• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Penerapan Strategi MHM (Mathematical Habits of Mind) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Penerapan Strategi MHM (Mathematical Habits of Mind) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa"

Copied!
257
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Penerapan Strategi Mathematical Habits of Mind

Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

SKRIPSI

OLEH :

ANGGIA ISTI PRASETYANI

NIM : 107017002995

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

(2)
(3)
(4)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ANGGIA ISTI PRASETYANI

NIM : 107017002995

Jurusan : Pendidikan Matematika

Angkatan Tahun : 2007

Alamat : Jl. Salak III No. 106 Rt. 03 Rw. 09 Kel. Abadijaya Kec.

Sukmajaya Depok Timur 16417

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Upaya Penerapan Strategi Mathematical habits of Mind Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

1. Nama : Dr. Kadir, M.Pd

NIP : 19670812 199402 1 00 1

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

2. Nama : Najmi Ulya, M.Pd

NIP :19670623 199703 2 00 1

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya

sendiri.

Jakarta, Juli 2014

Yang Menyatakan,

Anggia Isti Prasetyani

(5)
(6)
(7)

i ABSTRAK

Anggia Isti Prasetyani (107017002995), Upaya Penerapan Strategi

Mathematical Habits of Mind (MHM) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. (Penelitian Tindakan Kelas di SMP YAPPA Yayasan Pondok Pesantren AR Roudhoh Depok), Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) penerapan strategi MHM dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis, (2) aktivitas siswa dalam kemampuan berpikir kreatif matematis dengan penerapan strategi MHM, dan (3) respon siswa selama penerapan strategi MHM. Penelitian dilakukan di SMP YAPPA Yayasan Pondok Pesantren AR Roudhoh Depok tahun pelajaran 2012/2013. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas belajar siswa, jurnal harian siswa, pedoman wawancara, tes kemampuan berpikir kreatif matematis, dan dokumentasi.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerapan strategi MHM Mathematical Habits of Mind mencapai kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 64 pada siklus I meningkat menjadi 73,3 pada siklus II. Selanjutnya rata-rata persentase aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran dengan strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) mencapai 64,65% pada siklus I meningkat menjadi 75,68% pada siklus II aktivitas belajar siswa tersebut meliputi oral activities, writing activities, drawing activities, dan visual activities. Selain itu juga diperoleh respon siswa terhadap strategi pembelajaran Mathematical Habits of Mind (MHM) mencapai 63,75% pada siklus I menjadi 80,625% pada siklus II. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa penerapan strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

(8)

ii ABSTRACT

Anggia Isti Prasetyani (107017002995), “Improving Students’ Mathematical Creative Thinking Activities Through Mathematical Habits of Mind (MHM) strategy Approach” (A Classroom Action Research at State Junior High School YAPPA Yayasan Pondok Pesantren AR Roudhoh Depok), Skripsi of Mathematic Education at Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

This research is aimed for analyzing: 1) the implementation of MHM strategy in improving students’ the creative thinking ability, 2) students’ the creative thinking ability activities in implementing MHM, 3) students’ responses during the implementation of MHM. This research was held at State Junior High School YAPPA (Yayasan Pondok Pesantren AR Roudhoh) Depok in period 2012/2013. The strategy which was used in this research is action research which was done in two cycles. Meanwhile, the instruments of the research are observation, questioner, interview guidance, test, and documentation.

The finding of the research is the implementation of Mathematical Habits of Mind (MHM) strategy can improve the students’ mathematical creative thinking activities. The ability of mathematical creative thinking in cycle 1 which was only 64 had improved up to 73.3 in cycle 2.

In cycle 1, the average percentage of students’ mathematical creative thinking learning activities is 64.65% then it was increasing in cycle 2 up to 75.68%. Not only the percentage was increasing but also the students’ activity was improved in oral activities, writing activities, drawing activities, and visual activities. Besides learning activities, creative thinking stage, students’ responses, and the ability of students’ mathematical creative thinking showed enhancement, the average percentage of creative thinking in cycle 1 achieved 63.75% then it increased up to 80.625% in cycle 2. So, This research is the implementation of MHM strategy in improving students’ was increasing the creative thinking ability.

(9)
(10)

vi

G. Teknik Pengumpulan Data... 42

H. Instrumen penelitian ... 42

I. Hasil intervensi yang diharapkan ... 44

J. Teknik pemeriksaan kepercayaan ... 44

K. Analisis data ... 45

L. Pengembangan perencanaan tindakan ... 45

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi Data ... 47

1. Observasi Pendahuluan ... 47

2. Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 50

3. Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 73

B. Analisis Data ... 95

1. Analisis Hasil Observasi ... 95

2. Analisis Hasil Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Strategi MHM ... 98

3. Analisis Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis...99

C. Intrepretasi Hasil Analisis ... 100

D. Pembahasan... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 115

A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 24

Tabel 2.2: Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif yang Diteliti ... 28

Tabel 4.1: Persentase Aktivitas Belajar Siswa dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pertemuan I ... 55

Tabel 4.2: Persentase Aktivitas Belajar Siswa dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pertemuan II ... 58

Tabel 4.3: Persentase Aktivitas Belajar Siswa dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pertemuan III ... 61

Tabel 4.4: Persentase Aktivitas Belajar Siswa dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pertemuan IV ... 63

Tabel 4.5: Persentase Aktivitas Belajar Siswa dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Pembelajaran Siklus I ... 65

Tabel 4.6: Persentase Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa pada Pembelajaran Matematika Siklus I ... 70

Tabel 4.7: Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran siklus I ... 71

Tabel 4.8: Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siklus I ... 73

Tabel 4.9: Refleksi Tindakan Siklus I... 75

Tabel 4.10: Persentase Aktivitas Belajar Siswa dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pertemuan VI ... 81

Tabel 4.11: Persentase Aktivitas Belajar Siswa dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pertemuan VII ... 84

Tabel 4.12: Persentase Aktivitas Belajar Siswa dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pertemuan VIII ... 87

Tabel 4.13: Persentase Aktivitas Belajar Siswa dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pertemuan IX ... 90

Tabel 4.14: Persentase Aktivitas Belajar Siswa dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Pembelajaran Siklus II ... 92

(12)

viii

Tabel 4.16: Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran siklus II ... 96

Tabel 4.17: Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siklus II ... 97

Tabel 4.18: Persentase Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa dalam Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis Siklus I dan Siklus II ... 100

Tabel 4.19: Persentase Skor Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa pada Pembelajaran Matematika Siklus I dan Siklus II 101

Tabel 4.20: Persentase Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika

Dengan srtategi MHM pada siklus I dan siklus II ... 103

Tabel 4.21: Statistik Deskriptif Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Kerangka Berpikir ... 35

Gambar 3.1: Desain Penelitian Tindakan Kelas ... 39

Gambar 3.2: Tahap Intervensi Tindakan ... 43

Gambar 4.1: Aktivitas siswa saat belajar dengan metode tutor sebaya .... 74

Gambar 4.2: Aktivitas siswa saat mengerjakan ujian tes Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis siklus I... 74

Gambar 4.3: Aktivitas siswa saat mengerjakan soal di papan tulis ... 75

Gambar 4.4: Aktivitas siswa saat mengerjakan ujian tes Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis siklus II ... 91

(14)

x

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1: Persentase Aktivitas Belajar dalam Berpikir Kreatif Matematis

Siklus I dan Siklus II ... 101

Diagram 4.2: Persentase Skor Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siklus I dan Siklus II ... 102

Diagram 4.3: Persentase Skor Respon Siswa terhadap strategi MHM .... 103

Diagram 4.4: Persentase Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... 116

Lampiran 2: Lembar Kerja Siswa... 146

Lampiran 3: Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 169

Lampiran 4: Instrumen soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Siklus I dan II ... 170

Lampiran 5: Lembar Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Siklus I ... 178

Lampiran 6: Lembar Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Siklus II ... 180

Lampiran 7: Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II ... 182

Lampiran 8: Lembar Jurnal Harian Siswa ... 198

Lampiran 9: Lembar Pedoman Wawancara Guru ... 199

Lampiran 10: Lembar Pedoman Wawancara Siswa ... 201

Lampiran 11: Lembar Observasi Guru ... 203

Lampiran 12: Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Siklus I dan II ... 204

Lampiran 13: Perhitungan persentase aktivitas belajar siswa berdasarkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 206

Lampiran 14: Daftar Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siklus I ... 209

Lampiran 15: Daftar Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siklus II ... 211

Lampiran 16: Penghitungan Uji validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda ... 213

Lampiran 17: Uji Validitas ... 215

Lampiran 18: Daya Pembeda ... 217

Lampiran 19: Taraf Kesukaran ... 219

(16)

xii

Lampiran 21: Hasil Tanggapan Siswa ... 223

Lampiran 22: Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Siklus I ... 224

Lampiran 23: Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Siklus II ... 226

Lampiran 24: Hasil Wawancara dengan Guru ... 229

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini kemajuan IPTEK di berbagai Negara menjadi perbincangan

yang hangat. Di Negara berkembang seperti Indonesia perkembangan IPTEK

sudah mendapat perhatian dan dikembangkan. Ilmu pengetahuan sangat

dibutuhkan setiap manusia sebagai petunjuk dalam kehidupan. Melalui

pendidikan manusia memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman.

Pendidikan merupakan suatu wadah dimana manusia mendapatkan hak untuk

mendapat pengajaran. Sesuai dengan program pemerintah yang

menganjurkan warga Indonesia mendapatkan pendidikan “wajar” (wajib

belajar) sembilan tahun. Dengan meningkatnya pendidikan di Indonesia,

diharapkan dapat menjadi Negara yang maju di segala aspek.

Dalam pendidikan, kegiatan belajar mengajar menjadi hal yang utama

dilakukan. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

penidikan.1 Untuk mewujudkan suatu tujuan pendidikan sangat berpengaru pada proses kegiatan anak saat belajar. Proses pembelajaran tidak melulu di

sekolah melainkan dapat terjadi di lingkungan keluarga ataupun linkungan

sosial lainnya. Setiap manusia berhak mendapat pendidikan yang layak hal ini

juga sesuai dengan isi dari UUD 1945 pasal 31 ayat 1. “ Tiap-tiap warga

negara berhak mendapatkan pengajaran”. 2

Proses pembelajaran di sekolah yang melibatkan peran guru sebagai

pendidik sangat berpengaruh pada anak didik. Untuk itu, kemampuan berpikir

kritis, kreatif, logis, dan sistematis harus diajarkan kepada siswa demi meningkatkan SDM Indonesia yang berkompeten.

1

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekata baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakaya Offset, 2010), hal. 87.

2

(18)

2

Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran

matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut

Depdiknas (2004) adalah: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik

kesimpulan, (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,

intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil,

rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, (3)

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan (4) mengembangkan

kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan.3 Salah satu target mempelajari matematika adalah mengembangkan kemampuan

siswa dalam berpikir matematis. Dengan belajar matematika diharapkan dapat

membantu untuk memajukan IPTEK dengan menciptakan sumber daya

manusia yang berkualitas.

Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah,

dalam skala sempit maupun luas, sederhana maupun kompleks. Kesuksesan

individu antara lain ditentukan oleh kreativitasnya dalam menyelesaikan

masalah. Individu kreatif memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan

individu biasa. Individu kreatif memandang masalah sebagai tantangan yang

harus dihadapi, bukan dihindari. Individu kreatif juga memandang masalah dari

berbagai perspektif yang memungkinkannya memperoleh berbagai alternatif solusi.4

Pentingnya seorang siswa dalam mengembangkan kemampuan

kreativitasnya dalam penddikan diperkuat oleh UU SISDIKNAS No. 20 Tahun

2003 bab III pasal 4, sebagai berikut : “Pendidikan diselenggarakan dengan

3

Tatang Herman, 2007, Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama, EDUCATIONIST No. I

Vol. I 4

Mahmudi, Ali.”Pengaruh strategi mhm berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif

(19)

3

memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas

peserta didik dalam proses pembelajaran”.5

Walaupun telah adanya pernyataan yang menjelaskan tentang pentingnya

mengembangkan kreativitas dalam pendidikan, tetapi masih saja ada siswa

tidak menyukai belajar matematika, karena mereka memandang matematika

sebagai mata pelajaran yang paling sulit diantara pelajaran lainnya. Padahal

bukan karena sulitnya pelajaran ini, namun pada saat menerima pelajaran ini

penerapan kebiasaan berpikir kreatif belum maksimal dilakukan. Faktor

lainnya bisa berasal dari faktor guru dan juga faktor siswa itu sendiri.

Untuk menciptakan siswa yang memiliki hasil belajar yang baik tentunya

membutuhkan pengajaran yang baik. Di SMP YAPPA Yayasan Pondok

Pesantren AR Roudhoh Depok, guru cenderung masih senang menyampaikan

materi pelajaran dengan memberikan pengetahuan hanya berdasarkan

informasi yang terdapat pada buku pelajaran yang disampaikan oleh guru saja

atau biasa dikenal dengan metode ceramah. Menurut Slavin, guru yang

intensional atau guru yang memiliki tujuan adalah orang yang terus-menerus

memikirkan hasil yang mereka inginkan bagi siswanya dan bagaimana tiap-tiap

keputusan yang mereka ambil membawa siswa ke arah hasil tersebut.6

Berdasarkan hasil observasi proses belajar mengajar yang dilakukan di

SMP YAPPA (Yayasan Pondok Pesantren AR Roudhoh) Depok, peneliti

memperoleh keterangan bahwa aktivitas belajar siswa kelas VIII-1 pada saat

pembelajaran matematika masih kurang maksimal. Hal ini terlihat dari rasa

ingin tahu siswa terhadap materi yang disampaikan guru masih sangat rendah.

Pada saat menyelesaikan soal yang diberikan guru pun, siswa cenderung

mengabaikan proses penyelesaiannya secara sistematis. Di sekolah pun, siswa

tidak dibiasakan untuk melakukan habits of mind (kebiasaan berpikir). Selain itu, guru jarang memberikan soal-soal yang menuntut siswa menggunakan pola

5

Undang-undang, SISDIKNAS (UU RI No.20 Th. 2003), www.hukumonline.com

6

(20)

4

pikirnya yang kreatif sehingga kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

terbilang rendah Secara umum kendala yang dialami guru dalam proses

pembelajaran matematika lebih dikarenakan karena kurangnya pemahaman

siswa terhadap materi yang disampaikan dan sulitnya guru mengkondusifkan

siswa yang mengobrol ataupun sering membuat keributan di dalam kelas. Cara

penyampaian materi pelajaran yang guru sampaikan masih menggunakan

model pembelajaran ceramah, ekspositori, tanya jawab dan penugasan. Cara ini

juga kurang membuat siswa terlibat aktif. Karena siswa lebih sering hanya

mendengarkan penyampaian materi dari guru dan mengerjakan tugas yang

diberikan.

Hasil wawancara yang peneliti peroleh dari siswa di SMP YAPPA kelas

VIII-1 menunjukkan bahwa hampir sebagian siswa enggan mengikuti dan

memperhatikan proses pembelajaran matematika jika materi yang sedang

dipelajari dirasa sulit untuk dipahami. Hanya beberapa siswa yang tertarik dan

senang belajar matematika. Pada saat pembelajaran berlangsung pun tidak

semua siswa terlibat aktif dan memperhatikan penjelasan dari guru. Aktivitas

siswa dalam menyelesaikan masalah yang tertera pada soal hampir semua

siswa lebih menyukai menyelesaikan masalah dengan bentuk soal pilihan

ganda daripada bentuk soal uraian atau essay. Apabila siswa mengerjakan soal

berbentuk essay pun siswa lebih senang menjawab dengan cara singkat dan

yang penting jawaban mereka benar.

Dari hasil observasi yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa

untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa diperlukan suatu metode atau pola

pembelajaran yang lebih bersifat student centre, dimana pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa yang lebih berperan aktif dalam

pembelajaran di kelas sehingga siswa dapat mengurangi aktivitas-aktivitas lain

yang kurang terarah. Sementara itu aktivitas siswa khususnya aktivitas belajar

siswa dalam berpikir kreatif matematis perlu diperhatikan dan ditingkatkan,

karena ini nantinya akan dapat membiasakan siswa menggunakan kemampuan

(21)

5

Pada masalah seperti yang terdapat di SMP YAPPA kelas VIII-1 dapat

diatasi dengan penggunaan strategi atau model pembelajaran yang sesuai

dengan memfokuskan model pengajarannya pada siswa agar melatih siswa

berperan aktif dan kreatif. Salah satu strategi pembelajaran yang dilihat dapat

diberikan untuk memfasilitasi pendukung kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa adalah strategi Mathematical Habits of Mind (MHM).

Strategi Mathematical Habits of Mind (MHM)merupakan suatu strategi pembelajaran yang membantu siswa mengeksplorasikan ide-ide matematis

yang mereka ketahui sebelumnya. Strategi ini mempunyai enam tahapan yang

menuntut siswa untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan berpikir. Dengan tahap

awal (explore mathematical ideas) yaitu dimana siswa harus menggunakan pemikirannya untuk memberikan ide-ide matematisnya yang sesuai dengan

konsep materi yang disampaikan guru, (reflect on their answer to see wether they) merefleksi kebenaran dan kesesuaian jawaban, (identify problem solving approaches) mengidentifikasi strategi pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan masalah yang ada, (generalization) membuat kesimpulan, (formulate question) memformulasi pertanyaan, dan (constuct example) merekonstruksi contoh.

Dalam pembelajaran dengan strategi Mathematical Habits of Mind

(MHM), aktifitas mengeksplorasi ide-ide matematis akan sangat membantu

siswa dalam memahami masalah dengan baik. Aktivitas merefleksi kesesuaian

dan kebenaran jawaban juga dapat membuat siswa bisa mengerti dan

memahami cara penyelesaian suatu masalah dengan tepat. Strategi MHM ini

juga berpontensi untuk mengembangkan kemampuan kreativitas siswa dalam

menyelesaikan masalah. Generalisasi pada tahap strategi MHM sesungguhnya

adalah penggabungan dua komponen antara mengidentifikasikan strategi pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam skala lebih luas dan

identifikasi kesimpulan dari penyampaian konsep pembelajaran. Pada strategi

ini memformulasi pertanyaan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif

siswa. Karena dengan ini lebih cenderung memberi kesempatan siswa untuk

(22)

6

sesuatu hal yang belum dipahami siswa. Terakhir didukung dengan tahapan

merekonstruksi contoh, siswa yang mampu merekonsruksi contoh sesuai

kriteria tertentu akan memiliki kepercayaan diri dan dapat menumbuhkan

disposisi matematis siswa. Penggunaan strategi Mathematical Habits of Mind

(MHM) dengan tahapan-tahapan seperti diatas akan dapat membantu

menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam

menghadapi soal yang mengedepankan kreativitas dalam berpikir.

Selain memfokuskan pengamatan pada peningkatan kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa, aktivitas dan tanggapan siswa terhadap

pembelajaran matematika merupakan salah satu hal yang penting untuk

diamati. Karena dalam belajar matematika, kepercayaan diri yang tinggi sangat

dibutuhkan karena dapat menentukkan keberhasilan maupun pengalaman siswa

dalam mempelajari matematika. Oleh sebab itu perlunya menstimulus aktivitas

dan tanggapan siswa pada saat proses belajar mengajar di kelas dilakukan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti

terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Strategi

Mathematical Habits of Mind untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah, yaitu: 1. Proses pembelajaran terpusat pada guru

2. Siswa tidak memahami soal yang mengacu pada kreativitas

3. Siswa terbiasa menunggu informasi yang diberikan guru

4. Siswa tidak membiasakan diri untuk berpikir secara matematis

5. Siswa tidak terbiasa mengerjakan soal matematika yang berbentuk uraian /

essay dengan cara tersistematis

C. Fokus Penelitian

Agar penelitian terarah dan memberikan arah yang tepat dalam

(23)

7

1. Penggunaan strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kebiasaan berpikirnya dalam

menghadapi permasalahan dimana hal yang dilakukan lebih mengasah pola

pikir yang kreatif dalam berbagai tahapan yang melibatkan pemikiran diri

sendiri dan diberi kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan

matematikadengan melalui masalah-masalah yang ada.

2. Kemampuan berpikir kreatif matematis yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kemampuan dalam menemukan dan menyelesaikan suatu

masalah-masalah matematika secara lancar, luwes, rinci, dan keaslian. Kemampuan

berpikir kreatif matematis yang akan diamati pada siswa dibatasi hanya

pada kemampuan berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility) dan kemampuan berpikir rinci (elaboration).

Pokok bahasan yang digunakan sebagai bahan penelitian yaitu lingkaran.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dibatasi diatas, maka perumusan

masalah yang akan diteliti adalah:

1. Apakah penerapan strategi strategi Mathematical Habits of Mind dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa?

2. Bagaimana aktivitas belajar siswa terhadap proses pembelajaran

matematika dengan penerapan strategi Mathematical Habits of Mind ? E.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini

adalah :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa setelah diterapkan strategi pembelajaran Mathematical Habits of Mind.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran

(24)

8

F.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa dalam proses pembelajaran.

b. Sebagai pembanding bagi peneliti-peneliti lain yang ingin meneliti,

sebagai salah satu sumber informasi untuk mengadakan penelitian

lanjutan tentang strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) dalam pembelajaran matematika, dan untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kreatif matematis.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Peneliti

1. Dapat memunculkan sikap peka terhadap permasalahan pendidikan.

2. Memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian lainnya sebagai

sumbangan khazanah ilmiah dalam pembelajaran matematika.

b) Bagi Siswa

1. Dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar matematika.

2. Dapat mengembangkan daya kreatifitas siswa.

3. Dapat menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan mandiri.

c) Bagi guru dan sekolah

1. Dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran

matematika dengan suasana kelas yang kondusif dan atraktif.

2. Dapat memberikan masukan yang berarti/bermakna pada sekolah

(25)

9

BAB II

LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A.

Landasan Teoritis

1.

Pembelajaran dengan Strategi

Mathematical Habits of Mind

(MHM)

a.

Pengertian Belajar

Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari

belum mampu menjadi sudah mampu yang terjadi dalam waktu tertentu.

Belajar merupakan hasil yang relatif tetap dalam diri seseorang tersebut.

Belajar dapat pula dikatakan serangkaian latihan yang dilakukan sehingga

hasil belajar akan nampak dalam keterampilan-keterampilan tertentu.

Setiap individu mempunyai beragam sudut pandang mengenai belajar dan

pandangan seseorang tentang belajar itu akan mempengaruhi

tindakan-tindakan yang berhubungan dengan belajar itu sendiri.

Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya

Educatonal Psychology: The Teachin- Learing Process, berpendapat bahwa belajar adlah suatu proses aaptasi aau penyesuaian tingkah aku

yang belangsung secara progresif.1

Hintzman dalam bukunya The Psycologhy of Learning and Memory

berpendapat Learning is change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior. Artinya belajar adalah suatu perubahan

1

(26)

10

yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebakan oleh

pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.2

Wittig dalam bukunya Psycologhy of Learning mendefinisikan belajar sebagai : any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar adalah perubahan yang relatif menetap dan terjadi dalam segala

macam/keseluruhan tingkah laku organisme sebagai hasil pengalaman. 3 Keberhasilan seseorang dalam pendidikan pun tergantung pada

proses belajar yang berlangsung, apakah berlangsung dengan efektif atau

tidak. Meskipun belajar mempunyai arti yang sangat luas, namun tidak

sedikit orang yang masih mempunyai asumsi bahwa belajar adalah

kegiatan yang semata-mata hanya untuk mengumpulkan dan

menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/ materi

pelajaran. Hal tersebut sungguh jelas berbeda dengan apa yang telah

didefinisikan oleh sebagian para ahli mengenai makna belajar itu sendiri

yang pada intinya lebih menekankan kepada aspek proses.

b.

Pengertian Pembelajaran

Sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang

meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan (Hamalik,2003).4 Pembelajaran itu sendiri adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang

memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Pada

pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk

berusaha dan mencari pengalaman dalam belajar matematika. Berdasarkan

hal tersebut, dapat dikatakan bahwa ada sebuah perbedaan antara belajar

dan pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks

2

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekata bau, (Bandung: PT. Remaja Rosdakaya Offset, 2010), hal. 88

3

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekata bau, (Bandung: PT. Remaja Rosdakaya Offset, 2010), hal. 89

4

(27)

11

yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek produk dan

proses. Pada proses belajar, yang terlibat aktif di dalamnya hanyalah

siswa. Sedangkan pada proses pembelajaran, terkandung dua aktivitas

sekaligus, yaitu aktivitas guru dalam mengajar dan aktivitas siswa dalam

belajar.

Keberhasilan sistem pembelajaran adalah keberhasilan pencapaian

tujuan pembelajaran. Selanjutnya, yang harus mencapai tujuan adalah

siswa sebagai subjek belajar.5 Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan

mengabaikan proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari

sisi hasil memang mudah dilihat dan ditentukan kriterianya, akan tetapi hal

ini dapat mengurangi makna proses pembelajaran sebagai proses yang

mengandung nilai-niolai pendidikan. Dengan kata lain keberhasilan

pembelajaran yang hanya melihat sisi hasil sama halnya dengan

mengerdilkan makna pembelajaran itu sendiri.6 Pembelajaran adalah suatu sistem, oleh sebab itu pembelajaran sangat dipengaruhi oleh berbagai

komponen yang mendukung. Seperti faktor dari guru, faktor siswa, sarana

dan prasarana, serta faktor lingkungan.

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi dan

komunikasi antara berbagai komponen pembelajaran seperti guru, siswa,

dan sumber belajar sehingga dapat terjadi perubahan perilaku,

pengetahuan, dan keterampilan berpikir siswa.

c.

Strategi

Mathematical Habits of Mind

Mathematical Habits of Mind atau kebiasaan berpikir secara matematis adalah suatu strategi yang mengedepankan perilaku berpikir

seseorang dalam menyelesaikan persoalan matematika.

Kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan seorang individu akan sangat

5

Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2008) cet ke 1 hal 6

6

(28)

12

mempengaruhi hidupnya. Sebelum berbicara jauh tentang kebiasaan

berpikir matematis ada baiknya kita mengenal tentang kebiasaan.

Kebiasaan adalah pola perilaku yang dibentuk oleh pengulangan

yang berkelanjutan. Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus akan

semakin kuat dan menetap pada diri individu sehingga sulit diubah. Dalam

hal ini kebiasaan tersebut telah membudaya pada diri individu.

Dalam ilmu psikologi, tingkah laku seseorang dapat diubah dengan

suatu tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang.

Dari kutipan yang dinyataakan oleh William B. Allen menyebutkan bahwa ... informasi yang digambarkan kebiasaan berpikir itu adalah cepat dan jauh yang sangat berpengaruh dalam menentukan tingkah laku seseorang, dalam bukunya yang menyebutkan “... informed by the view that habits of mind are far and away the most influential determinants of human conduct in our time...”.7

Psikologi sekolah menerapkan kedisiplinan yang meliputi pendekatan ilmiah pada prilaku dan tindakan siswanya. Meskipun ada beberapa perbedaan antara pendekatan secara psikologi (dengan penelitian yang empirik), dan penerapan psikologi (menghubungkan sebuah angka pada suatu area). Seluruh tindakan psikologi membagi pada satu keadaan inti, seperti yang dinyatakan oleh Stanovich berikut : “ ... Psychology is an academic and applied discipline involving the scientific study of mental processes and behavior. Although there is some tension between scientific psychology (with its program of empirical research) and applied psychology (dealing with a number of areas), all psychologists share a common core”.8 Ada banyak kegiatan untuk menerapkan kebiasaan berpikir di kelas dan berbagai cara menyiapkan siswa untuk lebih lama lagi mendengarkan materi. Suatu tindakan itu diantara dua adalah menentukan atau mendefinisikan. Semua itu adalah langkah awal dari penerapan kebiasaan berpikir. Tidak semua menjaminkan kesuksesan. Kesuksesan dari kebiasaan berpikir akan menjadi penambahan dan serangkaian waktu penuh, selalu mengedepankan selama berlangsungnya kemampuan individual guru yang profesional dalam meningkatkan kapasitas dan kemampuan mereka yang sedang mengembangkan kecerdasan pribadinya. Dengan kata lain yang terpenting adalah suatu kerjasama dan sinergi yang secara

7

Allen, William B. And Carol M. Allen. (2003). “ Habits of Mind : Fostering access and excellence in higher education”. (New Jersey : Transaction Publishers). Hal xi - xii

8

Ciccone, Anthony A. (2009). “Exploring Signature Pedagogies Approache to Teaching

(29)

13

kolektif mendukung dari guru lain, dukungan staff pengajar, administrasi, orangtua, dan seluruh siswa, seperti yang dikatakan oleh Arthur L. Costa berikut : “...It describes various actions for implementing the Habits of Mind in the classroom and thereby preparing students for lifelong learning. The actions should not, however, be seen as either prescriptive or definitive. They are starting points. None of them guarantees instant success. Success in implementing the Habits of Mind will be incremental and sequential over time, always dependent upon the professional skill of the individual teachers in increasing their capacities and capabilities— developing their intrapersonal intelligence. Equally important is the collaboration with and the synergy of collegial support from other teachers, support staff, administrators, parents, and the students themselves.” 9

Ada banyak sekali macam-macam kebiasaan yang dapat

mempengaruhi hidup seseorang untuk menuju kesuksesan, salah satunya

adalah kebiasaan berpikir (habit of mind). Kesuksesan individu sangat ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh individu

tersebut. Kebiasaan-kebiasaan positif yang dilakukan secara konsisten

akan dapat berpotensi membentuk kemampuan-kemampuan positif.

Menurut Millman dan Jacobbe 2008, strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) terdiri atas 5 komponen, yaitu :10

1. Mengeksplorasi ide-ide matematis, siswa menyampaikan pengetahuan

yang dimilikinya dan menambahkan hal-hal baru yang saling berkaitan

berkenaan dengan pembahasan yang sedang dibicarakan;

2. Merefleksi kebenaran atau kesesuaian jawaban, siswa mengulas

kembali dan memeriksa ulang jawaban yang sudah ada melalui cara

penyelesaian yang lain dan menyamakan kembali;

3. Generalisasi, siswa mengaitkan sebuah permasalahan dengan mencari

cara penyelesaian apa yang tepat untuk menyelesaikannya;

4. Memformulasi pertanyaan, siswa membuat pertanyaan baru dari

sebuah soal yang sudah diberikan;

9

Costa, Arthur L. And Bena Kallick. (2009). “Habits of Mind across the curuculum : practical and creative strategies for teachers”. (Alexandria : ASCD). Hal : 17

(30)

14

5. Menginstruksi contoh soal, siswa diberikan penjelasan dan contoh soal

tentang materi yang akan dibahas kemudian siswa diminta untuk

membuat soal dan pembahasan sendiri dengan mengacu pada contoh

soal yang diberikan oleh guru.

Kegiatan-kegiatan ini dapat dipandang sebagai

kebiasaan-kebiasaan berpikir matematis yang apabila dilakukan secara konsisten

berpotensi dapat membentuk kemampuan berpikir kreatif matematis.

Menjadikan kebiasan berpikir akan dapat membantu untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Pernyataan ini sejalan

dengan pendapat Stenberg (2006) yang memandang kreativitas sebagai

kebiasaan. Tentu saja suatu kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus

akan mampu menjadikan itu sebagai kebisaan. Tak ubahnya dengan

melakukan kebiasaan yang kreatif jika dilakukan secara terus menerus

akan dapat membentuk kemampuan berpikir yang kreatif.

Berikut diuraikan masing-masing aktivitas dalam strategi MHM

tersebut.11

1. Mengeksplorasi ide-ide matematis

Eksplorasi ide-ide matematis dapat meliputi aktivitas mengeksplorasi

berbagai data, informasi, atau strategi pemecahan masalah. Aktivitas

demikian dapat mendorong siswa berpikir fleksibel, yakni

mengidentifikasi berbagai cara atau strategi pemecahan masalah. Dengan

aktivitas demikian dimungkinkan diperoleh strategi yang bersifat unik atau

baru. Hal demikian merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir

kreatif. Guru dapat menstimulasi siswa untuk mengeksplorasi ide-ide

matematis dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti: data apa saja

yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah ini?, apakah data yang diperlukan sudah tersedia?, strategi atau cara apa saja yang dapat

11

Ali Mahmudi.”Strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) untuk Mengembangkan

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Disampaikan dalam makalah pada Konferensi Nasional

(31)

15

digunakan?, konsep apa saja yang diperlukan untuk menyelesaikan

masalah ini?, konsep-konsep apa saja yang saling berkaitan?, apakah

terdapat cara lain untuk menyelesaikannya, dan sebagainya.

2. Merefleksi kesesuaian solusi atau strategi pemecahan masalah

Memeriksa atau merefleksi kesesuaian solusi atau strategi pemecahan

masalah merupakan representasi dari tahap looking back (evaluate solution) pada tahap pemecahan masalah yang dikemukakan Polya (1973), yakni mengevaluasi atau menelaah kembali kesesuaian solusi masalah.

Terkait dengan kegiatan refleksi, Brownell (McIntosh, 2000) menyatakan

bahwa suatu masalah baru benar-benar dikatakan telah diselesaikan jika

individu telah memahami apa yang ia kerjakan, yakni memahmi proses

pemecahan masalah dan mengetahui mengapa solusi yang telah diperoleh

sesuai. Hal ini berarti refleksi merupakan tahapan yang sangat penting

dalam kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat mendorong siswa

melakukan kegiatan refleksi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

seperti bagaimana kamu menyelesaikan masalah itu?, bagaimana kamu

mengetahui bahwa jawabanmu telah sesuai?, adakah cara lain untuk

menyelesaikan masalah ini?, dan sebagainya.

3. Generalisasi dan mengidentifikasi strategi penyelesaian masalah

yang dapat diterapkan pada masalah lain

Komponen strategi MHM berikutnya adalah mengidentifikasi apakah terdapat “sesuatu yang lebih” dari aktivitas yang telah dilakukan dan

mengidentifikasi pendekatan masalah yang dapat digunakan atau

diterapkan pada masalah lain dalam skala lebih luas. Aktivitas demikian

mengarah pada generalisasi ide-ide matematis yang telah dieksplorasi dan

mengarah pada konstruksi konsep-konsep matematika. Aktivitas demikian juga terkait dengan identifikasi dan analisis apakah strategi penyelesaian

masalah yang telah digunakan dapat juga diterapkan pada masalah lain

dalam skala yang lebih luas. Aktivitas demikian merupakan aktivitas

kreatif, yakni mengkonstruksi konsep matematis atau strategi penyelesaian

(32)

16

menggunakan strategi-strategi informal sebelum mereka mengenal strategi

formal. Menurut Lim (2009), hendaknya guru tidak mengajarkan

algoritma atau formula formal terlalu dini. Siswa perlu diberikan

kesempatan untuk menggunakan strategi mereka sendiri berdasarkan

pengetahuan yang mereka ketahui. Selanjutnya siswa didorong untuk

mengidentifikasi apakah strategi yang mereka gunakan berlaku untuk

masalah lain lebih umum. Beberapa pertanyaan yang dapat digunakan

membantu siswa melakukan generalisasi adalah: apa yang terjadi jika ...?,

bagaimana jika tidak?, dapatkah kamu melihat polanya?, dapatkah kamu

mempredisksi pola berikutnya?, apakah strategi itu dapat digunakan pada

masalah lain?, dan sebagainya.

4. Memformulasi pertanyaan

Komponen strategi MHM berikutnya adalah memformulasi pertanyaan. Mengembangkan kebiasaan bertanya mempunyai peranan penting dalam

pembelajaran matematika. Pertanyaan dapat menstimulasi siswa

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Siswa didorong untuk

mengajukan berbagai pertanyaan terkait situasi atau masalah tertentu.

Menurut Einstein (Costa dan Kallick, 2008), memformulasi pertanyaan

kadang lebih esensial daripada solusi masalah itu sendiri. Mengajukan

pertanyaan baru dan melihat kemungkinan baru dari masalah lama

memerlukan imajinasi kreatif. Mengajukan pertanyaan adalah aktivitas

yang biasa dilakukan oleh guru. Di sisi lain, siswa relatif jarang diberikan

kesempatan untuk mengembangkan kemampuan bertanya. Sesuai dengan

kecenderungan pembelajaran matematika saat ini yang mengedepankan

aktivitas siswa, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk

secara aktif membangun kemampuan bertanya. Salah satu jenis pertanyaan yang perlu dikembangkan agar menjadi kebiasaan siswa adalah pertanyaan

“what if not ...?” atau “what happen if ...?”. Mengajukan pertanyaan demikian akan mendorong siswa untuk menghasilkan ide-ide kreatif

(Gillman, 2008). Jenis pertanyaan ini dapat digunakan untuk memodifikasi

(33)

17

dapat mengubah informasi soal semula dengan tetap mempertahankan

situasi soal atau sebaliknya mengubah situasi soal dengan tetap

mempertahankan informasi soal semula. Kemampuan bertanya merupakan

salah satu indikator kemampuan berpikir kreatif. Haylock (1997)

mengemukakan cara mengukur kemampuan berpikir kreatif dengan

memberikan tugas kepada siswa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan

berdasarkan informasi yang diberikan. Dengan demikian dengan

mengembangkan kebiasaan siswa untuk mengajukan pertanyaan

merupakan salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir

kreatifnya.

5. Mengkonstruksi contoh

Aktivitas berikutnya dalam strategi MHM adalah mengkonstruksi contoh. Menurut Liz et al (2006), pemberian contoh berperan penting dalam pembelajaran matematika. Suatu konsep yang abstrak dan kompleks

menjadi lebih mudah dipahami bila diberikan contoh yang sesuai.

Penggunaan contoh dalam pembelajaran matematika merujuk pada istilah

eksemplifikasi (exemplification). Menurut Liz et al (2005), eksemplifikasi adalah mendeskripsikan suatu situasi menjadi lebih sepesifik untuk

merepresentasikan suatu situasi yang bersifat umum. Contoh merupakan

deskripsi atau ilustrasi spesifik dari suatu konsep yang menjadikan konsep

tersebut lebih dikenal dan dipahami siswa. Menurut Liz et al (2006), terdapat 3 jenis contoh, yaitu contoh umum (generic example), contoh penyangkal, dan atau non-contoh. Contoh generik adalah contoh suatu

konsep, prosedur, atau teorema yang bersifat umum. Contoh penyangkal

digunakan untuk menguji berlakunya suatu dugaan atau konjektur.

Sedangkan noncontoh digunakan untuk memperjelas definisi suatu konsep. Memberikan contoh merupakan aktivitas yang biasa dilakukan

guru. Di sisi lain, siswa relatif jarang diberikan kesempatan untuk

mengkonstruksi contoh-contoh mereka sendiri. Terdapat beberapa manfaat

yang dapat diperoleh dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

(34)

18

dapat digunakan untuk mendeteksi ketidakpahaman siswa terhadap suatu

konsep. Sedangkan menurut Dahlberg dan Housman (Liz et al, 2005), mengkonstruksi contoh merupakan tugas yang kompleks yang menuntut

kemampuan siswa untuk mengaitkan beberapa konsep. Jika siswa tidak

diberikan kesempatan untuk mengkonstruksi berbagai jenis contoh,

terlebih contoh penyangkal atau noncontoh, maka siswa dapat membuat

generalisasi yang tidak tepat. Dalam mengkonstruksi contoh, siswa

mengeksplorasi dan mengkombinasikan berbagai konsep yang telah

mereka ketahui untuk membuat contoh yang menarik dan menantang.

Aktivitas demikian akan mendorong siswa untuk membuat sebanyak

mungkin contoh yang memenuhi kriteria tertentu yang bersifat unik dan

beragam. Hal ini memenuhi aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif,

yakni kelancaran, fleksibilitas, dan keunikan.

2.

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

a.

Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Apa itu berpikir kreatif? Isaksen et al (Grieshober, 2004) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai proses konstruksi ide yang

menekankan pada aspek kelancaran, keluwesan, kebaruan, dan keterincian.

Menurut McGregor (2007), berpikir kreatif adalah berpikir yang mengarah

pada pemerolehan wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau

cara baru dalam memahami sesuatu. Sementara menurut Martin (2009),

kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide

atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk. Pada umumnya, berpikir

kreatif dipicu oleh masalah-masalah yang menantang.12

Berpikir kreatif merupakan suatu proses yang digunakan ketika kita

mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Hal itu menggabungkan

ide-ide yang sebelumnya belum dilakukan.13 Berpikir kreatif juga dapat

12

Ali Mahmudi, 2010, Megukur Kemampuan Berpiki treatf Matematis, hal 2 pdf 13

Tatang Yuli Eko Siswono.”Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika” Jurusan Matematika FMIPA.Universitas Negeri Surabaya.hal: 1.

(35)

19

diartikan sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen

yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran (Pehkonen,

1997).14 Pandangan lain tentang berpikir kreatif disampaikan oleh Krulik dan Rudnick (1999), yang menjelaskan bahwa berpikir kreatif merupakan

pemikiran yang bersifat keaslian dan reflektif dan menghasilkan suatu

produk yang komplek. Berpikir tersebut melibatkan sintesis ide-ide,

membangun ide-ide baru dan menentukan efektivitasnya.15

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006

merekomendasikan bahwa dalam pembelajaran perlu diciptakan suasana

aktif, kritis, analisis, dan kreatif dalam pemecahan masalah. Oleh karena

itu perlu dikaji secara teoritis tentang keterkaitan kemampuan berfikir

kreatif terhadap kemampuan matematika.16

Menurut Langrehr (2006), untuk melatih berpikir kreatif siswa harus

didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan

hal-hal sebagai berikut :17

1. Membuat kombinasi dari beberapa bagian sehingga terbentuk hal yang

baru

2. Menggunakan ciri-ciri acak dari suatu benda sehingga terjadi

perubahan dari desain yang sudah ada menjadi desain yang baru

3. Mengeliminasi suatu bagian dari sesuatu hal sehingga diperoleh

sesuatu hal yang baru

4. Memikirkan kegunaan alternatif dari sesuatu hal sehingga diperoleh

kegunaan yang baru

14

Tatang Yuli Eko Siswono.”Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika” Jurusan Matematika FMIPA.Universitas Negeri Surabaya.hal: 1.

http://tatagyes.files.wordpress.com/2007/10/tatag_jurnal_unej.pdf (23 September 2013) 15

Tatang Yuli Eko Siswono.”Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika” Jurusan Matematika FMIPA.Universitas Negeri Surabaya.hal: 2.

http://tatagyes.files.wordpress.com/2007/10/tatag_jurnal_unej.pdf (23 September 2013) 16

Akhmad jazuli,Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009.hal 209 pdf 17

(36)

20

5. Menyusun ide-ide yang berlawanan dengan ide-ide yang sudah biasa

digunakan orang sehingga diperoleh ide-ide baru

6. Menentukan kegunaan bentuk ekstrim dari suatu benda sehingga

ditemukan kegunaan baru dari benda tersebut.

Menurut Learning and Teaching Scotland (LTS, 2004) bila kemampuan berpikir kreatif berkembang pada seseorang, maka akan

mengasilkan banyak ide, membuat banyak kaitan, mempunyai banyak

perspektif terhadap suatu hal, membuat dan melakukan imajinasi, dan

peduli akan hasil.18

Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan yang

dikehendaki dunia kerja (Career Center Maine Department of Labor USA, 2001).19 Selain itu, pengembangan kemampuanberpikir kreatif merupakan salah satu fokus pembelajaran matematika. Melalui pembelajaran

matematika, siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerja

sama (Depdiknas, 2004).20

Kemampuan berpikir kreatif sangat diharapkan dapat digunakan dan

diterapkan siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar dikelas. Karena

ketika diterapkannya berpikir kreatif pada suatu pemecahan masalah, maka

pemikiran akan menyebar dan menghasilkan banyak ide-ide. Hal ini

tentunya akan sangat berguna dalam menemukan penyelesaian dan dapat

menyelesaikannya dengan beragam cara.

Hasil dari berpikir kreatif adalah kreativitas. Secara umum, terdapat

dua pandangan berbeda mengenai kreativitas. Pandangan pertama

menyatakan bahwa kreativitas hanya dimiliki oleh individu dengan

18

Hedi Budiman.”Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantua Software Cabri 3D” Mahasiswa Pendidikan Matematika, SPs UPI Bandung. hal: 1.

http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fmipa201141.pdf (23 September 2013) 19

Mahmudi, Ali.”Pengaruh Strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) Berbasis Masalah Terhadap Kreativitas Siswa ...., hal:2 pdf

20

(37)

21

karakteristik tertentu (Berg, 1999; Getzel & Jackson dalam Alexander,

2007; Briggs dan Davis, 2008).21

Sementara itu, Torrance (1969) mendefinisikan secara umum

kreativitas sebagai proses dalam memahami sebuah masalah, mencari

solusi-solusi yang mungkin, menarik hipotesis, menguji dan mengevaluasi,

serta mengkomunikasikan hasilnya kepada orang lain.22

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan

gagasan, proses, ataupun produk baru yang efektif dan berdaya guna untuk

pemecahan masalah.

b.

Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Haylock (1997) mengatakan bahwa berpikir kreatif selalu tampak

menunjukkan fleksibilitas (keluwesan). Bahkan Krutetskii (1976)

mengidentifikasi bahwa fleksibilitas dari proses mental sebagai suatu

komponen dari kemampuan kreatif matematis dalam sekolah. Haylock

(1997) menunjukkan kriteria sesuai tipe Tes Torrance dalam kreativitas,

yaitu kefasihan (banyaknya respon-respon yang diterima), fleksibilitas

(banyaknya berbagai macam respon yang berbeda), dan keaslian

(kejarangan respon-respon dalam kaitan dengan sebuah kelompok

pasangannya).23

Menurut William (dalam Killen,1998) menyatakan bahwa ada 8 prilaku siswa terkait dengan kreativitas atau berfikir tingkat tinggi, yaitu

:24

21

Mahmudi, Ali.”Pengaruh Strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) Berbasis Masalah Terhadap Kreativitas Siswa ...., hal:2

22

Hedi Budiman.”Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantua Software Cabri 3D” Mahasiswa Pendidikan Matematika, SPs UPI Bandung. hal: 2.

http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fmipa201141.pdf (23 September 2013) 23

Tatang Yuli Eko Siswono.”Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika” Jurusan Matematika FMIPA.Universitas Negeri Surabaya.hal: 2. http://tatagyes.files.wordpress.com/2007/10/tatag_jurnal_unej.pdf (23 September 2013)

24

(38)

22

(1) fluency : kemampuan untuk menghasilkan sejumlah besar ide,

produk dan respon

(2) flexibility : kemampuan untuk memperoleh pendekatan yang berbeda,

membangun berbagai ide, mengambil jalan memutar

dalam jalan pikirannya, dan mengadopsi situasi baru.

(3) originality : kemampuan untuk membangun ide, yang tidak biasa, ide

cerdas yang mengubah cara dari yang nyata.

(4) elaboration : kemapuan untuk memotong, mengembangkan atau

membubuhi ide atau produk.

(5) risk taking : mempunyai keberanian untuk menyatakan sendiri

kesalahan atau kritikan, tebakan dan

mempertahankan ide sendiri

(6) complexity : mencari berbagai alternatif, membawa keluar dari

kekacauan, dan menyelidiki ke dalam masalah atau ide

yang rumit.

(7) curiosity : keinginan untuk tahu dan kagum, bermain dengan suatu

ide, membuka situasi teka teki dan mempertimbangkan

sesuatu yang misteri

(8) imaginaton : mempunyai kekuatan untuk visualisasi dan membangun

mental image dan meraih di luar lingkungan nyata.

Menurut Alvino (dalam Cotton, 1991), kreatif adalah melakukan

suatu kegiatan yang ditandai oleh empat komponen, yaitu : fluency

(menurunkan banyak ide), flexibility (mengubah perspektif dengan mudah), originality (menyusun sesuatu yang baru), dan elaboration

(mengembangkan ide lain dari suatu ide). Rincian cirri-ciri dari fluency, flexibility, originality, dan elaboration dikemukan oleh Munandar (1999):25

Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009.hal 213 pdf

25

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195101061976031-TATANG_MULYANA/File_24_Kemampuan_Berpikir_Kritis_dan_Kreatif_Matematik.pdf .

(39)

23

1. Ciri-ciri fluency diantaranya adalah:

a. Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian

masalah, banyak pertanyaan dengan lancar

b. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal

c. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

2. Ciri-ciri flexibility diantaranya adalah:

a. Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi,

dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda

b. Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda

c. Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran

3. Ciri-ciri originality diantaranya adalah:

a. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik

b. Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri

c. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari

bagian-bagian atau unsur-unsur

4. Ciri-ciri elaboration diantarnya adalah:

a. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau

produk

b. Menambah atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan,

atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Munandar merincikan ciri-ciri dari indikator berpikir kreatif sebagai berikut :26

a. ciri-ciri fluency diantaranya adalah:

(1) Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian masalah, banyak pertanyaan dengan lancar;

(2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal; (3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

b. ciri-ciri flexibility diantaranya adalah :

(1) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi;

26

(40)

24

(2) Melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda; (3) Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda; (4) Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. c. ciri-ciri originality diantaranya adalah :

(1) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik;

(2) Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri; (3) Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

d. ciri-ciri elaboration diantarnya adalah :

(1) Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk; (2) Menambah atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Kemampuan berpikir kreatif pada anak merupakan dasar penting

bagi kemampuannya menghadapi perubahan zaman di masa depan. Untuk

menjadi individu yang kreatif, dibutuhkan kemampuan berpikir yang

mengalir lancar, bebas dan ide-ide yang orisinil.

Indikator kemampuan berpikir kreatif menurut Utami Munandar

[image:40.612.135.508.236.684.2]

adalah sebagai berikut:27

Tabel 2.1

Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Pengertian Perilaku

1. Berpikir Lancar :

 mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah  memberikan banyak cara atau

saran untuk melakukan berbagai hal

 Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban

 mengajukan banyak pertanyaan

 menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan

 mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah

 lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya

27

(41)

25

 bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain

 dapat dengan cepat melihat kesalahan dan kekurangan dari suatu objek atau situasi

2. Berpikir Luwes :

 menghasilkan gagasan atau jawaban yang bervariasi

 dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda

 mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda

 mampu mengubah cara pedekatan atau pemikiran

 memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu objek  memberikan bermacam-macam

penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah

 menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda

 memberikan pertimbangan terhadap situasi yang berbeda dari yang diberikan orang lain

 dalam membahas/mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang bertentangan dengan mayoritas kelompok

 jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan bermacam-macam cara yang berbeda untuk menyelesaikannya  menggolongkan hal-hal menurut

pembagian (kategori) yang berbeda-beda

 Mampu mengubah arah berpikir secara spontan

(42)

hal-26

 mampu melahirkan ungkapan baru dan unik

 memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri

 mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur

hal yang tidak terpikirkan oleh orang lain

 mempertanyakan cara-cara yang lama dan memikirkan cara-cara yang baru  memilih a-simetris dalam menggambar

atau membuat desain

 memiliki cara berpikir yang lain dari pada yang lain

 mencari pendekatan yang baru dari yang

streotype

 setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru  lebih senang mensintesis daripada

menganalisis sesuatu 4. Elaboratif :

 mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk

 menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik

 mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah terperinci

 mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain

 mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh  mempunyai rasa keindahan yang kuat

sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana

[image:42.612.138.499.105.705.2]
(43)

27

5. Menilai (Mengevaluasi)

 menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pernyataan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana

 mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka  tidak hanya mencetuskan

gagasan, tetapi juga melaksanakannya

 memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri

 menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal

 menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan “Mengapa”?

 mempunyai alasan (rasionale) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan

 merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus

 pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis

 menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa indikator

kemampuan berpikir kreatif matematis meliputi kelancaran berpikir,

keluwesan, elaborasi dan keaslian pemikiran. Jadi dapat disimpulkan

bahwa semakin tinggi tingkat kelancaran berpikir, keluwesan, elaborasi

dan keaslian pemikirannya maka semakin tinggi pula tingkat kreativitas

berpikirnya.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa indikator

kemampuan berpikir kreatif menurut Utami Munandar dan membatasi

dalam 3 indikator yang akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir

(44)

28

Tabel 2.2

Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif yang diteliti

Pengertian Perilaku

1. Berpikir Lancar ( Fluency)

mencetuskan banyak

gagasan, jawaban,

penyelesaian masalah

menjawab dengan sejumlah

jawaban jika ada pertanyaan

mempunyai banyak gagasan

mengenai suatu masalah

lancar mengungkapkan

gagasan-gagasannya

2. Berpikir Luwes (Fleksibility)

menghasilkan gagasan atau

jawaban yang bervariasi

memberikan bermacam-macam

[image:44.612.137.501.137.712.2]

penafsiran terhadap suatu

gambar, cerita atau masalah

jika diberikan suatu masalah

biasanya memikirkan bermacam-macam cara yang berbeda untuk menyelesaikannya

menggolongkan hal-hal menurut

pembagian (kategori) yang

berbeda-beda

3. Berpikir Rinci (Elaboration)

mampu memperkaya dan

mengembangkan suatu

gagasan atau produk

mencari arti yang lebih mendalam

terhadap jawaban atau

pemecahan masalah dengan

melakukan langkah-langkah

terperinci

menambahkan garis-garis,

warna-warna, dan detil-detil (bagian-

bagian) terhadap gambarnya

(45)

29

Pembelajaran dengan menggunakan strategi MHM tertuju kepada

aspek berpikir. Dimana kebiasaan-kebiasaan positif yang dilakukan secara

konsisten akan berpotensi membentuk kemampuan-kemampuan positif,

termasuk salah satunya kebiasaan berpikir secara matematis. Sementara

itu, kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan mengemukakan,

menghasilkan berbagai macam ide, mampu mengarahkan ide tersebut

dengan lebih terinci dan mampu memberikan respons yang baru dan unik

untuk memecahkan suatu masalah. Berdasarkan pemaparan penjelasan

mengenai strategi MHM dan kemampuan berpikir kreatif ditemukan suatu

kesamaan dalam hal penerapannya. Dimana kedua variabel tersebut

sama-sama mengedepankan cara berpikir seseorang. Diharapkan dengan

menerapkan strategi MHM pada penelitian ini dengan membiasakan siswa

untuk melakukan kebiasaan berpikir secara matematis akan dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematisnya dalam

menyelesaikan suatu masalah. Hubungan antara strategi MHM dengan

kemampuan berpikir kreatif matematis pada penelitian ini diteliti dengan

mengamati ragam aktivitas yang dilakukan oleh siswa.

Ada banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di

sekolah. Paul B. Diedrich membuat suatu daftar yang berisi 177 macam

kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:28 1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan

sebagainya.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi

dan sebagainya.

3. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.

28

(46)

30

4. Writing activities, seperti menulis: cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.

6. Motor activities, yang termasuk di dalamya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun,

memelihara binatang, dan sebagainya.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan,

dan sebagainya.

8. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh mi

Gambar

Tabel 4.21: Statistik Deskriptif Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
Gambar 2.1: Kerangka Berpikir ............................................................
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
gambar, cerita atau masalah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis digunakan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model

Hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis digunakan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya

dengan uji-Scheffe, dan uji Chi-Square. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) kemampuan berpikir logis, kemampuan berpikir kreatif dan Habits of Mind matematis

Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran MHM lebih baik daripada siswa

Membangun keterampilan dasar (basic support) 5 dan 6 Untuk mengetahui indikator kemampuan berpikir kritis siswa mana yang memiliki peningkatan tertinggi dalam

Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan strategi pembelajaran ekspositori, atau lebih jauh

Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan strategi pembelajaran ekspositori, atau lebih jauh

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi mathematical bet line lebih baik