeri ringan ada 16 orang (25,4%), nyeri sedang ada 33 orang (52,4%), dan tingkat nyeri hebat ada 14 orang (22,2%). Dari distribusi ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat nyeri dalam katagori sedang. Jenis penyakit rematik berdasarkan tingkat nyeri dapat ditunjukkan pada diagram di bawah ini
Gambar 5.2. Jenis Penyakit Rematik berdasarkan Tingkat Nyeri
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa responden dengan jenis artritis reumatoid lebih banyak mengalami nyeri sedang. Menurut penelitian yang dilakukan Cici (2014) di Posbindu Karang Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan Tingkat, beliau menyatakan nyeri reumatoid artritis diperoleh persentase yang tinggi pada tingkat nyeri rendah yaitu sebesar 51,3%. Dalam penelitiannya ini Cici menggunakan dua katagori tingkat nyeri yaitu nyeri rendah dan nyeri tinggi dengan jumlah sampel sebanyak 39 orang.
Menurut Suharjono (2014) pada dasarnya nyeri yang sering dikeluhkan oleh kebanyakan pasien rematik merupakan hal yang biasa (fisiologis) namun jika nyeri dirasakan sampai mengganggu aktivitas bahkan istirahat, hal tersebut tidak bisa dibiarkan. Diperlukan tindakan nyata untuk mengurangi nyeri tersebut, tetapi kebanyakan penderita rematik memilih obat-obatan anti nyeri yang biasa
0 5 10 15 20 25
Nyeri Ringan Nyeri sedang
Nyeri berat 4
didapatkan di toko-toko atau di warung terdekat. Padahal ada cara yang lebih sehat untuk mengurangi hal tersebut diantaranya dengan melakukan kebiasaan hidup sehat dan berolahraga.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pasien yang menderita rematik terbanyak terdiri dari jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 42 orang (66,7%).
2. Rentang umur pasien yang mengalami penyakit rematik terbanyak adalah 51-60 tahun, yaitu sebanyak 26 orang (41,3%).
3. Suku yang terbanyak mengalami penyakit rematik adalah suku Batak Karo, yaitu sebanyak 27 orang (42,9%).
4. Pendidikan terakhir pasien yang mengalami penyakit rematik adalah SMP, yaitu sebanyak 21 orang (33,3%).
5. Pekerjaan pasien yang mengalami penyakit rematik adalah tidak bekerja, yaitu sebanyak 27 orang (42,9%).
6. Jenis penyakit rematik yang terbanyak adalah Arthritis Reumatoid, yaitu sebanyak 41 orang (65,1%) dan diikuti oleh Osteoarthritis, yaitu sebanyak 22 orang (34,9%)
7. Pasien yang mengalami penyakit rematik terbanyak mengeluhkan nyeri pada ekstremitas bawah, yaitu sebanyak 27 orang (42,9%).
8. Pasien rematik yang berobat jalan di Puskesmas Polonia kebanyakan mengalami nyeri sedang, yaitu sebanyak 33 orang (52,4%).
9. Pada pasien yang mengalami penyakit rematik jenis osteoarthritis, lokasi nyeri terbanyak berada di vertebrae, yaitu sebanyak 12 orang (19,0%) dengan tingkat nyeri berat, yaitu sebanyak 10 orang (15,9%)
6.2. Saran
Setelah peneliti melakukan penelitian mengenai gambaran karakteristik dan jenis penyakit rematik pada pasien rawat jalan di Puskesmas Polonia Medan tahun 2015, maka hasil penelitian dapat digunakan sebagai:
1. Masukan bagi pihak Puskesmas Polonia membantu pasien rematik untuk mengurangi nyeri sendi yang dialami. Misalnya dengan memberi informasi tentang cara melakukan olah raga atau senam rematik secara konsisten dan istirahat yang cukup untuk memperbaiki kondisi fisik, juga harus mengamalkan cara hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan dengan diet yang benar.
2. Dapat digunakan sebagai motivator bagi seluruh civitas akademik terutama pasien yang mengalami rematik sehingga dapat menjadi budaya yang baik untuk peningkatan derajat kesehatan dalam penatalaksanaan penyakit rematik, dengan cara memberikan informasi atau penyuluhan-penyuluhan kesehatan khususnya tentang penyakit rematik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Sendi
[image:37.595.112.524.238.552.2]2.1.1. Sendi Lutut
2.1.2. Sendi jari-jari tangan
2.1.4.
Sendi
Pang
[image:38.595.115.457.143.614.2]gul
2.1.3. Sendi jari-jari kaki
2.1.4. Sendi Panggul
2.2. Rematik
2.2.1. Definisi
Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi. Bagian tubuh yang diserang biasanya persendian pada jari, lutut, pinggul dan tulang punggung (Purwoastuti, 2009). Penyakit ini menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang (Misnadiarly, 2007). Istilah penyakit rematik tidak memiliki batas yang jelas. Istilah ini mencakup lebih dari 100 kondisi-kondisi berbeda yang dilabelkan ke dalam penyakit rematik termasuk osteoartritis, arthritis reumatoid, gout, sistemik lupus eritematosus, skleroderma, dan lain-lain (Sangha, 2000).
2.2.2. Faktor Resiko
1. Riwayat keluarga dan keturunan 2. Jenis kelamin wanita lebih sering 3. Obesitas atau kegemukan
4. Usia lebih dari 40 tahun
5. Pernah mengalami trauma berat pada lutut sampai terjadi pembengkakan atau berdarah, seperti pada olahragawan.
6. Para pekerja yang menggunakan lutut secara berlebihan misalnya pedagang keliling dan pekerja yang bekerja dengan banyak jongkok yang menyebabkan tekanan berlebihan pada lutut (Sangha, 2000)
2.2.3. Klasifikasi
apabila sistem imun yang biasanya memproteksi tubuh dari infeksi dan penyakit, mulai merusakkan jaringan-jaringan tubuh yang sehat. Antara penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah rheumatoid artritis, spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik dan skleroderma. (NIAMS, 2008)
a) Artritis Reumatoid (AR)
Merupakan penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. Manifestasi klinis klasik AR adalah poliartritis simetrik yang terutama mengenai sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki. Selain lapisan sinovial sendi, AR juga bisa mengenai organ-organ di luar persendian seperti kulit, jantung, paru-paru dan mata. Mortalitasnya meningkat akibat adanya komplikasi kardiovaskular, infeksi, penyakit ginjal, keganasan dan adanya komorbiditas (Suarjana, I.N., 2009).
b) Osteoartritis
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif non-inflamasi yang terutama terjadi pada orang tua. Osteoartritis dapat ditandai dengan adanya degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi tulang pada tepinya, dan perubahan pada membrane sinovial (Dorland, W.A.N., 2012). Pada umumnya osteoarthritis menyerang sendi-sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronis, berjalan progresif lambat, dan ditandai oleh adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. OA merupakan penyakit sendi yang paling banyak dijumpai dan prevalensinya semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Masalah OA di Indonesia diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia menderita kecacatan (Dubey, S., Adebajo, A., 2008).
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses ketuaan yang tidak dapt dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang berpendapat bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan homeostatis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui (Woodhead, 1989).
nyerinya, memperbaiki mobilitas dan meningkatkan kwalitas hidup (Dubey, S., Adebajo, A., 2008).
c) Artritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia). Artritis gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya rematik gout akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh (Roddy, E., Zhang, W., Doherty, M., 2007).
d) Spondiloartritis
Spondiloartritis (atau spondiloartropati) adalah nama keseluruhan suatu penyakit rematik dengan peradangan yang dapat mempengaruhi tulang belakang dan sendi, ligamen dan tendon. Penyakit tersebut dapat menyebabkan kelelahan dan nyeri atau kekakuan di punggung, leher, tangan, lutut, dan pergelangan kaki serta peradangan mata, kulit, paru-paru, dan katup jantung. Penyakit yang termasuk dalam spondiloartritis dapat mencakup, ankilosing spondilitis, reaktif artritis, artritis psoriatis dan spondilitis psoriasis, dan artritis atau spondilitis yang berkaitan dengan penyakit inflamasi usus, kolitis ulseratif dan Crohn's disease. (Reveille, J.D., 2010)
e) Sistemik Lupus Eritematosus (SLE)
f) Polimialgia
Polimialgia rematika adalah suatu keadaan yang menyebabkan nyeri hebat dan kekakuan pada otot leher, bahu dan panggul. Penyakit ini terjadi pada usia lebih dari 50 tahun dan wanita 2 kali lebih sering terkena. Kekakuan ini akan memburuk pada pagi hari dan setelah beristirahat. Gejala-gejala otot bisa disertai demam, tidak enak badan, penurunan berat badan dan depresi. Semua gejalan ini bisa timbul secara tiba-tiba atau secara bertahap (Borigini, M.J., 2010).
g) Skleroderma
obat untuk penyakit ini, menjadi susah untuk dievaluasi karena penyebabnya yang bervariasi dan keparahan penyakit yang berbeda. Pasien dengan skleroderma kutan yang terbatas, mempunyai prognosis yang baik, tetapi prognosis pada pasien tahap awal menjadi susah untuk diprediksi (Fauci, A.S., & Langford, C.A., 2006).
2.2.4. Manifestasi Klinis
Gejala utama dari rematik adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi (Soeroso, J., Isbagyo, H., Kalim, H., Broto, R., Pramudiyo, R., 2010). Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak,, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain:
1. Nyeri Sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding gerakan yang lain.
2. Hambatan Gerakan Sendi
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit. 5. Pembesaran Sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali terlihat di lutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar.
6. Perubahan Gaya Berjalan
Pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang pada hamper semua pasien OA. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (Soeroso, J., Isbagyo, H., Kalim, H., Broto, R., Pramudiyo, R., 2010).
2.2.5. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub kondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikular. Kartilago menjadi nekrosis (Brunner dan Suddarth, 2003).
2.2.6. Penatalaksanaan
Hingga sekarang belum ada obat-obatan yang dapat menyembuhkan penyakit rematik, kecuali penyakit rematik yang disebabkan oleh infeksi. Obat yang tersedia hanya mengatasi gejala penyakitnya, sedangkan proses penyakitnya tetap berlangsung (Shiel, W.C., 2010).
Beberapa terapi yang digunakan agar dapat meringankan penderitaan pasien adalah sebagai berikut:
1) Terapi Obat
Pengobatan yang dilakukan terhadap penyakit rematik adalah untuk mengatasi gejala nyeri dan peradangannya. Pada beberapa kasus, pengobatan bertujuan untuk memperlambat proses atau mengubah perjalanan penyakit. Beberapa obat atau golongan obat yang dapat digunakan pada rematik (Saryono, 2011):
a) Golongan Analgetik: golongan obat ini berfungsi mengatasi atau meredakan rasa nyeri pada sendi, contohnya aspirin, obat antiinflamasi non steroid (NSAIDs) lainnya seperti ibuprofen dan asetaminofen (Saryono, 2011).
kerusakan arteri pembuluh darah, peningkatan kadar gula darah, infeksi dan katarak. Penghentian pemberian obat ini harus dilakukan secara bertahap, tidak boleh secara mendadak (Saryono, 2011).
c) DMARD: Pemilihan DMARD harus mempertimbangkan kepatuhan, beratnya penyakit, pengalaman dokter dan adanya penyakit penyerta. Methotrexate dan Sulfasalazine sering digunakan sebagai terapi awal, tetapi pada kasus yang lebih berat, MTX atau kombinasi terapi mungkin digunakan sebagai terapi lini pertama. Banyak bukti menunjukkan bahwa kombinasi DMARD lebih efektif dibandingkan dengan terapi tunggal (Saryono, 2011).
2) Terapi Non-Obat
Tersedia bahan alami atau herbal dan beberapa suplemen yang dapat digunakan untuk melawan penyakit rematik. Beberapa terapi non-obat yang digunakan adalah sebagai berikut (Putra, 2009) :
a) Suplemen dan Sayuran
Obat-obat suplemen dan sayuran yang dapat digunakan bagi penderita rematik adalah sebagai berikut: Jus sayuran: dapat membantu mengurangi gejala arthritis (Putra, 2009).
1. Vitamin C: menurut penelitian ahli fisiologis Dr. Robert Davis dari Pennsylvania membuktikan bahwa penyakit artritis rheumatoid berkorelasi dengan kadar vitamin C rendah. Penggunaan dosis besar vitamin C (500-1000 mg) sehari dapat menghilangkan gejala arthritis (Carter, 2006).
2. Ikan dan minyak ikan: menurut Dr. Robert C. Atkins, penulis New Diet Revolution prinsip dasar terapi dari artritis harus diberikan suplemen
itu minyak ikan kod juga kaya akan vitamin D yang membantu membangun tulang, dan vitamin A membantu melawan peradangan. Satu sendok makan minyak ikan setiap hari merupakan dosis yang diperlukan untuk mendapat manfaatnya. Penelitian telah dilakukan selama 12 bulan tentang suplemen minyak ikan pada pasien artritis rheumatoid dan hasilnya menunjukkan 2-6 gram minyak omega-3 setiap hari dapat menurunkan pembengkakan dan nyeri sendi (Carter, 2006).
b) Olahraga dan istirahat
Penderita rematik mau tidak mau harus menyeimbangkan kehidupannya antara istirahat dan beraktivitas. Kalau merasa nyeri atau pegal, pasien harus beristirahat. Namun harus diingat, istirahat tidak boleh berlebihan karena dapat mengakibatkan kekakuan pada otot dan sendi (Junaidi, 2006).
Latihan dan olahraga yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. Range of motion exercises: merupakan latihan fisik yang membantu menjaga pergerakkan normal sendi, memelihara atau meningkatkan fleksibilitas dan menghilangkan kekakuan sendi (Junaidi, 2006).
2. Aerobic atau endurance exercises: untuk meningkatkan kesehatan pembuluh darah jantung, membantu menjaga berat badan ideal dan memperbaiki kesehatan secara menyeluruh (Junaidi, 2006).
c) Mobilisasi dan relaksasi
mengencangkan kumpulan otot tertentu, kemudian secara perlahan melemaskannya atau merelaksasikannya (Junaidi, 2006).
d) Terapi rehabilitasi
Ada beberapa terapi rehabilitasi yang dibutuhkan oleh penderita rematik adalah sebagai berikut (Purwoastuti, 2009):
1. Edukasi: pada edukasi ini pasien diberi informasi yang lengkap dan benar mengenai pengobatan dan perjalanan penyakit ke depan.
2. Fisioterapi: berbagai aktivitas latihan yang diperlukan untuk mendapatkan gerak sendi yang baik dan optimal, agar massa otot tetap dan stabil.
3. Okupasi: okupasi bertujuan untuk membantu pasien agar dapat melakukan tugas sehari-hari, yakni dengan memosisikan sendi secara baik sehingga dapat berfungsi dengan baik dan terhindar dari gerakan berlebihan yang dapat menimbulkan nyeri.
4. Diet: diet diutamakan untuk mengurangi berat badan yang berlebihan, dianjurkan mencapai berat badan 10-15% di bawah ideal. Kegemukan memberikan beban tekanan pada sendi penopang berat tubuh (Purwoastuti, 2009).
2.3. Nyeri
2.3.1. Definisi Nyeri
Impairment adalah abnormalitas atau hilangnya struktur atau fungsi
anatomik, fisiologik maupun psikologik. Sedangkan disabilitas adalah hasil dari impairment, yaitu keterbatasan atau gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas yang normal (The International Association for the the study of pain (IASP)).
2.3.2. Klasifikasi Nyeri
Nyeri terbagi atas (Setiyohadi, B., Sumariyono, Kasjmir, Y.I., Isbagio, H. dan Kalim, H., 2010):
a. Nyeri nosiseptif
Nyeri yang timbul sebagai akibat perangsangan pada nosiseptor (serabut a-delta dan serabut-c) oleh rangsang mekanik, termal atau kemikal.
b. Nyeri somatik
Nyeri yang timbul pada organ non viseral, misal nyeri pasca bedah, nyeri metastatic, nyeri tulang, nyeri artritik.
c. Nyeri viseral
Nyeri yang berasal dari organ viseral, biasanya akibat distensi organ yang berongga, misalnya usus, kandung empedu, pankreas, jantung. Nyeri viseral seringkali diikuti referred pain dan sensasi otonom, seperti mual dan muntah.
d. Nyeri neuropatik
e. Nyeri psikogenik
Nyeri yang tidak memenuhi kriteria nyeri somatik dan nyeri neuropatik, dan memenuhi kriteria untuk depresi atau kelainan psikosomatik
2.3.3. Mekanisme Nyeri
Proses nyeri mulai stimulasi nociceptor oleh stimulus noxiuos sampai terjadinya pengalaman subyektif nyeri adalah suatu seri kejadian elektrik dan kimia yang bias dikelompokkan menjadi 4 proses, yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi (Setiyohadi, B., Sumariyono, Kasjmir, Y.I., Isbagio, H. dan Kalim, H., 2010).
a. Transduksi
Mekanisme nyeri dimulai dari stimulasi nociceptor oleh stimulus noxiuos pada jaringan, yang kemudian akan mengakibatkan stimulasi nosiseptor dimana disini stimulus noxiuos tersebut akan dirubah menjadi potensial aksi. Proses ini disebut transduksi atau aktivasi reseptor.
b. Transmisi
Tahap pertama transmisi adalah konduksi impuls dari neuron aferen primer ke kornu dorsalis medulla spinalis, pada kornu dorsalis ini neuron aferen primer bersinap dengan neuron susunan saraf pusat. Dari sini jaringan neuron tersebut akan naik keatas di medulla spinalis menuju batang otak dan thalamus.
c. Modulasi
d. Persepsi
Proses dimana pesan nyeri di relai ke otak dan menghasilkan pengalaman yang tidak menyenangkan (nyeri).
2.3.4. Nyeri Inflamasi
Pada proses inflamasi, misalnya pada artritis, proses nyeri terjadi karena stimulus nosiseptor akibat pembebasan berbagai mediator biokimiawi selama proses inflamasi terjadi. Inflamasi terjadi akibat rangkaian reaksi imunologik yang dimulai oleh adanya antigen yang kemudian diproses oleh antigen presenting cell (APC) yang kemudian akan diekskresikan ke permukaan sel dengan determinan HLA yang sesuai. Antigen yang diekspresikan tersebut akan diikat oleh sel T melalui reseptor sel T pada permukaan sel T membentuk kompleks trimolekuler. Kompleks trimolekuler tersebut akan mencetuskan rangkaian reaksi imunologik dengan pelepasan berbagai sitokin (IL-1, IL-2) sehingga terjadi aktifasi, mitosis dan proliferasi sel T tersebut. Sel T yang teraktifasi juga akan menghasilkan berbagai limfokin dan mediator inflamasi yang bekerja merangsang makrofag untuk meningkatkan aktivitas fagositosisnya dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibodi (Setiyohadi, B., Sumariyono, Kasjmir, Y.I., Isbagio, H. dan Kalim, H., 2010).
Setelah berikatan dengan antigen, antibodi yang dihasilkan akan membentuk kompleks imun yang akan mengendap pada organ target dan mengaktifkan sel radang untuk melakukan fagositosis yang diikuti oleh pembebasan metabolit asam arikidonat, radikal oksigen bebas, enzim protease yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan pada organ target tersebut (Setiyohadi, B., Sumariyono, Kasjmir, Y.I., Isbagio, H. dan Kalim, H., 2010).
demam. Di antara berbagai jenis prostaglandin tersebut, PGI2, merupakan vasodilator terkuat (Setiyohadi, B., Sumariyono, Kasjmir, Y.I., Isbagio, H. dan Kalim, H., 2010).
Peranan prostaglandin dalam menimbulkan nyeri pada proses inflamasi ternyata lebih kompleks. Pemberian PGE pada binatang percobaan tidak terbukti dapat memprovokasi nyeri secara langsung, tetapi harus ada kerjasama sinergistik dengan mediator inflamasi yang lain seperti histamin dan bradikinin (Setiyohadi, B., Sumariyono, Kasjmir, Y.I., Isbagio, H. dan Kalim, H., 2010).
2.3.5. Kajian Awal Terhadap Rasa Nyeri
Terdapat beberapa hal penting yang menjadi dasar kajian awal terhadap rasa nyeri yang dikeluhkan seorang pasien (Setiyohadi, B., Sumariyono, Kasjmir, Y.I., Isbagio, H. dan Kalim, H., 2010) yaitu:
a. Lokasi Nyeri
Mintalah pada pasien untuk menjelaskan daerah mana yang merupakan bagian paling nyeri atau sumber nyeri. Walaupun demikian perlu diperhatikan bahwa lokasi anatomik ini belum tentu sebagai sumber rasa nyeri yang dikeluhkan pasien.
b. Intensitas Nyeri
Pada umumnya dipakai rating scale dengan analogi visual atau dikenal sebagai Visual Analogue Scale (VAS). Mintalah pasien membuat rating terhadap rasa nyerinya (0-10) baik yang dirasakan saat ini,
Gambar 2.5. Visual Analogue Scale c. Kualitas Nyeri
Gunakan terminologi yang dikemukakan oleh pasien itu sendiri seperti nyeri tajam, seperti terbakar, seperti tertarik, nyeri tersayat dan sebagainya.
d. Awitan Nyeri, Variasi Durasi dan Ritme
Perlu ditanyakan kapan mulai nyeri terjadi, variasi lamanya kejadian nyeri itu sendiri serta adakah irama atau ritme terjadinya maupun intensitas nyeri. Apakah nyeri tetap berada pada lokasi yang diceritakan pasien? Apakah nyeri menetap atau hilang timbul?
e. Faktor Pemberat dan yang Meringankan Nyeri
Apa saja yang dapat memperberat rasa nyeri yang diderita pasien dan faktor apa yang meringankan nyeri hendaklah ditanyakan kepada pasien tersebut.
f. Pengaruh Nyeri
g. Gejala Lain yang Menyertai
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penyakit rematik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya. Penyakit rematik sering sekali dihubungkan dengan terminologi arthritis yang berhubungan dengan lebih dari 100 penyakit termasuk rheumatoid arthritis, osteoarthritis, gouty arthritis, spondiloartritis, lupus
eritematosus sistemik, skleroderma, dan lain-lain (American College of Rheumatology, 2013). Penyakit ini menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang. Penyakit ini dapat dikategorikan secara luas berupa penyakit sendi, keterbatasan fisik, gangguan tulang belakang, dan kondisi yang disebabkan oleh trauma (WHO, 2015).
Penyakit rematik memiliki dampak yang besar terhadap individu maupun terhadap masyarakat. Penyakit ini juga berdampak terhadap ekonomi dari individu, masyarakat, hingga negara (Sangha, 2000). Namun, penyakit rematik sering disepelekan oleh masyarakat pada umumnya karena tidak menimbulkan kematian. Padahal, apabila tidak ditangani dengan tepat, penyakit rematik dapat mengakibatkan gangguan fungsi bahkan kelumpuhan (Nainggolan, 2009).
Di dunia, osteoarthritis merupakan penyakit muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Prevalensi osteoarthritis lutut di dunia yaitu sebesar 3,8% dan osteoarthritis pinggul sebesar 0,85%. Tidak dijumpai perubahan yang bermakna
terhadap prevalensi osteoarthritis dari tahun 1990 hingga 2010. Sementara, prevalensi rheumatoid arthritis di dunia yaitu sebesar 0,24% tanpa dijumpai perubahan bermakna selama 20 tahun (Cross, M., Smith, E., Hoy, D., 2014). Gouty Arthritis memiliki prevalensi global sebesar 0,08% (Smith, E., Hoy, D.,
Amerika Serikat. Penyakit gouty arthritis menyerang 3 juta penduduk dan meningkat dibandingkan tahun 1995 yaitu 2,1 juta. (Lawrence, R.C., Felson, D.T., Helmick, C.G., et al., 2007).
Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Qing, Y.Z., (2008) prevalensi nyeri rematik di beberapa negara Asean adalah, 26.3% Bangladesh, 18.2% India, 23.6-31.3% Indonesia, 16.3% Filipina, dan 14.9% Vietnam. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2013), menunjukkan bahwa kecenderungan prevalensi rematik di Indonesia tahun 2007-2013 pada usia lebih sama dengan 15 tahun terdapat 30,3 % pada tahun 2007, dan mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu menjadi 24,7%. Sedangkan data penderita rematik di Indonesia berdasarkan jenis kelamin cenderung terjadi pada perempuan dengan prevalensi 34% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI, 2013). Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 menyebutkan bahwa gangguan muskuloskeletal menempati urutan ke-6 dari 10 penyakit terbanyak yang dilaporkan dari keseluruhan Puskesmas di Sumatera Utara. Menurut WHO, penyakit muskuloskeletal seperti penyakit rematik merupakan penyebab utama morbiditas dan kelumpuhan dan berujung kepada pengeluaran biaya kesehatan yang besar dan kehilangan pekerjaan. Di antara semua kondisi kesehatan, nyeri pinggang dan lutut yang disebabkan oleh osteoarthritis merupakan penyebab paling utama dari disabilitas di seluruh dunia (Hoy, D., March, L., Brooks, P., 2014). Rheumatoid arthritis juga menyebabkan disabilitas yang bermakna di seluruh dunia dengan konsekuensi yang berat bagi individu yang terserang (Cross, M., Smith, E., Hoy, D., 2014).
1.2. Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik dan jenis penyakit rematik pada pasien rawat jalan di Puskesmas Polonia periode Juli 2015-Oktober 2015.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui diagnosa penyakit rematik berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku, pendidikan). 2. Untuk menilai lokasi yang diserang pada pasien yang mengalami
keluhan rematik yang dirawat jalan di Puskesmas Polonia.
3. Untuk mengetahui tingkat nyeri pada pasien penyakit rematik di Puskesmas Polonia.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:
1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Puskesmas Polonia khususnya praktisi medis tentang gambaran karakteristik dan jenis penyakit rematik sehingga praktisi medis lebih cermat dan teliti dalam menangani ataupun melakukan rujukan pada pasien sehingga pasien-pasien tersebut memiliki outcome yang optimal serta standar pelayanan kesehatan pada pasien rematik dapat ditingkatkan.
2. Menjadi bahan rujukan untuk penelitian-penelitian berikutnya.
3. Menjadi wadah untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam menulis Karya Tulis Ilmiah serta daya analisa peneliti.
ABSTRAK
Penyakit rematik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya. Penyakit rematik sering sekali dihubungkan dengan terminologi arthritis yang berhubungan dengan lebih dari 100 penyakit termasuk rheumatoid arthritis, osteoarthritis, gouty arthritis, spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik, skleroderma, dan lain-lain. Penyakit ini menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang. Penyakit ini dapat dikategorikan secara luas berupa penyakit sendi, keterbatasan fisik, gangguan tulang belakang, dan kondisi yang disebabkan oleh trauma.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional dimana penelitian yang dilakukan dengan cara observasi, pengumpulan data sekaligus pada satu waktu, dan menggunakan data yang lalu. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu menggunakan rekam medik pasien penyakit rematik di Puskesmas Polonia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik dan jenis penyakit rematik pada pasien rawat jalan di Puskesmas Polonia periode Juli 2015-Oktober 2015.
Dari 63 sampel yang telah diteliti, didapati mayoritas sampel adalah perempuan sebanyak 42 orang (66.7%) dan laki-laki adalah 21 orang (33.3%). Sampel dari kategori jenis penyakit rematik, osteoartritis ada 22 orang (34,9%) dan artritis reumatoid ada 41 orang (65,1%). Sampel dari lokasi nyeri pada ekstremitas atas ada 19 orang (30,2%), lokasi nyeri pada vertebra ada 17 orang (27%), dan lokasi nyeri pada ekstremitas bawah ada 27 orang (42,9%). Sampel dari tingkat nyeri ringan ada 16 orang (25,4%), nyeri sedang ada 33 orang (52,4%), dan tingkat nyeri hebat ada 14 orang (22,2%).
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa karakteristik berdasarkan sosiodemografi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Polonia Medan sebagian besar berusia 51-60 tahun dengan jenis kelamin perempuan, sebagian besar suku Batak Karo dengan tingkat pendidikan hanya sampai SMP, pasien sebagian besar tidak bekerja, memiliki jenis penyakit rematik artritis reumatoid. Artritis reumatoid lebih banyak memiliki lokasi nyeri pada ekstremitas bawah dengan nyeri sedang.
ABSTRACT
Rheumatic disease is a disease that attacks the joints and surrounding
structures . Rheumatic diseases are often associated with the term “arthritis”
which is often linked to over 100 diseases including rheumatoid arthritis , osteoarthritis , gouty arthritis , spondiloarthritis , systemic lupus erythematosus , scleroderma , and others . The disease causes inflammation , stiffness , swelling , and pain in the joints , muscles , tendons , ligaments , and bones . This disease can be generally categorized in the form of joint disease , disability, spinal disorders , and conditions caused by trauma .
This research is a descriptive cross – sectional research conducted by observing , collecting data at once, and then using the past data . The data collected are secondary data from patient’s medical records of rheumatic diseases at the Polonia health center . The aims of this study are to describe the characteristics and types of rheumatic diseases in outpatients in Puskesmas Polonia period July 2015 - October 2015 .
Of the 63 samples that have been examined , found to be the majority of the sample is female as many as 42 people ( 66.7 % ) and males is 21 people ( 33.3 % ) . Samples from the category of rheumatic diseases osteoarthritis there are 22 people ( 34.9 % ) and rheumatoid arthritis there are 41 people ( 65.1 % ) . Samples from the site of pain in the upper limbs there are 19 people ( 30.2 % ) , the location of pain in the spine there are 17 people ( 27 % ) , and the location of pain in the lower extremities there are 27 people ( 42.9 % ) . Samples of mild pain there are 16 people ( 25.4 % ) , moderate pain there are 33 people ( 52.4 % ) , and severe pain there are 14 people ( 22.2 % ) .
From this research , it can be concluded that the socio-demographic characteristics based on outpatients in Puskesmas Polonia mostly aged 51-60 years with female, mostly are from Batak Karo ethnic with education level only until lower secondary , most of the patients do not work , have rheumatoid arthritis . Rheumatoid arthritis has pain in the lower extremities locations with moderate pain .
GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN JENIS PENYAKIT REMATIK
PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS POLONIA MEDAN
PERIODE JULI 2015-OKTOBER 2015
Oleh :
HEMALATHA YESONAZAN 120100538
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN JENIS PENYAKIT REMATIK
PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS POLONIA MEDAN
PERIODE JULI 2015-OKTOBER 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
HEMALATHA YESONAZAN 120100538
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Penyakit rematik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya. Penyakit rematik sering sekali dihubungkan dengan terminologi arthritis yang berhubungan dengan lebih dari 100 penyakit termasuk rheumatoid arthritis, osteoarthritis, gouty arthritis, spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik, skleroderma, dan lain-lain. Penyakit ini menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang. Penyakit ini dapat dikategorikan secara luas berupa penyakit sendi, keterbatasan fisik, gangguan tulang belakang, dan kondisi yang disebabkan oleh trauma.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional dimana penelitian yang dilakukan dengan cara observasi,