• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Karakteristik Wilayah Jelajah Owa Jawa (Hylobates Moloch) Di Resor Cikaniki Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (Tnghs)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Karakteristik Wilayah Jelajah Owa Jawa (Hylobates Moloch) Di Resor Cikaniki Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (Tnghs)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KARAKTERISTIK WILAYAH JELAJAH

OWA JAWA (Hylobates moloch) DI RESOR CIKANIKI

TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK

MIA CLARISSA DEWI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Analisis Karakteristik Wilayah Jelajah Owa Jawa (Hylobates moloch) di Resor Cikaniki Taman Nasional Gunung Halimun-Salak” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

(4)

RINGKASAN

MIA CLARISSA DEWI. Analisis Karakteristik Wilayah Jelajah Owa Jawa

(Hylobates moloch) di Resor Cikaniki Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Dibimbing oleh ANI MARDIASTUTI dan ENTANG ISKANDAR.

Owa jawa merupakan salah satu spesies yang terancam punah (endangered) dan endemik di Pulau Jawa. TNGHS merupakan salah satu kawasan hutan yang cukup aman bagi populasi owa jawa. Namun, di kawasan tersebut telah terjadi gangguan dalam skala kecil seperti penebangan pohon dan suara motor dari area kebun teh. Meskipun demikian, ancaman terhadap populasi owa jawa perlu diantisipasi secara berkelanjutan. Aktivitas konversi mengakibatkan habitat terfragmentasi. Anatomi alat gerak owa jawa tidak mampu menjangkau habitat lain yang terpisah. Mereka membutuhkan tajuk yang tertutup dan menyambung. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya metapopulasi yang memungkinkan terjadi fenomena kawin kerabat (inbreeding) yang menurunkan kualitas populasi tersebut. Oleh karena itu informasi tentang karakteristik habitat dan wilayah jelajah penting dipelajari.

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan menganalisis karakteristik habitat di wilayah jelajah, daerah inti, areal tumpang tindih dan daerah teritori pada tiga kelompok owa jawa yang terhabituasi (A, B dan S) di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dari bulan Maret-Juli 2015. Pengetahuan tentang wilayah jelajah akan mendukung dalam manajemen konservasi owa jawa. Pemetaan daerah tersebut diperoleh dengan mengikuti kelompok owa jawa dengan metode minimum convex polygon dan karakteristik habitat dihitung melalui analisis vegetasi. Rerata luas jelajah harian dan wilayah jelajah owa jawa adalah 12.19 ha/hari dan 33.41 ha. Adapun rerata luas daerah inti owa jawa adalah 3.02 ha; luas daerah teritori adalah 0.57 ha; luas areal tumpang tindih adalah 2.31 ha. Keberadaan daerah teritori dipengaruhi oleh kerapatan pohon pakan yang lebih besar (116.7 ind/ha) dibandingkan wilayah jelajah (76.7 ind/ha). Owa jawa di Resor Cikaniki rerata sering memanfaatkan pohon dengan selang ketinggian 21-30 m dan memilih lokasi 3B (tepi bagian tengah tajuk) dalam strata pohon untuk melakukan aktivitas hariannya. Jenis pohon yang dominan pada ketinggian tersebut dengan persentase lebih dari 5% adalah pasang (Quercus oidocarpa), puspa (Schima wallichii) dan rasamala (Altingia excelsa).

(5)

SUMMARY

MIA CLARISSA DEWI. The Assessment of Home Ranges Characteristic of Javan Gibbon (Hylobates moloch) in Gunung Halimun-Salak National Park (GHSNP). Supervised by ANI MARDIASTUTI and ENTANG ISKANDAR.

Javan gibbon is endemic and endangered primate in Java. Javan gibbon is the one of endemic and endangered Hylobates species on Java, Indonesia, especially at GHSNP (Supriatna and Wahyono 2000). The monkey classified as Endangered species on IUCN red-list (IUCN 2014). The submontane forest on GHSNP is quite safe for the population of javan gibbons. Small-scale human disturbance are exist, such as removal of individual trees and noise from motorcycle at tea plantation. Despite of small disturbance, but the threats to javan gibbon must be sustainably anticipated. Forest conversion cause the fragmented habitat. The locomotor anatomy of javan gibbon can’t reach another habitat. They need closed and continued canopy. Fragmented habitat has something to do with meta-population that makes inbreeding phenomenon which population quality decreased. Therefore, the information of habitat characteristic and ranging behavior of javan gibbons are important to be learned. It can be a references for doing management of better land uses between human and javan gibbon on GHSNP or others conservation areas.

The research aims to map and analyze of habitat characteristics in the home ranges, core areas, overlapping and territory; as well as to get preference location on canopy strata of three habituated javan gibbon (A, B and S) in Gunung Halimun-Salak National Park from March to July 2015. This finding will support the conservation management for javan gibbon. The mapping of those areas was determined by following the groups and analyzed the data using minimum convex polygon. Habitat characteristics were quantified by vegetation sampling and canopy utilization was obtained by ad-libitum methods. The mean daily range and home range for javan gibbon at Cikaniki was 12.19 ha/day and 33.41 ha consecutively. The mean of core area was 3.02 ha, territory area was 0.57 ha and overlapping area was 2.31 ha. The existence of territory area is due to food trees density (116.7 ind/ha) and diversity (76.7 species/ha) in higher than the other areas. Javan gibbons of Cikaniki spent their time in doing daily activities with tree height of 21-30 m and location in 3B (outer middle strata). The dominant trees species at that height with percentage more than 5.00% were pasang (Quercus oidocarpa), puspa (Schima wallichii) and rasamala (Altingia excelsa).

Key words: Cikaniki, habitat, home ranges, javan gibbon

(6)

© Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Mayor Primatologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2016

MIA CLARISSA DEWI

(8)
(9)
(10)

Judul Tesis : Analisis Karakteristik Wilayah Jelajah Owa Jawa (Hylobates moloch) di Resor Cikaniki Taman Nasional Gunung Halimun-Salak

Nama : Mia Clarissa Dewi

NIM : P053130011

Program Studi : Primatologi

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc Dr Ir Entang Iskandar, MSi Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Primatologi a.n Dekan Sekolah Pascasarjana Sekretaris Program Magister

(11)
(12)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian adalah konservasi satwa primata dengan judul “Analisis Karakteristik Wilayah Jelajah Owa Jawa (Hylobates moloch) di Resor Cikaniki Taman Nasional Gunung Halimun-Salak”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ani Mardiastuti dan Bapak Entang Iskandar selaku dosen pembimbing serta Ibu Dyah Perwitasari sebagai dosen penguji sidang atas nasehat dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.Terima kasih juga kepada Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak atas pemberian ijin penelitian dan Javan Gibbon Research and Conservation Project atas semua fasilitas di lapangan. Rahayu Oktaviani, Yoon Jung, Andi Cahyana, Faisal Rahman dan Reza Pradipta atas diskusi pengalaman dan pengetahuan selama di lapangan. Nui, Sahri dan Isra sebagai asisten peneliti atas bantuan teknis di lapangan. Niku Khoiru Graito Utomo atas semangat yang sudah diberikan. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2016

(13)

DAFTAR ISI

Waktu dan Lokasi Penelitian ... 3

Alat dan Subjek Penelitian ... 4

Metode Pengumpulan Data ... 5

Analisis Data ... 8

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 9

Sejarah Kawasan ... 9

Letak dan Luas ... 9

Flora dan Fauna... 9

Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata TNGHS ... 10

Javan Gibbon Research and Conservation Project (JGRCP) ... 10

HASIL ... 10

Karakteristik Kelompok Owa Jawa ... 10

Jelajah Harian... 12

Wilayah Jelajah ... 15

Daerah Inti ... 17

Daerah Teritori ... 20

Areal Tumpang Tindih ... 24

Penggunaan Ruang dalam Strata Pohon ... 25

Karakteristik Habitat ... 28

PEMBAHASAN ... 30

Karakteristik Kelompok Owa Jawa ... 30

Jelajah Harian... 31

Wilayah Jelajah ... 32

Daerah Inti ... 34

Daerah Teritori ... 35

Areal Tumpang Tindih ... 36

Penggunaan Ruang dalam Strata Pohon ... 37

Implikasi terhadap Pengelolaan ... 38

SIMPULAN DAN SARAN ... 39

Simpulan ... 39

Saran ... 39

(14)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian... 3

2 Resor Cikaniki sebagai lokasi penelitian) ... 4

3 Pembagian ruang dalam strata pohon secara vertikal dan horizontal (modifikasi dari model Longman dan Jenik 1987)... 7

4 Komposisi individu dalam satu kelompok owa jawa (perwakilan dari kelompok A, B dan S) ... 11

5 Jelajah harian antar kelompok owa jawa ... 14

6 Wilayah jelajah antar kelompok owa jawa ... 15

7 Wilayah jelajah owa jawa berdasarkan waktu pengamatan ... 16

8 Perubahan distribusi pohon pakan dan pohon tidur di wilayah jelajah kelompok B dari bulan Maret-Mei 2015 ... 17

9 Daerah inti kelompok A, B dan S ... 18

10 Distibusi pohon yang sering dikunjungi kelompok owa jawa A, B dan S berdasarkan waktu pengamatan ... 18

11 Distribusi pohon pakan dan pohon tidur di daerah inti 19kelompok A, B dan S ... 19

12 Daerah teritori antar kelompok owa jawa ... 21

13 Distribusi pohon pakan dan pohon tidur di daerah teritori antar kelompok owa jawa ... 22

14 Pertemuan (encounter) dan tingkah laku agonistik antar kelompok owa jawa . ... 23

15 Keberadaan kelompok owa jawa dan primata lain di wilayah jelajah owa jawa... 24

16 Pertemuan (encounter) antar kelompok owa jawa ... 24

17 Selang ketinggian pohon yang digunakan oleh owa jawa dalam aktivitas harian ... 25

18 Tipe tumbuhan yang digunakan oleh owa jawa di Resor Cikaniki ... 26

19 Jenis Ficus dan non-Ficus pada tumbuhan pakan owa jawa ... 26

20 Jenis diet owa jawa di Resor Cikaniki ... 26

21 Pengggunaan ruang dalam strata pohon di Resor Cikaniki ... 27

22 Penggunaan ruang dalam strata pohondi habitat kelompok A ... 27

23 Penggunaan ruang dalam strata pohondi habitat kelompok B ... 28

24 Penggunaan ruang dalam strata pohondi habitat kelompok S ... 28

DAFTAR TABEL

1 Waktu pengamatan kelompok A, B dan S dari bulan Maret sampai Mei 2015 ... 6

2 Komposisi individu dalam kelompok A, B dan S ... 11

3 Jarak dan luas jelajah harian antar kelompok owa jawa di Resor Cikaniki .. 12

4 Kondisi cuaca dan curah hujan pada saat pengamatan ... 12

5 Luas jelajah harian kelompok owa jawa A, B dan S berdasarkan waktu pengamatan ... 13

(15)

7 Luas wilayah jelajah owa jawa berdasarkan waktu pengamatan ... 16

8 Daftar pohon pakan dan pohon tidur di daerah inti kelompok A, B dan S .... 20

9 Daftar pohon pakan dan pohon tidur di daerah teritori kelompok A, B dan S .. ... 22

10 Nilai kerapatan, keragaman dan dominansi pohon di wilayah jelajah, daerah inti, daerah teritori dan areal tumpang tindih antar kelompok owa jawa ... 29

11 Keberadaan pakan yang disukai di wilayah jelajah, daerah inti, daerah teritori dan areal tumpang tindih antar kelompok owa jawa ... 29

12 Jarak jelajah harian owa jawa dari beberapa penelitian di Resor Cikaniki .... 32

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kerusakan habitat di wilayah jelajah kelompok owa jawa di Resor Cikaniki ... 45

2 Jenis pohon di habitat kelompok A, B dan S pada ketinggian 21-30 m ... 46

3 Jenis pohon di habitat kelompok A pada ketinggian 21-30 m ... 46

4 Jenis pohon di habitat kelompok B pada ketinggian 21-30 m ... 47

5 Jenis pohon di habitat kelompok S pada ketinggian 21-30 m ... 47

6 Karakteristik habitat wilayah jelajah kelompok A ... 48

7 Karakteristik habitat wilayah jelajah kelompok B ... 49

8 Karakteristik habitat wilayah jelajah kelompok S ... 50

9 Karakteristik habitat daerah inti kelompok A ... 51

10 Karakteristik habitat daerah inti kelompok B ... 52

11 Karakteristik habitat daerah inti kelompok S ... 53

12 Karakteristik habitat daerah teritori kelompok A ... 54

13 Karakteristik habitat daerah teritori kelompok B ... 55

14 Karakteristik habitat daerah teritori kelompok S ... 56

15 Karakteristik habitat areal tumpang tindih kelompok A dan B ... 57

16 Karakteristik habitat areal tumpang tindih kelompok B dan S ... 58

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Owa jawa merupakan salah satu spesies satwa primata dari genus Hylobates yang endemik dan hanya terdapat di Pulau Jawa yaitu di Jawa Barat dan Jawa Tengah (Supriatna dan Wahyono 2000). Populasi owa jawa hanya dapat diidentifikasi di kawasan konservasi seperti hutan lindung, cagar alam dan taman nasional seperti Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). TNGHS memiliki keanekaragaman satwa primata yang tinggi, beberapa di antaranya termasuk ke dalam kategori rentan (vulnerable) yaitu lutung (Trachypithecus auratus); terancam punah (endangered) yaitu surili (Presbytis comata) dan owa jawa (Hylobates moloch) (IUCN 2014).

Saat ini populasi owa jawa terus mengalami penurunan yang disebabkan oleh perburuan dan konversi lahan (perluasan areal pertanian). Kondisi ini menjadi salah satu pertimbangan, sehingga owa jawa termasuk ke dalam status terancam punah (endangered) sesuai dengan kategori daftar merah International Union for

Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN)(IUCN 2014). Owa jawa

juga terdaftar dalam Apendiks I Convention on International Trade for Endangered Speciesof Wild Flora and Fauna (CITES) yang melarang diperdagangkan secara internasional (Nijman 2006). Populasi owa jawa diperkirakan sekitar 4000-4400 individu di 29 hutan yang tersisa di Pulau Jawa (Nijman 2004).

TNGHS merupakan salah satu habitat bagi populasi owa jawa. Luasan habitat untuk owa jawa di TNGHS adalah yang terbesar dibandingkan kawasan konservasi lainnya yaitu 235 km2 di Gunung Halimun dan 76 km2 di Gunung Salak (Supriatna 2006). Populasi owa jawa di TNGHS merupakan populasi yang terbesar yaitu sekitar 900-1221 individu (Djanubudiman et al. 2004). Konversi hutan telah terjadi di TNGHS sebelum kemerdekaan Indonesia yaitu terbentuknya perkebunan teh (Whitten et al. 1996). Namun, di kawasan hutan primer sebagai habitat owa jawa telah terjadi gangguan dengan skala kecil yaitu penebangan pohon secara liar untuk pemanenan madu dan kayu bakar, pembukaan jalur baru di pinggir sungai, polusi suara yang berasal dari para pekerja di perkebunan teh dan suara sepeda motor (Kim et al. 2010).

Meskipun gangguan hutan terjadi dalam skala kecil, namun ancaman terhadap populasi owa jawa perlu diantisipasi secara berkelanjutan. Ancaman utama bagi populasi owa jawa adalah manusia. Populasi owa jawa semakin terdesak akibat pertumbuhan populasi manusia yang semakin meningkat dan ekonomi yang semakin berkembang. Indonesia merupakan negara keempat dengan populasi terbesar setelah China, India dan Amerika Serikat (PRB 2014). Hal tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan kerusakan habitat termasuk habitat owa jawa.

(17)

metapopulasi, karena tidak terjadi interaksi antara kedua populasi yang berasal dari kedua habitat terfragmentasi tersebut (Supriatna dan Manullang 1999; Supriatna et al. 1994; Andayani et al. 2001; Malone et al. 2004). Metapopulasi menyebabkan terjadinya fenomena kawin kerabat (inbreeding) yang menurunkan kualitas populasi secara genetik dan rentan terhadap kepunahan.

Oleh karena itu, diperlukan tata guna lahan yang baik bagi owa jawa. Bagian dari dasar tata guna lahan tersebut adalah pengetahuan mengenai wilayah jelajah owa jawa. Pengetahuan tersebut dapat ditransfer kepada pihak TNGHS yang selama ini hanya fokus terhadap aktivitas pengamanan owa jawa tanpa mengetahui secara pasti wilayah jelajah owa jawa. Hal tersebut penting, jika kegiatan penelitian ini selesai, maka pihak TNGHS mampu memonitor owa jawa secara rutin dan menyeluruh.

Penelitian sebelumnya tentang luas wilayah jelajah owa jawa di Resor Cikaniki dilaksanakan pada tahun 2007 (Kim et al. 2010) dan tahun 2012 (Zanuansyah 2013). Penelitian tersebut hanya terkait dengan wilayah jelajah dan areal tumpang tindih antar kelompok owa jawa. Data tentang daerah inti dan daerah teritori belum diketahui, sehingga penelitian ini dapat memberikan kebaruan informasi untuk meningkatkan pemahaman yang lebih baik dalam mendukung manajemen konservasi owa jawa.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1) memetakan jelajah harian, wilayah jelajah, daerah inti, daerah teritori dan areal tumpang tindih owa jawa;

2) menganalisis karakteristik habitat di setiap daerah;

3) mengetahui preferensi lokasi penggunaan ruang dalam strata pohon.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian berupa peta wilayah jelajah owa jawa di Resor Cikaniki, diharapkan dapat menjadi acuan dalam kegiatan manajemen tata guna lahan hutan bagi owa jawa. Karakteristik habitat di dalam wilayah jelajah owa jawa dan preferensi lokasi dalam strata pohon dapat bermanfaat sebagai dasar dalam manajemen habitat owa jawa di penangkaran insitu.

Kerangka Pemikiran

(18)

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2015 di Resor Cikaniki TNGHS dengan bantuan Javan Gibbon Research and Conservation Project (JGRCP). Kawasan Cikaniki merupakan hutan primer dengan ketinggian antara 950-1100 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan gangguan dalam skala kecil seperti penebangan pohon dan pembukaan jalur baru. Wilayah hutan di kawasan ini dimanfaatkan oleh JGRCP sebagai pusat penelitian dan kegiatan

Jelajah harian

Transfer ilmu dari peneliti ke petugas lapang TNGHS

 Kontrol kawasan hanya sebatas pengamanan

 petugas lapang TNGHS kurang

memiliki pengetahuan tentang owa jawa

Kondisi habitat:

 kerusakan

habitat

Status populasi:

 endemik

endangered

(IUCN 2014) Ancaman terhadap owa jawa

Acuan manajemen konservasi owa jawa secara insitu Wilayah

jelajah Penggunaan ruang dalam

strata pohon

(19)

konservasi untuk mempelajari dan melindungi salah satu spesies kunci dan endemik di Pulau Jawa yaitu owa jawa (Gambar 2).

Gambar 2 Resor Cikaniki sebagai lokasi penelitian

Kelompok owa jawa yang diteliti berjumlah tiga kelompok antara lain kelompok A (4 individu), kelompok B (4 individu) dan kelompok S (5 individu). Mereka sudah terhabituasi dengan baik, sehingga tidak takut oleh kehadiran manusia dan mudah dibedakan dengan kelompok owa jawa yang lain. Proses habituasi dilakukan sejak tahun 2007. Kelompok yang pertama kali dihabituasi adalah kelompok A selama tiga bulan. Kelompok B dihabituasi tahun 2008 selama enam bulan.

Kelompok S merupakan kelompok terbaru yang ditemukan dan mulai dihabituasi tahun 2012 dan pengambilan data dilakukan awal tahun 2013. Beberapa kelompok lain yang pernah ditemukan antara lain kelompok C, Ck, D, O dan W. Kelompok tersebut sudah tidak memungkinkan diikuti oleh peneliti karena terkendala topografi yang sulit.

Alat dan Subjek Penelitian

(20)

Metode Pengumpulan Data

Jelajah Harian

Kelompok owa jawa di Resor Cikaniki pada dasarnya sudah terhabituasi dengan baik oleh para asisten peneliti JGRCP. Oleh karena itu, habituasi oleh peneliti dilaksanakan sekitar satu minggu untuk masing-masing kelompok owa jawa. Habituasi bertujuan agar peneliti mengenal setiap individu owa jawa dan karakteristik morfologinya. Hal ini penting agar peneliti mudah dalam mengikuti pergerakan owa jawa. Pengambilan data jelajah harian selalu didampingi oleh asisten peneliti yang sudah ahli dan mengenal identitas masing-masing individu owa jawa serta kondisi lokasi penelitian.

Pengukuran jelajah harian dilakukan dengan mencatat titik koordinat lokasi owa jawa dari pukul 05:00-18:30 WIB. Penentuan waktu pengamatan didasari oleh aktivitas harian owa jawa. Data titik koordinat jelajah harian ditentukan dari pohon tidur kelompok owa jawa malam sebelumnya sampai pohon tidur malam berikutnya. Data titik koordinat daerah teritori diidentifikasi dari pertahanan aktif kelompok owa jawa terhadap kehadiran kelompok lain. Hal tersebut biasanya ditandai oleh tingkah laku agonistik dan bersuara.

Data titik koordinat dihimpun dengan cara mengikuti pergerakan kelompok owa jawa dan mencatat titik koordinat setiap 15 menit menggunakan GPS. Penentuan interval tersebut melalui pertimbangan bahwa kelompok owa jawa yang diamati sudah terhabituasi dengan baik oleh peneliti dan asisten peneliti. Selain itu, lama waktu owa jawa berada dalam satu tempat biasanya lebih besar dari 15 menit. Namun, apabila owa jawa bergerak lebih cepat dari interval waktu tersebut, maka peneliti akan mengikuti pergerakan owa jawa. Hal ini bertujuan untuk menghindari kehilangan jejak owa jawa.

Pengambilan data titik koordinat jelajah harian dilakukan terhadap individu dewasa baik jantan maupun betina. Owa jawa memiliki karakteristik ukuran tubuh dan warna rambut yang tidak berbeda antara jantan dan betina dewasa. Namun pada penelitian ini, keduanya bisa dibedakan dengan baik karena seluruh individu betina dewasa pada ketiga kelompok owa jawa memiliki bayi yang selalu digendong. Satu kelompok owa jawa biasanya berada dalam satu pohon yang sama. Namun, terkadang individu dewasa jantan dan betina berada dalam pohon yang berbeda. Oleh karena itu, pengambilan data titik koordinat dilakukan pada kedua individu tersebut oleh peneliti yang dibantu asisten. Data titik koordinat pohon tempat owa jawa berada diambil dengan cara menempatkan posisi peneliti tepat di bawah pohon tersebut. Namun, jika tidak memungkinkan, maka alternatif lain adalah dengan mengambil data arah serta jarak tegak lurus antara peneliti dan pohon tempat owa jawa berada.

(21)

Alokasi pengambilan data titik kooordinat jelajah harian untuk setiap kelompok adalah per tiga hari secara bergantian antar kelompok selama tiga bulan penelitian. Hal ini dilakukan agar setiap bulan dapat terwakili dan diketahui variasi luas jelajah harian berdasarkan kondisi habitat ketiga kelompok tersebut. Tujuan lain adalah agar rerata wilayah jelajah yang dihasilkan selama tiga bulan dapat mewakili wilayah jelajah kelompok owa jawa di Resor Cikaniki TNGHS. Jumlah waktu pengamatan yang didapatkan dalam pengambilan data jelajah harian adalah 16 hari (9 hari penuh) untuk kelompok A, 17 hari (6 hari penuh) untuk kelompok B dan 21 hari (7 hari penuh) untuk kelompok S (Tabel 1).

Tabel 1 Waktu pengamatan kelompok A, B dan S dari bulan Maret sampai Mei 2015

Kelompok Waktu Pengamatan (hari/hari penuh)

Maret 2015 April 2015 Mei 2015 Total

A 5/2 5/4 6/3 16/9

B 5/1 7/3 5/2 17/6

S 9/1 5/2 7/4 21/7

Wilayah Jelajah, Daerah Inti dan Daerah Teritori

Luas wilayah jelajah diperoleh dari gabungan data titik koordinat jelajah harian selama penelitian bagi masing-masing kelompok owa jawa. Metode yang digunakan adalah minimum convex polygon (MCP). Metode tersebut juga digunakan dalam menentukan daerah inti dan daerah teritori. Daerah inti diperoleh dengan menggabungkan titik koordinat/pohon yang sering dikunjungi oleh kelompok owa jawa dalam melakukan aktivitas harian. Pohon yang sering dikunjungi adalah pohon pakan dan pohon tidur. Penentuan kriteria frekuensi kunjungan ke pohon tersebut adalah sebesar > 1% kunjungan dari total data pengamatan (Fan dan Jiang 2008). Kriteria tersebut dipilih karena kunjungan owa jawa ke pohon pakan tergantung kondisi fenologi dari individu pohon pakan yang cenderung singkat. Kondisi fenologi dicatat pada saat pengamatan dengan monitoring keberadaan buah atau bunga di tajuk pohon dengan kategori 1) 1-25%, 2) 26-50%, 3) 51-75% dan 4) 76-100% (Chapman et al. 1999).

Daerah teritori diperoleh dengan menggabungkan titik koordinat jelajah harian owa jawa/pohon yang diidentifikasi aktif dipertahankan dari kehadiran kelompok lain dan diikuti dengan tingkah laku agonistik. Keberadaan daerah teritori dilihat dari aktivitas saling kejar antar kelompok owa jawa. Kepemilikan daerah teritori ditentukan dari kelompok siapa yang mengejar. Selain itu, kelompok yang menjauh > 50m adalah kelompok yang kalah (Reichard and Sommer 1997).

Areal tumpang tindih wilayah jelajah antar kelompok owa jawa akan dapat dilihat setelah terbentuk gambaran wilayah jelajah masing-masing kelompok owa jawa. Luas areal tumpang tindih diperoleh dengan perintah union pada software ArcMap 10. Unit satuan yang digunakan dalam penentuan wilayah jelajah, daerah inti, daerah teritori dan areal tumpang tindih adalah hektar (ha).

Karakteristik Habitat

(22)

dilakukan dengan membuat plot tingkat pohon. Masing-masing daerah dibuat satu plot.

Posisi plot ditentukan dari wilayah jelajah, daerah inti, daerah teritori dan areal tumpang tindih dari masing-masing kelompok owa jawa yang diikuti, sehingga terdapat 11 plot untuk tiga kelompok owa jawa. Plot yang digunakan berukuran 50x20 m (Marshall et al. 2009). Penentuan ukuran plot berdasarkan kondisi habitat dan kerapatan pohon. Semakin tinggi kerapatan pohon, maka ukuran plot semakin kecil.

Data yang diperlukan untuk membuat diagram profil pohon adalah jenis pohon, tinggi total pohon, tinggi bebas cabang, diameter pohon, posisi pohon terhadap koordinat X dan Y serta lebar tajuk dan arah tajuk. Profil pohon bermanfaat untuk mengetahui komposisi dan karakteristik struktur pohon di habitat owa jawa yang berpengaruh terhadap aktivitas harian owa jawa. Data tingkat kerusakan habitat dihimpun dari jumlah pohon yang rusak akibat ditebang atau tumbang dibagi dengan seluruh pohon yang ditemukan pada saat pengamatan. Berikut adalah rumus perhitungan kerapatan dan keragaman jenis pohon (Soerianegara dan Indrawan 2008).

Kerapatan (ind/ha) = J

L

Keragaman (jenis/ha) = J

L

Dominansi (m2/ha) = L

L

Penggunaan Ruang dalam Strata Pohon

Data penggunaan ruang dalam strata pohon diperoleh melalui pencatatan pada setiap pertemuan dengan kelompok owa jawa dalam melakukan aktivitas hariannya. Strata tajuk pohon yang digunakan oleh owa jawa dibagi atas lima kuadran (lokasi) untuk mengetahui preferensi terhadap lokasi tertentu dalam ruang tajuk (Gambar 3). Penentuan jumlah kuadran tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa hutan hujan tropis dataran tinggi Rerata memiliki bentuk tajuk yang kecil.

Keterangan:

1) permukaan tanah; 2) ruang cabang pertama (5-10 m); 3) ruang diatas cabang pertama hingga sebelum bagian puncak (11-25 m); 4) ruang di puncak pohon (>25 m); A) bagian di tengah ruang tajuk; B) ruang di tepi tajuk.

(23)

Pengambilan data penggunaan ruang dalam strata pohon dilakukan bersamaan dengan pengambilan data wilayah jelajah dengan interval 15 menit. Pengambilan data tersebut dilakukan dengan metode ad-libitum (Altmann 1974). Data yang dicatat adalah data jenis pohon, ketinggian pohon, lokasi owa jawa pada pohon, tingkah laku owa jawa dan kondisi fenologi tempat owa jawa berada. Data fenologi berfungsi untuk mendukung keberadaan daerah inti owa jawa.

Analisis Data

Jelajah Harian

Jelajah harian masing-masing kelompok owa jawa disajikan dalam rerata jelajah harian (ha/hari) yaitu jumlah jelajah harian selama penelitian dibagi lama penelitian, jelajah harian terkecil dan jelajah harian terbesar. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Beberapa hal yang perlu dikaji antara lain: faktor yang berpengaruh terhadap jelajah harian owa jawa di Resor Cikaniki pada saat penelitian.

Wilayah Jelajah, Daerah Inti dan Daerah Teritori

Analisis terhadap wilayah jelajah adalah analisis deskriptif melalui peta wilayah jelajah. Peta tersebut dihasilkan dari operasi penggabungan data titik koordinat wilayah jelajah ke dalam peta Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) yang sudah mengalami proses georeferencing dan digitasi pada software ArcMap 10. Peta yang dihasilkan mencakup informasi wilayah jelajah, daerah inti, daerah teritori, areal tumpang tindih, daerah aliran sungai dan jalan raya.

Analisis yang dilakukan meliputi beberapa kajian antara lain: faktor yag berpengaruh terhadap luas wilayah jelajah owa jawa di Resor Cikaniki pada saat penelitian; penyebab tingginya frekuensi kunjungan kelompok owa jawa pada daerah inti; penyebab keberadaan daerah teritori pada wilayah jelajah owa jawa; dan penyebab keberadaan areal tumpang tindih wilayah jelajah antar kelompok owa jawa.

Karakteristik Habitat

Karakteristik habitat dapat dianalisis secara deskriptif melalui diagram profil pohon dalam wilayah jelajah kelompok owa jawa. Profil pohon dibuat di kertas milimeter blok dalam bentuk diagram pohon dengan sumbu X adalah panjang plot dan sumbu Y adalah lebar plot. Diagram profil pohon digambarkan secara dua dimensi yaitu tampak atas dan tampak samping.

Analisis karakteristik habitat dilakukan pada wilayah jelajah, daerah inti, daerah teritori dan areal tumpang tindih pada masing-masing kelompok owa jawa. Kajian terhadap karakteristik habitat antara lain: kerapatan pohon jelajah dan pohon pakan; keragaman jenis pohon jelajah dan pohon pakan; dominansi jenis pohon; dan karakteristik struktur tajuk pohon.

Penggunaan Ruang dalam Strata Pohon

(24)

ruang tajuk pohon untuk masing-masing aktivitas harian kelompok owa jawa yaitu tingkah laku makan, istirahat, bergerak, menelisik, bermain, bersuara dan ekskresi.

Perbandingan Parameter antar Kelompok Owa Jawa

Analisis secara deskriptif juga digunakan untuk membandingkan semua parameter yang sudah diketahui antar kelompok owa jawa. Parameter tersebut adalah jelajah harian, wilayah jelajah, daerah inti, daerah teritori, karakteristik habitat dan penggunaan ruang dalam strata pohon.

Analisis perbandingan yang dilakukan meliputi beberapa kajian antara lain: pola jelajah harian pada masing-masing kelompok owa jawa, penyebab terjadinya perbedaan jelajah harian antar kelompok owa jawa dan faktor yang berpengaruh terhadap jelajah harian terpanjang dan terpendek bagi masing-masing kelompok owa jawa.; penyebab terjadinya perbedaan luas wilayah jelajah, daerah inti, daerah teritori dan areal tumpang tindih antar kelompok owa jawa; dan penyebab perbedaan preferensi penggunaan ruang dalam strata pohon (ketinggian pohon dan lokasi dalam ruang tajuk pohon) bagi masing-masing kelompok owa jawa. Hal tersebut terkait dengan cuaca saat pengambilan data, aktivitas harian owa jawa dan kondisi habitat.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah Kawasan

TNGHS adalah hutan hujan tropis pegunungan terluas di Pulau Jawa. Pada tahun 1924, kawasan ini adalah Hutan Lindung Gunung Halimun seluas 39 941 ha. Status kawasan berubah menjadi Cagar Alam Gunung Halimun pada tahun 1935 dan Taman Nasional Gunung Halimun pada tahun 1992 seluas 40 000 ha. Adapun pada tahun 2003, kawasan Gunung Halimun diperluas dengan Gunung Salak, Gunung Endut dan kawasan hutan di sekitarnya. Perluasan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 175/Kpts-II/2003 yang merubah status kawasan menjadi TNGHS seluas 113 357 ha (TNGHS 2015).

Letak dan Luas

TNGHS secara geografis terletak di 06°32'-06°55' Lintang Selatan dan 106°13'-106°46' Bujur Timur. Adapun secara administratif, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) terletak di tiga kabupaten yaitu Bogor, Sukabumi dan Lebak (Gambar 2).

Flora dan Fauna

(25)

endemik dengan status endangered (IUCN 2014) yang menjadi spesies kunci di TNGHS diantaranya adalah owa jawa (Hylobates moloch), macan tutul jawa (Panthera pardus melas) dan elang jawa (Nisaetus bartelsi) (TNGHS 2015).

Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata TNGHS

Kawasan TNGHS memiliki nilai penting sebagai sumber air dengan sungai dan anak sungai mencapai lebih dari 115 aliran. Sungai tersebut melintasi Kabupaten Bogor, Tangerang dan Rangkasbitung. Sumber air tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan air minum, agroindustri, pertambangan dan pembangkit listrik.

Saat ini, di dalam kawasan TNGHS terdapat 314 kampung yang terdiri dari masyarakat adat dan lokal. Masyarakat adat TNGHS dikenal dengan kasepuhan yang menjadi salah satu potensi wisata di TNGHS seperti Kasepuhan Ciptagelar. Potensi wisata lain diantaranya adalah perkebunan teh Nirmala, perkebunan teh Cianten, Gunung Bunder, Gunung Salak dan canopy trail Cikaniki. Potensi wisata tersebut terkadang juga menjadi ancaman bagi kelestarian TNGHS (TNGHS 2015).

Javan Gibbon Research and Conservation Project (JGRCP)

JGRCP merupakan program penelitian yang bernaung di bawah Laboratory

of Behavior and Ecology, Ewha Woman University Korea Selatan. JGRCP mulai

terbentuk tahun 2007 dan bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor dalam rangka melakukan kegiatan penelitian jangka panjang terhadap owa jawa. JGRCP telah membuat plot pengamatan seluas ±140 ha dengan jarak interval 200 m dan terhubung dengan looptrail stasiun penelitian Cikaniki sepanjang 3.8 km.

HASIL

Karakteristik Kelompok Owa Jawa

Owa jawa di Resor Cikaniki merupakan satwa primata monogami yang terdiri dari sepasang jantan-betina dewasa dengan anaknya. Setiap kelompok dapat terdiri 4-5 individu (Gambar 4; Tabel 2). Kelompok A berada di jalur looptrail ekowisata sehingga sudah cukup terbiasa dengan manusia. Pada kelompok tersebut, Ayu dan Aris kemungkinan merupakan individu yang lebih tua dibandingkan kelompok B (Kumis dan Keti).

Pada saat proses habituasi, kelompok A (Aris dan Ayu) sudah memiliki Asri dan Amran sebelum kelahiran Amore. Asri adalah individu betina remaja dan Amran adalah individu jantan anak, dimana keduanya menghilang karena sebab tertentu. Namun pada kelompok B, Kumkum diduga merupakan keturunan pertama sebelum Kimkim. Hal ini kemungkinan bisa terjadi, karena ketika kelahiran Kumkum, peneliti tidak mendapati keturunan kelompok B yang lain.

(26)

Tabel 2 Komposisi individu dalam kelompok A, B dan S

Amore Jantan Anak (1-3 Januari 2011)

Awan Jantan Bayi (1-14 Desember 2013)

B 4 Kumis Jantan Dewasa

Looptrail

Keti Betina Dewasa

Kimkim Jantan Anak (17-20 April 2011)

Komeng Tidak

Individu betina dewasa dan bayi dari kelompok A (Ayu dan Awan)

Gambar 4 Komposisi individu dalam satu kelompok owa jawa (perwakilan dari kelompok A, B dan S)

(27)

dengan Kimkim. Adapun Kimkim memiliki hubungan sosial yang cukup dekat dengan Kumis, mereka seringkali bermain dan melakukan aktivitas menelisik.

Kelompok S berbeda dengan kelompok A dan B, karena wilayah jelajah mereka berada di luar jalur looptrail. Pada kelompok tersebut, Sahri memiliki ukuran tubuh dan warna rambut yang hampir sama dengan kelompok A (Aris), namun wilayah jelajah kelompok S tidak pernah tumpang tindih dengan kelompok A. Umur Sanha hanya terpaut satu bulan lebih muda dibandingkan Komeng. Meskipun begitu, tingkah laku Sanha akan berbeda dari Komeng. Sanha terlihat lebih sering digendong oleh Surti dan jarang berada pada jarak > 1m. Salwa dan Sendi sering ditemukan bermain bersama. Namun, mereka jarang sekali bermain dengan Sanha. Berdasarkan pengamatan, Sendi ditemukan masih ditelisik oleh Sahri dan makan bersama dalam satu pohon. Namun, ketika istirahat tidur, Sendi lebih memilih pohon tidur yang berbeda dari Surti dan Sahri. Salwa biasanya akan tidur bersama dengan Sahri, tetapi terakhir diamati bahwa Salwa sudah jarang dipeluk oleh Sahri. Hal itu menunjukkan bahwa kemungkinan umur Salwa lebih tua dibandingkan Amore dan Kimkim.

Jelajah Harian

Berdasarkan hasil perhitungan, jarak dan luas jelajah harian owa jawa di Resor Cikaniki berbeda antar ketiga kelompok studi (A, B dan S). Kelompok B memiliki rerata jarak dan luas jelajah harian yang paling besar dibandingkan kelompok lainnya yaitu sebesar 1787.32 m/hari dan 16.48 ha/hari dengan waktu aktif yang paling lama yaitu 11.38 jam/hari. Adapun kelompok A memiliki rerata jarak dan luas jelajah harian yang paling kecil sebesar 1405.69 m/hari dan 7.75 ha/hari dengan waktu aktif yang paling cepat sebesar 9.50 jam/hari. Kelompok S memiliki rerata jarak dan luas jelajah harian yang sedang (di antara kelompok A dan B) yaitu 1560.66 m/hari dan 12.34 ha/hari dengan waktu aktif 10.25 jam/hari (Tabel 3). Hal tersebut menunjukkan bahwa waktu aktif berkorelasi positif dengan jarak dan luas jelajah harian antar kelompok owa jawa.

Tabel 3 Jarak dan luas jelajah harian antar kelompok owa jawa

Kelompok Individu Dewasa Waktu Aktif

(jam/hari)

Rerata keseluruhan 1584.56 12.19

(28)

Jarak dan luas jelajah harian kelompok S lebih mendekati nilai rerata dari ketiga kelompok owa jawa tersebut.

Tabel 4 Kondisi cuaca dan curah hujan pada saat pengamatan antar kelompok owa jawa

Kelompok A Kelompok B Kelompok S

No Cuaca Curah

Rerata keseluruhan 1.3 12.55

Kondisi cuaca dan curah hujan pada saat pengamatan di ketiga kelompok owa jawa rerata adalah 1.3 dan 12.55 mm/hari. Nilai ini tidak tidak jauh berbeda antara kelompok A (1.3 dan 12.95 mm/hari), kelompok B (1.2 dan 12.62 mm/hari) dan kelompok S (1.3 dan 12.07 mm/hari) (Tabel 4). Pengamatan pada ketiga kelompok owa jawa tersebut mewakili setiap musim di tiga bulan pengamatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi cuaca dan curah hujan tidak berpengaruh terhadap perbedaan jarak dan luas jelajah harian antar kelompok owa jawa di Resor Cikaniki.

Tabel 5 Luas jelajah harian antar kelompok owa jawa berdasarkan waktu pengamatan

Maret 10.72 453.80 / bulan sangat basah

April 11.71 299.70 / bulan basah

Mei 11.21 321.00 / bulan basah

Rerata 358.17

**bulan kering/curah hujan rendah (<200 mm/bulan), bulan basah/curah hujan sedang (≥200 - <400 mm/bulan) dan bulan

sangat basah/curah hujan tinggi (≥400 mm/bulan).

(29)

Tabel 6 Luas jelajah harian terkecil dan terbesar antar kelompok owa jawa

Kelompok Individu Dewasa

Jelajah Harian Terkecil Jelajah Harian Terbesar Luas

Rerata luas jelajah harian terkecil owa jawa di Resor Cikaniki sebesar 5.41 ha/hari dan luas jelajah harian terbesar adalah 21.90 ha/hari. Luas jelajah harian terkecil terjadi ketika kondisi cuaca mendung (1.6) dan curah hujan yang tinggi (19.63 mm/hari). Adapun luas jelajah harian terbesar terjadi ketika kondisi cuaca cerah (1.1) dan curah hujan rendah (0.13). Kelompok B memiliki luas jelajah harian terkecil (8.82 ha/hari) dan terbesar (31.43 ha/hari) paling tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Hal tersebut terjadi sebaliknya pada kelompok A yang memiliki jelajah harian terkecil (3.27 ha/hari) dan terbesar (12.62 ha/hari) paling rendah dibandingkan kelompok lainnya (Tabel 6).

Jelajah harian kelompok A Jelajah harian kelompok B

Jelajah harian kelompok S Wilayah jelajah kelompok A, B dan S

(30)

Pergerakan individu jantan dan betina dewasa pada kelompok owa jawa di Resor Cikaniki terlihat bergerak secara beriringan. Jarak antara keduanya tidak terlalu jauh. Pola pergerakan owa jawa tersebut berbeda antar kelompok. Kelompok A dan B cenderung sering memanfaatkan areal looptrail dan sekitar sungai, namun pergerakan kelompok S sering terdeteksi di areal sekitar sungai dan jalan raya (Gambar 5). Pada areal tersebut sering ditemukan pohon pakan dan pohon tidur yang dimanfaatkan oleh owa jawa.

Wilayah Jelajah

Luas wilayah jelajah yang paling besar juga ditemukan pada kelompok B sebesar 43.79 ha, sedangkan luas wilayah jelajah yang paling kecil ditemukan pada kelompok A sebesar 23.72 ha. Adapun kelompok S memiliki luas wilayah jelajah yang sedang sebesar 32.72 ha (Gambar 6). Hal tersebut menunjukkan adanya korelasi yang positif antara luas wilayah jelajah dengan luas jelajah harian owa jawa. Rerata luas wilayah jelajah dari ketiga kelompok owa jawa di Resor Cikaniki TNGHS adalah 33.41 ha. Penelitian ini juga menemukan bahwa kerusakan di habitat kelompok B paling tinggi yaitu 3.26%, sedangkan kerusakan di habitat kelompok A sebesar 1.18% dan di habitat kelompok S sebesar 1.05%. Persebaran titik koordinat kerusakan di habitat ketiga kelompok owa jawa dapat dilihat pada Lampiran 1. Wilayah jelajah kelompok B berada di antara wilayah jelajah kelompok A dan S, sehingga terjadi tumpang tindih antara kedua kelompok tersebut dengan kelompok B sebesar 6.91%. Posisi wilayah jelajah kelompok A berada di sebelah timur dan kelompok S berada di sebelah barat, namun wilayah jelajah kedua kelompok tersebut tidak pernah tumpang tindih.

(31)

Tabel 7 Luas wilayah jelajah owa jawa berdasarkan waktu pengamatan

Kelompok Maret 2015 April 2015 Mei 2015

A 21.0 19.7 22.8

B 27.5 37.8 34.5

S 27.3 26.3 31.0

Rerata 25.27 27.94 29.41

Rerata luas wilayah jelajah kelompok owa jawa semakin besar dari bulan Maret sampai bulan Mei (Gambar 7; Tabel 7). Hal tersebut kemungkinan karena perubahan distribusi pohon pakan dan pohon tidur dari satu bulan ke bulan berikutnya. Pada bulan April (27.94 ha) dan bulan Mei (29.41 ha), rerata luas wilayah jelajah kelompok owa jawa di Resor Cikaniki tidak jauh berbeda. Hal ini karena kondisi curah hujan yang hampir sama pada bulan tersebut. Adapun pada bulan Maret, rerata luas wilayah jelajah kelompok owa jawa sebesar 25.27 ha. Pada saat itu, kondisi curah hujan cukup tinggi dibandingkan pada bulan April dan Mei. Pada kelompok A terlihat bahwa rerata perubahan luas wilayah jelajah dari bulan Maret (21.03 ha) sampai bulan Mei (22.76 ha) hanya sebesar 1.11 ha. Hal serupa juga terjadi pada kelompok S dengan luas wilayah jelajah dari bulan Maret (27.25 ha) sampai bulan Mei (30.99 ha) hanya mengalami rerata perubahan sebesar 2.82 ha. Hal tersebut menunjukkan bahwa rerata luas wilayah jelajah kelompok A dan S pada bulan Maret sampai bulan Mei tidak mengalami perubahan yang signifikan.

(32)

Wilayah jelajah B Maret Wilayah jelajah B April Wilayah jelajah B Mei Gambar 8 Perubahan distribusi pohon pakan dan pohon tidur di wilayah jelajah

kelompok B dari bulan Maret-Mei 2015

Perubahan luas wilayah jelajah tersebut lebih terlihat pada kelompok B dengan rerata perubahan sebesar 6.83 ha. Pada bulan Maret, luas wilayah jelajah kelompok tersebut sebesar 27.53 ha. Adapun pada bulan April, luas wilayah jelajahnya adalah 37.84 ha dan pada bulan Mei adalah 34.49 ha. Hal tersebut ditunjukkan dengan perubahan lokasi distribusi pohon pakan dan pohon tidur pada bulan Maret sampai bulan Mei (Gambar 8). Hal ini menjelaskan bahwa kemungkinan ketersediaan pakan pada wilayah jelajah kelompok B lebih rendah dibandingkan dengan kelompok A dan S. Mereka harus mencari pakan pada pada lokasi yang berbeda ketika kondisi curah hujan mengalami perubahan.

Daerah Inti

Rerata luas daerah inti dari ketiga kelompok owa jawa di Resor Cikaniki TNGHS adalah 3.02 ha atau 9.04% dari luas wilayah jelajah (luas daerah inti kelompok A = 1.39 ha; B = 4.37 ha dan S = 3.26 ha). Kelompok B memiliki luas daerah inti yang paling besar. Adapun kelompok A memiliki luas daerah inti yang paling kecil, namun persebaran daerah inti kelompok tersebut paling tinggi dibandingkan kelompok lainnya (Gambar 9). Hal tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan ketersediaan dan distribusi pohon pakan pada kelompok A lebih tinggi dibandingkan kelompok B dan S.

(33)

Gambar 9 Daerah inti kelompok A, B dan S

(34)

Gambar 11 Distribusi pohon pakan dan pohon tidur di daerah inti kelompok A, B dan S

Distribusi pohon pakan dan pohon tidur di daerah inti cukup tinggi (Gambar 11). Seluruh pohon yang sering dikunjungi merupakan pohon pakan dan pohon tidur. Keberadaan daerah inti salah satunya dipengaruhi oleh kondisi fenologi dari pohon pakan. Rerata nilai fenologi pohon pakan pada daerah inti sebesar 2.3 (nilai fenologi pohon pakan pada kelompok A = 2.7; B = 2.3 dan S = 2.0) (Tabel 8). Nilai tersebut menunjukkan bahwa jumlah buah pada pohon pakan di daerah inti sekitar 26-50%. Kondisi fenologi pohon pakan pada kelompok A lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya.

Daerah inti pada ketiga kelompok tersebut menunjukkan bahwa keberadaan liana dan buah Ficus sangat penting. Sebagian besar dari pohon yang sering dikunjungi tersebut merupakan liana yang berada pada pohon rasamala (Altingia excelsa) atau pasang (Quercus oidocarpa). Ficus kisigung (Ficus villosa) merupakan salah satu liana dan tumbuhan pakan yang sering dikonsumsi oleh ketiga kelompok owa jawa di Resor Cikaniki pada saat penelitian ini dilakukan.

(35)

Tabel 8 Daftar pohon pakan dan pohon tidur di daerah inti kelompok A, B dan S

Kelompok No Nama Jenis Pohon

Pohon yang Sering Dikunjungi

*Lihat lampiran 17 untuk nama latin jenis dan tipe tumbuhan pada habitat owa jawa di Resor Cikaniki TNGHS

**fenologi pada pohon pakan (jumlah buah/bunga) : 0) 0%, 1) 1-25%, 2) 26-50%, 3) 51-75%, 4) 76-100%

Daerah Teritori

(36)

perluasan wilayah jelajah kelompok B. Hal tersebut juga terjadi pada kelompok B dan S.

Gambar 12 Areal tumpang tindih dan daerah teritori kelompok A, B dan S Rerata luas daerah teritori dari tiga kelompok owa jawa adalah 0.57 ha atau 1.71% dari luas wilayah jelajah (luas daerah teritori kelompok A = 0.44 ha; B = 0.84 ha dan S = 0.41 ha). Kelompok B memiliki luas daerah teritori yang paling besar dibandingkan kelompok lainnya. Daerah teritori kelompok tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu daerah teritori yang terletak di areal tumpang tindih antara kelompok A dan B dan daerah teritori yang terletak di areal tumpang tindih antar kelompok B dan S. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan semakin tinggi pertemuan (encounter) dengan kelompok lain, maka luas daerah teritori kelompok tersebut juga semakin besar.

(37)

Gambar 13 Distribusi pohon pakan dan pohon tidur di daerah teritori kelompok A, B dan S

Tabel 9 Daftar pohon pakan dan pohon tidur di daerah teritori kelompok A, B dan S

Kelompok No Nama Jenis Pohon Pohon yang Aktif Dipertahankan

Nama Individu Pohon Jenis Pohon

A 1 Ficus Kisigung LFK 43 Pakan

2 Ki Haji KH 103 -

3 Kokosan Monyet KO 107 -

4 Liana Tiga Daun LTD 104 Pakan

5 Mara Bangkong MB 111 -

6 Rasamala RS 111 Tidur

B 1 Bambu BA 103 Pakan

2 Bambu BA 104 Pakan

3 Ki Hiur KHR 118 -

4 Ki Ronyok KY 139 -

5 Ki Ronyok KY 137 -

6 Ki Terong KT 108 Pakan

7 Liana Unknown LUK 109 -

8 Rasamala RS 146 -

9 Rasamala RS 166 -

10 Rasamala RS 190 -

11 Saninten SN 108 -

S 1 Ki Dage KG 81 Pakan

2 Ki Dage KG 21 Pakan

3 Kopo KOO 109 -

4 Ficus Unknown LFO 81 Pakan

*Lihat lampiran 17 untuk nama latin jenis dan tipe tumbuhan pada habitat owa jawa di Resor Cikaniki TNGHS

(38)

terong (Symplocos cochichinensis); dan kelompok S adalah ki dage (Bruinsmia styracoides) dan ficus unknown. Adapun jenis pohon tidur yang ditemukan pada penelitian ini sebagai pohon yang aktif dipertahankan hanya ditemukan pada kelompok A yaitu rasamala (Altingia excelsa).

Beberapa jenis pohon yang aktif dipertahankan oleh kelompok A, namun bukan merupakan pohon pakan dan pohon tidur adalah ki haji (Dysoxylum parasiticum), kokosan monyet (Antidesma tetrandum) dan mara bangkong (Macaranga pinnata) ; kelompok B adalah ki hiur (Castanopsis cuspidata), ki ronyok (Castanopsis acuminatissima), liana unknown, rasamala (Altingia excelsa) dan saninten (Castanopsis javanica); dan kelompok S adalah kopo (Tabel 8). Individu pohon ki haji (KH 103), kokosan monyet (KO 107), kopo (KOO 109), rasamala (RS 111, 146, 166 dan 190) dan saninten (SN 108) kemungkinan merupakan pohon pakan dan pohon tidur bagi kelompok owa jawa di luar waktu penelitian ini dilaksanakan (Tabel 9).

Pada daerah teritori sering terjadi pertemuan (encounter) antar kelompok owa jawa. Encounter antar kelompok owa jawa bukan hanya terjadi diantara ketiga kelompok owa jawa yang menjadi subjek pada penelitian ini, namun kelompok owa jawa yang lain juga melakukan encounter. Kelompok tersebut di antaranya adalah pada wilayah jelajah kelompok A terdapat kelompok C, Ck dan D; pada kelompok B terdapat kelompok O dan D; dan pada kelompok S ada kelompok O dan W. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika kelompok tersebut diikuti, maka kemungkinan luas daerah teritori kelompok A, B dan S semakin besar.

Pertemuan tersebut terjadi sekitar 1.75% dari total aktivitas harian dimana 90.00% merupakan pertemuan antar kelompok owa jawa. Encounter antar kelompok owa jawa di Resor Cikaniki didominasi oleh tingkah laku agonistik sebesar 84.72%. Tingkah laku tersebut ditunjukkan dengan saling kejar (98.36%) dan bahkan terjadi kontak fisik (1.64%). Penelitian ini juga menemukan bahwa 93.44% dari tingkah laku agonistik didominasi oleh interaksi antar individu jantan dewasa (Gambar 14).

Encounter juga terjadi antara kelompok owa jawa dan primata lain seperti surili (8.75%) dan lutung (1.25%). Mereka menjadi kompetitor bagi owa jawa terutama ketika kondisi fenologi individu pohon pakan tinggi. Selain lutung dan surili, beberapa jenis burung dan tupai juga sering ditemukan mengkonsumsi pakan yang sama dengan owa jawa. Pada penelitian ini, encounter antara owa jawa dengan surili dan lutung tidak ditemukan di daerah teritori (Gambar 15). Hal ini menjelaskan bahwa daerah teritori owa jawa benar-benar dipertahankan dari kelompok owa jawa maupun primata lain.

(39)

Gambar 15 Keberadaan kelompok owa jawa dan primata lain di wilayah jelajah owa jawa

Areal Tumpang Tindih

Rerata luas areal tumpang tindih antar kelompok owa jawa di Resor Cikaniki adalah 2.31 ha atau 6.91% dari luas wilayah jelajah (luas areal tumpang tindih antara kelompok A dan B = 2.59 ha; antara kelompok B dan S = 2.02 ha). Areal tersebut bukan hanya merupakan tumpang tindih wilayah jelajah yang diperoleh dari analisis spasial, namun berdasarkan pengamatan pada areal tersebut sering terjadi interaksi antar kelompok owa jawa. Hal ini ditunjukkan dengan seluruh daerah teritori yang cenderung berada di dalam areal tumpang tindih. Areal tumpang tindih antar kelompok A dan B adalah paling luas dibandingkan areal tumpang tindih antar kelompok B dan S (Gambar 12). Penelitian ini menemukan bahwa interaksi antara kelompok A dan B (40.28%) juga lebih sering terjadi dibandingkan antara kelompok B dan S (16.67%) (Gambar 16).

Gambar 16 Pertemuan (encounter) antar kelompok owa jawa 40.28%

22.22% 16.67%

12.50%

5.56%

1.39% 1.39%

A-B S-W B-S A-D A-C A-Ck S-O

F

re

ku

e

n

si

A

kti

v

itas

H

ar

ian

(40)

Interaksi tersebut bukan hanya berupa tingkah laku agonistik, namun juga tingkah laku afiliatif (15.28%). Aris dan Kumis sering terlihat duduk dalam satu pohon yang sama. Aktivitas ini tidak berlangsung lama, biasanya seringkali diikuti oleh tingkah laku saling kejar antara individu jantan dewasa tersebut. Selain duduk bersama, tingkah laku afiliatif lainnya adalah saling mendekat satu sama lain. Kumis dan Amore pernah berada pada jarak yang dekat sekitar 5 m, namun tidak lama kemudian Amore dikejar oleh Kumis. Hal tersebut juga terjadi pada Sahri dan Kimkim.

Penggunaan Ruang dalam Strata Pohon

Owa jawa di Resor Cikaniki rerata sering memanfaatkan pohon dengan selang ketinggian 21-30 m (Gambar 17). Jenis pohon yang dominan pada ketinggian tersebut dengan frekuensi lebih dari 5.00% adalah pasang (Quercus oidocarpa), puspa (Schima wallichii) dan rasamala (Altingia excelsa) (Lampiran 2). Namun selain jenis pohon tersebut, jenis pohon yang dominan pada ketinggian 21-30 m berbeda antar kelompok owa jawa. Jenis pohon yang dominan pada kelompok A adalah kecapi (Sandorium koetjapi) dan ki haji (Dysoxylum parasiticum) (Lampiran 3). Pada kelompok B, jenis pohon yang dominan adalah ki dage (Bruinsimia styracoides) dan ki haji (Lampiran 4). Adapun pada kelompok S, jenis yang dominan adalah burunungul (Castanopsis argentea), ki dage, ki hiur (Castanopsis cuspidata), ki ronyok (Castanopsis acuminatissima), dan saninten (Castanopsis javanica) (Lampiran 5).

Gambar 17 Selang ketinggian pohon yang digunakan oleh owa jawa dalam aktivitas harian

Selang ketinggian 11-20 m didominasi oleh jenis hamerang (Ficus padana) dan bambu. Hamerang merupakan jenis pohon Ficus yang daunnya dikonsumsi oleh owa jawa di Resor Cikaniki. Adapun pada selang ketinggian 51-60 m, didominasi oleh jenis pohon rasamala dan pasang. Jenis pohon pada ketinggian tersebut biasanya digunakan oleh jawa sebagai pohon tidur.

(41)

tersebut sebagian besar merupakan buah Ficus (70.86%) (Gambar 19). Buah tersebut memiliki persentase yang tinggi pada diet owa jawa di Resor Cikaniki yaitu sebesar 41.75% (Gambar 20).

Gambar 18 Tipe tumbuhan yang digunakan oleh owa jawa di Resor Cikaniki

Gambar 19 Jenis Ficus dan non-Ficus pada tumbuhan pakan owa jawa

Gambar 20 Jenis diet owa jawa di Resor Cikaniki

(42)

Owa jawa di Resor Cikaniki rerata memilih lokasi 3B dalam strata pohon untuk melakukan aktivitas hariannya sebesar 67.40% (Gambar 21). Selain lokasi tersebut, lokasi 3A (26.32%) dan 4 (21.05%) juga ditemukan cukup sering digunakan untuk tingkah laku bersuara, sedangkan tingkah laku ekskresi yang meliputi defekasi dan urinasi seringkali terjadi di lokasi 2 (20%) dan 3B (66.67%). Perbedaan penggunaan lokasi dalam ruang tajuk pohon antara ketiga kelompok owa jawa terlihat pada tingkah laku bersuara dan ekskresi. Tingkah laku bersuara sering dilakukan oleh kelompok A pada lokasi 3B (50.00%) dan 4 (40.00%) (Gambar 22). Hal serupa juga terjadi pada kelompok S yang memilih lokasi 3B (42.86%) dan 4 (42.86%), sedangkan pada kelompok B memilih lokasi 3A (50.00%) dan 4 (37.50%) (Gambar 23; 24). Hal tersebut memperlihatkan bahwa lokasi 4 selalu menjadi preferensi bagi owa jawa untuk melakukan tingkah laku bersuara.

Tingkah laku ekskresi sering dilakukan oleh kelompok A di lokasi 2 (20.00%), 3A (20.00%) dan 3B (60.00%), sedangkan kelompok B hanya di lokasi 3B (83.33%) dan kelompok S memilih lokasi 2 (25.00%), 3B (50.00%) dan 4 (25.00%). Hal tersebut menjelaskan bahwa ketiga kelompok owa jawa memiliki pereferensi yang tinggi untuk melakukan tingkah laku ekskresi di lokasi 2 dan 3B.

Gambar 21 Pengggunaan ruang dalam strata pohon di Resor Cikaniki (kode lokasi pada Gambar 3)

Gambar 22 Penggunaan ruang dalam strata pohon di habitat kelompok A (kode lokasi pada Gambar 3)

(43)

Gambar 23 Penggunaan ruang dalam strata pohon di habitat kelompok B (kode lokasi pada Gambar 3)

Gambar 24 Penggunaan ruang dalam strata pohon di habitat kelompok S (kode lokasi pada Gambar 3)

Karakteristik Habitat

Rerata kerapatan dan keragaman pohon pakan owa jawa di daerah inti (90.0 ind/ha dan 70.0 jenis/ha), daerah teritori (116.7 ind/ha dan 76.7 jenis/ha) dan areal tumpang tindih (105.0 ind/ha dan 75.0 jenis/ha) lebih besar dibandingkan wilayah jelajah (80.0 ind/ha dan 50.0 jenis/ha) (Tabel 10). Wilayah jelajah dan daerah inti memiliki karakteristik tajuk yang hampir sama, yaitu memiliki pohon yang tinggi dengan tajuk yang besar (Lampiran 6-11). Rerata ketinggian pohon di wilayah jelajah adalah 25.61 m dan di daerah inti adalah 25.25 m.

Daerah teritori dan areal tumpang tindih memiliki pohon yang pendek dan tajuk yang kecil (lampiran 12-16). Rerata ketinggian pohon di daerah teritori adalah 22.04 m dan di areal tumpang tindih adalah 22.29 m. Kedua daerah tersebut memiliki pohon pakan yang lebih rapat dan beragam dibandingkan daerah inti. Namun, kerapatan dan keragaman pohon pakan di daerah teritori lebih besar dibandingkan areal tumpang tindih. Selain itu, keberadaan pakan yang disukai juga

(44)

tinggi pada daerah tersebut (Tabel 11). Rerata selang ketinggian pohon pada habitat ketiga kelompok owa jawa berada dalam strata ketinggian 21-30 m.

Tabel 10 Nilai kerapatan, keragaman dan dominansi pohon di wilayah jelajah, daerah inti, daerah teritori dan areal tumpang tindih antar kelompok owa jawa

Nama

*Lihat lampiran 17 untuk nama latin jenis dan tipe tumbuhan pada habitat owa jawa di Resor Cikaniki TNGHS

Tabel 11 Keberadaan pakan yang disukai di wilayah jelajah, daerah inti, daerah teritori dan areal tumpang tindih antar kelompok owa jawa

Kelom

*Lihat lampiran 17 untuk nama latin jenis dan tipe tumbuhan pada habitat owa jawa di Resor Cikaniki TNGHS **Sumber: Kim et al. (2012) dan Jang (2013)

Jenis pohon yang dominan pada kelompok owa jawa di Resor Cikaniki ternyata sesuai dengan jenis pohon yang dominan pada ketinggian 21-30 m yang sering digunakan oleh owa jawa dalam melakukan aktivitas hariannya. Jenis pohon tersebut antara lain pada kelompok A adalah rasamala (Altingia excelsa) dan ki haji (Dysoxylum parasiticum) ; pada kelompok B adalah rasamala (Altingia excelsa) dan ki dage (Bruinsmia styracoides) ; dan pada kelompok S adalah rasamala (Altingia excelsa), puspa (Schima wallichi) dan ki ronyok (Castanopsis acuminatissima).

(45)

kelompok S lebih kecil (30 jenis/ha) dibandingkan kelompok A (70 jenis/ha) dan kelompok B (50 jenis/ha).

Pada daerah inti, kelompok B juga memiliki luas daerah yang lebih besar dibandingkan kelompok A dan S. Hal tersebut dikarenakan nilai kerapatan dan keragaman pohon pakan di daerah inti kelompok B (70 ind/ha dan 60 jenis/ha) lebih kecil dibandingkan kelompok A (110 ind/ha dan 80 jenis/ha) dan kelompok S (90 ind/ha) dan 70 jenis/ha). Hal serupa juga terjadi pada luas daerah teritori kelompok B yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok A dan S. Hal ini dikarenakan nilai kerapatan dan keragaman pohon pakan di daerah teritori kelompok B (90 ind/ha dan 60 jenis/ha) lebih kecil dibandingkan kelompok A (160 ind/ha dan 100 jenis/ha) dan kelompok S (110 ind/ha dan 70 jenis/ha).

Luas areal tumpang tindih antara kelompok A dan B lebih besar dibandingkan dengan luas areal tumpang tindih antara kelompok B dan S. Hal tersebut dikarenakan nilai kerapatan dan keragaman pohon pakan pada areal tumpang tindih antara kelompok A dan B lebih tinggi (120 ind/ha dan 80 jenis/ha) dibandingkan areal tumpang tindih antara kelompok B dan S (90 ind/ha dan 60 jenis/ha). Hal inilah yang mengakibatkan areal tersebut sering digunakan oleh kedua kelompok untuk saling berinteraksi (encounter).

PEMBAHASAN

Karakteristik Kelompok Owa Jawa

Pergerakan kelompok owa jawa dalam jelajah harian seringkali dipimpin oleh individu betina dewasa. Hal tersebut terkait dengan struktur sosial owa jawa yang cenderung monogami. Trivers (1972) dan Wrangham (1987) menjelaskan bahwa individu betina dewasa akan mencapai kesuksesan reproduksi (fitness) ketika mereka mampu melindungi sumberdaya terutama pakan dan individu jantan dewasa akan mencapai fitness ketika mereka mampu melindungi pasangannya. Reichard dan Sommer (1997) menemukan bahwa individu betina dewasa pada kelompok ungko (Hylobates lar) di Khao Yai Thailand memimpin pergerakan kelompok dalam mencari pohon pakan, sedangkan individu jantan dewasa akan berpindah ke depan jika terjadi pertemuan dengan kelompok lain (inter group encounter)

(46)

Jelajah Harian

Setiap kelompok owa jawa di Resor Cikaniki memiliki karakteristik yang berbeda. Kelompok B memiliki jarak dan luas jelajah harian yang paling besar dibandingkan kelompok lainnya. Kerapatan pohon pakan yang kecil menjadi penyebabnya. Ketersediaan pakan lebih tersebar berjauhan antar setiap pohon sehingga kelompok B harus bergerak lebih jauh untuk mencapai pohon pakannya. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa jarak jelajah harian primata semakin panjang jika kerapatan pohon pakan rendah (Terborgh 1983). Bartlett (2009) juga menjelaskan bahwa white-handed gibbon (Hylobates lar) menjelajah lebih luas ketika ketersediaan pakan berkurang. Selain itu, faktor umur dari individu dewasa owa jawa kemungkinan juga berpengaruh terhadap jarak dan luas jelajah harian. Kumis dan Keti diduga merupakan pasangan paling muda dibandingkan kelompok A. Pergerakan mereka sangat cepat dan waktu aktif mereka lebih lama dibandingkan Aris dan Ayu.

Pergerakan kelompok A dan B sering terdeteksi di areal looptrail, namun aktivitas pengunjung sering ditemukan di wilayah jelajah kelompok A. Oleh karena itu, kelompok A cenderung tidak terlalu aktif bergerak yang kemungkinan bertujuan untuk menghindari gangguan dari pengunjung. Pergerakan ketiga kelompok owa jawa terlihat sering memanfaatkan areal sekitar sungai. Areal yang sering dikunjungi tersebut diduga memiliki ketersediaan dan keragaman pakan yang cukup besar dibandingkan areal lain. Matsuda et al. 2009 menjelaskan bahwa areal sekitar sungai adalah kawasan yang sering dimanfaatkan oleh primata karena ketersediaan pakan yang tinggi dan untuk mengurangi resiko terhadap predator.

Setiap kelompok memiliki kecenderungan yang sama terkait perbedaan luas jelajah harian terkecil dan terbesar. Faktor penting yang berpengaruh adalah cuaca dan curah hujan. Ketika cuaca mendung, owa jawa seringkali bersuara. Hal tersebut bertujuan untuk mengumpulkan anggota keluarga untuk bersama-sama mencari tempat berlindung dalam satu pohon yang sama. Mereka biasanya akan menghentikan aktivitasnya dan berlindung di satu pohon dalam waktu yang cukup lama hingga cuaca cerah kembali. Hal inilah yang mengakibatkan luas jelajah harian mereka kecil. Hal ini seperti yang terjadi pada H. lar dan siamang (Raemaekers 1980). Jika mereka sedang terancam oleh predator dan musuh, owa jawa juga akan berkumpul dalam satu pohon untuk berlindung.

(47)

Rerata jarak jelajah harian owa jawa di Resor Cikaniki lebih panjang dibandingkan peneliti sebelumnya (Tabel 12). Hal ini kemungkinan karena semakin banyak ditemukannya kerusakan habitat dalam skala kecil di wilayah jelajah owa jawa. Yanuar dan Chivers (2010) menyebutkan bahwa kerusakan habitat berkorelasi terhadap jarak jelajah harian gibbon di India. Kerusakan habitat di Resor Cikaniki tidak sampai menyebabkan terjadinya fragmentasi habitat, namun ketersediaan pakan mungkin akan berkurang.

Tabel 12 Jarak jelajah harian owa jawa dari beberapa penelitian di Resor Cikaniki

Waktu Penelitian

Lama Pengamatan

Kelompok Owa yang Diamati Jelajah

Harian Metode adalah perbedaan metode yang digunakan untuk menghitung jelajah harian. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah minimum convex polygon (MCP), sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan sistem grid. Selain itu, waktu penelitian dan kondisi curah hujan pada saat penelitian ini dilakukan, juga berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini rerata terjadi pada bulan basah/curah hujan sedang. Pada bulan tersebut, jelajah harian owa jawa lebih panjang. Curah hujan yang sedang membuat owa jawa sering berpindah pohon karena ketersediaan pakan lebih sedikit. Gentry (1988) menyebutkan bahwa curah hujan berkorelasi positif dengan ketersediaan pakan.

Wilayah Jelajah

Kondisi habitat pada setiap wilayah jelajah antar kelompok owa jawa di Resor Cikaniki memiliki perbedaan. Hal tersebut terkait dengan kerusakan habitat yang ditemukan pada masing-masing wilayah jelajah kelompok owa jawa. Pada kelompok A, kerusakan habitat lebih sedikit ditemukan dibandingkan kelompok B. Kerusakan habitat tersebut lebih sering disebabkan oleh penebangan pohon untuk mengambil madu yang biasanya hanya satu pohon yang ditebang. Selain itu, pohon yang tumbang akibat angin dan hujan juga ditemukan di wilayah jelajah kelompok A. Hal serupa juga terjadi pada kelompok S, kerusakan habitat yang ditemukan di wilayah jelajah kelompok ini cenderung lebih sedikit dibandingkan kelompok A dan B. Kerusakan tersebut sering disebabkan oleh penebangan pohon untuk memasang jebakan burung yang biasanya lebih dari satu pohon yang ditebang.

(48)

Rerata luas wilayah jelajah owa jawa di Resor Cikaniki selama tiga bulan penelitian tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu sebesar 36.60 ha selama satu tahun penelitian (Kim et al. 2010). Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi habitat owa jawa di Resor Cikaniki cukup stabil dari tahun 2007-2015 meskipun terjadi kerusakan habitat dalam skala kecil. Zanuansyah (2013) juga menemukan bahwa rerata wilayah jelajah owa jawa di Resor Cikaniki sebesar 24.38 ha, namun nilai ini belum bisa menjadi perbandingan karena penelitian hanya dilaksanakan selama satu bulan.

Kim et al. 2010 menjelaskan bahwa perbedaan ketinggian habitat ternyata berpengaruh terhadap wilayah jelajah. Hutan dataran tinggi sebagai habitat owa jawa di Resor Cikaniki memiliki kerapatan pohon yang rendah dibandingkan dengan hutan dataran rendah, sehingga luas wilayah jelajahnya juga lebih besar karena akses sumber pakan yang lebih jauh. Malone (2007) menemukan bahwa luas wilayah jelajah owa jawa di hutan dataran rendah Leuweung Sancang (0-150 mdpl) lebih kecil yaitu 17.4 ha. Rerata luas wilayah jelajah spesies lain dalam genus Hylobates cukup bervariasi. Penelitian Haag (2007) menunjukkan bahwa rerata luas wilayah jelajah white-bearded gibbon (Hylobates albibarbis) di Kalimantan Tengah sebesar 47 ha, sedangkan luas wilayah jelajah H. lar di Taman Nasional Khao Yai Thailand sebesar 25 ha (Bartlett 2009).

Wilayah jelajah owa jawa di Resor Cikaniki semakin luas dari bulan Maret sampai Juni. Hal tersebut karena faktor temporal berpengaruh terhadap luas wilayah jelajah owa jawa. Salah satunya adalah kondisi curah hujan yang berdampak terhadap perubahan ketersediaan pohon pakan gibbon setiap bulan (Raemaekers 1980). Iskandar (2007) menjelaskan bahwa rerata luas wilayah jelajah pada musim kemarau lebih besar dibandingkan musim hujan. Hal ini terjadi karena ketersediaan sumber pakan dan sumber air yang rendah, sehingga memaksa kelompok owa jawa untuk melebarkan jelajah hariannya dalam mencari makan. Kebutuhan air pada musim tersebut bisa dipenuhi dari buah-buahan yang dikonsumsi.

Luas wilayah jelajah gibbon di Gunung Wuliang China lebih kecil ketika ketersediaan pakan berkurang (Fan dan Jiang 2008), namun hal tersebut berbeda dengan owa jawa. Kondisi habitat owa jawa cenderung tidak musiman (less seasonal) dengan ketersediaan pakan yang tinggi sepanjang tahun terutama buah (Kim et al. 2010; Jang 2013). Buah merupakan jenis pakan yang penting bagi diet gibbon seperti mamalia yang lain dan burung (Marshall 2004). Hal tersebut karena gibbon dengan masa tubuh yang kecil dan memiliki pergerakan yang cepat, sehingga membutuhkan pakan yang memiliki nilai kalori yang tinggi seperti buah (Raemaekers 1978). Hal ini juga didukung dengan alat pencernaan mereka yang lebih kecil sehingga hanya memungkinkan untuk mencerna buah-buahan (Lambert 1998).

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2 Resor Cikaniki sebagai lokasi penelitian
Tabel 2 Komposisi individu dalam kelompok A, B dan S
Tabel 3 Jarak dan luas jelajah harian antar kelompok owa jawa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh content, bentuk, dan media komunikasi terhadap kesuksesan proyek IT di Bank ABC

user interface merupakan bagian dari perangkat lunak yang menjadi sarana komunikasi antara user dengan sistem serta dapat memberikan kemudahan dan tidak membingungkan bagi user

pengenalan huruf alphabet yang di minati anak usia dini dengan cara

Dengan bukti audit yang cukup dan tepat, auditor sudah menekan risiko audit, namun tidak mungkin samapai ke tingkat nol, karena. adanya kendala bawaaan dalam

Pengaruh Pemberian Pupuk Fospor (P) Terhadap Ketersediaan dan Serapan Serta Produksi Tanaman Gandum ( Triticum aestivum L) Pada Tanah Vulkanis Alahan

Interaksi pupuk KCl dan kompos jerami padi berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah ( Allium ascalonicum

Sehingga ketika mengerjakan soal matematika jika konteks yang dipahami kurang tepat siswa akan menjawab dengan kurang tepat, (2) persepsinya lemah sehingga dalam

Data mengenai penerapan pembelajaran aktif tipe quiz team dalam kegiatan belajar mengajar matematika khususnya pada pokok pembahasan bangun ruang sisi datar