• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat Jabon Pola Bagi Hasil di Unit Usaha Perhutanan Kebun Semeru Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat Jabon Pola Bagi Hasil di Unit Usaha Perhutanan Kebun Semeru Bogor"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

SONYA DYAH KUSUMA DEWI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

ANALISIS FINANSIAL USAHA HUTAN RAKYAT JABON

POLA BAGI HASIL

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat Jabon Pola Bagi Hasil di Unit Usaha Perhutanan Kebun Semeru Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

(4)

ABSTRAK

SONYA DYAH KUSUMA DEWI. Analisis Finansial Hutan Rakyat Jabon Pola Bagi Hasil di Unit Usaha Perhutanan Kebun Semeru Bogor. Dibimbing oleh DODIK RIDHO NURROCHMAT.

Pemanfaatan hasil kayu yang berasal dari hutan rakyat memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri di tengah isu penurunan sumberdaya hutan alam Indonesia saat ini. Salah satu pola pengembangan hutan rakyat di Indonesia adalah pola kemitraan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan finansial usaha hutan rakyat jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) pola kemitraan dengan bentuk mekanisme bagi hasil oleh Unit Usaha Perhutanan Kebun Semeru, Koperasi Mitra Karsa Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan analisis finansial yang dilakukan dengan metode Discounted Cash Flow dengan hasil yaitu NPV sebesar Rp 202.700.335, IRR 31%, dan Net B/C 1,37 maka usaha hutan rakyat jabon pola bagi hasil layak dikembangkan. Meskipun keuntungan bersih yang diperoleh lebih kecil dibandingkan usaha hutan rakyat dengan modal mandiri atau modal pinjaman ke bank, namun pola bagi hasil merupakan alternatif yang menguntungkan dalam kondisi keterbatasan modal dan relatif sulit memperoleh pinjaman dari sektor pembiayaan resmi seperti bank.

Kata kunci: hutan rakyat, pola bagi hasil, analisis finansial

ABSTRACT

SONYA DYAH KUSUMA DEWI. Financial Analysis of Profit Sharing Scheme in Jabon Private Forest Management at Kebun Semeru Forestry Business Unit Bogor. Supervised by DODIK RIDHO NURROCHMAT.

Wood utilization of private forest has a potential to fulfill the raw material demand of industry amid the decreasing of natural forest resources in Indonesia. One of scheme for development of private forest in Indonesia is partnership scheme. The purpose of this research is to determine the financial feasibility of partnership scheme with profit sharing mechanism in jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) private forest management at Kebun Semeru Forestry Business Unit (UUP Kebun Semeru), Mitra Karsa Cooperative, Forestry Research and Development Agency that located in Leuwiliang District, Bogor Regency, West Java Province. Financial analysis using Discounted Cash Flow methods shows that the NPV is Rp 202.700.335, IRR is 31% and Net B/C is 1,37. It means that private forest management by UUP Kebun Semeru is financially feasible. Despite net profit that earned from this partnership scheme is less than net profit earned by self-capital or bank loan capital for private forest, this profit sharing scheme is one of profitable option in the situation of capital limitation or complex requirements to get loan from official financing sector such as bank.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

ANALISIS FINANSIAL USAHA HUTAN RAKYAT JABON

POLA BAGI HASIL

DI UNIT USAHA PERHUTANAN KEBUN SEMERU BOGOR

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat Jabon Pola Bagi Hasil di Unit Usaha Perhutanan Kebun Semeru Bogor

Nama : Sonya Dyah Kusuma Dewi NIM : E14090029

Disetujui oleh

Dr Ir Dodik Ridho Nurrochmat, MSc.F.Trop Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc.F.Trop Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur pada Allah atas segala ridho-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul dari penelitian ini adalah Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat Jabon Pola Bagi Hasil di Unit Usaha Perhutanan Kebun Semeru Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan atas bimbingan, dukungan dan bantuan dari dosen pembimbing Dr Ir Dodik Ridho Nurrochmat, MSc.F.Trop. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Rachman Effendi, M.Sc dan Bapak Indra Bandarjaja, SE yang telah memfasilitasi penelitian ini. Terimakasih juga kepada Mbak Nurhayati, Pak Eyank dan seluruh staff Unit Usaha Perhutanan Kebun Semeru Bogor yang telah membantu dalam proses pengumpulan data. Ungkapan terima kasih terbesar disampaikan kepada keluarga atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya. Terimakasih kepada M. Nugraha, teman-teman Fahutan IPB terutama para sahabat dan teman seperjuangan di MNH46, MNH47 dan IFSA LC-IPB yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atas segala bantuan dan dukungannya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tulisan ini, namun penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 3

Metode Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Unit Usaha Perhutanan Kebun Semeru Bogor (UUP Kebun Semeru) 6

Usaha Hutan Rakyat Jabon Pola Bagi Hasil 7

Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat Jabon UUP Kebun Semeru 12

KESIMPULAN DAN SARAN 16

Kesimpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis usaha yang dikembangkan UUP Kebun Semeru (Maret 2013) 7 2 Data penanaman hutan rakyat jabon UUP Kebun Semeru di Kecamatan

Leuwiliang (November 2013) 8

3 Data investasi di Hutan Rakyat Jabon UUP Kebun Semeru 10 4 Biaya-biaya usaha hutan rakyat jabon UUP Kebun Semeru 13 5 Hasil simulasi analisis finansial dengan berbagai sistem pemodalan 14 6 Proyeksi nilai kini manfaat bersih bagi investor 15 7 Hasil analisis sensitivitas usaha hutan rakyat pola bagi hasil UUP Kebun

Semeru 15

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan struktur organisasi manajemen UUP Kebun Semeru 6 2 Mekanisme bagi hasil dan kontribusi pihak-pihak dalam usaha hutan

rakyat jabon UUP Kebun Semeru

10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hak dan kewajiban pihak-pihak dalam usaha hutan rakyat pola bagi hasil UUP Kebun Semeru

18 2 Cashflow usaha hutan rakyat jabon pola bagi hasil UUP Kebun Semeru 20 3 Cashflow simulasiusaha hutan rakyat jabon dengan modal mandiri 22 4 Cashflow simulasi usaha hutan rakyat jabon dengan modal pinjaman

bank

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bahan baku berupa kayu bulat untuk industri di Indonesia didominasi dari hasil pemanenan hutan negara. Berdasarkan data dari Statistik Kehutanan Indonesia yang dirilis Kementerian Kehutanan Republik Indonesia pada tahun 2012, produksi kayu bulat nasional yang berasal dari hutan negara pada tahun 2011 sebesar 25.642.830 m3. Terdapat gap antara penyediaan bahan baku yang berasal dari hutan negara dan kapasitas produksi yang ada. Jumlah produksi kayu bulat ini belum dapat menyeimbangkan kapasitas produksi industri pengolahan kayu plywood, veneer, kayu gergajian, chip woods, dan pulp yang pada tahun 2011 mencapai 65.652.302 m3. Selain berasal dari hutan negara, kayu bulat dapat diperoleh dari sumber lain diantaranya hutan rakyat (Nurrochmat et al. 2012). Produksi kayu bulat nasional yang berasal dari hutan rakyat dan sumber lainnya pada tahun 2011 mencapai 21.786.505 m3 dari total produksi kayu bulat nasional yaitu 47.429.335 m3.

Pemanfaatan kayu yang berasal dari hutan rakyat memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri di tengah isu penurunan sumberdaya hutan alam Indonesia saat ini (Kasmaliasari et al. 2009; Yovi et al. 2009). Berdasarkan UU No. 41 Tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak atau selain tanah yang dimiliki negara. Pengembangan hutan rakyat di Indonesia dilaksanakan dengan beberapa pola yaitu pola swadaya, pola subsidi dan pola kemitraan (Dephut 1990 dalam Raharjo et al. 2010).

Hutan rakyat pola kemitraan adalah hutan rakyat yang dibangun atas kerjasama masyarakat dan perusahaan swasta atau koperasi dengan insentif permodalan bunga ringan (Raharjo et al. 2010). Perkembangan hutan rakyat dengan pola kemitraan dilakukan dengan berbagai bentuk kerjasama. Salah satu bentuk pola kemitraan yang telah dikembangkan adalah pola bagi hasil. Pola bagi hasil yang telah diterapkan diantaranya adalah usaha hutan rakyat jabon oleh Unit Usaha Perhutanan Kebun Semeru Bogor (UUP Kebun Semeru) yang berada dibawah Koperasi Mitra Karsa Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

(12)

2

Perumusan Masalah

Usaha budidaya tanaman hutan termasuk katagori bisnis high risk high return. Usaha hutan rakyat jabon oleh UUP Kebun Semeru dengan pola kemitraan bagi hasil melibatkan pihak-pihak lain yaitu investor, pemilik lahan dan petani penggarap sehingga keberhasilan usaha tidak hanya dipengaruhi oleh satu pihak saja. Analisis kelayakan usaha dari aspek finansial diperlukan sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola dalam menjalankan usaha hutan rakyat kemitraan. Pola usaha bagi hasil merupakan alternatif bagi pengusaha dalam kondisi kendala keterbatasan modal pada bisnis hutan rakyat. Meskipun keuntungan usaha hutan rakyat kemitraan pola bagi hasil yang diperoleh tidak sebesar usaha dengan modal mandiri atau pinjaman ke bank, namun pola bagi hasil dapat menjadi opsi yang menguntungkan untuk usaha hutan rakyat dalam kondisi keterbatasan modal.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kelayakan usaha melalui analisis finansial usaha hutan rakyat jabon pola bagi hasil UUP Kebun Semeru

2. Membandingkan gambaran kelayakan finansial usaha pola bagi hasil hutan rakyat jabon UUP Kebun Semeru dengan sistem pemodalan mandiri dan pinjaman

3. Menganalisis kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha hutan rakyat jabon pola bagi hasil UUP Kebun Semeru Bogor terhadap kondisi perubahan yang mungkin terjadi

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi mengenai kelayakan finansial usaha hutan rakyat jabon pola bagi hasil UUP Kebun Semeru sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pengelola usaha dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Selain itu diharapkan penelitian ini juga dapat menjadi rujukan untuk pelaksanaan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang sejenis serta menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang akan mendirikan usaha hutan rakyat dengan pola bagi hasil.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

(13)

3

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data yang terkait dengan pengelolaan usaha dan aspek finansial usaha yang dikumpulkan melalui wawancara dengan Direktur Utama UUP Kebun Semeru, staff administrasi UUP Kebun Semeru serta pendamping petani penggarap. Selain itu data primer juga diperoleh dari hasil observasi ke lokasi penanaman. Data sekunder merupakan data yang berasal dari proses studi literatur dan dokumen yang terkait.

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif yaitu analisis deskriptif mengenai gambaran pengelolaan usaha. Analisis data kuantitatif diolah menggunakan perangkat komputer dengan menggunakan software Ms.Excel. Analisis data kuantitatif yang dilakukan adalah analisis finansial dengan metode Aliran Kas Berdiskonto (Discounted Cash Flow) berdasarkan kriteria kelayakan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Selain itu juga dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui kepekaan usaha terhadap kondisi perubahan tertentu, yang memengaruhi sisi manfaat (benefit) maupun biaya (cost).

Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah selisih antara nilai kini (present value) dari investasi dengan penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Umar 2007). NPV merupakan salah satu kriteria kelayakan usaha yang mempertimbangkan nilai waktu terhadap uang (time value of money) yang merupakan selisih dari nilai kini arus manfaat dengan nilai kini arus biaya dalam cashflow.

NPVdapat diperoleh melalui persamaan (Gittinger 2008):

Keterangan :

Bt = manfaat yang diperoleh pada tahun ke-t

Ct = biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t

i = tingkat bunga (diskonto) yang berlaku t = umur ekonomis usaha

Jika suatu usaha memiliki NPV > 0 maka usaha dinilai layak untuk dijalankan. Apabila nilai NPV ≤ 0 maka usaha dinilai tidak layak secara finansial (Gittinger 2008).

Internal Rate of Return (IRR)

(14)

4

Tingkat bunga tersebut adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu usaha untuk sumberdaya yang digunakan (Gittinger 2008).

IRR dapat diperoleh melalui persamaan (Kasmir dan Jakfar 2003):

Keterangan :

i1 = Tingkat suku bunga yang menyebabkan NPV positif i2 = Tingkat suku bunga yang menyebabkan NPV negatif NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

Jika IRR dari suatu usaha sama dengan tingkat suku bunga, maka NPV dari usaha tersebut sama dengan nol. Oleh karena itu, jika IRR ≥ tingkat suku bunga, maka usaha layak dijalankan dan jika IRR < tingkat suku bunga, maka usaha tidak layak dijalankan (Kasmir dan Jakfar 2003).

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Gittinger (2008), mengemukakan bahwa Benefit Cost Ratio (B/C) diperoleh dari nilai kini arus manfaat dibagi dengan nilai kini arus biaya. Sedangkan Net Benefit Cost Ratio adalah pembagian nilai kini manfaat bersih dengan nilai kini investasi. Manfaat bersih adalah nilai kini manfaat bersih tahunan dalam cashflow yang nilainya positif sedangkan investasi adalah nilai kini manfaat bersih tahunan dalam cashflow yang nilainya negatif. Net B/C dapat diperoleh melalui persamaan:

Keterangan:

Nt = Manfaat bersih tahunan yang bernilai positif

Kt = Manfaat bersih tahunan yang bernilai negatif

t = tahun ke-

Jika Net B/C ≥ 1 maka usaha dinilai layak untuk dijalankan. Apabila nilai Net B/C < 1 maka usaha dinilai tidak layak secara finansial (Gittinger 2008).

Analisis Sensitivitas

Kendala utama dalam analisis kelayakan adalah proyeksi selalu menghadapi ketidaktentuan yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah diramalkan atau diperkirakan. Analisis sensitivitas adalah suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah pada suatu usaha (Gittinger 2008).

(15)

5

skenario apabila terjadi peningkatan biaya total sebesar 10% dan penurunan hasil penjualan kayu sebesar 10%. Batas sensitivitas kelayakan usaha hutan rakyat jabon UUP Kebun Semeru berdasarkan skenario tersebut diduga melalui metode switching value yaitu mengganti nilai dari elemen cashflow yang menggambarkan kondisi tertentu untuk mengetahui tingkat minimum suatu usaha layak dijalankan (Gittinger 2008).

Asumsi-Asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis finansial usaha hutan rakyat jabon UUP Kebun Semeru adalah sebagai berikut:

1. Jangka waktu analisis adalah enam tahun sebagaimana umur kontrak usaha yang didasarkan pada waktu masak tebang jabon

2. Pohon yang ditanam adalah sejumlah pohon yang diinvestasikan oleh investor yang telah menandatangani surat perjanjian kerjasama di tahun 2013 yaitu sebanyak 11.735 pohon yang ditanam secara bertahap di tahun 2013 di lahan seluas 14,85 ha dengan pola monokultur

3. Harga investasi jabon adalah berdasarkan paket yang ditawarkan oleh UUP Kebun Semeru yaitu Rp 5.000.000 untuk maksimal 100 pohon dalam paket mini dan Rp 25.000.000 untuk maksimal 625 pohon dalam paket regular 4. Biaya-biaya pengelolaan usaha diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak

UUP Kebun Semeru dan biaya pasar tertinggi yang berlaku pada masa analisis data. Biaya pengangkutan hasil kayu dan administrasinya ditanggung oleh pembeli

5. Pemanenan dilakukan di tahun ke-6 secara semi-mekanis dengan menyewa chainsaw dan mengupah operator dengan biaya pemanenan Rp 80.000/pohon 6. Kayu (log) jabon hasil pemanenan memiliki volume sebesar 0,48 m3/pohon

dengan harga jual Rp 1.000.000/m3

7. Hasil penanaman dianggap berhasil 100% (tidak terjadi kegagalan penanaman) dan keseluruhan hasil kayu (log) akan ditampung oleh industri 8. Bagi hasil dilakukan sesuai dengan presentase bagi hasil yang diberlakukan

yaitu 50% untuk investor, 10% untuk pemilik lahan, 25% untuk petani penggarap serta 15% untuk UUP Kebun Semeru. Hasil yang dibagi adalah laba bersih yaitu hasil penjualan kayu yang telah dikurangi biaya pemanenan dan pajak

9. Pajak yang berlaku berdasarkan pada Undang Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan pasal 17 ayat 2c yang menyebutkan bahwa pajak penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada wajib pajak orang pribadi dalam negeri paling tinggi adalah 10% dan bersifat final

10.Tingkat suku bunga yang digunakan dalam analisis adalah suku bunga Bank Indonesia (BI rate) sesuai dengan yang diberlakukan oleh UUP Kebun Semeru. BI rate yang digunakan adalah BI rate pada masa analisis data yaitu pada tanggal 13 Maret 2014 sebesar 7,5%

11.Kondisi perekonomian Indonesia dianggap stabil selama masa analisis

Simulasi Cash Flow dan Analisis Finansial

(16)

6

gambaran usaha bagi UUP Kebun Semeru dari penerapan pemodalan yang berbeda-beda.

Asumsi yang digunakan untuk analisis finansial usaha hutan rakyat jabon dengan pola mandiri dikembangkan dari asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis finansial pola bagi hasil. Hal yang berbeda diantaranya:

1. Pada skenario pertama modal merupakan dana dari UUP Kebun Semeru, sedangkan pada skenario kedua modal merupakan dana pinjaman ke bank 2. Modal dipinjam dari bank dengan tingkat suku bunga yang diberlakukan

adalah 16% sesuai dengan suku bunga yang berlaku untuk pinjaman melalui program Kredit Usaha Rakyat Bank BRI tahun 2014

3. Tidak ada penjualan jasa investasi sehingga komponen biaya berkurang untuk promosi namun bertambah untuk upah petani penggarap dan sewa lahan

4. Tidak ada pembagian hasil di akhir masa usaha namun terdapat pembayaran kembali pinjaman ke bank dengan tingkat bunga yang berlaku

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unit Usaha Perhutanan Kebun Semeru Bogor (UUP Kebun Semeru)

Unit Usaha Perhutanan Kebun Semeru Bogor (UUP Kebun Semeru) adalah unit usaha yang merupakan bagian dari Koperasi Mitra Karsa Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan berdasarkan Akta Pendirian No.27 Tanggal 27 Maret 2013. Pada awalnya, Kebun Semeru adalah sebuah nursery tanaman hias yang memiliki usaha budidaya dan pembibitan tanaman hias, tanaman pelindung untuk landscape perumahan dan taman kota yang berlokasi di Jalan Dokter Sumeru, Bogor. Perluasan usaha berupa penanaman tanaman hutan dilakukan sejak tahun 2011 yaitu usaha penanaman jabon dengan sistem bagi hasil bekerja sama dengan Koperasi Mitra Karsa.

Kantor UUP Kebun Semeru berlokasi di Jl. Gunung Batu No.5 Bogor. UUP Kebun Semeru dipimpin oleh seorang direktur utama yaitu Bapak Indra Bandjardjaja, SE dengan jumlah karyawan tetap sebanyak 15 orang. Struktur organisasi UUP Kebun Semeru adalah sebagai berikut (Gambar 1):

Gambar 1 Bagan struktur organisasi manajemen UUP Kebun Semeru Direktur Utama

Koperasi

Direktur Marketing Direktur Keuangan Direktur Produksi

(17)

7

Usaha yang sedang dijalankan UUP Kebun Semeru adalah penanaman jabon, penanaman jabon dengan sistem bagi hasil dan villa kebun. Secara rinci, jenis-jenis usaha UUP Kebun Semeru adalah sebagai berikut (Tabel 1):

Tabel 1 Jenis usaha yang dikembangkan UUP Kebun Semeru (Maret 2013)

No Jenis Usaha Lokasi Luas (ha)

1 Penanaman jabon Purwakarta 7,00

2 Penanaman jabon Sukabumi 63,00

3 Villa kebun Warung Kiara, Sukabumi 76,50

4 Usaha bagi hasil penanaman jabon

Leuwiliang, Kab. Bogor 14,85

Usaha Hutan Rakyat Jabon Pola Bagi Hasil

Salah satu jenis usaha yang dijalankan UUP Kebun Semeru adalah hutan rakyat jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) dengan pola bagi hasil. UUP Kebun Semeru mengusahakan dana investor dengan melakukan penanaman jabon di suatu lahan dengan hak milik yang diinvestasikan dan melibatkan masyarakat sekitar sebagai petani penggarap. Usaha mulai dijalankan sejak tahun 2013 mulai dari tahap persiapan usaha meliputi kegiatan pemasaran jasa investasi dan pencarian lahan penanaman hingga pelaksanaan penanaman secara bertahap di bulan Juni tahun 2013. Usaha akan dijalankan selama satu periode masak tebang jabon yaitu selama enam tahun, sehinga pemanenan akan dilakukan pada tahun 2019.

Kondisi Umum Hutan Rakyat Jabon Pola Bagi Hasil UUP Kebun Semeru

Lokasi hutan rakyat jabon pola bagi hasil UUP Kebun Semeru yaitu di desa Karacak dan Karyasari yang secara administratif adalah bagian dari Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Desa Karacak dan Karyasari adalah desa yang berbatasan secara administratif.

Mata pencaharian masyarakat desa umumnya adalah petani di lahan sendiri atau petani penggarap di lahan milik orang lain. Oleh karena itu, tenaga kerja untuk petani penggarap mudah diperoleh di sekitar lokasi penanaman jabon oleh UUP KS. Berdasarkan data BPS (2013), kedua desa ini memiliki potensi pertanian tinggi berupa perkebunan rakyat dengan komoditi buah dan sayuran. Selain perkebunan rakyat, potensi usaha hutan rakyat di Desa Karacak dan Desa Karyasari adalah yang tertinggi dibandingkan desa-desa lainnya di Kecamatan Leuwiliang. Luas hutan rakyat yang tersebar di Kecamatan Leuwiliang pada tahun 2012 adalah 1.203 ha dimana seluas 410 ha terdapat di Desa Karacak dan 629 ha terdapat di desa Karyasari.

Hutan rakyat jabon yang diusahakan UUP Kebun Semeru terdapat pada satu lokasi di Desa Karyasari dan dua lokasi di Desa Karacak. Berdasarkan hasil observasi lapang, lokasi lahan penanaman jabon UUP Kebun Semeru memiliki topografi beragam dari mulai datar sampai ke curam dengan ketinggian rata-rata 600 mdpl. Curah hujan rata-rata di Kecamatan Leuwiliang adalah 3.000-4.000 mm/tahun dan temperatur harian rata-rata 30-35 ºC (BPS 2013). Di sekitar lokasi hutan rakyat jabon ditemukan hutan rakyat lain dan ladang masyarakat.

(18)

8

dengan rata-rata diameter masih kurang dari 10 cm. Luas total hutan rakyat jabon UUP Kebun Semeru yang telah ditanami adalah 14,85 ha dengan rincian penanaman sebagai berikut (Tabel 2):

Tabel 2 Data penanaman hutan rakyat jabon UUP Kebun Semeru di Kecamatan Leuwiliang (November 2013)

aKegiatan penanaman masih berjalan untuk memenuhi jumlah pohon dalam surat perjanjian

kerja sama dengan investor yaitu 11.735 pohon.

Tahapan Silvikultur Hutan Rakyat Jabon Pola Bagi Hasil UUP Kebun Semeru

Jenis yang dibudidayakan dalam hutan rakyat pola bagi hasil UUP Kebun Semeru adalah jabon (Anthocephalus cadamba Miq.). Krisnawati et al. (2011) mengemukakan bahwa jabon yang termasuk dalam famili Rubiaceae merupakan salah satu jenis pohon yang memiliki prospek tinggi untuk hutan tanaman industri dan tanaman reboisasi di Indonesia karena pertumbuhannya yang sangat cepat, kemampuan beradaptasinya pada berbagai kondisi tempat tumbuh, perlakuan silvikulturnya yang relatif mudah, serta relatif bebas dari serangan hama dan penyakit yang serius. Jabon merupkan fast growing species yang dapat dipanen pada umur 5-6 tahun (Mulyana et al. 2011). Hal-hal tersebut menjadi pertimbangan bagi UUP Kebun Semeru memilih jenis jabon diantara jenis-jenis fast growing species lainnya. Selain itu, prospek pasar kayu jabon menjanjikan karena kayu jabon dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kayu lapis, pulp dan veneer serta sebagai kayu konstruksi ringan (Krisnawati et al. 2011). UUP Kebun Semeru telah memiliki kontrak dengan dua perusahaan industri kayu lapis mengenai penjualan kayu jabon hutan rakyat ini. Berdasarkan Warisno dan Dahana (2011), jabon yang dipanen pada tahun ke-6 paling cocok digunakan sebagai kayu lapis.

Jabon adalah jenis yang tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, terutama pada tanah yang subur dan beraerasi baik (Soerianegara dan Lemmens 1993 dalam Krisnawati et al. 2011). Cahaya merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan jabon. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan jabon adalah pada suhu minimum antara 3-15,5 ºC dan suhu maksimum antara 32-42 ºC, curah hujan tahunan 1.500-5.000 mm dan di ketinggian 0-1.100 mdpl di iklim tropis (Martawijaya et al. 1989 dalam Krisnawati et al (2011). Meskipun UUP Kebun Semeru memilih lokasi penanaman berdasarkan ketersediaan lahan, namun kondisi tempat tumbuh di Leuwiliang secara umum sesuai untuk pertumbuhan jabon.

(19)

9

cm dengan kondisi budidaya yang baik. UUP Kebun Semeru memprediksi volume panen yang akan dicapai adalah 0,48 m3/pohon.

Tahapan silvikultur yang dilakukan oleh UUP Kebun Semeru pada hutan rakyat jabon pola bagi hasil yang dikembangkannya yaitu:

1. Pengadaan bibit dan persiapan lahan

Bibit jabon diperoleh oleh UUP Kebun Semeru dari sebuah persemaian jabon di Jawa Tengah. Sebelum dilakukan penanaman, dilakukan kegiatan penyiapan lahan yaitu pembersihan lahan, pembuatan lubang tanam dan pemasangan ajir. Jarak tanam untuk penanaman adalah 3 m x 3 m. Ukuran lubang tanam adalah 30 cm x 30 cm x 30 cm. Sebelum penanaman, dilakukan pengolahan tanah dan kompos diberikan di lubang tanam sebanyak ± 3 kg/lubang tanam

2. Penanaman

Penanaman sebanyak 11.735 pohon pada lahan seluas 14,85 ha dilakukan secara bertahap oleh lima orang petani penggarap

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan adalah pendangiran secara berkala, pemupukan dan penyemprotan herbisida. Pemupukan dilakukan setiap enam bulan sekali hingga tahun kedua. Pupuk yang diberikan adalah pupuk NPK. Setiap satu hektar lahan membutuhkan ± 100 kg pupuk NPK. Penyemprotan herbisida dilakukan setiap enam bulan sekali hingga tahun kelima. Jenis herbisida yang diberikan adalah Round Up. Setiap satu hektar lahan membutuhkan 1,5 liter Round Up

4. Pemanenan

Penebangan akan dilakukan secara semi-mekanis dengan menggunakan chainsaw. Penyaradan kayu akan dilakukan dengan tenaga manusia

Mekanisme Bagi Hasil Usaha Hutan Rakyat Jabon UUP Kebun Semeru

Usaha hutan rakyat jabon oleh UUP Kebun Semeru dikembangkan melalui pola kemitraan antara UUP Kebun Semeru dan masyarakat. Keterlibatan masyarakat sebagai mitra usaha UUP Kebun Semeru yaitu sebagai investor dana dan lahan serta sebagai petani penggarap.

Masyarakat dapat melakukan investasi berupa dana untuk pembiayaan hutan rakyat ini melalui program kerjasama yang terdiri dari:

1. Paket investasi mini, yaitu paket investasi senilai Rp 5.000.000 untuk pembiayaan 100 pohon

2. Paket investasi regular, yaitu paket investasi senilai Rp 25.000.000 untuk pembiayaan 625 pohon

(20)

10

Berikut adalah data investasi yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam usaha hutan rakyat jabon UUP Kebun Semeru (Tabel 3):

Tabel 3 Data investasi di Hutan Rakyat Jabon UUP Kebun Semeru No Nama Investor Jumlah Pohon Paket Investasi

Mini Regular

Selain investasi berupa dana, masyarakat yang terlibat adalah pemilik lahan yang menginvestasikan lahannya sebagai lokasi usaha hutan rakyat. Masyarakat sekitar lokasi penanaman dilibatkan sebagai petani penggarap hutan rakyat jabon. Jangka waktu kemitraan adalah selama enam tahun sesuai dengan daur ekonomis jabon dan berlaku mulai dari proses persiapan lahan hingga ke pemanenan. Perjanjian kerjasama terutama dengan investor dan pemilik lahan dilakukan secara legal melalui pembuatan surat perjanjian kerjasama di notaris.

Keuntungan usaha investasi akan diperoleh pada tahun keenam. Distribusi keuntungan usaha ke semua pihak dilakukan melalui mekanisme bagi hasil sebagai berikut (Gambar 2):

(21)

11

UUP Kebun Semeru berperan sebagai fasilitator pihak-pihak dan pengelola dalam pelaksanaan usaha. UUP Kebun Semeru melakukan kegiatan promosi jasa investasi dalam rangka mencari investor dan melakukan survei untuk lokasi penanaman. Setelah dilakukan perjanjian dengan pemilik lahan dan investor, dana investasi yang diberikan oleh investor akan dikelola untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan dalam usaha hutan rakyat di lahan milik tersebut. UUP kebun Semeru melakukan pembangunan hutan rakyat dan merekrut petani penggarap. Kegiatan di lapangan dilakukan oleh petani penggarap di bawah pendampingan UUP Kebun Semeru. Peralatan, bibit, pupuk, herbisida dan hal lain yang dibutuhkan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat di lapangan disediakan oleh UUP Kebun Semeru. Pembagian keuntungan pada tahun keenam dilakukan sesuai persentase yang telah disetujui yaitu 50% untuk investor, 25% untuk petani penggarap, 15% untuk UUP Kebun Semeru dan 10% untuk pemilik lahan. Keuntungan yang dibagi adalah hasil penjualan yang telah dikurangi biaya pemanenan, pajak, dan biaya-biaya lain yang setelah pemanenan.

Kesuksesan pola usaha kemitraan secara umum ditentukan oleh prinsip keadilan, tanggung jawab, transparan, mekanisme institusi serta adanya keuntungan ekonomi dan finansial bagi semua pihak yang terlibat dalam kemitraan (Ichwandi dan Saleh 2000 dalam Noorvitrastri dan Wijayanto 2003). Mekanisme bagi hasil usaha dalam menjalankan usaha hutan rakyat pola kemitraan akan berjalan lancar apabila para pihak dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya sehingga hak masing-masing pihak akan dapat terpenuhi dan memperoleh keuntungan finansial yang adil. Sistem monitoring dan pelaporan yang transparan dibutuhkan untuk fungsi kontrol dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam usaha. Hak dan kewajiban pihak-pihak dalam kemitraan usaha hutan rakyat pola bagi hasil oleh UUP Kebun Semeru terdapat pada Lampiran 1.

Pola bagi hasil dalam pengembangan usaha tanaman hutan dapat menghindari terjadinya peningkatan resiko akibat adanya tingkat bunga pinjaman. Meskipun demikian, dalam mengantisipasi resiko yang terjadi perlu dibentuk mekanisme penanggungan resiko usaha yang disetujui pihak-pihak dalam usaha. Mekanisme penanggungan resiko sesuai dengan surat perjanjian kerjasama usaha hutan rakyat jabon pola bagi hasil rakyat UUP Kebun Semeru adalah sebagai berikut:

1. Resiko ditanggung seluruh pihak yang besarnya akan dilakukan melalui musyawarah jika terjadi force majeure seperti bencana alam, serangan hama penyakit, peperangan, huru hara dan hal lain yang berakibat pada tidak dapat terlaksananya kegiatan

2. Resiko ditanggung oleh petani penggarap jika terdapat pohon mati atau hilang sebanyak ≤ 25%

3. Resiko ditanggung oleh UUP Kebun Semeru jika terdapat pohon mati atau hilang sebanyak 25-40%

4. Jika terdapat kematian atau kehilangan pohon >40% maka akan dilakukan penggantian melalui buffer zone untuk mencukupi jumlah pohon sesuai dengan yang diinvestasikan

(22)

12

Analisis Finansial Usaha Hutan Rakyat Jabon UUP Kebun Semeru

Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha hutan rakyat jabon dengan pola bagi hasil oleh UUP Kebun Semeru. Analisis finansial menggunakan metode Discounted Cash Flow berdasarkan kriteria kelayakan NPV (Net Benefit Cost Ratio), IRR (Internal Rate of Return), dan Net B/C (Net Benefit Cost Ratio).

Analisis Inflow Usaha Hutan Rakyat Jabon UUP Kebun Semeru

Inflow atau arus kas masuk pada dasarnya merupakan proyeksi pemasukan uang (manfaat) dari berbagai sumber (Nugroho 2004). Inflow untuk usaha hutan rakyat jabon pola bagi hasil UUP Kebun Semeru berasal dari hasil penjualan kayu dan penjualan jasa investasi (dana investor).

Hasil penjualan kayu dihitung dengan asumsi rata-rata volume kayu yang dipanen adalah 0,48 m3 dengan jumlah 11.735 pohon. Harga jual kayu diasumsikan Rp 1.000.000/m3, sesuai dengan harga jual minimal yang ditargetkan UUP Kebun Semeru. Harga ini merupakan harga rata-rata karena harga pasar pohon jabon berdasarkan Mulyana et al. (2011) berkisar pada harga Rp 900.000/m3-Rp 1.200.000/m3 dan diperkirakan akan terus meningkat. Total hasil penjualan kayu jabon di tahun keenam dari hutan rakyat UUP Kebun Semeru diperkirakan sebesar Rp 5.632.800.000.

Total dana investor dihitung berdasarkan jumlah jasa investasi yang terjual yaitu pada 14 investor yang menginvestasikan dananya melalui paket mini sebanyak empat paket dan paket regular sebanyak 20 paket. Total penerimaan dana investor di tahun pertama berjalannya usaha sebesar Rp 520.000.000.

Analisis Outflow Usaha Hutan Rakyat Jabon UUP Kebun Semeru

Outflow atau arus kas keluar pada dasarnya adalah proyeksi biaya-biaya yang akan dan telah dikeluarkan selama periode usaha yang akan dianalisis (Nugroho 2004). Biaya yang dikeluarkan untuk usaha hutan rakyat jabon UUP Kebun Semeru dibagi menjadi biaya investasi dan biaya operasional.

(23)

13

Rincian pembiayaan yang digunakan untuk usaha ini adalah sebagai berikut (Tabel 4):

Tabel 4 Biaya-biaya usaha hutan rakyat jabon UUP Kebun Semeru

Jenis biaya Nominal Satuan Waktu

Pengeluaran Biaya Investasi

1. Persiapan usaha dan promosi 45.000.000 Rp t-0

2. Pembelian peralatan 7.825.000 Rp t-0

Biaya Operasional Tetap

1. Sewa lahana 1.437.724 Rp/ha/tahun

t-0

2. Administrasi pendirian usaha 66.000.000 Rp t-0

3. Gaji karyawan 60.000.000 Rp/tahun t-1, t-2, t-3, t-4, t-5, t-6

Biaya Operasional Variabel

1. Penyediaan bibit 2.003.367 Rp/ha t-0

2. Persiapan lahan dan penanaman 2.145.454 Rp/ha t-0

3. Pemeliharaan tahun ke-1 2.738.787 Rp/ha/tahun t-1

4. Pemeliharaan tahun ke-2 2.738.787 Rp/ha/tahun t-2

5. Pemeliharaan tahun ke-3 2.367.818 Rp/ha/tahun t-3

6. Pemeliharaan tahun ke-4 2.367.818 Rp/ha/tahun t-4

7. Pemeliharaan tahun ke-5 2.367.818 Rp/ha/tahun t-5

8. Pemanenanb 63.218.855 Rp/ha

t-6

aDalam usaha hutan rakyat UUP Kebun Semeru dari total 14.85 ha lahan, hanya satu pemilik

lahan yang ikut serta dalam mekanisme bagi hasil sehingga masih terdapat biaya sewa lahan Rp 1.500.000/ha/tahun untuk lahan seluas 3,15 ha dan Rp 1.400.000/ha/tahun untuk lahan seluas 5,20 ha.

bBiaya pemanenan yang dialokasikan oleh UUP Kebun Semeru sebesar Rp 80.000/pohon

mencakup biaya penyewaan chainsaw, upah operator dan hal-hal lain terkait penebangan pohon.

Berdasarkan biaya-biaya pada Tabel 4, maka biaya total untuk pengelolaan hutan rakyat jabon UUP Kebun Semeru selama enam tahun diperkirakan sebesar Rp 1.738.093.300 untuk 11.735 pohon di lahan seluas 14,85 ha. Selain biaya-biaya tersebut, terdapat pengeluaran berupa pajak dan pembagian hasil ke mitra usaha. Besar pajak didasarkan pada Undang Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan pasal 17 ayat 2c mengenai pajak penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada wajib pajak orang pribadi dalam negeri yaitu 10% dari besar penghasilan bersih. Pembagian hasil ke mitra usaha berdasarkan presentase dalam mekanisme bagi hasil yang berlaku sehingga penerimaan UUP Kebun Semeru sebesar 15% dari hasil usaha telah dikurangi pajak dan biaya pemanenan. Biaya pengangkutan hasil panen beserta administrasinya ditanggung oleh pembeli kayu.

Kelayakan Usaha Hutan Rakyat Jabon Pola Bagi Hasil UUP Kebun Semeru

(24)

14

menunjukkan bahwa biaya dapat tertutupi oleh keuntungan yang diperoleh dan memberikan manfaat bersih. Berdasarkan ketiga kriteria kelayakan maka usaha hutan rakyat jabon pola bagi hasil layak secara finansial yang artinya akan memberikan keuntungan bagi UUP Kebun Semeru.

Perbandingan Analisis Finansial Penerapan Pola Bagi Hasil dengan Simulasi Penerapan Pola Usaha Modal Mandiri dan Pinjaman Bank

Analisis finansial juga dilakukan dengan melakukan simulasi cash flow apabila usaha hutan rakyat pola bagi hasil UUP Kebun Semeru dilakukan menggunakan modal mandiri dan dengan modal pinjaman ke bank. Perbedaan komponen cashflow antara pola bagi hasil, modal mandiri dan pinjaman ke bank dapat dilihat dalam lampiran. Perbandingan hasil analisis finansial dengan berbagai sistem pemodalan adalah sebagai berikut (Tabel 5):

Tabel 5 Hasil simulasi analisis finansial dengan berbagai sistem pemodalan Skenario Luas

Hasil simulasi dalam Tabel 5 menunjukkan bahwa dengan modal mandiri, manfaat bersih yang diperoleh oleh pengusaha lebih besar dibandingkan keuntungan dari pola bagi hasil. Hal ini ditunjukkan dari nilai NPV dan Net B/C skenario usaha dengan modal mandiri yang jauh lebih besar dibandingkan pola bagi hasil. Keuntungan yang diperoleh jauh lebih besar karena apabila usaha dijalankan dengan modal mandiri maka tidak ada pembagian hasil dengan pihak lain. Namun dalam kenyataannya, usaha dengan modal mandiri sulit dilakukan karena kondisi keterbatasan dana untuk modal usaha.

Kondisi keterbatasan dana dapat diatasi dengan melakukan pinjaman ke bank. Saat ini telah banyak program perkreditan usaha rakyat oleh bank-bank di Indonesia yang salah satunya adalah program Kredit Usaha Rakyat dengan tingkat suku bunga efektif 16%. Hasil simulasi dengan skenario pinjaman ke bank menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan jika usaha dijalankan dengan pola bagi hasil. Di tingkat suku bunga yang lebih tinggi, usaha dengan modal pinjaman bank tetap memberikan nilai Net B/C dan IRR lebih tinggi dibandingan pola usaha bagi hasil. Namun dalam kenyataannya jenis usaha hutan rakyat masih sering mengalami kesulitan dalam memperoleh pinjaman modal dari sektor resmi seperti bank (Nugroho 2010; Usman et al. 2004).

(25)

15

sisi pengelola usaha namun juga akan menguntungkan bagi investor dana. Berdasarkan hasil pada Tabel 6 menunjukkan bahwa investor baik dengan paket investasi mini atau regular akan memperoleh nilai kini manfaat bersih yang lebih besar dibandingan dengan dana yang diinvestasikan dalam usaha.

Tabel 6 Proyeksi nilai kini manfaat bersih bagi investor Paket investasi Jumlah pohon Nilai investasi NPV

Mini 100 Rp 5.000.000 RP 11.515.429

Regular 625 Rp 25.000.000 Rp 71.971.430

Analisis Sensitivitas Usaha Hutan Rakyat Jabon UUP Kebun Semeru

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui kepekaan usaha terhadap pengaruh dari kondisi-kondisi tertentu. Perubahan keeadaan yang dipertimbangkan dalam usaha hutan rakyat jabon UUP Kebun Semeru adalah apabila terjadi peningkatan biaya pengelolaan usaha dan apabila terjadi penurunan penerimaan hasil usaha. Peningkatan biaya dapat terjadi misalnya karena pengaruh terjadinya inflasi. Sedangkan penurunan penerimaan hasil usaha dapat terjadi misalnya karena penurunan harga jual kayu atau jumlah produksi yang diakibatkan kegagalan penanaman sehingga terdapat pohon yang mati atau pohon yang kualitasnya kurang dari harapan.

Analisis sensitivitas dilakukan dengan dua skenario yaitu apabila terjadi kenaikan biaya total sebesar 10% dan apabila terjadi penurunan pendapatan sebesar 10%. Hasil analisis sensitivas adalah sebagai berikut (Tabel 7):

Tabel 7 Hasil analisis sensitivitas usaha hutan rakyat pola bagi hasil UUP Kebun Semeru Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 7, meskipun terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR serta BCR namun secara umum kondisi kelayakan usaha tidak mengalami perubahan pada kenaikan biaya atau penurunan pendapatan sebesar 10%. Nilai NPV yang dihasilkan masih lebih besar dari 0, nilai IRR yang dihasilkan masih lebih besar dari 1 dan nilai Net B/C yang dihasilkan masih lebih besar dari tingkat suku bunga yang diberlakukan yaitu 7,5%.

(26)

16

dahulu sebagai suatu akibat langsung dari nilai waktu terhadap uang. Oleh karena itu, usaha biasanya cenderung lebih sensitif terhadap biaya yang terjadi pada awal pelaksanaan daripada perubahan penerimaan yang terjadi kemudian. Hal ini menunjukkan dalam pelaksanaan usaha, pengeluaran biaya-biaya lanjutan selama usaha akan dijalankan harus direncakan dengan baik.

Switching value dilakukan terhadap komponen cashflow usaha hutan rakyat jabon pola bagi hasil UUP Kebun Semeru dengan skenario kenaikan biaya usaha dan penurunan penerimaan usaha. Tingkat kenaikan harga dan penurunan penerimaan yang menghasilkan nilai NPV = Rp 0, IRR = 7,50%, dan Net B/C = 1 adalah tingkat minimum kondisi usaha yang dapat mengembalikan investasi. Hasil analisis switching value adalah 27,94% untuk kenaikan biaya dan 41,11% untuk penurunan penerimaan. Hal ini menunjukkan bahwa menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila terjadi kenaikan biaya usaha lebih dari 27,94% atau terjadi penurunan penerimaan lebih dari 41,11%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Analisis finansial usaha hutan rakyat jabon dengan pola bagi hasil UUP Kebun Semeru menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 202.700.335, IRR 31%, dan Net B/C 1,37. Hasil ini menunjukkan bahwa usaha hutan tersebut layak untuk dijalankan. Meskipun keuntungan bersih yang diperoleh lebih kecil dibandingkan usaha dengan modal mandiri atau modal pinjaman ke bank, namun pola bagi hasil merupakan alternatif dalam memperoleh keuntungan melalui usaha hutan rakyat dengan kondisi keterbatasan modal dan relatif sulit memperoleh pinjaman dari sektor pembiayaan resmi seperti bank. Usaha hutan rakyat pola bagi hasil UUP Kebun Semeru lebih sensitif terhadap kenaikan biaya usaha dibandingkan dengan penurunan penerimaan usaha. Usaha akan menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila terjadi kenaikan biaya usaha lebih dari 27,94% atau terjadi penurunan penerimaan lebih dari 41,11%.

Saran

1. Untuk meningkatkan keberhasilan penanaman dan memperoleh hasil panen yang optimal, maka penerapan teknik-teknik silvikultur untuk jabon perlu ditingkatkan

2. Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan monitoring pada tegakan dan pengembangan teknik-teknik silvikultur yang lebih kolaboratif dengan petani penggarap seperti agroforestry

(27)

17 Analysis of Agriculture. Edisi ke-2.

Kasmaliasari, Nurrochmat DR, Bahruni, Yovi EY. 2009. Domestic Market for Jepara Wooden Furniture. J Man Hut Trop. 15(1):1-9.

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Kencana.

[Kemenhut] Kementrian Kehutanan. 2012. Statistik Kehutanan Indonesia 2011. Jakarta (ID): Kemenhut.

Krisnawati H, Kallio M, Kanninen M. 2011. Anthocephalus cadamba Miq.: Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. Bogor (ID): CIFOR

Kusumedi P, Nawir A. 2007. Analisis Pengelolaan dan Finansial Hutan Rakyat Kemitraan di Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan [publikasi internet]. [diunduh 2013 Sep 23]. Tersedia pada: http://puslitsosekhut.web.id/ publikasi.php?id=350.

Mulyana D, Asmarahman C, Fahmi I. 2011. Bertanam Jabon. Jakarta (ID): PT AgroMedia Pustaka.

Noorvitastri H, Wijayanto N. 2003. Format Sistem Bagi Hasil dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat dengan Sistem Agroforestry. J Man Hut Trop. 9(1):37-46.

Nugroho B. 2004. Ekonomi Keteknikan (Engineering Economics): Analisis Finansial Investasi Kehutanan dan Pertanian. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.

Nugroho B. 2010. Pembangunan Kelembagaan Pinjaman Dana Bergulir Hutan Rakyat. J Man Hut Trop. 16(3):118-125.

Nurrochmat DR, Hasan MF, Suharjito D, Hadianto A, Ekayani M, Sudarmalik, Purwawangsa H, Mustaghfirin, Ryandi ED. 2012. Ekonomi Politik Kehutanan: Mengurai Mitos dan Fakta Pengelolaan Hutan. Jakarta (ID): INDEF. Cetakan ke-2. Edisi Revisi.

Raharjo SAR, Prasetyo BD, Yuniati D. 2010. Pengembangan Pola/Model Hutan Rakyat Sebagai Kayu Energi dan Kayu Pertukangan di Nusa Tenggara Timur [laporan penelitian]. Kupang (ID): Balai Penelitian Kehutanan Kupang. Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Depan. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

(28)

18

Lampiran 1 Hak dan kewajiban pihak-pihak dalam usaha hutan rakyat pola bagi hasil UUP Kebun Semeru

2 Investor 1. Menerima laporan

(29)

19

Lanjutan Lampiran 1 Hak dan kewajiban pihak-pihak dalam usaha hutan rakyat pola bagi hasil UUP Kebun Semeru

No Pihak Hak Kewajiban

3 Pemilik Lahan 1. Menerima laporan

dari pihak UUP

4 Petani Penggarap 1. Menerima upah

(30)

20

Lampiran 2 Cashflow usaha hutan rakyat jabon pola bagi hasil UUP Kebun Semeru

No Kegiatan Tahun ke- (Rp)

0 1 2 3 4 5 6

INFLOW

1 Penjualan kayu jabon - - - 5.632.800.000

2 Dana investor - 520.000.000 - - - - 0

Total 0 520.000.000 0 0 0 0 5.632.800.000

OUTFLOW

1 Biaya Investasi

a Persiapan usaha dan promosi jasa investasi 45.000.000

b Pembelian alat-alat 7.825.000

2 Biaya Operasional Biaya Tetap

a sewa lahan 72.030.000

b gaji karyawan tetap 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000

c Administrasi 66.000.000

Biaya variable

a Penyediaan bibit 29.750.000

b Persiapan lahan dan penanaman 31.860.000

c Pemeliharaan tahun ke-1 40.671.000

d Pemeliharaan tahun ke-2 40.671.000

e Pemeliharaan tahun ke-3 35.162.100

f Pemeliharaan tahun ke-4 35.162.100

g Pemeliharaan tahun ke-5 35.162.100

(31)

21

Total 252.465.000 100.671.000 100.671.000 95.162.100 95.162.100 95.162.100 998.800.000

Laba Kotor (252.465.000) 419.329.000 (100.671.000) (95.162.100) (95.162.100) (95.162.100) 4.634.000.000

Pajak 41.932.900 463.400.000

Pembayaran bagi hasil 3.545.010.000

Laba bersih (252.465.000) 377.396.100 (100.671.000) (95.162.100) (95.162.100) (95.162.100) 625.590.000

DF 7.5 % 1 0,93023256 0,865332612 0,8049606 0,7488005 0,6965586 0,64796152

PV/tahun (252.465.000) 351.066.140 (87.113.899) (76.601.738) (71.257.431) (66.285.982) 405.358.246

NPV (Rp) 202.700.335

PV Negatif (553.724.051)

PV Positif 756.424.386

Net B/C 1,37

(32)

22

Lampiran 3 Cashflow simulasiusaha hutan rakyat jabon dengan modal mandiri

No Kegiatan Tahun ke- (Rp)

0 1 2 3 4 5 6

INFLOW

1 Penjualan kayu jabon - - - 5.632.800.000

Total 0 0 0 0 0 0 5.632.800.000

OUTFLOW

1 Biaya Investasi

a Pembelian alat-alat 7.825.000

2 Biaya Operasional Biaya Tetap

a Sewa tanah 130.530.000

c Administrasi 66.000.000

d Gaji karyawan tetap 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000

Biaya variable

a

Upah penggarap dan

pengamanan 54.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000

b Penyediaan bibit 29.750.000

c

Persiapan lahan dan

penanaman 31.860.000

d Pemeliharaan tahun ke-1 40.671.000

e Pemeliharaan tahun ke-2 40.671.000

f Pemeliharaan tahun ke-3 35.162.100

g Pemeliharaan tahun ke-4 35.162.100

h Pemeliharaan tahun ke-5 35.162.100

(33)

23

Total 265.965.000 154.671.000 154.671.000 149.162.100 149.162.100 149.162.100 1.052.800.000

Laba Kotor (265.965.000) (154.671.000) (154.671.000) (149.162.100) (149.162.100) (149.162.100) 4.580.000.000

Pajak 458.000.000

Laba bersih (265.965.000) (154.671.000) (154.671.000) (149.162.100) (149.162.100) (149.162.100) 4.122.000.000

DF 7.5 % 1 0,93023256 0,86533261 0,80496057 0,74880053 0,696558632 0,647961518

PV/tahun (265.965.000) (143.880.000) (133.841.860) (120.069.609) (111.692.660) (103.900.148) 2.670.897.379

NPV (Rp) 1.791.548.102

PV Negatif (879.349.277)

PV Positif 2.670.897.379

Net B/C 3,04

(34)

24

Lampiran 4 Cashflow simulasiusaha hutan rakyat jabon dengan modal pinjaman ke bank

No Kegiatan Tahun ke- (Rp)

0 1 2 3 4 5 6

INFLOW

1 Penjualan kayu jabon - - - 5.632.800.000

2 Pinjaman bank 500.000.000

Total 0 500.000.000 0 0 0 0 5.632.800.000

OUTFLOW

1 Biaya Investasi

a Pembelian alat-alat 7.825.000

2 Biaya Operasional Biaya Tetap

a Sewa tanah 130.530.000

c Administrasi 66.000.000

d Gaji karyawan tetap 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000

Biaya variable

a Upah penggarap dan pengamanan 54.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000

b Penyediaan bibit 29.750.000

c Persiapan lahan dan penanaman 31.860.000

d Pemeliharaan tahun ke-1 40.671.000

e Pemeliharaan tahun ke-2 40.671.000

f Pemeliharaan tahun ke-3 35.162.100

g Pemeliharaan tahun ke-4 35.162.100

h Pemeliharaan tahun ke-5 35.162.100

(35)

25

Total 265.965.000 154.671.000 154.671.000 149.162.100 149.162.100 149.162.100 1.052.800.000

Laba Kotor (265.965.000) 345.329.000 (154.671.000) (149.162.100) (149.162.100) (149.162.100) 4.580.000.000

Pajak 458.000.000

Pinjaman bank 580.000.000

Laba bersih (265.965.000) 345.329.000 (154.671.000) (149.162.100) (149.162.100) (149.162.100) 3.542.000.000

DF16 % 1 0,86206897 0,743162901 0,64065767 0,552291098 0,47611302 0,410442255

PV/tahun (265.965.000) 297.697.414 (114.945.749) (95.561.844) (82.380.900) (71.018.017) 1.453.786.466

NPV (Rp) 1.121.612.370

PV Negatif (6.298.715.103)

PV Positif 1.187.821.466

Net B/C 1,89

(36)
(37)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada 13 Oktober 1991 dan merupakan anak tunggal dari Bapak Yudhi Kurniadi dan Ibu Ratna Sari Wardhani. Pada tahun 2009, penulis lulus dari SMA Negeri 7 Bogor dengan predikat lulusan terbaik dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB melalui jalur USMI. Penulis telah melakanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di jalur Gunung Sawal-Pangandaran dan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan sekitarnya. Selain itu, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang di IUPHHK-HA PT Timberdana, Kalimantan Timur.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota Kelompok Studi Perencanaan Hutan FMSC (Forest Management Student Club) dan pernah menjadi anggota divisi HRD (Human Resources Development) dan menjabat sebagai wakil ketua IFSA LC-IPB (International Forestry Student Association Local Committee IPB). Penulis aktif di berbagai kegiatan dan kepanitiaan yang ada selama menjadi mahasiswa Fahutan IPB. Penulis pernah menjadi delegasi IFSA LC-IPB dalam 2nd Asia Regional Meeting di Universitas Kyoto, Jepang serta perwakilan Fakultas Kehutanan IPB dalam Korea-Indonesia Human Resources Development Training Program di IPB dan Kangwon National University (KNU), Korea Selatan. Selain itu, penulis melaksanakan program pertukaran pelajar di KNU, Korea Selatan selama dua semester dengan beasiswa penuh dari pemerintah Korea Selatan melalui program Korean Government Scholarship Program. Selama program pertukaran pelajar, penulis aktif dalam beberapa organisasi mahasiswa dan warga negara asing di Korea Selatan serta aktif mengikuti kegiatan-kegiatan termasuk sebagai student volunteer dalam beberapa program.

Gambar

Gambar 1 Bagan struktur organisasi manajemen UUP Kebun Semeru
Tabel 3 Data investasi di Hutan Rakyat Jabon UUP Kebun Semeru
Tabel 4 Biaya-biaya usaha hutan rakyat jabon UUP Kebun Semeru
Tabel 5 Hasil simulasi analisis finansial dengan berbagai sistem pemodalan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Selama tahun 1834 tidak ada usaha yang sungguh-sungguh yang dilakukan oleh pasukan Belanda untuk menaklukkan Bonjol, markas besar pasukan Padri, kecuali pertempuran

Sedangkan Amerika Selatan merupakan region tidak begitu kaya dengan sumber daya alam, demikian juga sumber daya manusianya belum maju sehingga Negara di kawasan ini masih

y Management of the finances of a business /organization in order to achieve financial objectives. Objectives of Financial Objectives of Financial

Kegiatan visualisasi Peta Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) di wilayah Kelurahan Lowokwaru berbasiskan mobile SIG dilakukan menggunakan data spasial berupa

Berdasarkan masalah tersebut penulis tertarik untuk merancang bangun sistem informasi berbasis web guna memudahkan dalam hal mengakses informasi yang berhubungan

I am pleased to inform you that in accordance with current Canadian Government policy, the undisbursed portion of the Loan will now be made available to the

Di unduh dari : Bukupaket.com... Di unduh dari

Hasil yang didapat dari penelitian mengenai audit keamanan informasi pada PDAM Tirta Tarum Karawang menggunakan Indeks KAMI sebagai alat evaluasi dan Fishbone