• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Produksi Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Berbobot Awal 10 g/ekor dengan Padat Tebar 2 g/L, 3 g/L dan 4 g/L pada Sistem Resirkulasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Produksi Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Berbobot Awal 10 g/ekor dengan Padat Tebar 2 g/L, 3 g/L dan 4 g/L pada Sistem Resirkulasi."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

FENDY BAYU ISRAWAN

KINERJA PRODUKSI IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor)

BERBOBOT AWAL 10 g/ekor DENGAN PADAT TEBAR 2 g/L,

3 g/L DAN 4 g/L PADA SISTEM RESIRKULASI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kinerja Produksi Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Berbobot Awal 10 g/ekor dengan Padat Tebar 2 g/L, 3 g/L dan 4 g/L pada Sistem Resirkulasi” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Fendy Bayu Israwan

(4)

ABSTRAK

FENDY BAYU ISRAWAN. Kinerja Produksi Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor

Berbobot Awal 10 g/ekor dengan Padat Tebar 2 g/L, 3 g/L dan 4 g/L pada Sistem Resirkulasi. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan ENANG HARRIS.

Ikan sidat merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai gizi dan nilai jual tinggi. Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan budidaya ikan sidat, tetapi sampai saat ini produksi untuk budidaya masih sangat rendah. Untuk meningkatkan produksi ikan sidat, teknologi budidaya ikan sidat perlu dikembangkan. Salah satu teknologi untuk meningkatkan produksi budidaya yaitu melalui peningkatan padat tebar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produksi ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan perlakuan padat tebar 2 g/L, 3 g/L dan 4 g/L berbobot awal 10 g/ekor yang dipelihara pada sistem resirkulasi selama 60 hari. Ikan sidat yang digunakan pada penelitian ini adalah sidat dengan bobot rata-rata 10±0,04 g dan panjang 19±0,7 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat tebar tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, laju pertumbuhan bobot mutlak dan konversi pakan, tetapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan biomassa dan koefisien keragaman bobot. Perlakuan terbaik yaitu pada padat tebar 4 g/L dengan laju pertumbuhan biomassa sebesar 6,84±0,63 g/hari dan koefisien keragaman bobot sebesar 24,16%.

Kata kunci: ikan sidat, padat tebar, pertumbuhan, sistem resirkulasi

ABSTRACT

FENDY BAYU ISRAWAN. Production Performance of Indonesian Shortfin Eel

Anguilla bicolor bicolor at initial weight of 10 g and Stocking Density of 2 g/L, 3 g/L and 4 g/L in Recirculating Aquaculture System. Supervised by TATAG BUDIARDI and ENANG HARRIS.

Indonesian shortfin eel is one of fisheries commodity with high nutritional and economic values. Indonesia has a great potency to develop eel farming, but the current production rate is still very low. To increase the production level of eel, the farming technology needs to be improved. One of applicable technologies to improve production is to increase the stocking density. This study purposed to analyze on production of eel Anguilla bicolor bicolor of 2 g/L, 3 g/L and 4 g/L. Initial weight of the elver was 10 g/eel, reared in recirculating aquaculture system (RAS) for 60 days. The weight of eel was average 10±0.04 g/eel and the length of eel was 19±0.7 cm/eel. The results showed that the different stocking densites did not significantly affect (P>0.05) of survival rate, specific growth rate, absolute growth rate, and feed conversion ratio but significantly affects (P<0.05) of biomass growth rate and weight coefficient of varation. The best treatment was at stocking density of 4 g/L with biomass growth rate of 6.84±0.63 g/day and weight coefficient variable of 24.16%.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

KINERJA PRODUKSI IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor)

BERBOBOT AWAL 10 g/ekor DENGAN PADAT TEBAR 2 g/L,

3 g/L, DAN 4 g/L PADA SISTEM RESIRKULASI

FENDY BAYU ISRAWAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kinerja Produksi Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Berbobot Awal 10 g/ekor dengan Padat Tebar 2 g/L, 3 g/L dan 4 g/L pada Sistem Resirkulasi.

Nama : Fendy Bayu Israwan NIM : C14100060

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Dr Ir Tatag Budiardi MSi Pembimbing I

Prof Dr Ir Enang Harris MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2014, dengan judul “Kinerja Produksi Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Berbobot Awal 10 g/ekor dengan Padat Tebar 2 g/L, 3 g/L, dan 4 g/L pada Sistem Resirkulasi”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Tatag Budiardi MSi dan Prof Dr Ir Enang Harris MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, serta Ir Harton Arfah MSi selaku dosen penguji tamu yang telah menyediakan waktunya untuk menguji dan memberi masukan kepada penulis dan Dr Ir Mia Setiawati MSi sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi serta semangat dalam menyelesaikan penulisan ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan keluarga penulis, Sadiman dan Sukasminah, Jaka, Indra, Budi, dan Anisa atas doa dan dukungannya yang besar kepada penulis, teman-teman BDP 47 terutama Dio Rheza Rivandi, Haris Achmad Nugrahadi, Regina Novanda, Yanti, Novi, dan Zaky Abdullatif kepada Nurmia Raisya yang selalu memberikan segala bantuan dan mengarahkan penulis untuk cepat dalam menyelesaikan penulisan ini, serta Kang Abe selaku teknisi Laboratorium Lingkungan atas bantuannya selama pelaksanaan penelitian. Penulis juga sampaikan terimakasih kepada rekan-rekan tempat penulis bersuka cita di Wisma Windi.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE ... 2

Rancangan Penelitian ... 2

Prosedur Penelitian ... 2

Analisis Data ... 6

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Hasil ... 6

Pembahasan ... 9

KESIMPULAN DAN SARAN ... 11

Kesimpulan ... 11

Saran ... 11

DAFTAR PUSTAKA ... 12

LAMPIRAN ... 14

(10)

DAFTAR TABEL

1 Parameter kualitas air, satuan dan alat ukur ... 6 2 Parameter produksi ikan sidat Anguilla bicolor bicolor pada padat tebar

berbeda selama 60 hari pemeliharaan. ... 7 3 Kualitas air media pemeliharaan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor pada

padat tebar 2 g.L, 3 g/L dan 4 g/L selama 60 hari... 8

DAFTAR GAMBAR

1 Konstruksi akuarium pemeliharaan ... 2 2 Diagram alir sistem resirkulasi ... 3 3 Grafik bobot rata-rata ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat

tebar (▲) 2 g/L, (■) 3 g/Ldan (♦) 4 g/L selama 60 hari pemeliharaan ... 7 4 Grafik biomassa rata-rata ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan padat

tebar (▲) 2 g/L, (■) 3 g/Ldan (♦) 4 g/L selama 60 hari pemeliharaan ... 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis stasistik terhadap parameter pertumbuhan elver sidat

Anguilla bicolor bicolor pada perlakuan padat tebar 2 g/L, 3 g/L, dan

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan sidat merupakan ikan katadromus, yaitu ikan yang memijah di laut, tumbuh berkembang di air tawar dan setelah dewasa kembali ke laut untuk memijah (Tesch 2003). Ikan sidat termasuk salah satu jenis ikan yang potensial dan memiliki prospek yang sangat baik untuk dibudidayakan di Indonesia, mengingat ikan ini memiliki nilai jual yang tinggi, baik di pasar domestik maupun internasional. Ikan sidat juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Bagian hati ikan sidat mengandung vitamin A sebanyak 150 IU/gram. Kandungan DHA ikan sidat 13,37 mg/gram lebih tinggi dari ikan salmon yang hanya 8,2 mg/gram atau tenggiri 7,48 mg/gram (Subyakto 2012).

Indonesia memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan budidaya ikan sidat karena ketersediaan benih di alam, geografi, serta iklim yang sesuai dengan habitat aslinya (Purwanto 2007). Budidaya ikan sidat dikelompokkan ke dalam tiga tahap, yaitu pemeliharaan glass eel selama 1,5-2 bulan (dihasilkan benih elver 1-2 g), pemeliharaan benih elver (1-2 g) selama 2-3 bulan untuk mencapai elver siap tebar 10-20 g dan pembesaran selama 7-9 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi (150-200 g) (Affandi dan Suhenda 2003). Potensi benih ikan sidat di Indonesia cukup melimpah, tetapi sampai saat ini pemanfaatannya untuk budidaya masih sangat rendah (Affandi 2005). Hal ini dikarenakan kurangnya teknologi budidaya ikan sidat di Indonesia, sehingga kegagalan dalam produksi menjadi salah satu faktor penghambat dalam budidaya ikan sidat. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dikembangkan teknologi budidaya pada ikan sidat. Salah satu teknologi untuk meningkatkan produksi budidaya ikan sidat secara efisien yaitu dengan meningkatkan padat tebar ikan peliharaan. Penelitian terdahulu padat tebar ikan sidat dengan kepadatan 2 g/L, 3 g/L dan 4 g/L sudah pernah dilakukan namun dengan ukuran bobot ikan yang lebih kecil. Data penelitian yang dihasilkan dijadikan acuan dasar dalam penelitian ini. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini dikorelasi dengan hasil penelitian terdahulu sehingga menghasilkan data yang berkelanjutan.

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja produksi ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) berbobot awal 10 g/ekor dengan padat tebar 2 g/L, 3 g/L dan 4 g/L yang dipelihara pada sistem resirkulasi.

METODE

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan padat tebar, yaitu 2 g/L, 3 g/L dan 4 g/L dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali.

Prosedur Penelitian Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan pada penelitian ini berupa 9 akuarium bersekat yang berfungsi untuk memisahkan bagian filter dan bagian untuk pemeliharaan pada sistem resirkulasi. Dimensi akuarium yang digunakan adalah 95 cm x 45 cm x 40 cm, dengan bagian pemeliharaan berukuran 80 cm x 45 cm x 30 cm dan bagian filter berukuran 15 cm x 45 cm x 25 cm. Tahapan persiapan wadah meliputi pembuatan konstruksi akuarium, sistem resirkulasi dan sistem pergantian air, pembersihan wadah, penempatan wadah, penyusunan bahan filter, pengisian wadah, stabilisasi sistem reisrkulasi dan penutupan dinding akuarium.

(13)

3

Gambar 2 Diagram alir sistem resirkulasi

Akuarium pemeliharaan sebelum digunakan terlebih dahulu dibilas, dicuci dan dikeringkan. Akuarium yang siap digunakan kemudian diisi air hingga volume air media pemeliharaan sebanyak 100 L. Setelah diisi air, kemudian ditambahkan garam sebanyak 300 g untuk mendapatkan salinitas air 3 g/L. Setelah itu tempat berlindung (shelter) ikan sidat yang terbuat dari tali rapia dimasukkan kedalam akuarium sebanyak satu buah setiap akuarium. Kemudian penutup dipasang pada bagian atas berupa jaring untuk mencegah ikan agar tidak keluar dari media pemeliharaan. Air yang digunakan selama pemeliharaan telah diendapkan selama 3 hari pada sistem resirkulasi.

Penebaran Benih

Ikan sidat yang digunakan memiliki bobot rata-rata 10±0,04 g/ekor dan panjang 19±0,7 cm yang berasal dari pembudidaya sidat di Cilacap, Jawa Tengah, dan Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Ikan sidat diaklimatisasi terlebih dahulu selama 30 menit dengan meletakkan kantong plastik pada media pemeliharaan kemudian ikan sidat dibiarkan keluar dengan perlahan-lahan. Penebaran benih ikan sidat dilakukan setelah 3 hari dengan stabilisasi pada sistem resirkulasi. Ikan sidat ditebar sebanyak 20 ekor untuk setiap perlakuan 2 g/L dengan biomassa 200 g, 30 ekor untuk setiap perlakuan 3 g/L dengan biomassa 300 g dan 40 ekor untuk setiap perlakuan 4 g/L dengan biomassa 400 g.

Pemeliharaan

Pemeliharaan pada penelitian ini dilakukan selama 60 hari. Selama pemeliharaan dilakukan pengelolaan air dan pakan, pengambilan sampel ikan dan air pemeliharaan. Pengelolaan kualitas air dilakukan setiap hari dengan penyifonan sebelum pemberian pakan dan pergantian air sebanyak 20% dari volume air. Pergantian air dilakukan dengan mengalirkan air dari tandon ke masing-masing akuarium dengan debit 1,5 L/menit. Pengecekan kualitas air dilakukan dengan mengukur parameter kualitas air seperti suhu dan pH yang diukur secara in-situ setiap pagi dan sore hari, sedangkan parameter oksigen terlarut (DO), total ammonia nitrogen (TAN), nitrit dan alkalinitas diukur setiap 10 hari sekali. Pakan yang diberikan berupa pelet tenggelam (slow sinking) ikan kerapu dengan kandungan protein 50%. Pakan diberikan secara restricted dengan

feeding rate (FR) 3% biomassa per hari. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 4 kali sehari, pada pukul 07.00, 12.00, 17.00 dan 22.00 WIB. Ikan diberi pakan

Air dari akuarium pemeliharaan keluar melalui pipa penyerapan menuju ke ruang filter

Air memasuki media filter secara berurutan, yaitu kapas, karbon aktif, karang jahe, zeolit dan bioball

Air mengalir ke dalam sekat penampungan air

(14)

4 Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, pH, DO, TAN, nitrit dan alkalinitas. Kematian ikan dihitung setiap hari dan diakumulasikan setiap 10 hari. Keseluruhan ikan dalam akuarium diambil untuk ditimbang bobotnya sehingga didapatkan biomassa setiap unit akuariumnya. Setelah ditimbang, diambil sebanyak 20 ekor/akuarium untuk diukur panjang dan bobot tubuhnya per ekor. Sebelum diukur, ikan dipingsankan terlebih dulu menggunakan obat bius komersial dengan dosis 1 ml/L air. Ikan diukur panjang menggunakan alat ukur dengan ketelitian 1 mm. Alat ukur tersebut dibuat dari 3 buah penggaris yang berbentuk ruang segitiga untuk membatasi ruang gerak ikan sidat ketika diukur panjang totalnya. Setelah diukur panjangnya, ikan ditimbang menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g.

Parameter Uji

Parameter yang diamati selama penelitian meliputi kematian, bobot ikan, dan biomassa ikan serta jumlah pakan yang diberikan pada ikan. Data parameter tersebut digunakan untuk menghitung derajat kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan spesifik (LPS), laju pertumbuhan bobot mutlak (LPBm), laju pertumbuhan biomassa (LPBb), konversi pakan (KP) dan koefisien keragaman bobot (KK). Selain itu dilakukan pula pengamatan parameter kualitas air meliputi suhu, pH, DO, TAN, nitrit dan alkalinitas.

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup adalah perbandingan antara jumlah ikan yang hidup sampai akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. Nilai kelangsungan hidup dihitung menggunakan rumus dari Goddard (1996) yaitu:

100

Keterangan: KH = derajat kelangsungan hidup (%)

Nt = jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) N0 = jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor) Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik adalah laju pertumbuhan harian ikan. Laju pertumbuhan spesifik dihitung menggunakan rumus Huisman et al. (1991):

LPS=[√t WoWt-1]x 100

Keterangan: LPS = laju pertumbuhan spesifik (%/hari) t = waktu pemeliharaan (hari)

(15)

5

Laju Pertumbuhan Bobot Mutlak

Laju pertumbuhan bobot mutlak adalah perubahan bobot rata-rata individu dari awal sampai akhir pemeliharaan. Pertumbuhan bobot mutlak dihitung menggunakan rumus dari Goddard (1996):

LPBm = Wt-Wo t

Keterangan: LPBm = laju pertumbuhan bobot mutlak (g/hari) Wt = bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g) Wo = bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g) t = waktu pemeliharaan (hari)

Laju Pertumbuhan Biomassa

Laju pertumbuhan biomassa adalah perubahan biomassa rata-rata dari awal sampai akhir pemeliharaan per hari. Laju pertumbuhan biomassa dihitung menggunakan rumus dari Goddard (1996):

LPBb = Bt-Bo t

Keterangan: LPBb = laju pertumbuhan biomassa (g/hari)

Bt = biomassa rata-rata pada akhir pemeliharaan (g) Bo = biomassa rata-rata pada awal pemeliharaan (g) t = waktu pemeliharaan (hari)

Koefisien keragaman bobot adalah variasi bobot rata-rata ikan, yang dihitung menggunakan rumus Steel dan Torrie (1993):

KK=(YS) x 100% Keterangan: KK = koefisien keragaman bobot (%)

(16)

6

Parameter Kualitas air

Pengukuran parameter kualitas air yang dilakukan meliputi parameter suhu, pH, kandungan oksigen terlarut (DO), nitrit, TAN dan alkalinitas yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Parameter kualitas air, satuan, dan alat ukur.

Parameter Satuan Metode/alat ukur

Suhu oC Termometer air raksa

pH - pH-meter

DO mg/L DO-meter

TAN mg/L Spektrofotometer

Nitrit mg/L Spektrofotometer

Alkalinitas mg/L Titrimetrik

Analisis Data

Data hasil penelitian yang diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Data parameter derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, laju pertumbuhan mutlak bobot, laju pertumbuhan biomassa, konversi pakan dan koefisien keragaman bobot dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%. Apabila berbeda nyata, maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan untuk menentukan perlakuan yang berbeda. Analisis deskripsi kuantitatif digunakan untuk menjelaskan kelayakan media pemeliharaan bagi kehidupan ikan sidat selama penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel. Analisis data menggunakan perangkat lunak Ms.Excel 2013 dan SPSS 20.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

(17)

7 Tabel 2 Parameter produksi ikan sidat Anguilla bicolor bicolor pada padat tebar

berbeda selama 60 hari pemeliharaan.

Parameter Padat Tebar

2 g/L 3 g/L 4 g/L

Derajat kelangsungan hidup (%) 100±0,00a 100±0,00a 99,17±1,44a Laju pertumbuhan spesifik

(%/hari) 1,34±0,11

a 1,27±0,03a 1,20±0,10a Laju pertumbuhan bobot mutlak

(g/hari) 0,20±0,02

a 0,19±0,00a 0,17±0,02a Laju pertumbuhan biomassa

(g/hari) 4,10±0,48

a 5,68±0,14b 6,84±0,63c

Konversi pakan 1,96±0,15a 2,13±0,02a 2,27±0,23a

Koefisien keragaman (%) 28,31±2,88a 26,30±0,52ab 24,16±1,76b *

Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Gambar 3 merupakan grafik bobot rata-rata ikan sidat menurut waktu pemeliharaan. Bobot rata-rata mengalami peningkatan seiring dengan lama waktu pemeliharaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, bobot rata-rata akhir setelah 60 hari pemeliharaan pada perlakuan 2 g/L, 3 g/L dan 4 g/L masing-masing sebesar 22,32 g, 21,37 g dan 20,46 g.

(18)

8

Gambar 4 merupakan grafik pertumbuhan biomassa ikan sidat selama 60 hari pemeliharaan. Biomassa mengalami peningkatan seiring dengan lama waktu pemeliharaan. Biomassa akhir setelah 60 hari pemeliharaan pada perlakuan 2 g/L, 3 g/L dan 4 g/L masing-masing sebesar 810,98 g, 641,22 g dan 446,39 g.

Gambar 4 Biomassa rata-rata ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan perlakuan padat tebar (▲) 2 g/L, (■) 3 g/L dan (♦) 4 g/L selama 60 hari pemeliharaan.

Tabel 3 menunjukkan parameter kualitas air selama 60 hari pemeliharaan. Hasil pengukuran menunjukkan nilai yang relatif sama pada tiap perlakuan. Nilai kualitas air pemeliharaan masih dalam kisaran optimal untuk budidaya ikan sidat. Tabel 3 Kualitas air media pemeliharaan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor pada

padat tebar 2 g/L, 3 g/L, dan 4 g/L selama 60 hari.

Parameter Padat Tebar Kisaran Optimal

2 g/L 3 g/L 4 g/L

Suhu (°C) 26,2-27,2 26,1-27,2 26,2-27,2 25-30 (Hasbullah 1996) pH 6,5-6,9 6,5-6,9 6,5-6,9 6,0-8,0 (Ritonga 2014) Alkalinitas (mg/L) 44-84 44-84 40-72 30-500 (Boyd 1988)

(19)

9

Pembahasan

Derajat kelangsungan hidup ikan sidat selama pemeliharaan pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang sangat tinggi, yaitu di atas 99% (Tabel 2). Hal tersebut dikarenakan kualitas air tetap terjaga dengan baik, karena selama penelitian dilakukan penyifonan sebelum pemberian pakan, pergantian air sebanyak 20% per hari dan penggunaan sistem resirkulasi. Menurut Angelidis et al. (2005), kelebihan sistem resirkulasi yaitu dapat mengontrol kualitas air (pH, DO, suhu) dan pengendalian penyakit ikan sidat pada media budidaya. Menurut Effendi et al. (2006), pada padat penebaran tinggi yang didukung dengan lingkungan yang baik dan pakan yang mencukupi akan meningkatkan hasil produksi, salah satunya dengan meningkatnya nilai kelangsungan hidup.

Laju pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan bobot mutlak pada penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (P>0,05). Hasil tersebut diduga karena pemberian pakan dengan feeding rate yang sama pada tiap perlakuan, yaitu sebesar 3% biomassa per hari. Pemberian jumlah pakan yang tepat akan mengurangi persaingan perolehan pakan antar ikan, sehingga pertumbuhan ikan akan terus meningkat seiring dengan lamanya pemeliharaan. Namun laju pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan bobot mutlak cenderung menurun dengan meningkatnya padat penebaran. Ikan sidat yang dipelihara pada padat penebaran yang terlalu tinggi menyebabkan ikan tersebut mudah mengalami stres sehingga akan menurunkan pertumbuhan. Menurut Abidin (2009), ikan yang dipelihara dalam kepadatan yang tinggi akan lambat pertumbuhannya karena tingginya tingkat kompetisi dan banyaknya sisa-sisa metabolisme yang tertimbun di dalam air. Hal tersebut juga sesuai menurut Dicu et al. (2013), bahwa penurunan laju pertumbuhan disebabkan karena meningkatnya padat penebaran, sehingga stres akan lebih mudah terjadi yang berdampak pada lemahnya proses adaptasi individu ikan. Hasil pada penelitian ini juga sesuai bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Rusmaedi et al. (2010), yaitu dalam batas-batas tertentu umumnya pertumbuhan ikan pada kepadatan rendah cenderung memberikan hasil yang lebih tinggi dan mortalitas yang rendah dibandingkan dengan kepadatan yang lebih tinggi.

Laju pertumbuhan biomassa selama pemeliharaan menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar perlakuan (P<0,05). Perbedaan yang nyata disebabkan karena pertambahan biomassa pada tiap perlakuan tidak sama. Laju pertumbuhan biomassa terbaik terdapat pada perlakuan padat tebar 4 g/L dengan nilai 6,84 g/hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hepher dan Pruginin (1981), peningkatan kepadatan tidak akan mempengaruhi pertumbuhan apabila keadaan lingkungan dan pakan memadai. Menurut Sutrisno (2008), pakan yang dikonsumsi ikan sidat akan menghasilkan energi yang digunakan terutama untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan selanjutnya untuk pertumbuhan.

(20)

10

pada setiap perlakuan melalui sistem resirkulasi. Menurut Zhang et al. (2011), dengan perlakuan sistem resirkulasi parameter kualitas air pada media budidaya dapat dipertahankan pada tingkat yang dapat diterima untuk pertumbuhan ikan. Nilai konversi pakan pada padat tebar 2 g/L, 3 g/L dan 4 g/L masing-masing sebesar 1,96, 2,13 dan 2,29. Hal ini berarti bahwa pada perlakuan 2 g/L untuk membentuk 1 kg daging dibutuhkan 1,96 kg pakan, perlakuan 3 g/L dibutuhkan 2,13 kg dan perlakuan 4 g/L dibutuhkan 2,29 kg pakan. Semakin besar nilai konversi pakan maka semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg daging ikan budidaya.

Koefisien keragaman bobot ikan merupakan variasi bobot rata-rata ikan pada setiap perlakuan. Nilai koefisien keragaman bobot yang rendah, maka makin baik hasilnya dalam proses budidaya karena akan lebih menyeragamkan bobot ikan yang dipelihara dalam satu wadah. Penelitian ini menghasilkan nilai koefisien keragaman yang berbeda nyata antar perlakuan (P<0,05). Koefisien keragaman terbaik yaitu pada perlakuan padat penebaran 4 g/L dengan nilai 24,16%. Hal tersebut dikarenakan jumlah pakan yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan kepadatan. Jumlah pakan yang semakin meningkat akan mengurangi persaingan dalam memperoleh pakan untuk tiap individu ikan. Persaingan pakan yang rendah akan lebih meratakan jumlah konsumsi pakan tiap individu ikan sehingga akan menghasilkan bobot yang lebih seragam.

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan berpengaruh bagi pertumbuhan dan aktivitas ikan seperti pernapasan dan reproduksi. Ikan bersifat poikilotermal yaitu menyesuaikan suhu tubuh dengan suhu perairan. Ikan dengan suhu tubuh yang sesuai dengan lingkungan perairan akan sedikit memanfaatkan energi untuk proses penyesuaian tubuh. Suhu pada media selama pemeliharaan berkisar 26,2-27,2°C. Kisaran suhu terendah dan tertinggi selama pemeliharaan tidak jauh berbeda karena pemeliharaan ikan sidat dilakukan di dalam ruangan (indoor). Menurut Hasbullah (1996), suhu optimal pemeliharaan ikan sidat yaitu 25-30°C. Berdasarkan tinjauan tersebut, maka suhu selama pemeliharaan sangat optimal bagi pertumbuhan ikan sidat.

Nilai pH merupakan tingkat keasaman suatu perairan. Pada penelitian ini, pH selama pemeliharaan cenderung asam yaitu berkisar 6,5-6,9. Menurut Ritonga (2014), pH optimal untuk pertumbuhan ikan sidat yaitu 6,0-8,0. Hal tersebut menjelaskan bahwa nilai pH pada media pemeliharaan selama penelitian masuk dalam kondisi yang optimal. Nilai pH yang optimal akan mengurangi penggunaan energi untuk penyesuaian tubuh ikan sehingga energi bisa dimanfaatkan secara optimal untuk pertumbuhan.

Kandungan oksigen (DO) merupakan faktor penting yang berguna untuk proses respirasi dan metabolisme ikan. Kandungan oksigen pada media selama pemeliharaan berkisar 5,3-7,7 mg/L. Menurut Rovara (2010), kandungan oksigen yang optimal untuk pertumbuhan ikan sidat yaitu lebih besar dari 3 mg/L. Hal tersebut diperjelas menurut Herianti (2005), apabila konsentrasi oksigen menurun hingga 1-2 mg/L maka ikan sidat akan sering muncul di permukaan air. Dengan demikian, kandungan oksigen selama pemeliharaan pada penelitian ini sangat optimal untuk pertumbuhan ikan sidat. Kandungan oksigen yang tinggi dikarenakan penggunaan aerasi dan sistem resirkulasi pada media.

(21)

11 feses. Kandungan amonia selama pemeliharaan berkisar 0,0002-0,0100 mg/L. Menurut Yamagata dan Niwa (1982) nilai tersebut masuk ke dalam kisaran optimal pemeliharaan ikan sidat, yaitu lebih kecil dari 0,1 mg/L. Nilai amonia bergantung pada nilai pH dan suhu perairan, yaitu semakin tinggi suhu dan pH air maka konsentrasi amonia semakin tinggi. Konsentrasi amonia yang tinggi pada media sangat beracun bagi ikan karena dapat merusak jaringan insang ikan. Konsentrasi amonia yang sangat tinggi dalam perairan dapat mengakibatkan penurunan ekskresi amonia oleh ikan, sehingga amonia terakumulasi di dalam insang dan darah. Akumulasi amonia dalam insang dan darah menyebabkan proses respirasi terganggu dan dapat menyebabkan kemampuan darah dalam mentransportasikan oksigen berkurang (Boyd 1988).

Nitrit bersifat toksik bagi ikan walaupun dalam konsentrasi rendah. Namun selama pemeliharaan konsentrasi nitrit masih berada pada kondisi optimal sesuai yang disarankan Knosche (1994) yaitu lebih kecil 0,5 mg/L. Kondisi optimal tersebut didukung dengan adanya sistem resirkulasi yang menggunakan filter berupa bioball. Konsentrasi nitrit pada media cenderung menurun seiring dengan lamanya waktu pemeliharaan.

Alkalinitas merupakan kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH di perairan. Peningkatan alkalinitas dan penurunan CO2 bebas di perairan cenderung akan diikuti oleh peningkatan pH. Nilai alkalinitas selama pemeliharaan berkisar 40-84 mg/L. Menurut Boyd (1988), nilai alkalinitas optimal untuk pemeliharaan ikan yaitu 30-500 mg/L. Berdasarkan tinjauan tersebut maka konsentrasi alkalinitas pada media selama pemeliharaan menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam dan basa sehingga kapasitas penyangga lebih stabil.

Secara umum, kualitas air selama penelitian masih dalam kondisi yang optimal untuk mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan sidat. Kualitas air relatif homogen antar perlakuan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian perbedaan padat tebar ikan sidat yang dilakukan selama 60 hari pemeliharaan mempengaruhi pertumbuhan. Hasil terbaik yaitu pada perlakuan padat tebar 4 g/L dengan laju pertumbuhan biomassa sebesar 6,84 g/hari dan koefisien keragaman bobot sebesar 24,16%.

Saran

(22)

12

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z. 2009. Kinerja produksi benih gurame (Osphronems gourami Lac.) ukuran 8 cm dengan padat penebaran 3, 6, dan 9 ekor/Liter pada sistem resirkulasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Affandi R, Suhenda N. 2003. Teknik Budidaya Ikan Sidat (Anguilla bicolor).

Prosiding Sumberdaya Perikanan Sidat Tropik. UPT Baruna Jaya, BPPT-DKP, Jakarta. hlm 47-54.

Affandi R. 2005. Strategi pemanfaatan sumberdaya ikan sidat (Anguilla spp.) di Indonesia. Jurnal Iktiologi Indonesia, 5:77-81.

Angelidis P, Pournara I, Photis G. 2005. Glass eels (Anguilla anguilla) growth in a recirculating system. Mediterranean Marine Science 6(1):99-106.

Boyd CE. 1988. Water Quality in Warm Water Fish Ponds. Fourth Printing.

Alabama (US): Auburn University Agriculture Experiment Station.

Dicu MD, Cristea V, Dediu L, Docan A, Grecu IR, Vasilean I. 2013. Effects of stocking density on growth and hematological profile of early juveniles stellate sturgeon (A. Stellatus Pallas, 1771) reared in a flow-through production system. Animal Science and Biotechnologies. 46(2):250-257. Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Effendi I, Bugri HJ, Widanarni. 2006. Pengaruh padat penebaran terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gurami Osphronemus gouramy Lac. ukuran 2 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(2): 127-135. Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. New York (US):

Chapman and Hall.

Hasbullah. 1996. Pengaruh tingkat salinitas (0, 3, 6, dan 9 ppt) dan suhu (23, 26, 29 dan 32) terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan sidat (A.bicolor Mc.Clelland) pada masa pemeliharaan 0-2 minggu setelah penangkapan dari alam [skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor.

Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commercial Fish Farming with Special Reference to Fish Culture in Israel. John Willey and Sons. New York (US).

Herianti I. 2005. Rekayasa lingkungan untuk memacu perkembangan ovarium ikan sidat (Anguilla bicolor). J Oseanol Limnol Indonesia. 37:25-41.

Huisman EA, Boon JH, Zonneveld N. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan.

Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

Knosche R. 1994. An effective biofilter type for eel culture in resirculation system. Aquaculture Engineering. 13:71-82.

Purwanto J. 2007. Pemeliharaan benih ikan sidat (Anguilla bicolor) dengan padat tebar yang berbeda. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar. Sukabumi. Bul. Tek Lit. Akuakultur. 6(2):85-89.

Ritonga T. 2014. Respons benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap derajat keasaman (pH) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rovara O. 2010. Alih teknologi pemeliharaan benih ikan sidat teradaptasi di kawasan Segara Anakan [laporan akhir program insentif percepatan difusi dan pemanfaatan IPTEK]. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Rusmaedi, Praseno O, Rasidi, Subamia IW. 2010. Pendederan sidat (Anguilla

(23)

13

Teknologi Akuakultur 2010. Loka Riset Pemuliaan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. hlm 107-111. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip-prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan

Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

Subyakto S. 2012. Budidaya sidat janjikan omzet menggiurkan [internet]. http://indonesia.go.id/in/kementerian/kementerian/kementerian-kelautan-dan-perikanan/823-perikanan/10997-budidaya-sidat-janjikan-omzet-menggiurkan. html (10 Agustus 2014).

Sutrisno. 2008. Penentuan salinitas air dan jenis pakan alami yang tepat dalam pemeliharaan benih ikan sidat (Anguilla bicolor). Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(1): 71-77.

Tesch FW. 2003. The eel. Oxford: Blackwell Science Ltd.

Yamagata Y, Niwa M. 1982. Acute and chronic toxicity of ammonia to eel

Anguilla japonica. Bull.Jap. Soc. Sci. Fish. 48 (2) : 171-176.

Zhang SY, Li G, Wu HB, Liu XG, Yao YH, Tao L, Liu H. 2011. An integrated recirculating aquaculture system (RAS) for land-based fish farming: The effects on Water quality and fish production. Aquacultural Engineering.

(24)

14

Lampiran 1 Hasil analisis stasistik terhadap parameter pertumbuhan elver sidat

Anguilla bicolor bicolor pada perlakuan padat tebar 2 g/L, 3 g/L, dan 4 g/L yang dipelihara selama 60 hari

1. Derajat kelangsungan hidup (%)

a. Deskripsi

2. Laju pertumbuhan spesifik (%/hari)

a. Deskripsi

Ulangan Perlakuan

2 g/L 3 g/L 4 g/L

1 1,46 1,25 1,30

2 1,29 1,27 1,10

3 1,27 1,30 1,19

Rata-rata 1,34± 0,11 1,27± 0,03 1,20± 0,10 b. Anova

Sumber

Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 0,031 2 0,015 2,147 0,198*)

Sisa 0,043 6 0,007

Total 0,074 8

*) Perlakuan padat tebar tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot spesifik elver ikan sidat (P>0,05)

3. Laju pertumbuhan mutlak bobot (g/hari)

a. Deskripsi

Ulangan Perlakuan

2 g/L 3 g/L 4 g/L

1 0,23 0,18 0,20

2 0,19 0,19 0,16

3 0,19 0,19 0,17

Rata-rata 0,20± 0,02 0,19± 0,00 0,17± 0,02

Ulangan Perlakuan

2 g/L 3 g/L 4 g/L

1 100 100 97,50

2 100 100 100

3 100 100 100

(25)

15

*) Perlakuan padat tebar tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot mutlak elver ikan sidat (P>0,05)

(26)

16

b. Anova Sumber

Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 0,148 2 0,074 2,905 0,131*)

Sisa 0,152 6 0,025

Total 0,300 8

*) Perlakuan padat tebar tidak berpengaruh nyata terhadap konversi pakan elver ikan sidat (P>0,05)

6. Koefisien keragaman bobot (%)

a. Deskripsi

Ulangan Perlakuan

2 g/L 3 g/L 4 g/L

1 31,63 25,71 26,03

2 26,79 26,49 22,53

3 26,51 26,70 23,92

Rata-rata 28,31 ± 2,88 26,30 ± 0,52 24,16 ± 1,76 b. Anova

Sumber

Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 25,842 2 12,921 3,323 0,107*)

Sisa 23,328 6 3,888

Total 49,171 8

*) Perlakuan padat tebar tidak berpengaruh nyata terhadap koefisien keragaman bobot elver ikan sidat (P>0,05)

c. Uji Duncan

Perlakuan N α = 0,05

a b

2 3 24,1600

3 3 26,3000 26,3000

4 3 28,3100

(27)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 1992. Penulis adalah anak kedua dari 5 bersaudara. Penulis besar dan menempuh pendidikan hingga lulus SMA di Jakarta.

Penulis lulus pendidikan formal di SDN 05 Pagi Cipete Selatan (1998-2004), SMPN 56 Jakarta (2004-2007), dan SMAN 46 Jakarta (2007-2010). Penulis diterima melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada program studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor (2010-2014).

Selama perkuliahan, penulis ikut serta dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di bidang musik yaitu Music Agricultural Xpression (MAX). Penulis pernah meraih juara 1 lomba festival band Art Collaboration and Revolutionary Action di IPB (2012). Penulis juga pernah menjadi panitia Simposium Nasional Bioteknologi Akuakultur (2014), asisten mata kuliah Aquascape (2014), Manajemen Budidaya Air Tawar (2014), dan Marineculture (2014).

Penulis pernah magang dengan tema “Pembenihan Ikan Kakap Merah

Lutjanus johni” di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung (2012). Selain itu, penulis pernah mengikuti program bina desa IPB Goes to Field 2012 dengan tema “Pengendalian Pengembangbiakan dan Lingkungan pada Usaha Pembenihan Ikan” di Kabupaten Brebes (2012). Penulis juga pernah magang tentang produksi ikan sidat di 3 instansi yaitu PT. Bina Mitra Usaha Bogor (2014), Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang (2014), dan PT. Jawa Suisan Indah (JSI) Pelabuhan Ratu (2014).

Gambar

Gambar 1 Konstruksi akuarium pemeliharaan selama penelitian, (a) ruang
Gambar 2 Diagram alir sistem resirkulasi
Tabel 1  Parameter kualitas air, satuan, dan alat ukur.
Tabel 2 Parameter produksi ikan sidat Anguilla bicolor bicolor pada padat tebar berbeda selama 60 hari pemeliharaan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ukuran maju dan tidaknya suatu negara saat ini di bukan diukur dari suatu kekuatan militer atau angkatan bersenjatanya tetapi lebih di tekankan pada kemajuan ekonomi

Kegiatan refleksi berguna untuk menyadarkan siswa akan kekurangan saat proses pembelajaran dan mengetahui apa yang akan dilakukan setelah proses pembelajaran. Hasil

Konsep gerakan sosial dan perubahan perilaku yang terjadi di kawasan hutan produksi-lindung Potorono-Gunung Sumbing merupakan penggabungan dari konsep untuk peningkatan

Ketika active router dari masing – masing VLAN sudah dapat kembali bekerja secara normal, kondisi ( state ) dari active router tersebut akan berubah menjadi dari Init menjadi

humas memiliki akses yang mudah ke dominant coalition. Sementara implementasi Permenkominfo No. 14/2016, menunjukkan penempatan humas Pemerintah Daerah ada empat posisi pada

Kelengkeng Jenis ini merupakan salah satu jenis buah kelengkeng dimocarpus longan yang memiliki keunggulan pada ukuran biji yang sangat kecil dan buahnya

Manajemen Perusahaan Anda menegaskan bahwa akun, angka dan penjelasan yang terkait dalam laporan tahunan, laporan keuangan konsolidasian, serta catatan atas laporan

Menurut anda, seperti apa profil guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang baik?. Jawab:Guru PAI dan Budi Pekerti yang baik menurut saya yaitu